bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · pada tahun 2007 program tayangan di jam prime time di...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan semakin hari
semakin meningkat. Hal ini mendorong masyarakat untuk berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut melalui pemanfaatan media massa seperti
koran, radio, televisi, dan internet. Dalam pemberitaan yang dimuat oleh
media online tempo.com tahun 2013, Nielsen Media Research menyatakan
bahwa karakter televisi sebagai media audio visual yang enak untuk ditonton,
membuat televisi menjadi pilihan utama sebagai pemenuh kebutuhan
informasi dan hiburan tersebut (Sumber Nielsen Media Research via
http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013)
Menurut Morrisan (2009: 10) televisi memiliki daya jangkau yang besar
dalam upaya penyampaian informasi dan hiburan. Dampak yang dihasilkan
dari penyebaran informasi dan hiburan melalui televisi juga sangat luas, hal
tersebut yang menjadikan televisi sebagai industri padat modal, padat
teknologi, dan padat sumber daya manusia. Di Indonesia sendiri televisi
menduduki peringkat teratas sebagai media massa yang paling banyak di
konsumsi oleh masyarakat. Menurut riset yang diumumkan pada tanggal 6
Maret 2012 dalam acara Media and Advertising Spend 2012 oleh Nielsen
Media Research, tercatat pada tahun 2012 televisi berhasil menduduki
peringkat teratas untuk media massa dengan konsumen terbanyak
dibandingkan dengan media massa lainnya. (Sumber Nielsen Media Research
via http://www.tempo.com diaksses pada 2 Agustus 2013)
2
Gambar 1.1
Data Konsumsi Media Massa di Indonesia Tahun 2012
Sumber: Nielsen Media Research melalui http://www.tempo.com
(diakses 2 Agustus 2013)
Menurut Nielsen, walaupun terdapat penurunan terhadap konsumsi
televisi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun tercatat
pengguna televisi di Indonesia menempati peringkat teratas bila dibandingkan
media massa lainnya. Sebanyak 94% dari populasi terpapar televisi dan jauh
mengungguli pengguna internet sebanyak 30%, radio 25%, newspaper 13%,
tabloid 8%, dan magazine 7%. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat
menjadikan televisi sebagai pilihan utama untuk pemenuh kebutuhan
informasi dan hiburan mereka.
Di Indonesia sendiri terdapat sejumlah stasiun televisi swasta nasional
selain TVRI sebagai stasiun televisi milik pemerintah. Stasiun televisi swasta
tersebut diantaranya SCTV, RCTI, TRANS TV, TRANS7, MNC TV, Global
TV, Indosiar, ANTV, TV ONE, Metro TV, NET TV, dan B-Channel.
3
Gambar 1.2
Pembagian Stasiun Televisi Indonesia Berdasarkan Segmentasi
Penonton
Sumber: Data Internal NET TV (Menurut Nielsen Media Research)
Setiap stasiun televisi memiliki segmentasi dan target penonton yang
berbeda-beda, yang dibagi berdasarkan kategori Social Economic Status atau
SES. Menurut Lloyd Warner (Morrisan, 2009 : 174-275) kelas sosial tersebut
terbagi menjadi 6 yaitu kelas atas-atas (A+), kelas atas bagian bawah (A),
kelas menengah atas (B+), kelas menengah bawah (B), kelas bawah bagian
atas (C+), dan kelas bawah bagian bawah (C). Keenam kelas tersebut
memiliki minat dan karakter tersendiri dalam mengkonsumsi program yang
disiarkan televisi. Seperti diketahui program siaran televisi secara umum
terbagi atas dua bagian besar yakni berupa informasi (straight news, features,
infoteinment, current affair, magazines, talks how, documentary) dan
hiburan (sinetron, film, cartoon, quiz, ketangkasan, reality show, sulap,
komedi, dan tarian) (Morrisan, 2009 : 215).
Masing-masing dari penonton di Indonesia memilih jenis program
tayangan televisi tersebut sesuai dengan kelas sosial dan kebutuhan mereka.
Tidak hanya motif atau kebutuhan terhadap tontonan program siaran yang
berbeda, tetapi setiap khalayak juga memiliki kebiasaan waktu yang berbeda
ketika menonton televisi, baik dari segi frekuensi maupun durasi. Peter K
menyatakan bahwa terdapat pembagian waktu menonton khalayak, yakni
pada pagi hari (06.00-09.00), jelang siang (09.00-12.00), siang hari (12.00-
4
16.00), sore hari atau early fringe (16.00-18.00), jelang malam atau prime
time access (18.00-19.00), malam hari atau prime time (20.00-23.00), tengah
malam atau late night (23.00-02.00), dan pada dini hari atau over night
(02.00-06.00) (Peter.K dkk, 1991: 133-139).
Gambar 1.3
Jumlah Penonton Terbanyak Berada Pada Waktu Prime Time
Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, Oktober 2010.
www.agbnielsen.net (diakses pada 4 Oktober 2012)
Riset yang dilakukan pada gambar diatas adalah pola menonton pemirsa
pada stasiun televisi di seluruh waktu siaran selama empat tahun, dari 2006
hingga 2009. Jam tayang yang memiliki penonton terbanyak adalah waktu
prime time access dan prime time. Pada jam tersebut sebagian besar bahkan
seluruh segmen audiens mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia,
baik laki-laki dan perempuan, tersedia sebagai penonton televisi. Maka dari
itu masing-masing stasiun televisi cenderung menempatkan program
unggulan di jam tersebut.
Berdasarkan fenomena yang terjadi selama 6 hingga 7 tahun terakhir,
program siaran yang menguasai jam prime time adalah program hiburan.
Seperti yang dilansir pada Newsletter dari lembaga riset Nielsen, bahwa
audiens menghabiskan waktu 19 jam untuk menonton program hiburan dalam
Prime time 18.00-23.00
5
sehari ( Newsletter Nielsen April, 2010). Ketatnya persaingan masing-masing
program televisi di jam primetime mendorong stasiun televisi untuk
menyajikan program unggulan yang digemari pemirsa.
Gambar 1.4
Penetrasi Program Hiburan di Jam Prime Time,
Maret 2007
Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, March 2007,
www.agbnielsen.net (diakses pada 4 Oktober 2012)
Pada tahun 2007 program tayangan di jam prime time di kuasai oleh
program hiburan seperti program musik yang mencapai 47% dari populasi,
menyusul setelahnya program hiburan lain seperti sinetron sebanyak 10%,
variety show 4%, reality show 8%, light entertainment 5%, comedy 5%, quiz
17%, dan game show 5%.
Seiring dengan perkembangan pola kebutuhan penonton akan tayangan
hiburan, maka terjadi beberapa perubahan akan konsumsi program siaran
hiburan itu sendiri.
6
Gambar 1.5
Share Jam Tayang Program Hiburan Stasiun TV Nasional Tahun 2010
Sumber: Newsletter Nielsen Media Research, April 2010
www.agbnielsen.net (diakses 4 Oktober 2013)
Berdasarkan riset yang dikemukakan Nielsen Media Research, selama bulan
April 2010 program hiburan ditayangkan selama 877 jam. Terlepas dari lebih
menonjolnya jam tayang program hiburan lain dibandingkan dengan program
reality show dan comedy, namun bila dibandingkan dengan tahun 2007, maka
terdapat kenaikan motif menonton audiens pada kedua jenis program siaran
tersebut di tahun 2010.
Gambar 1.6
Konsumsi Program Hiburan Periode 2007 vs 2010
Sumber: Analisis Penulis Berdasarkan Newsletter Nielsen Media
Research
0
10
20
30
40
50
2007
2010
Terdapat kenaikan sebanyak 15%
pada reality show dan 4% pada
comedy
7
Dari data konsumsi program reality show dan comedy tahun 2007 hingga
2010, terlihat bahwa terdapat kenaikan sebanyak 15% pada reality show dan
4% pada program comedy di tahun 2010. Walaupun jam tayang dan kenaikan
konsumsi program reality show lebih tinggi dibandingkan dengan comedy,
namun Nielsen Media Research menyatakan, pada tahun 2010 program
comedy atau lawak menjadi program yang wajib bagi audiens untuk di tonton
“Recently, comedy show has been a new ‘must watched’ TV show”
(Sumber: Newsletter Nielsen, April 2010, www.agbnielsen.net Di akses 4
Oktober 2013). Jam tayang yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
program hiburan lainnya memang menyebabkan sedikitnya juga jam
menonton terhadap program komedi, namun terbukti program komedi
menjadi salah satu program dengan penonton terbanyak dan memiliki arti
dimata pemirsa.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan konsumsi program
komedi yang diinginkan pemirsa, maka dengan itu semakin bertambah juga
durasi menonton penonton terhadap program komedi. Terdapat berbagai
program komedi yang disiarkan oleh stasiun televisi setiap harinya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, beberapa diantaranya ditayangkan pada jam
prime time karena memiliki rating dan share yang tinggi.
Gambar 1.7
Program Komedi Dengan Share Diatas 10.0, Tahun 2012
Sumber: Jurnal E-Komunikasi No.1, p.4 (Anatasya, 2013) diakses 2 Oktober 2013
8
Stasiun televisi menghadirkan program komedi sebagai alternatif
hiburan bagi penonton untuk melepaskan penat. Dari beberapa program
komedi dengan share diatas 10.0 diatas, program komedi Opera Van Java,
Bukan Empat Mata, Pesbukers, dan Pas Mantab adalah program komedi yang
ditayangkan pada jam prime time. Opera Van Java yang disiarkan TRANS7
berhasil memperoleh pemirsa terbanyak dengan perolehan share sebanyak
19.5 mengalahkan program lainnya yang disiarkan di program siaran prime
time.
Gambar 1.8
Logo Opera Van Java
Sumber: Website Resmi Trans7 http:trans7.co.id (diakses 6 Oktober
2013)
Dari awal kemunculannya hingga saat ini, Opera Van Java berhasil
mempertahankan eksistensi program dengan baik dari segi setting panggung
yang menggunakan sketsa reality, ataupun dari segi inovasi dan kreatifitas isi
cerita, serta cast dan talent yang memiliki karakter dan keunikan masing-
masing. Keseluruhan kemasan tersebut berhasil menimbulkan kecintaan dan
kesetiaan masyarakat terhadap program Opera Van Java, terbukti dengan
pencapaian rating dan share yang tinggi.
Bahkan Opera Van Java berhasil menduduki posisi teratas dari program
yang paling banyak penontonnya di segmen usia diatas 5 tahun di 10 area
survei pada tahun 2010 (Sumber: Nielsen Media Research, April 2010,
www.agbnielsen.net, diakses 6 Oktober 2013). Tiga tahun berselang, di tahun
9
2013 yakni di tahun ke-6 disiarkannya program Opera Van Java, program
komedi ini masih menduduki peringkat atas untuk rating dan share program
televisi yang disiarkan di jam prime time.
Tabel 1.1
Rating dan Share Program Televisi di Jam Prime Time, Mei 2013
Program Name Rating Share
TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES 6,3 27,2
BERKAH 4,3 16,6
ON THE SPOT 4,0 15,3
OPERA VAN JAVA 3,6 15,6
RADEN KIAN SANTANG 3,3 14,4
HITAM PUTIH 3,2 13,5
Sumber: Data Internal TRANS7
Hingga tahun 2013, Opera Van Java juga masih menjadi program acara
unggulan yang disiarkan oleh stasiun televisi TRANS7. Berdasarkan data
rating dan share yang penulis dapatkan dari internal TRANS7, Opera Van
Java tercatat termasuk kedalam lima program unggulan TRANS7 yang
memiliki rating dan share tertinggi bila dibandingkan dengan program
unggulan TRANS7 lainnya, seperti Hitam Putih, Bukan Empat Mata,
Rekreasi Azis Nunung, Gila Makan, Makan Besar dan Selebritas Siang.
Seiring dengan perjalanannya, kecintaan penonton akan program ini
dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diraih oleh program Opera
Van Java.
10
Table 1.2
Penghargaan Program Komedi Opera Van Java
Tahun Penghargaan
2010 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award
2011 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award
2011 Indonesia Most Favorite Youth Brand – Majalah Marketeers
& Markplus Insigh
2012 Program Komedi/lawak Terfavorit – Panasonic Gobel Award
Sumber: Website Resmi Trans7 http:trans7.co.id (diakses 6 Oktober 2013)
Penghargaan yang diraih Opera Van Java diatas, menjadi cerminan
kesuksesan program Opera Van Java. Kesuksesan ini juga yang menjadi salah
satu alasan diperpanjangnya episode Opera Van Java. Bila dihitung sejak
awal kemunculannya pada 27 November 2008 hingga 12 November 2013,
Opera Van Java tercatat telah menghasilkan lebih dari 1050 episode baik
taping maupun live. Bila diawal kemunculannya Opera Van Java hanya
memiliki jam siaran selama setengah jam saja, seiring perjalanannya, hingga
saat ini Opera Van Java memiliki jam tayang selama dua jam lebih, yang
selalu ditayangkan pada jam prime time yakni dari pukul 20.00-22.00.
(Sumber: Website resimi TRANS7, www.trans7.co.id. Diakses 20 Oktober
2013)
Fenomena kesuksesan yang diraih Opera Van Java yang dapat bertahan
hingga hampir enam tahun ini memunculkan keinginan bagi penulis untuk
meneliti lebih lanjut mengenai program komedi. Hal ini menarik untuk
diteliti, karena program komedi adalah program yang dapat menjangkau
lintas usia dan segmentasi penonton yang beragam. Beragam disini termasuk
juga kedalam kebiasaan menonton penonton yang cenderung berbeda-beda.
Yang dalam hal ini penulis tertarik untuk membagi kategori penonton
kedalam penonton aktif dan penonton pasif, mengingat frekuensi, durasi dan
perhatian dari setiap penonton dalam mengkonsumsi televisi cenderung
berbeda-beda.
11
Fenomena yang terjadi saat ini juga menunjukan bahwa pemain yang
menjadi pemeran di program komedi mayoritas di perankan oleh pemain
yang sama dengan gaya humor yang hampir serupa yakni slapstick, yang
merupakan jenis komedi dengan mengedepankan gerak tubuh dengan
penggunaan lelucon secara kasar namun tidak membahayakan. (Berger, 1998:
18). Seringkali aksi slapstick seperti pemukulan, saling ejek, dan berbagai
kekerasan digunakan untuk menciptakan lawakan yang kini kian dianggap
wajar dan penonton merasa senang dan tetap menyaksikan komedi seperti itu.
Hal ini tentu menjadi sebuah ironi yang ternyata sudah menjadi suatu hal
yang wajar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hana Tripuspita dengan
judul “Kekerasan dalam Komedi Opera Van Java”, dinyatakan bahwa
slapstick membuat jenis komedi ini disukai oleh banyak kalangan untuk
mendapatkan kesenangan melalui tawa. Kekerasan tersebut kian kuat ketika
banyak bermunculan komedi-komedi jenis ini yang menjadi program
unggulan stasiun televisi. (Tripuspita: 2010, 8). Selain itu, hal tersebut juga
menunjukan bahwa Indonesia sendiri masih belum memiliki karakter gaya
komedi yang menjadi identitas dan ciri khas yang dapat menjadi cerminan
bagi masyarakat.
Maka dari itu, penulis ingin mengetahui apa motif yang mendasari
penonton dalam menonton program komedi Opera Van Java, dan kepuasan
seperti apa yang penonton dapatkan setelah menonton program tersebut, baik
pada kategori penonton aktif, maupun penonton pasif. Penulis juga ingin
mengetahui apakah terdapat perbedaan atau kesenjangan antara motif
menonton program komedi yang diinginkan pemirsa, dengan kepuasan yang
mereka dapatkan.
Berdasarkan fakta dan fenomena yang penulis uraikan di atas, penulis
tertarik untuk membuat dan mengulas penelitian dengan judul “Analisis
Motif dan Kepuasan Penonton Program Komedi Opera Van Java”,
dengan menggunakan pendekatan GS-GO atau gratification sought (motif
12
menonton yang diinginkan) dan gratification obtained (kepuasan menonton
yang diperoleh).
1.2 Rumusan dan Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah yang dirumuskan peneliti adalah “Seberapa
besar perbedaan Gratification Sought dan Gratification Obtained
pada penonton program komedi Opera Van Java?”. Rumusan masalah
tersebut berlaku pada masing-masing kategori penonton yakni
penonton aktif dan penonton pasif.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka
identifikasi masalah untuk masing-masing penonton baik aktif
maupun pasif dari penelitian ini sebagai berikut:
1. a. Seberapa besar perbedaan antara motif informasi yang dicari
dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton aktif?
b. Seberapa besar perbedaan antara motif informasi yang dicari
dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton pasif?
2. a. Seberapa besar perbedaan antara motif identitas pribadi yang
dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton
aktif?
b. Seberapa besar perbedaan antara motif identitas pribadi yang
dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh penonton
pasif?
3. a. Seberapa besar perbedaan antara motif hubungan personal yang
dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh
penonton aktif?
b. Seberapa besar perbedaan antara motif hubungan personal yang
dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh
penonton pasif?
4. a. Seberapa besar perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan
yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton
aktif?
13
b. Seberapa besar perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan
yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton
pasif?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui motif dan kepuasan penonton terhadap tayangan program
Opera Van Java di Trans7 pada dua kategori penonton aktif dan
penonton pasif.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. a. Mengetahui perbedaan antara motif informasi yang dicari
dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton aktif.
b. Mengetahui perbedaan antara motif informasi yang dicari
dengan kepuasan informasi yang diperoleh penonton pasif.
2. a. Mengetahui perbedaan antara motif identitas pribadi yang
dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh
penonton aktif.
b. Mengetahui perbedaan antara motif identitas pribadi yang
dicari dengan kepuasan identitas pribadi yang diperoleh
penonton pasif.
3. a. Mengetahui perbedaan antara motif hubungan personal yang
dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh
penonton aktif.
b. Mengetahui perbedaan antara motif hubungan personal yang
dicari dengan kepuasan hubungan personal yang diperoleh
penonton pasif.
14
4. a. Mengetahui perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan
yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton
aktif.
b. Mengetahui perbedaan antara motif pengalihan dan hiburan
yang dicari dengan kepuasan hiburan yang diperoleh penonton
pasif.
Tujuan diatas berlaku untuk pada masing-masing kategori
penonton aktif dan penonton pasif.
1.4 Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan akademis
Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah :
1. Dengan penelitian ini, diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu
yang penulis terima saat perkuliahan dan dapat menambah
wawasan penulis.
2. Diharapkan melalui penelitian ini penulis dapat menguraikan teori
mengenai motif dan kepuasan penonton aktif maupun penonton
pasif dalam menonton televisi khususnya program komedi.
3. Penelitian ini pun dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
penelitian selanjutnya, dan perbandingan dengan penelitian
sebelumnya.
b. Kegunaan praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini kita dapat mengetahui seperti
apa motif menonton program komedi yang diharapkan dan kepuasan yang
diperoleh pemirsa setelah menoton tayangan program Opera Van java. Hal
ini juga akan berguna bagi pihak terkait seperti tim produksi Opera van
Java untuk dapat lebih meningkatkan kualitas agar motif serta kepuasan
penonton dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan.
c. Aspek Umum
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi berbagai pihak, yang memungkinkan untuk dilakukannya
penelitian lebih lanjut oleh pihak tertentu.
15
1.5 Tahapan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti membagi proses menjadi
beberapa tahap-tahap yang dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih enam
bulan terhitung sejak bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014.
Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian tersebut adalah:
a) Observasi
Dalam tahap ini peneliti mencari fenomena dan pokok permasalahan yang
akan diangkat menjadi topik dalam penelitian. Setelah topik penelitian
ditemukan lalu selanjutnya menentukan judul penelitian. Peneliti
menemukan ketertarikan pada kepuasan penonton terhadap program
komedi Opera Van Java TRANS7.
b) Merumuskan & Mengidentifikasikan Masalah
Judul penelitian yang telah ditentukan lalu diturunkan menjadi rumusan
masalah dan kemudian diturunkan kembali menjadi pertanyaan-pertanyaan
ilmiah dalam identifikasi masalah. Hal ini menjadi fokus dan batasan dari
penelitian.
c) Pengumpulan Data
Data primer penelitian didapatkan dari survei yaitu dengan menyebarkan
400 kuisioner kepada 400 responden yaitu siapapun responden yang sesuai
dengan kriteria dan pernah menonton tayangan program Opera Van Java.
Media survei dilakukan melalui media sosial twitter dan secara manual
disebar oleh penulis. Selain itu data sekunder juga didapatkan dari
penelitian terdahulu dan data-data dari perusahaan yang dapat membantu
kelengkapan penelitian ini.
d) Menganalisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara dihitung
menggunakan rumus-rumus statistik yang harus berkaitan dengan topik
penelitian.
e) Menyajikan & Membahas Data
16
Dari hasil data yang telah dihitung secara sistematis kemudian disajikan
dan dibahas secara detail ditambah dengan pengaplikasian teori-teori yang
dapat memperkuat pembahasan masalah dalam penelitian.
f) Kesimpulan dan Saran
Menyimpulkan seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir lalu
memberikan saran berupa alternatif-alternatif yang ditawarkan
menyangkut masalah yang diangkat dalam penelitian, dengan harapan
dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga pembaca.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, namun respondennya bisa dari
mana saja karena survei kuesioner dilakukan melalui media sosial Twitter dan
penyebaran manual oleh penulis, sehingga siapapun yang termasuk kedalam
kriteria responden dan pernah menonton program Opera Van Java bisa mengisi.
Untuk periode waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu pada bulan
September 2013– Februari 2014.
Tabel 1.2
Waktu Kegiatan Penelitian
No Tahapan Penelitian
Bulan
9
/13
10
/13
11
/13
12
/13
1
/14
2
/14
1 Penetapan permasalahan dan judul penelitian
2 Penyelesaian Bab I,II,III hingga Seminar Proposal
3 Penyebaran Kuesioner dan Analisis Data
4 Penyusunan hasil penelitian berupa kesimpulan dan
saran