bab i pendahuluan 1.1 latar belakang · 2020. 3. 10. · 1 bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akses terhadap media telah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi setiap orang. Hal
tersebut dikarenakan adanya kebutuhan akan informasi, hiburan, pendidikan dan akses
pengetahuan dari belahan bumi yang berbeda. Kemajuan teknologi dan informasi serta semakin
canggihnya perangkat-perangkat yang diproduksi oleh industri seperti menghadirkan “dunia
dalam genggaman”. Istilah ini sejajar dengan apa yang diutarakan oleh Thomas L. Friedman
(2007) dalam Nasrullah (2015 : 1) sebagai the world is flat bahwa dunia semakin rata dan setiap
orang bisa mengakses apapun dari sumber manapun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
dalam Nasrullah (2014 : 4-5), menjelaskan bahwa arti dari “media” adalah alat maupun sarana
komunikasi. Kemudian muncullah media yang bersifat massa atau lebih dikenal “media massa”.
Media massa itu sendiri merupakan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan
pesan dari isi berita kepada masyarakat luas, seperti majalah, koran, radio maupun televisi.
Namun media tidaklah mesti bersifat massa. Sebab secara historis, term media itu sendiri muncul
dari sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian pesan. Membagi media dalam kriteria-
kriteria tertentu akan memudahkan siapa pun untuk melihat media, seperti media elektonik dan
media cetak. Hanya pembagian tersebut menempatkan media sekedar alat atau perantara dalam
proses distribusi pesan. Padahal, dibalik itu semua media memiliki kekuatan yang berkontribusi
menciptakan makna dan budaya. Kesadaran akan kekuatan media pada kenyataannya tidak lagi
membawa konten semata, tetapi juga membawa konteks di dalamnya. Ungkapan “the medium is
the message” yang dipopulerkan McLuhan (McLuhan & Fiore, 2011) setengah abad lalu
membawa kesadaran awal bahwa medium adalah pesan yang bisa mengubah pola komunikasi,
budaya komunikasi, sampai bahasa dalam komunikasi antar manusia.
Munculnya media baru menjadikan informasi sebagai sesuatu yang mudah dicari dan
terbuka, dimana khalayak diberikan keleluasaan untuk ikut dalam berkompetisi menyebarkan
informasi atau peristiwa yang terjadi di sekitar mereka. Menurut sumber dari tekno.kompas.com
(Senin, 24 November 2014), Indonesia merupakan Negara berkembang dengan penggunaan
internet terbanyak, Indonesia juga menduduki peringkat ke 6 dari Negara-negara lainnya seperti
2
Negara Rusia, Jerman, Vietnam, Philipina, dan lain sebagainya. Hal ini dibuktikan dari data
menurut lembaga riset pasar e-Marketer di tahun 2014, pengguna internet di Indonesia mencapai
83,7 juta orang dan sampai pada tahun 2017, pengguna internet semakin meningkat dengan
bertambahnya jumlah pengguna sebanyak 112 juta orang. Dengan adanya data tersebut,
membuktikan adanya dayatarik penggunaan internet dari tahun ke tahun yang terus meningkat
dengan berbagai kepentingan setiap individu. Negara seperti Indonesia masih memiliki ruang
pertumbuhan jumlah pengguna internet yang besarnya bisa mencapai dua digit disetiap tahunnya.
Penggunaan media sosial di Indonesia lebih mengarah kepada pengguna diusia anak-anak
dan remaja yang lebih aktif dalam penggunaannya, baik dalam mencari kesenangan hingga
memperoleh informasi. Menurut tekno.kompas.com (19 Februari 2014), dari hasil data yang
didapat menyatakan banyak dari usia anak hingga remaja sebanyak 30 juta yang menggunakan
internet, hal inilah yang mendorong bertambahnya pengguna internet. Tidak hanya sampai disitu
fenomena ini bahkan membudaya di jaman modern saat ini dimana para remaja sudah tidak bisa
terpisahkan dengan media baru yang menjadi gaya hidup mereka. Perkembangan teknologi baru
yang sedang berusaha mencari bentuk fixednya dipertemukan dengan remaja yang masih dalam
tataran perkembangan identitas. Pandangan optimis dan pesimis menghiasi kedua kubu mengenai
dampak media baru bagi remaja. Media baru menyediakan "ruang aman” bagi eksplorasi identitas
remaja.Turkle dalam James (2009) mendeskripsikan internet sebagai ruang subur bagi remaja
untuk membebaskan diri dari kekangan fisik, sosial, dan ekonomi didunia nyata, individu dapat
mencoba berbagai identitas di lingkungan yang dianggap memiliki “resiko yang rendah”.
Kebebasan ekspresi diri dengan berbagai macam identitas tidak selalu membawa efek positif.
Perbedaan identitas yang ada di online dan dunia nyata dapat membingungkan orang yang tahu
identitas kita di dunia nyata (Kusuma, 281 : 2014).
Di dalam media baru berbasis internet yang saat ini gencar digunakan oleh kalangan
remaja sangat berpengaruh pada rating media sosial yang paling banyak dikunjungi.
3
Gambar 1
Perilaku Pengguna Internet Indonesia
Sumber : Mochammad Wahyu Hidayat, 2016.
Menurut Liputan6.com (24 Oktober 2016), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) dalam hasil surveinya pada tahun 2016, terdapat tiga media sosial yang paling
banyak dikunjungi yaitu : Facebook yang berada diposisi pertamadengan 71,6 juta pengguna atau
sekitar 54%, kemudian ditempat kedua terdapat Instagram yang berhasil merebut hati para
pengguna internet Indonesia dengan jumlah pengguna mencapai 19,9 juta atau sekitar 15%, dan
yang terakhir media sosial yang paling banyak dikunjungi pengguna internet Indonesia adalah
youtube, layanan berbagi video tersebut mengantongi 14,5 juta atau sekitar 11%. Meskipun
youtube menduduki peringkat ke tiga namun tetap digemari oleh pengguna internet dalam
memperoleh informasi serta hiburan.
Youtube adalah sebuah situs komunikasi public online, atau sebagai aplikasi yang dapat
menyimpan, mengunggah dan berbagi video. Siapapun yang mengunjungi situs ini bisa melihat
video yang diposting, baik video pemula maupun video professional. Umumnya video-video di
youtube adalah video klip, film, TV, serta video penggunanya sendiri. Youtube didirikan pada
Februari 2005 oleh tiga orang bekas karyawan paypal: Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed
4
Karim, Hurley pernah belajar tentang reka bentuk di Universitas Indiana Pennsylvania, sementara
itu Chen dan Karim sama-sama belajar computer sains di Universitas Illinois di Urbanachapaign.
Di Indonesia, dampak sosial Youtube terlihat dari munculnya artis dadakan seperti contohnya:
Briptu Norman yang terkenal dengan Lipsync Lagu Chaiyya-Chaiyya dan Shinta Jojo dengan
Lipsync Lagu Keong racun (Patika, 166 : 2013).
Selain terkenal melalui Youtube dengan berbagai lypsync lagu yang sangat populer di
era tahun 2011, kini ditahun 2017 fenomena vlogger semakin menjamur di masyarakat. Menurut
sumber yang dimbil dari tekno.liputan6.com (11 Juli 2017), menyatakan bahwa Indonesia adalah
salah satu Negara dengan konsumsi video streaming terbesar didunia yang diperkirakan mencapai
82% dari keseluruhan trafik internet pada 2021, dengan fenomena tersebut otomatis dapat
menciptakan peluang lahan bisnis bagi para vlogger (video blog), karena semakin banyak
penonton yang menyaksikan tayangan video mereka, maka semakin besar pula pendapatan
mereka. Untuk itu dibutuhkan ragam kreativitas konten video yang tentunya dihias dengan
bumbu-bumbu komedi serta sejumlah hal informatif. Vlogger di Indonesia kebanyakan memulai
channel-nya dari nol. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, artis, make
up artist, stand up comedian, gamer, bahkan hingga Presiden RI. Di Indonesia sendiri, fenomena
vlogger sudah menjamur khususnya dikalangan remaja seperti “bak selebritas / selebritis”.
Menurut republika.co.id (17 Oktober 2017), beberapa vlogger yang terkenal di Indonesia
diantaranya adalah Young Lex, Awkarin, Reza Palevi, SkinnyIndonesian24, Reza Oktovian,
Raditya Dika, Edhozell, Bayu Skak, Chandra Liow, dan masih banyak lagi. Setiap vlogger
memiliki ciri khasnya masing-masing sesuai dengan konten-konten yang mereka sediakan dan
propagandakan. Menurut penulis republika.co.id, mereka mempropagandakan gaya hidup atau
lifestyle barat yang vulgar, hedon, dan serba bebas, dan mereka benar-benar dalam kebrobokan
akhlak yang nyata dan sudah melampaui batas, hal tersebut dapat dilihat disetiap akun-akun
vlogger di youtube seperti melihat dikolom komentarnya, viewersnya, serta like dan dislikenya.
Namun penulis dari republika.co.id tidak menyebutkan siapa saja vlogger yang sesuai dengan
kriteria tersebut.
Kemudahan membuat video blog dan bisa menampilkannya diruang publik berbasis
internet ini (youtube), menjadikan orang mudah ikut-ikutan. Setahun belakangan ini, muncullah
fenomena Awkarin atau yang lebih kita kenal dengan pemilik asli akun Youtube bernama Karin
Novilda. Menurut femina.co.id (7 Oktober 2016), gadis remaja yang saat ini hampir berusia 20
5
tahun pernah memuncak kariernya dalam hal vlog pada bulan Juni- Juli tahun lalu atau tepatnya
di tahun 2016. Lewat video-video kehidupan gaul dan percintaannya yang penuh drama, ternyata
vlog Awkarin mendadak menjadi omongan miring publik serta judging terhadap gaya hidup
bebasnya.
Sayangnya, pada September 2016 lalu, Awkarin sempat ditegur oleh KPAI (Komisi
Perlindungan Anak Indonesia) dan Kemenkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informasi)
dikarenakan konten dan video yang diunggah, mendapat keluhan dari masyarakat khususnya
orang tua. Menurut sumber dari website KPAI (30 September 2016), Asrosun selaku Ketua KPAI
melontarkan konten Awkarin yang tidak pantas “kontennya itu disamping kepentingan hiburan,
juga harus memiliki dimensi edukasi. Tapi konten yang diunggah itu lebih banyak unsur
negatif yang mengganggu proses tumbuh kembang anak, karena hak dasar anak itu harus
tumbuh dan berkembang dengan baik, dan akan diberikan informasi yang baik sesuai tumbuh
kembangnya”. Setelah mendengar penjelasan itu, menurut Asrosun, Karin Novilda selaku
pemilik akun @Awkarin mengakui konten dan video yang diunggah ke media sosial tak memiliki
unsur pendidikan dan berdampak kurang baik, terutama bagi follower dan anak-anak. Asrosun
mengatakan Karin juga berjanji untuk menurunkan konten yang tak mendidik serta melakukan
refleksi atas perbuatannya dan kemudian akan memposting konten yang mendidik. Poin yang
paling penting dalam pertemuan antara KPAI, Kemenkominfo serta pihak manajemennya adalah
untuk membangun kesadaran. Pertemuan itu diperoleh hasil adanya kesadaran akan kesalahan
dan komitmen untuk tidak mengulangi dan memperbaiki.
6
Gambar 2
Foto Pertemuan antara pihak manajemen Awkarin, KPAI, Kemenkominfo, serta Psikolog,
yang diambil dari akun instagram @Awkarin
Sumber :Akun Instagram @Awkarin, 2016.
Pada postingan akun instagram dari @Awkarin tersebut,setelah melakukan pertemuannya
dengan KPAI dan Kemenkominfo, dapat dipastikan bahwa tujuan Awkarin ditahun 2016 lalu dan
tahun yang akan datang (saat ini 2017) akan terus menyebarkan konten-konten yang bersifat
positif dan lebih produktif kepada orang-orang yang melihat kearahnya. Tidak hanya itu, Awkarin
juga merasa senang bisa bekerja sama antara manajemennya dengan kedua organisasi tersebut
yang akan bekerja bersama-sama untuk menyebarkan lebih positif lagi konten yang akan
dibuatnya dimasa mendatang.
Dengan adanya pertemuan tersebut, adapun penggemar (lovers) maupun haters yang
memberikan komentarnya masing-masing, yaitu sebagai berikut :
7
8
Gambar 3
Komentar Haters dan Lovers Awkarin
Sumber : Instagram & Youtube Awkarin
Namun sampai saat ini di tahun 2017, Awkarin tidak pernah absen untuk mengunggah
vlog di akun Youtube nya, dengan mempunyai 90 vlog dan memperoleh 771.964 subscriber, hal
inilah yang membuktikan Awkarin tidak patah semangat untuk terus mengupload serta
mengabadikan kehidupan sehari-harinya melalui video blog (vlog).
Dari 90 vlog yang dimiliki Awkarin saat ini, peneliti akan mengambil salah satu vlog yang
mengandung unsur hedonisme dari beberapa vlog yang telah diunggah oleh Awkarin. Namun
sebelumnya peneliti akan menjelaskan bahwa prinsip hedonisme menganggap bahwa sesuatu
dianggap baik apabila sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Berikut merupakan 5
video dari beberapa vlog yang diunggah Awkarin yang mengandung unsur hedonisme
diantaranya :
9
Tabel 1.1
Urutan 5 Vlog Awkarin yang Mengandung Unsur Hedonisme Berdasarkan Viewers
Tertinggi
NO JUDUL VLOG VIEWERS
1. #KVlog 20, Day 5–Sakit Banget Nontonnya 4.574.488
2. #KVlog 19-Day 4 Bali, Sedih Banget Ah
Ngeditnya HFT ;( 2.125.150
3. #KVlog 11-Tahun Baruan Di Bali Bersama
Anya Geraldine (Very Very Explicit) 3.611.232
4. #KVlog37-Awkarin’s 20th Birthday Party 1.984.205
5. #KVlog27-Last Day Bali, Dugem
Penutupan Huhuhu 1.958.165
Sumber : Youtube Awkarin, 2018
Sesuai vlog yang dibuat Awkarin dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 menurut
pengamatan peneliti ada 5 vlog yang mengandung unsur hedonisme sesuai dengan urutan vlog
yang paling populer di Channel Youtube Awkarin. Namun disini peneliti akan mengambil salah
satu vlog Awkarin yang memiliki viewers tertinggi yaitu berjudul “#KVlog 20, Day 5 – Sakit
Banget Nontonnya”. Peneliti ingin mengetahui pesan apa yang disampaikan Awkarin dalam vlog
tersebut bila ditinjau dari representasi hedonisme dengan menggunakan analisis semiotika John
Fiske, untuk itu penenlitian ini sangat relevan untuk dibedah.
Peneliti memilih vlog tersebut berdasarkan sumber dari Youtube memiliki views tertinggi
yaitu 4.574.488 penonton (Youtube Awkarin, 2018), yang dipublikasikan Awkarin pada tanggal
6 Juni 2017 dengan durasi 10 menit 26 detik. Selain itu alasan lain peneliti memilih vlog tersebut
adalah dikarenakan banyaknya jutaan ribu orang yang menonton video tersebut dan dengan
memiliki ratusan ribu subscriber didalam channel youtube nya, hal tersebut dapat dipastikan
bahwa penonton atau penggemar dari Awkarin ingin mengidentifikasi atau meniru sosok Awkarin
dari segi kepribadiannya melalui vlog yang diunggahnya.
10
1.2 Rumusan Masalah
Masalah merupakan kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkan yang
menjadi permasalahan, adapun permasalahan yang akan dipecahkan ialah : Bagaimana
representasi hedonisme dalam Video Blog (Vlog) Awkarin dalam perspektif semiotika John Fiske
?
1.3 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab
masalah yang telah dirumuskan secara tegas dalam perumusan masalahnya. Penelitian merupakan
kegiatan ilmiah dimana berbagai data informasi dikumpulkan, dirangkai dan dianalisa yang
bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan masalah
yang dihadapi. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan representasi
hedonisme dalam video blog (vlog) Awkarin dalam perspektif semiotika John Fiske.
1.4 Manfaat Penelitian
Didalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat yang dapat diambil dalam
penelitian tersebut.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah
referensi bagi Ilmu Komunikasi khususnya kajian tentang pesan sebuah video blog (Vlog)
Awkarin ditinjau dari representasi hedonisme dalam perspektif semiotika John Fiske.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu edukasi melek media baru bagi masyarakat sebagai audience
atau penonton dari Video Blog.
1.5 Definisi Konsep
a. Representasi
Representasi Menurut John Fiske (1997:5), merupakan sejumlah tindakan yang
berhubungan dengan teknik kamera, pencahayaan, proses editing, musik, dan suara tertentu yang
mengolah simbol-simbol dan kode-kode kovensional ke dalam representasi dari realitas
11
dan gagasan yang akan dinyatakannya. Menurut Fiske, asumsi yang berlaku dalam sebuah
praktek representasi adalah bahwa isi media tidak merupakan murni realitas karena itu
representasi lebih tepat dipandang sebagai cara bagaimana mereka membentuk versi realitas
dengan cara-cara tertentu bergantung pada posisi sosial dan kepentingannya.
b. Hedonisme
Prinsip dari aliran hedonisme ini menganggap bahwa sesuatu dianggap baik apabila sesuai
dengan kesenangan yang didatangkannya. Jadi, sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan,
penderitaan atau tidak menyenangkan dengan sendirinya dinilai tidak baik oleh aliran ini. Orang-
orang yang menganut aliran ini, dengan sendirinya menganggap atau menjadikan kesenangan itu
sebagai tujuan hidupnya.
c. Video Blog
Vlog ialah video dokumentasi jurnalis di web yang berisi tentang konten kehidupan
seseorang, hobi, pemikiran, pendapat dan hal-hal yang menjadi ketertarikannya. Awalnya, blog
dikemas dalam bentuk tulisan berupa website, namun saat ini media blog bergeser ke media video
yang disebut dengan vlog. Dengan adanya vlog, para penonton atau audience lebih dapat
merasakan emosi dari pesan verbal maupun non verbal dari si pemilik vlog tersebut (vlogger).
Vlogger di Indonesia kebanyakan memulai channel-nya dari nol. Mereka berasal dari berbagai
kalangan, mulai dari mahasiswa, artis, make up artist, stand up comedian, gamer, bahkan hingga
Presiden RI. Di Indonesia sendiri, fenomena vlogger sudah menjamur khususnya dikalangan
remaja seperti “bak selebritas / selebritis”.
d. Awkarin (Karin Novilda)
Awkarin adalah salah satu vlogger yang sangat fenomenal. Menurut femina.co.id (7
Oktober 2016), gadis remaja yang saat ini hampir berusia 20 tahun, pernah memuncak kariernya
dalam hal vlog pada bulan Juni-Juli tahun lalu atau tepatnya di tahun 2016. Lewat video-video
blog yang bercerita tentang kehidupan gaul dan percintaannya yang penuh drama, ternyata vlog
Awkarin mendadak menjadi omongan miring publik serta judging terhadap gaya hidup bebasnya.
Pada bulan September 2016 lalu, Awkarin sempat ditegur oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak
Indonesia) dan Kemenkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informasi) dikarenakan konten
dan video yang diunggah, mendapat keluhan dari masyarakat khususnya
12
orang tua. Namun dengan adanya teguran dari KPAI tersebut, tidak membuat pemilik akun vlog
Awkarin jera untuk membuat banyak konten vlog, dan bahkan sampai saat ini vlog Awkarin terus
berkembang dan memiliki tim khusus yang bernama A Team untuk memperbesar namanya
didunia sosial media.
e. Perspektif Semiotika John Fiske
Menurut John Fiske (1990 : 40), pusat dari konsentrasi semiotik atau semiologi adalah
kajian mengenai tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja. Dalam semiotika (Ilmu tentang
tanda) terdapat dua perhatian utama yakni hubungan antara tanda dan maknanya dan bagaimana
suatu tanda dikombinasikan menjadi suatu kode. Teks merupakan fokus perhatian utama dalam
semiotika. Teks disini dapat diartikan secara luas, bukan sekedar teks tertulis saja. Menurut Fiske,
segala sesuatu yang memiliki sistem tanda komunikasi, seperti yang terdapat pada teks tertulis,
bisa dianggap teks, misalnya film, kuis, iklan, fotografis, sinetron, drama opera sabun, hingga
tayangan sepak bola. Fiske menganalisis acara televisi sebagai ”teks” untuk memeriksa berbagai
lapisan sosio-budaya, makna dan isi.
1.6 Batasan Penelitian
Supaya penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi lingkup penelitian yaitu
hanya sebatas representasi hedonisme dalam vlog Awkarin dengan menggunakan semiotika John
Fiske, sehingga peneliti berhasil mencapai tujuannya yaitu dapat merepresentasikan hedonisme
dalam vlog Awkarin.