bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi alkohol di dunia pada tahun 2010 sekitar 6,2 liter per orang usia ≥ 18 tahun di mana konsumsi per harinya sebesar 13,5 gram. 24,8% dari jumlah konsumsi tersebut tidak terdata karena terdapat alkohol yang dibuat dalam industri rumah tangga serta produksi dan penjualan alkohol ilegal yang tidak berada dalam pengawasan pemerintah. Menurut World Health Organization (WHO), semakin tinggi kesejahteraan suatu negara, semakin tinggi pula tingkat konsumsi alkohol. 1 Berdasarkan data konsumsi alkohol dari WHO, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat konsumsi alkohol paling rendah dibandingkan negara lain. 1 Menurut Riskesdas 2007, secara nasional prevalensi peminum alkohol 12 bulan terakhir sebanyak 4,6%. 2 Beberapa provinsi mempunyai prevalensi minum alkohol tinggi, seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timur (17,7%), Sulawesi Utara (17,4%), dan Gorontalo (12,3%). 2 Etanol merupakan senyawa psikoaktif yang terdapat dalam minuman beralkohol. 3 Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 71/M- Ind/PER/7/2012 tentang Pengendalian dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol, batas maksimum etanol yang diizinkan dalam minuman beralkohol adalah 55%. 4

Upload: lenhu

Post on 23-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi alkohol di dunia pada tahun 2010 sekitar 6,2 liter per orang usia ≥

18 tahun di mana konsumsi per harinya sebesar 13,5 gram. 24,8% dari jumlah

konsumsi tersebut tidak terdata karena terdapat alkohol yang dibuat dalam industri

rumah tangga serta produksi dan penjualan alkohol ilegal yang tidak berada dalam

pengawasan pemerintah. Menurut World Health Organization (WHO), semakin

tinggi kesejahteraan suatu negara, semakin tinggi pula tingkat konsumsi alkohol.1

Berdasarkan data konsumsi alkohol dari WHO, Indonesia merupakan salah

satu negara yang memiliki tingkat konsumsi alkohol paling rendah dibandingkan

negara lain.1 Menurut Riskesdas 2007, secara nasional prevalensi peminum

alkohol 12 bulan terakhir sebanyak 4,6%.2 Beberapa provinsi mempunyai

prevalensi minum alkohol tinggi, seperti di Provinsi Nusa Tenggara Timur

(17,7%), Sulawesi Utara (17,4%), dan Gorontalo (12,3%).2

Etanol merupakan senyawa psikoaktif yang terdapat dalam minuman

beralkohol.3

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 71/M-

Ind/PER/7/2012 tentang Pengendalian dan Pengawasan Industri Minuman

Beralkohol, batas maksimum etanol yang diizinkan dalam minuman beralkohol

adalah 55%. 4

2

Intoksikasi etanol secara kronis dapat mengakibatkan banyak penyakit,

seperti kerusakan otak, penyakit jantung, penyakit hati, obesitas, hipertensi,

gangguan seksual, kelainan saraf dan muskuloskeletal, serta stroke.5,6,7

Etanol dan metabolitnya menuju ginjal dan diekskresikan ke dalam urin sehingga

ginjal dapat juga mengalami kelainan akibat intoksikasi etanol.8 Konsumsi

alkohol secara kronis dapat menyebabkan hipertensi yang mana merupakan faktor

resiko penyakit ginjal kronis. Selain itu, efek pada ginjal adalah

glomerulonefritis.7

Efek yang nyata tergantung pada jumlah alkohol yang diabsorbsi dan waktu

dikonsumsi. Alkohol dapat mengubah struktur dan fungsi ginjal serta merusak

kemampuannya untuk mengatur volume, komposisi cairan dan elektrolit dalam

tubuh yang disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat bereaksi

dan merubah struktur protein, peptida, dan membran fosfolipid.5,9

Perubahan

mikroskopis pada ginjal termasuk perubahan struktur glomerulus, pembengkakan

atau pembesaran ginjal dan meningkatnya jumlah sel-sel lemak, protein dan air.9

Pemberian etanol 1,6 g/kgBB/hari pada tikus selama 12 minggu menunjukkan

kadar kreatinin serum meningkat, kadar glutathione menurun, dan terdapat

perubahan gambaran mikroskopis ginjal.8 Pemberian etanol 10% pada tikus

selama 30 hari menunjukkan adanya vakuolisasi sitoplasma, edema nefrosit,

difusi matriks mitokondria dan sitoplasma, dan meningkatnya jumlah lisosom.10

Pemberian etanol 10% pada tikus selama 48 hari menyebabkan kerusakan pada

ginjal seperti vakuolisasi lumen tubulus, pendarahan, dan infiltrasi sel radang

yang bersifat fokal. Etanol 20% menyebabkan kerusakan pada ginjal seperti

3

infiltrasi sel radang bersifat multifokal (menyebar), pendarahan, vakuolisasi

lumen tubulus, akumulasi sel debris dalam lumen tubulus, dan karyomegali.9

Selain alkohol, pada saat ini konsumsi soft drink juga mengalami

peningkatan.11

Berdasarkan penelitian pada tahun 2012, satu dari empat orang

dewasa mengonsumsi soft drink lebih dari sekali per hari dan konsumen yang

paling sering ialah orang usia antara 18-34 tahun.12

Remaja di India sering

mengonsumsi 100-200 ml soft drink tiga kali per minggu sementara remaja di

Indonesia dua kaleng atau botol dalam kurun waktu satu minggu.13,14

Remaja

cenderung menjadikan konsumsi soft drink sebagai gaya hidup.14

Sama halnya dengan alkohol, soft drink juga memiliki banyak efek negatif

pada tubuh, terutama diabetes mellitus tipe 2 oleh karena tingginya kadar gula

dalam minuman.11

Selain itu, soft drink dapat menyebabkan karies gigi,

osteoporosis, hipertensi, penyakit jantung, dan kelainan saraf.15,16,17

Soft drink

dapat juga menyebabkan malnutrisi, meningkatnya keasaman lambung, kulit

menua, obesitas, hipokalemi, premature aging, dan batu ginjal.18

Konsumsi cola 55.32 ± 2.73 ml/hari pada tikus jantan dan cola 76.19 ± 3.45

ml/hari pada tikus betina menunjukkan adanya perdarahan intertubuler ginjal dan

kongesti glomeruler.11

Pemberian soft drink pada tikus selama 30 hari

menunjukkan adanya distorsi dan disrupsi korteks ginjal, glomerulonefritis difus

dengan beberapa kongesti, dan nekrosis tubuler.19

Tanaman herbal sebagai antioksidan dapat bekerja sama dengan antioksidan

endogen dan dapat mengobati maupun mencegah kerusakan organ yang berlanjut

oleh karena ROS.20

Salah satu tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan adalah

4

kersen. Daun kersen memiliki potensi sebagai antibakteri, antinociceptive,

antipiretik, antiinflamasi, anti-Staphylococcal, dan mampu menangkal radikal

bebas.21,22

Terdapat penelitian mengenai ekstrak daun kersen terhadap histopatologi

gaster dan hepar meskipun belum terdapat penelitian pada organ ginjal. Penelitian

yang dilakukan oleh Ibrahim Abdel Aziz Ibrahim dkk mengenai efek protektif

ekstrak daun Muntingia Calabura terhadap ulkus gaster yang diinduksi etanol

menunjukkan hasil yang signifikan berupa proteksi mukosa gaster dengan adanya

peningkatan produksi mukus gaster dan penurunan keasaman gaster. 23

Penelitian

yang dilakukan oleh N.D. Mahmood dkk terhadap hepar yang diinduksi

paracetamol membuktikan adanya perbaikan dari struktur mikroskopis hepar,

yakni berkurangnya area nekrosis, inflamasi, dan tidak adanya perdarahan.24

Ekstrak daun kersen dapat menjadi solusi permasalahan dalam mengantisipasi

efek negatif dari etanol dan soft drink. Penelitian ini menjadi relevan karena

belum pernah ada penelitian yang membahas mengenai efek protektif ekstrak

daun kersen terhadap ginjal yang diinduksi etanol dan soft drink. Ekstrak daun

kersen memiliki antioksidan yang mampu berinteraksi secara sinergis dengan

antioksidan endogen sehingga diharapkan ekstrak daun kersen dapat digunakan

secara efektif.

5

1.2 Permasalahan Penelitian

Apakah pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) dapat

berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus Wistar jantan yang

diinduksi etanol dan soft drink.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh pemberian

ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) terhadap gambaran mikroskopis ginjal

tikus Wistar jantan yang diinduksi etanol dan soft drink.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

1. Menganalisis perbedaan jumlah kerusakan tubulus ginjal tikus Wistar jantan

yang diinduksi etanol dan diberi ekstrak daun kersen (Muntingia calabura).

2. Menganalisis perbedaan jumlah kerusakan tubulus ginjal tikus Wistar jantan

yang diinduksi soft drink dan diberi ekstrak daun kersen (Muntingia

calabura).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Memberikan data ilmiah tentang khasiat ekstrak daun kersen (Muntingia

calabura) terhadap ginjal sebagai antioksidan yang dapat melawan radikal bebas.

6

1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk tenaga

kesehatan dalam memanfaatkan ekstrak daun kersen (Muntingia calabura) yang

memiliki khasiat sebagai antioksidan.

1.4.3 Manfaat untuk masyarakat

1. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai pengaruh buruk

etanol dan soft drink terhadap organ tubuh manusia, khususnya ginjal.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai khasiat ekstrak daun

kersen (Muntingia calabura) dan mekanismenya dalam mengurangi

pengaruh buruk etanol dan soft drink pada ginjal.

1.4.4 Manfaat untuk penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penelitian-

penelitian berikutnya dalam berbagai lintas disiplin ilmu.

1.5 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun kersen

(Muntingia calabura) terhadap gambaran mikroskopis organ tubuh seperti gaster

dan hepar telah dipublikasikan. Namun, belum terdapat penelitian yang

membahas tentang pengaruh pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia calabura)

terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi etanol

dan soft drink. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh

ekstrak daun kersen (Muntingia calabura), etanol, dan soft drink terhadap organ-

organ pada tikus dapat dilihat pada tabel 1, 2 dan 3.

7

Tabel 1. Penelitian Sebelumnya Mengenai Etanol

PENELITI

DAN JUDUL

METODE

HASIL

1 Kumar Das,

Subir, et al.

Effects of

Chronic

Ethanol

Exposure on

Renal

Function Tests

and Oxidative

Stress in

Kidney. Indian

Journal of

Biochemistry.

2008.8

Penelitian eksperimental

menggunakan 18 ekor tikus

Wistar jantan dibagi dalam tiga

kelompok :

Kelompok 1: tikus diberi diet

normal dan air.

Kelompok 2: tikus diberi etanol

1,6g/kgBB/hari selama 4 minggu.

Kelompok 3: tikus diberi etanol

1,6g/kgBB/hari selama 12 minggu

Perbedaan tidak

signifikan pada

kalsium serum dan

aktivitas glutathion

s-transferase.

Kreatinin serum dan

TBARS meningkat

serta glutathione

menurun setelah 12

minggu. Terdapat

degenerasi dan

nekrosis epitel

tubulus ginjal

setelah 12 minggu.

2 Kasmita D,

Ayu, Ni Made

Rai Suarni, Ni

Made Suaniti.

Gambaran

Mikroskopis

Ginjal Tikus

Putih (Rattus

sp.) Jantan

Dewasa

Setelah

Pemberian

Etanol Kronis.

Repository

FMIPA

UNUD. 2013. 9

Penelitian eksperimental selama

48 hari dan terdiri atas 3

kelompok masing-masing 6 ekor

tikus Wistar jantan.

Kelompok kontrol diberi aquades

1 ml/hari.

Kelompok perlakuan 1 diberi

alkohol 10% 1 ml/hari.

Kelompok perlakuan 2 diberi

alkohol 20% 1 ml/hari.

Vakuolisasi lumen

tubulus, perdarahan,

dan infiltrasi sel

radang yang bersifat

fokal pada

kelompok perlakuan

yang diberi etanol

10%.

Vakuolisasi lumen

tubulus, perdarahan,

infiltrasi sel radang

yang bersifat

multifokal,

akumulasi sel debris

dalam lumen

tubulus, dan

karyomegali pada

kelompok perlakuan

yang diberi etanol

20%.

8

3 Ciprian Pribac,

George, et al.

Fenugreek

Powder Exerts

Protective

Effect on

Alcoholised

Rats’Kidney,

Highlighted

Using

Ultrastructural

Studies.

Romanian

Journal of

Morpohology

&

Embryology.

2015.10

Penelitian eksperimental selama

30 hari menggunakan 20 ekor

tikus Wistar dibagi dalam empat

kelompok :

Kelompok 1: tikus diberi pakan

standar dan air.

Kelompok 2: tikus diberi etanol

10%.

Kelompok 3: tikus diberi etanol

10% dan 5% tepung biji

Trigonella.

Kelompok 4: tikus diberi etanol

10% dan 10% tepung biji

Trigonella.

Pemberian etanol

menunjukkan bahwa

pada tubulus

proksimal terdapat

vakuolisasi

sitoplasma, edema

nefrosit, difusi

matriks mitokondria

dan sitoplasma, dan

meningkatnya

lisosom. Dengan

pemberian tepung

Trigonella 5%,

terdapat perbaikan

yang berupa

mitokondria normal,

vakuolisasi dan

edema nefrosit lebih

sedikit. Pemberian

tepung Trigonella

10% menunjukkan

gambaran

mikroskopis yang

hampir normal.

9

Tabel 2. Penelitian Sebelumnya Mengenai Soft Drink

PENELITI DAN

JUDUL

METODE

HASIL

1 Ogur, Recai, et

al. Evaluation of

the Effect of Cola

Drinks on Bone

Mineral Density

and

Associated

Factors. Journal

Compilation

Basic & Clinical

Pharmacology &

Toxicology,

100, 334–338. 2007.11

Penelitian eksperimental

menggunakan 30 ekor tikus

Sprague-Dawley yang dibagi

menjadi empat kelompok.

Kelompok 1: 10 ekor tikus

jantan.

Kelompok 2: 10 ekor tikus

betina.

Kelompok 3 dan 4 masing-

masing 5 ekor tikus sebagai

kelompok kontrol.

Pada kelompok 1 dan 2 diberikan

dua container berisi air dan cola.

Monitoring jumlah minuman

yang dikonsumsi setiap hari.

Penelitian dilakukan selama 30

hari.

Tikus jantan

mengonsumsi cola

55.32 ± 2.73

ml/hari. Tikus

betina mengonsumsi

cola 76.19 ± 3.45

ml/hari.

Pada pemeriksaan

histopatologi ginjal

ditemukan

perdarahan

intertubular dan

kongesti glomerular.

BMD femur kedua

kelompok lebih

rendah

dibandingkan

dengan kelompok

kontrol (p<0,05).

2

Obaghwarhievwo

Adjene, Josiah, et

al. Histological

Effects of

Chronic

Consumption of

Soda Pop Drinks

on Kidney of

Adult Wistar

Rats. North

American

Journal of

Medical

Sciences. 2010.19

Penelitian eksperimental dengan

menggunakan 24 ekor tikus

Wistar yang dibagi menjadi 3

kelompok, masing-masing

kelompok 8 ekor tikus.

Kelompok A: tikus diberi

minuman bersoda merk A

Kelompok B: tikus diberi

minuman bersoda merk B

Kelompok C sebagai kontrol:

tikus diberi pakan standar.

Penelitian selama 30 hari.

Kelompok C

menunjukkan

gambaran

mikroskopis ginjal

normal. Pada

kelompok perlakuan

ditemukan adanya

distorsi dan disrupsi

korteks ginjal,

glomerulonefritis

difus dengan

beberapa kongesti

dan nekrosis

tubuler.

10

3

Eluwa, MA, et

al. A

comparative

study of the effect

of diet and soda

carbonated

drinks on the

histology of the

cerebellum of

adult female

albino Wistar

rats. NCBI.

2013.25

Penelitian eksperimental selama

21 hari menggunakan 15 ekor

tikus Wistar betina dibagi dalam

tiga kelompok :

Kelompok 1: tikus diberi pakan

standar dan air.

Kelompok 2: tikus diberi soda

reguler 50 ml/hari.

Kelompok 3: tikus diberi diet

soda 50 ml/hari.

Tikus pada

kelompok yang

diberi diet soda

mengonsumsi soda

3-24 ml/hari. Tikus

pada kelompok yang

diberi soda reguler

mengonsumsi soda

32-50 ml/hari.

Cerebellum

menyusut dan

terdapat degenerasi

sel purkinje dengan

hipertrofi dendrit,

terutama pada

kelompok yang

diberi diet soda.

11

Tabel 3. Penelitian Sebelumnya Mengenai Ekstrak Daun Kersen

PENELITI DAN

JUDUL

METODE

HASIL

1 Ibrahim, Abdel

Aziz, et al.

Leaves Extract of

Muntingia

Calabura

Protects Against

Gastric Ulcer

Induced by

Ethanol in

Sprague-Dawley

Rats. Journal of

Clinical &

Experimental

Pharmacology.

2012.23

Penelitian eksperimental

dengan menggunakan 24 ekor

tikus Sprague-Dawley dibagi

menjadi 4 kelompok, masing-

masing 6 ekor.

Kelompok 1: tikus diberi etanol

absolut 5 ml/kgBB.

Kelompok 2: tikus diberi

omeprazole 20 mg/kgBB (5

ml/kgBB).

Kelompok 3: tikus diberi

omeprazole 20 mg/kgBB (5

ml/kgBB) dan ekstrak daun

kersen 250 mg/kgBB satu jam

sebelum pemberian

omeprazole.

Kelompok 4: tikus diberi

omeprazole 20 mg/kgBB (5

ml/kgBB) dan ekstrak daun

kersen 500 mg/kgBB satu jam

sebelum pemberian

omeprazole.

Satu jam kemudian tikus

dimatikan.

Pada kelompok tikus

yang diberi

omeprazole

ditemukan

kerusakan ekstensif

mukosa gaster,

edema dan infiltrasi

leukosit pada

submukosa. Pada

kelompok tikus yang

diberi pretreatment

ekstrak daun kersen,

terdapat penurunan

area ulcer, edema

submukosa, dan

infiltrasi leukosit.

2 Mahmood, N.D,

et al.

Amelioration of

Paracetamol-

Induced

Hepatotoxicity in

Rat by the

Administration of

Methanol Extract

of Muntingia

calabura L.

Leaves. Hindawi

Publishing

Corporation

Penelitian eksperimental

selama 9 hari dengan

menggunakan tikus Sprague-

Dawley yang dibagi menjadi

enam kelompok.

Kelompok 1: tikus diberi 10%

DMSO

Kelompok 2: tikus diberi 10%

DMSO + paracetamol 2 hari

sebelum tikus dimatikan.

Kelompok 3: tikus diberi 50

mg/kg N-acetylcysteine +

paracetamol 2 hari sebelum

tikus dimatikan.

Kelompok 4: tikus diberi

Kelompok yang

diberi paracetamol

menunjukkan

adanya nekrosis

masif, perdarahan,

dan inflamasi

dengan infiltrasi

limfosit terutama

pada zona

centrolobuler.

Dengan pemberian

ekstrak daun kersen,

terdapat perbaikan

dari struktur

mikroskopis hepar,

12

BioMed Research

International.

2014.24

50mg/kg ekstrak daun kersen 3

jam sebelum paracetamol 2 hari

sebelum tikus dimatikan.

Kelompok 5: tikus diberi

250mg/kg ekstrak daun kersen

3 jam sebelum paracetamol

Kelompok 6: tikus diberi

500mg/kg ekstrak daun kersen

3 jam sebelum paracetamol

yakni berkurangnya

area nekrosis,

inflamasi, dan tidak

adanya perdarahan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak

pada variabel penelitian dan hewan percobaan. Penelitian ini menggunakan tikus

Wistar jantan usia 2 -3 bulan sebagai hewan coba. Variabel yang diteliti adalah

etanol, soft drink, ekstrak daun kersen, dan gambaran mikroskopis ginjal tikus

Wistar jantan.