bab i pendahuluan a. latar belakang masalah dengan cara...

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan fitrah manusia, oleh karena itu hidup berumah tangga dan menghindari hidup melajang sangat dianjurkan oleh agama Islam, untuk menuju kebahagiaan yang merupakan dambaan bagi setiap insan manusia. Salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan itu salah satunya adalah dengan cara perkawinan. Hal ini sesuai dengan apa yang Allah SWT firmankan dalam QS. Ar-Ruum:21: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qs Ar-ruum : 21) 1 1 AL-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia Tehazed,2010,Hal 15.

Upload: trinhtruc

Post on 07-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan fitrah manusia, oleh karena itu hidup berumah

tangga dan menghindari hidup melajang sangat dianjurkan oleh agama Islam,

untuk menuju kebahagiaan yang merupakan dambaan bagi setiap insan

manusia. Salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan itu salah satunya adalah

dengan cara perkawinan. Hal ini sesuai dengan apa yang Allah SWT

firmankan dalam QS. Ar-Ruum:21:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakanuntukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung danmerasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasihdan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benarterdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qs Ar-ruum : 21)1

1 AL-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Kementrian Agama Republik IndonesiaTehazed,2010,Hal 15.

2

Allah SWT telah mengatur lembaga perkawinan sedemikian rupa

dalam syari’at Nya pada al-Qur’an dan Hadis agar terjaga kehormatannya,

martabat dan kemuliaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya,

perkawinan ini adalah salah satu syari’at Islam yang merupakan ketetapan

illahi.2 Perkawinan merupakan wadah untuk melanggengkan kebahagiaan

manusia, bukan sebagai pengekang pasangan hidup. Oleh karena itu

perkawinan dalam Islam tidak untuk dalam waktu jangka waktu terbatas atau

tertentu, melainkan untuk selama lamanya hingga maut memisahkan kedua

pasangan hidup.3 Perkawinan bertujuan agar dapat terbinanya hubungan antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai satu sama lain,

agar dapat hidup berdampingan secara damai, sejahtera, serta memperoleh

keturunan sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, yang sangat

relevan disebutkan dalam hadits :

عن عا ئشة قالت قال رسول اهللا صلى اهللا علیھ و سلم بسنتي فلیس مني النكاح من سنتي فمن لم یعمل

كم اال مم ومن كان ذاطول فلینكح ومن بوتزوجوا فإني مكاثرأخرجھ ابن ماجھ في . (فعلیھ بالصیام فإن الصوم لھ وجاء یجدلم

)كتاب النكاح

Artinya: “Dari ‘Aisyah, Dia berkata Rasulullah SAW bersabda:Nikah itu sebagian dari sunahku, barang siapa yang tidak maumengamalkan sunahku, maka dia bukan termasuk golonganku. Danmenikahlah kalian semua, sesungguhnya aku (senang) kalianmemperbanyak umat, dan barang siapa (diantara kalian) telahmemiliki kemampuaan atau persiapan (untuk menikah) makamenikahlah, dan barang siapa yang belum mendapati dirinya

2 Quraish shihab, Wawasan al-Quran : Tafsir maudhu’I atas perlbagai persoalan umat,(Bandung : Mizan, 1998), h. 191

3 Yayan Sopyan, Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam HukumNasional, (Jakarta: Wahana Semesta Intermedia, 2012), h. 174

3

(kemampuan atau kesiapan) maka hendaklah ia berpuasa,sesungguhnya puasa merupakan pemotong hawa nafsubaginya.” (dikeluarkan dari HR. Ibnu Majah dalam Kitab Nikah).4

Pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya, dan dicatat menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pada prinsipnya, perkawinan di Indonesia

adalah Monogami, yaitu dalam suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh

mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang

suami, kecuali pengadilan memberi izin kepada seorang suami untuk beristri

lebih dari seorang (Poligami) apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan dengan syarat yang ditentukan oleh undang-undang.

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1

disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Yang menjadi tujuan dasar setiap pembentukan rumah tangga, yaitu

selain untuk mendapatkan keturunan yang saleh, adalah untuk dapat hidup

tentram, adanya suasana sakinah yang disertai oleh rasa kasih sayang.5 Dari

batasan perkawinan tersebut jelaslah bahwa keinginan bangsa dan negara

4 Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qarwini, Sunan Ibn MajahJuz 1, (Beirut, Libanon: Daarul Kutub al-‘Ilmiah, 275 H), h. 592

5 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Konteporer, (Jakarta: PrenadaMedia, 2004), h. 96

4

yang dituangkan ke dalam undang-undang perkawinan menghendaki agar

setiap perkawinan dapat membentuk keluarga yang bahagia artinya tidak akan

mengalami penderitaan lahir batin. Demikian pula bahwa setiap perkawinan

diharapkan dapat membentuk keluarga yang kekal artinya tidak mengalami

perceraian.6

Salah satu aspek syari’ah adalah ketentuan hukum yang berkaitan

dengan masalah perkawinan (munakahat). Dalam Islam disyari’atkannya

perkawinan pada hakekatnya adalah sebagai upaya legalisasi hubungan

seksual, sekaligus untuk mengembangkan keturunan yang sah dan menjaga

dari percampuran nasab. Disamping itu Allah SWT menjadikan perkawinan

yang diatur menurut syari’at Islam sebagai penghormatan dan penghargaan

yang tinggi terhadap harga diri, yang diberikan oleh Islam khusus untuk

manusia diantara makhluk-makhluk lainnya.7

Hukum melakukan perkawinan atau pernikahan dalam Islam dapat

dibedakan ke dalam lima macam: diantaranya yaitu, perkawinan wajib

(azzawajal-wajib), yaitu perkawinan yang harus dilakukan oleh seseorang

yang memiliki kemampuan untuk menikah (Berumah Tangga) serta nafsu

biologis (nafsu syahwat) dan khawatir benar dirinya akan melakukan

perbuatan zina manakala tidak melakukan pernikahan, keharusan menikah ini

didasarkan atas alasan bahwa mempertahankan diri dari kemungkinan berbuat

zina adalah wajib. Dan karena satu-satunya sarana untuk menghindarkan diri

6 Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, Jakarta: 2001, hlm. 1.7 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 1993, hlm. 23.

5

dari perbuatan zina itu adalah nikah, maka menikah menjadi wajib bagi

orang-orang seperti ini.

Lepas dari hukum pernikahan yang beraneka ragam ini, yang pasti

pada satu sisi nabi Muhammad saw menganjurkan para pemuda yang

memiliki kemampuan biaya hidup supaya melakukan pernikahan, sementara

pada sisi lain, nabi melarang keras umat Islam melakukan tabattul

(membujang selamanya). Jumhur ulama ulama pun sepakat bahwa setiap laki-

laki dan perempuan yang ingin menjalin cinta kasih dan menyalurkan

kehidupan biologis atau lebih tepat lagi membentuk kehidupan berumah

tangga, mereka harus melakukannya melalui ‘aqdun-nikah (akad nikah).8

Islam sangat menghendaki rumah tangga yang harmonis, rumah

tangga yang sesuai dengan tuntunan agama, dimana tolak ukur keluarga yang

harmonis itu dapat dirasakan dengan hadir nya suatu keadaan yang sakina,

mawadda, dan rahmah, keluarga yang semua anggotanya merasakan

ketenangan, kedamaian, keamanan, kebahagiaan juga keberkahan. Keluarga

yang saling menerima, memahami serta di liputi oleh suasana jiwa penuh

kesyukuran, terjauhkan dari penyelewengan dan kerusakan. Dengan

demikian, pernikahan merupakan suatu sunnatullah yang umum yang berlaku

bagi manusia dan pernikahan adalah cara yang diberikan Allah SWT untuk

melestarikan hidup umat manusia. Persiapan nikah adalah salah satu hal yang

penting untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan dan mencakup

beberapa aspek diantaranya adalah persiapan calon mempelai, persiapan

8 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, hlm. 91-92

6

hukum dan syariah serta persiapan anggaran yang dibutuhkan. Persiapan

calon mempelai meliputi persiapan fisik, persiapan mental, persiapan

spiritual, persiapan ekonomi dan persiapan sosial. Persiapan yang harus

diperhatikan selanjutnya adalah persiapan anggaran atau dana yang akan

digunakan pada saat menikah. Meskipun hal ini tidaklah wajib atau tidaklah

harus seseorang menggelar pesta yang meriah untuk pernikahannya, namun

tetap saja dalam melangsungkan pernikahan, ada biaya yang harus

dikeluarkan misalnya untuk kepengerusan dokumen, acara akad nikah, dan

lain sebagainya.

Kaitan perkawinan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat

dikatakan keberhasilan dan kesejahteraan suatu negara bersumber pula dari

ketentraman dan kesejahteraan dari negara-negara kecil yang tidak lain

keluarga-keluarga rakyatnya. Kelancaran penyelenggaraan tugas

pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada

kesempurnaan aparatur negaranya khususnya Pegawai Negeri, karena itu

diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang

bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan

yang adil dan merata.9 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok kepegawaian,

menyebutkan Pegawai Negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Tentara

Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

9 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8Tahun 1974 tentang pokok kepegawaian

7

Polri dan Polwan adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi

masyarakat yang harus menjadi teladan bagi masyarakat dalam tingkah laku

dan ketaatannya pada perundang-undangan yang berlaku. Polri bekerja dua

puluh empat jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.10 Untuk dapat

melaksanakan kewajiban yang demikian dibutuhkan kesiapan mental dan

fisik yang tangguh. Di samping itu anggota Polri juga manusia biasa, yang

mempunyai kebutuhan biologis dan dorongan seksual. Dan sebagai tempat

penyaluran kebutuhan seksual yang paling baik adalah pernikahan. Karena

dengan berkeluarga seseorang akan lebih tenang hidupnya dan lebih terjaga

dari hal-hal maksiat.

Sebelum memasuki gerbang perkawinan, seorang anggota Polri yang

akan melaksanakan perkawinan harus mempersiapkan diri dari berbagai hal,

termasuk di dalamnya diusahakan antara kedua belah pihak pria dan wanita

mempunyai kesamaan-kesamaan. Hal tersebut dimaksudkan agar pria dan

wanita mempunyai visi dan misi yang sama dalam menjalankan kehidupan

keluarga yang bahagia dan abadi. Untuk menciptakan tatanan keluarga yang

diidealkan oleh Al-Qur’an yaitu keluarga yang diliputi suasana mawaddah

warahmah, diperlukan persyaratan-persyaratan tersebut berkaitan dengan

berbagai kesiapan, baik kesiapan fisik maupun mental. Salah satu usaha

kearah itu adalah dengan adanya petunjuk pelaksanaan yaitu Peraturan

Kapolri Nomor 9 tahun 2010 tentang nikah, cerai, dan rujuk anggota Polri,

perkawinan anggota Polri dimaksudkan agar di dalam membina rumah tangga

10 Satjipto Raharjo, dan Anton Tabah, Polisi Pelaku Dan Pemikir, Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama, 1993, hlm. 214.

8

setiap anggota Polri dapat meminimalisir naiknya jumlah angka perceraian di

Indonesia, untuk itu diperlukan aturan-aturan baku yang bertujuan

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang penuh kasih sayang. Pengaturan

pernikahan bagi anggota Polri ini merupakan revisi dari peraturan Juklak

(petunjuk pelaksanaan) No.POL:07/III/1988 tentang izin kawin.11 Petunjuk

pelaksanaan ini mengacu pada Keputusan Menteri Pertahanan/Panglima

Angkatan Bersenjata No:Kep/01/I/1980 Tentang Peraturan Perkawinan

perceraian dan rujuk anggota ABRI.

Meskipun pada mulanya suami istri penuh rasa kasih sayang seolah-

olah tidak akan menjadi pudar, namun dalam kehidupan berumah tangga

kenyataan rasa kasih sayang bila tidak dirawat bisa menjadi pudar, bahkan

bisa hilang berganti dengan kebencian. Suami isteri yang bertikai tidak boleh

terlalu cepat mengambil keputusan bercerai, karena banyaknya masalah

dalam rumah tangga masih bisa untuk disusun dan dibina menjadi lebih baik.

Agama Islam memberikan pengajaran adanya banyak jalan penyelesaian

dalam konflik rumah tangga sehingga menghidarkan terjadinya perceraian,

namun perceraian adalah suatu hal yang dianggap boleh dalam islam namun

di benci oleh Allah SWT.

Islam hanya mengizinkan perceraian ketika tidak ada jalan lagi untuk

keluar dari lingkaran ketegangan yang terus menerus dari rumah tangga.

Bahwa sudah dipertimbangkan perceraian itulah jalan terbaik bagi pasangan

11 Disbintal Mabes POLRI, Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan rujuk bagianggota POLRI dan PERSSIP POLRI , / 07 / III / 1988.Tentang Perkawinan, Perceraian Dan RujukBagi Anggota POLRI Dan PERSSIP POLRI.

9

suami istri yang sedang berkonflik dari pada hidup terus menerus dalam

perselisihan, dalam konflik keluarga pada akhirnya perceraian menjadi suatu

jalan alternatif.12

BKKBN pada tahun 2013 menyatakan bahwa 70% adalah cerai

gugat istri, dengan alasan tertinggi tidak harmonisan. Perceraian membawa

dampak bagi anak yang tidak mendapat kasih sayang secara utuh dari kedua

orang tua. Memasuki tahun 2016, angka perceraian di Indonesia masih tetap

tinggi angka tertinggi perceraian menyatakan pasangan bercerai tidak bisa

akur dengan persentase 48,1% dengan jumlah 22.590 pasangan bercerai.

Perceraian di Indonesia masih sangat tinggi. Sebagian besar karena

gugat cerai dari pihak istri. Penguatan ketahanan keluarga masih menjadi

persoalan besar bagi bangsa Indonesia. Fakta yang sama dengan penekanan

peningkatan angka perceraian pada anggota-anggota kepolisian republik

Indonesia untuk itu untuk setiap anggota Polri yang akan melangsungkan

perkawinan harus melakukan proses sidang Pra Nikah dengan prosedur yang

telah ditetapkan sebelum menjadi keluarga bhayangkara atau istri polisi

Bhayangkari ini yang nantinya akan bertugas dengan kegiatan khusus yang

mana kegiatan tersebut didalamnya memuat tentang bagai mana menjadi

keluarga yang harmonis dan pencegahan terhadap perceraian dalam rumah

tangga pun sudah menjadi kewajiban sehingga tidak mudah untuk

mengajukan perceraian.

12 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang – Undang Perkawinan No.1 Tahun1974, (Yogyakarta: Liberty, 1997), h.75

10

Tabel 1. Angka Pernikahan dan Perceraian di Indonesia

No TahunAngka

pernikahanAngka

perceraian1 2012 2.162.268 216.286

2 2013 2.207.364 285.184

3 2014 2.319.821 258.119

4 2015 2.291.265 372.577

52016

Januari-September

2.218.130 46.476

Sumber : Data Kementrian Agama RI Tahun : 2016

Perceraian di Indonesia yang semakin mencemaskan dari waktu ke

waktu. BKKBN menyatakan tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati

urutan tertinggi di Asia, ternyata di tahun-tahun berikutnya jumlah perceraian

tetap semakin meningkat. Melihat data pernikahan dan perceraian di Indonesia

yang dirilis oleh data Badilag MA, tampak pernikahan relatif tetap di angka

dua juta dua ratusan ribu setiap tahun, sementara perceraian selalu meningkat

hingga tembus di atas tiga ratus ribu kejadian setiap tahunnya. Perhatikan data

berikut ini. Data yang benar-benar sudah sangat mencemaskan. Sepertinya

sangat mudah bagi masyarakat Indonesia untuk memutuskan kawin dan

bercerai.

Tahun 2013 menikah 2.218.130 kejadian, cerai 324.527 kejadian. Tahun

2014:menikah 2.319.821 kejadian, cerai 258.119. Tahun 2015: menikah

2.291.265 kejadian, cerai 372.577. Tahun 2016 Januari- September menikah

1.218.130 kejadian, cerai 46.920. Sebagai sampel data dua tahun terakhir di

2015 dan 2016 saja. Jika diambil tengahnya, angka perceraian di dua tahun itu

11

sekitar 419.497 kasus. Perceraian terjadi karena gugat cerai dari pihak istri

dengan persoalan tidak bisa akur 22.590 kasus dengan persentase 48,1%.

Banyaknya faktor pendorong melakukan tindakan perceraian yang ada di

Indonesia bukan hanya adanya orang ketiga, namun bisa berlatar belakang dari

adanya konflik faktor ditinggal pasangan, ekonomi, KDRT, pasangan mabuk,

pasangan berjudi, poligami, cacat badan, dihukum penjara, zina, kawin paksa,

murtad, sikap hedonisme, faktor komunikasi, alasan masalah seksual dan bisa

juga faktor dari lamanya pernikahan namun belum mendapatkan keturunan.

Berikut tabel alasan perceraian data dari Badilag MA Kementrian Agama RI

Januari-September 2016;

Tabel 2. Alasan Perceraian Suami Istri di IndonesiaNo Perkara Jumlah Kasus Persentase1 Tidak Bisa Akur 22.590 48,1%2 Tinggalkan Pasangan 10.412 22,2%3 Ekonomi 7.204 15,3%4 KDRT 2.240 4,8%5 Pasangan Pemabuk 1.244 2,6%6 Pasangan Penjudi 8,74 1,9%7 Poligami 525 1,1%8 Cacat Badan/ Sakit 525 1,1%9 Dihukum Penjara 281 0,6%10 Zina 215 0,4%11 Kawin Paksa 200 0,4%12 Murtad 155 0,3%13 Lain-lain 205 0,4%

Total 46.920 100%Sumber:Data Badilag MA Januari-September 2016

Realitas yang harus disikapi pada kenyataannyan pada tahun 2016

dilansir dari data Badilag MA adalah penyebab perceraian tidak bisa akur

adanya ketidak cocokan dan ditinggal pasangan adalah penyebab tertinggi

kedua terjadinya perceraian di Indonesia pada tahun 2016, sebagaimana data

12

dari Dirjen Badilag Mahkamah Agung RI. Alasan ini mungkin tampak terlalu

dibuat-buat untuk konteks Indonesia.

Adanya konflik pemicu bercerai pasangan tidak bisa akur karena

adanya perbedaan dalam membina rumah tangga yang membuat pasangan

mengakhiri kehidupan berumah tangga. Sudah semestinya pernikahan atau

pun perkawinan adalah menyatukan perbedaan antara suami dan istri.

Manusia tentunya mempunyai kelemahan kekurangan dan kelebihan masing-

masing. Dan rumah tangga saling melengkapi antara satu dengan yang

lainnya. Akan tetapi bila perbedaan tidak disikapi dengan bijaksana baik oleh

suami atau pun sang istri maka justru perbedaan menyebabkan seseorang

melepas hubungan dengan orang lain tanpa tolerasi terlebih dahulu.

Seharusnya perbedaan menjadikan seseorang mengerti kekurangan

antar satu dengan lainnya dan mewujudkan solusi untuk bersatu dan saling

mengisi, bukan menjadikan perpisahan dan perpecahan. Contoh perbedaan

dalam masalah pernikahan antara lain bisa berwujud pada perbedaan faham

dan keyakinan. Perbedaan ide dan pemikiran. Perbedaan status sosial dari

masing-masing keluarga (kaya dan miskin). Selanjutnya tertinggi kedua

perceraian dengan kasus ditinggal pasangan adalah penyebab tertinggi kedua

karena dapat memicu perselingkuhan, zina, poligami, di hukum penjara dan

pergi dalam dinas yang terlalu lama seperti anggota Polri yang mau tidak mau

harus meninggalkan keluarga dalam menunaikan kewajiban tugas Negara,

namun dalam perjalanannya terdapat masalah yang dapat mengakibatkan

perselingkuhan atau poligami terjadi mungkin tidak terkait dengan

13

penentangan terhadap konsep monogami atau norma masyarakat yang penuh

batasan. Bisa jadi orang ingin sedikit eksentrik atau berbeda dari orang lain,

namun perselingkuhan di Indonesia lebih banyak dilakukan dengan

tersembunyi, bukan terang-terangan. Jadi untuk alasan sering terjadi di

Indonesia. Alasan berikutnya adalah mencari kepuasaan emosional yang tidak

tepenuhi dalam perkawinan. Di jadikan alasan perselingkuhan dalam kondisi

jauh dari pasangan, namun nyata karena memang senyatanya itu bisa terjadi

di Indonesia. Data berikutnya yang berkenaan dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu dilihat dari peningkatan angka perceraian pada anggota

brimob Polda Lampung yang mana juga data pertahun menunjukan kenaikan

tingkat perceraian pada Anggota Polri ini dapat dilihat dari data tabel 3.

Angka Pernikahan dan Perceraian Kesatuan Brimob Polda Lampung.

Tabel 3. Angka Pernikahan dan Perceraian Angota Brimob Polda LampungMelalui Prosedur Sidang Pra Nikah

No TahunAngka pernikahanMelalui ProsedurSidang Pra Nikah

Angkaperceraian

1 2012 30 1

2 2013 22 2

3 2014 45 0

4 2015 27 0

5 2016 38 0Sumber : Data Brimob Polda Lampung Tahun : 2016

14

Tabel 4. Angka Pernikahan Brimob Polda Lampung Tidak Melalui Prosedur

No Tahun Angka pernikahanTidak Melalui Prosedur

Angkaperceraian

1 2012 11 9

2 2013 14 8

3 2014 5 3

4 2015 9 7

5 2016 11 8Sumber : Data Brimob Polda Lampung Tahun : 2016

Tabel 3 dan 4 di atas menunjukan jelas tingkat angka perceraian

terjadi ditiap tahunnya lebih banyak pada anggota Brimob Polda Lampung

yang tidak melalui prosedur sidang pra nikahan. Realitas ini menjadi sesuatu

yang ingin penulis kaji lebih dalam mengenai perceraian anggota Polri dalam

sebuah ikatan perkawinan yang mana tidak dapat dihindari, dari bercerai yaitu

pertama kasusnya adalah tidak bisa akur dan kedua adalah kasus ditinggal

pasangan , mau tidak mau jelas sekali untuk menikah dengan anggota Polri

pasti harus dapat memanajeman keadaan ketika suami meninggalkan keluarga

saat ditinggal bekerja untuk tugas Negara, pertengkaran konflik yang

berkepanjangan yang dikarenakan ditinggalkan tugas dinas yang terlampau

lama beruujung poligami dan perselingkuhan, seringnya istri di tinggal suami,

sehingga rentan menghadapi perceraian.

Adapun upaya meminimalisir angka perceraian yang meningkat

setiap tahun sebagai seorang anggota Polri, semua sisi kehidupan dan

berkeluarga diatur sesuai dengan aturan tertulis ataupun tidak tertulis.

Anggota Polri harus melalui serangkaian persiapan tahap dan rangkaian yang

sangat panjang untuk membangun dan membina rumah tangga, harus ada

15

ketentuan yang harus dipenuhi yaitu melakukan sidang pra nikah sebelum

melakukan akad nikah, dalam literatur fiqh klasik tidak ditemukan bahasan

khusus dengan nama perjanjian dalam perkawinan yang ada dalam

pembahasan fiqh dan sebagian kitab fiqh dengan maksud yang sama adalah

persyaratan dalam perkawinan, kaitan antara syarat dan perkawinan dengan

perjanjian dalam perkawinan adalah karena perjanjian itu berisi syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh pihak yang melakukan perjanjian dalam hal ini

pihak yang berjanji untuk memenuhi syarat yang telah ditentukan.13

Perjanjian dalam pernikahan terpisah dari akad nikah, jadi tidak ada

kaitannya antara hukum dan akad nikah yang dilaksanakan secara sah dengan

pelaksanaan syarat yang ditentukan dengan perjanjian itu, jadi hal ini berarti

bahwa tidak dipenuhinya perjanjian perkawinan tidak menyebabkan batalnya

pernikahan yang sudah sah.14 Sebagaimana dimaklumi bahwa akad

perkawinan dimaksudkan untuk hidup bersama dan berketurunan menurut

cara yang diridhai Allah SWT, serta diadakan akad perkawinan itu secara

sukarela, terhindar dari pemerkosaan dan pemaksaan maka dalam suatu akad

perkawinan antara mempelai laki dan mempelai perempuan diperbolehkan

mengadakan syarat-syarat atau janji-janji yang disepakati bersama dan

menjadi keinginan masing-masing sepanjang syarat dan janji itu tidak

menyalahi tujuan dan maksud perkawinan.15

13 Selamet Abidin dan Aminudin, Fiqh Munakahat 1, cet 1, ( Bandung : CV PustakaSetia, 1994 ), h.9

14 Ibid., h. 1515 Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan

di Indonesia, Cet.1, ( Yogyakarta : Binacipta, 2000 ), h. 45

16

Proses dan prosedur syarat atau janji itu sesuai dengan aturan yang

mengikat dan peraturan undang-undang yang mengharuskan anggota Polri

taat pada semua aspek yang berlaku di lingkungan Polri. Begitu juga

mengenai perkawinan, anggota polri khusus pada anggota kesatuan Brimob

yang ingin menikah diwajibkan untuk mengikuti proses jalannya sidang pra

nikah atau yang sering disebut dengan sidang nikah kantor. Anggota Polri

harus melengkapi berkas data diri dan keluarga yang membuktikan terbebas

dari pernah atau tidak seseorang melakukan tindakan pidana (SKCK),

keterangan bebas dari organisasi yang dilarang negara, keterangan kesehatan

yang dikeluarkan oleh rumah sakit Polri, serta keterangan keperawanan bagi

calon mempelai wanita. Setiap orang yang ingin menikah dengan anggota

Polri harus melengkapi semua ketentuan tersebut sehingga bisa dapat

dipastikan tak ada kesalahan atau kekeliruan mengenai riwayat dari calon

mempelai.

Pentingnya persyaratan di atas adalah mengingat personil satuan

brimob adalah satuan elite yang dimiliki Kepolisian, harus terhindar dari

pengaruh faham-faham dan organisasi yang dilarang oleh negara, serta

sebagai salah satu untuk mengetahui penelurusan asal usul siapa calon istri

dan orang tua istri. Serta keterangan kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah

sakit Polri bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya indikasi pemakai

narkoba, serta keterangan keperawanan atau tidak dalam keadaan hamil bagi

calon mempelai wanita

17

Semua ketentuan berlaku untuk semua anggota Polri di seluruh

Indonesia, akan tetapi ada suatu perbedaan berupa kekhususan apabila sidang

pra nikah dilaksanakan di Kesatuan Brimob termasuk pada Polda Lampung,

kekhususan tersebut berupa beberapa rangkaian sidang pra nikah yang bisa di

laksanankan sampai beberapa etape rangkaian sidang pra nikah berupa sidang

pra nikah untuk tingkat kompi, tingkat batalyon, tingkat satuan Brimob, dan

tingkat Polda.

Menurut Komisaris Besar Polisi Imam Santoso selaku Komandan

Satuan Brimob Polda Lampung, “Banyak perceraian terjadi karena tidak

melalui penyuluhan dan sidang pra nikah yang sebenarnya memiliki tujuan,

diadakanya sidang pra nikah yang terdiri dari beberapa rangkaian tahapan

tersebut memang sulit dan panjang rangkaiannya sebagai tindakan preventif

meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga bagi

anggotanya karena di dalam prosesnya ada penyuluhan, perkenalan dan

aturan-aturan sebagai suami/istri anggota polri, yang diarahkan untuk

mewujudkan keluarga polri yang damai, sakinah, mawadah, warahmah

sehingga akan terhindar dari konflik rumah tangga hingga perceraian dan

jangan sampai seperti tindakan penembakan terhadap istri dan lain-lain.

Terhadap perkara kaitannya dengan sidang nikah kantor pada anggota Satuan

Brimob Polda Lampung”.16

Realitas yang terjadi ini penulis menganggap penting dilanjutkan

sebagai penelitian untuk dapat melihat bagaimana proses sidang nikah kantor

16 Kombes Pol Imam Santoso, Kepala Satuan Brimob Polda Lampung, Wawancara,Bandar Lampung, 17 Februari 2016

18

sebagai salah satu tindakan preventif dan meminimalisir angka perceraian dan

konflik dalam rumah tangga yang terjadi di Satuan Brimob Polda Lampung

dengan melihat dari perspektif hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan

Hadits untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Aggota Brimob Dalam

Meminimalisir Perceraian (Studi di Satuan Brimob Polda Lampung)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Masih ada di antara anggota kepolisian yang tidak mengikuti sidang

pra nikah terlebih dahulu, banyak yang terlambat melakukan sidang.

b. Proses pengajuan prosedur pernikahan memakan waktu yang cukup

lama membutuhkan waktu 6 bulan dan sebagian anggota Brimob

memilih menikah terlebih dahulu selanjutnya baru melakukan sidang

nikah kantor.

c. Aparat kepolisian sebagai penegak hukum harus melakukan sidang

pra nikah untuk dapat mewujudkan keluarga yang harmonis.

2. Batasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian ini perlu dilakukan agar

pembahasan tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok

permasalahan untuk itu penulis membatasi penelitian dengan hanya

membahas tahapan tentang sidang nikah kantor anggota Satuan Brimob

19

Polda Lampung dilihat dari perspektif hukum Islam dan dampak dari

berlangsungnya sidang pra nikah.

C. Rumusan Masalah

Latar belakang dan fokus masalah di atas rumusan masalah pada

penelitian ini:

a. Bagaimana prosesi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda

Lampung?

b. Bagaimana proses tahapan sidang pra nikah tersebut ditinjau dari

hukum Islam?

c. Bagaimana implikasi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda

Lampung dalam meminimalisir perceraian?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mempelajari dan mengkaji

informasi secara teoritis dan empiris secara spesifik penelitian ini ditujukan

untuk:

a. Untuk mengetahui prosesi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda

Lampung?

b. Untuk mengetahui proses tahapan sidang pra nikah tersebut ditinjau

dari hukum Islam?

c. Untuk mengetahui implikasi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob

Polda Lampung dalam meminimalisir perceraian?

20

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara

praktis dan secara teoritis yaitu;

1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh

masyarakat, terutama para pembuat keputusan untuk membantu

memecahkan masalah perceraian yang meningkat di Indonesia, terutama

penelitian ini untuk melihat apakah ada manfaat dari pernikahan pra kantor

yang dilakukan kesatuan Brimob Polda Lampung dapat meminimalisir

terjadinya perceraian. Dengan kata lain, penelitian ini dianggap penting

untuk memberikan sumbangan atau row input dan solusi yang tepat untuk

mengatasi masalah didalam keluarga anggota Polri

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memperkaya

perbendaharaan pengetahuan dan teori tentang hukum keluarga, yang

nantinya akan sangat berguna dalam menambah wacana dan diskursus

ilmiah di dunia perlindungan rumah tangga terutama dalam perspektif

Islam.

F. Kerangka Teoritik

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Nikah Kantor Aggota Brimob

Dalam Meminimalisir Perceraian dalam penyusunan model penelitian ini

diukur menggunakan Indikator kajian mendalam dengan metode kualitatif

deskriptif. Sidang pra nikah merupakan suatu perjanjian atau suatu perbuatan

kesepakatan yang sesuai pada bab Ketujuh dalam KUHPerdata tentang

perjanjian perkawinan pasal 139 “Dengan mengadakan perjanjian

21

perkawinan, kedua calon suami istri adalah berhak menyiapkan beberapa

penyimpangan dari peraturan undang-undang sekitar persatuan harta

kekayaan, asal perjanjian itu tidak meyalahi tata susila yang baik atau tata

tertib umum dan asal diindahkan pula segala ketentuan-ketentuannya. Di

dalam sidang pra nikah ini penyusun akan mengupas perjanjian perjanjian

yang berupa aturan yang dibuat berdasarkan konsep maqashid as-syariah

sebagai teori, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik

rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya

untuk kehidupan dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di

akhirat kelak. Sangat erat kaitannya dengan sidang pra nikah ini adalah untuk

terwujudnya tujuan hukum islam sebagai pemelihara agama, akal, jiwa,

keturunan dan harta.

Imam al-Ghazali, paling tidak ada lima aspek kemaslahatan yang

harus dicakup dalam suatu produk hukum yaitu memelihara agama, jiwa,

akal, keturunan dan harta. Dengan kata lain apabila telah memelihara kelima

aspek tujuan syariat itu maka akan dapat dinamakan maslahah. Penelitian ini

akan mengacu pada konsep al-maslahah al-mursalah dimana dalam hukum

islam disebut sebagai sumber hukum yang masuk dalam wilayah ijtihad yaitu

ketentuan yang diperoleh dari akal manusia dan pemikiran manusia, sehingga

al-maslahah al-mursalah dapat penyusun pahami sebagai teori hukum. Jadi

pembentukan hukum dengan cara al-maslahah al-mursalah untuk

22

mewujudkan maslahah bagi manusia dengan arti untuk mendatangkan

manfaat dan menolak kemudharatan.17

Rangkaian sidang pra nikah pada satuan Brimob ini memiliki kaitan

yang sangat erat dengan terori hukum al-maslahah al-mursalah karena dalam

rangkian tersebut ada beberapa point yang harus dilaksanakan seperti

memelihara agama, dimana anggota Brimob yang akan menikah diharuskan

dengan agama yang sama, dan memilih calon pasangan harus melihat nasab

yang baik, maka dari itu di rangkaian kegiatan sidang pra nikah ada point

yang tak kalah penting yaitu melengkapi data riwayat hidup orang tua calon,

di mana di riwayat hidup tersebut tertera. Surat Keterangan Catatan

Kepolisian (SKCK), surat tersaebut adalah surat yang dikeluarkan dari pihak

kepolisian yang berisikan catatan kejahatan seseorang.18 Jadi apabila orangtua

calon pernah melakukan tindakan kriminal secara otomatis tidak

diperkenankan untuk melanjutkan rangkaian sidang pra nikah. Pelaksanaan

sidang pranikah akan diberikan penyuluhan oleh Ankum Kasatker (atasan

hukum kepala satuan kerja) dalam hal ini adalah Kasat Brimob (Kepala

Satuan Brimob) penyuluhan tersebut berisikan gambaran atau pandangan

yang akan dialami oleh seorang isteri dari prajurit Brimob yang siap untuk

ditinggal kapan saja dan dalam waktu yang tak ditentukan, harus merelakan

suami separuh bahkan seluruh waktu digunakan untuk kepentingan negara.

17Kamal Mukhtar, Ushul Fiqh, ( Yogyakarta Dhana Bhakti Wakaf, 1995), h.14318Kepolisian Negara Republik Indonesia , “Surat Keterangan Catatan Kepolisian”

dalamhttps://www.polri.go.id/layanan-skck.php. 18 desember 2016

23

Gugur, hilang, wafat, cacat dalam tugas hal yang mungkin saja terjadi.

Akan tetapi jika calon istri rela terhadapprofesi yang dijalani suami itu semua

bisa membuahkan ladang amal dalam rumahtangga. Jadi pandangan dan

gambaran gambaran ini yang diberikan sehingga pada suatu hari kedepan kata

cerai tak akan terucap dari kedua belah pihak karena satu sama lain sudah

sangat mengerti konsekuensi akibat dari pernikahan dengan anggota Brimob,

sehingga hasil dari sidang pra nikah ini adalah untuk meminimalisir angka

perceraian di kalangan anggota Brimob dan nantinya akan sangat berguna

dalam menambah wacana dan diskursus ilmiah di dunia perlindungan rumah

tangga terutama dalam perspektif Islam.

24

KERANGKA PIKIR TINJAUAN HUKUM ISLAMTERHADAP SIDANG PRA NIKAH ANGGOTA BRIMOB

DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN

G. Telaah Kepustakaan

Penelitian yang berkaitan dengan tinjauan hukum Islam terhadap

sidang pra nikah anggota brimob sebenarnya masih sedikit dibahas dalam

karya ilmiah baik berupa skripsi, tesis, namun adanya beberapa artikel dan

buku yang membahas pernikahan anggota polri, akan tetapi penelitian yang

membahas Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Anggota

Brimob dalam Meminimalisir Perceraian, belum dapat dijumapai secara

KUALITATIFDESKRIPTIF

Prosesi Sidang Pra Nikah AnggotaBrimob Polda Lampung

Fedbackpositif

Implikasi Sidang Pra Nikah di SatuanBrimob Polda Lampung

Minimalisir Perceraian

TEKNIK ANALISIS DATA:REDUKSI DATA

PENYAJIAN DATAVERIFIKASI

Ttinjau dari prespektif hukum Islam( Al-Quran, Hadits, Maqashid Syari’ah, Maslahah mursalah, sadud dara’i)

quram

Anggota Brimob Menikah TanpaMelakukan Prosesi Sidang Pra Nikah

Sanksi Hukuman Disiplin(Kurungan Penempatan

Khusus) 7-21 Hari

25

khusus pembahasannya dalam buku, skripsi, tesis ataupun artikel yang

dahulu. Contoh karya ilmiah yang membahas tentang sidang pra nikah

anggota Brimob yang ada hubungannya dengan penelitian ini, yaitu:

Artikel dari Divisi Humas Mabes Polri 19 Desember 2013 yang membahas

tentang sidang pra nikah anggota Polri atau sidang BP4R (Badan Pembantu

Penasehat Perkawinan Perceraian dan Rujuk). Artikel Tribrata News Polda

Aceh tanggal 6 Januari 2016 yang menjelaskan tentang syarat anggota Polri

yang akan menikah. Artikel yang ditulis oleh Kabid Humas Polda Aceh

Kombes Pol T.Saladin, yang dimuat dalam majalah portal resmi Polda Aceh

yang menjelelaskan pentingnya sidang pra nikah anggota Polri. Dari berbagai

alasan di atas, menginspirasikan penulis untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Anggota

Brimob dalam Meminimalisir Perceraian”, karena dalam penelitian ini

terdapat kekhasan menurut penulis, sebab penelitian ini yang pertama kali ada

yang mengangkat tema sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda Lampung

terkait meminimalisir perceraian

H. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan. Bab ini adalah merupakan bab pendahuluan yang

berisikan antara lain latar belakang masalah, identifikasi dan batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka

pemikiran dan sistematika penulisan.

26

Bab II Landasan Teori. Bab ini terdiri 7 (tujuh) sub bab yang

pertama, tinjauan perkawinan dan hukum Islam, kedua syarat rukun

perkawinan menurut Islam, ketiga pencatatan perkawinan dan keempat

tinjauan pra nikah dalam Islam.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini penulis akan menguraikan

pembahasan tentang metode yang dipergunakan dalam penulisan tesisi ini

meliputi jenis dan sifat penelitian, sumber data, pendekatan penelitian,

Sumber data penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab IV Penyajian dan analisis data. pada bab ini penulis akan

menguraikan tentang profil satuan Brimob Polda Lampung berisi tugas,

fungsi dan wewenang Satuian Brimob Polda Lampung. Kedua adalah

program kerja Satuan Brimob Polda Lampung. Ketiga adalah prosesi dan

tahapan sidang pra nikah anggota Kesatuan Brimob Polda Lampung yang

berisi latar belakang pelaksanaan sidang pra nikah, syarat-syarat sidang pra

nikah, tujuan pelaksanaan sidang pra nikah Keempat prosesi sidang pra

nikah ditinjau dari hukum Islam. Kelima adalah implikasi sidang pra nikah

dalam meminimalisir perceraian.

Bab V Penutup bab ini memaparkan tentang kesimpulan akhir dari

bab-bab sebelumnya dan disertai dengan rekomendasi sebagai hasil dari

kesimpulan dan Saran.