bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 bab...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari tujuan, materi, metode, dan evaluasi yang terhubung satu sama lain (Rusman, 2012). Lebih lanjut dikatakan bahwa empat hal tersebut merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran tersebut yang akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, termasuk di dalamnya yaitu pelajaran matematika. Dalam suatu pembelajaran matematika, ada beberapa kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa. Beberapa kemampuan tersebut diantaranya yaitu kemampuan penyelesaian masalah (problem solving), alasan dan pembuktian (reasoning and proff), komunikasi (communication), koneksi (connection), dan representasi (representation) (NCTM, 2000). Guru disini bertindak sebagai fasilitator agar siswa mampu mengembangkan kemampuan matematis tersebut. Kemampuan matematis yang ada pada diri siswa akan berkembang apabila siswa turut berperan aktif dalam pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan situasi pembelajaran dimana siswa bertindak sebagai subjek belajar (Ramziah, 2016). Dalam pembelajaran tersebut, seorang guru juga harus mampu mendorong siswa agar dapat mengkontruksi materi pelajaran dengan baik. Dalam proses mengkontruksi tersebut, siswa memiliki kemampuan yang berbeda- beda dalam mengkoneksi dan merepresentasikan suatu materi pelajaran. Kemampuan koneksi diperlukan dalam proses pembelajaran karena dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep matematika, menyelesaikan

Upload: others

Post on 20-Sep-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari tujuan, materi,

metode, dan evaluasi yang terhubung satu sama lain (Rusman, 2012). Lebih lanjut

dikatakan bahwa empat hal tersebut merupakan suatu hal yang penting dalam

menentukan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam suatu kegiatan

pembelajaran. Model pembelajaran tersebut yang akan membantu siswa dalam

memahami materi pelajaran, termasuk di dalamnya yaitu pelajaran matematika.

Dalam suatu pembelajaran matematika, ada beberapa kemampuan

matematis yang harus dimiliki oleh siswa. Beberapa kemampuan tersebut

diantaranya yaitu kemampuan penyelesaian masalah (problem solving), alasan dan

pembuktian (reasoning and proff), komunikasi (communication), koneksi

(connection), dan representasi (representation) (NCTM, 2000). Guru disini

bertindak sebagai fasilitator agar siswa mampu mengembangkan kemampuan

matematis tersebut. Kemampuan matematis yang ada pada diri siswa akan

berkembang apabila siswa turut berperan aktif dalam pembelajaran. Guru harus

mampu menciptakan situasi pembelajaran dimana siswa bertindak sebagai subjek

belajar (Ramziah, 2016). Dalam pembelajaran tersebut, seorang guru juga harus

mampu mendorong siswa agar dapat mengkontruksi materi pelajaran dengan baik.

Dalam proses mengkontruksi tersebut, siswa memiliki kemampuan yang berbeda-

beda dalam mengkoneksi dan merepresentasikan suatu materi pelajaran.

Kemampuan koneksi diperlukan dalam proses pembelajaran karena dapat

membantu siswa dalam memahami suatu konsep matematika, menyelesaikan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

2

pemecahan masalah melalui keterkaitan antar konsep matematika, maupun antar

konsep matematika dengan disiplin ilmu lain (Hendriana & Soemarmo, 2014).

Keterkaitan dalam matematika maupun dengan disiplin ilmu lain dan kehidupan

sehari-hari membuat pelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa dapat

menyelesaikan permasalahan nyata dengan konsep-konsep matematis yang

dimilikinya (Putri & Santosa, 2015). Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses

menemukan, menguatkan, dan menghubungkan antara ide-ide abstrak yang

didapatkan dalam pembelajaran dengan konteks dunia nyata menjadi suatu

kesatuan itulah yang disebut kemampuan koneksi matematis. Dapat disimpulkan

bahwa kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan penting dalam

menciptakan suatu pembelajaran yang lebih bermakna karena siswa dapat

menghubungkan antar materi matematika, maupun matematika dengan disiplin

ilmu lain dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran seperti itu akan membuat siswa

lebih memahami materi matematika yang dipelajarinya. Sedangkan kemampuan

matematis lain yang juga penting dalam mengkontruksi materi pelajaran adalah

kemampuan representasi matematis.

Kemampuan representasi matematis merupakan kemampuan matematis

dalam memahami suatu konsep matematika secara mendalam yang bertujuan

untuk menyederhanakan suatu penyelesaian masalah (Ramziah, 2016).

Kemampuan representasi matematis diperlukan dalam menyajikan gagasan atau

ide-ide matematis yang diperoleh oleh siswa (Hernawati, 2016). Representasi

matematis dapat dimaknai pula sebagai kemampuan untuk mengartikan ide-ide

dalam bentuk baru, mengubah diagram atau model fisik ke dalam simbol atau

kata, dan menganilisis suatu masalah agar bermakna lebih jelas (Arnidha, 2016).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

3

Kemampuan koneksi dan representasi matematis perlu ditumbuhkan dan

dikembangkan agar siswa mampu menghubungkan antar materi matematika,

maupun matematika dengan kehidupan sehari-hari, yang selanjutnya akan

disajikan dalam bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami.

Berdasarkan observasi pada pembelajaran matematika terhadap siswa

kelas VII D SMP Negeri 2 Bangsal, Kabupaten Mojokerto pada tanggal 10

Februari 2017. Pertama, guru membuka kegiatan dengan salam, kemudian

meminta siswa untuk membaca materi terkait garis dan sudut yang terdapat dalam

buku. Kemudian guru menjelaskan materi baru yang divariasi dengan tanya

jawab. Suara guru cukup lantang dan jelas saat menyampaikan materi. Guru

menggunakan contoh benda-benda di sekitar siswa dalam penyampaian materi.

Siswa aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Setelah itu, guru

memberikan soal latihan untuk dikerjakan oleh siswa di buku masing-masing.

Kemudian siswa bergantian maju ke depan untuk menuliskan hasil pengerjaannya.

Guru memberikan poin untuk siswa yang dapat menjelaskan hasil pengerjaannya

dengan benar. Lalu, guru menjelaskan kembali mengenai materi dan hasil

pekerjaan siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menyampaikan sub materi yang

akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, dan yang terakhir guru menutup

pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

Pada hasil observasi, guru menggunakan metode ceramah dan menuntut

siswa untuk aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Siswa

mengalami kesulitan dalam menggambarkan secara sederhana bentuk soal latihan.

Model pembelajaran yang digunakan guru sudah baik yaitu dengan melibatkan

siswa dalam proses tanya jawab dan menggunakan buku pegangan siswa sebagai

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

4

media. Namun, alangkah lebih baik apabila model pembelajaran tersebut

dirangkai dengan lebih spesifik dan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang sesuai, tidak hanya menggunakan buku paket yang dimiliki siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII D SMP

Negeri 2 Bangsal, pada tanggal 10 Februari 2017, model pembelajaran yang

sering diterapkan yaitu model pembelajaran kontekstual. Dalam penerapannya,

guru menggunakan benda-benda di sekitar siswa sebagai media pembelajarannya.

Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah yang divariasi dengan

tanya jawab, sehingga siswa dapat aktif selama pembelajaran berlangsung. Siswa

kelas VII D di dominasi oleh siswa yang aktif dan cenderung ramai. Sehingga,

guru harus memilih metode pembelajaran yang tepat agar kondisi siswa yang

seperti itu dapat menjadi suatu kelebihan dalam suatu pembelajaran. Menurut

guru, kemampuan siswa kelas VII D masih kurang untuk memahami penerapan

konsep matematis ke dalam permasalahan kehidupan sehari-hari, maupun konsep

matematis dengan ilmu lain. Selain itu, kemampuan siswa masih kurang dalam

memahami kemudian merubah suatu soal matematika ke dalam bentuk yang lebih

sederhana dengan menggunakan kata-kata ataupun gambar.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dalam proses pembelajaran

kelas VII D, kemampuan koneksi dan representasi siswa masih kurang. Hal

tersebut diketahui dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa siswa masih

bingung saat menerapkan konsep matematika ke dalam soal, menghubungkan ide-

ide matematis dengan kehidupan sehari-hari, dan memahami untuk kemudian

menyajikan soal matematika ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Hal tersebut

juga didukung oleh hasil wawancara guru matematika kelas VII D yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

5

mengatakan bahwa kemampuan siswa masih kurang dalam mengkoneksikan dan

merepresentasikan suatu permasalahan matematika. Kondisi siswa yang aktif dan

cenderung ramai harus dimanfaatkan untuk menjadi suatu kelebihan dalam

pembelajaran, dan agar dapat mengatasi kemampuan koneksi dan representasi

siswa yang kurang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membentuk

kelompok kecil heterogen, dan menstimulasi siswa untuk aktif serta mampu

mengkoneksikan dan mempresentasikan suatu permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari maupun dengan ilmu lain, yakni dengan menerapkan model

pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperative,

Transfering) yang dikombinasikan dengan pendekatan Etnomatematika.

REACT adalah salah satu model pembelajarankontekstual yang terdiri dari

beberapa macam strategi. Lebih lanjut dijelaskan beberapa strategi atau tahapan

itu antara lain: (1) Relating, yaitu pembelajaran dengan pengetahuan atau

pengalaman sebelumnya, (2) Experiencing, yaitu pembelajaran yang dilakukan

dengan sebuah penelitian, percobaan, atau pengamatan, (3) Applying, yaitu

penerapan konsep yang ditemukan pada permasalahan atau soal matematika, (4)

Cooperating, yaitu pembelajaran dengan melakukan kerjasama, tukar pendapat,

dan komunikasi dengan pebelajar lainnya, (5) Transfering, yaitu membagikan

pengetahuan baru ataupun yang telah di dapatkan sebelumnya (Crawford, 2001).

Proses pembelajaran dengan menggunakan model REACT menekankan pada

penemuan konsep ataupun penyelesaian masalah dengan membangun kerangka

berfikir dari pengalaman yang telah ada. Seperti yang diungkapkan oleh (Rizka,

Syarifuddin, & Suherman, 2014), pembelajaran dengan model REACT diawali

dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan atau pemahaman

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

6

yang telah didapatkan siswa sebelumnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan

pembelajaran model REACT, siswa lebih memahami konsep pelajaran karena

mereka mengalami sendiri proses penemuan konsep tersebut.

Model REACT pada tahap relating, digunakan guru untuk menghubungkan

konsep baru dengan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi siswa (Crawford,

2001). Lebih lanjut dijelaskan apabila siswa dapat menghubungkan hal tersebut,

siswa akan mendapatkan wawasan baru. Kemampuan koneksi matematis siswa

berperan penting pada tahap tersebut untuk menghubungkan pengetahuan yang

telah mereka miliki dalam disiplin ilmu apapun dengan ilmu matematika yang

akan mereka pelajari. Sedangkan kemampuan representasi siswa diperlukan pada

tahap applying, dan transfering. Menurut Crawford (2001), applying adalah suatu

strategi dalam menempatkan suatu konsep dalam penyelesaian masalah. Lebih

lanjut dikatakan jika transfering adalah strategi dalam menggunakan suatu

pengetahuan dalam konteks baru atau yang belum pernah dibahas di kelas. Dalam

pelaksanaannya, applying dan transfering, kemampuan representasi siswa juga

diperlukan untuk dapat mengubah suatu ide atau konsep baru yang ditemukan

menjadi sesuatu yang lebih sederhana agar lebih mudah diterapkan dan dipahami

dalam penyelesaian permasalahan matematika.

Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai

model pembelajaran REACT. Penelitian oleh (Putri & Santosa, 2015) yang

menunjukkan bahwa: (1) strategi pembelajaran REACT efektif pada pembelajaran

turunan fungsi ditinjau dari prestasi belajar matematika, kemampuan penyelesaian

masalah matematis, kemampuan koneksi matematis, dan Self efficacy siswa SMA

Negeri 4 Magelang, dan (2) strategi pembelajaran REACT lebih efektif daripada

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

7

pembelajaran konvensional pada pembelajaran turunan fungsi ditinjau dari aspek

prestasi belajar matematika, kemampuan penyelesaian masalah matematis,

kemampuan koneksi matematis, dan Selfefficacy siswa SMA Negeri 4 Magelang.

Penelitian lainnya oleh (Wijayanti, 2014) yaitu: (1) ada peningkatan kemampuan

dalam aspek lisan dari 25% menjadi71,88%, (2) ada peningkatan kemampuan

dalam aspek tertulis dari 18,75% menjadi 65,63%, (3) ada peningkatan

kemampuan dalam aspek gambar dari 21,88% menjadi 59,38%, (4) ada

peningkatan kemampuan dalam aspek menjelaskan konsep dari 31,25% menjadi

78,13%. Sehingga, dapat disimpulkan jika siswa mengalami peningkatan dalam

segi kemampuan komunikasi dan representasi matematis. Dalam pelaksanaannya,

model pembelajaran REACT akan dipadukan dengan pendekatan yang dapat

mendukung bentuk pembelajaran kontekstual tersebut, salah satunya yaitu dengan

pendekatan etnomatematika.

Etnomatematika adalah sebuah kajian terhadap suatu ide matematis yang

terdapat pada suatu kebudayaan (Prabawati, 2016). Pengertian lain dari

etnomatematika adalah suatu penelitian tentang hubungan antara matematika

dengan kehidupan sosial dan kebudayaan (Zhang & Zhang, 2010). Lebih lanjut

dijelaskan jika penelitian tersebut untuk mengetahui bagaimana matematika

dihasilkan, ditransfer, dan didiskusikan dalam lingkup kebudayaan. Dengan

pendekatan etnomatematika, siswa dapat menelaah suatu kebudayaan yang

berhubungan dengan ide matematis. Siswa diharapkan mempunyai kemampuan

koneksi dan representasi matematis dalam menghubungkan dan menggambarkan

ke dalam bentuk yang lebih sederhana suatu ide matematis yang terdapat dalam

suatu kebudayaan daerah tertentu. Kebudayaan daerah tersebut misalnya adalah

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

8

bentuk lambang kerajaan Majapahit, relief-relief peninggalan kerajaan Singasari,

dan permainan daerah engklek yang memiliki bentuk-bentuk geometris.

Belum ada jurnal penelitian mengenai etnomatematika untuk mengetahui

kemampuan koneksi dan representasi siswa. Namun, etnomatematika tetap dapat

diterapkan dalam pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh penelitian (Zhang &

Zhang, 2010) yang mengungkapkan bahwa etnomatematika memungkinkan untuk

dimasukkan ke dalam kurikulum matematika dengan contoh pada pengajaran di

salah satu SMP di China. Hasil penelitian lain mengenai penerapan

etnomatematika yaitu oleh (Asnawati, Liliana K.D, & Muhtarulloh, 2015) yang

menunjukkan: (1) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran inkuiri dengan etnomatematik lebih baik daripada

peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional namun, keduanya masih berkualifikasi sedang, (2)

kualifikasi peningkatan pemahaman matematis yang menggunakan pembelajaran

inkuiri dengan etnomatematika masihdalam kategori sedang, (3) peningkatan

pemahaman instrumental antara kelas ekspermen dan kontrol adalah sama, namun

peningkatan pemahaman relasional pada kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol, (4) Pencapaian pemahaman matematis siswa

kelas eksperimen adalah 19,44 dan kelas kontrol adalah 17,16.

Hal yang ingin dicapai dari model pembelajaran REACT dengan

pendekatan etnomatematika yaitu menumbuhkan kemampuan koneksi dan

representasi siswa dalam pembelajaran. Pada penelitian ini, variabel yang diteliti

yaitu tingkat kemampuan koneksi dan representasi matematis siswa pada model

pembelajaran REACT dengan pendekatan etnomatematika. Berdasarkan uraian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

9

tersebut, akan dilakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Koneksi dan

Representasi Matematis pada Pembelajaran Matematika dengan Model REACT

Berbasis Etnomatematika Siswa Kelas VII D SMP Negeri 2 Bangsal”.

1.2 Rumusan Masalah

Peneliti berusaha memberikan gambaran masalah yang akan diberikan

solusinya mengenai kemampuan koneksi dan representasi matematis siswa pada

pembelajaran matematika materibangun datar. Mempertimbangkan latar belakang

masalah, maka dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut ini:

1) Bagaimana penerapan pembelajaran matematika pada model REACT

berbasis etnomatematika materi bangun datar siswa kelas VII D SMP

Negeri 2 Bangsal?

2) Bagaimana kemampuan koneksi matematis siswa pada model REACT

berbasis etnomatematika materi bangun datar kelas VII D SMP Negeri 2

Bangsal?

3) Bagaimana kemampuan representasi matematis siswa pada model REACT

berbasis etnomatematika materi bangun datar kelas VII D SMP Negeri 2

Bangsal?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan ruang lingkup peniliti yang bertujuan agar

dalam proses penelitian data yang didapat merupakan data yang akurat dan

efektif. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Penerapan pembelajaran matematika pada model REACT berbasis

etnomatematika difokuskan dalam pembelajaran matematika materi

bangun datar kelas VII D SMP Negeri 2 Bangsal.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

10

2) Aspek yang diteliti adalah kemampuan koneksi dan representasi matematis

siswa pada model REACT berbasis etnomatematika dalam pembelajaran

matematika materi bangun datar kelas VII D SMP Negeri 2 Bangsal.

3) Materi bangun datar dibatasi pada materi segiempat (persegi,

persegipanjang, belah ketupat) dan segitiga.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1) Penerapan pembelajaran matematika pada model REACT berbasis

etnomatematika materi bangun datar siswa kelas VII D SMP Negeri 2

Bangsal.

2) Kemampuan koneksi matematis siswa pada model REACT berbasis

etnomatematika materi bangun datar kelas VII D SMP Negeri 2 Bangsal.

3) Kemampuan representasi matematis siswa pada model REACT berbasis

etnomatematika materi bangun datar kelas VII D SMP Negeri 2 Bangsal.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan

yang berarti bagi pihak-pihak berikut:

1) Bagi siswa diharapkan model REACT berbasis etnomatematika dapat

meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematis.

2) Bagi guru diharapkan model REACT berbasis etnomatematika dapat

menjadi referensi untuk melaksanakan pembelajaran dalam upaya

meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi siswa.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

11

3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lain

dengan menggunakan model REACT berbasis etnomatematika dalam

upaya meningkatkan kemampuan matematis yang lain pada siswa.

1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu diberikan penegasan.

Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan adanya salah penafsiran

mengenai beberapa istilah tersebut. Beberapa istilah yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1) Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa

yang melibatkan pengembangan pola pikir siswa pada suatu kondisi yang

sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode maupun strategi

agar proses belajar matematika dapat berjalan efektif dan efisien.

2) Model REACT berbasis etnomatematika

Model REACT berbasis etnomatematika merupakan suatu model

pembelajaran yang terdiri dari beberapa strategi yaitu relating,

experiencing, applying, cooperative, dan transfering dengan pendekatan

kebudayaan.

3) Kemampuan koneksi matematis

Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan siswa untuk

mengkoneksikan atau menghubungkan antar topik matematika, keterkaitan

antara matematika dengan disiplin ilmu lain, dan keterkaitan matematika

dengan kehidupan sehari-hari.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39931/2/jiptummpp-gdl-maratussho... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri

12

4) Kemampuan representasi matematis

Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan siswa untuk

merepresentasikan atau menggambarkan ide matematis ke dalam suatu

kata-kata, bentuk, diagram, maupun gambar.