bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/bab i.pdf · pada...

8
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit dengan angka kematian yang tinggi, kesakitan, tingkat kekambuhan, dan telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia. Menurut Kesehatan Nasional dan Komisi Keluarga Berencana stroke adalah penyebab kematian ketiga di masyarakat kota. Kekambuhan penyakit stroke berhubungan erat dengan perilaku hidup yang tidak sehat dan mengakibatkan keparahan penyakit sehingga resiko kematian menjadi dua kali lipat. Berdasarkan World Health Organization (2013), pada tahun 2013 angka kematian stroke sebesar 51% yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dan sebesar 16% disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh di seluruh dunia. Di Indonesia pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang masih berupa gejala stroke diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1%). Sedangkan Jawa Timur merupakan Provinsi dengan jumlah penderita terbanyak ke 4 sebanyak 9,1% (RISKESDAS, 2013). Perawatan medis yang telah dilakukan pasien stroke serta perawatan interdisipliner yang terorganisir telah meningkat menunjukkan penurunan tingkat kematian. Namun, pada kenyataannya sebagian besar pasien stroke menderita cacat seumur hidup. Studi jangka panjang sebelumnya, 25% -74% pasien stroke yang telah sembuh membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Antunes & Marques, 2017). Stroke tidak hanya mengancam fisik dan psikologis pasien, tapi juga berpengaruh terhadap kesehatan keluarga (Jiang et al., 2014). Menurut hasil penelitian Sonatha dan Gayatri (2012), segala bentuk upaya dilakukan termasuk pendampingan

Upload: trannhi

Post on 01-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit dengan angka kematian yang tinggi, kesakitan,

tingkat kekambuhan, dan telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia.

Menurut Kesehatan Nasional dan Komisi Keluarga Berencana stroke adalah penyebab

kematian ketiga di masyarakat kota. Kekambuhan penyakit stroke berhubungan erat

dengan perilaku hidup yang tidak sehat dan mengakibatkan keparahan penyakit

sehingga resiko kematian menjadi dua kali lipat.

Berdasarkan World Health Organization (2013), pada tahun 2013 angka kematian

stroke sebesar 51% yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dan sebesar 16%

disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh di seluruh dunia. Di Indonesia

pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan

yang masih berupa gejala stroke diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1%).

Sedangkan Jawa Timur merupakan Provinsi dengan jumlah penderita terbanyak ke 4

sebanyak 9,1% (RISKESDAS, 2013).

Perawatan medis yang telah dilakukan pasien stroke serta perawatan

interdisipliner yang terorganisir telah meningkat menunjukkan penurunan tingkat

kematian. Namun, pada kenyataannya sebagian besar pasien stroke menderita cacat

seumur hidup. Studi jangka panjang sebelumnya, 25% -74% pasien stroke yang telah

sembuh membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Antunes

& Marques, 2017). Stroke tidak hanya mengancam fisik dan psikologis pasien, tapi juga

berpengaruh terhadap kesehatan keluarga (Jiang et al., 2014). Menurut hasil penelitian

Sonatha dan Gayatri (2012), segala bentuk upaya dilakukan termasuk pendampingan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

2

keluarga menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimili ki keluarga akan mempengaruhi

kesiapan anggota keluarga dalam memberikan perawatan stroke.

Keluarga merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku kesehatan.

Keluarga yang baik memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan

anggota keluarga, yang tercermin dalam mutual cinta, dukungan, dan komunikasi yang

emosional. Pada penelitian yang dilakukan oleh Si-Si Jiang, et.al (2014), bertujuan untuk

mengetahui tingkat fungsi keluarga dan perilaku sehat di antara penderita stroke, dan

juga untuk mengeksplorasi hubungan di antara mereka. Interaksi antara keluarga dan

pasien stroke merupakan indikator intervensi perilaku kesehatan, dan pencegahan

stroke sekunder. Menurut teori Friedman (1998) Keluarga memiliki 5 fungsi,

diantaranya fungsi afektif yang merupakan fungsi yang berguna untuk memenuhi

kebutuhan psikososial, dimana keluarga memahami setiap keluhan, memberi dukungan

serta memberikan saran untuk setiap masalah. Dukungan dari keluarga sangat

dibutuhkan oleh pasien post stroke untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dan

mengontrol komplikasi penyakit.

Perawatan stroke yang baik sangat bergantung pada penatalaksanaan dan

asuhannya sehingga dibutuhkan peran serta keluarga dan pengetahuan keluarga, dalam

hal ini keluarga harus memiliki pemahaman tentang nutrisi apa yang dianjurkan dan

apa yang seharusnya tidak dikonsumsi di rumah (Almborg et al, 2009). Pemberian

makanan pada penderita stroke disesuaikan dengan keadaan penderita. Pada

prinsipnya, diet yang diberikan adalah diet seimbang dengan modifikasi yang

disesuaikan dengan penyakit penyerta lain yang dialami penderita. Misalnya, penderita

stroke dengan hipertensi, sebaiknya diberikan menu diet seimbang dengan jumlah

garam yang dibatasi. Seorang dengan penyakit Diabetes mellitus, asupan gula dalam

diet harus dibatasi. Bagi penderita stroke dengan peninggian asam urat, maka diet yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

3

dianjurkan untuk membatasi asupan purin. Pengaturan diet merupakan hal yang

penting, karena merupakan salah satu upaya untuk mencegah stroke berulang. Oleh

karena itu, keluarga terdekat perlu sekali mengetahui jenis yang tepat untuk perawatan

penderita di rumah dengan menanyakan pada dokter/ahli gizi sebelum pasien pulan

dari perawatan (Huang, 2007).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Tk II

Dr. Soepraoen Kecamatan Sukun, Malang pada bulan November 2017 didapatkan

hasil bahwa pada bulan Januari-Oktober 2017 pasien yang dirawat di Unit Stroke

sebanyak 648 orang sedangkan pasien rawat jalan sebanyak 124. Hal tersebut

merupakan angka kejadian penyakit tertinggi di Rumah Sakit Tk II Dr. Soepraoen

Kecamatan Sukun, Malang.

Hasil wawancara dengan 10 pasien post stroke yang menjalani rawat jalan di

poli syaraf didapatkan bahwa sebanyak 4 orang (40%) pasien post stroke merasa

terbantu dengan perawatan yang dilakukan oleh keluarga berupa pemenuhan

kebutuhan sehari-hari dan 6 orang (60%) pasien post stroke merasa keluarga hanya

membantu sebagian dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sebanyak 7 orang (70%)

pasien post stroke merasa kurangnya kasih sayang dan perhatian dari keluarga terdekat

terutama anak dan 3 orang (30%) pasien post stroke merasa mendapat perhatian penuh

dari keluarga terdekat. Sebanyak 8 orang (80%) pasien stroke merasa sulit berinteraksi

karena keterbatasan fisik dan ketidakstabilan emosional dan sebanyak 2 orang (20%)

pasien post stroke masih mampu berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga

sebagian besar pasien stroke merasa motivasi untuk sembuh sangat rendah karena

keluarga hanya menjalankan sebagian fungsi sebagai keluarga.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

4

Peneliti juga melakukan tanya jawab kepada 10 orang pasien tentang bagaimana

keluarga memberikan nutrisi pada pasien. Semua responden mengatakan memberikan

nutrisi sesuai dengan pengetahuan responden. Sebanyak 8 (80%) responden

memberikan nutrisi dengan mengurangi konsumsi garam, makanan berkolesterol,

makanan berlemak, dan makanan yang lembut dan mudah ditelan. Sebanyak 1 (10%)

responden memberikan nutrisi dengan garam dan gula. Dan sebanyak 1 (10%)

responden memberikan nutrisi tanpa mengurangi konsumsi gula, garam, makanan

berlemak dan makanan berkolesterol.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan

fungsi afektif keluarga terhadap motivasi diet pasien post stroke di Rumah Sakit TK II

Dr. Soepraoen Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan fungsi afektif keluarga dengan motivasi diet pasien post

stroke di Rumah Sakit TK II Dr. Soepraoen Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan fungsi afektif keluarga terhadap motivasi diet pasien

post stroke di Rumah Sakit TK II Dr. Soepraoen Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi fungsi afektif keluarga pasien post stroke di Rumah Sakit

TK II Dr. Soepraoen Malang.

2. Mengidentifikasi tingkat motivasi diet pasien post stroke di Rumah Sakit

TK II Dr. Soepraoen Malang.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

5

3. Menganalisis hubungan fungsi afektif keluarga dengan tingkat motivasi diet

pasien post stroke stroke di Rumah Sakit TK II Dr. Soepraoen Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan,

khususnya pengembangan wawasan keperawatan komunitas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan,

khususnya tentang hubungan fungsi afektif keluarga terhadap motivasi diet

pasien post stroke.

2. Manfaat Bagi Keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga

akan pentingnya fungsi afektif keluarga terhadap motivasi diet pasien stroke.

3. Manfaat Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi peneliti lain yang akan

meneliti hubungan fungsi afektif keluarga terhadap motivasi diet pasien post

stroke.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

6

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “Hubungan fungsi afektif keluarga dengan motivasi

diet pasien post stroke di Rumah Sakit TK II Dr. Soepraoen Kecamatan Sukun, Malang”

belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian sebelumnya yang

dapat dijadikan acuan antara lain :

1.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Intan Afriyani (2011), yang berjudul Hubungan

peran keluarga dalam merawat pasien stroke lanjutan dengan konsep diri

penderita di Poliklinik Syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode

yang digunakan dalam penelitian adalah studi korelasi dengan pendekatan cross

sectional. Populasi penelitian adalah penderita stroke lanjutan dan keluarga

pasien yang melakukan kontrol di Poliklinik Syaraf RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Penarikan sampel penelitian menggunakan porposive sampling

dan didapat 36 responden. Uji Statistik menggunakan teknik korelasi kendall

tau dengan nilai signifikan < 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik kendall tau

diperoleh nilai sebesar 0,307 dengan taraf signifikan (p) 0,045, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan peran

keluarga dalam merawat pasien stroke lanjutan dengan konsep diri penderita

stroke lanjutan di Poliklinik Syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan agar keluarga yang memiliki

penderita stroke lanjutan untuk meningkatkan perannya dalam melakukan

perawatan. Sehingga dengan adanya peran yang baik oleh keluarga, dapat

meningkatkan konsep diri penderita stroke lanjutan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah judul penelitian.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

7

1.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayati dan Vira Violita (2015), yang

berjudul Peran pendampingan keluarga pasien stroke dengan motivasi pasien

melaksanaka ROM aktif (Family Role with Patient Motivation in Active Range of

Motion). Metode yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional dengan

purposive sampling. Variabel independen adalah peran pendampingan

keluarga dan variabel dependen adalah motivasi pasien dan pelaksanakan

pendampingan ROM aktif. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan

observasi. Hasil uji Spearman Rho, korelasi peran keluarga dengan motivasi

pasien adalah ρ = 0,000 dengan r = 0,707, dan untuk korelasi motivasi pasien

dengan pelaksanaan ROM aktif adalah ρ = 0,000 dengan r = 0,807

menunjukkan bahwa ada korelasi antara peran keluarga dengan motivasi pasien

dalam melaksanakan ROM aktif. Peran keluarga yang baik dibutuhkan untuk

meningkatkan motivasi pasien dalam melaksanakan ROM aktif. Keluarga

memerlukan informasi lengkap dan akurat tentang terapi selama di rumah bagi

pasien dengan stroke, dalam hal ini pelaksanaan ROM aktif. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti,

peneliti sebelumnya meneliti tentang hubungan peran pendampingan keluarga

pada pasien stroke dalam motivasi pasien melaksanakan ROM aktif, sedangkan

pada penelitian ini meneliti tentang hubungan fungsi afektif keluarga dengan

motivasi pasien post stroke di Rumah Sakit TK II Dr. Soepraoen Malang.

1.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Joko Surono dan Yogo Nefo (2013), yang

berjudul Hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk

melakukan ROM pada pasien pasca stroke di wilayah kerja Puskesmas

Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41473/2/BAB I.pdf · pada tahun 2013, penderita stroke diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%) dan yang

8

ini adalah pasien pasca Stroke pada lima tahun terakhir di wilayah kerja

Puskesmas Karanganyar Kabupaten Pekalongan sebanyak 44 orang. Teknik

sampling menggunakan sampling jenuh. Hasil analisis hubungan antara

dukungan keluarga dengan motivasi untuk melakukan ROM pada pasien pasca

Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kabupaten Pekalongan

dengan menggunakan uji spearman rank (α=5%) di dapat nilai p 0,000 (p <

0,05) maka Ha gagal ditolak yang berarti ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan motivasi untuk melakukan ROM pada pasien pasca Stroke di

Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kabupaten Pekalongan. Hasil

penelitian masih ditemukan keluarga yang memberikan dukungan keluarga

rendah sebesar 15,9% dan terdapat 9,0% responden yang bermotivasi rendah

untuk melakukan terapi gerak ROM. Disarankan bagi perawat

menginformasikan keluarga untuk memotivasi dan memberikan dukungan

maksimal kepada anggota keluarga pasien pasca Stroke untuk melakukan

latihan ROM dengan baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya terletak pada masalah yang diteliti, peneliti sebelumnya meneliti

tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi pasien pasca

stroke untuk melakukan ROM, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang

hubungan fungsi afektif keluarga dengan motivasi pasien post stroke di Rumah

Sakit TK II Dr. Soepraun Malang. Lalu penelitian sebelumnya menggunakan

teknik sampling yang berupa teknik sampling jenuh, sedangkan pada penelitian

ini menggunakan purposive sampling.