bab i pendahuluan a. latar...

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Malang berada di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, sebelah timur Kota Batu, dan sebagian wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan Kota terbesar kedua di Jawa Timur, 1 disamping itu beberapa objek dengan tema agrowisata banyak dijumpai di Kota Malang. Urbanisasi yang terus berlangsung, dan kebutuhan masyarakat akan adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam segala sektor seperti dalam berbelanja. Masyarakat sudah mulai terbiasa akan adanya pusat-pusat perbelanjaan khususnya mall atau pusat perbelanjaan lainnya, dan tempat- tempat berkumpulnya orang-orang seperti tempat nongkrong yang sudah banyak memakan tempat, seperti di Kota Malang yang sudah banyaknya ruko-ruko yang dijadikan sebuah kafe atau resto. Oleh karena itu, pembangunan terus dilakukan demi memenuhi kebutuhan manusia yang semakin tahun meningkat jumlah populasinya. Berdasarkan perkembangan Kota Malang tersebut, adanya tanda dari beberapa perubahan yang ada seperti gaya hidup nongkrong. Gaya hidup nongkrong pada saat ini terdapat banyak tempat berkumpul baik untuk 1 Http:www.Malang Kota.go.id. Hlm.1606072. diakses pada Jumat, 05 Desember 2014. Pukul 21:15 WIB.

Upload: lamlien

Post on 15-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Malang berada di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini

berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan

Kota Surabaya, sebelah timur Kota Batu, dan sebagian wilayahnya dikelilingi

oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan Kota terbesar kedua di Jawa

Timur,1 disamping itu beberapa objek dengan tema agrowisata banyak

dijumpai di Kota Malang.

Urbanisasi yang terus berlangsung, dan kebutuhan masyarakat akan

adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam segala sektor seperti dalam

berbelanja. Masyarakat sudah mulai terbiasa akan adanya pusat-pusat

perbelanjaan khususnya mall atau pusat perbelanjaan lainnya, dan tempat-

tempat berkumpulnya orang-orang seperti tempat nongkrong yang sudah

banyak memakan tempat, seperti di Kota Malang yang sudah banyaknya

ruko-ruko yang dijadikan sebuah kafe atau resto. Oleh karena itu,

pembangunan terus dilakukan demi memenuhi kebutuhan manusia yang

semakin tahun meningkat jumlah populasinya.

Berdasarkan perkembangan Kota Malang tersebut, adanya tanda dari

beberapa perubahan yang ada seperti gaya hidup nongkrong. Gaya hidup

nongkrong pada saat ini terdapat banyak tempat berkumpul baik untuk

1 Http:www.Malang Kota.go.id. Hlm.1606072. diakses pada Jumat, 05 Desember 2014. Pukul

21:15 WIB.

2

kepentingan keluarga, bisnis, pertemanan, ataupun sekedar untuk bertemu.

Beberapa diantaranya seperti restoran, pusat perbelanjaan, mall, dan alun-

alun, termasuk tempat ngopi yang lebih lazim disebut dengan istilah kafe.

Akan tetapi karena Kota Malang yang dijuluki sebagai kota pelajar

berdasarkan perguruan tinggi atau kampus-kampus yang ada di Kota

Malang, maka kebanyakan pusat keramaian khususnya kafe dipenuhi oleh

para mahasiswa. Setelah itu budaya bertemu di kafe ini begitu mudah

diterima oleh masyarakat perkotaan, salah satunya yaitu di Kota Malang.

Kafe yang berada di daerah pusat-pusat Kota Malang, salah satu hal

yang unik adalah pengunjung yang datang tidak mengenal umur dan latar

belakangnya, Salah satunya yaitu, mahasiswa yang ingin mampir dan

bersantai disebuah kafe. Jika sebelumnya rumah merupakan tempat penting

untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dalam waktu lebih dari dua dasa warsa

ini perlahan-lahan mulai berkurang perannya dan mungkin saat ini digantikan

oleh ruang publik alternatif yang muncul akibat berubahnya gaya hidup.

Gaya hidup sangat erat kaitannya dengan perkembangan zaman,

dewasa ini gaya hidup lebih cenderung untuk mengikuti trend yang sedang

berkembang. Trend tersebut awalnya merupakan budaya yang ada di Negara-

negara Barat yang maju seperti Amerika, Inggris dan lain-lain, yang dijadikan

sebagai kiblat oleh masyrakat di negara berkembang seperti di Indonesia ini

dalam berperilaku. Apalagi diera globalisasi seperti sekarang dan tidak ada

lagi skat atau batas negara. Keberadaan manusia sebagai makhluk individu

dan makhluk sosial mengandung pengertian bahwa manusia merupakan

3

makhluk yang unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai

perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok

atau masyarakat.2

Gaya hidup nongkrong di kafe merupakan kegiatan yang sering

dilakukan oleh para mahasiswa yang masih masuk dalam kategori produktif.

Kegiatan ini dapat dilakukan dimana saja termasuk di kafe-kafe atau tempat

berkumpul lainnya. Istilah nongkrong bagi mahasiswa merupakan salah satu

kegiatan untuk mengisi waktu luang mereka setelah pulang kegiatan

perkuliahan. Bagi para mahasiswa yang menjadi penyuka atau penikmat

kegiatan nongkrong ini, membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai

seperti dalam hal kenyamanan tempat dan juga produk yang ditawarkan

seperti hal di kafe pada umumnya.

Fenomena gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe, biasanya lebih

sering terjadi pada lapisan masyarakat perkotaan. Bagi mahasiswa, gaya

hidup nongkrong di kafe sudah bukan hal yang aneh, akan tetapi tetap saja

terlihat unik dan salah salah satunya yaitu di Kota Malang terutama di daerah

jalan Soekarno Hatta yang pernah peneliti amati. Dari beberapa kafe yang ada

sangat ramai sekali dikunjungi oleh para mahasiswa yang mendatangi tempat

tersebut dengan berbagai tujuannya masing-masing.

Perkembangan zaman pada saat ini fenomena nongkrong di kafe,

khususnya para mahasiswa di Kota Malang sudah menjadikan suatu

kebutuhan seperti halnya gaya hidup konsumtif. Beberapa mahasiswa

2 Mi'raj Denizar Abdurrahman, Dampak Gaya Hidup Mahasiswa Era Globalisasi, Journal, FEB.

UNAIR. http://www.academia.edu. diakses pada Rabu, 05 November 2014. Pukul 21:45 WIB

4

menjadikan kegiatan nongkrong menjadi sebuah kebiasaan yang terus-

menerus dilakukan dalam waktu luangnya.

Kota Malang pada saat ini sudah banyak adanya beberapa kafe atau

tempat nongkrong yang biasanya ditempati oleh para mahasiswa, dan

beberapa contoh tempat nongkrong khsusnya kafe di Kota Malang . Seperti

Andromeda Cafe and Music Jln. Jakarta 6, Malang, Monopoli Garden House

Cafe, Jln. Soekarno Hatta No. 28, Malang, Big Burger Resto and Cafe di Jln.

Soekarno Hatta D.501 Malang, dan Dapur Kota Cafe and Resto di Jln.

Soekarno Hatta D.501 Malang. Keistimewaan nongkrong di lokasi penelitian

sekarang, konsumen atau pengunjung kafe khususnya mahasiswa dapat

menikmati makanan dan minuman dengan adanya life music seperti halnya

kafe yang memasuki kalangan kelas menengah atau menengah ke atas.

Tempat nongkrong di kafe, dalam kalangan mahasiswa biasanya

dilihat dari fasilitas yang ditawarkan sesuai dengan tempat dan harganya.

Karena sesuai dengan kantong mahasiswa itu sendiri. Serta suasananya

membuat pengunjung betah berlama-lama nongkrong di tempat tersebut,

yaitu salah satunya Monopoli Garden House Cafe yag berlokasi di Jl.

Soekarno Hatta No.28, Malang. Setiap harinya tempat ini selalu ramai oleh

para pengunjungnya terutama para mahasiswa. Selain itu ada keistimewaan

lainnya seperti di Big Burger Resto and Cafe, yaitu mahasiswa yang menjadi

konsumen atau pengunjungnya selain kegiatan nongkrong, para mahasiswa

bisa mengadakan acara ditempat tersebut. Seperti mengadakan pertemuan

5

para mahasiswa berdasarkan kepentingan pribadi, akademik maupun

organisasi kampus.

Gambar 1: Kegiatan nongkrong sembari menikmati hidangan kafe

Sumber: Dokumentasi di Andromeda Cafe and Music

Berdasarkan gambaran hasil observasi tersebut, khususnya di

Andromeda Cafe and Music, terkait gaya hidup nongkrong terdapat banyak

persamaan dan perbedaannya pula khususnya dari kafe yang ada di Kota

Malang. Terutama terhadap gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe,

konsumen atau pegunjung kafe bisa disebut mahasiswa yang sedang

nongkrong berasal dari berbagai kampus yang ada di Kota Malang, para

mahasiswa yang sedang berkunjung ada yang sekedar menikmati sajian

hidangan dari fasilitas dan menu yang ada di kafe.

Muncul pertanyaan sederhana, dari salah satu konsumen atau

pengunjung kafe dari kalangan hedonis yang mempunyai status sebagai

6

mahasiswa. Pernah peneliti lihat di Monopoli Garden House Cafe, dan

menjadi salah satu penikmat kafe yang berkunjung hanya mengutamakan

keinginan bukan berdasarkan kebutuhan, dengan kata lain tidak menggunakan

dan membelanjakan uangnya untuk membeli kebutuhan melainkan hanya

kesenangan sesaat.

Gambaran umum tentang kafe yang menjadi salah satu trend center,

gaya hidup terkait kebiasaan nongkrong mahasiswa di kafe khususnya di

Andromeda Cafe and Music dan di Monopoli Garden House Cafe. Pada saat

ini kafe sudah dan selalu terus berkembang untuk bersaing dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan konsumennya seperti terus meningkatkan fasilitas,

menu, dan sumber daya manusia yang mengelola bagaimana cara penyajian

dan pelayanannya agar menjadi daya tarik terhadap konsumen agar terus

menjadi penikmat dan mengunjungi kafe tersebut.

Berdasarkan deskripsi tersebut, dengan melihat perkembangan dan

dinamika gaya hidup nongkrong khususnya mahasiswa yang menjadi

konsumen atau pengunjung kafe, dan dilengkapi dengan studi pendahuluan di

Kota Malang oleh peneliti yang telah lama diketahui dari beberapa objek

penelitiannya. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam hal ini,

dengan judul gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe (studi di Andromeda

Cafe and Music di Jln. Jakarta dan di Monopoli Garden House Cafe, Jln.

Soekarno Hatta No.28, Malang).

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah bagaimana gaya hidup nongkrong mahasiswa di

kafe?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini, yakni mengetahui dan mendeskripsikan gaya hidup

nongkrong mahasiswa di kafe.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi dalam dunia akademik terutama dalam

pengembangan teori sosiologi, berdasarkan teori Jean Baudrillard tentang

masyarakat konsumsi terkait konsep kode, fashion, simulasi dan simulakra

yang berkaitan dengan gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe.

2. Manfaat Praktis

Berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya terutama

dalam hal gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe, instansi tempat

nongkrong, dan pemerintah setempat agar bisa memberikan kebijakan

terhadap sarana dan prasarana tempat nongkrong yang berkaitan dengan

objek wisata yang ada khususnya di Kota Malang.

8

E. Definisi Konsep

1. Gaya Hidup

Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun

kolektif, mengandung pengertian bahwa gaya hidup sebagai cara hidup

mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respon

terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup. Cara yang bukan

suatu alamiah, melainkan hal yang ditemukan, diadopsi atau diciptakan,

dikembangkan dan digunakan untuk menampilkan tindakan agar mencapai

tujuan tertentu.3

Berdasarkan kandungan pengertian istilah gaya hidup tersebut di

atas, dapat kita pahami gaya hidup merupakan gejala yang kompleks serta

mengandung berbagai interaksi dari beragam unsur dan aspek yang terkait

dengan hidup manusia.4

2. Nongkrong

Secara epistimologi,5 nongkrong berarti membuang yang dianggap

tidak berguna untuk mendapatkan rasa nyaman. Pengertian lebih luasnya

lagi, nongkrong itu diartikan sebagai kegiatan mengisi waktu luang

sebagai sarana refreshing dari kepenatan rutinitas.6

3 Bagus Takwin, 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas, Jalasutra: Yogyakarta dan

Bandung, Hlm.37 4 Ibid, Bagus Takwin, 2006. Hlm.38 5 Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran

pengetahuan-pengetahuan. Sumber: Kamus Ilmiah Populer 6 Rahman Fauzan, 2012. Budaya “Nongkrong di Kampus”. Kompasiana.com. Diakses pada Jumat,

26 Desember 2014. Pukul 16:19 WIB.

9

Istilah nongkrong bukan istilah yang umum didengar. Akan tetapi

kita harus selalu ingat sesuatu sudah menimbulkan yang namanya candu

(ketergantungan) bagi pelakunya. Dalam hal ini bisa berakibat buruk bagi

pelaku itu sendiri, segala hal yang dilakukan bisa-bisa melebihi kadar yang

wajar dalam arti berlebihan.7

Stigma dari nongkrong itu sampai saat ini masih mendapat

tanggapan negatif dari sebagian besar masyarakat, banyak yang

menganggap nongkrong itu hanyalah aktivitas sia-sia belaka. Hanya

menghabiskan waktu dan sekedar berkumpul dengan teman tanpa tujuan

dan manfaat yang jelas. Memang pada dasarnya, nongkrong itu sendiri

dilakukan dalam rangka mencari kesenangan, meluapkan kesedihan,

dengan teman bisa kongkow-kongkow, bermain cela-celaan sampai

tertawa, tidak ada batasan bisa lepas mengungkapkan perasaan yang ada.8

3. Mahasiswa

Menurut Susantoro dalam Ramadhan (1990:23) mahasiswa

merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang

memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja

ketahap dewasa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi

(Poerwadarminta, 2005:375) Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai

individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik

7 Writebygn, 2009. Nongkrong, Tipologi Gaya Hidup Mahasiswa dengan Notabene Baikkah,

http:writebygn.blogspot.com. Diakses pada Jumat, 26 Desember 2014. Pukul 16:20 WIB. 8 Ibid.Writebygn, 2009. http:writebygn.blogspot.com.

10

negeri mapun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan

tinggi.9

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,

kecerdasan dalam berpikir dan keterperencanaan dalam bertindak. Berpikir

kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan prinsip yang saling

melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007:121). Mahasiswa adalah orang yang

belajar di Perguruan Tinggi, baik di Universitas, Institut atau Akademi,

mereka yang terdaftar sebagai murid di Perguruan Tinggi.10

4. Kafe

Istilah kafe berasal dari bahasa Perancis yaitu cafe, secara harfiah

diartikan sebagai (minuman) kopi. Akan tetapi dengan berjalannya waktu,

kafe diartikan sebagai tempat minum-minuman yang bukan hanya kopi.

Tetapi juga minuman lainnya termasuk minuman yang berakohol rendah,

khususnya di Indonesia kafe berarti semacam tempat sederhana, akan

tetapi cukup menarik makan-makanan ringan, dengan ini kafe berbeda

dengan istilah warung.11

9Febriana Siska, 2012. Kecanduan Mahasiswa Terhadap Game Online. Skripsi, FISIP, UNY.

http://eprints.uny.ac.id. Hlm.9. Diakses pada Sabtu, 14 Maret 2015. Pukul 15:37 WIB. 10Ibid. Febriana Siska, 2012. http://eprints.uny.ac.id. Hlm.9. 11Http:www.Kafe-Wikipedia Bahasa Indosesia, ensiklopdeia.bebas.com. diakses pada Rabu, 05

November 2014. Pukul 22:11 WIB.

11

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Menurut pendekatannya, penelitian ini mengunakan pendekatan

fenomenologis. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha

memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang

biasa dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa

peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti

oleh mereka.12

Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam, sedangkan diam

merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang

diteliti. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para

subjek yang ditelitinya sedimikian rupa, sehingga mereka mengerti apa

dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka

disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.13

Pendekatan fenomenologi mempunyai dua implikasi, yakni

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui apa yang dialami orang dan bagaimana ia

menafsirkan dunia. Inilah pokok perhatian penyelidikan

fenomenologis.

b. Satu-satunya cara agar kita benar-benar mengetahui apa yang dialami

orang lain adalah langsung mengalaminya sendiri. Disinilah

pentingnya observasi partisipatif. Akan tetapi, melakukan pengkajian

12Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm.9 13Ibid. Moleong, 2002. Hlm.9

12

dengan fokus fenomenologis yakni mencapai hakikat pengalaman

suatu gejala.14

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu, jenis penelitian kualitatif

diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial

dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam

kondisi terkendali. Selain itu, penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.15

Karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka

jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian deskriptif

kualitatif, yaitu jenis penelitian yang hanya menggambarkan, meringkas

berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel. Penelitian deskriptif

kualitatif merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-

kata, gambar dan bukan berupa angka-angka atau angket.16

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian ini, karena maksud

dan tujuan pelaksanaannya untuk menjabarkan dan mendeskripsikan

gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe.

14Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hlm.178 15Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm.3 16Ibid. Moleong, 2002. Hlm.06

13

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melihat keadaan

yang sebenarnya dari objek yang diteliti, sedangkan dalam penelitian ini

dilakukan didua kafe, yaitu di Andromeda Cafe and Music Jln. Jakarta

No.6, Malang dan di Monopoli Garden House Cafe, Jln. Seokarno Hatta

No.28, Malang.

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian terebut, karena

sebelumnya peneliti sudah melakukan studi pendahuluan di lokasi

penelitian. Dengan kata lain peneliti sudah mengenal kafe yang yang

menjadi objek penelitian, seperti terjalinnya relasi antara peneliti dengan

pihak terkait yang mengelola kafe tersebut.

4. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang menjadi

konsumen atau pengunjung kafe, yaitu di Andromeda Cafe and Music Jl.

Jakarta 6, Malang dan di Monopoli Garden House Cafe, Jl. Seokarno

Hatta No.28, Malang.

Mahasiswa yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe dengan

kata lain, adalah pengunjung yang notabene-nya sebagai penikmat kafe,

manusia yang konsumtif akan adanya sebuah kafe, dan selalu ingin

menikmati fasilitas kafe. Kriteria selanjutnya yaitu mahasiswa yang

berasalkan dari berbagai kampus di Kota Malang.

14

5. Teknik Pengambilan Sampel

Subjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian, yaitu

yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti.17 Dalam

sebuah penelitian data harus sesuai fakta dan sesuai dengan gejala-gejala

sosial yang sedang terjadi, sangat diperlukan guna menunjang

keberhasilan sebuah penelitian dimana data merupakan inti dari sebuah

penelitian. Memperoleh subjek penelitian dengan cara Snowbolling

Sampling digunakan apabila peneliti tidak tahu yang memahami

informasi objek penelitian, oleh karena itu peneliti harus melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Peneliti tidak memulai melakukan penelitian dan pengumpulan

informasi, berupaya menemukan gatekeeper, yaitu siapa pun orang

pertama yang dapat menerimanya di lokasi penelitian yang dapat

memberi petunjuk tentang siapa yang dapat diwawancarai atau

diobservasi dalam rangka memperoleh informasi tentang objek

penelitian.

b. Gatekeeper bisa pula sekaligus menjadi orang pertama yang

diwawancarai, namun kadang gatekeeper menunjuk orang lain yang

lebih paham tentang objek penelitian.

c. Setelah wawancara pertama berakhir, peneliti meminta informan

menunjuk orang lain berikutnya yang dapat diwawancarai untuk

melengkapi informasi yang sudah diperoleh.

17 Saifuddin Azwar. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 34-35

15

d. Terus menerus setiap habis wawancara peneliti meminta informan

menunjuk informan yang lain.18 Oleh sebab itu dalam penelitian ini,

subjek penelitian haruslah memenuhi beberapa syarat yang telah

ditentukan, yaitu mahasiswa yang merupakan konsumen atau

pengunjung kafe yang berasalkan dari berbagai kampus di Kota

Malang.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dari keseluruhan proses

gatekeeper ketikan dihubungkan dengan pengumpulan informasi untuk

subjek penelitian tentang gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe yaitu,

peneliti mencari informasi dimulai dari manajer kafe kemudian manajer

tersebut menunjukkan salah satu konsumen atau pengunjung kafe yang

berstatus mahasiswa yaitu Ahmad Sayuti. Berikutnya peneliti

mendapatkan subjek kedua yaitu Anna Anggraeni, ketiga Veronica Vivi

Asis, keempat Tony Welly Pratama dan kelima Muhammad Taufiqy.

Semua subjek tersebut peneliti mendapatkannya dari Andromeda Cafe

and Music.

Subjek lainnya yang penelitian dapatkan di kafe kedua dengan

cara yang sama dari kafe sebelumnya yaitu dari manajaner kafe di

Monopoli Garden House Cafe. Berikutnya dari konsumen atau

pengunjung kafe yang berstatus mahasiswa yang pertama Siti Naimatun

18 Burhan Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan Public Dan Ilmu

Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. Hlm.77

16

Niswah, kedua Arik Setiawan, ketiga Febrika Dita Sari, keempat Joni

Kurniawan dan kelima budi Hartono.

Alasan peneliti menggunakan teknik snow ball sampling yaitu,

ketika pada saat pertama kali observasi, peneliti mendapatkan kendala

dalam mencari status subjek penelitian. Dengan kata lain, peneliti selaku

pengamat dan ketika hendak melakukan wawancara terhadap subjek

harus menanyakan terlebih dahulu orang yang mengunjungi kafe di

lokasi penelitian apa berstatus mahasiswa.

6. Sumber Data

a. Data Primer (sumber data utama)

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya

(subjek penelitian), diamati dan dicatat, yang untuk pertama kalinya

dilakukan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara.19

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang tidak dilakukan secara langsung

oleh peneliti, seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi

dan resmi,20 sebagaimana yang berkaitan dengan data-data gaya hidup

nongkrong mahasiswa di kafe.

19Ibid. Moleong, 2002. Hlm.56 20Ibid. Moleong, 2002. Hlm.56

17

7. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai

bahan yang akan diteliti dan untuk memperolehnya perlu adanya metode

yang dipakai sebagai bahan pendekatan. Adapun teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:

a. Observasi

Pengamatan dalam metode observasi dapat diklasifikasikan

melalui cara berperanserta dan yang tidak berperan serta. Pada

pengamatan tanpa peranserta pengamat atau peneliti hanya melakukan

satu fungsi; yaitu mengadakan pengamatan. Pengamat atau peneliti

berperanserta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu; sebagai

pengamat atau peneliti dan sekaligus menjadi anggota resmi dari

kelompok yang diamati.21

Berdasarkan macam-macam metode pengamatan tersebut,

metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dilakukan

secara terus terang. Dengan kata lain, dari beberapa subjek yang

diteliti terutama mahasiswa yang menjadi konsumen atau pengunjung

kafe mengetahui sejak awal bahwa peneliti melakukan kegiatan

penelitian.

Situasi-situasi yang tidak diinginkan terjadi dalam hal ini

tententu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar. Misalnya,

meniru perilaku subjek dengan mengikuti kegiatan nongkrong di kafe

21Ibid. Moleong, 2002. Hlm.126

18

dan memesan menu yang ada bersama-sama kolega peneliti sendiri.

Karena berdasarkan studi pendahuluan oleh peneliti bahwa observasi

secara terus terang dan dilakukan secara berulang-ulang akan

membuat subjek menjadi resah, dan ada kemungkinan subjek akan

memberi respon yang tidak baik.

b. Wawancara

1) Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur dalam pokok-pokok yang dijadikan

dasar pertanyaannya diatur secara sangat terstruktur. Keuntungan

wawancara terstruktur ialah jarang mengadakan pendalaman

pertanyaan yang dapat mengarahkan, dan yang diwawancarai agar

jangan sampai berbohong dalam menjawab pertanyaan peneliti.22

2) Wawancara tidak terstruktur

Wawancara ini sangat berbeda dari wawancara terstruktur

dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respon, yaitu jenis

ini jauh lebih bebas iramanya. Responden biasanya terdiri atas

mereka yang terpilih saja karena sifat-sifat yang khas. Biasanya

mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka

lebih mengetahui informasi yang diperlukan.23

Pendekatan dalam jenis wawancara yang dipilih adalah

petunjuk wawancara tidak terstruktur. Alasan penggunaan model ini

22Ibid. Moleong, 2002. Hlm.138. 23Ibid. Moleong, 2002. Hlm.138.

19

untuk mencari dan menangkap data sedalam-dalamnya dan sebanyak-

banyaknya terkait rumusan yang ingin digali dalam penelitian ini.

Peneliti sudah menentukan subjek penelitian yang akan

diwawancarai yaitu; para mahasiswa yang menjadi konsumen atau

pengunjung kafe yang notabene-nya sebagai penikmat kafe dan yang

lebih sering mengunjungi kafe. Berdasarkan wawancara tidak

terstruktur yaitu subjek yang memiliki pengetahuan dan mendalami

situasi dan lebih mengetahui informasi yang diperlukan.

Bagaimana peneliti dapat berkomunisai dengan baik bersama

para mahasiswa yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe yang

menjadi subjek penelitiannya yaitu; peneliti harus mampu menjaga

komunikasi dalam arti menjaga etika dan sebelumnya sudah

berkenalan secara terang-terangan agar dapat melaksanakan

wawancara dengan baik. Pada umumnya, seperti orang yang sedang

mengadakan kegiatan nongkrong bareng disebuah kafe dengan tujuan

yang berbeda-beda.

Data yang ingin peneliti peroleh melalui penelitian ini, yakni

sebagai berikut:

1) Mengetahui gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe.

2) Memahami apa saja yang sudah dilakukan oleh para mahasiswa

yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe ditempat nongkrong

20

selama ini, dalam gaya hidup nongkrong dari kedua objek

penelitian yang dijalani oleh peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode mencari data mengenai hal-

hal yang berupa catatan seperti dokumen pribadi, buku harian, surat

pribadi, dan dokumentasi resmi.24 Hanya saja dalam penelitian ini,

dokumentasi memakai foto, karena pada saat ini foto sudah lebih

banyak dan sering dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian

kualitatif dan dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto

menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering

digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering

dianalisis secara induktif.25

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

melengkapi data dari hasil wawancara dan pengamatan (observasi).

Adapun data yang ingin diperoleh dalam metode dokumentasi yakni

sebagai berikut:

1) Jumlah kolega dan siapa saja yang membangun gaya hidup

nongkrong mahasiswa di kafe.

2) Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para mahasiswa

yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe selama berada

dilingkungan tempat nongkrong.

24Ibid. Moleong, 2002. Hlm.161 25Ibid. Moleong, 2002. Hlm.114

21

8. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

berdasarkan data yang ada. Data yang terkumpul yaitu terdiri dari catatan

lapangan dan komentar peneliti.26

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis

interaktif (Miles dan Huberman: 1992) ada empat tahapan dalam analisis

interaktif,27 yaitu sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

yang ada, walaupun demikian bisa dikatakan bahwa metode yang

pokok adalah pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam (in-

depth interview).28

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu deskripsi

secara sistematis tentang kejadian dan tingkah laku setting sosial yang

dipilih untuk diteliti. Sedangkan wawancara medalam dalam

penelitian ini, yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada

percakapan intensif dengan suatu tujuan.29

26Ibid. Moleong, 2002. Hlm.103 27Sugiono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta 28Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hlm.172 29Ibid. Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Hlm.172

22

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif, seorang peneliti

juga berfungsi sebagai instrumen penelitian.30 Adapun tujuan kegiatan

pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa

mahasiswa yang menjadi subjek penelitian melalui observasi dan

wawancara, yaitu untuk mencari jawaban sebagaimana dalam

rumusan masalah dalam penelitian.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan

finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Berdasarkan lokasi penelitian, data lapangan dalam uraian

laporan yang lengkap dan terinci. Data laporan lapangan kemudian

direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal pokok,

difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau

polanya melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan

pentabelan.

Reduksi data dilakukan terus-menerus selama proses penelitian

berlangsun, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi

30Ibid. Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Hlm.172

23

kemudahan dalam penampilan penyajian, serta untuk menarik

kesimpulan.

c. Penyajian Data

Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita

tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena itu data dalam

penelitian kualitatif berupa kata-kata, penyajian biasanya berbentuk

uraian kata-kata. Sering kali data disajikan dalam bentuk kutipan-

kutipan langsung dari kata-kata wawancara.31

Data-data tersebut, kemudian dipilah-pilah dan disisihkan

untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan

kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan

permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan

sementara yang diperoleh pada waktu data direduksi.

Penyajian data dalam penelitian ini, nantinya akan

berhubungan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu

untuk mengetahui dan mendeskripsikan gaya hidup nongkrong

mahasiswa di kafe.

d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Ferifikasi data dalam penelitian kualitatif, dilakukan secara

terus-menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama

31Ibid. Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Hlm.173

24

memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti

berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang

dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan,

hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan.

Tahapan untuk menarik kesimpulan dari kategori-kategori data

yang telah direduksi dan disajikan untuk selanjutnya menuju

kesimpulan akhir mampu menjawab permasalahan yang dihadapi.

9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif

salah satunya menggunakan triangulasi, sedangkan dalam pengertiannya

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.32

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber lainnya, Dezin (1978) membedakan empat

macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaannnya, yaitu; 1) sumber, 2) metode, 3) penyidik atau peneliti,

dan 4) teori.33

32Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm.178 33Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178

25

Berikut penjelasan terhadap proses triangulasi dalam penelitian

ini, yakni sebagai berikut:

a. Sumber

Triangulasi berdasarkan sumbernya, berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.34

b. Metode

Triangulasi berdasarkan metodenya, terdapat dua strategi,

yakni sebagai berikut:

1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data

2) Pengecekan derajat beberapa sumber data dengan metode yang

sama.35

c. Penyidik atau peneliti

Triangulasi berdasarkan penyidik atau peneliti, yakni

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekkan kembali derajat kepercayaan data. Pengamat lainnya

membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.36

34Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178 35Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178 36Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178

26

d. Teori

Triangulasi berdasarkan teori, anggapan bahwa fakta tertentu

tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih

teori. Selain hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya

penjelasan banding.37

Berdasarkan pemaparan proses triangulasi tersebut, dalam

penelitian ini diangkat model triangulasi dengan sumbernya. Dalam hal

ini, peneliti membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan

data hasil wawancara. Selain itu, membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen tertentu berkaitan dengan penelitian yang

sedang dilakukan oleh peneliti.

37Ibid. Moleong, 2002. Hlm.179