bab i pendahuluan a. latar belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan...

16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008, wilayah Indonesia terdiri atas daratan seluas 1,904,569 km 2 dan lautan 7,900,000 km 2 (http://indonesia.go.id/?page_id=479&lang=id, diakses 9 November 2017). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.499 pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke (http://bphn.go.id/news/2015102805455371/ INDONESIA-MERUPAKAN- NEGARA-KEPULAUAN-YANG-TERBESAR-DI-DUNIA, diakses 3 November 2017). Dengan banyaknya pulau yang terpisah oleh lautan, tentunya dibutuhkan sarana transportasi yang dapat menjangkau berbagai wilayah di Indonesia. Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu singkat. Demi mendukung terlaksananya kegiatan yang memerlukan mobilitas dibutuhkan suatu transportasi yang tepat. Salah satunya adalah melalui pengangkutan udara berupa pesawat. Cara kerja pesawat yang cepat membuat kalangan profesional dan para pelaku bisnis yang memiliki mobilitas tinggi memilih transportasi pesawat terbang sebagai sarana untuk bepergian ke luar kota maupun ke luar negeri. Lalu lintas udara yang bebas hambatan memungkinkan bagi transportasi udara untuk menjadi lebih cepat dari sarana transportasi yang lain. Bidang transportasi ini sendiri ada hubungannya dengan produktivitas, hal ini dikarenakan dampak dari kemajuan transportasi tersebut berpengaruh terhadap peningkatan mobilitas manusia(Demy Amelia, 2015:1). Transportasi adalah kegiatan mengangkut atau memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat ke tempat lain(Sakti Adji Adisasmita, 2014:9). Berdasarkan definisi tersebut, maka transportasi udara

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008, wilayah Indonesia

terdiri atas daratan seluas 1,904,569 km2 dan lautan 7,900,000 km

2

(http://indonesia.go.id/?page_id=479&lang=id, diakses 9 November 2017).

Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang

terdiri dari 17.499 pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke

(http://bphn.go.id/news/2015102805455371/ INDONESIA-MERUPAKAN-

NEGARA-KEPULAUAN-YANG-TERBESAR-DI-DUNIA, diakses 3

November 2017).

Dengan banyaknya pulau yang terpisah oleh lautan, tentunya

dibutuhkan sarana transportasi yang dapat menjangkau berbagai wilayah di

Indonesia. Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut

untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke

tempat lain dalam waktu singkat.

Demi mendukung terlaksananya kegiatan yang memerlukan mobilitas

dibutuhkan suatu transportasi yang tepat. Salah satunya adalah melalui

pengangkutan udara berupa pesawat. Cara kerja pesawat yang cepat membuat

kalangan profesional dan para pelaku bisnis yang memiliki mobilitas tinggi

memilih transportasi pesawat terbang sebagai sarana untuk bepergian ke luar

kota maupun ke luar negeri. Lalu lintas udara yang bebas hambatan

memungkinkan bagi transportasi udara untuk menjadi lebih cepat dari sarana

transportasi yang lain. Bidang transportasi ini sendiri ada hubungannya

dengan produktivitas, hal ini dikarenakan dampak dari kemajuan transportasi

tersebut berpengaruh terhadap peningkatan mobilitas manusia(Demy Amelia,

2015:1).

Transportasi adalah kegiatan mengangkut atau memindahkan muatan

(baik manusia maupun barang) dari suatu tempat ke tempat lain(Sakti Adji

Adisasmita, 2014:9). Berdasarkan definisi tersebut, maka transportasi udara

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2

merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik

manusia maupun barang) dari suatu tempat ke tempat lain (dari satu bandara

ke bandara lain) melalui udara, misalnya pesawat. Pengangkut (atau

pengangkut udara, “air carrier”) adalah orang atau badan yang mengadakan

persetujuan untuk mengangkut penumpang, bagasi atau barang dengan

pesawat terbang (Ida Bagus Bayu Mahardika dkk, 2014:1).

Pentingnya transportasi udara tercermin pada semakin meningkatnya

kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang di dalam negeri,

dari dan keluar negeri, serta berperan sebagai pendorong dan penggerak bagi

pertumbuhan daerah dan pengembangan wilayah. Menyadari peran

transportasi udara tersebut, penyelenggaraan penerbangan harus ditata dalam

suatu kesatuan sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu

mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang dan dengan tingkat

kebutuhan, selamat, aman, efektif dan efisien(Ismi Beby Lestari, 2010:1).

Penerbangan sebagai subsektor transportasi dapat diandalkan karena

memiliki kecepatan tinggi dan mampu menjangkau wilayah-wilayah yang

tidak terjangkau oleh moda transportasi lainnya (transportasi darat maupun

laut). Penerbangan mampu melayani pengangkutan manusia dan barang ke

seluruh pulau yang tersebar, asalkan didukung oleh landasan pacu

(runway)(Sakti Adji Adisasmita, 2014:2).

Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk

tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi

penumpang maupun barang yang diangkut. Kontribusi transportasi udara

khususnya pesawat dalam membawa penumpang antara lain:(Sakti Adji

Adisasmita, 2014:10)

1. Transportasi udara melayani perjalanan penumpang untuk kegiatan-

kegiatan ekonomi dan bisnis, khususnya dalam perdagangan dan

industri;

2. Tersedianya pelayanan transportasi udara yang berkapasitas cukup dan

berfrekuensi tinggi akan menciptakan aksesibilitas yang tinggi pula;

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3

3. Tersedianya pelayanan transportasi udara yang lancar akan

meningkatkan mobilitas penduduk; dan

4. Tersedianya pelayanan transportasi udara yang lancar dan menjangkau

ke seluruh wilayah akan mendukung terselenggaranya pelayanan

pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Pengangkutan udara dengan pesawat mulanya diatur dalam Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (lembaran Negara Tahun

1992 Nomor 53). Namun undang-undang ini telah dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku lagi. Sebagai penggantinya, pada tanggal 12 Januari 2009

diundangkanlah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

melalui Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1. Dalam pasal 1 angka 13

menyebutkan bahwa Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan

menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau

pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara

yang lain atau beberapa bandar udara(Abdulkadir Muhammad, 2013:10).

Konsep pengangkutan sebagai perjanjian (agreement) selalu didahului

oleh kesepakatan antara pihak pengangkut dengan pihak penumpang atau

pengirim. Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan (tidak

tertulis), tetapi selalu didukung oleh dokumen pengangkutan yang

membuktikan bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan mengikat untuk

dilaksanakan.

Agar terjadi pengangkutan dengan pesawat udara niaga perlu diadakan

perjanjian pengangkutan udara niaga terlebih dahulu antara badan usaha

pengangkutan udara niaga dengan penumpang atau pemilik kargo. Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dalam pasal 1 angka 29,

menyebutkan bahwa Perjanjian Pengangkutan Udara adalah perjanjian antara

pengangkut dan pihak penumpang dan/atau pengirim kargo untuk mengangkut

penumpang dan/atau kargo dengan pesawat udara, dengan imbalan bayaran

atau dalam bentuk imbalan jasa yang lain.

Badan usaha pengangkutan udara niaga berkewajiban mengangkut

orang dan/atau cargo serta pos setelah disepakatinya perjanjian udara niaga.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4

Badan usaha tersebut wajib memberikan pelayanan yang layak terhadap setiap

pengguna jasa pengangkutan udara niaga sesuai dengan perjanjian

pengangkutan udara niaga yang disepakati(Abdulkadir Muhammad, 2013:20).

Kesepakatan dalam perjanjian pengangkutan udara pada dasarnya

berisi kewajiban dan hak pihak maskapai penerbangan selaku pengangkut

maupun penumpang atau pengirim. Kewajiban pengangkut adalah

mengangkut penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan sampai

tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat. Sebagai imbalan,

pengangkut berhak memperoleh sejumlah uang jasa atau uang sewa yang

disebut biaya pengangkutan, sementara kewajiban penumpang atau pengirim

adalah membayarkan sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan

memperoleh hak atas pengangkutan sampai di tempat tujuan dengan selamat.

Dalam transportasi pesawat, dokumen pengangkutannya berupa tiket

penumpang. Tiket penumpang dan tiket bagasi merupakan tanda bukti telah

terjadinya perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan

(pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995). Tiket penumpang dan

tiket bagasi ini diterbitkan atas nama dan karena itu tidak boleh dialihkan atau

diserahkan kepada orang lain(Abdulkadir Muhammad, 2013:11).

Kebutuhan masyarakat akan sarana pengangkutan berpengaruh

terhadap pengembangan di bidang pengangkutan yang mendorong

perkembangan di bidang teknologi, sarana dan prasarana pengangkutan, ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang pengangkutan, serta hukum

pengangkutan. Sehingga tidak dapat dihindari pula timbulnya berbagai

permasalahan yang diakibatkan dengan adanya pengangkutan itu sendiri(Toto

Tohir Suriatmadja 2007:25).

Perkembangan jumlah perusahaan penerbangan di satu sisi

menguntungkan bagi para pengguna jasa transportasi udara karena memiliki

banyak pilihan. Perusahaan-perusahaan tersebut bersaing untuk menarik

penumpang sebanyak-banyaknya dengan menawarkan tarif yang relatif

rendah. Namun di sisi lain, dengan tarif yang rendah tersebut seringkali

menurunkan kualitas pelayanan (service) bahkan yang lebih mengkhawatirkan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5

lagi adalah akan menyebabkan berkurangnya kualitas pemeliharaan

(maintenance) pesawat sehingga rawan terhadap keselamatan penerbangan

dan akan berdampak kurang baik bagi keamanan, kenyamanan dan

perlindungan konsumen(E. Saefullah Wirapradja, 2006:5).

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah On-Time Performance

(OTP) yang berarti penerbangan tepat waktu. Pada tahun 2017, lima maskapai

berjadwal nasional Indonesia mencatatkan OTP secara rata-rata cukup baik di

tahun 2017 lalu yaitu di atas 85%. Bahkan salah satu di antaranya mencatatkan

OTP di atas 90%. Maskapai tersebut adalah NAM Air yang mencatatkan OTP

92,62% dengan jumlah penerbangan tepat waktu sebanyak 29.832

penerbangan. Sementara empat maskapai lain adalah Batik Air (88,66%),

Garuda Indonesia (88,53%), Sriwijaya Air (88,69%) dan Citilink (88,33%).

Angka OTP tersebut cukup tinggi dan memenuhi target minimum yang telah

dicanangkan bersama, namun bagi Garuda yang selama ini menjuarai OTP

posisinya tergeser dikarenakan ada gangguan schedulling crew yang sempat

berlarut larut namun sekarang sudah normal kembali.

No

. Maskapai

Jumlah

Penerbangan

Tepat Waktu

(OTP)

Keterlambatan

(delay) dan

Pembatalan

(cancel)

1 Nam Air 32.209 29.832 (92,62%) 2.377 (7,38%)

2 Sriwijaya

Air 67.673 60.017 (88,69%) 7.656 (11,31%)

3 Batik Air 84.900 75.270 (88,66%) 9.630 (11,34%)

4 Garuda

Indonesia 200.918 177.875 (88,53%) 23.043 (11,47%)

5 Citilink 84.808 74.912 (88,33%) 9.896 (11,67%)

6

Indonesia

AirAsia

Extra

7.747 5.998 (77,42%) 1.749 (22,58%)

7 Indonesia

AirAsia 7.378 5.603 (75,94%) 1.775 (24,06%)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6

8 Travel

Express 9.287 6.909 (74,40%) 2.378 (25,60%)

9 Susi Air 6.781 4.926 (72,65%) 1.855 (27,35%)

10 TransNusa 737 526 (71,37%) 211 (28,63%)

11 Lion

Mentari 196.932 140.459 (71,32%) 56.473 (28,68%)

12 Wings Air 108.278 70.888 (65,47%) 37.390 (34,53%)

13 Kalstar

Aviation 12.177 7.075 (58,10%) 5.102 (41,90%)

14 Trigana Air 8.784 3.732 (42,49%) 5.052 (57,51%)

Total 828.609 664.024 (80,14%) 164.585 (19,86%)

Tabel 1: Data evaluasi On-Time Performance maskapai penerbangan di

Indonesia periode Januari-Desember 2017

(Sumber: http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail/3411, di akses pada

tanggal 14 Mei 2018 pukul 20.10 WIB)

Direktorat Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian

Perhubungan melaporkan jumlah penerbangan rute domestik maskapai

nasional pada periode Januari hingga Desember tahun 2017 lalu berjumlah

828.609 penerbangan, meningkat 8,5% dibanding tahun 2016 yang berjumlah

763.522 penerbangan. Sementara itu, tingkat ketepatan waktu operasional

(OTP) maskapai penerbangan pada tahun 2017 tersebut mencapai 80,14% atau

664.024 penerbangan tepat waktu dari total 828.609 penerbangan yang

dilakukan. Persentase tersebut turun sekitar 2,5% dibanding tahun 2016 lalu

di mana OTP tahun 2016 mencapai 82,67% atau 631.216 penerbangan dari

total 763.522 penerbangan. Dari laporan Direktorat Angkutan Udara Ditjen

Perhubungan Udara tersebut juga dicatat adanya keterlambatan penerbangan

(delay) tahun 2017 yang mencapai 159.153 penerbangan atau 19,21%, serta

pembatalan (cancel) penerbangan mencapai 5.432 penerbangan atau 0,66%

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7

dari total penerbangan domestik (http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail

/3411, di akses pada tanggal 14 Mei 2018 pukul 20.10 WIB).

Pesatnya perkembangan teknologi penerbangan sudah seharusnya

diimbangi dengan kecepatan pelayanan dan jaminan keselamatan dalam

industri penerbangan tanah air. Namun maskapai penerbangan di Indonesia

masih sering mengalami permasalahan terkait keterlambatan maupun

pembatalan penerbangan yang berakibat kerugian terhadap pengguna jasa

penerbangan(Ida Bagus Bayu Mahardika, 2014:1).

Keterlambatan penerbangan disebutkan dalam Pasal 1 angka 30

Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang

menjelaskan definisi keterlambatan yaitu terjadinya perbedaan waktu antara

waktu keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi

waktu keberangkatan atau kedatangan. Kenyataannya, transportasi udara tidak

selamanya mendatangkan berbagai keuntungan bagi masyarakat terutama

yang sangat penting adalah waktu. Tranportasi udara memang dapat dengan

cepat menghubungkan satu tujuan ke tujuan lainnya, namun diluar itu sering

kali transportasi udara ini menimbulkan kerugian bagi penumpang, dimana

maskapai terkadang tidak memenuhi apa yang sudah menjadi

kewajibannya(Shinta Nuraini, 2016:44).

Ketepatan waktu penerbangan saat keberangkatan maupun kedatangan

merupakan salah satu aspek penting sebagai salah satu bentuk pelayanan yang

diberikan maskapai penerbangan terhadap penumpang selain keselamatan dan

kenyaman. Hal ini menjadi masalah serius karena merupakan tanggung jawab

maskapai penerbangan untuk melaksanakan kewajibannya sebaik

mungkin(Ida Bagus Bayu Mahardika, 2014:2).

Dalam keterlambatan maupun pembatalan penerbangan, kerugian

adalah risiko yang harus diterima oleh pengguna jasa angkutan sebagai

konsekuensi dari peristiwa tersebut. Penyedia jasa angkutan udara

berkewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pengguna jasanya.

Karena secara hukum pengguna jasa angkutan dilindungi, maka sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dalam Pasal 141

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8

sampai 149 mengenai Tanggung Jawab Pengangkut terhadap Penumpang

dan/atau Pengirim Kargo diteruskan dengan Peraturan Menteri Perhubungan

yang mengatur ketentuan tentang besaran ganti kerugian yang ditanggung

pihak pengangkut apabila kesalahan atau kelalaian terhadap pengguna jasa

angkutan disebabkan oleh kesalahan dari pihak pengangkut(Demy Amelia,

2014:46).

Dalam hal wanprestasi keterlambatan pesawat, pihak maskapai

penerbangan selaku pengangkut wajib memenuhi ganti rugi kepada

penumpang. Ganti rugi ini disebut dengan kompensasi. Istilah kompensasi

sebenarnya dikenal dalam hukum perjanjian sebagai salah satu cara hapusnya

perikatan. Kompensasi atau perjumpaan utang disebutkan dalam pasal 1425

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa jika dua orang saling berutang

satu pada yang lain, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan, dengan

mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan, dengan cara dan

dalam hal-hal yang akan disebutkan sesudah ini.

Dalam kompensasi yang dikenal dalam hukum perjanjian terjadi

penghapusan masing-masing utang dengan jalan saling memperhitungkan

utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur. Kompensasi terjadi

apabila kedua pihak yang mengadakan perjanjian masing-masing merupakan

debitur bagi para pihak satu sama lain.

Namun, lain halnya dengan kompensasi dalam keterlambatan pesawat.

Kompensasi dalam keterlambatan pesawat merupakan bentuk ganti rugi yang

diterima oleh penumpang dalam keterlambatan jadwal penerbangan. Bentuk

kompensasi ini bermacam-macam, sesuai dengan estimasi lama waktu

penundaan jadwal penerbangan.

Terselenggaranya suatu pengangkutan, baik pengangkutan darat, laut,

maupun udara tidak lepas dari berbagai kendala. Contohnya, dalam kegiatan

penerbangan umumnya kendala yang dihadapi adalah berupa kerusakan atau

kehilangan bagasi, dan keterlambatan jadwal penerbangan. Jika penumpang

selaku konsumen merasakan kuantitas atau kualitas barang atau jasa yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9

dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang telah dikeluarkan, maka

konsumen berhak mendapatkan kompensasi ganti rugi yang sesuai.

Penumpang pesawat udara berhak mendapat perlindungan hukum atas

kerugian yang disebabkan keterlambatan, karena tanggung jawab pengangkut

telah diatur secara khusus, maka tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh

penumpang mengacu kepada ketentuan hukum penerbangan nasional dan

konvensi internasional tentang penerbangan yang telah diratifikasi. Namun,

aturan hukum tersebut belum memberikan perlindungan hukum yang

maksimal dan komprehensif terhadap hak-hak penumpang(Cindy Chandra

dkk, 2016:6).

Sebenarnya, terjadinya keterlambatan keberangkatan pesawat

merugikan kedua belah pihak baik pihak pengangkut maupun pihak

penumpang. Penumpang mengalami kerugian waktu, sementara pihak

maskapai penerbangan mendapatkan citra yang buruk di mata masyarakat.

Terkadang, terjadinya keterlambatan pesawat bisa jadi karena hal-hal tak

terduga dan tidak diperhitungkan sebelumnya. Sehingga keterlambatan

penerbangan tidak selalu terjadi karena kelalaian pihak maskapai

penerbangan. Namun, melalui penulisan hukum ini, penulis bermaksud

menjelaskan mengenai kompensasi sebagai ganti rugi yang diberikan oleh

pihak maskapai penerbangan apabila terjadi keterlambatan jadwal

penerbangan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab pihak maskapai penerbangan dalam kegiatan

pengangkutan udara di Indonesia?

2. Apa kompensasi sebagai bentuk ganti rugi yang diberikan oleh pihak

maskapai kepada penumpang dalam keterlambatan jadwal penerbangan

komersial?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu hasil yang penulis harapkan dapat

diperoleh setelah penelitian dilaksanakan. Tujuan penelitian terbagi menjadi

tujuan objektif dan tujuan subjektif. Tujuan objektif adalah tujuan penelitian

yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat maupun pandangan pribadi

penulis. Sementara tujuan subjektif adalah tujuan penelitian berupa opini

menurut pandangan(perasaan) penulis sendiri.

1. Tujuan Objektif

a. Mengetahui bentuk tanggung jawab maskapai penerbangan selaku

pihak pengangkut dalam kegiatan angkutan udara komersial di

Indonesia

b. Mengetahui wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian

pengangkutan udara antara pihak maskapai penerbangan dengan

penumpang dalam perjanjian pengangkutan.

c. Mengetahui kompensasi keterlambatan pesawat sebagai bentuk

ganti rugi yang dipenuhi oleh pihak maskapai penerbangan

terhadap penumpang.

2. Tujuan Subjektif

a. Memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan penulis mengenai

Hukum Perdata dan Hukum Administrasi Negara, khususnya

dalam Hukum Perikatan, Hukum Pengangkutan, dan Hukum

Perlindungan Konsumen.

b. Memperoleh bahan primer maupun sekunder demi memenuhi

persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang

Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Nilai suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat

diambil dari penelitian tersebut. Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11

bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya. Adapun manfaat

yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

ilmu hukum dan hukum perdata khususnya.

b. Memperkaya literatur, referensi, dan bahan-bahan informasi ilmiah,

khususnya mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan dan

kompensasi dalam wanprestasi keterlambatan pesawat oleh pihak

maskapai penerbangan terhadap penumpang.

c. Sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenisnya pada tahap

selanjutnya

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang akan diteliti

b. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan

membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk mengetahui kemampuan

penulis dalam menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama di bangku

kuliah.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu

hukum yang dihadapi(Peter Mahmud, 2011:35). Penelitian hukum dilakukan

untuk menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai preskripsi

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi(Peter Mahmud Marzuki,

2013:35). Fungsi penelitian adalah untuk mendapatkan kebenaran. Kebenaran

dalam yaitu kebenaran secara epistemologis, yang artinya kebenaran harus

dilihat dari segi epistemologi, yang dalam Bahasa Indonesia berarti teori atau

diskursis mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, sumber-

sumber juga ruang lingkup pengetahuan(Peter Mahmud Marzuki, 2015:20).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12

Dalam penulisan ini, metode-metode yang penulis gunakan antara lain:

1. Jenis Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian hukum normatif. Peter Mahmud

Marzuki (2014:55) menyatakan bahwa suatu penelitian yang berkaitan

dengan hukum adalah selalu normatif. Penelitian hukum yang bersifat

normatif ditujukan untuk mengkaji kualitas dari norma hukum itu sendiri

dan dilakukan dengan meneliti bahan-bahan kepustakaan maupun data-

data yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier(Peter Mahmud Marzuki, 2011:87).

Bahan-bahan hukum tersebut dikaji hubungannya dengan isu-isu

mengenai tanggung jawab pengangkut dalam perjanjian angkutan udara

dan kompensasi yang diberikan oleh pihak pengangkut tersebut apabila

terjadi wanprestasi perjanjian angkutan udara berupa keterlambatan

penerbangan.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian berkaitan dengan sifat ilmu (dalam hal ini ilmu

hukum). Sebagaimana telah diketahui bahwa ilmu hukum bersifat

preskriptif. Oleh karena itu, penelitian hukum tidak dimulai dengan

hipotesis(Peter Mahmud Marzuki, 2011:59). Sebagai ilmu yang bersifat

preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan,

validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma

hukum(Peter Mahmud Marzuki, 2015:22). Selain itu, penelitian preskriptif

bersifat terapan artinya ilmu hukum hanya dapat diterapkan oleh ahlinya

sehingga yang dapat menyelesaikan masalah hukum adalah ahli hukum

melalui kaidah-kaidahnya. Penerapan ilmu hukum harus berdasarkan teori

yang melandasi dan tidak boleh menyimpangi teori(Peter Mahmud

Marzuki, 2013:67).

3. Pendekatan Penelitian

Peter Mahmud Marzuki (2013:133) menyebutkan dalam penelitian

hukum dikenal beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang

digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13

(statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach),

dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan undang-

undang (statue approach). Dimana penulis menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang penulis

angkat dalam penulisan skripsi ini.

4. Sumber Penelitian

Sumber dan bahan hukum (law material) yang penulis gunakan

dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan, antara lain:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif,

artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim(Peter

Mahmud Marzuki, 2015:181). Bahan hukum primer yang penulis

gunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53);

4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1);

5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan

Udara;

7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara;

8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 tentang

Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara;

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14

9) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 tahun 2012 tenang

Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara

Niaga Berjadwal Dalam Negeri;

10) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 89 Tahun 2015 tentang

Penanganan Keterlambatan Penerbangan (Delay Management)

pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia;

11) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2016 tentang

Perubahan Ketujuh atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; dan

12) Perjanjian pengangkutan udara antara pihak maskapai penerbangan

dengan penumpang.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu hasil karya ilmiah dan penelitian-penelitian yang relevan atau

terkait dengan penelitian ini termasuk diantaranya skripsi, tesis,

disertasi dan jurnal-jurnal hukum serta kamus-kamus hukum dan buku-

buku yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis bahas dalam

penulisan hukum ini(Peter Mahmud Marzuki,2014:196). Bahan hukum

sekunder yang penulis gunakan antara lain:

1) buku ilmu hukum;

2) jurnal hukum;

3) artikel;

4) bahan-bahan dari internet, media cetak, atau elektronik; dan

5) sumber-sumber lainnya.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum dikumpulkan melalui prosedur inventarisasi dan

identifikasi peraturan perundang-undangan, serta klasifikasi dan

sistematisasi bahan hukum sesuai permasalahan penelitian. Oleh karena

itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara

membaca,menelaah, mencatat membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15

ada kaitannya dengan kompensasi dan wanprestasi keterelambatan jadwal

penerbangan.

Studi kepustakaan (studi dokumen) adalah suatu alat pengumpulan

bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan

mempergunakan content analysis(Peter Mahmud Marzuki, 2015:214).

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis bahan hukum yang penulis gunakan adalah pola

pikir deduktif. Logika deduktif atau pengolahan bahan hukum dengan cara

deduktif yaitu menjelaskan suatu hal yang bersifat umum kemudian

menariknya menjadi kesimpulan yang lebih khusus.

Teknik deduktif yang digunakan adalah dengan metode silogisme,

dimana terdapat dua premis untuk membangun analisis terhadap isu

hukum, yaitu premis mayor yang merupakan aturan hukum yang berlaku

dan premis minor yang merupakan fakta hukum yang ada maupun kondisi

sebenarnya dalam melaksanakan suatu aturan hukum. Kemudian

berdasarkan kedua premis tersebut ditarik suatu kesimpulan(Peter

Mahmud Marzuki, 2014:89).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Penulis menjabarkan gambaran menyeluruh mengenai sistematika

penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, dimana tiap-tiap bab terdiri

dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman

mengenai seluruh isi penulisan hukum ini. Adapun sistematika penulisan

hukum (skripsi) ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Objektif

2. Tujuan Subjektif

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...library .uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 merupakan kegiatan mengangkut maupun memindahkan muatan (baik manusia maupun barang) dari suatu tempat

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Objektif

2. Manfaat Subjektif

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan Hukum

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan kerangka teori dan kerangka

pemikiran.

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Perjanjian

2. Tinjauan Umum tentang Wanprestasi

3. Tinjauan Umum tentang Ganti Rugi

4. Tinjauan Umum tentang Pengangkutan Udara

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran berisi alur berfikir penulis.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai uraian dan sajian pembahasan

dari hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yaitu,

hal-hal apa saja yang menjadi kompensasi dalam

wanprestasi keterlambatan pesawat oleh pihak maskapai

penerbangan terhadap penumpang.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian ini yang

berisi beberapa simpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari

kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA