bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/943/4/4_bab1sd4.pdf ·...

65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, merupakan agama yang sempurna yang memberikan pedoman dasar dalam al-Quran yang menerangkan pelajaran bagaimana mengatasi persoalan hidup. Dalam perjalanan hidup ini, manusia memerlukan sesuatu pertolongan diluar darinya. Manusia meminta dalam hidup ini ingin: kaya, sejahtera, bahagia, jabatan, kekuasaan, sehat dan lain-lain. Karena itu, manusia meminta kepada Allah yang maha Agung, yang maha pengasih dan penyayang. Yang maha kuasa yaitu Allah SWT. Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah, ahlak, dan dimensi yang diperlukan manusia lainnya. Dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut. Dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar ini dan diperintahkan manusia untuk berfikir tentang Al- Quran ini. 1 1 M. Quraish shihab, wawasan al-quran. Bandung. Mizan. 2003. Hal 38

Upload: lengoc

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, merupakan agama yang

sempurna yang memberikan pedoman dasar dalam al-Qur’an yang menerangkan

pelajaran bagaimana mengatasi persoalan hidup.

Dalam perjalanan hidup ini, manusia memerlukan sesuatu pertolongan

diluar darinya. Manusia meminta dalam hidup ini ingin: kaya, sejahtera, bahagia,

jabatan, kekuasaan, sehat dan lain-lain. Karena itu, manusia meminta kepada Allah

yang maha Agung, yang maha pengasih dan penyayang. Yang maha kuasa yaitu

Allah SWT.

Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah,

syariah, ahlak, dan dimensi yang diperlukan manusia lainnya. Dengan jalan

meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut. Dan Allah

SWT menugaskan Rasul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap

mengenai dasar-dasar ini dan diperintahkan manusia untuk berfikir tentang Al-

Qur’an ini. 1

1 M. Quraish shihab, wawasan al-quran. Bandung. Mizan. 2003. Hal 38

2

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat

memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari

lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar

padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya

kamu bersyukur. (QS. 16 :14)

Allah memerintahkan pula kepada umat manusia seluruhnya agar

memperhatikan dan mempelajari Al-Quran:

“Tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Quran, bahkan ataukah hati

mereka tertutup. (Qs. 47:24).

Atas dasar diatas, memahami Al-Qur’an dalam hubungannya dengan ilmu

pengetahuan khususnnya dibidang kesehatan sangat penting terutama masa

sekarang ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan meliputi

seluruh aspek kehidupan. 3

3 M. Quraish shihab, wawasan al-quran. Bandung. Mizan, 1996.

Kehidupan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor. Karena itu sudah

menjadi kewajibannya untuk mengendalikan dan mengarahkan faktor-faktor

tersebut sehingga makna yang diharapkan dari hidupnya dapat tercapai, dan salah

satu faktor tersebut adalah kesehatan. Semua mahluk dalam berbagai bentuk

kehidupan mengalami sehat dan sakit (sebagian orang mengatakan, mahluk

anorganis pun mengalami keadaan demikian). Sehat dan sakit merupakan kondisi

universal yang dijumpai dalam berbagai bentuk kehidupan. Menghindari atau

mengobati penyakit juga merupakan hukum alam sebagaimana halnya hukum

gravitasi. 4

Namun jika memikirkan kehidupan manusia, kita dihadapkan pada situasi

yang jauh lebih komplek. Manusia yang terdiri dari 2 elemen besar yaitu fisik dan

jiwa, keduanya membutuhkan apa yang namanya sehat jasmani dan rohani. maka

manusia dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Tuhan serta sesamanya.

WHO (World Health Organization 1984) telah menyempurnakan batasan

sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini

yang dimaksud dengan sehat adalah suatu kondisi yang tidak hanya sehat dalam arti

fisik. Psikologis dan sosial. Tetapi juga sehat dalam arti spiritual agama (empat

dimensi sehat: Bio-Psiko-sosio-spiritual).

4 Drs H. Abuddin Nata, M.A. Ahlak Tasawuf. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 1996 Hal 177

Perhatian ilmuan di bidang kedokteran terhadap agama semakin besar

Tindakan kedokteran tidak selamanya berhasil. Seorang ilmuan kedokteran berkata

: “Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembuhkan”. Pendapat ilmuan

tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang

diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabir bin Abdullah r.a.) sabdanya:

“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasaranya. Maka

dengan izin allah penyakit itu akan sembuh”.

Karya pengobatan ilmiah biasanya disusun sesuai dengan ruang lingkup

khasnya tanpa menyertakan secara ekplisit nilai agama atau justifikasi atas

pengobatan. Meraka tentu saja tidak berfikir bahwa pengobatan secara agama

bersifat netral, tetapi mereka menerimanya sebagai sesuatu yang benar. Al Ghazali

seorang teolog dan sufi terkemuka, menuduh para dokter pada zamannya

mempublikasikan motto. “Rawatlah dulu kesehatanmu, baru agamamu”. Sehingga

mengaburkan prioritas bagi kebanyakan manusia. Manusia sekarang lebih

mengutamakan penyembuhan terhadap fisik dan mengesampingkan pengobatan

rohani. Padahal sudah jelas kedua elemen ini tidak bisa dipisahkan dan merupakan

satu kesatuan, maka tentunya dalam praktek pengobatan, agama tidak boleh di

lepaskan begitu saja keterkaitannya.

Hal ini di perkuat oleh perkataan Ibn Qayyim Al Jauziyah yang mengatakan

bahwa hakikat manusia itu tidak sekedar tubuh saja, tetapi juga memiliki entitas

mental spiritual. Selanjutnya beliau berkata:

Tentu saja ada terapi pengobatan untuk sejumlah kasus yang tidak

dapat ditangani bahkan oleh para dokter terkenal. Percobaan dan

analogy deduktif mereka tidak mampu membawa penyelesaian.

Misalnya terapi spiritual dan kekuatan hati yang hanya datang dari keimanan kepada Allah, bersedekah. Shalat, bertobat baik kepada

sesama manusia. Membantu orang yang putus asa, dan mengurangi

penderitaan orang lain. Cara pengobatan semacam ini (terbukti berhasil) dipraktekan oleh berbagai masyarakat yang beragam agama

dan kepercayaan, dan mereka mendapati bahwa dampak

penyembuhan dari cara ini tidak (hanya) dicapai dengan serius.

Percobaan, dan analisis deduktif kalangan pengobatan. Kita telah berulang-ulang mempraktekan cara-cara ini dan terbukti membawa

khasiat yang tidak diperoleh dengan cara pengobatan secara material.

Dan semuanya sesuai dengan hukum kebijaksanaan Allah (yang berlaku di alam): tidak sesuatu pun di luar itu namun faktor-faktor

yang menyebabkan hukum iri berlaku sangatlah beragam. Jika hati

menusia mendekat kepada Tuhan sang penguasa dunia, yang menciptakan penyakit dan obatnya, yang memerintah alam sesuai

kehendakNya. Maka baginya akan tersedia obat-obatannya, bagi

penyakitnya. Hal yang demikian tidak bisa dialami oleh orang-orang

yang tidak beriman dan hatinya buta. Telah terbukti jika ruh manusia menjadi kuat. Menguatlah jiwa dan tubuhnya, ketiganya akan saling

bekerja sama untuk mengusir dan mengatasi penyakit ini tak

terbantah, kecuali oleh orang yang bodoh.5

Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa aspek praktek ibadah dalam islam

memiliki ruh kesehatan lahir dan batin. Shalat, puasa, zakat, dzikir, doa, dan lain-

lain ternyata banyak ahli yang meneliti memiliki aspek manfaat yaitu menjadikan

manusia sehat.

Al dahabi, tokoh ilmuan sejaman dengan Ibn Sina berpendapat bahwa ada

satu ritual dalam Islam yang akan menjadikan manusia sehat yaitu “shalat”. Shalat

yang membawa perubahan sikap fisik, moral, selanjutnya beliau Menyatakan:

5 Fazlur Rahman. Etika Pengobatan Islam. Mizan. Bandung. 1999. Hlm 62

Shalat bisa menyembuhkan penyakit jantung, perut, usus ada tiga

alasan mengenai hal ini. Pertama. Merupakan bentuk ibadah yang di

perhatikan oleh Allah. Kedua, shalat memiliki manfaat psikologis

karena bisa mengalihkan perhatian pikiran dan rasa sakit dengan jalan memperkuat tenaga pengusir rasa sakit. Dokter mencoba berbagai

cara untuk memperkuat kemampuan (alamiah) ini dengan

memberikan makan sesuatu atau membayangkan harapan, atau membayangkan ketakutan. Shalat secara serentak menamakan rasa

takut, rasa hina, cinta kepada Allah. Dan mengingat hari akhir. Ketiga.

Di samping konsentrasi fikiran, dalam shalat terdapat pula pelatihan

fisik shalat terdiri dari serangkaian gerak tubuh meliputi berdiri tegak, ruku, sujud, relaksasi. Dan konsentrasi serta sebagian besar organ

tubuh dalam kondisi relaks. 6

Keterangan dan ketentraman diperoleh oleh seseorang yang melaksanakan

dimensi ibadah seperti shalat, dzikir, dan sebagainya memiliki nilai spiritual yang

cukup tinggi. Hal ini di sebabkan oleh karena dalam ritual ibadah tersebut terdapat

dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Dimensi ini merupakan inti yang

menyebabkan hati orang yang mengingat Allah menjadi tenang. Sebagaimana

terdapat dalam (QS. Ar-ra’du ayat 28). Allah berfirman :

“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tenteram.

6 Fazlur Rahman. Etika Pengobatan Islam. Mizan. Bandung. 1999. Hlm 68-70

Dalam hal ini terdapat rumusan “Bila kita ingin mendapatkan rasa tenang

dan tentram, maka dekatilah Allah yang maha tenang dan maha tentram, agar

dapat mempengaruhi sifat-sifat itu kepada kita”. Ada semacam hukum imbasan

atau sebab akibat. (causality), yaitu jika dekat api maka akan terasa panas, dekat

dengan air menjadi basah, dekat dengan wewangian akan wangi, dekat dengan

Maha Tenang turut menjadi tenang.

Dimensi dzikrullah memiliki dampak psikologis dalam jiwa seseorang

dengan mengingat Allah, maka dalam alam kesadaran akan berkembang

penghayatan akan kehadiran Tuhan yang maha Pemurah dan Pengasih yang

senantiasa mengetahui segala tindakan, nyata (overt) maupun yang tersembunyi

(covert), ia tidak akan merasa hidup sendirian di dunia ini, karena ada Dzat yang

Maha mendengar segala keluh kesah yang mungkin tidak dapat diungkapkan

kepada siapa pun. 7

Pasien yang masuk Rumah Sakit terutama yang di haruskan untuk rawat

inap, disadari atau tidak, secara psikologis mengalami kecemasan. Tingkat

kecemasan mereka berbeda-beda tergantung kondisi emosi dan jiwa mereka dalam

menghadapi kenyataan yang menimpanya. Agama sebagai dimensi spiritual yang

bisa memberikan sumbangan yang besar untuk membimbing manusia menemukan

jati dirinya, siapa dia, dari mana dia dan mau kemana dia. Meyakinkan manusia

untuk bersikap menerima terhadap segala apa yang menimpanya, dan

mengembalikan segala sesuatunya kepada yang punya diri. Dalam istilah agama,

7Dr. M. Solihin. M.Ag. Tasawuf Tematik. Bandung. Pustaka setia. 2003 Hal 53

kondisi sikap ini disebut dengan istilah sabar, ikhlas, ikhtiar, dan selanjutnya

tawakal.8

Menurut penelitian sebelumnya Prof. Dr. dr. H Dadang Hawari, psikiater.

Memaparkan sepuluh butir kebutuhan dasar spiritual manusia, ia mengadaptasikan

kajian ilmiah spiritual ini dari Dr. Hawar Climbell yaitu:

1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust)yang senantiasa terus

menurus di ulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah

ibadah.

2. Kebutuhan akan makna hidup, tujuan hidup dalam membangun hubungan

yang selaras, serasi, dan seimbang, dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama

manusia (horizontal) serta alam sekitarnya

3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan hidup

keseharian

4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan selalu secara teratur

mengadakan hubungan dengan tuhan (vertikal)

5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa

6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self-acceptance dan self

estem)

7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan

masa depan

8 Prof, Dr. H. Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta. Radar Jaya, 2004 Hal 168

8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang semakin tinggi

sebagai pribadi yang utuh (integrated personality)

9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesame manusia

10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang syarat dengan nilai-nilai

religiustis9

Penelitian Terapi yang Menggunakan Do’a Di San Francisco, AS studi

untuk mengetahui efektivitas doa dan zikir dilakukan terhadap 393 Pasien jantung.

Respondensi dibagi dalam dua kelompok secara acak. Kelompok pertama

memperoleh terapi doa dan zikir, lainya tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa

mereka yang mendapatkan terapi doa hanya sedikit yang mengalami komplikasi.

Sementara pada kelompok yang tidak diberi terapi doa timbul berbagai komplikasi.

Dr. Oxman, TE dan kawan-kawan mengemukakan bahwa salah satu faktor

prediksi yang kuat bagi keberhasilan operasi jantung adalah tingkat keimanan

pasien. Dari studi yang mereka lakukan terbukti bahwa semakin kuat keimanan

pasien, semakin kuat pula proteksinya terhadap kematian akibat operasi.

Kesimpulan itu mereka tuangkan dalam artikel berjudul Lack of Social

Participation or Religious Strength or Comfort as Risk Factors for Death after

Cardiac Surgery in The Elderly, yang dimuat Psychosomatic Medicine.

Penelitian lain tentang kaitannya dengan doa dan kematian akibat penyakit,

juga dilakukan Comstock dan kawan-kawan sebagaimana termuat dalam Journal of

9 Prof. Dr. dr. H. Dadang Hwawri, psikiater, Al-Quran, ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. PT. Dana Bhakti prima Yasa, Yogyakarta, 1997. Hal. 493-497.

Chronic Disease. Dinyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan keagamaan

secara teratur disertai doa, memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung

koroner lebih rendah 50% dibanding mereka yang tidak melakukan kegiatan

keagamaan. Sementara kematian akibat emfisema (paru-paru) lebih rendah 56%,

kematian akibat penyakit hati (sirosis hepatis) lebih rendah 74% dan kematian

akibat bunuh diri lebih rendah 53%. Bukti lain datang dari penelitian Robbins dan

Metzner yang dilakukan selama 8-10 tahun terhadap 2700 responden didapati

bahwa responden yang rajin menjalankan ibadah serta berdoa, angka kematiannya

jauh lebih rendah dibandingkan yang tidak beribadah.

Penelitian Larson dan kawan-kawan terhadap para pasien tekanan darah

tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (bukan pasien hipertensi), diperoleh

kenyataan bahwa komitmen agama kelompok kontrol lebih kuat. Selanjutnya

dikemukakan kegiatan keagamaan seperti doa dapat mencegah seseorang dari

penyakit hipertensi. Dokter Larry Dossey, M.D, seorang dokter dari mexico,

menjelaskan bahwa dalam sejumlah penelitian tentang doa menunjukkan bahwa

doa dapat menyembuhkan. Jarak tidak mempengaruhi dalam kemanjuran doa,

apakah doa tersebut dilakukan di dekat pembaringan pasien, di luar kamar, atau di

seberang lautan. Dalam bukunya Healing Words. Penyembuhan yang berkaitan

dengan doa, yang menjadi pusat perhatian buku ini merupakan suatu terapi murni

Era III mengapa tak terikat tempat? Setelah banyak melakukan penelitian, saya

tidak bisa menemukan seorang pakar pun yang mau mengatakan bahwa tingkat

pemisahan jarak antara orang yang berdoa dengan pasien merupakan faktor dalam

hal kemanjurannya. Orang-orang yang mempraktekkan penyembuhan melalui doa

semuanya mengatakan bahwa pengaruh-pengaruh doa tidak dipengaruhi oleh jarak,

doa itu sama manjurnya walaupun yang berdoa dan yang menjadi tujuan doa

terpisah oleh samudera atau ada dibalik pintu atau Cuma di sisi tempat tidur.

Studi terhadap sekelompok orang memperlihatkan bahwa doa secara positif

mempengaruhi tekanan darah tinggi, luka, serangan jantung, sakit kepala, dan

kecemasan. Subyek-subyek dalam studi ini mencakup pula air, enzim, bakteri,

jamur ragi, sel-sel darah merah, sel-sel kanker, sel-sel pemacu, benih, tumbuhan,

ganggang, larva, ngengat, tikus, dan anak ayam; dan di antara proses-proses yang

telah dipengaruhi adalah proses kegiatan enzim, laju pertumbuhan sel darah putih

leukemia, laju mutasi bakteri, pengecambahan dan laju pertumbuhan berbagai

macam benih, laju penyumbatan sel pemacu, laju penyembuhan luka, besarnya

gondok dan tumor, waktu yang dibutuhkan untuk bangun dari pembiusan total, efek

otonomi seperti kegiatan elektro-dermal kulit, laju hemolisis sel-sel darah merah,

dan kadar Hemoglobin.

Prof. Dr. Zakiah Darajat, pakar dan praktisi konseling dan psikoterapi islam,

berpendapat bahwa doa dapat memberikan rasa optimas, semangat hidup dan

menghilangkan perasaan putus asa ketika seorang menghadapi keadaan atau

masalah-masalah yang kurang menyenangkan baginya.

Dalam hal ini dia menyatakan Dalam kehidupan manusia sehari-hari,

ditemukan aneka ragam cara menghadapi masalah atau keadaan yang kurang

menyenangkan. Ada orang yang mudah patah semangat, menyerah kepada

keadaan, kehilangkan kemampuan untuk mengatasi kesulitan, bahkan menjadi

putus asa dan murung. Misalnya orang yang ditimpa suatu penyakit yang

membahayakan, seperti penyakit jantung, kanker, lever, dan sebagainya. Orang

yang lemah semangat hidupnya, akan tenggelam dalam kesedihan, dan

membayangkan kematian yang akan segera datang menghampiranya, seolah-olah

setiap saat nyawanya akan putus. Orang yang dulu kuat bersemangat kini menjadi

lemah tak berdaya, sedih dan takut menghadapi maut yang terasa mengintip-intip

kesempatan untuk menerkam dirinya obat dan nasihat dokter tidak dapat

menolongnya dari perasaan duka, kecewa, takut bercampur penyesealan terhadap

perangai dan ulahnya dimasa lalu, karena ia dulu kurang menjaga kesehatan,

bahkan kadang-kadang ia menyesali Allah kenapa tidak melindunginya dari

penyakit. Selanjutnya ketakutan menghadapi maut dihubungkannya dengan azab

kubur, neraka dan segala siksa yang ditimpakan kepada orang berdosa di hari

kiamat nanti.

Orang yang demikian sering dikatakan kehilangan semangat hidup.

Keadaan kejiwaan seperti itu, menyebabkan dirinya menjadi murung, putus asa,

sedih dan seolah-olah ia tidak mau berjuang menghadapi penyakitnya. Bagi orang

yang taat beribadah, dan selalu merasa dekat kepada Allah S. W T do'a menjadi

penunjang bagi semangat hidup yang tiada taranya. Ia tidak akan pernah kehilangan

semangat hidup, karena ia yakin bahwa yang memberi hidup itu adalah Allah, dan

tiada penyakit yang dapat membunuh, jika Allah tidak izinkan, dan ia yakin bahwa

tiada perangai manusia dan kekalutan keadan yang membawa kiamat, bila Allah

tidak menghendakinya. Jadi do'a amat penting dalam kehidupan manusia, baik

mereka yang terbelakang, maupun yang maju. Dan doa adalah penunjang semangat

hidup yang amat penting. D'oa memang penting bagi ketentraman batin. Dengan

berdo'a kita memupuk rasa optimis di dalam diri, serta menjauhkan rasa pesimis

dan putus asa. Lebih dari itu semua, do'a mempunyai peranan penting dalam

penciptaan kesehatan mental dan semangat hidup. Do'a mempunyai makna

penyembuhan bagi stress dan gangguan kejiwaan. Doa juga mengandung manfaat

untuk pencegahan terhadap terjadinya kegoncangan jiwa dan gangguan kejiwaan.

Lebih dari itu, do'a mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat

hidup. Atau dengan kata lain, do'a mempunyai fungsi kuratif, preventif dan

konstruktif bagi kesehatan mental. (Zakiah1992)

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung tentunya berperan besar dalam

memberikan pelayanan tidak hanya segi kesehatan fisik pasien, tetapi yang tidak

kalah pentingnya aspek spiritual pasien. Sebagaimana disebutkan sebelumnya

bahwa arti sehat ini mencakup sehat biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung memiliki misi yaitu menerapkan

nilai-nilai ajaran Islam dalam seluruh manajemen dan pelayanan. Diantara realisasi

dalam bentuk pelayanannya adalah keberadaan instalasi kerohanian dengan

kegiatan yang disesuaikan dengan perkembangan rumah sakit. Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Bandung saat ini terus berkembang, karena itu keberadaan kegiatan

harus menjadi daya dukung yang kuat. Bahkan diharapkan instalasi kerohanian

menjadi pendukung terbentuk Rumah Sakit Umum yang unggul dan menjadi model

pelopor Rumah Sakit-Rumah sakit yang lainya.

Dari beberapa asumsi diatas, wacana ini menarik untuk diteliti dan diuji

dalam sebuah penelitian skripsi. Oleh karena itu penulis mencoba mengangkat

Fenomena tersebut dalam sebuah judul penelitian “ Metode Terapi Doa bagi

kesehatan Jiwa”

B. Rumusan Masalah

Guna mendapatkan penelitian yang jelas dan terarah, di ajukan pertanyaan

berdasarkan uraian latar belakang diatas yaitu:

1. Bagaimana kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Bandung?

2. Bagaimana Metode Terapi Doa, dalam meningkatkan kesehatan jiwa pada

pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung?

3. Apa manfaat dan dampak dari terapi doa bagi kesehatan jiwa pasien rawat

inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung?

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan rumusan bagaimana metode terapi do’a bagi kesehatan jiwa pasien

rawat inap RSUD Kota Bandung.

Adapun kegunaan penelitian adalah:

1. Mengetahui kondisi/keadaan pasien rawat inap RSUD Kota Bandung

2. Dapat memberikan gambaran dengan jelas bagaimana proses yang

dilakukan oleh Rohis RSUD Kota Bandung dalam memberikan bimbingan

rohani terhadap kondisi psikis pasien, melalui respon langsung pasien yang

menerima dan merasakan hasil dari proses bimbingan rohani tersebut,

sehingga hasilnya menjadi bahan masukan bagi rohis RSUD Kota Bandung

itu sendiri.

3. Dapat diperoleh sebuah rumusan bahwa aktivitas bimbingan rohani Rumah

Sakit bisa dijadikan sebuah terapi psikospritual sehingga jadi bahan

kontribusi ilmiah akademis bagi dunia kesehatan dewasa ini.

D. Kerangka Pemikiran

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia tak dapat disangkal oleh

siapapun. Allah telah menurunkan sebagai wacana firman-Nya. Sebagai petunjuk

bagi hamba-hambaNya yang beriman. Menurut Fazhur Rahman, kaum muslimin

diharuskan mempercayai totalitas petunjuk Ilahi dan Kitab apapun yang di

wahyukan Tuhan. Ia juga menyatakan al-qur’an bukanlah suatu risalah mengenai

Tuhan. Al-Qur’an bukanlah sesuatu untuk dibuktikan, melainkan untuk ditemukan

(discovered). Tujuan pokok al-qur’an diarahkan untuk memberikan tuntunan

kepada manusia dalam menjalankan hidup mereka, baik secara individual maupun

kolektip. Tuhannya al-qur’an menyusup diantara manusia dan Hatinya, juga antara

manusia. 10

10 M. Quraish Shihab. Wawasan Al-quran. Bandung. Mizan, 1996. hal 182

Artinya:

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa

yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,

melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,

melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang

kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di

manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka

pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui segala sesuatu. “(QS.58:7)”

Al-Quran juga sebagai penyembuhan bagi penyakit yang diderita manusia.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus ayat 7.

Artinya:

“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu

dan penyembuh untuk penyakit yang ada dalam dada’ dan petunjuk serta rahmat

bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin)”. Firman-Nya yang lain.

Artinya :

“ Dan kami turunkan dari Al-Quran sesuatu (dapat menjadi)penyembuhan dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin)dan al-Quran itu tidak

akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan

kerugian”(QS.17:82)

Dunia kedokteran mulai mengakui bahwa peran Agama adalah

penyembuhan dimensi lahir dan batin. Penyembuhan suatu penyakit dewasa ini

cenderung untuk mencakup keseluruhan aspek yang dimiliki manusia yang sekrang

dikenal dengan terapi holitik. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pun telah

menempatkan sehat spiritual sebagai bagian dari defenisi sehat, selain sehat

biologis, psikologis dan sosial.

Dalam disiplin ilmu psikologi ternyata ada sebuah disiplin ilmu

psikoneurobiologi yang membahas kaitan kondisi ketenangan psikologis manusia

terhadap kesehatan organ biologis manusia melalui efek-efek neuro (alur syaraf dan

hormon-hormon dalam tubuh) yang bisa menurunkan atau menaikkan kondisi imun

(kekebalan) tubuh manusia. Hal ini diakui oleh dunia kedokteran bahwa ketenangan

seseorang berpengaruh terhadap kondisi sehat sakit seseorang. Dalam Islam

ketenangan diri seseorang bisa diperoleh dari kedekatan dia terhadap Tuhannya.

Dengan dia sering mengingat Allah (dzikrullah), maka hati menjadi tenang.

E. Langkah-langkah Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data diambil dari lokasi RSUD Kota Bandung yang terletak di Jl.

Rumah Sakit Ujung Berung Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat

Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu.

Data primer, yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari hasil

observasi, maupun wawancara kepada pembimbing rohani pada pasien rawat inap

RSUD Kota Bandung.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tambahan

seperti buku, dan jurnal-jurnal yang bersangkutan dengan penelitian yang

dilakukan.

2. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara partisipan. Penelitian ini dilakukan oleh penulis

dengan cara terjun langsung ke lapangan dengan melihat, mengamati fenomena-

fenomena yang ada di rumah sakit tersebut tentang Metode terapi doa bagi

kesehatan jiwa.

b. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terbuka

b. Dokumentasi dan pustaka

Dokumentasi diperlukan untuk menunjang dan memperkuat data yang

bersangkutan dengan penelitian ini. Dan kepustakaan sebagai acuan dalam

menganalisis permasalahan dalam penelitian ini.

c. Analisis data

Data dari lapangan mengenai Metode Terapi Doa bagi kesehatan Jiwa pada

pasien rawat inap RSUD Kota Bandung. Kemudian dikelompokkan dan diberi

simbol atau kode-kode tertentu kemudian dianalisis secara logis secara induktif

yaitu satu persatu dari tiap kelompok dianalisiskan kemudian pada tahap akhir

dibuat kesimpulan secara menyeluruh.

3. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan

membahas studi kasus di Rumah Sakit Umum Kota Bandung Yaitu sebuah metode

yang cirinya adalah memusatkan diri pada pengumpulan data, mengelompokkan

data, dan menganalisis data.

4. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari empat bab. Bab pertama berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran,

sumber data, teknik pengumpulan data dan langkah-langkah penelitian, metode

penelitian, sistematika penulisan. Bab dua merupakan tinjauan teoritis yang

mendukukung penelitian data. Bab tiga berisi analisis data penelitian. Bab empat

merupakan bab akhir yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG METODE TERAPI DOA BAGI

KESEHATAN JIWA

A. Terapi

a. Definisi Terapi

Terapi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah usaha untuk

memulihkan kesehatan orang yang sakit. Perawatan penyakit mula-mula tim dokter

mempelajari gejala-gejala penyakitnya kemudian menentukannya dengan tepat.

Bahasa dok pengobatan dan perawatan untuk mengurangi dan menghilangkan

kelainan bicara dan bahasa-bermain teknik penyembuhan penyakit melalui teknik

bermain. Gizi dok usaha untuk memulihkan kesehatan seseorang dengan perbaikan

gizi, musik teknik penyembuhan penyakit melalui musik.11

Manusia diciptakan Allah ke dunia ini dengan berbagai problematikanya, ia

tidak selamanya selalu dalam keadaan sehat, Adakalnya ia sakit, baik sakit jasmani

maupun rohani. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk mencari kesembuhan.

Salah satu caranya adalah melakukan Terapi atau pengobatan.

Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu “psiko” dan “terapi”. “psiko” artinya

kejiwaan atau mental dan “Terapi”adalah penyembuhan atau usada. Jadi Menurut

bahasa Indonesia psikoterapi dapat disebut usada jiwa dan usada mental.

11 M. Dahlan Al Barry, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Arkola, Surabaya. 1994 hal 746

Psikoterapi dengan tepat memang sulit diberikan, hanya saja secara umum

dapat dikatakan bahwa : Psikoterapi atau usada jiwa/usada rasa/usada mental

adalah proses Formal interaksi antara dua pihak atau lebih. Yang satu adalah

profesional menolong dan yang lain adalah “petolong” (orang yang ditolong)

dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan.

Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, prilaku, kebiasaan yang

ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong dengan latar ilmu

Profesional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia

dan akhirat. Dalam pengertian luas, terapi dapat diartikan pengobatan penyakit

secara kerohanian. Terapi ini mengandung makna penerapan teknis khusu dalam

penyembuhan penyakit mental atau kesulitan penyesuain diri. Terapi juga

mempunyai makna penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan diskusi

suatu persoalan dengan para guru, teman dan sebagainya.

Terapi juga dapat diartikan upaya sistematis dan terencana dalam

menaggulangi masalah yang di hadapi klien dengan tujuan mengembalikan,

memelihara, menjaga, dan mengembangkan kondisi klien agar hatinya berada

dalam kondisi, posisi yang proposional. Manusia-manusia yang akal dan kalbunya

proposional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia

dan akhirat. Dalam pengertian yang luas, terapi dapat berarti pengobatan penyakit

secara kerohanian. Terapi ini mengandung makna penerapan teknis khusus dalam

penyembuhan penyakit mental atau kesulitan penyesuaian diri. Terapi juga

mempunyai makna penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan diskusi

suatu persoalan dengan para guru, teman dan sebagainya.12

b. Tujuan Terapi

Terapi bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik

dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia

dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Bugental (1965).13

menyebut keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial

pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik: (1) menyadari

sepenuhnya keadaan sekarang (2) memilih bagaimana hidup pada saat sekarang (3)

memikul tanggungjawab untuk memilih. Klien yang neorotik adalah orang yang

kehilangan rasa ada, tujuan terapi untuk membantunya agar ia memperoleh atau

menemukan kembali kemanusiaanya yang hilang.14

Tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan

karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya. Penerimaan tanggungjawab itu

bukan suatu hal yang mudah : banyak orang yang takut akan beratnya

tanggungjawab menjadi apa dia sekarang dan akan menjadi apa dia selanjutnya.

Mereka harus memilih, misalnya, akan tetap berpegang pada kehidupan yang

kurang pasti dan lebih menantang. Justru tiadanya jaminan-jaminan dalam

kehidupan itulah yang menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu, terapi eksistensial

12 Ahmad Warsono Al Munawir. Al munawir. Kamus Arab-indonesia. Yogyakarta Pustaka 1997 hal 1545 13 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 56 14 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 56

juga bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan

dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari

sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministic di luar darinya.15

c. Tahap-tahap Terapi

Setelah mengetahui tujuan terapi perlu dikemukakan di sini tahap-tahap

dalam terapi. Tahap-tahap ini penting karena masing-masing mempunyai

karakternya sendiri-sendiri. Diantaranya :

a. Wawancara awal

Wawancara awal ini akan diketahui apa yang menjadi permasalahan

ataupun keluhan klien. Dalam tahap pertama ini perlu juga dikemukakan tentang

apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung. Aturan-aturan apa saja yang perlu

diketahui oleh klien. Apa yang dilakukan terapis dan apa yang harapkan dari klien

perlu di ungkapkan pula. Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan

mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan oleh klien. Tugas klien

adalah menceritakan semuanya pada terapis. Jangan sampai terbalik bahwa terapis

yang banyak bicara dan klien yang mendengarkan. Hal ini sering terjadi di

Indonesia karena terapis yang banyak bicara, misalnya memberi nasihat, dan klien

hanya mendengarkan saja. Kalau sampai terjadi seperti itu berarti interaksi bukan

merupakan proses psikoterapi tetapi konsultasi.16

15 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 56 16 Juhana E. Prawitasari, Psikoterapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2002 hal, 11

Dalam tahap ini yang penting lagi adalah adanya persekutuan antara klien

dengan terapisnya untuk melawan masalah yang dihadapi klien. Supaya terjadi

hubungan itu tentunya perlu dibina rapport yaitu hubungan yang menimbulkan

keyakinan dan kepercayaan klien bahwa ia akan dapat ditolong. Tanpa rasa ini klien

akan lari sebelum mulai. Terapi tidak akan dapat berjalan seperti yang diharapkan.

Dibawah ini nanti akan diberikan cara-cara untuk membina rapport ini.17

Selain ini perlu juga dikembangkan komitmen klien untuk menjalankan

perannya sebagai klien. Ia harus bersedia untuk mengutarakan pikiran dan

perasaannya tanpa diseleksi. Ia bersedia mengkomunikasikan pengalaman-

pengalamannya sekaligus mengkajinya. Kerjasama yang baik antara klien dan

terapis perlu dibina disini.

b. Proses terapi

Tahap kedua psikoterapi adalah proses terapi itu sendiri. Banyak sekali

intervensi yang dilakukan oleh terapis. Supaya terjadi komunikasi yang mengalir

dengan baik perlu dilakukan beberapa hal yaitu mengkaji pengalaman klien,

menggali pengalaman masa lalu kalau itu memang relevan dengan keluhan klien.

Hal penting lainnya adalah mengkaji hubungan antara terapis dan klien saat ini dan

disini. Juga dilakukan pengenalan, penjelasan, dan pengertian dan perasaan dan

arti-arti pribadi klien. Semua ini termaksud intervensi yang dilakukan terapis yang

akan dikemukakan di bawah nanti. 18

17 Ibid hal. 11 18 Ibid. 12

c. Pengertian tindakan

Tahap ini dilaksanakan pada saat menjelang terapi berakhir. Di sini terapis

mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajari klien selama terapi

berlangsung. Kemudian apa yang telah diketahui klien akan di terapkan dalam

kehidupannya nanti. Apakah pengetahuannya ini akan diterapkan kedalam

perilakunya sehari-hari perlu didiskusikan dengan klien dalam tahap ini. Hal ini

sangat penting dilakukan supaya tujuan terapi yang telah di setujui bersama dengan

jelas telah tercapai. 19

d. Mengakhiri terapi

Terapi dapat berakhir kalau tujuan telah tercapai. Tetapi terapi pula dapat

berakhir kalau klien tidak melanjutkan terapi. Demikian pula terapis dapat

mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat lagi menolong kliennya. Ia mungkin perlu

merujuk pada ahli lain. Beberapa pertemuan sebelum pengakhiran terapi, klien

perlu diberi tahu. Hal ini penting karena klien akan menghadapi lingkungannya

kepada terapis selama ini sedikit-sedikit harus dihilangkan dengan menumbuhkan

kemandirian klien. Untuk itu perlu disiapkan dengan baik jauh sebelumnya.20

d. Fungsi dan peran terapis

19 Ibid 13 20 Juhana E. Prawitasari, Psikoterapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2002 hal 10-13

Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam

dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena

menekankan pada pengalaman klien sekarang. Para terapis eksistensial

menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang

digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien

yang lainnya. Tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang di jalani oleh klien yang

sama.

Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, dikalangan

terapi eksistensial dan humanistic ada kesepakatan menyangkut tugas-tugas dan

tanggung jawab terapis. Buhler dan Alien (1972) sepakat bahwa psikoterapi

difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik.

Menurut Bahler dan alien, para ahli psikologi Humanistik memiliki orientasi

bersama yang mencakup hal-hal berikut.

a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi

b. Menyadari dan peran tanggung jawab terapis

c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik

d. Berorientasi pada pertumbuhan

e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu

pribadi yang menyeluruh

f. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak

ditangan klien

g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan

gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara

implicit menunjukan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan

positif

h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk

mengembangkan tujuan-tujuan dari nilainya sendiri

i. Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan

kebebasan klien.

Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari

keberadaannya dalam dunia. “ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai

orang yang terancam, yang hadir didunia yang mengancam dan sebagai subjek yang

memiliki dunia.21

Peran terapis sebagai “spesialis mata dari pada sebagai pelukis”. Yang

bertugas, “memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spectrum

keseluruhan dari makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh

pasien.22

Untuk contoh mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi

eksistensial bekerja dalam pertemuan terapi, bisa ditunjuk surat klien yang telah

diungkapkan dimuka. Jika klien mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada

terapis pada pertemuan terapi, maka terapis akan bertindak sebagai berikut.23

21 May. Existential Psychology. Random House. New York, 1961. hal 81 22 Frankl V. Man’ssearch for Meaning, Washington Square Press, New York. 1959 hal. 174 23 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 59

a. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam klien dengan apa yang dikatakan

oleh klien

b. Terlibat dalam sejumlah pernyataan pribadi yang relevan dan pantas tentang

pengalaman-pengalaman yang mirip dengan yang dialami oleh klien

c. Meminta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap

keharusan memilih dalam dunia yang tak pasti

d. Menantang klien untuk melihat cara dia menghindari perbuatan putusan-

putusan dan memberikan penilain terhadap penghindaran itu

e. Mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak

memulai terapi dengan bertanya: “jika anda bisa secara ajaib kembali

kepada cara anda ingat kepada diri anda sendiri sebelum terapi, maukah

anda melakukanya sekarang.

f. Beri tahu kepada klien bahwa ia sedang mempelajari apa yang didalamnya

sesungguhnya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia, bahwa dia pada

akhirnya sendirian. Bahwa dia harus memutuskan untuk dirinya sendiri,

bahwa dia akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian putusan-putusan

yang dibuat. Dan bahwa dia akan berjuang untuk menetapkan makna

kehidupannya di dunia yang sering tampak tak bermakna.

B. DOA

a. Definisi Doa

Do’a adalah senjata mu’minin. Sebagai seorang mukmin, marilah kita

gunakan senjata kita (do’a) dengan semaksimal mungkin. Manusia adalah suatu

mahluk yang mempunyai kekuatan yang sangat terbatas dan pasti butuh akan suatu

yang lebih kuat dan lebih berkuasa. Sangat disayangkan kalau banyak diantara

saudara kita yang keliru memilih panjatan dalam memenuhi kebutuhannya akan

sesuatu yang lebih. Ada yang memilih batu mustika, ada yang memilih keris, ada

yang pergi ke kuburan-kuburan tua atau bahkan ada yang datang kedukun-dukun

untuk meminta jampi-jampi. Astaghfirullohal ‘Adziem. Padahal ada suatu Dzat

yang Paling Berkuasa dan Paling Perkasa yang siap membantu kita, Allah telah

berfirman yang artinya : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan

bagimu. (QS. Al Mu’minun ayat 60)

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-

Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”

Berdo’a adalah salah satu ibadah yang sangat disukai oleh Allah SWT.

Dengan berdo’a kita merasa butuh akan Allah, kita langsung mengungkapkan

permasalahan kita kepadaNya, kemudian dalam do’a juga terkandung dzikir kepada

Allah dan harapan akan pertolongan Allah. Supaya do’a kita cepat terkabul,

hendaklah menjalankan adab-adabnya (tata cara berdo’a yang baik). Sebagian

adab-adab berdo’a ialah: Lakukan dalam keadaan suci dari hadats sambil

menghadap qiblat. Carilah waktu-waktu yang mustajab untuk memanjatkan do’a.

Misalnya sehabis melakukan sholat lima waktu, sehabis melakukan kebajikan

(sodaqah umpamanya), sepertiga malam yang terakhir, malam jum’at, dan hari

jum’at, diantar adzan dan iqomat, waktu turun hujan lebat dan masih banyak waktu

yang lain yang bisa dicari di hadits-hadits Rasulullah SAW. Ada juga tempat-

tempat mustajab untuk berdo’a. Multazam, Hijjir Isma’il, di Maqam Ibrahim,

Raudhoh dan lain sebagainya. Memulai do’a dengan pujian kepada Allah, baik

dengan nama-nama Allah ataupun sifat-sifat Nya, bisa juga dengan menyebut

karunia-Nya yang sangat banyak. Lanjutkan dengan bershalawat untuk Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sesudah itu barulah menyebutkan permintaannya.

Kemudian tutuplah dengan membaca shalawat untuk Rasulullah kembali dan

m e m u j i k e p a d a A l l a h T a ’ a l a . D a r i A b u H u r a i r a h r a

“Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seseorang diantara kamu berdo’a,

janganlah dia mengucapkan: “Ya Allah ! Ampunilah dosaku, kalau Engkau mau!”

Melainkan hendaklah dia meminta dengan sesungguh hati dan memperkuat

keinginannya, karena sesungguhnya Allah tidak akan memberikan sesuatu yang

tidak dianggap besar (berharga). Perlu diingat bahwa makanan yang halal juga

sangat berpengaruh pada kemustajaban do’a yang kita panjatkan. Oleh karena itu

hendaklah mengisi perut kita hanya dengan makan yang baik dan halal. Kumpulan

Do’a sehari-hari dari berbagai sumber:

Artinya

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka

(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang

yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu

memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar

mereka selalu berada dalam kebenaran.(QS. Al-Baqarah: 186)

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan

Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri

dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina

dina".( QS: al baqarah 186)

Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasullulah saw. Bersabda. “tiada sesuatu yang

lebih mulia di sisi Allah yang bisa menandingi doa.” Dalam hadits lain Rasulullah

saw. Bersabda, “ sesungguhnya seorang hamba yang berdoa tidaklah akan terlepas

dari tiga perkara : Adakalanya ia berdosa, maka setelah berdoa ia diampuni.

Adakalnya berupa kebaikan yang disegerakan untuknya dan adakalanya kebaikan

yang disimpan (diakhirat kelak). 24

b. Adab Berdoa

Pertama, orang yang berdoa hendaknya mengamati waktu-waktu yang

mulia seperti Hari Arafah, hari-hari di bulan Ramadhan, hari jum’at, waktu sahur

dan sebagainya. Allah berfirman :

Artinya

Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS: al

mu’min 60)

Kemudian dikuatkan pula oleh Nabi saw. “setiap malam allah swt. Turun

kelangit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Lalu dia berfirman

“barangsiapa yang berdoa kepadaKu, maka aku akan mengabulkannya.

Barangsiapa yang berdoa kepadaKu, maka aku akan memberinya. Dan barangsiapa

yang memohon ampunan kepada KU. Aku akan mengampuninya. 25

Kedua mempergunakan kesempatan dalam keadaan mulia. Abu Hurairah

ra. Berkata, “sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka ketika desakan barisan perang

24 Dr. Jallaluddin Rahmat. Memaknai kematian.Pustaka Iman. Bandung. 2006. hal 149-160 25 Imam ghazali, Ringkasan ihya ulumuddin, Gitamedia Fress. Surabaya 2003. hal 104-105

Fi sabillillah, turunya air hujan, dilaksanakannya dan shalat fardlu. Begitu juga

ketika bersujud, perlulah untuk digunakan berdoa.26

Ketiga Seharusnya berdoa itu menghadap kiblat dan mengangkat kedua

tangan sampai putih-putih ketiak tampak. Rasulullah saw. Bersabda.”

Sesungguhnya Tuhanmu adalah Dzat yang hidup dan Pemurah. Dia malu menolak

Hamba-hambaNya dengan tangan kosong ketka mereka mengangkat tangan dalam

berdoa kepadaNya. 27

Keempat Melembutkan suara, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu

keras. Rasulullulah saw. Bersabda, “ wahai sekalian manusia, sesungguhnya dzat

yang kamu panggil tidaklah tuli dan ghaib. Sesungguhnya dzat yang kamu panggil

itu ada diantara kamu dengan tengkuk-tengkuk kendaraanmu (sangat dekat sekali)28

Kelima tidak memaksakan diri dengan bersajak dalam berdoa. Karena doa

yang berlebih-berlebihan itu tidaklah baik. Bukankan Rasulullah saw: bersabda

“akan muncul suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa.29

Keenam hendaknya merendahkan diri, khusuk disertai perasaan harap dan

takut. Allah berfirman. “ sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang cepat-

cepat dalam kebaikan dan mereka berdoa kerpada kami dengan harap dan cemas.30

26 Ibid 105 27 Ibid 105 28 Ibid 105 29 Ibid 105 30 Ibid 106

Ketujuh hendaknya mantap dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan. Serta

membenarkan harapan-harapan. Rasulullah saw. Bersabda: bila seorang kalian

berdoa. Maka hendakanya ia memperbesar harapannya. Sebab tidak sesuatu pun

yang bisa menyaingi keagungan Allah Swt. 31

Kedelapan bersungguh-sungguh dan mengulanginya sampai tiga kali. Ibnu

masud ra. Berkata: Rasulullah bersabda bila berdoa, maka dilakukan tiga kali. Jika

memohon maka dilakukan tiga kali. 32

Kesembilan mulai doa dengan menyebut nama Allah Swt. Serta shalawat

atas nabi Muhammad Saw. Rasulullah bersabda: jika kalian memohon hajat kepada

Allah Swt. Maka mulailah dengan shalwat atas ku, sebab Allah Swt. Maha pemurah

dari diminta hajat. Lalu mengabulkan satu hajat dan menolak yang lainnya. 33

Kesepuluh adalah adab batin. Ini merupakan masalah yang prinsip dalam

terkabulnya doa. Yakni taubat, mengembalikan barang-barang hasil perbuatan

dzalim dan menghadap Allah Swt, dengan harapan yang sungguh-sungguh.34

Allah Berfirman dalam Al-Quran surat Al-Araaf ayat 55 yang berbunyi :

31 Ibid 106 32 Ibid 106 33 Ibid 106 34 Ibid 106

Artinya:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al-

araaf 55)

c. Doa dan musibah

Setiap muslim wajib bersabar ketika tertimpa musibah. Namun tidak

mengapa bagi yang sakit memberitahukan sakitnya tanpa mengeluhkannya kepada

sesama mahluk. Lalu hendaknya ia mengatakan yang artinya “ini telah

ditertakdirkan oleh Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendakiNya. Segala

puji bagi Allah dalam segala keadaan. “katakanlah: sekali-kali tidak akan menimpa

kami melainkan apa yang telah ditentukan oleh Allah bagi kami.

Firman Allah Swt. Yang artinya: “ dan sungguh akan kami beri cobaan

kepada mu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-

buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)

orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, sesungguhnya

kami adalah milik Allah dan kepadaNya lah kembali”, mereka itulah yang

mendapat kesabaran yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah

orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS: Al-Baqarah: 155-157) Sesungguhnya

hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

(QS: Az-Zumar:10). Rasullulah Bersabda yang artinya:

Dan barang siapa berusaha sabar, Allah akan menjadikannya bersabar,

dan tidak ada seorang pun yang mendapatkan karunia (dari Allah) yang lebih baik

dan lebih luas dari pada kesabaran.

Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin itu, semua urusannya baik

baginya dan hal ini tidak dimiliki siapa pun kecuali orang mukmin, jika dia

mendapatkan kebagian bersyukur dan itu baik baginya, dan jika dia ditimpa

musibah bersabar dan itu baik baginya. (HR: Muslim)

Tidaklah rasa lelah, sakit, kegelisahan, gangguan dan duka yang menimpa

seorang muslim hingga duri yang menusuknya kecuali Allah menghapuskan dosa-

dosanya karena hal-hal tersebut (HR: Al-Bukhari dan Muslim)

d. Terapi Doa

Terapi doa adalah penunjangan semangat hidup yang amat penting bagi

ketentraman batin. Dengan berdoa kita memupuk rasa optimis di dalam diri, serta

menjauhkan rasa pesimis dan putus asa. (Zakiah Dradjat 1992)

Menurut Purwanto (1984) memasukkan dimensi spiritual keagamaan sama

pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis dan pskiososial. Seiring dengan itu,

terapi yang dilakukan pun mulai menggunakan dimensi spiritual keagamaan, terapi

yang demikian disebut dengan terapi holistik. Artinya terapi yang melibatkan fisik,

psikologi, psikososial dan spiritual (Ariyanto, 2006).

The American Psychiatric Association (APA) mengadopsi gabungan dari

empat dimensi di atas dengan istilah paradigm pendekatan biopsikososispritual

(Hawari 2002). Lokakarya yang di selenggarakan APA pada tahun 1993 dengan

judul Religion and Psychiatry Model of Partnership memberikan suatu anjuran

untuk menambahkan terapi keagamaan disamping terapi psikis dan medis (Hawari

2002). Larson (1992) dan beberapa pakar lainnya dalam berbagai penelitian yang

berjudul Religious Commitmen and Health, menyimpulkan bahwa di dalam

memandu kesehatan manusia yang serba kompleks ini dengan segala keterkaitan,

hendaknya komitmen Agama sebagai sesuatu kekuatan (spiritual power) jangan

diabaikan begitu saja. Agama dapat berperan sebagai perlindungan lebih dari pada

sebagai penyebab masalah. Pentingnya Agama sebagai kelengkapan pemeriksaan

psikiatrik dapat dilihat dalam textbook of psychiater yang berjudul Synopsis of

Psichiatry, Behavioral Sciences and Clinical Psychiatry. Karangan Kaplan dan

sadock (1991). Di dalam buku tersebut disebutkan bahwa dalam wawancara

psikiatri dokter (Psikiater) hendaknya dapat menggali latar belakang kehidupan

beragama dari pasien dan kedua orangtuanya, serta secara rinci mengekplorasi

sejauhmana mereka mengamalkan ajaran Agama, yang dianutnya. Bagaimanakah

sikap keluarga terhadap Agama, taat atau longgar. (strict or permissive). Adakah

konflik di antara kedua orangtuanya dalam memberikan pendidikan Agama kepada

anak-anaknya.

Psikiater hendaknya dapat menelusuri riwayat kehidupan beragama

pasiennya, sejak masa kanak-kanak hingga dewasa: sejauh mana pasien terikat

dengan ajaran Agamanya. Sejauh mana kuatnya, dan sejauh mana mempengaruhi

kehidupan pasien, pendapat pasien berdasarkan keyakinan Agamanya terhadap

terapi psikiatrik dan medik lainnya, serta bagaimanakah pendangan agamanya

terhadap bunuh diri dan sebagainya (Hawari 2002).

Di Asean pentingnya terapi Agama dalam psikoterapi mulai diperhatikan

pada tahun 1995. Dalam kongres ke lima kedokteran jiwa/kesehatan jiwa seAsean

di Bandung pada bulan Januari 1995, topik psikiatri dan Agama merupakan salah

satu topik bahasan dengan menampilkan tiga judul makalah: New concept of

Holistic Approach in Indonesian Psychiatry and Mental Health. New Aproach in

the treatment of Depression. And Religion Issues in Psychiatrice (Hawari 1997).

Di Indonesia beberapa konselor dan terapis telah memakai Agama sebagai

bagian yang tak terpisahkan dalam konsultasi dan terapi psikisnya. Misalnya. Prof.

DR. Zakiah Darajat dan Prof DR. dr. Dadang Hawari. Keduanya juga menerbitkan

beberapa buku yang berkaitan dengan konseling dan psikoterapi Agama. Prof. DR

Zakiah Darajat antara lain menerbitkan beberapa buku yang berjudul: Peranan

Agama dalam kesehatan Mental (1973). Islam dan kesehatan mental (1983). Do’a

Menunjang semangat Hidup. Dan lain sebagainya.

Perlu diingat bahwa akibat yang ditimbulkan oleh doa tidak terpengaruh

jarak. Apakah orang yang berdoa berada dekat atau jauh dari dengan organisme

(obyek) yang didoakan; penyembuhan dapat berlangsung di tempat itu juga atau di

tempat lain. Tak ada satupun yang nampaknya sanggup menghambat atau meng-

hentikan doa. Bahkan walaupun "obyek " yang didoakan itu ditempatkan di sebuah

ruangan berlapis timah atau ruangan yang tidak bisa ditembus berbagai macam

energi gelombang elektromagnetik.

e. Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa

(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Psychose)

Kalau kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari, akan

bermacam-macam yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan

bahagia, walau apapun keadaannya yang dihadapinya. Dia disenangi orang, tidak

ada yang membenci atau tidak menyukainya, dan pekerjaannya pun selalu berjalan

dengan lancar. 35

Sebaliknya ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hati. Tidak

cocok dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak bersemangat serta tidak dapat

memikul tanggung jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan dan ketidak

puasaan, dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang dapat diobati.

Mereka tidak pernah merasakan kebahagian.36

Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka menggangu,

melanggar hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu domba, memfitnah,

menyeleweng, menganiyaya, menipu dan sebagainya. 37

35 Zakiah Derajat, kesehatan mental. Gunung Agung, Jakarta. 1979 Hal 10 36 Ibid hal 10 37 Ibid hal 11

Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah, yang mendorong

para ahli ilmu jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku

orang berbeda, kendatipun kondisinya sama. Juga apa sebabnya ada orang yang

tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagian dalam hidup ini. Usaha ini

menumbuhkan satu cabang termuda dari ilmu jiwa, yaitu kesehatan jiwa.

Pengetahuan ini berkembang secara luas di Negara-negara yang telah maju,

terutama dalam beberapa tahun belakang ini. Di beberapa Negara pengetahuan ini

telah sampai tingkat mencari jalan pencegahan (preventive) agar orang tidak lagi

menderita kegelisahan dan gangguan jiwa. Dinegara kita, pengetahuan ini belum

banyak dikenal. Meskipun akhir-akhir ini sering digunakan kata-kata kesehatan

jiwa, namun pengertiannya masih kabur dan kurang jelas dalam pikiran orang pada

umumnya. 38

C. Pengertian Jiwa menurut Al-Ghazali

Jiwa menurut Al-Ghazali ibarat kerajaan atau kendaraaan. Jiwa adalah raja

atau pengemudi yang amat menentukan keselamatan atau kesengsaraan rakyat atau

penumpangnya. Sedang jiwa menurut pengertian psikis, yang merupakan hakikat

diri dan zat manusia karena fungsinya sangat besar dalam kehidupan, dan di

atasnyalah bergantung nasib baik dan buruk manusia di dunia dan akhirat. 39

38 Zakiah Derajat, kesehatan mental. Gunung Agung, Jakarta. 1979 hal 10-11 39 M. Solihi M.Ag. Tasawuf Tematik. Pustaka Setia, Bandung. 2003. hal 130

a. Jiwa yang sehat

Jika sebuah pohon yang mempunyai akar dan batang yang sehat karena

sesuatu hal atau karena pengaruh yang datang dari luar mengakibatkan buahnya

berjatuhan, daunnya berguguran batang dan rantingnya menjadi patah, udara dingin

menyebabkan bunga yang akan tumbuh layu berguguran, burung-burung

menyerang buah yang ada dan merusaknya, atau yang serupa dengan itu. Kejadian

ini walaupun amat disayangkan namun tidak menciptakan kesedihan, mengapa

demikian? Sebab jika pohon itu tetap dalam keadaan sehat, maka untuk kesekian

kalinya dia akan berdaun, berbunga, dan berubah lagi. Dengan menyaksikan

peristiwa ini, manusia berhak membesarkan hatinya dengan mengatakan “ yang

penting pohon itu sehat” 40

Dalam hal ini wujud manusia juga tidak berbeda dengan sebuah pohon yang

dapat memberikan faedah. Jika manusia itu sehat dan tidak mempunyai cacat

niscaya dia akan lebat, berbunga, menjadi tempat berteduh benda-benda yang

berada dibawahnya dari sengatan matahari. Namun sebagaimana juga pohon,

mungkin berbagai peristiwa yang tidak terduga akan dialaminya. 41

Bertahun-tahun seorang manusia berusaha payah dan sedikit demi sedikit

mengumpulkan hasil jerih payah keringatnya, namun tiba-tiba karena suatu

peristiwa yang tidak terduga maka seluruh hasil jerih payah keringatnya itu sirna.

Kekafiran telah menjadikan dia tidak berdaun dan berbunga. Peristiwa-peristiwa

40 Murtadha Mutahhir, JIwa yang damai.Sega Arsy. Bandung. 2008. hal 113 41 Ibid hal 113

seperti hilangnya kekayaan dunia, terbakarnya harta, dan banyak lagi peristiwa

pahit yang sejenis walaupun mendatangkan kekecewaan, namun bagi jiwa yang

sehat dan penuh dengan pengharapan tidak akan mendatangkan kesedihan yang

berkepanjangan. 42

Demikian pula satu tubuh yang masih muda dan sehat, tatkala mendapat

luka, hal itu tidak menyebabkan kehawatiran karena kelak luka itu akan bertaut

kembali. Sementara badan yang sakit, misalnya yang terkena penyakit gula, dan

memerlukan waktu lama untuk menyembuhkan satu luka yang kecil. Demikian pula

jiwa yang sehat dan aktif, dia mampu memenuhi setiap kekurangan.

Musibah betul-betul terjadi tatkala kerusakan menimpa akar satu pohon.

Jika hal ini terjadi maka usaha untuk melindungi tangkai buah dan daun itu tidak

berguna. Demikian, tatkala seorang manusia dari segi jiwa dilanda oleh perasaan

apatis, mempunyai pandangan yang buruk terhadap kehidupan ala mini, serta dia

merasa sendiri dan merasa tidak mempunyai teman tempat berbagi rasa, maka

manusia yang sejenis ini tidak akan lagi bermanfaat buat dirinya dan orang lain.

Kehidupan yang dimilikinya tidak jauh berbeda dengan kematian.

Di dalam Al-Quran terdapat banyak ungkapan yang menyatakan bahwa

kerugian yang sebenarnya itu terjadi tatkala manusia kehilangan dimensi spiritual

dalam dirinya. Sirnanya buah kehidupan yang berupa harta duniawi itu tidak begitu

penting, karena setiap kehidupan senantiasa memiliki buah dan pengaruh, namun

42 Ibid hal 113

apabila manusia telah kehilangan pengharapan dalam hidupnya maka ini sangat

harus diperhatikan. Terlebih lagi tatkala iman merupakan sumber pengharapan. 43

Imanlah yang menciptakan sifat tawakal, percaya diri, dan sifat optimis

dalam diri manusia. Seorang yang beriman tidak memandang bahwa dirinya sendiri

tanpa penolong dalam kehidupan ini. Dia senantiasa mengatakan dalam sholatnya

“ Hanya kepada Mu, ya Allah kami menyembah dan hanya kepada Mu, ya Allah

kami memohon pertolongan”. Seorang Mukmin mengatakan, “ Ya Allah kepada

Mu kami berserah diri dan kepada Mulah kami kembali. 44

Seorang manusia yang beriman tatkala mengalami kejadian-kejadian yang

tidak mengenakkan tidak begitu bersedih hati. Berkaitan dengan orang-orang yang

seperti ini kita harus mengatakan, “ iman dan akidahnya masih sehat.

Agama dan Iman disamping membutuhkan sikap optimis dan kekuatan, ia

juga berusaha menekan dan mencegah berkembangnya beberapa bentuk

pengharapan. Manusia memiliki cita-cita dan pengharapan yang tidak terbatas

kadang-kadang pengharapannya itu sesuatu yang mustahil, misalnya dia berharap

masa mudanya berulang kembali dan berharap menjadi saudara dan kerabat orang

tertentu. Semua harapan diatas adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. 45

b. Fungsi-fungsi kesehatan Jiwa

43 Ibid 114 44 Ibid 114-115 45 Murtadha Mutahhir, JIwa yang damai.Sega Arsy. Bandung. 2008. hal 115

Fungsi Kesehatan jiwa adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-

sungguh antara fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi

problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian

dan kemampuan dirinya. 46

Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan

keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lainnya,

sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan orang dari perasaan ragu dan

bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik)47

Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan tegas itu dapat dicapai antara

lain dengan keyakinan akan ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan norma-

norma sosial, hukum, moral dan sebagainya.

Fungsi-fungsi jiwa dengan semua unsur-unsurnya, bertindak menyesuaikan

orang dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam menghadapi

suasana yang selalu berubah, fungsi-fungsi jiwa akan bekerja sama secara harmonis

dalam menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Dengan

demikian perubahan-perubahan itu tidak akan menyebabkan kegelisahan dan

kegoncangan jiwa. 48

Kadang-kadang perubahan itu sangat besarnya (misalnya kekayaan habis,

orang paling disayangi meninggal dunia), sehingga melampui batas kemampuan

orang yang tidak kuat. Maka timbullah ketidakharmonisan jiwa, sehingga orang

46 Zakiah Derajat, kesehatan jiwa, PT Gunung Agung. Jakarta, 1979. hal 13 47 Ibid hal 13 48 Ibid hal 13

menjadi bingung, murung, menjauhkan diri dari kehidupan orang banyak, diserang

oleh penyakit yang tidak ada obatnya dan sebagainya.

Dapat dikatakan bahwa kesehatan jiwa terhindarnya seseorang dari gejala-

gejala gangguan dan penyakit jiwa. Dapat menyesuaikan, dapat memanfaatkan

segala potensi dan bakat yang ada semaksimalkan mungkin dan membawa kepada

kehabisan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup. 49

Perlu diingat bahwa kesehatan mental itu adalah relatif, dimana

keharmonisan yang sempurna antara seluruh fungsi-fungsi tubuh itu tidak ada.

Yang dapat diketahui adalah berapa jauh jaraknya seseorang dari kesehatan jiwa

yang normal.

Kadang-kadang orang yang menyangka, bahwa setiap ada ketidaknormalan

akan tergolong kepada gangguan jiwa. Padahal orang yang terlalu bodoh atau

terlalu cerdas. Biasanya bukanlah karena terganggu jiwanya, tapi adalah karena

berbedanya batas-batas kemampuan yang ada padanya. Memang dalam keadaan

tertentu, terganggu kesehatan jiwa dapat menyebabkan orang tidak mampu

menggunakan kecerdasannya. 54

Akan tetapi, keharmonisan dalam emosi dan tindakan, adalah disebabkan

oleh terganggunya kesehatan jiwa, misalnya perasaan marah. Pada suasana tertentu

orang kadang-kadang harus marah, tapi kalau ada orang yang tidak pernah marah,

walau bagaimanapun orang menganggunya maka ia dalam hal ini tidak normal.

49 Ibid 14

Sebaliknya kalau ia sering marah-marah, tanpa sebab atau oleh sebab-sebab yang

remeh, mungkin ada gangguan pada kesehatan jiwanya. Demikian pula emosi-

emosi yang lain, seperti curiga, takut, gembira dan sebagainya.50

c. Ciri-ciri Jiwa yang sehat

Menurut Zakiat dradjat ciri jiwa yang sehat adalah memasukkan unsur

keimanan dan ketakwaan diantaranya:51

1. Terbatasnya dari gangguan dan penyakit jiwa

2. Terwujudnya keserasian antara unsur-unsur kejiwaan

3. Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya

serta memanfaatkan dan menyenangkan diri secara fleksibel dan

menciptakan hubungan yang bermanfaat dan menyenangkan antar individu

4. Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya

serta memanfaatkan untuk dirinya dan orang lain

5. Beriman dan bertakwa kepada Allah dan selalu berupaya merealisasikan

tuntutanan agama dalam kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.

50 Ibid 14 51 Prof. Drs. H. Ramayulis, Psikologi Agama, kalam mulia, jakarta. 2002

BAB III

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kota

Bandung

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tanggal 11 November 2011

didapatkan data dan informasi tentang kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap

Rumah Sakit Umum Daerah Ujung Berung Kota Bandung. Untuk lebih lanjutnya

penulis akan uraikan sebagai berikut.

Kesehatan jiwa adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa

(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Psychose)

Beberapa perawat melaporkan merawat pasien yang mempunyai motivasi

untuk sembuh berbeda dengan merawat pasien yang tidak mempunyai motivasi

untuk sembuh dan banyak mengeluh dengan penyakit yang di deritanya itu bisa

memperlambat proses penyembuhan.

Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat terhindar dari penyakit adalah

orang yang sering berdoa dan selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun, karena

dengan doa orang akan selalu ingat kepada Allah sehingga ia akan selalu menjaga

segala perilakunya. Hal tersebut akan mempengaruhi kepribadian kearah positif,

sehingga ketika seseorang mendapatkan cobaan sakit ia akan berpikir bahwa

penyakitnya akan segera sembuh. Seseorang berpikir demikian karena ia memiliki

keyakinan bahwa Allah tidak akan menguji umatnya melampaui kemampuannya

dan selalu ada hikmah di balik cobaan-Nya. Usaha untuk menyembuhkan penyakit

dengan medis merupakan ikhtiar manusia sesuai dengan sunnahnya. Oleh karena

itu doa merupakan salah satu faktor esensial dalam membentuk kepribadian.

Jarang sekali seseorang yang lagi sakit bisa lebih mendekatkan diri kepada

Allah dikarenakan terbatasnya untuk beribadah dengan maksimal dengan kondisi

yang lagi sakit. Semakin jauh dari Allah dikala sakit bisa menimbulkan

ketidaksabaran dari pasien atas penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu metode

terapi doa sangat membantu untuk menyadarkan pasien, bahwa di dalam keadaan

seperti apapun kita tidak boleh lupa kepada Allah sesungguhnya Allah yang maha

menyembuhkan segala penyakit.

Untuk memperoleh kesehatan, maka harus ada pengetahuan dan perhatian

terhadap bidang jasmani, mental dan spiritual. Dengan memahami masing-masing

bidang dari tubuh ini, maka kita dapat mengetahui cara yang benar untuk

menyeimbangkan dan mengobati setiap bidang tersebut. (Syaikh Hakim: 27).

Secara sadar pasien itu Ingin sembuh. Tapi secara tidak sadar tidak ingin

sembuh. Ingin tetap diperhatikan, disayang, sehingga pasien menikmati sakitnya

itu, banyak di temui kasus penyakit yang tidak sembuh-sembuh itu karena motivasi

sembuhnya tidak ada, maka terapi doa sangatlah penting yang harus di miliki pasien

itu salah satu proses yang sangat kuat untuk mempercepat kesembuhan

penyakitnya, karena sesungguhnya kesembuhan itu adalah dari diri kita sendiri, kita

harus memilki Positive Thinking terhadap apa yang terjadi pada diri kita. Karena

dibalik itu semua ada hikmah yang bisa kita pelajari untuk menata hidup lebih baik

lagi baik dari segi emosi, mental dan spiritual dan yang lebih utama adalah

kesehatan. Karena dengan keadaan sehat kita bisa mengoptimalkan dan

menselaraskan antara emosi, mental dan spiritual.

Kalau kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari, akan

bermacam-macam yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan

bahagia, walau apapun keadaannya yang dihadapinya. Dia disenangi orang, tidak

ada yang membenci atau tidak menyukainya, dan pekerjaannya pun selalu berjalan

dengan lancar. 52

Sebaliknya ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hati. Tidak

cocok dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak bersemangat serta tidak dapat

memikul tanggung jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan dan ketidak

puasaan, dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang dapat diobati.

Mereka tidak pernah merasakan kebahagian.53

Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka menggangu,

melanggar hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu domba, memfitnah,

menyeleweng, menganiyaya, menipu dan sebagainya. 54

Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah, yang mendorong

para ahli ilmu jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku

orang berbeda, kendatipun kondisinya sama. Juga apa sebabnya ada orang yang

tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagian dalam hidup ini. Usaha ini

menumbuhkan satu cabang termuda dari ilmu jiwa, yaitu kesehatan jiwa.

Dari data hasil wawancara dan observasi itulah penulis dapat menyimpulkan

bahwasannya kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kota

Bandung sebelum mendapatkan terapi doa/bimbingan rohani masih sangat minim

tingkat spiritualitasnya. Karena dari data hasil wawancara dan observasi itu

menyatakan tingkat kecemasan, gelisah, mudah putus asa dan pesimis masih tinggi.

52 Zakiah Derajat, kesehatan mental. Gunung Agung, Jakarta. 1979 hal 10 53 Ibid hal 10 54 Ibid hal 11

Oleh sebab itu pembimbing rohani Rumah Sakit Umum Kota Bandung akan lebih

meningkatkan santunan-santunan kerohanian kepada pasien supaya meminimalisir

tingkat kecemasan, kegelisahan, dan putus asa.

B. Metode terapi Doa dalam meningkatkan kesehatan jiwa pasien Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

Dibawah ini adalah metode terapi doa dalam meningkatkan kesehatan Jiwa

pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Kota Bandung sebelum dan sesudah

mendapatkan bimbingan rohani/terapi doa

1. Kasus Ibu Ai

a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi pasien begitu lemah, mudah putus asa,

tidak berdaya, jenis penyakit yang diderita pasien adalah sesak nafas, dan

kondisi kesehatan jiwanya sangat pesimis. Hal ini terlihat saat ibu ai

mendapatkan santunan kerohanian dari pihak bimbingan rohani Rumah Sakit.

Pasien terus mengeluh dengan penyakit yang dideritannya, karena tak kunjung

sembuh.

b. Pembimbing kerohanian melakukan tindakan pada pasien yaitu dengan cara:

memberikan motivasi pada pasien bahwa pasien bisa sembuh dengan

senantiasa memanjatkan Doa, banyak berzikir kepada Allah, bersabar, dan

berfikiran positif. Doa yang diberikan Adalah :

ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن

Artinya :

"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,

tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR

Bukhari Muslim)

d. Hasil dari bimbingan rohani tersebut pasien dapat merasakan ketenangan

dalam hati, tentram, sabar dan lebih yakin kepada Allah. Ibadah semakin

meningkat.

Sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah:

NO SEBELUM SESUDAH

1 Cemas Kondisi nafas pasien membaik.

Selalu berdoa, melaksanakan

shalat sesuai kemampuan

2 Banyak mengeluh Pasien selalu meminta agar

pembimbing rohani

membimbing dalam berdoa

3 Mudah putus asa Pasien tenang karena sudah

mengetahui tatacara shalat

secara sempurna

4 Kurang melakukan shalat

lima waktu

Tidak mudah putus asa/tenang

2. Kasus Ibu Ika

a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi kesehatan jiwa pasien sangat gelisah,

cemas, dan jenis penyakit yang diderita pasiean adalah penyakit Tipes. Hal ini

terlihat juga saat ibu ika mendapatkan santunan kerohanian dari pihak

bimbingan rohani rumah sakit. Pasien terus mengeluh, cemas, karena penyakit

yang dideritanya tidak sembuh-sembuh.

b. Pembimbing kerohanian melakukan tindakan pada pasien. Yaitu dengan cara

: Memberikan nasihat kepada pasien. Musibah merupakan sarana yang Allah

gunakan sebagai bukti siapa diantara hambanya yang paling bersabar,

Memberikan motivasi kepada keluarga pasien agar tetap optimis bahwa setiap

penyakit pasti ada obatnya. Pembimbing rohani mengajak kepada pasien dan

keluarga pasien untuk berdoa bersama-sama agar penyakit yang diderita

pasien lekas sembuh. Doa Yang diberikan adalah :

ا رب البأس إمسح ال انت كاشف له إ لا الشفاء بيدك س الن

Artinya :

"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,

tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR

Bukhari Muslim)

c. Hasil dari bimbingan Rohani tersebut pasien dapat merasakan ketenangan

hati, lebih percaya diri, semangat, dan mau minum obat.

Sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah :

NO SEBELUM SESUDAH

1. Cemas Kondisi kesehatan tubuh pasien

membaik, selalu berdoa

meminta pertolongan Allah agar

disembuhkan penyakitnya

2 Ingin cepat keluar dari RS Tidak banyak mengeluh lagi

3 Banyak mengeluh Lebih banyak berzikir kepada

Allah

Mudah putus asa Tenang

3. Kasus Ibu Ina

a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi pasien sedang tidur dan kondisi

kesehatan jiwanya seperti cemas, berpikiran negatif, banyak mengeluh.

Jenis penyakit yang diderita oleh pasien adalah penyakit darah Tinggi.

Hal ini terlihat saat penulis dan bimbingan rohani memberikan santunan

pada pasien. Pasien mengeluh karena penyakit yang dideritanya sudah

cukup lama tak kunjung sembuh.

b. Pembimbing Rohani melakukan tindakan pada pasien yaitu dengan cara

: Memberikan nasihat kepada pasien. Musibah merupakan sarana yang

Allah gunakan sebagai bukti siapa diantara hambanya yang paling

bersabar. Pembimbing rohani mengajak kepada pasien dan keluarga

pasien untuk berdoa bersama-sama agar penyakit yang diderita pasien

lekas sembuh. Dan memberikan motivasi supaya pasien dan keluarga

tetap percaya kepada Allah, bahwa Allahlah yang menyembuhkan

segala penyakit yang diderita manusia. Doa yang di berikan adalah :

ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن

Artinya :

"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,

tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR

Bukhari Muslim)

c. Hasil dari bimbingan rohani tersebut, kondisi pasien biasa saja, tidak

ada peningkatan dalam beribadah, banyak mengeluh, sering marah-

marah sama keluarga yang sedang menunggunya.

sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah :

NO SEBELUM SESUDAH

1 Cemas Kondisi pasien cukup membaik,

dari sebelumnya

2 Penyakit tak kunjung

sembuh

Banyak berzikir kepada Allah

3 Banyak mengeluh Pasien merasa lebih tenang

setelah melakukan terapi doa

4 Mudah putus asa Pasien merasa di bimbing dalam

ibadahnya

4. Kasus Neng Yanti

a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi kesehatan pasien tenang. Jenis

penyakit yang diderita oleh pasien adalah penyakit Tipes. Hal ini terlihat

saat penulis dan pembimbing rohani memberikan santunan kepada

pasien. Karena kondisi pasien sudah hampir sehat, sudah bisa

melakukan shalat dengan baik, tidak banyak mengeluh, dan tidak mudah

putus asa.

b. Bimbingan Rohani melakukan tindakan sebagai berikut. Berdoa

bersama-sama pasien dan keluarga atas kesembuhan/ kesehatan yang

telah Allah berikan kepada pasien dan Memberikan motivasi supaya

tetap bersyukur kepada Allah. Doa Yang diberikan adalah :

ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن

Artinya :

"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,

tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR

Bukhari Muslim

c. Hasil dari bimbingan Rohani tersebut pasien lebih bersyukur atas

kesembuhan yang Allah berikan, lebih tenang, banyak tersenyum, dan

banyak berzikir kepada Allah.

sebelum dan sesudah melalukan terapi doa yang pasien rasakan adalah:

NO SEBELUM SESUDAH

1 Tenang Lebih taat beribadah kepada

Allah

2 Kondisi pasien membaik Kondisi pasien membaik

3 Tidak banyak mengeluh Senang didatangi oleh

bimbingan rohani

4 Tidak mudah putus asa Menerima dengan ihklas

5. Kasus Bapak Dadang

a. Sebelum bimbingan Rohani kondisi kesehatan jiwa pasien, terlihat

seperti putus asa, banyak mengeluh, dan pesimis. Jenis penyakit yang

diderita pasien adalah penyakit kencing manis. Hal ini terlihat ketika

penulis dan bimbingan rohani ingin melakukan santunan kerohanian

kepada pasien. Pasien terus mengeluh karena penyakit yang

dideritanyan tak kunjung sembuh-sembuh. Dan keluarga pun sudah

pasrah kepada Allah.

b. Pembimbing kerohanian Rumah Sakit melakukan tindakan. Dengan

cara : Memberikan nasihat kepada pasien harus berpikir tenang, banyak

berdoa kepada Allah, berzikir, dan memberikan rasa percaya diri bahwa

pasien bisa sembuh. Memberikan nasihat kepada pasien agar lebih

ikhlas menerima ujian/musibah yang diberikan oleh Allah. Pembimbing

rohani Mengajak berdoa bersama-sama pasien dan keluarga pasien agar

dihilangkan rasa sakit penyakit yang diderita oleh pasien. Doa yang

diberikan adalah :

ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن

Arinya :

Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,

tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR

Bukhari Muslim

c. Hasil dari bimbingan rohani tersebut kondisi kesehatan jiwa pasien agak

meningkat sedikit dari sebelumnya, sekarang sering beribadah, sabar,

dan tidak banyak mengeluh lagi.

sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah :

NO SEBELUM SESUDAH

1 Putus asa Kondisi pasien lebih tenang

2 Banyak mengeluh Kesehatan pasien lebih membaik

3 Pesimis Pasien lebih senang di datangi

oleh bagian bimbingan rohani

4 Gelisah Lebih ikhlas menerima

ujian/musibah dari Allah

C. Manfaat dan dampak dari terapi doa bagi kesehatan jiwa pasien rawat

inap RSUD Kota Bandung

Manfaat dari terapi doa itu sendiri adalah untuk menunjang semangat hidup

yang amat penting bagi ketentraman batin pasien. Dengan berdoa kita memupuk

rasa optimis di dalam diri, serta menjauhkan rasa pesimis dan putus asa.

Perlu diingat bahwa dampak dari terapi doa bagi kesehatan jiwa yang di

timbulkan oleh doa tidak terpengaruh oleh jarak. Apakah orang yang berdoa berada

dekat atau jauh dari dengan organisme (obyek) yang di doakan. Penyembuhan dapat

berlangsung di tempat itu juga atau di tempat lain. Tidak ada satu pun yang

nampaknya sanggup menghambat atau menghentikan doa. Bahkan walaupun

“objek” yang di doakan itu ditempatkan di sebuah ruangan berlapis timah atau

ruangan yang tidak bisa ditembus berbagai macam energi gelombang

elektromagnetik.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, maka skripsi ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Pasien rawat inap sebelum mendapatkan bimbingan rohani mempunyai

motivasi kesembuhan yang rendah, kondisi kesehatan jiwa pasien rawat

inap di Rumah Sakit Umum Kota Bandung masih sangat minim tingkat

spiritualitasnya. Karena dari data hasil wawancara dan observasi itu

menyatakan tingkat kecemasan, gelisah, mudah putus asa dan pesimis masih

tinggi. Oleh sebab itu pembimbing rohani Rumah Sakit Umum Kota

Bandung akan lebih meningkatkan santunan-santunan kerohanian kepada

pasien supaya meminimalisir tingkat kecemasan, kegelisahan, dan putus

asa.

b. Pelaksanaan Bimbingan Rohani yang diterapkan di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Bandung yaitu dengan menggabungkan antara pengobatan

terapi doa dan kesehatan Jiwa pasien. Adapun proses pelaksanaan yaitu

dengan cara memberikan Motivasi terlebih dahulu kepada pasien untuk

kesehatan jiwanya, kemudian menerapkan terapi doa kepada pasien, agar

menghilangkan rasa sakit yang diderita oleh pasien. Dan memberikan

santunan/bimbingan. Sementara pendekatan terapi keagamaan yaitu dengan

menggunakan metode pemberian bimbingan, metode dzikrullah, dan

metode doa.

Metode terapi doa bagi kesehatan jiwa pasien di Rumah Sakit Umum Kota

Bandung adalah kegiatan yang bernafaskan Islam, yang dilakukan para

pembimbing kepada pasien rawat inap melalui prosesnya secara langsung, adapun

prosesnya yaitu:

Memberikan salam kepada pasien dan keluarga dengan cara mengucapkan

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Menyampaikan maksud dan tujuan.

Mendengarkan keluhan-keluhannya Pasien.

Berdialog dengan pasien terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

Mengajak kepada pasien/keluarga untuk berdoa bersama.

Adapun metode-metode yang digunakan dalam bimbingan rohani adalah

sebagai berikut:

1. Metode Dzikrullah

2. Metode Ceramah melalui audio

3. Metode Talqin

4. Metode Do’a

5. Metode Shalawat

6. Metode Audio Land / Kultum

7. Metode Penutup

Kondisi kesehatan Jiwa Pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Kota

Bandung semakin membaik setelah melakukan terapi doa. Terbukti pasien tidak

mudah putus asa, tidak banyak mengeluh, dan banyak berzikir kepada Allah.

Sebelum melakukan terapi doa, tingkat kecemasan pasien sangat tinggi, mudah

putus asa, dan banyak mengeluh. Hal ini terbukti sebelum pembimbing rohani

memberikan terapi doa pada pasien.

B. Saran

1. Sebagai saran atau masukan dari penulis setelah mengetahui bagaimana

proses atau aktivitas bimbingan rohani di Rumah Sakit Umum Kota

Bandung dalam upaya membantu proses penyembuhan pasien, menurut

penulis bimbingan rohani di Rumah Sakit Umum Kota Bandung sudah

cukup berfungsi dengan baik dan sangat penting keberadaannya. Untuk

pelayanan yang lebih bermutu sebaiknya aktivitas bimbingan rohani perlu

lebih di tingkatkan lagi agar pelayanan bimbingan rohani lebih optimal.

2. Dilihat dari segi tenaga pembina rohani sangatlah kurang dengan personil

tetap lima orang dan personil relawan atau tidak tetap ada enam orang, hal

ini bisa mempengaruhi pelaksanaan bimbingan rohani tidak optimal dan

tidak kondusif. Sebagai saran lebih baik di tambah lagi tenaga pembina

rohani karena pasien membutuhkan ekstra pembinaan rohani dan agar

semua pasien bisa diberikan sentuhan rohani dengan optimal.