bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id i.pdf · (human development report/hdr)...

93
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia senantiasa berada di baris terdepan dalam perencanaan pembangunan. Karena hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia, maka perlu diprioritaskan alokasi belanja untuk keperluan pembangunan manusia dalam penyusunan anggaran (Fhino, 2009). Perbaikan prioritas ini juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Saat perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi memberikan tuntunan menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program (Budiriyanto, 2011). Selain itu IPM juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang (United Nations Development Program/UNDP, 1996). IPM atau disebut juga Human Development Index (HDI) merupakan sebuah indeks komposit (gabungan) dari indeks pendidikan, kesehatan, dan daya beli yang diharapkan dapat mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia yang tercermin dengan penduduk yang berpendidikan, sehat dan berumur panjang, berketerampilan serta

Upload: phungbao

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan manusia senantiasa berada di baris terdepan dalam

perencanaan pembangunan. Karena hakekat pembangunan adalah pembangunan

manusia, maka perlu diprioritaskan alokasi belanja untuk keperluan pembangunan

manusia dalam penyusunan anggaran (Fhino, 2009). Perbaikan prioritas ini juga

akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak

kinerja pembangunan wilayah, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu

wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Saat

perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi memberikan tuntunan

menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program

(Budiriyanto, 2011).

Selain itu IPM juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah

negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang (United

Nations Development Program/UNDP, 1996). IPM atau disebut juga Human

Development Index (HDI) merupakan sebuah indeks komposit (gabungan) dari

indeks pendidikan, kesehatan, dan daya beli yang diharapkan dapat mengukur

tingkat keberhasilan pembangunan manusia yang tercermin dengan penduduk

yang berpendidikan, sehat dan berumur panjang, berketerampilan serta

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

2

mempunyai pendapatan untuk layak hidup (Badan Pusat Statistik/BPS,

2012a:18).

Terkait dengan pembangunan, paradigma yang sedang berkembang saat ini

adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan pembangunan manusia, dapat

dilihat melalui tingkat kualitas hidup manusia di tiap-tiap negara. Sejak tahun

1990 perkembangan tingkat kualitas hidup manusia (indeks HDI) di seluruh dunia

diteliti dan laporannya diterbitkan dalam buku laporan pembangunan manusia

(Human Development Report/HDR) oleh UNDP.

Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM

Indonesia membaik yaitu berada pada peringkat 108/187 negara, dari peringkat

121/185 negara pada tahun 2012. Kajian seksama masih perlu tetap dilakukan

mengingat IPM Indonesia ternyata masih berada di bawah Negara-negara

Regional Asociation of Southeast Asian Nations (ASEAN) yaitu Malaysia yang

menempati peringkat 62, Singapura peringkat 9, Thailand pada peringkat 89, dan

Brunei Darussalam di posisi 30. IPM Indonesia hanya lebih baik bila

dibandingkan dengan IPM Myanmar yang menduduki posisi 150, Filiphina 117,

Kamboja 136, dan Timor Leste pada posisi 128.

Hal tersebut menunjukkan masih diperlukannya upaya keras untuk

memperbaiki kualitas manusia Indonesia di tengah-tengah persaingan dengan

masyarakat internasional. Upaya meningkatkan IPM Indonesia tentunya tidak

dapat dilepaskan dari usaha simultan untuk meningkatkan IPM kabupaten/kota di

Indonesia. Salah satunya adalah Provinsi Bali, perkembangan IPM kabupaten/kota

Provinsi Bali pada tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

3

Tabel 1.1Perkembangan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Periode 2008-2013

No Kab/KotaIndeks Pembangunan Manusia (IPM)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jembrana 72.02 72.45 72.69 73.18 73.62 74.29

2 Tabanan 73.73 74.26 74.57 75.24 75.55 76.19

3 Badung 74.12 74.49 75.02 75.35 75.69 76.37

4 Gianyar 72.00 72.43` 72.73 73.43 74.49 75.025 Klungkung 69.66 70.19 70.54 71.02 71.76 72.25

6 Bangli 69.72 70.21 70.71 71.42 71.8 72.28

7 Karangasem 65.46 66.06 66.42 67.07 67.83 68.478 Buleleng 69.67 70.26 70.69 71.12 71.93 72.549 Denpasar 77.18 77.56 77.94 78.31 78.8 79.41

Bali 71.51 71.52 72.28 72.90 73.49 74.11

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013 (data diolah)

Data IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dari tahun 2008-2013 seperti

ditunjukkan pada Tabel 1.1 mengalami peningkatan, yaitu dari 71,51 pada tahun

2008 menjadi 74,11 pada tahun 2013. Namun jika dilihat lebih seksama

peningkatan IPM Provinsi Bali cenderung menurun jika dibandingkan dengan

tahun 2010, dimana peningkatan IPM Provinsi Bali tahun 2009 ke 2010 sebesar

0,76 sedangkan peningkatan IPM Provinsi Bali tahun 2012 ke 2013 sebesar 0,62.

Jika dibandingkan dari tahun ke tahun, peningkatan IPM Provinsi Bali ternyata

tidak konsisten.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penerimaan yang dimiliki

pemerintah Provinsi Bali belum optimal digunakan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM. Peningkatan IPM, salah

satunya ditentukan oleh kemampuan keuangan daerah yaitu antara lain

Pendapatan Asli Daerah/PAD. PAD seharusnya dikelola dengan baik oleh

pemerintah daerah serta pemanfaatannya benar-benar untuk anggaran yang

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

4

produktif dan dapat dirasakan oleh masyarakat seperti sektor pendidikan,

kesehatan, dan infrastruktur.

Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali adalah

Pajak Daerah. Dari tahun 2012 s.d. 2014 Provinsi Bali mempunyai rasio pajak di

atas rata-rata nasional. Bahkan pada tahun 2012 dan 2014 Provinsi Bali adalah

sebagai Provinsi dengan rasio pajak dan rasio pajak per kapita tertinggi di

Indonesia (Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan/DJPK, 2014). Ini dapat

dimaknai bahwa semakin meningkatnya rasio-rasio tersebut berarti pemerintah

kabupaten/kota memiliki dana yang cukup untuk mendukung berbagai upaya

peningkatan IPM, namun kenyatannya alokasi dana untuk belanja publik relatif

rendah sehingga menyebabkan pelayanan publik tidak memadai bagi masyarakat.

Terjadinya peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat

(social welfare), merupakan bentuk indikasi dari keberhasilan penerapan

desentralisasi fiskal. Seperti pernyataan Lin dan Liu (2000), bahwa desentralisasi

fiskal menyebabkan peningkatan investasi modal di China. Tujuan dari

desentralisasi fiskal adalah untuk memberikan otonomi penuh kepada pemerintah

daerah dalam pengeluaran dan mengelola pendapatan mereka. Pemerintah daerah

memiliki kewenangan untuk mengeksplorasi dan mengumpulkan PAD baik

melalui upaya pajak (tax effort) maupun melalui ruang fiskal (fiscal space). Upaya

pajak adalah perbandingan antara jumlah penerimaan pajak aktual (jumlah

penerimaan pajak sebenarnya) dengan kapasitas atau kemampuan penduduk untuk

membayar pajak (Wibowo, 2013). Sedangkan ruang fiskal adalah ketersediaan

ruang yang cukup pada anggaran pemerintah untuk menyediakan sumber daya

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

5

tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan tanpa mengancam kesinambungan

posisi keuangan pemerintah (Heller, 2005). Sehingga dengan penerapan

desentralisasi fiskal diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yang diukur dengan IPM.

Ruang fiskal daerah saat ini masih sangat terbatas karena sebagian besar

anggaran digunakan untuk belanja rutin (belanja pegawai). Oleh karena itu bagi

pemerintah daerah yang memiliki ruang fiskal terbatas, perlu mengidentifikasi dan

menyusun strategi dalam mengalokasikan belanja pada kegiatan-kegiatan yang

sesuai prioritas daerah, dan mempunyai daya ungkit (leverage) tinggi bagi

perekonomiannya (DJPK, 2014), sehingga pada akhirnya akan dapat

meningkatkan IPM. Ruang fiskal diperoleh dari pendapatan umum setelah

dikurangi pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked) serta

belanja yang sifatnya mengikat seperti belanja pegawai dan belanja bunga.

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah banyak

dilakukan, namun hasilnya tidak konsisten. Diantaranya penelitian Gembira

(2011) menunjukkan bahwa secara simultan variabel Pendapatan Asli Daerah,

Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil (Pajak dan Bukan Pajak) berpengaruh

Positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia. secara parsial, hanya variabel

Dana Alokasi Umum (DAU) yang berpengaruh terhadap IPM. Sedangkan

variabel lain berupa variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan

Dana Bagi Hasil (Pajak dan Bukan Pajak) tidak berpengaruh signifikan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia. Artinya bahwa setiap bertambahnya anggaran

pendidikan dan anggaran kesehatan akan meningkatkan IPM, ceteris Paribus. Di

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

6

sisi lain Mirza, 2012 dalam penelitiannya menemukan bahwa kemiskinan

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan pada IPM. Hasil penelitian Firda dan

Purbadharmaja (2014) diperoleh informasi bahwa secara simultan kemandirian

keuangan daerah dan keserasian alokasi belanja berpengaruh signifikan terhadap

IPM, secara parsial, kemandirian keuangan daerah dan keserasian alokasi belanja

berpengaruh positif dan signifkan terhadap IPM.

Sementara itu hasil penelitian yang kontradiktif ditemukan oleh Harahap

(2010) yang menemukan bahwa secara parsial Dana Alokasi Umum/DAU dan

Dana Alokasi Khusus/DAK tidak berpengaruh terhadap IPM. Titin (2012) yang

menyatakan bahwa belanja langsung tidak dapat memprediksi indeks

Pembangunan Manusia Kabupaten Kota di Sumatera Selatan. Sementara

penelitian Setiawan dan Hakim (2013) menunjukkan bahwa Produk Domestik

Bruto/PDB dan Pajak Pertambahan Nilai/PPN berpengaruh terhadap IPM dalam

jangka panjang maupun jangka pendek. Estimasi model Error Correction Model

(ECM), menemukan bahwa krisis ekonomi tahun 2008 berpengaruh terhadap

IPM, sementara krisis tahun 1997 dan desentralisasi pemerintahan tidak

berpengaruh terhadap IPM.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu, menyebabkan penelitian

tentang IPM semakin menarik dan penting untuk dikaji khususnya faktor-faktor

yang diduga memiliki kontribusi terhadap peningkatan IPM. Salah satunya adalah

kinerja keuangan daerah yang meliputi : rasio pajak (tax ratio), pajak per kapita

(tax per capita), upaya pajak (tax effort) dan ruang fiskal (fiscal space). Dan

adanya dugaan bahwa kinerja keuangan daerah tidak serta merta meningkatkan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

7

IPM, sehingga memungkinkan adanya pengaruh variabel moderating dalam

mengidentifikasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Veriabel moderating ini digunakan untuk menyelesaikan perbedaan hasil dari

penelitian-penelitian tersebut, yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kontinjensi. Pendekatan ini secara sistematis mengevaluasi berbagai kondisi atau

variabel yang dapat memengaruhi hubungan antara kinerja keuangan daerah

dengan IPM. Teori kontinjensi dalam hal ini dapat digunakan untuk menganalisis

variabel moderating yang dapat memperkuat ataupun memperlemah hubungan

antara kinerja keuangan daerah dengan IPM, salah satu diantaranya adalah alokasi

belanja modal.

Belanja modal secara umum dialokasikan untuk sarana dan prasarana publik,

dalam bentuk asset tetap yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap

lainnya, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk

fasilitas publik (Darwanto dan Yustikasari, 2007). Peningkatan layanan publik ini

diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di

daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah

dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung (investasi). Konsekuensinya

pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja modal yang lebih besar untuk

tujuan tersebut (Harianto dan Hadi, 2007). Semakin tinggi investasi modal

diharapkan mampu meningkatkan pelayanan publik sehingga dapat menunjang

peningkatan IPM.

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa dalam era otonomi, pemerintah daerah

harus semakin mendekatkan diri pada berbagai pelayanan dasar masyarakat. Oleh

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

8

karena itu, alokasi belanja modal memegang peranan penting guna peningkatan

pelayanan. Sejalan dengan peningkatan pelayanan ini (yang ditunjukkan dengan

peningkatan belanja modal) diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembangunan manusia. Oleh karena itu, besarnya belanja modal suatu daerah

diduga dapat memperkuat atau memperlemah hubungan kinerja keuangan daerah

yang meliputi rasio pajak, pajak per kapita, upaya pajak dan ruang fiskal pada

IPM. Dua rasio pertama (rasio pajak dan pajak per kapita) menyoroti pajak daerah

sebagai sumber utama PAD yang diperbandingkan dengan PDRB dan jumlah

penduduk, sedangkan dua rasio yang terakhir menyoroti pengelolaan pendapatan

daerah untuk memenuhi kebutuhan belanjanya, serta kemampuan daerah dalam

menghasilkan pendapatan daerah dengan tidak tergantung dari pihak eksternal

(Sudarwanto, 2013).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah alokasi belanja modal memoderasi pengaruh rasio pajak pada IPM?

2) Apakah alokasi belanja modal memoderasi pengaruh pajak per kapita pada

IPM?

3) Apakah alokasi belanja modal memoderasi pengaruh upaya pajak pada IPM?

4) Apakah alokasi belanja modal memoderasi pengaruh ruang fiskal pada IPM?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk memperoleh bukti tentang kemampuan alokasi belanja modal

memoderasi pengaruh rasio pajak pada IPM.

2) Untuk memperoleh bukti tentang kemampuan alokasi belanja modal

memoderasi pengaruh pajak per kapita pada IPM.

3) Untuk memperoleh bukti tentang kemampuan alokasi belanja modal

memoderasi pengaruh upaya pajak pada IPM.

4) Untuk memperoleh bukti tentang kemampuan alokasi belanja modal

memoderasi pengaruh ruang fiskal pada IPM.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil peneltian ini adalah:

1). Manfaat Teoritis: penelitian ini berusaha untuk menunjukkan bahwa

pengambilan kebijakan keuangan dapat menimbulkan konflik kepentingan

antara masyarakat yang di wakili oleh DPRD dan pemerintah sebagai akibat

dari adanya keinginan kedua belah pihak untuk memaksimalkan utilitasnya

sesuai dengan yang dipaparkan dalam teori keagenan. Hasil penelitin ini

diharapkan mampu untuk memperluas kasanah teori keagenan, khususnya

dalam menjelaskan konflik antara masyarakat dengan pemerintah mengenai

kebijakan keuangan yang dapat memengaruhi kebijakan upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM. Penelitian ini juga

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

10

diharapkan dapat memperjelas bahwa masalah keagenan akan semakin

berkurang jika ada pihak ketiga yang mampu meyakinkan prinsipal bahwa

apa yang dilaporkan oleh agent adalah benar.

2) Manfaat Praktis : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada Pemerintah Daerah sekaligus sebagai referensi untuk

menentukan strategi yang tepat guna menggali pendapatan daerah dengan

sumber daya yang dimiliki agar dapat meningkatkan alokasi belanja modal

demi peningkatan kualitas pelayanan publik.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah

kontrak dimana satu atau lebih (prinsipal) melimpahkan wewenang kepada orang

lain (agen) untuk kepentingan mereka. Permasalahan hubungan keagenan ini

mengakibatkan terjadinya informasi asimetris dan konflik kepentingan (Jensen

dan Meckling, 1976).

Teori keagenan berusaha mendeskripsikan hubungan antara agen dan

prinsipal dengan menggunakan mekanisme suatu kontrak. Teori keagenan

menggunakan penekanan pada penyelesaian dua masalah yaitu: a) masalah

keagenan yang muncul ketika keinginan/tujuan antara agen dan prinsipal

bertentangan, dan sulit bagi prinsipal memverifikasi hasil kerja agen yang

sesungguhnya. b) masalah pembagian resiko (risk sharing) yang terjadi ketika

prinsipal dan agen mempunyai preferensi dan sikap yang berbeda terhadap suatu

resiko.

Fokus teori keagenan (Eisenhardt, 1989) adalah penentuan kontrak yang

paling efesien mengatur hubungan antara prinsipal dan agen dengan asumsi

bahwa: a) manusia mempunyai sifat mementingkan kepentingan diri sendiri,

rasionalitas terbatas (Bounded rationality), keengganan resiko (risk aversion); b)

organisasi meliputi konflik kepentingan antar anggotanya, dan c) informasi

merupakan suatu komoditi dan dapat dibeli.

11

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

12

Teori keagenan dijadikan acuan utama dalam penelitian ini untuk

menjelaskan konflik yang terjadi antara pemerintah daerah dan masyarakat yang

diwakili oleh DPRD, berkaitan dengan kebijakan keuangan Daerah. Hal ini terjadi

akibat adanya perbedaan kepentingan kedua belah pihak yang terikat dalam suatu

kontrak. Dalam kontrak tersebut pemerintah di samping ingin memuaskan

prinsipal juga bertujuan untuk memaksimalkan kepentingannya.

Kaitan teori keagenan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui hubungan

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan juga hubungan

masyarakat dengan pemerintah daerah. Hubungan antara masyarakat dengan

pemerintah adalah seperti hubungan antara principal dan agent. Masyarakat yang

diwakili oleh DPRD adalah principal dan pemerintah adalah agent. Agent

diharapkan dalam mengambil kebijakan keuangan menguntungkan principal.

Principal memiliki wewenang pengaturan kepada agent, dan memberikan

sumberdaya kepada agen dalam bentuk pajak, retribusi, dana perimbangan, hasil

pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda

pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat, wajib menyampaikan

laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah

pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Bila

keputusan agen merugikan bagi principal maka akan timbul masalah keagenan.

Karena tidak mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh agen (assymetric

information) maka principal membutuhkan pihak ketiga yang mampu

meyakinkan prinsipal bahwa apa yang dilaporkan oleh agent adalah benar.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

13

2.2 Teori Kontijensi

Hakikat teori kontijensi adalah tidak ada satu cara terbaik yang dapat

digunakan dalam semua keadaan (situasi) lingkungan. Masuknya pengaruh

variabel lingkungan dalam analisis organisasi diawali dengan kemunculan

pendekatan sistem (system approach) dalam analisis organisasi. Pendekatan teori

kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal pengendalian organisasi di

bawah kondisi operasi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana

prosedur operasi pengendalian organisasi tersebut.

Penelitian akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan

pendekatan Universalistic approach. Secara umum teori ini menyatakan bahwa

perancangan dan penggunaan desain system pengendalian tergantung

karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan dimana sistem tersebut akan

diterapkan. Berdasarkan teori kontinjensi maka terdapat faktor situasional lain

yang mungkin akan saling berinteraksi dalam suatu kondisi tertentu.

Berbagai penelitian yang menggunakan pendekatan kontijensi dilakukan,

dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel kontijensi yang memengaruhi

perancangan dan penggunaan sistem pengendalian. Hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti

lainnya sehingga para peneliti berkesimpulan bahwa ada variabel lain yang

memengaruhinya. Govindarajan (1986) dalam Husnatarina dan Nor (2007)

mengemukakan bahwa untuk menyelesaikan perbedaan dari hasil temuan

tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kontijensi (Contijency

approach).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

14

Pendekatan kontijensi tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel

yang dapat bertindak sebagai moderating dan intervening. Murray (1990)

dalam Husnatarina dan Nor (2007) menjelaskan bahwa variabel moderating

adalah variabel yang memengaruhi hubungan antara dua variabel. Dalam

penelitian ini, pendekatan kontijensi akan digunakan untuk mengevaluasi

keefektifan hubungan antara kinerja fiskal daerah dengan IPM. Berdasarkan

pendekatan di atas ada dugaan alokasi belanja modal akan memoderasi

hubungan antara kinerja fiskal daerah dengan IPM.

2.3 Desentralisasi dan Federalisme Fiskal

Secara umum, desentralisasi dapat diartikan sebagai pelimpahan wewenang

dari pemerintah pusat ke level pemerintahan yang ada di bawahnya. Secara

teoritis ada beberapa tipe desentralisasi, yaitu desentralisasi politik,

desentralisasi administratif, dan desentralisasi fiskal (Osoro, 2003 dalam

Khusaini, 2006).

Berdasarkan Undang-Undang Nommor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004, tujuan dari desentralisasi fiskal di Indonesia adalah:

1) Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dalam konteks ekonomi makro.

2) Mengoreksi vertical imbalance, yaitu mereduksi ketimpangan antara

keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini dilakukan

dengan memperbesar taxing power daerah.

3) Mengoreksi horizontal imbalance, yaitu memperkecil disparitas antar

daerah dengan mekanisme block grant/transfer dan memperbesar

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

15

kewenangan daerah untuk menerapkan kebijakan pembangunan yang

sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan sumber daya yang dimiliki.

4) Mengurangi tingkat ketergantungan daerah terhadap pusat.

5) Meningkatkan akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi dalam rangka

peningkatan kinerja daerah.

6) Meningkatkan kualitas pelayanan publik.

7) Memperbesar partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di sektor

publik.

Teori federalisme fiskal merupakan teori yang menjelaskan tentang

bagaimana hubungan desentralisasi dengan perekonomian, pelayanan publik,

dan kesejahteraan masyarakat. Dalam berbagai kajian tentang federalisme

fiskal (fiscal federalism), terdapat dua perspektif teori yang menjelaskan

dampak ekonomi dari desentralisasi, yaitu traditional theories (first

generation theories) dan new perspective theories (second generation

theories). Traditional theories menyatakan terdapat dua keuntungan dari

desentralisasi, yaitu:

1) Hayek (1945) dalam Khusaini (2006) mengemukakan tentang penggunaan

“knowledge in society”, di mana menurut Hayek pengambilan keputusan

yang terdesentralisasi akan dipermudah dengan penggunaan informasi yang

efisien karena pemerintah daerah lebih dekat dengan masyarakatnya.

2) Tiebout (1956) dalam Khusaini (2006) mengungkapkan terdapat dimensi

persaingan dalam pemerintah daerah dan ia berpandangan bahwa kompetisi

antar pemerintah daerah tentang alokasi pengeluaran publik memungkinkan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

16

masyarakat memilih berbagai barang dan jasa publik yang sesuai dengan

selera dan keinginan mereka. Hal ini tidak akan terjadi dalam

pemerintahan sentralistik jika pemerintah pusat menyediakan barang dan

jasa publik secara seragam.

Teori fiscal federalism menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan

tercapai dengan desentralisasi fiskal melalui pelaksanaan otonomi daerah. Dimana

desentralisasi fiskal adalah pelimpahan kewenangan terkait dengan pengambilan

keputusan kepada pemerintah tingkat rendah (Akai and Sakata, 2002) yang

berfungsi untuk meningkatkan efisiensi sektor publik jangka panjang (Faridi,

2011). Aristovnik (2012) menyatakan bahwa desentralisasi fiskal dapat dibagi

menjadi dua luas kategori yaitu: (i) otonomi fiskal pemerintah daerah, dan (ii)

pentingnya fiskal pemerintah daerah. Dengan menerapkan sistem pemerintahan

terdesentralisasi, pemerintah daerah akan dikejar untuk meningkatkan usahanya

dalam memberikan pelayanan publik yang lebih baik di wilayahnya

(Suhardjanto,dkk., 2009).

Federalisme fiskal menampilkan model normatif yang menggambarkan

pemerintah pusat sebagai penafsir arif aspirasi masyarakat, yang memberikan

arahan dalam aturan-aturan kelembagaan antar pemerintahan untuk menjamin

lembaga-lembaga pemerintah daerah bertindak sesuai keinginan pusat (dengan

asumsi sesuai keinginan seluruh rakyat). Bahkan kalaupun tak semua pemerintah

pusat tidak sedemikian arif, aturan-aturan ini mungkin masih dapat memberikan

rujukan yang bermanfaat dalam hubungan fiskal antar pemerintahan (Bird, 1993

dalam Bird, 1998).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

17

2.4 Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran adalah hasil dari perencanaan yang berupa daftar mengenai

bermacam-macam kegiatan terpadu, baik menyangkut penerimaannya maupun

pengeluarannya yang dinyatakan dalam bentuk uang dalam jangka waktu

tertentu (Syamsi, 1994 dalam Hanafi dan Nugroho, 2009). Senada dengan itu,

Mardiasmo (2004) juga menyatakan bahwa anggaran merupakan pernyataan

mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu

tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran

adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran

pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif

dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan

pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja

tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan defisit atau

surplus.

Anggaran yang disusun oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah akan

disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan yaitu untuk memberikan pelayanan

dan kesejahteraan bagi rakyat. Sesuai amanat UU No. 17 Tahun 2003,

penyusunan anggaran daerah atau sering disebut dengan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) digunakan pendekatan anggaran

berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja merupakan teknik penganggaran

yang mengikuti pendekatan New Public Management. New Public Management

berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan

kebijakan. Penggunaan paradigma New Public Management menimbulkan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

18

beberapa konsekuensi bagi pemerintah, di antaranya adalah tuntutan untuk

melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetensi

tender (Hanafi dan Nugroho, 2009). New Public Management memberikan

perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem

manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi

model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.

Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana, melainkan telah

mengubah peran pemerintah, terutama dalam hal hubungan antara pemerintah

dengan masyarakat.

2.5 APBD Dalam Era Otonomi Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menurut Mamesah (1995:20)

dalam Halim (2007: 16) adalah rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah,

di mana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya

guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun

anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan

sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran

dimaksud.

Era pasca reformasi, bentuk APBD mengalami perubahan cukup mendasar.

Bentuk APBD yang baru didasari pada peraturan-peraturan mengenai Otonomi

Daerah terutama UU No. 22/1999 yang telah diubah menjadi UU No. 32/2004

yang telah diubah menjadi UU No. 33/2004, PP No. 105/2000. Akan tetapi,

karena untuk menerapkan peraturan yang baru diperlukan proses, maka untuk

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

19

menjembatani pelaksanaan keuangan daerah pada kedua era tersebut dikeluarkan

Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.903/2375/SJ tanggal 17

November 2001. Peraturan tersebut dikeluarkan untuk mengakomodasi transisi

dari UU No. 5/1974 ke UU No. 22/1999 yang kini telah diubah menjadi UU No.

32/2004.

Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar

laporan keuangan makin informatif. Untuk itu, dalam bentuk yang baru, APBD

diperkirakan tidak akan terdiri dari dua sisi dan akan dibagi menjadi tiga bagian

yaitu Penerimaan, Pengeluaran dan Pembiayaan. Pembiayaan merupakan kategori

yang baru yang belum ada di era pra reformasi. Adanya pos pembiayaan

merupakan upaya agar APBD makin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari

pendapatan daerah.

2.6 Kinerja Keuangan Daerah (Fiskal)

Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu

hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja

daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu

kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran.

Bentuk keuangan tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari unsur

Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah berupa perhitungan APBD.

Terkait dengan pentingnya kinerja, maka yang perlu diperhatikan selanjutnya

adalah pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja berfungsi untuk menilai sukses

atau tidaknya suatu organisasi, program, atau kegiatan. Pengukuran kinerja

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

20

diperlukan untuk menilai tingkat besarnya penyimpangan antara kinerja aktual

dengan kinerja yang diharapkan. Dengan mengetahui penyimpangan tersebut,

dapat dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan kinerja (Rai, 2008). Dalam

lingkup perusahaan, pengukuran kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai

akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen merupakan persoalan yang

lebih kompleks dan lebih sulit, karena akan menyangkut masalah efektivitas

pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan dan

menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan dari pihak ketiga

(Helfert, 1982).

Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator

keuangan (Sularso dan Restianto, 2011). Analisis kinerja keuangan pada dasarnya

dilakukan untuk menilai kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis

sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-

potensi kinerja yang akan berlanjut. Karena menggunakan indikator keuangan,

maka alat analisis yang tepat untuk mengukur kinerja keuangan adalah analisis

keuangan.

Penggunaan analisis rasio sebagai alat analisis keuangan secara luas

telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial, namun pada

lembaga publik, khususnya pemerintah daerah, masih sangat terbatas. Hal

tersebut dikarenakan adanya keterbatasan penyajian laporan keuangan pada

pemerintah daerah yang sifat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan

keuangan oleh perusahaan yang bersifat komersil. Di samping itu, penilaian

keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban pengelolaan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

21

keuangan daerah lebih ditekankan pada pencapaian target, sehingga kurang

memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi pada komposisi ataupun

struktur APBD (Halim, 2007).

Secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan

kaidah pengukuran dalam analisis rasio terhadap organisasi sektor publik,

khususnya APBD. Namun demikian, analisis terhadap kinerja keuangan

pemerintah daerah tetap harus dilakukan dalam rangka pengelolaan keuangan

daerah yang transparan, efektif, efisien dan akuntabel (Halim, 2007). Beberapa

rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja fiskal daerah di antaranya: Rasio

Pajak, pajak per kapita, upaya pajak, dan ruang fiskal.

2.6.1 Rasio Pajak

Rasio pajak (tax ratio) merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan

jumlah penerimaan pajak dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara

dalam satu tahun. Di tingkat daerah, rasio pajak merupakan perbandingan antara

jumlah penerimaan pajak daerah dengan PDRB. Rasio pajak dapat digunakan

untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak, mengukur

kinerja perpajakan, dan melihat potensi pajak yang dimiliki. PDRB sangat erat

kaitannya dengan pajak daerah karena dapat menggambarkan kegiatan ekonomi

masyarakat. Jika pertumbuhan ekonomi daerah baik tentunya akan menjadi

potensi penerimaan pajak di wilayah tersebut. PDRB yang akan digunakan dalam

analisis ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku yang merupakan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

22

Nilai PDRB ini pada umumnya digunakan untuk melihat pergeseran struktur

ekonomi yang terjadi di suatu wilayah.

Negara menggunakan GDP sebagai salah satu tolak ukur yang dapat

digunakan untuk mengetahui jumlah pendapatan suatu negara. Produk domestik

bruto (Gross Domestic Product) adalah jumlah produk berupa barang dan jasa

yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara

(domestik) selama satu tahun. Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan

produksi barang dan jasa dalam keadaan ekonomi masyarakat suatu

perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat ekonomi yang

dicapai tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Sehingga tingkat

kenaikan GDP yang dapat menyebabkan perubahan rasio pendapatan negara

karena GDP merupakan pembilang dari perhitungan Tax Ratio (Sumitro dalam

Danny 2013).

2.6.2 Pajak Per Kapita

Pajak per kapita memang belum banyak digunakan dalam menghitung

tingkat keberhasilan pajak sebagai sumber pendapatan daerah. Namun, pajak

per kapita dapat digunakan sebagai alternatif alat hitung efektifitas

pemungutan pajak daerah. Pajak per kapita merupakan perbandingan antara

jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan suatu daerah dengan jumlah

penduduknya. Pajak per kapita menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada

pajak daerah. Semakin tinggi pajak per kapita akan meningkatkan PAD, akan

semakin tinggi dana yang tersedia untuk dialokasikan (salah satunya alokasi ke

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

23

belanja modal) sehingga semakin tinggi stimulus peningkatan indeks

pembangunan manusia.

Gregory dalam DJPK (2013) menekankan bahwa rasio pajak per PDB

merupakan ukuran yang paling umum digunakan. Namun, semakin tinggi tingkat

persentase pajak akan semakin menurunkan PDB penduduk setempat sehingga

ukuran tersebut dapat terlihat bias. Untuk tujuan tertentu, seperti statistik yang

lebih baik, pajak per kapita (tax per personal) dapat digunakan. Pajak per kapita

dihitung dengan mengalikan rasio pajak dengan PDRB per kapita, sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Pajak PDRB Pajak Per Kapita = X X 100% ……….(1)

PDRB Jumlah Penduduk

2.6.3 Upaya Pajak

Upaya pajak merupakan upaya yang dilakukan pemerintah yang berkaitan

dengan kinerja keuangan daerah. Upaya pajak didefinisikan sebagai rasio antara

penerimaan aktual di dalam juridiksi yang dihasilkan dengan menerapkan tarif

pajak terhadap apa yang dapat ditingkatkan dengan menerapkan tarif pajak

standar. Upaya pajak berhubungan dengan indeks kinerja fiskal yang

menunjukkan apabila indeks kinerja fiskal yang semakin tinggi menunjukkan

bahwa daerah yang bersangkutan memiliki upaya pajak yang semakin besar yang

berarti pula memiliki posisi fiskal yang semakin kuat. Dengan demikian posisi

fiskal dapat dihitung atau didefinisikan sebagai : (1) rasio antara kapasitas fiskal

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

24

dengan kebutuhan fiskal dan atau (2) rasio antara tingkat kinerja fiskal dengan

upaya fiskal (Nanga, 2005).

Sedangkan menurut Adi (2006), upaya pajak dapat digunakan untuk

menganalisis posisi fiskal suatu daerah yaitu dengan membandingkan

penerimaan pajak terhadap kapasitas fiskal. Dengan demikian posisi fiskal

sama dengan upaya pengumpulan pajak. Nilai upaya pajak yang diperoleh dari

perbandingan penerimaan pajak terhadap kapasitas fiskal tersebut berkisar 0-

1. Untuk menentukan fiskal di suatu daerah apakah lemah atau kuat

tergantung standar yang digunakan. Secara sederhana disebutkan, bila upaya

fiskal mendekati satu maka dapat dikatakan posisi fiskal suatu daerah kuat,

dan bila mendekati 0 posisi fiskal lemah.

Upaya pajak dapat diartikan sebagai rasio antara penerimaan pajak dengan

kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator yang

digunakan untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah produk

domestik regional bruto. Dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah

dari sisi pendapatan secara makro upaya pajak diukur dengan

membandingkan realisasi PAD terhadap PDRB. Indikator ini mengukur

sejauh mana pemerintah daerah menciptakan pendapatan (generating income)

berdasarkan kapasitas dan potensi lingkungan ekonomi di daerahnya

(BAPPENAS). Upaya pajak dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Realisasi PADUpaya pajak = x 100% ………………………… (2)

PDRB

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

25

Upaya pajak merupakan aspek relevan bila dikaitkan dengan tujuan otonomi

daerah, yaitu peningkatan kemandirian daerah. Kemandirian daerah seringkali

diukur dengan menggunakan PAD, dimana pajak daerah dan retribusi daerah

menjadi komponen PAD yang memberikan kontribusi yang sangat besar.

2.6.4 Ruang Fiskal

Ruang fiskal merupakan suatu konsep untuk mengukur fleksibilitas yang

dimiliki pemerintah daerah dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai

kegiatan yang menjadi prioritas daerah. Semakin besar ruang fiskal yang dimiliki

suatu daerah maka akan semakin besar pula fleksibilitas yang dimiliki oleh

pemerintah daerah untuk mengalokasikan belanjanya pada kegiatan-kegiatan

yang menjadi prioritas daerah seperti pembangunan infrastruktur daerah.

Perhitungan ruang fiskal daerah yaitu total Pendapatan Daerah dikurangi

dengan pendapatan hibah, pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya

(earmarked), dan belanja yang sifatnya mengikat yaitu Belanja Pegawai dan

belanja bunga, kemudian dibagi dengan total pendapatannya (DJPK, 2013).

Ruang fiskal daerah saat ini masih sangat terbatas karena sebagian

besar anggaran digunakan untuk belanja rutin (belanja pegawai). Memperbesar

ruang fiskal daerah untuk Belanja Modal sangat penting karena dapat

menjadi stimulus perekonomian daerah (DJPK, 2013) dan pada akhirnya dapat

meningkatkan daya saing daerah. Pemerintah Daerah diharapkan dapat membuat

kebijakan yang mampu menciptakan iklim perekonomian yang kondusif. Studi

Fajar dan Ghozali (2013) menemukan bahwa rasio ruang fiskal tahun lalu

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

26

berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja modal tahun berikutnya

dengan arah hubungan yang positif.

Ruang fiskal merupakan bagian yang harus mendapat perhatian serius. Ruang

fiskal dapat diciptakan dengan meningkatkan pendapatan asli daerah dan

meningkatkan efisiensi anggaran. Ruang fiskal yang tercipta tahun lalu dapat

dijadikan tolok ukur untuk merancang ruang fiskal tahun berikutnya, bagaimana

cara meningkatkannya, menggunakan strategi apa, dan di sektor apa saja efisiensi

harus ditingkatkan. Dengan demikian, alokasi belanja, terutama belanja modal,

dapat direncanakan sesuai dengan prioritas pembangunan di daerah (Hidayat

2013).

Tinjauan dari sisi teori keagenan, pengelolaan ruang fiskal daerah dapat

menyebabkan munculnya masalah-masalah keagenan, terutama pada upaya

memperbesar ruang fiskal melalui efisiensi belanja. Sebagaimana telah umum

diketahui bahwa potensi penyelewengan keuangan daerah melalui belanja cukup

besar selama ini yang diindikasikan oleh banyaknya kasus korupsi terkait dengan

belanja-belanja daerah. Upaya efisiensi belanja tentu akan menimbulkan konflik

di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan di dalamnya, dalam hal ini

eksekutif dan legislatif. Jika demikian, maka usaha untuk memperbesar ruang

fiskal akan menemui tantangan berat sehingga akan membawa dampak pada

kebijakan pengalokasian belanja, khususnya belanja modal (Hidayat 2013).

Perhitungan ruang fiskal daerah yaitu total Pendapatan Daerah dikurangi

dengan pendapatan hibah, pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

27

(earmarked), dan belanja yang sifatnya mengikat yaitu Belanja Pegawai dan

Belanja Bunga, kemudian dibagi dengan total pendapatannya (DJPK, 2013).

Kebijakan fiskal terdiri dari kinerja fiskal yang meliputi sejumlah konsep

yang saling berhubungan. Konsep-konsep tersebut adalah kapasitas fiskal (fiscal

capacity), kebutuhan fiskal (fiscal need), upaya fiskal (fiscal effort), dan tingkat

kinerja fiskal (fiscal performance level). Dalam hal ini, kemampuan suatu daerah

(jurisdiksi) untuk menjalankan tugas fiskalnya sangat ditentukan oleh posisi fiskal

dari daerah tersebut, dimana posisi fiskal ditentukan oleh kapasitas fiskal relatif

terhadap kebutuhan fiskalnya yakni besarnya pengeluaran yang diperlukan untuk

menyediakan layanan publik (Nanga, 2005).

Kapasitas fiskal dapat diartikan sebagai kemampuan dari suatu juridiksi

untuk meningkatkan penerimaan untuk membiayai pengeluaran atau layanan

publik yang menjadi tanggungannya. Kebutuhan fiskal mengukur besarnya

pengeluaran di daerah yang diperlukan untuk menjamin tingkat kinerja atau

layanan standar. Nilai ini dihitung dari jumlah penduduk yang menjadi sasaran

dengan biaya yang diperlukan untuk menyediakan tingkat layanan standar.

Konsep kebutuhan fiskal menunjukkan jumlah fiskal yang dibutuhkan daerah

dalam menjalankan pembangunan baik untuk pengeluaran rutin dan pembangunan

daerah agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. Secara teori

kebutuhan fiskal bukan ditentukan oleh penerimaan daerah namun justru

sebaliknya, yaitu penerimaan daerahlah yang dipengaruhi oleh kebutuhan daerah

(Rindayati, 2009).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

28

Upaya fiskal merupakan upaya yang dilakukan pemerintah yang berkaitan

dengan kinerja keuangan daerah. Upaya fiskal didefinisikan sebagai rasio antara

penerimaan aktual di dalam juridiksi yang dihasilkan dengan menerapkan

tarifpajak terhadap apa yang dapat ditingkatkan dengan menerapkan tarif pajak

standar. Upaya fiskal berhubungan dengan indeks kinerja fiskal yang

menunjukkan apabila indeks kinerja fiskal yang semakin tinggi menunjukkan

bahwa daerah yang bersangkutan memiliki upaya fiskal yang semakin besar yang

berarti pula memiliki posisi fiskal yang semakin kuat. Dengan demikian posisi

fiskal dapat dihitung atau didefinisikan sebagi : (1) rasio antara kapasitas fiskal

dengan kebutuhan fiskal dan atau (2) rasio antara tingkat kinerja fiskal dengan

upaya fiskal (Nanga, 2005).

Kemandirian fiskal daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah

dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) seperti pajak daerah, retribusi

dan lain-lain. Karena itu otonomi daerah dan pembangunan daerah bisa

diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian fiskal yang efektif. Ini berarti

bahwa pemerintah daerah secara finansial harus bersifat independen terhadap

pemerintah pusat dengan jalan sebanyak mungkin menggali sumber-sumber PAD

seperti pajak, retribusi dan sebagainya. Untuk mengukur derajat kemandirian

fiskal daerah/derajat otonomi fiskal daerah yaitu menggunakan rasio antara PAD

dengan total penerimaan APBD pada tahun yang sama, tidak termasuk transfer

dari pemerintah pusat (Radianto, 1997; Thesaurianto, 2007).

Keadaan fiskal daerah yang terdiri atas penerimaan dan pengeluaran daerah

akan memengaruhi kinerja perekonomian daerah berupa PDRB, penyerapan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

29

tenaga kerja serta produksi, dan ketahanan pangan. Kinerja perekonomian akan

memengaruhi ketahanan pangan. Kondisi ketahanan pangan akan memengaruhi

kinerja fiskal karena kapasitas fiskal daerah akan dipengaruhi oleh kondisi

masyarakatnya. Keadaan masyarakat dengan daya beli rendah akan menghasilkan

pendapatan pajak daerah yang rendah pula sehingga akan menghasilkan kinerja

fiskal yang rendah (Situmorang, 2009).

2.7 Kebijakan Fiskal untuk Pembangunan Ekonomi

Kebijakan Fiskal diberlakukan pemerintah sebagai sarana fasilitasi dalam

penstabilan anggaran keuangan. Kebijakan fiskal berperan dalam memacu laju

pertumbuhan daerah sebagai dasar pembangunan nasional. Kebijakan fiskal

sebagai sarana menggalakkan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan

berikut : 1) untuk meningkatkan laju investasi; 2) untuk mendorong investasi

optimal secara sosial; 3) meningkatkan kesempatan kerja; 4) untuk meningkatkan

stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional; 5) untuk

menanggulangi inflasi; dan 6) untuk meningkatkan dan mendistribusikan

pendapatan nasional (Rindayati, 2009). Dalam hal ini kebijakan fiskal merujuk

kepada ukuran-ukuran fiskal yang komplek seperti pajak, subsidi dan pengeluaran

pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi. Dengan mengontrol antara

15 sampai 50 persen dari GDP, pemerintah merupakan kekuatan utama dalam

menggerakkan perekonomian dibanyak negara berkembang. Jadi berdasarkan

volume, kebijakan fiskal berpengaruh secara substansial pada semua lingkaran

ekonomi. Kebijakan fiskal memengaruhi kegiatan perekonomian melalui : 1)

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

30

alokasi dari sumber anggaran terhadap berbagai kegiatan yang merupakan

pengeluaran publik, 2) bentuk-bentuk pembiayaan dalam pengeluaran pemerintah

dan 3) keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran pemerintah (Todaro,

2000; Musgrave and Peggy, 1989; Jhingan, 2000; Rindayati, 2009).

Tantangan dalam penerapan desentralisasi fiskal tidak hanya dalam

penentuan strategi pembiayaan yang tepat tetapi juga kepada masalah

pengendalian defisit anggaran. Defisit anggaran merupakan penyebab utama

ketidakseimbangan makroekonomi, dan mengurangi defisit anggaran merupakan

komponen utama pada kebanyakan program penyesuaian. Secara prinsip

pengurangan defisit anggaran dapat dilakukan melalui dua hal : 1) dapat dikurangi

melalui pengeluaran anggaran, dan 2) peningkatan pendapatan pemerintah.

Walaupun kedua pendekatan tersebut digunakan secara bersamaan,

penekanan diberikan kepada pendekatan pertama karena alasan sebagai berikut :

1) Pengurangan pengeluaran anggaran lebih mudah, lebih substansial dan lebih

cepat pengurangannya dibandingkan meningkatkan pajak serta peningkatan pajak

pendapatan sering memerlukan perubahan dalam sistem pajak dan aturan

mengenai pajak yang memakan waktu. 2) Tujuan utama dari program

penyesuaian secara struktural adalah dalam arti luas mengurangi aturan negara

dalam perekonomian dan menyiapkan insentif untuk meningkatkan produksi serta

peningkatan pajak untuk mengelola tingkat pengeluaran yang ada akan

bertentangan dengan tujuan dari program penyesuaian struktural (Jhingan, 2000;

Todaro, 2000).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

31

Dampak dari pengurangan defisit anggaran dan pengaruhnya terhadap

ketahanan pangan dapat dikaji lebih lanjut melalui : 1) pengurangan tenaga kerja

di sektor publik dan upah, 2) pengurangan investasi publik, 3) pengurangan

subsidi dan 4) pengurangan/pemotongan pelayanan publik. Kebijakan fiskal

dengan pengurangan pengeluaran publik akan mempengaruhi ekonomi pangan

dan ketahanan pangan melalui pengaruh pada harga dan volume dari penawaran

dan permintaan tenaga kerja, kredit, komoditi yang dipasarkan dan menyebabkan

perubahan dalam infrastruktur sosial dan ekonomi. Penekanan khusus pada

pendapatan rumah tangga, permintaan pangan dan produksi pangan. Arah dan

intensitas dari pengaruh tersebut tergantung pada pendekatan terhadap

pengeluaran untuk publik, kondisi sosial dan ekonomi suatu negara, kerangka

waktu dan pada suksesnya program penyesuaian yang menyebabkan pertumbuhan

ekonomi (FAO, 1997 ; Rindayati, 2009).

2.8 Belanja Modal

Belanja modal merupakan salah satu komponen belanja langsung yang

digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi. Belanja modal yaitu

pengeluaran yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan dapat menambah

aset pemerintah yang selanjutnya meningkatkan biaya pemeliharaan (Mardiasmo,

2004).

Pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

32

adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau

menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas asset

(Standar Akuntansi Pemerintah/SAP) Dalam SAP, belanja modal dapat

dikategorikan ke dalam 5 (lima) kategori utama antara lain, belanja modal tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta

belanja modal fisik lainnya.

Halim, (2007) membagi belanja modal menjadi 2 (dua) bagian : 1) Belanja

publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh

masyarakat umum. Contoh belanja publik: pembangunan jembatan dan jalan raya,

pembelian alat transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans. 2) Belanja

aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh

masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur, seperti pembelian

kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan dan pembangunan rumah

dinas.

Belanja Modal memiliki peran yang sangat penting guna meningkatkan

infrastruktur publik, sehingga dapat mendukung peningkatan pertumbuhan

ekonomi. Mardiasmo (2009:93) menyatakan bahwa secara normatif semakin

tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan

publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik

terhadap pembangunan.

Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh

positif pada pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2004). Peningkatan pelayanan

sektor publik secara berkelanjutan akan meningkatkan sarana dan prasarana

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

33

publik, investasi pemerintah juga meliputi perbaikan fasilitas pendidikan,

kesehatan, dan sarana penunjang lainnya. Syaratan fundamental untuk

pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang

seimbang dengan pertambahan penduduk. Pembentukan modal tersebut harus

didefinisikan secara luas sehingga mencakup semua pengeluaran yang

sifatnya menaikan produktivitas (Ismerdekaningsih dan Rahayu, 2002).

Dengan ditambahnya infrastruktur dan perbaikan infrastruktur yang ada oleh

pemerintah daerah, diharapkan akan memacu pertumbuhan perekonomian di

daerah (Harianto dan Adi, 2006). Daniel (2014) menemukan bahwa keserasian

belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan pada variabel daya saing. Ini

berarti semakin tinggi alokasi belanja modal semakin tinggi daya saing daerah.

2.9 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan sebuah indeks komposit (gabungan) dari indeks pendidikan,

kesehatan dan daya beli yang diharapkan dapat mengukur tingkat keberhasilan

pembangunan manusia yang tercermin dengan penduduk yang berpendidikan,

sehat dan berumur panjang, berketerampilan serta mempunyai pendapatan untuk

hidup layak. IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata

sederhana dari indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), indeks

harapan hidup, dan indeks standar hidup layak. IPM digunakan sebagai alat ukur

keberhasilan pembangunan di suatu tempat pada suatu waktu dan dapat digunakan

sebagai salah satu petunjuk untuk melihat apakah pembangunan yang telah

dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan. Selain itu, IPM juga sebagai alat

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

34

pemantau yang bisa memberikan perbandingan antar wilayah serta perkembangan

antar waktu sehingga dapat memperlihatkan dampak pembangunan yang

dilakukan pada periode sebelumnya. Sebelum menghitung IPM, setiap komponen

IPM harus dihitung indeksnya. (BPS, 2012a:19). Formula yang digunakan dalam

perhitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut:

Indeks X(i) = …………………………………… (3)

Keterangan : X(i) = Komponen IPM ke-iX(min) = Nilai minimum dari komponen IPM ke-iX(maks) = Nilai maksimum dari komponen IPM ke-i

Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas

maksimum dan minimum seperti terlihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM

Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan

1. Angka Harapan Hidup (Tahun) 85 25 Standar UNDP

2. Angka Melek Huruf (Persen) 100 0 Standar UNDP

3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 15 0

4. Daya Beli (Rupiah PPP) 732.720a 300.000 (1996)360.000b (1999,dst)

Pengeluaran per Kapita RillDisesuaikan

Keterangan:a) Perkiraan maksimum pada PJP II tahun 2018b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru

Selanjutnya nilai IPM dapat dihitung sebagai berikut:

IPM j = ………………………………………… (4)

Sumber: BPS, 2012b

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

35

Keterangan: Indeks X(i,j) = Indeks komponen IPM ke I untuk wilayah ke-j

I = 1,2,3 (urutan komponen IPM)J = 1,2 ……….k (wilayah)

Rumus yang digunakan dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia

menurut Badan Pusat Statistik, 2012 adalah sebagai berikut :

IPM = 1/3 (Indeks X1+Indeks X2+Indeks X3) …………………….. (5)

Dimana : X1 : lamanya hidup X2 : tingkat pendidikan X3 : standar hidup layak yang menggunakan indikator kemampuan

daya beli

Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari

pembangunan dan bukan alat dari pembangunan. Ini sependapat dengan Anand

dan Sen (2000) yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk primer dan

sarana utama dalam pembangunan.

UNDP telah melaksanakan penelitian dan menerbitkan buku Laporan

Pembangunan Manusia (Human Development Report/HDR) yang berisi mengenai

perkembangan indeks HDI di seluruh dunia dan pembahasan komprehensif

mengenai suatu aspek pembangunan manusia yang menjadi permasalahan dan

kepedulian global. IPM ini merupakan indeks komposit atas 3 indeks, yaitu :

1) Indeks harapan hidup, sebagai perwujudan dimensi umur panjang dan sehat

(longevity)

2) Indeks pendidikan, sebagai perwujudan dimensi pengetahuan (knowledge)

3). Indeks standar hidup layak, sebagai perwujudan dimensi hidup layak (decent

living)

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

36

1) Indeks harapan hidup

Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam perhitungannya, yaitu Anak

Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Besarnya nilai maksimum

dan minimumnya telah disepakati oleh semua Negara (175 negara) sebagai

standar UNDP, yakni 85 tahun sebagai batas atas dan 25 tahun sebagai batas

terendah.

2) Indeks pendidikan

Perhitungannya menggunakan dua indikator, yaitu : angka melek huruf (Lit)

dan rata-rata lama sekolah (Man Years School [MYS]). Angka melek huruf adalah

persentase dari penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis

dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata

jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh

jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang menjalani. Indikator

ini dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan dan tingkat

pendidikan yang sedang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki.

Pendidikan dan kesehatan yang baik akan meningkatkan kapasitas serta

berperan membuka peluang yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang

lebih tinggi (Lanjouw dkk, 2001). Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap

tingkat kesejahteraan dan kualitas pembangunan manusia.

3) Indeks standar hidup layak

Perhitungan UNDP menggunakan Produk Domestik Bruto riil yang

disesuaikan, sedangkan BPS menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil

yang disesuaikan dengan formula Atkinson. Agar dapat melihat perkembangan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

37

tingkatan dan status IPM UNDP membedakan tingkat IPM berdasarkan empat

klasifikasi yakni: low (IPM kurang dari 50), lower-medium (IPM antara 50 dan

65,99), upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high (IPM 80 ke atas).

Perlu dicatat bahwa IPM mengukur tingkat pembangunan manusia secara

relatif, bukan absolut. Pengukuran IPM telah mengalami beberapa perubahan

sejak pertama kali dicetuskan dan yang terpenting adalah indeks tersebut telah

disederhanakan sehingga sekarang IPM dihitung secara langsung.

2.10 Penelitian Terdahulu

Fhino dan Priyo (2009) meneliti tentang hubungan antara dana alokasi

umum, belanja modal dan kualitas pembangunan manusia, Penelitian ini

mengambil daerah penelitian kabupaten/kota di Jawa Tengah, dengan data DAU,

Belanja Modal, dan Human Development Index (HDI). Jumlah kabupaten dan

kota yang datanya memenuhi syarat untuk diteliti adalah 29 kabupaten dan 6 kota

di Jawa Tengah. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis statistik inferensia

dengan menggunakan regresi sederhana (simple regression). Hasil penelitiannya

adalah belanja modal berpengaruh terhadap IPM atau Human Development Index

(HDI). Hal ini menunjukkan besarnya alokasi belanja modal akan menentukan

pengalokasian dana bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari

tingkat IPM.

Denni (2012) meneliti tentang Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan

Ekonomi, Dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa

Tengah Tahun 2006-2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

38

data sekunder yang bersumber pada laporan badan pusat statistik (BPS Jateng)

khususnya data tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Populasi merupakan

keseluruhan subjek penelitian (studi sensus) Hasil penelitiannya menunjukan

perkembangan IPM mengalami peningkatan dengan kategori IPM menengah

selama periode tahun 2006-2009 hingga mampu mencapai target IPM yang telah

ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan hasil regresi panel menunjukan

kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM. Pertumbuhan

ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM dan Belanja modal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM.

Titin (2012) meneliti tentang Pengaruh Alokasi Belanja Langsung Terhadap

Kualitas Pembangunan Manusia (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Kota

di Sumatera Selatan). Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data realisasi belanja langsung pemerintah Kabupaten dan Kota di

Sumatera Selatan pada tahun 2010. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis

statistik inferensial dengan menggunakan regresi sederhana (simple regression).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa belanja langsung tidak dapat

memprediksi indeks Pembangunan Manusia.

Lilis dan Yohana (2012) meneliti tentang Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,

DAU, DAK, PAD terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian

Anggaran Belanja Modal sebagai Variabel Intervening. Populasi yang diamati

dalam Penelitian ini adalah pemerintah Kabupaten dan kota sejawa tengah,

pengambilan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sample. Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa Pertumbuhan Ekonomi (PE) terbukti tidak

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

39

berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (PABM), Dana Alokasi Umum (DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbukti

berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (PABM) dan Pengalokasian Anggaran

Belanja Modal (PABM) yang diproksikan dengan belanja modal (BM) terbukti

berpengaruh positif terhadap terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Hendarmin, (2012) meniliti tentang Pengaruh Belanja Modal Pemerintah

Daerah dan Investasi Swasta terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kesempatan Kerja

dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat,

hasil penelitiannya menyatakan bahwa terhadap pertumbuhan ekonomi, hanya

variabel investasi swasta yang memiliki pengaruh signifikan namun koefisiennya

berslope negatif (bertolak belakang dengan teori ekonomi); sementara variabel

belanja modal pemerintah daerah walaupun memiliki slope positif (sesuai dengan

teori ekonomi) namun tidak signifikan. Terhadap kesempatan kerja, hanya

variabel belanja modal yang memiliki pengaruh signifikan dan memiliki koefisien

yang positif (sesuai teori); sementara variabel investasi swasta walaupun memiliki

slope positif (sesuai teori) namun tidak signifikan. Terhadap kesejahteraan

masyarakat, pengaruh belanja modal pemerintah daerah dan investasi swasta

melalui jalur pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, kedua variabel

pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja berpengaruh signifikan terhadap

kesejahteraan masyarakat, namun slope dari pertumbuhan ekonomi menunjukkan

nilai yang negatif (tidak sesuai teori). Secara umum, untuk meningkatkan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

40

kesejahteraan di Kalimantan Barat jalur yang dapat digunakan adalah peningkatan

belanja modal pemerintah daerah sehingga dapat memperluas kesempatan kerja,

yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Nana dan Dwirandra (2012) meneliti tentang Pengaruh Kinerja Keuangan

Daerah Pada Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Dan Kemiskinan Kabupaten

Dan Kota. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampling

jenuh dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan Kinerja

keuangan yang terdiri dari rasio kemandirian menunjukan bahwa berpengaruh

positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio

efektivitas, rasio efisiensi, dan pertumbuhan pendapatan tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya antara kinerja keuangan

terhadap pengangguran, menunjukkan bahwa kinerja keuangan berupa rasio

kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi, dan pertumbuhan pendapatan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengangguran, sedangkan antara kinerja

keuangan terhadap kemiskinan menunjukkan bahwa rasio kemandirian

berpengaruh positif secara signifikan terhadap kemiskinan, dan rasio efektivitas,

rasio efisiensi, serta pertumbuhan pendapatan tidak berpengaruh signifikan

terhadap kemiskinan.

Nur (2013) meneliti tentang Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan

Ekonomi, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011, hasil penelitiannya

menyatakan bahwa pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

41

pemerintah baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap IPM. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan analisis regresi data panel. model efek tetap (FEM) dengan

metode Generalized Least Square (GLS).

Setiawan dan Hakim (2013) meneliti tentang Indeks Pembangunan Manusia

Indonesia. Penelitian ini menganalisis perilaku Indeks Pembangunan Manusia

(IPM). Data-data yang digunakan adalah data sekunder dari berbagai sumber

data, yakni buku laporan, dokumen, dan catatan-catatan yang berkaitan dengan

judul penelitian dari Badan Pusat Statistik. Dengan menggunakan Error

Correction Model (ECM), paper ini menemukan bahwa PDB dan PPN

berpengaruh terhadap IPM dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Estimasi model ECM menemukan bahwa krisis ekonomi tahun 2008

berpengaruh terhadap IPM, sementara krisis tahun 1997 dan desentralisasi

pemerintahan tidak berpengaruh terhadap IPM.

Swandewi (2014) meneliti tentang pengaruh dana perimbangan dan

kemandirian keuangan daerah terhadap keserasian anggaran dan kesejahteraan

masyarakat kada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, hasil penelitiannya

menyatakan bahwa dana perimbangan dan kemandirian keuangan daerah

berpengaruh positif terhadap keserasian anggaran, namun dana perimbangan tidak

signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen. Kemandiriaan keuangan daerah,

dana perimbangan, dan keserasian keuangan daerah berpengaruh positif terhadap

kesejahteraan masyarakat. Dana perimbangan tidak berpengaruh signifikan secara

tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat melalui keserasian anggaran,

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

42

sedangkan kemandirian keuangan daerah berpengaruh signifikan secara tidak

langsung terhadap kesejahteraan masyarakat melalui keserasian anggaran,

penelitiannya menggunakan metode analisis jalur yang merupakan pengembangan

dari metode regresi.

Selanjutnya Amalia dan Purbadharmaja (2014) dalam penelitiannya yang

berjudul Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah Dan Keserasian Alokasi

Belanja Terhadap Indeks Pembangunan Manusia, menyatakan bahwa kemandirian

keuangan daerah dan keserasian alokasi belanja secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap indeks pembangunan manusia kabupaten/kota di Provinsi

Bali tahun 2008-2012. Kemandirian keuangan daerah secara parsial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia kabupaten/kota di

Provinsi Bali tahun 2008-2012. Keserasian alokasi belanja secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia

kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2008-2012. Berdasarkan hal tersebut

menunjukkan bahwa peningkatan alokasi belanja pemerintah dalam pelayanan

publik terutama di bidang kesehatan dan pendidikan berpengaruh terhadap indeks

pembangunan manusia. Teknik analisis yang digunakan adalah rasio keuangan

yang digunakan untuk mengetahui kemandirian keuangan daerah dan keserasian

alokasi belanja serta regresi linear berganda.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

43

BAB III

RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Rerangka Berpikir

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

alokasi belanja modal dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan daerah

pada Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan latar belakang yang sudah

diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan yang akan

diteliti, kemudian membangun hipotesis berdasarkan kajian teori dan penelitian

sebelumnya. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, peneliti

melakukan moderated regression analysis terhadap data-data yang telah

dikumpulkan. Akhirnya peneliti menarik simpulan dari hasil analisis yang

dilakukan. Rerangka berpikir dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 3.1.

3.2 Konsep Penelitian

Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teoritis dan

kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan

kerangka berpikir penelitian yang juga telah dijelaskan pada bagian sebelumnya

maka dapat dikembangkan model penelitian seperti tersaji pada Gambar 3.2.

43

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

44

Kajian Teori:1. Teori Keagenan2. Teori Kontijensi

Gambar 3.1. Rerangka Berpikir

Kajian Empiris:1. Fhino dan Priyo (2009)2. Agus Kurniawan (2011)3. Denni (2012) 4. Titin (2012) 5. Lilis dan Yohana (2012)6. Hendramin (2012)7. Nana dan Dwirandra (2012)8. Nur (2013)9. Setiawan & Hakim (2013)10. Amalia dan Purbadharmaja

(2014)11. Swandewi (2014)12. Oates, W.E. 197213. Helfert, Erich A. 198214. Chenhall, Robert H. and Peter

Brownell. 198815. Eisenhardt K.198916. Bland, Robert dan Samuel, Nunn.

199217. Bird, Richard M. 199318. Haq, Mahbub ul .199519. Lin, J.Y., and Liu, Z. 200020. Lanjouw, P. M. 200121. Akai, N. and Sakata, M. 200222. Heller Peter S. 200523. Alexiou, Constantinous. 2009. 24. Bodman, P., Kelly Ana Heaton

and Andrew Hodge. 200925. Faridi, M. Z. 201126. Aristovnik, A. 201227. Bataineh, Ibrahem M.A. 201228. Felix, Olurankinse. 2012

Uji Statistik

Rumusan Masalah

Hipotesis

Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

Kemampuan Alokasi Belanja Modal Memoderasi Pengaruh

Kinerja Keuangan Daerah pada Indeks Pembangunan Manusia

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

45

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, kajian teori yang relevan, dan penelitian

terdahulu, berikut ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1) Kemampuan Alokasi Belanja Modal Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Berupa Rasio Pajak (Tax Ratio), pada IPM

Secara sederhana, kinerja seseorang atau organisasi dikatakan baik apabila

hasil yang dicapai sesuai dengan target yang direncanakan. Apabila pencapaian

melebihi target, maka kinerja dikatakan sangat baik, sedangkan apabila lebih

rendah dari target maka dapat dikatakan bahwa kinerjanya buruk. Kinerja adalah

pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi

(Sularso dan Restianto, 2011).

Bhakti dan Hakim, 2013, dalam penelitiannya menemukan bahwa PDB dan

PPN berpengaruh terhadap IPM dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Estimasi model ECM menemukan bahwa krisis ekonomi tahun 2008

ALOKASI BELANJA MODAL

(X5)

KINERJA KEUANGAN DAERAH

- Rasio pajak (Tax ratio) (X1)

- Pajak per Kapita (Tax per Capita) (X2)

- Upaya pajak (Tax Effort ) (X3)

- Ruang fiskal (Fiscal Space) (X4)

Gambar 3.2 Konsep Penelitian

INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA(Y)

ALOKASI BELANJA MODAL

(X5)

KINERJA KEUANGAN DAERAH

- Rasio pajak (Tax ratio) (X1)

- Pajak per Kapita (Tax per Capita) (X2)

- Upaya pajak (Tax Effort ) (X3)

- Ruang fiskal (Fiscal Space) (X4)

ALOKASI BELANJA MODAL

(X5)

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

46

berpengaruh terhadap IPM, sementara krisis tahun 1997 dan desentralisasi

pemerintahan tidak berpengaruh terhadap IPM.

Tingginya rasio pajak menggambarkan tingginya sumber penerimaan daerah

dari pajak. Sedangkan rendahnya rasio pajak menggambarkan rendahnya potensi

ekonomi di daerah yang bersangkutan dalam penerimaan pajak daerah. Rasio

pajak ini juga dapat menggambarkan sumber potensi pada sektor ekonomi pada

suatu daerah (Sudarwanto, 2013).

Berdasarkan bukti-bukti empiris dan kajian teoritis tersebut di atas,

diindikasikan bahwa alokasi belanja modal mampu memoderasi kinerja keuangan

daerah berupa rasio pajak (tax ratio) pada Indeks Pembangunan Manusia.

Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa rasio pajak pada IPM.

2) Kemampuan Alokasi Belanja Modal Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Berupa Pajak Per Kapita (Tax Per Capita), pada IPM

Pajak Per Kapita menyoroti pajak daerah sebagai sumber utama PAD yang

diperbandingkan dengan PDRB dan jumlah penduduk. Pajak Per Kapita memang

belum banyak digunakan dalam menghitung tingkat keberhasilan pajak sebagai

sumber Pendapatan Daerah. Namun, pajak Per Kapita dapat digunakan

sebagai alternatif alat hitung efektifitas pemungutan pajak daerah. Pajak Per

Kapita merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak yang

dihasilkan suatu daerah dengan jumlah penduduknya. Pajak Per Kapita

menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada pajak daerah. Semakin tinggi pajak

Per Kapita akan meningkatkan PAD, akan semakin tinggi dana yang tersedia

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

47

untuk dialokasikan (salah satunya alokasi ke belanja modal) sehingga semakin

tinggi stimulus peningkatan IPM.

Sumardjoko, 2013, hasil penelitiannya membuktikan bahwa dana otonomi

khusus dan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan

manusia, baik pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap indeks

pembangunan manusia melalui intervening belanja modal pada tahun 2002-2012.

Penelitian ini mununjukkan bahwa belanja modal berperan sebagai variabel

intervening antara dana otonomi khusus terhadap indeks pembangunan manusia

daerah Papua dan Papua Barat.

Penyediaan infrastruktur di berbagai bidang baik jaringan, jalan, sarana

pendidikan dan juga pembangunan fasilitas kesehatan diharapkan mendorong

kualitas hidup dan tingkat kecerdasan masyarakat. Belanja modal daerah seperti

penyediaan gedung, sarana dan prasarana sekolah menciptakan kenyamanan

pendidikan yang selanjutnya mendorong kualitas pembangunan manusia (Christy,

2009).

Berdasarkan bukti-bukti empiris dan kajian teoritis tersebut di atas,

diindikasikan bahwa alokasi belanja modal mampu memoderasi Kinerja

Keuangan Daerah berupa pajak Per Kapita (tax per capita) pada Indeks

Pembangunan Manusia. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H2 : Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa rasio pajak Per Kapita pada indeks pembangunan manusia.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

48

3) Kemampuan Alokasi Belanja Modal Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Berupa Upaya Pajak (Tax Effort), pada IPM

Upaya Pajak adalah rasio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau

kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk mengetahui daya bayar masyarakat adalah Produk domestic

Regional bruto (PDRB). Jika PDRB suatu daerah meningkat maka kemampuan

daerah dalam membayar (ability to pay) juga akan meningkat dan ini berarti

bahwa administrasi penerimaan daerah dapat meningkatkan upaya pajaknya agar

penerimaan pajak meningkat (Mardiasmo dan Makhfatih, 2000: 5)

Mulyanto (2007) menyatakan bahwa upaya fiskal atau tax effort adalah

jumlah pajak yang sungguh-sungguh dikumpulkan oleh kantor pajak dan

dilawankan dengan potensi pajak (tax capacity potensial). Usaha pajak dapat

diartikan sebagai rasio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau

kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator yang digunakan

untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah produk domestik

regional bruto (PDRB). Jika PDRB suatu daerah meningkat, maka

kemampuan daerah dalam membayar (ability to pay) pajak juga akan

meningkatkan dana yang berhasil di pupuk untuk mendanai belanja daerah.

Martini dan Dwirandra 2015, dalam penelitiannya menyatakan bahwa

kinerja keuangan yang terdiri dari rasio ketergantungan berpengaruh negatif dan

signifikan pada alokasi belanja modal, rasio efektivitas PAD berpengaruh positif

namun tidak signifikan pada alokasi belanja modal, rasio tingkat pembiayaan

SiLPA berpengaruh negatif dan signifikan pada alokasi belanja modal, rasio ruang

fiskal berpengaruh positif dan signifikan pada alokasi belanja modal, rasio

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

49

efisiensi berpengaruh negatif dan signifikan pada alokasi belanja modal, dan rasio

kontribusi BUMD berpengaruh positif namun tidak signifikan pada alokasi

belanja modal.

Berdasarkan uraian di atas disusun hipotesis sebagai berikut:

H3 : Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa upaya pajak pada IPM

4) Kemampuan Alokasi Belanja Modal Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah Berupa Ruang Fiskal (Fiscal Space), pada IPM

Semakin besar ruang fiskal yang dimiliki suatu daerah maka akan

semakin besar pula fleksibilitas yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk

mengalokasikan belanjanya pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas

daerah seperti pembangunan infrastruktur daerah. Penting bagi pemerintah

daerah untuk menaruh perhatian yang lebih besar terhadap kinerja pengelolaan

keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan secara ekonomis,

efisien, dan efektif atau memenuhi prinsip value for money serta partisipatif,

transparansi, akuntabilitas dan keadilan akan dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi serta kemandirian suatu daerah. Dengan demikian maka suatu daerah

yang kinerja keuangannya dinyatakan baik berarti daerah tersebut memiliki

kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah. Alokasi

belanja modal pada infrastruktur dan fasilitas publik yang produktif akan

meningkat sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan lapangan

kerja yang pada akhirnya mampu meningkatkan indeks pembangunan manusia.

Memperbesar ruang fiskal daerah untuk Belanja Modal sangat penting

karena dapat menjadi stimulus perekonomian daerah. Selain itu, efektifitas dan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

50

efisiensi penggunaan anggaran di daerah juga dapat mendukung terciptanya ruang

fiskal (DJPK, 2014), dan pada akhirnya dapat meningkatkan Indeks

Pembangunan Manusia.

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Holtz-Eakin, (1985)

dalam Darwanto (2007) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat

antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas disusun hipotesis sebagai berikut:

H4 : Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa ruang fiskal pada IPM.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

51

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan pedoman berisi langkah-langkah yang akan

diikuti dalam melakukan penelitian, atau rancangan penelitian menjelaskan

rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat

mungkin menjadi valid, obyektif, efesien dan efektif (Jogiyanto, 2007).

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya peneliti

merumuskan permasalahan yang akan diteliti, kemudian peneliti membangun

hipotesis sesuai teori yang melandasi dan kajian empiris dari penelitian

sebelumnya.

Berdasarkan hipotesis penelitian terdapat tiga variabel, yaitu variabel kinerja

keuangan daerah (seperti :rasio pajak, pajak per kapita, upaya pajak, ruang fiskal)

sebagai variabel independen, alokasi belanja modal sebagai variabel pemoderasi

dan Indeks Pembangunan Manusia sebagai variabel dependen.Variabel tersebut

diperoleh melalui kajian teoritis dan empiris yang dilakukan oleh peneliti.

Hipotesis diuji dengan Moderated Regression Analysis (MRA), yang

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik terhadap data-data yang dikumpulkan

untuk selanjutnya dilakukan analisis. Setelah diperoleh hasil analisis kemudian

diinterprestasikan berdasarkan kajian teoritis dan empiris untuk menjawab pokok

permasalahan dalam penelitian ini dan sebagai bahan untuk mengkonfirmasi teori

dan penelitian empiris terdahulu. Sehingga dapat ditarik simpulan dan kemudian

51

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

52

dibuat saran bagi penelitian berikutnya. Rancangan penelitian dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten/Kota Provinsi Bali dengan

sampel penelitiannya adalah data keuangan untuk 6 tahun terakhir (dalam rentang

Hipotesis

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengolahan Data

Hipotesis

Kemampuan Alokasi Belanja Modal Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan DaerahPada Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Rumusan Masalah

Variabel Penelitian: Kinerja Keuangan Daerah, Alokasi Belanja Modal, IPM

Kajian TeoritisKajian Empiris

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

53

waktu Tahun 2008 s/d 2013), dengan pertimbangan karena lebih mencerminkan

kondisi kekinian.

4.3 Penentuan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berasal dari dokumen-dokumen yang terdapat pada Biro Keuangan Provinsi Bali

seperti Laporan Realisasi APBD Tahun 2008-2013 dan Tabel Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2008-2013 yang dikeluarkan Badan Pusat

Statistik Provinsi Bali.

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data laporan realisasi APBD

tahun 2008-2013 dan data Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali tahun

2008-2013 kabupaten/kota di Provinsi Bali.

4.3.2 Sampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sampel

jenuh. Sugiyono (2010:122) menyatakan sampel jenuh adalah teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai

berikut :

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

54

1) Variabel dependen/endogen/terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59).

Variabel terikat/bebas dalam penelitian ini adalah IPM (Y).

2) Variabel eksogen/independen/bebas merupakan variabel yang memengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen/terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan

(X) berupa: Tax Ratio (X1), Ratio Per Capita (X2), Tax Effort (X3), dan

Fiscal Space (X4). Kinerja keuangan daerah yang dimaksud adalah kinerja

keuangan daerah pada tahun t1, sedangkan alokasi belanja modal adalah pada

tahun t0.

3) Variabel moderasi merupakan variabel independen yang berfungsi

menguatkan atau melemahkan hubungan antara variabel independen terhadap

variabel dependen. Salah satu ciri yang penting adalah bahwa variabel ini

tidak dipengaruhi variabel penjelas (Lie, 2009). Variabel moderasi dalam

penelitian ini adalah alokasi belanja modal (X5).

Sharma (1981) dalam Ghozali (2011) mengelompokkan variabel moderator

menjadi tiga kelompok seperti terlihat pada Tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Variabel Moderator

Berhubungan dengan kriterion dan atau predictor

Tidak berhubungan dengan kriterion dan

prediktorTidak berinteraksi dengan

predictorIntervening, exogen, antesedent,

prediktor Moderator (Homologizer)

Berinteraksi dengan predictor

Moderator (Quasi Moderator) Moderator (Pure Moderator)

Sumber : Ghozali, (2011)

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

55

Solimun, (2010) mengklasifikasikan variabel moderasi menjadi 4 (empat)

jenis yaitu pure moderasi (moderasi murni), quasi moderasi (moderasi semu),

homologiser moderasi (moderasi potensial) dan Predictor moderasi (moderasi

sebagai predictor). Masing-masing klasifikasi moderasi dapat diidentifikasi

sebagaimana contoh berikut, jika X adalah variabel predictor, Y variabel

tergantung dan M variabel moderasi maka persamaan regresi yang dapat dibentuk

sebagai berikut :

(1) Ŷ1 = b0 + b1X 1 tanpa melibatkan variabel moderasi

(2) Ŷ1 = b0 + b1X 1+ b2 M1 melibatkan variabel moderasi

(3) Ŷ1 = b0 + b1X 1+ b2 M1 + b3 X1*M1 melibatkan variabel moderasi dan

Interaksi

Secara singkat, 4 jenis klasifikasi variabel moderasi dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 4.2 Klasifikasi Variabel Moderasi

No. Tipe Moderasi Koefesien

1 Moderasi murni (Pure Moderasi) b2 non significantb3 significant

2 Moderasi semu (Quasi Moderator) b2 significantb3 significant

3 Moderasi potensial (Homologiser Moderasi) b2 non significantb3 non significant

4 Moderasi sebagai predictor (Predictor Moderasi)

b2 significantb3 non significant

Sumber : Solimun (2010)

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

56

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

Menghindari perbedaan pengertian dan memberikan batasan yang tegas pada

variabel yang diteliti, maka definisi operasional terhadap masing-masing

variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Belanja Modal

Belanja modal adalah jumlah realisasi seluruh belanja pembangunan

seperti infrastruktur, investasi baik belanja langsung maupun belanja tidak

langsung. Belanja modal meliputi belanja tanah, gedung dan bangunan, belanja

peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi dan jaringan dan belanja aset tetap

lainnya. Belanja modal yang dimaksud adalah belanja modal pada t0 karena

dampak realisasi belanja modal pada tahun berjalan baru dirasakan di tahun

berikutnya.

2) Kinerja Keuangan

Definisi operasional dan pengukuran variabel masing-masing komponen

kinerja keuangan seperti: rasio pajak (tax ratio), pajak per kapita (tax per capita),

upaya pajak (tax effort), dan ruang fiskal (fiscal space), adalah sebagai berikut:

(1) Rasio Pajak (Tax Ratio)

Rasio pajak (tax ratio) merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan

jumlah penerimaan pajak dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara

dalam satu tahun. Di tingkat daerah, rasio pajak merupakan perbandingan antara

jumlah penerimaan pajak daerah dengan PDRB. Rasio pajak dapat digunakan

untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak, mengukur

kinerja perpajakan, dan melihat potensi pajak yang dimiliki.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

57

(2) Pajak Per Kapita (Tax per Capita)

Gregory dalam DJPK (2013) menekankan bahwa rasio pajak per PDB

merupakan ukuran yang paling umum digunakan. Namun, semakin tinggi tingkat

persentase pajak akan semakin menurunkan PDB penduduk setempat sehingga

ukuran tersebut dapat terlihat bias. Untuk tujuan tertentu, seperti statistik yang

lebih baik, pajak perkapita (tax per personal) dapat digunakan.

Pajak PDRB

Tax Per Capita = X X 100% ……… (6)

PDRB Jumlah Penduduk

(3) Upaya Pajak (Tax Effort)

Upaya pajak dapat diartikan sebagai rasio antara penerimaan pajak dengan

kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator

yang digunakan untuk mengetahui kemampuan masyarakat membayar pajak

adalah produk domestik regional bruto. Dalam mengukur kinerja keuangan

pemerintah daerah dari sisi pendapatan secara makro upaya pajak diukur

dengan membandingkan realisasi PAD terhadap PDRB. Indikator ini

mengukur sejauh mana pemerintah daerah menciptakan pendapatan

(generating income) berdasarkan kapasitas dan potensi lingkungan ekonomi di

daerahnya (BAPPENAS).

Realisasi PADUpaya pajak = x 100% ……………………………..(7)

PDRB

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

58

(4) Ruang Fiskal (Fiscal Space )

Perhitungan ruang fiskal daerah yaitu total Pendapatan Daerah dikurangi

dengan pendapatan hibah, pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya

(earmarked), dan belanja yang sifatnya mengikat yaitu Belanja Pegawai dan

Belanja Bunga, kemudian dibagi dengan total pendapatannya (DJPK, 2013).

Pendapatan Daerah-Pendapatan Hibah-Belanja Pegawai-Belanja BungaRuang Fiskal = x100%…(8)

Pendapatan Daerah

5) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia adalah proses yang meningkatkan aspek

kehidupan masyarakat. Aspek terpenting kehidupan ini dilihat dari usia yang

panjang dan hidup sehat, tingkat pendidikan yang memadai, dan standar hidup

yang layak. Empat elemen utama dalam pembangunan manusia, yaitu

produktivitas (productivity), pemerataan (equity), keberlanjutan (sustainability),

dan pemberdayaan (empowerment).

IPM ini merupakan indeks komposit atas 3 indeks, yaitu :

(1) Indeks harapan hidup, sebagai perwujudan dimensi umur panjang dan sehat

(longevity)

(2) Indeks pendidikan, sebagai perwujudan dimensi pengetahuan (knowledge)

(3) Indeks standar hidup layak, sebagai perwujudan dimensi hidup layak (decent

living)

Rumus yang digunakan dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (Badan

Pusat Statistik, 2012) adalah sebagai berikut:

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

59

IPM = 1/3 (Indeks X1+Indeks X2+Indeks X3)……………………………….... (9)

Dimana : X1 : lamanya hidup X2 : tingkat pendidikan X3 : standar hidup layak yang menggunakan indikator kemampuan

daya beli

4.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang

terdapat dalam penelitian ini adalah Moderated Regression Analysis (MRA).

Tahap analisis yang dilakukan adalah uji asumsi klasik, perumusan model

Moderated Regression Analysis (MRA), koefesien determinasi, uji kelayakan

model (uji f), uji parsial (uji t) dan uji hipotesis yang dijelaskan sebagai berikut:

4.5.1 Uji Asumsi Klasik

Hasil estimasi regresi yang dilakukan harus benar-benar bebas dari adanya

gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas maka dilakukan

suatu pengujian yang disebut sebagai uji asumsi klasik.

1) Uji Normalitas

Utama (2009:89), menyatakan uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal ataukah tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi residual yang normal atau

mendekati normal, jika tidak normal, maka prediksi yang dilakukan dengan data

tersebut akan tidak baik, atau dapat memberikan hasil prediksi yang menyimpang.

Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan

dengan uji Kolmogorov—Smirnov, apabila sig (2-tailed) lebih besar dari α =0,05,

maka data tidak berdistribusi normal.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

60

2) Uji Autokorelasi

Utama (2009:92) menyatakan uji autokorelasi dilakukan untuk melacak

adanya korelasi auto atau pengaruh data dari pengamatan sebelumnya dalam

model regresi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji

Durbin-Watson, dengan kriteria sebagai berikut:

du < d < 4-du berarti tidak ada auto korelasi

dl > d > 4-dl berarti ada auto korelasi

dl ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dl berarti tidak ada keputusan

Salah satu metode untuk mengobati autokorelasi adalah dengan merubah data

mentah variabel-variabel yang digunakan menjadi bentuk logaritma natural

(Ghozali, 2001:125).

3) Uji Multikolineritas

Utama (2009:94) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas, karena model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas. Untuk mendeteksi hal ini dapat dilihat dengan menganalisis matrik

korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi

yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi

adanya multikolinearitas. Cara lainnya adalah dengan melihat nilai VIF dan

tolerance. Agar bebas multikolinearitas, nilai VIF harus lebih kecil dari 10 dan

nilai tolerance harus dibawah 0,1 (Ghozali, 2011:105). Jika data mengandung

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

61

gejala multikolinearitas, transformasi variabel dapat dilakukan dalam bentuk

logaritma natural (Ghozali, 2011:110).

4) Uji Heteroskedastisitas

Utama (2009:94) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang

tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang

homogen. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

umeregresi nilai absolute residual dari model yang diestimasi terhadap variabel

bebas, jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap

absolute residual atau nilai signifikansinya lebih besar dari α = 0,05, maka tidak

terjadi gejala heteroskedastisitas. Untuk mengatasi gejala heteroskedastisitas,

transformasi data dalam bentuk logaritma sering mampu mengurangi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:145).

4.5.2 Moderated Regression Analysis (MRA)

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah suatu variabel

merupakan variabel moderating yakni dengan melakukan uji interaksi. Regresi

dengan melakukan uji interaksi antarvariabel disebut dengan Moderated

Regression analysis (Utama, 2009). MRA merupakan aplikasi khusus regresi

berganda liniear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur

interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) (Liana, 2009).

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

62

Model analisis regresi moderasian menguji hipotesis dengan tingkat

keyakinan 5% dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS. Model regresi

dilakukan dengan uji t. Apabila tingkat signifikansi t ≤ α 0,05 maka hipotesis

diterima atau sebaliknya jika tingkat signifikansi t > 0,05 maka hipotesis ditolak.

Analisis regresi moderasi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-

variabel yang diteliti, utamanya apakah variabel moderasi alokasi belanja modal

memperkuat atau memperlemah pengaruh kinerja keuangan daerah pada indeks

pembangunan manusia (Ghozali, 2006).

Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut:

Y=α+b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e ..……………………………(10)

Y=α+b1X1+b2X2+b3X3+b4.X4+b5X5+b6X1.X5+b7X2.X5+b8X3.X5+b9X4.X5 +e..(11)

Keterangan:Y = Variabel Indeks Pembangunan ManusiaX1 = Variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa tax ratioX2 = Variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa Rasio tax per capitaX3 = Variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa Rasio tax effortX4 = Variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa Rasio fiscal spaceX5 = Variabel Alokasi Belanja Modal X1.X5 = Interaksi antara variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa tax ratio

dengan Alokasi Belanja Modal X2.X5 = Interaksi antara variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa Rasio

tax per capita dengan Alokasi Belanja Modal X3.X5 = Interaksi antara variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa tax

effort dengan Alokasi Belanja Modal X4.X5 = Interaksi antara variabel Kinerja Keuangan Daerah berupa fiscal

space dengan Alokasi Belanja Modal α = Konstantab = Koefesien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)e = Nilai residu

Variabel perkalian antara X1, X2, X3, X4 dengan X5 atau X1.X5, X2.X5, X3.X5, X4.X5

merupakan variabel moderating karena menggambarkan pengaruh moderasi

variabel X5 terhadap hubungan X dan Y.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

63

Persamaan regresi 10 digunakan untuk uji asumsi klasik seperti uji

normalitas, uji autokorelasi, uji multikolineritas, uji heteroskedastisitas.

Sedangkan persamaan regresi 11 digunakan untuk uji kelayakan model (uji F,

Koefisien determinasi) dan uji hipotesis.

4.5.3 Uji Kelayakan Model (model fit)

1) Uji F

Sebelum dilakukan uji hipotesis, perlu diperhatikan kelayakan model

penelitian (model fit) yang dilakukan dengan uji F (F test). Uji ini digunakan

untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel

dependen. Uji model fit ini dimaksudkan untuk melihat kelayakan model

digunakan dalam uji regresi. Langkah-langkah uji ini sebagai berikut:

(1) Menentukan taraf nyata sebesar 5%

(2) Menentukan besarnya p-value yang diperoleh dari hasil pengujian dengan

program SPSS 17.

(3) Kriteria pengujian:

a. Bila nilai P-value dari F ≥ α sebesar 5%, maka artinya model penelitian ini

tidak layak untuk digunakan.

b. Bila nilai P-value dari F < α sebesar 5%, maka artinya model penelitian ini

layak untuk digunakan.

2) Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefesien determinasi (R2) digunakan untuk menentukan persentase total

variasi variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Nilai koefesien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

64

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat amat terbatas dan jika

mendekati satu berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat (Ghozali, 2006).

3) Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (uji t) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Langkah-langkah dalam

uji t adalah sebagai berikut:

(1) Merumuskan hipotesis

H0 : β1 = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen.

H1: β1 > 0, artinya ada pengaruh positif variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen.

(2) Menentukan taraf nyata sebesar 5%

(3) Menentukan besarnya p-value yang diperoleh dari hasil pengujian dengan

SPSS 17.

(4) Kriteria pengujian:

Bila nilai p-value dari t ≥ α, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya

secara individual dari setiap variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Bila nilai p-value dari t < α, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya

secara individual dari setiap variabel independen berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

65

4.5.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji interaksi

Moderated Regression Analysis (MRA), dengan model persamaan 11.

Hipotesis 1, 2, 3 dan 4 ditolak apabila nilai probabilitas signifikansi t lebih

besar dari α = 0,05, dan sebaliknya hipotesis 1, 2, 3 dan 4 diterima apabila nilai

signifikansi t lebih kecil dari α = 0,05.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

66

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Provinsi Bali

Provinsi Bali terdiri atas beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Bali, Pulau

Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan,

dan Pulau Menjangan. Ibukota Provinsi Bali adalah di Denpasar, penduduk di

Provinsi Bali sebagian besar memeluk agama Hindu. Provinsi Bali

merupakansalah satu destinasi pariwisata dunia. Bali yang dikenal juga dengan

sebutan Pulau Dewata dan menjadi tujuan kunjungan turis mancanegara maupun

turis lokal Indonesia karena Bali memiliki keindahan dan kekayaan budaya yang

kental dan melekat pada penduduknya.

Tabel 5.1 Daftar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

No. Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah (km2)

1. Kab. Jembrana Negara 841.80

2. Kab. Tabanan Tabanan 839.33

3. Kab. Badung Mangupura 418.52

4. Kab. Gianyar Gianyar 368.00

5. Kab. Klungkung Semarapura 315.00

6. Kab. Bangli Bangli 520.81

7. Kab. Karangasem Amlapura 839.54

8. Kab. Buleleng Singaraja 1 365.88

9. Kota Denpasar Denpasar 127.78

Jumlah 5 636.66

Sumber: Bali dalam angka 2014

66

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

67

Salah satu provinsi di Indonesia yang menerapkan kebijakan Otonomi Daerah

adalah Provinsi Bali.Provinsi Bali diberlakukan Otonomi Daerah mulai 1 Januari

2001.Otonomi Daerah memberi kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk

mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan di daerah dengan arah dan

tujuan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, peningkatan

pelayanan publik, peningkatan daya saing, peningkatan peran serta masyarakat.

Berlakunya Otonomi daerah di Provinsi Bali menuntut Pemerintah Daerah

agar dapat menggali potensi-potensi daerah yang dapat menghasilkan pendapatan

asli daerah yang lebih tinggi, misalnya yang bersumber dari pajak. Hal tersebut

bertujuanagar Pemerintah Daerah Provinsi Bali mampu mengurangi

ketergantungan pada Pemerintah Pusat dalam menjalankan aktivitas pemerintahan

dan memenuhi pelayanan publik, sehingga perekonomian daerah serta

kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM dapat terwujud. Peningkatan

PAD, pendapatan pajak Daerah dan IPM Provinsi Bali disajikan pada Tabel 5.2

sebagai berikut:

Tabel 5.2 PAD, Pendapatan Pajak Daerah dan IPM Provinsi Bali Tahun 2008-2013

Tahun PAD (Rp) Pendapatan Pajak Daerah (Rp) IPM

2008 1.055.454.263.032,84 1,564,929,457,797 70,98

2009 1.163.795.305.571,54 1,063,690,090,865 71,52

2010 1.393.730.257.045,34 1,226,038,010,287 72,28

2011 1.723.807.095.831,05 1,905,196,937,188 72,84

2012 2.042.091.095.774,66 2,425,191,348,718 73,49

2013 2.529.976.146.703,70 2,725,757,533,752 74,11

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi Bali dan BPS Provinsi Bali

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

68

IPM Provinsi Bali dari tahun 2008 sampai tahun 2013 semakin membaik.

Membaiknya IPM Provinsi Bali mencerminkan semakin meningkatnya tingkat

kesejahteraan penduduk Provinsi Bali. Realisasi PAD di Provinsi Bali pada tahun

bersangkutan yang mengalami peningkatan merupakan salah satu pendukung

meningkatnya IPM Provinsi Bali.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian ini mencakup 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali yang terdiri dari

8 kabupaten dan 1 kota. Penelitian ini menggunakan pooled data atau data panel,

yang digunakan dari periode 2008 hingga 2013. Jumlah data yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 9 kabupaten/kota x 6 tahun = 54 amatan.

Berdasarkan 54 data penelitian, dilakukan uji asumsi klasik.Uji asumsi klasik

dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal, model

regresi tidak mengandung multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.

5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas Residual

Uji normalitas residual bertujuan untuk menguji apakah residual dalam

model regresi penelitian ini mempunyai distribusi normal atau tidak normal.

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistic Kolmogorov-

Smirnov (K-S). Hasil pengujian normalitas residual terhadap 54 amatan dapat

dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut:

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

69

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Residual

Keterangan Unstandardized Residual

N 54

Kolmogorov-Smirnov Z 1.334

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,057

Sumber: Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-

S) adalah 1.334 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,057. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa secara statistik nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari

0,05 yang berarti data terdistribusi secara normal.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melacak adanya korelasi auto atau

pengaruh data dari pengamatan sebelumnya dalam model regresi.Uji autokorelasi

dilakukan dengan Uji Durbin-Watson. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat

pada Tabel 5.4 sebagai berikut:

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 2,212

Sumber: Lampiran 2 Hasil Uji Autokorelasi

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

70

Berdasarkan hasil pada Tabel 5.4, nilai Durbin-Watson yang diperoleh

sebesar 2,212. Nilai dU untuk jumlah sampel 54 dengan lima variabel bebas

adalah 1,7684 dan nilai dL 1,3669. Nilai Durbin-Watson sebesar 2,212 terletak

diantara dU(1,7684) dan 4-dU (4-1,7684) sehingga hasil uji autokorelasinya

adalah dU< DW <4-dU yaitu 1,7684<2.212<4-1,7684 (tidak ada autokorelasi). Ini

berarti d-hitung berada pada daerah bebas autokorelasi (Lampiran 4).

3) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak.Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Pengujian ini

dilakukan dengan melihat nilai tolerance value dan variance inflation factor

(VIF). Jika nilai tolerance lebih besar dari 10% (0,1) dan VIF kurang dari 10,

maka model dikatakan bebas dari gejala multikolinearitas. Hasil pengujian

multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.5 sebagai berikut:

Tabel 5.5 Hasil Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Rasio Pajak (X1) 0,402 2,486

Rasio Pajak Per Kapita (X2) 0,207 4,833

Upaya pajak (X3) 0,238 4,207

Ruang Fiskal (X4) 0,229 4,369

BM (X5) 0,681 1,469

Sumber: Lampiran 2

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

71

Berdasarkan Tabel 5.5, dapat dilihat bahwa untuk variabel Rasio Pajak

nilai tolerance adalah 0,402 (> 0,1) dan nilai VIF sebesar 2,486 (< 10). Untuk

variabel Rasio Pajak Per Kapita, nilai tolerance adalah 0,207 (> 0,1) dan nilai VIF

sebesar 4,833 (< 10). Untuk variabel Upaya pajak, nilai tolerance adalah 0,238 (>

0,1) dan nilai VIF sebesar 4,207 (< 10). Untuk variabel Ruang Fiskal, nilai

tolerance adalah 0,229 (> 0,1) dan nilai VIF sebesar 4,369 (< 10). Untuk variabel

BM, nilai tolerance adalah 0,681 (> 0,1) dan nilai VIF sebesar 1,469 (< 10). Hasil

ini menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk seluruh variabel lebih besar dari

10% (0,1) dan VIF semua variabel lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Namun menurut Jogiyanto (2007:150) menyatakan bahwa

multikolinearitas tidak menjadi masalah ketika menerapkan Moderated

Regression Analysis.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

apakah dalam modelregresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain.Pada penelitian ini, untuk menguji apakah

model regresi mengandung gejala heteroskedastisitas atau tidak, dilakukan dengan

menggunakan uji Glejser. Agar model regresi bebas dari gejala

heteroskedastisitas, maka nilai signifikan variabel bebas terhadap absolute

residual harus lebih besar dari α = 0,05. Hasil pengujian Heteroskedastisitas dapat

dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut:

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

72

Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Modal T Sig. Keterangan

(Constant) 0,194 0,847 NH

TR (X1) 0,554 0,583 NH

TPC (X2) -0,667 0,508 NH

TE (X3) -1,156 0,254 NH

FS (X4)

BM (X5)

TRBM (X1.X5)

TPCBM (X2.X5)

TEBM (X3.X5)

FSBM (X4.X5)

1,462

0,329

-0,395

0,201

1,437

-1,562

0,151

0,744

0,695

0,841

0,158

0,125

NH

NH

NH

NH

NH

NH

Sumber: Lampiran 2

Keterangan:TR = Tax RatioTPC = Tax Per CapitaTE = Tax EffortFS = Fiscal SpaceBM = Belanja ModalTRBM = Interaksi Rasio Pajak dengan Belanja ModalTPCBM = Interaksi Pajak Per Kapita dengan Belanja ModalTEBM = Interaksi Upaya Pajak dengan Belanja ModalFSBM = Interaksi Ruang Fiskal dengan Belanja ModalNH = tidak terjadi Heteroskedastisitas (No Heteroskedastisitas)

Berdasarkan tabel 5.6, dapat dilihat bahwa nilai sig. dari masing-masing

variabel adalah di atas 0,05. Hal ini menandakan bahwa seluruh variabel tersebut

dapat dikatakan bebas dari heteroskedastisitas.

5.3 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif untuk mendeskripsikan data dalam penelitian meliputi

jumlah amatan, nilai minimum dan maksimum, nilai rata-rata, serta standar

deviasi. Nilai minimum adalah nilai paling rendah dari suatu distribusi data,

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

73

sedangkan nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu distribusi data.

Pengukuran mean (rata-rata) merupakan cara yang paling umum digunakan untuk

mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data. Simpangan baku (standard

deviation) merupakan rata-rata penyimpangan nilai data yang diteliti dari nilai

rata-ratanya (Wirawan, 2002:135).

Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7 Hasil Statistik Deskriptif

Variabel N Min. Mak. Mean Standar Deviasi

IPM (Y) 54 65,5 79,41 72,63 3,22

TR (X1) 54 0 28,04 3,57 6,17

TPC (X2) 54 0 341.350.467 33.799.310 72.004.878

TE (X3) 54 0 31,78 5,59 6,45

FC (X4) 54 0 97.49 42.43 15,34

BM (X5) 54 42.555 627.705.700.00 123.286.774.24 106.332.771

TRBM (X1.X5) 54 0 17.600.867.828 945.347.213 2.754.838.361

TPCBM (X2.X5) 54 0 214.267.633.833 100.796.026.181 327.834.396.736

TEBM (X3.X5) 54 0 19.948.487.146 1.204.548.888 3.065.930.739

FCBM (X4.X5) 54 0 42.414.074.149 5.875.799.948 7.358.767.085

Valid N

(listwise)

54

Sumber: Lampiran 3 Hasil Statistik DekriptifKeterangan:

TR = Tax RatioTPC = Tax Per CapitaTE = Tax EffortFS = Fiscal SpaceBM = Belanja ModalTRBM = Interaksi Rasio Pajak dengan Belanja ModalTPCBM = Interaksi Pajak Per Kapita dengan Belanja ModalTEBM = Interaksi Upaya Pajak dengan Belanja ModalFSBM = Interaksi Ruang Fiskal dengan Belanja ModalRasio Pajak, Rasio Pajak Per Kapita, Upaya Pajak, Ruang Pajak dan BM (dalam jutaan rupiah).

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

74

Berdasarkan Tabel 5.7 di atas, dapat dijelaskan hasil sebagai berikut:

1) Variabel rasio pajakdengan nilai terendah adalah Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Jembrana, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung sebesar

0,00 sedangkan dengan nilai tertinggi adalah Badung sebesar 28.04 dengan

nilai rata-rata sebesar 3.57 Standar deviasi untuk rasio pajak sebesar 6,17

Artinya terjadi penyimpangan nilai Rasio Pajak yang diteliti terhadap nilai

rata-rata sebesar 6,17.

2) Variabel pajak per kapita dengan nilai terendah adalah Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Jembrana, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung sebesar

0,00sedangkan nilai tertinggi adalah Kabupaten Badung sebesar

341.350.467,00 dengan nilai rata-rata sebesar 33.799.310,18 Standar deviasi

untuk Pajak per kapita sebesar 72.004.878,37 artinya terjadi penyimpangan

nilai pajak per kapita yang diteliti terhadap nilai rata-rata sebesar

72.004.878,37.

3) Variabel upaya pajak dengan nilai terendah adalah Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Jembrana, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung sebesar

0.00, sedangkan dengan nilai tertinggi adalah Kabupaten Badung sebesar

31,78 dengan nilai rata-rata sebesar 5,59. Standar deviasi untuk upaya pajak

sebesar 6,45. Artinya terjadi penyimpangan nilai upaya pajak yang diteliti

terhadap nilai rata-rata sebesar 6,45.

4) Variabel ruang pajak dengan nilai terendah adalah Kabupaten Buleleng,

Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Klungkung sebesar 0,00 sedangkan

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

75

dengan nilai tertinggi adalah Kabupaten Gianyar sebesar 97,49 dengan nilai

rata-rata sebesar 42,43. Standar deviasi untuk ruang pajak sebesar 15,34.

Artinya terjadi penyimpangan nilai ruang pajak yang diteliti terhadap nilai

rata-rata sebesar 15,34.

5) Variabel BM dengan nilai terendah Kabupaten Klungkung sebesar

42.555.098 sedangkan dengan nilai tertinggi adalah Kabupaten Badung

sebesar 627.705.700 dengan nilai rata-rata sebesar 123.286.774,24 Standar

deviasi untuk BM sebesar 106.332.771,80 Artinya terjadi penyimpangan nilai

BM yang diteliti terhadap nilai rata-rata sebesar 106.332.771,80.

6) Variabel IPM dengan nilai terendah Kabupaten Karangasem sebesar 65,46

sedangkan dengan nilai tertinggi adalah Kota Denpasar sebesar 79,41 dengan

nilai rata-rata sebesar 72,63. Standar deviasi untuk IPM sebesar 3,22. Artinya

terjadi penyimpangan nilai BM yang diteliti terhadap nilai rata-rata sebesar

3,22.

5.4 Uji Kelayakan Model (Uji F) dan Koefisien Determinasi (R2)

Uji Kesesuaian Model (uji F) dimaksudkan dalam rangka mengetahui

apakah dalam penelitian ini model yang digunakan layak untuk digunakan atau

tidak sebagai alat analisis untuk menguji pengaruh variabel independen pada

variabel dependennya. Hasil pengujian disajikan dalam Tabel 5.8 sebagai berikut:

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

76

Tabel 5.8Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F)

ModelSum of Squares df

Mean Squere F Sig.

1 Regression 212.393 9 23.599 7.164 .000a

Residual 144.944 44 3.294

Total 357.338 53

Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa p-value sebesar 0,000 lebih

kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan model penelitian ini layak untuk digunakan

sebagai alat analisis untuk menguji pengaruh variabel independen dan moderasi

pada variabel dependen. Hal ini dapat dikatakan bahwa variabel kinerja keuangan

daerah (seperti rasio pajak, pajak per kapita,upaya pajak, dan ruang fiskal) yang

dimoderating alokasi belanja modal berpengaruh terhadap variabel dependennya

yaitu IPM.

Analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar

variabel bebas mampu menjelaskan perubahan variabel terikatnya. Pada penelitian

ini koefisien determinasi dilihat melalui nilai R2 yang terlihat pada Tabel 5.10

sebagai berikut:

Tabel 5.9 Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Model R R SquareAdjusted RSquare

Std. Error of the Estimate

1 0,771a 0,594 0,511 1,8150

Sumber: Lampiran 5

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

77

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa nilai R2 sebesar 0,594 yang

memiliki arti bahwa 59,4% variasi perubahan IPM dapat dijelaskan oleh variabel

kinerja keuangan daerah (seperti: rasio pajak, pajak per kapita, upaya pajak, dan

ruang fiskal) yang dimoderating alokasi belanja modal. Sedangkan sisanya 40,6%

dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.

5.5 Moderated Regression Analysis (MRA)

Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel

merupakan variabel pemoderasi adalah dengan melakukan uji interaksi. Regresi

dengan melakukan uji interaksi antar variabel disebut dengan Moderated

Regression Analysis (MRA). Analisis MRA diolah dengan bantuan program

SPSS. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 5.10 sebagai berikut:

Tabel 5.10 Hasil Moderated Regression Analysis

VariabelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta(Constant)

TR (X1)

TPC (X2)

TE (X3)

FS (X4)

BM (X5)

TRBM (X1.X5)

TPCBM (X2.X5)

TEBM (X3.X5)

FSBM (X4.X5)

70,2703456012

1,815689323424

0,000000015586

-3,5118808794

0,000000000058

-0,000000017020

-0,000000033364

0,000000000000

0,000000038964

0,000000000000

4,3127834206

1,09822806735

0,000000219954

1,1778917490

0,000000000023

0,000000039306

0,000000013493

0,000000000000

0,000000012718

0,000000000000

-

1,048

0,083

-2,501

-2,099

-0,193

-2,454

0,864

4,252

-2,987

16,294

1,653

0,071

-2,981

2,557

-0,433

-2,473

0,668

3,064

-2,182

0,000

0,165

0,944

0,005

0,014

0,667

0,017

0,508

0,004

0,034

R2

F HitungSig. F

0,5947,1640,000

Sumber: Lampiran 6 data diolah (2014)

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

78

Persamaan regresi yang dihasilkan melalui Moderated Regression Analysis

(MRA) adalah sebagai berikut:

Y = 70,2703456012+1,815689323424 X1+ 0,000000015586 X2 -

3,5118808794 X3 + 0,000000000058 X4 - 0,000000017020 X5 -

0,000000033364 X1X5+0,000000000000X2X5 +0,000000038964 X3X5

+ 0,00000000000 X4 X5 + e………………………………………….(12)

Keterangan:TR = Tax RatioTPC = Tax Per CapitaTE = Tax EffortFS = Fiscal SpaceBM = Belanja ModalTRBM = Interaksi Rasio Pajak dengan Belanja ModalTPCBM = Interaksi Pajak Per Kapita dengan Belanja ModalTEBM = Interaksi Upaya Pajak dengan Belanja ModalFSBM = Interaksi Ruang Fiskal dengan Belanja Modale = Nilai Residu

Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa:

1) Nilai konstanta 70,2703456012 memiliki arti apabila rasio pajak, pajak per

kapita, upaya pajak ruang fiskal dan belanja modal besarnya 0 satuan, maka

besaran IPM adalah 70,2703456012 satuan.

2) Nilai koefisien regresi rasio pajak sebesar 1,815689323424 memiliki arti

apabila rasio pajak bertambah sebesar satu satuan, maka IPM meningkat

sebesar 1,815689323424 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan

(cateris paribus).

3) Nilai koefisien regresi rasio pajak per kapita sebesar 0,000000015586

memiliki arti apabila rasio pajak per kapita bertambah sebesar satu satuan,

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

79

maka IPM naik sebesar 0,000000015586 satuan dengan asumsi variabel

lainnya konstan (cateris paribus).

4) Nilai koefisien regresi upaya pajak sebesar - 3,5118808794 memiliki arti

apabila upaya pajak meningkat sebesar satusatuan, maka mengakibatkan

penurunan IPM sebesar 3,5118808794 satuan dengan asumsi variabel

lainnya konstan (cateris paribus).

5) Nilai koefisien regresiruang pajak sebesar 0,000000000058 memiliki arti

bahwa apabila ruang pajak bertambah sebesar satu satuan, maka IPM

meningkat sebesar 0,000000000058 satuan dengan asumsi variabel lainnya

konstan (cateris paribus).

6) Nilai koefisien regresi BM sebesar -0,000000017020 memiliki arti bahwa

apabila BM meningkat sebesar satu satuan, maka mengakibatkan penurunan

IPM sebesar 0,000000017020 satuan dengan asumsi variabel lainnya

konstan (cateris paribus).

7) Nilai koefisien moderat rasio pajak BM (X1.X5) sebesar –0,000000033364

mengindikasikan bahwa setiap interaksi rasio pajak dengan belanja modal

meningkat satu satuan akan menurunkan IPM sebesar 0,000000033364

satuandengan asumsi variabel lainnya konstan (cateris paribus).

8) Nilai koefisien moderat rasio pajak per kapita BM (X2.X5) sebesar

0,000000000000 mengindikasikan bahwa setiap interaksi rasio pajak per

kapita dengan belanja modal bertambah satu satuan maka IPM meningkat

sebesar 0,000000000000 satuandengan asumsi variabel lainnya konstan

(cateris paribus).

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

80

9) Nilai koefisien moderat upaya pajak BM (X3.X5) sebesar 0,000000038964

mengindikasikan bahwa setiap interaksi upaya pajak BM dengan belanja

modal bertambah satu satuan maka IPM meningkat sebesar

0,000000038964 satuan dengan asumsi variabel lainnya konstan (cateris

paribus).

10) Nilai koefisien moderat ruang pajak ABM (X4.X5) sebesar 0,000000000000

mengindikasikan bahwa setiap interaksi ruang pajak dengan belanja modal

bertambah satu satuan maka IPM meningkat sebesar 0,000000000000

satuandengan asumsi variabel lainnya konstan (cateris paribus).

5.6 Uji t

Uji statistik t pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen dan variabel moderasi secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Uji statistik t dilakukan dengan

membandingkan hasil nilai signifikansi dengan α = 0,05 dan dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Pengujian hipotesis pertama dilakukan untuk mengetahui kemampuan

belanja modal dalam memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah berupa rasio

pajak pada IPM. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan uji interaksi atau

Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil pengujian hipotesis pertama dapat

dilihat pada Tabel 5.11.

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

81

Tabel 5.11 Hasil Uji Hipotesis Pertama

Model Unstandardized Coefficients

T Sig

BRasio Pajak (X1) 1,815689323424 1.653 0,165

BM (X5) -0,000000017020 -0,433 0,667

Rasio Pajak*BM (X1X5) -0,000000033364 -2,473 0,017

Sumber: Lampiran 6 data diolah (2014)

Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi (Sig.t) koefisien sebesar

0,017 lebih kecil dari α = 0,05 artinya belanja modal memoderasi pengaruh rasio

pajak pada IPM, sehingga H1 diterima. Semakin meningkat belanja modal, maka

semakin menurun pengaruh rasio pajak padaIPM.

2) Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Pengujian hipotesis kedua dilakukan untuk mengetahui kemampuan

belanja modal dalam memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah berupa rasio

pajak per kapita pada IPM. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan uji

interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil pengujian hipotesis

kedua dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Hasil Uji Hipotesis Kedua

Model Unstandardized Coefficients

t Sig

B

Rasio Pajak Per Kapita (X2) 0,000000015586 0,071 0,944

BM (X5) -0,000000017020 -0,433 0,667

Rasio Pajak Per kapita*BM (X2X5) 0,000000000000 0,668 0,508

Sumber: Lampiran 6 data diolah (2014)

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

82

Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi (Sig.t) koefisien sebesar

0,508 lebih besar dari α = 0,05 artinya belanja modal tidak memoderasi pengaruh

rasio pajak per kapita pada IPM, sehingga H2 ditolak. Belanja modal

memperkuat pengaruh rasio pajak per kapita pada IPM, hal ini terlihat dari

unstandardized coefficients variabel rasio pajak yang bernilai positif serta

unstandardized coefficients interaksi rasio pajak per kapita dengan belanja modal

yang bernilai positif.

3) Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Pengujian hipotesis ketiga dilakukan untuk mengetahui kemampuan

belanja modal dalam memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah berupa

upaya pajak pada IPM. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan uji interaksi

atau Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil pengujian hipotesis ketiga

dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13 Hasil Uji Hipotesis Ketiga

Model Unstandardized Coefficients

T Sig

B

Upaya Pajak (X3) -3,5118808794 -2,981 0,005

BM (X5) -0,000000017020 -0,433 0,667

Upaya Pajak *BM (X3X5) 0,000000038964 3,064 0,004

Sumber: Lampiran 6 data diolah (2014)

Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi (Sig.t) koefisien sebesar

0,004 lebih kecil dari α = 0,05 artinya belanja modal memoderasi pengaruh upaya

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

83

pajak pada IPM, sehingga H3 diterima. Belanja modal memperlemah pengaruh

upaya pajak pada IPM, hal ini terlihat dari unstandardized coefficients variabel

upaya pajak yang bernilai negatif serta unstandardized coefficients interaksi upaya

pajak dengan belanja modal yang bernilai positif.

4) Pengujian Hipotesis Keempat (H4)

Pengujian hipotesis keempat dilakukan untuk mengetahui kemampuan

belanja modal dalam memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah berupa ruang

fiskal pada IPM. Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan uji interaksi atau

Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil pengujian hipotesis keempat dapat

dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Hasil Uji Hipotesis Keempat

Model Unstandardized Coefficients

T Sig

B

Ruang Fiskal (X4) 0,000000000058 2,557 0,014

BM (X5) -0,000000017020 -0,433 0,667

Ruang Fiskal *BM (X4X5) 0,000000000000 -2,182 0,034

Sumber: Lampiran 6 data diolah (2014)

Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi (Sig.t) koefisien sebesar

0,034 lebih kecil dari α = 0,05 artinya belanja modal memoderasi pengaruh ruang

fiskal pada IPM, sehingga H4 diterima. Belanja modal memperkuat pengaruh

ruang fiskal pada IPM, hal ini terlihat dari unstandardized coefficients variabel

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

84

ruang fiskal yang bernilai positif serta unstandardized coefficients interaksi ruang

fiskal dengan belanja modal yang bernilai positif.

5.7 Pembahasan

Subbab ini menyajikan pembahasan tiap-tiap hipotesis penelitian yang

sudah dianalisis pada subbab sebelumnya.

5.7.1 Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa rasio pajak pada IPM.

Hasil pengujian untuk hipotesis pertama menunjukkan bahwa hipotesis

pertama diterima yang berarti alokasi belanja modal memiliki pengaruh atau

memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah (dengan parameter rasio pajak)

pada IPM. Hal ini sangat wajar karena semakin besar pendapatan pajak yang

dialokasikan pada belanja modal akan meningkatkan kualitas dan kuantitas

layanan publik untuk menunjang peningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan,

kesehatan dan daya beli masyarakat yang ketiganya merupakan faktor pembentuk

IPM.

Koefesien TR (X1) pada penelitian ini menunjukkan nilai koefesien yang

tidak signifikan, sedangkan koefesien interaksi moderasi TR dan BM (X1.X5)

signifikan. Hal ini berarti bahwa belanja modal merupakan variabel moderasi

murni (pure moderation). Pure moderation merupakan variabel yang memoderasi

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dimana variabel

moderasi ini berinteraksi dengan variabel independen tanpa menjadi variabel

independen (Ghozali, 2006).

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

85

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Christy

(2009), Setyowati dan Suparwati (2012), yang menyatakan bahwa PAD, DAU,

dan DAK terbukti berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia

melalui pengalokasian anggaran belanja modal. Hasil ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sumardjoko (2013), yang menyatakan bahwa

dana otonomi khusus berpengaruh seginifikan positif terhadap belanja modal

APBD Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat periode tahun 2002-2012.

5.7.2 Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah berupapajakper kapita pada IPM.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa Alokasi belanja modal memoderasi

pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa pajak per kapita pada IPM. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa alokasi belanja modal tidak mampu memoderasi

pengaruh kinerja keuangan daerah berupa pajak per kapita pada IPM. Hal ini

diduga disebabkan karena pendapatan pajak yang dialokasikan pada belanja

modal dalam rangka menunjang program peningkatkan kuantitas dan kualitas

pendidikan, serta kesehatan masyarakat jumlahnya belum cukup untuk memenuhi

besarnya jumlah penduduk yang membutuhkan layanan pendidikan dan

kesehatan. Pada kenyataannya proporsi belanja modal kabupaten/kota di Provinsi

Bali selama enam tahun terakhir rata-rata 123.286.774,24 atau berkisar antara

42.555.098,00 dan 6.277.057,00.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai koefisien TPC (X2) tidak

signifikan, sedangkan koefesien interaksi moderasi TPC dan BM (X2.X5) juga

tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa belanja modal merupakan variabel

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

86

moderasi potensial (homologiser moderation). Homologiser moderation

merupakan variabel yang potensial menjadi variabel moderasi yang memengaruhi

kekuatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Variabel ini tidak berinteraksi dengan variabel independen dan tidak mempunyai

hubungan yang signifikan dengan variabel dependen (Ghozali, 2006).

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Lilis (2012), yang

menemukan bahwa pembangunan Indonesia yang pendanaannya bersumber dari

pendapatan pajak per kapita kurang mendukung pengembangan sumber daya

manusia secara optimal.

Kondisi ini juga diduga disebabkan karena dalam proses penyusunan

anggaran belanja modal yang melibatkan pihak eksekutif dan legislatif

memungkinkan terjadinya distorsi pengalokasian belanja modal sebagai dampak

kecenderungan untuk memaksimalkan utilitas dari pihak-pihak yang terlibat

dalam proses penyusunan anggaran sesuai dengan preferensinya, sebagaimana

diungkapkan Magner dan Johnson dalam Suryarini (2012).

Selain itu, belanja modal tidak selalu berhubungan langsung dengan

pelayanan publik. Beberapa proyek fisik menghasilkan output berupa bangunan

yang sepenuhnya dinikmati oleh aparatur (birokrasi) atau satuan kerja yang tidak

berhubungan langsung dengan fungsi pelayanan publik. Sebagai contoh adalah

belanja modal untuk pembangunan kantor Bappeda (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah) atau inspektorat daerah yang tidak langsung dimanfaatkan

oleh publik (seperti gedung kantor pemerintahan). Hal ini menyebabkan alokasi

belanja modal tidak dapat menunjang kesejahteraan masyarakat.Kurang

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

87

maksimalnya pengelolaan dan pemanfaatan aset tetap yang dihasilkan dari alokasi

belanja modal yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik atau

dipakai oleh masyarakat (seperti jalan, jembatan, trotoar, gedung olah raga,

stadion, jogging track, halte, dan rambu lalu lintas), sehingga banyak proyek

investasi publik yang tidak tepat sasaran, juga tentunya tidak akan dapat

menunjang kesejahteraan masyarakat.

Eisenhardt (1989) yang mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia salah

satunya yaitu manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),

sehingga pemerintah akan lebih mementingkan kepentingan aparatur atau dirinya

sendiri daripada mementingkan kepentingan masyarakat, salah satunya lebih

memperioritaskan besarnya belanja pegawai daripada belanja modal, dimana

belanja modal digunakan untuk fasilitas umum masyarakat, belanja pegawai

digunakan untuk gaji dan tunjangan pegawai.

Berdasarkan hasil pengujian ini juga dapat diketahui hubungan antara Pajak

Per Kapita sebagai salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dengan Belanja Modal diklasifikasikan dalam kategori lemah. Dengan demikian,

hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hoover and Sheffrin (1992) dalam

Fahri (2013) yang secara empiris menemukan bahwa sesudah tahun 1960-an pajak

tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Kebijakan alokasi wajib

(earmarking) yang termuat dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diharapkan dapat 'memaksa' daerah dan

meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan

di bidang tertentu.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

88

Hasil ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Vegirawati

(2012) yang menunjukkan bahwa belanja langsung tidak dapat memprediksi

indeks Pembangunan Manusia.

5.7.3 Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa upaya pajak (tax effort) pada IPM.

Berdasarkan hasil pengujian dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga

diterima yang berarti bahwa belanja modal memoderasi pengaruh kinerja

keuangan daerah yang berupa upaya pajak pada Indeks Pembangunan Manusia.

Upaya pajak merupakan aspek relevan bila dikaitkan dengan tujuan otonomi

daerah, yaitu peningkatan kemandirian daerah. Semakin meningkatnya upaya

pajak daerah yang dilakukan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, maka kapasitas

fiskalpun akan meningkat. Sehingga akan meningkatkan pengeluaran belanja

modal, melalui peningkatan belanja modal akan dapat meningkatkan pelayanan

publik karena hasil dari pengeluaran belanja modal adalah meningkatkan aset

tetap daerah yang merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan publik oleh

pemerintah daerah. Hal ini berarti alokasi anggaran publik lebih diperuntukkan

pada kepentingan publik, misalnya dalam hal belanja modal publik. Sehingga

kesejahteraan masyarakat Daerah Provinsi Bali dapat meningkat.

Nilai koefisien TE (X3) sesuai uji MRA menunjukkan hasil yang signifikan,

sedangkan koefesien interaksi moderasi TE dan BM (X3.X5) juga menunjukkan

hasil yang signifikan. Hal ini berarti bahwa belanja modal merupakan variabel

moderasi semu (quasi moderator). Quasi moderation merupakan variabel yang

memoderasi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen di mana

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

89

variabel moderasi semu berinteraksi dengan variabel independen sekaligus

menjadi variabel independen (Ghozali, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan argumentasi yang dikemukakan (Uhise, 2013)

bahwa pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan

Pemerintah Daerah (Pemda) untuk meningkatkan kepercayaan publik yang dapat

dilakukan dengan peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap yakni;

peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.

5.7.4 Alokasi belanja modal memoderasi pengaruh Kinerja Keuangan Daerah berupa ruang fiskal pada IPM.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belanja modal memiliki pengaruh

atau memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah berupa ruang fiskal pada

IPM. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan ruang fiskal yang

diperoleh dari peningkatan pendapatan di berbagai sektor dan penurunan

kewajiban pembayaran utang serta dari efektivitas penggunaan anggaran di

Kabupaten/Kota Provinsi Bali dapat menunjang terciptanya ruang fiskal yang

cukup memberi ruang untuk alokasi belanja modal. Karena belanja modal

merupakan belanja pemerintah yang bersifat produktif dan dapat digunakan untuk

mendongkrak pertumbuhan ekonomi di daerah, yang pada gilirannya diharapkan

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah Provinsi Bali.

Ini juga berarti Pemerintah daerah sudah memiliki terobosan untuk

memanfaatkan ruang fiskal yang ada, ruang fiskal mampu berperan mendorong

pembangunan dan penyediaan infrastruktur daerah Propinsi Bali sehingga

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

90

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan

peningkatan IPM.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa FC (X4) nilai koefisiennya

signifikan sedangkan koefesien interaksi moderasi FC dan BM (X4.X5) juga

signifikan. Hal ini berarti bahwa belanja modal merupakan variabel moderasi

semu (quasi moderator).

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Alexiou (2009) dan

Rahayu (2004) yang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk investasi

publik menghasilkan dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan

masyarakat.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

91

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1) Alokasi belanja modal menurunkan pengaruh kinerja keuangan daerah (rasio

pajak) pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota

Provinsi Bali. Belanja Modal merupakan variabel moderasi murni (pure

moderation).

2) Alokasi belanja modal meningkatkan pengaruh kinerja keuangan daerah

(upaya pajak, ruang fiskal) pada IPM, dalam hal ini belanja modal merupakan

variabel moderasi semu (quasi moderator). Namun Alokasi belanja modal

tidak memoderasi pengaruh kinerja keuangan daerah (pajak per kapita) pada

IPM Kabupaten/Kota di Propinsi Bali, dalam hal ini alokasi belanja modal

merupakan variabel moderasi potensial (homologiser moderation).

6.2 Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan sehingga masih perlu untuk

disempurnakan. Saran-saran yang dapat disampaikan terkait dengan keterbatasan

penelitian adalah sebagai berikut:

1) Pemerintah Daerah diharapkan mampu lebih menggali dan mengembangkan

potensi-potensi dan sektor-sektor ekonomi daerah yang dapat meningkatkan

Page 92: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

92

pendapatan pajak sehingga Pemerintah Daerah lebih mandiri dalam mendanai

seluruh aktivitas pemerintahan dan tidak selalu tergantung terhadap dana

transfer dari pemerintah pusat.

2) Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan dana yang bersumber dari

pajak per kapita untuk pengembangan sumber daya manusia secara lebih

optimal, membangun infrastruktur publik dan sarana penunjang lainnya yang

memang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebelum membangun suatu fasilitas

publik, hendaknya melakukan studi kelayakan dan analisis investasi publik

agar proyek tersebut dapat dimanfaatkan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Memperhatikan, menjaga, dan mengelola fasilitas publik yang dibangun

dengan baik, agar kualitas fasilitas dan pelayanan publik tetap terjaga.

Memperhatikan permasalahan sumber daya manusia yang ditugaskan untuk

mengelola operasional dari fasilitas yang dibangun, agar tujuan dari

dibangunnya fasilitas publik tersebut dapat tercapai.

3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel non

keuangan, sebab Darwanto dan Yustikasari (2007), menyatakan bahwa

variabel non keuangan misalnya kebijakan pemerintah daerah dapat

menjelaskan dengan baik seberapa besar tingkat pengadaan modal

pembangunan yang seimbang dengan pertumbuhan ekonomi daerah setempat

dalam mengutamakan kesejahteraan masyarakat, serta mencari data yang

terbaru yaitu tahun 2014.

4) Berdasarkan hasil uji Moderated Regression Analysis (MRA) menunjukkan

bahwa nilai koefesien β dari interaksi antara variabel independen dengan

Page 93: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · (Human Development Report/HDR) oleh UNDP. Laporan tahunan UNDP pada tahun 2013 menginformasikan bahwa IPM ... sebagai

93

variabel pemoderasi sangat kecil, peneliti selanjutnya dapat

mempertimbangkan menggunakan variabel lain yang lebih sesuai untuk

menjelaskan dan memediasi IPM.