bab i pendahuluan 1.1. latar belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/proposal... ·...

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan bangsa. Berbicara masalah pemuda tidak akan ada habisnya, perubahan besar yang terjadi pada bangsa ini tidak terlepas dari peran para pemuda yang pada saat itu cerdas, kritis dan kreatif. Sumpah pemuda 1928 lahir karena langkah strategis yang dilakukan oleh pemuda untuk menyatukan pemuda di seluruh tanah air menjadi satu bangsa dan satu bahasa. “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, sedangkan satu pemuda dapat mewujudkan mimpi mereka,” kata Bung Karno. Peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan serta pembangunan nasional telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bangsa. Kepeloporan pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan sebagai generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan terhadap sosial, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri, disiplin, dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur, berani dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air. Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan bahwa setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang muncul sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi, juga ada umurnya. Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah peluang untuk mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari gerakan kaum muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah bagaimana kaum muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan pergantian generasi itu tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya. Semangat zaman, kata itu yang paling tepat karena menggambarkan semangat pemikiran dominan yang ada dalam setiap pemuda. Bambang Shergi Lakmono (2014) mengatakan bahwa pemikiran dominan antara lain yakni

Upload: others

Post on 30-Jul-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemuda adalah pelaku perubahan bangsa. Berbicara masalah pemuda

tidak akan ada habisnya, perubahan besar yang terjadi pada bangsa ini tidak

terlepas dari peran para pemuda yang pada saat itu cerdas, kritis dan kreatif.

Sumpah pemuda 1928 lahir karena langkah strategis yang dilakukan oleh pemuda

untuk menyatukan pemuda di seluruh tanah air menjadi satu bangsa dan satu

bahasa. “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, sedangkan satu pemuda dapat

mewujudkan mimpi mereka,” kata Bung Karno.

Peran pemuda dalam mengisi kemerdekaan serta pembangunan nasional

telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bangsa. Kepeloporan

pemuda dalam pembangunan bangsa dan negara harus dipertahankan sebagai

generasi penerus yang memiliki jiwa pejuang, perintis dan kepekaan terhadap

sosial, politik dan lingkungan. Hal ini dibarengi pula oleh sikap mandiri, disiplin,

dan memiliki sifat yang bertanggungjawab, inovatif, ulet, tangguh, jujur, berani

dan rela berkorban dengan dilandasi oleh semangat cinta tanah air.

Dalam perjalanan zaman, sejarah baru selalu ditandai dengan lahirnya

generasi baru. Dalam kancah sejarah, generasi baru yang mengukir sejarah baru

itu adalah dari kalangan kaum muda. Perputaran sejarah juga telah membuktikan

bahwa setiap generasi itu ada umurnya. Dengan demikian, nama-nama yang

muncul sekarang sebagai calon pemimpin yang sebenarnya adalah satu generasi,

juga ada umurnya.

Inilah peluang yang mesti dijemput oleh kaum muda saat ini. Sebuah

peluang untuk mempertemukan berakhirnya umur generasi itu dengan muara dari

gerakan kaum muda untuk menyambut pergantian generasi dan menjaga

perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran prestasi baru. Maka, harapannya adalah

bagaimana kaum muda tidak membiarkan begitu saja sejarah melakukan

pergantian generasi itu tanpa kaum muda menjadi subjek di dalamnya.

Semangat zaman, kata itu yang paling tepat karena menggambarkan

semangat pemikiran dominan yang ada dalam setiap pemuda. Bambang Shergi

Lakmono (2014) mengatakan bahwa pemikiran dominan antara lain yakni

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

maindset atas evolusi perkembangan seperti kepentingan, cita-cita, dan kesadaran

kolektif. Produk dari evolusi perkembangan yang ada merupakan hasil dari

politik/ mobilisasi politik. Perkembangannya saat ini pemuda lebih kepada

sebagai objek perubahan yakni pemuda didorong untuk melakukan perubahan

dan melakukan kesadaran, namun pemuda juga diharapkan dapat menjadi subjek

dimana perubahan itu sendiri sebagai suatu konsep kesadaran.

Undang-undang kepemudaan di Indonesia yakni UU No. 40 tahun 2009

menarik sekali karena dalam undang-undang ini menjelaskan kepemudaan secara

sosiologis, menempatkan posisi pemuda lebih jelas, salah satunya menurut

batasan usia. Tidak dapat dipungkiri bahwa politik menjadi karakter/ranah dasar

membangun (toning) tersendiri, maksudnya adalah di setiap perkebangan

menurut periode memiliki kecenderungan ke arah mana unsur politiknya dan

seberapa kuat unsur politik itu mendominasi dan seharusnya ada pemerataan atau

penyeimbangan.

Perkembangan pemuda menurut periodenya, dapat dilihat berdasarkan

semangat kolektif atau semangat zamannya. Dalam ilmu sejarah terdapat istilah

yang dikenal dengan sebutan zeitgeist atau semangat zaman. Istilah tersebut

secara umum bisa dipahami bahwa segala sesuatu, apapun wujudnya, selalu

mencerminkan jiwa atau semangat zaman dan senantiasa mencerminkan ikatan

kultural zamannya. Dalam disiplin ilmu sejarah istilah tersebut dapat dijadikan

alat ukur untuk menilai apakah sebuah uraian sejarah itu benar atau salah.

Uraian sejarah dinilai sebagai benar, apabila isi uraiannya sesuai dengan jiwa

zaman dan situasi kulturalnya. Begitu juga sebaliknya, uraian sejarah yang tidak

sesuai dengan semangat zaman dan lingkungan budayanya disebut sebagai

anakrinitis. (Muhsin, 2012)

Sejarah bercerita kepada kita bahwa sejarah negeri ini adalah cerita anak-

anak muda. Tahun 1908 menjadi momentum kebangkitan. Tahun 1928 menjadi

momentum penyadaran tentang kesamaan (bukan perbedaan), persatuan, dan

kesatuan. Tahun 1945 merupakan momentum yang dinanti dari perjuangan

panjang untuk mengumandangkan kedaulatan di tanah sendiri. Tahun 1966

merupakan akhir dari PKI di Indonesia dan awal orde baru. Dan pada 1998

terjadi peristiwa besar yang menjadi momentum perantara kita menuju era

sekarang.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Pada setiap momentum perubahan, pemuda terpelajar selalu ada di depan

dan sangat penting perannya. Mereka menjadi inisiator sekaligus motor

perubahan. Bahkan pada titik tertentu mereka menjadi katalisator yang memaksa

dan memberi arah perubahan.

Indonesia dengan jumlah populasi pemuda yang mencapai 60 juta lebih

(BPS, 2013), merupakan sebuah kekuatan potensial dan patut menjadi perhatian

khusus ‘penggiat’ negeri ini. Pemuda sebagai tulang punggung bangsa, bukan

hanya dimasa yang akan datang tetapi juga saat ini, tentunya perlu ada sebuah

agenda utama untuk menyiapkan masa depan sekaligus menyiapkan Indonesia

menghadapi tantangan demographic bonus. Demographic bonus yang akan

terjadi sejak tahun 2010 hingga tahun 2040 dimana jumlah usia produktif lebih

banyak daripada usia tidak produktif dengan kata lain jumlah pemuda akan

dominan. Mengutip pernyataan Prof. Sri Murtianingsih Adiutomo dalam Prof.

Dorodjatun (2012) bahwa demographic bonus (gambar 1.1) merupakan window

of oppurtunity yang tidak akan terulang di masa depan dimana beban

ketergantungan (dependency of ratio) berada di posisi terendah.

Gambar 1.1 Dependency Ratio 1950-2050

Sumber : Presentasi Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti (9/10/2012)

Berdasarkan prediksi kependudukan di atas pemuda merupakan potensi

yang besar dalam pembangunan. Namun di masa globalisasi sekarang ini begitu

banyak input yang dapat masuk kedalam jati diri pemuda, tinggal pemuda itu bisa

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

memilih mana input yang baik dan mana input yang buruk. Godaan disertai

dengan tekanan yang sangat kuat terkadang membuat kebanyakan pemuda justru

terlena dengan kemewahan-kemewahan yang ditawarkan oleh zaman globalisasi

ini. Mereka seolah telah terhipnotis untuk kemudian melupakan hakikat inti dari

predikat agent of change yang disandangnya. Modernisasi tak sedikit telah

menyelimuti tubuh pemuda bangsa ini, pemuda kekinian telah terjebak oleh gaya

hedonisme, rasa ego yang tinggi, sampai kepada apatis.Kondisi saat ini pemuda

dituntut untuk lebih siap menghadapi tantangan global.

Bagaimana halnya dengan predikat sebagai pemuda modern? Dan

pemuda perkotaan?. Kata modern sendiri dapat diartikan sebagai sikap dan cara

berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman (KBBI, 2014).

Definisi masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya

mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban

masa kini. Masyarakat modern umumnya telah tinggal di daerah perkotaan

sehingga disebut juga masyarakat kota. (Adhyzal Kandar, 2010). Sedangkan

pengertian kota secara sosiologi terletak pada sifat dan ciri kehidupannya dan

bukan ditentukan oleh menetapnya sejumlah penduduk di suatu wilayah

perkotaan. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa tidak semua warga

masyarakat kota dapat disebut masyarakat modern, sebab banyak orang kota

yang tidak mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan

peradaban dunia masa kini, misalnya gelandangan atau orang yang tidak jelas

pekerjaan dan tempat tinggal.

Berdasarkan definisi di atas, pemuda modern dapat diartikan sebagai

pemuda yang memiliki orientasi nilai budaya yang terarah dalam peradaban masa

kini akibat situasi atau perkembangan zaman yang telah menjadi modern dan

umumnya tingga di daerah perkotaan. Sedangkan pemuda perkotaan sendiri

adalah pemuda yang tinggal di daerah perkotaan dan memiliki sifat dan ciri

kehidupannya.

Selain sebagai ibukota provinsi, DKI Jakarta juga berperan sebagai

ibukota negara. Hal ini tentu membuat DKI Jakarta memiliki beberapa

spesialisasi peran dan fungsi kota dalam aktivitas sosial ekonomi. Luas wilayah

DKI Jakarta mencapai 662,33 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 9,1 juta

jiwa (BPS DKI Jakarta, 2013). Kondisi luas wilayah, jumlah penduduk dan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

beberapa spesialisasi peran dan fungsi kota telah menjadikan DKI Jakarta sebagai

Kota Metropolitan.

Pakar perkotaan Angotti (1993) berpendapat bahwa kota metropolitan

tidak hanya sebuah kota yang sangat besar, tetapi juga sebuah bentuk baru dari

masyarakat, lebih besar, lebih kompleks dan memiliki peran kekuasaan yang

lebih sentral, baik dari sisi ekonomi, politik, maupun budaya. Pendapat pakar

perkotaan tersebut jelas tercermin dalam kondisi DKI Jakarta saat ini. Saat ini

DKI Jakarta memiliki peran dan fungsi sebagai pusat kekuatan politik, ekonomi

dan administrasi sebuah negara, kemudahan kegiatan mobilitas (pekerjaan,

perumahan dan perjalanan), pusat pertumbuhan wilayah dan tempat berpusatnya

sebagian besar pelayanan perkotaan, serta menjadi gerbang wilayah untuk

berhubungan dengan wilayah lain di tingkat nasional dan internasional. Dengan

kondisi peran dan fungsi tersebut, maka DKI Jakarta dapat dikategorikan sebagai

Kota Metropolitan Nasional. (penataanruang.net)

Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penggerak roda kehidupan

perkotaan. Saat ini jumlah penduduk Indonesia sebesar 242,1 juta jiwa, yang

mana 4% dari total penduduk tersebut merupakan penduduk DKI Jakarta. Hampir

52% dari jumlah keseluruhan penduduk DKI Jakarta merupakan kelompok usia

muda. Hal ini memperlihatkan bahwa kelompok usia muda cukup mendominasi

jumlah penduduk (dapat dilihat dalam tabel 1), sehingga secara logis roda

kehidupan perkotaan digerakkan oleh kelompok pemuda.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Indonesia dan DKI Jakarta

No Tahun Jumlah Penduduk Indonesia (juta jiwa)

Jumlah Penduduk DKI Jakarta (juta jiwa)

Jumlah Penduduk Usia Muda DKI Jakarta (Juta Jiwa)

1 2011 236,331 9,022 4,578

2 2012 239,174 9,063 4,536

3 2013 424,014 9,101 4,492

Sumber: Data Statistik Bappenas (2014)

Kondisi demografis kepemudaan memberikan pengaruhnya tersendiri

terhadap semangat zaman pemuda khususnya pemuda perkotaan. Dilihat dari

sejarahnya perkembangan pemuda tidak terlepas dari konsep empat pilar

kepemudaan. Keempat pilar tersebut adalah pilar national identity, pilar

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

responsible consumerisme, pilar diplomacy and global partnership, dan pilar

productivity and enterpreneurship (Laksmono, 2013).

Gambar 1.2 Pemuda Sebagai Agen Perubahan

Sumber : Olahan penelitian

Sejarah kepemudaan Indonesia khususnya di Jakarta menunjukkan bahwa

kepeloporan pemuda telah melewati empat dimensi antara lain nasionalisme,

kewirausahaan, responsible consumer, dan globalisasi dan diplomasi. Masing-

masing kepeloporan pemuda tersebut memiliki periode waktu yang berbeda.

Dapat dilihat gambar 1.3, sebagai berikut :

-Era Komputer (1980) -Masukknya Video Games (1980) -Kampanye Global

-Pristiwa Talang Sari (1989) -Gerakan

-Berbagai Model United Nations

-Festival Batavia (1987)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Tahun 1949 Tahun 1974 Tahun 1980 Sekarang

Gambar 1.3 Kepeloporan Pemuda Dalam Berbagai Periode

Sumber : Olahan penelitian

Pilar nasionalisme (national identity) kepemudaan dimulai pada periode

tahun 1908 terbentuk organisasi modern yaitu Boedi Oetomo. Bermula dari

momentum pembentukan organisasi modern tersebut hingga pergerakan

reformasi oleh pemuda telah menyentuh dimensi nasionalisme hingga saat ini

terkhusus bagi Pemuda DKI Jakarta. Sementara itu, gerakan kewirausahaan yang

telah dilakukan oleh pemuda di Jakarta muncul setelah peristiwa Malari 1974,

dimana salah satu faktornya ialah penolakan terhadap imprealisme asing. Dengan

penolakan terhadap imprealisme asing menandai munculnya gerakan

kewirausahaan di Jakarta dengan munculnya home industry dan berkembang

menjadi creative industry di periode tahun 1990an hingga saat ini. Tentu saja hal

ini memperlihatkan permaslaahan dalam pilar productivity and enterpreneurship.

-Lahirnya Gerakan Budi Utomo (1908) -Sumpah Pemuda (1928)

-Generasi Pelajar di LN (1908-1949) -Konferensi Meja Bundar (1949)

-Tritura (1966)

-Konferensi Asia Afrika (1955) -GNB (1961) -ASEAN (1967)

Penolakan terhadap investasi asing (1974)

-Pristiwa Malari (1974)

-Declaration on ASEAN Concord (1976)

Kepeloporan Kebangsaan

Kepeloporan

Diplomasi

Kepeloporan

Kewirausahaan

Responsible

Consumer

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Pada periode 1980an terjadi perkembangan teknologi informasi yang pesat di

DKI Jakarta. Periode ini tentu menjadi tantangan baru bagi pemuda Jakarta untuk

dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satnya dengan cara mengembangkan

kompetensi diplomasi pemuda dalam iklim global. Akan tetapi, jika pemuda

Jakarta tidak dapat memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai eskpansi

globalisasi maka pemuda akan tergerus oleh iklim global yang dapat bersifat

destruktif. Kemudian, sejak tahun 1990an, kondisi yang tercermin adalah pasar

global semakin gterus berkembang luas, sehingga menjadi fokus utama bagi

pemuda Jakarta untuk bertanggung jawab terhadap penggunaan ‘produk global’

atau disebut responsible consumer.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan rezim penguasa,

maka terjadi pula perubahan pola kebijakan kepemudaan yang dibuat. Kebijakan

kepemudaan saat ini cukup memberikan angin segar bagi ruang gerak pemuda

untuk mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, kondisi pemuda saat ini sudah tidak

seperti dulu. Pemuda cenderung tidak memiliki visi bersama, pragmatis, apolitis,

indivualis dan terkotak-kotakan, serta transformasi tujuan aksi pergerakan

(kompasiana, 2014). Walaupun begitu, masih ada pemuda yang memiliki

kemauan dan kemampuan untuk dapat berperan aktif dalam pembangunan

perkotaan. Dengan demikian perubahan pola kebijakan perlu disinergiskan

dengan karakter pemuda perkotaan saat ini terkhusus di DKI Jakarta. Konsep

empat pilar pembangunan pemuda dapat menjadi media dasar untuk membentuk

kebijakan yang terkonsentrasi sesuai dengan karakter pemuda perkotaan DKI

Jakarta.

Sejarah telah memberikan gambaran bagaimana pergerakan pemuda dari

masa ke masa. Melalui sejarah pergerakan kepemudaan yang telah berkontribusi

dalam pembangunan perkotaan khususnya di DKI Jakarta. Hal ini dapat dilihat

dari adanya sejarah pergerakan dan kebijakan kepemudaan yang memberikan

pelajaran bahwa dengan adanya kesalahan di masa yang lalu akan dapat menjadi

landasan mengenai apa perbaikan yang perlu dibuat. Selain itu sejarah juga

memberikan pelajaran terhadap apa yang perlu dilakukan selanjutnya.

1.2. Permasalahan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Dilansir dari berbagai sumber dikatakan bahawa perkembangan bangsa

ditentukan oleh peran pemuda sebagai generasi penerus dan pewaris bangsa.

Oleh karena itu diperlukan generasi pemuda yang memiliki beberapa sikap, yaitu:

1) daya kreatif dan innovatif, dipadukan dengan kerja sama berdisiplin, kritis dan

dinamis, memiliki vitalitas tinggi; 2) tidak mudah terbawa arus, sanggup

menghadapi realita baru di era kesejagatan; 3) memahami nilainilai budaya luhur, siap bersaing dalam knowledge based society, punya jati diri yang jelas; 4)

hakekatnya adalah generasi yang menjaga destiny, individu yang berakhlak

berpegang pada nilai-nilai mulia; 5) menjadi agen perubahan. Sikap ideal tersebut

perlu direkatkan dengan jiwa kepemimpinan yang berintegritas.

Sejarah panjang masa perjuangan pemuda bangsa Indonesia, mulai dari

perjuangan yang beroreintasi untuk mengusir penjajah, perjuangan dilatari

ideolgi untuk mencari jadi diri bangsa, perjuangan atas kekecewaan terhadap

rezim pemerintahan, sampai pada perjuangan melawan perkembangan zaman

merupakan hal yang perlu dipahami oleh pemuda itu sendiri pada masa sekarang.

Seperti yang telah digambarkan di atas saat ini pemuda Indonesia, khususnya

pemuda DKI Jakarta perlu menambah amunisi perjuangan menghadapi

perkembangan zaman dan mengisi kemerdekaan dengan semangat persatuan

bangsa.

Berbagai dinamika permasalahan pemuda di DKI Jakarta menjadi daya

tarik tersendiri untuk dikaji lebih terutama dalam konsep empat pilar

kepemudaan. Selain itu analisis kebijakan pemerintah mengenai kepemudaan

juga perlu dikaji guna melihat peranan kebijakan sendiri terhadap perkembangan

pemuda pada setiap periode semangat zamannya. Berdasarkan latar belakang dan

permasalahan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi pemuda perkotaan saat ini dan dikaitkan dengan

perjalanan sejarah dalam pijakan empat pilar kepemudaan (Nasionalisme,

Globalisasi dan Diplomasi, Kewirausahaan dan Responsible Consumer) di

DKI Jakarta ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menjelaskan kondisi pemuda perkotaan di DKI Jakarta saat ini dilihat

berdasarkan perkembangan semangat zaman.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

2. Menguraikan kondisi pemuda perkotaan dengan perjalanan sejarah pemuda di

DKI Jakarta dalam pijakan empat pilar kepemudaan (Nasionalisme, Globalisasi

dan Diplomasi, Kewirausahaan dan Responsible Consumer).

1.4. Hasil yang Diharapkan

1. Deskripsi tentang sejarah kepemudaan dan kondisi pemuda perkotaan,

khususnya di DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia dan Kota

Metropolitan.

2. Pengkajian empat pilar kepemudaan menurut sejarah, berdasarkan

perkembangannya hingga saat ini.

3. Menjadi baseline data pemerintah untuk membuat kebijakan kepemudaan yang

tepat

4. Bermanfaat untuk menambah wawasan bagi masyarakat mengenai kondisi

pemuda perkotaan.

5. Menjadi masukan kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian

selanjutnya, khususnya mengenai kepemudaan di perkotaan lainnya dan juga

pilar kepemudaan lebih dalam lagi.

1.5. Kerangka Teori

1. Sejarah Pergerakan Pemuda

Sejak abad ke 17 wilayah DKI Jakarta merupakan arena perjuangan bagi

para pemuda untuk melawan para kolonial Belanda. Perlawanan fisik yang

mengugurkan banyak jiwa pemuda pun tak terelakan, langkah tak gentar

dilakukan oleh para pejuang muda untuk merebut kembali tanah air Indonesia.

Pada masa itu pemuda merasa perjuangan fisik tidak cukup untuk mengusir

penjajah dari nusantara. Para pemuda pun menginisiasi untuk membentuk

perkumpulan pemuda bangsa, tak terkecuali pemuda Jakarta yang menginisiasi

pembentukan beberapa organisasi pemuda saat itu. Pemuda STOVIA menjadi

sebutannya, terdiri dari Sutomo, Gunawan, Suradji dan Suwardi Suryaningrat.

Pada tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa Dr. Wahidin S. dan para pemuda

STOVIA tersebut membentuk organisasi pemuda yaitu Boedi Oetomo.

Pembentukan organisasi tersebut menjadi momentum pergerakan organisasi

pemuda secara besar-besaran di seluruh wilayah Nusantara. Tahun 1918 telah

terbentuk beberapa perkumpulan pemuda nusantara diantaranya, Jong Java, Jong

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Sumatera, Jong Ambon, Jong Pasundan, Jong Batak, dan Pemuda Betawi, serta

Perhimpunana Pelajar Pelajar Indonesia. Para pemuda tersebut membuat

perhelatan pergerakan kepemudaan yaitu kongres pemuda pertama di tahun 1926

dan kongres pemuda kedua tanggal 26-28 Oktober 1928 yang diselenggarakan di

Jakarta. Kongres kedua pemuda telah melahirkan Sumpah Pemuda, yang menjadi

cerminan kesepakatan bangsa Indonesia yang heterogen menjadi bangsa yang

satu. Semangat patriotisme dan nasionalisme pemuda dalam bulir-bulir sumpah

pemuda telah menjadi pionir peristiwa proklamasi kemerdekaan bangsa

Indonesia di tahun 1945 yang dikumadangkan oleh Bung Karno di Lapangan

Banteng Jakarta.

Beranjak dari proklamasi kemerdekaan Indonesia, di periode tahun 1948-

1970 para pemuda Indonesia tetap melakukan pergerakan pemuda. Dalam

rentang tahun tersebut pergerakan pemuda tidak lagi tertuju untuk mengusir

penjajah darai tanah air. Berbagai pergerakan pemuda terfokus dalam perjuangan

ideologi untuk mencari jati diri bangsa Indonesia. Lahir beberapa organisasi

pemuda yaitu Pemuda PKI, Pemuda PNI, IPNU, HMI, Masyumi, PMII, IMM,

dan Gema Budhis. Ideologi yang dibawa oleh organisais pemuda tersebut dilatari

oleh nilai-nilai Agama. Nilai agama menjadi alat untuk mempererat jaringan

sosial politik organisasi. Tahun 1966-1970, organisasi pemuda yang kental

berlatar ideologi ini telah melakukan pergerakan perjuangan yang menghasilkan

Revolusi. Perjuangan yang dilakukan dalam berbagai bentut misalnya seperti

konflik fisik dan pembantaian kader-kader organisasi pemuda. Dalam masa ini

kecenderungan yang terjadi adalah terkotak-kotaknya perkumpulan pemuda

bangsa.

Kemudian di tahun 1973-1998, pergerakan pemuda kembali bersinergi

secara nasional. Terjadi peristiwa Malari ditahun 1974, yang merupakan puncak

pergerakan pemuda yang dikarenakan kekecewaan terhadap kebijakan rezim

Orde Baru. Dikala itu, ruang gerak pemuda sangat dibatasi oleh pemerintah.

Banyak pemuda yang ditangkap, dituduh menjadi pembelot bangsa, serta

pembatasan kegiatan organisasi ekstra dan intra mahasiswa. Merasa terkekang

dan dibatasi memicu para pemuda untuk terus melakukan perlawanan.

Pemerintah menjadi musuh bersama para pemuda dikala itu. Pembentukan

Dewan Mahasiswa yang lebih independen diberbagai perguruan tinggi, gerakan

untuk menuntut kebebeasan berpendapat dalam mimbar kampus, dan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

penyampaian aspirasi melalui kegiatan longmarch, telah menghantarkan

kemenangan atas perlawanan pemuda terhadap pemerintahan orde baru, yang

mana melahirkan reformasi.

Masuk dalam era tahun 1999 sampai saat ini, orientasi pergerakan

perjuangan pemuda pun berubah. Pemuda berjuang untuk mengisi buah karyanya

sendiri, yaitu reformasi. Kondisi zaman yang terus berkembang, era globalisasi

yang deras memasuki Indonesia serta kemajuan teknologi informasi, telah

menjadi musuh nyata bagi pemuda saat ini. Kondisi yang terjadi saat ini,

sebagian besar pemuda tidak dapat memanfaatkan perkembangan zaman.

Pemuda cenderung menjadi penikmat dan semnagat untuk produktif pun

menurun. Pergerakan pemuda pun terus tergerus oleh perkembangan zaman. Tak

terelakan sebagian besar pemuda DKI Jakarta pun menjadi korban era

globalisasi. Pemuda yang hidup di kota metropolitan seperti Jakarta ini

cenderung bersikap apatis, pragmatis, individualis dan semangat nasionalisme

pun luntur. Akan tetapi tidak semua pemuda Jakarta bersikap seperti itu,

beberapa kalangan pemuda masih aktif mengisi reformasi. Berbagai

pemberdayaan pemuda guna membangkitkan potensi, peran aktif dan arena

aktualisasi diri pemuda tetap dilakukan oleh bebrapa kalangan pemuda Jakarta.

2. Sejarah singkat gubernur DKI Jakarta berkaitan dengan kebijakan

kepemudaan

Fokus penelitian ini terkait dengan sejarah panjang perkembangan

pemuda di kota Jakarta. Seperti yang terlihat dalam identifikasi masalah, terdapat

perubahan orientasi pemuda setiap periode sejarah Indonesia. Tak dapat terelakan

bahwa salah satu penyebab utama perubahan tersebut dikarenakan salah satu

kebijakan pemerintah dikala itu. Kebijakan pemerintah dalam SK

No.0156/U/1978 mengenai Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi

Kemahasiswaan (NKK/BKK) dan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini

membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di

Lingkungan Perguruan Tinggi (BEM UI, 2014). Kebijakan tersebut telah

memberikan dampak pada keterbatasan ruang gerak pemuda untuk beraktualisasi

diri. Pemuda dibatasi untuk memberikan aspirasi dan pendapat kepada

pemerintahan di masa itu. Pembahasan pada subab ini dibagi menjadi empat

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

periode yaitu 1) 1945-1966, 2) 1966-1977, 3) 1977-1997, dan 4) 1997-2012,

sebagai berikut:

1) Periode 1945-1966

Pemuda telah menjadi isu sentris kebijakan disetiap periode

kepemimpinan Gubernur di DKI Jakarta. Jika dirunut berdasarkan periode

kepemimpinan terdapat beberapa kekhususan bahasan mengenai kepemudaan.

Dimulai dari kepemimpinan Soewirjo yang menarik perhatian Belanda. Dimasa

kepemimpinannya Soewirjo berupaya memberikan semangat berorganisasi dan

kerap berpesan untuk menyusun organisasi sebai-baiknya. Pesan ini tentu

menjadi dukungan awal bagi pemuda Jakarta untuk membentuk organisasi guna

memperkuat barisan pertahanan kemerdekaan Indonesia (Soeparmo, 2012

Soewirjo).

Kepemimpinan Soewirjo digantikan sementara oleh Daan Jahja. Daan

Jahja memimpin Jakarta saat usianya menginjak 23 tahun, usia tersebut dapat

dikategorikan sebagai pemuda. Semangat kepemudaan Daan Jahja tidak terlihat

khusus dalam kebijakan-kebijakan pemuda, namun semangat kepemudaan ini

telah menularkan motivasi kepada pemuda lain untuk ikut berjuang membangun

kota Jakarta. Didukung dengan beberapa rekan-rekan pemuda dimasa itu dan

jiwa nasionalisme yang tinggi, telah mengantarkan kembali sistem administrasi

Kota Jakarta dalam nilai-nilai kebangsaan Indonesia yang sempat hilang karena

dominasi Belanda .

Periode kepemimpinan Sjamsuridjal membuahkan hasil berupa

pembangunan beberapa kawasan hiburan untuk warga pribumi. Kawasan tersebut

juga membangun komplek bermain olahraga (Soeparmo, 2012 : Soewirjo). Hal

ini tentu saja menjadi arena aktualisasi diri pemuda dalam bidang olah raga di

masa tersebut. Kemudian, kepemimpinan Sudiro memberikan angin segar kepada

pemuda untuk berfokus pada pendirian, cita-cita luhur bangsa, dan dewasa

berpolitik dalam situasi yang dinamis. Tentu saja hal tersebut memberikan

suntikkan yang efektif terhadap beberapa pergerakan pemuda saat itu.

Pada masa kepemimpinan Soemarno dibuat ketentuan bagi pemuda untuk

berpartisipasi mengikuti pelatihan dengan pemadam kebakaran dan mendidik

para pemuda untuk disiapkan sebagai pendamping pamongpraja melaksakan

sensus (Soeparmo, 2012 : Soemarno). Dalam masa kepemimpinan Soemarno

juga menginisiasi pembangunan gelanggang olah raga gelora bung karno untuk

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

menjadi program pembangunan jangka panjang. Memasuki era tahun 1960-an,

menjadi masa kepemimpinan Henk Ngantung. Sebagai Gubernur DKI, Heng

Ngantung menciptakan karya seni berupa lambang DKI Jakarta, lambang

Kostrad, monumen nasional (Monas) dan patung selamat datang. Patung selamat

datang diperuntungan untuk orang-orang yang datang ke Jakarta. Selain itu,

patung tersebut merupakan bentuk apresiasi bagi Pemuda yang kala itu sedang

berkompetisi dalam Asean Games (merdeka., 2014). Pembangunan patung ini

tentu memberikan semangat baru bagi pemuda untuk terus berkaya membangun

kota DKI Jakarta.

Dalam gambar berikut ini merupakan dokumentasi karya kepemimpinan

Soemarno :

Monumen Nasional (Monas)

Patung Selamat Datang

Gambar 1.4 Dokumentasi Karya Gubernur Soemarno Sumber: www.detikforum.com

Menjabat selama sepuluh tahun sebagai Gubernur DKI Jakarta tentu

menjadikan Ali Sadikin sebagai tokoh yang acap kali menarik untuk

diperbincangkan. Kontroversi beberapa kebijakan membuat namanya selalu

dikenang hingga saat ini. Kebijakan pengenaan pajak judi menjadi keuntungan

bagi pembangunan di kota Jakarta (Soeparmo, 2012 : Ali). Sedikit banyaknya hal

tersebut berpengaruh pada pembangunan arena bagi pemuda Jakarta.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Pembangunan Taman Ismail Mardzuki (dapat dilihat dalam gambar 1.5) menjadi

salah satu contoh. Pembangunan Taman tersebut menjadi wadah bagi kaum

pemuda di bidang kesenian dikala itu, dan menjadi tempat hiburan yang ramai

dikunjungi oleh warga pribumi. Selain itu, Ali juga membangkitkan jiwa

kesenian diberbagai perguruan tinggi di Jakarta. Tidak hanya seni yang didukung

olah raga pun menjadi bidang yang didukung oleh kepemimpinan Ali.

Mendampingi atlet yang akan bertanding pada PON menjadi agenda Ali,

peremajaan fasilitas olah raga, dan pembangunan kompleks sekolah olah raga di

Ragunan. Hasil kebijakan pembangunan yang cukup fenomena adalah

pembangunan Planet Senen Youth Centre didirikan pada masa pemerintahannya.

Tempat ini menampung segala aktifitas sosial budaya seluruh mahasiswa Jakarta,

tempat menunjukan bakan dan minat pemuda, sehingga dapat mencegah

diorientasi aktivitas pemuda yang mengarah kepada kenalalan pemuda

(Soeparmo, 2012 : Ali).

Gambar 1.5. Taman Ismail Marzuki

Sumber : www.mostlyjakarta.com 2) Periode 1966-1977

Tjokropranolo salah satu tokoh nasional yang memiliki karir besar dalam

kemiliteran. Pengalaman tersebut sedikit banyak memberikan bekal kepada

Tjokropranolo untuk menjadi pemimpin yang tangguh. Usaha kecil menjadi

perhatian utama Tjokropranolo, dialokasikannya ratusan tempat untuk puluhan

ribu pedangan kecil yang didominasi oleh kelompok usia muda dikala itu.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Perhatian Tjokropranolo juga terfokus pada kebutuhan sarana olah raga

bagi warga DKI Jakart. Program pembebasan Jalan Jenderal Sudirman dan MH

Thamrin setiap hari sabtu dan minggu pagi, untuk dipergunakan warga berolah

raga dan jalan kaki, telah mengundang antusiasme besar bagi para warga DKI

Jakarta (www.infolite.com). Sementara itu, masalah lalu transportasi pun menjadi

perhatian utama sang gubernur. Salah satu kebijakan yang dilakukan adalah

menghapus moda transportasi oplet (dalam gambar 3) yang digantikan dengan

moda transportasi mikrolet (lebih modern dimasa itu) (www.merdeka.com).

Gambar 3. Opelet Moda Trasportasi

Sumber: www.viruspintar.com

3) Periode 1977-1997

Soeprapto yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta selama lima

tahun ini, cukup besar memberikan sumbangsih pada tata kota wilayah Jakarta

saat ini. Soeprapto merupakan Gubernur yang menggagas Master Plan DKI

Jakarta terkait Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Wilayah Kota Jakarta

dikala itu (www.kemenpu.com). Kecakapan dalam memimnpin dan

ketegasannya berdampak pada kebijakan pengaturan pemerintah kota Jakarta di

masa itu. Sistem keterbukaan, refungsionalisasi aparatur, ketegasan, dan

penegakan disiplin aparatur dan masyarakat pun secara tegas dilaksanakan

dimasa kepemimpinannya. Tentu saja hal ini memberikan dampak positif dan

menjadi contoh baik bagi pemuda di masa itu.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Wiyogo berhasil melakukan pembebasan kawasan becak, Swastanisasi

kebersihan, pembangunan dan perluasan jalan arteri, jalan layang dan underpass.

Selain itu, dilakukannya pemindahan Pekan Raya Jakarta yang semula

diselenggarakan di Monas ke Kemayoran. Lalu, memindahkan Terminal Cililitan

ke Kampung Rambutan juga pengembalian kelestarian Ciliwung

(www.kemenpu.com). Tentu saja, kebijakan-kebijakan tersebut banyaknya telah

mempengaruhi kehidupan pemuda dikala itu. Fokus terhadap kebersihan dan

kelestarian telah mengajarkan kepada pemuda dikala itu untuk selalu menjadi

warga DKI Jakarta yang perhatian terhadap lingkungan dan cakap dalam

kebersihan.

Kenakalan pemuda menjadi perhatian utama dimasa kepemimpinan

Surjadi. Pekelahian di sekolah, tawuran antar pelajar bahkan sampai antar

mahasiswa, membuat Surjadi berkerja sama dengan beberapa aktor untuk

membantu menyelesaikan masalah tersebut. Salah satunya bekerjasama dengan

MUI sebagai ormas islam yang diarahkan memberikan daya tahan mental

spiritual pemuda agar dapat tertuntun menjadi peringai yang baik (Soeparmo,

2012 : Surjadi). Selain itu, Surjadi pun memberikan sanksi keras bagi pemuda

yang melakukan tawuran sampai berdampak pada kerugian lingkungan sekitar.

4) Periode 1997-2007

Dikala kepemimpinan sutiyoso tidak terlalu banyak konsen kebijakan

kepemudaan yang diberlakukan, karena pada masa itu Jakarta dilanda berbagai

kisruh. Berbagai aspek menjadi masalah bagi DKI Jakarta, kebersihan,

keamanan, banjir, kemacetan dan tindakan anarkis. Pemuda turut andil dalam

berbagai permasalahan yang ada di Jakarta saat itu. Salah satunya pemuda kerap

menjadi aktor dalam tindak anarkis dan merusak lingkungan (Soeparmo, 2012 :

Sutiyoso). Oleh karena itu dilakukan bebagai upaya untuk mengatasi

permaslahan tersebut, salah satunya melakukan pembinaan pemuda.

Perkembangan zaman di era kepemimpinannya telah menuntut Fauzi

Bowo untuk melakukan berbagai inovasi dalam pembangunan kota Jakarta. Tak

terkecuali Fauzi turut memperhatikan bidang kepemudaan, berbagai program

kerja dibuat oleh Fauzi dikala itu. Pembinaan atlet Jakarta, penyelenggaraan

berbagai tournament baik berskala nasional maupun Internasional dalam bidang

olah raga di Jakarta, program pembinaan kepemudaan (dalam bidang organisasi,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

kewirausahaan, akademik), penyelenggaraan Youth Festival 2012, peningkatan

sarana dan prasarana Olahraga dan Pemuda (Gelangang Remaja, Gelanggang

Olah Raga, Stadion Olah Raga) (Soeparmo, 2012 : Fauzi Bowo). Hal ini tentu

memberikan dampak positif bagi perkembangan pemuda ke depannya.

Berikut ini beberapa gambar foto-foto pemimpin DKI Jakarta, periode

1945 - 2012 :

Soewiryo

1945-1947 dan

1950-1951

Daan Jahja 1948-1950

Sjamsuridjal 1951-1953

Sudiro

1953-1960

Soemarno

1960-1964 dan

1965-1966

Henk

Ngantung 1964-1965

Ali Sadikin 1966-1977

Tjokropranolo

1977-1982

Soeprapto 1982-1987

Wiyogo

Atmodarminto 1987-1992

Soerjadi

Soedirdja 1992-1997

Sutiyoso

1997-2007

Fauzi Bowo 2007-2012

Gambar 1.6. Foto-Foto Gubernur DKI Jakarta 1945-2012

Sumber: Olahan penelitian

Berdasarkan pemaparan mengenai perjalanan kebijakan kepemudaaan

yang terdapat disetiap periode kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, sedikitnya

telah memberikan gambaran bahwa isu kepemudaan telah menjadi topik sentris

disetiap periode kepemimpinan di DKI Jakarta. Pemuda sisebut-sebut sebagai

generasi penerus bangsa yang kerap dapat menjadi pembawa angin segar ataupun

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

sebagai bom waktu. Pola pikir dan tindakan pemuda terus bertransformasi dari

masa ke masa, sehingga diperlukan berbagai penanganan berupa kebijakan

publik guna menciptakan pemuda yang dapat mengharumkan nama bangsa dan

negara. Oleh karena itu, guna mengkaji sejarah pemuda perkotaan di DKI Jakarta

diperlukan berbagai intrumen analisi kebijakan yang dikaitkan dengan konsep

empat pilar kepemudaan. Melihat titik berat kajian ini mengenai sejarah, maka

diperlukan pembahasan yang dibagi kedalam empat dekade yaitu: 1) 1945-1966,

2) 1966-1977, 3) 1977-1997, dan 4) 1997-2012. Pembagian kedalam beberapa

dekade ini bertujuan untuk melihat perkembangan sejarah kepemudaan modern

secara holistik.

3. Konsep Pemuda

1) Definisi Pemuda

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan

generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda

atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Selain itu juga dijelaskan

bahwa pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami

perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional,

sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini

maupun masa datang. (Erlangga, 2008)

WHO menyebutkan ‘young people’ (pemuda) dengan batasan usia 10–24

tahun, sedangkan 10-19 tahun disebut ‘adolescenea’ atau remaja. Internasional

youth year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk usia 15 -

24 tahun sebagai kelompok pemuda. (Afrina, 2014)

Secara harfiah, kamus Websters Pricenton (kemenegpora, 2009)

mengartikan bahwa youth yang diterjemahkan sebagai pemuda adalah the time of

life beetween childhood and maturity; early maturity; the state of being young or

immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young

person (rentang kehidupan antara masa kanak-kanak dengan masa kedewasaan;

alwal kedewasaan; menjadi muda atau belum dewasa atau kurang

berpengalaman; memiliki kesegaran dan vitalitas sebagai karakteristik atas orang

muda). Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa pemuda adalah

individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun

belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Undang-Undang tentang kepemudaan mendefinisika kepemudaan

(keadaan atau kondisi muda, sama dengan ‘masa kanak-kanak’ atau

‘kedewasaan’) sebagai berbagai hal yang bekaitan dengan potensi, tanggung

jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda. (UU No. 40

Tahun 2009, Pasal 1.2).

Walaupun definisi PBB tentang “pemuda” biasanya mencakupi mereka

yang berusia 15–24 tahun (bertumpang tindih membingungkan dengan “anak”

yang meliputi usia 0–17 tahun), peraturan perundang-undangan Indonesia

(seperti halnya di beberapa negara lain Asia, Afrika dan Amerika Latin)

memperpanjang batas formal “pemuda” hingga usia yang mengherankan.

Undang-undang baru tentang kepemudaan No. 40 Tahun 2009, Pasal 1.1

menyebutkan pemuda sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode

penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun.

Alasan-alasan penguluran batas “pemuda” hingga tiga puluh tidak dijelaskan

dalam Undang-Undang atau “naskah akademik” yang menyertainya di sepanjang

proses pembahasan legislatif yang , pada mulanya (seperti dalam Rancangan

Undang-Undang) menetapkan rentang umur 18 – 35 tahun (Menpora, tanpa

tahun, 30-36). Yang jelas, ini sejalan dengan banyak pemerintah negara sedang

berkembang lain yang menetapkan batas akhir pemuda hingga 35 atau bahkan 40

tahun.

Menurut Erlangga, dkk. (2008) konsep pemuda dapat ditinjau dari segi

budaya, sosial-psikologi dan budaya, dan ideologis politis adalah :

a. Ditinjau dari segi budaya atau fungsional dikenal istilah anak (usia 0 - 13

tahun), remaja (usia 13 - 18 tahun) dan dewasa (usia 18 - 21 tahun).

Ditinjau dari segi hukum, di muka pengadilan manusia berumur 18 tahun

sudah dianggap dewasa. Untuk tugas-tugas negara usia 18 tahun sering

diambil sebagai batas dewasa.

b. Ditinjau dari segi sosial-psikologi dan budaya, pematangan pribadi

ditentukan pada usia 21 tahun. Dari sisi angkatan kerja, ditemukan istilah

tenaga muda yaitu calon-calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja

dan berusia antara 18 -22 tahun.

c. Ditinjau dari segi ideologis politis, pemuda adalah penerus generasi

terdahulu dalam hal ini berumur antara 17 - 30 tahun (inpres No. 12 tahun

1982) ditetapkan sebagai diakuinya hak-hak politik pemuda dalam

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut terlihat dalam

keikutsertaan mereka dalam pemilihan umum pada usia 17 tahun.

Mendukung hal di atas pada usia pertengahan 20an sebagian besar fungsi

tubuh telah tumbuh sempurna. Daya pengelihatan, penciuman, perasa dan

sensitivitas terhadap rasa sakit dan temperatur juga berada pada puncaknya.

Namun, justru setelah usia 25 tahun kelompok ini berangsur kehilangan daya

pendengaran, terutama toleransi terhadap suara bernada tinggi. Secara kognitif,

tahap ini memiliki karakteristik berikut : kemampuan untuk berhadapan dengan

kebimbangan, ketidakkonsistenan, kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan

kompromi. Kognisi pada level ini disebut postformal thought. postformal

thought adalah cara berfikir yang menandai kedewasaan seseorang. Pemikiran

postformal melihat informasi dalam sebuah konteks sosial. Penelitian

menunjukkan bahwa kreatifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah praktis

berkembang pada masa ini, sedang kemampuan menyelesaikan masalah

akademik (yang memiliki jawaban pasti) justru menurun. Steinberg (Waryoko,

2009) memberikan konsep “tacit knowledge” sebagai aspek penting dalam

pengembangan kognisi. “tacit knowledge” adalah pengetahuan yang sangat

berguna tentang bagaimana mencapai tujuan pribadi individu, termasuk di

dalamnya : manajemen diri (tahu bagaimana memotivasi diri sendiri serta

mengatur energi dan waktu), manajemen tugas (tahu bagaimana melakukan suatu

pekerjaan, misalnya membuat laporan kerja), dan manajemen orang lain (tahu

kapan memberi ganjaran dan mengkritik orang lain).

2) Pemuda perkotaan

Penelitian ini menggambarkan pemuda perkotaan sebagai subjek utama

yang dipelajari baik dari deskripsinya, dan berbagai perkembangannya sesuai

dengan semangat zaman di setiap periode. Pengertian kota secara sosiologi

terletak pada sifat dan ciri kehidupannya dan bukan ditentukan oleh menetapnya

sejumlah penduduk di suatu wilayah perkotaan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1

disebutkan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang

mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta

permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Menurut Soekanto (1994) ada beberap ciri yang menonjol pada

masyarakat kota yaitu kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan

dengan kehidupan keagamaan di desa. Orang kota pada umumnya dapat

mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting

disini adalah manusia perorangan atau individu. Pembagian kerja di antara

warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.

Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak

diperoleh warga kota dari pada warga desa. Interaksi yang terjadi lebih banyak

terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi. Pembagian

waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan

individu. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab

kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Dari berbagai literatur di atas maka pemuda perkotaan dapat diartikan

sebagai pemuda yang tinggal di daerah perkotaan dan memiliki sifat dan ciri

kehidupan masyarakat kota pada umumnya.

4. Konsep Empat Pilar Kepemudaan

Penelitian ini merupakan penelitian historik tetapi tetap futuristik.

Artinya, tidak hanya menggambarkan dan memetakan sejarah kepemudaan

Indonesia khususnya Jakarta tetapi juga menjadi landasan dalam pengembangan

kapasitas kepemudaan untuk beberapa tahun kedepan. Kapasitas pemuda sebagai

agen perubahan dapat dibangun dengan nilai dari empat pilar kepemudaan.

Menurut Laksmono (2013) dalam tulisan ilmiah yang berjudul Agenda

Pemuda dalam Transisi : Tinjauan Empat Pilar Pengembangan Karakter,

dituliskan bahwa :

1) Pilar Identifikasi Kebangsaan (Nationalism)

Pergesaran makna bangsa menjadi bentuk kebangsaan mulai dipakai

untuk menujukkan sebuah kesatuan kultural (cultural unity) dan kedaulatan

politik (political unity) dari suatu bangsa. Kesatuan kultural dan kedaulatan

politik merupakan dua kata kunci yang penting untuk memahami kebangsaan.

Kebangsaan dalam pengertian kedaulatan kultural atau cultural unity akan

berbicara mengenai semangat kebangsaan yang timbul dalam diri sekelompok

suku atau masyarakat karena mereka memiliki kesamaan kultur atau budaya.

Pengertian kedua adalah bangsa dalam arti kedaulatan politik. Berdasarkan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

pengertian ini, political unity suatu kelompok masyarakat menentukan sikap

politik mereka atas dasar nasionalisme, entah nasionalisme kultural atau

nasionalisme politik untuk memperjuangkan terbentuknya sebuah negara yang

independen. Itu berarti baik kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan

kultur maupun yang multi kultur dapat memiliki nasionalisme dalam artian

kedaulatan politik ini. Menurut pengertian ini, Indonesia termasuk yang memiliki

nasionalisme dalam arti kedaulatan politik. Demikian pula halnya dengan negara-

negara lain yang memiliki keragaman kultur.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa identifikasi kebangsaan

terdiri atas dua unsur, yaitu kondisi atau kondisi-kondisi obyektif tertentu dan

unsur emosi yang bersifat subyektif. Bahasa, agama, tradisi dan sejarah serta

letak geografis adalah kondisi-kondisi obyektif yang mungkin mendorong

lahirnya identitas kebangsaan. Sedang unsur subyektif dari kebangsaan adalah

kehendak dan tujuan untuk membentuk negara. Kebangsaan sebagai landasan

sikap untuk menjadikan kesejahteraan seluruh warga bangsa sebagai acuan utama

dalam berpikir, memilih, dan menentukan kebijakan maupun dalam bertindak

bagi setiap warga bangsa dan lembaga-lembaga kenegaraan maupun

kemasyarakatan tetap diperlukan saat ini. Sebab, hanya dengan itulah cita-cita

mewujudkan kemerdekaan bangsa dalam artian yang luas dapat kita wujudkan

setahap demi setahap.

2) Pilar Diplomasi dan Hubungan Global (Diplomacy and Global Partnership)

Era ini ditandai adanya perubahan paradigma: peran masyarakat menguat,

sementara peran negara berkurang. Perubahan itu juga terjadi di ranah diplomasi.

Globalisasi membuka ruang keterlibatan publik dalam diplomasi. Diplomasi

bukan lagi melulu urusan pemerintah. Hubungan internasional tidak lagi semata-

mata dipandang sebagai hubungan antarnegara, tapi juga meliputi hubungan antar

masyarakat internasional (Susetyo, 2008). Diplomasi tradisional (first track

diplomacy) ala pemerintah kini berkembang menjadi diplomasi publik atau bisa

juga disebut diplomasi informal (second track diplomacy). Isu diplomasi publik

ini mengemuka karena pemerintah— jika berjalan sendirian-tidak lagi mampu

secara efektif menyampaikan pesan-pesan diplomasi dalam situasi dan isu-isu

yang semakin kompleks. Eksistensi pemuda sekaligus pelajar Indonesia di luar

negeri sangat strategis untuk memainkan peran diplomasi publik dan kerjasamana

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

global sebagai duta bangsa orang ke orang (person-to-person ambassador) dalam

membangun opini positif guna meningkatkan manfaat hubungan Indonesia dan

dunia internasional. Dengan kemampuan, keterampilan, dan pergaulannya

dengan masyarakat di mana ia belajar, organisasi pelajar indonesia yang bernama

perhimpunan pelajar Indonesia bisa membangun semangat kerja sama

abtarbangsa dengan dasar ikatan saling menghargai, menghormati, dan memiliki.

Dengan memanfaatkan jalur kampus serta langkah-langkah akademis, peran

perhimpunan pelajar Indonesia sangat menguntungkan dalam menciptakan

wacana yang kondusif serta mengklarifikasi pernyataan-pernyataan media yang

seringkali berat sebelah. Seminar-seminar kampus serta tulisan-tulisan para

pelajar yang bernilai akademis mengenai Indonesia akan sangat membantu

memberikan acuan dalam kancah adu pendapat dan opini publik. Pemuda yang

belajar diluar negeri bisa mengadakan kegiatan-kegiatan seminar yang

melibatkan institusi pemerintah dari dua negara serta merancang kegiatan-

kegiatan yang menarik bagi media, untuk menyuarakan kepentingan dan

pembangunan citra Indonesia. Peran pemuda tidak hanya berdiplomasi ke luar

tetapi juga ke dalam. Dengaan kapasitas dan kritisismenya, pemuda bisa

memberikan masukan dan umpan balik kepada pemerintah dan masyarakat,

sehingga pembangunan dan stabilitas nasional yang dinamis bisa berjalan. Ada

beberapa peran diplomatik yang secara aktual dimainkan oleh pemuda dan

pelajar Indonesia. Pertama pemuda dan pelajar Indonesia di luar negari berperan

aktif memainkan fungsinya dalam diplomasi budaya. Keragaman budaya, tradisi,

kesenian dan barang-barang kerajinan merupakan daya tarik yang dapat

menunjang promosi wisata indonesia, sebagai bagian dari diplomasi budaya di

luar negeri.

3) Pilar Prodiktivitas dan Kewirausahaan (Productivity and Enterpreneurship)

Pemuda sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki semangat yang

besar dan kesempatan yang luas dalam mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Potensi tersebut selayakanya harus digali sebagai bentuk

pengembangan diri agar dapat berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa.

Dengan berbekal kemampuan dan skill yang dimiliki oleh pemuda maka, perlu

adanya upaya untuk mewadahi kemampuan tersebut supaya memiliki nilai lebih.

Mengakomodir dan mewadahi potensi pemuda dapat merangsang kepekaan guna

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

menciptakan inovasi dari hasil karya yang telah dibuat. Terkait dengan

pengelolaan potensi pemuda agar memiliki produktivitas tinggi, maka

pengembangan kreativitas dan inovasi terkait produk yang dihasilkan oleh

pemuda harus ditompang melalui 3 komponen yaitu (1) kemampuan pribadi; (2)

kesempatan dan; (3) kemampuan manejerial atau strategi.

4) Pilar Resposibility and Consumerisme

Ada yang menganggap bahwa dengan semakin kuatnya pengaruh global

maka semakin maju bangsa tersebut karena adanya petukaran pengetahuan,

informasi dan perkembangan negaranya untuk diadopsikan ke negara lain. Begitu

juga dengan perubahan perilaku masyarakat yang semakin maju akibat adanya

transfer pengetahuan dari proses interaksi dengan masyrakat di negara lain.

Besarnya pengaruh globalisasi di negara ini memang sepatutnya mendapatkan

filter sebagai benteng untuk menjaga identitas bangsa. Menjaga identitas bukan

mengharuskan menutup diri dari interaksi negara lain. Tetapi bagaimana

mengutakan pengaruh bagi masyarakat khususnya generasai muda bangsa

(pemuda) agar tidak kehilangan jati diri sebagai anak Indonesia. Kondisi ini perlu

di perhatikan karena pemuda memiliki jiwa dan karakter yang labih dan mudah

terpengaruh dengan budaya negara lain yang dapat merusak dan menghancurkan

sendi-sendi karakter bangsa. Sampai saat ini dampak yang sangat nyata adalah

tingginya perilaku konsumtif pemuda dan perilaku menyimpang seperti sex

bebas, Narkoba, dan kegiatan patologis lainnya. Konsumerisme tidak hanya

merusak generasi penerus bangsa tetapi juga memudarkan nilai-nilai kebangsaan

dan ketatanegaraan. Seperti contoh maraknya perilaku korupsi pejabat negara

akibat tuntutan ekonomi yang semakin tinggi. Untuk itu, tanggung jawab pemuda

untuk mengembalikan perannya dalam pembangunan negara harus segera

dilakukan. Tanggung jawab pemuda Indonesia di era global ini harus mereposisi

pemuda menjadi sebuah gerakan yang dapat membangun civil society sebagai

model penguatan identitas bangsa. Mereposisi gerakan pemuda pada saat ini

cukup penting mengingat pengaruh budaya barat yang menghancurkan moral

pemuda semakin besar. Selain itu reposisi gerakan pemuda menjadi sebuah

embrio kemunculan pemuda menjadi pemimpin daerah yang merupakan bagian

dari semangat otonomi daerah.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

1.6. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berupaya menggambarkan secara rinci mengenai pemuda

perkotaan, bukan hanya mengenai permasalahan pemuda, tetapi juga perjalanan

sejarah kepemudaan dalam rentang waktu perjalanan sejarahnya terutama

pemuda di Jakarta dikaitkan dengan empat pilar kepemudaan. Dengan demikian,

secara spesifik penelitian ini berupaya menjelaskan bagaimana sejarah pemuda

perkotaan berdasarkan semangat zaman dikaitkan dengan nasionalisme,

globalisasi dan diplomasi, kewirausahaan dan responsible consumer. Metode

yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hal ini

disebabkan karena pendekatan kualitatif bersifat lebih sistematis, dan

menjelaskan fakta sosial yang ada dalam masyarakat khususnya kajian sejarah

mengenai kepemudaan.

Pendekatan kualitatif memiliki kelebihan dalam upaya untuk memahami

lebih dalam, kelenturan dalam penelitian sesuai dengan temuan yang ditemukan

di lapangan dan hemat dalam kategori pengeluaran penelitian (Rubin & Babbie,

2010). Sedangkan menurut Kirk dan Miller (1986) mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif bersifat pluralistik yang terdiri dari berbagai macam

pendekatan, termasuk fenomenologi, semiotik, etnografi, sejarah hidup dan

historical research.

Berdasarkan definisi di atas, penelitian deskriptif ini mencoba

menggambarkan secara spesifik detail dari situasi, seting sosial, atau suatu

hubungan. Deskriptif berusaha menjelaskan pertanyaan berupa bagaimana dan

siapa. Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan, dan menganalisis sejarah

pemuda perkotaan dalam konteks empat pilar kepemudaan. Penelitian ini

menggambarkan (mendiskripsikan) fakta atas kejadian atau hal khusus yang

terjadi di lapangan secara sistematis, faktual dan akurat dalam sebuah kelompok

usia, menyajikan informasi dasar, menciptakan seperangkat kategori dan

menjelaskan tahapan-tahapan atau seperangkat tatanan. Konseptualisasi proses

tersebut kemudian dituangkan menjadi suatu metode penelitian lengkap dengan

pola analisis observasi serta pengumpulan data yang diperlukan untuk

melukiskan fenomena tersebut. Oleh karenanya metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Pengumpulan Data

Dalam upaya memperoleh informasi yang akurat serta memudahkan

berjalannya penelitian mengenai sejarah pemuda perkotaan, yang secara khusus

mengambarkan kondisi pemuda perkotaan dilihat dari segi sejarah

perkembangannya dikaitkan dengan empat pilar kepemudaan. Maka lokasi

penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta, yakni di 5 wilayah kota administrasi DKI

Jakarta antara lain Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur

dan Jakarta Utara. Lokasi tersebut menjadi pilihan karena merupakan basis

pemuda Jakarta yang dapat mewakili pemuda kota Jakata, serta mayoritas

merupakan titik pusat pergerakan pemuda perkotaan.

Waktu kerja dari kajian dan penelitian ini membutuhkan waktu kurang

lebih 10 bulan yang meliputi dua lingkup utama yaitu kajian & penelitian, dan

sosialisasi.

Tabel 1.2 Timeline Kerja

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Studi Literatur

2 Pengumpulan Data Sekunder

3 Pembuatan Kuesioner

4 Uji Validitas & Reliabilitas

5 Pembuatan Laporan Pendahuluan

6 Pengumpulan Data primer (Poling)

7

Wawancara dengan Organisasi

Kepemudaan

8 Focus Group Discussion

9 Entry dan Pengolahan Data

10 Analisis Data

11 Penyelesaian Draft Laporan Akhir

12 Seminar Hasil Penelitian

13 Laporan Akhir

Sumber : olahan penelitian

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

3. Pemilihan Informan

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

ü Pemuda yang berdomisili di DKI Jakarta, dan sebagian besar aktifitasnya

berada di Jakarta.

ü Pemuda yang menjadi pengurus di organisasi kepemudaan di DKI Jakarta.

Antara lain yaitu ketegori OK yang menjadi informan berasal dari organisasi

kepemudaan berlandaskan hukum/politik : HMI, KNPI, PCMI. OK yang

berlandaskan hobi : suporter Jakmania, Indonesia running. OK yang

berdasarkan sosial/kemasyarakatan : karangtaruna, HIPMI, Gannas. OK yang

berlandaskan agama : OMK. OK yang berlandaskan gerakan kemahasiswaan

: BEM, AIESEC. OK yang berlandaskan kerelawanan : PMR, Pramuka.

ü Sejarahwan dan praktisi yang mendalamidi bidang kepemudaan dan sejarah

kepemudaan di Kota Jakarta.

Informan yang dipilih adalah informan yang mengetahui secara akurat

mengenai kondisi pemuda di Jakarta dan juga mengenai sejarah pemuda

perkotaan khususnya di DKI Jakarta. Sementara untuk informan yang ada di

dalam organisasi kepemudaan adalah informan yang sedang aktif atau tengah

menjabat sebagai pengurus di organisasinya masing-masing. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana persepsi dan pendapat organisasi kepemudaan atas

kondisi kepemudaan saat ini dilihat dari semangat zaman setiap periodenya, yang

akan menjadi gambaran untuk menjawab pertanyaan penelitian ini.

Berdasarkan alasan tersebut, maka theoritical sampling (Neuman, 2006)

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Tabel informan Informan Informasi Teknik Jumlah

Pemuda di

DKI Jakarta

(sekolah dan

kampus)

Persepsi terhadap kota Jakarta dan permasalahannya Poling 2000

orang Pandangan pemuda terhadap kondisi dan

permasalahan pemuda di perkotaan

Pandangan pemuda terhadap empat pilar

kepemudaan (nasionalisme, globalisasi dan

diplomasi, kewirausahaan, dan responsible

consumer)

Persiapan yang dilakukan pemuda untuk mengatasi

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Informan Informasi Teknik Jumlah

permasalahan kepemudaan dan harapan pemuda

atas kondisi kedepan mengenai pemuda

Pemuda di

Organisasi

Kepemudaan

DKI Jakarta

Permasalahan kepemudaan secara umum khususnya

di perkotaan

Wawancara

mendalam

dan studi

dokumentasi

20 orang

Kondisi kepemudaan dilihat dari semangat zaman

setiap periodenya

Partisipasi pemuda dalam mengatasi permaslahan

Pandangan terhadap pemuda secara umum dengan

pemuda yang ada dalam organisasi kepemudaan

terhadap empat pilar kepemudaan

Kebijakan mengenai kepemudaan baik di tingkat

daerah maupun tingkat nasional

Sejarahwan

dan praktisi

kepemudaan

Sejarah perkembangan kepemudaan di Indonesia

dan kota Jakarta

Wawancara

mendalam

dan studi

dokumentasi

3 orang

Kebijakan pemerintah daerah terhadap

perkembangan sejarah kepemudaan di Jakarta

Empat pilar kepemudaan yang berkaitan dengan

kebijakan

Sumber : Olahan Penelitian

Metode yang digunakan dalam pemilihan informan adalah teknik

purposive sampling. Purposive sampling is a valueable kind of sampling for

special situation. A non random sample in which the researcher uses a wide

range of methods to locate all possible cases of a highly specific and dificult-to-

reach-population (Purposive sampling adalah jenis sampling untuk situasi khusus.

Sebuah sampel non acak di mana peneliti menggunakan berbagai metode untuk

mencari semua kemungkinan kasus dari populasi yang sangat spesifik dan sulit

dijangkau) (Neuman, 2006:222). Berdasarkan karakteristik pemilihan informan,

maka penelitian ini hanya memilih informan dalam jumlah terbatas dan relatif

tidak banyak, tetapi dinilai mampu memberikan informasi langsung dan

mendalam sesuai dengan fokus dan topik penelitian. Sedangkan untuk sasaran

poling (survey) dari penelitian ini adalah :

Sampling Pemuda di Sekolah yang berada di Jakarta

Wlayah SMA Negeri SMA Swasta

Jakarta selatan SMA N 28 SMA Al Azhar 1

Jakarta Timur SMA N39 -

Jakarta Pusat SMA N68 Sancta Ursula

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Jakarta Utara SMA N 13, SMA N 80, SMA N 75 SMA Diponegoro 1

Jakarta Barat SMA N 78 SMA K 3 Penabur

Sampling Pemuda di Kampus yang berada di Jakarta

Wilayah Nama Perguruan Tinggi

Jakarta selatan Universitas Pancasila Universitas Al-Azhar

Jakarta Timur Universitas Negeri Jakarta -

Jakarta Pusat Universitas Indonesia YAI, Canisius College

Jakarta Utara - Universitas Atma Jaya

Jakarta Barat Universitas Bina Nusantara (binus) universitas Trisakti

Tehnik penarikan sampel yang digunakan untuk metode survey ini adalah

multiple stage sampling dimana dilakukan dengan beberapa teknik berjenjang.

Pertama menggunakan purposive sampling, kedua adalah cluster sampling area

yakni berdasarkan dasar geografis area yang terpilih. Ketiga Probability

proportionate to size (PPS) is An adjustment made in cluster sampling when the

each cluster does not have the same number of sampling elements (adalah teknik

pengambilan sampling yang dilakukan berdasarkan kelompok tertentu dimana

setiap cluster tidak memiliki jumlah yang sama). (Neuman, 2006)

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui berberapa cara

yakni dokumentasi, wawancara mendalam, dan survey menggunakan poling.

Dokumentasi yakni teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian

dan penemuan bukti-bukti. (Afifidin, 2009). Sumber data skunder berupa data-

data yang dikumpulkan dari bahan-bahan informasi dan dokumen lainnya yang

ada di arsip sejarah. Alasannya adalah untuk melengkapi informasi yang

dikumpulkan melalui wawancara mendalam.

Pada penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan melalui in depth-

interview atau wawancara mendalam dan pengumpulan data dengan

menggunakan sumber data skunder. Taylor dan Bogdan mendefinisikan In

depth-interview are repeated face-to-face encounters between the researcher and

informants directed toward understanding informants perspectives on their lives,

experiences or situations as expressed in their own words (wawancara mendalam

adalah pertemuan langsung yang dilakukan berulang-ulang antara peneliti

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

dengan informan yang diarahkan ke arah pemahaman perspektif informan atas

kehidupan mereka, pengalaman atau situasi sebagai ekspresi dari kata-kata

mereka sendiri). (Minichiello, 1996)

Wawancara mendalam adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada sesorang yang menjadi informan atau responden

(Afifidin, 2009). Berdasarkan pengerian tersebut maka pengumpulan data

melalui wawancara tidak hanya dapat mengali informasi mengenai kondisi dan

permalahan pemuda perkotaan dikaitkan dengan empat pilar kepemudaan, tetapi

juga mengenai perkembangan apa yang ada dalam diri informan. Dengan

wawancara, pertanyaan yang ditujukan kepada informan dapat mencakup hal-hal

yang bersifat lintas waktu yang terkait masa lampau, masa sekarang maupun

masa yang akan datang. Wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan langsung kepada informan dan pihak-pihak yang

kompeten sehubungan dengan permasalahan yang diangkat. Pada penelitian ini,

informan yang diwawancarai secara mendalam meliputi para pemuda di

organisasi kepemudaan, sejarahwan, dan pemangku kepentingan seperti Dispora.

Pertanyaan yang diajukan mengacu pada pedoman wawancara yang telah

dirancang untuk setiap informan. Pengajuan pertanyaan disesuaikan dengan

karakteristik setiap informan.

Selain itu untuk menunjang kualitas penelitian dilakukan juga

pengambilan data dengan menggunakan metode survey sederhana menggunakan

angket (poling). Poling ditunjukkan kepada pemuda yang berada di sekolah dan

universitas yang berada di DKI Jakarta. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner. Dalam

metode survei pengumpulan yang dominan adalah dengan menggunakan angket

atau kuesioner. Kuesioner merupakan suatu teknik terstruktur dalam

pengumpulan data yang terdiri atas sejumlah pertanyaan tertulis untuk

mendapatkan pandangan atas pendapat dari responden.

5. Pendalaman Data

Lincold dan Guba (Faisal, 1990) mengatakan bahwa setidaknya terdapat 4

(empat) type standar khusus yang diperlukan untuk memenuhi karakteristik

penelitian kualitatif. Standar khusus tersebut pada dasarnya dibutuhkan untuk

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

menjamin kepercayaan atau kebenaran hasil penelitian, antara lain : kredibilitas,

transferbilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas.

Untuk meningkatkan hasil penelitian kredibilitas maka dilakukan

triangulation yaitu melakukan triangulasi sumber data, sehingga kebenaran data

yang diperoleh dari sumber dapat diperiksa kebenarannya dengan melakukan

pemeriksaan dengan sumber lainnya. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara

melakukan wawancara mendalam dengan informan-informan pendukung yang

terkait dengan informan utama, sehingga mendapatkan kebenaran data yang

dapat dipertanggung jawabkan sebagai sebuah data yang tepat.

Untuk memenuhi standar dependabilitas maka dilakukan pemeriksaan dan

penilaian atas ”salah-benar”nya dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti.

Hal tersebut dapat dilakukan selama melakukan proses pengumpulan data,

melakukan interpretasi temuan dan melaporkan hasil penelitian. Adapun hal ini

dilakukan sebagai sebuah proses untuk memperkaya diskripsi tentang latar

belakang ataupun konteks dari fokus penelitian tersebut karena berlatar tentang

sejarah.

Untuk memenuhi standar konfirmabilitas maka dilakukan review terhadap

seluruh aktifitas penelitan (sebagaimana yang tercatat dan terekam seluruh

catatan penelitian, baik dalam catatan lapangan, dokumen, arsip) serta mutu hasil

penelitian dengan memperhatikan dukungan atas catatan atau rekaman hasil data

yang telah diperoleh di lapangan. Merupakan bentuk penelitian sosial yang

mengacu pada metode yang sistematis berdasarkan ilmu pengetahuan. Untuk itu

pula maka Neuman mengatakan bahwa seorang peneliti harus bersikap netral.

Oleh karenanya yang harus dilakukan oleh seorang peneliti adalah sikap

ketegasan dalam menentukan sebuah ide ataupun sebuah sudut pandang tertentu.

(Neuman, 2006). Hal ini dilakukan untuk dapat menunjukukan tingkat kenetralan

dari seorang peneliti.

6. Analisis Data

Menurut Neuman (2000) analisis penelitian kualitatif bersifat induktif.

Analisis induktif pada penelitian kualitatif dapat digunakan untuk melihat pola

atau hubungan dari data yang dikumpulkan. Namun demikian, analisis kualitatif

ini tidak dapat menggambarkan secara luas berdasarkan data statistik dan

matematika.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Proses analisa pada penelitian ini dimulai dengan menelaah data yang

diperoleh di lapangan dari berbagai macam sumber atau informasi, baik melalui

survey (poling), wawancara, maupun dokumentasi yang telah terkumpul. Seluruh

data-data yang telah tersedia tersebut terlebih dahulu dibaca, dipelajari dan

ditelaah, kemudian dilakukan analisa baik verbal maupun non verbal sehingga

dapat ditemukan topik, kata kunci dan alur kontekstual yang menjelaskan apa

yang sebenarnya berada dibalik fenomena atau ucapan yang telah disampaikan.

Adapun rincian proses tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sort and Classify Data (Pengelompokan dan pengorganisasian data)

Seluruh data yang telah dikumpulkan, merupakan data mentah yang

jumlahnya sangat banyak yang terdiri atas catatan-catatan temuan lapangan,

rekaman-rekaman, baik suara maupun gambar, dokumen-dokumen

pendukung dan sebagainya. Data-data yang telah terkumpul tersebut

kemudian disusun dan diseleksi berdasarkan kebutuhan fokus penelitian,

menjadi transkrip wawancara, dan grafik hasil poling.

2. Coding Data

Proses yang dilakukan pada tahapan pengelolaan data, antara lain open

coding, yaitu mereview data, menyatukan dan memformulasikan kategori

serta mengorganisasikannya menjadi kategori yang sama atau dikodekan

dalam kelompok yang sama yang disebut dengan axial coding dan kemudian

dilakukan selective coding yaitu menyeleksi dan serta melakukan proses

penghubungan informasi dan data yang diperoleh dari proses non interview.

3. Interpret and Elaborate

Langkah ini adalah melakukan interpretasi atas data yang telah

disusun serta diorganisasikan sesuai dengan fokus penelitian. Adapun dalam

menginterpretasikan data ini termasuk juga untuk mencari hubungan,

persamaan ataupun simpulan yang muncul sejalan dengan semakin

banyaknya dukungan data yang diperoleh. Termasuk didalam proses ini pula,

adalah mengidetifikasi pola-pola, kecenderungan dan penjelasan yang

dibutuhkan kemudian ditafsirkan sesuai dengan pola-pola temuan lapangan.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 Pendahuluan

Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB 2 Pemuda : Pilar Identifikasi Kebangsaan (Nationalism)

Dalam Bab II adalah uraian

BAB 3 Pemuda : Pilar Diplomasi dan Hubungan Global (Diplomacy and

Global Partnership)

Dalam bab ini dijelaskan

BAB 4 Pemuda : Pilar Prodiktivitas dan Kewirausahaan (Productivity and

Enterpreneurship)

Berisi uraian tentang

BAB 5 Pemuda : Pilar Resposibility and Consumerisme

Merupakan bab yang mendiskripsikan

BAB 6 Penutup

Bab ini adalah bab yang berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil penelitian

yang akan mendiskripsikan tentang sejarah pemuda perkotaan di DKI Jakarta

yang dianalisis berdasarkan empat pilar kepemudaan melalui sejarah

perkembangan dan semangat zaman pemuda perkotaan di setiap periodenya. Bab

ini juga berisi rekomendasi yang dapat diberikan sebagai sebuah pengembangan

keilmuan dan juga pembuat kebijakan kepemudaan.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan
Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Afifidin dan Saebeni, Beni Ahmad. 2009. Metode penelitian kualitatif. Pustaka Setia :

Bandung.

Afrina, Eka. 2014. Strategi intervensi sosial dalam pengembangan potensi pemuda di

Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) DKI Jakarta. Universitas Indonesia :

Depok.

Erlangga, Masdiana, dkk. 2008. Peran generasi muda dalam ketahanan nasional. Jakarta

: Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Faisal, Sanapiah. (1990). Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan aplikasi, YA 3 Malang.

Kemenegpora. 2009. Dialog pemuda dalam membangun bangsa : meningkatkan

kompetensi dan daya saing pemuda dalam menghadapi krisis global. Kemenegpora

: Jakarta.

Kirk, J. & M. L. Miller. 1986. Reliability and validity in qualitative research (vol. 1).

Newbury Park, CA : Sage Publications.

Laksmono, Bambang S. 2013. Pemikiran Pembangunan Kepemudaan Indonesia.

Laksmono, Bambang S. 2013. Agenda Pemuda dalam Transisi : Tinjauan Empat Pilar

Pengembangan Karakter. Dipresntasikan dalam seminar National University of

Singapore Students Union (NUSSU), 7 Desember 2013

Minichiello, Victor. 1996. In-depth interviewing : Researching people (the first edition).

Wesley Longman : Australia.

Muhsin, Mumuh. 2012. Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pelestarian Nilai Budaya : Bandung.

Neuman, W. Lawrence. 2006. Social research method : Qualitative and quantitative

approach six edition. Person International Edition.

Rubin, Allen and Babbie, Earl R. 2008. Research methods for social work sixth edition.

Thomson Brooks : USA.

Soeparmo. 2012. Refleksi Pers kepala daerah Jakarta 1945 - 2012. Badan Kerjasama

Kesenian Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1994. Sosiologi suatu pengantar. PT. RajaGrafindo Persada :

Jakarta.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Waryoko, B. S. 2009. Strategi pemberdayaan pemuda indonesia: (Studi kasus pemuda di

organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) di propinsi DKI Jakarta). Universitas

Indonesia : Depok.

Website :

Bappenas. www.datastatistik-indonesia.com. data statistik kependudukan indonesia.

Diunduh pada tanggal 31 Januari 2014.

Bem UI. 2014. Sejarah BEM UI milik rakyat Indonesia. http://bem.ui.ac.id/visi/sejarah/.

Diunduh pada tanggal 22 Januari 2014.

BPS Prov. DKI Jakarta. 2013. Jakarta Dalam Angka http://jakarta.bps.go.id/flip/jda2013/

. diunduh pada 31 Januari 2014.

Detikforum.com. http://forum.detik.com/foto-foto-jakarta-dan-sekitarnya-tempo-dulu-

posting-aja-kesini-t19743p50.html . Diunduh pada 7 Februaruari 2014

Jakarta.co.id. http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/390/Daan-Jahja. diunduh

pada 8 Februari 2014

Infolite.com http://infolite-infolite.blogspot.com/2011/07/gubernur-dki-dari-masa-ke-

masa.html. Diunduh pada 7 Februari 2014

KBBI. Definisi modern. Kamus bahasa Indonesia Online :

www.KamusBahasaIndonesia.org. diakses pada Januari 2014.

Kemen PU. http://www.penataanruang.net/taru/nspm/buku/metropolitan/Bab2.pdf.

Diunduh pada 31 Januari 2014.

Kompasnia. http://media.kompasiana.com/buku/2012/04/06/nilai-nilai-sejarah-

pergerakan-pemuda-indonesia-452168.html. Diunduh pada 31 Januari 2014.

Merdeka.com. http://m.merdeka.com/peristiwa/jejak-langkah-dan-karya-13-gubernur-

jakarta.html. Diunduh pada 31 Januari 2014

Merdeka.com. http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-tjokropranolo-menghapus-

oplet-dari-jakarta.html. Diunduh pada 8 Februari 2014

Mostlyjakarta.com.http%3A%2F%2Fmostlyjakarta.com%2Fwpcontent%2Fuploads%2F

2011%2F04%2FTaman-Ismail-Marzuki-

jakarta.jpg&w=1280&h=853&ei=74oJU5GeNcS3rgek4oCIBQ&zoom=1&ved=0

CfohBwwAQ&iact=rc&dur=998&page=1&start=0&ndsp=15. Diunduh pada 8

Februari 2014

Newhistoria.com. http://newshistoria.blogspot.com/2012/07/letkol-daan-jahja.html.

diunduh pada tanggal 7 Februari 2014

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangpuskamuda.or.id/wp-content/uploads/2016/07/Proposal... · 2016. 7. 27. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemuda adalah pelaku perubahan

Scribd.com. http://www.scribd.com/doc/39458879/Gubernur-Dan-Walikota-DKI-

Jakarta. Diunduh pada 31 Januari 2014

Viruspintar.com. http://viruspintar.blogspot.com%2F2012%2F06%2Ffoto-kendaraan-

jadul-jakarta-tempo-dulu.html&docid. Diunduh pada 7 Februari 2014

Kandar, Adhyzal. 2010. Masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Dipublikasikan di http://id.shvoong.com/social-sciences/1997485-masyarakat-tradisional-dan-masyarakat-modern/ diakses pada Januari 2014

Peraturan dan Perundang-Undangan

Undang-undanga. (2011). Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2009

tentang kepemudaan. Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia :

Jakarta.