bab i pendahuluan 1.1. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan industri kosmetik belakangan ini bertumbuh sangat pesat.
Dengan jumlah penduduk sekitar 258 juta jiwa dan 50% diantaranya dibawah usia
30 tahun, menjadikan Indonesia pasar yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik.
Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatnya penduduk
Indonesia kelas menengah dan atas menyebabkan juga meningkatnya daya beli
masyarakat terhadap produk-produk kosmetik. Penjelasan peningkatan market dan
penduduk Indonesia kelas menengah dan atas dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah
ini.
Tabel 1.1 Populasi dan Market Indonesia
Unit 2010 2011 2012 2013 2014 2015F 2016F
Populasi Juta 237,6 241,0 244,5 248,0 252,2 255,1 258,7
PDB Nominal Miliar
US$ 709,5 846,2 878,5 867,5 863,2 941,7 1.030,4
PDB Nominal per
Kapita US$ 2,986 3,511 3,593 3,498 3,423 3,691 3,983
Konsumen Kelas
Menengan & Atas Juta 48,2 56,6 63,3 74,2 82,1 90,9 100,6
Konsumen Kelas
Menengan & Atas % 20,3% 23,5% 25,9% 29,9% 32,6% 35,6% 38,9%
Median dari Usia Tahun 28,7 28,8 28,9 29,1 29,2 29,3 29,4
(Sumber: Frost & Sullivan, 2016)
Tabel 1.1. menjelaskan bahwa pada tahun 2010 PDB nominal per kapita
(daya beli masyarakat) mencapai angka US$2,986, sedangkan pada tahun 2016
diperkirakan mencapai angka US$3,983. Kemudian di sini terlihat bahwa jumlah
2
konsumen kelas menengah dan atas pada tahun 2010 tercatat ada 48,2 juta jiwa
yang merupakan 20,3% dari populasi total dan pada tahun 2016 diprediksi jumlah
konsumen kelas menengah dan atas, akan mencapai 100,6 juta jiwa yang
merupakan 38,9% dari populasi.
Seiring berjalannya waktu, kecantikan semakin berkembang dari masa ke
masa. Kecantikan bukan lagi hanya menjadi suatu keinginan, melainkan sudah
menjadi sebuah kebutuhan yang berdampak pada semakin meningkatnya industri
kosmetik di dunia, termasuk di Indonesia. Indonesia tidak terlepas dari gaya hidup
modern saat ini. Hal ini terbukti dari tingginya produksi kosmetik di Indonesia. Dari
tahun ke tahun penjualannya semakin meningkat baik terhadap kosmetik produksi
dalam negeri, maupun kosmetik luar negeri maupun impor.
Potensi tersebut muncul karena penduduk Indonesia didominasi oleh wanita
yang ingin selalu terlihat cantik, dan ternyata bukan hanya kaum wanita saja yang
ingin terlihat cantik, menawan atau sedap dipandang mata melainkan kaum pria
juga. Diperjelas oleh Presiden Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia
(PerKosmI) Ibu Nuning S Barwa mengatakan bahwa:
“pasar kosmetik kini tidak lagi di dominasi wanita karena kaum pria juga
banyak yang membeli produk kosmetik dan perawatan kulit. Dulu, pria
tidak tertarik membeli produk perawatan kulit yang maskulin, tetapi
sekarang ketertarikan mereka cukup tinggi, terutama di daerah perkotaan.”
(Kemenperin, 2013).
Berdasarkan riset pasar Dunia Industri, pada tahun 2015 pasar kosmetik
nasional tumbuh 9% dengan nilai mencapai Rp64,34 triliun, meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014) yang sebesar Rp59,03 triliun.
Sepanjang periode 2010-2015 pasar industri kosmetik nasional meningkat rata-rata
3
mencapai 13,6% per tahunnya. Dalam riset ini telah mencakup personal care dan
hair care, yang pada penelitian sebelumnya dikategorikan dalam consumer goods.
Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan pasar industri kosmetik di Indonesia
sepanjang tahun 2009 hinggga 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini.
Tabel 1.2: Perkembangan Pasar Industri Kosmetik di Indonesia, 2009-2015.
Tahun Market Pertumbuhan
(Rp. triliun) (%)
2009 28,76 9,7
2010 31,56 8,9
2011 37,38 18,4
2012 42,61 14,0
2013 49,61 16,4
2014 59,03 19,0
2015 64,34 9,0
Kenaikan rata-rata, % tahun 13,6
(Sumber: riset Dunia Industri (www.duniaindustri.com)
Ditambahkan oleh Ir. Afrida Suston Niar, MM, Kepala Sub-Direktorat
Industri Farmasi dan Kosmetika Kementerian Perindustrian Republik Indonesia,
bahwa:
“Indonesia memiliki peluang besar dalam industri kecantikan karena
pasar domestik yang luas, ketersediaan SDM, dan potensi material bahan
baku. Jadi, industri kosmetik merupakan salah satu industri yang strategis
dan potensial di Indonesia. Terlebih pada saat ini telah diketahui ada
terdapat 760 perusahaan kosmetik skala besar, menengah dan kecil yang
tersebar di wilayah Indonesia, yang serta merta mampu menyerap 75.000
tenaga kerja secara langsung dan 600.000 tenaga kerja secara tidak
langsung.”
Di tengah perlambatan ekonomi global, industri kosmetik Indonesia tetap
kuat. Menurut data Kementerian Perindustrian, nilai ekspor produk kosmetik
Indonesia pada tahun 2015 mencapai $ 818,000,000 USD atau Rp11 triliun.
4
Sementara itu, nilai impor produk kosmetik pada tahun yang sama mencapai
US $ 441.000.000. Ini berarti bahwa neraca perdagangan produk kosmetik mencatat
surplus sekitar 85%.
Dunia Industri melakukan riset pasar yang dirilis Oktober 2016, didapat 10
perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia berdasarkan nilai penjualan, segmen
pasar, serta merek dagang (brand) di Indonesia. Informasi lengkap dapat dilihat
pada Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3 Top 10 Perusahaan Kosmetik Terbesar di Indonesia (Sumber: duniaindustri.com)
Dari riset ini didapat hasil bahwa PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan
pemimpin pasar kosmetik di Indonesia, diikuti PT. Loreal Indonesia, PT. P&G
Indonesia, PT. Mandom Indonesia Tbk, PT. Martina Berto Tbk. Di urutan keenam
diduduki oleh PT Akasha Wira International Tbk, diikuti oleh Oriflame, PT.
Mustika Ratu Tbk, PT. Paragon Teknology, dan di urutan kesepuluh diduduki oleh
Revlon.
NO. Nama Perusahaan Brand Penjualan 2015
1 PT Unilever Indonesia Tbk Tresemme, Ponds, Citra,Vaseline, Clear, Axe, dll Rp 36,5 triliun
2 PT Loreal Indonesia Loreal Paris, Maybelline, Garnier, Kerastase,The
Body Shop, dll
Rp 27,99 triliun
3 PT P&G Indonesia SK-II, Pantene, Wella, Olay, Always, dan Head
& Shoulders
Rp 14,87 triliun
4 PT Mandom Indonesia Tbk Pixy, Catsby, Rp 2,31 triliun
5 PT Martina Berto Tbk Mirabella, Belia, Caring Colours, PAC,
Cempaka, Sariayu, Biokos
Rp 694,7 miliar
6 PT Akasha Wira International
Tbk
Makarizo Rp 669,7 miliar
7 Oriflame Oriflame Rp 603 miliar
8 PT Mustika Ratu Tbk Mustika Ratu, Biocell, Puteri, Bask, Moors, Ratu
Mas
Rp 428 miliar
9 PT Paragon Technology Wardah Rp 350 miliar
10 Revlon Revlon, Cutex, PureICE Rp 124 miliar
5
Selain 10 perusahaan kosmetik terbesar, riset Dunia Industri juga
menemukan 8 produk kosmetik dengan penjual tertinggi di Indonesia yang dapat
dilihat pada Tabel 1.4. Di posisi pertama diduduki oleh Loreal dengan estimasi
penjualan tahun 2015 sebesar Rp825 miliar. Di posisi ke dua adalah Oriflame,
kemudian disusul oleh Ponds, Citra, Gatsby, Pixy, Wardah dan pada posisi ke
delapan diduduki oleh Sariayu.
Tabel.1.4 Top 8 Produk Kosmetik dengan Penjualan Tertinggi
No. Merek Kosmetik Perusahaan Penjualan 2015 (estimasi)
1 Loreal PT Loreal Indonesia Rp 825 miliar
2 Oriflame PT Oriflame Cosmetic Indonesia Rp 603 miliar
3 Ponds PT Unilever Indonesia Tbk Rp 358 miliar
4 Citra PT Unilever Indonesia Tbk Rp 347 miliar
5 Gatsby PT Mandom Indonesia Tbk Rp 335 miliar
6 Pixy PT Mandom Indonesia Tbk Rp 317 miliar
7 Wardah PT Paragon Technology Rp 300 miliar
8 Sariayu PT Martina Berto Tbk (MBTO) Rp 229 miliar
(Sumber: duniaindustri.com)
Pasar kosmetik Indonesia didominasi oleh produk kosmetik impor sebesar
60% dari total pasar domestik. Sekitar 5% produk diimpor dari negara-negara
Asean, sedangkan sisanya 55% diimpor dari Eropa, Amerika Serikat, China dan
beberapa negara lain. Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPPOM), produk kosmetik yang ternotifikasi mayoritas hadir dari produk impor
dalam tahun 2014, jumlah kosmetik yang teregistrasi sebanyak 36.642. Berikut
rincian persentase produk yang teregistrasi di BPPOM.
6
Tabel 1.5 Produk Kosmetik Teregistrasi di BPPOM
Asal Negara Persentase Produk
Kosmetik
Indonesia 40,52%
Asean 4,69%
Eropa 28,58%
Negara Lain 26,21%
(Sumber: Kemenperin, 2015)
Menurut Ketua Umum Persatuan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika
(PPAK) Putri K. Wardhani beliau mengatakan bahwa “pasar kosmetik kelas
menengah dan atas banyak didominasi oleh produk dari Eropa, Jepang, Korea
Selatan dan Amerika Serikat. Untuk kelas menengah, lebih banyak didominasi oleh
produk asal Thailand, Korea Selatan, dan Malaysia.”
Hasil riset Nielsen, berdasarkan data penjualan produk kecantikan pada
triwulan III - 2015, 48% konsumen menyukai kosmetik merek global dan 36%
memilih produk lokal. Sementara 16% sisanya tidak memiliki preferensi apapun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konsumen Indonesia sebagian besar lebih memilih
membeli produk kosmetik buatan luar negeri daripada produk dalam negeri.
Gambar 1.1: Preferensi Kosmetik Konsumen Indonesia
(Sumber: www.nielsen.com)
7
Salah satu perusahaan yang mendistribusikan produk impor di Indonesia
adalah PT. Hokilista Karunia Cemerlang (HKC). Perusahaan tersebut merupakan
distributor tunggal di Indonesia untuk produk kosmetik perawatan kecantikan
dengan brand DS Laboratories.
DS Laboratories adalah produk kosmetik dari Amerika Serikat di produksi
oleh DS Laboratories, Inc secara global memimpin dalam teknologi pertumbuhan
rambut dan kosmetik bermutu tinggi. Produk ini telah di jual di 42 negara di dunia
dan memiliki pangsa pasar premium dalam produk hair care dan skin care. DS
Laboratories, Inc menggunakan teknologi terbaru dan secara agresif fokus pada
inovasi. Setiap produk yang diluncurkan harus memberikan fitur-fitur dan manfaat
tertentu yang tidak dimiliki oleh pesaing lain.
Saat ini DS Laboratories menempati titik temu antara kecantikan dan
pengobatan, DS berkomitmen mengedukasi masyarakat terhadap teknologi klinis
yang berkembang pesat ke dalam setiap produknya. Sementara sebagian besar
produk perawatan kecantikan di pasaran dibuat dan dijual dengan harga yang relatif
murah, DS Laboratories membuat produk berbioteknologi premium dengan harga
produknya relatif mahal namun memiliki kualitas tinggi yang diformulasikan untuk
memberikan hasil yang sangat efektif.
Beberapa manfaat utama produk DS Laboratories di antaranya ialah mampu
membantu dalam mengatasi masalah kerontokan rambut, menunda, mengurangi,
bahkan memperbaiki tanda-tanda penuaan dan masalah pada kulit dan rambut.
Produk DS Laboratories efektif dan aman mengatasi masalah rambut dan kulit
karena diproduksi berdasarkan teknologi klinis yang teruji, yang bukan hanya dari
8
slogan pemasaran yang menarik saja. Produk DS Laboratories memiliki teknologi
Nanosome yang belum dimiliki produk lain. Teknologi ini membantu penyerapan
bahan aktif kosmetik sampai ke dalam permukaan kulit dan rambut paling dalam
dengan baik, bahkan mampu menandingi injeksi atau bahan aktif yang disuntikkan
ke dalam kulit untuk hasil yang maksimal.
Gambar 1.2. Produk Perawatan Rambut Rontok (hair loss) DS Laboratories.
(Sumber: Internal DS Laboratories Indonesia)
Produk hair care DS Laboratories (perawatan rambut rontok) sukses
menembus pasar Indonesia lebih baik dibandingkan produk skin care. Hal ini
dikarenakan strategi yang digunakan oleh DS Laboratories Indonesia adalah
mengimplementasikan Niche Market Strategy. Menurut Kotler dan Keller,
(2012:330) strategi niche adalah sebuah alternatif dari menjadi pengikut dalam
sebuah pasar yang besar menjadi pemimpin di sebuah pasar yang kecil. Perusahaan
kecil umumnya menghindari berkompetisi dengan perusahaan besar dengan cara
mentargetkan pasar yang lebih kecil, atau tidak diperhatikan oleh perusahan yang
lebih besar. Perusahan dengan pangsa pasar yang kecil dari total pasar dapat
menjadi sangat profitable melalui strategi niche yang tepat.
DS Laboratories Indonesia melihat peluang yang besar pada pemasaran
produk hair care (perawatan rambut rontok) dibandingkan produk skin care.
9
Mengingat persaingan yang sudah sangat ketat di pasar produk kosmetik skin care
baik produk lokal maupun impor. Selain itu, dengan menjamurnya klinik-klinik
skin care di Indonesia juga menambah persaingan semakin tajam dalam
memperebutkan konsumen. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan DS adalah
fokus terlebih dahulu ke produk hair care. Strategi ini cukup berhasil dan saat ini
produk DS Laboratories lebih dikenal konsumen adalah untuk mengatasi
permasalahan rambut rontok.
Strategi lain yang digunakan DS Laboratories Indonesia adalah strategi
harga premium dan menargetkan konsumen menengah atas serta pria dan wanita
yang berusia di atas 25 tahun. Untuk distribusi, awalnya penjualan dipusatkan
melalui salon dan apotik tetapi ternyata saluran distribusi ini kurang berjalan
dengan baik, dikarenakan kurang aktifnya kapster dan apoteker memperkenalkan
produk DS Laboratories kepada konsumen. Lalu DS mengganti strategi saluran
distribusinya, yaitu dengan memasarkan langsung ke konsumen melalui outlet-
outlet DS yang berada di berbagai kota besar Indonesia, misalnya mal-mal di
Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, Bandung, Surabaya, Lampung, Palembang dan
Jambi. Selain itu seiring dengan tren penjualan saat ini, penjualan juga dilakukan
melalui website (e-commerce), online dan media sosial.
Pangsa pasar produk DS Laboratories Indonesia masih sangat kecil
dibandingkat dengan total pasar Hair Care, karena produk DS baru di luncurkan di
Indonesia pada pertengahan tahun 2013. Pesaing terdekat produk perawatan rambut
rontok DS tersebut ialah Erha Clinic. Erha Clinic merupakan salah satu klinik
kecantikan ternama yang fokus pada perawatan rambut rontok (hair loss). Selain
10
memiliki keunggulan tempat yang baik dan nyaman, Erha juga menyediakan
konsultasi dokter spesialis kulit.
Menyiasati ini, DS berusaha mengedukasi konsumen dengan menjelaskan
keunggulan kompetitif produk DS seperti terdapat teknologi Nanosome yang hanya
dimiliki DS, kemudian keunggulan produk DS lainnya yaitu mengandung bahan
aktif terlengkap, teruji secara klinis dan terjaminnya keefektifan dan keamanannya.
Selain itu, DS juga meminta partisipasi konsumen untuk memberikan foto testimoni
before dan after. Kumpulan foto-foto tersebut menjadi alat marketing yang sangat
efektif untuk meyakinkan calon konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.
Pada tahun 2014, DS Laboratories Indonesia menikmati pertumbuhan
peningkatan penjualan sebesar rata-rata 38%. Lalu pada tahun 2015 mengalami
peningkatan penjualan kembali sebesar 33%. Peningkatan tingkat penjualan dan
pendapatan tersebut dihasilkan melalui meningkatnya penjualan masing-masing
outlet disertai jumlah outlet yang juga terus bertambah.
Namun pada tahun 2016 terjadi ketidakstabilan penjualan produk DS
sehingga pada 3 bulan terakhir DS Indonesia mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pada Gambar 1.3.
(Gambar 1.3 Data Penjualan DS Laboratories Januari – Oktober 2016
(Sumber: Internal DS Laboratories)
11
Gambar 1.3 menjelaskan bahwa penjualan DS Laboratories Indonesia
cenderung menurun dalam 3 bulan terakhir. Penurunan signifikan terjadi pada bulan
Oktober 2016. Pada bulan September penjualan turun dari bulan Agustus dari 84%
menjadi 76% kemudian turun lagi di bulan Oktober menjadi 73%. Penurunan
penjualan pada bulan Oktober tersebut merupakan titik terendah dari Januari–
Oktober 2016 dalam penjualan produk DS Laboratories Indonesia.
Salah satu cara meningkatkan penjualan adalah dengan membangun
kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen akan berdampak pada loyalitas yang
akan mendorong pembelian berulang kembali. Dengan demikian, target penjualan
akan lebih mudah dicapai dibandingkan pemasar selalu mencari konsumen baru,
sementara konsumen yang sudah ada tidak dikelola dan dipertahankan.
Konsumen merupakan satu-satunya alasan hidup dan tumbuhnya suatu
perusahaan. Alasan ini menyebabkan kepuasan konsumen merupakan prioritas
utama bagi perusahaan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan,
maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, maka pelanggan puas.
Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan amat puas atau senang (Kotler &
Keller, 2012:150). Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas
kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka pelanggan tidak
puas. Jika kinerja memenuhi harapan, maka pelanggan akan puas. Jika kinerja
melebihi harapan, maka pelanggan akan amat puas atau senang.
12
Loyalitas konsumen adalah keputusan konsumen untuk suka rela terus
berlangganan dengan perusahaan tertentu dalam jangka waktu yang lama (Lovelock
& Wright, 2007:133). Definisi lain loyalitas pelanggan adalah kesediaan konsumen
untuk menggunakan produk perusahaan dalam jangka panjang (Lovelock, Wirtz
dan Mussry, 2010:76). Menurut Tjiptono (2011:485), loyalitas pelanggan adalah
pembelian ulang suatu merek secara konsisten oleh pelanggan.
Penelitian Devaraj, Matta, dan Conlon (2001) mengungkapkan pembelian
kembali dan loyalitas pelanggan memiliki hubungan yang positip. Semakin tinggi
level kepuasan pelanggan, semakin tercipta loyalitas yang baik. Penelitian ini
dilakukan terhadap industri otomotif di US Amerika.
Kotler dan Keller (2012:47) mendefinisikan bauran pemasaran sebagai
seperangkat alat pemasaran perusahaan menggunakan untuk mengejar tujuan
pemasarannya di pasar sasaran, terdiri atas 4P, yaitu product (produk), price
(harga), place (tempat) dan promotion (promosi).
Salah satu variabel dari baruan pemasaran adalah produk. Menurut Kotler
dan Armstrong (2012:283), kualitas produk adalah kemampuan sebuah produk
dalam memperagakan fungsi. Kualitas produk adalah faktor penting dalam
memengaruhi keputusan membeli konsumen, membuat mereka sangat puas dan
memilih kembali produk perusahaan dibandingkan produk lain. Semakin baik
kualitas suatu produk, semakin meningkatkan kepuasan konsumen akan produk
tersebut. Apabila kualitas produk tersebut dapat terus ditingkatkan, maka konsumen
yang puas tersebut akan melakukan pembelian ulang dan meningkatkan loyalitas
konsumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyono (2004) menunjukkan
13
bahwa kualitas produk merupakan faktor yang berpengaruh pada minat beli.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mittal dan Leonard (1999) menunjukkan bahwa
fungsi minat konsumen merupakan fungsi kualitas produk atau jasa, sehingga
konsumen akan semakin berminat terhadap produk tersebut.
Faktor harga sangat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan
membeli suatu produk kosmetik. Kotler dan Amstrong (2012:322) berpendapat
bahwa ada empat pendekatan dalam penetapan harga yaitu: pertama, strategi harga
premium, menghasilkan produk bermutu tinggi dan memasang harga paling tinggi.
Kedua, strategi ekonomi, menghasilkan produk bermutu rendah dan memasang
harga paling rendah. Ketiga, strategi nilai baik, menghasilkan suatu produk tinggi
tetapi dengan harga yang lebih rendah. Bila suatu produk mengharuskan konsumen
mengeluarkan biaya yang lebih besar dibanding manfaat yang diterima, maka yang
terjadi adalah bahwa produk tersebut memiliki nilai negatif. Konsumen mungkin
akan menganggap sebagai nilai yang buruk kemudian akan mengurangi konsumsi
terhadap produk tersebut. Penelitian Raharso (2005) membuktikan bahwa harga
yang dirasakan oleh konsumen berpengaruh untuk menimbulkan minat beli yang
kemudian berpengaruh pada kepuasan sehingga tercipta loyalitas.
Faktor promosi adalah salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang
paling penting. Promosi adalah mengkomunikasikan informasi antara penjual dan
pembeli potensial atau orang lain untuk mempengaruhi sikap dan perilaku (Cannon,
Perreault & McCarthy, 2008:69). Definisi lain promosi adalah komunikasi
perusahaan kepada konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan dalam
usaha untuk membangun hubungan yang menguntungkan (Kotler dan Amstrong,
14
2012:77). Menurut Tjiptono (2008:219), promosi adalah aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.
Salah satu variabel bauran pemasaran lainnya adalah saluran distribusi.
Menurut Kotler dan Amstrong (2012:363), saluran distribusi adalah organisasi –
organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat
produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran
distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan
kosmetik memasarkan produknya, terlebih produk kosmetik merupakan produk
retail. Tujuan distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan
diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. Dengan banyaknya
produk yang tersedia di pasar, ditambah dengan banyaknya produk-produk
substitusi, distribusi yang direncanakan dengan baik dapat membantu produk
tersebut tersebar dengan cepat sehingga konsumen akan mudah memperoleh
produk tersebut di pasar.
Selain variabel bauran pemasaran di atas, dalam pemasaran kosmetik tenaga
penjual (people) juga memerankan peranan sangat penting untuk memengaruhi
keputusan konsumen membeli suatu produk. Berdasarkan pengertian tenaga
penjual (people) menurut Zeithaml (2013:26) dapat diartikan bahwa orang adalah
semua manusia yang berperan memainkan bagian dalam pelayanan yang dapat
memengaruhi persepsi pembeli: yakni, personil perusahaan, pelanggan, dan
15
pelanggan lain dalam lingkungan pelayanan. Tenaga penjual sangat berperan dalam
mengedukasi konsumen akan keunggulan kompetitif produk kosmetik perusahaan
dan merupakan faktor penting dalam memengaruhi tingkat kepuasan konsumen.
Hasil penelitian Ellis dan Raymond, (1993) menunjukkan kebutuhan akan tenaga
penjualan yang memiliki keahlian tenaga penjualan dalam kegiatan/aktivitas
penjualan, merupakan persoalan penting bagi konsumen dan industri baik itu jasa
maupun barang. Bagi perusahaan, keahlian yang dimiliki seorang tenaga penjualan
merupakan alat penentu dalam mendapatkan pelanggan.
Secara umum dengan mengaplikasikan bauran pemasaran (4P) yaitu
product, price, place and promotion akan berpengaruh pada meningkatnya
kepuasan konsumen dan juga meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk
perusahaan. Penelitian Nastiti (2007) menunjukkan bauran pemasaran berpengaruh
langsung pada peningkatan kepuasan konsumen. Perihal ini berarti apabila kualitas
bauran pemasaran meningkat, maka kepuasan konsumen juga akan meningkat.
Penelitian ini juga diperkuat penelitian Pupuani dan Sulistyawati (2013) yang
menunjukkan pengaruh bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, saluran
distribusi dan promosi pada kepuasan konsumen.
Selanjutnya penelitian Sutrisno (2010) meneliti pengaruh bauran pemasaran
yang terdiri atas kualitas produk, kualitas pelayanan, desain produk, harga dan
kepercayaan pada loyalitas menyatakan bahwa kualitas produk, kualitas pelayanan,
desain produk, harga dan kepercayaan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas konsumen baik secara simultan ataupun parsial. Hasil penelitian
Mei (2012) produk, harga, promosi dan distribusi berpengaruh pada loyalitas
16
konsumen. Kemudian penelitian Lumintang (2013), menunjukkan bauran
pemasaran yang terdiri atas produk, harga, saluran disribusi, dan promosi
berpengaruh secara simultan dan parsial pada loyalitas konsumen.
Rahman dan Jalil (2014) meneliti pengaruh tingkat loyalitas pelanggan
melalui kepuasan pelanggan pada stategi pemasaran ritel hypermarket di Malaysia.
Penelitian ini mengidentifikasi kepuasan pelanggan secara keseluruhan memiliki
hubungan yang sangat signifikan yang kuat terhadap loyalitas pelanggan. Memang
kepuasan pelanggan adalah sangat penting, karena temuan penelitian ini menilai
kualitas pelayanan, kualitas produk dan strategi harga memiliki dampak yang
sangat signifikan terhadap kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan secara
keseluruhan memiliki dampak langsung pada loyalitas pelanggan. Dalam penelitian
ini juga ditemukan lokasi memiliki dampak pemoderasi antara kepuasan pelanggan
dan loyalitas pelanggan.
Penelitian terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen sangat penting karena
saat ini tingkat persaingan bisnis sangat tinggi dengan diferensiasi produk dan jasa
yang begitu beragam. Perusahaan sebaiknya fokus terhadap kepuasan dan loyalitas
konsumen agar perusahaan bisa menciptakan profit dan dapat bertahan dalam
persaingan. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya perpindahan konsumen
perusahaan kepada merek/brand perusahaan lain. Konsumen yang loyal biasanya
akan melakukan pembelian ulang, komitmen terhadap produk dan juga akan
merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain.
17
1.2. Rumusan Masalah
Membangun loyalitas pelanggan adalah sangat penting bagi perusahaan.
Perusahaan akan memperoleh banyak keuntungan bila pelanggan loyal, di
antaranya: penjualan akan naik karena pelanggan membeli lebih banyak,
memperkuat posisi perusahaan di pasar karena pembeli membeli produk
perusahaan daripada produk pesaing. Biaya pemasaran akan turun karena tidak
perlu mengeluarkan uang untuk memikat pelanggan berulang dan lebih terlindungi
dari persaingan harga karena pelanggan yang loyal kecil kemungkinannya terpikat
dengan diskon (Griffin, 2007:13).
Konsumen akan menunjukan sikap loyalnya jika suatu perusahaan mampu
memberikan kepuasan kepada konsumennya. Menurut Schnaars (dalam Tjiptono,
2015:78) menyatakan pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah untuk
menciptakan pelanggan yang puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat
memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan dan
pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang
dan terciptanya loyalitas pelanggan, serta membentuk rekomendasi gethok tular
positif yang menguntungkan bagi perusahaan.
Menghadapi situasi ini, salah satu strategi yang dapat digunakan oleh DS
Laboratories Indonesia untuk menciptakan kepuasan pelanggan dan meningkatkan
volume penjualan adalah penggunaan bauran pemasaran. Strategi ini berkaitan
dengan penentuan strategi perusahaan menyajikan penawaran produk yang
berkualitas disertai strategi pendukung lain berupa strategi harga, promosi
penjualan, serta strategi saluran distribusi, dan tenaga penjual pada segmen pasar
18
tertentu yang merupakan sasaran pasarnya. PT. Hokilista karunia Cemerlang
sebagai distributor tunggal produk DS Laboratories, harus mampu menyiapkan
strategi bauran pemasaran yang baik agar terciptanya kepuasan pelanggan yang
akan juga berpengaruh pada loyalitas pelanggan dan agar dapat mempertahankan
pangsa pasar sekarang ini bahkan meningkatkan penjualan dalam menghadapi
persaingan industri kosmetik di Indonesia yang semakin ketat.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Apakah kualitas produk berpengaruh pada kepuasan konsumen produk
kosmetik DS Laboratories?
2. Apakah harga berpengaruh pada kepuasan konsumen produk kosmetik DS
Laboratories?
3. Apakah promosi penjualan berpengaruh pada kepuasan konsumen produk
kosmetik DS Laboratories?
4. Apakah lokasi berpengaruh pada kepuasan konsumen produk kosmetik DS
Laboratories?
5. Apakah tenaga penjual berpengaruh pada kepuasan konsumen produk
kosmetik DS Laboratories?
6. Apakah kepuasan konsumen berpengaruh pada loyalitas konsumen
terhadap produk kosmetik DS Laboratories?
19
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh kualitas produk pada kepuasan konsumen produk
kosmetik DS Laboratories.
2. Menganalisis pengaruh harga pada kepuasan konsumen produk kosmetik
DS Laboratories.
3. Menganalisis pengaruh promosi penjualan pada kepuasan konsumen
produk kosmetik DS Laboratories.
4. Menganalisis pengaruh intensitas distribusi pada kepuasan konsumen
produk kosmetik DS Laboratories.
5. Menganalisis pengaruh tenaga penjual pada kepuasan konsumen produk
kosmetik DS Laboratories.
6. Menganalisis pengaruh kepuasan konsumen pada loyalitas konsumen
produk kosmetik DS Laboratories.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan dan
bahan pertimbangan kepada manajemen perusahaan untuk membangun
kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen dan berdampak kepada
meningkatnya penjualan produk kosmetik DS Laboratories Indonesia.
20
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh akademisi untuk
memberikan perluasan wawasan mengenai strategi bauran pemasaran
terhadap sikap konsumen khususnya kepuasan konsumen dan loyalitas
konsumen.
1.6. Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan kepada konsumen PT. Hokilista Karunia
Cemerlang selaku distributor tunggal produk kosmetik DS Laboratories.
Penelitian ini dibatasi dengan pengaruh bauran pemasaran yaitu kualitas
produk, promosi penjualan, intensitas distribusi, tenaga penjual pada
kepuasan konsumen dan pengaruhnya pada loyalitas konsumen. Penelitian
ini juga membatasi penelitiannya pada konsumen produk kosmetik DS
Laboratories.
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam tesis ini, susunan pembahasan disajkan dalam lima bab sebagai
berikut.
BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI. Bab ini menjelaskan berbagai teori yang relevan
dengan masalah yang diteliti.
21
BAB III : METODE PENELITIAN. Bab ini membahas desain penelitian,
populasi dan sampling, pengukuran operasional variabel, pengujian instrumen
penelitian dan teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN. Bab ini menyajikan mengenai
gambaran umum perusahaan, hasil analisis penelitian dan pembahasan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menjelakan tentang
kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran perbaikan atau pemecahan masalah yang
peneliti ajukan bagi masalah yang telah dianalisis.