disita suporter - ftp.unpad.ac.id · 29-04-2011 · tak punya tiket kemarahan pendukung the...

1
S IAPA yang bertanggung jawab bila suporter sepak bola anarkistis? Pertanyaan itu diajukan Supri, 44, pedagang minuman ringan di Senayan, yang menjadi salah satu korban kerusuhan pada 6 April 2011. Ketika pertandingan Persija melawan Persiwa masih berlangsung seru di Stadion Gelora Bung Karno, di luar terjadi bentrokan antarsuporter. Saling lempar, saling kejar, dan saling pukul. Supri lari meninggalkan gerobaknya dan berlindung di balik pohon. Namun, sial. Dari belakang sebuah batu menghantam kepalanya. Untunglah Supri melindungi kepala dengan helm. “Saya sudah pengalaman. Jika rusuh terjadi, lindungi kepala. Perang batu akan menyambar siapa saja,” ujarnya, kemarin. Meski kepalanya baik-baik saja, hatinya kesal. Dirinya tak ada masalah dengan The Jakmania, komunitas pendukung Persija, tapi kok menjadi korban. Supri pun naik pitam. Ia mengambil benda apa saja lalu balas melempar ke suporter yang sedang ribut. “Mereka sama-sama baju oranye. Anak-anak kecil pun ikut perang batu, bahkan mengacung-acungkan senjata tajam. Saya mendapatkan satu celurit milik mereka,” lanjutnya. Situasi semakin mencekam saat massa merusak Pos Polisi Senayan. Hampir semua kaca jendela pecah. “Sudah seperti hujan batu,” imbuh Supri yang berjualan dekat pos polisi tersebut. Keberingasan para suporter tidak berhenti di situ. Kapolsek Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Komisaris Djoko Dwi juga menjadi sasaran. “Saya berpakaian dinas. Mereka tahu saya perwira polisi. Namun, mereka tetap menyerang dan memukuli saya hingga pingsan,” tutur Djoko Dwi mengisahkan kebrutalan pendukung Persija tersebut. Rabu (6/4) malam itu, Djoko bersama 10 polisi lainnya mencoba meredakan aksi massa yang merusak Pos Polisi Senayan. Bukannya patuh, mereka malah menyerang aparat. Tak punya tiket Kemarahan pendukung The Jakmania itu diperkirakan sebagai luapan rasa marah sebab ditolak masuk stadion karena tidak memiliki tiket. Mereka cari gara-gara sesama pendukung dan pecahlah perang batu. Saat bentrok sesama suporter meletus, petugas Satpam Gelora Bung Karno menangkap seorang pencopet yang memakai kaos oranye. Pelaku dibawa ke Pos Polisi Senayan. Karena mengira polisi menangkap salah seorang teman mereka, sebagian massa beralih merusak pos polisi. Pelaku kejahatan pun bebas. “Saya sedang berada dalam stadion menjaga keamanan penonton. Setelah mendengar Pos Polisi dirusak, saya bersama sekitar 10 petugas langsung ke sana,” papar Djoko. Ia berteriak-teriak meminta suporter menghentikan perusakan lambang negara. Tiba-tiba kepala bagian belakang Djoko dihantam dengan helm. Kapolsek Cempaka Putih itu tersungkur dengan posisi wajah menghantam aspal dan langsung tak sadarkan diri. Pelaku semakin ganas dan menghajar lagi wajah Djoko dengan tendangan kungfu. Petugas yang 10 orang tak kuasa melindungi pemimpin mereka karena kalah jumlah. “Gigi saya patah dan gusi bengkak,” kisahnya. Untunglah pasukan Patroli Motor mendengar kapolsek terkapar dan segera meluncur ke tempat kejadian. Melihat pasukan bermotor bersenjata lengkap datang dari kejauhan, massa berlarian. Mereka kembali melanjutkan perang batu sesama pendukung. Pelaku yang menghajar kepala kapolsek dengan helm teridentikasi bernama Ade Syarif Hidayatullah, 23. Tersangka dapat ditangkap untuk diproses secara hukum. Djoko mengaku tidak dendam. “Saya dipertemukan dengan pelaku. Saat melihat dia, tidak tebersit rasa marah. Saya ini sudah tua, sudah masuk 50 tahun. Saya hanya menyayangkan mengapa anak-anak itu anarkistis.” (Vini Mariyane Rosya/*/J-1) DISITA : Polisi menyita sejumlah senjata tajam dan tumpul yang dibawa suporter Persija saat razia di Polda Metro J JUMAT, 29 APRIL 2011 34 F OKUS HANCUR : Sekretariat Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) rusak berat akibat ulah suporter di Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (1/4). Suporter Sebagian masyarakat berpendapat klub sepak bola yang tidak berprestasi dibubarkan saja karena lebih besar mudarat ketimbang manfaatnya. SUMANTRI HANDOYO D UAbulan belakangan Wanti Chaterine, 25, rajin membuka web- site PSSI untuk me- lihat jadwal pertandingan se- pak bola dua klub daerahnya, Persikota dan Persita. Kedua klub andalan Provinsi Banten itu kini turun kasta berlaga di divisi utama. Sialnya, website PSSI tak se- lalu memampang jadwal per- tandingan. Karena itu, walau- pun tidak suka sepak bola, ia rutin membeli tabloid sepak bola. Dengan mengetahui jad- wal pertandingan kedua klub tersebut, Wanti bisa mengatur transportasi ke kantor. Pasalnya, sudah dua kali Wanti sepulang kerja terjebak kemacetan parah di Tol Karang Tengah-Karawaci. Hampir 2 jam akuntan itu menapaki jalan tol yang hanya berjarak 10 km. Adapun yang membuatnya panik, ketika lolos dari kema- cetan dan menjelang keluar dari pintu tol Karawaci, ia me- nyaksikan ratusan suporter bola yang masih berusia be- lasan hingga 20 tahunan ber- jalan di sisi tol. Rupanya anak-anak itu yang tadi memacetkan lalu lintas. Mereka sengaja bercengkerama di tengah jalan tol dengan ta- ngan menggenggam batu serta menenteng balok dan besi. Tidak ada kendaraan yang be- rani melewati mereka karena takut dilempar atau dihajar de- ngan balok. Padahal, tanpa gangguan suporter yang berlagu itu, Jalan Tol Karang Tengah-Karawaci sedang macet-macetnya karena sedang ada proyek pelebaran jalan menjadi empat ruas. “Su- dah 2 jam saya terjebak macet. Jam menunjukkan hampir pu- kul sembilan malam. Saya sen- diri di mobil. Pas lewat ka- wasan pintu keluar Tol Ta- ngerang menuju pintu keluar Mereka tidak Segan Melukai Kapolsek GOLOK SUPORTER: Polisi memegang golok milik pendukung Persija saat razia di depan Polda Metro Jaya, Jakarta, beberapa waktu lalu. MI/ANGGA YUNIAR MI/RAMDANI TEMA: Semua demi Emas di SEA Games XXVI OLAHRAGA SABTU (30/4/2011) FOKUS MI/ROMMY PUJIANTO KORBAN PENGANIAYAAN: Kapolsek Cempaka Putih Komisaris Djoko DH yang menjadi korban penganiayaan The Jakmania di Senayan pada 6 April 2011.

Upload: hoangnga

Post on 09-Jul-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISITA Suporter - ftp.unpad.ac.id · 29-04-2011 · Tak punya tiket Kemarahan pendukung The Jakmania itu diperkirakan ... Jakmania itu diperkirakan sebagai luapan rasa marah sebab

SIAPA yang bertanggung jawab bila suporter sepak bola anarkistis?

Pertanyaan itu diajukan Supri, 44, pedagang minuman ringan di Senayan, yang menjadi salah satu korban kerusuhan pada 6 April 2011.

Ketika pertandingan Persija melawan Persiwa masih berlangsung seru di Stadion Gelora Bung Karno, di luar terjadi bentrokan antarsuporter. Saling lempar, saling kejar, dan saling pukul. Supri lari meninggalkan gerobaknya dan berlindung di balik pohon.

Namun, sial. Dari belakang sebuah batu menghantam kepalanya. Untunglah Supri melindungi kepala dengan helm. “Saya sudah pengalaman. Jika rusuh terjadi, lindungi kepala. Perang batu akan menyambar siapa saja,” ujarnya, kemarin.

Meski kepalanya baik-baik saja, hatinya kesal. Dirinya tak ada masalah dengan The Jakmania, komunitas pendukung Persija, tapi kok menjadi korban. Supri pun naik pitam. Ia mengambil benda apa saja lalu balas melempar ke suporter yang sedang ribut.

“Mereka sama-sama baju oranye. Anak-anak kecil pun ikut perang batu, bahkan mengacung-acungkan senjata tajam. Saya mendapatkan satu celurit milik mereka,” lanjutnya.

Situasi semakin mencekam saat massa merusak Pos Polisi Senayan. Hampir semua kaca jendela pecah. “Sudah seperti

hujan batu,” imbuh Supri yang berjualan dekat pos polisi tersebut.

Keberingasan para suporter tidak berhenti di situ. Kapolsek Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Komisaris Djoko Dwi juga menjadi sasaran. “Saya berpakaian dinas. Mereka tahu saya perwira polisi. Namun, mereka tetap menyerang dan

memukuli saya hingga pingsan,” tutur Djoko Dwi mengisahkan kebrutalan pendukung Persija tersebut.

Rabu (6/4) malam itu, Djoko bersama 10 polisi lainnya mencoba meredakan aksi massa yang merusak Pos Polisi Senayan. Bukannya patuh, mereka malah menyerang aparat.

Tak punya tiket Kemarahan pendukung The

Jakmania itu diperkirakan sebagai luapan rasa marah sebab ditolak masuk stadion karena tidak memiliki tiket. Mereka cari gara-gara sesama pendukung dan pecahlah perang batu.

Saat bentrok sesama suporter meletus, petugas Satpam Gelora Bung Karno menangkap seorang pencopet yang memakai kaos oranye. Pelaku dibawa ke Pos Polisi Senayan. Karena mengira polisi menangkap salah seorang teman mereka, sebagian massa beralih merusak pos polisi. Pelaku kejahatan pun bebas.

“Saya sedang berada dalam stadion menjaga keamanan penonton. Setelah mendengar Pos Polisi dirusak, saya bersama sekitar 10 petugas langsung ke sana,” papar Djoko.

Ia berteriak-teriak meminta suporter menghentikan perusakan lambang negara. Tiba-tiba kepala bagian belakang Djoko dihantam dengan helm. Kapolsek Cempaka Putih itu tersungkur dengan posisi wajah

menghantam aspal dan langsung tak sadarkan diri.

Pelaku semakin ganas dan menghajar lagi wajah Djoko dengan tendangan kungfu. Petugas yang 10 orang tak kuasa melindungi pemimpin mereka karena kalah jumlah. “Gigi saya patah dan gusi bengkak,” kisahnya.

Untunglah pasukan Patroli Motor mendengar kapolsek terkapar dan segera meluncur ke tempat kejadian. Melihat pasukan bermotor bersenjata lengkap datang dari kejauhan, massa berlarian. Mereka kembali melanjutkan perang batu sesama pendukung.

Pelaku yang menghajar kepala kapolsek dengan helm teridentifi kasi bernama Ade Syarif Hidayatullah, 23. Tersangka dapat ditangkap untuk diproses secara hukum. Djoko mengaku tidak dendam.

“Saya dipertemukan dengan pelaku. Saat melihat dia, tidak tebersit rasa marah. Saya ini sudah tua, sudah masuk 50 tahun. Saya hanya menyayangkan mengapa anak-anak itu anarkistis.” (Vini Mariyane Rosya/*/J-1)

DISITA : Polisi menyita sejumlah senjata tajam dan tumpul yang dibawa suporter Persija saat razia di Polda Metro J

JUMAT, 29 APRIL 201134 FOKUS

HANCUR : Sekretariat Persatuan Renang Seluruh

Indonesia (PRSI) rusak berat akibat ulah suporter di Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

Jumat (1/4). Suporter Sebagian

masyarakat berpendapat klub sepak bola yang tidak berprestasi dibubarkan saja

karena lebih besar mudarat

ketimbang manfaatnya.

SUMANTRI HANDOYO

DUA bulan belakangan Wanti Chaterine, 25, rajin membuka web-site PSSI untuk me-

lihat jadwal pertandingan se-pak bola dua klub daerahnya, Persikota dan Persita. Kedua klub andalan Provinsi Banten itu kini turun kasta berlaga di divisi utama.

Sialnya, website PSSI tak se-lalu memampang jadwal per-tandingan. Karena itu, walau-pun tidak suka sepak bola, ia rutin membeli tabloid sepak bola. Dengan mengetahui jad-wal pertandingan kedua klub tersebut, Wanti bisa mengatur transportasi ke kantor.

Pasalnya, sudah dua kali Wanti sepulang kerja terjebak kemacetan parah di Tol Karang Tengah-Karawaci. Hampir 2 jam akuntan itu menapaki jalan tol yang hanya berjarak 10 km.

Adapun yang membuatnya

panik, ketika lolos dari kema-cetan dan menjelang keluar dari pintu tol Karawaci, ia me-nyaksikan ratusan suporter bola yang masih berusia be-lasan hingga 20 tahunan ber-jalan di sisi tol.

Rupanya anak-anak itu yang tadi memacetkan lalu lintas. Mereka sengaja bercengkerama di tengah jalan tol dengan ta-ngan menggenggam batu serta menenteng balok dan besi. Tidak ada kendaraan yang be-rani melewati mereka karena takut dilempar atau dihajar de-ngan balok.

Padahal, tanpa gangguan suporter yang berlagu itu, Jalan Tol Karang Tengah-Karawaci sedang macet-macetnya karena sedang ada proyek pelebaran jalan menjadi empat ruas. “Su-dah 2 jam saya terjebak macet. Jam menunjukkan hampir pu-kul sembilan malam. Saya sen-diri di mobil. Pas lewat ka-wasan pintu keluar Tol Ta-ngerang menuju pintu keluar

Mereka tidak Segan Melukai Kapolsek

GOLOK SUPORTER: Polisi memegang golok milik

pendukung Persija saat razia di depan Polda Metro

Jaya, Jakarta, beberapa waktu lalu.

MI/ANGGA YUNIAR

MI/RAMDANI

TEMA:Semua demi Emasdi SEA Games XXVI

OLAHRAGASABTU (30/4/2011)

FOKUS

MI/ROMMY PUJIANTO

KORBAN PENGANIAYAAN: Kapolsek Cempaka Putih Komisaris Djoko DH yang menjadi korban penganiayaan The Jakmania di Senayan pada 6 April 2011.