bab i pendahuluan - digilib.uinsgd.ac.iddigilib.uinsgd.ac.id/562/4/4_bab1sd4.pdf · bab i...

111
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sebuah perusahaan didirikan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba (Profit Oriented). Laba atau keuntungan menurut Rahardja dan Manurung (2008:133) adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan secara teoritis laba adalah kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar risiko, laba yang diperoleh harus semakin besar pula. Artinya laba yang didapatkan perusahaan harus menunjukkan angka yang positif dari waktu ke waktu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesinambungan operasi perusahaan sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam mendapatkan laba hanya bisa dicapai dengan pengelolaan yang baik, salah satunya adalah pengelolaan manajemen keuangan. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:4) fungsi dari manajemen keuangan yaitu melakukan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Untuk melaksanakan manajemen keuangan tersebut perlu dipahami tentang teori keuangan. Teori keuangan ini menjelaskan mengapa suatu fenomena di bidang keuangan terjadi dan mengapa keputusan keuangan perlu diambil dalam menghadapi persoalan keuangan tertentu. Memang pada dasarnya fungsi keuangan itu sendiri terbagi dalam dua kelompok kegiatan yaitu kegiatan mencari dana dan menggunakan dana. Indikator

Upload: hoangliem

Post on 03-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya sebuah perusahaan didirikan bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan atau laba (Profit Oriented). Laba atau keuntungan menurut Rahardja

dan Manurung (2008:133) adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi

biaya total yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan secara teoritis laba adalah

kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar risiko, laba

yang diperoleh harus semakin besar pula. Artinya laba yang didapatkan

perusahaan harus menunjukkan angka yang positif dari waktu ke waktu. Hal ini

dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesinambungan operasi

perusahaan sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan

tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam mendapatkan laba hanya bisa dicapai

dengan pengelolaan yang baik, salah satunya adalah pengelolaan manajemen

keuangan.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:4) fungsi dari manajemen

keuangan yaitu melakukan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan

keuangan. Untuk melaksanakan manajemen keuangan tersebut perlu dipahami

tentang teori keuangan. Teori keuangan ini menjelaskan mengapa suatu fenomena

di bidang keuangan terjadi dan mengapa keputusan keuangan perlu diambil

dalam menghadapi persoalan keuangan tertentu.

Memang pada dasarnya fungsi keuangan itu sendiri terbagi dalam dua

kelompok kegiatan yaitu kegiatan mencari dana dan menggunakan dana. Indikator

2

pengambilan keputusan keuangan tersebut biasanya selalu memperhatikan tingkat

return investasi, jangka waktu pengembalian, nilai waktu uang, prospek investasi

yang digeluti, risiko yang dihadapi dan sebagainya. Dengan kata lain, teori

keuangan mencoba menjelaskan alasan pengambilan keputusan di bidang

keuangan. Struktur pengambilan keputusan yang logis akan menghasilkan

jawaban yang lebih baik terhadap berbagai pertanyaan normatif seperti bagaimana

seharusnya kebijakan diambil, apabila pengambil keputusan mempunyai sejumlah

teori positif yang mampu menjelaskan konsekuensi pilihan yang akan diambil

seperti dampak yang akan ditanggung apabila perusahaan merubah keputusan

termasuk mengenai pengelolaan modal yang dimiliki perusahaan agar bisa

berfungsi sebagaimana mestinya (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:4).

Untuk menjalankan usahanya, setiap perusahaan pasti membutuhkan dana

sebagai modal awal. Dana diperoleh berasal dari internal perusahaan dan eksternal

perusahaan. Dana yang berasal dari internal perusahaan didapat dari modal yang

disetor oleh pemilik perusahaan, laba ditahan, dan cadangan perusahaan. Dana ini

disimpan sebagai modal perusahaan sedangkan dana eksternal didapat dari

investor, bank, perusahaan pembiayaan maupun pihak lain berupa hutang. Dana

tersebut kemudian digunakan untuk membeli aktiva lancar maupun aktiva tetap

seperti memproduksi barang dan jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan

produksi dan penjualan, mengadakan persediaan kas dan lain sebagainya. Dengan

demikian untuk melakukan bisnis setiap perusahaan selalu memerlukan aktiva riil

baik yang berwujud maupun tidak berwujud (Riyanto, 2008:3).

3

Salah satu modal perusahaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya

yaitu aktiva lancar yang terdiri dari Kas, Piutang, dan Persediaan. Ketiga aktiva

ini sangat penting terhadap kinerja perusahaan karena erat kaitannya terhadap

tingkat profitabilitas. Apabila tidak dikelola dengan baik maka akan

mendatangkan kerugian, sebaliknya bila dikelola dengan baik akan mendatangkan

keuntungan. Di dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang Kas dan

Persediaan, mengingat bahwa kedua akun tersebut sangat penting dan menunjang

dalam operasi sebuah perusahaan manufaktur.

Menurut Riyanto (2008:94) setiap perusahaan dalam menjalankan

usahanya selalu membutuhkan Kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi

perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva

tetap. Pemasukan Kas dan pengeluaran Kas suatu perusahaan dapat bersifat terus

menerus atau kontinyu. Hal ini didasarkan pada kebutuhan, situasi, dan kondisi

perusahaan seperti penjualan tunai, penjualan aktiva tetap yang tidak berlaku,

penyertaan pemilik perusahaan, penerimaan kredit dari bank, pembelian bahan

mentah, pembayaran gaji, pembayaran bunga, pajak, dividen, dan sebagainya.

Untuk itu penerimaan dan pengeluaran Kas dalam perusahaan akan

berlangsung terus selama hidup perusahaan. Dengan demikian, aliran Kas itu

bagaikan darah yang terus menerus mengalir dalam tubuh perusahaan yang

memungkinkan perusahaan itu dapat melangsungkan hidupnya. Kelebihan dari

aliran Kas masuk terhadap aliran keluar merupakan saldo Kas yang akan tertahan

di dalam perusahaan. Besarnya saldo Kas ini akan mengalami perubahan dari

waktu ke waktu karena berbagai faktor. Jumlah saldo Kas yang ada dalam

4

perusahaan akan meningkat apabila aliran kas masuk yang terkumpul lebih besar

daripada aliran kas keluar seperti perubahan dalam tingkat harga, perubahan

politik marketing, keputusan di bidang produksi dan lain sebagainya. Adapun

indikator tingkat keefisienan sebuah kas bukan dilihat dari segi kuantitas saldo

kas, melainkan pada tingkat perputarannya. Perputaran Kas mempunyai pengaruh

positif terhadap rasio profitabilitas, karena dengan Perputaran Kas yang tinggi

akan diperoleh keuntungan yang tinggi pula (Riyanto, 2008:94).

Seperti halnya Kas, menurut Sutrisno (2012:84) Persediaan juga tidak

kalah penting dalam kontribusinya terhadap perusahaan. Persediaan merupakan

bagian utama dari modal, khususnya modal kerja. Sebab dilihat dari jumlahnya

biasanya Persediaan inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal ini dapat

dipahami karena Persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan

kelancaran operasi perusahaan. Tanpa ada Persediaan kemungkinan besar

perusahaan tidak bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan disebabkan

proses produksi akan terganggu.

Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan,

maupun jasa mempunyai Persediaan. Perbedaan Persediaan untuk masing-masing

perusahaan tersebut adalah jenis Persediaan. Pada perusahaan dagang, sesuai

dengan kegiatannya perusahaan ini melakukan pembelian barang untuk dijual

lagi, maka Persediaan berupa bahan barang dagangan dan bahan penolong atau

substitusi serta Persediaan perlengkapan kantor. Perusahaan jasa mempunyai

Persediaan dalam bentuk bahan pembantu atau persediaan yang habis pakai.

Sedangkan untuk perusahaan manufaktur memiliki Persediaan seperti bahan baku,

5

bahan setengah jadi, dan barang jadi. Persediaan yang tinggi memungkinkan

perusahaan memenuhi permintaan yang mendadak. Meskipun demikian

Persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja

yang semakin besar pula. Sebenarnya kunci persoalannya adalah pada kata

mendadak. Apabila perusahaan mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan

akan bahan baku atau barang jadi, perusahaan bisa menyediakan persediaan tepat

pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Pada saat tidak diperlukan,

jumlah Persediaan bisa saja sangat kecil atau bahkan nol. Teknik ini dikenal

sebagai just in time atau zero inventory (Sutrisno, 2012:84).

Adapun alat yang menunjukkan tingkat keefisienan Persediaan dapat

diukur dengan menggunakan perhitungan Perputaran Persediaan. Menurut

Munawir (2007:119) tingkat Perputaran Persediaan menunjukan berapa kali

Persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tinggi

tingkat Perputaran Persediaan tersebut maka modal kerja yang dibutuhkan

(terutama yang harus diinvestasikan dalam Persediaan) semakin rendah. Semakin

tinggi tingkat Perputaran Persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian

yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen,

di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap

Persediaan tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat Perputaran

Persediaan, akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat.

Tidak cukup dengan hanya melihat dari sisi aktivitas perusahaan saja,

untuk mendapatkan laba yang maksimal perusahaan juga harus memperhatikan

kemampuannya dalam mengelola harta yang dimilikinya, salah satu caranya

6

adalah dengan melakukan perhitungan rasio profitabilitas yang terdiri dari Return

On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Total Assets (ROTA),

Basic Earning Power (BEP), Earning Per Share (EPS) dan Contribution Margin

(CM). ROA Menurut Harahap (2010:305) menggambarkan perputaran aktiva

diukur dengan volume penjualan. Apabila perhitungan ROA menunjukkan angka

positif berarti total aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan mampu

memberikan laba, sebaliknya apabila ROA negatif menunjukkan bahwa total

aktiva yang digunakan tidak mampu memberikan laba.

Sehingga dapat disimpulkan perusahaan yang mempunyai ROA yang

tinggi maka perusahaan tersebut berhasil dalam mengelola aset-asetnya dan

perusahaan yang mempunyai ROA yang rendah maka perusahaan tersebut tidak

berhasil dalam mengelola aset-asetnya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tidak

menjelaskan secara lebih rinci jenis-jenis rasio profitabilitas lainnya dikarenakan

tidak mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap variabel yang penulis teliti.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan perusahaan terkemuka di

Indonesia yang bergerak di bidang industri makanan. Setelah penulis melakukan

penelitian ternyata perusahaan ini membutuhkan pengelolaan yang baik terhadap

aktiva lancarnya seperti Kas dan Persediaan untuk menjaga kelancaran operasi

perusahaan, karena perusahaan manufaktur membutuhkan kas yang harus selalu

ada serta memiliki persediaan yang lebih kompleks daripada perusahaan jasa dan

perusahaan dagang.

Sesuai dengan teori yang telah diuraikan sebelumnya, untuk mengetahui

tingkat keefisienan aktiva sebuah perusahaan dapat dilihat dengan menghitung

7

tingkat perputaran masing-masing aktiva. Semakin tinggi perputarannya semakin

tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh. Namun setelah penulis melakukan

pengujian terhadap teori tersebut, didapatkan informasi bahwa Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan tidak selalu berpengaruh positif terhadap keuntungan

perusahaan. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai Perputaran Kas, Perputaran

Persediaan dan Return On Assets (ROA) pada perusahaan PT Indofood Sukses

Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan 2011.

Tabel 1.1

Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Return On Assets (ROA)

PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

KAS PERSEDIAAN

2000 8 8 5,15

2001 13 7 5,75

2002 15 7 5,26

2003 12 7 3,94

2004 12 8 2,47

2005 16 8 0,84

2006 16 8 4,06

2007 9 8 3,30

2008 9 8 2,61

2009 9 7 5,14

2010 5 7 6,25

2011 4 7 9,13

TAHUNPERPUTARAN

ROA

Sumber : ICMD 1999 – 2011, data diolah

8

Pada tabel 1.1. dapat dilihat bahwa data yang disajikan terdapat perbedaan

dengan teori yang ada yaitu pada tahun 2001-2002 Perputaran Kas mengalami

kenaikan sebesar 2 kali yaitu dari 13 kali menjadi 15 kali putaran, namun hal ini

tidak terjadi pada ROA yang justru menurun dari 5,75% menjadi 5,26% dan tahun

2004-2005 Perputaran Kas naik dari 12 kali menjadi 16 kali sedangkan ROA

turun dari 2,47% menjadi 0,84%.

Selanjutnya pada Perputaran Kas terjadi penurunan tetapi ROA mengalami

kenaikan yaitu pada tahun 2009-2010 Perputaran Kas turun dari 9 menjadi 5

sedangkan ROA naik dari 5,14% menjadi 6,25% dan tahun 2010-2011 kas juga

mengalami penurunan yaitu 5 kali menjadi 4 kali putaran dan ROA naik dari

6,25% menjadi 9,13%. Serta pada saat Perputaran Kas mengalami statis yaitu nilai

tahun yang diteliti sama dengan tahun sebelumnya, ROA mengalami kenaikan

dan penurunan yaitu tahun 2003-2004 pada Perputaran Kas statis pada angka 12

kali namun ROA turun dari 3,94% menjadi 2,47%, tahun 2005-2006 Perputaran

Kas ada pada angka 16 kali putaran ROA turun dari 0,84% menjadi 4,06%.

Selanjutnya tahun 2007-2008 angka Perputaran Kas berada pada posisi 9 kali

ROA turun dari 3,30% menjadi 2,61% kemudian meningkat lagi menjadi 5,14%

pada tahun 2008-2009.

Begitupun dengan Perputaran Persediaan, pada tahun 2003-2004 pada

Perputaran Persediaan terjadi kenaikan dari 7 menjadi 8 kali putaran, sedangkan

ROA mengalami penurunan dari 3,94% menjadi 2,47%. Selanjutnya tahun 2000-

2001 pada Perputaran Persediaan terjadi penurunan dari 8 menjadi 7 kali putaran,

tetapi ROA mengalami kenaikan yaitu 5,15% menjadi 5,75% serta tahun 2008-

9

2009 pada Perputaran Persediaan turun dari 8 menjadi 7 putaran, sedangkan ROA

naik menjadi 5,14% dari sebelumnya 2,61%.

Kemudian pada Perputaran Persediaan tidak terjadi kenaikan atau pun

penurunan, ROA mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan, seperti

tahun 2001-2003 Perputaran Persediaan mencapai 7 kali putaran secara berturut-

turut, tapi tidak pada ROA yang mengalami kenaikan dan penurunan masing-

masing sebesar 5,75% turun menjadi 5,26% kemudian turun lagi menjadi 3,94%.

Selanjutnya tahun 2004-2008 pada Perputaran Persediaan berada pada 8 kali

putaran, namun ROA berada pada posisi 2,47% kemudian turun menjadi 0,84%,

pada tahun 2006 naik menjadi 4,06% dan turun lagi menjadi 3,30% pada tahun

2007 yang selanjutnya diikuti tahun 2008 menjadi 2,61%. Tetapi beda hal nya

dengan tahun 2009-2011 disaat Perputaran Persediaan berada pada level 7 kali

putaran secara berurutan, namun ROA mengalami kenaikan dari 5,14% menjadi

6,25% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 6,95% pada tahun 2011. Untuk

lebih memperjelas kondisi yang terjadi, berikut disajikan grafik sebagai berikut:

10

Gambar 1.1

Pertumbuhan Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, ROA

PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

Sumber : ICMD 1999 – 2011, data diolah

Dari data yang telah disajikan, penulis tertarik untuk meneliti kejadian ini

dengan judul penelitian Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan

terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

periode 1999 – 2011.

1.2 Identifikasi Masalah

Terdapat ketimpangan di dalam data yang penulis telah sajikan, yaitu

adanya perbedaan antara kenyataan dengan teori yang ada. Kas dan Persediaan

merupakan unsur penting dalam mengelola aktiva lancar. Salah satu indikator

untuk menilai keefisienan pengelolaan aktiva lancar tersebut adalah dengan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

200020012002200320042005200620072008200920102011

Perputaran Kas

PerputaranPersediaan

Return OnAssets (ROA)

11

melihat perputaran baik Kas maupun Persediaan. Semakin tinggi perputaran

kedua aktiva ini akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat

perusahaan. Pada tabel 1.1 terlihat Perputaran Kas terjadi kenaikan yang

signifikan walaupun pada akhirnya terjadi penurunan, hal ini tidak diikuti dan

cenderung berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA). Itu artinya Kas

berputar semakin tinggi tapi tidak diikuti dengan pengembalian keuntungan yang

tinggi pula. Begitu pun dengan Perputaran Persediaan yang harusnya berbanding

lurus dengan tingkat pengembalian keuntungan pada kenyataannya malah

berbanding terbalik.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa

senyatanya dalam usaha memaksimalkan keuntungan yaitu dengan menggunakan

Return On Assets (ROA) terdapat beberapa permasalahan, yaitu:

1. Perputaran Kas menunjukan dana yang tertanam di dalam Kas dapat

digunakan sebagaimana mestinya yang bertujuan untuk memproduktifkan

dana yang ada dan menghindari adanya dana yang terendap (idle fund),

namun disisi lain perusahaan juga harus menyediakan dana kas untuk dana

cadangan dan membayar hutang jangka pendeknya sehingga semakin

tinggi tingkat liquid akan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan.

2. Begitupun dengan Persediaan jika perputarannya tinggi akan

menghindarkan dari kerugian seperti biaya simpan barang, biaya angkut,

selera konsumen yang cepat berubah sehingga menjadi faktor tinggi

rendahnya penjualan dan sebagainya, tetapi dengan perputarannya yang

terlalu tinggi dapat menyebabkan cadangan perusahaan menjadi berkurang

12

atau bahkan nol sehingga perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan

secara mendadak dalam jumlah besar dan hal ini akan menghilangkan

kesempatan dalam mendapatkan keuntungan yang besar pula.

3. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan teori yang telah dikemukakan

oleh Munawir (2007) dan Riyanto (2008). Begitu pun dengan peneliti yang

lainnya seperti Penelitian Rahma (2011) yang meneliti tentang analisis

pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada studi

perusahaan manufaktur Perusahaan Modal Asing (PMA) & Perusahaan

Modal Dalam Negeri (PMDN) yang terdaftar di BEI periode 2004-2008,

di mana dalam variabel penelitiannya terdapat Perputaran Kas dan status

perusahaan. Setelah melakukan pengujian secara parsial (uji t) yang

menyatakan bahwa Perputaran Kas dan status perusahaan ada hubungan

positif dan signifikan terhadap ROI.

Lisda Octaviani (2010) juga meneliti tentang pengaruh Perputaran

Piutang, Perputaran Persediaan, dan Perputaran Aktiva tetap terhadap

profitabilitas pada PT Ultrajaya milik industri dan trading company Tbk

periode 2000-2008, hasil penelitiannya adalah secara parsial Perputaran

Persedian berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Kemudian Miftah (2006) melakukan penelitian tentang analisis

penggunaan modal kerja dan pengaruhnya terhadap rentabilitas ekonomi

yang diukur dengan ROA pada PT. Unilever Indonesia Tbk. Hasil dari

penelitian ini adalah semua akun modal kerja yaitu Perputaran Kas,

13

Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah Furdani

(2009) yang meneliti tentang Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap

rentabilitas usaha pada PT HM Sampoerna Tbk periode 1998-2007,

dengan hasil penelitian adalah Perputaran Persediaan berpengaruh positif

terhadap rentabilitas usaha. Riza Anggraeni (2009) dengan judul penelitian

pengaruh Perputaran Persediaan barang jadi terhadap profitabilitas (ROI)

pada CV Armico periode 1998-2007. Hasil penelitiannya yaitu terdapat

hubungan positif antara Perputaran Persediaan barang jadi dengan ROI.

Namun beda hal-nya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Siswantini (2006) yang meneliti tentang analisis modal kerja dan

pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEJ,

dimana hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perputaran Kas

berpengaruh negatif terhadap profitabilitas sedangkan akun lainnya yaitu

Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan berpengaruh positif

terhadap profitabilitas.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ellys

Delfrina Sipangkar (2009) dengan judul penelitian pengaruh Perputaran

Persediaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan pada perusahaan

otomotif yang terdaftar di BEI periode 2005-2007. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa Perputaran Persediaan tidak berpengaruh positif

terhadap Return On Assets (ROA).

14

Dengan adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan peneliti

terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini yaitu Pengaruh

Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) dan

mencoba menguji kembali variabel yang sebelumnya pernah diteliti.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang

telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Perputaran Kas terhadap Tingkat Return On

Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses makmur Tbk periode 1999-2011?

2. Seberapa besar pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets

(ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011?

3. Seberapa besar pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara

simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses

Makmur Tbk periode 1999-2011?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dimaksudkan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On

Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.

15

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Persediaan terhadap

Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode

1999-2011.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran

Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT

Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh baik dari perusahaan sebagai objek

penelitian di lapangan dalam bentuk praktek maupun dari penelitian pustaka

dalam bentuk teori, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif baik

dalam bidang akademis maupun praktis.

1. Kegunaan Akademis

a. Memberikan sumbangan pemahaman tentang pengaruh Perputaran Kas

dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA).

b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

ekonomi khususnya yang berhubungan dengan manajemen keuangan.

c. Sebagai bahan acuan bahwa hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan

bahan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Kegunaan Praktis

a. Penulis

Sebagai tambahan ilmu dalam membandingkan antara teori dan

praktek yang diperoleh selama perkuliahan dengan kenyataan yang

16

terjadi di lapangan terutama yang berkaitan dengan Perputaran Kas,

Perputaran Persediaan dan Return On Asset (ROA) pada PT Indofood

Sukses Makmur Tbk periode 1999 - 2011 Sehingga diharapkan penulis

mampu menerapkan apa yang telah diterima sebagai teori dalam

kegiatan kuliah dengan apa yang penulis teliti sebagai praktek.

b. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk

melakukan koreksi bagi perusahan untuk mencapai arah yang lebih baik

lagi dengan tujuan untuk kemajuan dan dijadikan alat untuk mengetahui

sejauhmana perkembangan dalam pengelolaan Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dan sebagai

bahan pertimbangan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui

analisis Return On Assets (ROA). Memberikan sumbangan pemikiran

bagi perusahaan dalam penilaian kinerja keuangan, serta membantu

perusahaan dalam mengidentifikasi masalah khususnya yang telah

dilakukan peneliti dan mengetahui pemecahan masalahnya secara lebih

lanjut. Serta diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih bagi pihak-

pihak yang berkaitan terutama bagi pihak manajemen perusahaan

maupun investor.

c. Masyarakat/Pembaca

Diharapkan dapat dijadikan pusat informasi dan bahan referensi

bagi para pelaku manajemen keuangan yaitu manajemen perusahaan,

investor dan analogi keuangan, khususnya untuk pengkajian topik-topik

17

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam tulisan ini. Serta

dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan dalam memecahkan

masalah yang berhubungan dengan judul yang diteliti oleh penulis.

1.6 Kerangka Pemikiran

Sekaran dalam Sugiyono (2011:65) mengemukakan bahwa kerangka

berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar

variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar

variabel independen dan dependen. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya

dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap

penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1.2

Kerangka Pemikiran

AKTIVA

LANCAR

KAS

PIUTANG

PERSEDIAAN PENJUALAN

ROA

18

Perputaran Kas merupakan perbandingan antara penjualan dengan kas

rata-rata. Perputaran Kas menunjukan kemampuan kas dalam menghasilkan

pendapatan yang diukur dengan tingkat ROA sehingga dapat dilihat berapa kali

uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi Perputaran Kas ini

akan semakin baik. Karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kas-

nya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2008:95). Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2011) dan Miftah (2006) yang

menyatakan bahwa Perputaran Kas berpengaruh positif terhadap tingkat

profitabilitas (ROI/ROA) perusahaan.

Begitu pun dengan persediaan, untuk mengukur efisiensi persediaan maka

perlu diketahui Perputaran Persediaan (inventory turnover) yang terjadi dengan

membandingkan antara penjualan dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki

(Munawir,2007:119). Perputaran Persediaan menunjukkan berapa kali dana yang

tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat

Perputaran Persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang

disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di

samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap

persediaan tersebut. Ini berarti bahwa semakin tinggi Perputaran Persediaan maka

semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Lisda (2010), Miftah (2006), Firmansyah (2009) dan Riza (2009) yang

menunjukkan bahwa Perputaran Persediaan berpengaruh positif terhadap

profitabilitas (ROA).

19

Berdasarkan uraian diatas, maka variabel di dalam penelitian ini adalah

Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan sebagai variabel independen dan

Return On Assets (ROA) sebagai variabel dependen. Untuk memudahkan dalam

melakukan penelitian, dibuat suatu kerangka teoritis yang akan menjadi arahan

dalam melakukan pengumpulan data serta analisisnya. Secara sistematis

paradigma pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut

ini:

Gambar 1.3

Paradigma Pemikiran

1.7 HIPOTESIS

Hipotesis menurut Sugiyono (2011:70) merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

PERPUTARAN

KAS

( X1) RETURN

ON ASSETS

(ROA)

( Y )

PERPUTARAN

PERSEDIAAN

( X2)

20

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Berdasarkan pengertian diatas, latar belakang, serta kerangka pemikiran

yang telah dibuat maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

I. HIPOTESIS I

Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Kas terhadap Return On Assets

(ROA)

Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)

II. HIPOTESIS II

Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Persediaan terhadap Return On

Assets (ROA)

Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets

(ROA)

III. HIPOTESIS III

Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan

secara simultan terhadap Return On Assets (ROA)

Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara

simultan terhadap Return On Assets (ROA)

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aktiva

Aktiva menurut Sadeli (2009:7) adalah harta yang dimiliki oleh suatu

perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2007:14) aktiva tidak terbatas pada

kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-

pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih

harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak

berwujud lainnya (intangible assets) misalnya goodwill, hak paten, hak

menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi

dua bagian utama yaitu:

1. Aktiva Lancar, menurut Munawir (2007:14) yaitu uang kas atau aktiva

lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi

uang tunai, dijual, atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama

satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).

Adapun kelompok aktiva lancar yaitu:

a) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi

perusahaan. Uang tunai yang dimiliki perusahaan tetapi sudah

ditentukan penggunaannya (misalnya uang kas yang disisihkan untuk

tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap, atau

tujuan lain) tidak dapat dimasukan dalam pos kas, termasuk dalam

pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan

22

simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand

defosit.

b) Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable

securities), adalah investasi yang sifatnya sementara atau jangka

pendek dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk

sementara belum dibutuhkan dalam operasi.

c) Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang

dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam

undang-undang.

d) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur

atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan

secara kredit.

e) Persediaan, untuk perusahaan dagang persediaan adalah semua

barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca

masih digudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufaktur

persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, bahan

dalam proses, maupun barang jadi.

f) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima

adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena

perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum diterima

pembayarannya, sehingga merupakan tagihan.

g) Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk

memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu

23

belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak lain itu belum

dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode

berikutnya.

2. Aktiva Tidak Lancar, menurut Munawir (2007:15) adalah aktiva yang

mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang

(mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis

dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Adapun yang termasuk

aktiva tidak lancar yaitu:

a) Investasi jangka panjang, bagi perusahaan yang cukup besar dalam

arti mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering

melebihi dari yang dibutuhkan maka perusahaan ini dapat

menanamkan modalnya pada investasi ini misalnya berupa obligasi,

aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan

atau dalam bentuk dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu.

b) Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang

fisiknya nampak (konkret). Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan

sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan, juga harus

digunakan dalam operasi yang bersifat permanen.

c) Aktiva tetap tidak berwujud, adalah kekayaan perusahaan yang

secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang

mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan

24

dalam kegiatan perusahaan. Contohnya hak cipta, merek dagang,

biaya pendirian, lisensi, goodwill, dan sebagainya.

2.2 Kas

2.2.1. Pengertian Kas

Ada beberapa pengertian tentang kas, yaitu:

Menurut Sawir (2001:182) kas adalah seluruh uang tunai yang ada di

tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk

seperti deposito dan rekening koran.

Menurut Harahap (2010:258) kas adalah uang dan surat berharga lainnya

yang dapat diuangkan setiap saat serta surat lainnya yang sangat lancar yang

memenuhi syarat yaitu setiap saat dapat ditukar menjadi kas, tanggal jatuh

temponya sangat dekat dan kecil risiko perubahan nilai yang disebabkan

perubahan tingkat bunga.

Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan uang

tunai yang ada ditangan dan yang ada di bank yang merupakan aktiva paling

liquid yang sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan,

oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik dari segi

penerimaan dan pengeluarannya.

2.2.2. Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Adapun Sumber penerimaan kas menurut Munawir (2007:159) pada

dasarnya berasal dari: (a) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva

25

tetap, atau adanya penurunan aktiva tidak tidak lancar yang diimbangi dengan

penambahan kas. (b) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek

maupun jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan

adanya penerimaan kas. (c) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya

penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. (d) Adanya

penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan

adanya penerimaan kas. (e) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau

deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian

kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi

sebagai berikut: (a) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka

pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. (b)

Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas

perusahaan oleh pemilik perusahaan. (c) Pelunasan atau pembayaran angsuran

hutang jangka pendek atau jangka panjang. (d) Pembelian barang dagangan secara

tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian

perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot

biaya maupun persekot pembelian. (e) Pengeluaran kas untuk membayar deviden,

pembayaran pajak, denda-denda lainnya. Berikut ini akan disajikan peta mengenai

aliran kas yaitu:

26

Gambar 2.2

Aliran Kas dalam Perusahaan

Depresiasi

Upah buruh

Biaya-biaya Adm. Penjualan Kredit

Penjualan

P e n j u T a u l n a a n i

Pembelian Aktiva Tetap Pengumpulan Kredit

Penjualan Aktiva Teta Pembelian

Pinjaman Investasi

Pembayaran Utang Dividen

Sumber: Riyanto (2008:95)

2.2.3. Motif Memiliki Kas

Sebagaimana diungkapkan oleh Keynes dalam Sutrisno (2012:68),

masyarakat cenderung untuk menguasai uang berbentuk tunai. Dengan tiga motif

dibelakang pemikirannya yaitu:

BARANG

DALAM

PROSES

UPAH,

BIAYA

ADMINIS

-

TRASI

+

PEN

JUALAN

BARANG

JADI

PIUTANG

B A

H A N

M

E N T

A

H

UTANG

A K

T I

V A

T E

T A P

KAS PEMILIK

27

1. Motif transaksi (transaction motive)

Motif transaksi berarti seseorang atau perusahaan memegang uang

tunai untuk keperluan realisasi dari berbagai transaksi bisnisnya, baik

transaksi yang rutin (reguler) maupun yang tidak rutin. Seperti pembayarn

upah, pembayaran hutang, pembelian bahan, dan pembayaran-pembayaran

tunai lainnya baik yang dibayar dengan uang tunai mupun dengan cek.

2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)

Motif berjaga-jaga berarti seseorang atau perusahaan memegang

uang tunai yang dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kebutuhan-

kebutuhan yang bersifat mendadak. Pada perusahaan motif berjaga-jaga

ini bisa dilihat dari saldo kas minimun yang ditetapkan. Besarnya saldo

kas minimum yang ditetapkan sebagai indikator penyimpangan aliran kas

yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran di perusahaan biasanya

diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Apabila antara

penerimaan dan pengeluaran bisa diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan

kas yang sifatnya mendadak bisa ditentukan sekecil mungkin berarti saldo

kas minimum kecil, tetapi bila prediksi penerimaan dan pengeluaran kas

tidak bisa diprediksi dengan akurat, maka membutuhkan saldo kas

minimum yang besar karena kemungkinan kebutuhan kas mendadak

sangat besar.

3. Motif spekulasi (speculative motive)

Motif spekulatif adalah motivasi seseorang atau perusahaan

memegang uang dalam bentuk tunai karena adanya keinginan memperoleh

28

keuntungan yang besar dari suatu kesempatan investasi, biasanya investasi

yang bersifat liquid. Misalnya pada saat kondisi ekonomi yang kurang

baik dimana harga surat berharga seperti saham mengalami penurunan

yang drastis, maka perusahaan bisa menggunakan uangnya untuk membeli

sekuritas tersebut dengan harapan pada saat kondisi ekonomi membaik

sekuritas tersebut harganya juga akan ikut naik.

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kas

Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah

aktiva lancar ataupun hutang lancar. Guthmann dalam Riyanto (2008:96)

menyatakan bahwa jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak

kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Hal tersebut dilakukan

untuk mengatur tingkat likuiditas perusahaan. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi persediaan kas adalah:

1. Perimbangan antara aliran kas masuk dan kas keluar.

Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun timing

antara cash inflow dan cash outhflow dalam suatu perusahaan berarti

bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai

waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga

perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.

Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya

kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini berarti

bahwa pembayaran utang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal

29

dari pengumpulan piutang. Pembayaran-pembayaran untuk pembelian

bahan mentah, pembayaran upah buruh, dan lain-lain. Diharapkan dapat

dipenuhi dengan kas yang berasal hasil penjualan produknya.

2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.

Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan

atau estimasi mengenai aliran kas di dalam perusahaannya. Apabila aliran

kas senyatanya selalu sesuai dengan estimasinya, maka perusahaan

tersebut tidak menghadapi kesukaran likuiditas. Bagi perusahaan ini tidak

perlu mempertahankan adanya persediaan besi kas yang besar. Sebaliknya

perusahaan yang aliran kas-nya sering mengalami penyimpangan yang

merugikan dari yang diestimasikan, perlulah estimasi ini mempertahankan

adanya persediaan minimal kas yang agak besar. Penyimpangan yang

merugikan dalam aliran kas keluar misalnya karena adanya pemogokan,

banjir, angin puyuh, dan bencana lainnya, adanya perubahan peraturan

pemerintah mengenai pengupahan buruh, sehingga perusahaan harus

sering mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan

pada aliran kas masuk misalnya karena kegagalan langganan untuk

memenuhi kewajiban finansialnya. Bagi perusahaan yang sering

mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya dirasakan

perlu untuk mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relatif besar

dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak sering mengalami

peristiwa seperti tersebut di atas.

30

3. Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank.

Apabila pimpinan suatu perusahaan telah berhasil dapat membina

hubungan yang baik dengan bank akan mempermudah baginya untuk

mendapatkan kredit dalam menghadapi kesukaran finansialnya. Baik yang

disebabkan karena adanya peristiwa yang tidak terduga maupun yang

dapat diduga sebelumnya. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempunyai

persediaan besi kas yang besar.

2.2.5. Model Manajemen Kas

Dalam rangka pengelolaan kas, menurut Sutrisno (2012:73) akan disajikan

dua model manajemen kas yang dikembangkan oleh Baumol, Miller, dan Orr.

Model-model ini selalu mengaitkan antara kas dan surat berharga, yakni dengan

mengadakan trade-off antara tingkat bunga yang hilang karena menyimpan uang

dengan biaya transaksi. Apabila perusahaan mempunyai kas terlalu banyak harus

segera dibelikan surat berharga dan tentu harus mengeluarkan biaya untuk

transaksi. Sedangkan bila saldo kas mendekati nol harus segera menjual surat

berharganya menjadi kas, sehingga akan kehilangan kesempatan untuk

mendapatkan bunga (opportunity cost). Sesuai dengan firman Allah SWT yang

berbunyi;

ما افا ءاللو على رسولو من اىل القرى فللو وللرسول ولذى القربى واليتمىبيل، كي ليكون دولةب ين الالغنيا ءمنكم، وما اتكم الرسول وابنالس ولمسكين

ت هوا، واتق اللو ان اللو شديد العقاب (الحسر:٧) ماو ن هكم عنو فان وه فخذ

31

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja

di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS.Al-Hasyr:7).

Dari ayat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa islam melarang

adanya pengendapan uang. Hal ini bertujuan selain untuk keuntungan pemilik

uang itu sendiri, juga berfungsi dalam menyehatkan perekonomian sebuah negara.

Ketika uang dialirkan ke dalam sektor produktif, maka pemilik uang mendapat

keuntungan berupa dividen, bonus dan sebagainya. Sedangkan bagi penerima

uang baik itu lembaga perbankan atau perusahaan yang listing di bursa efek

mendapatkan tambahan modal untuk ekspansi perusahaan, ekspansi produk,

tambahan kredit untuk bank dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap

kesehatan perekonomian sebuah negara. Berikut disajikan model manajemen kas

yaitu:

1. Model Baumol

Model manajemen kas yang diajukan oeh Baumol ini sering disebut

dengan model persediaan. Baumol mengakui ada kesamaan antara

manajemen persediaan dengan manajemen kas bila dilihat dari aspek

keuangan. Dalam manajemen persediaan ada biaya pesan yang dibayarkan

setiap melakukan pemesanan dan biaya simpan untuk menyimpan bahan

yang dibeli. Dalam manajemen kas biaya pesan berupa biaya komisi

pedagang efek yang dikeluarkan untuk merubah sekuritas menjadi uang

kas. Dan biaya simpan berupa hasil bunga yang hilang karena perusahaan

32

menyimpan uang tunai yang besar. Oleh karena itu perlu ditentukan

berapa surat berharga yang harus dijadikan uang tunai pada setiap saldo

kas mendekati nol. Model Baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas

selalu konstan setiap waktu.

2. Model Miller dan Orr

Pada model Baumol ada asumsi yang sulit untuk dipenuhi yaitu

pemakaian kas setiap waktunya sama, oleh karena itu tidak cocok untuk

kondisi ketidakpastian pemakaian kas. Model yang dikenalkan oleh Miller

dan Orr tentunya lebih cocok untuk kondisi dimana pengeluaran kas

berfluktuasi dari waktu ke waktu secara random. Model ini pada dasarnya

menentukan batas atas dan batas bawah saldo kas, serta menentukan saldo

kas yang optimal yang perlu dimiliki oleh perusahaan. Apabila saldo kas

mengalami penurunan hingga mencapai nol, maka perusahaan harus

segera mengubah sekuritasnya menjadi kas senilai saldo kas optimal.

Demikian pula bila saldo kas yang dimiliki oleh perusahaan semakin

membesar, maka pada batas atas kas harus diubah menjadi sekuritas.

2.2.6 Perputaran Kas

Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah

aktiva lancar ataupun hutang lancar. Sesuai dengan pembahasan di atas

Guthmann dalam Riyanto (2008: 95) menyatakan bahwa jumlah kas yang ada

dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah

33

aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualannya.

Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas menggambarkan

tingkat perputaran kas (cash turnover). dengan demikian formulasi untuk

perputaran kas adalah:

Asumsi dalam rumus ini adalah semakin tinggi perputaran kas akan

semakin baik. Karena hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat efisiensi dalam

penggunaan kas-nya. Adapun untuk mencari rata-rata kas yaitu:

2.3 Persediaan

2.3.1 Pengertian Persediaan

Ada beberapa pengertian tentang persediaan (inventory), yaitu:

Menurut Sutrisno (2012:84) adalah sejumlah barang atau bahan yang

dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual dan atau diolah kembali.

Menurut Munawir (2007:14) persediaan adalah semua barang-barang yang

diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang/belum laku dijual.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah semua barang-barang

cadangan yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diolah

kembali untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan.

34

2.3.2 Jenis-jenis Persediaan

Persediaan yang penulis kutip pada website yang beralamat di www.ilmu-

ekonomi.com yang diposting pada 7 mei 2012 adalah meliputi semua barang atau

bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menuggu untuk

diproses lebih lanjut atau dijual. Jenis-jenis persediaan setiap perusahaan berbeda-

beda tergantung jenis usahanya. Bagi perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis

persediaan, yaitu: (a) Persediaan bahan mentah atau baku, yaitu barang yang

digunakan dalam proses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dimana

persediaan ini belum mengalami perubahan dan masih sesuai dengan sifat aslinya,

sehingga memerlukan proses untuk dapat digunakan selanjutnya. (b) Persediaan

bahan setengah jadi, yaitu barang yang masih memerlukan proses lanjutan untuk

menjadi barang jadi. (c) Persediaan bahan barang jadi, yaitu barang yang

dihasilkan perusahaan sampai siap dijual atau dikonsumsi.

2.3.3 Faktor-faktor Penentu Persediaan

Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar maka kebanyakan

perusahaan merasakan perlunya mempunyai persediaan bahan mentah. Menurut

Riyanto (2008:74) Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki oleh

perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: (a) Volume yang

dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan

persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya proses produksi.

(b) Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang

direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yang

35

direncanakan. (c) Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk

mendapatkan biaya pembelian minimal. (d) Estimasi tentang fluktuasi harga

bahan mentah yang bersangkutan di waktu-waktu yang akan datang. (e)

Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material. (f) Harga

pembelian bahan mentah. (g) Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di

gudang. (h) Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.

2.3.4 Perputaran Persediaan

Menurut Munawir (2007:77) prosedur untuk mengevaluasi persediaan

adalah dengan menghitung turn over atau perputaran dari persediaan itu sendiri.

Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah penjualan barang yang akan

dijual dengan nilai rata-rata persediaan yag dimiliki oleh perusahaan. Hal ini

menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual

kembali. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus

diadakan perencanaan dan pengawasan secara teratur dan efisien. Teratur dan

efisien di sini berkaitan dengan modal yang ditanam dalam persediaan. Dana

yang tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan menunjukan keefektifan

persediaan, karena dengan dana yang cukup akan menghindarkan perusahaan dari

dana yang terbuang percuma, seperti dana yang terlalu besar dalam persediaan

akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan

pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan,

turunnya kualitas dan sebagainya sehingga semuanya ini akan memperkecil

keuntungan perusahaan. Begitupun dengan dana persediaan yang terlalu kecil

36

akan menghambat kelancaran operasi perusahaan. Untuk itu, semakin cepat atau

semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil risiko terhadap kerugian

yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, dan

akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaaan

tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi perputaran persediaan akan

menyebabkan keuntungan perusahaan semakin tinggi pula. Adapun perhitungan

tingkat perputaran persediaan, yaitu:

Asumsi dari rasio ini adalah semakin tinggi semakin baik karena dianggap

kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan cepat. Rata-rata persediaan dapat

dihitung dengan cara:

2.4 Profitabilitas

Menurut Febriani (2013:29) Pengembalian atas investasi modal

merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang.

Masalah profitabilitas perusahaan menjadi penting sebagai dasar penilaian

terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan atau dengan kata lain suatu

perusahaan harus selalu berada pada keadaan yang menguntungkan, salah satu alat

untuk menilai tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan yaitu dengan

menggunakan rasio keuangan.

37

Rasio keuangan menurut Harahap (2010:297) adalah angka yang diperoleh

dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini

menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu

dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini bertujuan untuk menilai secara

cepat hubungan antar pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain

sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Adapun jenis-

jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis terdiri dari rasio solvabilitas,

profitabilitas, leverage, aktivitas, pertumbuhan, penilaian pasar (market based)

dan produktivitas. Namun dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah rasio

profitabilitas. Menurut beberapa ahli pengertian rasio profitabilitas, antara lain:

Harahap (2010:304) rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada

seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan

sebagainya.

Sawir (2001:17) profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai

kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini memberikan jawaban akhir

tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang

tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan.

Rusdin (2008:144) profitabilitas adalah kemampuan emiten (perusahaan)

untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisien operasional dan

efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya.

38

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dengan harta yang dimilikinya. Menurut Harahap (2010:304) Terdapat beberapa

cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan, yaitu:

1. Profit margin, yaitu menunjukan berapa besar presentase pendapatan

bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.

2. Return On Investment (ROI)/Return On Equity (ROE), menunjukan berapa

persen diperoleh laba bersih bila diukur dengan moda pemilik.

3. Return On Total Assets (ROTA), menunjukan berapa besar laba bersih

diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.

4. Basic Earning Power (BEP), menunjukan kemampuan perusahaan

memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan

pajak dibandingkan dengan total aktiva.

5. Earning Per Share (EPS), menunjukan berapa besar kemampuan per

lembar saham menghasilkan laba.

6. Contribution Margin, menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan

laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.

7. Aset Turnover/Return On Assets (ROA), menunjukan perputaran aktiva

dukur dengan volume penjualan.

2.4.1 Return On Assets (ROA)

Dalam ukuran profitabilitas perusahaan, rasio yang dapat digunakan dalam

menunjukan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan

39

aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba adalah rasio keuntungan

bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset

yang dimiliki oleh perusahaan atau disebut dengan Return On Assets (ROA).

Retun On Assets (ROA) menurut Munawir (2007:89) adalah analisis yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana

yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan

untuk menghasilkan keuntungan.

Return on Assets (ROA) menurut Rusdin (2008:144) adalah menunjukan

tingkat pengembalian yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam oleh

pemegang saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditor.

Return On Assets (ROA) menurut Harahap (2010:305) menunjukan tingkat

pengembalian keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanam dalam aktiva

untuk menjalankan operasi perusahaan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset

(ROA) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui harta

yang dimilikinya untuk menjalankan operasi perusahaan. ROA menunjukkan

tingkat keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk

memperoleh pendapatan. Sesuai dengan firman Allah SWT:

و الذين هم ع ن اللغو معرضون (املؤمنون :٣)Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak

berguna. (QS. Al-Muminun :3).

Sesuai dengan ayat diatas, Allah menganjurkan kepada manusia untuk

selalu berbuat efisien dan efektif dengan menggunakan perencanaan, analisis, dan

40

control di setiap kegiatan. Termasuk mengenai pengelolaan aktiva perusahaan

dalam mendapatkan laba. Adapun formulasi untuk menghitung Return On Assets

(ROA) menurut Rusdin (2008:144) sebagai berikut:

Asumsi pada rasio ini adalah semakin tinggi tingkat ROA, maka akan

semakin baik. Hal ini menunjukan tingkat keefisienan aktiva yang digunakan

dalam operasi perusahaan mampu mendatangkan keuntungan.

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan baik

faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni Return On Assets (ROA)

maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas (cash turnover) dan

Perputaran Persediaan (inventory turnover) sebagaimana yang tercantum pada

laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan

2011 yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kuantitatif. Menurut Nazir (2003:54) bahwa metode deskriptif adalah

suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Tujuan dari penelitian deskriftif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode ini tidak

terbatas hanya pada pengumpulan data saja, tapi juga meliputi analisis dari

variabel yang ada dan interpretasi tentang arti data yang telah diperoleh dari

penelitian tersebut.

Sedangkan metode kuantitatif menurut Sugiyono (2008:23) adalah

penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang

42

menggunakan uji statistik. Peneitian ini digunakan untuk meneliti populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan

analisis data bersifat kuantitatif.

3.3 Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder. Sumber data

dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang telah terpublikasi

dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dari website resmi

perusahaan, studi kepustakaan dari beberapa buku dan literatur lain yang

berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan dalam peneitian ini data

sekunder yang meliputi data mengenai objek penelitian dan data yang diperlukan

untuk mengukur Perputaran Kas (cash turnover), Perputaran Persediaan

(inventory turnover) dan Return On Assets (ROA) yang didapat dari laporan

keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 31 desember 1999 hingga 31

desember 2011.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penellitian ini adalah data sekunder sehingga

metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara

non participant observation. Non participant observation menurut Sugiyono

(2010:204) adalah teknik pengumpulan data dengan cara observasi dengan proses

pengumpulan datanya peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat

independen. Data diperoleh dengan cara mengutip secara langsung dalam

43

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan website resmi yang beralamat

di www.indofood.com.

3.5 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:39) variabel penelitian dirumuskan sebagai suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain adanya penetapan tersebut untuk

memudahkan dalam mengidentifikasi variabel yang akan diteliti. Variabel dapat

diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir,

2011:123). Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dua

variabel merupakan variabel independen atau bebas dan yang lainnya merupakan

variable independen atau terikat.

1. Variabel Independen

Variabel independen atau sering juga disebut variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2010:59). Dalam

penelitian yang menjadi variabel independen adalah Perputaran Kas (X1)

dan Perputaran Persediaan (X2).

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah profitabilitas (Y).

44

Menurut Harahap (2010:305) menunjukan tingkat pengembalian

keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanam dalam aktiva untuk

menjalankan operasi perusahaan. Dalam penelitian ini alat ukur untuk

menilai kemampuan untuk mendapatkan laba perusahaan yang mencakup

investasi dan total aset itu sendiri adalah Return On Assets (ROA).

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

VARIABEL KONSEP VARIABEL RUMUS INDIKATOR SKALA

Perputaran

Kas

( X1 )

Menurut Riyanto

(2008:95) Perputaran

Kas (cash turnover)

adalah Perbandingan

antara penjualan dengan

jumlah rata-rata kas

- Jumlah

persediaan

Kas

- Penjualan

Rasio

Perputaran

Persediaan

( X2 )

Menurut Munawir

(2007:119) tingkat

Perputaran Persediaan

menunjukan berapa kali

persediaan tersebut

diganti dalam arti dibeli

dan dijual kembali.

- Penjualan

- Jumlah

Persediaan

- Harga Pokok

penjualan

Rasio

Return On

Assets (ROA)

( Y )

Return on Assets (ROA)

menurut Rusdin

(2008:144) adalah

menunjukan tingkat

pengembalian yang

dihasilkan manajemen

atas modal yang ditanam

oleh pemegang saham,

sesudah dipotong

kewajiban kepada

kreditor.

- Penjualan - Total aktiva

Rasio

Sumber : Penulis, data diolah

45

3.6 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah sehingga sesuai dengan kepentingan

penelitian, data yang diolah tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

Berikut data yang diperoleh dari perusahaan dilakukan dengan tahapan berikut:

1. Menyusun kembali secara ringkas laporan keuangan yang dibutuhkan

yaitu neraca dan laporan laba rugi dengan menggunakan pos-pos yang

berkaitan dengan pengukuran penelitian.

2. Mengolah data dengan cara mengukur rasio per variabel penelitian dapat

dibantu dengan program Ms. Excel.

3. Menghitung dengan mengolah data yang telah didapat selanjutnya untuk

mengetahui pengaruh dan hubungan masing-masing variabel dengan alat

bantu program SPSS Versi 20.

3.6.1 Rancangan Analisis Data

3.6.1.2 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan

Analisis kinerja keuangan untuk mengukur kemampuan perusahaan

mendapatkan laba dapat dilakukan dengan menghitung rasio keuangan

profitabilitas yang dapat dikaitkan dengan modal yang diinvestasikan dalam

keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba, yaitu Return On

Assets (ROA).

46

Selanjutnya untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan kas dalam

menunjang kegiatan perusahaan seperti penjualan, digunakan Perputaran Kas

dengan rumus;

Untuk menghitung rata-rata kas, dihitung dengan rumus;

Sedangkan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan Persediaan

dalam menunjang kegiatan perusahaan seperti penjualan, digunakan Perputaran

Persediaan dengan rumus;

Untuk menghitung rata-rata Persediaan, dihitung dengan rumus;

Data-data tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Indofood Sukses

Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan 2011. Selanjutnya data-data tersebut

dihitung menggunakan program Ms. Excel.

47

3.6.1.3 Analisis Statistika

Disajikan data statistik secara keseluruhan mengenai pengolahan data ini

yang meliputi angka maksimal, minimal, rata-rata, dan tingkat penyimpangan

(Standard Deviation). Standar deviation menurut Somantri dan Muhidin

(2006:145) suatu ukuran relatif yang menyatakan penyimpangan data dari nilai

rata-ratanya yang diukur berdasarkan nilai standar deviasinya.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen yakni variabel

Perputaran Kas (X1) dan variabel Perputaran Persediaan (X2) serta satu variabel

dependen yakni variabel Return On Assets/ROA (Y). Untuk mengetahui pengaruh

dan hubungan dari masing-masing variabel maka dilakukan perhitungan korelasi

sehingga dapat diketahui koefisien korelasi dan koefisien determinasi, sedangkan

untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan analisis regresi, perhitungan

ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antar variabel baik secara

parsial maupun simultan yang dapat dibantu dengan program SPSS Versi 20.

3.6.1.3.1 Analisis Regresi Linier (Linier Regression)

3.6.1.3.1.1 Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi

yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen

(Nazir, 2011:459). Analisis regresi digunakan untuk mempelajari bagaimana

variabel-variabel itu berhubungan. Hubungan yang didapat dinyatakan dalam

bentuk persamaan matematik yang disebut dengan persamaan regresi. Analisis

regresi sederhana dilakukan dengan persamaan berikut (Sudjana, 2005:312):

48

Dimana:

Y = Variabel dependen

a = Konstanta (Intercept)

X 1 = Variabel independen

b = Koefisien regresi (slope)

Dimana untuk mencari nilai a dan b dapat menggunakan rumus sebagai

berikut :

3.6.1.3.1.2 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi ganda merupakan pengembangan dari analisis regresi

sederhana. Dimana analisis regresi berganda itu sendiri adalah alat untuk

meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel

terikat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau

hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat,

persamaan regresi untuk dua variabel independen adalah sebagai berikut

(Somantri & Muhidin, 2006:250):

(∑ )(∑

) (∑ ) ( )

∑ (∑ )

∑ (∑ ) (∑ )

∑ (∑ )

49

Dimana:

Y = Nilai Variabel dependen (Return On Assets /ROA)

X1 = Nilai Variabel Independen (Perputaran Kas)

X2 = Nilai Variabel Independen (Perputaran Persediaan)

a = Nilai Y taksiran pada saat X = 0

b1 = Nilai kenaikan Y bila X1 naik satu satuan sedangkan X2 tetap

b2 = Nilai kenaikan Y bila X2 naik satu satuan sedangkan X1 tetap

Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel

harus tersedia. Kemudian berdasarkan data tersebut peneliti akan mendapat

persamaan melalui perhitungannya. Untuk menghitung nilai a, b1 dan b2 dapat

menggunakan persamaan sebagai berikut (Somantri & Muhidin, 2006:250):

3.6.1.3.2 Analisis Korelasi (Correlation)

3.6.1.3.2.1 Analisis Korelasi secara parsial

Menurut Somantri dan Muhidin (2006:206) kata korelasi berasal dari

bahasa inggris yaitu correlation artinya saling hubungan atau hubungan timbal

balik. Jadi korelasi menurut ilmu statisitik adalah hubungan antara dua variabel

atau lebih. Tujuan dilakukannya analisis korelasi untuk mencari bukti terdapat

tidaknya hubungan antar variabel, melihat besar kecilnya hubungan antar variabel

dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti

(∑

)(∑ ) (∑ )(∑ )

(∑ )(∑

) (∑ )

(∑

)(∑ ) (∑ )(∑ )

(∑ )(∑

) (∑ )

(

∑ ) (

∑ )

50

(meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan). Tinggi rendah,

kuat lemah atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat

besar kecilnya suatu angka atau koefisien yang disebut dengan angka indeks

korelasi. Angka indeks korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan

petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi diantara variabel

yang sedang diteliti. Menurut Sugiyono (2010:276) korelasi dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut;

Besaran koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Nilai r = -1 disebut

korelasi linear negatif (berlawanan arah) artinya terdapat hubungan negatif yang

sempurna antara variabel X dan Y. Nilai r = 1 disebut korelasi linear positif

(searah) artinya terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel X

dengan variabel Y, sedangkan nilai r = 0 berarti tidak ada hubungan antara dua

variabel tersebut. Untuk menginterprestasikan angka kuat tidaknya hubungan (r)

antara variabel independen dengan variabel dependen dapat digunakan tabel

berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat kuat

Sumber: (Sugiyono, 2010:250)

∑ (∑ ) (∑ )

√* ∑ ∑ +

* ∑ (∑ )

+

51

3.6.1.3.2.2 Analisis Korelasi ganda

Analisis korelasi ganda menurut Somantri dan Muhidin (2006:233) adalah

suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel bebas X

secara bersama-sama dengan variabel tak bebas Y. Untuk mengetahui derajat

keeratan dua variabel yang memiliki skala pengukuran minimal interval maka

dapat digunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai

berikut:

3.6.1.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

3.6.1.3.3.1 Koefisien Determinasi secara parsial

Menurut Kripsianti (2013:46) Koefisien determinasi merupakan kuadrat

dari koefisien korelasi parsial untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel

bebas dapat menjelaskan variabel terikat, maka perlu diketahui nilai koefisien

determinasi atau penentuan r2, yang berguna untuk mengukur besarnya proporsi

atau persentase jumlah variasi dari variabel terikat, atau untuk mengukur

sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai koefisien

determinasi sebesar 1 (100%), menunjukkan adanya hubungan yang sempurna,

sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara variabel independen dengan variabel yang diprediksi. Koefisien

determinasi dapat dicari dengan rumus;

∑ (∑ ) (∑ )

√* ∑ ∑ +

* ∑ (∑ )

+

52

Dimana ;

Kd = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai r2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

3.6.1.3.3.2 Koefisien Determinasi secara simultan

Menurut Kripsianti (2013:52) Analisis determinasi dalam regresi linear

berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel

independen yakni X1 dan X2 secara serentak terhadap variabel dependen (Y).

Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen

yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen, r 2

sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang

diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel

independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi

variabel dependen. Sebaliknya r2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan

pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah

sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model

53

menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari

dengan rumus: (Sulaiman, 2002:111)

Dimana ;

Kd = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

3.6.1.3.4 Pengujian Hipotesis

3.6.1.3.4.1 Pengujian Hipotesis secara farsial

Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen

secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Analisa

secara parsial ini digunakan untuk menentukkan variabel bebas yang memiliki

hubungan paling dominan terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan

menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dengan variabel bebas yakni

Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap ROA yang merupakan

variabel terikat atau dependen. Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dapat

dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut (Priyatno, 2012:126):

a) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam bentuk

kalimat:

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh yang signifikan anatar variabel independen terhadap

variabel dependen,

54

1. Ho1 ; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA

Ha1 ; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA

2. Ho2 ; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan

ROA

Ha2 ; Terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA

b) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam model

statistika. Hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis

statistika sebagai berikut:

1. Ho1: µ = 0

Ha1: µ ≠ 0

2. Ho2: µ = 0

Ha2: µ ≠ 0

c) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar

5% atau besarnya α adalah 0,05. Kemudian dicari t tabelnya dengan

ketentuan derajat kepercayaan (dk) atau derajat kebebasan (degree of

freedom) df= dk = n-k-1.

d) Mencari t hitung menggunakan program SPSS.

e) Membandingkan thitung dengan ttabel dengan kaidah keputusan;

1. Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, dan Ha diterima. Ha diterima jika

nilai hitung statistik uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho.

2. Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima, dan Ha diterima. Artinya Ho

diterima jika nilai hitung statistik uji (thitung) berada di daerah

penerimaan Ho.

55

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji -t)

Daerah penolakan hipotesis Daerah penolakan hipotesis

Daerah penerimaan hipotesis

-t tabel (α/2,df) 0 t tabel (α/2,df)

3.6.1.3.4.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan

Uji-F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen atau variabel bebas atau variabel X1 dan variabel X2 yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat

atau Y secara signifikan. Dengan demikian F-test dapat membuktikan apakah

variabel-variabel independen yakni Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan

secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu ROA.

Menurut Priyatno (2012:138) pengujian dilakukan dengan langkah sebagai

berikut:

a) Merumuskan Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan terhadap ROA

Ha : Terdapat pengaruh secara signifikan antara Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan terhadap ROA

56

b) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar

5% atau besarnya α adalah 0,05.

c) Kemudian dicari F tabelnya pada derajat derajat kebebasan (degree of

freedom) 1 (db1=k) dan derajat bebas 2 (db2 = n-k1). Sehingga untuk F

tabel dapat ditulis; F (α; db1, db2), dimana k adalah banyaknya variabel

bebas dan n adalah banyaknya sampel.

d) Menentukan nilai Fhitung dan Ftabel.

e) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan kaidah:

Jika Fhitung≥Ftabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang

signifikan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan

terhadap ROA. Jika Fhitung≤Ftabel, maka Ho diterima artinya tidak terdapat

pengaruh yang signifikan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan

secara simultan terhadap ROA.

Gambar 3.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)

Daerah Penerimaan Daerah Penolakan Ho

Ho

F table F hitung

57

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi

Pendahuluan

Penyusunan

Laporan

Pendaftaran

Seminar Proposal

4 Seminar Proposal

5 Pengumpulan Data

6 Pengolahan Data

7 Penulisan Skripsi

8 Sidang Skripsi

1

2

3

Bulan

KegiatanNo Maret April Mei Juni Juli Agustus

Sumber : Penulis, 2013

Ket : laporan penelitian ini berakhir sampai bulan juni, sehingga bulan juli sampai

agustus masa tunggu untuk melaksanakan sidang skripsi.

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data-data yang dapat memenuhi

keperluan penelitian baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni

Return On Assets (ROA) maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas

dan Perputaran Persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan

baik neraca (balance sheet) maupun laporan laba rugi (income statment) selama

periode tahun 1999 sampai dengan 2011 yang dapat diunduh di alamat website:

www.indofood.co.id. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah PT

Indofood Sukses Makmur Tbk.

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah perusahaan penulis kutip pada website yang beralamat di

www.gudangalamat.com yang diposting pada tanggal 25 februari 2013. PT

Indofood Sukses Makmur Tbk yang bertempat di jalan Jenderal Sudirman,

Kavling 76-78 Jakarta. PT Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman terbesar di

Indonesia yang cikal bakalnya berasal dari PT Sarimi Asli Jaya pada tahun 1984

yang kemudian bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing tahun 1984,

PT Supermi Indonesia pada tahun 1986 dan berhasil mengakuisisi PT Sari Pangan

59

Nusantara pada tahun 1989 yang kemudian berganti nama menjadi PT Pangan

Jaya Intikusuma pada tahun 1990 yang diprakarsai oleh Sudono Salim. Hingga

kemudian pada tahun 1994 PT Pangan Jaya Intikusuma berganti nama menjadi PT

Indofood Sukses Makmur Tbk sekaligus terdaftar di bursa efek indonesia (Initial

Public Offering) dari 763 juta lembar saham di Rp1, 000 nilai nominal per saham.

Satu tahun kemudian PT Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil

mengakuisisi sebuah perusahaan tepung skala nasional bernama Bogasari yang

dikenal dengan berbagai produk-produk unggulan diantaranya adalah tepung

beras Rosebrand, tepung terigu Kunci Biru, Segitiga Biru, Cakra Kembar,

Lencana Emas dan masih banyak lagi produk-produk unggulan dari Bogasari

lainnya.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk sendiri pada saat ini memiliki lebih dari

40 produk yang terbagi menjadi beberapa segmentasi dan divisi, diantaranya

yaitu:

1. Divisi Makanan Ringan (snack) dengan produk Chitato, Chiki, JetZ, Qtela,

Cheetos, Lays dan Trenz.

2. Divisi Mie Instan (noodles) dengan produk Indomie, Supermi, Sarimi,

Sakura, Pop Mie, Pop Bihun.

3. Divisi Susu (dairy) dengan produk Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi,

Kremer, Crima, Nice Yogurt, Orchid Butter, Indoeskrim.

4. Divisi Penyedap Makanan (seasoning) dengan produk Bumbu Racik, Freiss,

Sambal Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Piring Lombok, Bumbu Instant

Indofood.

60

5. Divisi Nutrisi dan Susu Formula (nutrition) dengan produk Promina dan

SUN.

6. Divisi Kemasan (packing)

Pada tahun 2005 PT Indofood Sukses Makmur Tbk membentuk perusahaan

kerjasama bersama dengan PT Nestle Indonesia dengan mengakuisisi sebuah

perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan di wilayah Kalimantan Barat yang

kemudian diikuti oleh kepemilikan saham perusahaan Pacsari Pte yang bergerak

di bidang perkapalan sebesar 55% pada tahun 2006. Hingga tahun 2012 semester

pertama, PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah tercatat memiliki penghasilan

yang mencapai sebesar Rp 24,58 Trilyun atau naik sebesar 12,5% pada tahun

sebelumnya yang berkisar antara Rp 21 Trilyun. Dengan visi dan misi menjadi

salah satu perusahaan penghasil pangan terbesar, PT Indofood Sukses Makmur

Tbk kini telah bertransformasi menjadi salah satu perusahaan pangan dengan

penghasilan terbesar di Indonesia.

4.1.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari perusahaan ini yaitu Menjadi Total Food Solutions Company.

Sedangkan misi dari perusahaan ini yaitu (1) Untuk terus meningkatkan karyawan

kami, proses kami dan teknologi kami, (2) Untuk menghasilkan kualitas tinggi,

inovatif dan terjangkau produk yang disukai oleh pelanggan, (3) Untuk

memastikan ketersediaan produk-produk kami kepada pelanggan domestik dan

internasional, (4) Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup

61

masyarakat Indonesia dengan penekanan pada gizi, (5) Untuk terus meningkatkan

stakeholders ‘value.

4.1.1.3 Strategi Perusahaan

1. Distribusi

Indofood’s Distribusi Group memiliki jaringan distribusi yang paling

luas di Indonesia, menembus ke hampir setiap sudut nusantara. Selain

produk-produk Indofood sendiri, indofood juga mendistribusikan produk-

produk ke pihak ketiga. Jumlah poin saham telah diperluas secara agresif

sejak tahun 2005, memberikan penetrasi yang lebih luas dan lebih dalam

efisien melalui rantai pasokan dan pengiriman. Stock poin berlokasi di

daerah-daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel, termasuk pasar tradisional,

memungkinkan masing-masing titik saham untuk melayani wilayah geografis

dekat ditetapkan dalam waktu sesingkat mungkin.

2. CSR (Corporate Social Responsibility)

Indofood Corporate Social Responsibility (CSR) program andalan dari

komitmen untuk membantu anggota masyarakat yang lebih luas dan untuk

membuat kontribusi yang optimal kepada masyarakat. Selama tahun 2007

Indofood secara keseluruhan program dikembangkan dan dilaksanakan

berdasarkan lima pilar dasar jangka panjang kami CSR filosofi yaitu (1)

Membangun Human Capital, (2) Mempertahankan Kohesi Sosial, (3)

Memperkuat Nilai Ekonomi, (4) Mendorong Good Governance, (5)

Melindungi Lingkungan.

62

3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu, Indofood percaya bahwa

karyawan adalah salah satu kelompok paling penting dari stakeholder dan

unsur penting dalam keberhasilan terus. Perseroan percaya bahwa setiap

karyawan memiliki kapasitas untuk berprestasi dan memberikan kontribusi

bagi keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri. Indofood

akan terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan

baik di semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan.

Program pelatihan juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan

efisiensi dalam rangka untuk membantu semua divisi dalam mempertahankan

pangsa pasar dan keuntungan di pasar yang semakin kompetitif. Berbagai

program pelatihan akan disajikan dalam setahun, sementara Program

Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam divisi-divisi lain dari

perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak Minyak & Lemak

dan Makanan Bumbu Divisi.

4.1.1.4 Strategi Marketing Perusahaan

Adapun strategi manajemen pada elemen marketing mix adalah:

1. Produk (Product)

Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus

Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5

bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal,

minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga

tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram

63

Anonim,2008). Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan selera

orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan

konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan semakin

bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie

soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan

tradisional daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo.

2. Harga (Price)

Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan

paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie.

Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua

kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai

hanya sekitar Rp. 900,- ( Anonim, 2008).

3. Tempat (Place)

Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di

Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepualuan.

Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak

tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas

melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan

pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk

pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-

masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin

(www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga

bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung

64

seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie

instan/mie goreng sebagai menu utama).

4. Promosi (Promotion)

Promosi yang dilakukan seperti (a) Tagline : Indomie Seleraku, (b) Iklan :

billboard, iklan TV, sponsor acara, (c) Event : Indomie menggelar ajang

membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul

Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008, (d) Pembuatan Shop

Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di

Yogyakarta) Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada

pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat

sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan. Pada

tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih

tetap harus mengadakan promosi untuk me-remind customer

bahwa Indomie masih exsist, dan selalu berinovasi untuk

produk maupun strategi promosinya. Indomie sempat direbut pasarnya

oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003) sehingga pangsa pasar Indomie

menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar pasar. Sejak

saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup

kuat, Indomie mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai

gencar beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti

3 Diva, Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie

semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan nomor satu di

Indonesia. Indomie juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare” untuk

65

para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya.

Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan brand awareness

remaja/pelajar mengenai produk Indomie. Indomie melihat

remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang

Indomie mulai memberikan semacam edukasi mengenai Indomie.

Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan

menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the

Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth,

memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span,

dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency

and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi

para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk

dengan higher price and higher margin. Dikutip dari website yang

beralamat di uwiiii.wordpress.com pada tanggal posting 22 maret 2010.

4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi

keperluan pengukuran baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni

Return On Assets (ROA) maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas

dan Perputaran Persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan

PT Indofood Sukses Makmur Tbk selama periode 1999 sampai dengan 2011.

66

4.1.2.1 Deskripsi Perputaran Kas

Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, Kas

merupakan elemen penting dalam sebuah perusahaan. Apabila kas didalam

perusahaan terlalu banyak (over liquid), maka akan menyebabkan dana

menganggur (idle fund) dan hal ini merugikan perusahaan karena harta yang

dimilikinya tidak memberikan keuntungan. Sedangkan apabila Kas yang dimiliki

terlalu sedikit maka akan menghambat operasi perusahaan, dan hal ini pun tidak

memberikan keuntungan perusahaan bahkan akan mendatangkan kerugian. Agar

keberadaan Kas memberikan keuntungan bagi perusahaan perlu dilakukan

pengaturan, salah satu caranya dengan menilai kesehatan Kas itu sendiri, dengan

cara melakukan perhitungan rasio Perputaran Kas yaitu penjualan dibagi rata-rata

kas. Penggunaan Perputaran Kas ini juga merupakan cara yang efektif untuk

menilai tingkat keefisienan kas perusahaan.

4.1.2.1.1 Pertumbuhan Kas

Pertumbuhan Kas merupakan nilai Kas perusahaan dari tahun ke tahun.

Dimana nilai Kas itu sendiri telah tercantum pada laporan keuangan tahunan PT

Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan kas PT Indofood

Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.

67

Tabel 4.1

Pertumbuhan Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Kas Pertumbuhan Kas (%)

1999 Rp.1.775.873,-

2000 Rp.1.428.083,- -19,58

2001 Rp.834.386,- -14,57

2002 Rp.1.368.446,- 64,01

2003 Rp.1.529.698,- 11,78

2004 Rp.1.394.075,- -8,87

2005 Rp.970.911,- -30,35

2006 Rp.1.794.451,- 84,82

2007 Rp.4.538.051,- 152,89

2008 Rp.4.271.208,- -5,88

2009 Rp.4.474.830,- 4,77

2010 Rp.10.439.353,- 133,29

2011 Rp.13.049.048,- 25,00

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

Berdasarkan tabel diatas, terlihat pertumbuhan kas PT Indofood Sukses

Makmur Tbk mengalami fluktuatif. Pada tahun 1999-2000 dan 2000-2001

pertumbuhan di tahun tersebut mengalami penurunan yaitu sebesar -19,58%

menjadi -41,57%, dengan total kas dari Rp.1.775.873,- menjadi Rp.1.428.083,-

kemudian turun kembali secara tajam menjadi Rp.834.386,-. Selanjutnya tahun

2001-2002 dan 2002-2003 mengalami kenaikan lagi sebesar 64,01% menjadi

Rp.1.368.446,- dan Rp.1.529.698,- tetapi pada tahun 2003-2004 dan 2004-2005

mengalami penurunan kembali sebesar -8,87% menjadi -30,35% dalam kisaran

kas sebesar Rp.1.394.075,- menjadi Rp.970.911,- dimana dalam tahun tersebut

merupakan penurunan yang paling rendah. Kemudian tahun 2005-2006 dan 2006-

68

2007 terjadi kenaikan yang sangat signifikan sebesar 84,82% dan 152,89% dalam

kisaran Rp.1.794.451,- menjadi Rp.4.538.051,-. pada tahun 2008 kembali

mengalami penurunan sebesar -5,88% menjadi Rp.4.271.208,- namu pada tahun

2009 sampai tahun 2011 terus mengalami kenaikan masing-masing besarannya

yaitu 4,77% menjadi 133,29% dan 25% dalam kisaran Rp.4.474.830,- menjadi

Rp.10.439.535,- dan kembali menguat menjadi Rp.13.049.048,- untuk melihat

pertumbuhan kas secara lebih jelas setiap tahunnya berikut disajikan grafik

pertumbuhan kas sebagai berikut;

Gambar 4.1

Pertumbuhan Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Pertumbuhan Kas

69

Berdasarkan grafik tersebut, terlihat adanya kenaikan yang signifikan

walaupun dari tahun 1999 sampai dengan 2005 cenderung lebih berfluktuatif.

Investasi perusahaan pada kas ini yang paling rendah terjadi pada tahun 2001

sebesar Rp.834.386,- sedangkan paling tinggi pada tahun 2011 sebesar

Rp.13.049.048,-.

4.1.2.1.2 Perputaran Kas

Perputaran Kas merupakan alat atau rasio untuk mengukur tingkat

keefisienan penggunaan kas dalam peusahaan. Semakin tinggi perputarannya,

semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat perusahaan. Menurut Menurut

Riyanto (2008:95) Perputaran Kas (cash turnover) adalah Perbandingan antara

penjualan dengan jumlah rata-rata kas.

Tabel 4.2

Perputaran Kas (Cash Turnover) PT Indofood Sukses MakmurTbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 (dalam jutaan rupiah)

Tahun Kas Kas Rata-rata Penjualan Perputaran Kas

1999 Rp.1.775.873,-

2000 Rp.1.428.083,- Rp.1.601.978 Rp.12.702.239,- 8

2001 Rp.834.386,- Rp.1.131.235 Rp.14.644.598,- 13

2002 Rp.1.368.446,- Rp.1.101.416 Rp.16.466.285,- 15

2003 Rp.1.529.698,- Rp.1.449.072 Rp.17.871.425,- 12

2004 Rp.1.394.075,- Rp. 1.461.887 Rp.17.918.528,- 12

2005 Rp.970.911,- Rp.1.182.493 Rp.18.764.650,- 16

2006 Rp.1.794.451,- Rp.1.382.681 Rp.21.941.558,- 16

2007 Rp.4.538.051,- Rp.3.166.251 Rp.27.858.304,- 9

2008 Rp.4.271.208.- Rp.4.404.630 Rp.38.799.279,- 9

2009 Rp.4.474.830,- Rp.4.373.019 Rp.37.397.319,- 9

2010 Rp.10.439.353,- Rp.7.457.092 Rp.38.403.360,- 5

2011 Rp.13.049.048,- Rp.11.744.201 Rp.45.332.256,- 4

Sumber : ICMD 1999 - 2011, data diolah

70

Berdasarkan pada tabel diatas, terlihat perputaran kas mengalami kenaikan

secara cepat, walaupun akhirnya mengalami penurunan. Pada tahun 2000 tingkat

perputaran kas mencapai 8 kali putaran, itu artinya dana yang diinvestasikan pada

kas menggunakan rasio perputaran kas sebanyak 8 kali putaran dalam setahun

atau dalam Rp.1 dana yang diinvestasikan pada perputaran kas dalam satu tahun

mengasilkan pendapatan sebesar Rp.8 dimana penjualan sebesar Rp.12.702.239,-

dan kas rata-rata Rp.1.601.978,- keadaan ini terus mengalami kenaikan sampai

pada puncaknya tahun 2006 yaitu berada pada 16 kali putaran dengan penjualan

sebesar Rp.21.941.558,- dan kas rata-rata Rp.1.382.681,- Akan tetapi pada tahun

2007 sampai tahun 2011 terus mengalami penurunan sampai pada level 4 kali

putaran dalam setahun dengan penjualan sebesar Rp.45.332.256,- dan kas rata-

rata sebesar Rp.11.744.201,- Berikut grafik mengenai perputaran kas;

Gambar 4.2

Perputaran Kas (Cash Turnover)

PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Perputaran Kas

71

Terlihat pada gambar 4.2 pertumbuhan perputaran kas dari tahun 2000

sampai tahun 2006 megalami kenaikan yang signifikan, walaupun tahun 2003

terjadi penurunan hingga akhirnya terjadi penurunan yang cukup tinggi pada

tahun 2011. Angka perputaran kas tertinggi berada di tahun 2005 dan 2006

sebanyak 16 kali putaran dan terendah pada tahun 2011 sebanyak 4 kali putaran.

4.1.2.2 Deskripsi Perputaran Persediaan

Persediaan adalah semua barang-barang cadangan yang dimiliki

perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diolah kembali untuk menjaga

kelancaran operasi perusahaan. Sesuai dengan pengertian diatas persediaan

berfungsi menjaga kelancaran operasi perusahaan, dalam arti dengan adanya

persediaan yang cukup, diharapkan dapat memaksimumkan penjualan perusahaan

tanpa adanya barang-barang yang menganggur karena kelebihan persediaan dan

operasi perusahaan terhambat karena kekurangan persediaan. Untuk itu agar

persediaan dapat digunakan secara efisien dan efektif diperlukan adanya

pengelolaan yang baik.

4.1.2.2.1 Pertumbuhan Persediaan

Pertumbuhan persediaan merupakan nilai persediaan perusahaan dari

tahun ke tahun. Dimana nilai persediaan itu sendiri telah tercantum pada laporan

keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan

persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.

72

Tabel 4.3

Pertumbuhan Persediaan PT Indofood Sukses MakmurTbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Persediaan Pertumbuhan

1999 Rp.1.348.653,-

2000 Rp.1.970.598,- 0,46

2001 Rp.2.137.103,- 0,08

2002 Rp.2.743.304,- 0,28

2003 Rp.2.218.210,- (0,19)

2004 Rp.2.284.332,- 0,03

2005 Rp.2.691.672,- 0,18

2006 Rp.2.980.805,- 0,11

2007 Rp.4.172.388,- 0,40

2008 Rp.6.061.219,- 0,45

2009 Rp.5.117.484,- (0,16)

2010 Rp.5.644.141,- 0,10

2011 Rp.6.536.343,- 0,16

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

Pada tabel 4.3 terlihat pertumbuhan persediaan yang signifikan, walaupun

masing-masing tahun mengalami pertumbuhan persentase yang berbeda-beda

kecuali pada tahun 2003 dan 2009 yang mengalami penurunan. Tahun 2000

sampai 2002 pertumbuhan sebesar 0,46 atau 46%, 0,08 atau 8% dan 0,28 atau

28% pada tahun 2002 dengan pertumbuhan kas mencapai Rp.2.743.304,- namun

pada tahun 2003 terjadi penurunan sebesar 0,19 atau 19% menjadi Rp.2.218.210,-

kemudian pada tahun 2004 sampai 2008 terjadi kenaikan lagi secara signifikan

dengan persentase yang berbeda-beda pula, hingga tahun 2008 menjadi

puncaknya sebesar 0,45 atau 45% dengan kas Rp.6.061.219,- tahun 2009 turun

kembali sebesar 0,16 atau 16% dalam posisi Rp.5.117.484,- dan naik lagi sampai

73

tahun 2011 sebesar 0,16 atau 16% dengan kas mencapai Rp.6.536.343,- Berikut

disajikan grafik mengenai pertumbuhan persediaan;

Gambar 4.3

Pertumbuhan Persediaan

PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

Terlihat pada gambar 4.3 pertumbuhan persediaan terjadi kenaikan yang

signifikan, walaupun di tahun 2003 dan 2009 terjadi penurunan sebesar 0,19 atau

19% dan 0,16 atau 16%. Akan tetapi penurunan tersebut tidak mempengaruhi

karena pertumbuhan persediaan perusahaan yang semakin meningkat yaitu tahun

2008 sebagai tahun tertinggi pertumbuhan persediaan sebesar 0,45 atau 45%

dengan kas sebesar Rp.6.061.219,-.

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Pertumbuhan Persediaan

74

4.1.2.2.2 Perputaran Persediaan

Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali persediaan tersebut

diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Berdasarkan teori yang dikemukakan

sebelumnya bahwa semakin tinggi perputaran persediaan, maka keuntungan yang

didapat perusahaan juga akan semakin tinggi. Adapun formulasi perputaran

persediaan yaitu penjualan dibagi rata-rata persediaan.

Tabel 4.4

Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

PT Indofood Sukses MakmurTbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

(dalam jutaan rupiah)

Persediaan Perputaran

Rata-rata Persediaan

1999 Rp.1.348.653,- Rp.11.548.599,-

2000 Rp.1.970.598,- Rp.1.659.626,- Rp.12.702.239,- 8

2001 Rp.2.137.103,- Rp.2.053.851,- Rp.14.644.598,- 7

2002 Rp.2.743.304,- Rp.2.440.204,- Rp.16.466.285,- 7

2003 Rp.2.218.210,- Rp.2.480.757,- Rp.17.871.425,- 7

2004 Rp.2.284.332,- Rp.2.251.271,- Rp.17.918.528,- 8

2005 Rp.2.691.672,- Rp.2.488.002,- Rp.18.764.650,- 8

2006 Rp.2.980.805,- Rp.2.836.239,- Rp.21.941.558,- 8

2007 Rp.4.172.388,- Rp.3.576.597,- Rp.27.858.304,- 8

2008 Rp.6.061.219,- Rp.5.116.804,- Rp.38.799.279,- 8

2009 Rp.5.117.484,- Rp.5.589.352,- Rp.37.397.319,- 7

2010 Rp.5.644.141,- Rp.5.380.813,- Rp.38.403.360,- 7

2011 Rp.6.536.343,- Rp.6.090.242,- Rp.45.332.256,- 7

Tahun Persediaan Penjualan

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat pertumbuhan Perputaran Persediaan pada

perusahaan ini tidak terlalu signifikan baik kenaikan maupun penurunan bahkan

cenderung statis. Pada tahun 2000 tingkat Perputaran Persediaan mencapai 8 kali

putaran, itu artinya dana yang diinvestasikan pada persediaan menggunakan rasio

Perputaran Persediaan sebanyak 8 kali dalam setahun atau dalam Rp.1,- dana

75

yang diinvestasikan pada perputaran persediaan dalam satu tahun mengasilkan

pendapatan sebesar Rp.8,- dimana penjualan sebesar Rp.12.702.239,- dan

persediaan rata-rata sebesar Rp.1.659.626,- kemudian turun 2001 sampai 2003

menjadi 7 kali putaran per tahun dengan penjualan pada tahun 2003 sebesar

Rp.17.871.425,- dan persediaan rata-rata Rp.2.480.757,- kemudian kembali

mengalami kenaikan lagi pada tahun 2004 sampai 2008 pada posisi 8 kali putaran,

dengan penjualan sebesar Rp.38.799.279,- dan persediaan rata-rata

Rp.5.116.804,- kemudian turun kembali berturut-turut pada posisi semula yaitu 7

kali putaran dengan penjualan sebesar Rp.45.332.256,- dan persediaan rata-rata

Rp.6.090.242,- pada tahun 2011. Berikut disajikan grafik mengenai Perputaran

Persediaan.

Gambar 4.4

Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

6.8

7

7.2

7.4

7.6

7.8

8

8.2

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Perputaran Persediaan

76

Berdasarkan Gambar 4.4 tidak terlihat adanya kenaikan dan penurunan

yang signifikan, dalam grafik tersebut cenderung statis. Artinya dari tahun ke

tahun persediaan tidak mengalami perubahan yakni berada pada 7 dan 8 kali

perputaran persediaan dalam setiap tahunnya.

4.1.2.3. Deskripsi Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba. kemampuan disini yaitu dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan

seperti aktiva, penjualan, strategi, produk dan sebagainya yang digunakan dalam

operasi perusahaan bertujuan untuk menghasilkan laba secara maksimal.

Profitabilitas biasanya dijadikan salah satu tolak ukur kesehatan sebuah

perusahaan. Semakin tinggi angka profitabilitas yang diraih, berarti

kemampulabaan perusahaan menunjukan hasil yang positif. Hal ini

mencerminkan tingkat keefektifan sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam

menjalankan operasinya berjalan dengan baik.

4.1.2.3.1 Deskripsi Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba melalui harta yang dimilikinya untuk menjalankan operasi

perusahaan. Return On Assets (ROA) menunjukan tingkat keefisienan perusahaan

dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan, semakin

tinggi tingkat ROA maka akan semakin baik. Formulasi untuk menghitung ROA

yaitu laba bersih (Net Income) dibagi total aktiva (Total Assets). Berikut

pertumbuhan Return On Assets (ROA).

77

Tabel 4.5

Return On Assets (ROA) PT Indofood Sukses MakmurTbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Total Aktiva Laba Bersih ROA (%)

1999 Rp.10.637.680,- Rp.1.395.399,-

2000 Rp.12.554.630,- Rp.646.172,- 0,051 5,15

2001 Rp.12.979.102,- Rp.746.330,- 0,058 5,75

2002 Rp.15.251.516,- Rp.802.633,- 0,053 5,26

2003 Rp.15.308.854,- Rp.603.481,- 0,039 3,94

2004 Rp.15.673.356,- Rp.386.919,- 0,025 2,47

2005 Rp.14.786.084,- Rp.124.018,- 0,008 0,84

2006 Rp.16.267.483,- Rp.661.210,- 0,041 4,06

2007 Rp.29.706.895,- Rp.980.357,- 0,033 3,30

2008 Rp.39.591.309,- Rp.1.034.389,- 0,026 2,61

2009 Rp.40.382.953,- Rp.2.075.861,- 0,051 5,14

2010 Rp.47.275.955,- Rp.2.952.858,- 0,062 6,25

2011 Rp.53.585.933,- Rp.4.891.716,- 0,091 9,13 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat pertumbuhan Return On Assets (ROA)

menunjukan pertumbuhan yang fluktuatif, artinya masih sering terjadi kenaikan

dan penurunan secara berkala. Pada tahun 2000 ROA yang didapat oleh

perusahaan sebesar 0,0515 atau 5,15%. Artinya dari seluruh aset yang dimiliki

perusahaan menghasilkan laba sebesar 5,15%. Diikuti dengan tahun berikutnya

yaitu tahun 2001 yang mengalami peningkatan menjadi 0,058 atau 5,8% hal ini

terjadi karena ada peningkatan pada laba setelah pajak sebesar Rp.746.330,- dan

total aktiva sebesar Rp.12.979.102,- namun dari tahun 2002 terjadi penurunan

yang sangat signifikan sampai pada tahun 2005. Yaitu tahun 2002 angka ROA

yang didapat perusahaan sebesar 0,053 atau 5,3% hal ini dikarenakan total aktiva

mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laba bersih

perusahaan. Akibatnya banyak aset yang menganggur sehingga kemampulabaan

78

perusahaan menjadi melemah. Selanjutnya tahun 2003 yang semakin menurun

menjadi 0,039 atau hanya 3,9% yang dicapai perusahaan. Selanjutnya kondisi

serupa masih terjadi pada tahun 2004 sebesar 0,025 atau 2,5% yakni turun sebesar

1,4% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2005 yang menjadi puncak titik

terendah berada pada angka 0,008 atau 0,8% pencapai ROA pada saat itu. Hal ini

terjadi karena semakin rendahnya tingkat penjualan yang berakibat pada penjualan

menurun yaitu sebesar Rp.124.018,- dan nilai total aktiva pun menurun yaitu

menjadi Rp.14.786.084,- namun pada tahun 2006 perusahaan mengalami

peningkatan yang cukup tinggi hingga mencapai 0,041 atau 4,1% kemudian turun

kembali pada tahun 2007 menjadi 0,033 atau 3,3% . Hal ini terjadi karena terjadi

kenaikan pada aktiva yang melebihi kenaikan laba bersih sehingga aset yang

menganggur berpotensi memberikan pengaruh terhadap tingkat keuntungan

perusahaan. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2008 tidak jauh beda dengan

kondisi tahun 2007 yaitu sebesar 0,026 atau 2,6% yang masing dipengaruhi oleh

kenaikan aktiva. Namun pada tahun 2009 terjadi kenaikan pada penjualan sebesar

2 kali lipat dari sebelumnya hingga berpengaruh terhadap total aktiva yang

semakin meningkat pula dan tentunya berdampak pada ROA menjadi naik pada

level 0,051 atau 5,1%. Selanjutnya kenaikan tersebut diikuti pula pada tahun 2010

dan 2011, dimana masing-masing tahun mencapai tingkat ROA sebesar 0,062 atau

6,2% dan tahun 2011 sebesar 0,091 atau 9,1% dengan kisaran laba bersih sebesar

Rp.2.952.858,- dan Rp.4.891.716,- dan total aktiva berada pada level

Rp.47.275.955,- dan Rp. 53.585.933,-. Berikut disajikan grafik mengenai

pertumbuhan Return On Assets (ROA).

79

Gambar 4.5

Pertumbuhan Return On Assets (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011

Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah

Berdasarkan pada gambar 4.5 terlihat pertumbuhan menunjukan kenaikan

yang signifikan meskipun ada penurunan yang sangat tajam. Titik pertumbuhan

tertinggi Return On Assets (ROA) berada pada tahun 2011 dengan angka rasio

sebesar 0,091 atau 9,1% dan titik terendah pertumbuhan Return On Assets (ROA)

sebesar 0,008 atau 0,8% yang terjadi pada tahun 2005.

4.1.3 Analisis Data

Berdasarkan data yang telah diperoleh dan kemudian diolah dengan

menghitung setiap nilai dari variabel dalam penelitian ini yaitu Perputaran Kas

(Cash Turnover), Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) dan Return On

Assets (ROA), maka dapat diketahui deskriptif statisttik yang meliputi nilai

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Pertumbuhan Return On Assets (ROA)

80

maksimum, nilai minimum, mean dan standard deviation dari masing-masing

variabel penlitian pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CashTurnover 12 4.00 16.00 10.6667 4.00757

InventoryTurnover 12 7.00 8.00 7.5000 .52223

ROA 12 .01 .09 .0442 .02109

Valid N (listwise) 12

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 12 sampel data Perputaran Kas,

Perputaran Persediaan dan Return On Assets (ROA) yaitu dari tahun 1999 sampai

2011. Dari perhitungan diatas didapatkan hasil rata-rata Perputaran Kas sebesar

10,6667 dengan standard deviation 4,00757. Sedangkan nilai minimum sebesar

4,00 dan nilai maksimum 16,00. Selanjutnya pada rata-rata variabel Perputaran

Persediaan 10,6667 dengan nilai minimum 7,00 dan nilai maksimum 8,00

sedangkan pada standard deviation sebesar 0,52223. Hasil perhitungan dari kedua

variabel indenden ini mengindikasikan nilai yang akurat dan dapat dipercaya

karena angka yang didapat lebih tinggi dari standard deviation. Standard

deviation mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut lebih rendah

dari nilai rata-ratanya.

Untuk hasil perhitungan pada variabel dependen yaitu Return On Assets

(ROA), didapat nilai rata-rata sebesar 0,0442 dengan aset terendah sebesar 0,01

dan aset tertinggi sebesar 0,09. Hal ini menunjukan tidak terjadi penyimpangan

data, dikarenakan nilai mean lebih besar dari nilai standard deviation.

81

4.1.3.1 Analisis Regresi Linier

4.1.3.1.1 Analisis Regresi Linier Sederhana

Dalam pengujian hipotesis, uji parsial (uji-t) dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen.

Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y).

4.1.3.1.1.1 Pengaruh Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On

Assets (ROA)

Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi

yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen yaitu

untuk mengetahui pengaruh Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On

Assets (ROA) maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana.

Tabel 4.7

Coefficientsa

Regresi Linier Sederhana

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

1 (Constant) .078 .015 5.118 .000 .044 .111

CashTurnov

er -.003 .001 -.595 -2.342 .041 -.006 .000

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel 4.7, maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana

untuk Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) yaitu:

82

Y = α + β1Χ1

Y = 0,078 – 0,003X1

Keterangan:

Y = Return On Assets (ROA)

α = Konstanta

X1 = Perputaran Kas (cash turnover)

Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada

peningkatan Perputaran Kas (cash turnover) maka nilai Return On Assets (ROA)

sebesar 0,078. Adapun nilai koefisien Perputaran Kas sebagai variabel X1 sebesar

-0,003 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Kas

mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA)

yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Kas sebesar 1% maka

terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,003 atau 0,3%.

4.1.3.1.1.2 Pengaruh Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) terhadap

Return On Assets (ROA)

Sesuai dengan pemaparan sebelumnya mengenai pengujian pengaruh

Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On Assets (ROA), uji parsial pun

dilakukan dalam menguji pengaruh Perputaran Persediaan (inventory turnover)

terhadap Return On Assets (ROA) sehingga dapat diketahui pengaruh variabel

masing-masing.

83

Tabel 4.8

Berdasarkan tabel 4.8, maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana

untuk Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On Assets

(ROA) yaitu:

Y = α + β2Χ2

Y = 0,257 – 0,028X2

Keterangan:

Y = Return On Assets (ROA)

α = Konstanta

X2 = Perputaran Persediaan (inventory turnover)

Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada

peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover) maka nilai Return On

Assets (ROA) sebesar 0,257. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan

sebagai variabel X2 sebesar -0,028 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan

bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik

dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan

Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets

(ROA) sebesar 0,028 atau 2,8%.

Coefficientsa

Regresi Linier Sederhana

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

1 (Constant) .257 .068 3.753 .004 .104 .409

InventoryTurn

over -.028 .009 -.702 -3.114 .011 -.049 -.008

a. Dependent Variable: ROA

84

4.1.3.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda

atau simultan (uji-F) ini, dimana uji secara simultan (uji-F) dilakukan untuk

mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji

simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y).

Tabel 4.9

Coefficientsa

Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficients

t Sig.

95% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

1 (Constant) .247 .058 4.261 .002 .116 .377

CashTurnover -.002 .001 -.442 -2.247 .051 -.005 .000

InventoryTurn

over -.024 .008 -.586 -2.978 .016 -.042 -.006

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel 4.9 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2Χ2

Y = 0,247 – 0,002X1 – 0,024Χ2

Keterangan:

Y = Return On Assets (ROA)

α = Konstanta

X1 = Perputaran Kas (cash turnover)

X2 = Perputaran Persediaan (inventory turnover)

85

Dari tabel 4.9 mengenai pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On

Assets (ROA) dimana data tersebut dilihat dari tingkat signifikannya adalah tidak

signifikan, karena batas tingkat signifikan sebesar 0,05 sedangkan data diatas

sebesar 0,051 (0,051>0,05) nilai variabel Perputaran Kas (X1) lebih besar dari

tingkat signifikan, sehingga Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)

berhubungan tidak signifikan.

Begitupun dengan Perputaran Persediaan, sesuai dengan tabel 4.8 dan

persamaan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan

Perputaran Persediaan (inventory turnover) maka nilai Return On Assets (ROA)

sebesar 0,247. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2

sebesar -0,024 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran

Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On

Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran

Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA)

sebesar 0,024 atau 2,4%.

4.1.3.2 Analisis Korelasi (Correlation)

Analisis korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel

atau lebih yang sifatnya kuantitatif, dan untuk menentukan derajat kekuatan atau

hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dinamakan

koefisien korelasi. Adapun cara untuk memberi interpretasi kuatnya hubungan

setiap angka kolerasi digunakan pedoman sebagai berikut:

86

Tabel 4.10

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

4.1.3.2.1 Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)

Dalam penelitian ini, derajat hubungan linier antara variabel X1 yaitu

Perputaran Kas (cash turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On Assets

(ROA) sebagai berikut:

Tabel 4.11

Correlations

CashTurnover ROA

CashTurnover Pearson Correlation 1 -.595*

Sig. (2-tailed) .041

N 12 12

ROA Pearson Correlation -.595* 1

Sig. (2-tailed) .041

N 12 12

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Kas

(cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti

antara Perputaran Kas dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang

artinya peningkatan Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595

menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover)

87

dengan Return On Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada

dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah

sedang. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih

kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran

Kas terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA)

adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang.

4.1.3.2.2 Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)

Dalam penelitian ini, derajat hubungan linier antara variabel X2 yaitu

Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On

Assets (ROA) sebagai berikut:

Tabel 4.12

Correlations

InventoryTurnov

er ROA

InventoryTurnover Pearson Correlation 1 -.702*

Sig. (2-tailed) .011

N 12 12

ROA Pearson Correlation -.702* 1

Sig. (2-tailed) .011

N 12 12

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran

Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai

negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan

88

berbanding terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti

oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara

Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA)

adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 –

0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan

(2 tailed) sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05

menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah

signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran

Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah

signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat.

4.1.3.2.2 Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan

terhadap Return On Assets (ROA)

Dalam analisis ini yaitu Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara

simultan terhadap Return On Assets (ROA) untuk mencari hubungan antara dua

variabel tersebut digunakan matriks korelasi. Dimana matriks korelasi digunakan

untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau lebih yang secara

bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya. Sehingga dapat diketahui

besarnya sumbangan seluruh variabel bebas yang menjadi obyek penelitian

terhadap variabel terikatnya. Jika nilai koefisien korelasi suatu variabel diketahui

bertanda positif maka memiliki hubungan cenderung berbanding lurus sedangkan

jika nilai koefisien korelasi negatif maka memiliki hubungan berbanding terbalik.

Adapun datanya sebagai berikut:

89

Tabel 4.13

Correlations

CashTurnover

InventoryTurnov

er ROA

CashTurnover Pearson Correlation 1 .261 -.595*

Sig. (2-tailed) .413 .041

N 12 12 12

InventoryTurnover Pearson Correlation .261 1 -.702*

Sig. (2-tailed) .413 .011

N 12 12 12

ROA Pearson Correlation -.595* -.702

* 1

Sig. (2-tailed) .041 .011

N 12 12 12

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4.13, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Kas

dan Perputaran Persediaan sebesar 0,413, nilai koefisien yang bertanda positif

berarti diantara keduanya memiliki hubungan berbanding lurus, peningkatan pada

Perputaran Kas akan diikuti dengan peningkatan Perputaran Persediaan,

begitupun sebaliknya jika Perputaran Kas mengalami penurunan maka Perputaran

Persediaan juga akan menurun. Sedangkan signifikasi hubungan variabel dapat

dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka

hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya tidak signifikan jika nilai

Signifikansi > 0,05.

Hubungan investasi pada Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,413 yang besarnya lebih besar daripada

besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan

90

Perputaran Persediaan adalah tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berbanding lurus dan

tidak signifikan.

Pada koefisien korelasi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan

Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Kas

dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik yang artinya peningkatan

Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595 menunjukan bahwa

hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On

Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval

koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang.

Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil

daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas

terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan

antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah

signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang.

Begitupun dengan koefisien korelasi antara Perputaran Persediaan

(inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif,

berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan berbanding

terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti oleh ROA.

Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran

Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat,

karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang

berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed)

91

sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05

menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah

signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran

Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah

signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat.

4.1.3.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

R Square (R2) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi parsial untuk

mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel

terikat. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 atau 100%, menunjukkan

adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

4.1.3.3.1 Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)

Dalam analisis ini, digunakan untuk mengukur hubungan seberapa jauh

variabel X1 yaitu Perputaran Kas (cash turnover) terhadap variabel Y yaitu Return

On Assets (ROA) sebagai berikut:

Tabel 4.14

Koefisien Determinasi Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .595a .354 .290 .01777

a. Predictors: (Constant), CashTurnover

b. Dependent Variable: ROA

92

Berdasarkan tabel 4.14 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara

Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) yang ditunjukan

oleh R Square, besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,354 atau 35,4%

artinya Perputaran Kas berpengaruh terhadap ROA sebesar 35,4% dan sisanya

sebesar 64,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran

Kas terhadap Return On Assets (ROA) adalah lemah, dikarenakan besarnya R

Square yang mendekati 1 atau 100% maka hubungan tersebut dikatakan sempurna

atau kuat.

4.1.3.3.2 Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)

Dalam analisis ini, digunakan untuk mengukur hubungan seberapa jauh

variabel X2 yaitu Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap variabel Y

yaitu Return On Assets (ROA) sebagai berikut:

Tabel 4.15

Koefisien Determinasi Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets

(ROA)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .702a .492 .442 .01576

a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover

b. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel 4.15 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara

Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) yang

ditunjukan oleh R Square, besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,492

93

atau 49,2% artinya Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap ROA sebesar

49,2% dan sisanya sebesar 50,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi

hubungan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah

sedang, dikarenakan besarnya R Square yang mendekati 1 atau 100% maka

hubungan tersebut dikatakan sempurna atau sangat kuat.

4.1.3.3.3 Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan

terhadap Return On Assets (ROA)

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya koefisien determinasi berfungsi

untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh variabel bebas yaitu Perputaran

Kas dan Perputaran Persediaan terhadap variabel terikat yaitu Return On Assets

(ROA), juga dapat digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh kedua

variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat. Berikut data koefisien

determinasi secara simultan yaitu;

Tabel 4.16

Koefisien Determinasi secara simultan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .821a .675 .602 .01330

a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover, CashTurnover

b. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel 4.16 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara

Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover)

secara simultan dengan Return On Assets (ROA) yang ditunjukan oleh R Square,

94

besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,675 atau 67,5% artinya pengaruh

kedua variabel bebas ini secara simultan terhadap ROA sebesar 67,5% dan

sisanya sebesar 32,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan

Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)

adalah kuat, dikarenakan besarnya R Square yang mendekati 1 atau 100% maka

hubungan tersebut dikatakan sempurna atau sangat kuat.

4.1.3.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-

variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen atau terikat baik secara parsial maupun simultan.

4.1.3.4.1 Uji secara parsial (Uji-t) Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return

On Assets (ROA)

Pengujian secara parsial (Uji-t) digunakan untuk membuktikan apakah

variabel-variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen

secara sendiri-sendiri. Analisis parsial ini digunakan untuk menentukan variabel

independen yang memiliki hubungan paling dominan terhadap variabel terikat.

Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)

Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA

Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA

2. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata

(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05.

95

3. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n –k-1 = 12 – 1–1 = 10.

4. Berdasarkan angka DF (degree of freedom) yaitu 10, Maka t tabel adalah

2,22814.

5. Mencari t hitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan

dengan t tabel untuk dibuat keputusan.

Tabel 4.17

Pengujian Hipotesis (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .078 .015 5.118 .000

CashTurnover -.003 .001 -.595 -2.342 .041

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel, t hitung adalah negatif 2,342. Sedangkan t tabel adalah

2,22814. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding

terbalik, sedangkan 2,342 artinya thitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara Perputaran Kas

terhadap Return On Assets (ROA). Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

96

Gambar 4.6

Hasil Uji t Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)

Daerah penolakan Daerah penerimaan Daerah penolakan

t hitung (-2,342) -t tabel (-2,22814) t tabel (2,22814)

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa thitung berada pada daerah

penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh negatif antara Perputaraan Kas

terhadap Return On Assets (ROA), dan pada tingkat signifikan sebesar 0,041 atau

lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukan hubungan antara

Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Kas dan Return On Assets

(ROA).

4.1.3.4.2 Uji secara parsial (Uji-t) Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap

Return On Assets (ROA)

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pengujian secara parsial (Uji-t)

digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Analisis parsial ini

digunakan untuk menentukan variabel independen yang memiliki hubungan

97

paling dominan terhadap variabel terikat. Adapun langkah-langkah yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)

Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan

ROA

Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA

2. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata

(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05.

3. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n –k-1 = 12 – 1– 1 = 10.

4. Berdasaran angka DF (degree of freedom) yaitu 10, Maka t tabel adalah

2,22814.

5. Mencari thitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan

dengan ttabel untuk dibuat keputusan.

Tabel 4.18

Pengujian Hipotesis (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .257 .068 3.753 .004

InventoryTurnover -.028 .009 -.702 -3.114 .011

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel, thitung adalah negatif 3,114. Sedangkan ttabel adalah

2,22814. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding

98

terbalik, sedangkan 3,114 artinya thitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara Perputaran

Persediaan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil perhitungan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.7

Hasil Uji t Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)

Daerah penolakan Daerah penerimaan Daerah penolakan

t hitung (-3,114) -t tabel (-2,22814) t tabel (2,22814)

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa thitung berada pada daerah

penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh negatif antara Perputaraan

Persediaan terhadap Return On Assets (ROA), dan pada tingkat signifikan sebesar

0,011 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukan

hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran

Persediaan dan Return On Assets (ROA).

99

4.1.3.4.3 Uji secara simultan (Uji-F) Pengaruh Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)

Penggunaan analisis secara simultan (Uji-F) bertujuan untuk

menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam

penelitian ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat

dengan batasan taraf siginifikansi yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk

menguji hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)

Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran

Persediaan secara simultan dengan ROA

Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran

Persediaan secara simultan dengan ROA

2. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata

(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05.

3. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n–k–1 = 12 – 2– 1 = 9.

4. Mencari Ftabel pada derajat derajat kebebasan (degree of freedom) 1

(db1=k) dan derajat bebas 2 (db2 = n-k-1). Sehingga untuk F tabel dapat

ditulis; F (α; db1, db2), dimana k adalah banyaknya variabel bebas dan n

adalah banyaknya sampel. Sehingga db1= 2, db2= 12-2-1=9, maka F

(0,05; 2; 9) adalah 4,2565

5. Mencari thitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan

dengan ttabel untuk dibuat keputusan.

100

Tabel 4,19

Pengujian Hipotesis (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .003 2 .002 9.336 .006a

Residual .002 9 .000

Total .005 11

a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover, CashTurnover

b. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel tersebut Fhitung adalah 9,336 sedangkan Ftabel adalah

4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti,

terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Perputaran Kas (cash

turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On

Assets (ROA). Berikut gambar dari perhitungan diatas:

Gambar 4.8

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)

Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho

F tabel (4,2565) F hitung (9,336)

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung berada pada daerah

penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh secara positif antara Perputaran Kas

dan Perputaraan Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA),

101

dan pada tingkat signifikan sebesar 0,006 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar

0,05 sehingga menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan Perputaran

Persediaan secara simultan terhadap ROA adalah signifikan. Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) pada PT

Indofood Sukses Makmur Tbk

Perputaran Kas merupakan alat analisis untuk menilai tingkat keefektifan

dana yang tertanam di dalam kas, Perputaran Kas itu sendiri mempunyai arti

perputaran dana kas yang diinvestasikan hingga menjadi kas kembali, sehingga

dengan adanya perputaran tersebut dapat memberikan keuntungan bagi

perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan yaitu analisis regresi sederhana Perputaran

Kas terhadap ROA menunjukan persamaan yaitu Y = 0,078 – 0,003X1. Dari

persaman tersebut mempunyai arti bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran

Kas (cash turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,078. Adapun

nilai koefisien Perputaran Kas sebagai variabel X1 sebesar -0,003 dan bertanda

negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Kas mempunyai hubungan yang

berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti

bahwa setiap kenaikan Perputaran Kas sebesar 1% maka terjadi penurunan pada

Return On Assets (ROA) sebesar 0,003 atau 0,3%.

102

Berdasarkan analisis korelasi juga didapatkan data yaitu memiliki nilai

negatif dengan posisi berada pada angka 0,595 menunjukan bahwa hubungan

yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets

(ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien

0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan nilai

Signifikan sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05

menunjukan hubungan antara Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Kas (cash

turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan

interpretasi koefisien korelasi sedang. Sedangkan besarnya koefisien determinasi

yang didapat adalah sebesar 0,354 atau 35,4% artinya Perputaran Kas

berpengaruh terhadap ROA sebesar 35,4% dan sisanya sebesar 64,6% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas terhadap Return On

Assets (ROA) adalah lemah.

Sedangkan berdasarkan uji-t yang didapat yaitu berdasarkan tabel, thitung

adalah negatif 2,342 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa ttabel adalah 2,228,

maka thitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti

bahwa terdapat Pengaruh antara Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return

On Assets (ROA).

Dengan adanya hasil penelitian ini, jelas berbanding lurus dengan teori

yang sudah ada. Perputaran Kas berpengaruh terhadap ROA mengandung arti

bahwa setiap perputarannya memberikan keuntungan sekaligus mengindikasikan

bahwa dana yang ditanam di kas berproduktif dan terhindar dari dana mengendap

103

(idle fund), namun nilainya negatif. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi

Perputaran Kas akan semakin baik, tapi apabila perputarannya terlalu tinggi maka

nilai dana yang berputar dalam kas tersebut terlalu kecil sehingga tidak

berdampak pada keuntungan perusahaan sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Bambang Riyanto.

4.2.2 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)

pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Perputaran Persediaan merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai

tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba, karena dengan

Perputaran Persediaan menunjukan tingkat keefisienan dana yang ditanamkan

pada persediaan, semakin cepat perputarannya akan semakin baik karena selain

akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan juga terhindar dari risiko yang

terjadi seperti pembengkakan biaya penyimpanan, kerusakan produk, hingga tak

laku dijual karena selera konsumen yang berubah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu analisis regresi

sederhana diperoleh persamaan Y = 0,257 – 0,028X2, sehingga dapat disimpulkan

bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover)

maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,257. Adapun nilai koefisien

Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,028 dan bertanda negatif.

Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang

berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti

104

bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan

pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,028 atau 2,8%.

Pada analisis korelasi diketahui koefisien korelasi antara Perputaran

Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai

negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan

berbanding terbalik, yang artinya peningkatan perputaran persediaan tidak diikuti

oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara

Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA)

adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 –

0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan

(2 tailed) sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05

menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah

signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran

Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah

signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat, sedangkan

besarnya koefisien determinasi yang didapat adalah 0,492 atau 49,2% artinya

Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap ROA sebesar 49,2% dan sisanya

sebesar 50,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran

Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah sedang.

Sedangkan pada pengujian t yang telah dilakukan, didapat data yaitu thitung

adalah negatif 3,114 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa ttabel adalah 2,228,

maka thitung > ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti

105

bahwa terdapat pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets

(ROA).

Penelitian yang penulis lakukan sejalan dengan teori yang sudah ada, hanya

saja nilainya negatif. Hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya harga

bahan baku persediaan naik pada tahun 2010 sehingga biaya pembelian menjadi

tinggi namun pada saat penjualan produk perusahaan harga barang sudah normal

kembali sehingga hal ini merugikan perusahaan dikarenakan biaya pembelian

lebih besar daripada biaya penjualan.

4.2.3 Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan

terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur

Tbk

Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk mencari keuntungan, keuntungan

itu sendiri dapat diukur dengan rasio profitabilitas. Dimana rasio profitabilitas

adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Profitabilitas itu sendiri dapat diukur dengan kemampuannya menggunakan aktiva

secara produktif. Dalam pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini digunakan

alat ukur Return On Asset (ROA) karena rasio ini menunjukan kemampuan atas

modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan

untuk menghasilkan laba. semakin tinggi angka rasio ini berarti semakin baik, hal

ini menunjukan bahwa tingkat keefisienan aktiva yang digunakan baik sehingga

mendatangkan keuntungan.

106

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan analisis regresi

berganda, didapatkan hasil persamaan yaitu Y = 0,247 – 0,002X1 – 0,024Χ2, yang

mempunyai arti dimana pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets

(ROA) dilihat dari tingkat signifikannya adalah tidak signifikan, karena batas

tingkat signifikan sebesar 0,05 sedangkan data diatas sebesar 0,051 (0,051>0,05)

nilai variabel perputaran kas (X1) lebih besar dari tingkat signifikan, sehingga

Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) berhubungan tidak signifikan.

Namun pada Perputaran Persediaan, sesuai dengan persamaan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Persediaan (inventory

turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,247. Adapun nilai

koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,024 dan bertanda

negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan

yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti

bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan

pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,024 atau 2,4%.

Adapun pada analisis korelasi, tingkat koefisien korelasi antara Perputaran

Kas dan Perputaran Persediaan sebesar 0,413, nilai koefisien yang bertanda positif

berarti diantara keduanya memiliki hubungan berbanding lurus, peningkatan pada

Perputaran Kas akan diikuti dengan peningkatan Perputaran Persediaan,

begitupun sebaliknya jika perputaran kas mengalami penurunan maka Perputaran

Persediaan juga akan menurun. Sedangkan signifikasi hubungan variabel dapat

dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka

hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya tidak signifikan jika nilai

107

Signifikansi >0,05. Hubungan investasi pada Perputaran Kas dan Perputaran

Persediaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,413 yang besarnya lebih besar

daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan adalah tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berbanding lurus dan

tidak signifikan.

Pada koefisien korelasi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan

Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Kas

dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik yang artinya peningkatan

Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595 menunjukan bahwa

hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On

Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval

koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang.

Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil

daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas

terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan

antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah

signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang. Begitupun

dengan koefisien korelasi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover)

dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran

Persediaan dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya

peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,702

menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Persediaan

108

(inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat, karena nilai

tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang berarti tingkat

hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,011

yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan

antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Persediaan (inventory turnover)

dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi

koefisien korelasi kuat.

Selanjutnya pada analisis koefisien determinasi besarnya koefisien

determinasi tersebut adalah 0,675 atau 67,5% artinya pengaruh kedua variabel

bebas ini secara simultan terhadap ROA sebesar 67,5% dan sisanya sebesar 32,5%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas dan

Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah kuat.

Pada pengujian secara farsial didapat data yaitu Fhitung adalah 9,336

sedangkan Ftabel adalah 4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara

Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover)

terhadap Return On Assets (ROA).

Dengan adanya hasil penelitian ini, yang menunjukan bahwa Perputaran

Kas dan Perputaran Persediaan secara bersamaan/simultan berpengaruh signifikan

terhadap Return On Assets (ROA) sehingga penelitian ini mendukung teori yang

menjelaskan bahwa Semakin tinggi Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan

maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat.

109

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis telah lakukan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perputaran Kas (Cash Turnover) terhadap Return On Assets (ROA)

Hubungan Perputaran Kas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

memberikan pengaruh signifikan terhadap ROA, hal tersebut ditujukan

dengan koefisien korelasi negatif sebesar 0,595 dengan tingkat hubungan

sedang, kemudian memiliki koefisien determinasi sebesar 35,4%.

selanjutnya berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) yang

didapat yaitu thitung adalah negatif 2,342 sedangkan ttabel adalah 2,228, maka

thitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak berarti terdapat

pengaruh antara Perputaran Kas terhadap ROA. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Perputaran Kas berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On

Assets (ROA).

2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) terhadap ROA

Hubungan Perputaran Persediaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

memberikan pengaruh signifikan kepada ROA, hal tersebut ditujukan

dengan koefisien korelasi negatif sebesar 0,702 dengan tingkat hubungan

adalah kuat, memiliki koefisien determinasi sebesar 49,2%. Kemudian pada

pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) adalah thitung negatif 3,114

sedangkan t tabel adalah 2,228, maka t hitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha

110

diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat Pengaruh Perputaran

Persediaan terhadap ROA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perputaran

Persediaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Assets

(ROA).

3. Perputaran Kas (Cash Turnover) dan Perputaran Persediaan (Inventory

Turnover) secara simultan terhadap Return On Assets (ROA)

Hubungan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan pada

PT Indofood Sukses Makmur Tbk memberikan pengaruh yang signifikan

kepada ROA, hal tersebut ditujukan dengan besarnya koefisien korelasi

negatif sebesar 0,596 dan 0,702 dengan tingkat hubungan masing-masing

adalah sedang dan kuat. Kemudian memiliki koefisien determinasi sebesar

67,5%. Selanjutnya pada pengujian hipotesis yang didapat yaitu Fhitung adalah

9,336 sedangkan Ftabel adalah 4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho

ditolak dan Ha diterima. yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara

Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap ROA.

Dengan adanya hasil penelitian ini, mendukung teori yang menjelaskan

bahwa Semakin tinggi Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan maka

semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat.

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis memberikan

saran baik untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya sebagai berikut:

111

1. Bagi perusahaan yaitu dalam meningkatkan kemampuannya mendapatkan

keuntungan yang maksimal sebaiknya perusahaaan menggunakan asetnya

seefektif mungkin, berdasarkan hasil penelitian pada PT Indofood Sukses

Makmur Tbk periode 1999-2011, investasi pada kas dan persediaan yang

dilihat dari perputaran sebagai alat keefektifannya tidak memberikan

keuntungan yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi

perputarannya justru laba yang didapat perusahaan semakin rendah.

2. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak

dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor industri dan

memperpanjang periode penelitian. Serta menambah variabel independen

yang turut mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Hal ini karena

profitabilitas perusahaan tidak hanya ditentukan oleh pengaruh Perputaran

Kas dan Perputaran Persediaan saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor lainnya.