bab i pendahuluan 1.1 latar belakangdigilib.uinsgd.ac.id/475/4/4_bab1sd4.pdf · 1 bab i pendahuluan...

90
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpajakan di Indonesia dimulai sebelum kedatangan bangsa Eropa, kerajaan seperti mataram, Kediri, majapahit dan pajang sudah mengenal bentuk pajak tanah dan pajak tidak langsung terhadap barang dagangan. Pejabat kerajaan pemungut pajak tidak digaji oleh kerajaan maka seringkali mereka menerapkan pajak secara berlebihan. Upeti perorangan ataupun kelompok orang yang diberikan kepada raja atau penguasa sebagai suatu bentuk penghormatan dan tunduk patuh kepada kekuasaan raja atau penguasa suatu wilayah di Indonesia merupakan bentuk pada zaman kerajaan kerajaan di Indonesia tumbuh. Upeti tersebut berupa hasil bumi, dan pemajakan barang perdagangan. Sebagai imbalannya maka rakyat mendapat pelayanan keamanan dan jaminan ketertiban. Kerajaan mataram raja raja sudah melaksanakan hidup swasembada dan otonom(Muh. Bakhrun Effendi:2006, dalam Siti Kurnia Rahayu:2009:12) Kesadaran dalam membayar pajak memang sudah ada pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia karena pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan, kemudian administrasi perpajakan yang pada saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai salah satu instansi pemerintah dan secara struktural berada dibawah Kementerian Keuangan, memberikan kontribusi dalam melakukan penerimaan pajak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah sangat besar sekali. 1

Upload: vuonghanh

Post on 09-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpajakan di Indonesia dimulai sebelum kedatangan bangsa Eropa,

kerajaan seperti mataram, Kediri, majapahit dan pajang sudah mengenal bentuk

pajak tanah dan pajak tidak langsung terhadap barang dagangan. Pejabat kerajaan

pemungut pajak tidak digaji oleh kerajaan maka seringkali mereka menerapkan

pajak secara berlebihan. Upeti perorangan ataupun kelompok orang yang

diberikan kepada raja atau penguasa sebagai suatu bentuk penghormatan dan

tunduk patuh kepada kekuasaan raja atau penguasa suatu wilayah di Indonesia

merupakan bentuk pada zaman kerajaan – kerajaan di Indonesia tumbuh. Upeti

tersebut berupa hasil bumi, dan pemajakan barang perdagangan. Sebagai

imbalannya maka rakyat mendapat pelayanan keamanan dan jaminan ketertiban.

Kerajaan mataram raja – raja sudah melaksanakan hidup swasembada dan

otonom(Muh. Bakhrun Effendi:2006, dalam Siti Kurnia Rahayu:2009:12)

Kesadaran dalam membayar pajak memang sudah ada pada seluruh lapisan

masyarakat Indonesia karena pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang

digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan, kemudian

administrasi perpajakan yang pada saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Pajak sebagai salah satu instansi pemerintah dan secara struktural berada dibawah

Kementerian Keuangan, memberikan kontribusi dalam melakukan penerimaan

pajak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah sangat

besar sekali.

1

2

Selanjutnya tingkat kepatuhan dari masyarakat dalam membayar pajak

sangat menentukan sekali, seperti catatan Dalam publication of the international

bureau of fiscal documentation (1980 : 107) dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berbeda – beda pada setiap

Negara.

Pandangan dalam sejarah perpajakan di Indonesia selaras dengan yang

dikatakan Forrest dan Shefrin bahwa Sistem administrasi perpajakan yang

sederhana akan berpengaruh pada ketidak patuhan wajib pajak, meskipun system

perpajakan yang sederhana juga tidak menjamin wajib pajak akan patuh(Suryadi,

2006 : 17)

Sejalan dengan yang diungkapkan Siti Kurnia Rahayu (2010:141) bahwa:

kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung

kepada masalah – masalah teknis saja yang menyangkut metode pemungutan, tarif

pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi perpajakan, dan

pelayanan kepada wajib pajak selaku pihak pemberi dana bagi Negara dalam hal

membayar pajak. Disamping itu juga tergantung pada keamanan wajib pajak juga,

sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan perundang –

undangan perpajakan.

Dalam hal administrasi, Khususnya administrasi pajak masih banyak orang

yang mempertentangkan antara pengertian administrasi dengan tata usaha, ada

yang mengatakan bahwa pengertian administrasi adalah lebih luas cakupannya

dengan tata usaha, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa administrasi itu tata

usaha sebagaimana dimaksud dalam Kamus Bahasa Indonesia.

3

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwodarminto

dikatakan bahwa pengertian administrasi adalah tata usaha, Pendahuluan tata

mengarah kepada pengertian yang biasanya untuk kata majemuk, misalnya tata

kota, tata bahasa, dan sebagainya yang berarti aturan. Tata usaha perpajakan

adalah administrasi perpajakan yaitu suatu kegiatan yang melaksanakan fungsi

(berbagai fungsi) Direktorat Jenderal Pajak untuk pengumpulan dana pajak

melalui tindakan pelayanan, pengawasan dan pembinaan sesuai dengan fungsi

aparatur pajak dalam rangka pelaksanaan perpajakan yang menganut self

assessment system.

Kemudian dengan adanya modernisasi pajak dilakukan dengan

mengutamakan pemberian pelayanan prima kepada wajib pajak yang diimbangi

dengan pengawasan intensif, sekaligus menerapkan tata kelola pemerintahan yang

baik (good governance) diseluruh unit kerja dilingkungan DJP” (Siti Kurnia

Rahayu, 2009:118)

Meskipun demikian modernisasi pajak dalam kegiatan tata usaha perpajakan

modern bukan hanya merupakan bagian dari system administrasi perpajakan

modern yang mudah untuk dilaksanakan terutama dalam memberikan pelayanan.

Menurut data yang penulis temukan dari hasil observasi awal dan

wawancara dilapangan, diperoleh gambaran terhadap peningkatan pelayanan

pajak modern ternyata masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan tata usaha

secara manual seperti menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan melalui

Electronik – filling(E-Filling), yaitu wajib pajak dapat menyampaikan SPT secara

elektronik melalui perusahaan penyedia jasa aplikasi atau Application service

4

providers (ASP) yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak ada 8 daftar

ASP yang sudah ditentukan yaitu sebagai berikut

1. www.layananpajak.com

2. www.laporpajak.com

3. www.pajakku.com

4. www.spt.co.id

5. www.setorpajak.com

6. www.onlinepajak.com

7. www.pajakmandiri.com

8. www.taxreport.web.id

Dari sekian banyak ASP ternyata masyarakat dalam hal ini wajib pajak lebih

memilih menyelesaikan seluruh kegiatan administrative secara manual

dikarenakan lebih rumitnya prosedur yang ditawarkan dengan system online yang

hanya digunakan oleh orang – orang tertentu begitupun dengan wajib pajak yang

ada dikantor pelayanan pajak.

Masalah dilapangan seperti

1. Masih sering terjadinya berkas surat yang menumpuk mengenai

permohonan elektrronik filing identification number (e-FIN) yang

mengakibatkan pemberian pelayanan e-FIN terhambat yang tidak sesuai

dengan peraturan Dirjen Pajak Nomor 47/PJ/2008 pasal 5 ayat 4 yang

seharusnya pemberian e-FIN paling lambat dua hari kerja sejak

permohonan e-FIN tersebut diterima KPP, sepanjang permohonan tersebut

diisi lengkap dan benar.

5

2. Kurangnya perlindungan data terhadap wajib pajak yang melakukan

pembayaran pajak secara modern, mengingat data dan informasi yang

dilaporkan oleh wajib pajak dikirim melalui internet sehingga

memungkinkan setiap orang dengan keterampilan yang memadai dapat

mengubah data dikomputer tanpa jejak.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh dari adanya sistem administrasi perpajakan modern dalam hal teknis tata

usaha perpajakan modern yang diformulasikan dalam judul penelitian (Pengaruh

tata usaha perpajakan modern Terhadap peningkatan pelayanan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas).

1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka

penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian

ini, sebagai berikut :

1. Direktorat jenderal pajak Jawa Barat 1 hanya melakukan bimbingan kepada

pegawai kantor pelayanan pajak pratama Bandung Cicadas terhadap

kegiatan tata usaha, tanpa adanya pengawasan yang inten.

2. Perilaku pegawai yang mencerminkan kegiatan kegiatan tata usaha

konvensional didalam menyelesaikan beberapa arsip

3. Belum maksimalnya kegiatan tata usaha perpajakan modern terhadap

kualitas pelayanan di kantor pelayanan pajak pratama Bandung Cicadas

6

dibuktikan dengan penyelesaian pembayaran dari beberapa orang di lakukan

pada hari selanjutnya.

4. Masih adanya keluhan wajib pajak dalam hal mutu pelayanan pembayaran

pajak.

5. Wajib Pajak belum merasakan pelayanan yang diberikan seksi pelayanan

secara maksimal.

6. Masih terdapat kegiatan perpajakan yang belum sesuai dengan tugas dan

fungsi serta wewenang seksi pelayanan.

7. Kegiatan tata usaha masih kurang sesuai dengan konsep tata usaha yang

menjadi tugas pokok dan fungsi seksi pelayanan

8. Terkadang ada off-line dikomputer para petugas penerima pembayaran.

9. Kepastian waktu yang diberikan oleh petugas pajak dalam penyelesaian

layanan kepada WP terkadang tidak tepat waktu.

1.3 Rumusan Penelitian

Dalam penyusunan proposal usulan penelitian ini penulis merumuskan

masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Seberapa besar pengaruh tata usaha perpajakan modern terhadap

peningkatan pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas

Bandung?

7

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tata usaha perpajakan modern

terhadap peningkatan pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas

Bandung

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1.5.1 Akademis:

1 Sebagai wahana aplikasi teori yang telah diperoleh diperguruan tinggi.

2 Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa tentang system

modernisasi perpajakan

3 Sebagai acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis

diharapkan dapat memberikan input tentang Dunia perpajakan dan hal-

hal yang berkaitan dengan Pajak.

4 Memperoleh pengetahuan tentang usaha peningkatan pajak khususnya

system administrasi perpajakan modern di kantor pelayanan pajak

Bandung Cicadas.

1.5.2 Praktis.

1 Sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak, khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas

Bandung

2 Bagi pengembangan ilmu Administrasi Negara khususnya dalam

administrasi perpajakan, dapat memberikan bukti nyata tentang

8

keterkaitan antara sistem administrasi perpajakan, khususnya tata usaha

perpajakan modern terhadap peningkatan pelayanan di Kantor Pelayanan

Pajak

3 Bagi peneliti, sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori-teori

yang diperoleh diperkuliahan terkait dengan perpajakan dan kinerja

pegawai sebagai pelayan publik.

1.6 Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran penulis memfokuskan pada pengaruh

ketatausahaan perpajakan modern, yaitu pemikiran yang mengemukakan tentang

Penilaian pelayanan kerja pada seksi pelayanan, merupakan satu masalah yang

dapat diselesaikan serta dampaknya dibutuhkan oleh wajib pajak. Namun

demikian, pelayanan yang memuaskan tidak terjadi secara otomatis,

kecenderungan akan terjadi dengan menggunakan sistem penilaian manajemen

yang baik.

Berikut beberapa indikator tata usaha yang mempunyai peran terhadap

peningkatan pelayanan.

1.6.1 Indikator Tata Usaha

Indicator dari kegiatan – kegiatan tata usaha mencakup 6 (Enam) pola

perbuatan (Fungsi), yaitu:

1. Menghimpun: yaitu kegiatan-kegiatan mencari data, mengusahakan

tersedianya segala keterangan yang tadinya belum ada, sehingga siap

untuk dipergunakan bilamana diperlukan.

9

2. Mencatat: yaitu kegiatan membubuhkan dengan pelbagai peralatan tulis

keterangan yang diperlukan sehingga terwujud tulisan yang dapat

dibaca, dikirim dan disimpan. Dalam perkembangan teknologi modern,

maka dapat termasuk alat-alat perekam suara.

3. Mengolah: bermacam kegiatan mengerjakan keterangan-keterangan

dengan maksud menyajikan dalam bentuk yang lebih berguna.

4. Menggandakan: yaitu kegiatan memperbanyak dengan pelbagai cara

dan alat.

5. Mengirim: yaitu kegiatan menyampaikan dengan pelbagai cara dan

alat dari satu pihak kepada pihak lain.

6. Menyimpan: yaitu kegiatan menaruh dengan berbagai cara dan alat di

tempat tertentu yang aman.

(Sumber: depdiknas.go.id)

Sistem manajemen (management system) disini adalah proses-proses untuk

mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan, dan

memberi penghargaan terhadap pelayanan yang dilakukan kepada wajib pajak.

pelayanan pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan serta berdampak kepada pelayanan tersebut, optimal atau tidak atas

kinerja yang dilakukan.

Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk : kuantitas

output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, sikap

kooperatif. (Robert L. Mathis and John H. Jackson, 2002)

10

Stoner dan Focerman (1989) dalam Muhammad Cholil (1999) menjelaskan

Pengaruh adalah setiap tindakan atau contoh perilaku pihak tertentu yang dapat

menyebabkan pihak lain merubah sikap dan atau perilakunya. Dalam konsep

pengaruh berkaitan erat dengan kekuasaan yang sering diartikan sebagai

kemampuan untuk memahami, memiliki dan menggunakan pengaruh yang berarti

pula kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku pihak lain termasuk untuk

menyadari fungsi dan peranannya sebagai bagian integral ke titik tujuan bersama.

Kerangka pemikiran adalah jalan pikiran peneliti yang berkaitan dengan

proses penelitian (Heri Jauhari, 2008:30) Dalam penelitian ini akan dibahas

tentang seberapa besar pengaruh tata usaha perpajakan modern sebagai variable X

terhadap peningkatan pelayanan sebagai variable Y.

Dalam kerangka pemikiran peneliti mencantumkan pula pengertian dan

teori tentang implementasi kebijakan yaitu Menurut Van Meter dan Van Horn,

“Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah menggariskan

dalam putusan kebijakan(Leo Agustino, 2008:139).

11

Gambar kerangka pemikiran

1.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

format pertanyaan(Sugiono,2009:70).

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, terdapat pengaruh dua variabel

penelitian. Peneliti mengasumsikan bahwa:

Jawaban sementara yang penulis kemukakan pada penelitian di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung sebagai pembuktian adalah ada (Ha)

yang berarti diterima dan tidak ada (H0) berarti nol atau ditolak, yang merupakan

sebuah penjabaran sebagai berikut.

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha terhadap

peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung

Ada Perbedaan

Tidak ada

Perbedaan

Kesimpulan

Uji Beda

Tata usaha

Tingkat pelayanan

12

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha terhadap

peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian tata usaha perpajakan modern

Dewasa ini perpajakan modern mempunyai pengaruh yang sangat penting

dalam setiap tindakan pada pelayanan, sebagai contoh perilaku pihak tertentu

dapat menyebabkan pihak lain merubah sikap serta perilakunya. Dalam konsep ini

pengaruh berarti berkaitan erat dengan kekuasaan yang sering diartikan sebagai

kemampuan untuk memahami, memiliki dan menggunakan pengaruh yang berarti

pula kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku pihak lain termasuk untuk

menyadari fungsi dan peranannya sebagai bagian integral ketitik tujuan bersama.

Pada organisasi-organisasi publik, reputasi organisasi, efisiensi dan

efektifitas layanan masyarakat hanya akan dapat ditingkatkan apabila para

pimpinannya mampu mengelola organisasi tersebut secara adaptif dengan

memanfaatkan segenap informasi yang berguna bagi organisasi sehingga tanggap

terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang modern dan komplek.

Bagi organisasi publik yang menggantikan kepentingan umum secara

keseluruhan, terutama yang melakukan kontak dan berhubungan dengan

masyarakat, maka pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat menjadi

sesuatu yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan tujuan administrasi negara

yaitu memberikan service yang sebaik – baiknya terhadap kepentingan

masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh S. Pamudji sebagai berikut:

“Tujuan yang hendak dicapai dalam proses administratif itu di dalam

pemerintah disebut dengan satu atau dua istilah yaitu pondok service.

13

14

Dengan demikian yang dimaksud administrasi negara sebagai proses adalah

serangkaian kegiatan – kegiatan yang meliputi membuat rencana-rencana,

mengambil keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan yang ditujukan

untuk melaksanakan atau menyelenggarakan publik servis (dinas publik).

Dinas-dinas publik tersebut bertugas melayani anggota masyarakat dan

karenanya dinas publik kadang-kadang diartikan “abdi rakyat.” (S.

Pamudji,1993:31)

Sejalan dengan perkembangan jaman muncul perubahan paradigma ilmu

administrasi publik. Saat ini administrasi publik lebih menyangkut kepada

kegiatan pengelolaan pelayanan publik, seperti yang diungkapkan oleh Philips J.

Cooper yaitu:

Administration of public

Paradigma ini menekankan kajian pada negara (the state) yang dipandang

sebagai agen tunggal implementasi fungsi dan kebijakan pemerintah.

Administration for public

Kajian paradigma kedua ini lebih diorientasikan pada bagaimana peran

negara atau pemerintahan lebih berfungsi dalam melayani masyarakat (public

service). Paradigma kedua ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari paradigma

pertama, namun disini lebih ditekankan pada bagaimana pemerintah memberikan

pelayanan dan jasa untuk kepuasan publik (public good and services).

Administration by public

Paradigma ketiga ini lebih menekankan pada public demand are

differenciated yaitu negara lebih berfungsi sebagai fasilitator, katalisator, dan

15

berorientasi pada strategi, output bernuansa pada pola kerja kemitraan dan

privatization.

(cooper,2004:1-2)

Miftah Thoha mengemukakan ciri – ciri dalam mengidentifikasikan

pelayanan administrasi negara yaitu, pelayanan yang diberikan oleh administrasi

negara lebih bersifat urgen dibandingkan pelayanan yang diberikan oleh

organisasi-organisasi swasta. Pada umumnya bersifat monopoli atau semi

monopoli. Administratornya juga relatif berdasarkan undang-undang dan

peraturan. Serta tidak dikendalikan oleh harga pasar sehingga mendasarkan dirri

bukan pada penghitungan laba tetapi pada rasa pengabdian kepada masyarakat

umum. Seluruh usaha yang dilakukan bergantung kepada mata rakyat

banyak.(Thoha,2002:2).

Pemberian pelayanan yang baik sangat penting untuk mencapai tujuan

organisasi yang melaksanakan tugas utama melayani publik, tetapi selain itu juga

merupakan hak yang dapat diperoleh oleh masyarakat, yaitu hak untuk

mendapatkan pelayanan maksimal.dengan pelayanan maksimal diharapkan akan

mendapatkan dampak positif bagi masyarakat.

Hal ini sesuai dengan pendapat H. A. S Moenir sebagai berikut :

“Pelayanan publik yang maksimal akan membeikan dampak positif kepada

masyarakat antara masyaraat akan merasa bangga dan menghargai korp

pegawai, patuh terhadap peraturan pelayanan, terciptanya kegairahan usaha

dalam masyarakat, serta peningkatan dan pengembangan masyarakat secara

dinamis.” (Moenir,2001:31)

16

Berdasarkan penjelasan diatas, maka pelayanan umum (public service)

merupakan tugas utama yang harus dilakukan oleh suatu organisasi pemerintah

serta harus memperhatikan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, karena

melalui pelayanan kependudukan yang memadai dan baik penyelenggaraannya

oleh pemerintahan, maka akan dapat berjalan lancar dan dinamika masyarakat

berjalan maju.

1.2 Pengertian Perpajakan Modern

Konsep perpajakan modern adalah pelayanan prima dan pengawasan

intensif dengan pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance).

Tujuannya, meningkatkan kepatuhan pajak. Juga meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak

yang tinggi.

Negara mempunyai kewajiban mengantarkan seluruh rakyatnya untuk

mencapai keadilan dan kemakmuran. Sudah sepantasnya negara juga menuntut

haknya untuk memungut pajak guna menyediakan dana bagi pengeluaran dalam

melaksanakan kewajiban tersebut. Dengan demikian, secara otomatis, negara

mempunyai tugas yang harus dilaksanakan baik yang bersifat administratif

maupun pelayanan (service).

Penyelenggaraan tugas dan kewajiban negara tersebut, tentunya sumber

dana yang tidak kecil jumlahnya. Sumber dana tersebut dapat digali dari berbagai

sektor antara lain penjualan barang dan jasa milik negara, pinjaman,

penciptaan/pencetakan uang kertas, bantuan/pemberian dari negara lain, dan

pajak. Dalam hal ini, sektor pajak merupakan sektor yang diandalkan untuk

17

mengisi kas negara sebab disamping mempunyai sifat yang rutin juga tidak

terlampau sulit memprediksinya. Sebagai negara yang menuju ke tingkat

kemandirian, sektor pajak mutlak diperlukan.

1.3 Definisi Pajak

Definisi pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Yaitu:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum”

Dalam definisi pajak yang telah dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat

Soemitro, SH, yang memberikan kesan bahwa pajak semata-mata sebagai sumber

dana bagi pelaksanaan tugas negara tanpa ada timbal balik. Sebenarnya tidak

secara keseluruhan untuk membiayai pelaksanaan tugas negara dalam hal teknis,

karena pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dari berbagai lini terutama

ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.

Secara pengertian diatas dapat dikatakan kembali kepada masyarakat yang

menjadi wajib pajak, maka suatu hal yang pantas dalam pelaksanaan pelayanan

yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak sudah maksimal dilaksanakan

mengingat pajak yang dipungut tanpa harus dikembalikan kepada wajib pajak,

dapat diperuntukan beberapa bagian dalam hal pelaksanaan administrasi

perpajakan.

18

1.4 Macam Pajak

1. Pajak pusat

Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

2. Pajak Daerah

Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang di

lakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

undang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Pemahaman tentang macam – macam pajak dapat menyimpulkan bahwa

yang akan ditinjau oleh peneliti adalah pada pajak pusat yang dipungut oleh

pemerintah untuk membiayai rumah tangga negara, sementara secara fokus

kajiannya terhadap sub sistem administrasi yaitu ketatausahaan pada seksi tata

usaha dan perpajakan dikantor pelayana pajak pratama dalam pencapaian segi

pelayanan yang berdampak terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.5 Tinjauan tentang pelayanan pajak

Pelayananan merupakan ujung tombak pemerintah dalam memenuhi

kebutuhan rakyatnya. Dari pelayanan inilah masyarakat dapat memberikan

pelayanan mengenai kualitas kerja pemerintah. Sesuai dengan pendapat Ndraha

(1997:70), yang menyatakan bahwa “pemerintah memegang tanggung jawab atas

kepentingan rakyat”. Jadi pemerintah merupakan pelayanan bagi kepentingan

rakyatnya. Pengertian pelayanan tidak terlepas dari masalah kepentingan umum.

19

Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berlaku untuk setiap

perusahaan baik itu milik swasta ataupun pemerintah. Setiap perusahaan tentu

mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya kepada

masyarakat (public service) sebagai bukti keberhasilan usaha kerja mereka.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Handayaningrat

(1988:5) bahwa “Administrasi Negara bertujuan untuk memberikan pelayanan

sebaik – baiknya kepada masyarakat (public service).

Menurut Moenir (1998:17), yang dinamakan pelayanan adalah “Proses

pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diawasi”. Hal

senada diungkapkan B.Boediono (2003:11) bahwa:

“Pelayanan pelanggan adalah upaya atau proses yang secara sadar dan

terencana dilakukan organisasi atau badan usaha agar produk/jasanya menang

dalam persaingan melalui pemberian /penyajian pelayanan kepada pelanggan,

sehingga tercapai kepuasan optimal bagi pelanggan”.

Selanjutnya dari pengertian definisi diatas dapat dijelaskan bahwa

pelayanan adalah suatu keseluruhan aktivitas yang memberikan usaha.

Selanjutnya Moenir (1998:20), menyatakan “Layanan sebagai aktivitas yang

berlangsung berurutan dapat diukur dari segi penggunaan waktu. Pengukuran ini

penting karena dari pengukuran yang berulang – ulang dapat diambil waktu rata –

rata yang diperlukan menyelesaikan suatu rangkaian aktivitas (proses) dan

menjadi standar”.

Layanan yang diperlukan oleh manusia itu sendiri, pada dasarnya ada dua

jenis yaitu layanan fisik yang sipatnya pribadi sebagai manusia dan layanan

20

administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi (organisasi

massa atau organisasi negara).

Begitu pula dengan halnya jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

Pemerintah sebagai pelayanan diharapkan dapat memberikan pemenuhan akan

hidup dan kesejahteraan bagi warganya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan

oleh Pramudji (1994:21-22), yang mengemukakan bahwa jasa pelayanan

pemerintah sebagai berikut :

“Jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan

memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang – barang dan jasa – jasa.

Jenis pelayanan publik dalam arti jasa – jasa yaitu seperti pelayanan

kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan

angkutan umum (darat, sungai, laut, udara) dan lain – lain”.

Dalam pelayanan umum yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat

merupakan suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi yang berorientasi

kepada kepentingan umum. Menurut Gie yang diterjemahkan oleh Ibrahim

(1997:37) bahwa :

“Batasan – batasan tentang kepentingan umum adalah segenap hal yang

mendorong terciptanya ketentraman, kestabilan ekonomi dan kemajuan

dalam kehidupan masyarakat disamping urusan – urusan yang

menyangkut negara dan rakyat seluruhnya dalam suatu kesatuan”.

Pengertian pelayanan publik menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik yang disebutkan dalam pasal I ayat (1), adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

21

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Disebutkan pula dalam UU No. 25/2009 ini bahwa dalam asas pelayanan

publik harus berasaskan:

1. Kepentingan umum

2. Kepastian hukum

3. Kesamaan hak dan kewajiban

4. Keprofesionalan

5. Partisipatif

6. Persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif

7. Keterbukaan

8. Akuntabilitas

9. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

10. Ketepatan waktu

11. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.

(Sumber: Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik)

Bagi organisasi publik yang mengutamakan kepentingan umum secara

keseluruhan, terutama yang melakukan kontak dan berhubungan langsung dengan

masyarakat, maka pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat menjadi

sesuatu yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan tujuan administrasi negara

yaitu memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya terhadap kepentingan

22

masyarakat, seperti yang dikemukakan Pamudji bahwa “tujuan yang hendak

dicapai dengan proses administratif itu didalam pemerintah disebut dengan satu

atau dua istilah yaitu dinas publik (publik services).” (Pamudji,2008:2)

Selain itu terdapat definisi pelayanan yang sangat simpel diberikan oleh

Ivancevich, Lorenzo, Skinner, dan Crosby (1997:44) yang dikutif dari buku

ratminto yang berjudul manajemen pelayanan, yaitu: “Pelayanan adalah produk-

produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha – usaha

manusia dan menggunakan peralatan.” (Ratminto,2008:2)

Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos (1990:27)

dalam buku yang sama yaitu Manajemen Pelayanan, mendefinisikan pelayanan

sebagaimana dikutif dibawah ini:

“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat

tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya

interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang

disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk

memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.”

(Radminto,2008:2)

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara

ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan manusia. Hal senada juga dikemukakan Budiman Rusli yang

berpendapat bahwa selama hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan.

Pelayanan menurutnya sama dengan life cycle theory of leadership (LCTL) bahwa

23

pada awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan secara Fisik sangat tinggi, tetapi

seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan semakin menurun.

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan

metode penelitian survai, yang dipakai untuk tujuan eksplorasi dalam arti tindakan

mencari atau melakukan perjalanan sehingga menemukan yang dimaksud meliputi

pengetahuan yang tidak umum supaya dapat dipahami dan dijelaskan. “Metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu(Sugiono,2009:1)”.

Dengan menggunakan cara ilmiah berarti penelitian merupakan kegiatan

yang dilandasi oleh prinsip-prinsip keilmuan. Metode yang merupakan gabungan

antara pendekatan rasional yaitu pendekatan yang memberikan kerangka

pengujian dalam memastikan suatu kebenaran, digabung dengan pendekatan

empiris.

Penelitian bertujuan untuk menggali informasi tentang pengaruh sistem

administrasi perpajakan modern dikantor pelayanan pajak pratama Bandung

Cicadas. Dengan menggunakan metode penelitian survai, yaitu: “menjelaskan

perbedaan, hubungan, serta pengaruh antar variabel. Salah satunya menggunakan

sampel.

Metode penelitian survei dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan

hubungan sebab-akibat dua atau lebih variabel, menguji hipotesis dan menarik

sampel dari suatu populasi

24

25

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pemerintahan di kantor

pelayanan pajak pratama Bandung Cicadas yang berjumlah 79 (Tujuh puluh

sembilan) Diantaranya:

1. Kepala Kantor (1)

2. Subag Umum (9)

3. Seksi pengolahan data dan informasi (8)

4. Seksi pelayanan (13)

5. Seksi pengawasan dan konsultasi I (7)

6. Seksi pengawasan dan konsultasi II (6)

7. Seksi pengawasan dan konsultasi III (7)

8. Seksi pengawasan dan konsultasi IV (7)

9. Seksi ekstensifikasi (7)

10. Seksi pemeriksaan (2)

11. Kelompok Fungsional (12)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut(Sugiono,2009:91). Dalam penelitian ini peneliti akan

menggunakan penelitian sensus dimana seluruh populasi dijadikan dalam sampel

penelitian karena keterbatasannya populasi.

Tehnik yang digunakan dalam menentukan sample pada penelitian ini yaitu

menggunakan sampling jenuh. Menurut sugiono sampling jenuh adalah tehnik

26

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel(Sugiono,2012:18)

3.3 Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan(Sugiono,2009:39).

Berikut variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tata usaha perpajakan sebagai variable bebas (independent)

2. Pelayanan pajak sebagai variable terikat (dependent)

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah tata usaha

perpajakan modern sementara yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah

peningkatan pelayanan pajak.

Kemudian untuk mempermudah dalam pembagiannnya penulis jabarkan ke

dalam bentuk operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Butir

Variabel (X)

Tata usaha

Ketatausahaan

Pajak

1. Kelengkapan data wajib

pajak

2. Catatan pengisian berkas

3. Pengecekan data

1

2

3

Proses tata usaha 1. Pengklasifikasian data 4

27

2. Pemahaman pegawai 5

Pelayanan

ketatausahaan

1. Perbandingan pelayanan

elektronik dan manual

2. Kesesuaian dengan

prosedur

3. Penggunaan komputerisasi

6

7

8

Variabel (Y)

Pelayanan

Peningkatan

Pelayanan

1. Persediaan data

2. Kemudahan memperoleh

data

3. Jumlah pengaduan

4. Respon masyarakat

5. Tanggung jawab tugas

6. Pelayanan pada jam kerja

7. Memperkecil resiko

8. Kesigapan di waktu sibuk

9

10

11

12

13

14

15

16

(Sumber:Penelitian 2012)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan

Dalam menunjang tekhnik pengumpulan data maka studi kepustakaan

sebagai usaha yang dilakukan oleh peneliti dalam menghimpun informasi

ter-update sesuai dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti

serta seluruh sumber yang didapat dari buku, laporan ilmiah, laporan

28

penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-

peraturan, ketetapan-ketetapan dan lain sebagainya yang bersumber dari

media elektronik dan cetak.

2. “Kuesioner(angket), merupakan tekhnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis terhadap responden untuk dijawabnya(Sugiyono,2009:162)”

3. Observasi

Mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara

langsung ke lapangan dan mencatat semua peristiwa, kegiatan serta

kejadian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung

3.5 Analisis Data

Menurut Moh. Nazir, bahwa analisis data adalah mengelompokan, membuat

suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk

dibaca (Moh. Nazir, 2006:358)

Untuk menganalisa data dalam penelitian ini digunakan analisa kuantitatif

(J. Supranto,2003:204), selanjutnya dipaparkan atau dideskripsikan secara

kualitatif. Dengan analisa kuantitatif, dapat diperoleh gambaran bagaimana data

primer disandingkan untuk memperoleh perbandingan Variable dari data primer

dan data sekunder sehingga kemudian data/fakta dikonstruksikan sebagai bagian

dari analisis data. Sedangkan metode pengkonstruksian data dilakukan secara

deduktif, sehingga data yang umum kemudian akan menjadi lebih terfokus.

29

Dalam skala pengukuran yang dilakukan peneliti dengan menggunakan

“skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial yang ditetapkan secara spesifik oleh

penulis yang selanjutnya disebut variabel penelitian(Sugiyono,2009:107)” maka

akan menghasilkan instrument dari setiap jawaban yang dipertanyakan dan

jawaban dapat diberi skor, seperti:

Tabel 3.2

Tabel Jawaban Responden

No Instrumen Jawaban Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju 4

3 Ragu-ragu 3

4 Tidak setuju 2

5 Sangat tidak setuju 1

(Sumber: Sugiyono,1992:73-74)

Adapun untuk perolehan data dari keusioner berupa pertanyaan berdasarkan

skala likert yaitu dengan cara memberikan nilai bobot yang formatnya sama

dengan instrumen jawaban dan skor dengan mengubahnya menjadi alternatif

jawaban dan bobot nilai.

Kemudian dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil penyebaran

angket atas berbagai item pernyataan yaitu dengan menarik kesimpulan dan

diinterpretasikan berdasarkan skor pada daerah interval tertentu yang secara

kontinum dapat dikategorikan.

30

3.5.2 Uji kecukupan data

Dalam melakukan uji kecukupan data yang di tempuh oleh peneliti adalah

dengan menggunakan rumus bernauli, yaitu :

n ( ⁄ )

Keterangan:

n = Jumlah sampel (kuesioner) yang sah

Z( /2) = Nilai distribusi normal (terdapat dalam lampiran)

e = Tingkat kesalahan

p = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar

q = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap salah

Kepercayaan ( )

Ketelitian (e) = 5%

3.5.3 Uji validitas konstruk

Dalam melakukan uji validitas langkah yang ditempuh oleh peneliti

sebagai berikut:

1 Mendefinisikan secara operasional konsep yang digunakan dalam

penelitian sebagaimana diketahui bahwa konsep itu memiliki konstruk

tersebut harus dicari, salah satu diantaranya dengan mencari definisi

dan rumusan tentang konsep yang akan diukur.

2 Memasukan data kedalam tabulasi kemudian menghitung korelasi

masing – masing item dalam skor total, yaitu dengan mengunakan

rumus tekhnik korelasi product moment.(Masri singarimbun,1989:137)

Adapun rumusnya menggunakan:

31

(∑ ) (∑ ∑ )

√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]

Keterangan:

r = korelasi product moment

X = skor pernyataan

Y = skor total seluruh pernyataan

XY = skor pernyataan dikalikan skor total

N = jumlah responden pretest

Variable dinyatakan valid apabila rhitung lebih besar dari r table

Setelah mengetahui hasil validitas maka analisis selanjutnya yaitu uji

realibiltas dengan menggunakan software spss 16 for windows.

3.5.4 Statistik Deskriptif

Pada bagian ini peneliti menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil

penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung.

3.5.5 Analisis Regresi dan Korelasi

3.5.5.1 Analisis Regresi

Semua data hasil penyebaran angket ini diberi sekor dan analisis dengan

menggunakan uji statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik korelasi dan regresi, yaitu dengan korelasi sederhana untuk

menentukan hubungan masing-masing variabel X dengan Y, regresi sederhana

untuk menentukan kontribusi variabel X terhadap Y.

Kemudian menentukan regresi sederhana dengan menggunakan rumus:

32

Keterangan:

Y’ = Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta atau Bila harga X= 0

b = Koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun

penurunan variabel devenden yang didasarkan pada variabel

independen. Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan

X = Nilai Variabel independen (Sugiyono, 2008:219) 1

Rumus harga a dan harga b

a=(∑ )( ) (∑ )(∑ )

∑ ( ∑ )

b= ∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

Selanjutnya untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil penyebaran

angket yaitu menjumlahkan skor kriteria (apabila setiap butir item mendapatkan

skor tertinggi = 5) X (jumlah item) X (jumlah responden).

Adapun criteria dalan menginterpretasikan skor secara keseluruhan pada

daerah interval tertentu yaitu secara kontinum dapat dibuat kategorikan sebagai

berikut:

Gambar 3.1

Garis kontinum presentase

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(Iskandar,2010:93)

33

3.5.4.2 Analisis Korelasi

Menghitung korelasi sederhana antara variabel yang ada dengan rumus

korelasi sederhana yang notasi rumusnya adalah:

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi X dan Y

∑ = jumlah kuadrat dari skor X

∑ = jumlah kuadrat dari skor

∑ = jumlah skor variabel X

∑ = Jumlah skor variabel Y (Gravetter dan walnau,1985:75-78)

Besarnya nilai r yang diperoleh adalah berkisar antara -1 dan +1 (-

1<1<+1)

Apabila r = 1 artinya nilai korelasi sangat kuat

r = -1 artinya nilai korelasi negatif sempurna

r = 0 artinya tidak ada korelasi

Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan

tersebut, maka r dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai

berikut:

34

Tabel 3.3

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

(Sumber : Sugiyono, 2009:214)

Kesimpulan yang akan didapat mulai dari 0% - 100%, dimulai dari

sangat rendah hingga sangat kuat.

Untuk mengukur seberapa tingkat pengaruh Variabel X terhadap

Variabel Y (Besarnya kontribusi ketatausahaan perpajakan modern

terhadap peningkatan pelayanan), penulis menggunakan Korelasi

Determinasi yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat hubungan antar variable X dan Y dengan rumus

Dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien korelasi sedrhana

dengan rumus:

t = √

Dalam uji hipotesis nilai t hitung dibandingkan t tabel dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. jika t hitung > t tabel berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan

hipotesis alternative (Ha) diterima.

35

2. jika t hitung < t tabel berarti hipotesis nol (Ho) diterima dan

hipotesis alternative (Ha) ditolak.

Penghitungan semuanya akan dilakukan dengan uji instrumen dalam

fokus realibilitas yang diolah menggunakan software SPSS versi 16.0

dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan ketepatan pengukuran,

apabila pengukuran dilakukan pada objek yang sama berulang kali dengan

instrumen yang sama dengan menggunakan rumus alpha Croanbach, jika

hasilnya lebih besar dari 0,7, maka sudah menunjukan handal serta valid

dan dapat dijadikan alat ukur penelitian.

Dengan teknik analisis dan pengujian hipotesis tersebut diatas,

diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap rumusan masalah dalam

penelitian pengaruh tata usaha perpajakan modern terhadap peningkatan

pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung.

Adapun hipotesis yang akan diuji

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha

terhadap peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung Cicadas

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha terhadap

peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Cicadas

Adapun untuk uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier

untuk menghubungkan variabel X (independen) dan variabel Y(depenen) dengan

36

menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for windows.(Metode Pelatihan

Statistik,2011:37)

3.5.6. Koefisien determinasi

koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui hasil pengaruh variable

X terhadap Y adapun rumusnya yaitu:

( )

Keterangan

KD = Koefisien Determinasi

rxy = Hasil analisis product moment

3.6 Jadwal dan Tempat Penelitian

1. Tempat

Tempat penelitian ini adalah Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Cicadas No. 114 Soekarno Hatta.

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada kantor pelayanan pajak pratama

Bandung Cicadas, karena beberapa faktor diantaranya:

Pertama lokasi tempat penelitian mendekati lokasi peneliti mencari

ilmu diperkuliahan,

Kedua kota Bandung merupakan pusat provinsi Jawa Barat yang

mempermudah dalam mengurus surat untuk pelaksanaan penelitian.

37

Ketiga lokasi tinggal peneliti ditempat perkuliahan adalah daerah yang

termasuk daerah yang menjadi cakupan wilayah kantor pelayanan pajak

pratama Bandung Cicadas.

3. Waktu

Waktu penelitian yang dilakukan adalah terhitung mulai bulan Mei

sampai Juli 2012, yang dapat dilihat dalam tabel penelitian.

Tabel 3.4

Rencana penelitian

Tahapan penelitian Mei 2012 Juni 2012 –

Januari 2013

Januari

2013

February

2013

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul

Bimbingan Proposal

Penelitian

Seminar Proposal

Penelitian

Pengumpulan dan

Pengolahan data

(observasi)

Bimbingan Skripsi

Penyelesain Skripsi

Sidang Skripsi

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 PENGUMPULAN DATA

4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung

Sejarah pajak awalnya berasal dari Negara Perancis pada zaman

pemerintahan Napoleon Bonaparte. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh

Negara Perancis. Sistem pajak yang di terapkan pula oleh Belanda kepada

Indonesia. Pada saat Belanda menjajah Indonesia dimana pada saat itu disebut

“Oor Longs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).

Pemungutan pajak oleh Pemerintah Belanda dilaksanakan disuatu badan

yaitu “Deinspetie van Vinancian” yang kemudian diganti namanya menjadi

“Zeinenbu” oleh Pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Pada tanggal

15 Agustus 1942 nama tersebut diganti menjadi “Kantor Inspeksi Keuangan” dan

berkantor di Gedung Concordia (Sekarang Gedung Merdeka) Jalan Asia Afrika.

Lalu pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I,

Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Bandung Selatan di

Kabupaten Soreang.

Setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda I, Belanda menyerang kembali

dengan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948, Kantor

Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Tasikmalaya.

Setelah berakhirnya Agresi Militer II, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung

yang berada di Tasikmalaya di kembalikan ke Bandung pada tanggal 17

Desember 1949. Kantor Inspeksi Keuangan Bandung pada saat itu

38

39

diserahterimakan oleh Menteri Keuangan Mr. Safrudin Prawiranegara, dan

kemudian menunjuk Koesoemosarminto sebagai Kepala Kantor Inspeksi

Keuangan Bandung yang pertama, berkantor di km “0” (Groofpostweg) saat ini

Jalan Asia Afrika No.114.

Sejak tahun 1968,Kantor Inspeksi Keuangan berganti nama menjadi Kantor

Inspeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor Inspeksi Pajak

Bandung dibagi menjadi dua yakni Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat dan

Kantor Inspeksi Bandung Timur. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia No. Kep-48/KMK/1988 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah

kantor baru yang diberi nama Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah yang

beralamat di Jl. Purnawarman No.21 dengan Kepala Kantor Drs. Untung Rivai,

sejak berlakunya keputusan mentri keuangan tersebut, maka Kantor Inspeksi

Pajak yang berada di Bandung dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat

2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur

3. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah

Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

tanggal 23 Maret 1998 No. Kep-276/KMK.01/1998, Struktur Organisasi dan Tata

Kerja Direktorat Jenderal Pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor

Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian pesatnya perkembangan wilayah, maka

dipandang perlu adanya wilayah kerja agar dapat memaksimalkan penerimaan

dari sektor pajak.

40

Perkembangan Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung telah

berkembang menjadi enam KPP,yakni:

1. KPP Bandung Bojonagara, Jl. Asia Afrika No.114

2. KPP Bandung Karees, Jl. Kiaracondong No.372

3. KPP Bandung Cimahi, Jl. Raya Barat No.574

4. KPP Bandung Cibeunying, Jl. Punawarman No.21

5. KPP Bandung Cicadas, Jl. Soekarno Hatta No.781

6. KPP Bandung Tegalega, Jl. Soekarno Hatta No.216

Pada bulan Maret 2006 Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat Seksi

II membawahi Sembilan KPP meliputi lima KPP di Bandung, yaitu:

1. KPP Bandung Bojonagara, Jl. Asia Afrika No.114

2. KPP Bandung Karees, Jl. Kiaracondong No.372

3. KPP Bandung Cibeunying, Jl. Punawarman No.21

4. KPP Bandung Cicadas, Jl. Sokarno Hatta No.781

5. KPP Bandung Tegalega, Jl. Soekrno Hatta No.21

Pada dasarnya ketika era pra modern (KPP Paripurna) KPP Bandung

Cicadas adalah lembaga pelaksana Dirjen Pajak yang bertugas untuk

melaksanakan kegiatan Operasional Pelayanan Perpajakan. KPP Bandung

Cicadas beralamat di Jl. Soekarno Hatta No.781 Bandung. KPP Bandung Cicadas

menempati sebuah gedung berlantai empat, yang semula diperuntukan untuk

Kanwil IX DJP Jawa Barat Seksi II. Sebagai KPP baru, Kepala Kantornya

dilantik pada tanggal 24 Februari 2002, dan Kasi, Kasubag Umum, serta Kepala

KP4 dilantik pada bulan April 2002.

41

Pada Dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah

unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan

kegiatan Operasional Pelayanan Perpajakan. Berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli

2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan,

Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak serta Kantor Penyuluhan dan

Pengamatan Potensi Perpajakan, memutusakan bahwa Kantor Pelayanan Pajak

Bandung Cibeunying yang semula wilayahnya meliputi wilayah Cibeunying dan

wilayah Ujung Berung dipecah menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak lama dan

Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas sebagai Kantor Pelayanan Pajak baru

dengan wilayah kerja meliputi: Kecamatan Cibiru,Arcamanik,Cicadas,Ujung

Berung dan Cimenyan.

Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas menempati sebuah gedung baru

berlantai empat,yang semula diperuntukkan untuk Kanwil IX DJP Jawa bagian

Barat II sejak tahun 2002.

Sebagai Kantor Pelayanan Pajak baru,Kepala Kantornya dilantik pada bulan

April 2002 dan untuk sementara sambil melakukan pembenahan gedung baru

tersebut Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas berkantor di Aula Kantor

Pelayanan pajak Bandung Cibeunying.

Karena gedung baru tersebut belum ada Lay-Out dan Partisi, maka didesain

sendiri dan bekerjasama dengan para Kepala seksi, khususnya Ibu Kasubag

42

Umum dengan konsep mengutamakan, memudahkan pelayanan, kenyamanan,

keamanan, keindahan, keterpaduan antar seksi,dan keterbukaan.

Struktur Organisasi di KPP Model Lama dipimpin oleh seorang Kepala

Kantor yang di bagi atas beberapa seksi yaitu:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Tata Usaha Perpajakan

3. Seksi Penagihan

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

5. Seksi PPh Badan

6. Seksi PPN dan PTLL

7. Seksi P2 PPh

8. Seksi Penerimaan dan Keberatan

Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

tanggal 23 Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1998, Struktur Organisasi dan

Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor

Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demekian pesatnya perkembangan wilayah, maka

di pandang perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan

penerimaan dari sektor pajak.

Perkembangan terakhir pada bulan April 2002, Kantor Pelayanan Pajak di

wilayah Bandung telah berkembang menjadi enam KPP yakni:

1. KPP Bandung Bojonagara, Jalan Asia Afrika No. 114

2. KPP Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No.372

3. KPP Bandung Cimahi, Jalan Raya Barat No. 574

43

4. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No. 21

5. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No.781

6. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216

Pada bulan Maret 2006 Kanwil Dirjek Pajak Jawa Barat Bagian II

membawahi Sembilan KPP meliputi lima KPP di Bandung yang terdiri dari:

1. KPP Bandung Bojonagara, Jalan Asia Afrika No. 114

2. KPP Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No. 372

3. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No. 21

4. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216

5. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No. 781

Dan empat KPP Lainnya terdiri dari:

1. KPP Cimahi

2. KPP Tasikmalaya

3. KPP Sukabumi

4. KPP Cianjur

Setelah masa pra modern yaitu era modern maka Kantor Pelayanan Pajak

Pratama pertama kali dibentuk melalui keputusan Menteri Keuangan No.

254/KMK.01/2004 di lingkungan Kanwil DJP Jakarta 1 (kini Jakarta Pusat).

Kemudian dengan Peraturan Menteri Keuangan No.55/PMK.01/2007 ditetapkan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama dilingkungan Kantor Wilayah DJP yang ada di

pulau Jawa dan Bali secara bertahap saat mulai beroperasi sesuai dengan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak.Dan pada tanggal 28 Agustus 2007 Kantor

44

Pelayanan Pajak Bandung Cicadas berubah nama menjadi Kantor Pelayanan

Pajak PratamaBandung Cicadas.

Keterbukaan itu diwujudkan dengan membuat partisi antar seksi yang

tingginya hanya 120 cm,sehingga adanya saling control antara satu seksi dengan

seksi lainnya. Begitu juga dengan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), didesain

sedemikian rupa dengan mencontoh Counter bank dan Hotel.

Untuk pengamanan terhadap peralatan computer di Tempat Pelayanan

Terpadu,maka monitor computer di Tempat Pelayanan terpadu ditanam di dalam

meja, ruang Tempat Pelayanan terpadu juga dilengkapi dengan meja serba-serbi

untuk Wajib Pajak, meja pelayanan pelanggan (customer service) dan penyediaan

space bank untuk masa yang akan datang.

Untuk mempersiapkan satu Kantor Pelayanan Pajak masa depan, ruang

kepala Kantor dilengkapi dengan ruang khusus untuk ibadah, istirahat, yang

didalamnya tertsedia dapur kering, lemari pakaian dan sebagainya,hal ini adalah

antisipasi apabila ada Kepala Kantor yang baru pindah (jadi tidak perlu sewa

Hotel). Sistem Pelayanan di Tempat Pelayanan Terpadu dilakukan sebagaimana di

BanK Swasta, tanpa istirahat. Untuk memantau keadaan di Tempat Pelayanan

Pajak dipasang TV monitor yang berhubungan langsung dengan ruang kepala

Kantor.

Kantor Pelayanan Pajak Bandung Pratama Cicadas mempunyai tugas

melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan Pemeriksaan Sederhana

terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung

45

Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

tanggal 23 Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1998, struktur Organisasi dan

Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor

Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demekian pesatnya perkembangan wilayah, maka

di pandang perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan

penerimaan dari sektor pajak.

Pada dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah

lembaga pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan

kegiatan opersional pelayanan perpajakan.

Dalam rangka memberikan pelayanan secara maksimal, karyawan/ti

seyogyanya berpenampilan baik dan rapih dan rapih oleh karena itu, dalam

berbusana/seragam diatur:

Senin : Baju putih dengan celana dan rok warna Gelap.

Selasa : Baju batik / bebas dengan celana dan rok menyesuaikan

Rabu-Kamis : baju Bebas Rapih.

Jum’at : baju batik / bebas dengan celana dan rok menyesuaikan.

46

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas

Kepala KPP Pratama Bandung Cicadas

Endang Sri Martuti

Kelompok Fungsional

12 Pegawai

SubBagian Umum

Trisusanto

6 Pegawai

Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Muchamad Sayidiman

6 Pegawai

Seksi Pelayanan

Aldy Renaldy

14 Pegawai

Seksi Pemeriksaan

Nurainun Gaus

1 Pegawai

Seksi Penagihan

Yogi Sugiharto

4 Pegawai

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Andang Sri Suka

4 Pegawai Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

Sunardi Gito Sumarto

5Pegawai

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

Devrizal

4 Pegawai

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

Novianto

6 Pegawai

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

Ichsan Mulia Adiguna

6 Pegawai

47

Kemudian para Kepala Kantor yang pernah menjabat di Kantor Pelayanan

Pajak Cicadas dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas sejak

Tahun 2002 adalah sebagai berikut :

1. Drs. Abdurahmad Hafid

2. Drs. Achmad Syahrowadi

3. Drs. Maryanto

4. Drs. Erry S. Dipawinangun

5. Drs. Haryono, Ak.

6. Endang Sri Martuti

Struktur organisasi di KPP yang menerapkan system modern, khusunya

KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya adalah merupakan gabungan dari KPP

dan Karikpa lama yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi

beberapa seksi yaitu:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pelayanan

3. Seksi Pengolahan Data dan Infomasi

4. Seksi Penagihan

5. Seksi Pengawasan dan konsultasi I

6. Seksi Pengawasan dan konsultasi II

7. Seksi Pengawasan dan konsultasi III

8. Seksi Pengawasan dan konsultasi IV

9. Seksi Pemeriksaan

10. Tenaga Fungsional dan Pemeriksaan

48

4.1.2 Visi Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung

Visi

Menjadi instansi pemerintahan yang menyelenggarakan system administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan

integritas dan professionalism yang tinggi

Misi

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan undang – undang

perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran

pendapatan dan belanja Negara melalui system administrasi perpajakan yang

efektif dan efisien.

4.1.3 Denah Lokasi KPP Pratama Cicadas Bandung

Jln. Soekarno – Hatta No. 781 Bandung 40292 Telp. (022) 7304525 Fax.

(022) 7304961 Kode KPP 429

Lantai 1

1. Tempat pelayanan terpadu

2. Help Desk

3. Bank BNP

4. Seksi pelayanan

5. Seksi ekstensifikasi

6. Seksi pengolahan data dan informasi

Lantai 2

1. Kepala kantor

2. Secretariat

49

3. Sub bagian umum

4. Seksi penagihan

5. Seksi pemeriksaan

6. Kelompok fungsional pemeriksaan pajak

7. Ruang closing

Lantai 3

1. Seksi pengawasan dan konsultasi I

2. Seksi pengawasan dan konsultasi II

3. Seksi pengawasan dan konsultasi III

4. Seksi pengawasan dan konsultasi IV

5. Ruan in house training

6. Ruang perpustakaan

Lantai 4

1. Aula

4.1.4 Wilayah Kerja KPP Pratama Cicadas Bandung

1. Kecamatan Ujung Berung

2. Kecamatan Arcamanik

3. Kecamatan Cicadas

4. Kecamatan Cibiru

5. Kecamatan Panyileukan

6. Kecamatan Antapani

7. Kecamatan Buah Batu

50

Gambar 4.2

Peta wilayah kerja

4.1.5 Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Cicadas Bandung

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas dipimpin oleh seorang

Kepala Kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan

perpajakan dalam daerah wewenangnya yang meliputi luas daerah tempat

kedudukan Wajib Pajak dan Penanggung Pajak pada daerah tertentu

berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal

Pajak.

Uraian Tugas dari stuktur organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas

adalah sebagai berikut

51

1. Kepala Kantor

1) Mengawasi jalannya kegiatan operasional pelayanan perpajakan yaitu

Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Tidak

Langsung Lainnya (PTLL) berdasarkan kebijakan teknis yang dilakukan

Direktorat Jenderal Pajak.

2) Membina karyawan yang ada di wilayah wewenang kekuasaannya.

3) Menerima laporan kerja dari setiap seksi.

4) Membuat kegiatan operasional KPP wilayah Jawa Barat.

2. Subbagian Umum

Subbagian Umum mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Bagian yang menjalankan, melayani, serta menyediakan segala

kebutuhan para pegawai baik pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah

terima jabatan serta pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil,

2) Penerbitan izin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan,

3) Pengajuan usul peserta pendidikan di luar negeri,

4) Pengurusan gaji dan TKPKN yang terdiri atas prosedur pengurusan gaji

mulai dari pengajuan sampai dengan pembayarannya,

5) Permohonan kartu tanda peserta asuransi dan Taspen,

6) Menyusun Laporan/ Daftar Realisasi atas Penggunaan Anggaran Belanja,

dan yang melaksanakan penutupan Buku Kas Umum yang dilaksanakan

setiap bulan oleh Bendahara Pengeluaran.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas sebagai berikut:

52

1) Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data,

2) Penyajian informasi perpajakan,

3) Perekaman dokumen perpajakan,

4) Urusan tata usaha penerimaan perpajakan,

5) Pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan,

6) Pelayanan dukungan teknis komputer,

7) Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing,

8) Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, dan

9) Penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

2) Penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat

lainnya, Penyuluhan perpajakan,

3) Pelaksanaan registrasi wajib pajak, dan

4) Melakukan kerjasama perpajakan.

5. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,

2) Penundaan dan angsuran tunggakan pajak,

3) Penagihan aktif,

53

4) Usulan penghapusan piutang pajak, dan

5) Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,

2) Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,

3) Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta

administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya,

4) Melaksanaan Pemeriksaan Lapangan untuk satu, beberapa atau seluruh

jenis pajak, baik untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya,

serta pemeriksaan kantor dengan mengirimkan surat panggilan kepada

Wajib Pajak untuk datang ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak, dan

Menyelesaikan usulan pemeriksaan Bukti Permulaan dari Kepala Kantor

Pelayanan Pajak atau Kelompok Fungsional Kanwil kepada Kepala

Kanwil berdasarkan Informasi Data Laporan dan Pengaduan (IDLP),

hasil pengamatan, atau hasil pemeriksaan.

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan potensi perpajakan,

2) Pendataan objek dan subjek pajak,

3) Penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi,

4) Menyelesaikan permohonan oleh Wajib Pajak yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas

54

bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan untuk mendaftarkan objek pajaknya yang dilaksanakan dengan

penelitian lapangan maupun penelitian kantor,

5) Menerbitkan himbauan untuk mendaftarkan diri atau meminta NPWP

bagi Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat, namun diketahui belum

memiliki NPWP.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV;

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi

II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV,

masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,

2) Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis

perpajakan,

3) Penyusunan profil Wajib Pajak,

4) Analisis kinerja Wajib Pajak,

5) Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan

intensifikasi, dan

6) Melakukan evaluasi hasil banding.

9. Kelompok Jabatan Fungs ional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional

55

yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang

keahliannya.

2) Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional

senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP

yang bersangkutan.

3) Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan

dan beban kerja.

4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.1.6 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung

Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung yaitu

memberikan pelayanan publik dengan baik kepada,Wajib Pajak, dengan

memenuhi semua kebutuhan Wajib Pajak untuk dalam melakukan pemenuhan

kewajiban perpajakannya, Untuk mencapai tujuan itu diperlukan Prosedur dan

tata kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya terdiri

dari aspek - aspek kegiatan antara lain:

1. Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan

melalui prosedur yang mudah dan sistematis.

2. Melakukan kegiatan Operasional perpajakan di bidang pengolahan data

informasi, tata usaha perpajakan, pelayananan, penagihan, pengawasan

dan konsultasi, dan pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak

pertambahan nilai dan penerapan sanksi administrasi perpajakan dengan

56

mencari, mengumpulkan, mengolah data, maupun keterangan lain, dalam

rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan. Juga melakukan

kegiatan penata usahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penulisan

dan perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan

laporan pembayaran masa PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak tidak

langsung lainnya.

4. Mengadakan Kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan

memenuhi kewajiban perpajakanya.

4.2 Pengolahan Data

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai data yang diperoleh dari

penyebaran angket yang ditujukan kepada pegawai kantor Pelayanan Pajak

Pratama Cicadas Bandung guna mengetahui Pengaruh tata usaha perpajakan

modern terhadap peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama

Cicadas Bandung. Seperti penjelasan sebelumnya, Populasi dalam penelitian ini

adalah pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung, sedangkan

yang di ambil sebagai sampel dalam penelitian yaitu seluruh pegawai KPP

Pratama dengan total populasi sebanyak 79 orang, dan pada akhirnya peneliti

dapat mengumpulkan 43 responden dan yang mengisi komplit sebanyak 40

responden, maka peneliti menganggap 3 buah kuesioner dinyatakan tidak valid.

Dari jumlah responden tersebut semua telah mengembalikan angketnya dengan

data – data yang cukup sesuai harapan penulis.

57

Untuk memudahkan analisa data penulis menjabarkan data – data tersebut

dalam bentuk tabel yang akan memberikan gambaran terhadap masalah yang

diteliti.

4.2.1 Uji kecukupan data

Dalam melakukan uji kecukupan data yang di tempuh oleh peneliti adalah

dengan menggunakan rumus bernauli, yaitu :

n ( ⁄ )

Keterangan:

n = Jumlah sampel (kuesioner) yang sah

Z( /2) = Nilai distribusi normal (terdapat dalam lampiran)

e = Tingkat kesalahan

p = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar

q = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap salah

Kepercayaan ( )

Ketelitian (e) = 5%

/2 = 1-0.025 = 0.975 = 1.960

P =

q =

Kecukupan

n = 40

n ( ⁄ )

58

n ( )

40 0.1843 (n n’, maka Data Cukup)

4.2.2 Uji validitas Konstruk

Dalam melakukan uji validitas langkah yang ditempuh oleh peneliti

sebagai berikut:

1 Mendefinisikan secara operasional konsep yang digunakan dalam

penelitian sebagaimana diketahui bahwa konsep itu memiliki konstruk

tersebut harus dicari, salah satu diantaranya dengan mencari definisi

dan rumusan tentang konsep yang akan diukur.

2. Memasukan data kedalam tabulasi kemudian menghitung korelasi

masing – masing item dalam skor total, yaitu dengan mengunakan

rumus tekhnik korelasi product moment. (Masri

singarimbun,1989:137)

Adapun rumusnya menggunakan:

(∑ ) (∑ ∑ )

√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]

Keterangan:

r = korelasi product moment

X = skor pernyataan

Y = skor total seluruh pernyataa

XY = skor pernyataan dikalikan skor total

N = jumlah responden pretest

59

Variable dinyatakan valid apabila rhitung lebih besar dari r table.

Tabel 4.1

Hasil penyebaran kuesioner untuk variable Tata usaha pajak

N 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah X

1 4 4 3 3 4 4 5 5 31

2 5 5 5 4 4 4 5 5 37

3 5 5 4 4 4 4 5 4 35

4 5 5 4 3 4 5 5 5 36

5 5 4 4 2 5 4 4 5 33

6 5 4 4 3 4 5 4 5 34

7 5 5 4 2 4 4 4 4 32

8 5 4 4 1 5 4 5 5 33

9 5 5 4 2 4 5 5 5 35

10 5 3 4 2 5 5 5 4 33

11 5 4 4 3 4 4 5 4 33

12 4 4 5 4 3 4 4 4 32

13 4 4 4 3 4 4 4 4 31

14 4 5 4 2 5 4 4 5 34

15 4 5 4 4 5 5 5 5 37

16 4 4 4 3 5 5 5 5 35

17 5 5 5 2 4 5 4 4 34

18 4 4 5 2 4 4 4 5 32

60

19 5 3 5 3 5 4 4 4 33

20 4 5 4 3 3 4 5 5 33

21 5 4 4 4 4 5 4 5 35

22 4 5 4 4 5 5 5 4 36

23 5 4 4 2 3 4 5 5 32

24 4 5 3 2 4 4 3 3 28

25 5 4 4 2 4 4 5 4 32

26 4 4 4 3 3 4 5 5 32

27 5 4 4 3 4 5 5 4 34

28 4 5 4 4 5 5 5 5 37

29 4 5 5 4 5 4 5 4 36

30 4 5 4 4 4 4 5 3 33

31 5 4 4 3 5 3 4 4 32

32 5 3 4 4 4 4 5 4 33

33 4 4 3 4 5 5 5 5 35

34 5 5 4 3 4 5 4 5 35

35 4 4 4 5 4 4 4 3 32

36 5 5 4 3 4 4 3 3 31

37 4 5 4 4 4 3 4 4 32

38 5 5 5 4 4 4 5 3 35

39 4 4 3 4 4 5 5 4 33

40 4 5 4 4 5 4 4 4 34

61

Tabel 4.2

Hasil penyebaran kuesioner untuk variable tingkat pelayanan

N 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Y

1 4 4 3 3 5 2 4 4 29

2 5 5 5 5 5 5 4 4 38

3 5 5 5 5 4 4 4 3 35

4 4 4 4 4 4 5 4 4 33

5 4 4 5 4 5 4 4 4 34

6 5 5 4 5 5 5 4 3 36

7 4 4 4 4 4 3 4 4 31

8 5 4 5 5 4 5 5 4 37

9 5 4 5 5 5 5 5 5 39

10 4 5 4 4 4 4 4 4 33

11 4 5 4 4 4 4 4 4 33

12 4 3 4 4 4 4 5 4 32

13 4 5 4 4 4 4 5 5 35

14 5 5 5 5 5 5 5 4 39

15 5 5 5 5 5 5 4 5 39

16 5 5 5 5 5 5 5 4 39

17 4 5 4 4 4 4 5 4 34

18 4 3 4 3 3 4 4 4 29

19 4 5 4 4 5 5 5 5 37

62

20 5 4 5 4 5 4 4 2 33

21 5 4 5 5 5 4 5 4 37

22 5 5 5 4 5 4 3 4 35

23 4 3 4 4 4 4 4 5 32

24 4 3 4 4 4 4 4 4 31

25 4 4 4 4 5 4 4 4 33

26 5 4 5 4 5 5 4 5 37

27 5 4 5 5 5 4 5 4 37

28 4 4 5 5 5 5 4 4 36

29 4 4 4 4 5 5 4 3 33

30 3 5 3 4 4 4 5 4 32

31 4 4 4 4 3 4 5 4 32

32 5 5 5 5 5 5 4 4 38

33 5 4 5 4 5 5 4 4 36

34 4 4 4 4 4 4 5 4 33

35 4 4 4 4 4 4 4 4 32

36 3 3 3 4 3 3 4 4 27

37 4 5 4 4 5 3 2 4 31

38 5 4 5 4 4 3 5 5 35

39 4 4 4 5 4 5 4 4 34

40 5 4 5 5 5 4 4 4 36

63

Tabel 4.3

Perhitungan korelasi product moment

No X Y X2 Y2 X.Y

1 31 29 961 841 899

2 37 38 1369 1444 1406

3 35 35 1225 1225 1225

4 36 33 1296 1089 1188

5 33 34 1089 1156 1122

6 34 36 1156 1296 1224

7 32 31 1024 961 992

8 33 37 1089 1369 1221

9 35 39 1225 1521 1365

10 33 33 1089 1089 1089

11 33 33 1089 1089 1089

12 32 32 1024 1024 1024

13 31 35 961 1225 1085

14 34 39 1156 1521 1326

15 37 39 1369 1521 1443

16 35 39 1225 1521 1365

17 34 34 1156 1156 1156

18 32 29 1024 841 928

19 33 37 1089 1369 1221

64

20 33 33 1089 1089 1089

21 35 37 1225 1369 1295

22 36 35 1296 1225 1260

23 32 32 1024 1024 1024

24 28 31 784 961 868

25 32 33 1024 1089 1056

26 32 37 1024 1369 1184

27 34 37 1156 1369 1258

28 37 36 1369 1296 1332

29 36 33 1296 1089 1188

30 33 32 1089 1024 1056

31 32 32 1024 1024 1024

32 33 38 1089 1444 1254

33 35 36 1225 1296 1260

34 35 33 1225 1089 1155

35 32 32 1024 1024 1024

36 31 27 961 729 837

37 32 31 1024 961 992

38 35 35 1225 1225 1225

39 33 34 1089 1156 1122

40 34 36 1156 1296 1224

Jumlah 1340 1372 45034 47406 46095

65

40 (46095) – (1340 x 1372) / [40(45034) – (1340)2][40(47406) – (1372)2]

1843800 – 1838480

/ [1801360 – 1795600][ 1896240 – 1882384]

5320

/ [5760][13856]

5320 / 79810560

5320 8933,675615333254

0,5954995714047479

r = 0,595

Setelah melakukan penghitungan n = 40 dengan pengukuran taraf

kesalahan 5% jika diperoleh r table sebesar 0,304 untuk taraf signifikansi dua

pihak dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh nilai r table 0,393. Karena r hitung

lebih besar dari r table maka dapat disimpulkan bahwa instrument tata usaha pajak

dan tingkat pelayanan dengan nilai r = 0,595 adalah valid dan dapat dipergunakan

dalam penelitian.

Selanjutnya menghitung persentase keseluruhan skor dengan criteria

(apabila setiap butir item mendapatkan skor tertinggi = 5) X (jumlah item = 16) X

(Jumlah responden = 40) maka akan didapatkan hasil 3200.

Kemudian skor seluruh item yaitu 2712 : 3200 X 100% = 84,75% maka

dapat dikategorikan pada daerah interval yang tinggi, secara kontinum dapat

dipresentasikan sebagai berikut:

66

Gambar 4.3

Garis kontinum persentase

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

84,75%

Gambar 4.4

Garis kontinum skor angket penelitian

320 640 1240 1920 2560 3200

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

2712

4.2.3 Uji Realibilitas

Hasil dari penghitungan dengan menggunakan spss 16 for windows adalah

seperti gambar 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8.

Tabel 4.4

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

67

Hasil uji dari kedua item menggunakan SPSS 16 menunjukan Alpha

Cronbach’s 703 dalam arti kedua aitem tersebut Reliable dan dapat digunakan

sebagai instrument penelitian.

Tabel 4.5

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.703 2

Tabel 4.6

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Ketatausahaan.X 34.3000 8.882 .595 .a

Pelayanan.Y 33.5000 3.692 .595 .a

a. The value is negative due to a negative average covariance among items.

This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.

68

Tabel 4.7

Scale Statistics

Mean Variance

Std.

Deviation N of Items

67.8000 19.395 4.40396 2

4.2.4 Statistik Deskriptif

Pada bagian ini peneliti menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil

penelitian diantaranya:

Tabel 4.8

Jumlah seluruh pegawai per-jabatan tahun 2012

NO. JABATAN JUMLAH KETERANGAN

1 Eselon III 1 Kepala Kantor

2 Eselon IV 10 Subbag Umum/Seksi

3 Fungsional 13 Pemeriksa = 12 dan Penerima

PBB= 1

4 Account Representative 19 AR

5 Pelaksana 36 Pelaksana

Jumlah 79

(Sumber : Hasil penelitian tahun 2012)

Tabel 4.9

Jumlah pegawai berdasarkan usia

No. Rentang Usia Jumlah %

1 > 55 1 1,26

2 45 - 55 19 24,05

3 35 - 45 29 36,71

69

4 25 - 35 25 31,65

5 < 25 5 6,33

Jumlah 79 100%

(Sumber : Hasil penelitian tahun 2012)

Tabel 4.10

Status pendidikan pegawai

No. Pendidikan Jumlah %

1 SLA 18 22,78

2 D1 8 10.13

3 D2 - -

4 D3 15 18,99

5 S1 24 30,38

6 S2 11 13,92

7 S3 3 3,80

Jumlah 79 100%

(Sumber : Hasil penelitian tahun 2012)

Dari tabel diatas maka pengetahuan tentang jumlah pegawai Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung dapat terpenuhi.

Tabel 4.11

Jumlah pengaduan Pajak

Di kantor pelayanan pajak pratama cicadas Bandung

Periode Januari – Agustus 2012

(Sumber: Pusat Pengaduan Pajak 2012)

Telepon

Internet

Faksimili/Surat

Media lain

Telepon 7897

Internet 434

Faksimili/Surat 50

Media lain 9

70

Dari tabel jumlah pengaduan tersebut kita dapat menganalisis pada tahun

2012 walaupun peraturan tentang perpajakan modern sudah berlaku serta seluruh

pegawai telah memahami akan perubahan struktur yang terjadi untuk dapat

meningkatkan pelayanan pada wajib pajak, tetap saja pengaduan dari dari wajib

pajak terutama melalui media telepon paling banyak, pengaduan melalui media

telepon menunjukan bahwa wajib pajak rela mengeluarkan biaya pulsa supaya

tidak terlalu menghamburkan waktu untuk mendatangi Kantor Pelayanan Pajak

atas pengaduan yang dilakukan maka dapat dapat peneliti analisis bahwa

penerapan system administrasi perpajakan modern dalam penerapan tata usaha

perpajakan modern untuk peningkatan pelayanan belum dapat terselenggarakan

secara maksimal.

Tabel 4.12

Jumlah perbandingan penerimaan pajak secara keseluruhan

semua jenis pajak dari tahun 2009 s/d 2011

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas

Tahun pajak Rencana Kenyataan Pencapaian (%)

2009 354,333,742,001 376,544,675,820 106.27%

2010 459,509,376,907 508,662,171,988 110.70%

2011 592,923,922,847 558,923,922,847 94.14%

(Sumber: Hasil penelitian tahun 2012)

Dari seluruh hasil penghitungan pajak 3 tahun terakhir maka peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa tata usaha perpajakan modern tidak terlalu

berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

71

Tabel 4.13

Responden yang sah dalam penyebaran angket

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki –Laki 27 67,5

Perempuan 13 32,5

Jumlah 40 100%

4.2.5 Analisis Regresi dan Korelasi

Pola yang pertama dilakukan adalah menentukan regresi linier sederhana

menggunakan rumus Y = a + b X. dimana:

Y = subyek dalam variable dependen yang diprediksikan

a = harga Y ketika harga X = 0 (Harga konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi

X = subyek pada variable Independent tertentu

Dengan mencari harga a dan b menggunakan rumus:

(∑ )(∑

) (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

∑ (∑ )(∑ )

∑ (∑ )

Tabel 4.14

Nilai tata usaha pajak dan tingkat pelayanan

No Xi Yi

1 31 29

72

2 37 38

3 35 35

4 36 33

5 33 34

6 34 36

7 32 31

8 33 37

9 35 39

10 33 33

11 33 33

12 32 32

13 31 35

14 34 39

15 37 39

16 35 39

17 34 34

18 32 29

19 33 37

20 33 33

21 35 37

22 36 35

23 32 32

73

24 28 31

25 32 33

26 32 37

27 34 37

28 37 36

29 36 33

30 33 32

31 32 32

32 33 38

33 35 36

34 35 33

35 32 32

36 31 27

37 32 31

38 35 35

39 33 34

40 34 36

74

Berikut table persamaan regresinya:

Table 4.15

Persamaan regresi linier sederhana

No Xi Yi Xi.Yi Xi2 Yi

2

1 31 29 899 961 841

2 37 38 1406 1369 1444

3 35 35 1225 1225 1225

4 36 33 1188 1296 1089

5 33 34 1122 1089 1156

6 34 36 1224 1156 1296

7 32 31 992 1024 961

8 33 37 1221 1089 1369

9 35 39 1365 1225 1521

10 33 33 1089 1089 1089

11 33 33 1089 1089 1089

12 32 32 1024 1024 1024

13 31 35 1085 961 1225

14 34 39 1326 1156 1521

15 37 39 1443 1369 1521

16 35 39 1365 1225 1521

17 34 34 1156 1156 1156

18 32 29 928 1024 841

75

19 33 37 1221 1089 1369

20 33 33 1089 1089 1089

21 35 37 1295 1225 1369

22 36 35 1260 1296 1225

23 32 32 1024 1024 1024

24 28 31 868 784 961

25 32 33 1056 1024 1089

26 32 37 1184 1024 1369

27 34 37 1258 1156 1369

28 37 36 1332 1369 1296

29 36 33 1188 1296 1089

30 33 32 1056 1089 1024

31 32 32 1024 1024 1024

32 33 38 1254 1089 1444

33 35 36 1260 1225 1296

34 35 33 1155 1225 1089

35 32 32 1024 1024 1024

36 31 27 837 961 729

37 32 31 992 1024 961

38 35 35 1225 1225 1225

39 33 34 1122 1089 1156

40 34 36 1224 1156 1296

76

Jumlah 1340 1372 46095 45034 47406

a = (1372) (45034) – (1340) (46095)

40 (46095) - (1340)2

= 61786648 – 61767300

1843800 – 1795600

= 19348

48200

= 0,4014107883817427

= 0,401

b = 40 (46095) – (1340) (1372)

40 (45034) – (1340)2

= 1843800 – 1838480

1801360 – 1795600

= 5320

5760

= 0,9236111111111111

= 0,924

Y = 0,401 + (0,924) (40) = 37,345

Dari hasil analisis regresi diatas dapat diperkirakan nilai rata – rata tingkat

pelayanan adalah 37,345. Dimana variable tata usaha pajak mendiekati + 1, jika

diasumsikan ketika nilai rata – rata tingkat pelayanan bertambah 1, maka nilai rata

– rata tata usaha pajak bertambah sebesar 0, 401. Hal ini berlaku untuk

kelipatannya seperti nilai tata usaha pajak di tambah 100 maka nilai rata – rata

tingkat pelayanan bertambah sebesar 40,1.

Selanjutnya hasil analisis regresi dan korelasi dengan menggunakan

softiware SPPS 16.0 for windows.

Analisis korelasi yang digunakan adalah Korelasi Pearson, Korelasi Person

dikenal dengan istilah korelasi product momen yang pertama kali ditemukan oleh

Karl Pearson yang biasa digunakan untuk mengetahui hubungan beberapa

variable dan berikut hasilnya:

77

Tabel. 4.16

Descriptive Statistics

Mean

Std.

Deviation N

Tatausaha.X 33.5000 1.92154 40

Pelayanan.Y 34.3000 2.98028 40

Dari table Descriptive Statistic tersebut menerangkan tentang nilai -

nilainya, yaitu Mean atau rata – rata dari masing – masing variabel, standar

deviasi atau simpangan baku dari masing – masing variabel dan N yang

menunjukan jumlah data masing – masing variable.

Tabel. 4.17

Correlations

Tatausaha.X Pelayanan.Y

Tatausaha.X Pearson Correlation 1 .595**

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 144.000 133.000

Covariance 3.692 3.410

N 40 40

Pelayanan.Y Pearson Correlation .595** 1

78

Sig. (2-tailed) .000

Sum of Squares and

Cross-products 133.000 346.400

Covariance 3.410 8.882

N 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari table correlations dapat dilihat pada bagian Pearson Correlation

bahwa tata usaha mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pelayanan yaitu

0,595. Maka dapat disimpulkan hubungan sangat erat positif antara tata usaha

dengan pelayanan.

Kemudian hasil dari analisis regresi menggunakan software SPPS 16.0

adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.18

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Tatausaha.Xa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Pelayanan.Y

Tabel 4.18 menunjukan bahwa hanya variable tata usaha (x) yang masuk

kedalam persamaan regresi.

79

Tabel. 4.19

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .595a .355 .338 2.42552 1.605

a. Predictors: (Constant), Tatausaha.X

b. Dependent Variable: Pelayanan.Y

Nilai R pada Variabel tata usaha adalah 0,595 merupakan nilai variable

yang cukup standar yang digunakan dalam penelitian.

Kemudian adalah asumsi yang digunakan model regresi linier, yaitu

pengujian error berdistribusi normal yang dapat dilihat dan diperiksa pada

histogram dan normal P – P plot of standardized residual.

Gambar diagram 4.5

Pada gambar diagram 4.1 menunjukan bahwa data dalam penelitian

adalah normal karena menunjukan bentuk yang tinggi ditengah dan satu posisi

sebelah kiri dan kanan adalah sama.

80

Gambar grafik 4.6

Pada gambar grafik 4.2 tidak terdapat penyimpangan yang cukup

signifikan terhadap plot normal sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi

normalitas error terpenuhi.

81

Hubungan antara variable dependent dan independent adalah linier. Dapat

diuji dengan teknik analisis korelasi. Pengujian dapat dilakukan dengan pengujian

ANNOVAb yang muncul pada hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 122.840 1 122.840 20.880 .000a

Residual 223.560 38 5.883

Total 346.400 39

a. Predictors: (Constant), Tatausaha.X

b. Dependent Variable: Pelayanan.Y

Pada perbandingan Sum of Squares Regression dan Sum of Squares

Residual pada table diatas terlihat pada Sum of Squares Regression lebih kecil

dari Sum of Squares Residual sedangkan Mean Square yang lebih besar dengan

signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka hal ini mengindikasikan bahwa model

signifikansi terhadap data karena sebagian besar error disebabkan oleh regresi.

Kemudian pengujian interdependensi error dengan uji Durbin – Watson,

dimana nilai yang menunjukan asumsi interdependensi error terpenuhi adalah 1.74

< s/d < 2.26.

82

Tabel 4.21

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .595a .355 .338 2.42552 1.605

a. Predictors: (Constant), Tatausaha.X

b. Dependent Variable: Pelayanan.Y

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diketahui bahwa hasil Durbin Watson

sebesar 1.605, dimana 1.605 < 1.74 < 2.26. Sehingga asumsi Interdependensi

error tidak terpenuhi.

Untuk mengetahui nilai uji tolerance yang memenuhi asumsi yaitu > 0.1,

dimana tolerance = 1/VIF. Digunakan untuk mengetahui tidak adanya

multikolinearitas.

Tabel 4.22

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3.359 6.782 .495 .623

Tatausaha.X .924 .202 .595 4.569 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Pelayanan.Y

Statistic uji tolerance dari model menunjukan nilai lebih dari 0.1, sehingga

asumsi tidak adanya multikolinearity terpenuhi

83

Tabel tersebut sekaligus memberikan informasi mengenai parameter

model regresi sebagai berikut

Pelayanan =3.359 + 0.924 Tatausaha

4.2.6 Analisis Jalur

Analisis jalur digunakan untuk menguji besarnya sumbangan kontribusi

yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan

kausal antara variable independent dengan variable dependent.

Dalam tahapan ini, penulis tidak akan menggunakan analisis jalur karena

hanya ada satu indevendent variable yaitu pelayanan (X) dan devendent variable

yaitu Tata Usaha (Y).

4.2.7. Koefisien Determinasi

Digunakan untuk menghitung seberapa besar pengaruh variable x terhadap

y, yaitu:

( )

KD = (0,595)2 x 100%

KD = 35,80%

Dari perhitungan Koefisien Determinasi sebesar 35,80%, hasil persentase

koefisien determinasi berarti tata usaha berpengaruh terhadap peningkatan

pelayanan sebesar 35,80%.

84

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh

tata usaha perpajakan modern terhadap peningkatan pelayanan yaitu didapat

adanya koefisien korelasi dari variable tata usaha dan pelayanan yaitu sebesar

595 dengan nilai reliabilitas α 703 menunjukan pula data valid kemudian analisis

regresi rata rata pengaruh Variabel tata usaha terhadap tingkat pelayanan sebesar

37,345 lalu persentase kontinum sebesar 84,75% menunjukan nilai yang tinggi

atas skor pernyataan serta pengolahan data dengan menggunakan program spss 16

for windows hasil pengujian dengan uji Durbin – Watson yaitu asumsi

Interdependensi error tidak terpenuhi dan signifikansi lebih kecil dari 0.05

kemudian asumsi dari model regresi linier menghasilkan pengujian error

berdistribusi normal dan penyimpulan dari plot normal yaitu normalitas error

terpenuhi selanjutnya penghitungan Koefisien Determinasi sebesar 35,80%

menunjukan besarnya pengaruh tata usaha terhadap tingkat pelayanan.

Maka Penulis dapat menarik kesimpulan dari pengolahan data yang

didapat yaitu terdapat pengaruh signifikan antara tata usaha perpajakan modern

terhadap peningkatan pelayanan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Cicadas Bandung.

84

85

5.2 Saran

1. Dalam memberikan pelayanan wajib pajak, Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Cicadas Bandung harus melalui prosedur yang mudah dan cepat

dalam memberikan pelayanan.

2. Dalam upaya meningkatkan kesadaran wajib pajak terhadap masyarakat,

pihak terkait perlu mengadakan kegiatan penyuluhan pajak.

86

DAFTAR PUSTAKA

Model Pelatihan Statistik(2011). Bandung : Kampung Statistik.

Sugiono, 2008, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik .Bandung : Alfabeta

Makmur, 2008. Filsapat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara

Riduan, 2007. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Agustino, Leo, 2008, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.

Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia.

Bandung : Bumi Aksara.

Santosa, Pandji, 2008, Administrasi Publik:Teori dan Aplikasi Good Governance,

Bandung: PT. Refika Aditama.

Luankali, Bernadus, 2007, Analisis Kebijakan Publik Dalam Proses Pengambilan

Keputusan, Jakarta: Amalia Press.

Waluyo, 2007, Manajemen Publik (konsep, aplikasi dan implemntasinya dalam

pelaksanaan otonomi daerah), Bandung: Mandar Maju.

Mardiasmo, 2009, Perjakan, Yogyakarta: Andi Offset.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: ANDI

Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

86

87

Moenir, H.A.S. 2008. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi

Aksara.

Siagian, Sondang P. 1998. Filsapat Administrasi. Jakarta : CV. Haji Masa Agung.

Pamudji, S. 1993. Analisis Administrasi: Analisis System Bagi Administrasi yang

Efektif. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Ratminto dan Atik S.W.2008.Manajemen Pelayanan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Iskandar.2010.metode penelitian pendidikan dan sosial kuantitatif dan kualitatif.

Jakarta : Gaung Persada Pers.

Usman, Husaini. 2003.pengantar statistika, Yogyakarta : PT. Bumi Aksara

Kurnia, Siti K. perpajakan Indonesia konsep dan aspek formal, Bandung: Graha

Ilmu

Undang – Undang No. 25 Tahun 2009

88

LAMPIRAN

89

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Yusup, lahir di Garut pada tanggal 13 Desember 1988.

Memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah

lalu meneruskan ke Sekolah Dasar Sukaluyu III yang

bertempat tidak jauh dari rumah orang tuanya. Setelah

lulus Sekolah Dasar kemudian melanjutkan ke Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Wanaraja dari sana pula mulai mengenal

kegiatan pramuka sampai lulus pada tahun 2004. Kemudian Ia meneruskan

sekolah tingkat atasnya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibatu sambil

mondok di Pondok Pesantren Keresek di Kabupaten Garut dan menyelesaikan

sekolah tingkat atasnya pada tahun 2007. Perantauannya tidak sampai disana pada

tahun itu juga melanjutkan kehidupan ke kota Bandung dan dapat meneruskan ke

jenjang perkuliahan pada tahun 2008 di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung

Djati Bandung.

Sejak memasuki perkuliahan Ia berprofesi sebagai wirausaha dengan mulai

berjualan berbagai macam aksesoris wanita dan gemar mengikuti beberapa

organisasi kemahasiswaan baik ekstra ataupun intra kampus, diantaranya ialah

Perhimpunan Mahasiswa Kota Intan Garut (PERMATA INTAN GARUT),

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Himpunan Mahasiswa

Administrasi Negara (HIMA - AN) yang merupakan organisasi ekstra kampus dan

kegiatannya di intra kampus pernah mengikuti kegiatan rekrutmen LIGA

Sepakbola, Disamping profesi dan kegemarannya tersebut Lelaki yang punya hobi

90

bepergian serta mencari suasana baru untuk belajar bergaul juga memahami

tingkat perbedaan di berbagai komunitas, berusaha untuk mendedikasikan dirinya

sebagai akademisi sejak tahun 2010, Ia mencoba meluangkan waktunya untuk

mengamalkan sedikit ilmu yang didapat sebagai staf pengajar di SMP Plus Al –

Falah dan SMK Al - Falah Sucinaraja Garut, dan banyak berperan dalam berbagai

diskusi, seminar, workshop, kuliah umum dan lain sebagainya yang selalu

menjadi bagian dalam kegiatan dan aktivitas sebagai seorang mahasiswa.

Untuk berdiskusi lebih banyak tentang apapun dan memberikan nasihat

maupun kritik, Uup (biasa dipanggil teman akrab dan keluarga) membuka

komunikasi dan silaturahmi lewat e-mail : [email protected] dan

silahkan mampir juga di facebook and freindsternya : [email protected]

dan [email protected] atau via mobile : +62877 2463 2198, tentunya kritik

yang membangun serta dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi maka kata yang

sangat pantas di berikan terhadap apapun yang dapat merubah kesederhanaan

menjadi lebih baik yaitu Jazakumullah Katsiron.