tugas pa syafwani ( hdr)

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatri di kalangan masyarakat saat ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan khusunya komunitas profesi kesehatan. Di dunia, menurut WHO, masalah gangguan jiwa telah menjadi masalah yang serius. Masalah gangguan jiwa ini ternyata hamper diseluruh Negara di dunia, Tahun 2001 lalu ditemukan ada 450 juta orang menderita gangguan jiwa. Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat 1

Upload: rahmani

Post on 13-Jun-2015

1.426 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatri di kalangan

masyarakat saat ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan

khusunya komunitas profesi kesehatan.

Di dunia, menurut WHO, masalah gangguan jiwa telah menjadi masalah yang

serius. Masalah gangguan jiwa ini ternyata hamper diseluruh Negara di dunia, Tahun 2001

lalu ditemukan ada 450 juta orang menderita gangguan jiwa.

Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa

per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang

merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat serius dan

World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan

produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa menempati urutan

kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %.

Di Indonesia, menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, didalam setiap

rumah tangga paling tidak ada satu orang yang mengalami gangguan jiwa dan

membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa. Hal ini didasarkan pada hasil Survei kesehatan.

Mental Rumah Tngga (SKMRT) yang dilakukan pada penduduk di 11 kotamadya oleh

jaringan Epidomologi Psikiatri Indonesia tahun 1995 di mana di temukan 185 per 1000

penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa.

1

Page 2: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 30% dari

jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah dengan kesulitan

ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Bahkan di Cirebon,

kenaikan penderita gangguan kejiwaan setelah kenaikan harga BBM, mencapai 250 hingga

350 persen.Menurut Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bandung, dr. Machmud, Sp.K.J.

dampak nyata dari kenaikan harga BBM terhadap penambahan jumlah warga yang

mengalami gangguan jiwa, baru akan bisa dilihat pada tiga bulan atau enam bulan ke

depan."Sejauh ini, belum ada peningkatan signifikan antara kesulitan ekonomi yang

disebabkan kenaikan harga BBM dengan jumlah pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bandung,

baik yang rawat jalan maupun rawat inap," ujarnya. Angka prediksi tersebut, didasarkan

beberapa kali survei yang dilakukan RSJ Bandung yang bekerja sama dengan Dinas

Kesehatan Jabar.

Menurut Machmud, sampai dengan bulan September 2005, jumlah pasien gangguan

jiwa yang dirawat di RSJ Bandung sudah lebih dari 12.000 orang, tahun 2004 lalu sebanyak

13.000. Di antara pasien yang rawat inap di RSJ Bandung bahkan ada yang masih anak-

anak yakni berusia 13 tahun. Metode terapi yang dilakukan dari mulai pemberian obat-

obatan yang diminum atau disuntikkan sampai ke electro convulsan therapy (ECT) atau

electro shock therapy (EST) dan psikoterapi serta rehabilitasi. "Idealnya, Rumah Sakit Jiwa

Bandung ini memiliki 14 psikiater karena kami memiliki 14 satuan kerja fungsional,"

katanya. Naik drastic Di Cirebon, berdasarkan catatan di RS Gunung Djati (RSGD) Kota

Cirebon, sejak terjadi kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga lainnya,

jumlah pasien yang berobat ke psikiater meningkat lebih dari 250 sampai 350 persen.

Sebelum terjadi kenaikan harga BBM, jumlah pasien di poliklinik psikiatri per hari rata-rata

5 - 10 orang. Setelah kenaikan harga BBM, dalam sepekan terakhir jumlah pasien menjadi

25 sampai 35 orang/hari. Jumlah ini, kemungkinan akan terus meningkat seiring dengan

terus merosotnya kualitas hidup rata-rata masyarakat.

Kepala Rumah Sakit Jiwa ( RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel),

Nurlaila Atika, mengungkapkan, “ Setahun ini jumlah penderita gangguan jiwa yang di

tangani di RSJ mengalami peningkatan 10-15 % di bandingkan dengan tahun sebelumnya,

2

Page 3: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

kecenderungan, kasus – kasus psikotik tetap tinggi, disusul neurosis yang cenderung

meningkat”.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr. H. M. Ansari Saleh

Banjarmasin, jumlah klien rawat inap adalah 1562 jiwa dan rawat jalan 6573, sedangkan

penderita harga diri rendah tahun 2006 berjumlah 116 orang, data tersebut didapat dari

masing – masing ruangan yang ada di Rumah Sakit Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Memberikan gambaran dalam pembuatan asuhan keperawatan klien

terutama di bidang jiwa.

b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa oleh dosen M.

Syafwani S.Kep , M.Kes Sp. Jiwa.

c. Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Keperawatan Jiwa

d. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa perawat dan masyarakat umum.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah :

a. Menjelaskan latar belakang, definisi, etiologi, Patofisiologi tentang

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA

DIRI RENDAH.

b. Menjelaskan konsep dasar keperawatan ( pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi, evaluasi ) tentang ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH”.

c. Menentukan rencana tindakan keperawatan dari masalah yang sering ada

pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah.

3

Page 4: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

d. Memberikan implementasi sesuai dengan rencana yang sudah disusun pada

klien harga diri rendah.

e. Memberikan dan menjelaskan kesimpulan tentang ”ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH.

C. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Menambah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang

”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA

DIRI RENDAH.

b. Menjadi contoh gambaran dalam pembuatan ”ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH.

c. Dapat menjadi inspirasi kita dalam melakukan penelitian di bidang

keperawatan jiwa dalam praktik keperawatan.

d. Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, perawat, pegawai

rumah sakit dan masyarakat umum tentang ”ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH.

e. Sebagai bahan diskusi dan referensi penelitian yang akan datang di bidang

kesehatan.

f. Untuk puskesmas, rumah sakit, posyandu dan lain- lain, makalah ini sangat

lah bermanfaat karena dapat membantu ketika menemukan kasus penyakit

seperti ini.

4

Page 5: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

BAB II

ISI

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan

yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan

dengan orang lain, atau cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik,

emosi, intelektual, sosial dan spritual. (Susilawati, dkk, 2005 : 89).

Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan pengalaman

dan objek, tujuan serta keinginan. (Menurut Stuart dan Sundeen dalam keliat,

1992:2).

Konsep diri merupakan semua perasaan dana pemikiran seseorang mengenai

dirinya sendiri, dimana hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan

hidup, kebutuhan dan penampilan diri. ( menurut www.google.com search for

Asuhan Keperawatan Pada Harga Diri Rendah, diana Apriana, 2005).

Dari beberapa pengertian di atas, konsep diri dapat dikatakan juga merupakan

semua pikiran, keyakinan, perasaan dan kepercayaan mengenai dirinya sendiri yang

meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhn dan penampilan

5

Page 6: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

diri yang dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain tetapi konsep diri ini

belum ada saat lahir, di pelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan

dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih

efektif, sedangkan konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan dan sosial yang

mal adaftif.

Rentang respon konsep diri (Stuart G. W dan Sundeen, S. J, 1998: 230)

Respon adaftif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Deper- Diri Positif Rendah Identitas sonalisasi

Respon adaptif adalah respon yang masih dapt diterima oleh norma – norma

sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat.

Respon adaptif terdiri dari :

a. Aktualisasi diri

Pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang

pengalaman sukses.

b. Konsep diri positif

Klien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat

mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai asuatu

masalah sesuai dengan norma – norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika

menyimpang ini merupakan respon adaptif.

Respon mal adaptif terdiri dari :

a. Harga diri rendah

Transisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung berfikir ke

arah negatif.

6

Page 7: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

b. Kekacauan identitas

Kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek masa kanak – kanak ke

dalam kematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara

harmonis.

c. Depersionalisasi

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan

dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dari orang

lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.

(Susialwati,dkk.(2005:91 – 94))

Konsep diri

Gambaran Diri Ideal diri Identitas Peran Harga diri

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa

seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung

diekspresikan (Townsend, 1998). Menurut Schult & Videbeck (1998), gangguan

harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan,

yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsungGangguan harga diri

rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk

hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana

7

Page 8: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Keliat, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri

yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.

2. Etiologi

Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan

positif, perasaan di tolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan

ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego. (keliat,

1998 : 1).

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut Keliat,

(1992: 14 ).

1) Pengalaman masa kanak – kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada

gangguan konsep diri.

2) Anak yang tidak menerima kasih sayang.

3) Individu yang kurang mengerti akan arti dengan tujuan kehidupan akan

gagal menerima tanggung jawab untuk diri – sendiri.

4) Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang lain

dan ideal diri yang tidak realistis.

Faktor predispoisisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut

Stuart dan Sundeen, dalam Keliat, (1998:2). Faktor yang mempengaruhi diri

rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik,

kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jwab personal,

ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut

Keliat, (1992: 16) adalah situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri

dan komponennya stressor yang mempunyai harga diri.Penolakan dan kurang

penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti:

8

Page 9: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

1) Pola asuhan anak yang tidak tepat atau dituruti, dilarang, dituntut.

2) Kesalahan dan kegagalan berulang kali.

3) Cita – cita yang tidak dapat dicapai.

4) Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

3. Patofisiologi

Proses terjadinya harga diri rendah menurut Stuart dan Sundeen berhubungan

erat dengan interpersonal yang buruk yang pada akhirnya dimunculkan dalam

bentuk perilaku.

Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan interpersonal yang

buruk pada mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman

berhubungan dengan orang lain. Individu mempertahankan hubungan masyarakat di

isolasi sosial dan ketergantungan berlebihan pada orang lain. Kemudian

dimunculkan dalam bentuk prilaku (menurut Stuart dan Sundee, 1998 dalam

Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah, Trismaheni, 2007).

Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat faktor predisposisi

yang diantaranya pengalaman kanak – kanak yang merupakan faktor kontribusi

pada gangguan konsep diri, anak yang tidak menerima kasih sayang, individu yang

kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung

jawab untuk diri sendiri, penolakan orang tua, harapan realistis. Selain faktor

predispoisisi, faktor presipitasi juga salah satu penyebabdari terjadinya harga diri

rendah yang diantaranya pola asuhan anak yang tidak tepat atau dituruti, di larang

dan di tuntut, kesalahan dan kegagalan berulang kali, cita – cita yang tidak dapat di

capai gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri (Keliat, 1992: 14-16).

Akibat dari 2 faktor tersebut maka timbullah mekanisme koping individu

untuk memecahkan masalahnya, individu dengan mekanisme koping yang positif

maka menghasilkan konsep diri yang positif juga, yang dapat berfungsi lebih efektif

yang terdiri dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan

9

Page 10: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

lingkungan. Sedangkan mekanisme koping yang negatif atau tidak berhasil dapat

mengakibatkan konsep diri yang negatif juga, yang dapat dilihat dari hubungan

individu yang mal adaptif atau norma – norma sosial dan kebudayaan yang

menyimpang, yang salah satunya adalah harga diri rendah atau perasaan negatif

terhadap diri sendiri yang biasanya dimunculkan dengan prilaku. Menurut

Susilawati, dkk (2005: 97-98) Harga diri rendah mempunyai prilaku seperti evaluasi

diri negatif, membenci diri sendiri dan menolak, mengejek dan mengkritik diri

sendiri, merendahkan dan mengurangi martabat, rasa bersalah dan khawatir,

menunda keputusan, gangguan berhubungan, menarik diri dari realitas, perasaan

negatif terhadap tubuh, ketegangan peran, pesimis menghadapi hidup dan

penyalahgunaan fisik.

4. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis )

Manifestasi klinis (tanda dan gejala) menurut Keliat (1998: 3)

a) Mengkritik diri sendiri sendiri atau orang lain.

b) Penurunan produktivas

c) Desktruktif pada orang lain

d) Gangguan dalam hubungan perasaan tidak mampu

e) Rasa bersalah

f) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

g) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri dan ketegangan peran dan

dirasakan

h) Pandangan hidup yang pesimis

i) Keluhan fisik

j) Mengurung diri dan menarik diri secara sosial

k) Penyalahgunaan zat dan perasaan khawatir.

Manifestasi klinis menurut Susilawati, dkk ( 2000: 97-98).

a) Evaluasi yang negatif

b) Membenci diri sendiri dengan menolak diri sendiri

c) Mengejek dan mengkritik diri sendiri

10

Page 11: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

d) Merendahkan atau mengurangi martabat

e) Rasa bersalah dan khawatir

f) Menunda keputusan

g) Gangguan berhubungan

h) Menarik diri dari realitas

i) Merusak diri atau melukai orang lain

j) Perasaan negatif terhadap tubuh

k) Keteganggan peran

l) Pesimis menghadapi hidup

m) Penyalahgunaan fisik

Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.

Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam

menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses

modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.

Tanda dan gejala :

a) Rasa bersalah

b) Adanya penolakan

c) Marah, sedih dan menangis

d) Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas

e) Mengungkapkan tidak berdaya

B. Pengkajian

Menurut Keliat (1998: 46) pengkajian klien dengan menarik diri meliputi :

1. Identitas

a) Identitas yang merawat klien melakukan perkenalan dengan klien tentang: nama

perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat

pertemuan, topik yang akan di bicarakan.

11

Page 12: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

b) Usia dan nomor RM

c) Perawat menulis sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk

a) Tanyakan pada klien atau keluarga.

b) Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini.

c) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi masalah ini.

d) Bagaimana hasilnya.

3. Faktor Predisposisi

a) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien ernah mengalami gangguan

jiwa pada masa lalu.

b) Jika klien pernah, maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.

Apabila ia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala gangguan jiwa, apakah

dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala sisa atau gejala bertambah atau

menetap.

c) Tanyakan pada klien pernah melakukan/ mengalami/ menyaksikan

penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga dan tindakan kriminal.

d) Tanyakan pada klien atau keluarga yang mengalami gangguan jiwa apabila ada

keluarga yang nmengalami gangguan jiwa, maka tanyakan bagaimana hubungan

klien degan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta

riwayat pengobatan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga

tersebut.

12

Page 13: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

e) Tanyakan pada klien atau keluarga tentang pengalamann yang tidak

menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma, selama

tumbuh kembang) yang pernah dialami klien di masa lalu.

4. Fisik

Pengkajian fisik di fokuskan pada system dan fungsi organ.

a) Ukur dan observasi tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan klien,

ukur tinggi badan, dan berat badan klien.

b) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah ada keluahan fisik yang dirasakan

oleh klien.

c) Kaji lebih lanjut system dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan keluhan

yang ada.

d) Masalah keperawatan ditulis dengan data yang ada.

5. Psikososial

a) Genogram

Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien

dengan keluarga.

Contoh:

13

Page 14: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Keterangan

= Perempuan = Meninggal

= Laki – laki = Klien

= Cerai / putus hubungan

= orang yang tinggal serumah

Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, dan

pola asuhan. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

b) Konsep Diri 1) Citra tubuh; bagaimana presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian mana

tubuhnya yang disukai dan tidak disukai.

2) Ideal diri; tanyakan tentang : status dan posisi klien sebelum di rawat,

kepuasaan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,

kelompok), kepuasaan klien sebagai lelaki/perempuan.

3) Peran: tanyakan tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/ kelompok/

masyarakat, kemampuan klien alam melaksanakan tugas.

4) Identitas diri: tanyakan harapan terhadap tubuh, possisi, status,

tugas/peranan, tanyakan harapan klien terhadap (keluarga, sekolah, tempat

kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.

14

Page 15: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

5) Harga diri: tanyakan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan

penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi

pengungkapan kecewa terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.

c) Hubungan Sosial

Tanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam kehidupan, tempat mengadu,

tempat bicara, minta bantuan atau sokongan. Tanyakan pada klien kelompok apa

saja yang diikuti dalam masyarakat. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan

data.

d) Spiritual

1) Nilai keyakinan: tanyakan tentang pandangan dan keyakinan, terhadap

gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.

Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.

2) Kegiatan ibadah: tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu dan

kelompok. Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.

e) Status Mental.

Nilai penampilan klien rapih atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas

motorik klien, alam perasaan (sedih, takut, khawatir) efek klien, interaksi selama

wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,

tingkat konsentrasi berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

f) Kebutuhan Persiapan Pulang.

1) Observasi makan klien, mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.

2) Klien mampu BAB dan BAK menggunakan dan membersihkan WC, serta

membersihkan dan merapihkan kamar pakaian.

15

Page 16: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.

4) Istirahat dan tidur klien.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum

obat.

6) Bagaimana aktivitas aktivitas dalam rumah, merencanakan mengelola

menyiapkan makanan, merapihkan rumah, mencuci pakaian sendiri dan

mengatur kebutuhan biaya sehari – sehari.

7) Bagaimana aktivitas diluar rumah, belanja untuk kebutuhan sehari – hari,

perjalanan mandiri berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi atau

umum, dan aktivitas yang lain yang dilakukan biasa bayar listrik, telepon,

air, ke kantor pos atau Bank.

g) Mekanisme Koping.

Data didapat dari wawancara pada klien dan keluarga, koping yang dimiliki oleh

klien baik adaktif maupun malaadktif.

h) Masalah Psikososial Dan Lingkungan.

Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluarga mengenai masalah

yang dimiliki klien.

i) Pengetahuan.

Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluaga mengenai masalah

disimpulkan dalam masalah.

C. Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan

16

Page 17: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

(Keliat, 1998: 4)

CP

Masalah keperawatan harga diri rendah diantaranya :

a) Isolasi sosial : menarik diri

b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c) Tidak efektifnya koping individu

Diagnosa Keperawatan (Keliat, 1998: 4)

a) Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya

koping individu.

D. Rencana Tindakan (Keliat, 1998: 5 – 60)

Diagnosa I

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

17

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu

Page 18: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Tujuan umum:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

1. Tujuan Khusus I

Klien dapat membina hubungan saling percaya

a. Kriteria evaluasi

Ekspresi wajah bersahabat, menunjkkan rasa senang, ada kontak mata, klien

mau menjabat tangan; menyebutkan nama, menjawab salam dan mengutarakan

masalahnya.

b. Intervensi

Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

1) Sapa klien dengan ramah

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap dan panggilan

4) Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji

5) Tunjukkan sikap empati

2. Tujuan Khusus II

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

a. Kriteria evaluasi

Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Intervensi

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

18

Page 19: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

2) Hindari penilaian negatif terhadap klien .

3) Utamakan memberikan pujian yang realistik.

3. Tujuan khusus III

Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

a. Kriteria evaluasi

Klien menilai kemampuan yang digunakan

b. Intervensi

1) Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di gunakan selama

sakit

2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya

4. Tujuan khusus IV

Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

a. Kriteria evaluasi

Klien membuat rencana kegiatan harian

b. Intervensi 1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setipa hari sesuai

kemampuan.

2) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

3) Bercontoh cara pelaksanaan yang telah direncanakan

5. Tujuan khusus V

Klien melakukan kegiatan sesuai kemampuannya

a. Kriteria evaluasi

19

Page 20: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Kalian melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

b. Intervensi

1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

2) Beri pujian atas keberhasin klien.

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Tujuan khusus VI

Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung ada

a. Kriteria evaluasi

Kriteria memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

b. Intervensi

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga

diri rendah..

2) Bantu keluarga dalam membri dukungan.

3) Beritahu keluarga dalam menyiapkan lingkungan di rumah.

Diagnosa II

Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak

efektif.

Tujuan umum

Klien mampu meningkatkan harga dirinya

1. Tujuan Khusus I

Klien dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan

emosinya.

20

Page 21: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

a. Kriteria evaluasi

Klien dapat mengungkapkan perasaanya

b. Intervensi

1) Buat kontak dengan klien, lakukan pendekatan dengan memperhatikan

prinsip hubungan terapeutik perawat – klien.

2) Anjurkan klien unutk mengungkapkan perasaannya, dengarkan dengan

penuh perhatian dengan berespon dengan tenang.

3) Amati prilaku verbal dan nonverbal klien saat bicara, buat kontak untuk

pertemuan selanjutnya.

2. Tujuan Khusus II

Klien dapat mengidentifikasi koping yang telah di miliki

a. Kriteria evaluasi

Setelah 2 kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi pola koping personal dan

konsekuensi prilaku yang diakibatkannya.

b. Intervensi

1) Ingatkan klien tentang kontak yang dibuat, identifikasi koping yang biasanya

digunakan klien dalam mengatasi masalah.

2) Diskusiakan bersama klien tentang pemahamannya tentang kejasian saat ini

dan bagaimana koping yang biasa di gunakan untuk mengatasi masalah.

3. Tujuan Khusus III

Klien dapat mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya.

a. Kriteria evaluasi

21

Page 22: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi kekuatan personal dan

menerima dukungan melalui hubungan dengan orang lain.

b. Intervensi

1) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan / kelebihan yang dimiliki

2) Identifikasi tugas yang mungkin dikerjakan sesuai kemampuan klien.

3) Kembangkan hal – hal positif yang dimiliki klien melalui kegiatan yang

bermanfaat.

4) Bantu klien berinteraksi dengan orang lain.

5) Beri umpan balik positif atas kemampuan klien dalam berhubungan dengan

orang lain.

4. Tujuan Khusus IV

a. Kriteria evaluasi

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mendemosntrasikan strategi koping

adatif dalam mengatasi masalah.

b. Intervensi1) Bantu klien dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan koping

adatif.

2) Identifikasi alternatif koping yang mungkin menunjukkan adaptasi positif.

3) Diskusikan keuntungan dan konsekuensi dari setiap alternative seleksi

alternative yang paling sesuai.

4) Evaluasi keefektifan dan alternative yang paling dipilih.

5. Tujuan Khusus V

22

Page 23: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam proses pemecahan masalah.

a. Kriteria evaluasi

Setelah lima kali pertemuan klien mendapat dukungan dalam proses pemecahan

masalah.

b. Intervensi

1) Perkenalkan diri pada keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang

perubahan prilaku klien dan hubungan dengan kejadian atau peristiwa yang

dialami.

2) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya keluarga dalam membantu klien

mengatasi masalah.

3) Beri umpan balik positif atas keterlibatan keluarga dalam proses pemecahan

masalah.

E. Evaluasi

a. Diagnosa I

Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien telah menurun

dalam sifat, jumlah, asal, atau waktu.

b. Diagnosa II

Apakah prilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan persetujuan

diri yang lebih besar.

23

Page 24: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa

per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000

penduduk yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO.

2. konsep diri dapat dikatakan juga merupakan semua pikiran, keyakinan, perasaan

dan kepercayaan mengenai dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter diri,

sikap, tujuan hidup, kebutuhn dan penampilan diri yang dapat mempengaruhi

24

Page 25: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

hubungan dengan orang lain tetapi konsep diri ini belum ada saat lahir, di pelajari

melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain

3. Konsep diri terdiri dari ( aktualisasi diri, ideal diri, identitas diri, peran, harga diri)

4. Proses terjadinya harga diri rendah menurut Stuart dan Sundeen berhubungan erat

dengan interpersonal yang buruk yang pada akhirnya dimunculkan dalam bentuk

perilaku.

5. Pengkajian meliputi : identitas, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial (

Genogram,konsep diri, hubungan sosial, spiritual, status mental, kebutuhan

persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,

pengetahuan).

6. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri

rendah Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak

efektifnya koping individu. ( Keliat 1998: 4)

7. Respon adaptif adalah respon yang masih dapt diterima oleh norma – norma sosial,

secara umum yang berlaku di masyarakat.

B. SARAN

1. Bagi keluargaa. Di harapkan keluarga dapat membantu ,mensupport, dan berpartisispasi dalam

proses penyembuhan.

b. Keluarga jangan melakukan Stigma terhadap penderita.

c. Di harapkan keluarga memberikan perhatian terhadap klien

2. Bagi Perawat, dokter maupun petugas medis lainnya

a. Di harapkan perawat dapat melaksanakan tugas dan perannya sebagai perawat

yang professional dengan melaksanakan prosedur dan asuhan keperawatan yang

menitikberatkan pada aspek psikologis bukan pada farmakologi.

b. Diharapkan perawat, dokter, maupun petugas medis lainnya dapt berkolaborasi

dengan baik.

c. Diharapkan perawat, dokter, maupun petugas medis lainnya dapat bekrja dan

menjalankan perannya dengan maksimal.

25

Page 26: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

3. Bagi masyarakat

a. Diharapkan kepada masyarakat dapat membantu ,mensupport, dan

berpartisispasi dalam proses penyembuhan.

b. Di harapkan masyarakat tidak menjauhi, penderita dan berusaha untuk

mendekati, memberikan perhatian serta tidak menimbulkan stigma.

4. Bagi dinas kesehatana. Diharapkan dinas kesehatan dan terkait dengan hal ini dapat bekerja sama

dengan masyarakat untuk mengurangi gangguan jiwa pada dengan harga diri

rendah ini.

b. Diharapkan, dinas kesehatan dapat mensurvey setiap tahunnya terhadap

gangguan jiwa dengan harga diri rendah ini.

5. Bagi rumah sakit

Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan mutu keperawatan dan kesehatan

jiwa dengan memberikan fasilitas yang memadai.

6. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pendidikan khusunya dibidang

keperawatan guna menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas.

26

Page 27: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino

Gondoutomo. 2003

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :

Lipincott-Raven Publisher. 1998

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Keliat, Budia anna, dkk. 1992. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.

Bandung : RSJP Bandung. 2000

27

Page 28: Tugas Pa Syafwani ( HDR)

Carpernito, Lynda juall, 1988, Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis

Edisi 6, Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.

Susialwati, dkk, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

http://www.hariankompas.com

http://www. Eramawan.blog.indosiar.com

.

28