pemahaman hadis larangan mengucapkan dan...

120
i PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN MENJAWAB SALAM TERHADAP NON MUSLIM STUDI METODE YȖSUF AL-QARDHÂWÎ Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh Acep Komarudin NIM: 1111034000088 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M

Upload: others

Post on 05-Nov-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

i

PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN

MENJAWAB SALAM TERHADAP NON MUSLIM STUDI

METODE YȖSUF AL-QARDHÂWÎ

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

Acep Komarudin

NIM: 1111034000088

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 2: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

ii

Page 3: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

iii

Page 4: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

iv

Page 5: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

ii

ABSTRAK

Acep Komarudin

Pemahaman Hadis Larangan Mengucapkan dan Menjawab Salam Terhadap

non Muslim Studi Metode Yȗsuf al-Qardhâwî.

Pergolakan di dunia Muslim telah mendorong meluasnya pengujian

kembali sumber-sumber klasik hukum Islam karena orang Muslim telah berjuang

untuk memelihara, menyesuaikan, atau mendefinisikan kembali norma-norma

sosial dan hukum dalam menghadapi kondisi sekarang ini. Isu sentral dalam

perjuangan yang terus berlangsung ini adalah masalah hakikat, status, dan

autoritas sunnah (contoh-contoh normatif Nabi Muhammad Saw.) karena,

imitation Muhammadi menjadi standar etika tingkah laku di kalangan orang-orang

Muslim. Akan tetapi pesan-pesan hadis Nabi tersebut bisa saja keluar dari

koridornya karena keliru dalam memahami teks-teks hadis tersebut.

Perlu diperhatikan dalam memahami teks keagamaan seperti hadis untuk

meminimalisir kekeliruan dan kesalahan dalam menangkap makna yang

terkandung di dalamnya. Kekeliruan dan kesalahan dalam memahami teks dapat

menyebabkan orang bersifat eksklusif dan berpotensi menimbulkan konflik, yang

pada akhirnya akan mengganggu stabilitas kerukunan umat beragama.

Larangan Nabi mengucapkan dan menjawab salam terhadap non Muslim

dipahami dengan memperhatikan konteks historis, hubungan dan tujuannya,

dimana orang-orang Yahudi mengucapkan al-sâm ‘alaikum bukan al-salâmu

‘alaikum, yang berarti kutukan atau kematian untuk kalian. Sehingga ketika itu,

kalaupun harus dijawab, dijawab dengan ‘alaikum (tanpa wa) yakni “terhadap

kalian kutukan itu” bukan terhadap kami, atau wa’alaikum (dengan wa) yakni

“terhadap kami kematian pasti datang dan terhadap kalianpun demikian”. ‘Alaika

salâm atau salam yang tidak disertai dengan wa (dan) menurut Nabi Saw., adalah

salam untuk orang-orang mati” (HR. Abu Daud dan at-Tirmizi).

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka dengan

menggunakan metode Yȗsuf al-Qardhâwî yaitu: Pertama, Fahm al-Sunnah fî

Dau’i al-Qur’ân al-Karîm. Kedua, Al-Jam’u au al-Tarjîh baina Mukhtalif al-

Hadîts. Ketiga, Fahm al-Hadîts fî Dau’i Asbâbihâ wa Malâbisâtihâ wa

Maqâsidihâ. Dengan ketiga metode ini penulis menemukan pemahaman yang

mendalam terkait pesan dan tujuan hadis tersebut.

Page 6: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

iii

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Terima kasih yang tak terhingga serta rasa syukur saya ucapkan kepada

Allah Swt. Sang Maha Hati, Sang Maha Segalanya, Maha Pengasih dan

Penyayang yang telah memberikan cinta dan kasih-Nya, nikmat yang tidak pernah

berujung, dan juga terima kasih atas berjuta kesempatan untuk selalu bisa

menengok ke atas melihat ke langit demi mensyukuri segala nikmat dan cobaan

yang penuh dengan pelajaran, terima kasih atas segala pejaman dan ketertundukan

dalam do’a yang telah membuat saya bangga bahagia hadir sebagai makhluk-Nya,

dan juga memberikan kesempatan kepada saya sehingga terselesaikannya skripsi

ini yang berjudul “Pemahaman Hadis Larangan Mengucapkan dan Menjawab

Salam Terhadap non Muslim Studi Metode Yȗsuf Al-Qardhâwî” yang

dipergunakan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar S.Th.I.

Terimakasih sembah sujud kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Atas segala

perjuangan dan amanah yang tak pernah padam sampai akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan

terwujud secara baik (walau masih banyak kekurangan) tanpa adanya bantuan,

bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Maka perlu kiranya penulis

menyampaikan rasa terima kasih secara khusus. Semoga segala kebaikan yang

telah diberikan menjadi amal tersendiri untuk mengumpulkan kita bersama

seluruh umat Muhammad di sisi Allah Swt nanti. Oleh karenanya, tanpa

mengurangi rasa hormat serta sembahan terimakasih kepada orang-orang yang

Page 7: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

iv

tidak penulis sebutkan namanya, penulis perlu menyampaikan terima kasih secara

khusus kepada:

1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.

Dede Rosyada, MA (Rektor), Prof. Dr. Masri Mansoer, MA (Dekan

Fakultas Ushuluddin), Dr. Lilik Ummi Kaltsum (Ketua Jurusan Tafsir

Hadits), Dra. Banun Binaningrum, M.Pd (Sekjur Tafsir Hadits).

2. DR. M. Isa H.A. Salam, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah

banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasinya dalam

prosesi penulisan skripsi ini.

3. Segenap dosen fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan

Tafsir Hadits yang telah banyak berbagi ilmunya kepada saya,

sehingga saya mendapatkan setetes air dari samudera ilmu

pengetahuan.

4. Ayah Ibu tercinta atas kasihmu, sayangmu, bimbinganmu, serta

ketulusan segala upaya yang engkau berikan kepada saya. Kau tak

pernah berhenti memberikan semua itu, kau pelita dalam setiap

langkah saya, tanpa engkau aku tiada disini. Sembah hatur saya

peruntukkan ucapan rasa syukur dan terima kasih kepadamu (Ayah

Ibu) atas butiran kata dalam do’a do’amu sehingga penulis rasakan

getaran do’anya dalam semangat. (Allâhumma irhamhumâ kamâ

rabbayânî saghîrâ, wa-tawwil ‘umȗrahumâ fi tâ’atik).

5. Adik-adik tercinta yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan

dalam morilnya, semoga kalian kelak menjadi manusia-manusia yang

bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

Page 8: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

v

ke jenjang perkuliahan, dunia dimana bisa menentukan pilihan

kebebasan. Khususnya teruntuk almarhum adik Ikbal Maulana yang

telah mendahului kami pergi ke alam keabadian dalam usia 20 tahun,

Allâhummaghfirlahu warhamhu wa’âfihi wa’fu ‘anhu.

6. Keluarga saya Abah Nenek yang selalu memberikan do’anya, bibi-bibi

dan mamang atas bantuannya baik dalam usaha orang tua maupun

dalam apapun itu. Dan semua kerabat dekat maupun jauh semoga

kalian diberikan kemudahan dalam segalanya.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 Tafsir Hadits khususnya

kelas THc yang masih ada keberadaannya, keluarga besar IPPMK

JADETABEK para senior dan teman sadulur saperjuangan, keluarga

besar HMKI yang ada di kuningan, keluarga besar karang taruna

babakan lor, dan para aktivis kampus yang telah mewarnai aktifitas

saya dalam hari-harinya di kampus hijau biru dan BEMJ, serta

keluarga besar asrama dershane khususnya cempaka satu yang akhir-

akhir ini penulis gunakan sebagai tempat strategis dalam menyusun

skripsi.

8. Teman-teman penulis dimana pun berada, atas semua kebersamaan

serta kebaikan, tidak ada sesuatu yang dapat penulis sampaikan,

kecuali ucapan terima kasih yang tak terhingga, serta do’a semoga

amal kebaikan kita semua dibalas dan diterima oleh Allah Swt,. Ȃmîn

Ciputat, 22 Oktober 2015

Acep Komarudin

Page 9: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN.....................................................................iii

ABSTRAK.............................................................................................................iii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................ix

PEDOMAN TRANSLITERASI...........................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ........................................... 7

C. Metode Penelitian ........................................................................................ 9

1. Jenis dan sifat penelitian ....................................................................... 10

2. Metode pengunpulan data .................................................................... 10

3. Analisis data ........................................................................................... 11

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 13

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 15

F. Tehnik Penulisan ........................................................................................ 16

G. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 16

BAB II YȖSUF AL-QARDHÂWÎ DAN METODE PEMAHAMAN

A. Biografi Intelektual Yȗsuf Al-Qardhâwî ................................................ 19

1. Sumbangan Pemikiran Yȗsuf Al-Qardhâwî ...................................... 21

2. Karya Tulis Yȗsuf al-Qardhawî .......................................................... 22

3. Pemikirannya Tentang Hadis Nabi Saw ............................................. 28

B. Metode Yȗsuf al-Qardhâwî dalam Memahami Hadis .......................... 30

1. فهم السنة فى ضوء القرأن الكريم (Memahami as-Sunnah dengan

berpedoman pada al-Qur’ân al-Karîm) .................................................. 31

2. جمع األحاديث الواردة فى الموضوع الواحد (Mengumpulkan Hadis-Hadis

dalam Satu Objek) ..................................................................................... 35

3. الجمع أو الترجيح بين مختلف الحديث (Memadukan Atau Mentarjih Antara

Hadis-Hadis yang Kontradiktif) ............................................................... 37

4. و مقاصدهافهم األحاديث فى ضوء أسبابها ومالبساتها (Memahami Hadis

dengan Memperhatikan Konteks Historis, Hubungan dan Tujuannya) ...................................................................................................................... 40

Page 10: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

vii

5. التمييز بين الوسيلة المتغيرة و الهدف الثابت للحديث (Membedakan Antara

Sarana yang Berubah-Ubah dan Tujuan Permanen Hadis) .................. 42

6. التفريق بين الحقيقة و المجاز فى فهم الحديث (Membedakan Antara Hakekat

dan Majas dalam Memahami Hadis) ....................................................... 43

7. التفريق بين الغيب و الشهادة (Membedakan Antara yang Gaib dengan

yang Nyata) ................................................................................................. 44

8. التأكد من مدلوالت ألفاظ الحديث (Mengkonfirmasi Pengertian Kata-Kata

Hadis) .......................................................................................................... 45

BAB III HADIS-HADIS TENTANG MENGUCAPKAN DAN MENJAWAB

SALAM TERHADAP NON-MUSLIM

A. Teks Hadis Tentang Mengucapkan dan Menjawab Salam Terhadap

non-Muslim ................................................................................................ 47

1. Takhrij Hadis.......................................................................................... 48

2. Penjalasan (Syarah) Hadis Larangan Mengucapkan dan Menjawab

Salam Terhadap non-Muslim ................................................................... 52

B. Pemahaman Para Ulama Terhadap Hadis Larangan Mengucapkan dan

Menjawab Salam Terhadap non-Muslim................................................ 56

C. Interaksi Nabi Dengan non-Muslim Dalam Kerukunan ....................... 63

BAB IV KAJIAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN

MENJAWAB SALAM TERHADAP NON MUSLIM

A. Memahami al-Sunnah Dengan Berpedoman Pada al-Qur’ân al-Karîm

(dalam hadis larangan mengucapkan salam terhadap non-muslim) ... 69

B. Memadukan atau Mentarjih Antara Hadis-Hadis yang Kontradiktif

(dalam hadis larangan mengucapkan salam terhadap non-muslim) ... 78

C. Memahami Hadis Dengan Memperhatikan Konteks Historis,

Hubungan dan Tujuannya. (dalam hadis larangan mengucapkan salam

terhadap non-muslim) ............................................................................... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 86

B. Saran ............................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 89

LAMPIRAN ......................................................................................................... 94

Page 11: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI1

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B be ب

T te ت

Ts te dan es ث

J Je ج

H h dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D da د

Dz De dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis bawah ص

D de dengan garis bawah ض

T te dengan garis bawah ط

Z zet dengan garis bawah ظ

,koma terbalik keatas ، ع

menghadap ke kanan

Gh ge dan ha غ

1 Pedoman ini disesuaikan dengan pedoman akademik Program Strata 1, fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012/2013, h. 381 - 383

Page 12: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

ix

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ’ ء

Y Ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih

aksaranya adalah sebai beeriku:

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah

i kasrah

u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin

Keterangan

_ي __

ai a dan i

___و

au a dan u

Page 13: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

x

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas أ

î i dengan topi di atas ئي

و- ȗ u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh huruf

syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan

ad-dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kaata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, ة الضرر tidak ditulis

“ad-darûrah”, melainkan “al-darûrah”, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

Page 14: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

xi

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf

/t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih aksara

tarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Huruf Kapital

Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

yang menuliskan kalimat, huruf awal nama tempat nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, maka yang

ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-

Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juuga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

Page 15: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

xii

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya, ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nȗr al-Dîn al-Rânîrî.

Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-

kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di

atas:

Kata Arab Alih Aksara

ذ األستا هب ذ dzahaba al-ustâdzu

tsabata al-ajru ثبت األجر

ركة العصرية al-harakah al-‘asriyyah الح

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أن ال إله إالهللا

الح والناملك الص Maulânâ Malik al-Sâlih م

ثرك م هللا yu’atsirukum Allâh ي ؤ

ظاهر الع قلية al-mazâhir al-‘aqliyyah الم

ات حظ ر ة ت بيح الم al-darȗrat tubîhu al-mahzȗrât الضرور

Page 16: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia,

karena itu kerukunan dan toleransi antara umat beragama bukan sekedar hidup

berdampingan yang pasif saja, akan tetapi lebih dari itu; untuk berbuat baik dan

berlaku adil antara satu sama lain. Bagi umat Islam dan agama lainnya seyogianya

perbedaan agama jangan sampai menghalangi untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap manusia tanpa diskriminasi agama dan kepercayaan.1

Selama berabad-abad sejarah interaksi antar umat beragama lebih banyak

diwarnai oleh kecurigaan dan permusuhan dengan dalih “demi mencapai rida

Tuhan dan demi menyebarkan kabar gembira yang bersumber dari Yang

Mahakuasa.”2

Dalam Islam al-Qur‟an adalah ruh eksistensi, fondasi bangunannya, dan ia

merupakan konstitusi asli yang menjadi rujukan semua perundang-undangan

Islam. al-Sunnah al-Nabawiyah adalah yang menjelaskan dan memperinci

konstitusi tersebut, berfungsi sebagai penjelas teoritis dan implementasi praktis

terhadap al-Qur‟an.3

1 Said Agil Husin Al Munawar, Fikih hubungan antar agama, (Ciputat: PT. Ciputat

Press, 2005), h. 16 2 Alwi Shihab, Islam Inklusif: menuju sikap terbuka dalam beragama, (Bandung: Mizan,

1999), h. 39-40. 3 Yusuf Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah Dengan Benar terj. Saifullah Kamalie,

(Jakarta: media dakwah, 1994 M), h. 148

Page 17: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

2

Oleh karena itu imitation Muhammadi menjadi standar etika tingkah laku

di kalangan orang-orang muslim, menjadi dasar bagi hukum Islam dan menjadi

standar bahkan bagi kebanyakan aktivitas keduniaan.

Dalam menafsirkan teks-teks keagamaan setidaknya ada dua bentuk yang

berbeda dalam tataran prakteknya; pertama skipturalistik yang lebih berorientasi

pada teks-teks doktrin dan kedua bersifat subtansialistik yang berorientasi pada

makna dan isi atau konteks.4 Keduanya tentu sangat perlu diperhatikan dalam

memahami teks keagamaan seperti al-Qur‟an dan hadis untuk meminimalisir

kekeliruan dan kesalahan dalam menangkap makna yang terkandung di dalamnya.

Kekeliruan dan kesalahan dalam memahami teks dapat menyebabkan orang

bersifat eksklusif dan berpotensi menimbulkan konflik, yang pada akhirnya akan

mengganggu stabilitas kerukunan umat beragama.

Seperti dalam memahami hadis tentang larangan mengucapkan salam

terhadap non-Muslim :

بة بن سعيد، ح ث نا ق ت ي ، عن سهيل، عن أبيو، عن أب ىري رة، أن رسول حد راوردي ث نا عبد العزيز ي عن الد دلم، فإذا لقيتم أحدىم ف »هللا عليو وسلم قال: هللا صلى طريق، ل ت بدءوا الي هود ول النصارى بلس

5«فاضطروه إل أضيقو

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟îd, telah

menceritakan kepada kami „Abd al-“azîz yakni al-Darâwardiyya, dari

Suhail, dari bapanya, dari Abî Hurairah, bahwasannya Rasulullah

Sallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian awali

mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu

salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” (HR.

Muslim)

4 Djamhari Ma‟ruf, Iradikalisme Islam di Indonesia: Fenomena Sesat? Dalam Bahtiar

Effendi dan Soe Trisno Hadi(ed.), Agama dan Radikalisme (East Lansing: Nuqtah, 2007), h. 45 5 Imam Muslim, Sahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga Imam

Muslim, Shahih Muslim, hadis no. 2167, juz 4. (kairo: Daar ibn Jauzi. 2010), h. 1707

Page 18: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

3

ث نا ىشيم، بة، حد ث نا عثمان بن أب شي ث نا أنس بن مالك رضي حد أخب رن عب يد الل بن أب بكر بن أنس، حد عنو، قال: قال النب صلى هللا عليو وسلم: " إذا سلم عليكم أىل الكتاب ف قولو 6ا: وعليكم الل

“Telah menceritakan kepada kami „Utsmân bin Abî Syaibah, telah

menceritakan kepada kami Husyaim, telah mengabarkan kepada kami

„Ubaidillah bin Abî Bakri bin Anas, telah menceritakan kepada kami Anas

bin Mâlik ra, bahwasanya Rasulallah Saw bersabda “Jika seorang ahli

kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah

dengan ucapan wa‟alaikum.” (HR. Al-Bukhârî)

Kedua hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abȗ Hurairah

dan Imam al-Bukhârî melalui Anas bin Mâlik secara harfiyah dapat dipahami

sebagai larangan bagi seorang muslim untuk mengucapkan salam kepada non-

Muslim. Akan tetapi makna yang secara harfiyah ini tidak serta merta dapat

dijadikan sebagai makna tunggal karena akan terlihat bertentangan dengan sikap

dasar agama Islam yang di gambarkan di dalam al-Qur‟an.

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu

penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik

dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).7

Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An-Nisā‟

[4] ayat 86)

Allah tidak melarang kamu terhadap orang-orang yang tidak

memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari

negeri kamu (tidak melarang kamu) berbuat baik bagi mereka dan berlaku

6 Imam Bukhari, Sahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga, Abi

Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 8 (Indonesia: Maktabah, Dahlan,

t.th), h. 75

7 Penghormatan dalam islam ialah: dengan mengucapkan al-Salâmu `alaikum.

Page 19: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

4

adil kepada mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang adil. (al-

Mumtahanah [60]: 8)

Kedua ayat di atas setidaknya memberi penjelasan betapa indahnya Islam

dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, untuk memahami makna

subtansi dari hadis ini, perlu memperhatikan apa yang menjadi penyebab

terlarangnya muslim mengucapkan salam terhadap non-Muslim.

Salah seorang ulama yang secara tegas melarang mengucapkan salam

kepada non Muslim adalah Sayyid Quthb (1906-1966). Menurutnya, salam tidak

layak diucapkan kepada non Muslim karena disamping salam merupakan

penghormatan (tahîyah) kepada sesama Muslim, salam juga merupakan budaya

Islam yang sangat khas sekaligus sebagai pembeda dari budaya non Muslim.8

Berdasarakan pada al-Qur‟an surat al-Nisâ‟ ayat 86 Ibnu Katsîr (1301-

1372 M) memiliki pandangan yang hampir sama. Menurutnya, tidak boleh bagi

seorang Islam mengucapkan salam kepada non Muslim (baca Dzimmî). Namun,

Jawaban salamnya cukup dengan kalimat yang sepadan (bi

mitslihâ/mutamâtsilah), tidak boleh lebih dari ucapan salam mereka, bahkan (akan

lebih baik bila dijawab) dengan jawaban yang sesuai dengan ketetapan dua hadis

shohih baik yang melalui Ibnu Umar r.a. maupun Anas bin Mâlik r.a, yakni

kalimat wa „alaikum.9

Syekh Mansûr „Ali Nâsif sebagai representasi ulama kontekstualis

mempunyai pandangan berbeda dengan Ibnu Katsîr di atas. Menurut Syekh

8 Sayyid Quth, Fî Dzilâl al-Qur‟an,tt., Manqahah Mufharisah, cet. 6, t.th., jild. 2, juz 5, h.

471 9 Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jil.

1, terj. Syihabuddin, ringkasan tafsir ibnu katsir, (jakarta: Gema insan press, 1999) h. 762

Page 20: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

5

Mansûr „Ali Nâshif, dalam bukunya ”al-Tâj”, umat Islam dianjurkan menjawab

salam dengan kalimat wa„alaikum itu jika salam Dzimmî itu mengandung maksud

menghina, misalnya dengan kalimat „al-sâm‟ atau dengan kalimat lain yang

memiliki arti yang sama, atau salam mereka tidak dapat didengar dengan

sempurna. Tapi, kalau unsur-unsur tersebut tidak ditemukan, maka umat Islam

wajib menjawab salam mereka sebagaimana menjawab salam sesama Muslim.

Kewajiban tahiyyah yang dijelaskan oleh Al-Qur‟an surat Al-Nisa‟ ayat 86

menurut Syekh Mansûr „Ali Nâshif, tidak melihat status Muslim dan kafir

Dzimmî, tetapi yang dilihat dan dinilai adalah unsur-unsur yang terdapat kalimat

salam.10

Dalam syarah kitab Riyad al-Sâlihin, Al-Utsaimin mengungkapkan bahwa

al-Salâm mempunyai makna al-du‟â (do‟a), yaitu do‟a keselamatan dari segala

sesuatu yang membahayakan, merugikan, atau merusakan.

Syeikh Ahmad Al-Sawi dalam tafsir Al-Sawi ketika menafsirkan waidzâ

huyyitum bitahiyyatin pada QS 4:86 beliau mengatakan bahwa al-Salâm

maknanya keselamatan dari segala marabahaya baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam pendekatan lain, kata “al-Salâm” termasuk sifat Allah Swt. Ketika as-

Salâm ini dinisbahkan kepada Allah Swt. Berarti juz salamah yang memiliki

keselamatan/keterhindaran. Itulah pendapat ulama seperti yang telah dikutip oleh

Quraish Shihab (2000:42-43) hanya saja lanjut beliau beberapa ulama tersebut

berbeda dalam memahami istilah ini, ada juga yang berpendapat bahwa Allah

yang menghindarkan semua makhluk dari penganiayaan-Nya dan yang kelompok

10

Syekh Mansur „Ali Nasif, al-Taj al-Jam‟u Li Usul fi al-Hadits al-Rasul, penerjemah

Bahrun Abu Bakar (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, 1996 M-1381 H), h. 249

Page 21: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

6

ketiga berpendapat bahwa al-Salâm yang dinisbahkan kepada Allah itu berarti

yang memberi salam kepada hamba-hambanya di surga kelak.11

Mengucapkan salam adalah perbuatan menanam kasih sayang dan cinta

dalam kalbu. Kesedihan, perlawanan, dan penolakan yang mungkin ada dalam

kalbu orang-orang yang dicintai akan hilang lenyap dengan ucapan selamat.

Di antara para pemikir kontemporer, al-Qardhâwî memberikan penjelasan

yang luas tentang bagaimana pemikirannya tentang hadis yang dikembangkan

menjadi metode sistematis untuk menilai otentisitas hadis. Menurut al-Qardhâwi,

sunnah nabi mempunyai 3 karakteristik, yaitu komprehensif (manhaj syumul),

seimbang (manhaj mutawazzun), dan memudahkan (manhaj muyassar). Ketiga

karakteristik ini akan mendatangkan pemahaman yang utuh terhadap suatu

hadis.12

Dalam buku Kaifa Nata‟âmal Ma‟a al-Sunnah al-Nabawiyyah: Ma‟âlim

wa Dhawâbith, menurut Yȗsuf al-Qardhâwî, setiap orang yang berinteraksi

dengan sunnah atau yang akan menggunakan hadis untuk berbagai kepentingan

agama harus berpegang kepada 8 prinsip dasar metode dalam memahami hadis

Nabi, yaitu: 1. Memahami hadis sesuai dengan petunjuk al-Qur‟ân al-Karîm, 2.

menghimpun hadis-hadis yang setema, 3. Kompromi atau tarjih terhadap hadis-

hadis yang kontradiktif, 4. Memahami hadis dengan memperhatikan konteks

historis, hubungan dan tujuannya, 5. Membedakan antara sarana yang berubah-

ubah dan tujuan yang tetap, 6. Membedakan antara yang hakekat dan ungkapan, 7.

11

Jurnal pendidikan agama islam – Ta‟lim Vol. 9 No. 1 – 2011

12

Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, (Bandung: Karisma, 1999), h.

92.

Page 22: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

7

Membedakan antara yang gaib dan yang nyata, 8. Memastikan makna kata-kata

dalam hadis13

Dari 8 prinsip dasar ini penulis hanya mengambil 3 metode saja, yaitu: 1.

Memahami al-Sunnah dengan berpedoman pada al-Qur‟ân al-Karîm 2.

Memadukan Atau Mentarjih Antara Hadis-Hadis yang Kontradiktif 3. Memahami

Hadis dengan Memperhatikan Konteks Historis, Hubungan dan Tujuannya.

Dengan alasan bahwa ketiga metode ini lebih relevan untuk dipakai sebagai bahan

kerangka dalam mengambil pemahaman hadis larangan mengucapkan dan

menjawab salam terhadap non-Muslim.

Tulisan ini juga sama sekali tidak mempunyai pretensi untuk

„mengeluarkan‟ masalah tersebut dari wilayah khilâfiyah. Tapi, setidak-tidaknya,

penulis dapat mengungkapkan bahwa pendapat ulama tentang salam yang

berkembang di masyarakat bukan satu-satunya, tetapi ternyata ada pendapat lain

yang berbeda yang juga berpijak pada teks al-Qur‟ân dan al-Ḥadîth yang disertai

dengan argumentasi yang tidak bisa dipandang lemah. Dengan tulisan skripsi ini,

diharapkan bagi para pembaca ataupun bagi penulis sendiri memiliki pemahaman

yang luas tentang hukum salam terhadap non-Muslim berikut implikasi sosialnya.

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menemukan banyak akar

permasalahan yang timbul dalam pemahaman penulis dan perlu adanya

penelusuran lebih lanjut berkaitan dengan hadis larangan mengucapkan dan

13

Yȗsuf Qardhâwî, Metode Memahami Al-Sunnah Dengan Benar. Penerjemah Saifullah

Kamalie, (Jakarta: media dakwah, 1994 M), h. 148-149

Page 23: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

8

menjawab salam terhadap non-Muslim yang telah disabdakan oleh Rasulullah

yang jika dipahami secara tekstualis seolah kontradiktif, diantaranya :

1. Hadis ini menunjukan intoleransi Islam atas agama lain bahkan membatasi

interaksi sosial umat Islam jika dipahami secara tekstualis.

2. Adanya kesalahan dalam memahami hadis yang diriwayatkan oleh Muslim

melalui Abu Hurairah. Hadis ini tidak hanya melarang mengucapkan atau

menjawab kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, tetapi juga menyuruh

orang-orang Muslim untuk bersikap kasar terhadap mereka yaitu dengan

mendesak siapapun diantara mereka ke pinggir jalan.

3. Perlunya pemahaman ulang terhadap hadis-hadis yang melarang Muslim

mengucapkan dan menjawab salam terhadap non-Muslim melalui metode

pemahaman hadis yang lebih objektif dan komprehensif.

b. Pembatasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini hanya terkait pengkajian hadis-

hadis yang berkaitan dengan salam terhadap non-Muslim dari al-Kutub al-Tis‟ah

dan fokus yang akan dibahas dalam kajian ini ialah memahami kembali hadis-

hadis yang menyatakan larangan mengucapkan dan menjawab salam teradap non-

Muslim yang penulis anggap kontradiktif dengan menggunakan tiga metode

Yȗsuf al-Qardhâwî 1. Memahami al-Sunnah dengan berpedoman pada al-Qur‟ân

al-Karîm 2. Memadukan atau Mentarjih Antara Hadis-Hadis yang Kontradiktif 3.

Memahami Hadis dengan Memperhatikan Konteks Historis, Hubungan dan

Tujuannya..

Page 24: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

9

c. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan

masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pemahaman hadis larangan mengucapkan dan menjawab

salam terhadap non-Muslim dengan menggunakan tiga teori Yȗsuf al-

Qardhâwî ?

2. Bagaimana penerapan hadis tersebut dalam konteks kehidupan umat

sekarang ?

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dari sebuah

penelitian sehingga metode penelitian tidak bisa dipisahkan dari sebuah

penelitian. Bahkan metode penelitian akan membentuk karakteristik keilmiahan

dari penelitian, karena eksistensi metode dalam sebuah penelitian ini berfungsi

sebagai jalan bagaimana penelitian ini diselesaikan. Terkait dengan metode

penelitian ada beberapa hal yang perlu dijelaskan:

1. Jenis dan sifat penelitian

Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini merupakan penelitian

pustaka (library research), yaitu penelitian yang berorientasi pada data-

data kepustakaan, yang dalam hal ini terutama pada kitab hadis yang

sembilan (al-Kutub al-Tis‟ah). Selain itu karena penelitian ini

menggunakan pendekatan metode pemahaman Yȗsuf Qardhâwî maka

semua karya yang berhubungan dengan teori ini dianggap penting serta

karya-karya lain yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Page 25: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

10

Sedangkan sifat penelitian ini adalah kualitatif karena tidak

menggunakan mekanisme statistik dan sistematik dan matematis dalam

pengolahan data. Data diuraikan dan dianalisis dengan memahami dan

menjelaskan.

2. Metode pengunpulan data

Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan.14

Sedangkan data ialah

semua keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau fenomena

yang ada kaitannya dengan penelitian. Data yang dikumpulkan dalam

suatu penelitian harus relevan dengan pokok permasalahan. Untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperlukan suatu

metode yang efektif dan efesien.

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan

jalan dokumentasi terhadap buku-buku atau kitab-kitab serta kajian yang

masih ada kaitannya dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini sumber

data dibagi atas dua kategori: primer dan skunder. Sumber data primernya

adalah kitab-kitab hadis yaitu sembilan kitab induk dan bulughul maram.

Pemilihan terhadap sembilan kitab induk ini didasarkan pada kehujjahan

kitab dan dianggap cukup untuk mewakili kitab-kitab hadis lainnya. Selain

itu penulis merujuk pada buku Yȗsuf al-Qardhâwî, Kaifa nata‟aamal ma‟a

al-sunnah al-nabawiyah, ma‟alim wa dhawabith, terj. Drs. H. Saifullah

Kamalie, Metode Memahami Al-Sunnah Dengan Benar, serta karya-karya

14

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), h.174

Page 26: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

11

yang berhubungan dengan teori fungsi interpretasi Yȗsuf al-Qardhâwî.

Sedangkan sumber data sekundernya ialah semua karya baik berbentuk

buku, jurnal dan lainnya yang dapat mendukung argumen penelitian ini.

3. Analisis data

Penelitian ini mengkaji sebuah teks hadis dengan pendekatan

pemikiran tokoh yang dikenal dengan metode pemahaman Yȗsuf al-

Qardhâwî. Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa data yang

diperoleh dari penelitian pustaka adalah dengan deskriptif analitis.

Deskriptif analisis ialah penelitian yang menuturkan, menganalisis,

serta mengklarifikasikan yang pelaksanaannya tidak hanya terbatas pada

pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data.15

Analisis

ialah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta

menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca.16

Dengan metode ini

diharapkan nantinya akan memperoleh pemahaman yang tepat terhadap

data-data yang telah diperoleh.

Maka dalam penelitian ini yang dimaksud deskriptif analisis adalah

memberikan gambaran secara sistematis dan akurat mengenai pemaknaan hadis

larangan mengucapkan salam terhadap non-Muslim dengan pendekatan metode

pemahaman Yȗsuf al-Qardhâwî, diantaranya sebagai berikut:

15

Winano Surahmad, Pengantar penelitian ilmiah dasar metode tehnik (Bandung: Tarsito,

1994), h. 45

16

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), h.358

Page 27: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

12

ALUR TAHAPAN REKONSTRUKSI PEMAHAMAN HADIS NABI

HADIS (sebagai teladan ideal Nabi)

Melalui

Rekonstruksi

TEKS-TEKS HADIS REALITAS

Menghasilkan

PENELITIAN HADIS (METODE TAKHRIJ) Memecahkan

Tidak Orisinal Orisinal : (dengan metode Yȗsuf al-Qardhâwî) Produk Pemahaman

Tidak dipakai

Memahami as-Sunnah) فهم السنة ىف ضوء القرأن الكرمي .1

dengan berpedoman pada al-Qur‟ân al-Karîm) Memadukan Atau) اجلمع أو الرتجيح بني خمتلف احلديث .2

Mentarjih Antara Hadis-Hadis yang Kontradiktif) Memahami) فهم األحاديث ىف ضوء أسباهبا وملبساهتا و مقاصدىا .3

Hadis dengan Memperhatikan Konteks Historis,

Hubungan dan Tujuannya

Page 28: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

13

D. Tinjauan Pustaka

Telaah atau kajian pustaka dalam sebuah penelitian merupakan hal yang

sangat urgen karena kajian pustaka ini akan menunjukan dan membuktikan

orisinalitas sebuah karya yang tujuannya untuk menghindari plagiasi karya orang

lain. Dalam penelitian ini ada dua aspek yang menjadi perhatian dalam kajian

pustaka, pertama berkaitan dengan metode fungsi interpretasi Yusuf Qardhawi

dan kedua hadis larangan mengucapkan dan menjawab salam terhadap non

muslim yang menjadi objek dari penelitian ini.

Hadis larangan mengucapkan salam terhadap non muslim ini sejauh

penulusuran penulis ternyata udah ada karya skripsi dan jurnal yang telah

menelitinya, pertama, skripsi Ai Popon Fatimah dari UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang berjudul: Salam Terhadap Non-Muslim Perspektif Hadis. Oleh

karena itu perlu pembacaan secara jelas agar terhindar dari pengulangan

penelitian. Ai Popon Fatimah dalam skripsinya “Salam Terhadap Non-Muslim

Perspektif Hadis” menggunakan metode tematik (maudhu‟i). Pokok masalah

dalam sekripsi ini adalah apa saja hadis yang menjelaskan tentang salam terhadap

non-Muslim, bagaimana hadis mengatur salam terhadap non-Muslim, dan

bagaimana menyikapi non-Muslim yang sangat toleran terhadap umat Islam.

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah

“Bagaimana hadis mengatur tata cara salam terhadap non-Muslim baik dalam hal

memulai atau menjawab salam secara langsung ataupun melalui surat”. Dan

kesimpulannya adalah bahwa jawaban salam atas orang-orang non-Muslim sesuai

dengan hadis yaitu “wa‟alaikum” atau “wa‟alaika”. Serta hadis membolehkan

Page 29: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

14

membalas surat dari non-Muslim yang disertakan salam. Secara kontekstual hadis

tersebut datang ketika sedang terjadi permusuhan antara muslim dan non muslim.

Kedua, skripsi Said Mujahid “hadis larangan mengucapkan salam terhadap

nonmuslim ditinjau studi teori fungsi penafsiran Jorge J.E Gracia” UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2014. Skripsi ini lebih memfokuskan ke dalam teori Jorge

J.E Gracia yaitu dengan membagi fungsi interpretasi menjadi tiga aspek. Pertama,

fungsi historis (historical function). Kedua, fungsi perkembangan makna

(meaning function). Ketiga, fungsi implikatif (implikatif function). Dengan tiga

fungsi interpretasi yang ditawarkan Gracia ini mendeskripsikan mulai dari

pemaknaan salam, konteks dimana teks larangan tentang mengucapkan salam

terhadap non-Muslim dan perkembangan makna yang diakibatkan perbedaan

tempat dan kebudayaan serta implikasinya. Keseluruhan ini merupakan bahasan

pokok dalam skripsinya.17

Ketiga, Jurnal Johar Arifin, hadis-hadis Nabi dalam berinteraksi dengan

non-Muslim “Muharibun”, jurnal Ushuluddin vol. XVII No. 1, januari 2011.

Dalam jurnalnya hadis-hadis aplikatif dalam penataan konsep berinteraksi dengan

non Muslim difokuskan pada kelompok muharibun.18

Jurnal ini membahas

tentang berinteraksi dengan non Muslim Muharibun, pandangan Islam terhadap

17

Said Mujahid, Hadits larangan mengucapkan salam terhadap non muslim (Studi teori

fungsi penafsiran Jorge J.E Gracia),( Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014).

18 Berasal dari kata “haraba-yuharibu-muharabah-muharib”, al-Harbu berarti musuh,

contohnya “Fulan harab Fulan” bermakna Fulan itu memusuhinya. Secara terminologi menurut

ulama fiqh: orang yang memusuhi atau memerangi kaum muslimin, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Page 30: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

15

peperangan, dan sikap Rasulullah Saw., dalam berinteraksi dengan kelompok

muharibun.19

Keempat, Buku Nurcholish Madjid, dkk. Fiqih Lintas Agama, (Jakarta:

Paramadina, 2004), hlm. 66-78 dalam bab dua dengan judul besarnya, Fiqih yang

Peka Keragaman Ritual Meneguhkan Inklusivisme Islam, dan dalam judul

kecilnya, Mengucapkan Salam kepada non-Muslim. Dalam buku ini mereka

menjelaskan bahwa fatwa larangan mengucapkan salam terhadap non-Muslim

tidak disetujui oleh semua ulama. Dan penetapan hukum mengucapkan salam

kepada orang-orang non-Muslim harus berdasarkan pada kemaslahatan dan

hikmah.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, antara

lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam

hadis tersebut tidak hanya pada ranah harfiah saja melainkan menggali

makna subtansinya. Lebih jelasnya untuk mengungkapkan pesan yang

akan disampaikan hadis tersebut dengan ditinjau melalui prinsip metode

Yȗsuf al-Qardhâwî.

2. Membantu memberikan kontribusi serta pemahaman dalam konteks dunia

sosial sekarang ini.

19

Johar Arifin, Hadis-hadis Nabi dalam Berinteraksi dengan Non Muslim “Muharibun”,

Jurnal Ushuluddin Vol. XVII No. 1, Januari 2011.

Page 31: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

16

3. Dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam

(S.Th.I) Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya

dalam menambah wacana ilmu pengetahuan di bidang hadis larangan

mengucapkan salam terhadap non Muslim dengan tinjauan teori Yȗsuf al-

Qardhâwî.

2. Dengan penelitian ini diharapkan pula bisa menjadikan pemahaman

terhadap konsep teori Yȗsuf al-Qardhâwî dalam memahami hadis Nabi.

F. Tehnik Penulisan

Adapun tehnik penulisan, penulis menggunakan buku pedoman akademik

program strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012/2013, dan buku

pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) cetakan ke-1

(Ciputat: Center for quality development and assurance UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1 Januari 2007), dalam bentuk pdf.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan

untuk memudahkan dalam mengolah data. Disamping itu, sistematika

pembahasan juga berfungsi untuk mengatur kedisiplinan dalam sebuah penelitian

agar penelitian dapat diselesaikan dengan baik dan teratur.

Page 32: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

17

BAB Pertama, brupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah

penulisan skripsi, identifikasi, pembatasan dan rumusan masalah yang diangkat,

serta metode penelitian yang penulis terapkan dalam penelitian ini. Selain itu, di

bab ini juga dipaparkan tinjauan pustaka, tujuan penelitian dan sistematika

pembahasan.

BAB Kedua, berupa biografi intelektual Yȗsuf al-Qardhâwî, sumbangan

pemikirannya dan metode pemahaman Yȗsuf al-Qardhâwî dalam memahami

hadis Nabi; Memahami as-Sunnah dengan berpedoman pada al-Qur‟an al-Karim,

Mengumpulkan hadis-hadis dalam satu objek, Memadukan atau mentarjih antara

hadis-hadis yang kontradiktif, Memahami hadis berpedoman pada sebab-sebab,

hubungan dan tujuannya.

BAB Ketiga, berupa hadis-hadis tentang mengucapkan salam terhadap

non-Muslim, teks hadis, Takhrij Hadis, Penjalasan (Syarah) Hadis Larangan

Mengucapkan dan Menjawab Salam Terhadap non-Muslim, Pemahaman Para

Ulama Terhadap Hadis Larangan Mengucapkan dan Menjawab Salam Terhadap

non-Muslim, dan interaksi Nabi dengan non-Muslim dalam kerukunan.

BAB Keempat, berupa penerapan pemahaman Yȗsuf al-Qardhâwî;

Memahami al-Sunnah dengan berpedoman pada al-Qur‟ân al-Karîm (dalam hadis

larangan mengucapkan salam terhadap non-muslim), Memadukan atau mentarjih

antara hadis-hadis yang kontradiktif (dalam hadis larangan mengucapkan salam

terhadap non-muslim), Memahami hadis dengan Memperhatikan Konteks

Historis, Hubungan dan Tujuannya. (dalam hadis larangan mengucapkan salam

terhadap non-muslim).

Page 33: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

18

BAB Kelima, berupa penutup, yang meliputi; Kesimpulan, yang berisi

jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan

saran, berisi saran-saran seputar isi serta esensi terhadap hasil penelitian yang

ditulis.

Page 34: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

19

BAB II

YȖSUF AL-QARDHÂWÎ DAN METODE PEMAHAMAN

A. Biografi Intelektual Yȗsuf Al-Qardhâwî

Perubahan di Dunia Islam dewasa ini secara keseluruhan berpengaruh dan

mendorong kepada perubahan-perubahan di kalangan umat Islam Indonesia.

Perkenalan, pengenalan, dan penyerapan pikiran-pikiran pembaruan, pemurnian,

dan reorientasi pemikiran Islam di seluruh dunia yang sangat dipengaruhi oleh

adanya teknik pencetakan buku dan terbitan berkala, media komunikasi dan

transportasi tentu akan, dan memang sedang dan sudah berpengaruh kepada

keadaan umat Islam Indonesia.1 Dalam hal ini agama memegang peranan penting

dalam mengarahkan dan membimbing masyarakat. Tak ada yang menandingi

kekuatan agama, karenanya, ia merupakan sumbu utama dan pegangan pokok

bagi kehidupan manusia.2

Seorang pemikir, sarjana dan intelek kontemporer abad 20 (tahun 90-an

sampai sekarang) Pemikirannya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan di

seluruh dunia khususnya di Indonesia. Beliau adalah Yȗsuf bin „Abd Allâh bin

„Alî bin Yȗsuf al-Qardhâwî.3 Dilahirkan pada tanggal 09 september 1926 di desa

Shaft At- Turâb terletak antara kota Thanta (Ibu kota provinsi Al Gharbiyah), dan

kota Al-Mahallah Al-Kubra, yang merupakan kota kabupaten (markaz) paling

terkenal di provinsi Al-Gharbiyyah. Ia berjarak sekitar 21 kilo meter dari Thantha

1 Budi Munawar Rachaman, Islam dan Pluralisme Nurcholish Madjid, (Jakarta: Pusat Studi

Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina, 2007), h. 1 2 Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa kontemporer. Penerjemah As‟ad Yasin (Jakarta: Gema

Insani Press, 1995), h. 51 3 Yusuf Al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku I, (Judul asli: n l- h l-

l mi h h h penerjemah: Cecep Taufikurrahman, dan Nandang Burhanuddin,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), h. 103

Page 35: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

20

dan 9 kilo meter dari Al-Mahallah. Desa tersebut adalah tempat dimakamnya

salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yaitu Abdullah bin Harist RA.4 Kata

“al-Qardhâwî” dinisbahkan kepadanya karena kakek Qardhâwî, „Ali, berasal ari

desa al-Qardhah yang pindah ke Shafth Turab.5 Qardhâwî tumbuh di keluarga

petani dan lingkungan yang agamis dari sudut pandang tradisional. Ciri

tradisional-agamis masyarakat Shafth Turab terlihat dari ramainya aspek-aspek

formal tradisi keagamaan yang dilakukan, seperti keterikatan masyarakat pada

ma hab al-Sy fi‟ dan Hanaf dalam pelaksanaan ibadah keterikatan kepada

tarekat Sy d iliyyah, yȗmiyyah dan Kh liliyyah serta kepada Ihy ‟ „Ulȗm al-

n, karya Abȗ H mid al-Ghazâlî, yang diakui Qardhâwî cukup berpengaruh pada

pemikirannya, dalam bertasawuf. Masyarakat Shaft Turab juga melakukan

berbagai tradisi yang umumnya ada pada masyarakat tradisional, seperti perayaan

hari lahir Nabi Muhammad Saw., perayaan Isra‟ Mi‟raj, peringatan malam Nisfu

Sya‟ban, bahkan perayaan hari lahir l syaikh-syaikh tarekat, yang

dikemudian hari tradisi-tradisi itu menjadi sasaran kritik pemikiran Qardhâwî.6

Ayahnya meninggal dunia ketika Qardhâwî masih berumur dua tahun dan

bondanya ketika berumur 15 tahun sudah pasti memberikan kesan yang mendalam

kepada dirinya (Al-Qaradawi, 2010a; 2010b), dan ia bersama pamannya, bernama

A mad, A mad mengantarkan Qardhâwî ke surau tempat mengaji (kuttâb) ketika

4 Yusuf Al-Qaradhawi, Huda Al- l m F ‟ hi alih bahasa Abdurrahman Ali

Bauzir, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), Cet. Ke-III, h. 45 5 Karena keturunan orang al-Qardhah inilah maka sebagian orang di mesir dan Timur

Tengah memanggilnya dengan sebutan al- Qardh w (tanpa “a” setelah huruf “r”). uku-bukunya

yang pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menggunakan nama Qardhâwî, baru

belakangan inilah ia dikenalkan dan ditulis dengan Qaradh w (dengan “ra” yang dibaca fat ah).

penulis menggunakan kata Qardhâwî, dengan alasan lebih sesuai dengan asal pembentukan

katanya (wazan). 6 Lukman Zain Muhammad Sakur, Metode memahami hadis menurut Dr. Yuausf al-

Qardhawi: Analisis strukturalisme- emio ik k if N ‟ m l m ‟ l-Sunnah al-

Nabawiyyah, (Tesis: 2007), h. 26-27

Page 36: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

21

Qardhâwî masih berumur lima tahun. Beliau tidak menikmati kehidupan yang

mewah. Suasana keluarganya bersama-sama bapa saudaranya yang mendidik

beliau dengan didikan agama termasuk biah kampungnya yang mementingkan

ilmu dan amalan agama berjaya membentuk peribadi dan aspirasi Islam dalam diri

beliau.7

alam perjanan kehidupannya, Yȗsuf al-Qardhâwî pernah mengenyam

“pendidikan” penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja Faruk, dia

masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatanya dalam

pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat

terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara

militer selama dua tahun. Yȗsuf al-Qardhâwî terkenal dengan khutbah-

khutbahnya yang berani sehingga sempat dilarang menjadi khatib di sebuah

mesjid di daerah Zamalik. Alasannya, karena khutbah-khutbahnya dinilai

menciptakan opini umum tentang ketidak adilan rezim saat itu.

(1) m ng n Pemiki n Yȗ f Al-Qardhâwî

Fazlur Rahman seorang pemikir yang mempelopori gagasan pembaharuan

neomodernisme Islam, berpandangan bahawa seorang pemikir hebat ialah mereka

yang mempunyai ciri-ciri berikut: (a) Menemukan suatu gagasan utama atau

prinsip dasar yang utama yang mengandung segala realita, lalu dia

mentafsirkannya dengan jelas dan menjadikannya sesuatu yang baru dan penting;

(b) Gagasan pokok itu seterusnya mampu merubah perspektif kita dalam

berinteraksi dengan realita tersebut; dan (c) Mampu mengemukakan suatu

7 Zulkifli Hasan, Yusuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts Vol 3 Issue 1 (Juni

2013): h. 53.

Page 37: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

22

penyelesaian yang baru dan jitu terhadap segala permasalahan yang setelah lama

mengganggu fikiran manusia (Rahman, 1975). Berdasarkan kepada ciri-ciri

pemikir hebat oleh Fazlur Rahman, Yȗsuf Al-Qardhâwî telah memenuhi setiap

kriteria tersebut. Beliau bukan saja mengenal pasti prinsip dasar dengan segala

realiti bahkan telah mentafsirkan, memperjelaskan dan menerangkannya dalam

bentuk yang lebih segar untuk manfaat semua.8

Pemikiran Yȗsuf al-Qardhâwî mempunyai pengaruh yang sangat

signifikan di seluruh dunia. Pemikiran yang dinamik dan bersesuaian dengan

keadaan dan suasana semasa menjadikan beliau sering menjadi rujukan dan

panduan oleh umat Islam. Di antara sumbangan besar Yȗsuf al-Qardhâwî ialah

memperkenalkan pendekatan dinamik untuk memahami h i‟ h melalui

beberapa konsep fiqh dan manhaj yang beliau anjurkan dan ini termasuk fiqh al-

Nusus, fiqh al- qi‟ fiqh l-muwazanat, fiqh al-awlawiyyat, fiqh al-taghayyur,

fiqh al-Jihad, fiqh al-tsaurah, fiqh al-iqtisadi al-Islami, fiqh al-aqalliyyat, fiqh al-

wasatiyyah, fiqh al-dakwah dan manhaj al-salafi.9

(2) T li Yȗ f al-Qardhawî

Yȗsuf al-Qardhawî merupakan ilmuan yang menguasai perbagai cabang

ilmu (Talimah, 2000). Hingga kini, lebih daripada 120 buah buku telah dihasilkan

dalam berbagai bidang seperti aqidah, sumber hukum Islam yaitu al-Qur‟ n dan

al-Sunnah, usul al-fiqh, bidang ibadat, hal ihwal wanita dan kekeluargaan,

kemasyarakatan, ekonomi dan keuangan, perubahan, politik dan pemerintahan

walaupun beliau teramat sibuk dengan jadwal harian. Diceritakan bahwa beliau

selalu menghabiskan waktunya sehingga 14 jam sehari di perpustakaan rumahnya

8 Zulkifli Hasan, Yusuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts., h. 53

9 Zulkifli Hasan, Yusuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts., h. 58

Page 38: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

23

untuk menelaah dan menulis (Ghazali, 2012). Beliau bukan saja menghasilkan

penulisan akademik yang berkualitas tinggi dan menjadi rujukan utama ilmuan

tetapi menyumbangkan berbagai makalah di dalam berbagai majalah dan akhbar

harian di peringkat antarabangsa.10

Diantara buku-buku karangan beliau adalah

sebagai berikut :

a. idang „Ulȗm Al-Qur'ân dan as-Sunnah11

1) if N ‟ m l ‟ l-Sunnah al-N i h: ‟ lim

Dawâbith; (2) Al-Madkhal li-Dirâsât al-Sunnah al-Nabawiyyah;

2) Al-Muntaqâ fi al-Targhib wa al-Targhib (2 Juz);

3) Al- nn h h n li l- ‟ if h l- h h

4) N ‟ h li- l- l-Nabawi;

5) Al-Sunnah wa al-Bi ‟ h

6) Al- j ‟i h l-„Ul f l-Islâm li al- ‟ n l-Sunnah.

7) Ash-Shabru wal-'IImu fil-Qur'an al-Karîm

8) 'Aqlu wal-'lmu fil-Qur'an al-Kariem

9) Kaifa Nata'amal Ma'al-Qur'an al-'Azhîm

10) Tafsir Surat ar-Ra'd

11) Quthuf Daniyyah min al-Kitab was-Sunnah

b. Bidang Fikih dan Ushul Fikih

1) Al-Halal wal-Haram fil-Islam

2) Fatawa Mu'ashirah juz 1

3) Fatawa Mu'ashirah Juz 2

4) Fatawa Muashirah Juz 3

10

Zulkifli Hasan, Yusuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts., h. 54 11

Lukman Zain Muhammad Sakur, Metode memahami hadis menurut Dr. Yuausf al-

Qardhawi., h. 26-27

Page 39: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

24

5) Taysir al-Fiqh: Fiqh Shiyam

6) Al-Ijtihad Fisy-Syari'ah al-Islamiyyah

7) Madkhal Li Dirasat al-Syariah al-Islamiyyah

8) Min Fiqhid-Daulah al-Islam

9) Taysir al-Fiqh li al-Muslim al-Muashir l

10) Al-Fatwa baina al-Indhibath wat-Tasayyub

11) Awamil as-Sa'ah wal-Murunah fisy-Syari'ah al-Islamiyyah

12) Al-Fiqh al-Islami bainal-Ashalah wat-Tajdid

13) Al-Ijtihad al-Mu'ashir bainal-Indhibath wal-Infirath

14) Ziwaj al-Misyar

15) Adh-Dhawabith asy-Syariyyah li Binaa al-Masajid

16) Al-Ghina' wal-Musiqa fi Dhau'il- was-Sunnah

17) Al-Hayat ar-Rabbaniyyah wal-'Iimu

18) An-Niyat wal-Ikhlash

19) Al-Tawakkul

20) Al-Taubat Ila Allah

c. Bidang Ekonomi Islam

1) Fiqhuz-Zakat (dua juz)

2) Musykilat al-Faqr wa Kaifa 'Alajaha al-Islam

3) Bai'al-Murabahah lil-Amir bisy-Syira'

4) Fawaidul-Bunuk Hiya ar-Riba al-Haram

5) Daurul-Qiyam wal-Akhlaq fil-Iqtishad al-Islami

d. Bidang Akidah

1) Al-Iman wal-Hayat

Page 40: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

25

2) Mauqif al-Islam min Kufr af-Yahud wan-Nashara

3) Al-Iman bil-Qadar

4) Wujudullah

5) Haqiqat at-Tauhid

e. Bidang Dakwah dan Tarbiyah

1) Tsaqafat ad-Da'iyyah

2) Al-Tarbiyyah al-lslamiyyah wadrasatu Hasan al-Banna

3) Al-Ikhwan al-Muslimin 70 'Aaman fil al-Da'wah wa al-Tarbiyyah

4) Ar-Rasul wal-'lLmu

5) Rishafat al-Azhar baina al-Amsi wal-Yaum wal-Ghad

6) Al-Waqtu fi Hayat al-Muslim

f. Bidang Gerakan dan Kebangkitan Islam

1) Ash-Shahwah al-lslamiyyah bainal-Juhud wat-Tatharruf

2) Ash-Shahwah al-lslamiyyah wa Humum al-Wathan al-'Arabi wal-

Islami

3) Ash-Shahwah al-lslamiyyah bainal-Ikhtilafal-Masyru' wat-Afarruqal-

Madzmum

4) Min Ajli Shahwah Rasyidah Tujaddid ad-Din wa Tanhad bid-Dunya

5) Ayna al-Khalal?

6) Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyah fil al-Marhalah al-Qadimah

7) Al-Islam wal-'Almaniyyah Wajhan bi Wajhin

8) Fi Fiqh al-Awlawiyyat (FiqihPrioritas)

9) Al-Tsaqafah al-Arabiyyah al-Islamiyyah baina al-Ashalah wa al-

Muasharah

Page 41: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

26

10) Malamih al-Mujtama' al-Islami alladdzi Nunsyiduhi

11) Ghayrul al-Muslimin fi al-Mujtama' al-Islami

12) Syari'at- al-Islam Shalihah lil-Tathbiq fi Kulli Zamanin wa Makanin

13) Al-Ummat al-Islamiyyah Haqiqat la Wahm

14) Zhahirat al-Ghuluw fit-Tafkir

15) Al-Hulul al-Musrawridah wa Kayfa Janat 'Ala Ummatina

16) Al-Hill al-Islami Faridhah wa Dharurah

17) Bayyinal-Hill al-Islami wa Syubuhat al-'ilmaniyyin wal-

Mutagharribin

18) A'da' al-Hill al-Islami

19) Dars an-Nakbah al-Tsaniyyah

20) Jailun-Nashr al-Mansyud

21) An-Naas wa al-Haq

22) Ummatuna bainal-Qarnayn

g. Bidang Penyatuan Pemikiran Islam

1) Syumul al-Islam

2) Al-Marji'iyyah al-'Ulya fi al-Islam li al-Qur'an was-Sunnah

3) Mauqif al-Islam min al-Ilham wa al-Kaysf wa al-Ru'aa wa min al-

Tamaim wa al-Kahanah wa al-Ruqa

4) Al-Siyasah al-Syar'iyyah fi Dhau' Nushush al-Syari'ah wa

Maqashidiha

h. Bidang Pengetahuan Islam Yang Umum

1) Al-'Ibadah fi al-Islam

2) Al-Khashaish al-'Ammah fi al-Islam

Page 42: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

27

3) Madkhal li Ma'rifat al-Islam

4) Al-lslam Hadharat al-Ghad

5) Khuthab al-Syaikh al-Qardhawi juz 1

6) Khuthab al-Syaikh al-Qaradliawi juz 2

7) Liqaat wa Muhawarat hawla Qadhaya al-Islam wal-'Ashr

8) Tsaqafatuna baina al-Infitah wa al-Inghilaq

9) Qadhaya Mu'ashirah 'Ala Bisath al-Bahts

i. Tentang Tokoh-Tokoh Islam

1) Al-Iman Al-Ghazali baina Madihihi wa Naqidihi

2) Asy-Syaikh al-Ghazali kama 'Araftuhu: Rihlah Nishfu Qarn

3) Nisaa' Mu'minaat

4) Al-Imam al-Juwaini Imam al-Haramain

5) „Um in A l Aziz Khamis al-Khulafa' al-Rasyidin

j. Bidang Sastra

1) Nafahat wa Lafahat (kumpulan puisi)

2) Al-Muslimin Qadimum (kumpulan puisi)

3) Yusuf ash-Shiddiq (naskah drama dalam bentuk prosa)

4) 'Alim wa Thagiyyah

k. Buku-Buku Kecil Tentang Kebangkitan Islam

1) Al-Din fi 'Ashr al-'Ilmi

2) Al-Islam wa al-Fann

3) Al-Niqâb lil-Mar'ah baina al-Qawl bi Bid'atihi wal-Qawl biWujubihi

4) Markaz al-Mar'ah fil-Hayah al-lslamiyyah

5) Fatawa lil-Mar'ah al-Muslimah

Page 43: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

28

6) Jarimah ar-Riddah wa 'Uqububat al-Murtad fi Dhau' al-Qur'an was-

Sunnah

7) Al-Aqlliyat ad-Diniyyah wal-Hill al-Islami

8) Al-Mubasyyirat bi Intishar al-Islam

9) Mustaqbal al-Ushuliyyah al-lslamiyyah

10) Al-Quds Qadhiyat Kulli Muslim

11) Al-Muslimun wal-'Awlamah

(3) Pemikirannya Tentang Hadis Nabi Saw

Di antara para pemikir kontemporer, al-Qardhâwî memberikan penjelasan

yang luas tentang bagaimana pemikirannya tentang hadis yang dikembangkan

menjadi metode sistematis untuk menilai otentisitas hadis. Menurut al-Qardhâwî,

sunnah nabi mempunyai 3 karakteristik, yaitu komprehensif (manhaj syumul),

seimbang (manhaj mutawazzun), dan memudahkan (manhaj muyassar). Ketiga

karakteristik ini akan mendatangkan pemahaman yang utuh terhadap suatu

hadis.12

Pernyataan al-Qardhâwî tentang karakter dasar sunnah yang komprehensif,

seimbang, dan memudahkan adalah konsep-konsep ideologisnya tentang hadis.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menanamkan satu model pemahaman ke

dalam masyarakat. Sementara model pemahaman yang ditawarkannya itu

bertujuan untuk menjaga kemurnian (keaslian) Islam, mendorong kebangkitan

kembali Islam dan penguasaan syari‟ah atas negara.

12

Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, (Bandung: Karisma, 1994), h.

92.

Page 44: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

29

Yȗsuf Al-Qardhâwî berpandangan bahwa agama Islam adalah sangat

mudah dan ringan. Terutama mengenai hal-hal yang biasanya dianggap oleh

masyarakat sebagai sesuatu yang susah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt:

“Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi ia hendak

membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya

kamu bersyukur.” (Q.S Al Maidah: 6).22

Membebaskan masyarakat dari sifat fanatik dan taklid terhadap imam atau

madzhab tertentu. Karena Allah Swt tidak memerintahkan kita untuk mengikuti

i i ‟ kepada madzhab atau imam tertentu, tetapi Allah Swt memerintahkan kita

agar kita mengikuti i i ‟ kepada al-Qur‟an dan al-Sunnah.13

Pendapat beliau

sesuai dengan perkataan Imam Hasan Al-Banna pada prinsip keenam yang

merupakan bagian dari “20 prinsipnya”, “Semua orang boleh diambil atau

ditinggalkan perkataannya, kecuali al- ‟sȗm (terjaga dari kesalahan dan dosa)

yaitu nabi Muhammad Saw. Semua yang datang dari generasi salaf, yang sesuai

dengan al-Qur‟an dan al-Sunnah maka kita terima. Sedangkan jika tidak, maka al-

Qur‟an dan as-Sunnah lebih utama untuk diikuti.”14

13

Biografi Yusuf Al-Qardhawi., h. 30 14 Yusuf Al-Qaradhawi, Memahami Khazanah Klasik, Mazhab dan Ikhtilaf. Penerjemah

Abdul Hayyie al-Kattani, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), cet. Ke- 1, h. 9

Page 45: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

30

B. Metode Yȗsuf al-Qardhâwî dalam Memahami Hadis

Al-Qardhâwî berpendapat bahwa, setiap orang yang berinteraksi dengan

sunnah atau yang akan menggunakan hadis untuk berbagai kepentingan agama

harus berpegang kepada tiga prinsip dasar. (1) memastikan keshahihan hadis:

prinsip pertama dalam berinteraksi dengan sunnah adalah dengan cara

memastikan keotentikan hadis (shahih atau hasan) sesuai dengan kriteria dan hasil

kerja para ahli hadis kemudian menerimanya sebagai hujjah. (2) memahami hadis

dengan seksama: memahami hadis-hadis Nabi Saw., harus dilakukan secara

seksama dan cermat. Menurut Qardhâwî, pemahaman atas hadis yang seksama

adalah pemahaman yang:

Sesuai dengan pengertian kebahasaan (Arab), dan dalam rangka konteks

hadis tersebut serta sebab wurud (diucapkannya) oleh beliau. Juga dalam

kaitannya dalam nash-nash al-Qur‟an dan Sunnah yang lain, dan dalam

rangka prinsip-prinsip umum serta tujuan-tujuan universal Islam. Semua

itu, tanpa mengabaikan keharusan memilah antara hadis yang diucapkan

demi menyampaikan risalah (misi Nabi) dan yang bukan untuk itu. Atau

dengan kata lain, antara sunnah yang dimaksudkan untuk tasyri‟

(penetapan hukum agama) dan yang bukan untuk itu. Dan juga antara

tasyri‟ yang memiliki sifat umum dan permanen, dengan yang bersifat

khusus dan sementara. Sebab diantara penyakit terburuk dalam

pemahaman sunnah adalah pencampuradukan antara bagian yang satu

dengan yang lain.15

(3) menyelesaikan atau menyelaraskan pertentangan antar hadis: tentang

prinsip ketiga ini Qardhawi berkata:

memastikan bahwa nash (hadis) tersebut tidak bertentangan dengan nash

lainnya yang lebih kuat kedudukannya, baik yang berasal dari al-Qur‟an,

atau hadis-hadis lain yang lebih banyak jumlahnya atau lebih shahih

darinya, atau labih sejalan dengan ushul (pokok ajaran agama). (hadis

tersebut juga) tidak dianggap berlawanan dengan nash yang lebih layak

dengan hikmah tasyri‟, atau berbagai tujuan umum syari‟ah yang dinilai

telah mencapai tingkat qath‟i karena disimpulkan bukan hanya dari satu

15

Yȗsuf al-Qardhâwî, Al- j ‟i h l-„Ul â fi al-Islâm li-al- ‟ân wa al-Sunnah:

Dhawabithuh wa Mahadzir fi al-Fahm wa al-Tafsîr, ( eirut: Mu‟assasah al-Risalah, 1996), h. 126

Page 46: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

31

atau dua nash saja, tetapi dari sekumpulan nash yang- setelah digabungkan

satu sama lain – mendatangkan keyakinan serta kepastian tentang tsubut-

nya (atau keberadaannya sebagai nash).16

Oleh karenanya, dalam bukunya if N ‟ m l ‟ l-Sunnah al-

N i h: ‟ lim Dawâbith, dijelaskan secara spesifik mengenai cara

memahami hadis Nabi dengan benar melalui 8 prinsip dasar, yaitu :

Memahami al-Sunnah dengan berpedoman) فهم السنة ىف ضوء القرأن الكرمي .1

pada al- ‟ n l-Karîm)

Menurut Al-Qardhâwî, pemahaman hadis harus selalu diintegrasikan

dengan ayat-ayat al-Qur‟an agar pemahaman hadis tepat dan terhindar dari

interpretasi yang bias (al-tahrif wa al-intihal), bilamana pemahamannya selalu

dihadapkan kepada teks-teks al-Qur‟an yang jelas (al-muhkamat), karena al-

Qur‟an adalah asas pokok dan pedoman utama ajaran Islam yang tak dapat

disangkal.17

“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al- ‟ n sebagai kalimat

yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-

Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui”. (al-

An‟ m 6:115)

Dalam ayat ini, kita dituntut untuk memahami al-Sunnah dengan benar,

jauh dari penyimpangan dan salah menta‟wilkan harus dilakukan di bawah

naungan al-Qur‟an, dalam lingkup orientasi Rabbani yang benar dan adil.

16

Yȗsuf al-Qardhâwî, Al-Marja‟iyyah, h. 126 17

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi) V 8, No. 2 (September 2006): h. 137

Page 47: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

32

Al-Qardhâwî bersikap hati-hati dalam menerapkan metodenya.

Menurutnya dalam Islam al-Qur‟an adalah ruh eksistensi, fondasi bangunannya,

dan ia merupakan konstitusi asli yang menjadi rujukan semua perundang-

undangan Islam. al-Sunnah an-Nabawiyah adalah yang menjelaskan dan

memperinci konstitusi tersebut, berfungsi sebagai penjelas teoritis dan

implementasi praktis terhadap al-Qur‟an.

Dan al-Qardhâwî berpendapat bahwa tidaklah penjelasan akan

bertentangan dengan yang dijelaskan, tidak pula cabang bertentangan dengan

pokok. Maka penjelasan Nabi Muhammad Saw. selamanya berkisar dalam

cakrawala al-Qur‟an dan tidak pernah melampauinya. Bila sebagian orang

mengira adanya pertentangan dengan ayat-ayat muhkam al-Qur‟an, maka dapat

dipastikan hadisnya tidak shahih atau pemahaman kita terhadapnya tidak benar,

atau apa yang diperkirakan sebagai “pertentangan” itu hanyalah bersifat semu, dan

bukan pertentangan hakiki. 18

Kecendrungan keilmuan klasik justru sebaliknya: sunnah dipandang

sebagai penjelasan wahyu yang tidak mungin salah dan tidak mungkin dibatalkan

oleh al-Qur‟an. Imam al-Sy fi‟ mempelopori pendapat yang menyatakan bahwa

sunnah tidak dapat dibatalkan oleh al-Qur‟an karena sunnah berperan membuat

perintah-perintah al-Qur‟an yang umum menjadi spesifik. Apabila terlihat ada

kontradiksi, sarana yang bisa mendorong untuk menyelesaikannya adalah ta‟wil.

18

Yȗsuf Qardhâwî, Metode Memahami Al-Sunnah Dengan Benar. Penerjemah Saifullah

Kamalie, (Jakarta: media dakwah, 1994 M), h. 148-149

Page 48: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

33

Menurutnya karena sunnah dianggap sumber independen yang tidak dapat

dibatalkan oleh al-Qur‟an.19

Dan juga menurut al-Qardhâwî perlunya penelitian seksama tentang

keberlawanan suatu hadis dengan al-Qur‟an. Mengenai hal ini, perlu kiranya

diingatkan agar kita jangan sembarangan melontarkan tuduhan adanya

keberlawanan antara hadis-hadis dan al-Qur‟an, tanpa dasar yang shahih.20

Dan

adalah kewajiban setiap Muslim untuk tidak menerima begitu saja hadis yang

dilihatnya bertentangan dengan ayat al-Qur‟an yang muhkam, selama tidak ada

penafsirannya yang dapat diterima.

Karena itu, al-Qardhâwî tidak dapat begitu saja menerima hadis yang

dirawikan oleh Abȗ wud dan selainnya:

ث نا م ث نا ابن أب زائدة، أخب رن ممد بن صالح بن ذريح بعكب راء، قال: حد سروق بن المرزبن، قال: حدث نا أب، ]ص: الوائدة والموءودة »[ عن عامر، قال: قال رسول الل صلى الل عليو وسلم: 255قال: حد

21) صحيح ابن حبان («ف النار

“Perempuan yang mengubur hidup-hidup bayi perempuannya dan si bayi

yang terkubur hidup-hidup, kedua-duanya di neraka”

Dan hadis lain:

م سل ت ف اإلسالم دة ائ الو ك در الأن ت إ ،الوائدة والموءودة ف النار

19

Al-Ghazali, Al-Sunnah al-Nabawiyah bayna ahl al-Fiqh wa ahl al-hadits (kairo, 1989;

buku ini edisi berbahasa indonesianya diterbitkan Mizan (1999) berjudul Studi kritis atas Hadis

Nabi Saw, antara pemahaman tekstual dan kontekstual, h. 19 20

Yȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw. Penerjemah Muhammad Al-Baqir,

(Bandung: Karisma, 1994), h. 101

21Muhammad bin Hibban, Sahih ibn Hibban, Juz. 4, no hadis 4717, (Bairut: Taba‟ah al-

tsaniyah, 1414-1993) h. 230

Page 49: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

34

“Perempuan yang mengubur hidup-hidup bayinya yang

perempuan, kedua-duanya berada di neraka, kecuali jika si perempuan

(yang melakukan hal itu) mendapati agama Islam lalu ia memeluknya.”

Di hadis yang kedua ini masih ada peluang baginya untuk selamat dari

azab neraka, sedangkan si anak perempuan (yang menjadi korban) tidak ada

peluang baginya.

Dalam hal ini, para sahabat dahulu bertanya-tanya ketika mendengar Nabi

Saw bersabda:

ان ك و ن ؟ قال: إ ول قت ال ل ا ب م ،ف ل ات وا: ىذاالق ال "ق ار ىف الن ول قت وال ل ات الق ا، ف م يه يف س ب ان سلم ى ال ق ا الت إذ و ب اح ص ل تا على ق يص ر ح

“Apabila dua orang Muslim saling berhadapan dengan kedua

pedang mereka masing-masing, maka yang membunuh dan yang terbunuh,

kedua-duanya di neraka.”

Mereka bertanya: “Ya Rasulullah, si pembunuh memang berhak

memperoleh hukuman seperti it2wu; tetapi mengapa yang terbunuh (dimasukan

pula ke neraka)?” maka beliau menjawab:

“sebab ia (si pembunuh) juga bertekad untuk membunuh kawannya.

Begitulah Nabi Saw., menjelaskan kepada mereka, mengapa si korban

juga berhak atas hukuman neraka. Yaitu, karena niatnya untuk membunuh

temannya itu.22

Maka dengan keadaan hadis tadi “Jika si perempuan yang mengubur bayi

perempuannya, memperoleh hukuman neraka; mengapa pula si anak yang

menjadi korbannya? Bukankah hal itu berlawanan dengan firman Allah Swt23

.,:

22

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., h. 97 23

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., h. 97

Page 50: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

35

„dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup

ditanya karena dosa apakah ia dibunuh?‟ (Al-Takwîr [81]: 8-9)

Tidak hanya Al-Qardhâwî yang menyatakan bahwa sunnah harus

dievaluasi kembali dengan bantuan al-Qur‟an, namun Al-Ghazâlî, Rasyîd Ridhâ,24

Th H usain dan Muhammad H usain Haikal juga pendapat mereka hampir sama.

األحاديث الواردة ىف الوضوع الواحدمجع .2 (Mengumpulkan Hadis-Hadis dalam

Satu Objek)

Dalam memahami al-Sunnah dengan benar hadis-hadis shahih yang

berkaitan dengan suatu tema tertentu hendaknya di kumpulkan dalam satu objek.

Dimana yang bersifat mutasyâbih dikembalikan kepada yang bersifat muhkam,

yang mutlak dibawa kepada yang terikat, dan yang bersifat umum ditafsirkan oleh

yang bersifat khusus. Dengan demikian pengertian hadis yang dimaksud akan

jelas.25

Sebagai misal, hadis-hadis yang berkenaan dengan larangan “mengenakan

sarung sampai di bawah mata kaki”, yang mengandung ancaman cukup keras

kepada pelakunya.

Perhatikanlah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Dzar r.a.,

bahwa Nabi Saw pernah bersabda:

و ب ت لع س . والنفق نة م ال ا إ يئ ى ش عط ى الي ذ ، ال نان : ال ة يام الق وم هللا ي م ه م ل ك ي ال ثة ال ث ، اب ذ الك لحلل ه ار ز إ ل سب وال

“Tiga jenis manusia, yang kelak pada hari kiamat tidak akan diajak bicara

oleh Allah: 1) seorang mannân (pemberi) yang tidak memberi sesuatu

24

Al-Manâr 12 (1911) : 693-99; dikutip dalam Juynboll, Authenticity, 30. 25

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., h. 106

Page 51: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

36

kecuali untuk diungkit-ungkit; 2) seorang pedagang yang berusaha

melariskan barang dagangannya dengan mengucapkan sumpah-sumpah

bohong; dan 3) seorang yang membiarkan sarungnya terjulur sampai di

bawah kedua mata kakinya.”

Dalam riwayat lainnya, juga dari Abu Dzar:

“Tiga jenis manusia yang kelak di hari kiamat tidak diajak bicara oleh

Allah, tidak dipandang oleh-Nya, tidak ditazkiyah oleh-Nya, dan bagi

mereka tersedia a ab yang pedih.” (Rasulullah Saw., mengulangi sabda

beliau itu tiga kali, sehingga Abu ar berkata: „Sungguh ya Rasulullah?‟

Maka jawab beliau): “Orang yang membiarkan sarungnya terjulur sampai

ke bawah mata kaki; orang yang memberi sesuatu untuk kemudian

diungkit-ungkit; dan pedagang yang melariskan barang dagangannya

dengan bersumpah bohong.”

Kalau begitu apa sebenarnya yang dimaksud dengan ungkapan “orang

yang menjulurkan sarung sampai ke bawah mata kaki”? Apakah mencakup siapa

saja yang memanjangkan sarungnya, walaupun hal itu semata-mata karena

kebiasaan yang berlaku di kalangan masyarakat dan tanpa maksud

menyombongkan diri?26

Mungkin saja hal itu didukung oleh hadis yang diriwayatkan dalam Shahih

al- ukhari, dari Abu Hurairah: “Sarung yang dibawah mata kaki, akan berada di

neraka.”

Yang dimaksud dengan “sarung” dalam hadis itu, ialah “kaki” seseorang

yang sarungnya terjulur sampai di bawah mata kakinya. Ia akan dimasukkan ke

neraka, sebagai hukuman atas perbuatannya.

Akan tetapi, bagi orang yang sempat membaca semua hadis yang berkenaan

dengan masalah ini, akan mengetahui apa yang di-tarjih-kan oleh Al-Nawawi, Ibn

Hajar dan lain-lainnya, bahwa yang dimaksud disini adalah sikap sombong yang

26

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi., h. 107

Page 52: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

37

menjadi motivasi orang yang menjulurkan sarungnya. Itulah yang diancam

dengan hukuman yang keras.

Dari beberapa hadis Nabi lainnya yang telah dipaparkan di dalam buku Al-

Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw. Sebagai konklusinya bahwa,

apa yang telah menjadi adat kebiasaan, harus pula diperhitungkan, sebagaimana

dinyatakan oleh Al-Hâfidz Al-„Ir q . Sebab, adakalanya suatu perbuatan yang

menyimpang dari kebiasaan umum, mungkin justru menjadikan pelakunya makin

terkenal. Sedangkan cara berpakaian yang sengaja dimaksudkan untuk tujuan

seperti itu, adalah tercela pula. Maka yang paling baik adalah sikap tengah-tengah.

Walaupun demikian, sekiranya ada orang yang memendekkan tsaub-nya, demi

mengikuti al-sunnah dan menjauhkan diri dari tuduhan hendak menyombong, atau

ingin memilih jalan yang lebih “selamat” maka, insya Allah, ia akan beroleh

pahala juga. Tetapi dengan syarat ia tidak boleh memaksa orang lain untuk

mengikutinya bahkan sampai berbuat radikalis.27

Memadukan Atau Mentarjih Antara) اجلمع أو الرتجيح بني خمتل الحلديث .3

Hadis-Hadis yang Kontradiktif)

Dalam pandangan Al-Qardhâwî, pada dasarnya nash-nash syari‟at tidak

akan saling bertentangan. Maka bila tampaknya ada kontradiksi,maka hal itu

hanya penglihatan sepintas yang pada hakekatnya tidak demikian dan merupakan

kewajiban kita untuk menghilangkan kontradiksi semu tersebut.28

27

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., h.109-112 28

Yusuf Qardhawi, Metode Memahami al-Sunnah Dengan Benar., h. 197

Page 53: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

38

Tahap selanjutnya bila hadis-hadis yang memiliki tema yang sama nampak

kontradiktif, maka langkah pertama adalah melakukan kompromi (al-j m‟ l-

taufiq) terhadap hadis-hadis tersebut. Dasar pemikiran Al-Qardhâwî adalah bahwa

pada prinsipnya nash-nash tidak mungkin saling bertentangan secara substansi.

Jika mungkin melakukan kompromi, maka hal tersebut harus terlebih dahulu

dilakukan dibanding melakukan komparasi hadis (al-tarjih). Namun perlu dicatat

bahwa kompromi ini hanya dilakukan terhadap hadis-hadis yang sahih saja, tidak

termasuk hadis da‟if dan diragukan validitasnya.29

Masih berkaitan dengan hadis-hadis yang paradoks, Al-Qardhâwî

nampaknya kurang memilih alternatif selanjutnya yakni nasakh, karena

menurutnya medan naskh dalam hadis lebih sempit dibanding pendekatan

kompromi (al-j m‟ l-taufiq) maupun komparasi (tarjih). Menurut Qardhâwî

hal ini disebabkan karena sebagian hadis hanya bersifat parsial dan temporal.30

Sebagai contoh: hadis-hadis yang melarang kaum wanita menziarahi

kuburan. Misalnya, hadis dari Abȗ Hurairah, bahwa Rasulullah Saw., “mel kn

k m ni ng e ing menzi hi k n”. (Dirawikan oleh Ahmad, Ibn

Majah dan al-Tirmid i yang berkata: “hadis ini hasan sahih”. Sebagaimana

diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam sahih-nya).31

Diriwayatkan pula dari Ibn Abbas dan Hassan bin Tsabit dengan lafal:

“para wanita pen iarah kuburan.”

29

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., h. 118 30

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi)., h.140 31

Lihat juga al-Tirmidzi dalam bab Janâiz (1056), Ibn Mâjah (1576) dan Ahmad (2/337).

Juga dirawikan oleh Al-Baihaqi dalam al-Sunan (4/78).

Page 54: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

39

Hal itu dikuatkan pula oleh beberapa hadis yang mengandung larangan

terhadap kaum wanita untuk mengikuti jenazah. Dari sana dapat disimpulkan pula

larangan terhadap ziarah kubur bagi wanita.

Namun ada hadis lain yang mengizinkan menziarahi kuburan, sama seperti

kaum laki-laki. Diantaranya, sabda Nabi Saw.:

32اوى ور ز ، ف ورب الق ة ر ي م عن ز ك يت ه م ن نت ك

“Aku pernah melarang kalian men iarahi kuburan kini iarahilah”

الوت ر ذك ا ت إن ف ور ب وا الق ور ز

“Ziarahilah kuburan-kuburan, sebab hal itu akan mengingatkan

kepada maut.”

Dalam hadis-hadis di atas, izin umum tersebut tentunya mencakup kaum

wanita juga.

Juga hadis yang dirawikan oleh al-Bukhârî dan Muslim, dari Anas, bahwa

Nabi Saw., menjumpai seorang wanita yang sedang menangis di sisi sebuah

kuburan, lalu beliau berkata: “bertakwalah kamu dan bersabarlah” wanita itu

menjawab: “Menjauhlah kamu dariku. Engkau tidak mengalami musibah yang

kualami.” (Rupa-rupanya ia tidak mengenali Rasulullah Saw...).

Dalam hadis itu, Nabi Saw., menyatakan ketidak sukaannya kepada sikap

si wanita yang tampak kurang sabar dalam menerima musibah, namun beliau

tidak melarangnya berziarah.

Meskipun hadis-hadis ini, lebih sahih dan lebih banyak, dibandingkan

hadis-hadis yang melarang, namun menggabungkan semuanya dan berupaya

32

Lihat juga Imam Muslim, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel, hadis no.

1406 juz 2, h. 1025

Page 55: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

40

menyesuaikan makna kandungannya, adalah masih mungkin. Yaitu dengan

mengartikan kata “melaknat” yang tersebut dalam hadis sebagaimana dinyatakan

oleh al-Qurthubi yang ditujukan kepada para wanita yang amat sering melakukan

ziarah. Hal itu sesuai dengan bentuk kata zawwârât, yang berkonotasi “amat

sering”. Menurut al-Qurthubi, mungkin sebabnya ialah hal itu dapat

mengakibatkan berkurangnya perhatian mereka kepada para pemenuhan hak

suami, disamping kemudian membawa mereka kepada tabarruj serta meratapi

orang-orang yang mati dengan suara keras. Dan dapat dikatakan pula bahwa jika

semua itu dapat dihindarkan, maka boleh menziarahi kuburan bagi kaum laki-laki

maupun perempuan.

Berkata al-Syauk ni: “pendapat itulah yang sepatutnya dijadikan andalan

dalam upaya menggabungkan antara hadis-hadis yang tampaknya saling

bertentangan menurut ahirnya.”33

Memahami Hadis dengan) فهم األحاديث ىف ضوء أسباهبا ومالبساهتا و مقاصدىا .4

Memperhatikan Konteks Historis, Hubungan dan Tujuannya)

Untuk memahami hadis dengan benar dan mendalam, haruslah

mengetahui hubungan-hubungan dalam konteks nashnya yang memberikan

penjelasan dan mengatasi situasi dan kondisinya sehingga maksud dari hadis

tersebut dapat ditentukan dengan pasti dan tidak memberikan peluang terhadap

dugaan-dugaan sepintas atau pengertian eksplisit yang bukan maksud sebenarnya.

33

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., h. 121-122

Page 56: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

41

Sehingga kita harus memahami suatu hadis dari kesimpulan dan realita konteks

hadis tersebut.34

Jadi terkadang sebuah kandungan hadis yang bersifat umum dan abadi,

namun bila melihat illahnya, maka akan bersifat kontekstual. Bila illah tidak

terdapat, maka hilang kontekstual ini, tentu diperlukan pengetahuan yang

mendalam tentang hakikat agama, maqâshid al-syâri‟ah, keberanian moral, situasi

dan kondisi historis hadis (asbâb al- ȗ .

Disisi lain Qardhâwî juga mengkritik pemahaman tekstual terhadap hadis

karena pemahaman tekstual terkadang tidak sesuai dengan ruh dan tujuan hadis,

bahkan bertentangan. 35

Disebutkan dalam Sahih al-Bukhâri dan Muslim, dari Abdullah bin Abbas,

secara marfu‟:

36م ر ها م ع إال و م ة أ ر إمر اف س ت ال

“Tidak dibolehkan seorang perempuan bepergian jauh kecuali ada seorang

mahram bersamanya”

„Illah (alasan) di balik larangan ini ialah kekhawatiran akan keselamatan

perempuan apabila ia bepergian jauh tanpa disertai seorang suami atau mahram.

Ini mengingat bahwa dimasa itu, orang menggunakan kendaraan unta, baghal

ataupun keledai dalam perjalanan mereka, seringkali mngarungi padang pasir

yang luas atau daerah-daerah yang jauh dari hunian manusia. Dalam kondisi itu,

34

Yusuf Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah Dengan Benar., h. 223 35

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi)., h. 141-142 36

Lihat al-Bukhari hadis no. 1863, juz 3, h. 19. dan Muslim dalam Program al-Maktabat

Shamel, hadis no. 418 juz 2, h. 976

Page 57: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

42

seorang perempuan yang bepergian tanpa disertai suami ataupun mahramnya,

tentunya dikhawatirkan keselamatan dirinya, atau – paling sedikit – nama baiknya

dapat tercemar.

Akan tetapi, jika kondisi seperti itu telah berubah, seperti dimasa kita

sekarang, maka tidak ada lagi alasan untuk mengkhawatirkan keselamatan wanita

yang bepergian sendiri. Dan ini tidak dapat dianggap sebagai tindakan

pelanggaran terhadap hadis tersebut. Bahkan hal seperti itu, menguatkan

kandungan hadis marfu‟ yang dirawikan oleh al- ukh r , dari „Adi bin H tim:

37يوشك أن خترج الظعينة من الحلرية تقدم البيت )أى الكعبة( الزوج معها

“Akan datang masanya ketika seorang perempuan penunggang

unta pergi dari (kota) hijrah menuju ka‟bah, tanpa seorang suami

bersamanya”

Hadis ini, pada hakikatnya, menubuatkan tentang datangnya masa

kejayaan Islam sebagai mercusuar yang memancarkan sinarnya di seluruh alam.

Dan sekaligus juga menunjukan dibolehkannya seorang perempuan bepergian

tanpa suami atau mahram dalam keadaan seperti itu. Begitulah yang disimpulkan

Ibn Hazam dari hadis tersebut.38

Membedakan Antara Sarana) التمييز بني الوسيلة التغرية و اهلدف الثابت للحديث .5

yang Berubah-Ubah dan Tujuan Permanen Hadis)

Menurut Al-Qardhâwî, Di antara sebab terjadinya kesalahan pemahaman

terhadap al-Sunnah adalah sebagian orang mencampur adukkan antara tujuan dan

maksud yang permanen (al-ahdaf al-tsabitah) dimana al-Sunnah berusaha

37

irawikan oleh ukh ri dalam ab „Al m t Al-Nubuwwah fi al-Islâm. 38

Yȗsuf Al-Qardhâwî, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw., h. 136-137

Page 58: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

43

merealisasikannya dan sarana yang bersifat temporal (al-wasâil al-

mutaghoyyirah) dan lokal yang terkadang membantunya untuk mencapai tujuan

yang diharapkan.39

Membedakan Antara Hakekat dan) التفريق بني الحلقيقة و اجملاز ىف فهم الحلديث .6

Majas dalam Memahami Hadis)

Makna metaforis (majazi) di sini adalah mencakup al-majaz al-lughawi

(metaforis menurut bahasa) dan al-majaz al-„aqli (metaforis menurut rasio), al-

istiarah wa al-kinayah (kiasan), dan setiap bentuk kata atau kalimat yang memiiki

makna konotatif. Majaz dapat diketahui dengan memperhatikan indikator makna

(al-qarinah) dari sebuah kata atau kalimat.40

Al-Imam al-Rahib al-Ashfahani dalam bukunya yang bermutu Al- ar ‟ah

Ilâ Makârimi-sy-Syar ‟ah mengatakan :

“Ketahuilah bahwa pembicaraan, bila diucapkan dengan perumpamaan

untuk diambil pelajaran bukannya untuk memberikan berita, maka sebetulnya

tidak termasuk dusta. Oleh karena itu orang-orang yang sangat berhati-hati tidak

merasa rikuh menggunakannya”.

Hati-hati Untuk Tidak Mudah Menta‟wilkan Ungkapan Majazi

Al-Qardh w berpendapat, bahwa penta‟wilan hadis-hadis dan teks-tekas

dalil pada literal, adalah masalah yang cukup riskan yang tidak boleh mudah-

mudah dilakukan kecuali bila ada petunjuk dari dalil aqli dan naqli. Seringkali

39

Yusuf Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah Dengan Benar, h.248 40

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi)., h. 143

Page 59: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

44

hadis-hadis dita‟wilkan karena berdasarkan pandangan subjektif, temporal atau

lokal.

Penta‟wilan Yang itolak

i antara penta‟wilan yang tidak boleh diterima adalah penta‟wilan kaum

kebatinan yang tidak berdasarkan dalil, baik dari ungkapan maupun dari konteks

perkataan.

Ibnu Taimiyyah dan Penolakan Majaz

Menurut Al-Qardhâwî, bahwa Syaikhu-I-Islam menolak adanya majaz

dalam al-Qur‟an, hadis dan dalam bahasa secara umum dan pendapatnya ini

diperkuat dengan sejumlah dalil dan ungkapan. Ibnu Taimiyyah ingin menutup

pintu bagi mereka yang berlebih-lebihan dalam menta‟wilkan hal-hal yang

berhubungan dengan sifat-sifat Allah „A a wa Jalla yaitu mereka yang

dinamakan kaum al-Mu‟athilah. Sifat-sifat Allah ta‟ala menurut pandangan

mereka hampir menjadi sekedar negatif bukan positif dan nafyun yang tidak

disertai itsbat.

Ia ingin menghidupkan apa yang ada pada umat terdahulu yang

mengitsbatkan bagi Allah ta‟ala apa-apa yang telah diitsbatkan-Nya dalam kitab-

Nya al-Qur‟an dan dalam sunnah Rasul-Nya dan menafikan apa-apa yang telah

dinafikan al-Qur‟an dan as-Sunnah.41

Membedakan Antara yang Gaib dengan yang) التفريق بني الغيب و الشهادة .7

Nyata)

41 Yusuf Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah Dengan Benar, h.312-317

Page 60: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

45

Kesalahan pokok dalam memahami hadis yang terkait dengan hal-hal gaib

adalah menganalogikannya dengan hal-hal nyata. Sebuah analogi yang keliru (al-

qiyas mâ al-fariq bathil) karena hal-hal nyata memiliki perbedaan dengan hal-hal

gaib. Oleh karena itu, seharusnya hal-hal bersifat gaib tidak perlu diperdebatkan.

Hadis-hadis tentang keadaan syurga, neraka, sirath, mizan, siksa kubur, dan

sebagainya tidak perlu dianalogikan dengan kondisi alam nyata. Pendekatan Al-

Qardhâwî nampak cenderung kepada Ahlu Sunnah yang menolak takwil terhadap

eksistensi hal-hal gaib.42

Oleh karena itu, para ulama kita menetapkan bahwa agama datang

membawa ajaran yang mengajak akal untuk berdialog tetapi ia tidak mungkin

membawa ajaran yang dapat dirubah oleh akal. Maka bagaimanapun juga, dalil

naqli yang shahih tidak bakal bertentangan dengan akal murni.43

Mengkonfirmasi Pengertian Kata-Kata) التأكد من مدلوالت ألفاظ الحلديث .8

Hadis)

Hal yang sangat penting, menurut Al-Qardhâwî, untuk memahami hadis

dengan benar adalah memahami makna kata perkata dari teks hadis, karena

seringkali kata-kata tersebut berubah makna sesuai dengan konteks kalimat dan

zaman. Hal ini suatu hal yang telah maklum dalam sejarah bahasa. Al-Qardhâwî

mengutip perkataan al-Ghazali tentang perbedaan kalangan salaf dan khlaf tentang

pergeseran penggunaan kata dalam ilmu agama yang menyebabkan pencapur

adukan istilah.

42

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi)., h.144 43

Yusuf Qardhawi, Metode Memahami As-Sunnah Dengan Benar., h. 3221

Page 61: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

46

Sebagai contoh adalah pendapat sebagian ulama yang mengharamkan

lukisan dalam bentuk apapun termasuk photografi. Padahal orang arab tentu tidak

akan berpikir ketika menggunakan kata al-tashwir termasuk photografi. Oleh

karena itu kesimpulannya bahwa kata al-tashwir bukanlah sebutan kebahasaan,

tapi sebuah bahasa hukum, sehingga photografi tidak terwakili dalam kata al-

tashwir. Jadi photografi adalah suatu yang mubah.44

44

Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi)., h. 144

Page 62: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

47

BAB III

HADIS-HADIS TENTANG MENGUCAPKAN DAN MENJAWAB SALAM

TERHADAP NON-MUSLIM

A. Teks Hadis Tentang Mengucapkan dan Menjawab Salam Terhadap

non-Muslim

، عن سهيل، عن أبيو، عن راوردي ث نا عبد العزيز ي عن الد بة بن سعيد، حد ث نا ق ت ي أب ىري رة، أن رسول حدل »هللا عليو وسلم قال: هللا صلى ، ل ت بدءوا الي هود ول النصارى بلس يتم أحدىم ري ذا ل م،

و 1«اضطروه إل أضي

“Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu

'alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian awali megucapkan salam

kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu salah seorang mereka

di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” (HR. Muslim)

ث نا ىشيم، أخب رن عب يد الل بن أب بكر بن أنس، ح بة، حد ث نا عثمان بن أب شي ث نا أنس بن مالك رضي حد د

ولوا: وعليكم عنو، قال: قال النب صلى هللا عليو وسلم الل 2: " إذا سلم عليكم أىل الكتاب

“Menceritakan Yahya bin Yahya, mengkhabarkan kepada kami

Husyaim dari Ubaidillah bin Abu Bakar ia berkata aku mendengar Anas

berkata, bersabda Rasulullah saw, Haun (tahwilu sanadain), mentahditskan

Ismail bin Salim kepada ku, Mentahditskan Husyaim kepada kami,

mengkhabarkan kepada kami Ubaidillah bin Abu Bakar dari kakeknya

Anas bin Malik bahwasanya Rasulallah saw bersabda “Jika seorang ahli

kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah

dengan ucapan wa‟alaikum.” (HR. Al-Bukhârî)

1 Imam Muslim, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga Imam

Muslim, Shahih Muslim, hadis no. 2167, juz 4. (kairo: Daar ibn Jauzi. 2010), h. 1707 2 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga, Abi

Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 8 (Indonesia: Maktabah, Dahlan,

t.th), h. 75

Page 63: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

48

1. Takhrij Hadis

Upaya penulis menguraikan mengenai hadis-hadis larangan mengucapkan

salam dengan Ahl al-Kitâb Untuk ditakhrij3 hanya sebatas sebagai bahan

pendukung agar mengetahui asal-usul hadis dan mengemukakan sumber

pengambilannya-dari berbagai kitab koleksi hadis yang disusun oleh para kolektor

(mutakharrij)-nya, secara langsung. Dan untuk hadis larangan mengucapkan dan

menjawab salam terhadap non-Muslim penulis menemukan dalam kitab takhrij al-

Mu‟jam al-Mufahras l al- al- a îts, Mausȗ‟a râf al- a îts, dan Miftâ u

Kunȗz al-Sunah. Penjabarannya sebagai berikut:

Langkah pertama, setelah ditelusuri dalam kitab al-Mu‟jam al-Mufahras l

al- al- a îts al-Nabawî dari semua lafaz yang ada dalam matan hadis, Data

yang disajikan dari penelusuran kata adalah sebagai berikut:

4م عليكم أىل الكتاب ولوا )وعليكم(إذاسل سلم :

Kitab al-Mu‟jam al-Mufahras l al- al- a îts al-Nabawî

سلم

Shahih al-Bukhari, kitab Isti‟dzhan no. 22, kitab

murtadain no.4

٤، مرتدين ٢٢استئذان :خ ٨ ٩,۷سالم : م

3 Takhrîj )ختريج( dalam bahasa memiliki beberapa arti, yaitu al-istinbath )اإلستنباط(, artinya

“mengeluarkan”, at-tadrîb )التدريب(, artinya “melatih” atau “pembiasaan” dan at-tarjih artinya “menghadap. Sedangkan menurut istilah, menyampaikan hadis kepada orang)التجيح(

banyak dengan menyebutkan semua perawi dalam mata rantai sanad hadis itu beserta metode

periwayatan masing-masingnya. Lihat, M. Ma‟shum Zein, Ilmu Memahami Hadits Nabi, (

Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2013), h. 222 4 A.J. wensinck, al-Mu‟jam al-Mu a ras l al- al- a ts al-Nabawî, Jilid 5. (Leiden:

E.J. Bill 1936)

Page 64: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

49

Shahih Muslim, kitab salam no.9 dan 87.

Muwatta Malik, kitab Salam no.3.

Sunan al-Darimi, kitab Isti‟dhan no.7.

Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 2 halaman 900 dan

jilid 3 halaman 99.

٣سالم : ط

۷استئدان : دي ٩٩،٣،..٩،٢ : حم

Adapun keterangan tabel di atas dan hadis-hadisnya terdapat dalam

lampiran 1.

Kedua, penulis menelusuri hadis melalui metode awal matan dengan

menggunakan kitab Mausuah al-Atraf, dan data yang disajikan oleh kitab ini

adalah sebagai berikut:

ta Mausȗ‟a r al- a ts

5إذاسلم عليكم أحد من أهل الكتاب

Sunan at-Tirmidly, nomor hadis 3301

Sunan Ibn Majah, nomor hadis 3697

Al-Suyuti, bab 67 nomor hadis 188

Ibn Abi Shaibah, bab 8 nomor hadis 442

٣٣۱۰: ت

٣٦٩۷ : ه

۰۷۷: ٦۷ : منشور

٤٤٢: ٨ : ش

٢٥٢٩۷ : كنز

5 Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Buyuni Zaghlȗl, Mausȗ‟a r al- a ts Jilid 1,

(Beirut: Dâr Kutub al-„Ilmiyyah,t.t.), h. 332

Page 65: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

50

Adapun keterangan tabel di atas dan hadis-hadisnya terdapat dalam

lampiran 2.

Dalam kitab ini juga diinformasikan bahwa hadis ini juga dapat dilacak dalam

kitab Kanz al-Umal nomor 25297.

Ketiga, penulis juga menelusuri hadis melalui metode tematik dengan

menggunakan kitab Kanz al-„Umal. Dan data yang terdapat dalam kitab ini adalah

sebagai berikut:

6( ت ه عن أنس(1إذاسلم عليكم أحد من أىل الكتاب ولوا : وعليكم )حم ق )

Dari penelusuran dengan metode ini, didapatkan informasi bahwa hadis

ini diriwayatkan oleh Ahmad Ibn Hanbal, muttafaq „alaih (bukhari dan Muslim),

al-Tirmidzi, dan Ibn Majah.

Selain dari metode –metode di atas, penulis juga menelusuri hadis melalui

metode tematik dengan menggunakan kitab Miftâ u Kunȗz al-Sunah, dan data

yang didapat dari kitab ini adalah sebagai berikut :

6 Al-Muttaqi al-Syadzaily al-Madiny, Kanz al-„Umal Sunan al-Aqwal wa al- ‟al

(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1409 H), h. 123

Page 66: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

51

ta M t u unȗ al-Sunah

7متى وكيف يسلم على اليهود والنصارى

Bagaimana menjawab salam non-Muslim.

Menjawab salam non-Muslim dalam surat.

Larangan memulai salam kepada non-

Muslim.

Memberi salam dalam Majlis yang berisi

kaum Muslim dan Musyrik.

Bagaimana menulis surat untuk non-

Muslim.

Mengucapkan salam kepada non-Muslim.

Tidak mengucapkan dan juga tidak

menjawab salam atas orang yang berdosa.

Larangan membunuh non-Muslim yang

memberi salam.

٢٢و ٢۱ب ۷٩ك –بخ

۰٣ – ۰۱قا ٩ – ٦ح ٣٩ك –مس

۰٣۷ب ٤۱ك –بد

۰٢ب ٤۱، ك ٤۰ب ۰٩ك –تر

۰٣ب ٣٣ك –سخ

۷ب ۰٩ك –مى

۷۰ص ٢ق ٤ج –عد

،٤٥٩و ٤٤٥و ٣٤٦و ٢٦٦اثن ص –حم

٢۰٢و ٢۱٢و ۰۰٥و ۰۰٣و ٩٩اثلث ص

،٢٩۱و ٢۷۷و ٢۷٣و ٢٢٢و ٢۰٤و

٣٩٨و ٢٣٣و ۰٤٣رابع ص

٢٤٢٤و ٢۱٦٩و ۰٩۷۰ح –ط

7 Muhammad Fu‟ad „abdul baqi, M t u unȗ al-Sunah, (Lahore: Isaroh Tarjamanu al-

Sunah, 1931), h. 242

Page 67: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

52

Adapun keterangan tabel di atas dan hadis-hadisnya terdapat dalam

lampiran 3.

Dari hasil penelusuran di atas, ditemukan sebelas hadis yang berkaitan

dengan salam terhadap non-Muslim hadis-hadis tersebut diklasifikasikan ke dalam

poin-poin sebagai berikut :

Untuk tema yang pertama, yaitu bagaimana menjawab salam non-Muslim

terdapat tiga hadis yang berkaitan. Pertama, Menjawab dengan “wa „alaika”.

Kedua, menjawab dengan “‟alaika” atau “wa „alaika”. Ketiga menjawab dengan

“‟alaika ma qulta”.8

Tema kdua, yaitu mengucapkan salam kepada non-Muslim terdapat dua

hadis yang berkaitan. Pertama, tidak perlu menarik ucapan salam kepada non-

Muslim. Kedua, meminta kembali ucapan salam. Sementara untuk tema-tema

yang lainnya, masing-masing hanya terdapat satu hadis saja.

2. Penjalasan (Syarah) Hadis Larangan Mengucapkan dan Menjawab Salam

Terhadap non-Muslim

Dilalah „amr (petunjuk perintah). Apakah sighat amr (perintah) itu

menunjukkan wajib? Atau mustahab? Atau boleh jadi wajib dan boleh jadi

mustahab? Atau tidak menunjukkan suatu hukum pun kecuali jika disertai dengan

qarinah (indikasi) tertentu? Atau apakah hukum perintah dalam al-Qur'an dan as-

Sunnah itu berbeda?9

8 Ai Popon Fatimah, Salam terhadap non-Muslim perspektif hadis, (Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2014). h. 31-34

9 Yȗsuf al-Qardhawî, Kaedah Toleransi Dalam Masalah, h.2

Page 68: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

53

“Al-sâmu‟alaikum [semoga kematian menimpa kalian].” Dalam riwayat

Al-Kasymihani disebutkan dengan redaksi, Assâmu‟alayka (semoga kematian

menimpamu) dengan bentuk tunggal pada kata ganti orang kedua tunggal.

Demikian juga yang disebutkan dalam hadis Aisyah dan hadis ibnu Umar. Selain

itu tidak ada yang berbeda dengan hadis Anas yang menggunakan lafaz tunggal,

„ala ka.

Selain itu, ada yang mengatakan, bahwa itu tidak diartikan sebagai celaan,

tetapi mendo‟akan kematian yang pasti terjadi. Oleh karena itu, sebagai

jawabannya beliau menjawab, وعليكم (dan semoga pula menimpa kalian).

Maksudnya, kematian pasti menimpa kami dan juga kalian, sehingga do‟a tersebut

tidak ada gunanya. Itulah pendapat yang diisyaratkan oleh Al-Qadhi Iyadh, dan

isyarat ini pun telah dikemukakan pada pembahasan tentang meminta izin. Juga

orang yang mengucapkan, السأم dengan huruf hamzah yang bermakna السامة

(bosan), yang artinya mendo‟akan agar bosan terhadap agama, dan ini bukan

sebagai ungkapan jelas dalam mencela.10

Dalam buku Fiqih Lintas Agama, Bahwa dalam bukunya hukum suatu

masalah baru bisa ditetapkan apabila diketahui konteks dan situasinya, yang

dengan demikian diketahui pula kemaslahatan dan kemudlaratannya. Bukan

hukumnya yang ditetapkan terlebih dahulu dan kemudian hukum itu diterapkan

kepada semua peristiwa atau kasus. Hukum harus tunduk kepada kemaslahatan

dan hikmah. Tidak boleh sebaliknya kemaslahatan harus tunduk kepada hukum.

10

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, terj. Amir Hamzah :

Fathul Baari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 64

Page 69: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

54

Beberapa catatan sepuluh hadis yang diriwayatkan oleh bukhari ini perlu

mendapat perhatian. Pertama, salam yang diucapkan oleh orang-orang Yahudi

adalah salam penghinaan, yaitu “Assamu‟alaikum” atau “Assamu‟alaika”, bukan

salam perdamaian, yaitu “Assalâmu‟alaikum”. Kedua, yang memulai

mengucapkan salam, yaitu salam penghinaan, adalah orang-orang Yahudi, bukan

Nabi. Ketiga, sikap para tamu Yahudi itu terhadap Nabi adalah sikap kebencian

dan permusuhan, bukan sikap perdamaian dan persahabatan. Keempat, Nabi

menegur Aisyah agar tidak bertindak kasar dan tidak melaknat para tamu yang

tidak sopan itu karena Allah mencintai keramahan dan kelembutan. Kekasaran

dan ketidak sopanan tamu tidak boleh menghilangkan keramahan dan kelembutan

penerima tamu. Kelima, karena itu, cukup bagi Nabi untuk menjawab salam

orang-orang Yahudi itu dengan “wa‟alaikum”11

(dan bagimu [kematian], atau

“wa‟alaika” (dan bagi engkau [kematian].

Sepuluh hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî melalui Aisyah,

Abdullah ibn Umar, dan Anas ibn Malik ini, memberikan gambaran wajah Islam

yang diberikan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Muslim melalui Abu Hurairah

tadi. Sepuluh hadis yang diriwayatkan melalui Aisyah, Abdullah ibn Umar ini

memberikan gambaran wajah Islam yang ramah, lembut dan bersahabat,

sedangkan hadis yang diriwayatkan melalui Abu Hurairah tadi memberikan

gambaran wajah Islam yang kasar, galak dan tidak bersahabat.

11

Namun sebagian ulama menjelaskan bahwa jika ahlul kitab mengucapkan salamnya itu

tegas “ ssalamu‟‟ala kum”, maka jawabannya adalah tetap semisal dengannya yaitu:

“Wa‟ala kumus salam.” Alasannya adalah firman Allah Ta‟ala (yang artinya), “Apabila kamu

diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan

yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS. An

Nisa‟: 86). Sebagaimana hal ini adalah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al „Utsaimin.

Page 70: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

55

Oleh karenanya, penetapan hukum mengucapkan salam kepada orang-

orang non-Muslim harus berdasarkan pada kemaslahatan dan hikmah. Di

Indonesia banyak orang Muslim dan orang-orang non-Muslim bersahabat, atau

paling tidak, tidak bermusuhan. Dalam konteks seperti itu, bertolak dari

kemaslahatan dan hikamah.

Dalam kitab Syarah al-Majmu‟ al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi

dijelaskan beberapa dalil dari al-Qur‟an ataupun hadis Nabi :

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin As RA;12

Seseorang bertanya kepada Nabi Saw, “(bagian) islam yang mana yang

baik?” Nabi Saw menjawab, “kau memberi makan dan mengucapkan salam pada

orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal.” (HR. Al-Bukhârî dan Muslim)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam RA, ia berkata, “aku mendengar

Rasulullah bersabda;

„Wahai seluruh manusia! Sebarkan salam, berilah makanan, sambunglah

tali kekerabatan, dan shalatlah saat orang-orang tidur niscaya kau masuk surga

dengan aman‟.” HR. al-Darimi dan al-Tirmidzi. Al-Tirmidzi berkata, “Hadis

Sahih.”

Al Baihaqi menyebutkan dalam kitab shahihnya; ammar berkata, “tiga hal,

barangsiapa menyatukan semuanya, ia telah menyatukan imam; bersikap adil

terhadap diri sendiri, mengucapkan salam terhdap siapa saja dan bersedekah saat

12

Imam Nawawi, Al-Majmu‟ Syara l Mu a a terj. H. Abdul Somad Lc., MA.,

Umar Mujtahid, Lc. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), hlm. 1019-1021

Page 71: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

56

kesusahan.‟13

Kami juga meriwayatkan hadis serupa dari Rasulullah Saw., di

selain Shahih Al-Bukhârî. Dalam hal ini ada banyak sekali hadis masyhur.

B. Pemahaman Para Ulama Terhadap Hadis Larangan Mengucapkan

dan Menjawab Salam Terhadap non-Muslim

Dalam buku Al-Majmu‟syarah Al Muhadzdzab karangan Imam Nawawi

dijelaskan bahwa Al-Mawardi menjelaskan dalam Al-Hawi; dalam hal ini ada dua

pendapat. Pertama, tidak boleh mengucapkan salam kepada orang-orang kafir.

Kedua, boleh memulai salam kepada mereka, namun dengan mengucapkan; al-

sal mu‟alaika, bukan; al-sal mu‟alaikum. Pendapat ini nyeleneh dan lemah. Bila

orang kafir dzimmi mengucapkan salam kepada orang muslim, jawaban yang

diucapkan adalah; wa‟alaikum, tidak lebih. Inilah pendapat yang kuat, inilah yang

13

Muhammad bin Najib al-Muthi‟i menjelaskan, atsar ini diriwayatkan oleh Ahmad bin

Hanbal dari berbagai sanad dari Sufyan Ats-Tsauri. Juga diriwayatkan oleh Ya‟kub bin Syaibah

dalam musnadnya dari sanad Syu‟bah, Zuhair bin Mu‟awiyah dan lainnya, mereka semua

meriwayatkan dari Abu Ishaq As-Subai‟i dari Shillah bin Zuhfar dari Ammar. Matan riwayat

syu‟bah dari Ammar sebagai berikut; (Ada) tiga hal, barangsiapa yang tiga hal ini terdapat dalam

dirinya, imannya telah sempurna. Riwayat ini intinya sama. Seperti itulah yang kami riwayatkan

dalam Jami‟ Ma‟mar dari Abu Ishaq. Seperti itu pula yang disampaikan oleh Abdurrazzaq dalam

mushannafnya dari ma‟mar. Abdurrazzaq menyampaikannya saat hafalannya berubah di akhir usia

dan ia sambungkan sanadnya hingga Nabi Saw.

Al-Hafizh Ibnu Hajar setelah menyebutkan atsar ini menyatakan, hadis ini cacat dari sisi

sanadnya sebab Abdurrazzaq berubah hafalannya di akhir usia, dan mereka mendengarkan hadis

ini dari abdurrazzaq di saat hafalannya telah berubah. Perlu di ketahui, hal semacam ini tidak

disampaikan berdasarkan pendapat dan dihukumi sebagai hadis marfu‟. Kami meriwayatkan hadis

ini secara marfu‟ dari sanad lain dari Ammar.

Ath-Thabari meriwayatkannya dalam Al-Mu‟jam Al-Kabir dan dalam sanadnya ada perawi

dhai‟f. Hadis ini memiliki riwayat-riwayat lain yang menguatkan seperti yang disebutkan dalam

ta‟liq At-Ta‟liq. Abu Zinad bin Siraj dan lainnya menyatakan, alasan kenapa orang yang

menyatukan tiga hal tersebut berarti imannya telah sempurna karena poros ketiga hal tersebut

adalah bila seorang hamba bersikap adil terhadap dirinya sendiri, ia tidak akan meninggalkan suatu

kewajiban pun untuk Allah Saw., melainkan pasti ditunaikan dan tidaklah meninggalkan

meninggalkan suatu laranganpun melainkan ia tinggalkan, hal ini menyatukan rukun-rukun iman.

Berkenaan dengan mengucapkan salam, sikap ini mengandung akhlak-akhlak mulia, sikap

tawadlu, tidak merendahkan orang lain, disamping karena mengucapkan salam akan menimbulkan

persatuan hati dan cinta.

Page 72: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

57

dipastikan oleh mayoritas fuqaha. Pengarang Al-Hawi menyebutkan pendapat

lain, jawabannya adalah; wa rahmatullah. Pendapat ini nyeleneh dan lemah.14

Menurut Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam dalam kitabnya “Syarah

Bulȗghul Marâm” bahwa, tidak boleh kaum Muslim memulai salam kepada

Yahudi dan Nasrani. Tetapi jika mereka mengucapkan salam terlebih dahulu,

maka hal ini dijelaskan dalam Ash-Shahihain dari hadis Anas bahwa Nabi Saw

bersabda : “ pa la seorang a l k ta mem er salam kepa amu maka

ucapkanla wa‟alaykum ( an kamu juga)”.15

Sayyid Quthb (1906-1966 M). Menurutnya, salam tidak layak diucapkan

kepada non Muslim karena disamping salam merupakan penghormatan (tahiyyah)

kepada sesama Muslim, salam juga meruapakan budaya Islam yang sangat khas

sekaligus sebagai pembeda dari budaya non Muslim.16

Berpijak pada ayat 86 surat al-Nisâ‟, Quthb menjelaskan lebih jauh nilai

tahiyyah (penghormatan) yang ada pada salam. Baginya, tahiyyah yang ada pada

salam mengandung hal yang bersifat karateristik. Ia merupakan manhaj Islami

untuk membentuk karakter umat Islam yang khas. Karenanya penggunaan

tahiyyah mempunyai tata aturan (nidzam). Menurutnya, perbedaan tahiyyah

dalam Islam dengan agama lainnya sama halnya perbedaan dalam masalah kiblat

dan aqidah.

14

Imam Nawawi, Al-Majmu‟syarah Al Muhadzdzab, terj. H. Abdul Somad Lc., MA dan

Umar Mujtahid : Syarah Al Muhadzdzab (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), h. 1038 15

Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Syarah bulughul maram, terj. Thahirin Suparta,

dkk. : Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al Maram (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h.363 16

Sayyid Quthb, Ta s r Z lal l Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, dkk. (Jakarta: gema Insani

Press, 2000), cet. 1, jild. 2, juz 5, h. 471

Page 73: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

58

Di samping itu, kata Quth, tahiyyah menjadi media perubahan yang

paralel (kontinu) sekaligus sebagai media komunikasi untuk menguatkan tali asih

dan hubungan kekerabatan antara individu-individu dalam masyarakat Islam.

Mengucapkan salam dan menjawab tahiyyah dengan cara yang lebih baik adalah

cara yang terbaik untuk menumbuhkan hubungan dan ikatan persaudaraan. Ikatan

persaudaraan sebagai dampak psikologis yang ditimbulkan dari ucapan salam

hanya akan terjadi di kalangan umat Islam. Efektifitas dampak psilokogis akan

lebih terasa jika salam disampaikan orang Islam yang belum dikenal

sebelumnya.17

Dari pandangannya ini, Quth meyakini bahwa salam sebagai

budaya tahiyyah dalam Islam tak akan berdampak psikologis bagi non muslim

jika salam itu diucapkan kepada mereka.

Berdasarakan pada ayat yang sama (Al-Qur‟an surat al-N s ‟ ayat 86),

Ibnu Katsīr (1301-1372 M) memiliki pandangan yang hampir sama.

Menurutnya, tidak boleh bagi seorang Islam mengucapkan salam kepada non

Muslim (baca Dzimmî). Namun, kalau sekedar menjawab salam mereka

diperbolehkan berdasarkan Hadîts yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbâs:

Barangsiapa mengucapkan salam dari makhluk Allah (manusia), maka jawablah,

meskipun dia seorang Majusi.18

Meskipun diperbolehkan menjawab salam non

Muslim, tetapi isi jawabannya berbeda dengan jewaban salam kepada salam

Muslim. Jawaban salamnya cukup dengan kalimat yang sepadan (bi

mitslihâ/mutamatsilah), tidak boleh lebih dari ucapan salam mereka, bahkan (akan

lebih baik bila dijawab) dengan jawaban yang sesuai dengan ketetapan dua hadîts

17

Sayyid Quthb, Ta s r Z lal l Qur‟an, terj. As‟ad Yasin, dkk. h. 472 18

Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jil.

1, terj. Syihabuddin, ringkasan tafsir ibnu katsir, (jakarta: Gema insan press, 1999) h. 531

Page 74: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

59

shohih baik yang melalui Ibnu Umar r.a. maupun Abu Hurairah r.a, yakni kailmat

wa alaikum.19

Syekh Mansûr „Ali Nâsif sebagai representasi ulama kontekstualis

mempunyai pandangan berbeda dengan Ibnu Katsîr di atas. Menurut Syakh

Mansûr „Ali Nâshif, dalam bukunya ”al-T j”, umat Islam dianjurkan menjawab

salam dengan kalimat wa„ala kum itu jika salam Dzimmî itu mengandung maksud

menghina, misalnya dengan kalimat „al-sâm‟ atau dengan kalimat lain yang

memiliki arti yang sama, atau salam mereka tidak dapat didengar dengan

sempurna. Tapi, kalau unsur-unsur tersebut tidak ditemukan, maka umat Islam

wajib menjawab salam mereka sebagaimana menjawab salam sesama Muslim.

Kewajiban tahiyyah yang dijelaskan oleh Al-Qur‟an surat Al-Nisa‟ ayat 86

menurut Syekh Mansûr „Ali Nâshif, tidak melihat status Muslim dan kafir

Dzimmî, tetapi yang dilihat dan dinilai adalah unsur-unsur yang terdapat kalimat

salam.20

Dengan kata lain, salam yang wajib dijawab adalah salam yang betul-betul

mengandung nilai dan pesan salam baik dari segi orang yang mengucapkan

maupun dari segi kalimat yang diucapkan. Meskipun salam itu keluar dari lisan

kafir Dzimmî tetapi diucapkan dengan penuh kesungguhan (berdoa dan bagian

dari upaya damai) maka wajib dijawab. Namun sebaliknya, jika dalam salam itu

tidak mengandung pesan-pesan salam, seperti doa, maka cukup dengan jawaban

wa „ala kum atau wa alaika, meskipun salam itu diucapkan oleh seorang Islam.

19

Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jil.

1, terj. Syihabuddin, ringkasan tafsir ibnu katsir, h. 762 20

Syekh Manshur Ali Nashif al-Taj, al-Jam‟u L Us ul al-Hadits al-Rasul, penerjemah

Bahrun Abu Bakar (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, 1961 M-1381 H), h. 249

Page 75: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

60

Hal ini berdasar pada Hadîts yang diriwayatkan melalui Salman Al-Farisi,

bahwa Nabi Muhammad pernah menjawab salam dengan kalimat “‟alaika”

kepada laki-laki yang mengucapkan salam dengan kalimat lengkap. Kemudian

laki-laki itu bertanya kepada Nabi: “Wahai Nabi Allah, demi bapakku, engkau,

dan ibuku, fulan dan fulan datang kepadamu dan mereka mengucapkan salam

kepadamu, engkau menjawabnya dengan jawaban yang lebih lengkap daripada

kepadaku”. Nabi menjawab: Sesungguhnya kamu tidak mendo‟akan apa-apa

kepada kami.”21

Hadits Nabi ini semakin memperjelas bahwa menjawab salam

seseorang itu tidak berkaitan dengan latar belakang agama (Islam dan Non Islam/

kafir Dzimmî), tetapi didasarkan pada kualitas dan substansi salam.

Pemikiran Syekh Mansûr „Ali Nâshif tentang menjawab salam non

Muslim di atas jauh lebih maju dibandingkan dengan Quthb, Ibnu Katsîr, bahkan

dalam masalah mengucapkan salam ( lqa‟ al-salâm) kepada non Muslim pun juga

lebih maju dariapada pendapat keduanya. Jika bagi Quthb, dan Ibnu Katsîr haram

hukumnya memulai salam kepada non Muslim (pendapat yang sama juga

disampaikan oleh Al-Nawawi), bagi Syekh Mansûr „Ali Nâsif, larangan yang

terdapat dalam hadits Abu Hurairah r.a. itu tidak mencapai haram, tatapi hanya

makruh, bahkan bisa mubah jika salam itu mendatangkan manfaat dan

menghindari dari bahaya.22

Muhammad Abduh (1849-1905 M) juga berpandangan bahwa wajib bagi

umat Islam menjawab salam non Muslim. Selain itu, dia berpendapat sunnah

hukumnya bagi mereka mengucapkan salam ( sya‟ salam) kepada kaum Dzimmî.

21

Muhammad Nasib ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jil.

1, terj. Syihabuddin, ringkasan tafsir ibnu katsir, (jakarta: Gema insan press, 1999) h. 761

22

Syekh Manshur Ali Nashif al-Taj, al-Jam‟u L Us ul al-Hadits al-Rasul., h. 249

Page 76: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

61

Abduh menempatkan salam untuk syiar; bahwa Islam adalah agama

damai dan aman. Al-salâm adalah seuatu yang sangat asasi dalam Islam. umat

Islam adalah ahli damai dan pencinta kedamaian.23

Dengan adanya Hadis-hadis tersebut, Abduh semakin yakin bahwa

mengucapkan salam kepada non Muslim bukan sesuatu yang dilarang, apalagi

salam itu menurutnya merupakan hak umum. Karena dari salam didapatkan dua

hal yang didambakan oleh setiap orang yaitu: (1) penghormatan yang mutlak dan

(2) terwujudnya keamanan bagi pengucap dan pendengar salam dari tindakan

penipuan, pesakitan, dan dari hal-hal yang tidak baik lainnya. Alasan Abduh

menempatkan salam sebagai hak umum didasarkan pada Hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Thabranî dan Baihaqî melalui Abî Umâmah:

“Sesunggu nya lla Ta‟al menja kan salam se aga ke ormatan umat kam

dan sebagai keamanan bagi kaum Dzimmî.” 24

Penjelasan Qatadah tentang perbedaan jawaban tersebut, kata Abduh, tidak

ada dalilnya baik dalam al-Qur‟an maupun hadis, bahkan penjelasan tersebut

bertentangan dengan hadîst yang diriwayatkan Ibn Jarîr dari Ibnu Abbâs r.a.

Rasulullah bersabda:”Barangsiapa dari makhluk Allah yang mengucapkan salam

kepadamu hendaklah dijawab meskipun dia seorang Majusi. Menurut

Abduh, kewajiban membalas penghormatan orang lain sebagaimana dimaksud

Al-Qur‟an .S. Al-Nisâ‟ ayat 86 itu sama sekali tidak melihat latar belakang agama

dan status sosial seseorang. Penghormatan atau salam yang sepadan

(mutamâtsilah /ruddûha) atau yang lebih baik (ahsana minhâ) itu dasarkan pada

23

Syekh Muhammad Abduh, Tafsîr Al-Manar , Ibid., h. 312 24

Syekh Muhammad Abduh, Tafsîr Al-Manar , Ibid., h. 314

Page 77: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

62

aspek kalimat salam yang diucapkan dan aspek tata cara, bahasa tubuh, serta keras

dan pelannya suara saat menjawab salam.

Dalam syarah kitab Riyadhus Shalihin, Al-Utsaimin mengungkapkan

bahwa al-Salām mempunyai makna al- u‟â (do‟a), yaitu do‟a keselamatan dari

segala sesuatu yang membahayakan, merugikan, atau merusakan.

Syeikh Ahmad Al-Sawi dalam tafsir Al-Sawi ketika menafsirkan waidzâ

huyyitum bitahiyyatin pada QS 4:86 beliau mengatakan bahwa al-Salām

maknanya keselamatan dari segala marabahaya baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam pendekatan lain, kata “al-Salâm” termasuk sifat Allah Swt. Ketika al-

Salâm ini dinisbahkan kepada Allah Swt. Berarti juz salamah yang memiliki

keselamatan/keterhindaran. Itulah pendapat ulama seperti yang telah dikutip oleh

Quraish Shihab (2000:42-43) hanya saja lanjut beliau beberapa ulama tersebut

berbeda dalam memahami istilah ini, ada juga yang berpendapat bahwa Allah

yang menghindarkan semua makhluk dari penganiayaan-Nya dan yang kelompok

ketiga berpendapat bahwa al-Salâm yang dinisbahkan kepada Allah itu berarti

yang memberi salam kepada hamba-hambanya di surga kelak.25

Mengucapkan salam adalah perbuatan menanam kasih sayang dan cinta

dalam kalbu. Kesedihan, perlawanan, dan penolakan yang mungkin ada dalam

kalbu orang-orang yang dicintai akan hilang lenyap dengan ucapan selamat.

Oleh karena, hukum suatu masalah baru bisa ditetapkan apabila diketahui

konteks dan situasinya, yang dengan demikian diketahui pula kemaslahatan dan

kemudlaratannya. Bukan hukumnya yang ditetapkan terlebih dahulu dan

kemudian hukum itu diterapkan kepada semua peristiwa atau kasus. Hukum harus

25

Jurnal pendidikan agama islam – Ta‟l m Vol. 9 No. 1 – 2011

Page 78: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

63

tunduk kepada kemaslahatan dan hikmah. Tidak boleh sebaliknya kemaslahatan

harus tunduk kepada hukum.26

C. Interaksi Nabi Dengan non-Muslim Dalam Kerukunan

Sejarah mencatat bahwa, orang-orang muslim dengan non-Muslim saling

hidup berdampingan tanpa adanya permusuhan. Dengan demikian, wajar jika

konsep tentang Ahli Kitab dipandang sebagai salah satu tonggak semangat

kosmopolitanisme Islam. Atas dasar pandangan dan orientasi mondial konsep ini,

kaum Muslim di zaman klasik berhasil menciptakan ilmu pengetahuan yang

benar-benar berdimensi universal melalui dukungan dari semua pihak.27

Banyak hadis Nabi yang terkait dengan perintah bagi umatnya untuk terus

menjaga sikap dan perilaku mereka agar tidak melanggar batas-batas

kemanusiaan, meskipun berbeda dalam keyakinan. Perjanjian antara Nabi

Muhammad Saw. dan umat Kristen di Gunung Sinai adalah salah satu contoh

besar dari sikap toleransi dan mengakui adanya keberagaman agama dalam

masyarakat ini.28

Contoh lain dari toleransi Islam yang diajarkan oleh Nabi adalah

pada waktu Fath Makkah yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadhan.

Makkah perlu dibebaskan setelah sekitar 21 tahun dijadikan markas orang-orang

musyrik. Saat umat Islam mengalami euforia atas keberhasilannya. Sekelompok

kecil sahabat Nabi yang berpawai dengan memekikkan slogan „al-yaum yaum al-

malh}amah. Slogan ini dimaksudkan sebagai upaya balas dendam mereka atas

kekejaman orang musyrik Makkah kepada umat Islam sebelumnya. Gejala tidak

sehat ini dengan cepat diantisipasi oleh Nabi Muhammad dengan melarang

26

Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 66. 27

Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 44-45 28

Adeng Muchtar Ghazali, Teologi kerukunan beragama dalam Islam (Studi Kasus

Kerukunan Beragama di Indonesia), Vol XIII, Nomor 2, Desember 2013, h. 285

Page 79: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

64

beredarnya slogan tersebut dan menggantinya dengan slogan, al-yaum yaum al-

marh}amah, sehingga pembebasan Makkah dapat terwujud tanpa harus terjadi

insiden berdarah.29

Sejumlah ayat dalam Al-Qur‟an dapat dijadikan landasan dalam

bertoleransi (tasâmuh), antara lain: Ali „Imrân (3): 19, Yȗnus (10): 99, QS. An-

Nahl (16): 125, Al-Kahfi (18): 29, dan Al-Mumtahanah (60): 8-9.30

Setelah Nabi Muhammad hijrah ke kota Madinah dan menjadi penguasa

politik, dia mendeklarasikan adanya jaminan keselamatan kepada orang-orang

yang berbeda agama. Kebijakan Nabi ini termuat dalam satu dokumen sejarah

Islam yang disebut dengan Piagam Madinah31

(Sjadzali , 1993: 8-17).

Jaminan keselamatan atas non-Muslim dalam Islam dikenal dengan

konsep ahl-dzimmah. Pemerintahan Islam memberikan perlindungan bagi

penganut agama lain dengan cara menarik jizyah, sejenis pajak kepala (Rahman

1984: 28). Tindakan ini menjadi standar perlakuan Islam terhadap kaum Yahudi

dan Kristen, yang selanjutnya dikenakan juga kepada penganut agama-agama

lain.32

Prestasi Rasulullah Saw., dalam membangun peradaban yang unggul di

Madinah dalam soal membangun toleransi beragama kemudian diikuti oleh Umar

29

Lihat Said Aqiel Siradj, “Meneguhkan Islam Toleran”, dalam Republika, 14 April 2007. 30

Adeng Muchtar Ghazali, Teologi Kerukunan Beragama Dalam Islam (Studi Kasus

Kerukunan Beragama di Indonesia), Vol XIII, Nomor 2, (Desember 2013) h. 284 31

Piagam Madinah adalah perjanjian yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw., setelah

hijrah ke Madinah antara kaum Muhajirin, Ansar dan kaum Yahudi Madinah. dalam bahasa Arab

adalah صحيفة المدينة Sahîfatul al-madînah. As-Sahîfah صحيفةال adalah nama yang disebut di dalam

naskah. Kata صحيفة ditulis delapan kali dalam teks Piagam. Selain nama itu, di dalam naskah,

tertulis sebutan “kitab” dua kali. Kata treaty dan agreement menunjukan kepada isi naskah. Kata

charter dan piagam lebih menunjukan pada surat resmi yang berisi pernyataan tentang sesuatu hal.

Dan kata As-Sahîfah semakna dengan charter atau Piagam. Zuraidah Hafni, Piagam Madinah dari

perspektif kebudayaan, (Skripsi s 1 Program studi sastra arab, Universitas Sumatra Utara 2009), h.

21 32

Ajat Sudrajat, Relasi umat islam dan kristen: beberapa faktor penggaggu,

Page 80: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

65

bin Khattab yang pada tahun 636 M menandatangani Perjanjian Aelia33

dengan

kaum Kristen di Jerusalem. Sebagai pihak yang menang Perang, Umar bin

Khathab tidak menerapkan politik pembantaian terhadap pihak Kristen. Karen

Armstrong memuji sikap Umar bin Khatab dan ketinggian sikap Islam dalam

menaklukkan Jerusalem, yang belum pernah dilakukan para penguasa mana pun

sebelumnya.34

Karen Armstrong mencatat:

“Umar juga mengekspresikan sikap ideal kasih sayang dari

penganut (agama) monoteistik, dibandingkan dengan semua penakluk

Jerusalem lainnya, dengan kemungkinan perkecualian pada Raja Daud. Ia

memimpin satu penaklukan yang sangat damai dan tanpa tetesan darah,

yang Kota itu belum pernah menyaksikannya sepanjang sejarahnya yang

panjang dan sering tragis. Saat ketika kaum Kristen menyerah, tidak ada

pembunuhan di sana, tidak ada penghancuran properti, tidak ada

pembakaran symbol-simbol agama lain, tidak ada pengusiran atyau

pengambialihan, dan tidak ada usaha untuk memaksa penduduk Jerusalem

memeluk Islam. Jika sikap respek terhadap penduduk yang ditaklukkan

dari Kota Jarusalem itu dijadikan sebagai tanda integritas kekuatan

monoteistik, maka Islam telah memulainya untuk masa yang panjang di

Jerusalem, dengan sangat baik tentunya.” (Dikutip dan diterjemahkan dari

buku Karen Arsmtrong, A History of Jerusalem: One City, Three Faiths,

(London: Harper Collins Publishers, 1997), hal. 228.)

Dan juga ada hadis Nabi yang menunjukan bahwa Beliau (memulai)

mengucapkan salam kepada Negus (Najasyi), Raja Etiopia, melalui suratnya.

Surat beliau itu berbunyi sebagai berikut:

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ini surat dari Muhammad, Rasul Allah, kepada Najasyi Raja Habasyah,

Raja Etiopia. Salam bagi anda. Puji syukur kepada Allah yang tiada sekutu

bagi-Nya. Dialah Allah yang tiada pada-Nya kekurangan dan kesalahan;

33

Setelah melakukan pembebasan Aelia (nama Aelia berganti menjadi Al-Quds pada masa kekuasaan Abbasiyah). dari tangan Romawi pada tahun 15H / 636M, sayyidina Umar bin Al

Khattab RA kemudian menuliskan perjanjian yang menjamin keamanan dan keselamatan seluruh

penduduk Aelia, baik jiwa, harta maupun kebebasan beragama mereka. Perjanjian tersebut

kemudian terkenal dengan nama Perjanjian Aelia (ميثاق ايليا) atau Perjanjian Umar (العهدة العمرية)

yang ditanda tangani pada tanggal 20 Rabiul Awal 15H (5-2-636 M). Pembebasan al-Quds dan

perjanjian Aelia oleh Umar bin al-Khattab, Artikel diakses pada 9 September 2015 dari http://www.kitabklasik.net/2008/08/pembebasan-al-quds-dan-perjanijian.html

34 Adian Husaini, Piagam Madinah dan Toleransi Beragama., h. 6

Page 81: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

66

hamba-Nya yang taat akan selamat dari murka-Nya. Dia melihat dan

menyaksikan amal perbuatan hamba-hamba-Nya.

Amma ba‟du: aku memuji Allah padamu yang tidak ada Tuhan selain Dia,

yang Maha Menguasai, Maha Suci, Maha Penyelamat, Maha Pemberi

Aman, dan Maha Pembeda. Aku bersaksi bahawa Isa anakMaryam ruh

Allah, dan firman-Nya yang diberikan kepada Maryam yang suci lagi

perawan, lalu ia hamil dari ruh dan tiupannya, sebagaiman Ia menciptakan

Adam dengan tangan-Nya. Aku mengajakmu kepada Allah yang Esa, yang

tidak ada sekutu bagi-Nya, mematuhi dengan ketaatan kepada-Nya, dan

untuk mengikutiku dan mempercayai apa yang aku bawa. Aku Rasulullah,

aku mengajakmu dan para pasukanmu kepada Allah yang Maha Perkasa

lagi Maha Timggi. Aku telah menyampaikan pesan dan memberi nasihat,

maka terimalah nasihatku. keselamatan bagi orang yang mengikuti

petunjuk.

Salam pembukaan dalam surat ini berbeda dengan salam pembukaan

dalam surat-surat yang dikirim kepada Khosru Iran, Kaisar Romawi, dan

Muqauqis. Dalam surat ini, salam pembukaan yang diucapkan oleh Nabi

Muhammad Saw., adalah “salam bagi anda” (Salamun „alayk). Salam ini

ditujukan kepada negus, Raja Etiopia, yang beragama Kristen (Nasrani).35

Sampai dengan wafatnya, Nabi Muhammad Saw telah melakukan

interaksi intensif dengan seluruh kelompok agama (paganis, Yahudi, Nasrani),

budaya-budaya dominan, dan kekuatan-kekuatan politik terbesar ketika itu (Persia

dan Romawi). Ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang kaum Yahudi, Nasrani,

Persia, Romawi, menggambarkan bagaimana kaum Muslim telah digembleng dan

diberi pedoman yang snagat gamblang dalam menyikapi budaya dan agama di

luar Islam.

Bahkan, al-Qur‟an juga tidak melarang kaum Muslim untuk berbuat baik

terhadap kaum agama lain. Sejak awal, umat Islam sudah diajarkan untuk

menerima kesadaran akan keberagaman dalam agama (pluralitas). Misalnya,

35

Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama., h. 71-72

Page 82: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

67

dalam surat Al Mumtahanah ayat 8 disebutkan, "Allah tidak mencegahmu berbuat

baik kepada mereka yang tidak memerangimu dan tidak mengusirmu dari

kampung halamanmu." Bahkan, Nabi Muhammad Saw., berpesan, "Barangsiapa

menyakiti seorang dzimmi, maka sungguh ia menyakitiku, dan barangsiapa

menyakitiku, berarti ia menyakiti Allah." (HR Thabrani).36

Islam merealisasikan kerukunan hidup beragama dalam konteks Indonesia,

dengan berpatokan pada tri kerukunan yakni, kerukunan intern umat beragama,

kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar umat beragama dengan

pemerintah. Khusus dalam kerukunan antar umat beragama, disebut SKB No.

1/1979 sebagai pedoman, dimana tanggung jawab dan tugas penertiban

pelaksanaannya berada di atas pundak Departemen Agama dan Departemen

Dalam Negri.37

36

Adian Husaini, Piagam Madinah dan Toleransi Beragama, h. 2 37

Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia, (Jakarta;

Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di

Indonesia, 1997), h. 8-10

Page 83: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

68

BAB IV

KAJIAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN MENJAWAB

SALAM TERHADAP NON MUSLIM

A. Memahami al-Sunnah Dengan Berpedoman Pada al-Qur’ân al-Karîm

(dalam hadis larangan mengucapkan salam terhadap non-muslim)

Dalam teorinya al-Qardhâwî, bahwa tidaklah penjelasan akan bertentangan

dengan yang dijelaskan, tidak pula cabang bertentangan dengan pokok.1 Maka

dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid dan kawan-kawan

dalam bukunya fiqih lintas agama bahwa, l- u ‟ n d n l- adîth tidak boleh

dikonfrontasikan, tetapi justru harus dicari dan dihayati dasar-dasar

pertemuannya.2

Langkah-langkah memahami al-Sunnah dengan berpedoman pada al-

u ‟ n l-Karîm adalah dipastikan hadis yang kita teliti “s hih”, perlunya

penelitian seksama tentang keberlawanan suatu hadis dengan al-Qur‟an, Mengenai

hal ini, perlu kiranya diingatkan agar kita jangan sembarangan melontarkan

tuduhan adanya keberlawanan antara hadis-hadis dan al-Qur‟an, tanpa dasar yang

sahih.3 Dan adalah kewajiban setiap Muslim untuk tidak menerima begitu saja

hadis yang dilihatnya bertentangan dengan ayat al-Qur‟an yang muhkam, selama

tidak ada penafsirannya yang dapat diterima. Maka kalaupun ada sebagian dari

kita memperkirakan adanya pertentangan seperti itu, hal itu pasti disebabkan tidak

1 Yȗsuf Qardhâwî, Metode Memahami al-Sunnah dengan Benar. Penerjemah Saifullah

Kamalie, (Jakarta: media dakwah, 1994 M), h. 148 2 Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama, (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 55

3 Yȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 101

Page 84: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

69

sahihnya hadis yang bersangkutan, atau apa yang diperkirakan sebagai

“pertentangan” itu hanyalah bersifat semu, dan bukan pertentangan hakiki.4

Oleh karenanya, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abȗ

Hurairah, yang melarang memulai mengucapkan salam kepada orang-orang

Yahudi dan Nasrani yang berbunyi :

، عن سهيل، عن أبيو، عن راوردي ث نا عبد العزيز ي عن الد بة بن سعيد، حد ث نا ق ت ي ن رسول أب ىري رة، أ حدلم، فإذا لقيتم أحدىم ف طريق، »هللا عليو وسلم قال: هللا صلى ل ت بدءوا الي هود ول النصارى بلس

5«فاضطروه إل أضيقو

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟îd, telah

menceritakan kepada kami „Abdu al-“azîz yakni al-Darâwardiyya, dari

Suhail, dari bapanya, dari Abî Hurairah, bahwasannya Rasulullah

Sallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian awali

mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu

salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” (HR.

Muslim)

Hadis ini tidak hanya melarang memulai mengucapkan salam kepada

orang-orang Yahudi dan Nasrani, tetapi juga menyuruh orang-orang Muslim

untuk bersikap kasar terhadap mereka, yaitu dengan mendesak siapa saja di antara

mereka ke pinggir jalan.

Hadis lain yang dijadikan dalil untuk larangan mengucapkan salam

terhadap orang-orang non Muslim adalah:

ث نا ث نا أ حد ث نا ىشيم، أخب رن عب يد الل بن أب بكر بن أنس، حد بة، حد نس بن مالك رضي عثمان بن أب شي عنو، قال: قال النب صلى هللا عليو وسلم: " إذا سلم عليكم أىل 6الكتاب ف قولوا: وعليكم الل

4 Yȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 94

5 Imam Muslim, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga Imam

Muslim, Shahih Muslim, hadis no. 2167, juz 4. (kairo: Daar ibn Jauzi. 2010), h. 1707 6 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga, Abi

Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 8 (Indonesia: Maktabah, Dahlan,

t.th), h. 75

Page 85: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

70

“Telah menceritakan kepada kami „Utsmân bin Abî Syaibah, telah

menceritakan kepada kami Husyaim, telah mengabarkan kepada kami

„Ubaidillah bin Abî Bakri bin Anas, telah menceritakan kepada kami Anas

bin Mâlik ra, bahwasanya Rasulallah Saw bersabda “Jika seorang ahli

kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah

dengan ucapan wa‟alaikum.” (HR. Al-Bukhârî)

Kedua hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abȗ Hurairah

dan Imam al-Bukhârî melalui Anas bin Mâlik adalah sahih.

Maka teorinya al-Qardhâwî dalam memahami al-Sunnah dengan

berpedoman pada al- u ‟ n l-Karîm adalah kalaupun ada sebagian dari kita

memperkirakan adanya pertentangan dalam memahami hadis, hal itu disebabkan

apa yang diperkirakan sebagai “pertentangan” itu hanyalah bersifat semu, dan

bukan pertentangan hakiki.7 Oleh karenanya, sesuai teorinya al-Qardhâwî

pemahaman hadis harus selalu diintegrasikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an,8

Yȗsuf Qardhâwî berpendapat bahwa, keaneka ragaman agama terjadi

sesuai dengan kehendak Allah Swt., yang pasti memiliki hikmah yang besar.

Dalam surat (Yunus [10]: 99) :

Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang

yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa

manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya. (Yunus

[10]: 99).

Masyarakat pertama yang menjadi gambaran kehidupan agama yang

berbeda adalah masyarakat Nabawi di Madinah, ketika Rasulullah Saw., hijrah ke

7 Yȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 94

8 Afwan Faizin, Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi) V 8, No. 2 (September 2006): h. 137

Page 86: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

71

Madinah sudah ada masyarakat Yahudi yang berada di sana. Mengakui

keberadaan Yahudi di sana lalu mengadakan perjanjian yang dikenal dengan

piagam madinah yang terkenal. Kedua pihak ini hidup rukun, saling membantu

dalam keadaan senang ataupun susah inilah yang ditetapkan Islam hidup saling

menghormati satu sama lain bukan dalam permusuhan.9

Hal ini ditegaskan pula oleh firman Allah Swt., dalam surah al-Nisâ‟ ayat

86 yang berbunyi :

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, Maka

balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah

penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]10

. Sesungguhnya Allah

memperhitungankan segala sesuatu. (Al-Nisâ‟ [4]: 86)

Ini menunjukan bahwa membalas ucapan sesuai dengan yang lebih dulu

kalau tidak dapat dengan yang lebih baik darinya.11

Pada masa jahiliah,

masyarakatnya bila bertemu saling mengucapkan salam antara lain yang berbunyi

,ayyâka Allâh, yakni semoga Allah memberikan untukmu kehidupan (حياك هللا)

dari sini kata tahiyyah secara umum dipahami dalam arti mengucapkan salam.

Islam datang mengajarkan salam bukan dengan ayyâka Allâh atau (أنعم صباحا)

n‟im sabâhan/selamat pagi dan (أنعم مسا ءا) n‟im m s ‟ n/sel m t so e, tetapi

9 Video YuoTube diakses pada tgl 02 oktober 2015 dari https: // www .youtube. com/

watch?v=cFT42sRfg5A dalam acara talkshow “non Muslim di tengah Masyarakat Muslim

Bersama Syeikh Yusuf al Qardhâwî” Courtesy Al-Jazirah, disiarkan langsung dari Doha, Qatar.

Diterbitkan 24 agustus 2013.

10 Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan al-Salâmu'alaikum.

11 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Sahih al-Bukhâri, terj. Amir Hamzah :

Fathul Baari, juz 30 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 145

Page 87: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

72

yang diajarkannya adalah al-s l mu „ l ikum, bahkan kata inilah yang diucapkan

Allah kepada mereka yang beriman dan memperoleh anugrah-Nya. “kepada

mereka dikatakan: “S l m”, sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang”

(QS. Yâsîn [36]: 58). Kepada para Nabi, Allah mengucapkan/mencurahkan

salam.12

Adapun maksud dari ayat di atas juga ada yang berpendapat bahwa

maksudnya adalah memberi penghormatan yang baik kepada orang-orang Islam,

atau memberi penghormatan dengan yang serupa atas orang-orang kafir.

Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: Salim bin

Nuh menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa‟id bin Abi Urwah menceritakan

kepada kami dari Al-Qatadah, mengenai ayat (Wa idzâ huyyîtum bitahiyyatin

f h yyȗ bi ahsana minhâ) “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu

penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari

padanya,” bahwa maksudnya itu untuk (kepada) kaum Muslim (Aw uddȗh )

“atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa,” kepada ahli kitab.13

Abu Ja‟far berpendapat bahwa, itu ditujukan kepada orang-orang Islam.

Maksud dari makna tersebut adalah, diharuskan menjawab salam atas orang

muslim – apabila seseorang memberikan salam kepadanya – dengan yang lebih

baik dari salam yang telah diucapkan untuknya, atau sama seperti yang telah

diucapkan untuknya.14

12

Baca antara lain sekian banyak ayat dalam QS. Al-Safat [37]: 79, 109, 120, 130, 181. 13

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Al-Thabari, terj. Akhmad Affandi

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), juz 2, h. 409 14

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Al-Thabari., juz 2, h. 411

Page 88: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

73

Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah Saw., “Ap bil seseo ng hli

kit b membe ik n s l m kep d mu, m k j w bl h, “w „ l ikum” „D n t s

k mu pul ‟.15

Dalam Tafsirnya Al Qurthubi, Ibnu Abbas dan selainnya berkata, “maksud

dari ayat وإذا حييتم بتحية , Jika ia seorang Muslim فحيوا أبحسن منها walaupun kepada

orang non Muslim, maka balaslah salam mereka sebagaimana yang Rasulullah

Saw., sabdakan dengan mengucapkan w „ l ikum.

Dalam Sahih Muslim ada huruf wawu yang terkadang ditulis dan

terkadang tidak („ l ik ) dan ia merupakan riwayat yang maknanya jelas. Adapun

kata „alaika yang bergandengan dengan huruf wawu merupakan huruf ataf yang

menyebabkan kalimat setelahnya mengikuti kalimat sebelumnya. Oleh karena itu

jika hal itu di lakukan, maka non Muslim dan juga orang-orang yang telah

meninggal termasuk dalam kewajiban menjawab salam.

Ahli tafsir berbeda pendapat mengenai hal itu. Pertama, wawu berfungsi

sebagai ataf hanya saja kita menjawab salam mereka dan mereka tidak wajib

menjawab salam kita, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Saw. Kedua,

wawu berfungsi sebagai isti‟naf (permulaan), namun pendapat pertama lebih

utama menurutnya.16

15

Al-Bukhari dalam Al Isti‟dzan (6258), Muslim dalam As-Salam (2163), Abu Daud dalam

Al Adab (5206), dan Ibnu Majah dalam Al Adab (2697) 16

Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, terj. Ahmad Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), juz. 2, h. 716-717

Page 89: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

74

Al-Tabari menukil riwayat dari jalur Ibnu Uyainah, dia berkata, “boleh

memulai salam kepada orang non Muslim berdasarkan firman Allah dalam surat

al-Mumtahanah ayat 817

:

Allah tidak melarang kamu terhadap orang-orang yang tidak

memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari

negeri kamu (tidak melarang kamu) berbuat baik bagi mereka dan berlaku

adil kepada mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang adil. (al-

Mumtahanah [60]: 8)

Ibnu Abi Syaibah menukil riwayat dari jalur Aun bin Abdullah, dari

Muhammad bin Ka‟ab bahwa dia menanyakan kepada Umar bin Abdul Aziz

tentang memulai salam kepada ahli dzimmah, maka diapun menjawab, “kita boleh

menjawab salam mereka tapi tidak boleh memulai salam kepada mereka.”

Aun berkata : Lalu aku katakan kepadanya (kepada Muhammad bin

ka‟ab), “menurutmu sendiri bagaimana?” ia menjawab, “menurutku, tidak apa-apa

memulai salam kepada mereka.” Aku bertanya lagi, “mengapa?” ia menjawab,

“karena firman Allah dalam surah Al-Zukhruf ayat 89 menyebutkan فاصفح عنهم وقل

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah, salam„ سلم

(selamat tinggal)‟.”18

Al-Qurthubi mengatakan tentang sabda Nabi Muhammad Saw:

17

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri., h. 135 18

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri., h. 136

Page 90: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

75

فإذا لقيتم أحدىم ف طريق، فاضطروه إل أضيقو

(dan jika kalian berjumpa dengan mereka di jalan, maka pepetkanlah

mereka ke bagian yang sempit) maknanya adalah, “janganlah kalian

mempersilahkan mereka di jalan sempit karena memuliakan dan menghormati

mereka”. Dengan demikian, redaksi ini sesuai dengan makna redaksi yang

pertama. Jadi, maknanya bukan jika kalian berjumpa dengan mereka di jalanan

yang luas maka pepetlah mereka di sudutnya sehingga mereka kesempitan, karena

sikap demikian berarti mengganggu mereka, padahal kita dilarang mengganggu

mereka tanpa sebab.

Dan perkataan Nabi Ibrahim kepada ayahnya (yang kafir) dalam surat

maryam ayat 47 :

Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu,

aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia

sangat baik kepadaku. (Maryam [19] 47)

Kendati demikian tegas ancaman orang tua Nabi Ibrahim as, Nabi agung

ini masih menjawab dengan halus dengan mengucapkan salam perpisahan. Dia

tidak membantah, apalagi menghardik; dia tidak membalas ancaman dengan

ancaman tetapi dia berkata; „salamun „alaika” selamat berpisah semoga

keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan beristigfar memintakan ampun

atau memohonkan hidayah bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat

baik kepadaku.

Page 91: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

76

Janji Nabi Ibrahim as. Untuk bapaknya hanya pada saat itu, namun setelah

adanya larangan, beliau tidak lagi beristigfar sebagaimana dinyatakan dalam QS.

al-Taubah [9] 114; Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk

bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada

bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah

musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim

adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.

Janji yang dimaksud ayat al-Taubah ini adalah janji yang disebut oleh ayat

47 surat Maryam ini dan QS. Al-Mumtahanah [60]: 4.19

Ayat sebelumnya yang senada dengan hadis larangan mengucapkan salam

terhadap non-Muslim, dalam surat al-Taubah ayat 113:

Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman

memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun

orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi

mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka

jahanam. (al-Taubah [9] 113)

Atas dasar hasil identifikasi penulis terhadap hadis yang diriwayatkan oleh

Imam Muslim melalui Abȗ Hurairah dan Imam al-Bukhârî melalui Anas bin

Mâlik setelah diintegrasikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an bahwa, kita

diperbolehkan untuk membalas salam terhadap non-Muslim bahkan membalasnya

dengan yang lebih baik dalam konteks persaudaraan, perdamaian, dan menjaga

stabilitas kerukunan umat beragama. Adapun mengucapkan salam sendiri tetap

19

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah., (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid 8, h. 200-201

Page 92: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

77

tidak diperbolehkan dengan alasan bahwa, surat al-Taubah ayat 113-114

memberikan penjelasan bahwa yang benar mengenai ayat ini adalah sebagaimana

yang dikatakan oleh Ibnu Uyainah.20

Mengenai hadis Abu Hurairah yang

diriwayatkan oleh Muslim menunjukkan agar tidak lebih dulu memberikan salam

kepada mereka, karena sikap itu merupakan bentuk penghormatan.

B. Memadukan atau Mentarjih Antara Hadis-Hadis yang Kontradiktif

(dalam hadis larangan mengucapkan salam terhadap non-muslim)

Menurut al-Qardhâwî, nas-nas sy i‟ t tidak mungkin saling bertentangan.

Karena itu, apabila diandaikan juga adanya pertentangan, maka hal itu hanya

dalam tampak luarnya saja, bukan dalam kenyataan yang hakiki. Dan atas dasar

itu, wajib menghilangkannya dengan cara:

Apabila pertentangan itu dapat dihapus dengan cara menggabungkan atau

menyesuaikan antara kedua nas, tanpa harus memaksakan atau mengada-ada,

sehingga kedua-duanya dapat diamalkan, maka yang demikian itu lebih utama

daripada harus mentarjihkan antara keduanya. Dalam hal ini al-Qardhâwî

menegaskan bahwa penggabungan didahulukan sebelum pentarjihan.21

Oleh karenanya, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abȗ

Hurairah yang melarang mengucapkan salam terhadap non Muslim sebagai

berikut:

20

Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, terj. Ahmad Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008), jilid 11, h. 299 21

Yȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 118

Page 93: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

78

، عن سهيل، عن أ راوردي ث نا عبد العزيز ي عن الد بة بن سعيد، حد ث نا ق ت ي بيو، عن أب ىري رة، أن رسول حدلم، فإذا لقيتم أحدىم ف طريق، »هللا عليو وسلم قال: هللا صلى ل ت بدءوا الي هود ول النصارى بلس

22«فاضطروه إل أضيقو

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟îd, telah

menceritakan kepada kami „Abdu al-“azîz yakni al-Darâwardiyya, dari

Suhail, dari bapanya, dari Abî Hurairah, bahwasannya Rasulullah

Sallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian awali

mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu

salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” (HR.

Muslim)

Berkenaan dengan hadis di atas tentang larangan mengucapkan salam dan

anjuran untuk berbuat kasar terhadap non Muslim, sesuai dengan arahan metode

al-Qardhâwî penulis akan menggabungkan atau menyesuaikan dengan beberapa

hadis Nabi lainnya yang tentu sama-sama sahih.

Pertama, Perlu pula memperhatikan hadis Nabi Saw., yang melalui Anas

bin Malik yang mengatakan bahwa:

ث نا عثمان ث نا أنس بن حد ث نا ىشيم، أخب رن عب يد الل بن أب بكر بن أنس، حد بة، حد مالك رضي بن أب شي عنو، قال: قال النب صلى هللا عليو وسلم 23ف قولوا: وعليكم : " إذا سلم عليكم أىل الكتاب الل

“Telah menceritakan kepada kami „Utsmân bin Abî Syaibah, telah

menceritakan kepada kami Husyaim, telah mengabarkan kepada kami

„Ubaidillah bin Abî Bakri bin Anas, telah menceritakan kepada kami Anas

bin Mâlik ra, bahwasanya Rasulallah Saw bersabda “Jika seorang ahli

kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah

dengan ucapan wa‟alaikum.” (HR. Al-Bukhârî)

Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhârî di atas menunjukkan bahwa

orang-orang Muslim wajib menjawab salam yang diucapkan oleh Ahli Kitab.

Meskipun dalam hadis ini yang disebut adalah Ahli Kitab, tentu saja salam yang

22

Imam Muslim, Shahih Muslim., h. 1707 23

Imam Bukhari, Shahih Bukhari., h. 75

Page 94: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

79

wajib dijawab oleh orang-orang Muslim bukan hanya salam Ahli Kitab tetapi juga

salam orang-orang non Muslim lain.

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam bukunya Fathul Bâri menjelaskan tentang

mengucapkan salam dalam perkumpulan yang terdiri dari orang-orang Muslim

dan orang-orang Musyrik. Pada pembahasan ini Imam Bukhârî mencantumkan

hadis Usamah bin Zaid yang menceritakan kisah Abdullah bin Ubai.

Dalam hadis Usamah bin Zaid disebutkan, حت مر ف اجمللس فيو أخلط من

Hingga beliau melewati suatu kumpulan orang yang terdiri dari) املسلمني و املشركني

kaum Muslimin, kaum musyrikin), dan disebutkan صلى هللا عليو و سلم فسلم عليهم النب

(Lalu Nabi Saw., mengucapkan salam kepada mereka).

Al-Tabari berkata: tidak ada kontradiksi antara hadis Usamah yang

menyebutkan ucapan salam Nabi Saw., kepada orang-orang kafir yang sedang

bersama orang-orang Islam, dengan hadis Abu Hurairah yang melarang

mengucapkan salam kepada orang-orang kafir, karena hadis Abu Hurairah bersifat

umum sedangkan hadis Usamah bersifat khusus. Oleh karena itu, hadis Abu

Hurairah khusus dalam kondisi apabila memulai salam tanpa sebab dan tanpa

keperluan yang terkait dengan hak persahabatan, atau bertetangga, atau membalas

kebaikan dan sepertinya. Maksudnya adalah melarang memulai salam kepada

mereka dengan salam yang disyariatkan.24

24

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri., h. 136

Page 95: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

80

Diriwayatkan oleh al-Darimi dan al-Tirmidzi melalui „Abdullah bin Salâm

yang menjelaskan tentang anjuran menyebarkan salam kepada seluruh manusia,

anjuran ini bukan hanya kepada seorang Muslim ataupun Ahli Kitab.

د بن جعفر ، ومم اب الث قفي ث نا عبد الوى ار، قال: حد د بن بش ث نا مم ، ويي بن سعيد، حد ، وابن أب عديا ق ، عن زرارة بن أوف، عن عبد هللا بن سلم، قال: لم يلة األعراب دم رسول هللا صلى عن عوف بن أب ج

اس إليو، وقيل: قدم رسول هللا صلى الل عليو وسلم، فجئت ف الناس الل عليو وسلم المدينة انفل الن ا است ب نت وجو رسول هللا صلى الل عليو وسلم عرفت أن وجهو ليس اب وكان أ ألنظر إليو، ف لم ول بوجو ك

لم، وأطعموا شيء تكلم بو أن قال الطعام، وصلوا والناس نيام تدخلون اجلنة : ي أي ها الناس، أفشوا الس بسلم.

25ىا حديث صحيح.

“Wahai seluruh manusia! Sebarkan salam, berilah makanan,

sambunglah tali kekerabatan, dan shalatlah saat orang-orang tidur niscaya

kamu masuk surga dengan aman”. (HR. Al-Darimi dan Al-Tirmidzi) Al-

Tirmidzi berkata, “Hadis s hih”.

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhârî dan Muslim melalui

„Abdullah ibn Amru dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui apakah

mengucapkan salam kepada orang non Muslim boleh atau dilarang :

ث نا ث نا الليث، عن يزيد، حد هما، عمرو بن خالد، قال: حد عن عن أب اخلي، عن عبد الل بن عمرو رضي اللر؟ قال: لم على من »أن رجل سأل النب صلى هللا عليو وسلم: أي اإلسلم خي تطعم الطعام، وت قرأ الس

26عرف عرفت ومن ل ت

Hadis ini menceritakan bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah

Saw., tentang Islam yang mana yang terbaik. Nabi menjawab: “Memberikan

25

Imam al-Turmidzy, Sunan Turmidzyi dalam Program al-Maktabat Shamel. Abi Isa

Muhammad bin Isa bin Surah at-Turmidzy, Sunan al-Turmidzy dalam Juz 4, hadis ke-2485, ( Daar

al-Fikr,Beirut), h. 233 26

Imam Bukhari, Shahih Bukhari.,h. 12

Page 96: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

81

makanan dan membaca salam kepada siapa yang engkau kenal dan siapa yang

tidak engkau kenal”.

Makna zahir ungkapan “siapa yang engkau kenal dan siapa yang tidak

engkau kenal” dalam hadis ini menunjukan keumuman pada seluruh manusia (kull

al-nâs), baik yang beriman maupun yang kafir, karena makna zahir ini

menunjukan bahwa salam adalah milik Allah Swt., bukan untuk pemenuhan hak

pengenalan.

Dengan dua perangai ini (memberikan makanan dan menyebarkan salam),

kepercayaan dan keamanan akan sempurna, cinta dan harmoni akan terwujud,

kebahagiaan dan kedamaian akan menjadi agung, dan fenomena-fenomena Islam

dengan bentuk-bentuk ini semua akan menjadi tampak nyata. Hadis ini

menyatakan dengan tegas bahwa Islam adalah agama solidaritas dan kedamaian.27

Karena itu, dengan menggabungkan dan menyesuaikan antara hadis Imam

Muslim melalui Abȗ Hurairah dengan hadis-hadis lainnya bukan berarti dalam

penjama‟an ini penulis berupaya untuk menghilangkan atau menumpulkan legal

standing hadis Imam Muslim melalui Abȗ Hurairah tersebut, tetapi tentu kedua-

duanya setelah digabungkan memiliki peranan masing-masing dalam konteks

masing-masing pula. Tidak ada kontradiksi antara hadis satu dengan hadis yang

lainnya. Dengan hadis Abu Hurairah yang melarang mengucapkan salam kepada

orang-orang kafir, karena hadis Abu Hurairah bersifat umum sedangkan hadis

Usamah bersifat khusus. Oleh karena itu, hadis Abu Hurairah khusus dalam

kondisi apabila memulai salam tanpa sebab dan tanpa keperluan yang terkait

27

Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama., h. 73

Page 97: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

82

dengan hak persahabatan, atau bertetangga, atau membalas kebaikan dan

sepertinya. Maksudnya adalah melarang memulai salam kepada mereka dengan

salam yang disyariatkan.

C. Memahami Hadis Dengan Memperhatikan Konteks Historis,

Hubungan dan Tujuannya. (dalam hadis larangan mengucapkan

salam terhadap non-muslim)

Al-Qardhâwî berpendapat bahwa, suatu hukum yang dibawa oleh suatu

hadis, adakalanya tampak bersifat umum dan untuk waktu tak terbatas, namun

jika diperhatikan lebih lanjut, akan diketahui bahwa hukum tersebut berkaitan

dengan suatu „ill h tertentu, sehingga ia akan hilang dengan sendirinya jika hilang

„ill h-nya, dan tetap berlaku jika masih berlaku „ill h-nya.

Oleh karenanya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abȗ

Hurairah yang berbunyi:

، عن سهيل، عن أبيو، عن راوردي ث نا عبد العزيز ي عن الد بة بن سعيد، حد ث نا ق ت ي أب ىري رة، أن رسول حدل »هللا عليو وسلم قال: هللا صلى م، فإذا لقيتم أحدىم ف طريق، ل ت بدءوا الي هود ول النصارى بلس

28«فاضطروه إل أضيقو

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟îd, telah

menceritakan kepada kami „Abd al-“azîz yakni al-Darâwardiyya, dari

Suhail, dari bapanya, dari Abî Hurairah, bahwasannya Rasulullah

Sallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian awali

mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu

salah seorang mereka di jalan, maka pepetlah hingga ke pinggirnya.” (HR.

Muslim)

Perlu dicatat bahwa, dalam memahami hadis Nabi ini, selain dari dipahami

dengan berpedoman pada al- u ‟ n l-Karîm dan dengan menggabungkannya,

28

Imam Muslim, Shahih Muslim., h. 1707

Page 98: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

83

maka selanjutnya penulis teliti melalui konteks historis (asbâb al-wu ȗd), kondisi

lingkungan dan untuk tujuan apa ia diucapkan. Sehingga dengan demikian

maksudnya benar-benar menjadi jelas dan terhindar dari berbagai perkiraan yang

menyimpang dan terhindar dari ditetapkan dalam pengertian yang jauh dari tujuan

sebenarnya.29

Pada umumnya mayoritas fuqaha30

dan banyak ulama berpendapat bahwa

hukum mengucapkan salam kepada non-Muslim adalah haram, terlarang. Sahabat

Nabi Saw., Ibn „Abbâs dan sekelompok ulama selain beliau berpendapat

demikian.31

Larangan ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad Saw., Nabi berkata:

“J ng nl h k mu memul i (menguc pkan) salam kepada orang-orang Yahudi

dan Nasrani. Jika kamu menjumpai salah seorang dari mereka di jalan, desaklah

di ke pinggi .” Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim melalui Abu Hurairah. Hadis

ini tidak hanya melarang memulai mengucapkan salam kepada orang-orang

Yahudi dan Nasrani, tetapi juga menyuruh orang-orang Muslim untuk bersikap

kasar terhadap mereka, yaitu dengan mendesak siapapun di antara mereka ke

pinggir jalan. Hadis ini menampilkan Islam dengan wajah garang dan kasar.

Hadis lain yang dijadikan dalil untuk larangan mengucapkan salam kepada

orang-orang non-Muslim adalah hadis yang menceritakan bahwa sekelompok

orang-orang Yahudi mendatangi Nabi Muhammad Saw., sambil mengucapkan

(al-s m „ l ikum) ”kematian bagimu”, “celaka bagimu”, “kehinaan bagimu”.

29

Yȗsuf Qardhâwî, bagaimana memahami hadis Nabi Saw., h. 131-132 30

Imam Nawawi, al-Majmu‟ Syarah al-Muhadzdzab, penerjemah Abdul Somad, Umar

Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), h. 1037 31

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah., Vol. 2, h. 539

Page 99: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

84

Melihat peristiwa itu, Aisyah, istri Nabi, mengucapkan (w ‟ l ikum l-sâm wa al-

l ‟n h) “Dan bagimu kematian dan laknat” kepada tamu Yahudi yang tidak sopan

itu. Nabi menegur Aisyah, perlahan-lahan, hai Aisyah. Sesungguhnya Allah

menyukai keramahan dalam semua urusan. Maka Aisyah bertanya kepada beliau,

“Ya Rasulallah. Apa engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan?”

Rasulullah menjawab, “Aku telah mengucapkan w ‟ l ikum (bagimu [kematian]).

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari melalui Aisyah.

Namun petunjuk Nabi Saw., yang melarang memulai salam kepada orang

Yahudi dan Nasrani, (HR. Muslim dari Abu Hurairah) ini karena ketika itu

permusuhan mereka sudah sangat jelas: “me ek tid k henti-hentinya

(menimbulkan) kemudharatan bagimu, mereka menyukai apa yang menyusahkan

kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan

oleh h ti me ek lebih bes l gi” ( S. Ȃl „Im n [3]: 118).

Larangan Nabi mereka pahami dalam konteks zamannya, dimana orang-

orang Yahudi mengucapkan (االس)م عليكم al-s m „ l ikum bukan al-salâmu

„ l ikum, yang berarti kutukan atau kematian untuk kalian. Sehingga ketika itu,

kalaupun harus dijawab, dijawab dengan (عليكم) „alaikum (tanpa wa) yakni

“terhadap kalian kutukan itu” bukan terhadap kami, atau (و عليكم) wa‟alaikum

(dengan wa) yakni “terhadap kami kematian pasti datang dan terhadap kalianpun

demikian”. (عليك السلم) „Al ik s l m atau salam yang tidak disertai dengan wa

Page 100: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

85

(dan) menurut Nabi Saw., adalah salam untuk orang-orang mati” (HR. Abu Daud

dan at-Tirmizi).32

Ada sembilan hadis lain yang pada intinya, meskipun dengan redaksi-

redaksi yang sedikit berbeda, sama dengan hadis ini. Sembilan hadis ini

diriwayatkan oleh al-Bukhari melalui tiga orang: enam hadis melalui Aisyah, dua

hadis melalui Abdullah Ibn Umar, dan satu hadis melalui Anas Ibn Malik.

Larangan hadis ini para ulama memahaminya dalam konteks zamannya.

Beberapa catatan tentang sepuluh hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari

ini perlu mendapat perhatian. Pertama, salam yang diucapkan oleh orang-orang

Yahudi adalah salam penghinaan, yaitu “al-sâm „ l ikum” bukan salam

perdamaian, yaitu “al-s l mu „ l ikum”. Kedu , yang memulai mengucapkan

salam, yaitu salam penghinaan, adalah orang-orang Yahudi bukan Nabi. Ketiga,

sikap para tamu Yahudi itu terhadap Nabi adalah sikap kebencian dan

permusuhan, bukan sikap perdamaian dan persahabatan. Keempat, Nabi menegur

Aisyah agar tidak bertindak kasar dan tidak melaknat para tamu yang tidak sopan

itu karena Allah mencintai keramahan dan kelembutan. Kekasaran dan ketidak

sopanan tamu tidak boleh menghilangkan keramahan dan kelembutan penerima

tamu. Kelima, karena itu, cukup bagi Nabi untuk menjawab salam orang-orang

Yahudi itu dengan “wa‟alaikum” (dan bagimu [kematian].33

Jika syariaat islam dilaksanakan sebagaimana mestinya maka tidak

menjadi masalah, karena syariaat islam datang dengan kemaslahatan untuk

kehidupan dunia dan akhirat. Untuk muslimin dan non muslimin datang dengan

32

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah., Vol. 2, h. 515 33

Nurcholish Madjid, dkk, Fiqih Lintas Agama., h. 69-70

Page 101: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

86

keadilan, kebebasan, kemuliaan, kehormatan, persamaan.34

Oleh karenanya,

penetapan hukum mengucapkan salam terhadap non Muslim harus berdasarkan

penelusuran konteks historis dan tujuannya pada zaman Rasulullah Saw.,

sehingga tidak terjadi kesalah pahaman dan ketidak benaran dalam menafsirkan

pemahaman hadis tersebut. Di Indonesia banyak orang Muslim dan non Muslim

saling hidup berdampingan, bersahabat, dan bahkan satu lingkup keluarga, dalam

konteks seperti itu tidak mungkin hadis Imam Muslim yang melalui Abu

Hurairah, yang melarang memulai mengucapkan salam kepada non Muslim

bahkan menyuruhnya untuk memepetkannya hingga ke pinggir jalan diaplikasikan

dalam konteks kerukunan. Tetapi, hadis tersebut bukan berarti penulis anggap

tidak digunakan lagi, namun penerapan hadis tersebut harus sesuai konteks.

34

Video YuoTube diakses pada tgl 02 oktober 2015 dari https: // www .youtube. com/

watch?v=cFT42sRfg5A dalam acara talkshow “non Muslim di tengah Masyarakat Muslim

Bersama Syeikh Yusuf al Qardhâwî” Courtesy Al-Jazirah, disiarkan langsung dari Doha, Qatar.

Diterbitkan 24 agustus 2013.

Page 102: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan hadis larangan mengucapkan dan menjawab

salam terhadap non Muslim dengan diteliti melalui 3 metode al-Qardhâwî, penulis

mendapatkan kesimpulan bahwa:

1. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Abȗ Hurairah,

yang melarang memulai mengucapkan salam kepada orang-orang

Yahudi dan Nasrani, setelah diteliti melalui metodenya al-Qardhâwî

dengan berpedoman pada al-Qur’ân al-Karîm, kita diperbolehkan

untuk membalas salam terhadap non-Muslim bahkan membalasnya

dengan yang lebih baik dalam konteks persaudaraan, perdamaian, dan

menjaga stabilitas kerukunan umat beragama atas dasar surat al-Nisâ‟

[4]: 86. Adapun mengucapkan salam sendiri tetap tidak diperbolehkan

dengan alasan bahwa, surat al-Taubah ayat 113-114 memberikan

penjelasan bahwa yang benar mengenai ayat ini adalah sebagaimana

yang dikatakan oleh Ibnu Uyainah.1 Mengenai hadis Abu Hurairah

yang diriwayatkan oleh Muslim menunjukkan agar tidak lebih dulu

memberikan salam kepada mereka, karena sikap itu merupakan bentuk

penghormatan.

2. Kedua, dengan metodenya Memadukan atau mentarjih antara hadis-

hadis yang kontradiktif bahwa, hadis yang diriwayatkan oleh Imam

1 Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, terj. Ahmad Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka Azzam,

2008), jilid 11, h. 299

Page 103: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

88

Muslim melalui Abȗ Hurairah setelah dipadukan dengan hadis-hadis

lain yang tentu sama-sama sahih. Yaitu dengan hadis al-Bukhârî

melalui Anas bin Malik, Al-Darimi dan Al-Tirmidzi melalui „Abdullah

bin Salâm, dan al-Bukhârî dan Muslim melalui „Abdullah Ibn Amru,

memberikan penjelasan bahwa, kedua-duanya setelah digabungkan

memiliki peranan masing-masing dalam konteks masing-masing pula.

Tidak ada kontradiksi antara hadis satu dengan hadis yang lainnya.

Dengan hadis Abu Hurairah yang melarang mengucapkan salam kepada

orang-orang kafir, karena hadis Abu Hurairah bersifat umum sedangkan

hadis Usamah bersifat khusus. Oleh karena itu, hadis Abu Hurairah

khusus dalam kondisi apabila memulai salam tanpa sebab dan tanpa

keperluan yang terkait dengan hak persahabatan, atau bertetangga, atau

membalas kebaikan dan sepertinya. Maksudnya adalah melarang

memulai salam kepada mereka dengan salam yang disyariatkan.

3. Dan yang terakhir dengan memperhatikan konteks historis, hubungan

dan tujuannya. Larangan Nabi atas ucapan salam terhadap non Muslim

dipahami dalam konteks zamannya, dimana orang-orang Yahudi

mengucapkan (االس)ـ عليكم al-sâm ‘alaikum bukan al-salâmu ‘alaikum,

yang berarti kutukan atau kematian untuk kalian. Sehingga ketika itu,

kalaupun harus dijawab, dijawab dengan (عليكم) „alaikum (tanpa wa)

yakni “terhadap kalian kutukan itu” bukan terhadap kami, atau (و عليكم)

wa‟alaikum (dengan wa) yakni “terhadap kami kematian pasti datang

Page 104: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

89

dan terhadap kalianpun demikian”. (عليك السالـ) ‘Alaika salâm atau

salam yang tidak disertai dengan wa (dan) menurut Nabi Saw., adalah

salam untuk orang-orang mati” (HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi). Dan

Oleh karenanya, penetapan hukum mengucapkan salam terhadap non

Muslim dengan berdasarkan penelusuran konteks historis dan tujuannya

pada zaman Rasulullah Saw., dilarangnya pada waktu itu dengan alasan

ketika itu permusuhan mereka sudah sangat jelas terhadap Nabi Saw.

Maka, ketika konteks dimana orang-orang non-Muslim mengucapkan

salamnya dalam term “al-Sâmu „alaikum” jelas kita dilarang untuk

mengucapkan dan menjawabnya cukup dengan kalimat “wa‟alikum”

sesuai dengan hadis al-Bukhâri yang melalui Anas bin Mâlik.

Page 105: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

90

B. Saran

Setelah melalui proses pembahasan dan pengkajian tentang pemahaman

hadis larangan mengucapkan dan menjawab salam terhadap non Muslim studi

metode Yȗsuf al-Qardhâwî. Kiranya penulis perlu untuk mengemukakan beberapa

saran sebagai kelanjutan dari kajian penulis atas hal-hal tersebut di atas;

Dalam skripsi ini penulis membahas tentang pemahaman hadis larangan

mengucapkan dan menjawab salam terhadap non Muslim dengan menggunakan

metode pemahaman hadis Yȗsuf al-Qardhâwî, Pertama, Fahm al-Sunnah fî Dau’i

al-Qur’ân al-Karîm. Kedua, Al-Jam’u au al-Tarjîh baina Mukhtalif al-Hadîts.

Ketiga, Fahm al-Hadîts fî Dau’i Asbâbihâ wa Malâbisâtihâ wa Maqâsidihâ.

Dengan ketiga metode ini penulis menemukan pemahaman yang mendalam

terkait pesan dan tujuan hadis tersebut. Dengan demikian, dalam pemahaman

hadis Nabi dapat terhindar dari sikap mudah terpancing untuk menyalahkan

kesahihan hadis tersebut. Sementara setelah dipahami dengan menggunakan

ketiga metode itu ternyata hadis tersebut diucapkan oleh Rasulullah ketika saat itu

sikap orang-orang non Muslim sudah sangat jelas dalam permusuhannya dan ada

hadis-hadis lain juga yang menganjurkan untuk kita supaya dapat bersikap lemah

lembut dan menyebarkan salam ke seluruh manusia, kepada orang yang kita kenal

dan yang tidak dikenal. Oleh karenanya disarankan kepada jurusan TH untuk

lebih giat lagi mengadakan kajian-kajian kritik terhadap hadis dengan

menggunakan pendekatan-pendekatan yang komprehensif. Sehingga hadis Nabi

tidak hanya dipahami secara tekstual semata yang berakibat menjauhkan makna

substansi hadis tersebut dan menjadikan kesalahan dalam memahaminya.

Page 106: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

91

Pembahasan dalam skripsi ini bukanlah pembahasan yang sempurna.

Terlepas dari kemampuan dan keterbatasan, maka penulis sangat mengharapkan

kritik dan koreksi yang bisa lebih menyempurnakan pembahasan ini. Namun

demikian tidak menghalangi adanya penelitian selanjutnya yang bisa optimal

dalam membahas permasalahan ini.

Page 107: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

92

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Al-Hafid ibn Hajar, Bulughul Maraam, Bab kitab al-Jāmi‟, no 1474.

................. Fathul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, terj. Amir Hamzah : Fathul

Baari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Syarah bulughul maram, terj. Thahirin

Suparta, dkk. : Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al Maram, Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007.

Abu Daud, Imam, Sunan Abu Daud dalam Program al-Maktabat Shamel. Abi

Daud Sulaiman bin al-Asy`ats al-Sajistaniy, Sunan Abu Daud jilid 4,

Beirut : Daar al-a‟Alam.

Al-Ghazali, Al-Sunnah al-Nabawiyah bayna ahl al-Fiqh wa ahl al-hadits, kairo,

1989; buku ini edisi berbahasa indonesianya diterbitkan Mizan (1999)

berjudul Studi kritis atas Hadis Nabi Saw, antara pemahaman tekstual dan

kontekstual.

al-Madiny, Al-Muttaqi al-Syadzaily, Kanz al-‘Umal fi Sunan al-Aqwal wa al-

Af’al, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1409 H.

al Munawar, Said Agil Husin, Fikih Hubungan Antar Agama, Ciputat: PT. Ciputat

Press, 2005.

Al-Qusyairi al-Naisaburi, Abi al-Husain Muslim ibn al-hajjaj, Shahih Muslim,

kairo: Daar ibn Jauzi. 2010.

Al-Qardhâwî, Yȗsuf, Kaifa nata’âmal ma’a as-sunnah an-nabawiyah, ma’âlim

wa dhawâbith, terj. Drs. H. Saifullah Kamalie, Metode Memahami As-

Sunnah Dengan Benar, Jakarta: media dakwah, 1994 M.

.................. Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, Bandung: Karisma, 1994.

.................. Fatwa-fatwa kontemporer, Penerjemah As‟ad Yasin, Jakarta: Gema

Insani Press, 1995.

Page 108: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

93

.................. Perjalanan Hidupku I, (Judul asli: Ibn al-Qaryah wa al-Kuttâb

Malâmi h S rah wa Mas rah, penerjemah: H. Cecep Taufikurrahman, Lc.

Dan H Nandang Burhanuddin, Lc., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.

................. Huda Al-Islam Fatawa Mu’ashir, alih bahasa Abdurrahman Ali

Bauzir, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

................ Memahami Khazanah Klasik, Mazhab dan Ikhtilaf, alih bahasa oleh

Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003.

Al Qurthubi, Imam, Tafsir Al Qurthubi, terj. Ahmad Rijali Kadir Jakarta: Pustaka

Azzam, 2008, juz. 2.

Ar-Rifa‟i, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu

Katsir, Jil. 1, terj. Drs. Syihabuddin, ringkasan tafsir ibnu katsir, jakarta:

Gema insan press, 1999.

Artikel diakses pada 21 September 2015 dari http://menjadihebat.blogspot.co.id

/2012/05/teks-asli-piagam-madinah-beserta.html

Al-Turmidzy, Imam, Sunan Turmidzyi dalam Program al-Maktabat Shamel. Abi

Isa Muhammad bin Isa bin Surah at-Turmidzy, Sunan al-Turmidzy dalam

Juz 5. Daar al-Fikr,Beirut.

Bakhtiar, Amsal, dkk., pedoman akademik program strata 1,UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2012/2013.

Brown, Daniel W, Menyoal Relevansi Sunnah Dalam Islam Modern, Bandung:

Mizan, 2000.

Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat

juga, Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari,

Juz < Indonesia: Maktabah, Dahlan, t.th.

Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia,

Jakarta; Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan

Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, 1997.

Hambal, Imam Ahmad ibn, Musnad Imam Ahmad Hambal, (Beirut : al-Maktub

al-islam, 1978 M), juz =, hadis ke-9665.

Page 109: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

94

Hidayat, Komaruddin, Agama punya seribu nyawa, Jakarta: Noura books, 2012.

Jarir Ath-Thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin, Tafsir Ath Thabari, terj. Akhmad

Affandi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, juz 2.

Muslim, Imam, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga

Imam Muslim, Shahih Muslim, hadis no. 2167, juz 8. kairo: Daar ibn

Jauzi. 2010.

Muhayyidin, M.R. Bawa, Islam Untuk Kedamaian Dunia, Bandung: Pustaka

Hidayah, 2010 M.

Madjid, Nuecholish, dkk, Fiqih Lintas Agama, Jakarta: Paramadina, 2004.

Muhammad al-Sa‟id bin Buyuni Zaghlȗl, Abu Hajar, Maus ’ah A râf al-

a ts,Jilid 1, Beirut: Dâr Kutub al-„Ilmiyyah,t.t.

Muhammad Fu‟ad „abdul baqi, Miftâ u Kun al-Sunah, Lahore: Isaroh

Tarjamanu al-Sunah, 1931.

Ma‟ruf, Djamhari, Iradikalisme Islam di Indonesia: Fenomena Sesat? Dalam

Bahtiar Effendi dan Soe Trisno Hadi(ed.), Agama dan Radikalisme, East

Lansing: Nuqtah, 2007.

Nashir, Ridlwan, Ilmu Memahami Hadits Nabi, Yogyakarta: pustaka pesantren,

2014.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011

Nawawi, Imam, Al-Majmu’ Syarah Al Muha ab, terj. H. Abdul Somad Lc.,

MA., Umar Mujtahid, Lc. Jakarta: Pustaka Azzam, 2010.

Nasuhi, Hamid, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Ciputat: CeQDA (Center

for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Pongsibanne, Lebba Kadore, Islam dan Budaya Lokal, Ciputat: mazhab ciputat,

2013.

Page 110: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

95

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, terj. As‟ad Yasin, dkk. Jakarta: gema

Insani Press, 2000, cet. 1, jild. 2, juz 5.

Rachaman, Budi Munawar, Islam dan Pluralisme Nurcholish Madjid, Jakarta:

Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina, 2007.

Shihab, Dr. Alwi, Islam Inklusif: menuju sikap terbuka dalam beragama,

Bandung: Mizan, 1999

Sayyid Quth, Fī D ilāl al-Qur’ān,tt., Manqahah Mufharisah, cet. 6, t.th., jild. 2,

juz 5.

Syekh Manshur Ali Nashif al-Taj, al-Jam’u Li Ushul fi al-Hadits al-Rasul, Beirut:

Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, 1961 M-1381 H.

Siradj, Said Aqiel, “Meneguhkan Islam Toleran”, dalam Republika, 14 April

2007.

Shihab, M.Quraish, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 9.

Video YuoTube diakses pada tgl 02 oktober 2015 dari https: // www .youtube.

com/ watch?v=cFT42sRfg5A.

Winano Surahmad, Pengantar penelitian ilmiah dasar metode tehnik, Bandung:

Tarsito, 1994

Wensinck, A.J. al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâ i al- a ts al-Nabawî, Jilid 5.

Leiden: E.J. Bill 1936.

Skripsi :

Fatimah, Ai Popon, “Salam terhadap non-Muslim perspektif hadis”, Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2014.

Mujahid, Said, “Hadis larangan mengucapkan salam terhadap non muslim”,

(Studi teori fungsi penafsiran Jorge J.E Gracia), Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Muhammad, Lukman Zain Sakur, “Metode memahami hadis menurut Dr. Yuausf

al-Qardhâwi: Analisis strukturalisme-Semiotik atas buku Kaifa Nata‟amal

Page 111: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

96

ma‟a al-Sunnah al-Nabawiyyah”, Tesis S2 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2007.

Zuraidah Hafni, “Piagam Madinah dari perspektif kebudayaan”, Skripsi s 1

Program studi sastra arab, Universitas Sumatra Utara 2009.

Jurnal :

Hidayatullah, Furqan Syarif, Jurnal pendidikan agama islam – Ta’lim Vol. 9 No.

1 – 2011.

Hasan, Zulkifli, “Yȗsuf al-Qaradawi and Contribution of His Thoughts”, Vol, no

3 Issue 1 (Juni 2013): h. 53.

Faizin, Afwan, “Metode fuqaha dalam memahami hadis (Studi pendekatan Yusuf

Qardhawi)”, V 8, No. 2 (September 2006): H. 137.

Ghazali, Adeng Muchtar, “Teologi kerukunan beragama dalam Islam (Studi

Kasus Kerukunan Beragama di Indonesia)”, Vol XIII, Nomor 2,

Desember 2013, h. 285.

Page 112: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

97

LAMPIRAN

Takhrij Hadis:

1. Bagaimana menjawab salam Ahl al-Dhimmah

a. Sumber : Sahih al-Bukhari, kitab : meminta Izin, Bab : bagaimana

menjawab salam Ahl al-Dhimmah, No. Hadis : 6258

ثػنا ىشيم، أخبػرن عبػيد الل بن أب بكر بن أنس، ح - 8526 بة، حد ثػنا عثماف بن أب شيػ ثػنا أنس بن حد د

عنو، قاؿ: قاؿ النب صلى هللا عليو وسلم: " إذا سلم عل يكم أىل الكتاب فػقولوا: وعليكم مالك رضي الل

"2

b. Sumber : Sahih al-Bukhari, kitab : Meminta taubat orang-orang murtad

dan para pembangkang serta memerangi mereka, Bab : Jika Ahl al-

Dhimmah mencela Nabi Saw, No. Hadis : 6926

ثػنا ممد ب - 8258 ، أخبػرن شعبة، عن ىشاـ بن زيد بن أنس بن حد ن مقاتل أبو احلسن، أخبػرن عبد الل

عت أنس بن مالك، يػقوؿ: مر يػهودي برسوؿ الل صلى هللا عليو وسلم فػق ـ عليك، اؿ: الس مالك، قاؿ: س ا

[ الل صلى هللا عليو وسلم: " 68فػقاؿ رسوؿ ]ص:« وعليك »فػقاؿ رسوؿ الل صلى هللا عليو وسلم:

2 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga, Abi

Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 8 (Indonesia: Maktabah, Dahlan,

t.th), h. 57

Page 113: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

98

، أال نػقتػلو؟ قاؿ ـ عليك " قالوا: ي رسوؿ الل : " ال، إذا سلم عليكم أىل أتدروف ما يػقوؿ؟ قاؿ: السا

3الكتاب، فػقولوا: وعليكم "

c. Sumber : Ibn Majah, Kitab : Adab, Bab : Menjawab salam Ahl al-

Dhimmah, No. Hadis : 3697

ثػنا عبدة بن سليماف، وممد - 7823 ثػنا أبو بكر قاؿ: حد بن بشر، عن سعيد، عن قػتادة، عن أنس حد

تاب فػقولوا: بن مالك قاؿ: قاؿ رسوؿ الل صلى هللا عليو وسلم: " إذا سلم عليكم أحد من أىل الك

4وعليكم "

d. Sumber : Ibn Majah, Kitab : Adab, Bab : Menjawab salam Ahl al-

Dhimmah, No. Hadis : 3698

ثػنا أبو معاوية، عن العمش، عن مسلم، عن مسروؽ، عن عائشة: - 7826 ثػنا أبو بكر قاؿ: حد أنو حد

ـ عليك ي أب القاسم، فػقاؿ: أتى النب صلى هللا عليو وسلم نس من 5«وعليكم »اليػهود فػقالوا: السا

e. Sumber : Musnad Ahmad, Kitab : Musnad sahabat yang banyak

meriwayatkan hadis, Bab : Musnad Abdullah bin Umar bin al-Khattab RA,

No. Hadis : 5221

3 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga, Abi

Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 9 (Indonesia: Maktabah, Dahlan,

t.th), h. 15 4 Al-Hafidz Abi „ Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini Ibn Majah, Sunan Ibnu

Majah (kairo : Daar al-kutub al-Sirri), juz 6, hadis ke- 7:=;, hal. 1219.

5Al-Hafidz Abi „ Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini Ibn Majah, Sunan Ibnu

Majah (kairo : Daar al-kutub al-Sirri), juz 6, hadis ke- 7:=<, hal. 1219.

Page 114: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

99

ثػنا وكيع - 2556 ثػنا سفياف، وعبد الرحن، عن سفياف، عن عبد الل بن دينار، عن ابن عمر قاؿ: حد ، حد

ـ عليكم، فػقو 6عليكم "لوا: و قاؿ رسوؿ الل صلى هللا عليو وسلم: " إف اليػهود إذا لقوكم قالوا: السا

2. Larangan Memulai Salam kepada non-Muslim

Sumber : Tirmidhi, Kitab : Meminta izin dan Adab, Bab : Mengucapkan salam

untuk Ahl al-Dhimmah, No. Hadis :

ثػنا عبد العزيز بن ممد، عن سهيل - 5322 بة قاؿ: حد ثػنا قػتػيػ بن أب صالح، عن أبيو، عن أب حد

، وإذا لقيتم أحدىم ف »ىريػرة، أف رسوؿ الل صلى الل عليو وسلم قاؿ: ال تػبدأوا اليػهود والنصارى بلسالـ

7«ا حديث حسن صحيح ىذ «: »طريق فاضطروه إل أضيقو

3. Memberi Salam dalam Majlis yang Berisi Kaum Muslim dan Musyrik

Sumber : Sahih Muslim, Kitab : Jihad dan ekspedisi, Bab : Do‟a Nabi

kepada Allah dan kesabarannya dalam menghadapi gangguan orang-orang

Munafik, No. Hadis : 1798

ثػنا إسحاؽ بن إبػراىيم احلنظلي، وممد بن رافع، وعبد بن حيد، واللفظ البن 6326) - 668 رافع، ( حد

ثػنا، وقاؿ الخراف: أخبػرن عبد الرزاؽ، أخبػرن معمر، عن ا ، عن عروة، أف أسامة قاؿ ابن رافع: حد لزىري

فدكية، وأردؼ وراءه أسامة بن زيد، أخبػره، أف النب صلى هللا عليو وسلم ركب حارا عليو إكاؼ تتو قطيفة

6Imam Ahmad ibn Hambal, Musnad Imam Ahmad Hambal, (Beirut : al-Maktub al-islam,

1978 M), juz =, hadis ke-9665, hal. 182 7 Lihat Imam al-Turmidzy, Sunan Turmidzyi dalam Program al-Maktabat Shamel. Abi Isa

Muhammad bin Isa bin Surah at-Turmidzy, Sunan al-Turmidzy dalam Juz 5. ( Daar al-

Fikr,Beirut), h. 60

Page 115: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

100

ن احلارث بن الزرج، وذاؾ قػبل وقػعة بدر، حت مر بجلس فيو أخالط من وىو يػعود سعد بن عبادة ف ب

، وف المجلس عبد هللا 6257المسلمني، والمشركني عبدة الوثف، واليػهود، فيهم ]ص: [ عبد هللا بن أب

نا، بن رواحة، فػلما غشيت المجلس عجاجة الدابة، خر عبد هللا بن أب أنػفو بردائو، وا عليػ ث قاؿ: ال تػغب

عاىم إل هللا، وقػرأ عليهم القرآف، فػقاؿ عبد هللا فسلم عليهم النب صلى هللا عليو وسلم، ث وقف، فػنػزؿ فد

: أيػها المرء، ال أحسن من ىذا إف كاف ما تػقوؿ حقا، فال تػؤذن ف مالسنا وا رجع إل رحلك، فمن بن أب

ليو، فػقاؿ عبد هللا بن رواحة: اغشنا ف مالسنا، فإن نب ذلك، قاؿ: فاستب جاءؾ منا فاقصص ع

المسلموف والمشركوف واليػهود حت هوا أف يػتػواثػبوا، فػلم يػزؿ النب صلى هللا عليو فضهم، ث ركب وسلم

يريد عبد هللا -دابػتو حت دخل على سعد بن عبادة، فػقاؿ: " أي سعد، أل تسمع إل ما قاؿ أبو حباب؟

فح، فػوهللا، لقد أعطاؾ هللا الذي أعطاؾ، قاؿ: كذا وكذا "، قاؿ: اعف عنو ي رسوؿ هللا، واص -بن أب

بوه بلعصابة، فػلما رد هللا ذلك ب رة أف يػتػوجوه فػيػعص حلق الذي أعطاكو، شرؽ ولقد اصطلح أىل ىذه البحيػ

8رأيت، فػعفا عنو النب صلى هللا عليو وسلم، بذلك، فذلك فػعل بو ما

4. Bagaimana Menulis Surat Kepada non-Muslim

a. Sumber : Sahih Muslim, Kitab : Jihad dan ekspedisi, Bab : Surat Nabi Saw

kepada Hiraclius, No. Hadis : 1773

8 Imam Muslim, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga Imam

Muslim, Shahih Muslim, juz 3. (kairo: Daar ibn Jauzi. 2010), h. 1422, hal.

Page 116: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

101

ثػنا إسحاؽ بن إبػراىيم احلنظلي، وابن أب عمر، وممد بن رافع، وعبد بن حي 6337) - 32 د، ( حد

ثػنا، وقاؿ الخراف: أخبػرن ع بد الرزاؽ، أخبػرن معمر، واللفظ البن رافع، قاؿ ابن رافع: وابن أب عمر، حد

بة، عن ابن عباس، أف أب سفياف، أخبػره ، عن عبػيد هللا بن عبد هللا بن عتػ من فيو إل فيو، قاؿ: عن الزىري

نا أن بلشاـ انطلقت ف المدة الت كانت بػين وبػني رسوؿ هللا صلى هللا عليو وسلم، قاؿ: فػبػيػ

، قاؿ: وك 6722]ص: اف [ إذ جيء بكتاب من رسوؿ هللا صلى هللا عليو وسلم إل ىرقل يػعن عظيم الروـ

دفػعو إل عظيم بصرى، فدفػعو عظيم بصرى إل ىرقل، فػقاؿ ىرقل: ىل ىاىنا أحد دحية الكلب جاء بو، ف

رقل، خلنا على ى من قػوـ ىذا الرجل الذي يػزعم أنو نب؟ قالوا: نػعم، قاؿ: فدعيت ف نػفر من قػريش، فد

اؿ أبو سفياف: فػقلت: فأجلسنا بػني يديو، فػقاؿ: أيكم أقػرب نسبا من ىذا الرجل الذي يػزعم أنو نب؟ فػق

جانو، فػقاؿ لو: قل لم إن سائل ىذا عن أن، فأجلسون بػني يديو، وأجلسوا أصحاب خلفي، ث دعا بتػر

بوه، قاؿ: فػقاؿ أبو سفياف: واي هللا، لو ال مافة أف يػؤثػر علي الرجل الذي يػزعم أنو نب، فإف كذبن فكذ

ؿ لتػرجانو: سلو كيف حسبو فيكم، قاؿ: قػلت: ىو فينا ذو حسب، قاؿ: فػهل كاف الكذب لكذبت، ث قا

تم تػتهمونو بلكذب قػبل أف يػقوؿ ما قاؿ؟ قػلت: ال ، قاؿ: ومن من آبئو ملك؟ قػلت: ال، قاؿ: فػهل كنػ

قصوف؟ ق يػ ـ يػنػ ـ ضعفاؤىم؟ قاؿ: قػلت: بل ضعفاؤىم، قاؿ: أيزيدوف أ اؿ: قػلت: ال، تبعو؟ أشراؼ الناس أ

هم عن دينو بػعد أف يدخل فيو سخطة لو؟ قا ؿ: قػلت: ال، قاؿ: فػهل بل يزيدوف، قاؿ: ىل يػرتد أحد منػ

نػنا وبػيػ ه؟ قاؿ: قػلت: تكوف احلرب بػيػ نو سجاال يصيب قاتػلتموه؟ قػلت: نػعم، قاؿ: فكيف كاف قتالكم إي

[، 6722ف مدة ال ندري ما ىو صانع فيها ]ص:منا ونصيب منو، قاؿ: فػهل يػغدر؟ قػلت: ال، ونن منو

Page 117: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

102

ر ىذه، قاؿ: فػهل قاؿ ىذا القوؿ أح ئا غيػ لو؟ قاؿ: قاؿ: فػوهللا ما أمكنن من كلمة أدخل فيها شيػ د قػبػ

عث قػلت: ال، قاؿ لتػرجانو: قل لو إن سألتك عن حسبو، فػزعمت أنو فيكم ذو حسب، وكذلك الرسل تػبػ

ملك قػلت ف أحساب قػومها، وسألتك: ىل كاف ف آبئو ملك، فػزعمت أف ال، فػقلت: لو كاف من آبئو

ـ أشرافػهم، فػقلت: بل ضعفاؤىم وىم أتػباع رجل يطلب مل ك آبئو، وسألتك عن أتػباعو أضعفاؤىم أ

تم تػتهمونو بلكذب قػبل أف يػقوؿ ما قاؿ؟ فػزعمت أف ال، فػقد ت أنو ل يكن عرف الرسل، وسألتك: ىل كنػ

هم عن د ينو بػعد أف ليدع الكذب على الناس، ث يذىب فػيكذب على هللا، وسألتك: ىل يػرتد أحد منػ

مياف إذا خالط بش اشة القلوب، وسألتك: ىل يزيدوف أو يدخلو سخطة لو؟ فػزعمت أف ال، وكذلك ال

مياف حت يتم، وسألتك: ىل قاتػلتموه؟ فػزع قصوف؟ فػزعمت أنػهم يزيدوف، وكذلك ال مت أنكم قد يػنػ

نو نكم وبػيػ تػلى ث تكوف لم قاتػلتموه فػتكوف احلرب بػيػ سجاال يػناؿ منكم وتػنالوف منو، وكذلك الرسل تػبػ

ىل قاؿ ىذا القوؿ العاقبة، وسألتك: ىل يػغدر؟ فػزعمت أنو ال يػغدر، وكذلك الرسل ال تػغدر، وسألتك:

ل أحد لو قػلت رجل ائػتم بقوؿ قيل قػبػ لو؟ فػزعمت أف ال فػقلت: لو قاؿ ىذا القوؿ أحد قػبػ و، قاؿ: ث قػبػ

لة والعفاؼ، قاؿ: إف ي كن ما تػقوؿ فيو حقا فإنو نب، قاؿ: ب يمركم؟ قػلت: يمرن بلصالة والزكاة والص

حبػبت لقاءه، ولو كنت عنده وقد كنت أعلم أنو خارج، ول أكن أظنو منكم، ولو أن أعلم أن أخلص إليو ل

ل [، قاؿ: ث دعا بكتاب رسوؿ هللا صلى هللا 6728غن ملكو ما تت قدمي ]ص:لغسلت عن قدميو، وليػبػ

ـ »عليو وسلم، فػقرأه فإذا فيو ، سال على بسم هللا الرحن الرحيم، من ممد رسوؿ هللا إل ىرقل عظيم الروـ

سالـ أسلم تسلم، وأسلم يػؤتك هللا أجرؾ مرتػني، وإف من اتػبع الدى، أما بػعد، فإن أدعوؾ بدعاية ال

Page 118: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

103

نكم أف ال نػعبد إال هللا تػوليت فإف عليك إث الريسيني، و }ي أىل الكتاب تػعالوا إ نػنا وبػيػ ل كلمة سواء بػيػ

ئا وال يػتخذ بػعضنا بػعضا أربب من دوف هللا فإف تػولوا فػقولوا اشهدو فػلما « ا بن مسلموف{وال نشرؾ بو شيػ

ني الكتاب ارتػفعت الصوات عنده وكثػر اللغط، وأمر بنا فأخرجنا، قاؿ، فػقلت لصحاب ح فػرغ من قراءة

ا بمر رسوؿ هللا صلى ن خرجنا: لقد أمر أمر ابن أب كبشة، إنو ليخافو ملك بن الصفر، قاؿ: فما زلت موق

سالـ 9هللا عليو وسلم أنو سيظهر، حت أدخل هللا علي ال

b. Sumber : Tirmidhi, Kitab : Meminta izin dan Adab, Bab : Bagaimana

menulis untuk pelaku kesyirikan, No. Hadis : 2717

ثػنا - 5363 ثػنا يونس، عن الزىري قاؿ: أخبػرن عبػيد الل ب حد ثػنا عبد الل قاؿ: حد ن عبد سويد قاؿ: حد

، عن ابن عباس، أنو أخبػره أف أب سفياف بن حرب، أخبػره أف ىرقل أرسل إ ليو ف نػفر من قػريش، وكانوا الل

عليو وسل بسم »م فػقرئ، فإذا فيو تارا بلشاـ فأتػوه فذكر احلديث قاؿ: ث دعا بكتاب رسوؿ الل صلى الل

ـ على من اتػبع الدى أما بػعد الل الرحن الرحيم من ممد عبد «: " الل ورسولو إل ىرقل عظيم الروـ السال

10ىذا حديث حسن صحيح، وأبو سفياف اسو: صخر بن حرب "

c. Sumber : Sunan Abu Daud, Kitab : Adab, Bab : Bagaimana menulis surat

kepada Ahl al-Dhimmah, No. Hadis : 5136

9 Imam Muslim, Shahih Muslim dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga Imam

Muslim, Shahih Muslim, juz 3. (kairo: Daar ibn Jauzi. 2010), h. 1393.

10

Lihat Imam al-Turmidzy, Sunan Turmidzyi dalam Program al-Maktabat Shamel. Abi Isa

Muhammad bin Isa bin Surah at-Turmidzy, Sunan al-Turmidzy dalam Juz 5. ( Daar al-

Fikr,Beirut), h. 65.

Page 119: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

104

ثػنا عبد الرزاؽ، عن معمر، عن الز - 2678 ، وممد بن يي، قاال: حد ثػنا احلسن بن علي ، عن حد ىري

بة، عن ابن عب من ممد »اس، أف النب صلى هللا عليو وسلم، كتب إل ىرقل عبػيد الل بن عبد الل بن عتػ

ـ على من اتػبع الدى ، سال قاؿ ابن يي، عن ابن عباس، أف أب سفياف « رسوؿ الل إل ىرقل عظيم الروـ

وسلم فإذا فيو قاؿ: فدخلنا على ىرقل فأجلسنا بػني يديو، ث دعا بكتاب رسوؿ الل صلى هللا عليو أخبػره

11«ـ على من اتػبع الدى أما بػعد بسم الل الرحن الرحيم من ممد رسوؿ الل إل ىرقل عظيم الروـ سال »

5. Tidak Boleh memberi dan menjawab salam kepada orang yang berdosa

a. Sumber : Sahih al-Bukhari, Kitab : Hukum-hukum, Bab : Bolehkah imam

berhak mencegah orang berdosa dan pelaku kemaksiatan dari bicara ? No.

Hadis : 7225

ثػنا الليث، عن عقيل، عن ابن شهاب، عن عبد الرحن بن عبد - 3552 ثن يي بن بكي، حد الل بن حد

عت كعب بن كعب بن مالك، أف عبد الل بن كعب بن مالك، وكاف قائد كعب من بنيو حني عمي، قاؿ: س

ونػهى رسوؿ الل »، مالك قاؿ: لما تلف عن رسوؿ الل صلى هللا عليو وسلم ف غزوة تػبوؾ، فذكر حديثو

لة، وآذف رسوؿ الل صلى هللا عليو صلى هللا عليو وسلم املسلمني عن كال منا، فػلبثػنا على ذلك خسني ليػ

نا 12«وسلم بتػوبة الل عليػ

11

Imam Abu Daud, Sunan Abu Daud dalam Program al-Maktabat Shamel. Abi Daud

Sulaiman bin al-Asy`ats al-Sajistaniy, Sunan Abu Daud jilid 4 (Beirut : Daar al-a‟Alam), h. 366.

12

Imam Bukhari, Shahih Bukhari, dalam Program al-Maktabat Shamel. Lihat juga, Abi

Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 9 (Indonesia: Maktabah, Dahlan,

t.th), h. 32

Page 120: PEMAHAMAN HADIS LARANGAN MENGUCAPKAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32506/3/ACEP... · bermanfaat bagi manusia lain sukses dunia wal akhirah dan menyusul

105

b. Sumber : Sunan Abu Daud, Kitab : Sunnah, Bab : Menjauhi dan benci

terhadap ahli ahwa (pengikut hawa nafsu), No. Hadis : 4600

ثػنا ابن السرح، أخبػرن ابن وىب، قاؿ: أخبػرن يونس، عن ابن شهاب، قاؿ: أخبػرن عب - 2822 د حد

، قائد كعب من بنيو حني عمي الرحن بن عبد الل بن كعب بن مالك، أف عبد الل بن كعب بن مالك، وكاف

عت كعب بن مالك، وذكر ابن السرح، قصة تلفو عن النب صلى هللا عليو وسلم ف غزوة تػبوؾ -قاؿ: س

سلم المسلمني عن كالمنا أيػها الثالثة، حت إذا طاؿ علي ونػهى رسوؿ الل صلى هللا عليو و »قاؿ: -

ـ، ث ساؽ خبػر تسورت جدار حائط أب قػتادة، وىو ابن عمي، فسلمت عليو، فػوالل ما رد علي السال

13«و تػنزيل تػوبت

6. Larangan Membunuh non-Muslim yang memberi Salam Sumber : Sahih

Muslim, Kitab : Tafsir, Bab : Bab, No. Hadis : 3025

55 - (7252 بة، وإسحاؽ بن إبػراىيم، وأحد بن عبدة الضب ثػنا أبو بكر بن أب شيػ واللفظ البن -( حد

ثػنا، وقاؿ الخراف: أخبػرن بة، قاؿ: حد سفياف، عن عمرو، عن عطاء، عن ابن عباس، قاؿ: " لقي -أب شيػ

ـ عليكم، فأ خذوه فػقتػلوه وأخذوا تلك الغنػيمة، نس من المسلمني رجال ف غنػيمة لو، فػقاؿ: السال

ـ{ 14[22]النساء: فػنػزلت: )وال تػقولوا لمن ألقى إليكم السلم لست مؤمنا( " وقػرأىا ابن عباس: }السال

13

Imam Hafidz Abi Daud Sulaiman, Sunan Abu Daud (Beirut : Daar al-a‟Alam), hadis ke-

8:44, bab. Menjauhi dan benci terhadap ahli ahwa (pengikut hawa nafsu), juz 8, hal. 199. 14

Abi al-Husain Muslim ibn al-hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim (kairo: Daar

ibn Jauzi. 2010), hal. 1393, no.hadits 7469, jilid 7, kitab Tafsir.