bab i pendahuluan a. latar belakang masalah dengan cara...
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan fitrah manusia, oleh karena itu hidup berumah
tangga dan menghindari hidup melajang sangat dianjurkan oleh agama Islam,
untuk menuju kebahagiaan yang merupakan dambaan bagi setiap insan
manusia. Salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan itu salah satunya adalah
dengan cara perkawinan. Hal ini sesuai dengan apa yang Allah SWT
firmankan dalam QS. Ar-Ruum:21:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakanuntukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung danmerasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasihdan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benarterdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qs Ar-ruum : 21)1
1 AL-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Kementrian Agama Republik IndonesiaTehazed,2010,Hal 15.
2
Allah SWT telah mengatur lembaga perkawinan sedemikian rupa
dalam syari’at Nya pada al-Qur’an dan Hadis agar terjaga kehormatannya,
martabat dan kemuliaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya,
perkawinan ini adalah salah satu syari’at Islam yang merupakan ketetapan
illahi.2 Perkawinan merupakan wadah untuk melanggengkan kebahagiaan
manusia, bukan sebagai pengekang pasangan hidup. Oleh karena itu
perkawinan dalam Islam tidak untuk dalam waktu jangka waktu terbatas atau
tertentu, melainkan untuk selama lamanya hingga maut memisahkan kedua
pasangan hidup.3 Perkawinan bertujuan agar dapat terbinanya hubungan antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai satu sama lain,
agar dapat hidup berdampingan secara damai, sejahtera, serta memperoleh
keturunan sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, yang sangat
relevan disebutkan dalam hadits :
عن عا ئشة قالت قال رسول اهللا صلى اهللا علیھ و سلم بسنتي فلیس مني النكاح من سنتي فمن لم یعمل
كم اال مم ومن كان ذاطول فلینكح ومن بوتزوجوا فإني مكاثرأخرجھ ابن ماجھ في . (فعلیھ بالصیام فإن الصوم لھ وجاء یجدلم
)كتاب النكاح
Artinya: “Dari ‘Aisyah, Dia berkata Rasulullah SAW bersabda:Nikah itu sebagian dari sunahku, barang siapa yang tidak maumengamalkan sunahku, maka dia bukan termasuk golonganku. Danmenikahlah kalian semua, sesungguhnya aku (senang) kalianmemperbanyak umat, dan barang siapa (diantara kalian) telahmemiliki kemampuaan atau persiapan (untuk menikah) makamenikahlah, dan barang siapa yang belum mendapati dirinya
2 Quraish shihab, Wawasan al-Quran : Tafsir maudhu’I atas perlbagai persoalan umat,(Bandung : Mizan, 1998), h. 191
3 Yayan Sopyan, Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam HukumNasional, (Jakarta: Wahana Semesta Intermedia, 2012), h. 174
3
(kemampuan atau kesiapan) maka hendaklah ia berpuasa,sesungguhnya puasa merupakan pemotong hawa nafsubaginya.” (dikeluarkan dari HR. Ibnu Majah dalam Kitab Nikah).4
Pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya, dan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pada prinsipnya, perkawinan di Indonesia
adalah Monogami, yaitu dalam suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang
suami, kecuali pengadilan memberi izin kepada seorang suami untuk beristri
lebih dari seorang (Poligami) apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang
bersangkutan dengan syarat yang ditentukan oleh undang-undang.
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1
disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa. Yang menjadi tujuan dasar setiap pembentukan rumah tangga, yaitu
selain untuk mendapatkan keturunan yang saleh, adalah untuk dapat hidup
tentram, adanya suasana sakinah yang disertai oleh rasa kasih sayang.5 Dari
batasan perkawinan tersebut jelaslah bahwa keinginan bangsa dan negara
4 Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qarwini, Sunan Ibn MajahJuz 1, (Beirut, Libanon: Daarul Kutub al-‘Ilmiah, 275 H), h. 592
5 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Konteporer, (Jakarta: PrenadaMedia, 2004), h. 96
4
yang dituangkan ke dalam undang-undang perkawinan menghendaki agar
setiap perkawinan dapat membentuk keluarga yang bahagia artinya tidak akan
mengalami penderitaan lahir batin. Demikian pula bahwa setiap perkawinan
diharapkan dapat membentuk keluarga yang kekal artinya tidak mengalami
perceraian.6
Salah satu aspek syari’ah adalah ketentuan hukum yang berkaitan
dengan masalah perkawinan (munakahat). Dalam Islam disyari’atkannya
perkawinan pada hakekatnya adalah sebagai upaya legalisasi hubungan
seksual, sekaligus untuk mengembangkan keturunan yang sah dan menjaga
dari percampuran nasab. Disamping itu Allah SWT menjadikan perkawinan
yang diatur menurut syari’at Islam sebagai penghormatan dan penghargaan
yang tinggi terhadap harga diri, yang diberikan oleh Islam khusus untuk
manusia diantara makhluk-makhluk lainnya.7
Hukum melakukan perkawinan atau pernikahan dalam Islam dapat
dibedakan ke dalam lima macam: diantaranya yaitu, perkawinan wajib
(azzawajal-wajib), yaitu perkawinan yang harus dilakukan oleh seseorang
yang memiliki kemampuan untuk menikah (Berumah Tangga) serta nafsu
biologis (nafsu syahwat) dan khawatir benar dirinya akan melakukan
perbuatan zina manakala tidak melakukan pernikahan, keharusan menikah ini
didasarkan atas alasan bahwa mempertahankan diri dari kemungkinan berbuat
zina adalah wajib. Dan karena satu-satunya sarana untuk menghindarkan diri
6 Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, Jakarta: 2001, hlm. 1.7 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 1993, hlm. 23.
5
dari perbuatan zina itu adalah nikah, maka menikah menjadi wajib bagi
orang-orang seperti ini.
Lepas dari hukum pernikahan yang beraneka ragam ini, yang pasti
pada satu sisi nabi Muhammad saw menganjurkan para pemuda yang
memiliki kemampuan biaya hidup supaya melakukan pernikahan, sementara
pada sisi lain, nabi melarang keras umat Islam melakukan tabattul
(membujang selamanya). Jumhur ulama ulama pun sepakat bahwa setiap laki-
laki dan perempuan yang ingin menjalin cinta kasih dan menyalurkan
kehidupan biologis atau lebih tepat lagi membentuk kehidupan berumah
tangga, mereka harus melakukannya melalui ‘aqdun-nikah (akad nikah).8
Islam sangat menghendaki rumah tangga yang harmonis, rumah
tangga yang sesuai dengan tuntunan agama, dimana tolak ukur keluarga yang
harmonis itu dapat dirasakan dengan hadir nya suatu keadaan yang sakina,
mawadda, dan rahmah, keluarga yang semua anggotanya merasakan
ketenangan, kedamaian, keamanan, kebahagiaan juga keberkahan. Keluarga
yang saling menerima, memahami serta di liputi oleh suasana jiwa penuh
kesyukuran, terjauhkan dari penyelewengan dan kerusakan. Dengan
demikian, pernikahan merupakan suatu sunnatullah yang umum yang berlaku
bagi manusia dan pernikahan adalah cara yang diberikan Allah SWT untuk
melestarikan hidup umat manusia. Persiapan nikah adalah salah satu hal yang
penting untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan dan mencakup
beberapa aspek diantaranya adalah persiapan calon mempelai, persiapan
8 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, hlm. 91-92
6
hukum dan syariah serta persiapan anggaran yang dibutuhkan. Persiapan
calon mempelai meliputi persiapan fisik, persiapan mental, persiapan
spiritual, persiapan ekonomi dan persiapan sosial. Persiapan yang harus
diperhatikan selanjutnya adalah persiapan anggaran atau dana yang akan
digunakan pada saat menikah. Meskipun hal ini tidaklah wajib atau tidaklah
harus seseorang menggelar pesta yang meriah untuk pernikahannya, namun
tetap saja dalam melangsungkan pernikahan, ada biaya yang harus
dikeluarkan misalnya untuk kepengerusan dokumen, acara akad nikah, dan
lain sebagainya.
Kaitan perkawinan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
dikatakan keberhasilan dan kesejahteraan suatu negara bersumber pula dari
ketentraman dan kesejahteraan dari negara-negara kecil yang tidak lain
keluarga-keluarga rakyatnya. Kelancaran penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada
kesempurnaan aparatur negaranya khususnya Pegawai Negeri, karena itu
diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang
bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan
yang adil dan merata.9 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok kepegawaian,
menyebutkan Pegawai Negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Tentara
Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
9 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8Tahun 1974 tentang pokok kepegawaian
7
Polri dan Polwan adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi
masyarakat yang harus menjadi teladan bagi masyarakat dalam tingkah laku
dan ketaatannya pada perundang-undangan yang berlaku. Polri bekerja dua
puluh empat jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.10 Untuk dapat
melaksanakan kewajiban yang demikian dibutuhkan kesiapan mental dan
fisik yang tangguh. Di samping itu anggota Polri juga manusia biasa, yang
mempunyai kebutuhan biologis dan dorongan seksual. Dan sebagai tempat
penyaluran kebutuhan seksual yang paling baik adalah pernikahan. Karena
dengan berkeluarga seseorang akan lebih tenang hidupnya dan lebih terjaga
dari hal-hal maksiat.
Sebelum memasuki gerbang perkawinan, seorang anggota Polri yang
akan melaksanakan perkawinan harus mempersiapkan diri dari berbagai hal,
termasuk di dalamnya diusahakan antara kedua belah pihak pria dan wanita
mempunyai kesamaan-kesamaan. Hal tersebut dimaksudkan agar pria dan
wanita mempunyai visi dan misi yang sama dalam menjalankan kehidupan
keluarga yang bahagia dan abadi. Untuk menciptakan tatanan keluarga yang
diidealkan oleh Al-Qur’an yaitu keluarga yang diliputi suasana mawaddah
warahmah, diperlukan persyaratan-persyaratan tersebut berkaitan dengan
berbagai kesiapan, baik kesiapan fisik maupun mental. Salah satu usaha
kearah itu adalah dengan adanya petunjuk pelaksanaan yaitu Peraturan
Kapolri Nomor 9 tahun 2010 tentang nikah, cerai, dan rujuk anggota Polri,
perkawinan anggota Polri dimaksudkan agar di dalam membina rumah tangga
10 Satjipto Raharjo, dan Anton Tabah, Polisi Pelaku Dan Pemikir, Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama, 1993, hlm. 214.
8
setiap anggota Polri dapat meminimalisir naiknya jumlah angka perceraian di
Indonesia, untuk itu diperlukan aturan-aturan baku yang bertujuan
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang penuh kasih sayang. Pengaturan
pernikahan bagi anggota Polri ini merupakan revisi dari peraturan Juklak
(petunjuk pelaksanaan) No.POL:07/III/1988 tentang izin kawin.11 Petunjuk
pelaksanaan ini mengacu pada Keputusan Menteri Pertahanan/Panglima
Angkatan Bersenjata No:Kep/01/I/1980 Tentang Peraturan Perkawinan
perceraian dan rujuk anggota ABRI.
Meskipun pada mulanya suami istri penuh rasa kasih sayang seolah-
olah tidak akan menjadi pudar, namun dalam kehidupan berumah tangga
kenyataan rasa kasih sayang bila tidak dirawat bisa menjadi pudar, bahkan
bisa hilang berganti dengan kebencian. Suami isteri yang bertikai tidak boleh
terlalu cepat mengambil keputusan bercerai, karena banyaknya masalah
dalam rumah tangga masih bisa untuk disusun dan dibina menjadi lebih baik.
Agama Islam memberikan pengajaran adanya banyak jalan penyelesaian
dalam konflik rumah tangga sehingga menghidarkan terjadinya perceraian,
namun perceraian adalah suatu hal yang dianggap boleh dalam islam namun
di benci oleh Allah SWT.
Islam hanya mengizinkan perceraian ketika tidak ada jalan lagi untuk
keluar dari lingkaran ketegangan yang terus menerus dari rumah tangga.
Bahwa sudah dipertimbangkan perceraian itulah jalan terbaik bagi pasangan
11 Disbintal Mabes POLRI, Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan rujuk bagianggota POLRI dan PERSSIP POLRI , / 07 / III / 1988.Tentang Perkawinan, Perceraian Dan RujukBagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.
9
suami istri yang sedang berkonflik dari pada hidup terus menerus dalam
perselisihan, dalam konflik keluarga pada akhirnya perceraian menjadi suatu
jalan alternatif.12
BKKBN pada tahun 2013 menyatakan bahwa 70% adalah cerai
gugat istri, dengan alasan tertinggi tidak harmonisan. Perceraian membawa
dampak bagi anak yang tidak mendapat kasih sayang secara utuh dari kedua
orang tua. Memasuki tahun 2016, angka perceraian di Indonesia masih tetap
tinggi angka tertinggi perceraian menyatakan pasangan bercerai tidak bisa
akur dengan persentase 48,1% dengan jumlah 22.590 pasangan bercerai.
Perceraian di Indonesia masih sangat tinggi. Sebagian besar karena
gugat cerai dari pihak istri. Penguatan ketahanan keluarga masih menjadi
persoalan besar bagi bangsa Indonesia. Fakta yang sama dengan penekanan
peningkatan angka perceraian pada anggota-anggota kepolisian republik
Indonesia untuk itu untuk setiap anggota Polri yang akan melangsungkan
perkawinan harus melakukan proses sidang Pra Nikah dengan prosedur yang
telah ditetapkan sebelum menjadi keluarga bhayangkara atau istri polisi
Bhayangkari ini yang nantinya akan bertugas dengan kegiatan khusus yang
mana kegiatan tersebut didalamnya memuat tentang bagai mana menjadi
keluarga yang harmonis dan pencegahan terhadap perceraian dalam rumah
tangga pun sudah menjadi kewajiban sehingga tidak mudah untuk
mengajukan perceraian.
12 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang – Undang Perkawinan No.1 Tahun1974, (Yogyakarta: Liberty, 1997), h.75
10
Tabel 1. Angka Pernikahan dan Perceraian di Indonesia
No TahunAngka
pernikahanAngka
perceraian1 2012 2.162.268 216.286
2 2013 2.207.364 285.184
3 2014 2.319.821 258.119
4 2015 2.291.265 372.577
52016
Januari-September
2.218.130 46.476
Sumber : Data Kementrian Agama RI Tahun : 2016
Perceraian di Indonesia yang semakin mencemaskan dari waktu ke
waktu. BKKBN menyatakan tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati
urutan tertinggi di Asia, ternyata di tahun-tahun berikutnya jumlah perceraian
tetap semakin meningkat. Melihat data pernikahan dan perceraian di Indonesia
yang dirilis oleh data Badilag MA, tampak pernikahan relatif tetap di angka
dua juta dua ratusan ribu setiap tahun, sementara perceraian selalu meningkat
hingga tembus di atas tiga ratus ribu kejadian setiap tahunnya. Perhatikan data
berikut ini. Data yang benar-benar sudah sangat mencemaskan. Sepertinya
sangat mudah bagi masyarakat Indonesia untuk memutuskan kawin dan
bercerai.
Tahun 2013 menikah 2.218.130 kejadian, cerai 324.527 kejadian. Tahun
2014:menikah 2.319.821 kejadian, cerai 258.119. Tahun 2015: menikah
2.291.265 kejadian, cerai 372.577. Tahun 2016 Januari- September menikah
1.218.130 kejadian, cerai 46.920. Sebagai sampel data dua tahun terakhir di
2015 dan 2016 saja. Jika diambil tengahnya, angka perceraian di dua tahun itu
11
sekitar 419.497 kasus. Perceraian terjadi karena gugat cerai dari pihak istri
dengan persoalan tidak bisa akur 22.590 kasus dengan persentase 48,1%.
Banyaknya faktor pendorong melakukan tindakan perceraian yang ada di
Indonesia bukan hanya adanya orang ketiga, namun bisa berlatar belakang dari
adanya konflik faktor ditinggal pasangan, ekonomi, KDRT, pasangan mabuk,
pasangan berjudi, poligami, cacat badan, dihukum penjara, zina, kawin paksa,
murtad, sikap hedonisme, faktor komunikasi, alasan masalah seksual dan bisa
juga faktor dari lamanya pernikahan namun belum mendapatkan keturunan.
Berikut tabel alasan perceraian data dari Badilag MA Kementrian Agama RI
Januari-September 2016;
Tabel 2. Alasan Perceraian Suami Istri di IndonesiaNo Perkara Jumlah Kasus Persentase1 Tidak Bisa Akur 22.590 48,1%2 Tinggalkan Pasangan 10.412 22,2%3 Ekonomi 7.204 15,3%4 KDRT 2.240 4,8%5 Pasangan Pemabuk 1.244 2,6%6 Pasangan Penjudi 8,74 1,9%7 Poligami 525 1,1%8 Cacat Badan/ Sakit 525 1,1%9 Dihukum Penjara 281 0,6%10 Zina 215 0,4%11 Kawin Paksa 200 0,4%12 Murtad 155 0,3%13 Lain-lain 205 0,4%
Total 46.920 100%Sumber:Data Badilag MA Januari-September 2016
Realitas yang harus disikapi pada kenyataannyan pada tahun 2016
dilansir dari data Badilag MA adalah penyebab perceraian tidak bisa akur
adanya ketidak cocokan dan ditinggal pasangan adalah penyebab tertinggi
kedua terjadinya perceraian di Indonesia pada tahun 2016, sebagaimana data
12
dari Dirjen Badilag Mahkamah Agung RI. Alasan ini mungkin tampak terlalu
dibuat-buat untuk konteks Indonesia.
Adanya konflik pemicu bercerai pasangan tidak bisa akur karena
adanya perbedaan dalam membina rumah tangga yang membuat pasangan
mengakhiri kehidupan berumah tangga. Sudah semestinya pernikahan atau
pun perkawinan adalah menyatukan perbedaan antara suami dan istri.
Manusia tentunya mempunyai kelemahan kekurangan dan kelebihan masing-
masing. Dan rumah tangga saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Akan tetapi bila perbedaan tidak disikapi dengan bijaksana baik oleh
suami atau pun sang istri maka justru perbedaan menyebabkan seseorang
melepas hubungan dengan orang lain tanpa tolerasi terlebih dahulu.
Seharusnya perbedaan menjadikan seseorang mengerti kekurangan
antar satu dengan lainnya dan mewujudkan solusi untuk bersatu dan saling
mengisi, bukan menjadikan perpisahan dan perpecahan. Contoh perbedaan
dalam masalah pernikahan antara lain bisa berwujud pada perbedaan faham
dan keyakinan. Perbedaan ide dan pemikiran. Perbedaan status sosial dari
masing-masing keluarga (kaya dan miskin). Selanjutnya tertinggi kedua
perceraian dengan kasus ditinggal pasangan adalah penyebab tertinggi kedua
karena dapat memicu perselingkuhan, zina, poligami, di hukum penjara dan
pergi dalam dinas yang terlalu lama seperti anggota Polri yang mau tidak mau
harus meninggalkan keluarga dalam menunaikan kewajiban tugas Negara,
namun dalam perjalanannya terdapat masalah yang dapat mengakibatkan
perselingkuhan atau poligami terjadi mungkin tidak terkait dengan
13
penentangan terhadap konsep monogami atau norma masyarakat yang penuh
batasan. Bisa jadi orang ingin sedikit eksentrik atau berbeda dari orang lain,
namun perselingkuhan di Indonesia lebih banyak dilakukan dengan
tersembunyi, bukan terang-terangan. Jadi untuk alasan sering terjadi di
Indonesia. Alasan berikutnya adalah mencari kepuasaan emosional yang tidak
tepenuhi dalam perkawinan. Di jadikan alasan perselingkuhan dalam kondisi
jauh dari pasangan, namun nyata karena memang senyatanya itu bisa terjadi
di Indonesia. Data berikutnya yang berkenaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu dilihat dari peningkatan angka perceraian pada anggota
brimob Polda Lampung yang mana juga data pertahun menunjukan kenaikan
tingkat perceraian pada Anggota Polri ini dapat dilihat dari data tabel 3.
Angka Pernikahan dan Perceraian Kesatuan Brimob Polda Lampung.
Tabel 3. Angka Pernikahan dan Perceraian Angota Brimob Polda LampungMelalui Prosedur Sidang Pra Nikah
No TahunAngka pernikahanMelalui ProsedurSidang Pra Nikah
Angkaperceraian
1 2012 30 1
2 2013 22 2
3 2014 45 0
4 2015 27 0
5 2016 38 0Sumber : Data Brimob Polda Lampung Tahun : 2016
14
Tabel 4. Angka Pernikahan Brimob Polda Lampung Tidak Melalui Prosedur
No Tahun Angka pernikahanTidak Melalui Prosedur
Angkaperceraian
1 2012 11 9
2 2013 14 8
3 2014 5 3
4 2015 9 7
5 2016 11 8Sumber : Data Brimob Polda Lampung Tahun : 2016
Tabel 3 dan 4 di atas menunjukan jelas tingkat angka perceraian
terjadi ditiap tahunnya lebih banyak pada anggota Brimob Polda Lampung
yang tidak melalui prosedur sidang pra nikahan. Realitas ini menjadi sesuatu
yang ingin penulis kaji lebih dalam mengenai perceraian anggota Polri dalam
sebuah ikatan perkawinan yang mana tidak dapat dihindari, dari bercerai yaitu
pertama kasusnya adalah tidak bisa akur dan kedua adalah kasus ditinggal
pasangan , mau tidak mau jelas sekali untuk menikah dengan anggota Polri
pasti harus dapat memanajeman keadaan ketika suami meninggalkan keluarga
saat ditinggal bekerja untuk tugas Negara, pertengkaran konflik yang
berkepanjangan yang dikarenakan ditinggalkan tugas dinas yang terlampau
lama beruujung poligami dan perselingkuhan, seringnya istri di tinggal suami,
sehingga rentan menghadapi perceraian.
Adapun upaya meminimalisir angka perceraian yang meningkat
setiap tahun sebagai seorang anggota Polri, semua sisi kehidupan dan
berkeluarga diatur sesuai dengan aturan tertulis ataupun tidak tertulis.
Anggota Polri harus melalui serangkaian persiapan tahap dan rangkaian yang
sangat panjang untuk membangun dan membina rumah tangga, harus ada
15
ketentuan yang harus dipenuhi yaitu melakukan sidang pra nikah sebelum
melakukan akad nikah, dalam literatur fiqh klasik tidak ditemukan bahasan
khusus dengan nama perjanjian dalam perkawinan yang ada dalam
pembahasan fiqh dan sebagian kitab fiqh dengan maksud yang sama adalah
persyaratan dalam perkawinan, kaitan antara syarat dan perkawinan dengan
perjanjian dalam perkawinan adalah karena perjanjian itu berisi syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh pihak yang melakukan perjanjian dalam hal ini
pihak yang berjanji untuk memenuhi syarat yang telah ditentukan.13
Perjanjian dalam pernikahan terpisah dari akad nikah, jadi tidak ada
kaitannya antara hukum dan akad nikah yang dilaksanakan secara sah dengan
pelaksanaan syarat yang ditentukan dengan perjanjian itu, jadi hal ini berarti
bahwa tidak dipenuhinya perjanjian perkawinan tidak menyebabkan batalnya
pernikahan yang sudah sah.14 Sebagaimana dimaklumi bahwa akad
perkawinan dimaksudkan untuk hidup bersama dan berketurunan menurut
cara yang diridhai Allah SWT, serta diadakan akad perkawinan itu secara
sukarela, terhindar dari pemerkosaan dan pemaksaan maka dalam suatu akad
perkawinan antara mempelai laki dan mempelai perempuan diperbolehkan
mengadakan syarat-syarat atau janji-janji yang disepakati bersama dan
menjadi keinginan masing-masing sepanjang syarat dan janji itu tidak
menyalahi tujuan dan maksud perkawinan.15
13 Selamet Abidin dan Aminudin, Fiqh Munakahat 1, cet 1, ( Bandung : CV PustakaSetia, 1994 ), h.9
14 Ibid., h. 1515 Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan
di Indonesia, Cet.1, ( Yogyakarta : Binacipta, 2000 ), h. 45
16
Proses dan prosedur syarat atau janji itu sesuai dengan aturan yang
mengikat dan peraturan undang-undang yang mengharuskan anggota Polri
taat pada semua aspek yang berlaku di lingkungan Polri. Begitu juga
mengenai perkawinan, anggota polri khusus pada anggota kesatuan Brimob
yang ingin menikah diwajibkan untuk mengikuti proses jalannya sidang pra
nikah atau yang sering disebut dengan sidang nikah kantor. Anggota Polri
harus melengkapi berkas data diri dan keluarga yang membuktikan terbebas
dari pernah atau tidak seseorang melakukan tindakan pidana (SKCK),
keterangan bebas dari organisasi yang dilarang negara, keterangan kesehatan
yang dikeluarkan oleh rumah sakit Polri, serta keterangan keperawanan bagi
calon mempelai wanita. Setiap orang yang ingin menikah dengan anggota
Polri harus melengkapi semua ketentuan tersebut sehingga bisa dapat
dipastikan tak ada kesalahan atau kekeliruan mengenai riwayat dari calon
mempelai.
Pentingnya persyaratan di atas adalah mengingat personil satuan
brimob adalah satuan elite yang dimiliki Kepolisian, harus terhindar dari
pengaruh faham-faham dan organisasi yang dilarang oleh negara, serta
sebagai salah satu untuk mengetahui penelurusan asal usul siapa calon istri
dan orang tua istri. Serta keterangan kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah
sakit Polri bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya indikasi pemakai
narkoba, serta keterangan keperawanan atau tidak dalam keadaan hamil bagi
calon mempelai wanita
17
Semua ketentuan berlaku untuk semua anggota Polri di seluruh
Indonesia, akan tetapi ada suatu perbedaan berupa kekhususan apabila sidang
pra nikah dilaksanakan di Kesatuan Brimob termasuk pada Polda Lampung,
kekhususan tersebut berupa beberapa rangkaian sidang pra nikah yang bisa di
laksanankan sampai beberapa etape rangkaian sidang pra nikah berupa sidang
pra nikah untuk tingkat kompi, tingkat batalyon, tingkat satuan Brimob, dan
tingkat Polda.
Menurut Komisaris Besar Polisi Imam Santoso selaku Komandan
Satuan Brimob Polda Lampung, “Banyak perceraian terjadi karena tidak
melalui penyuluhan dan sidang pra nikah yang sebenarnya memiliki tujuan,
diadakanya sidang pra nikah yang terdiri dari beberapa rangkaian tahapan
tersebut memang sulit dan panjang rangkaiannya sebagai tindakan preventif
meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga bagi
anggotanya karena di dalam prosesnya ada penyuluhan, perkenalan dan
aturan-aturan sebagai suami/istri anggota polri, yang diarahkan untuk
mewujudkan keluarga polri yang damai, sakinah, mawadah, warahmah
sehingga akan terhindar dari konflik rumah tangga hingga perceraian dan
jangan sampai seperti tindakan penembakan terhadap istri dan lain-lain.
Terhadap perkara kaitannya dengan sidang nikah kantor pada anggota Satuan
Brimob Polda Lampung”.16
Realitas yang terjadi ini penulis menganggap penting dilanjutkan
sebagai penelitian untuk dapat melihat bagaimana proses sidang nikah kantor
16 Kombes Pol Imam Santoso, Kepala Satuan Brimob Polda Lampung, Wawancara,Bandar Lampung, 17 Februari 2016
18
sebagai salah satu tindakan preventif dan meminimalisir angka perceraian dan
konflik dalam rumah tangga yang terjadi di Satuan Brimob Polda Lampung
dengan melihat dari perspektif hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan
Hadits untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Aggota Brimob Dalam
Meminimalisir Perceraian (Studi di Satuan Brimob Polda Lampung)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Masih ada di antara anggota kepolisian yang tidak mengikuti sidang
pra nikah terlebih dahulu, banyak yang terlambat melakukan sidang.
b. Proses pengajuan prosedur pernikahan memakan waktu yang cukup
lama membutuhkan waktu 6 bulan dan sebagian anggota Brimob
memilih menikah terlebih dahulu selanjutnya baru melakukan sidang
nikah kantor.
c. Aparat kepolisian sebagai penegak hukum harus melakukan sidang
pra nikah untuk dapat mewujudkan keluarga yang harmonis.
2. Batasan Masalah
Pembatasan masalah penelitian ini perlu dilakukan agar
pembahasan tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok
permasalahan untuk itu penulis membatasi penelitian dengan hanya
membahas tahapan tentang sidang nikah kantor anggota Satuan Brimob
19
Polda Lampung dilihat dari perspektif hukum Islam dan dampak dari
berlangsungnya sidang pra nikah.
C. Rumusan Masalah
Latar belakang dan fokus masalah di atas rumusan masalah pada
penelitian ini:
a. Bagaimana prosesi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda
Lampung?
b. Bagaimana proses tahapan sidang pra nikah tersebut ditinjau dari
hukum Islam?
c. Bagaimana implikasi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda
Lampung dalam meminimalisir perceraian?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mempelajari dan mengkaji
informasi secara teoritis dan empiris secara spesifik penelitian ini ditujukan
untuk:
a. Untuk mengetahui prosesi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda
Lampung?
b. Untuk mengetahui proses tahapan sidang pra nikah tersebut ditinjau
dari hukum Islam?
c. Untuk mengetahui implikasi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob
Polda Lampung dalam meminimalisir perceraian?
20
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara
praktis dan secara teoritis yaitu;
1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh
masyarakat, terutama para pembuat keputusan untuk membantu
memecahkan masalah perceraian yang meningkat di Indonesia, terutama
penelitian ini untuk melihat apakah ada manfaat dari pernikahan pra kantor
yang dilakukan kesatuan Brimob Polda Lampung dapat meminimalisir
terjadinya perceraian. Dengan kata lain, penelitian ini dianggap penting
untuk memberikan sumbangan atau row input dan solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah didalam keluarga anggota Polri
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memperkaya
perbendaharaan pengetahuan dan teori tentang hukum keluarga, yang
nantinya akan sangat berguna dalam menambah wacana dan diskursus
ilmiah di dunia perlindungan rumah tangga terutama dalam perspektif
Islam.
F. Kerangka Teoritik
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Nikah Kantor Aggota Brimob
Dalam Meminimalisir Perceraian dalam penyusunan model penelitian ini
diukur menggunakan Indikator kajian mendalam dengan metode kualitatif
deskriptif. Sidang pra nikah merupakan suatu perjanjian atau suatu perbuatan
kesepakatan yang sesuai pada bab Ketujuh dalam KUHPerdata tentang
perjanjian perkawinan pasal 139 “Dengan mengadakan perjanjian
21
perkawinan, kedua calon suami istri adalah berhak menyiapkan beberapa
penyimpangan dari peraturan undang-undang sekitar persatuan harta
kekayaan, asal perjanjian itu tidak meyalahi tata susila yang baik atau tata
tertib umum dan asal diindahkan pula segala ketentuan-ketentuannya. Di
dalam sidang pra nikah ini penyusun akan mengupas perjanjian perjanjian
yang berupa aturan yang dibuat berdasarkan konsep maqashid as-syariah
sebagai teori, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik
rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya
untuk kehidupan dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di
akhirat kelak. Sangat erat kaitannya dengan sidang pra nikah ini adalah untuk
terwujudnya tujuan hukum islam sebagai pemelihara agama, akal, jiwa,
keturunan dan harta.
Imam al-Ghazali, paling tidak ada lima aspek kemaslahatan yang
harus dicakup dalam suatu produk hukum yaitu memelihara agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta. Dengan kata lain apabila telah memelihara kelima
aspek tujuan syariat itu maka akan dapat dinamakan maslahah. Penelitian ini
akan mengacu pada konsep al-maslahah al-mursalah dimana dalam hukum
islam disebut sebagai sumber hukum yang masuk dalam wilayah ijtihad yaitu
ketentuan yang diperoleh dari akal manusia dan pemikiran manusia, sehingga
al-maslahah al-mursalah dapat penyusun pahami sebagai teori hukum. Jadi
pembentukan hukum dengan cara al-maslahah al-mursalah untuk
22
mewujudkan maslahah bagi manusia dengan arti untuk mendatangkan
manfaat dan menolak kemudharatan.17
Rangkaian sidang pra nikah pada satuan Brimob ini memiliki kaitan
yang sangat erat dengan terori hukum al-maslahah al-mursalah karena dalam
rangkian tersebut ada beberapa point yang harus dilaksanakan seperti
memelihara agama, dimana anggota Brimob yang akan menikah diharuskan
dengan agama yang sama, dan memilih calon pasangan harus melihat nasab
yang baik, maka dari itu di rangkaian kegiatan sidang pra nikah ada point
yang tak kalah penting yaitu melengkapi data riwayat hidup orang tua calon,
di mana di riwayat hidup tersebut tertera. Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK), surat tersaebut adalah surat yang dikeluarkan dari pihak
kepolisian yang berisikan catatan kejahatan seseorang.18 Jadi apabila orangtua
calon pernah melakukan tindakan kriminal secara otomatis tidak
diperkenankan untuk melanjutkan rangkaian sidang pra nikah. Pelaksanaan
sidang pranikah akan diberikan penyuluhan oleh Ankum Kasatker (atasan
hukum kepala satuan kerja) dalam hal ini adalah Kasat Brimob (Kepala
Satuan Brimob) penyuluhan tersebut berisikan gambaran atau pandangan
yang akan dialami oleh seorang isteri dari prajurit Brimob yang siap untuk
ditinggal kapan saja dan dalam waktu yang tak ditentukan, harus merelakan
suami separuh bahkan seluruh waktu digunakan untuk kepentingan negara.
17Kamal Mukhtar, Ushul Fiqh, ( Yogyakarta Dhana Bhakti Wakaf, 1995), h.14318Kepolisian Negara Republik Indonesia , “Surat Keterangan Catatan Kepolisian”
dalamhttps://www.polri.go.id/layanan-skck.php. 18 desember 2016
23
Gugur, hilang, wafat, cacat dalam tugas hal yang mungkin saja terjadi.
Akan tetapi jika calon istri rela terhadapprofesi yang dijalani suami itu semua
bisa membuahkan ladang amal dalam rumahtangga. Jadi pandangan dan
gambaran gambaran ini yang diberikan sehingga pada suatu hari kedepan kata
cerai tak akan terucap dari kedua belah pihak karena satu sama lain sudah
sangat mengerti konsekuensi akibat dari pernikahan dengan anggota Brimob,
sehingga hasil dari sidang pra nikah ini adalah untuk meminimalisir angka
perceraian di kalangan anggota Brimob dan nantinya akan sangat berguna
dalam menambah wacana dan diskursus ilmiah di dunia perlindungan rumah
tangga terutama dalam perspektif Islam.
24
KERANGKA PIKIR TINJAUAN HUKUM ISLAMTERHADAP SIDANG PRA NIKAH ANGGOTA BRIMOB
DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN
G. Telaah Kepustakaan
Penelitian yang berkaitan dengan tinjauan hukum Islam terhadap
sidang pra nikah anggota brimob sebenarnya masih sedikit dibahas dalam
karya ilmiah baik berupa skripsi, tesis, namun adanya beberapa artikel dan
buku yang membahas pernikahan anggota polri, akan tetapi penelitian yang
membahas Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Anggota
Brimob dalam Meminimalisir Perceraian, belum dapat dijumapai secara
KUALITATIFDESKRIPTIF
Prosesi Sidang Pra Nikah AnggotaBrimob Polda Lampung
Fedbackpositif
Implikasi Sidang Pra Nikah di SatuanBrimob Polda Lampung
Minimalisir Perceraian
TEKNIK ANALISIS DATA:REDUKSI DATA
PENYAJIAN DATAVERIFIKASI
Ttinjau dari prespektif hukum Islam( Al-Quran, Hadits, Maqashid Syari’ah, Maslahah mursalah, sadud dara’i)
quram
Anggota Brimob Menikah TanpaMelakukan Prosesi Sidang Pra Nikah
Sanksi Hukuman Disiplin(Kurungan Penempatan
Khusus) 7-21 Hari
25
khusus pembahasannya dalam buku, skripsi, tesis ataupun artikel yang
dahulu. Contoh karya ilmiah yang membahas tentang sidang pra nikah
anggota Brimob yang ada hubungannya dengan penelitian ini, yaitu:
Artikel dari Divisi Humas Mabes Polri 19 Desember 2013 yang membahas
tentang sidang pra nikah anggota Polri atau sidang BP4R (Badan Pembantu
Penasehat Perkawinan Perceraian dan Rujuk). Artikel Tribrata News Polda
Aceh tanggal 6 Januari 2016 yang menjelaskan tentang syarat anggota Polri
yang akan menikah. Artikel yang ditulis oleh Kabid Humas Polda Aceh
Kombes Pol T.Saladin, yang dimuat dalam majalah portal resmi Polda Aceh
yang menjelelaskan pentingnya sidang pra nikah anggota Polri. Dari berbagai
alasan di atas, menginspirasikan penulis untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Anggota
Brimob dalam Meminimalisir Perceraian”, karena dalam penelitian ini
terdapat kekhasan menurut penulis, sebab penelitian ini yang pertama kali ada
yang mengangkat tema sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda Lampung
terkait meminimalisir perceraian
H. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan. Bab ini adalah merupakan bab pendahuluan yang
berisikan antara lain latar belakang masalah, identifikasi dan batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka
pemikiran dan sistematika penulisan.
26
Bab II Landasan Teori. Bab ini terdiri 7 (tujuh) sub bab yang
pertama, tinjauan perkawinan dan hukum Islam, kedua syarat rukun
perkawinan menurut Islam, ketiga pencatatan perkawinan dan keempat
tinjauan pra nikah dalam Islam.
Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini penulis akan menguraikan
pembahasan tentang metode yang dipergunakan dalam penulisan tesisi ini
meliputi jenis dan sifat penelitian, sumber data, pendekatan penelitian,
Sumber data penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab IV Penyajian dan analisis data. pada bab ini penulis akan
menguraikan tentang profil satuan Brimob Polda Lampung berisi tugas,
fungsi dan wewenang Satuian Brimob Polda Lampung. Kedua adalah
program kerja Satuan Brimob Polda Lampung. Ketiga adalah prosesi dan
tahapan sidang pra nikah anggota Kesatuan Brimob Polda Lampung yang
berisi latar belakang pelaksanaan sidang pra nikah, syarat-syarat sidang pra
nikah, tujuan pelaksanaan sidang pra nikah Keempat prosesi sidang pra
nikah ditinjau dari hukum Islam. Kelima adalah implikasi sidang pra nikah
dalam meminimalisir perceraian.
Bab V Penutup bab ini memaparkan tentang kesimpulan akhir dari
bab-bab sebelumnya dan disertai dengan rekomendasi sebagai hasil dari
kesimpulan dan Saran.