bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat
mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu
investasi tersebut adalah aset yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan
yaitu aset yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk
mencapainya diperlukan pengelolaan yang efektif dalam penggunaan,
pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aset tetap berwujud
tersebut harus dapat dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan
menentukan metode depresiasi. Untuk itu perlu diketahui apakah metode
depresiasi yang telah diterapkan oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan
nilai aset tetap berwujud yang menurun yang disebabkan karena berlalunya waktu
atau menurunnya manfaat yang diberikan aset tersebut.
Aset tetap berwujud biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar
dalam jumlah keseluruhan aset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan
dalam aset tetap menjadikan aset tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang
serius. Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam
akuntansinya yang biasanya mencakup perolehan aset tetap, penghentian atau
2
pelepasan aset tetap, serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan
keuangan.
Aset tetap berwujud mempunyai bermacam bentuk antara lain: bangunan,
tanah, mesin, alat-alat kendaraan, mebel dan lain-lain yang bisa diperoleh dengan
berbagi cara, dimana masing-masing cara perolehan tersebut mempengaruhi besar
kecilnya harga perolehan.
Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aset tetap berwujud
dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran
yang diperlukan untuk mendapatkan aset tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain
sampai aset tetap tersebut siap untuk digunakan. Dengan demikian harga
perolehan suatu aset tetap tidak hanya sebatas pada harga belinya saja tapi dengan
seluruh biaya yang digunakan pada saat pengurusan aset tersebut. Tetapi dalam
mencatat harga perolehan aset yang diperoleh dari donasi hadiah dapat dilakukan
penyimpangan dari prinsip harga perolehan tersebut.
Aset tetap berwujud mempunyai sifat khusus yaitu dapat dimanfaatkan
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun (lebih dari satu periode akuntansi).
Semua aset tetap berwujud kecuali tanah yanag dipergunakan dalam jangka
panjang, lambat laun akan aus atau nilai manfaatnya semakin berkurang, sampai
pada akhirnya aset tetap tersebut tidak dapat dipergunakan lagi atau habis masa
ekonomisnya.
Aset tetap merupakan salah satu dari beberapa syarat yang dapat
mendukung keberhasilan usaha dari perusahaan. Dengan aset tetap yang memadai
maka kelancaran usaha dan aktivitas operasional dari suatu perusahaan dapat
3
berjalan dengan baik. Sebaliknya, tanpa aset tetap yang memadai maka aktivitas
perusahaan akan terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan tersebut. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa aset tetap
merupakan harta milik perusahaan yang material dan diperoleh bukan dengan
tujuan diperjualbelikan melainkan digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau satu periode.
Mempertahankan dan mengembangkan perusahaan tidaklah mudah.
Banyak faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjalankan perusahaan
dengan baik, antara lain faktor organisasi, personalia, dan lain-lain. Kelangsungan
hidup dan keberhasilan perusahaan akan ditentukan oleh kecepatan reaksi dan
ketepatan strategi yang diambil oleh para pimpinan perusahaan serta dukungan
dari segenap anggota organisasi.
Pertumbuhan atau perkembangan suatu perusahaan sering kali
berhubungan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan,
diantaranya pemberi kredit. Dengan demikian dengan semakin berkembangnya
perusahaan peranan akuntansi menjadi semakin penting.
Akuntansi adalah suatu sarana yang menjembatani antar pihak pimpinan
dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan, melalui proses
akuntansi akan dihasilkan laporan keuangan yang akan dipakai untuk
mengkomunikasikan dana keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut. Selain itu
akuntansi juga berfungsi sebagai suatu alat untuk mengawasi dan mengamankan
harta kekayaan perusahaan.
4
Dalam suatu perusahaan, selalu terdapat aset tetap untuk menjalankan
operasinya. Aset tetap berwujud mempunyai kedudukan yang penting dalam
perusahaan karena memerlukan dana dalam jumlah yang besar dan tertanam
dalam jangka waktu yang lama. Karena hal tersebut diatas maka aset tetap harus
mendapat perhatian yang memadai dari pimpinan serta segala perlakuan akuntansi
terhadap aset tetap harus sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
yang merupakan dasar/konsep yang menjadi pedoman dalam menilai, mencatat
dan menyajikan harta kewajiban serta modal perusahaan dari neraca serta
menentukan biaya dan pendapatan pada laba rugi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan tujuan utama dari akuntansi yang berisikan
informasi keuangan kuantitatif dengan keterangan-keterangan lain baik mengenai
posisi keuangan perusahaan pada suatu saat, hasil usaha selama satu periode
tertentu maupun perubahan-perubahan dalam posisi keuangan perusahaan dimana
penyajiannya harus sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
lazim dan diterima umum. Perusahaan pada umumnya telah menginvestasikan
sebagian kekayaannya pada aset tetap sebagai penggerak kegiatan operasional
perusahaan. Semua ini sesuai dengan tujuan perusahaan akan memperoleh
keuntungan dari hasil produksinya yang ditunjang oleh aset tetap yang
dimilikinya.
Perlakuan akuntansi terhadap aset tetap berwujud yang kurang tepat atau
tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan akan membawa
pengaruh dalam penyajian laporan keuangan. Maksudnya aset tetap berwujud
yang dinilai atau dicatat terlalu besar akan berpengaruh terhadap nilai
5
depresiasinya, yang mana nilai depresiasi akan terlalu besar, sehingga laba
menjadi terlalu kecil. Begitu pula sebaliknya jika aset tetap tersebut dinilai atau
dicatat terlalu kecil, maka depresiasi yang dilakukan akan terlalu kecil pula,
sehingga laba akan menjadi terlalu besar. Hal seperti inilah yang akan membawa
pengaruh dalam penyajian laporan keuangan.
Perusahaan pada umumnya tidak mengakui keharusan dalam menurunkan
nilai aset tetap yang dipakai dalam perusahaan, dengan cara mengadakan
depresiasi terhadap aset tetap itu sendiri. Pengeluaran aset tetap dalam jumlah
yang tidak material dibebankan sebagai biaya, tetapi apabila nilai pengeluarannya
material harus dikapitalisasi ke aset tetap atau menambah nilai aset tetap. Namun
seringkali di Perusahaan pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap ini
dicatat sebagai biaya pemeliharaan dan dibebankan sebagai biaya operasional
pada perhitungan laba rugi pada saat terjadinya pengeluaran tanpa memandang
nilai material yang dikeluarkan. Sehingga laporan yang disajikan oleh perusahaan
tidak wajar karena tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Pengeluaran mengenai penggunaan aset tetap perusahaan yang ditampung dalam
rekening ” Biaya Pemeliharaan” tanpa memandang sifat dan pengaruhnya pada
aset tetap yang bersangkutan.
Aset tetap berwujud adalah salah satu bagian utama dari kekayaan
perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami depresiasi dalam satu periode
akuntansi (accounting period). Aset tetap dapat diperoleh dengan beberapa cara
seperti membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran,
penerbitan surat berharga, dibangun sendiri, sewa guna usaha atau leasing dan
6
donasi. Cara perolehan aset tetap yang digunakan di dalam perusahaan, baik yang
masih baru dipakai maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan
pemeliharaan agar manfaat aset tetap tersebut sesuai dengan perencanaan. Oleh
sebab itu harus diadakan depresiasi aset tetap sesuai dengan umur dan masa
manfaatnya. Beban depresiasi adalah pembebanan yang dilakukan perusahaan
dalam suatu periode akuntansi. Perusahaan dapat menggunakan metode-metode
depresiasi berdasarkan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku
secara umum dan digunakan secara konsisten sehingga laporan keuangan yang
disajikan adalah wajar. Perusahaan tersebut memiliki berbagai jenis aset tetap.
Berdasarkan latar belakang di atas, akhimya peneliti mengambil judul dan
penelitian ini yaitu yang berjudul “Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
Berwujud terhadap Penyajian Laporan Keuangan pada PT. Inna Simpang
Surabaya”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah perlakuan akuntansi aset tetap berwujud terhadap penyajian
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menguji dan menganalisis perlakuan akuntansi aset tetap berwujud
terhadap penyajian laporan keuangan yang dilakukan pada PT. Inna Simpang
7
Surabaya apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku
umum.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
yang berkepentingan, diantaranya:
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
dan bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan di dalam kegiatan
operasional selanjutnya.
2. Bagi Universitas Wijaya Putra
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi ilmiah dan bahan pembanding
bagi mahasiswa yang ingin melakukan pengembangan penelitian dengan tema
yang sama dan di masa yang akan datang.
3. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini dapat memberikan kesempatan bagi peneliti untuk
menambah atau memperoleh pengetahuan dan wawasan dalam bidang yang
sesuai serta mengembangkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan dan
masukan-masukan sehingga lebih dapat memahami tentang perlakuan
akuntansi aset tetap.
8
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010 : 5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri
dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca
menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang
terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan
sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas
perusahaan.
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan Keuangan
adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil
proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan
informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.
9
2.1.1.1 Komponen Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), “laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini:
a. neraca,
b. laporan laba rugi,
c. laporan perubahan ekuitas,
d. laporan arus kas,
e. catatan atas laporan keuangan.”
a. Neraca
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan
keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca
minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 49, Revisi 2009):
1) aktiva berwujud,
2) aktiva tidak berwujud,
3) aktiva keuangan,
4) investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas,
5) persediaan,
6) piutang usaha dan piutang lainnya,
7) kas dan setara kas,
8) hutang usaha dan hutang lainnya,
9) kewajiban yang diestimasi,
10
10) kewajiban berbunga jangka panjang,
11) hak minoritas,
12) modal saham dan pos ekuitas lainnya.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu (Munawir, 2000: 26). Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan
kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi
perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja
keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi
minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 56, Revisi 2009) :
1) Pendapatan, penambahan jumlah aset sebagai hasil operasi perusahaan secara
bruto, pendapatan diperoleh karena adanya penyerahan/penjualan barang/jasa atau
aset lainnya dalam satu periode
2) Laba rugi usaha, bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur
pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi
bersih.
3) Beban pinjaman, uang perusahaan yang digunakan untuk membayar atas
pinjaman.
4) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan
menggunakan metode ekuitas,
11
5) Beban pajak,
6) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,
7) Pos luar biasa,
8) Hak minoritas,
9) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus
menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan
keuangan, yang menunjukan (PSAK No.1 Paragraf 66, Revisi 2009) :
1) Laba rugi bersih periode yang bersangkutan,
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya
yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas,
3) pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap
kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,
4) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,
5) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan,
6) rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan
cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah
setiap perubahan.
Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari
transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen,
12
menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan
perusahaan selama periode yang bersangkutan.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk
mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan
perubahan keadaan dan peluang (PSAK No. 2, 2009). Informasi arus kas berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari
berbagai perusahaan.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan
informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan (PSAK No.1 Paragraf 68, Revisi 2009) :
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,
13
2) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas,
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan menurut Fahmi (2011 : 28), adalah
memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur
laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan
dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak
manajemen perusahaan.
Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan
keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka.
2.1.1.3 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) paragraf ke 9 ( Revisi 2009),
14
dinyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan
investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
1. Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah
harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja,
3. Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
15
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang
atau tergantung pada perusahaan
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.1.2 Pengertian Akuntansi
Suwardjono (2013 : 4), mengatakan kata akuntansi berasal dari kata
bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau
mempertanggungjawabkan. Kata akuntansi sebenarnya diserap dari kata
accountancy yang berart hal-hal yang bersangkutan dengan accountant (akuntan)
16
atau bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam
menjalankan profesinya. Akuntansi adalah seni pencatatan, pengolongan dan
peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang
berdaya guna dan dalam bentuk satuan uangdan penginterpretasian hasil proses
tersebut. Pengertian seni dalam definisi tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu pengetahuan eksata atau sains karena
dalam proses penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsure
pertimbangan (judgment). Seni dalam definisi diatas lebih mempunyai konotasi
sebagai kerajinan dan keterampilan atau pengetahuan terapan yang isi dan
strukturnya disesuaikan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan.
Ismail (2010 : 2), mengatakan akuntansi adalah seni dalam mencatat,
menggolongkan dan mengikhtisarkan semua transaksi-transaksi yang terkait
dengan keuangan yang telah terjadi dengan suatu cara yang bermakna dan dalam
satuan uang.
Trisnawati (2010 : 3), mengatakan akuntansi adalah sistem yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.
Anastasia (2010 : 14), mengatakan akuntansi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-
peristiwa ekonomi dari suatu organisasi (bisnis maupun nonbisnis) kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dengan informasi bisnis tersebut. Pada dasarnya fokus
utama dari akuntansi adalah transaksi bisnis.
17
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
akuntansi menghasilkan informasi keuangan secara kuantitatif dan relevan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai informasi tersebut) dalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, baik dalam mengukur keberhasilan
operasi perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang akan datang.
2.1.3 Pengertian Aset Tetap Berwujud
Jusup (2011 : 133), mengatakan aset tetap adalah sumber daya yang
memiliki empat karakteristik yaitu: (1) berujud atau memiliki ujud (bentuk atau
ukuran tertentu), (2) digunakan dalam operasi perusahaan, (3) mempunyai masa
manfaat jangka panjang, dan (4) tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan.
Firdaus (2010 : 177), mengatakan aset tetap adalah aset yang diperoleh
untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari
satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal
perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material.
Kasmir (2012 : 39), mengatakan aset tetap adalah harta atau kekayaan
perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun.
Hery (2011 : 2), mengatakan aset tetap adalah aktiva yang secara fisik
dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa
kegunaan yang panjang.
Ferdinan (2012 : 217), mengatakan aset tetap adalah aset yang memiliki
karakteristik sebagai berikut: (1) memiliki wujud fisik, (2) diperoleh untuk
digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual,
18
(3) memberikan manfaat ekonomi untuk periode jangka panjang, dan merupakan
subjek depresiasi.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
aset tetap merupakan aset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan
dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aset
semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama atau relatif permanen,
dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun
seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan. Manfaat yang diberikan aset tetap
umumnya semakin lama semakin menurun keculi tanah.
2.1.3.1 Jenis Aset Tetap Berwujud
Aset tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan bisa berupa: tanah,
bangunan, mesin dan alat-alat pabrik, mebel dan alat-alat kantor, kendaraan dan
alat-alat kantor dan sebagainya.
Ditinjau dari umurnya aset tetap dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Aset tetap yang umur atau masa kegunaannya tidak terbatas. Termasuk
dalam kelompok aset ini ialah; tanah yang dipakai sebagai tempat
kedudukan bangunan pabrik dan bangunan kantor, tanah untuk pertanian
dan lain-lain yang semacamnya. Terhadap aset tetap yang mempunyai
masa kegunaan yang tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan atas harga
perolehannya, karena manfaatnya tidak akan berkurang di dalam
menjalankan fungsinya selama jangka waktu yang tidak terbatas.
19
2. Aset tetap yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan dapat diganti
dengan aset sejenis apabila masa kegunaanya telah berakhir. Termasuk
dalam kelompok aset ini antara lain : bangunan, mesin dan alat-alat pabrik,
mebel dan alat-alat kantor, kendaraan dan alat-alat transport dan lain
sebagainya. Karena manfaat yang diberikan di dalam menjalankan
fungsinya semakin berkurang atau terbatas jangka waktunya, maka harga
perolehan aset ini harus disusut selama masa kegunaannya,
3. Aset tetap yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat
diganti dengan aset sejenis apabila masa kegunaanya telah habis.
Termasuk dalam kelompok ini: misalnya sumber-sumber alam seperti
tambang, hutan dan lain sebagainya atau biasa disebut aset sumber alam.
Sumber alam akan semakin habis melalui kegiatan eksploitasi sumber
tersebut, oleh sebab itu harga perolehan aset sumber alam harus
dialokasikan kepada periode-periode di mana sumber-sumber itu
memberikan hasilnya.
Ditinjau dari mobilitasnya, aset tetap dibedakan menjadi dua golongan ,
yaitu:
1. Aset tetap berwujud bergerak, yaitu aset tetap berwujud yang dapat
dengan mudah berpindah atau dipindahkan. Misalnya kendaraan,
perlengkapan dan sebagainya,
2. Aset tetap berwujud tidak bergerak, misalnya tanah, gedung dan
sebagainya.
20
Ditinjau dari undang-undang perpajakan, aset tetap dibedakan menjadi
empat golongan, yaitu:
1. Golongan I, yaitu aset tetap selain bangunan yang mempunyai umur
ekonomis sampai 4 tahun, misalnya: peralatan, mebel, kendaraan, dan truk
ringan.
2. Golongan II, yaitu aset tetap selain bangunan yang mempunyai umur
ekonomis diatas 4 tahun, misalnya: mebel dan peralatan yang terbuat dari
logam, truk berat, mobil tangki, dll.
3. Golongan III, yaitu aset tetap selain bangunan yang mempunyai umur
ekonomis antara 8 sampai 20 tahun, misalnya: mesin-mesin yang
menghasilkan peralatan, mesin produksi, dll.
4. Golongan IV, yaitu aset tetap berwujud yang berupa tanah dan bangunan
2.1.4 Depresiasi
Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan, bukan proses
penilaian aset tetap. Pengalokasian harga perolehan diperlukan agar dapat
dilakukan perbandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Perubahan
harga aset tetap yang terjadi di pasar, tidak perlu dicatat dalam pembukuan
perusahaan karena aset tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, bukan untuk di
jual kembali. Oleh karena itu nilai buku aset (harga perolehan dikurangi
akumulasi depresiasi), biasanya sangat berbeda dengan harga pasar aset yang
bersangkutan.
21
Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aset untuk menghasilkan
pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun baik secara fisik maupun
fungsinya. Penurunan karena faktor fisik terjadi karena pemakaian dan keausan,
sehingga secara fisik aset tetap terlihat menurun. Penurunan dari segi fungsi
adalah karena aset menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman. Suatu aset
dikatakan tidak lagi memadai, jika aset tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan
saat ini dan di masa datang.
Pengakuan atas depresiasi aset tetap tidak berakibat adanya pengumpulan
kas untuk mengganti aset lama dengan aset yang baru. Saldo rekening akumulasi
depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang dibebankan sebagai biaya,
bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.
Hery (2011 : 170), mengatakan pembebanan depresiasi merupakan
pengakuan terjadinya penurunan nilai atas potensi manfaat (jasa) suatu aset.
Pengalokasian beban depresiasi mencakup beberapa periode pendapatan sehingga
banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen untuk menghitung
besarnya beban depresiasi periodik secara tepat. Beban depresiasi periodik secara
tepat dari pemakaian suatu aset, dapat dipertimbangkan dari 3 (tiga) faktor yaitu:
1. Biaya perolehan aset (asset cost), dalam uraian di atas telah kita bahas
berbagai hal yang mempengaruhi penentuan biaya perolehan aset yang harus
didepresiasi. Juga telah dijelaskan bahwa sesuai dengan prinsip akuntansi, asset
tetap dicatat sebesar biaya perolehannya.
Suatu aset mencakup seluruh pengeluaran yang terkait dengan
perolehannya dan persiapannya sampai aset dapat digunakan. Biaya perolehan ini
22
yang sifatnya objektif, dikurangi dengan estimasi nilai residu adalah merupakan
dasar harga perolehan aset yang dapat disusutkan. Biaya perolehan dikatakan
obyektif karena sifatnya dapat dijual oleh siapapun dan menghasilkan nilai yang
sama.
2. Nilai residu (residual or salvage value), biasa disebut nilai sisa adalah
taksiran nilai tunai aset pada akhir masa manfaat aset tersebut. Nilai ini bias
didasarkan pada taksiran nilai aset sebagai barang bekas, atau bias juga atas dasar
taksiran bila aset ditukar dengan aset lain di akhir masa manfaat. Seperti halnya
masa manfaat, nilai residu juga merupakan suatu taksiran. Dalam membuat
taksiran, manajemen mempertimbangkan rencana penggunaan aset dan
pengalaman masa lalu dengan aset serupa.
Merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aset tidak dipakai lagi.
Dengan kata lain nilai residu ini mencerminkan nilai estimasi dimana aset dapat
dijual kembali ketika aset tetap tersebut dihentikan dari pemakaiannya. Besarnya
estimasi nilai residu sangat tergantung kebijakan manajemen mengenai
penghentian aset dan juga tergantung pada kondisi sektor pasar lainnya.
3. Masa manfaat atau kadang-kadang disebut juga umur aset, adalah
jangka waktu pemakaian aset yang diharapkan oleh perusahaan. Masa manfaat
dapat juga dinyatakan dalam satuan waktu, unit aktivitas (misalnya jam kerja
mesin), atau satuan hasil yang diharapkan dari suatu aset. Masa manfaat adalah
suatu taksiran. Dalam membuat taksiran, manajemen mempertimbangkan
beberapa faktor, seperti rencana penggunaan aset, perkiraan reparasi dan
pemeliharaan, dan kerentanan terhadap ketinggalan jaman. Pengalaman masa lalu
23
sangat berguna dalam memutuskan taksiran masa manfaat. Untuk suatu aset yang
sejenis, perusahaan yang satu bias membuat taksiran yang berbeda dibandingkan
perusahaan lainnya.
Dalam menghitung beban depresiasi masa manfaat dapat diartikan sebagai
suatu periode/umur fisik dimana perusahaan dapat memanfaatkan aset tetapnya
dan juga berarti sebagai jumlah unit produksi atau jumlah operasional yang
diharapkan diperoleh dari aset.
2.1.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Depresiasi
Pembebanan depresiasi merupakan pengakuan terjadinya penurunan nilai
atas potensi manfaat (jasa) suatu aset. Pengalokasian beban depresiasi mencakup
beberapa periode pendapatan sehingga banyak faktor yang harus dipertimbangkan
oleh manajemen untuk menghitung besarnya beban depresiasi periodik secara
tepat.
2.1.4.2 Metode Perhitungan Depresiasi
Depresiasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1. Metode aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity method), juga disebut pendekatan beban
variabel, mengasumsikan bahwa depresiasi adalah fungsi dari penggunaan atau
produktivitas bukan dari berlalunya waktu. Rumus metode aktivitas adalah:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = (𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎) × 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑖𝑛𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑗𝑎𝑚
24
2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus mempertimbangkan depresiasi sebagai fungsi dari
waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas
dalam prakteknya karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual
sering kali juga merupakan prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis lurus
adalah:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali
disebut metode depresiasi dipercepat menyediakan biaya depresiasi yang lebih
tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang.
Secara umum satu dari dua metode beban menurun digunakan yaitu: metode
jumlah angka tahun atau metode saldo menurun.
a. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Year Digits)
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban depresiasi yang menurun
berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan. Setiap
pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1= 15)
dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang.
Dengan metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap
konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15). Pada akhir masa manfaat aset, saldo
yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
𝑆𝑢𝑚 𝑜𝑓 𝑡ℎ𝑒 𝑦𝑒𝑎𝑟 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡𝑠 = 𝑁 (𝑁 + 1)
2
25
N= masa manfaat
b. Metode Saldo Menurun (Declining balance method)
Depresiasi suatu aset tetap dilihat dari anggapan bahwa aset tetap baru
sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aset
tetap tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aset
tetap tersebut. Nilai sisa atau nilai residu tidak diikutsertakan dalam perhitungan.
Satu-satunya metode depresiasi yang menggunakan nilai buku.
Pembelian melewati tanggal 15 bulan berjalan, depresiasi dihitung pada bulan
berikutnya.
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = {(100%
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠) 𝑥 2} 𝑥
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢
4. Metode Depresiasi Khusus
Perusahaan tidak memilih salah satu dari metode depresiasi yang lebih
populer karena aset yang terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat
industrinya mengharuskan penerapan metode depresiasi khusus.
a. Metode Kelompok Dan Gabungan
Akun aset seringkali disusutkan dengan satu tarif. Terdapat dua metode
depresiasi untuk beberapa akun aset yang digunakan, yaitu metode kelompok dan
metode gabungan. Metode kelompok sering digunakan apabila aset bersangkutan
cukup homogen dan memiliki masa manfaat yang hampir sama. Pendekatan
gabungan digunakan apabila aset bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat
yang berbeda.
b. Metode Campuran atau Kombinasi
26
Metode depresiasi yang sudah diterangkan diatas, perusahaan bebas
mengembangkan metode depresiasi sendiri yang khusus atau dibuat khusus.
Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum hanya mensyaratkan bahwa
metode itu menghasilkan pengalokasian biaya aset selama umur aset dengan cara
yang sistematis dan rasional.
2.1.5 Pengeluaran Selama Masa Pemakaian Aset Tetap
Selama penggunaan aset tetap kita tidak dapat menghindarkan diri dari
pengeluaran-pengeluaran untuk aset tetap itu, seperti pengeluaran untuk reparasi
rutin, penambahan atau perbaikan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut perlu
diketahui dan dianalisis kerena kemungkinan pengaruhnya terhadap harga pokok
akhirnya akan mempengaruhi depresiasi.
Reparasi rutin adalah pengeluaran untuk mempertahankan agar aset tetap
beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai masa pemakaian yang diharapkan.
Biaya reparasi rutin umumnya tidak besar jumlahnya, tetapi terjadi berulang-ulang
selama masa pemakaian aset.
Penambahan dan perbaikan adalah pengeluaran yang meningkatkan efisiensi
operasi, kapasitas produksi, atau masa pemakaian aset. Pengeluaran semacam ini
biasanya cukup besar jumlahnya dan relatif jarang terjadi selama masa pemakaian
aset. Suatu penambahan biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas
fisik dan kapasitas produksi. Penambahan dicatat dengan mendebet rekening aset
yang mengalami penambahan akibat pengeluaran tersebut. Sedangkan perbaikan
bisa dilakukan dalam berbagai macam bentuk . Kadang-kadang suatu perbaikan
27
merupakan penggantian suatu subbagian dari suatu aset produktif dengan unit
yang baru.
2.1.6 Penghentian Pemakaian Aset Tetap
Aset tetap yang tidak lagi memiliki umur ekonomis yang lebih lama dapat
dibuang, dijual atau dapat ditukar dengan aset tetap lainnya. Dalam kasus
pelepasan aset tetap, nilai buku aset harus dihapus. Penghapusan nilai buku dapat
dilakukan dengan cara mendebet akun akumulasi depresiasi sebesar saldonya
pada tanggal pelepasan aset dan mengkreditkan akun aset bersangkutan sebesar
harga perolehannya (Hery, 2013 : 291)
Ketika aset tetap tidak lagi memiliki umur ekonomis yang lebih lama bagi
perusahaan yang tidak memiliki nilai residu atau harga pasar, maka aset
bersangkutan biasanya akan dibuang (Hery, 2013: 291)
Ferdinan (2012 : 234), mengatakan ada beberapa transaksi yang
menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu:
a. Penjualan Aset Tetap
Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang
bersangkutan dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian
disebabkan transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset
tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih
kecil dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan.
Sebaliknya jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain
yang diterima, timbul kerugian.
28
b. Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap apabila aset tetap dihentikan
karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset
tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa
pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian
aset tetap.
c. Pertukaran Dengan Aset Lain Harga pertukaran aset tetap yang didapat
melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang dapat
direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat
berharga tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi
dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut
tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen,
misalnya oleh penilai (appraiser).
29
2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Tujuan Metode Hasil
1. Donald 2009 Analisis
Akuntansi Aset
Tetap pada PT.
Agro Makmur
Raya Medan.
Untuk
mengetahui
apakah
perlakuan
akuntansi aset
tetap sesuai
dengan PSAK
No. 16 & 17
(2009).
Metode
deskriptif
Perlakuan akuntansi
terhadap asset tetap telah
memadai sesuai prinsip
akuntansi yang berlaku
umum, walaupun masih
ada hal-hal yang belum
dilaksanakan tetapi
perusahaan berusaha
menyempurnakannya.
2. Nur 2010 Perlakuan
Akuntansi Aset
Tetap dan
Hubungannya
Terhadap
Kewajaran
Penyusutan
Laporan
Keuangan pada
CV. Bayu
Cahaya Abadi
Surabaya.
Untuk
mengetahui
apakah
perlakuan
akuntansi aset
tetap memiliki
pengaruh
terhadap
laporan
keuangan.
Metode
deskriptif
Pencatatan asset tetap dan
pencatatan biaya
pemeliharaan yang tidak
sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku
umum.
3. Budiman. 2012 Analisis
Perlakuan
Akuntansi
Aktiva Tetap
pada PT.
Hasjrat
Multifinance
Manado.
Untuk
mengetahui
apakah
perlakuan
akuntansi
aktiva tetap
sudah memadai
pada PT.
Hasjrat
Multifinance
Manado.
Metode
deskriptif
Perlakuan akuntansi aktiva
tetap pada PT. Hasjrat
Multifinance Manado,
perusahaan menetapkan
harga perolehan untuk
aktiva tetap terkadang
tidak terjadi
penyeragaman untuk
harga perolehan aktiva
tetap, begitu juga
dengan pengukuran
penurunan nilai dan
penghentian aktiva
tetap.
30
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Pengakuan Harga
Perolehan Aset Tetap
Pengukuran Jumlah
atas Aset Tetap
Metode Penyusutan yang
digunakan:
1. Metode Garis Lurus
2. Metode Saldo Menurun
Pengeluaran yang
berhubungan dengan Aset
Tetap
Penghentian Aset Tetap
Pelaporan dan
Pengungkapan Aset
Tetap
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Pada umumnya penelitian
deskriptif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga langkah penelitiannya
tidak perlu merumuskan hipotesis.
3.2 Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah PT. Inna Simpang Surabaya.
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional menunjukkan gejala-gejala atau hal-hal khusus atau
indikator dan variabel dan bagaimana kita mengukur variabel.
a. Aset tetap berwujud
Aset tetap berwujud adalah sumber daya yang memiliki empat
karakteristik yaitu: (1) berujud atau memiliki ujud (bentuk atau ukuran tertentu),
(2) digunakan dalam operasi perusahaan, (3) mempunyai masa manfaat jangka
panjang, dan (4) tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan.
b. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan terdiri dari:
32
a. neraca,
b. laporan laba rugi,
c. laporan arus kas,
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan keterangan atau sumber informasi mengenai objek yang
akan diteliti dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Jenis dan sumber
data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
Jenis data dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu data kualitatif yang terdiri
dari data nominal dan data ordinal, dan data kuantitatif terdiri dari data interval
dan data ratio.
Maka jenis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini
adalah jenis data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau yang
berwujud pernyataan-pernyataan verbal, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus,atau observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip) dengan PT. Inna Simpang
Surabaya sebagai objek penelitian.
2. Sumber Data
Untuk sumber data menunjukkan data diperoleh sesuai dengan jenis
datanya, maka data penelitian ini adalah
33
a. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai
data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan
data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik
yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara
lain observasi dan wawancara.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti data-data dokumen
perusahaan berupa laporan keuangan dan data-data lain dari milik
perusahaan. Data laporan keuangan pada tahun 2009 sampai dengan tahun
2013, yaitu:
1. Laporan laba rugi tahun 2009 – 2013
2. Laporan arus kas tahun 2009 – 2013
3. Laporan neraca tahun 2009 – 2013
4. Laporan aset tetap tahun 2009 - 2013
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Survei Pendahuluan
Kegiatan awal yang peneliti lakukan untuk meneliti permasalahan yang
sedang dihadapi oleh perusahaan. Dalam hal ini peneliti memilih PT. Inna
Simpang Surabaya sebagai objek penelitian. Permasalahan yang dihadapi oleh
34
perusahaan kemudian diangkat sebagai judul penelitian dengan menentukan
batasan atau rumusan masalah agar penelitian menjadi lebih fokus.
2. Survei Lapangan
Suatu metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan
secara langsung ke tempat objek yang diteliti dengan cara :
a. Teknik Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui buku-buku, jurnal,
internet dan dengan melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen dan
laporan-laporan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.
b. Teknik Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan staf bagian
keuangan untuk mendapatkan penjelasan mengenai cara perolehan aset tetap,
metode penyusutan aset tetap dan cara pencatatannya pada laporan keuangan
seperti laporan laba rugi dan neraca.
3.6 Teknik Analisis Data
Penerapan sistem dengan menggunakan tahap penelitian yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, adalah sebagai berikut :
1 Pengakuan aset tetap dengan cara membandingkan pengakuan aset tetap yang
diterapkan oleh PT. Inna Simpang Surabaya dengan standar akuntansi yang
berlaku umum.
2 Pengukuran jumlah yang harus dicatat atas aset tetap, apakah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum.
35
3 Aset tetap selama pemilikan yang terdiri dari 2 (dua) yaitu sebagai berikut.
a. Ada 2 metode yang digunakan yaitu,
1. Straight Line Method atau Metode garis lurus
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 – 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
2. Declining Balance Method atau Metode saldo menurun
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = {(100%
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠) 𝑥 2} 𝑥
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢
b. Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap yang terdiri
dari pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan
(revenue expenditure).
4 Penghentian aset tetap yang diterapkan oleh perusahaan, apakah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum.
5 Pelaporan dan Pengungkapan Aset Tetap pada PT. Inna Simpang Surabaya.
36
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Penyajian Data
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
a. Sejarah Hotel
Hotel Inna Simpang Surabaya terletak di jalan Gubernur Suryo No.
1 – 3 Surabaya 60271 yang semula berbentuk bangunan berupa cottage
atau bungalow dan tidak bertingkat. Hotel ini di bangun sekitar tahun
1920 oleh Koninklijka Vacketvart (Maskapai Pelayaran Belanda)
yang merupakan bangunan hotel cukup tua saat ini.
Sekitar tahun 1956, Hotel Inna Simpang masih dikelola oleh
Belanda. Akan tetapi pada tanggal 15 Mei 1956 Pemerintah Indonesia
telah membeli Hotel Inna Simpang dari Nederlanche Hendels Bank
(HNB) dan pengelolanya diserahkan pada PT. Natour (Persero). PT.
Natour itu sendiri (National Hotel and Tourism Cooperation Limited)
didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 19
September 1953 dan berkantor pusat di Menteng Raya No. 7B, Jakarta.
PT. Natour ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di bidang perhotelan atau pariwisata di jajaran Departemen
Pariwisata Pos dan Telekomunikasi.
Guna memenuhi tuntutan dan perkembangan dalam dunia usaha
perhotelan, maka pada tahun 1978 Hotel Inna Simpang dibongkar
37
secara total untuk dibangun kembali gedung bertingkat (High Rising
Building) dengan tujuan lantai yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman, dengan arsitektur modern yang bergaya
tradisional Jawa Timur dengan kapasitas 128 buah.
Pada tanggal 2 Agustus 1978, diletakkan batu pertama bahwa
sebagai tanda dimulainya pembangunan Hotel Inna Simpang yang
baru. Melalui beberapa hambatan dan rintangan yang dapat diatasi
dengan penuh ketabahan dan keuletan khususnya dalam penyediaan
dan pengusahaan dana, maka 2 tahun kemudian yakni tahun 1980
selesailah sudah seluruh bangunan yang direncanakan.
Bersama dengan pembangunan gedung hotel tersebut, maka
penerimaan karyawan dan karyawati mulai dilakukan sesuai prosedur
yang telah ditetapkan oleh DEPNAKER. Para calon karyawan dan
karyawati diberikan pendidikan crash programmer yang dilatih oleh
instruktur/pelatih pakar perhotelan. Untuk melengkapi dan
memberikan ketrampilan para calon karyawan diberikan kesempatan
On The Job Training di hotel yang bertaraf Internasional yang ada di
Surabaya seperti Hotel Elmi, Hotel Garden, Hotel Mirama, dan Hotel
Majapahit dengan tujuan untuk membekali calon karyawan agar
memiliki ketrampilan yang dapat menunjang jalannya operasional
hotel.
Pada tanggal 2 Agustus 1980, Hotel Inna Simpang melakukan uji
coba operation atau soft opening dengan tujuan untuk
38
memperkenalkan keberadaan hotel ini serta untuk melatih karyawan
demi kelancaran operasi hotel secara menyeluruh. Sedangkan grand
opening Hotel Inna Simpang dilakukan pada tanggal 24 Desember
1980, yang diresmikan oleh Direktur Jendral Pariwisata yaitu Bapak
Achmad Tirtosudiro.
Ciri khas dari Hotel Inna Simpang dilihat dari segi arsitekturnya,
dimana nampak banyak menggunakan gaya khas Jawa Timuran yang
nampak dari bangunan “Joglo” yang terletak di depan pintu utama
(Main Entrence) dan juga interior dalam ruangan Airlangga Room,
Majapahit Room serta dekorasi Madura Bar berupa karapan sapi dan
perahu layar rakyat Madura. Kapasitas kamar yang dimiliki adalah 128
buah, yang terdiri dari 2 room house use dan 120 room Available
untuk tamu jenis 4 suite dan 116 standart room. Dalam operasional
Hotel Inna Simpang mendapatkan klasifikasi hotel berbintang 4
dengan penghunian tamu businessman, government official, wisnu dan
wisman. Tamu wisatawan Nusantara (wisnu) sekitar 80% dan
wisatawan mancanegara (wisman) 20% (Amerika, Eropa, Asia,
Australia, Malaysia, dll).
Tahun 1998 – 1999 Hotel Inna Simpang mengalami renovasi
kamar guna meningkatkan produk serta memberikan kepuasan kepada
tamu. Kamar yang ditingkatkan adalah 4 suite room, 22 duluxe room,
22 moderat room, 22 superior room, 50 standart room. Untuk
peningkatan fasilitas kamar terus dilakukan juga mutu produk
39
makanan, minuman, dan fasilitas lain beserta pelayanannya. Setiap
kamar dilengkapi dengan AC, kamar mandi air panas dan air dingin,
channeled music, radio, IDD telex, refrigerator, foreign TV program,
video disk system, supaya tamu merasa puas.
Hotel simpang merupakan chain hotel yang dikelola oleh PT.
Natour (Persero) dengan jumlah kamar sekitar 1.067 yang terdiri dari:
1. Inna Grand Bali Sanur dua, Bali
2. Inna Kuta Bali Nusa dua, Bali
3. Inna Kuta Beach Kuta, Bali
4. Inna Sidhu Beach Sanur, Denpasar
5. Inna Bali Denpasar, Bali
6. Inna Simpang Surabaya, East Java
7. Inna Tretes Pasuruan, East Java
8. Inna Garuda Yogyakarta, D.I.Y
9. Inna Samudra Beach Pelabuhan Ratu, West Java
10. Inna Darma Bali Medan, North Sumatra
11. Inna Prapat Lake Toba Prapat North Sumatra
12. Inna Muara Padang, West Sumatra
PT. Natour juga pernah diberi kepercayaan untuk mengelola hotel-
hotel Merdeka group yang berada di Lumajang, Kediri, Madiun, Solo,
Yogyakarta, Wonosobo dan Bandung pada tahun 1978 dengan
koordinator yang di tunjuk Bapak Soepadi Wisnukartiko. Di samping
itu, juga pernah mengelola Restaurant Borobudur di TNWC
40
Borobudur yang dikelola lewat Natour Ganda sampai tanggal 1 Januari
1992.
Berdasarkan SK Menkeu no. 975/KMK/IV/1/1993, tanggal 23
Desember 1993 Dewan Komisaris dan Direksi PT HII diangkat
sebagai Dewan Komisaris dan Direksi PT. Natour.
Nama hotel-hotel yang bergabung antara PT. Natour dan PT. HII
yang telah berubah namanya menjadi Inna sebagai berikut:
1. Inna Grand Bali Beach Sanur dua, Bali
2. Inna Putri Bali Nusa dua, Bali
3. Inna Kuta Beach Kuta, Bali
4. Inna Sidhu Beach Sanur, Denpasar
5. Inna Bali Denpasar, Bali
6. Inna Simpang Surabaya, East Java
7. Inna Tretes Pasuruan, East Java
8. Inna Garuda Yogyakarta, D.I.Y
9. Inna Samudra Beach Pelabuhan Ratu, West Java
10. Inna Darma Bali Medan, North Sumatra
11. Inna Prapat Lake Toba Prapat North Sumatra
12. Inna Muara Padang, West Sumatra
41
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di dalam suatu perusahaan sangat diperlukan
karena akan memperlancar dan mempermudah proses atau jalannya
pelaksanaan dan kegiatan masing-masing personel atau bagian-bagian yang
ada. Struktur organisasi ini merupakan kerangka yang di dalamnya terterap
yang berhubungan dengan tugas, wewenang dan juga tugas dan masing-
masing personel tersebut, sehingga dapat menunjukkan suatu hubungan yang
baik antara personel yang satu dengan personel lainnya dalam hal untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Adapun bentuk struktur organisasi pada PT. Inna Simpang Surabaya
yaitu berupa struktur organisasi garis lurus (line), di mana satuan wewenang
berasal dan puncak pimpinan. Maka struktur organisasi PT. Inna Simpang
Surabaya adalah sebagai berikut:
42
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
PT. Inna Simpang Surabaya
Sumber : Data Intern Perusahaan PT. Inna Simpang Surabaya
Berikut adalah tugas, wewenang dan tanggung jawab dan masing-masing
bagian pada struktur organisasi PT. Inna Simpang Surabaya.
1. GENERAL MANAGER :
a. Bertanggung jawab terhadap operasional
b. Membuat Perencanaan.
c. Menciptakan budaya.
d. Menjalin komunikasi dengan perusahaan lain.
43
e. Membuat keputusan.
2. Executive Secretary :
a. Membuat agenda kegiatan GM.
b. Menyimpulkan hasil rapat.
c. Membuat laporan hasil kegiatan.
d. Menjalankan perintah yang di sampaikan oleh General Manager dan
selanjutnya meneruskan kepada Manager.
e. Executive secretary, bertanggungjawab kepada General Manager.
f. Menyampaikan laporan yang dibuat oleh para Manager.
g. Mengambil alih tugas General Manager apabila sewaktu-waktu
General Manager berhalangan.
3. Resident Manager :
a. Mengepalai semua manager lini pertama.
b. Mengawasi dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan manager
lini pertama.
c. Menentukan target yang harus dicapai oleh setiap departemen.
4. Marketing Manager :
a. Membuat strategi pemasaran dan penjualan.
b. Bertanggung jawab atas publikasi atau periklanan hotel.
c. Memperkenalkan hotel dan fasilitasnya sekaligus melakukan kotrak
kerjasama kepada calon pengguna jasa hotel.
d. Memastikan penjualan kamar memenuhi target.
44
e. Juga bertanggungjawab dalam mempertahankan hubungan dengan
para pelanggan.
5. Chief Enginering :
a. Bertanggung jawab untuk memperbaiki dan menjaga peralatan dan
fasilitas hotel.
b. Membuat laporan mengenai perbaikan atau pembaharuan fasilitas
dan peralatan hotel.
6. Manpower Manager :
a. Bertanggung jawab terhadap semua administrasi karyawan.
b. Melakukan perekrutan karyawan.
c. Membuat program pengembangan ketrampilan karyawan.
7. Duty Manager
a. Membantu tugas Front Office Manager dalam melakukan tugas
operasional di front office.
b. Mendukung kelancaran proses check-in dan check-out di front
office.
c. Menangani kesulitan tamu dan staff di front desk.
d. Mengontrol operasional di seputar front office antara lain lobby,
restoran, bar, lounge koridor dan kamar tamu.
e. Membuat laporan setiap shift tentang temuan dan kejadian selama
jam kerjanya.
f. Menyambut tamu VIP bersama dengan Front Office Manager.
8. Front Office Manager (FO Manager) :
45
a. Bertanggung jawab terhadap semua aktifitas di Front Office.
b. Mengoptimalkan dan memaksimalkan occupancy rate hotel.
c. Membuat laporan kamar check in dan check out, dan reservasi.
d. Menjual kamar, tugas ini antara lain menerima pemesanan kamar,
menangani tamu yang tanpa pemesan kamar, melaksanakan
pendaftaran, dan penentuan kamar.
e. Memberikan informasi tentang pelayanan hotel.
f. Mengkoordinir pelayanan tamu, antara lain sebagai penghubung
antara bagian-bagian di hotel menangani berbagai masalah dan
keluhan tamu.
g. Menyusun laporan status kamar dan mengkoordinasikan penjualan
kamar dengan bagian house keeping.
h. Menyelenggarakan pembayaran tamu.
i. Menyusun riwayat kunjungan tamu antara lain melakukan
pencatatan data-data individu untuk kunjungan akan datang, dan
menyelenggarakan arsip kartu riwayat kunjungan tamu.
j. Menangani telephone switch board, telex, dan telegram.
k. Menangani barang-barang bawaan tamu.
9. Food and Beverage Manager (F&B Manager) :
a. Bertanggung jawab atas pengelolaan makanan dan minuman.
b. Membuat laporan pemakaian bahan baku / F&B cost.
c. Menciptakan menu baru yang inovative.
10. Accounting Manager :
46
a. Bertanggung jawab atas semua pendataan atau pengadministrasian
transaksi dan keuangan.
b. Membuat laporan transaksi dan keuangan hotel.
c. Mengawasi dan menjaga semua kegiatan transaksi.
11. Chief Security :
a. Bertanggung jawab atas keamanan hotel.
b. Menghalau gangguan keamana dari dalam atau dari luar hotel.
12. Executive House Keeper (Executive HK):
a. Bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapihan fasilitas hotel.
b. Membersihkan dan merapikan kamar yang telah digunakan oleh
tamu sesegera mungkin setelah tamu check-out.
c. Melaporkan kepada FO apabila kamar telah siap dijual.
13. Cost Controller
a. Akuntan internal hotel.
b. Bertanggung jawab atas efektivitas pengelolaan administrasi dan
penyajian data keuangan yang disusun setiap hari.
c. Memberi pendapat dan pandangannya dalam hal keuangan hotel.
47
c. Fasilitas yang dimiliki
Fasilitas PT. Inna Simpang Surabaya
No. Fasilitas Quota
1. Area Parkirdepan -/+ 60 mobil
2. Lobby -/+ 20 seats
3. Taxi Counter
4. Coffe Shop Palapa -/+ 90 seats
5. Banyu Biru Bar -/+ 30 seats
6. Meeting room:
a. Majapahit Room
b. Airlangga Room
c. Kahuripan Room
d. Jenggala Room
-/+ 200 pack
-/+ 100 pack
-/+ 30 pack
-/+ 20 pack
7. Room:
a. Suite Room
b. Superior Room
c. Deluxe Room
d. Moderate Room
e. Standart Room
4 rooms
22 rooms
22 rooms
22 rooms
64 rooms
48
d. Data Kepegawaian
Tabel 4.1
Data Pegawai berdasarkan usia
UNIT INNA SIMPANG
Uraian Jumlah %
A. Usia (Tahun)
1. 18 – 39 18 18,2
2. 40 – 50 44 44,4
3. 51 - 55 37 37,4
Total 99 100
Tabel 4.2
Data Pegawai berdasarkan Pendidikan
UNIT INNA SIMPANG
Uraian Jumlah %
B. Pendidikan
1. SLTP 3 3
2. SLTA 68 68,7
3. D1, D2, D3 14 14,2
4. S1 13 13,1
5. S2, S3 1 1
Total 99 100
Tabel 4.3
Data Pegawai berdasarkan Keahlian
UNIT INNA SIMPANG
Uraian Jumlah %
C. Pendidikan Keahlian
1. Perhotelan 15 15,1
2. Tehnik 17 17,2
3. Non Tehnik 67 67,7
Total 99 100
Tabel 4.4
Data Pegawai berdasarkan Status Pegawai
UNIT INNA SIMPANG
Uraian Jumlah %
D. Status Pegawai
1. Pegawai Tetap 79 79,8
2. Pegawai Kontrak 20 20,2
Total 99 100
49
Tabel 4.5
Data Pegawai berdasarkan Jabatan
UNIT INNA SIMPANG
Uraian Jumlah %
E. Tingkat Jabatan
1. Senior Manager 1 1
2. Manager 5 5
3. Jr. Manager 12 12,1
4. Officer 29 29,4
5. Supervisor 32 32,3
6. Basic 20 20,2
Total 99 100
Tabel 4.6
Data Pegawai berdasarkan Status
UNIT INNA SIMPANG
Uraian Jumlah %
F. Status
1. BelumKawin 19 19,2
2. Kawin 80 80,8
Total 99 100
Tabel 4.7
Data Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin
UNIT INNA SIMPANG
Uraian Jumlah %
G. Jenis Kelamin
1. Laki-laki 77 77,8
2. Wanita 22 22,2
Total 99 100
50
4.2 Analisis Data
4.2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan laporan hasil dari pertanggung
jawaban keuangan selama perusahan itu melakukan kegiatan segala
aktivitas-aktivitasnya. Laporan keuangan ini dipersiapkan atau dibuat
maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara
periodic yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan.
Berikut data-data laporan keuangan tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013 pada PT. Inna Simpang Surabaya:
51
Tabel 4.8
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
NERACA
PER 31 DESEMBER 2009
ASET
ASET LANCAR
- Kas dan Setara Kas 455.175.423
- Piutang Usaha 1.865.337.850
(Bersih setelah dikurangi penyisihan piutang)
- Persediaan 207.740.012
- Biaya Dibayar Dimuka 38.146.060
Uang Muka 10.000.000
TOTAL ASET LANCAR 2.576.399.345
ASET TIDAK LANCAR
- Aset Tetap 13.663.951.754
(Bersih setelah dikurangi akumulasi penyusutan )
- Peralatan dan Perlengkapan Operasi 1.074.023.999
Aset Tidak Berwujud 496.367.436
(Bersih setelah dikurangi akumulasi amortisasi )
- Aset Lain-lain 874..258.889
TOTAL ASET TIDAK LANCAR 16.108.602.078
JUMLAH A S E T 18.685.001.423
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN LANCAR
- Hutang Usaha 900.764.484
- Hutang Pajak 307.049.021
- Beban Yang Masih Harus Dibayar 464.226.795
Hutang Kontraktor 200.000.000
- Hutang Lain-lain 1.782.092.662
TOTAL KEWAJIBAN LANCAR 3.654.132.962
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
- Hutang Kontraktor - Jangka Panjang
- Pendapatan Ditangguhkan
- Kewajiban Imbalan Pasca Kerja 3.617.082
TOTAL KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 3.617.082
- Hutang Piutang Afiliasi 14.617.494.743
EKUITAS
- Saldo Laba (Rugi) 409.756.636
TOTAL EKUITAS : 409.756.636
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 18.685.001.423
Sumber Data: Diolah
52
Tabel 4.9
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
NERACA
PER 31 DESEMBER 2010
ASET
ASET LANCAR
- Kas dan Setara Kas 2.137.484.272
- Piutang Usaha 1.134.336.787
(Bersih setelah dikurangi penyisihan piutang)
Piutang lain-lain 11.839.154
- Persediaan 268.598.388
- Biaya Dibayar Dimuka 315.437.900
- Uang Muka 163.898.97
TOTAL ASET LANCAR 4.031.595.498
ASET TIDAK LANCAR
- Aset Tetap 3.652.283.043
(Bersih setelah dikurangi akumulasi penyusutan )
- Peralatan dan Perlengkapan Operasi 714.624.412
TOTAL ASET TIDAK LANCAR 4.366.907.455
JUMLAH A S E T 8.398.502.953
KEWAJIBAN KEWAJIBAN LANCAR
- Hutang Usaha 303.907.568
- Hutang Pajak 619.729.229
- Beban Yang Masih Harus Dibayar 493.798.218
Bagian Kewajiban Jangka Panjang Yang Akan
Jatuh Tempo Dalam Waktu Satu Tahun :
- Hutang Lain-lain 699.623.961
TOTAL KEWAJIBAN LANCAR 2.117.058.976
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
- Hutang Kontraktor - Jangka Panjang 751.689.506
- Pendapatan Ditangguhkan 737.132.000
- Kewajiban Imbalan Pasca Kerja 11.439.275
TOTAL KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 1.500.260.781
- Hutang Piutang Afiliasi 4.868.786.680
EKUITAS
- Saldo Laba (Rugi) (87.603.484)
TOTAL EKUITAS : (87.603.484)
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 8.398.502.953
Sumber Data: Diolah
53
Tabel 4.10
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
NERACA
PER 31 DESEMBER 2011
ASET
ASET LANCAR
- Kas dan Setara Kas 1.501.082.590
- Piutang Usaha 197.112.406
(Bersih setelah dikurangi penyisihan piutang)
Piutang Lain-lain 25.581.316
- Persediaan 318.729.381
- Biaya Dibayar Dimuka 206.689.421
- Uang Muka 200.026.316
TOTAL ASET LANCAR 2.449.221.430
ASET TIDAK LANCAR
- Aset Tetap 3.063.733.378
(Bersih setelah dikurangi akumulasi penyusutan )
- Peralatan dan Perlengkapan Operasi 918.320.602
Aset Lain-lain 215.790.913
TOTAL ASET TIDAK LANCAR 4.197.644.693
JUMLAH A S E T 6.647.066.323
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN LANCAR
- Hutang Usaha 207.998.202
- Hutang Pajak 1.013.347.338
- Beban Yang Masih Harus Dibayar 385.603.606
Bagian Kewajiban Jangka Panjang Yang Akan
Jatuh Tempo Dalam Waktu Satu Tahun :
- Hutang Lain-lain 93.160.555
TOTAL KEWAJIBAN LANCAR 1.700.109.701
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
- Hutang Kontraktor - Jangka Panjang 643.457.018
- Pendapatan Ditangguhkan 633.915.200
- Kewajiban Imbalan Pasca Kerja 7.045.286
TOTAL KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 1.284.417.504
- Hutang Piutang Afiliasi 3.136.638.796
EKUITAS
- Saldo Laba (Rugi) 525.900.322
TOTAL EKUITAS : 525.900.322
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 6.647.066.323
Sumber Data: Diolah
54
Tabel 4.11
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
NERACA
PER 31 DESEMBER 2012
ASET
ASET LANCAR
- Kas dan Setara Kas 2.179.018.772
- Piutang Usaha 175.736.066
(Bersih setelah dikurangi penyisihan piutang)
- Piutang Lain-lain 22.800.000
- Persediaan 244.501.908
- Biaya Dibayar Dimuka 117.850.575
Uang Muka 205.939.829
TOTAL ASET LANCAR 2.945.847.150
ASET TIDAK LANCAR
- Aset Tetap 2.434.466.327
(Bersih setelah dikurangi akumulasi penyusutan )
- Peralatan dan Perlengkapan Operasi 1.142.452.005
- Aset Lain-lain 14.510.000
TOTAL ASET TIDAK LANCAR 3.591.428.332
JUMLAH A S E T 6.537.275.482
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN LANCAR
- Hutang Usaha 127.783.385
- Hutang Pajak 1.021.334.633
- Beban Yang Masih Harus Dibayar 199.103.367
Bagian Kewajiban Jangka Panjang Yang Akan
Jatuh Tempo Dalam Waktu Satu Tahun :
- Hutang Lain-lain 209.788.003
TOTAL KEWAJIBAN LANCAR 1.558.009.388
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
- Hutang Kontraktor - Jangka Panjang 606.251.582
- Kewajiban Imbalan Pasca Kerja 787.383.450
Kewajiban Imbalan Pasca Kerja 6.050.469
TOTAL KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 1.399.685.501
- Hutang Piutang Afiliasi 3.226.043.591
EKUITAS
- Saldo Laba (Rugi) 353.537.002
TOTAL EKUITAS : 353.537.002
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 6.537.275.482
Sumber Data: Diolah
55
Tabel 4.12
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
NERACA
PER 31 DESEMBER 2013
ASET
ASET LANCAR
- Kas dan Setara Kas 3.681.214.246
- Piutang Usaha 125.781.552
(Bersih setelah dikurangi penyisihan piutang)
- Persediaan 204.575.106
- Biaya Dibayar Dimuka 13.889.294
- Uang Muka 236.067.438
TOTAL ASET LANCAR 4.261.527.636
ASET TIDAK LANCAR
- Aset Tetap 2.031.302.021
(Bersih setelah dikurangi akumulasi penyusutan )
- Peralatan dan Perlengkapan Operasi 1.209.243.655
- Aset Tidak Berwujud 584.095.514
(Bersih setelah dikurangi akumulasi amortisasi )
- Aset Lain-lain 407.197.083
TOTAL ASET TIDAK LANCAR 4.231.838.273
JUMLAH A S E T 8.493.365.909
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN LANCAR
- Hutang Usaha 188.234.199
- Hutang Pajak 1.235.126.036
- Beban Yang Masih Harus Dibayar 256.170.218
Bagian Kewajiban Jangka Panjang Yang Akan Jatuh Tempo Dalam Waktu Satu Tahun :
- Hutang Lain-lain 1.326.312.631
TOTAL KEWAJIBAN LANCAR 3.005.843.084
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Hutang Kontraktor Jangka Panjang 437.065.094
Pendapatan Ditangguhkan 438.858.354
- Kewajiban Imbalan Pasca Kerja 60.216.664
TOTAL KEWAJIBAN TIDAK LANCAR 936.140.112
- Hutang Piutang Afiliasi 2.859.397.971
EKUITAS
- Saldo Laba (Rugi) 1.691.984.742
TOTAL EKUITAS : 1.691.984.742
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 8.493.365.909
Sumber Data: Diolah
56
Tabel 4.13
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE : DESEMBER 2009
(DALAM RP)
PENDAPATAN
Kamar 5.882.141.537
Makanan & Minuman 4.936.611.252
Departemen Dioperasikan Lainnya 809.384.261
TOTAL Pendapatan 11.628.137.050
BEBAN POKOK PENJUALAN
Kamar 1.494.419.767
Makanan & Minuman 3.081.234.302
Departemen Dioperasikan Lainnya 423.676.114
TOTAL Beban Penjualan 4.999.330.183
TOTAL Laba Kotor 6.628.806.867
Beban OVERHEAD
Administrasi & Umum 1.450.588.095
Pemasaran 714.878.836
P.O.M.E.C 2.942.849.136
Beban Modal 1.151.733.180
TOTAL Beban OVERHEAD 6.260.049.247
TOTAL Laba Operasional 368.757.620
NON Laba Operasional (Beban) 5.532.862
LABA SEBELUM PAJAK 374.290.482
Sumber Data: Diolah
57
Tabel 4.14
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE : DESEMBER 2010
(DALAM RP.)
PENDAPATAN
Kamar 5.209.991.219
Makanan & Minuman 4.648.868.078
Departemen Dioperasikan Lainnya 804.395.696
TOTAL Pendapatan 10.663.254.993
BEBAN POKOK PENJUALAN
Kamar 1.853.075.825
Makanan & Minuman 3.016.830.612
Departemen Dioperasikan Lainnya 393.665.852
TOTAL Beban Penjualan 5.263.572.289
TOTAL Laba Kotor 5.399.682.704
Beban OVERHEAD
Administrasi & Umum 1.592.514.985
Pemasaran 767.603.358
P.O.M.E.C 2.898.080.256
Beban Modal 192.284.806
TOTAL Beban OVERHEAD 5.450.483.405
TOTAL Laba Operasional (50.800.701)
NON Laba Operasional (Beban) (36.802.783)
LABA SEBELUM PAJAK (87.603.484)
Sumber Data: Diolah
58
Tabel 4.15
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE : DESEMBER 2011
( DALAM RP)
PENDAPATAN
Kamar 6.883.205.756
Makanan & Minuman 5.254.030.039
Departemen Dioperasikan Lainnya 452.031.106
TOTAL Pendapatan 12.589.766.901
BEBAN POKOK PENJUALAN
Kamar 1.900.116.669
Makanan & Minuman 3.223.127.746
Departemen Dioperasikan Lainnya 452.986.886
TOTAL Beban Penjualan 5.576.231.301
TOTAL Laba Kotor 7.013.035.600
Beban OVERHEAD
Administrasi & Umum 1.689.694.727
Pemasaran 778.012.724
P.O.M.E.C 2.837.849.788
Beban Modal 1.068.762.695
TOTAL Beban OVERHEAD 6.374.319.934
TOTAL Laba Operasional 638.715.666
NON Laba Operasional (Beban) (112.815.344)
LABA SEBELUM PAJAK 525.900.322
Sumber Data: Diolah
59
Tabel 4.16
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE : DESEMBER 2012
(DALAM RP)
PENDAPATAN
Kamar 7.168.270.538
Makanan & Minuman 5.559.228.766
Departemen Dioperasikan Lainnya 423.569.055
TOTAL Pendapatan 13.151.068.359
BEBAN POKOK PENJUALAN
Kamar 2.156.427.687
Makanan & Minuman 3.567.434.015
Departemen Dioperasikan Lainnya 420.468.918
TOTAL Beban Penjualan 6.144.330.620
TOTAL Laba Kotor 7.006.737.739
Beban OVERHEAD
Administrasi & Umum 1.869.777.529
Pemasaran 918.427.868
P.O.M.E.C 2.812.699.488
Beban Modal 766.706.976
TOTAL Beban OVERHEAD 6.367.611.861
TOTAL Laba Operasional 639.125.878
NON Laba Operasional (Beban) (285.485.876)
LABA SEBELUM PAJAK 353.640.002
Sumber Data: Diolah
60
Tabel 4.17
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE : DESEMBER 2013
( DALAM RP.)
PENDAPATAN
Kamar 7.811.488.315
Makanan & Minuman 6.177.706.460
Departemen Dioperasikan Lainnya 421.705.460
TOTAL Pendapatan 14.410.900.253
BEBAN POKOK PENJUALAN
Kamar 2.301.958.509
Makanan & Minuman 3.722.141.966
Departemen Dioperasikan Lainnya 195.921.005
TOTAL Beban Penjualan 6.220.021.480
TOTAL Laba Kotor 8.190.878.773
Beban OVERHEAD
Administrasi & Umum 1.985.579.368
Pemasaran 861.243.159
P.O.M.E.C 3.009.025.084
Beban Modal 659.265.647
TOTAL Beban OVERHEAD 6.515.113.258
TOTAL Laba Operasional 1.675.765.515
NON Laba Operasional (Beban) 16.322.227
LABA SEBELUM PAJAK 1.692.087.742
Sumber Data: Diolah
61
s Tabel 4.18
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
( INNA SIMPANG SURABAYA )
ASET TETAP
PER 31 DESEMBER 2009
PEROLEHAN PEROLEHAN
AKUM
PENY
AKUM
PENY
NILAI
BUKU
PERKIRAAN PER PER RATIO PER PER PER
31 ∕ DES ∕ 2008 31 ∕ DES ∕ 2009
31 ∕ DES ∕
2008
31 ∕ DES ∕
2009
31 ∕ DES ∕ 2009
TANAH
- Tanah 712,750,000 712,750,000 0 0 712,750,000
- Prasarana 174,715,190 174,715,190 87,100,190 88,316,990 86,398,200
BANGUNAN
- Bangunan Perusahaan 3,299,135,133 3,299,135,133 5 % 2,587,479,762 2,615,850,762 683,284,371
- Kolam Renang 27,049,200 27,049,200 5 % 27,049,200 27,049,200 0
SUB Total 3,326,184,333 3,326,184,333 2,614,528,962 2,642,899,962 683,284,371
PERALATAN (GROP 1)
- Peralatan Mebelair 968,019,185 969,619,185 50 % 762,469,811 795,694,511 173,924,674
- Perlt Interior &
Dekorasi 87,945,725 87,945,725 50 % 85,649,100 85,935,900 2,009,825
- Peralatan Masak F & B 3,538,919 4,026,419 50 % 3,538,919 3,538,919 487,500
- Perlengkapan Lainnya 84,592,000 84,807,376 50 % 67,370,000 69,522,500 15,284,876
SUB Total 1,144,095,829 1,146,398,705 919,027,830 954,691,830 191,706,875
PERALATAN (GROP 2)
- Peralatan & Instalasi
Listrik 248,833,950 249,294,450 25 % 17,845,936 54,061,936 195,232,514
- Peralatan Pendingin
Udara 1,380,982,616 1,381,522,616 25 % 968,393,775 976,336,275 405,186,341
- Peralatan Instalasi Air 339,592,250 339,592,250 25 % 298,424,003 301,341,203 38,251,047
- Peralatan Instalasi
PABX 24,630,000 24,630,000 25 % 23,957,796 24,088,596 541,404
- Peralatan Sound System 180,407,500 180,407,500 25 % 150,267,906 153,658,206 26,749,294
- Peralatan Tangga Jalan 936,810,000 936,810,000 25 % 911,666,250 913,237,650 23,572,350
- Peralatan Instalasi
Kebakaran 44,224,000 44,224,000 25 % 38,362,830 38,812,830 5,411,170
- Peralatan Instalasi Petir 7,937,875 7,937,875 25 % 7,937,875 7,937,875 0
- Peralatan Instalsi
Laundry 194,520,125 194,520,125 25 % 149,560,255 153,416,755 41,103,370
- Peralatan & Instalasi
Dapur 54,407,000 54,447,000 25 % 53,283,994 53,386,894 1,060,106
- Peralatan Kantor &
Komputer 685,102,490 685,102,490 25 % 646,649,555 652,787,555 32,314,935
- Peralatan Tata Graha 80,181,300 80,181,300 25 % 56,202,566 58,155,266 22,026,034
- Peralatan & Instalasi
Parabola 149,782,743 149,782,743 25 % 147,560,793 148,116,093 1,666,650
- TV / Kulkas 420,797,000 420,797,000 25 % 164,699,451 180,203,151 240,593,849
- Peralatan Tehnik 0 0 25 % 0 0 0
- Peralatan Bermotor 332,775,200 332,775,200 25 % 309,742,571 313,032,671 19,742,529
SUB Total 5,080,984,049 5,082,024,549 3,944,555,556 4,028,572,956 1,053,451,593
TOTAL Fixed Aset 10,438,729,401 10,442,072,777 7,565,212,538 7,714,481,738 2,727,591,039
- Aset Swakelola 9,331,563,567 10,936,432,507 0 0 10,936,432,507
TOTAL ALL Aset 19,770,292,968 21,378,505,284 7,565,212,538 7,714,481,738 13,664,023,546
Sumber Data: Diolah
62
Tabel 4.19
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
( INNA SIMPANG SURABAYA )
ASET TETAP
PER 31 DESEMBER 2010
PEROLEHAN PEROLEHAN
AKUM
PENY
AKUM
PENY
NILAI
BUKU
PERKIRAAN PER PER RATIO PER PER PER
31 ∕ DES ∕ 2009 31 ∕ DES ∕ 2010
31 ∕ DES ∕
2009
31 ∕ DES ∕
2010
31 ∕ DES ∕
2010
TANAH
- Tanah 700,750,000 700,750,000 0 0 700,750,000
- Prasarana 80,549,340 80,549,340 80,549,340 80,549,340 0
BANGUNAN
- Bangunan Perusahaan 2,677,550,200 2,683,371,200 5 % 2,007,920,096 2,158,368,351 525,002,849
- Rumah Dinas 0 0 5 % 9,637,037 9,637,037 (9,637,037)
- Kolam Renang 27,049,200 27,049,200 5 % 23,412,637 24,765,097 2,284,103
SUB Total 2,704,599,400 2,710,420,400 2,040,969,770 2,192,770,485 517,649,915
PERALATAN (GROP 1)
- Peralatan Mebelair 1,702,316,982 2,130,353,336 50 % 1,229,426,262 1,230,987,621 899,365,715
- Perlt Interior & Dekorasi 481,956,300 481,956,300 50 % 481,956,300 481,956,300 0
- Peralatan Masak F & B 127,015,501 129,515,501 50 % 123,790,099 126,652,771 2,862,730
- Perlengkapan Lainnya 182,712,588 182,712,588 50 % 127,070,183 152,630,243 30,082,345
SUB Total 2,494,001,371 2,924,537,725 1,962,242,844 1,992,226,935 932,310,790
PERALATAN (GROP 2)
- Peralatan & Instalasi Listrik (108,505,296) 97,000,000 25 % 383,179,489 (145,420,135) 242,420,135
- Peralatan Pendingin Udara 1,485,964,764 958,934,364 25 % 368,643,892 656,752,994 302,181,370
- Peralatan Instalasi Air 519,859,844 522,459,844 25 % 415,114,314 440,391,844 82,068,000
- Peralatan Instalasi PABX 264,500,475 24,130,000 25 % 245,828,912 10,132,725 13,997,275
- Peralatan Sound System 286,489,441 286,889,441 25 % 259,190,512 265,639,904 21,249,537
- Peralatan Tangga Jalan 963,901,316 963,901,316 25 % 781,849,358 826,716,374 137,184,942
- Peralatan Instalasi
Kebakaran 64,452,000 73,182,000 25 % 51,983,963 55,390,538 17,791,462
- Peralatan Instalasi Petir 7,937,875 7,937,875 25 % 5,530,928 6,132,656 1,805,219
- Peralatan Instalsi Laundry 71,789,836 71,789,836 25 % 71,789,836 71,789,836 0
- Peralatan & Instalasi Dapur 52,062,000 54,162,000 25 % 39,734,833 44,602,717 9,559,283
- Peralatan Kantor &
Komputer 671,054,732 673,804,732 25 % 206,525,393 331,923,037 341,881,695
- Peralatan Tata Graha 0 37,210,000 25 % 0 7,753,329 29,456,671
- Peralatan & Instalasi
Parabola 232,069,318 232,069,318 25 % 211,399,540 215,802,004 16,267,314
- TV / Kulkas 84,575,000 85,325,000 25 % 36,404,293 49,196,965 36,128,035
- Peralatan Tehnik 0 0 25 % 83,193,800 83,193,800 (83,193,800)
- Peralatan Bermotor 332,775,200 332,775,200 25 % 0 0 332,775,200
SUB Total 4,928,926,505 4,421,570,926 3,160,369,063 2,919,998,588 1,501,572,338
TOTAL Fixed Aset 10,908,826,616 10,837,828,391 7,244,131,017 7,185,545,348 3,652,283,043
TOTAL ALL Aset 10,908,826,616 10,837,828,391 7,244,131,017 7,185,545,348 3,652,283,043
Sumber Data: Diolah
63
Tabel 4.20
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
( INNA SIMPANG SURABAYA )
ASET TETAP
PER 31 DESEMBER 2011
PEROLEHAN PEROLEHAN
AKUM
PENY
AKUM
PENY
NILAI
BUKU
PERKIRAAN PER PER RATIO PER PER PER
31 ∕ DES ∕ 2007 31 ∕ DES ∕ 2008
31 ∕ DES ∕
2007
31 ∕ DES ∕
2008
31 ∕ DES ∕
2008
TANAH
- Tanah 700,750,000 700,750,000 0 0 700,750,000
- Prasarana 80,549,340 80,549,340 80,549,340 80,549,340 0
BANGUNAN
- Bangunan Perusahaan 2,683,371,200 2,764,295,200 5 % 2,158,368,351 2,303,087,967 461,207,233
- Rumah Dinas 0 0 5 % 9,637,037 0 0
- Kolam Renang 27,049,200 27,049,200 5 % 24,765,097 26,117,557 931,643
SUB Total 2,710,420,400 2,791,344,400 2,192,770,485 2,329,205,524 462,138,876
PERALATAN (GROP 1)
- Peralatan Mebelair 2,130,353,336 2,330,055,916 50 % 1,230,987,621 1,738,917,060 591,138,856
- Perlt Interior & Dekorasi 481,956,300 481,956,300 50 % 481,956,300 481,956,300 0
- Peralatan Masak F & B 129,515,501 129,515,501 50 % 126,652,771 128,084,131 1,431,370
- Perlengkapan Lainnya 182,712,588 182,712,588 50 % 152,630,243 167,671,415 15,041,173
SUB Total 2,924,537,725 3,124,240,305 1,992,226,935 2,516,628,906 607,611,399
PERALATAN (GROP 2)
- Peralatan & Instalasi
Listrik 97,000,000 97,000,000 25 % (145,420,135) (84,815,107) 181,815,107
- Peralatan Pendingin Udara 958,934,364 958,934,364 25 % 656,752,994 732,401,334 226,533,030
- Peralatan Instalasi Air 522,459,844 554,551,094 25 % 440,391,844 461,577,412 92,973,682
- Peralatan Instalasi PABX 24,130,000 24,130,000 25 % 10,132,725 13,632,045 10,497,955
- Peralatan Sound System 286,889,441 286,889,441 25 % 265,639,904 270,952,292 15,937,149
- Peralatan Tangga Jalan 963,901,316 963,901,316 25 % 826,716,374 861,012,614 102,888,702
- Peralatan Instalasi
Kebakaran 73,182,000 73,182,000 25 % 55,390,538 59,838,398 13,343,602
- Peralatan Instalasi Petir 7,937,875 7,937,875 25 % 6,132,656 6,583,964 1,353,911
- Peralatan Instalsi Laundry 71,789,836 202,717,336 25 % 71,789,836 79,972,804 122,744,532
- Peralatan & Instalasi Dapur 54,162,000 54,162,000 25 % 44,602,717 46,992,541 7,169,459
- Peralatan Kantor &
Komputer 673,804,732 701,230,432 25 % 331,923,037 417,964,826 283,265,606
- Peralatan Tata Graha 37,210,000 46,455,000 25 % 7,753,329 17,428,749 29,026,251
- Peralatan & Instalasi
Parabola 232,069,318 232,069,318 25 % 215,802,004 219,868,828 12,200,490
- TV / Kulkas 85,325,000 85,325,000 25 % 49,196,965 58,228,969 27,096,031
- Peralatan Tehnik 0 0 25 % 83,193,800 0 0
- Peralatan Bermotor 332,775,200 332,775,200 25 % 0 166,387,604 166,387,596
SUB Total 4,421,570,926 4,621,260,376 2,919,998,588 3,328,027,273 1,293,233,103
TOTAL Fixed Aset 10,837,828,391 11,318,144,421 7,185,545,348 8,254,411,043 3,063,733,378
TOTAL ALL Aset 10,837,828,391 11,318,144,421 7,185,545,348 8,254,411,043 3,063,733,378
Sumber Data: Diolah
64
Sumber Data: Diolah
Tabel 4.21
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
( INNA SIMPANG SURABAYA )
ASET TETAP
PER 31 DESEMBER 2012
PEROLEHAN PEROLEHAN
AKUM
PENY
AKUM
PENY
NILAI
BUKU
PERKIRAAN PER PER RATIO PER PER PER
31 ∕ DES ∕ 2011 31 ∕ DES ∕ 2012
31 ∕ DES ∕
2011
31 ∕ DES ∕
2012
31 ∕ DES ∕
2012
TANAH
- Tanah 700,750,000 700,750,000 0 0 700,750,000
- Prasarana 80,549,340 80,549,340 80,549,340 80,549,340 0
BANGUNAN
- Bangunan Perusahaan 2,764,295,200 2,770,457,200 5 % 2,303,087,967 2,441,302,731 329,154,469
- Kolam Renang 27,049,200 27,049,200 5 % 26,117,557 27,470,017 (420,817)
SUB Total 2,791,344,400 2,797,506,400 2,329,205,524 2,468,772,748 328,733,652
PERALATAN (GROP 1)
- Peralatan Mebelair 2,330,055,916 2,363,712,216 50 % 1,738,917,060 2,034,486,492 329,225,724
- Perlt Interior & Dekorasi 481,956,300 481,956,300 50 % 481,956,300 481,956,300 0
- Peralatan Masak F & B 129,515,501 129,515,501 50 % 128,084,131 128,799,811 715,690
- Perlengkapan Lainnya 182,712,588 182,712,588 50 % 167,671,415 175,192,007 7,520,581
SUB Total 3,124,240,305 3,157,896,605 2,516,628,906 2,820,434,610 337,461,995
PERALATAN (GROP 2)
- Peralatan & Instalasi
Listrik 97,000,000 104,500,000 25 % (84,815,107) (39,361,327) 143,861,327
- Peralatan Pendingin
Udara 958,934,364 964,484,364 25 % 732,401,334 789,060,342 175,424,022
- Peralatan Instalasi Air 554,551,094 554,551,094 25 % 461,577,412 484,820,836 69,730,258
- Peralatan Instalasi
PABX 24,130,000 24,130,000 25 % 13,632,045 16,256,529 7,873,471
- Peralatan Sound System 286,889,441 299,179,441 25 % 270,952,292 274,936,580 24,242,861
- Peralatan Tangga Jalan 963,901,316 963,901,316 25 % 861,012,614 886,734,794 77,166,522
- Peralatan Instalasi
Kebakaran 73,182,000 73,182,000 25 % 59,838,398 63,174,302 10,007,698
- Peralatan Instalasi Petir 7,937,875 7,937,875 25 % 6,583,964 6,922,436 1,015,439
- Peralatan Instalsi
Laundry 202,717,336 256,013,961 25 % 79,972,804 110,658,940 145,355,021
- Peralatan & Instalasi
Dapur 54,162,000 54,162,000 25 % 46,992,541 48,784,909 5,377,091
- Peralatan Kantor &
Komputer 701,230,432 714,965,432 25 % 417,964,826 488,781,230 226,184,202
- Peralatan Tata Graha 46,455,000 51,705,000 25 % 17,428,749 24,685,317 27,019,683
- Peralatan & Instalasi
Parabola 232,069,318 232,069,318 25 % 219,868,828 222,918,952 9,150,366
- TV / Kulkas 85,325,000 85,325,000 25 % 58,228,969 65,002,981 20,322,019
- Peralatan Bermotor 332,775,200 332,775,200 25 % 166,387,604 207,984,500 124,790,700
SUB Total 4,621,260,376 4,718,882,001 3,328,027,273 3,651,361,321 1,067,520,680
TOTAL Fixed Aset 11,318,144,421 11,455,584,346 8,254,411,043 9,021,118,019 2,434,466,327
TOTAL ALL Aset 11,318,144,421 11,455,584,346 8,254,411,043 9,021,118,019 2,434,466,327
65
Tabel 4.22
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
( INNA SIMPANG SURABAYA )
ASET TETAP
PER 31 DESEMBER 2013
PEROLEHAN PEROLEHAN
AKUM
PENY
AKUM
PENY
NILAI
BUKU
PERKIRAAN PER PER RATIO PER PER PER
31 ∕ DES ∕ 2012 31 ∕ DES ∕ 2013
31 ∕ DES ∕
2012
31 ∕ DES ∕
2013
31 ∕ DES ∕
2013
TANAH
- Tanah 700,750,000 712,750,000 0 0 712,750,000
- Prasarana 80,549,340 80,549,340 80,549,340 80,549,340 0
BANGUNAN
- Bangunan Perusahaan 2,770,457,200 3,088,207,200 5 % 2,441,302,731 2,492,065,168 596,142,032
- Kolam Renang 27,049,200 27,049,200 5 % 27,470,017 27,049,200 0
SUB Total 2,797,506,400 3,115,256,400 2,468,772,748 2,519,114,368 596,142,032
PERALATAN (GROP 1)
- Peralatan Mebelair 2,363,712,216 2,342,724,916 50 % 2,034,486,492 2,202,964,624 139,760,292
- Perlt Interior & Dekorasi 481,956,300 481,956,300 50 % 481,956,300 481,956,300 0
- Peralatan Masak F & B 129,515,501 129,515,501 50 % 128,799,811 129,359,251 156,250
- Perlengkapan Lainnya 182,712,588 182,712,588 50 % 175,192,007 182,712,588 0
SUB Total 3,157,896,605 3,136,909,305 2,820,434,610 2,996,992,763 139,916,542
PERALATAN (GROP 2)
- Peralatan & Instalasi
Listrik 104,500,000 (1,914,941) 25 % (39,361,327) 52,605,628 (54,520,569)
- Peralatan Pendingin
Udara 964,484,364 1,024,484,364 25 % 789,060,342 838,284,644 186,199,720
- Peralatan Instalasi Air 554,551,094 554,551,094 25 % 484,820,836 526,777,270 27,773,824
- Peralatan Instalasi PABX 24,130,000 24,630,000 25 % 16,256,529 18,224,897 6,405,103
- Peralatan Sound System 299,179,441 299,179,441 25 % 274,936,580 288,516,403 10,663,038
- Peralatan Tangga Jalan 963,901,316 963,901,316 25 % 886,734,794 963,270,920 630,396
- Peralatan Instalasi
Kebakaran 73,182,000 74,682,000 25 % 63,174,302 68,114,343 6,567,657
- Peralatan Instalasi Petir 7,937,875 7,937,875 25 % 6,922,436 7,937,875 0
- Peralatan Instalsi
Laundry 256,013,961 256,013,961 25 % 110,658,940 146,997,695 109,016,266
- Peralatan & Instalasi
Dapur 54,162,000 54,162,000 25 % 48,784,909 52,114,467 2,047,533
- Peralatan Kantor &
Komputer 714,965,432 714,965,432 25 % 488,781,230 562,911,995 152,053,437
- Peralatan Tata Graha 51,705,000 51,705,000 25 % 24,685,317 31,440,238 20,264,762
- Peralatan & Instalasi
Parabola 232,069,318 232,069,318 25 % 222,918,952 225,511,577 6,557,741
- TV / Kulkas 85,325,000 85,325,000 25 % 65,002,981 70,083,486 15,241,514
- Peralatan Bermotor 332,775,200 332,775,200 25 % 207,984,500 239,182,175 93,593,025
SUB Total 4,718,882,001 4,674,467,060 3,651,361,321 4,091,973,613 582,493,447
TOTAL Fixed Aset 11,455,584,346 11,719,932,105 9,021,118,019 9,688,630,084 2,031,302,021
TOTAL ALL Aset 11,455,584,346 11,719,932,105 9,021,118,019 9,688,630,084 2,031,302,021
Sumber Data: Diolah
66
Tabel 4.23
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2008 dan PER DESEMBER 31 2009
REALISASI ANGGARAN REALISASI
DESKRIPSI PER PER PER
31 DES 2008 31 DES 2009 31 DES 2009
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan :
- Penerimaan Kas dari Pelanggan 9.905.709.529 24.767.492.000 10.603.910.944
- Penerimaan Bunga & Jasa Giro 10.097.893 28.580.000 1.969.112
TOTAL Penerimaan 9.915.807.422 24.796.072.000 10.605.880.056
Pengeluaran :
- Gaji dan beban pegawai lainnya (3.380.887.683) (2.845.545.000) (3.589.449.475)
- Pembayaran Kepada Rekanan (5.585.561.060) (3.814.477.000) (6.146.764.169)
- Biaya pendidikan dan pelatihan 0 (38.107.000) 0
- Pembayaran pajak (69.223.254) (2.014.809.000) 32.285.107
- Pengeluaran lain-lain (865.061.716) (14.952.079.000) (1.957.865.298)
TOTAL Pengeluaran (9.900.733.713) (23.665.017.000) (11.661.793.835)
ARUS Kas bersih Dari Aktivitas Operasi 15.073.709 1.131.055.000 (1.055.913.779)
ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI
Penerimaan :
- Penjualan Aset Tetap 8.974.000 0 3.563.750
TOTAL Penerimaan 8.974.000 0 3.563.750
Pengeluaran :
- Pengadaan aktiva tetap (164.798.832) 0 399.550.905
- Peralatan operasi 44.400.308 (284.328.000) 256.883.285
TOTAL Pengeluaran (120.398.524) (284.328.000) 656.434.190
ARUS Kas bersih Untuk Aktivitas Investasi (111.424.524) (284.328.000) 659.997.940
ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN
Pengeluaran :
- Hutang Sewa Pembiayaan & Lainnya Bersih 164.178.790 0 989.727.380
TOTAL Pengeluaran 164.178.790 0 989.727.380
ARUS Kas bersih Untuk Pendanaan 164.178.790 0 989.727.380
PENURUNAN Bersih Kas Dan Setara Kas 67.827.975 846.727.000 593.811.541
SALDO AWAL Kas Dan Setara Kas 718.897.275 886.205.000 786.725.250
SALDO AKHIR Kas Dan Setara Kas 786.725.250 1.732.932.000 1.380.536.791
Sumber Data: Diolah
67
Tabel 4.24
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2009 dan PER DESEMBER 31 2010
REALISASI ANGGARAN REALISASI
DESKRIPSI PER PER PER
31 DES 2009 31 DES 2010 31 DES 2010
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan :
- Penerimaan Kas dari Pelanggan 10.603.910.944 17.156.309.000 10.736.614.581
- Penerimaan Bunga & Jasa Giro 1.969.112 11.801.000 5.415.400
TOTAL Penerimaan 10.605.880.056 17.168.110.000 10.742.029.981
Pengeluaran :
- Gaji dan beban pegawai lainnya (3.589.449.475) (2.229.276.000) (3.915.902.789)
- Pembayaran Kepada Rekanan (6.146.764.169) (3.074.070.000) (6.690.151.735)
- Biaya pendidikan dan pelatihan 0 (19,672.000) 0
- Pembayaran pajak 32.285.107 (676.651.000) 161.257.685
- Pengeluaran lain-lain (1.957.665.298) (11.334.338.000) 1.083.423.267
TOTAL Pengeluaran (11.661.793.835) (17.334.007.000) (9.361.373.572)
ARUS Kas bersih Dari Aktivitas Operasi (1.055.913.779) (165.897.000) 1.380.656.409
ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI
Penerimaan :
- Penjualan Aset Tetap 3.563.750 0 3.076.250
TOTAL Penerimaan 3.563.750 0 3.076.250
Pengeluaran :
- Pengadaan aktiva tetap 399.550.905 (168.000.000) (204.697.362)
- Peralatan operasi 256.883.285 (51.134.000) (17.846.152)
TOTAL Pengeluaran 656.434.190 (219.134.000) (222.543.514)
ARUS Kas bersih Untuk Aktivitas Investasi 659.997.940 (219.134.000) (219.467.264)
ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN
Pengeluaran :
- Hutang Sewa Pembiayaan & Lainnya Bersih 989.727.380 0 (404.241.664)
TOTAL Pengeluaran 989.727.380 0 (404.241.664)
ARUS Kas bersih Untuk Pendanaan 989.727.380 0 (404.241.664)
PENURUNAN Bersih Kas Dan Setara Kas 593.811.541 (385.031.000) 756.947.481
SALDO AWAL Kas Dan Setara Kas 786.725.250 886,205,000 1.380.536.791
SALDO AKHIR Kas Dan Setara Kas 1.380.536.791 501.174.000 2.137.484.272
Sumber Data: Diolah
68
Tabel 4.25
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2010 dan PER DESEMBER 31 2011
REALISASI ANGGARAN REALISASI
DESKRIPSI PER PER PER
31 DES 2010 31 DES 2011 31 DES 2011
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan :
- Penerimaan Kas dari Pelanggan 10.736.614.581 17.062.375.000 13.488.933.752
- Penerimaan Bunga & Jasa Giro 5.415.400 8.658.000 13.737.170
TOTAL Penerimaan 10.742.029.981 17.071.033.000 13.502.670.922
Pengeluaran :
- Gaji dan beban pegawai lainnya (3.915.902.789) (2.184.000.000) (4.362.115.503)
- Pembayaran Kepada Rekanan (6.690.151.735) (3.180.000.000) (6.352.204.019)
- Biaya pendidikan dan pelatihan 0 (19.000.000) 0
- Pembayaran pajak 161.257.685 (1.220.178.000) 180.370.718
- Pengeluaran lain-lain 1.083.423.267 (10.528.177.000) (2.043.754.796)
TOTAL Pengeluaran (9.361.373.572) (17.131.355.000) (12.577.703.600)
ARUS Kas bersih Dari Aktivitas Operasi 1.380.656.409 (60.322.000) 924.967.322
ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI
Penerimaan :
- Penjualan Aset Tetap 3.076.250 0 479.654
TOTAL Penerimaan 3.076.250 0 479.654
Pengeluaran :
- Pengadaan aktiva tetap (204.697.362) 0 (1.657.312.360)
- Peralatan operasi (17.846.152) (102.000.000) 203.696.190
TOTAL Pengeluaran (222.543.514) (117.000.000) (1.453.616.170)
ARUS Kas bersih Untuk Aktivitas Investasi (219.467.264) (117.000.000) (1.453.136.516)
ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN
Pengeluaran :
- Hutang Sewa Pembiayaan & Lainnya Bersih (404.241.664) 0 (108.22.488)
TOTAL Pengeluaran (404.241.664) 0 (108.232.488)
ARUS Kas bersih Untuk Pendanaan (404.241.664) 0 (108.232.488)
PENURUNAN Bersih Kas Dan Setara Kas 756.947.481 (357.322.000) (636.401.682)
SALDO AWAL Kas Dan Setara Kas 1.380.536.791 886,205,000 2.137.484.272
SALDO AKHIR Kas Dan Setara Kas 2.137.484.272 528.883.000 1.501.082.590
Sumber Data: Diolah
69
Tabel 4.26
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2011 dan PER DESEMBER 31 2012
REALISASI ANGGARAN REALISASI
DESKRIPSI PER PER PER
31 DES 2011 31 DES 2012 31 DES 2012
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan :
- Penerimaan Kas dari Pelanggan 13.488.933.752 21.776.064.000 12.731.123.784
- Penerimaan Bunga & Jasa Giro 13.737.170 17.000.000 4.612.152
TOTAL Penerimaan 13.502.670.922 21.793.064.000 12.735.735.936
Pengeluaran :
- Gaji dan beban pegawai lainnya (4.362.115.503) (2.315.991.000) (4.918.785.061)
- Pembayaran Kepada Rekanan (6.352.204.019) (3.375.000.000) (6.753.055.498)
- Biaya pendidikan dan pelatihan 0 (21.000.000) 0
- Pembayaran pajak (180.370.718) (1.290.000.000) (219.849.941)
- Pengeluaran lain-lain (2.043.754.796) (14.569.665.000) 1.042.402.853
TOTAL Pengeluaran (12.577.703.600) (21.571.656.000) (10.849.287.647)
ARUS Kas bersih Dari Aktivitas Operasi 924.967.322 221.408.000 1.886.448.289
ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI
Penerimaan :
- Penjualan Aset Tetap 479.654 0 535.953
TOTAL Penerimaan 479.654 0 535.953
Pengeluaran :
- Pengadaan aktiva tetap (1.657.312.360) (250.000.000) (1.395.974.027)
- Penambahan Hak Atas Tanah 0 0 0
- Peralatan operasi 203.696.190 (180.000.000) 224.131.403
TOTAL Pengeluaran (1.453.616.170) (430.000.000) (1.171.842.624)
ARUS Kas bersih Untuk Aktivitas Investasi (1.453.136.516) (430.000.000) (1.171.306.671)
ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN
Pengeluaran :
- Hutang Sewa Pembiayaan & Lainnya Bersih (108.232.488) 0 (37.205.436)
TOTAL Pengeluaran (108.232.488) 0 (37.205.436)
ARUS Kas bersih Untuk Pendanaan (108.232.488) 0 (37.205.436)
PENURUNAN Bersih Kas Dan Setara Kas (636.401.682) (208.592.000) 677.936.182
SALDO AWAL Kas Dan Setara Kas 2.137.484.272 886,205,000 1.501.082.590
SALDO AKHIR Kas Dan Setara Kas 1.501.082.590 677.613.000 2.179.018.772
Sumber Data: Diolah
70
Tabel 4.27
PT. HOTEL INDONESIA NATOUR (PERSERO)
UNIT : INNA SIMPANG
LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2012 dan PER DESEMBER 31 2013
REALISASI ANGGARAN REALISASI
DESKRIPSI PER PER PER
31 DES 2012 31 DES 2013 31 DES 2013
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan :
- Penerimaan Kas dari Pelanggan 12.731.123.784 21.615.239.000 14.832.179.863
- Penerimaan Bunga & Jasa Giro 4.612.152 18.648.000 17.573.798
TOTAL Penerimaan 12.735.735.936 21.633.887.000 14.849.753.661
Pengeluaran :
- Gaji dan beban pegawai lainnya (4.918.785.061) (2.614.320.000) (5,541,425,641)
- Pembayaran Kepada Rekanan (6.753.055.498) (3.097.944.000) (7,530,786,253)
- Pembayaran pajak (219.849.941) (1.444.860.000) (410,892,114)
- Pengeluaran lain-lain 1.042.402.853 () (7,464,506,312)
TOTAL Pengeluaran (10.849.287.647) (19,078,683,000) (20,947,610,321)
ARUS Kas bersih Dari Aktivitas Operasi 1.886.448.289 2,587,409,000 (6,933,598,791)
ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI
Penerimaan :
- Penjualan Aset Tetap 535.953 0 (1.251.571)
TOTAL Penerimaan 535.953 0 (1.251.571)
Pengeluaran :
- Pengadaan aktiva tetap (1.395.974.027) 0 (1.062.429.953)
- Peralatan operasi 224.131.403 (140.146.000) 66.791.650
TOTAL Pengeluaran (1.171.842.624) (140.146.000) (995.638.303)
ARUS Kas bersih Untuk Aktivitas Investasi (1.171.306.671) (140.146.000) (996.889.874)
ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN
Pengeluaran :
- Hutang Sewa Pembiayaan & Lainnya Bersih (37.205.436)
(169.186.488)
TOTAL Pengeluaran (37.205.436)
(169.186.488)
ARUS Kas bersih Untuk Pendanaan (37.205.436)
(169.186.488)
PENURUNAN Bersih Kas Dan Setara Kas 677.936.182
1.502.195.474
SALDO AWAL Kas Dan Setara Kas 1.501.082.590 886.205.000 2.179.018.772
SALDO AKHIR Kas Dan Setara Kas 2.179.018.772 886.205.000 3.681.214.246
Sumber Data: Diolah
71
Dari tabel neraca dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2009 – 2013 mengalami
penurunan yang terdapat di akun aset tetap, dikarenakan telah ditemukan aset tetap yang
dijual atau dihapus karena masa ekonomisnya sudah habis. Hal ini berdasarkan laporan
neraca pada akun aset tetap tahun 2009 sebesar Rp 13.663.951.754 dan di tahun 2013
turun sebesar Rp 2.031.302.021. Kemudian pada akun hutang usaha juga semakin
berkurang dari tahun 2009 sebesar Rp 3.654.132.962 turun di tahun 2013 sebesar Rp
3.005.843.084 menandakan bahwa perusahaan mampu membayar hutang usaha.
Dari tabel laporan laba rugi dari tahun 2009 – 2013, terjadi kerugian di tahun
2010 sebesar (Rp 87.603.484) karena beban OVERHEAD yang terlalu tinggi dari beban
pokok penjualan sedangkan pendapatan tidak dapat menutupi semua beban. Tapi di tahun
2013 mendapatkan laba Rp1.692.087.742,-, dikarenakan pendapatan meningkat dan dapat
menutupi semua beban.
Dari tabel laporan arus kas dari tahun 2009-2013, saldo kas menjadi bertambah
yang semula di tahun 2009 sebesar Rp 1.380.536.791, kemudian pada tahun 2013
menjadi sebesar Rp 3.681.214.246 karena adanya pembayaran piutang dari pelanggan.
Menurut teori yang ada akun peralatan termasuk dalam aset lancar pada
perusahaan manufaktur. Aset tetap pada PT. Inna Simpang Surabaya, untuk perkiraan
peralatan yang seharusnya masuk akun aset lancar tetapi tidak. Karena klasifikasi
perusahaan yang bergerak dibidang jasa, jadi PT. Inna Simpang Surabaya mencatat
peralatan pada aset tetap berwujud.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Syaiful Bakri selaku Cost Controller
di PT. Inna Simpang Surabaya bahwa perusahaan selalu menggunakan kata “beban”
72
dalam pencatatan akuntansi karena dibebankan pada laporan keuangan. Sedangkan
selama peneliti di lingkup perkuliahan semua menggunakan kata “biaya” dalam
pencatatan akuntansinya. Sebenarnya memang betul menggunakan kata beban karena
semua akan di bebankan dalam laporan keuangan yang digunakan.
4.3 Interpretasi
4.3.1 Pengakuan harga perolehan Aset tetap
Perhitungan penentuan besarnya harga perolehan aset tetap sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yaitu perusahaan mencatat harga perolehan sebesar
Rp 104,500,000 yang terdiri dari harga beli serta biaya-biaya yang ikut timbul hingga aset
tersebut dapat digunakan.
4.3.2 Pengukuran jumlah yang harus dicatat atas aset
Pengukuran jumlah yang harus dicatat atas aset tetap, pihak manajemen
perusahaan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun. Aset tetap dicatat sesuai
biaya perolehan dikurangi nilai sisa di bagi dengan masa manfaat. Pihak manajemen
selalu melakukan pengukuran / pengujian terhadap seluruh aset tetap setiap tanggal
neraca (minimal setahun sekali dilakukan pemeriksaan).
73
4.3.3 Pengeluaran yang berhubungan dengan Aset Tetap
Pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap pada PT. Inna Simpang
Surabaya terdiri dari pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure).
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Syaiful Bakri bahwa pengeluaran
modal (capital expenditure) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli aset
tetap, tambahan komponen aset tetap, dan atau untuk mengganti komponen aset tetap
yang ada, dengan tujuan untuk memperoleh manfaat dari aset tetap terkait. Dengan kata
lain, pengeluaran-pengeluaran yang tidak dibebankan langsung sebagai beban dalam
laporan laba rugi, melainkan dikapitalisasi terlebih dahulu sebagai aset tetap di neraca,
karena pengeluaran-pengeluaran ini akan memberikan manfaat bagi perusahaan di masa
mendatang. pengeluaran-pengeluaran tersebut akan dicatat dengan cara mendebet akun
aset tetap. Nantinya, secara periodik, harga perolehan aset tetap ini akan dialokasikan
menjadi beban depresiasi untuk masing-masing periode yang menerima manfaat atas
pengeluaran modal tersebut.
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya-biaya yang hanya
akan memberi manfaat dalam periode berjalan, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan
tidak akan dikapitalisasi sebagai aset tetap di neraca, melainkan aka langsung dibebankan
sebagai beban dalam laporan laba rugi periode berjalan dimana biaya tersebut terjadi
(dikeluarkan). Contoh dari pengeluaran ini adalah beban untuk pemeliharaan dan
perbaikan aset tetap. Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan
asset tetap agar selalu berada dalam kondisi operasional yang baik, dikenal sebagai beban
74
pemeliharaan, contohnya adalah pengeluaran untuk pengecatan dinding bangunan,
penggantian pelumas mesin, dan sebagainya.
4.3.4 Penghentian Aset tetap
Penelitian yang peneliti lakukan pada PT. Inna Simpang Surabaya dari tahun 2009
sampai dengan 2013 di dapati bahwa pihak manajemen perusahaan melakukan
penghentian aset tetap saat benda tidak berfungsi, hilang, rusak, dan dijual. Laba atau rugi
yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba
rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasi
sebagai pendapatan. Berikut data aset yang dihentikan pemakaian karena masa ekonomis
habis:
a) Peralatan Grop 1
1. Peralatan kantor
2. Sepeda motor/ sepeda/ becak
3. Peralatan instalasi gas
4. Peralatan tehnik
4.3.5 Menilai kembali aset tetap
Menilai kembali aset tetap saat masa manfaat sudah habis tetapi aset tetap masih
bisa digunakan. Berikut data aset tetap yang dinilai kembali:
75
a. Peralatan interior dan dekorasi
b. Peralatan instalasi laundry
c. Instalasi petir
d. Perlengkapan lainnya
4.3.6 Pelaporan dan Pengungkapan Aset Tetap
Penelitian yang peneliti lakukan pada PT. Inna Simpang Surabaya, yang
berhubungan dengan aset tetap disajikan di dalam laporan neraca perusahaan serta
laporan laba rugi. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa transaksi-transaksi yang
berhubungan dengan aset tetap yang diungkapkan di dalam laporan keuangan yaitu
sebagai berikut:
a. Pengakuan harga perolehan aset tetap, dicatat sebesar harga perolehan.
b. Metode depresiasi yang digunakan
Metode depresiasi yang digunakan adalah metode garis lurus dan saldo
menurun dengan tarif depresiasi.
i. Bangunan dengan tarif depresiasi 5%
ii. Peralatan Grop 1 dengan tarif depresiasi 50%
iii. Peralatan Grop 2 dengan tarif depresiasi 25%
c. Pengakuan beban depresiasi dibebankan langsung ke laporan laba rugi
dengan mendebet akun beban depresiasi.
76
d. Pengakuan akumulasi depresiasi yang dicatat pada akhir periode dengan
mengurangi harga perolehan aset tetap pada neraca perusahaan.
e. Pengakuan penurunan nilai aset diungkapkan di dalam laporan keuangan.
f. Penghentian aset tetap
Jadi dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan perlakuan akuntansi aset tetap
berwujud terhadap penyajian laporan keuangan pada PT. Inna Simpang Surabaya sudah
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian, pengamatan dan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Inna Simpang
Surabaya dalam Perlakuan Akuntansi Aset Tetap terhadap Pengakuan harga perolehan
Aset tetap, Pengukuran jumlah yang harus dicatat atas aset tetap, Penghentian Aset tetap,
Menilai kembali aset tetap, Pelaporan dan Pengungkapan Aset Tetap sudah sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Perlakuan akuntansi aset tetap sangat berpengaruh
dalam laporan keuangan, yang berhubungan dengan harga perolehan aset tetap. Hal ini
mempengaruhi biaya operasional dan jumlah laba yang terdapat pada laporan keuangan
perusahaan.
5.2 Saran
Dan hasil penelitian dan beberapa kesimpulan yang ada dalam data penelitian ini,
maka ada beberapa saran yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
melangsungkan hidup perusahaan dan dalarn upaya rneningkatkan efisiensi serta dalam
upaya pencapaian tujuan perusahaan yaitu bagi perusahaan diharapkan untuk lebih
menyesuaikan penggunaan akun dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
berterima umum. Kemudian pengelompokan aset harus lebih terperinci. Perusahaan harus
konsisten dengan penggunaan bahasa dalam laporan keuangan supaya sepadan.