bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/943/4/4_bab1sd4.pdf ·...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, merupakan agama yang
sempurna yang memberikan pedoman dasar dalam al-Qur’an yang menerangkan
pelajaran bagaimana mengatasi persoalan hidup.
Dalam perjalanan hidup ini, manusia memerlukan sesuatu pertolongan
diluar darinya. Manusia meminta dalam hidup ini ingin: kaya, sejahtera, bahagia,
jabatan, kekuasaan, sehat dan lain-lain. Karena itu, manusia meminta kepada Allah
yang maha Agung, yang maha pengasih dan penyayang. Yang maha kuasa yaitu
Allah SWT.
Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah,
syariah, ahlak, dan dimensi yang diperlukan manusia lainnya. Dengan jalan
meletakkan dasar-dasar prinsipil mengenai persoalan-persoalan tersebut. Dan Allah
SWT menugaskan Rasul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap
mengenai dasar-dasar ini dan diperintahkan manusia untuk berfikir tentang Al-
Qur’an ini. 1
1 M. Quraish shihab, wawasan al-quran. Bandung. Mizan. 2003. Hal 38
2
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur. (QS. 16 :14)
Allah memerintahkan pula kepada umat manusia seluruhnya agar
memperhatikan dan mempelajari Al-Quran:
“Tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Quran, bahkan ataukah hati
mereka tertutup. (Qs. 47:24).
Atas dasar diatas, memahami Al-Qur’an dalam hubungannya dengan ilmu
pengetahuan khususnnya dibidang kesehatan sangat penting terutama masa
sekarang ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan meliputi
seluruh aspek kehidupan. 3
3 M. Quraish shihab, wawasan al-quran. Bandung. Mizan, 1996.
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor. Karena itu sudah
menjadi kewajibannya untuk mengendalikan dan mengarahkan faktor-faktor
tersebut sehingga makna yang diharapkan dari hidupnya dapat tercapai, dan salah
satu faktor tersebut adalah kesehatan. Semua mahluk dalam berbagai bentuk
kehidupan mengalami sehat dan sakit (sebagian orang mengatakan, mahluk
anorganis pun mengalami keadaan demikian). Sehat dan sakit merupakan kondisi
universal yang dijumpai dalam berbagai bentuk kehidupan. Menghindari atau
mengobati penyakit juga merupakan hukum alam sebagaimana halnya hukum
gravitasi. 4
Namun jika memikirkan kehidupan manusia, kita dihadapkan pada situasi
yang jauh lebih komplek. Manusia yang terdiri dari 2 elemen besar yaitu fisik dan
jiwa, keduanya membutuhkan apa yang namanya sehat jasmani dan rohani. maka
manusia dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Tuhan serta sesamanya.
WHO (World Health Organization 1984) telah menyempurnakan batasan
sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini
yang dimaksud dengan sehat adalah suatu kondisi yang tidak hanya sehat dalam arti
fisik. Psikologis dan sosial. Tetapi juga sehat dalam arti spiritual agama (empat
dimensi sehat: Bio-Psiko-sosio-spiritual).
4 Drs H. Abuddin Nata, M.A. Ahlak Tasawuf. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 1996 Hal 177
Perhatian ilmuan di bidang kedokteran terhadap agama semakin besar
Tindakan kedokteran tidak selamanya berhasil. Seorang ilmuan kedokteran berkata
: “Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembuhkan”. Pendapat ilmuan
tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabir bin Abdullah r.a.) sabdanya:
“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasaranya. Maka
dengan izin allah penyakit itu akan sembuh”.
Karya pengobatan ilmiah biasanya disusun sesuai dengan ruang lingkup
khasnya tanpa menyertakan secara ekplisit nilai agama atau justifikasi atas
pengobatan. Meraka tentu saja tidak berfikir bahwa pengobatan secara agama
bersifat netral, tetapi mereka menerimanya sebagai sesuatu yang benar. Al Ghazali
seorang teolog dan sufi terkemuka, menuduh para dokter pada zamannya
mempublikasikan motto. “Rawatlah dulu kesehatanmu, baru agamamu”. Sehingga
mengaburkan prioritas bagi kebanyakan manusia. Manusia sekarang lebih
mengutamakan penyembuhan terhadap fisik dan mengesampingkan pengobatan
rohani. Padahal sudah jelas kedua elemen ini tidak bisa dipisahkan dan merupakan
satu kesatuan, maka tentunya dalam praktek pengobatan, agama tidak boleh di
lepaskan begitu saja keterkaitannya.
Hal ini di perkuat oleh perkataan Ibn Qayyim Al Jauziyah yang mengatakan
bahwa hakikat manusia itu tidak sekedar tubuh saja, tetapi juga memiliki entitas
mental spiritual. Selanjutnya beliau berkata:
Tentu saja ada terapi pengobatan untuk sejumlah kasus yang tidak
dapat ditangani bahkan oleh para dokter terkenal. Percobaan dan
analogy deduktif mereka tidak mampu membawa penyelesaian.
Misalnya terapi spiritual dan kekuatan hati yang hanya datang dari keimanan kepada Allah, bersedekah. Shalat, bertobat baik kepada
sesama manusia. Membantu orang yang putus asa, dan mengurangi
penderitaan orang lain. Cara pengobatan semacam ini (terbukti berhasil) dipraktekan oleh berbagai masyarakat yang beragam agama
dan kepercayaan, dan mereka mendapati bahwa dampak
penyembuhan dari cara ini tidak (hanya) dicapai dengan serius.
Percobaan, dan analisis deduktif kalangan pengobatan. Kita telah berulang-ulang mempraktekan cara-cara ini dan terbukti membawa
khasiat yang tidak diperoleh dengan cara pengobatan secara material.
Dan semuanya sesuai dengan hukum kebijaksanaan Allah (yang berlaku di alam): tidak sesuatu pun di luar itu namun faktor-faktor
yang menyebabkan hukum iri berlaku sangatlah beragam. Jika hati
menusia mendekat kepada Tuhan sang penguasa dunia, yang menciptakan penyakit dan obatnya, yang memerintah alam sesuai
kehendakNya. Maka baginya akan tersedia obat-obatannya, bagi
penyakitnya. Hal yang demikian tidak bisa dialami oleh orang-orang
yang tidak beriman dan hatinya buta. Telah terbukti jika ruh manusia menjadi kuat. Menguatlah jiwa dan tubuhnya, ketiganya akan saling
bekerja sama untuk mengusir dan mengatasi penyakit ini tak
terbantah, kecuali oleh orang yang bodoh.5
Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa aspek praktek ibadah dalam islam
memiliki ruh kesehatan lahir dan batin. Shalat, puasa, zakat, dzikir, doa, dan lain-
lain ternyata banyak ahli yang meneliti memiliki aspek manfaat yaitu menjadikan
manusia sehat.
Al dahabi, tokoh ilmuan sejaman dengan Ibn Sina berpendapat bahwa ada
satu ritual dalam Islam yang akan menjadikan manusia sehat yaitu “shalat”. Shalat
yang membawa perubahan sikap fisik, moral, selanjutnya beliau Menyatakan:
5 Fazlur Rahman. Etika Pengobatan Islam. Mizan. Bandung. 1999. Hlm 62
Shalat bisa menyembuhkan penyakit jantung, perut, usus ada tiga
alasan mengenai hal ini. Pertama. Merupakan bentuk ibadah yang di
perhatikan oleh Allah. Kedua, shalat memiliki manfaat psikologis
karena bisa mengalihkan perhatian pikiran dan rasa sakit dengan jalan memperkuat tenaga pengusir rasa sakit. Dokter mencoba berbagai
cara untuk memperkuat kemampuan (alamiah) ini dengan
memberikan makan sesuatu atau membayangkan harapan, atau membayangkan ketakutan. Shalat secara serentak menamakan rasa
takut, rasa hina, cinta kepada Allah. Dan mengingat hari akhir. Ketiga.
Di samping konsentrasi fikiran, dalam shalat terdapat pula pelatihan
fisik shalat terdiri dari serangkaian gerak tubuh meliputi berdiri tegak, ruku, sujud, relaksasi. Dan konsentrasi serta sebagian besar organ
tubuh dalam kondisi relaks. 6
Keterangan dan ketentraman diperoleh oleh seseorang yang melaksanakan
dimensi ibadah seperti shalat, dzikir, dan sebagainya memiliki nilai spiritual yang
cukup tinggi. Hal ini di sebabkan oleh karena dalam ritual ibadah tersebut terdapat
dimensi dzikrullah (mengingat Allah). Dimensi ini merupakan inti yang
menyebabkan hati orang yang mengingat Allah menjadi tenang. Sebagaimana
terdapat dalam (QS. Ar-ra’du ayat 28). Allah berfirman :
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.
6 Fazlur Rahman. Etika Pengobatan Islam. Mizan. Bandung. 1999. Hlm 68-70
Dalam hal ini terdapat rumusan “Bila kita ingin mendapatkan rasa tenang
dan tentram, maka dekatilah Allah yang maha tenang dan maha tentram, agar
dapat mempengaruhi sifat-sifat itu kepada kita”. Ada semacam hukum imbasan
atau sebab akibat. (causality), yaitu jika dekat api maka akan terasa panas, dekat
dengan air menjadi basah, dekat dengan wewangian akan wangi, dekat dengan
Maha Tenang turut menjadi tenang.
Dimensi dzikrullah memiliki dampak psikologis dalam jiwa seseorang
dengan mengingat Allah, maka dalam alam kesadaran akan berkembang
penghayatan akan kehadiran Tuhan yang maha Pemurah dan Pengasih yang
senantiasa mengetahui segala tindakan, nyata (overt) maupun yang tersembunyi
(covert), ia tidak akan merasa hidup sendirian di dunia ini, karena ada Dzat yang
Maha mendengar segala keluh kesah yang mungkin tidak dapat diungkapkan
kepada siapa pun. 7
Pasien yang masuk Rumah Sakit terutama yang di haruskan untuk rawat
inap, disadari atau tidak, secara psikologis mengalami kecemasan. Tingkat
kecemasan mereka berbeda-beda tergantung kondisi emosi dan jiwa mereka dalam
menghadapi kenyataan yang menimpanya. Agama sebagai dimensi spiritual yang
bisa memberikan sumbangan yang besar untuk membimbing manusia menemukan
jati dirinya, siapa dia, dari mana dia dan mau kemana dia. Meyakinkan manusia
untuk bersikap menerima terhadap segala apa yang menimpanya, dan
mengembalikan segala sesuatunya kepada yang punya diri. Dalam istilah agama,
7Dr. M. Solihin. M.Ag. Tasawuf Tematik. Bandung. Pustaka setia. 2003 Hal 53
kondisi sikap ini disebut dengan istilah sabar, ikhlas, ikhtiar, dan selanjutnya
tawakal.8
Menurut penelitian sebelumnya Prof. Dr. dr. H Dadang Hawari, psikiater.
Memaparkan sepuluh butir kebutuhan dasar spiritual manusia, ia mengadaptasikan
kajian ilmiah spiritual ini dari Dr. Hawar Climbell yaitu:
1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust)yang senantiasa terus
menurus di ulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah
ibadah.
2. Kebutuhan akan makna hidup, tujuan hidup dalam membangun hubungan
yang selaras, serasi, dan seimbang, dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama
manusia (horizontal) serta alam sekitarnya
3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan hidup
keseharian
4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan selalu secara teratur
mengadakan hubungan dengan tuhan (vertikal)
5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa
6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self-acceptance dan self
estem)
7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan
masa depan
8 Prof, Dr. H. Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta. Radar Jaya, 2004 Hal 168
8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang semakin tinggi
sebagai pribadi yang utuh (integrated personality)
9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesame manusia
10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang syarat dengan nilai-nilai
religiustis9
Penelitian Terapi yang Menggunakan Do’a Di San Francisco, AS studi
untuk mengetahui efektivitas doa dan zikir dilakukan terhadap 393 Pasien jantung.
Respondensi dibagi dalam dua kelompok secara acak. Kelompok pertama
memperoleh terapi doa dan zikir, lainya tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa
mereka yang mendapatkan terapi doa hanya sedikit yang mengalami komplikasi.
Sementara pada kelompok yang tidak diberi terapi doa timbul berbagai komplikasi.
Dr. Oxman, TE dan kawan-kawan mengemukakan bahwa salah satu faktor
prediksi yang kuat bagi keberhasilan operasi jantung adalah tingkat keimanan
pasien. Dari studi yang mereka lakukan terbukti bahwa semakin kuat keimanan
pasien, semakin kuat pula proteksinya terhadap kematian akibat operasi.
Kesimpulan itu mereka tuangkan dalam artikel berjudul Lack of Social
Participation or Religious Strength or Comfort as Risk Factors for Death after
Cardiac Surgery in The Elderly, yang dimuat Psychosomatic Medicine.
Penelitian lain tentang kaitannya dengan doa dan kematian akibat penyakit,
juga dilakukan Comstock dan kawan-kawan sebagaimana termuat dalam Journal of
9 Prof. Dr. dr. H. Dadang Hwawri, psikiater, Al-Quran, ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. PT. Dana Bhakti prima Yasa, Yogyakarta, 1997. Hal. 493-497.
Chronic Disease. Dinyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan keagamaan
secara teratur disertai doa, memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung
koroner lebih rendah 50% dibanding mereka yang tidak melakukan kegiatan
keagamaan. Sementara kematian akibat emfisema (paru-paru) lebih rendah 56%,
kematian akibat penyakit hati (sirosis hepatis) lebih rendah 74% dan kematian
akibat bunuh diri lebih rendah 53%. Bukti lain datang dari penelitian Robbins dan
Metzner yang dilakukan selama 8-10 tahun terhadap 2700 responden didapati
bahwa responden yang rajin menjalankan ibadah serta berdoa, angka kematiannya
jauh lebih rendah dibandingkan yang tidak beribadah.
Penelitian Larson dan kawan-kawan terhadap para pasien tekanan darah
tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (bukan pasien hipertensi), diperoleh
kenyataan bahwa komitmen agama kelompok kontrol lebih kuat. Selanjutnya
dikemukakan kegiatan keagamaan seperti doa dapat mencegah seseorang dari
penyakit hipertensi. Dokter Larry Dossey, M.D, seorang dokter dari mexico,
menjelaskan bahwa dalam sejumlah penelitian tentang doa menunjukkan bahwa
doa dapat menyembuhkan. Jarak tidak mempengaruhi dalam kemanjuran doa,
apakah doa tersebut dilakukan di dekat pembaringan pasien, di luar kamar, atau di
seberang lautan. Dalam bukunya Healing Words. Penyembuhan yang berkaitan
dengan doa, yang menjadi pusat perhatian buku ini merupakan suatu terapi murni
Era III mengapa tak terikat tempat? Setelah banyak melakukan penelitian, saya
tidak bisa menemukan seorang pakar pun yang mau mengatakan bahwa tingkat
pemisahan jarak antara orang yang berdoa dengan pasien merupakan faktor dalam
hal kemanjurannya. Orang-orang yang mempraktekkan penyembuhan melalui doa
semuanya mengatakan bahwa pengaruh-pengaruh doa tidak dipengaruhi oleh jarak,
doa itu sama manjurnya walaupun yang berdoa dan yang menjadi tujuan doa
terpisah oleh samudera atau ada dibalik pintu atau Cuma di sisi tempat tidur.
Studi terhadap sekelompok orang memperlihatkan bahwa doa secara positif
mempengaruhi tekanan darah tinggi, luka, serangan jantung, sakit kepala, dan
kecemasan. Subyek-subyek dalam studi ini mencakup pula air, enzim, bakteri,
jamur ragi, sel-sel darah merah, sel-sel kanker, sel-sel pemacu, benih, tumbuhan,
ganggang, larva, ngengat, tikus, dan anak ayam; dan di antara proses-proses yang
telah dipengaruhi adalah proses kegiatan enzim, laju pertumbuhan sel darah putih
leukemia, laju mutasi bakteri, pengecambahan dan laju pertumbuhan berbagai
macam benih, laju penyumbatan sel pemacu, laju penyembuhan luka, besarnya
gondok dan tumor, waktu yang dibutuhkan untuk bangun dari pembiusan total, efek
otonomi seperti kegiatan elektro-dermal kulit, laju hemolisis sel-sel darah merah,
dan kadar Hemoglobin.
Prof. Dr. Zakiah Darajat, pakar dan praktisi konseling dan psikoterapi islam,
berpendapat bahwa doa dapat memberikan rasa optimas, semangat hidup dan
menghilangkan perasaan putus asa ketika seorang menghadapi keadaan atau
masalah-masalah yang kurang menyenangkan baginya.
Dalam hal ini dia menyatakan Dalam kehidupan manusia sehari-hari,
ditemukan aneka ragam cara menghadapi masalah atau keadaan yang kurang
menyenangkan. Ada orang yang mudah patah semangat, menyerah kepada
keadaan, kehilangkan kemampuan untuk mengatasi kesulitan, bahkan menjadi
putus asa dan murung. Misalnya orang yang ditimpa suatu penyakit yang
membahayakan, seperti penyakit jantung, kanker, lever, dan sebagainya. Orang
yang lemah semangat hidupnya, akan tenggelam dalam kesedihan, dan
membayangkan kematian yang akan segera datang menghampiranya, seolah-olah
setiap saat nyawanya akan putus. Orang yang dulu kuat bersemangat kini menjadi
lemah tak berdaya, sedih dan takut menghadapi maut yang terasa mengintip-intip
kesempatan untuk menerkam dirinya obat dan nasihat dokter tidak dapat
menolongnya dari perasaan duka, kecewa, takut bercampur penyesealan terhadap
perangai dan ulahnya dimasa lalu, karena ia dulu kurang menjaga kesehatan,
bahkan kadang-kadang ia menyesali Allah kenapa tidak melindunginya dari
penyakit. Selanjutnya ketakutan menghadapi maut dihubungkannya dengan azab
kubur, neraka dan segala siksa yang ditimpakan kepada orang berdosa di hari
kiamat nanti.
Orang yang demikian sering dikatakan kehilangan semangat hidup.
Keadaan kejiwaan seperti itu, menyebabkan dirinya menjadi murung, putus asa,
sedih dan seolah-olah ia tidak mau berjuang menghadapi penyakitnya. Bagi orang
yang taat beribadah, dan selalu merasa dekat kepada Allah S. W T do'a menjadi
penunjang bagi semangat hidup yang tiada taranya. Ia tidak akan pernah kehilangan
semangat hidup, karena ia yakin bahwa yang memberi hidup itu adalah Allah, dan
tiada penyakit yang dapat membunuh, jika Allah tidak izinkan, dan ia yakin bahwa
tiada perangai manusia dan kekalutan keadan yang membawa kiamat, bila Allah
tidak menghendakinya. Jadi do'a amat penting dalam kehidupan manusia, baik
mereka yang terbelakang, maupun yang maju. Dan doa adalah penunjang semangat
hidup yang amat penting. D'oa memang penting bagi ketentraman batin. Dengan
berdo'a kita memupuk rasa optimis di dalam diri, serta menjauhkan rasa pesimis
dan putus asa. Lebih dari itu semua, do'a mempunyai peranan penting dalam
penciptaan kesehatan mental dan semangat hidup. Do'a mempunyai makna
penyembuhan bagi stress dan gangguan kejiwaan. Doa juga mengandung manfaat
untuk pencegahan terhadap terjadinya kegoncangan jiwa dan gangguan kejiwaan.
Lebih dari itu, do'a mempunyai manfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat
hidup. Atau dengan kata lain, do'a mempunyai fungsi kuratif, preventif dan
konstruktif bagi kesehatan mental. (Zakiah1992)
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung tentunya berperan besar dalam
memberikan pelayanan tidak hanya segi kesehatan fisik pasien, tetapi yang tidak
kalah pentingnya aspek spiritual pasien. Sebagaimana disebutkan sebelumnya
bahwa arti sehat ini mencakup sehat biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung memiliki misi yaitu menerapkan
nilai-nilai ajaran Islam dalam seluruh manajemen dan pelayanan. Diantara realisasi
dalam bentuk pelayanannya adalah keberadaan instalasi kerohanian dengan
kegiatan yang disesuaikan dengan perkembangan rumah sakit. Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bandung saat ini terus berkembang, karena itu keberadaan kegiatan
harus menjadi daya dukung yang kuat. Bahkan diharapkan instalasi kerohanian
menjadi pendukung terbentuk Rumah Sakit Umum yang unggul dan menjadi model
pelopor Rumah Sakit-Rumah sakit yang lainya.
Dari beberapa asumsi diatas, wacana ini menarik untuk diteliti dan diuji
dalam sebuah penelitian skripsi. Oleh karena itu penulis mencoba mengangkat
Fenomena tersebut dalam sebuah judul penelitian “ Metode Terapi Doa bagi
kesehatan Jiwa”
B. Rumusan Masalah
Guna mendapatkan penelitian yang jelas dan terarah, di ajukan pertanyaan
berdasarkan uraian latar belakang diatas yaitu:
1. Bagaimana kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bandung?
2. Bagaimana Metode Terapi Doa, dalam meningkatkan kesehatan jiwa pada
pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung?
3. Apa manfaat dan dampak dari terapi doa bagi kesehatan jiwa pasien rawat
inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung?
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan rumusan bagaimana metode terapi do’a bagi kesehatan jiwa pasien
rawat inap RSUD Kota Bandung.
Adapun kegunaan penelitian adalah:
1. Mengetahui kondisi/keadaan pasien rawat inap RSUD Kota Bandung
2. Dapat memberikan gambaran dengan jelas bagaimana proses yang
dilakukan oleh Rohis RSUD Kota Bandung dalam memberikan bimbingan
rohani terhadap kondisi psikis pasien, melalui respon langsung pasien yang
menerima dan merasakan hasil dari proses bimbingan rohani tersebut,
sehingga hasilnya menjadi bahan masukan bagi rohis RSUD Kota Bandung
itu sendiri.
3. Dapat diperoleh sebuah rumusan bahwa aktivitas bimbingan rohani Rumah
Sakit bisa dijadikan sebuah terapi psikospritual sehingga jadi bahan
kontribusi ilmiah akademis bagi dunia kesehatan dewasa ini.
D. Kerangka Pemikiran
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia tak dapat disangkal oleh
siapapun. Allah telah menurunkan sebagai wacana firman-Nya. Sebagai petunjuk
bagi hamba-hambaNya yang beriman. Menurut Fazhur Rahman, kaum muslimin
diharuskan mempercayai totalitas petunjuk Ilahi dan Kitab apapun yang di
wahyukan Tuhan. Ia juga menyatakan al-qur’an bukanlah suatu risalah mengenai
Tuhan. Al-Qur’an bukanlah sesuatu untuk dibuktikan, melainkan untuk ditemukan
(discovered). Tujuan pokok al-qur’an diarahkan untuk memberikan tuntunan
kepada manusia dalam menjalankan hidup mereka, baik secara individual maupun
kolektip. Tuhannya al-qur’an menyusup diantara manusia dan Hatinya, juga antara
manusia. 10
10 M. Quraish Shihab. Wawasan Al-quran. Bandung. Mizan, 1996. hal 182
Artinya:
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang
kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di
manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka
pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. “(QS.58:7)”
Al-Quran juga sebagai penyembuhan bagi penyakit yang diderita manusia.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus ayat 7.
Artinya:
“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh untuk penyakit yang ada dalam dada’ dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin)”. Firman-Nya yang lain.
Artinya :
“ Dan kami turunkan dari Al-Quran sesuatu (dapat menjadi)penyembuhan dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin)dan al-Quran itu tidak
akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan
kerugian”(QS.17:82)
Dunia kedokteran mulai mengakui bahwa peran Agama adalah
penyembuhan dimensi lahir dan batin. Penyembuhan suatu penyakit dewasa ini
cenderung untuk mencakup keseluruhan aspek yang dimiliki manusia yang sekrang
dikenal dengan terapi holitik. Organisasi kesehatan dunia (WHO) pun telah
menempatkan sehat spiritual sebagai bagian dari defenisi sehat, selain sehat
biologis, psikologis dan sosial.
Dalam disiplin ilmu psikologi ternyata ada sebuah disiplin ilmu
psikoneurobiologi yang membahas kaitan kondisi ketenangan psikologis manusia
terhadap kesehatan organ biologis manusia melalui efek-efek neuro (alur syaraf dan
hormon-hormon dalam tubuh) yang bisa menurunkan atau menaikkan kondisi imun
(kekebalan) tubuh manusia. Hal ini diakui oleh dunia kedokteran bahwa ketenangan
seseorang berpengaruh terhadap kondisi sehat sakit seseorang. Dalam Islam
ketenangan diri seseorang bisa diperoleh dari kedekatan dia terhadap Tuhannya.
Dengan dia sering mengingat Allah (dzikrullah), maka hati menjadi tenang.
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Sumber Data
Sumber data diambil dari lokasi RSUD Kota Bandung yang terletak di Jl.
Rumah Sakit Ujung Berung Kota Bandung, Propinsi Jawa Barat
Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu.
Data primer, yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari hasil
observasi, maupun wawancara kepada pembimbing rohani pada pasien rawat inap
RSUD Kota Bandung.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tambahan
seperti buku, dan jurnal-jurnal yang bersangkutan dengan penelitian yang
dilakukan.
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara partisipan. Penelitian ini dilakukan oleh penulis
dengan cara terjun langsung ke lapangan dengan melihat, mengamati fenomena-
fenomena yang ada di rumah sakit tersebut tentang Metode terapi doa bagi
kesehatan jiwa.
b. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terbuka
b. Dokumentasi dan pustaka
Dokumentasi diperlukan untuk menunjang dan memperkuat data yang
bersangkutan dengan penelitian ini. Dan kepustakaan sebagai acuan dalam
menganalisis permasalahan dalam penelitian ini.
c. Analisis data
Data dari lapangan mengenai Metode Terapi Doa bagi kesehatan Jiwa pada
pasien rawat inap RSUD Kota Bandung. Kemudian dikelompokkan dan diberi
simbol atau kode-kode tertentu kemudian dianalisis secara logis secara induktif
yaitu satu persatu dari tiap kelompok dianalisiskan kemudian pada tahap akhir
dibuat kesimpulan secara menyeluruh.
3. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan
membahas studi kasus di Rumah Sakit Umum Kota Bandung Yaitu sebuah metode
yang cirinya adalah memusatkan diri pada pengumpulan data, mengelompokkan
data, dan menganalisis data.
4. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari empat bab. Bab pertama berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran,
sumber data, teknik pengumpulan data dan langkah-langkah penelitian, metode
penelitian, sistematika penulisan. Bab dua merupakan tinjauan teoritis yang
mendukukung penelitian data. Bab tiga berisi analisis data penelitian. Bab empat
merupakan bab akhir yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG METODE TERAPI DOA BAGI
KESEHATAN JIWA
A. Terapi
a. Definisi Terapi
Terapi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sakit. Perawatan penyakit mula-mula tim dokter
mempelajari gejala-gejala penyakitnya kemudian menentukannya dengan tepat.
Bahasa dok pengobatan dan perawatan untuk mengurangi dan menghilangkan
kelainan bicara dan bahasa-bermain teknik penyembuhan penyakit melalui teknik
bermain. Gizi dok usaha untuk memulihkan kesehatan seseorang dengan perbaikan
gizi, musik teknik penyembuhan penyakit melalui musik.11
Manusia diciptakan Allah ke dunia ini dengan berbagai problematikanya, ia
tidak selamanya selalu dalam keadaan sehat, Adakalnya ia sakit, baik sakit jasmani
maupun rohani. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk mencari kesembuhan.
Salah satu caranya adalah melakukan Terapi atau pengobatan.
Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu “psiko” dan “terapi”. “psiko” artinya
kejiwaan atau mental dan “Terapi”adalah penyembuhan atau usada. Jadi Menurut
bahasa Indonesia psikoterapi dapat disebut usada jiwa dan usada mental.
11 M. Dahlan Al Barry, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Arkola, Surabaya. 1994 hal 746
Psikoterapi dengan tepat memang sulit diberikan, hanya saja secara umum
dapat dikatakan bahwa : Psikoterapi atau usada jiwa/usada rasa/usada mental
adalah proses Formal interaksi antara dua pihak atau lebih. Yang satu adalah
profesional menolong dan yang lain adalah “petolong” (orang yang ditolong)
dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan.
Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, prilaku, kebiasaan yang
ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong dengan latar ilmu
Profesional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia
dan akhirat. Dalam pengertian luas, terapi dapat diartikan pengobatan penyakit
secara kerohanian. Terapi ini mengandung makna penerapan teknis khusu dalam
penyembuhan penyakit mental atau kesulitan penyesuain diri. Terapi juga
mempunyai makna penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan diskusi
suatu persoalan dengan para guru, teman dan sebagainya.
Terapi juga dapat diartikan upaya sistematis dan terencana dalam
menaggulangi masalah yang di hadapi klien dengan tujuan mengembalikan,
memelihara, menjaga, dan mengembangkan kondisi klien agar hatinya berada
dalam kondisi, posisi yang proposional. Manusia-manusia yang akal dan kalbunya
proposional inilah yang merupakan sosok manusia yang sehat serta bahagia dunia
dan akhirat. Dalam pengertian yang luas, terapi dapat berarti pengobatan penyakit
secara kerohanian. Terapi ini mengandung makna penerapan teknis khusus dalam
penyembuhan penyakit mental atau kesulitan penyesuaian diri. Terapi juga
mempunyai makna penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan diskusi
suatu persoalan dengan para guru, teman dan sebagainya.12
b. Tujuan Terapi
Terapi bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik
dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia
dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Bugental (1965).13
menyebut keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial
pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik: (1) menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang (2) memilih bagaimana hidup pada saat sekarang (3)
memikul tanggungjawab untuk memilih. Klien yang neorotik adalah orang yang
kehilangan rasa ada, tujuan terapi untuk membantunya agar ia memperoleh atau
menemukan kembali kemanusiaanya yang hilang.14
Tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan
karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya. Penerimaan tanggungjawab itu
bukan suatu hal yang mudah : banyak orang yang takut akan beratnya
tanggungjawab menjadi apa dia sekarang dan akan menjadi apa dia selanjutnya.
Mereka harus memilih, misalnya, akan tetap berpegang pada kehidupan yang
kurang pasti dan lebih menantang. Justru tiadanya jaminan-jaminan dalam
kehidupan itulah yang menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu, terapi eksistensial
12 Ahmad Warsono Al Munawir. Al munawir. Kamus Arab-indonesia. Yogyakarta Pustaka 1997 hal 1545 13 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 56 14 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 56
juga bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan
dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari
sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministic di luar darinya.15
c. Tahap-tahap Terapi
Setelah mengetahui tujuan terapi perlu dikemukakan di sini tahap-tahap
dalam terapi. Tahap-tahap ini penting karena masing-masing mempunyai
karakternya sendiri-sendiri. Diantaranya :
a. Wawancara awal
Wawancara awal ini akan diketahui apa yang menjadi permasalahan
ataupun keluhan klien. Dalam tahap pertama ini perlu juga dikemukakan tentang
apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung. Aturan-aturan apa saja yang perlu
diketahui oleh klien. Apa yang dilakukan terapis dan apa yang harapkan dari klien
perlu di ungkapkan pula. Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan
mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan oleh klien. Tugas klien
adalah menceritakan semuanya pada terapis. Jangan sampai terbalik bahwa terapis
yang banyak bicara dan klien yang mendengarkan. Hal ini sering terjadi di
Indonesia karena terapis yang banyak bicara, misalnya memberi nasihat, dan klien
hanya mendengarkan saja. Kalau sampai terjadi seperti itu berarti interaksi bukan
merupakan proses psikoterapi tetapi konsultasi.16
15 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 56 16 Juhana E. Prawitasari, Psikoterapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2002 hal, 11
Dalam tahap ini yang penting lagi adalah adanya persekutuan antara klien
dengan terapisnya untuk melawan masalah yang dihadapi klien. Supaya terjadi
hubungan itu tentunya perlu dibina rapport yaitu hubungan yang menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan klien bahwa ia akan dapat ditolong. Tanpa rasa ini klien
akan lari sebelum mulai. Terapi tidak akan dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Dibawah ini nanti akan diberikan cara-cara untuk membina rapport ini.17
Selain ini perlu juga dikembangkan komitmen klien untuk menjalankan
perannya sebagai klien. Ia harus bersedia untuk mengutarakan pikiran dan
perasaannya tanpa diseleksi. Ia bersedia mengkomunikasikan pengalaman-
pengalamannya sekaligus mengkajinya. Kerjasama yang baik antara klien dan
terapis perlu dibina disini.
b. Proses terapi
Tahap kedua psikoterapi adalah proses terapi itu sendiri. Banyak sekali
intervensi yang dilakukan oleh terapis. Supaya terjadi komunikasi yang mengalir
dengan baik perlu dilakukan beberapa hal yaitu mengkaji pengalaman klien,
menggali pengalaman masa lalu kalau itu memang relevan dengan keluhan klien.
Hal penting lainnya adalah mengkaji hubungan antara terapis dan klien saat ini dan
disini. Juga dilakukan pengenalan, penjelasan, dan pengertian dan perasaan dan
arti-arti pribadi klien. Semua ini termaksud intervensi yang dilakukan terapis yang
akan dikemukakan di bawah nanti. 18
17 Ibid hal. 11 18 Ibid. 12
c. Pengertian tindakan
Tahap ini dilaksanakan pada saat menjelang terapi berakhir. Di sini terapis
mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajari klien selama terapi
berlangsung. Kemudian apa yang telah diketahui klien akan di terapkan dalam
kehidupannya nanti. Apakah pengetahuannya ini akan diterapkan kedalam
perilakunya sehari-hari perlu didiskusikan dengan klien dalam tahap ini. Hal ini
sangat penting dilakukan supaya tujuan terapi yang telah di setujui bersama dengan
jelas telah tercapai. 19
d. Mengakhiri terapi
Terapi dapat berakhir kalau tujuan telah tercapai. Tetapi terapi pula dapat
berakhir kalau klien tidak melanjutkan terapi. Demikian pula terapis dapat
mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat lagi menolong kliennya. Ia mungkin perlu
merujuk pada ahli lain. Beberapa pertemuan sebelum pengakhiran terapi, klien
perlu diberi tahu. Hal ini penting karena klien akan menghadapi lingkungannya
kepada terapis selama ini sedikit-sedikit harus dihilangkan dengan menumbuhkan
kemandirian klien. Untuk itu perlu disiapkan dengan baik jauh sebelumnya.20
d. Fungsi dan peran terapis
19 Ibid 13 20 Juhana E. Prawitasari, Psikoterapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2002 hal 10-13
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam
dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena
menekankan pada pengalaman klien sekarang. Para terapis eksistensial
menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang
digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien
yang lainnya. Tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang di jalani oleh klien yang
sama.
Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, dikalangan
terapi eksistensial dan humanistic ada kesepakatan menyangkut tugas-tugas dan
tanggung jawab terapis. Buhler dan Alien (1972) sepakat bahwa psikoterapi
difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik.
Menurut Bahler dan alien, para ahli psikologi Humanistik memiliki orientasi
bersama yang mencakup hal-hal berikut.
a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b. Menyadari dan peran tanggung jawab terapis
c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
d. Berorientasi pada pertumbuhan
e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu
pribadi yang menyeluruh
f. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak
ditangan klien
g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan
gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara
implicit menunjukan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan
positif
h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dari nilainya sendiri
i. Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan
kebebasan klien.
Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari
keberadaannya dalam dunia. “ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai
orang yang terancam, yang hadir didunia yang mengancam dan sebagai subjek yang
memiliki dunia.21
Peran terapis sebagai “spesialis mata dari pada sebagai pelukis”. Yang
bertugas, “memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spectrum
keseluruhan dari makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh
pasien.22
Untuk contoh mengenai bagaimana seorang terapis yang berorientasi
eksistensial bekerja dalam pertemuan terapi, bisa ditunjuk surat klien yang telah
diungkapkan dimuka. Jika klien mengungkapkan perasaan-perasaannya kepada
terapis pada pertemuan terapi, maka terapis akan bertindak sebagai berikut.23
21 May. Existential Psychology. Random House. New York, 1961. hal 81 22 Frankl V. Man’ssearch for Meaning, Washington Square Press, New York. 1959 hal. 174 23 Gerald Corey. Konseling dan psikoterapi. Pustaka Refika Aditama, Bandung, 2009. hal 59
a. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam klien dengan apa yang dikatakan
oleh klien
b. Terlibat dalam sejumlah pernyataan pribadi yang relevan dan pantas tentang
pengalaman-pengalaman yang mirip dengan yang dialami oleh klien
c. Meminta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap
keharusan memilih dalam dunia yang tak pasti
d. Menantang klien untuk melihat cara dia menghindari perbuatan putusan-
putusan dan memberikan penilain terhadap penghindaran itu
e. Mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak
memulai terapi dengan bertanya: “jika anda bisa secara ajaib kembali
kepada cara anda ingat kepada diri anda sendiri sebelum terapi, maukah
anda melakukanya sekarang.
f. Beri tahu kepada klien bahwa ia sedang mempelajari apa yang didalamnya
sesungguhnya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia, bahwa dia pada
akhirnya sendirian. Bahwa dia harus memutuskan untuk dirinya sendiri,
bahwa dia akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian putusan-putusan
yang dibuat. Dan bahwa dia akan berjuang untuk menetapkan makna
kehidupannya di dunia yang sering tampak tak bermakna.
B. DOA
a. Definisi Doa
Do’a adalah senjata mu’minin. Sebagai seorang mukmin, marilah kita
gunakan senjata kita (do’a) dengan semaksimal mungkin. Manusia adalah suatu
mahluk yang mempunyai kekuatan yang sangat terbatas dan pasti butuh akan suatu
yang lebih kuat dan lebih berkuasa. Sangat disayangkan kalau banyak diantara
saudara kita yang keliru memilih panjatan dalam memenuhi kebutuhannya akan
sesuatu yang lebih. Ada yang memilih batu mustika, ada yang memilih keris, ada
yang pergi ke kuburan-kuburan tua atau bahkan ada yang datang kedukun-dukun
untuk meminta jampi-jampi. Astaghfirullohal ‘Adziem. Padahal ada suatu Dzat
yang Paling Berkuasa dan Paling Perkasa yang siap membantu kita, Allah telah
berfirman yang artinya : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. (QS. Al Mu’minun ayat 60)
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-
Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”
Berdo’a adalah salah satu ibadah yang sangat disukai oleh Allah SWT.
Dengan berdo’a kita merasa butuh akan Allah, kita langsung mengungkapkan
permasalahan kita kepadaNya, kemudian dalam do’a juga terkandung dzikir kepada
Allah dan harapan akan pertolongan Allah. Supaya do’a kita cepat terkabul,
hendaklah menjalankan adab-adabnya (tata cara berdo’a yang baik). Sebagian
adab-adab berdo’a ialah: Lakukan dalam keadaan suci dari hadats sambil
menghadap qiblat. Carilah waktu-waktu yang mustajab untuk memanjatkan do’a.
Misalnya sehabis melakukan sholat lima waktu, sehabis melakukan kebajikan
(sodaqah umpamanya), sepertiga malam yang terakhir, malam jum’at, dan hari
jum’at, diantar adzan dan iqomat, waktu turun hujan lebat dan masih banyak waktu
yang lain yang bisa dicari di hadits-hadits Rasulullah SAW. Ada juga tempat-
tempat mustajab untuk berdo’a. Multazam, Hijjir Isma’il, di Maqam Ibrahim,
Raudhoh dan lain sebagainya. Memulai do’a dengan pujian kepada Allah, baik
dengan nama-nama Allah ataupun sifat-sifat Nya, bisa juga dengan menyebut
karunia-Nya yang sangat banyak. Lanjutkan dengan bershalawat untuk Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sesudah itu barulah menyebutkan permintaannya.
Kemudian tutuplah dengan membaca shalawat untuk Rasulullah kembali dan
m e m u j i k e p a d a A l l a h T a ’ a l a . D a r i A b u H u r a i r a h r a
“Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seseorang diantara kamu berdo’a,
janganlah dia mengucapkan: “Ya Allah ! Ampunilah dosaku, kalau Engkau mau!”
Melainkan hendaklah dia meminta dengan sesungguh hati dan memperkuat
keinginannya, karena sesungguhnya Allah tidak akan memberikan sesuatu yang
tidak dianggap besar (berharga). Perlu diingat bahwa makanan yang halal juga
sangat berpengaruh pada kemustajaban do’a yang kita panjatkan. Oleh karena itu
hendaklah mengisi perut kita hanya dengan makan yang baik dan halal. Kumpulan
Do’a sehari-hari dari berbagai sumber:
Artinya
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.(QS. Al-Baqarah: 186)
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku[1326] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina
dina".( QS: al baqarah 186)
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasullulah saw. Bersabda. “tiada sesuatu yang
lebih mulia di sisi Allah yang bisa menandingi doa.” Dalam hadits lain Rasulullah
saw. Bersabda, “ sesungguhnya seorang hamba yang berdoa tidaklah akan terlepas
dari tiga perkara : Adakalanya ia berdosa, maka setelah berdoa ia diampuni.
Adakalnya berupa kebaikan yang disegerakan untuknya dan adakalanya kebaikan
yang disimpan (diakhirat kelak). 24
b. Adab Berdoa
Pertama, orang yang berdoa hendaknya mengamati waktu-waktu yang
mulia seperti Hari Arafah, hari-hari di bulan Ramadhan, hari jum’at, waktu sahur
dan sebagainya. Allah berfirman :
Artinya
Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS: al
mu’min 60)
Kemudian dikuatkan pula oleh Nabi saw. “setiap malam allah swt. Turun
kelangit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Lalu dia berfirman
“barangsiapa yang berdoa kepadaKu, maka aku akan mengabulkannya.
Barangsiapa yang berdoa kepadaKu, maka aku akan memberinya. Dan barangsiapa
yang memohon ampunan kepada KU. Aku akan mengampuninya. 25
Kedua mempergunakan kesempatan dalam keadaan mulia. Abu Hurairah
ra. Berkata, “sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka ketika desakan barisan perang
24 Dr. Jallaluddin Rahmat. Memaknai kematian.Pustaka Iman. Bandung. 2006. hal 149-160 25 Imam ghazali, Ringkasan ihya ulumuddin, Gitamedia Fress. Surabaya 2003. hal 104-105
Fi sabillillah, turunya air hujan, dilaksanakannya dan shalat fardlu. Begitu juga
ketika bersujud, perlulah untuk digunakan berdoa.26
Ketiga Seharusnya berdoa itu menghadap kiblat dan mengangkat kedua
tangan sampai putih-putih ketiak tampak. Rasulullah saw. Bersabda.”
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Dzat yang hidup dan Pemurah. Dia malu menolak
Hamba-hambaNya dengan tangan kosong ketka mereka mengangkat tangan dalam
berdoa kepadaNya. 27
Keempat Melembutkan suara, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu
keras. Rasulullulah saw. Bersabda, “ wahai sekalian manusia, sesungguhnya dzat
yang kamu panggil tidaklah tuli dan ghaib. Sesungguhnya dzat yang kamu panggil
itu ada diantara kamu dengan tengkuk-tengkuk kendaraanmu (sangat dekat sekali)28
Kelima tidak memaksakan diri dengan bersajak dalam berdoa. Karena doa
yang berlebih-berlebihan itu tidaklah baik. Bukankan Rasulullah saw: bersabda
“akan muncul suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa.29
Keenam hendaknya merendahkan diri, khusuk disertai perasaan harap dan
takut. Allah berfirman. “ sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang cepat-
cepat dalam kebaikan dan mereka berdoa kerpada kami dengan harap dan cemas.30
26 Ibid 105 27 Ibid 105 28 Ibid 105 29 Ibid 105 30 Ibid 106
Ketujuh hendaknya mantap dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan. Serta
membenarkan harapan-harapan. Rasulullah saw. Bersabda: bila seorang kalian
berdoa. Maka hendakanya ia memperbesar harapannya. Sebab tidak sesuatu pun
yang bisa menyaingi keagungan Allah Swt. 31
Kedelapan bersungguh-sungguh dan mengulanginya sampai tiga kali. Ibnu
masud ra. Berkata: Rasulullah bersabda bila berdoa, maka dilakukan tiga kali. Jika
memohon maka dilakukan tiga kali. 32
Kesembilan mulai doa dengan menyebut nama Allah Swt. Serta shalawat
atas nabi Muhammad Saw. Rasulullah bersabda: jika kalian memohon hajat kepada
Allah Swt. Maka mulailah dengan shalwat atas ku, sebab Allah Swt. Maha pemurah
dari diminta hajat. Lalu mengabulkan satu hajat dan menolak yang lainnya. 33
Kesepuluh adalah adab batin. Ini merupakan masalah yang prinsip dalam
terkabulnya doa. Yakni taubat, mengembalikan barang-barang hasil perbuatan
dzalim dan menghadap Allah Swt, dengan harapan yang sungguh-sungguh.34
Allah Berfirman dalam Al-Quran surat Al-Araaf ayat 55 yang berbunyi :
31 Ibid 106 32 Ibid 106 33 Ibid 106 34 Ibid 106
Artinya:
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS. Al-
araaf 55)
c. Doa dan musibah
Setiap muslim wajib bersabar ketika tertimpa musibah. Namun tidak
mengapa bagi yang sakit memberitahukan sakitnya tanpa mengeluhkannya kepada
sesama mahluk. Lalu hendaknya ia mengatakan yang artinya “ini telah
ditertakdirkan oleh Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendakiNya. Segala
puji bagi Allah dalam segala keadaan. “katakanlah: sekali-kali tidak akan menimpa
kami melainkan apa yang telah ditentukan oleh Allah bagi kami.
Firman Allah Swt. Yang artinya: “ dan sungguh akan kami beri cobaan
kepada mu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, sesungguhnya
kami adalah milik Allah dan kepadaNya lah kembali”, mereka itulah yang
mendapat kesabaran yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS: Al-Baqarah: 155-157) Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
(QS: Az-Zumar:10). Rasullulah Bersabda yang artinya:
Dan barang siapa berusaha sabar, Allah akan menjadikannya bersabar,
dan tidak ada seorang pun yang mendapatkan karunia (dari Allah) yang lebih baik
dan lebih luas dari pada kesabaran.
Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin itu, semua urusannya baik
baginya dan hal ini tidak dimiliki siapa pun kecuali orang mukmin, jika dia
mendapatkan kebagian bersyukur dan itu baik baginya, dan jika dia ditimpa
musibah bersabar dan itu baik baginya. (HR: Muslim)
Tidaklah rasa lelah, sakit, kegelisahan, gangguan dan duka yang menimpa
seorang muslim hingga duri yang menusuknya kecuali Allah menghapuskan dosa-
dosanya karena hal-hal tersebut (HR: Al-Bukhari dan Muslim)
d. Terapi Doa
Terapi doa adalah penunjangan semangat hidup yang amat penting bagi
ketentraman batin. Dengan berdoa kita memupuk rasa optimis di dalam diri, serta
menjauhkan rasa pesimis dan putus asa. (Zakiah Dradjat 1992)
Menurut Purwanto (1984) memasukkan dimensi spiritual keagamaan sama
pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis dan pskiososial. Seiring dengan itu,
terapi yang dilakukan pun mulai menggunakan dimensi spiritual keagamaan, terapi
yang demikian disebut dengan terapi holistik. Artinya terapi yang melibatkan fisik,
psikologi, psikososial dan spiritual (Ariyanto, 2006).
The American Psychiatric Association (APA) mengadopsi gabungan dari
empat dimensi di atas dengan istilah paradigm pendekatan biopsikososispritual
(Hawari 2002). Lokakarya yang di selenggarakan APA pada tahun 1993 dengan
judul Religion and Psychiatry Model of Partnership memberikan suatu anjuran
untuk menambahkan terapi keagamaan disamping terapi psikis dan medis (Hawari
2002). Larson (1992) dan beberapa pakar lainnya dalam berbagai penelitian yang
berjudul Religious Commitmen and Health, menyimpulkan bahwa di dalam
memandu kesehatan manusia yang serba kompleks ini dengan segala keterkaitan,
hendaknya komitmen Agama sebagai sesuatu kekuatan (spiritual power) jangan
diabaikan begitu saja. Agama dapat berperan sebagai perlindungan lebih dari pada
sebagai penyebab masalah. Pentingnya Agama sebagai kelengkapan pemeriksaan
psikiatrik dapat dilihat dalam textbook of psychiater yang berjudul Synopsis of
Psichiatry, Behavioral Sciences and Clinical Psychiatry. Karangan Kaplan dan
sadock (1991). Di dalam buku tersebut disebutkan bahwa dalam wawancara
psikiatri dokter (Psikiater) hendaknya dapat menggali latar belakang kehidupan
beragama dari pasien dan kedua orangtuanya, serta secara rinci mengekplorasi
sejauhmana mereka mengamalkan ajaran Agama, yang dianutnya. Bagaimanakah
sikap keluarga terhadap Agama, taat atau longgar. (strict or permissive). Adakah
konflik di antara kedua orangtuanya dalam memberikan pendidikan Agama kepada
anak-anaknya.
Psikiater hendaknya dapat menelusuri riwayat kehidupan beragama
pasiennya, sejak masa kanak-kanak hingga dewasa: sejauh mana pasien terikat
dengan ajaran Agamanya. Sejauh mana kuatnya, dan sejauh mana mempengaruhi
kehidupan pasien, pendapat pasien berdasarkan keyakinan Agamanya terhadap
terapi psikiatrik dan medik lainnya, serta bagaimanakah pendangan agamanya
terhadap bunuh diri dan sebagainya (Hawari 2002).
Di Asean pentingnya terapi Agama dalam psikoterapi mulai diperhatikan
pada tahun 1995. Dalam kongres ke lima kedokteran jiwa/kesehatan jiwa seAsean
di Bandung pada bulan Januari 1995, topik psikiatri dan Agama merupakan salah
satu topik bahasan dengan menampilkan tiga judul makalah: New concept of
Holistic Approach in Indonesian Psychiatry and Mental Health. New Aproach in
the treatment of Depression. And Religion Issues in Psychiatrice (Hawari 1997).
Di Indonesia beberapa konselor dan terapis telah memakai Agama sebagai
bagian yang tak terpisahkan dalam konsultasi dan terapi psikisnya. Misalnya. Prof.
DR. Zakiah Darajat dan Prof DR. dr. Dadang Hawari. Keduanya juga menerbitkan
beberapa buku yang berkaitan dengan konseling dan psikoterapi Agama. Prof. DR
Zakiah Darajat antara lain menerbitkan beberapa buku yang berjudul: Peranan
Agama dalam kesehatan Mental (1973). Islam dan kesehatan mental (1983). Do’a
Menunjang semangat Hidup. Dan lain sebagainya.
Perlu diingat bahwa akibat yang ditimbulkan oleh doa tidak terpengaruh
jarak. Apakah orang yang berdoa berada dekat atau jauh dari dengan organisme
(obyek) yang didoakan; penyembuhan dapat berlangsung di tempat itu juga atau di
tempat lain. Tak ada satupun yang nampaknya sanggup menghambat atau meng-
hentikan doa. Bahkan walaupun "obyek " yang didoakan itu ditempatkan di sebuah
ruangan berlapis timah atau ruangan yang tidak bisa ditembus berbagai macam
energi gelombang elektromagnetik.
e. Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Psychose)
Kalau kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari, akan
bermacam-macam yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan
bahagia, walau apapun keadaannya yang dihadapinya. Dia disenangi orang, tidak
ada yang membenci atau tidak menyukainya, dan pekerjaannya pun selalu berjalan
dengan lancar. 35
Sebaliknya ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hati. Tidak
cocok dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak bersemangat serta tidak dapat
memikul tanggung jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan dan ketidak
puasaan, dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang dapat diobati.
Mereka tidak pernah merasakan kebahagian.36
Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka menggangu,
melanggar hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu domba, memfitnah,
menyeleweng, menganiyaya, menipu dan sebagainya. 37
35 Zakiah Derajat, kesehatan mental. Gunung Agung, Jakarta. 1979 Hal 10 36 Ibid hal 10 37 Ibid hal 11
Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah, yang mendorong
para ahli ilmu jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku
orang berbeda, kendatipun kondisinya sama. Juga apa sebabnya ada orang yang
tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagian dalam hidup ini. Usaha ini
menumbuhkan satu cabang termuda dari ilmu jiwa, yaitu kesehatan jiwa.
Pengetahuan ini berkembang secara luas di Negara-negara yang telah maju,
terutama dalam beberapa tahun belakang ini. Di beberapa Negara pengetahuan ini
telah sampai tingkat mencari jalan pencegahan (preventive) agar orang tidak lagi
menderita kegelisahan dan gangguan jiwa. Dinegara kita, pengetahuan ini belum
banyak dikenal. Meskipun akhir-akhir ini sering digunakan kata-kata kesehatan
jiwa, namun pengertiannya masih kabur dan kurang jelas dalam pikiran orang pada
umumnya. 38
C. Pengertian Jiwa menurut Al-Ghazali
Jiwa menurut Al-Ghazali ibarat kerajaan atau kendaraaan. Jiwa adalah raja
atau pengemudi yang amat menentukan keselamatan atau kesengsaraan rakyat atau
penumpangnya. Sedang jiwa menurut pengertian psikis, yang merupakan hakikat
diri dan zat manusia karena fungsinya sangat besar dalam kehidupan, dan di
atasnyalah bergantung nasib baik dan buruk manusia di dunia dan akhirat. 39
38 Zakiah Derajat, kesehatan mental. Gunung Agung, Jakarta. 1979 hal 10-11 39 M. Solihi M.Ag. Tasawuf Tematik. Pustaka Setia, Bandung. 2003. hal 130
a. Jiwa yang sehat
Jika sebuah pohon yang mempunyai akar dan batang yang sehat karena
sesuatu hal atau karena pengaruh yang datang dari luar mengakibatkan buahnya
berjatuhan, daunnya berguguran batang dan rantingnya menjadi patah, udara dingin
menyebabkan bunga yang akan tumbuh layu berguguran, burung-burung
menyerang buah yang ada dan merusaknya, atau yang serupa dengan itu. Kejadian
ini walaupun amat disayangkan namun tidak menciptakan kesedihan, mengapa
demikian? Sebab jika pohon itu tetap dalam keadaan sehat, maka untuk kesekian
kalinya dia akan berdaun, berbunga, dan berubah lagi. Dengan menyaksikan
peristiwa ini, manusia berhak membesarkan hatinya dengan mengatakan “ yang
penting pohon itu sehat” 40
Dalam hal ini wujud manusia juga tidak berbeda dengan sebuah pohon yang
dapat memberikan faedah. Jika manusia itu sehat dan tidak mempunyai cacat
niscaya dia akan lebat, berbunga, menjadi tempat berteduh benda-benda yang
berada dibawahnya dari sengatan matahari. Namun sebagaimana juga pohon,
mungkin berbagai peristiwa yang tidak terduga akan dialaminya. 41
Bertahun-tahun seorang manusia berusaha payah dan sedikit demi sedikit
mengumpulkan hasil jerih payah keringatnya, namun tiba-tiba karena suatu
peristiwa yang tidak terduga maka seluruh hasil jerih payah keringatnya itu sirna.
Kekafiran telah menjadikan dia tidak berdaun dan berbunga. Peristiwa-peristiwa
40 Murtadha Mutahhir, JIwa yang damai.Sega Arsy. Bandung. 2008. hal 113 41 Ibid hal 113
seperti hilangnya kekayaan dunia, terbakarnya harta, dan banyak lagi peristiwa
pahit yang sejenis walaupun mendatangkan kekecewaan, namun bagi jiwa yang
sehat dan penuh dengan pengharapan tidak akan mendatangkan kesedihan yang
berkepanjangan. 42
Demikian pula satu tubuh yang masih muda dan sehat, tatkala mendapat
luka, hal itu tidak menyebabkan kehawatiran karena kelak luka itu akan bertaut
kembali. Sementara badan yang sakit, misalnya yang terkena penyakit gula, dan
memerlukan waktu lama untuk menyembuhkan satu luka yang kecil. Demikian pula
jiwa yang sehat dan aktif, dia mampu memenuhi setiap kekurangan.
Musibah betul-betul terjadi tatkala kerusakan menimpa akar satu pohon.
Jika hal ini terjadi maka usaha untuk melindungi tangkai buah dan daun itu tidak
berguna. Demikian, tatkala seorang manusia dari segi jiwa dilanda oleh perasaan
apatis, mempunyai pandangan yang buruk terhadap kehidupan ala mini, serta dia
merasa sendiri dan merasa tidak mempunyai teman tempat berbagi rasa, maka
manusia yang sejenis ini tidak akan lagi bermanfaat buat dirinya dan orang lain.
Kehidupan yang dimilikinya tidak jauh berbeda dengan kematian.
Di dalam Al-Quran terdapat banyak ungkapan yang menyatakan bahwa
kerugian yang sebenarnya itu terjadi tatkala manusia kehilangan dimensi spiritual
dalam dirinya. Sirnanya buah kehidupan yang berupa harta duniawi itu tidak begitu
penting, karena setiap kehidupan senantiasa memiliki buah dan pengaruh, namun
42 Ibid hal 113
apabila manusia telah kehilangan pengharapan dalam hidupnya maka ini sangat
harus diperhatikan. Terlebih lagi tatkala iman merupakan sumber pengharapan. 43
Imanlah yang menciptakan sifat tawakal, percaya diri, dan sifat optimis
dalam diri manusia. Seorang yang beriman tidak memandang bahwa dirinya sendiri
tanpa penolong dalam kehidupan ini. Dia senantiasa mengatakan dalam sholatnya
“ Hanya kepada Mu, ya Allah kami menyembah dan hanya kepada Mu, ya Allah
kami memohon pertolongan”. Seorang Mukmin mengatakan, “ Ya Allah kepada
Mu kami berserah diri dan kepada Mulah kami kembali. 44
Seorang manusia yang beriman tatkala mengalami kejadian-kejadian yang
tidak mengenakkan tidak begitu bersedih hati. Berkaitan dengan orang-orang yang
seperti ini kita harus mengatakan, “ iman dan akidahnya masih sehat.
Agama dan Iman disamping membutuhkan sikap optimis dan kekuatan, ia
juga berusaha menekan dan mencegah berkembangnya beberapa bentuk
pengharapan. Manusia memiliki cita-cita dan pengharapan yang tidak terbatas
kadang-kadang pengharapannya itu sesuatu yang mustahil, misalnya dia berharap
masa mudanya berulang kembali dan berharap menjadi saudara dan kerabat orang
tertentu. Semua harapan diatas adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. 45
b. Fungsi-fungsi kesehatan Jiwa
43 Ibid 114 44 Ibid 114-115 45 Murtadha Mutahhir, JIwa yang damai.Sega Arsy. Bandung. 2008. hal 115
Fungsi Kesehatan jiwa adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian
dan kemampuan dirinya. 46
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan
keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lainnya,
sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan orang dari perasaan ragu dan
bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik)47
Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan tegas itu dapat dicapai antara
lain dengan keyakinan akan ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan norma-
norma sosial, hukum, moral dan sebagainya.
Fungsi-fungsi jiwa dengan semua unsur-unsurnya, bertindak menyesuaikan
orang dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam menghadapi
suasana yang selalu berubah, fungsi-fungsi jiwa akan bekerja sama secara harmonis
dalam menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Dengan
demikian perubahan-perubahan itu tidak akan menyebabkan kegelisahan dan
kegoncangan jiwa. 48
Kadang-kadang perubahan itu sangat besarnya (misalnya kekayaan habis,
orang paling disayangi meninggal dunia), sehingga melampui batas kemampuan
orang yang tidak kuat. Maka timbullah ketidakharmonisan jiwa, sehingga orang
46 Zakiah Derajat, kesehatan jiwa, PT Gunung Agung. Jakarta, 1979. hal 13 47 Ibid hal 13 48 Ibid hal 13
menjadi bingung, murung, menjauhkan diri dari kehidupan orang banyak, diserang
oleh penyakit yang tidak ada obatnya dan sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa kesehatan jiwa terhindarnya seseorang dari gejala-
gejala gangguan dan penyakit jiwa. Dapat menyesuaikan, dapat memanfaatkan
segala potensi dan bakat yang ada semaksimalkan mungkin dan membawa kepada
kehabisan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup. 49
Perlu diingat bahwa kesehatan mental itu adalah relatif, dimana
keharmonisan yang sempurna antara seluruh fungsi-fungsi tubuh itu tidak ada.
Yang dapat diketahui adalah berapa jauh jaraknya seseorang dari kesehatan jiwa
yang normal.
Kadang-kadang orang yang menyangka, bahwa setiap ada ketidaknormalan
akan tergolong kepada gangguan jiwa. Padahal orang yang terlalu bodoh atau
terlalu cerdas. Biasanya bukanlah karena terganggu jiwanya, tapi adalah karena
berbedanya batas-batas kemampuan yang ada padanya. Memang dalam keadaan
tertentu, terganggu kesehatan jiwa dapat menyebabkan orang tidak mampu
menggunakan kecerdasannya. 54
Akan tetapi, keharmonisan dalam emosi dan tindakan, adalah disebabkan
oleh terganggunya kesehatan jiwa, misalnya perasaan marah. Pada suasana tertentu
orang kadang-kadang harus marah, tapi kalau ada orang yang tidak pernah marah,
walau bagaimanapun orang menganggunya maka ia dalam hal ini tidak normal.
49 Ibid 14
Sebaliknya kalau ia sering marah-marah, tanpa sebab atau oleh sebab-sebab yang
remeh, mungkin ada gangguan pada kesehatan jiwanya. Demikian pula emosi-
emosi yang lain, seperti curiga, takut, gembira dan sebagainya.50
c. Ciri-ciri Jiwa yang sehat
Menurut Zakiat dradjat ciri jiwa yang sehat adalah memasukkan unsur
keimanan dan ketakwaan diantaranya:51
1. Terbatasnya dari gangguan dan penyakit jiwa
2. Terwujudnya keserasian antara unsur-unsur kejiwaan
3. Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
serta memanfaatkan dan menyenangkan diri secara fleksibel dan
menciptakan hubungan yang bermanfaat dan menyenangkan antar individu
4. Mempunyai kemampuan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
serta memanfaatkan untuk dirinya dan orang lain
5. Beriman dan bertakwa kepada Allah dan selalu berupaya merealisasikan
tuntutanan agama dalam kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.
50 Ibid 14 51 Prof. Drs. H. Ramayulis, Psikologi Agama, kalam mulia, jakarta. 2002
BAB III
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kota
Bandung
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tanggal 11 November 2011
didapatkan data dan informasi tentang kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah Ujung Berung Kota Bandung. Untuk lebih lanjutnya
penulis akan uraikan sebagai berikut.
Kesehatan jiwa adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Psychose)
Beberapa perawat melaporkan merawat pasien yang mempunyai motivasi
untuk sembuh berbeda dengan merawat pasien yang tidak mempunyai motivasi
untuk sembuh dan banyak mengeluh dengan penyakit yang di deritanya itu bisa
memperlambat proses penyembuhan.
Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat terhindar dari penyakit adalah
orang yang sering berdoa dan selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun, karena
dengan doa orang akan selalu ingat kepada Allah sehingga ia akan selalu menjaga
segala perilakunya. Hal tersebut akan mempengaruhi kepribadian kearah positif,
sehingga ketika seseorang mendapatkan cobaan sakit ia akan berpikir bahwa
penyakitnya akan segera sembuh. Seseorang berpikir demikian karena ia memiliki
keyakinan bahwa Allah tidak akan menguji umatnya melampaui kemampuannya
dan selalu ada hikmah di balik cobaan-Nya. Usaha untuk menyembuhkan penyakit
dengan medis merupakan ikhtiar manusia sesuai dengan sunnahnya. Oleh karena
itu doa merupakan salah satu faktor esensial dalam membentuk kepribadian.
Jarang sekali seseorang yang lagi sakit bisa lebih mendekatkan diri kepada
Allah dikarenakan terbatasnya untuk beribadah dengan maksimal dengan kondisi
yang lagi sakit. Semakin jauh dari Allah dikala sakit bisa menimbulkan
ketidaksabaran dari pasien atas penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu metode
terapi doa sangat membantu untuk menyadarkan pasien, bahwa di dalam keadaan
seperti apapun kita tidak boleh lupa kepada Allah sesungguhnya Allah yang maha
menyembuhkan segala penyakit.
Untuk memperoleh kesehatan, maka harus ada pengetahuan dan perhatian
terhadap bidang jasmani, mental dan spiritual. Dengan memahami masing-masing
bidang dari tubuh ini, maka kita dapat mengetahui cara yang benar untuk
menyeimbangkan dan mengobati setiap bidang tersebut. (Syaikh Hakim: 27).
Secara sadar pasien itu Ingin sembuh. Tapi secara tidak sadar tidak ingin
sembuh. Ingin tetap diperhatikan, disayang, sehingga pasien menikmati sakitnya
itu, banyak di temui kasus penyakit yang tidak sembuh-sembuh itu karena motivasi
sembuhnya tidak ada, maka terapi doa sangatlah penting yang harus di miliki pasien
itu salah satu proses yang sangat kuat untuk mempercepat kesembuhan
penyakitnya, karena sesungguhnya kesembuhan itu adalah dari diri kita sendiri, kita
harus memilki Positive Thinking terhadap apa yang terjadi pada diri kita. Karena
dibalik itu semua ada hikmah yang bisa kita pelajari untuk menata hidup lebih baik
lagi baik dari segi emosi, mental dan spiritual dan yang lebih utama adalah
kesehatan. Karena dengan keadaan sehat kita bisa mengoptimalkan dan
menselaraskan antara emosi, mental dan spiritual.
Kalau kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari, akan
bermacam-macam yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan
bahagia, walau apapun keadaannya yang dihadapinya. Dia disenangi orang, tidak
ada yang membenci atau tidak menyukainya, dan pekerjaannya pun selalu berjalan
dengan lancar. 52
Sebaliknya ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hati. Tidak
cocok dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak bersemangat serta tidak dapat
memikul tanggung jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan dan ketidak
puasaan, dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang dapat diobati.
Mereka tidak pernah merasakan kebahagian.53
Disamping itu ada pula orang yang dalam hidupnya suka menggangu,
melanggar hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu domba, memfitnah,
menyeleweng, menganiyaya, menipu dan sebagainya. 54
Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah, yang mendorong
para ahli ilmu jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku
orang berbeda, kendatipun kondisinya sama. Juga apa sebabnya ada orang yang
tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagian dalam hidup ini. Usaha ini
menumbuhkan satu cabang termuda dari ilmu jiwa, yaitu kesehatan jiwa.
Dari data hasil wawancara dan observasi itulah penulis dapat menyimpulkan
bahwasannya kondisi kesehatan jiwa pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kota
Bandung sebelum mendapatkan terapi doa/bimbingan rohani masih sangat minim
tingkat spiritualitasnya. Karena dari data hasil wawancara dan observasi itu
menyatakan tingkat kecemasan, gelisah, mudah putus asa dan pesimis masih tinggi.
52 Zakiah Derajat, kesehatan mental. Gunung Agung, Jakarta. 1979 hal 10 53 Ibid hal 10 54 Ibid hal 11
Oleh sebab itu pembimbing rohani Rumah Sakit Umum Kota Bandung akan lebih
meningkatkan santunan-santunan kerohanian kepada pasien supaya meminimalisir
tingkat kecemasan, kegelisahan, dan putus asa.
B. Metode terapi Doa dalam meningkatkan kesehatan jiwa pasien Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
Dibawah ini adalah metode terapi doa dalam meningkatkan kesehatan Jiwa
pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Kota Bandung sebelum dan sesudah
mendapatkan bimbingan rohani/terapi doa
1. Kasus Ibu Ai
a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi pasien begitu lemah, mudah putus asa,
tidak berdaya, jenis penyakit yang diderita pasien adalah sesak nafas, dan
kondisi kesehatan jiwanya sangat pesimis. Hal ini terlihat saat ibu ai
mendapatkan santunan kerohanian dari pihak bimbingan rohani Rumah Sakit.
Pasien terus mengeluh dengan penyakit yang dideritannya, karena tak kunjung
sembuh.
b. Pembimbing kerohanian melakukan tindakan pada pasien yaitu dengan cara:
memberikan motivasi pada pasien bahwa pasien bisa sembuh dengan
senantiasa memanjatkan Doa, banyak berzikir kepada Allah, bersabar, dan
berfikiran positif. Doa yang diberikan Adalah :
ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن
Artinya :
"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,
tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR
Bukhari Muslim)
d. Hasil dari bimbingan rohani tersebut pasien dapat merasakan ketenangan
dalam hati, tentram, sabar dan lebih yakin kepada Allah. Ibadah semakin
meningkat.
Sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah:
NO SEBELUM SESUDAH
1 Cemas Kondisi nafas pasien membaik.
Selalu berdoa, melaksanakan
shalat sesuai kemampuan
2 Banyak mengeluh Pasien selalu meminta agar
pembimbing rohani
membimbing dalam berdoa
3 Mudah putus asa Pasien tenang karena sudah
mengetahui tatacara shalat
secara sempurna
4 Kurang melakukan shalat
lima waktu
Tidak mudah putus asa/tenang
2. Kasus Ibu Ika
a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi kesehatan jiwa pasien sangat gelisah,
cemas, dan jenis penyakit yang diderita pasiean adalah penyakit Tipes. Hal ini
terlihat juga saat ibu ika mendapatkan santunan kerohanian dari pihak
bimbingan rohani rumah sakit. Pasien terus mengeluh, cemas, karena penyakit
yang dideritanya tidak sembuh-sembuh.
b. Pembimbing kerohanian melakukan tindakan pada pasien. Yaitu dengan cara
: Memberikan nasihat kepada pasien. Musibah merupakan sarana yang Allah
gunakan sebagai bukti siapa diantara hambanya yang paling bersabar,
Memberikan motivasi kepada keluarga pasien agar tetap optimis bahwa setiap
penyakit pasti ada obatnya. Pembimbing rohani mengajak kepada pasien dan
keluarga pasien untuk berdoa bersama-sama agar penyakit yang diderita
pasien lekas sembuh. Doa Yang diberikan adalah :
ا رب البأس إمسح ال انت كاشف له إ لا الشفاء بيدك س الن
Artinya :
"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,
tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR
Bukhari Muslim)
c. Hasil dari bimbingan Rohani tersebut pasien dapat merasakan ketenangan
hati, lebih percaya diri, semangat, dan mau minum obat.
Sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah :
NO SEBELUM SESUDAH
1. Cemas Kondisi kesehatan tubuh pasien
membaik, selalu berdoa
meminta pertolongan Allah agar
disembuhkan penyakitnya
2 Ingin cepat keluar dari RS Tidak banyak mengeluh lagi
3 Banyak mengeluh Lebih banyak berzikir kepada
Allah
Mudah putus asa Tenang
3. Kasus Ibu Ina
a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi pasien sedang tidur dan kondisi
kesehatan jiwanya seperti cemas, berpikiran negatif, banyak mengeluh.
Jenis penyakit yang diderita oleh pasien adalah penyakit darah Tinggi.
Hal ini terlihat saat penulis dan bimbingan rohani memberikan santunan
pada pasien. Pasien mengeluh karena penyakit yang dideritanya sudah
cukup lama tak kunjung sembuh.
b. Pembimbing Rohani melakukan tindakan pada pasien yaitu dengan cara
: Memberikan nasihat kepada pasien. Musibah merupakan sarana yang
Allah gunakan sebagai bukti siapa diantara hambanya yang paling
bersabar. Pembimbing rohani mengajak kepada pasien dan keluarga
pasien untuk berdoa bersama-sama agar penyakit yang diderita pasien
lekas sembuh. Dan memberikan motivasi supaya pasien dan keluarga
tetap percaya kepada Allah, bahwa Allahlah yang menyembuhkan
segala penyakit yang diderita manusia. Doa yang di berikan adalah :
ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن
Artinya :
"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,
tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR
Bukhari Muslim)
c. Hasil dari bimbingan rohani tersebut, kondisi pasien biasa saja, tidak
ada peningkatan dalam beribadah, banyak mengeluh, sering marah-
marah sama keluarga yang sedang menunggunya.
sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah :
NO SEBELUM SESUDAH
1 Cemas Kondisi pasien cukup membaik,
dari sebelumnya
2 Penyakit tak kunjung
sembuh
Banyak berzikir kepada Allah
3 Banyak mengeluh Pasien merasa lebih tenang
setelah melakukan terapi doa
4 Mudah putus asa Pasien merasa di bimbing dalam
ibadahnya
4. Kasus Neng Yanti
a. Sebelum Bimbingan Rohani kondisi kesehatan pasien tenang. Jenis
penyakit yang diderita oleh pasien adalah penyakit Tipes. Hal ini terlihat
saat penulis dan pembimbing rohani memberikan santunan kepada
pasien. Karena kondisi pasien sudah hampir sehat, sudah bisa
melakukan shalat dengan baik, tidak banyak mengeluh, dan tidak mudah
putus asa.
b. Bimbingan Rohani melakukan tindakan sebagai berikut. Berdoa
bersama-sama pasien dan keluarga atas kesembuhan/ kesehatan yang
telah Allah berikan kepada pasien dan Memberikan motivasi supaya
tetap bersyukur kepada Allah. Doa Yang diberikan adalah :
ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن
Artinya :
"Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,
tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR
Bukhari Muslim
c. Hasil dari bimbingan Rohani tersebut pasien lebih bersyukur atas
kesembuhan yang Allah berikan, lebih tenang, banyak tersenyum, dan
banyak berzikir kepada Allah.
sebelum dan sesudah melalukan terapi doa yang pasien rasakan adalah:
NO SEBELUM SESUDAH
1 Tenang Lebih taat beribadah kepada
Allah
2 Kondisi pasien membaik Kondisi pasien membaik
3 Tidak banyak mengeluh Senang didatangi oleh
bimbingan rohani
4 Tidak mudah putus asa Menerima dengan ihklas
5. Kasus Bapak Dadang
a. Sebelum bimbingan Rohani kondisi kesehatan jiwa pasien, terlihat
seperti putus asa, banyak mengeluh, dan pesimis. Jenis penyakit yang
diderita pasien adalah penyakit kencing manis. Hal ini terlihat ketika
penulis dan bimbingan rohani ingin melakukan santunan kerohanian
kepada pasien. Pasien terus mengeluh karena penyakit yang
dideritanyan tak kunjung sembuh-sembuh. Dan keluarga pun sudah
pasrah kepada Allah.
b. Pembimbing kerohanian Rumah Sakit melakukan tindakan. Dengan
cara : Memberikan nasihat kepada pasien harus berpikir tenang, banyak
berdoa kepada Allah, berzikir, dan memberikan rasa percaya diri bahwa
pasien bisa sembuh. Memberikan nasihat kepada pasien agar lebih
ikhlas menerima ujian/musibah yang diberikan oleh Allah. Pembimbing
rohani Mengajak berdoa bersama-sama pasien dan keluarga pasien agar
dihilangkan rasa sakit penyakit yang diderita oleh pasien. Doa yang
diberikan adalah :
ا رب البأس إمسح كاشف له إال انت لا الشفاء بيدك س الن
Arinya :
Hilangkanlah penyakit, wahai Tuhan manusia ditangan-Mu kesembuhan,
tidak ada yang menghilangkan penyakit selain dari pada-Mu ya Allah" (HR
Bukhari Muslim
c. Hasil dari bimbingan rohani tersebut kondisi kesehatan jiwa pasien agak
meningkat sedikit dari sebelumnya, sekarang sering beribadah, sabar,
dan tidak banyak mengeluh lagi.
sebelum dan sesudah melakukan terapi doa yang pasien rasakan adalah :
NO SEBELUM SESUDAH
1 Putus asa Kondisi pasien lebih tenang
2 Banyak mengeluh Kesehatan pasien lebih membaik
3 Pesimis Pasien lebih senang di datangi
oleh bagian bimbingan rohani
4 Gelisah Lebih ikhlas menerima
ujian/musibah dari Allah
C. Manfaat dan dampak dari terapi doa bagi kesehatan jiwa pasien rawat
inap RSUD Kota Bandung
Manfaat dari terapi doa itu sendiri adalah untuk menunjang semangat hidup
yang amat penting bagi ketentraman batin pasien. Dengan berdoa kita memupuk
rasa optimis di dalam diri, serta menjauhkan rasa pesimis dan putus asa.
Perlu diingat bahwa dampak dari terapi doa bagi kesehatan jiwa yang di
timbulkan oleh doa tidak terpengaruh oleh jarak. Apakah orang yang berdoa berada
dekat atau jauh dari dengan organisme (obyek) yang di doakan. Penyembuhan dapat
berlangsung di tempat itu juga atau di tempat lain. Tidak ada satu pun yang
nampaknya sanggup menghambat atau menghentikan doa. Bahkan walaupun
“objek” yang di doakan itu ditempatkan di sebuah ruangan berlapis timah atau
ruangan yang tidak bisa ditembus berbagai macam energi gelombang
elektromagnetik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas, maka skripsi ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Pasien rawat inap sebelum mendapatkan bimbingan rohani mempunyai
motivasi kesembuhan yang rendah, kondisi kesehatan jiwa pasien rawat
inap di Rumah Sakit Umum Kota Bandung masih sangat minim tingkat
spiritualitasnya. Karena dari data hasil wawancara dan observasi itu
menyatakan tingkat kecemasan, gelisah, mudah putus asa dan pesimis masih
tinggi. Oleh sebab itu pembimbing rohani Rumah Sakit Umum Kota
Bandung akan lebih meningkatkan santunan-santunan kerohanian kepada
pasien supaya meminimalisir tingkat kecemasan, kegelisahan, dan putus
asa.
b. Pelaksanaan Bimbingan Rohani yang diterapkan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bandung yaitu dengan menggabungkan antara pengobatan
terapi doa dan kesehatan Jiwa pasien. Adapun proses pelaksanaan yaitu
dengan cara memberikan Motivasi terlebih dahulu kepada pasien untuk
kesehatan jiwanya, kemudian menerapkan terapi doa kepada pasien, agar
menghilangkan rasa sakit yang diderita oleh pasien. Dan memberikan
santunan/bimbingan. Sementara pendekatan terapi keagamaan yaitu dengan
menggunakan metode pemberian bimbingan, metode dzikrullah, dan
metode doa.
Metode terapi doa bagi kesehatan jiwa pasien di Rumah Sakit Umum Kota
Bandung adalah kegiatan yang bernafaskan Islam, yang dilakukan para
pembimbing kepada pasien rawat inap melalui prosesnya secara langsung, adapun
prosesnya yaitu:
Memberikan salam kepada pasien dan keluarga dengan cara mengucapkan
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Menyampaikan maksud dan tujuan.
Mendengarkan keluhan-keluhannya Pasien.
Berdialog dengan pasien terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
Mengajak kepada pasien/keluarga untuk berdoa bersama.
Adapun metode-metode yang digunakan dalam bimbingan rohani adalah
sebagai berikut:
1. Metode Dzikrullah
2. Metode Ceramah melalui audio
3. Metode Talqin
4. Metode Do’a
5. Metode Shalawat
6. Metode Audio Land / Kultum
7. Metode Penutup
Kondisi kesehatan Jiwa Pasien rawat inap Rumah Sakit Umum Kota
Bandung semakin membaik setelah melakukan terapi doa. Terbukti pasien tidak
mudah putus asa, tidak banyak mengeluh, dan banyak berzikir kepada Allah.
Sebelum melakukan terapi doa, tingkat kecemasan pasien sangat tinggi, mudah
putus asa, dan banyak mengeluh. Hal ini terbukti sebelum pembimbing rohani
memberikan terapi doa pada pasien.
B. Saran
1. Sebagai saran atau masukan dari penulis setelah mengetahui bagaimana
proses atau aktivitas bimbingan rohani di Rumah Sakit Umum Kota
Bandung dalam upaya membantu proses penyembuhan pasien, menurut
penulis bimbingan rohani di Rumah Sakit Umum Kota Bandung sudah
cukup berfungsi dengan baik dan sangat penting keberadaannya. Untuk
pelayanan yang lebih bermutu sebaiknya aktivitas bimbingan rohani perlu
lebih di tingkatkan lagi agar pelayanan bimbingan rohani lebih optimal.
2. Dilihat dari segi tenaga pembina rohani sangatlah kurang dengan personil
tetap lima orang dan personil relawan atau tidak tetap ada enam orang, hal
ini bisa mempengaruhi pelaksanaan bimbingan rohani tidak optimal dan
tidak kondusif. Sebagai saran lebih baik di tambah lagi tenaga pembina