bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · pada tahun 2007 program tayangan di jam prime time di...

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan semakin hari semakin meningkat. Hal ini mendorong masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan tersebut melalui pemanfaatan media massa seperti koran, radio, televisi, dan internet. Dalam pemberitaan yang dimuat oleh media online tempo.com tahun 2013, Nielsen Media Research menyatakan bahwa karakter televisi sebagai media audio visual yang enak untuk ditonton, membuat televisi menjadi pilihan utama sebagai pemenuh kebutuhan informasi dan hiburan tersebut (Sumber Nielsen Media Research via http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013) Menurut Morrisan (2009: 10) televisi memiliki daya jangkau yang besar dalam upaya penyampaian informasi dan hiburan. Dampak yang dihasilkan dari penyebaran informasi dan hiburan melalui televisi juga sangat luas, hal tersebut yang menjadikan televisi sebagai industri padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya manusia. Di Indonesia sendiri televisi menduduki peringkat teratas sebagai media massa yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat. Menurut riset yang diumumkan pada tanggal 6 Maret 2012 dalam acara Media and Advertising Spend 2012 oleh Nielsen Media Research, tercatat pada tahun 2012 televisi berhasil menduduki peringkat teratas untuk media massa dengan konsumen terbanyak dibandingkan dengan media massa lainnya. (Sumber Nielsen Media Research via http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013)

Upload: hahanh

Post on 05-Jun-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan semakin hari

semakin meningkat. Hal ini mendorong masyarakat untuk berusaha

memenuhi kebutuhan tersebut melalui pemanfaatan media massa seperti

koran, radio, televisi, dan internet. Dalam pemberitaan yang dimuat oleh

media online tempo.com tahun 2013, Nielsen Media Research menyatakan

bahwa karakter televisi sebagai media audio visual yang enak untuk ditonton,

membuat televisi menjadi pilihan utama sebagai pemenuh kebutuhan

informasi dan hiburan tersebut (Sumber Nielsen Media Research via

http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013)

Menurut Morrisan (2009: 10) televisi memiliki daya jangkau yang besar

dalam upaya penyampaian informasi dan hiburan. Dampak yang dihasilkan

dari penyebaran informasi dan hiburan melalui televisi juga sangat luas, hal

tersebut yang menjadikan televisi sebagai industri padat modal, padat

teknologi, dan padat sumber daya manusia. Di Indonesia sendiri televisi

menduduki peringkat teratas sebagai media massa yang paling banyak di

konsumsi oleh masyarakat. Menurut riset yang diumumkan pada tanggal 6

Maret 2012 dalam acara Media and Advertising Spend 2012 oleh Nielsen

Media Research, tercatat pada tahun 2012 televisi berhasil menduduki

peringkat teratas untuk media massa dengan konsumen terbanyak

dibandingkan dengan media massa lainnya. (Sumber Nielsen Media Research

via http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013)

2

Gambar 1.1

Data Konsumsi Media Massa di Indonesia Tahun 2012

Sumber: Nielsen Media Research melalui http://www.tempo.com

(diakses 2 Agustus 2013)

Menurut Nielsen, walaupun terdapat penurunan terhadap konsumsi

televisi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun tercatat

pengguna televisi di Indonesia menempati peringkat teratas bila dibandingkan

media massa lainnya. Sebanyak 94% dari populasi terpapar televisi dan jauh

mengungguli pengguna internet sebanyak 30%, radio 25%, newspaper 13%,

tabloid 8%, dan magazine 7%. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat

menjadikan televisi sebagai pilihan utama untuk pemenuh kebutuhan

informasi dan hiburan mereka.

Di Indonesia sendiri terdapat sejumlah stasiun televisi swasta nasional

selain TVRI sebagai stasiun televisi milik pemerintah. Stasiun televisi swasta

tersebut diantaranya SCTV, RCTI, TRANS TV, TRANS7, MNC TV, Global

TV, Indosiar, ANTV, TV ONE, Metro TV, NET TV, dan B-Channel.

3

Gambar 1.2

Pembagian Stasiun Televisi Indonesia Berdasarkan Segmentasi

Penonton

Sumber: Data Internal NET TV (Menurut Nielsen Media Research)

Setiap stasiun televisi memiliki segmentasi dan target penonton yang

berbeda-beda, yang dibagi berdasarkan kategori Social Economic Status atau

SES. Menurut Lloyd Warner (Morrisan, 2009 : 174-275) kelas sosial tersebut

terbagi menjadi 6 yaitu kelas atas-atas (A+), kelas atas bagian bawah (A),

kelas menengah atas (B+), kelas menengah bawah (B), kelas bawah bagian

atas (C+), dan kelas bawah bagian bawah (C). Keenam kelas tersebut

memiliki minat dan karakter tersendiri dalam mengkonsumsi program yang

disiarkan televisi. Seperti diketahui program siaran televisi secara umum

terbagi atas dua bagian besar yakni berupa informasi (straight news, features,

infoteinment, current affair, magazines, talks how, documentary) dan

hiburan (sinetron, film, cartoon, quiz, ketangkasan, reality show, sulap,

komedi, dan tarian) (Morrisan, 2009 : 215).

Masing-masing dari penonton di Indonesia memilih jenis program

tayangan televisi tersebut sesuai dengan kelas sosial dan kebutuhan mereka.

Tidak hanya motif atau kebutuhan terhadap tontonan program siaran yang

berbeda, tetapi setiap khalayak juga memiliki kebiasaan waktu yang berbeda

ketika menonton televisi, baik dari segi frekuensi maupun durasi. Peter K

menyatakan bahwa terdapat pembagian waktu menonton khalayak, yakni

pada pagi hari (06.00-09.00), jelang siang (09.00-12.00), siang hari (12.00-

4

16.00), sore hari atau early fringe (16.00-18.00), jelang malam atau prime

time access (18.00-19.00), malam hari atau prime time (20.00-23.00), tengah

malam atau late night (23.00-02.00), dan pada dini hari atau over night

(02.00-06.00) (Peter.K dkk, 1991: 133-139).

Gambar 1.3

Jumlah Penonton Terbanyak Berada Pada Waktu Prime Time

Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, Oktober 2010.

www.agbnielsen.net (diakses pada 4 Oktober 2012)

Riset yang dilakukan pada gambar diatas adalah pola menonton pemirsa

pada stasiun televisi di seluruh waktu siaran selama empat tahun, dari 2006

hingga 2009. Jam tayang yang memiliki penonton terbanyak adalah waktu

prime time access dan prime time. Pada jam tersebut sebagian besar bahkan

seluruh segmen audiens mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia,

baik laki-laki dan perempuan, tersedia sebagai penonton televisi. Maka dari

itu masing-masing stasiun televisi cenderung menempatkan program

unggulan di jam tersebut.

Berdasarkan fenomena yang terjadi selama 6 hingga 7 tahun terakhir,

program siaran yang menguasai jam prime time adalah program hiburan.

Seperti yang dilansir pada Newsletter dari lembaga riset Nielsen, bahwa

audiens menghabiskan waktu 19 jam untuk menonton program hiburan dalam

Prime time 18.00-23.00

5

sehari ( Newsletter Nielsen April, 2010). Ketatnya persaingan masing-masing

program televisi di jam primetime mendorong stasiun televisi untuk

menyajikan program unggulan yang digemari pemirsa.

Gambar 1.4

Penetrasi Program Hiburan di Jam Prime Time,

Maret 2007

Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, March 2007,

www.agbnielsen.net (diakses pada 4 Oktober 2012)

Pada tahun 2007 program tayangan di jam prime time di kuasai oleh

program hiburan seperti program musik yang mencapai 47% dari populasi,

menyusul setelahnya program hiburan lain seperti sinetron sebanyak 10%,

variety show 4%, reality show 8%, light entertainment 5%, comedy 5%, quiz

17%, dan game show 5%.

Seiring dengan perkembangan pola kebutuhan penonton akan tayangan

hiburan, maka terjadi beberapa perubahan akan konsumsi program siaran

hiburan itu sendiri.

6

Gambar 1.5

Share Jam Tayang Program Hiburan Stasiun TV Nasional Tahun 2010

Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, April 2010

www.agbnielsen.net (diakses 4 Oktober 2013)

Berdasarkan riset yang dikemukakan Nielsen Media Research, selama bulan

April 2010 program hiburan ditayangkan selama 877 jam. Terlepas dari lebih

menonjolnya jam tayang program hiburan lain dibandingkan dengan program

reality show dan comedy, namun bila dibandingkan dengan tahun 2007, maka

terdapat kenaikan motif menonton audiens pada kedua jenis program siaran

tersebut di tahun 2010.

Gambar 1.6

Konsumsi Program Hiburan Periode 2007 vs 2010

Sumber: Analisis Penulis Berdasarkan Newsletter Nielsen Media

Research

0

10

20

30

40

50

2007

2010

Terdapat kenaikan sebanyak 15%

pada reality show dan 4% pada

comedy

7

Dari data konsumsi program reality show dan comedy tahun 2007 hingga

2010, terlihat bahwa terdapat kenaikan sebanyak 15% pada reality show dan

4% pada program comedy di tahun 2010. Walaupun jam tayang dan kenaikan

konsumsi program reality show lebih tinggi dibandingkan dengan comedy,

namun Nielsen Media Research menyatakan, pada tahun 2010 program

comedy atau lawak menjadi program yang wajib bagi audiens untuk di tonton

“Recently, comedy show has been a new ‘must watched’ TV show”

(Sumber: Newsletter Nielsen, April 2010, www.agbnielsen.net Di akses 4

Oktober 2013). Jam tayang yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan

program hiburan lainnya memang menyebabkan sedikitnya juga jam

menonton terhadap program komedi, namun terbukti program komedi

menjadi salah satu program dengan penonton terbanyak dan memiliki arti

dimata pemirsa.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan konsumsi program

komedi yang diinginkan pemirsa, maka dengan itu semakin bertambah juga

durasi menonton penonton terhadap program komedi. Terdapat berbagai

program komedi yang disiarkan oleh stasiun televisi setiap harinya untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, beberapa diantaranya ditayangkan pada jam

prime time karena memiliki rating dan share yang tinggi.

Gambar 1.7

Program Komedi Dengan Share Diatas 10.0, Tahun 2012

Sumber: Jurnal E-Komunikasi No.1, p.4 (Anatasya, 2013) diakses 2 Oktober 2013

8

Stasiun televisi menghadirkan program komedi sebagai alternatif

hiburan bagi penonton untuk melepaskan penat. Dari beberapa program

komedi dengan share diatas 10.0 diatas, program komedi Opera Van Java,

Bukan Empat Mata, Pesbukers, dan Pas Mantab adalah program komedi yang

ditayangkan pada jam prime time. Opera Van Java yang disiarkan TRANS7

berhasil memperoleh pemirsa terbanyak dengan perolehan share sebanyak

19.5 mengalahkan program lainnya yang disiarkan di program siaran prime

time.

Gambar 1.8

Logo Opera Van Java

Sumber: Website Resmi Trans7 http:trans7.co.id (diakses 6 Oktober

2013)

Dari awal kemunculannya hingga saat ini, Opera Van Java berhasil

mempertahankan eksistensi program dengan baik dari segi setting panggung

yang menggunakan sketsa reality, ataupun dari segi inovasi dan kreatifitas isi

cerita, serta cast dan talent yang memiliki karakter dan keunikan masing-

masing. Keseluruhan kemasan tersebut berhasil menimbulkan kecintaan dan

kesetiaan masyarakat terhadap program Opera Van Java, terbukti dengan

pencapaian rating dan share yang tinggi.

Bahkan Opera Van Java berhasil menduduki posisi teratas dari program

yang paling banyak penontonnya di segmen usia diatas 5 tahun di 10 area

survei pada tahun 2010 (Sumber: Nielsen Media Research, April 2010,

www.agbnielsen.net, diakses 6 Oktober 2013). Tiga tahun berselang, di tahun

9

2013 yakni di tahun ke-6 disiarkannya program Opera Van Java, program

komedi ini masih menduduki peringkat atas untuk rating dan share program

televisi yang disiarkan di jam prime time.

Tabel 1.1

Rating dan Share Program Televisi di Jam Prime Time, Mei 2013

Program Name Rating Share

TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES 6,3 27,2

BERKAH 4,3 16,6

ON THE SPOT 4,0 15,3

OPERA VAN JAVA 3,6 15,6

RADEN KIAN SANTANG 3,3 14,4

HITAM PUTIH 3,2 13,5

Sumber: Data Internal TRANS7

Hingga tahun 2013, Opera Van Java juga masih menjadi program acara

unggulan yang disiarkan oleh stasiun televisi TRANS7. Berdasarkan data

rating dan share yang penulis dapatkan dari internal TRANS7, Opera Van

Java tercatat termasuk kedalam lima program unggulan TRANS7 yang

memiliki rating dan share tertinggi bila dibandingkan dengan program

unggulan TRANS7 lainnya, seperti Hitam Putih, Bukan Empat Mata,

Rekreasi Azis Nunung, Gila Makan, Makan Besar dan Selebritas Siang.

Seiring dengan perjalanannya, kecintaan penonton akan program ini

dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diraih oleh program Opera

Van Java.

10

Table 1.2

Penghargaan Program Komedi Opera Van Java

Tahun Penghargaan

2010 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award

2011 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award

2011 Indonesia Most Favorite Youth Brand – Majalah Marketeers

& Markplus Insigh

2012 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award

Sumber: Website Resmi Trans7 http:trans7.co.id (diakses 6 Oktober 2013)

Penghargaan yang diraih Opera Van Java diatas, menjadi cerminan

kesuksesan program Opera Van Java. Kesuksesan ini juga yang menjadi salah

satu alasan diperpanjangnya episode Opera Van Java. Bila dihitung sejak

awal kemunculannya pada 27 November 2008 hingga 12 November 2013,

Opera Van Java tercatat telah menghasilkan lebih dari 1050 episode baik

taping maupun live. Bila diawal kemunculannya Opera Van Java hanya

memiliki jam siaran selama setengah jam saja, seiring perjalanannya, hingga

saat ini Opera Van Java memiliki jam tayang selama dua jam lebih, yang

selalu ditayangkan pada jam prime time yakni dari pukul 20.00-22.00.

(Sumber: Website resimi TRANS7, www.trans7.co.id. Diakses 20 Oktober

2013)

Fenomena kesuksesan yang diraih Opera Van Java yang dapat bertahan

hingga hampir enam tahun ini memunculkan keinginan bagi penulis untuk

meneliti lebih lanjut mengenai program komedi. Hal ini menarik untuk

diteliti, karena program komedi adalah program yang dapat menjangkau

lintas usia dan segmentasi penonton yang beragam. Beragam disini termasuk

juga kedalam kebiasaan menonton penonton yang cenderung berbeda-beda.

Yang dalam hal ini penulis tertarik untuk membagi kategori penonton

kedalam penonton aktif dan penonton pasif, mengingat frekuensi, durasi dan

perhatian dari setiap penonton dalam mengkonsumsi televisi cenderung

berbeda-beda.

11

Fenomena yang terjadi saat ini juga menunjukan bahwa pemain yang

menjadi pemeran di program komedi mayoritas di perankan oleh pemain

yang sama dengan gaya humor yang hampir serupa yakni slapstick, yang

merupakan jenis komedi dengan mengedepankan gerak tubuh dengan

penggunaan lelucon secara kasar namun tidak membahayakan. (Berger, 1998:

18). Seringkali aksi slapstick seperti pemukulan, saling ejek, dan berbagai

kekerasan digunakan untuk menciptakan lawakan yang kini kian dianggap

wajar dan penonton merasa senang dan tetap menyaksikan komedi seperti itu.

Hal ini tentu menjadi sebuah ironi yang ternyata sudah menjadi suatu hal

yang wajar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hana Tripuspita dengan

judul “Kekerasan dalam Komedi Opera Van Java”, dinyatakan bahwa

slapstick membuat jenis komedi ini disukai oleh banyak kalangan untuk

mendapatkan kesenangan melalui tawa. Kekerasan tersebut kian kuat ketika

banyak bermunculan komedi-komedi jenis ini yang menjadi program

unggulan stasiun televisi. (Tripuspita: 2010, 8). Selain itu, hal tersebut juga

menunjukan bahwa Indonesia sendiri masih belum memiliki karakter gaya

komedi yang menjadi identitas dan ciri khas yang dapat menjadi cerminan

bagi masyarakat.

Maka dari itu, penulis ingin mengetahui apa motif yang mendasari

penonton dalam menonton program komedi Opera Van Java, dan kepuasan

seperti apa yang penonton dapatkan setelah menonton program tersebut, baik

pada kategori penonton aktif, maupun penonton pasif. Penulis juga ingin

mengetahui apakah terdapat perbedaan atau kesenjangan antara motif

menonton program komedi yang diinginkan pemirsa, dengan kepuasan yang

mereka dapatkan.

Berdasarkan fakta dan fenomena yang penulis uraikan di atas, penulis

tertarik untuk membuat dan mengulas penelitian dengan judul “Analisis

Motif dan Kepuasan Penonton Program Komedi Opera Van Java”,

dengan menggunakan pendekatan GS-GO atau gratification sought (motif

12

menonton yang diinginkan) dan gratification obtained (kepuasan menonton

yang diperoleh).

1.2 Rumusan dan Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah yang dirumuskan peneliti adalah “Seberapa

besar perbedaan Gratification Sought dan Gratification Obtained

pada penonton program komedi Opera Van Java?”. Rumusan masalah

tersebut berlaku pada masing-masing kategori penonton yakni

penonton aktif dan penonton pasif.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka

identifikasi masalah untuk masing-masing penonton baik aktif

maupun pasif dari penelitian ini sebagai berikut:

1. a. Seberapa besar perbedaan antara motif informasi yang dicari

dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton aktif?

b. Seberapa besar perbedaan antara motif informasi yang dicari

dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton pasif?

2. a. Seberapa besar perbedaan antara motif identitas pribadi yang

dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton

aktif?

b. Seberapa besar perbedaan antara motif identitas pribadi yang

dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton

pasif?

3. a. Seberapa besar perbedaan antara motif hubungan personal yang

dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh

penonton aktif?

b. Seberapa besar perbedaan antara motif hubungan personal yang

dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh

penonton pasif?

4. a. Seberapa besar perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan

yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton

aktif?

13

b. Seberapa besar perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan

yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton

pasif?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui motif dan kepuasan penonton terhadap tayangan program

Opera Van Java di Trans7 pada dua kategori penonton aktif dan

penonton pasif.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,

maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. a. Mengetahui perbedaan antara motif informasi yang dicari

dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif informasi yang dicari

dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton pasif.

2. a. Mengetahui perbedaan antara motif identitas pribadi yang

dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh

penonton aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif identitas pribadi yang

dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh

penonton pasif.

3. a. Mengetahui perbedaan antara motif hubungan personal yang

dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh

penonton aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif hubungan personal yang

dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh

penonton pasif.

14

4. a. Mengetahui perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan

yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton

aktif.

b. Mengetahui perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan

yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton

pasif.

Tujuan diatas berlaku untuk pada masing-masing kategori

penonton aktif dan penonton pasif.

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan akademis

Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah :

1. Dengan penelitian ini, diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu

yang penulis terima saat perkuliahan dan dapat menambah

wawasan penulis.

2. Diharapkan melalui penelitian ini penulis dapat menguraikan teori

mengenai motif dan kepuasan penonton aktif maupun penonton

pasif dalam menonton televisi khususnya program komedi.

3. Penelitian ini pun dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

penelitian selanjutnya, dan perbandingan dengan penelitian

sebelumnya.

b. Kegunaan praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini kita dapat mengetahui seperti

apa motif menonton program komedi yang diharapkan dan kepuasan yang

diperoleh pemirsa setelah menoton tayangan program Opera Van java. Hal

ini juga akan berguna bagi pihak terkait seperti tim produksi Opera van

Java untuk dapat lebih meningkatkan kualitas agar motif serta kepuasan

penonton dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan.

c. Aspek Umum

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi bagi berbagai pihak, yang memungkinkan untuk dilakukannya

penelitian lebih lanjut oleh pihak tertentu.

15

1.5 Tahapan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti membagi proses menjadi

beberapa tahap-tahap yang dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih enam

bulan terhitung sejak bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014.

Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian tersebut adalah:

a) Observasi

Dalam tahap ini peneliti mencari fenomena dan pokok permasalahan yang

akan diangkat menjadi topik dalam penelitian. Setelah topik penelitian

ditemukan lalu selanjutnya menentukan judul penelitian. Peneliti

menemukan ketertarikan pada kepuasan penonton terhadap program

komedi Opera Van Java TRANS7.

b) Merumuskan & Mengidentifikasikan Masalah

Judul penelitian yang telah ditentukan lalu diturunkan menjadi rumusan

masalah dan kemudian diturunkan kembali menjadi pertanyaan-pertanyaan

ilmiah dalam identifikasi masalah. Hal ini menjadi fokus dan batasan dari

penelitian.

c) Pengumpulan Data

Data primer penelitian didapatkan dari survei yaitu dengan menyebarkan

400 kuisioner kepada 400 responden yaitu siapapun responden yang sesuai

dengan kriteria dan pernah menonton tayangan program Opera Van Java.

Media survei dilakukan melalui media sosial twitter dan secara manual

disebar oleh penulis. Selain itu data sekunder juga didapatkan dari

penelitian terdahulu dan data-data dari perusahaan yang dapat membantu

kelengkapan penelitian ini.

d) Menganalisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara dihitung

menggunakan rumus-rumus statistik yang harus berkaitan dengan topik

penelitian.

e) Menyajikan & Membahas Data

16

Dari hasil data yang telah dihitung secara sistematis kemudian disajikan

dan dibahas secara detail ditambah dengan pengaplikasian teori-teori yang

dapat memperkuat pembahasan masalah dalam penelitian.

f) Kesimpulan dan Saran

Menyimpulkan seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir lalu

memberikan saran berupa alternatif-alternatif yang ditawarkan

menyangkut masalah yang diangkat dalam penelitian, dengan harapan

dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga pembaca.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, namun respondennya bisa dari

mana saja karena survei kuesioner dilakukan melalui media sosial Twitter dan

penyebaran manual oleh penulis, sehingga siapapun yang termasuk kedalam

kriteria responden dan pernah menonton program Opera Van Java bisa mengisi.

Untuk periode waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada bulan

September 2013– Februari 2014.

Tabel 1.2

Waktu Kegiatan Penelitian

No Tahapan Penelitian

Bulan

9

/13

10

/13

11

/13

12

/13

1

/14

2

/14

1 Penetapan permasalahan dan judul penelitian

2 Penyelesaian Bab I,II,III hingga Seminar Proposal

3 Penyebaran Kuesioner dan Analisis Data

4 Penyusunan hasil penelitian berupa kesimpulan dan

saran