bab i ped ahulua - digilib.uns.ac.id... · terdapat tambahan peraturan daerah yang mengatur tentang...
TRANSCRIPT
I-1
BAB I
PE�DAHULUA�
1.1 Latar Belakang Masalah
Rumah sakit mempunyai tugas utama memberikan jasa pengobatan,
perawatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit tidak boleh
mengesampingkan kualitas dan profesionalisme dalam mewujudkan tugas-
tugasnya. Rumah sakit membutuhkan begitu banyak pembiayaan untuk
menjalankan pelayanan kesehatan yang bersifat sosial ini. Rumah sakit dituntut
bisa memberikan solusi yang tepat dalam hal pembiayaan agar semua berjalan
baik dan pihak rumah sakit bisa menjalankan organisasinya dalam jangka panjang.
Salah satu caranya adalah dengan mengelola aktivitas perusahaan dengan baik
agar dapat menetapkan pembiayaan pelayanan kesehatan secara tepat dan efisien
dengan tetap memperhitungkan resiko dan hasil yang diperoleh dalam
menetapkan besarnya tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan
Umum (BLU) oleh Departemen Keuangan dan Permendagri Nomor 61 Tahun
2007 tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) menuntut rumah sakit harus
banyak berbenah dari sisi keuangan dan akuntabilitasnya. Good Governance telah
menjadi isu sentral saat ini dan akuntabilitas manajemen menjadi suatu unsur yang
sangat penting. Untuk mengakomodir akuntabilitas terutama dalam tarif layanan
rumah sakit, penghitungan unit cost menjadi suatu yang penting untuk dibuat
sehingga pengambilan keputusan yang diambil mempunyai dasar yang kuat.
Tarif merupakan salah satu komponen penting dalam pembiayaan rumah
sakit. Pola tarif rumah sakit di Indonesia umumnya masih sangat lemah terutama
rumah sakit pemerintah. Bagi rumah sakit pemerintah, tarif memang telah diatur
melalui SK Menkes RI Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif
Perjan Rumah Sakit. Besarnya tarif diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap
jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang perhitungannya memperhatikan
kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan atau benchmarking dari
rumah sakit sejenis. Terdapat tambahan peraturan daerah yang mengatur tentang
tarif dengan tetap berpedoman pada SK Menkes untuk rumah sakit pemerintah
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
I-2
daerah. Salah satu contohnya adalah RSUD Pandan Arang yang merupakan salah
satu rumah sakit milik pemerintah yang melayani kesehatan bagi masyarakat
sekitar kabupaten Boyolali. Tarif diatur melalui Peraturan Bupati Boyolali Nomor
24 Tahun 2007. Besarnya tarif dari setiap layanan diatur oleh peraturan tersebut.
Meskipun demikian, masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam penentuan tarif
pelayanan rumah sakit. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain penghitungan
unit cost kurang rinci sehingga mengabaikan beberapa komponen penyusunnya
seperti penghitungan biaya listrik untuk ruang administrasi, faktor depresiasi, dan
lain-lain. Selain itu RSUD Pandan Arang belum mempertimbangkan aspek-aspek
yang mempengaruhi tarif secara lengkap seperti perubahan nilai uang,di masa
yang akan datang dan pembebanan biaya overhead belum tepat. Pembebanan
biaya overhead dikatakan belum tepat karena pembebanannya belum berdasarkan
aktivitas nyata yang dilakukan dari setiap tipe kamar. Selain itu sudah beberapa
tahun RSUD Pandan Arang belum melakukan penghitungan tarif baru sehingga
sudah saatnya rumah sakit melakukan evaluasi tarif sebagai langkah awal
perubahan menjadi sebuah Badan Layanan Umum Daerah.
Salah satu jasa perawatan yang dimiliki RSUD Pandan Arang adalah jasa
rawat inap, dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus
dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan
suatu keputusan yang sangat penting karena dengan adanya berbagai macam
fasilitas pada jasa rawat inap mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas
sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan tarif
rawat inap. Pembebanan biaya overhead yang kurang tepat menyebabkan tarif
yang terbentuk dari setiap tipe kamar tidak sesuai dengan penggunaan nyata
sumber daya dari aktivitas setiap tipe kamar tersebut. Hal tersebut menyebabkan
tarif yang terbentuk belum menggambarkan biaya yang dikeluarkan dari setiap
tipe kamar rawat inap secara nyata. Melihat permasalahan tersebut, penelitian ini
akan memberikan solusi dengan mengimplementasikan penghitungan unit cost
menggunakan metode Activity-Based Costing (ABC) sebagai metode untuk
menghitung tarif jasa rawat inap. Metode ABC berpedoman pada aktivitas-
aktivitas signifikan perusahaan dalam mengelola aliran produk mulai awal sampai
akhir, baik aktivitas secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
I-3
berdasarkan aktivitas rawat inap yang terjadi selama tahun 2009, karena
merupakan tahun terbaru dimana semua aktivitas yang dilakukan rumah sakit
terangkum secara lengkap pada tahun tersebut.
Metode ABC dinilai baik digunakan dalam penghitungan tarif jasa rawat
inap. Hal tersebut karena metode ABC menganggap bahwa timbulnya biaya
disebabkan oleh adanya aktivitas yang menghasilkan produk (Hansen dan
Mowen, 1999). Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada
aktivitas yang menimbulkan biaya sehingga pembebanan biayanya sudah
menggambarkan konsumsi sumber daya dari aktivitas setiap produk dan akan
lebih baik apabila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk yang
beraneka ragam. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang
menghasilkan keanekaragaman produk dimana output yang dijual lebih dari satu.
Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya
dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan
pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC
dinilai dapat menyajikan informasi secara tepat dan akurat mengenai aktivitas
yang mengkonsumsi sumber daya (biaya aktivitas) untuk mencapai tujuan
(Soenarjo, 2005).
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah bagaimana menentukan tarif jasa rawat inap pada RSUD Pandan
Arang dengan mempertimbankan metode Activity Based Costing?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan besarnya tarif jasa rawat inap pada RSUD Pandan Arang dengan
mempertimbangkan metode Activity Based Costing.
2. Merancang alat bantu penghitung tarif rawat inap pada RSUD Pandan Arang
Boyolali.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
I-4
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dapat diimplementasikan
dan atau dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit dalam
pengambilan keputusan. Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan alternatif cara penghitungan tarif jasa rawat inap pada RSUD
Pandan Arang dengan mempertimbangkan metode Activity Based Costing.
2. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan metode Activity Based Costing
dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap pada RSUD Pandan
Arang.
3. Membantu RSUD Pandan Arang dalam pengambilan keputusan yang lebih
baik dan sebagai bahan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah dan DPRD.
1.5 Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan ini permasalahan yang ada dibatasi ruang lingkupnya
sebagai berikut :
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data aktivitas rawat
inap RSUD Pandan Arang selama bulan Januari s.d Desember tahun 2009.
2. Untuk mempermudah penghitungan, penentuan biaya yang diserap oleh
beberapa aktivitas dihitung dengan membagi sumber daya secara proporsional
diantara aktivitas-aktivitas tersebut.
1.6 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Besarnya biaya dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian.
2. Tidak terjadi perubahan sistem manajemen rumah sakit dalam hal peningkatan
layanan untuk tahun selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, diberikan uraian setiap bab yang
berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Sistematika penulisan yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut :
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
I-5
BAB I : PE�DAHULUA�
Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
pembatasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika pembahasan.
BAB II : TI�JAUA� PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi gambaran umum perusahaan, mulai dari
sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi sampai fasilitas
yang dimiliki perusahaan, dan penjelasan secara terperinci
mengenai teori-teori yang dipergunakan sebagai landasan
pemecahan masalah serta memberikan penjelasan secara garis
besar metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan
masalah. Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber.
BAB III : METODOLOGI PE�ELITIA�
Metodologi penelitian menjelaskan tentang tahap-tahap
pembahasan masalah yang diangkat dalam penelitian secara
sistematis dan berurutan. Bab ini juga menjelaskan secara detail
mengenai setiap tahap pembahasan masalah.
BAB IV : PE�GUMPULA� DA� PE�GOLAHA� DATA
Pengumpulan dan pengolahan data merupakan tahap penyajian
data serta langkah-langkah pengolahan data yang diperoleh dari
RSUD Pandan Arang, sesuai dengan usulan pemecahan masalah
yang digunakan.
BAB V : A�ALISIS DA� I�TERPRETASI HASIL
Analisis dan interpretasi hasil berisi pembahasan mengenai
permasalahan yang ada berdasarkan hasil pengumpulan dan
pengolahan data.
BAB VI : KESIMPULA� DA� SARA�
Kesimpulan dan saran merupakan bab akhir yang memaparkan
kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan masalah
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
I-6
maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan bagi
perusahaan tempat pengamatan berlangsung dan untuk penelitian
yang lebih lanjut.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 1
BAB II
TI�JAUA� PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum RSUD Pandan Arang Boyolali
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan RSUD Pandan Arang Boyolali
Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang merupakan rumah sakit milik
pemerintah yang berada di Kabupaten Boyolali. RSUD Pandan Arang beralamat
di Jln. Kantil No.14 Boyolali. Rumah sakit ini merupakan kategori rumah sakit
Kelas C dan diresmikan pada tanggal 12 November 1991. Rumah sakit ini
memiliki motto “Kami Melayani Dengan Hati Nurani” (RSUD Pandan Arang,
2009).
2.1.2 Visi, Misi dan Tujuan
Visi, misi dan tujuan dari RSUD Pandan Arang adalah sebagai berikut
(RSUD Pandan Arang, 2009) :
a. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Umum sebagai pusat pelayanan dan rujukan
kesehatan terbaik, ditunjang dengan pelayanan yang profesional dan familiar
menjadi pilihan utama masyarakat
b. Misi
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu kepada seluruh
lapisan masyarakat melalui organisasi pembelajar/learning organization,
sumber daya manusia yang profesional, produktif dan berkomitmen serta
manajemen yang mandiri, efektif dan efisien.
c. Tujuan
– Tekadku Pelayanan Terbaik
– Pelayananku untuk Kesembuhan
– Pengabdianku untuk Meringankan Penderitaan
2.1.3 Struktur Organisasi
Menurut Peraturan Bupati Boyolali Nomor 14 Tahun 2008, tugas masing-
masing bagian organisasi di RSUD Pandan Arang adalah sebagai berikut:
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 2
1. Direktur
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang mempunyai tugas pokok
memimpin pelaksanaan tugas membantu bupati dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan.
2. Bagian Umum
Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan manajemen umum
meliputi urusan umum, tata usaha, rumah tangga rumah sakit dan
perlengkapan, kepegawaian dan diklat, kehumasan dan hukum, serta
penyelenggaraan kegiatan pengumupulan data dan informasi dalam Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS). Bagian umum terdiri dari :
a. Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga
Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga mempunyai tugas pokok
melaksanakan tugas urusan administrasi, pengelolaan kearsipan dan urusan
kerumahtanggaan serta pengelolaan barang.
b. Sub Bagian Kepegawaian dan Diklat
Sub Bagian Kepegawaian dan Diklat mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan urusan administrasi kepegawaian, menyusun
rencana kebutuhan tenaga, pengadaan, pengembangan dan peningkatan
kualitas SDM, mutasi dan pensiun pegawai serta ketatausahaan pegawai.
c. Sub Bagian Hukum, Humas dan Sistem Informasi Manajemen
Sub Bagian Hukum, Humas dan Sistem Informasi Manajemen mempunyai
tugas pokok melaksanakan perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan
dan evaluasi terhadap urusan kehumasan dan pemasaran, menyelesaikan
masalah hukum dan pengaduan masyarakat, melaksanakan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit, mengumpulkan, menganalisa dan
mengolah data rekam medis.
3. Bidang Pelayanan
Bidang Pelayanan mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pelayanan
medis dan penunjang medis, standar mutu profesi dan pengembangan tenaga
medis serta keperawatan, mengkoordinasikan kebutuhan dan kegiatan
pelayanan medis dan penunjang medis serta keperawatan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 3
a. Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan
Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan perencanaan, mengkoordinasikan, pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi pelayanan medis dan keperawatan.
b. Seksi Pelayanan Penunjang Medis
Seksi Pelayanan Penunjang Medis mempunyai tugas pokok
merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi
pelayanan penunjang medis.
4. Bidang Penunjang Pelayanan
Seksi Penunjang Pelayanan mempunyai tugas pokok melaksanakan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program pelayanan pemeliharaan, sarana, prasarana logistic medis dan non
medis rumah sakit, mengkoordinasikan kebutuhan dan kegiatan penunjang
pelayanan medis.
a. Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Seksi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok
merencanakan, mengkoordinasikan pelaksanaan, evaluasi monitoring
penyelenggaraan kebutuhan dan penggunaan fasilitas sarana dan prasarana
kegiatan penunjang pelayanan medis dan penunjang non medis, dan
melakukan pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit, merencanakan,
mengkoordinasikan pelaksanaan pemeliharaan, perbaikan dan evaluasi
penggunaan fasilitas saran dan prasarana.
b. Seksi Logistik Medis dan �on Medis
Seksi Logistik Medis dan �on Medis mempunyai tugas pokok
merencanakan, mengkoordinasikan pelaksanaan, evaluasi monitoring
penyelenggaraan kebutuhan dan penggunaan fasilitas sarana dan prasarana
kegiatan penunjang diagnotis, pelayanan radiologi, laboratorium, dan
penunjang medis lainnya dan penyelenggaraan pelayanan farmasi dan gizi
pasien serta pengawasan penggunaannya.
5. Bidang Keuangan
Bidang Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi penyusunan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 4
anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit serta melaksanakan kegiatan
penatausahaan keuangan, penyusunan program dan laporan,
mengoordinasikan kebutuhan dan kegiatan keuangan.
a. Seksi Anggaran dan Pendapatan
Seksi Angaran dan Pendapatan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan, mengkoordinasikan pelaksanaan, evaluasi tatausaha
keuangan serta pengelolaan perbendaharaan pendapatan dan belanja rumah
sakit, melaksanakan administrasi keuangan, pembukuan dan pemeriksaan,
penelitian setiap penerimaan dan pengeluaran keuangan rumah sakit.
b. Seksi Perencanaan dan Mobilisasi Dana
Seksi Perencanaan dan Mobilisasi Dana mempunyai tugas pokok
melaksanakan perencanaan, pengkoordinasian pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja,
perhitungan anggaran, melaksanakan kegiatan, mobilisasi dana serta
melaksanakan laporan keuangan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional adalah sejumlah tenaga fungsional yang terbagi
dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya. Kelompok jabatan
fungsional dipimpin oleh seseorang koordinator yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan fungsional di bidang masing-masing sesuai dengan
keahliannya.
2.1.4 Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan yang ada di RSUD Pandan Arang antara lain (RSUD
Pandan Arang, 2009) :
a. Instalasi Gawat Darurat 24 Jam
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Rawat Inap
d. Instalasi Kamar Operasi
e. ICU
f. ICCU
g. PICU
h. NICU
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 5
2.1.5 Fasilitas Pelayanan Medis
Fasilitas pelayanan medis yang ada di RSUD Pandan Arang antara lain
(RSUD Pandan Arang, 2009) :
a. Medical Check Up
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi
d. Dokter Spesialis / Sub – Spesialis
2.1.6 Fasilitas Penunjang Medis
Fasilitas penunjang medis yang ada di RSUD Pandan Arang antara lain
(RSUD Pandan Arang, 2009) :
a. Instalasi Radiologi – USG
b. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
c. Instalasi Farmasi
d. Instalasi Gizi
e. Instalasi Rehabilitasi Medis
f. Instalasi Pemulasaraan Jenazah
g. Satuan Rekam Medis
h. Satuan Keamanan, Ketertiban & Kendaraan
i. Satuan Taman, Kebun dan Linen
j. Pelayanan Darah
k. Hemodialisa
l. Peratalatan Modern : Fundoscopy, EEG, ECG, CSSD, Treadmil dan lain-lain.
2.1.7 Instalasi Rawat Inap
RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali memiliki 230 Tempat Tidur,
yang terdiri dari (RSUD Pandan Arang, 2009):
– Kelas Utama : 17 TT
– Kelas Teladan : 58 TT
– Kelas I : 40 TT
– Kelas II : 50 TT
– Kelas III : 65 TT
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 6
2.1.8 Fasilitas Tiap Ruangan Rawat Inap
Masing-masing ruangan rawat inap memiliki fasilitas yang berbeda-beda.
Fasilitas yang ditawarkan di setiap kelas (RSUD Pandan Arang, 2009) yaitu :
1. Utama
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu yang multi
fungsi, meja makan tarik, lemari pasien, TV, kulkas, AC, wastafel, jemuran
handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 1
orang pasien.
2. Teladan
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien,
wastafel, jemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar
ditempati oleh 2 orang pasien.
3. Kelas 1
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari
pasienjemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar
ditempati oleh 2 orang pasien.
4. Kelas II
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien,
dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 4 orang pasien.
5. Kelas III
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien,
dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 8 orang pasien.
2.1.9 Prosedur Rawat Inap
Pasien yang akan menjalani kegiatan rawat inap di RSUD Pandan Arang
harus menjalani prosedur yang berlaku, yaitu:
a. Pasien Umum / Bayar Tunai
1. Pasien Rawat Inap atas rujukan dokter dari Unit Gawat Darurat atau
Poliklinik RSUD Pandan Arang.
2. Pasien mengisi idetintas diri secara lengkap dan benar sesuai dengan yang
tertera pada KTP, SIM ataupun identitas lainnya.
3. Pasien mengikuti prosedur yang berlaku di RSUD Pandan Arang.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 7
b. Pasien Jaminan Perusahaan / Kerjasama
1. Pasien Rawat Inap atas rujukan dokter dari Unit Gawat Darurat atau
Poliklinik RSUD Pandan Arang .
2. Pasien membawa/menyerahkan Surat Pengantar dari Perusahaan, dengan
mencantumkan hak Kelas Perawatan, diserahkan ke bagian loket
pendaftaran RSUD Pandan Arang, selambatnya 2 x 24 jam setelah pasien
masuk rawat inap.
3. Pasien harus menempati kamar perawatan yang sesuai dengan hak kelas
perawatan yang tercantum di dalam surat pengantar dari perusahaan.
4. Apabila Pasien menempati kamar yang lebih tinggi dari hak kelas
perawatan, maka pasien membayar selisih tarif yang berlaku.
c. Pasien Jaminan ASKES PNS / Pensiunan PNS, TNI dan Veteran
1. Pasien Rawat Inap atas rujukan dokter dari Unit Gawat Darurat atau
Poliklinik RSUD Pandan Arang .
2. Pasien harus mengurus Surat Jaminan Perawatan (SJP) pada Kantor PT.
ASKES selambatnya 2 x 24 Jam setelah pasien masuk Rawat Inap.
3. Apabila pasien menempati kelas yang lebih tinggi dari jaminan perawatan,
maka pasien membayar selisih tarif yang berlaku.
2.1.10 Tarif Jasa Rawat Inap
Tarif jasa rawat inap yang berlaku di RSUD Pandan Arang pada tahun
2009 adalah sebesar (RSUD Pandan Arang, 2009):
1. Kelas Utama : Rp 155.000,00
2. Kelas Teladan : Rp 75.000,00
3. Kelas 1 : Rp 60.000,00
4. Kelas II : Rp 30.500,00
5. Kelas III : Rp 21.000,00
2.1.11 �ama-nama ruangan rawat inap
Nama-nama ruangan rawat inap yang ada di RSUD Pandan Arang adalah
(RSUD Pandan Arang, 2009):
a. Ruang Anggrek
b. Ruang Bougenvile
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 8
c. Ruang Cempaka
d. Ruang Edelweis
e. Ruang Flamboyan
f. Ruang ICU
g. Ruang Perinatologi
h. Ruang Sindoro
i. Ruang Semeru
j. Ruang Merapi
k. Ruang Merbabu
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang menyelenggarakan layanan
kesehatan dengan memanfaatkan tenaga medis profesional, terorganisasi serta
sarana kedokteran yang permanen, asuhan keperawatan berkesinambungan,
diagnosa serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (Hasibuan, 2005).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 560/Menkes/SK/VI/2003
batasan rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, baik dalam bentuk promotif, kuratif maupun
rehabilitatif secara paripurna.
a. Rumah Sakit di Indonesia
Sesuai peraturan perundangan yang berlaku, rumah sakit di Indonesia
dibedakan atas beberapa macam. Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu rumah sakit pemerintah dan rumah sakit
swasta. Ditinjau dari kemampuan yang dimiliki, rumah sakit di Indonesia
dibedakan menjadi lima macam klasifikasi yaitu Rumah Sakit Kelas A, Kelas B,
Kelas C, Kelas D dan Kelas E (Hasibuan, 2005) .
1. Rumah Sakit Kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis luas, ditetapkan sebagai tempat pelayanan
rujukan tertinggi (top referal hospital) atau disebut pula sebagai Rumah Sakit
Pusat.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 9
2. Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas, direncanakan didirikan
disetiap ibu kota provinsi. Rumah Sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas
A diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Kelas B.
3. Rumah Sakit Kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai 4 macam pelayanan
spesialis dasar yaitu penyakit dalam, bedah, anak, kebidanan dan kandungan,
direncanakan dibangun di setiap ibu kota kabupaten yang mampu menampung
pelayanan rujukan dari puskesmas.
4. Rumah Sakit Kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi akan menjadi
kelas C, kemampuan pelayanan yang dimiliki adalah kedokteran umum dan
gigi, menampung rujukan dari puskesmas.
5. Rumah Sakit Kelas E adalah rumah sakit rumah sakit khusus yang
menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah
sakit jiwa, kista, paru, kangker, dan lain-lain.
2.2.2 Pengertian dan Klasifikasi Biaya
A. Pengertian
Biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan
satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi serta objek atau
tujuan tertentu. Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan dapat atau tidaknya
biaya tersebut diidentifikasikan terhadap objek biaya. Objek yang dimaksud
adalah produk, jasa, fasilitas dan lain-lain (Mardiasmo,1994).
B. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya menurut Hongren dkk (2005) adalah :
a. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang totalnya akan berubah
secara proporsional dengan perubahan total kegiatan atau volume yang
berkaitan dengan biaya variabel tersebut.
b. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya sama selama
periode waktu tertentu, meskipun terjadi perubahan besar pada total
kegiatan/volume yang berkaitan dengan biaya tetap tersebut
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 10
Menurut Hongren dkk (2005) dalam suatu kegiatan produksi terdapat
biaya yang merupakan unsur dari suatu harga pokok produksi. Tiga unsur utama
yang terdapat dalam biaya produksi adalah :
1. Biaya langsung, yaitu semua biaya yang diidentifikasikan dari barang jadi.
Dalam pelayanan rumah sakit biaya tersebut misalnya berupa biaya obat,
biaya rontgen, biaya pemeriksaan laboratorium, dan lain-lain.
2. Biaya tenaga kerja langsung yaitu upah tenaga kerja yang langsung terkait
dengan proses produksi dari awal hingga akhir barang jadi, seperti jasa
kunjungan dokter dan jasa operasi dokter.
3. Biaya produksi tak langsung yaitu semua biaya yang tidak termasuk biaya
langsung dan bukan pula biaya tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan
proses produksi. Biaya ini disebut biaya overhead. Contohnya adalah biaya
administrasi.
2.2.3 Analisis Biaya
Analisis biaya dalam Hasibuan (2005) adalah suatu kegiatan menghitung
biaya rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan, baik secara
total maupun per unit, dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh
unit/pusat biaya serta mendistribusikan ke unit-unit produksi yang kemudian
dibayar oleh pasien.
Tujuan analisis biaya adalah (Hasibuan, 2005):
1. Mendapatkan gambaran mengenai unit/bagian yang merupakan pusat biaya
(cost centre) serta pusat pendapatan (revenue centre).
2. Mendapatkan gambaran berupa biaya satuan program atau unit pelayanan
kesehatan sehingga dapat dihitung total anggaran yang diperlukan untuk
program atau pelayanan kesehatan.
Manfaat utama dari analisis biaya ada empat yaitu (Gani, 2000):
a. Pricing
Informasi biaya satuan sangat penting dalam penentuan kebijaksanaan tarif
rumah sakit. Dengan diketahuinya biaya satuan (unit cost), dapat diketahui
apakah tarif sekarang merugi, break even, atau menguntungkan. Seberapa
besar subsidi yang dapat diberikan kepada unit pelayanan juga dapat diketahui
misalnya subsidi pada pelayanan kelas III rumah sakit.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 11
b. Budgeting /Planning
Informasi jumlah biaya (total cost) dari suatu unit produksi dan biaya satuan
(unit cost) dari tiap-tiap output rumah sakit, sangat penting untuk alokasi
anggaran dan untuk perencanaan anggaran.
c. Budgetary control
Hasil analisis biaya dapat dimanfaatkan untuk memonitor dan mengendalikan
kegiatan operasional rumah sakit. Misalnya mengidentifikasi pusat-pusat
biaya (cost centre) yang strategis dalam upaya efisiensi rumah sakit.
d. Evaluasi dan Pertanggungjawaban
Analisis biaya bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan RS secara
keseluruhan, sekaligus sebagai pertanggungan jawaban kepada pihak-pihak
berkepentingan.
Biaya yang ada di rumah sakit menurut Hongren dkk (1991) dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Departemen pusat laba (revenue centre), biaya ini juga mempunyai biaya yang
tidak dapat ditelusuri secara langsung dari jasa yang dihasilkan. Contoh dari
departemen pusat laba adalah rawat jalan, rawat inap, laboratorium, kamar
operasi, gawat darurat dan radiologi.
2. Departemen pusat biaya (cost centre), dianggap sebagai departemen
pembantu. Biaya yang ditimbulkan dikategorikan sebagai biaya tidak
langsung bagian cost centre, karena tidak dapat diidentifikasikan secara
langsung terhadap jasa yang dihasilkan di rumah sakit. Contoh biaya ini
adalah biaya manajemen, laundry, makanan, rekam medis, dan lain-lain.
Menurut Berman (1993) dalam Hasibuan (2005) pada prinsipnya cost
centre ada tiga kategori yaitu :
a. Overhead yaitu biaya yang hanya dikonsumsi oleh departemen lain dalam
rumah sakit bukan oleh pasien misalnya alat tulis kantor, pemeliharaan, dan
kebersihan.
b. Intermediate yaitu biaya yang dikonsumsi oleh departemen lain dan pasien
secara langsung misalnya laboratorium dan kamar operasi.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 12
c. Langsung yaitu biaya yang dikonsumsi langsung oleh pasien bukan oleh
departemen di rumah sakit misalnya pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan
gawat darurat.
2.2.4 Analisis penetapan tarif rumah sakit
Menurut Wiyono (1999) dalam Hasibuan (2005) analisis penetapan tarif
rumah sakit adalah:
1. Batasan
Pengertian tarif tidak sama dengan harga, sekalipun keduanya
menunjukkan pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen.
Pengertian tarif lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan
untuk memperoleh jasa pelayanan. Sedangkan pengertian harga lebih terkait
pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang.
2. Faktor yang harus diperhitungkan dalam penetapan tarif
Menurut Gani (1993) dalam Hasibuan (2005) tarif rumah sakit di
Indonesia sangat rendah. Bahkan tarif tersebut lebih rendah dari biaya satuan
operasional dan pemeliharaan (biaya satuan tanpa biaya investasi). Tarif
rendah tersebut juga terdapat pada beberapa rumah sakit swasta yang tarifnya
ditentukan oleh Peraturan Daerah (Perda) tempat rumah sakit itu berada.
Penentuan tarif pelayanan rumah sakit merupakan hal yang sangat kompleks
disebabkan banyaknya variabel atau faktor yang perlu dipertimbangkan,
sehingga sulit ditentukan suatu rumus praktis untuk menghitungnya.
Faktor yang diperhitungkan dalam penentuan tarif menurut Gani
(1993) dalam Hasibuan (2005) adalah :
1. Produk pelayanan kesehatan dalam suatu rumah sakit sangat beragam. Hal
ini menyebabkan beragamnya biaya satuan untuk masing-masing jenis
pelayanan.
2. Rumah sakit mempunyai tujuan sosial dan ekonomi, perkembangan
teknologi menyebabkan rumah sakit lebih cermat dalam perhitungan
ekonomi. Paduan dua tujuan adalah pelaksanaan subsidi silang, yaitu profit
dari kelas VIP dan kelas I (kelas perawatan bagi masyarakat golongan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 13
ekonomi kuat) digunakan untuk membiayai kelas III (kelas perawatan bagi
masyarakat tidak mampu)
3. Biaya satuan (unit cost) setiap pelayanan yang dihasilkan. Perhitungan
biaya satuan ini belum banyak dilaksanakan, selain disebabkan metode
yang kompleks dan data yang diperlukan tidak tersedia karena sistem
informasi tidak dirancang dengan tujuan tersebut.
4. Tingkat utilisasi pelayanan medis maupun penunjang medis. Bed
Occupatient Rate (BOR) yang rendah semakin buruk jika dilakukan
kenaikan tarif, sedangkan pada BOR yang tinggi tidak akan berpengaruh
banyak sejauh kenaikan tersebut masih dalam batas “kemauan dan
kemampuan” pasien.
5. Kemauan dan kemampuan membayar penduduk yang biasa disebut
“Ability to pay”(ATP) dan “Willingness to pay” (WTP). Tarif yang
dibawah ATP dan WTP menyebabkan adanya “consumer surplus”.
6. Khusus untuk rumah sakit pemerintah, penentuan tarif juga harus
mempertimbangkan kemampuan pemerintah memberikan subsidi kepada
masyarakat. Kalau kemampuan subsidi terbatas, pemerintah bisa
memberlakukan tarif tinggi untuk kelas VIP, I, II dan membatasi
pemberian subsidi untuk pelayanan kelas III.
7. Besarnya surplus penerimaan yang direncanakan dan jangka waktu berapa
lama pay back period ( jangka waktu pengembalian modal usaha) yang
diinginkan.
8. Tarif dan mutu pelayanan pihak pesaing. Mutu yang dimaksud disini
berarti luas termasuk aksestabilitas pelayan tersebut dari segi transportasi.
Penentuan harga (pricing) suatu hasil produksi menurut Hongren dkk
(1991) adalah hal yang sangat penting karena penentuan yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah akan menyebabkan kerugian. Ada tiga hal yang
mempengaruhi penetapan harga satuan produk yaitu :
1. Pelanggan
Manajer harus mengkaji masalah penetapan harga dari sudut pelanggan.
Pelanggan mungkin akan menolak produk/jasa dan memilih pengganti
(substitute) dengan biaya yang lebih efektif.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 14
2. Pesaing
Ada atau tidaknya reaksi pesaing akan mempengaruhi keputusan
penetapan harga.
3. Biaya
Harga maksimum yang ditetapkan adalah harga yang tidak akan membuat
pelanggan lari. Bentuk penetapan harga berdasarkan biaya dapat
digunakan sebagai pegangan pengambilan keputusan adalah :
1. Biaya produksi variabel + margin (laba)
2. Total biaya variabel + margin
3. Total biaya produksi + margin
4. Total biaya + margin
Komponen margin dapat berupa persentase atau rupiah.
2.2.5 Kebijakan Subsidi Silang
Menurut Fuchs (1986) dalam (Hasibuan, 2005) penduduk beberapa Negara
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kebutuhan perawatan kesehatan
masyarakat yang tidak mampu. Di negara berkembang hal ini identik dengan
asuransi kesehatan nasional. Kebijakan subsidi yang ada di rumah sakit adalah :
1. Menarik biaya yang lebih rendah dari biaya satuan atau bahkan gratis terhadap
kalangan tidak mampu.
2. Menarik biaya yang lebih tinggi dari biaya satuan untuk kalangan mampu.
3. Pemakaian alat yang tinggi frekuensinya mensubsidi penggunaan alat yang
jarang digunakan.
2.2.6 Badan Layanan Umum (BLU)
Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Berdasar PP Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 15
bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip eknomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang sehat. Praktik
bisnis yang sehat artinya berdasarkan kaidah manajemen yang baik mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan
pertanggungjawaban. Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan
umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak
terpisah secara hukum dari instansi induknya. Asas BLU yang lainnya adalah
(Norpatiwi, 2010):
1. Pejabat BLU bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum
kepada pimpinan instansi induk.
2. BLU tidak mencari laba.
3. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah.
4. Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
BLU harus memenuhi persyaratan adminsitratif sbb:
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja layanan, keuangan, dan
manfaat bagi masyarakat.
2. Pola tata kelola yang baik dan laporan keuangan.
3. Standar pelayanan minimum.
4. Laporan audit atau pernyataan bersedia diaudit secara independen.
2.2.7 Rumah Sakit Sebagai BLU
Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah
dan bermutu. Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki peraturan
pendukung yang terkait dnegan pengelolaan keuangan yang fleksibel. Berdasar PP
Nomor 23 tahun 2005 tersebut rumah sakit pemerintah telah mengalami
perubahan sebagai badan layanan umum. Perubahan kelembagaan ini berimbas
pada pertanggungjawaban keuangan bukan lagi kepada departemen kesehatan
tetapi kepada departemen keuangan. Sebagaimana telah diuraikan di atas dari
aspek pelaporan keuangan yang harus mengikuti standar akuntansi keuangan,
maka dalam pengelolaan teknis keuangan pun harus diselenggarakan dengan
mengacu pada prinsip-prinsip akuntanbilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 16
yang disusun rumah sakit pemeritah juga harus disusun dengan berbasis kinerja
(sesuai dengan Kepmendagri Nomor 29 tahun 2002).
Berdasar prinsip-prinsip tersebut, aspek teknis keuangan perlu didukung
adanya hubungan yang baik dan berkelanjutan antara rumah sakit,dengan
pemerintah dan dengan para stakeholder, khususnya dalam penentuan biaya
pelayana kesehatan yang mencakup unit cost, efisiensi dan kualitas pelayanan.
Adanya audit atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen terhadap
pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit klinik adalah hal yang perlu
dipertimbangankan lagi. Berubahnya kelembagaan sebagai BLU tentu saja aspek
teknis sangat berhubungan erat dengan basis kinerja (Norpatiwi, 2010).
2.2.8 Tahap Penyusunan Tarif
Sesuai dengan syarat-syarat BLU bahwa yang dimaksud dengan
persyaratan substantif, persyaratan teknis dan persyaratan admnistratif adalah
berkaitan dengan standar layanan, penentuan tarif layanan, pengelolaan
keuangan,tata kelola semuanya harus berbasis kinerja. Hal-hal yang harus
dipersiapkan bagi rumah sakit untuk menjadi BLU dalam aspek teknis keuangan
adalah (Norpatiwi, 2010).:
1. Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Hal tersebut
menyebabkan rumah sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran
(cost tracing) terhadap penentuan segala macam tarif yang ditetapkan dalam
layanan. Selama ini aspek penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupu
subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost culture yang tidak
mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan. Penyusunan tarif
rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar, kesanggupan konsumen
untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut diharapkan dapat
menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu
diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis pada persentase tertentu
namun berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara
umum tahapan penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap
divisi dalam rumah sakit dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik.
Pemilik rumah sakit pemerintah adalah pemerintah daerah dan DPRD.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 17
2. Penyusunan anggaran harus berbasis akuntansi biaya bukan hanya berbasis
subsidi dari pemerintah sehingga penyusunan anggaran harus didasari dari
indikator input, indikator proses dan indikator output.
3. Menyusun laporan keuangan sesuai dengan PSAK 45 yang disusun oleh
organsisasi profesi akuntan dan siap diaudit oleh Kantor Akuntan Independen
bukan diaudit dari pemerintah.
4. Sistem remunerasi yang berbasis indikator dan bersifat evidance based. Dalam
penyusunan sistem remunerasi rumah sakit perlu memiliki dasar pemikiran
bahwa tingkatan pemberian remunerasi didasari pada tingkatan, yaitu
tingkatan satu adalah basic salary yang merupakan alat jaminan safety bagi
karyawan. Basic salary tidak dipengaruhi oleh pendapatan rumah sakit.
Tingkatan dua adalah incentives yaitu sebagai alat pemberian motivasi bagi
karyawan. Pemberian incentives ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan
rumah sakit. Tingkatan yang ketiga adalah bonus sebagai alat pemberian
reward kepada karyawan. Pemberian bonus ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat keuntungan rumah sakit. Implementasi aspek teknis keuangan bagi
rumah sakit ini akan menjadi nilai plus dalam upayanya untuk peningkatan
kualitas jasa layanan dan praktik tata kelola yang transparan. Perhitungan dan
penelusuran terhadap unit cost memerlukan persyaratan (Norpatiwi, 2010):
1. Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder.
2. Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk berbenah, tanpa
meninggalkan misi layanan sosial tetapi harus tetap mengunggulkan
rumah sakit sebagai alat bargaining position,
3. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik
kepada rumah sakit, khususnya mengenai pola penentuan tarif,
4. Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis, sistem
informasi rumah sakit, akuntansi dan costing.
Implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan umum,
dalam aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit akan memberi kepastian
mutu dan kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Tahapan dalam penyusunan tarif rumah sakit umum daerah ditunjukkan pada
gambar 2.1.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 18
Gambar 2.1 Tahap Penyusunan Tarif Sumber : Norpatiwi, 2010
2.2.9 Metode Analisis Biaya Rumah Sakit
Menurut Mulyadi (1993) analisis biaya pada prinsipnya ada 2 metode
yaitu:
1. Metode Konvensional, yaitu suatu metode penentuan harga pokok yang
dirancang berdasarkan teknologi masa lalu. Biaya yang digunakan dibagi
dalam variabel-variabel produksi. Metode ini biasanya disebut full costing dan
variable costing. Titik berat penentuan harga metode ini hanya pada fase
produksi saja. Contoh metode analisis biaya rumah sakit yang menggunakan
metode ini adalah direct apportionment (simple distribution), simple down
method, double distribution method dan multiple distribution.
2. Metode ABC, yaitu suatu metode penentuan harga pokok (product costing)
yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara
cermat. Penghitungan ini mengukur secara cermat konsumsi sumber daya
dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Hasil Jasa
Sarana
Jasa Pelayanan
Aspek Pasar,
Ability to pay,
PAD
Tarif
Usulan
Pemilik/Pemda/
DPRD
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 19
2.2.10 Metode Activity-Based Costing
Sistem kalkulasi biaya yang menggunakan satu atau lebih faktor yang
berkaitan dengan non-volume dalam mengalokasikan kelompok biaya disebut
dengan sistem kalkulasi biaya kegiatan (activity costing). Pada kalkulasi biaya
kegiatan, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya disebut penggerak
biaya (cost driver). Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan tidak hanya memberikan
data biaya produk yang lebih terpecaya, tetapi juga membantu dalam memahami
dan meengurangi biaya, dalam merancang produk, pemprosesan serta dalam
memilih strategi. Prinsip kalkulasi biaya kegiatan adalah bahwa sistem kalkulasi
biaya konvensional, dimana hanya dasar yang berkaitan dengan volume yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya, mungkin tidak menetapkan biaya untuk
produk yang berbeda secara tepat (Prasetyawan, 2005).
Kalkulasi biaya kegiatan menunjukkan penerapan konsep penelusuran
biaya yang lebih menyeluruh dibandingkan dengan kalkulasi biaya konvensional.
Kalkulasi biaya konvensional menelusuri hanya bahan langsung dan pekerja
langsung terhadap keluaran yang diproduksi. Kalkulasi biaya kegiatan mengakui
bahwa banyak biaya pada kenyataannya dapat ditelusuri, bila tidak terhadap
keluarannya, maka terhadap beberapa tingkat lain yang disebut kegiatan.
A. Definisi Activity-Based Costing
Pada bagian ini akan dijelaskan definisi menurut para ahli, yaitu:
a. Menurut Hongren dan Foster (1991), ABC didefinisikan sebagai sistem yang
memusatkan perhatian pada aktivitas sebagai dasar penggunaan biaya dari
aktivitas-aktivitas tersebut dengan maksud menyusun batasan biaya dari obyek
biaya yang lainnya.
b. Menurut Garison dkk (1991), ABC adalah suatu metode kalkulasi biaya yang
menciptakan suatu kelompok biaya untuk setiap suatu kejadian atau transaksi
(aktivitas) dalam suatu organisasi yang berlaku sebagai pamacu biaya. Biaya
kemudian dialokasikan ke produk dan jasa dengan dasar jumlah dari kejadian
atau transaksi tersebut yang produk atau jasa hasilkan.
c. Menurut Raybun (1993), ABC mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas
menimbulkan konbsumsi sumber daya yang dicatat sebagai biaya. “Kalkulasi
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 20
biaya berbasis transaksi adalah nama lain untuk ABC “. Tujuan ABC adalah
mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilakukan dalam suatu
organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilakukan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya
tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas tiap
produk.
Dapat disimpulkan bahwa metode ABC adalah suatu sistem manajemen
biaya yang mengumpulkan biaya-biaya kedalam aktivitas-aktivitas yang terjadi
dalam suatu perusahaan, kemudian membebankan biaya aktivitas tersebut kepada
produk atau jasa dan pada akhirnya informasi biaya aktivitas produk dan jasa
tersebut ditransfer kepada manajer untuk perencanaan, pengambilan keputusan,
serta pengendalian biaya.
B. Konsep-Konsep Dasar
Metode ABC dalam Femala (2007) adalah suatu sistem akuntansi yang
terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa.
menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah
setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni,
bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.
Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam metode ABC,
biaya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk. Metode ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya
dan bukannya produk.
Gambar 2.2 Konsep Dasar Activity Based Costing
Sumber :Hansen, Don.R. dan Maryanne, M. Mowen, 2005
Cost Driver Performance
Resources
Activities
Cost Object
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 21
C. Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan metode ABC
Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan
secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan
oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional
disebut sebagai biaya variable.
Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk
dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam
proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Biaya tersebut dapat
ditelusuri kemasing-masing produk dengan memahami apa yang menyebabkan
biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun. Hubungan sebab akibat ini
memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk
yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan
Mowen, 2005)
Digambarkan dalam tabel 2.1, perbedaan antara penentuan harga pokok
produk tradisional dan metode ABC, yaitu:
Tabel 2.1 Perbedaan Penetapan Harga Pokok
Metode Penentuan
Harga Pokok Produk
Tradisional
Metode Activity Based
Costing
Tujuan Inventory level Product Costing
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi,
Tahap pengembangan
Fokus Biaya bahan baku,
tenaga kerja langsung
Biaya overhead
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang
digunakan
Metode manual Komputer
telekomunikasi Sumber: Mulyadi, 1993
D. Struktur Metode ABC
Desain ABC menurut Cokins, dkk (1996) dalam Femala (2007)
difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan
peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu
yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian
pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka metode ABC akan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 22
dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu
usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari metode ABC, yaitu:
1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya
Metode bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung
menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya
sekedar penyebab timbulnya biaya.
2. Produk atau pelanggan jasa
Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk
membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang
menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.
Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari metode ABC.
Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkan biaya, maka untuk dapat
menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola
aktivitasnya. Biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-
biaya untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan
memberikan pelayanan produk dalam hubungannya dengan biaya produk, .
E. Syarat Penerapan Metode Activity-Based Costing
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan
metode ABC menyaratkan tiga hal (Supriyono, 1994):
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
metode ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa
macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas
yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah
dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau
sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka
perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar
pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran
informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan
manajemen.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 23
3. Biaya pengukuran yang rendah
Bahwa biaya yang digunakan metode ABC untuk menghasilkan informasi
biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang
diperoleh
Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan
penerapan metode ABC, yaitu (Supriyono, 1994):
1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari
biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya
oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan
akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat
sehingga penggunaan metode ABC kehilangan relevansinya. Artinya akan
lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overhead-nya tidak hanya
dipengaruhi oleh volume produksi saja.
2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit
harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua
biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada
kondisi ini penggunaan metode ABC justru tidak tepat karena hanya
dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun
non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio
konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau metode ABC
membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang
produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat
mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.
F. Pembebanan Biaya Overhead pada Metode Activity-Based Costing
Pada Activity Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhead
pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya
tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada
tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap
kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (Cooper and Kaplan,
1991).
Activity Based Costing menggunakan lebih banyak cost driver bila
dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 24
Sebelum sampai pada prosedur pembebanan dua tahap dalam Activity-Based
Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Cost driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost driver
merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.
Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan
menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
2. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi
oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang
dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut
dari semua jenis produk.
3. Homogeneous cost pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang
variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk
dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas
overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi
yang sama untuk semua produk.
G. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Metode ABC
Menurut Mulyadi (1993), prosedur pembebanan biaya overhead dengan
metode ABC melalui dua tahap kegiatan:
a. Tahap Pertama
Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktivitas yang sejenis atau
homogen, terdiri dari 4 langkah :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktivitas
2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya kedalam berbagai aktivitas, pada
langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4
kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing,
product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing.
Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas
berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi.
Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan,
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 25
karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional
dengan jumlah unit yang diproduksi.
b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan
berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti
membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah
aktivitas berlevel batch.
c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities)
Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan
biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang
diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau
mengiklankan produk.
d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility level activities)
Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses
operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak
berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara
bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini
termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan
komputer dan sebagainya.
3. Mengidentifikasi Cost Driver
Identifikasi cost driver bertujuan untuk mempermudah penentuan tarif per
unit cost driver.
4. Menentukan tarif/unit Cost Driver
Adalah biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu aktivitas.
Tarif per unit cost driver. dapat dihitung dengan rumus sbb:
Tarif/unit cost driver = Jumlah Aktivitas……………… (2.1)
Cost Driver
b. Tahap Kedua
Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang
menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas
dihitung dengan rumus sbb:
BOP yang dibebankan = Tarif/unit cost driver x cost driver yang
dipilih….(2.2)
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 26
Menurut Hongren dkk (2005), prosedur pembebanan biaya overhead
dengan sistem ABC terdiri dari 7 langkah :
1. Identifikasi produk yang menjadi yang menjadi objek biaya
2. Menghitung biaya langsung dari produk
3. Memilih dasar pengalokasian biaya (cost driver) yang akan
4. Mengidentifikasi biaya tidak langsung yang berkaitan dengan setiap dasar
alokasi biaya (cost driver).
5. Menghitung tarif per unit dasar alokasi biaya guna mengalokasikan biaya
tidak langsung ke produk
6. Menghitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke produk
7. Menghitung total biaya produk dengan menjumlahkan semua biaya langsung
dan tidak langsung
H. Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas
Apabila syarat-syarat penerapan metode ABC sudah terpenuhi, maka
sebaiknya perusahaan menerapkan metode ABC dan segera mendesain ulang
sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut: (Supriyono,
1999)
a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan
Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer
melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi
biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika
perusahaan menghadapi persaingan yang tajam.
b. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap
kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
Metode ABC mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang
menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan
jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Metode
ABC mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan jumlah unit
yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit
overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 27
c. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan.
Karena metode ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang
dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka
manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh informasi
yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai
kegiatan bisnis mereka.
I. Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah
dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas.
Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan
pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen
dalam mengambil keputusan (Femala, 2007).
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead
yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini
menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis
produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
a. Pengertian Cost Driver
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya
overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas
yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
1. Cost driver berdasarkan unit
Cost driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk
melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
2. Cost driver berdasarkan non unit
Cost driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab
selain unit yang menjelaskn konsumsi overhead. Contoh cost driver
berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien,
jumlah kamar yang tersedia.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 28
b. Penentuan Cost Driver yang tepat
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya.
Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan penimbul
biayanya atau cost driver.
1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan
Menurut Cooper dan Kaplan (1991), penentuan banyaknya cost driver
yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang
diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin
banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin
akurat. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin
banyak cost driver yang dibutuhkan.
2. Pemilihan cost driver yang tepat.
Pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus
dipertimbangkan Cooper dan Kaplan (1991):
a. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang
membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih.
b. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver
terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of
correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.
c. Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect).
Cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan
dipilih
J. Keunggulan Metode ABC
Tunggal (1994) mengemukakan tentang keunggulan metode ABC adalah
sebagai berikut:
1. Suatu pengkajian metode ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka
harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai
hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara
simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti
bagaimana benar-benar mahalnya proses manufaktur, yang pada akhirnya
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 29
dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan
mengurangi biaya
2. Metode ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis
yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even
atas produk yang bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat
mulai merekayasa kembali proses manufaktur untuk mencapai pola keluaran
mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
K. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional
kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit
ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang
mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan
menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang
menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total perusahaan,
akan tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan,
distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak
dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang
berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh
sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama dengan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan
jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya
beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Tunggal, 1994).
Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Supriyono (1999) bahwa dengan
berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak
mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena
lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab
sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 30
Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan
penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya
menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan
dalam persaingan global.
1. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan
pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk
mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai
tambah.
2. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya
karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal
misalnya volume produk atau jam kerja langsung.
3. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang
terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan
konflik dengan keunggulan perusahaan.
4. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak
langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab
tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju
cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh
berbagai macam aktivitas.
5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam
pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja
jangka pendek.
6. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan
selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan
standar.
7. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan
teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada
lingkungan teknologi maju.
8. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup
produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional
terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 31
Biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode sehingga
menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.
L. Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa.
Sistem kerja banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga
dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode pada perusahaan jasa
memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang
dimiliki perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992) dalam Femala (2007),
karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu:
1. Output seringkali sulit didefinisi
2. Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi
3. Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas
yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya.
Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang
kebanyakan tidak terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu
informasi, pemuasan konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak berwujud
membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa
menggunakan metode pada bisnisnya.
Untuk menjawab permasalahan diatas, benar-benar dapat digunakan pada
perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing pada perusahaan jasa
adalah:
a. Identifying and Costing Activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa
kesempatan untk pengoperasian yang efisien.
b. Spesial Challenger
Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki
permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya
mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu
persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan
menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 32
c. Output Diversity
Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi
output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan
aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk
dijelaskan atau ditentukan
2.2.11 Inflasi
Dalam proses penentuan tarif, sebaiknya faktor inflasi dipertimbangkan
sebagai langkah antisipasi terhadap kenaikan harga untuk periode selanjutnya. Hal
tersebut karena perubahan status rumah sakit menjadi BLUD menyebabkan
evaluasi tarif berlangsung lima tahun sekali. Inflasi adalah suatu keadaan di mana
harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam
waktu yang lama terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai
dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang
waktu yang cukup lama (Jawanti, 2010). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.
Secara umum, para ekonom membedakan inflasi dalam tiga kategori yang
berbeda (Pujawan, 2003), yaitu:
1. Inflasi Karena Tekanan Permintaan
Inflasi ini bisa terjadi karena uang yang tersedia terlalu banyak dan jumlah
barang yang ada relatif sedikit. Dengan kata lain, penawaran tidak mampu
memenuhi permintaan sehingga harga-harga barang akan terdorong untuk
naik.
2. Inflasi Karena Dorongan Ongkos
Inflasi ini terjadi karena kenaikan ongkos-ongkos seperti ongkos tenaga kerja.
Sering kali pada negara-negara yang federasi buruhnya kuat tenaga kerja
mampu menuntut kenaikan gaji walaupun tidak dibarengi dengan oleh
peningkatan produktivitas yang profesional. Terjadinya kenaikan upah yang
seperti ini ditanggung oleh konsumen dalam wujud kenaikan harga barang-
barang yang akan dibeli.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 33
3. Inflasi Struktural
Inflasi ini disebabkan karena adanya pergeseran permintaan dari satu produk
industri ke produk industri lainnya Pergeseran produk ini menebabkan suatu
produk akan meningkatkan produksinya, dan dalam prosesnya mungkin harus
melibatkan bahan-bahan dan tenaga kerja dengan harga yang lebih mahal
sehingga akan mendorong naiknya harga produk di pasaran. Naiknya harga
produk menyebabkan harga naik secara umum. Inflasi ini dapat dikatakan
merupakan kombinasi dari inflasi karena tekanan permintaan dan inflasi
karena dorongan ongkos.
Rumus untuk menghitung nilai uang pada masa yang akan datang dihitung
dengan cara (Pujawan, 2003) :
F = P (1+ if )N
…………………………………....................(2.1)
Dimana,
F = Nilai mendatang
P = Nilai sekarang
if = Tingkat inflasi
N = Periode tahun
2.2.12 Peraturan-peraturan Tentang Tarif Rawat Inap Rumah Sakit
Peraturan-peraturan yang dijadikan dasar dalam penentuan tarif rawat inap
RSUD Pandan Arang anatar lain :
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
560/Menkes/SK/IV/2003 Tentang Pola Tarif Perjan Rumah Sakit.
2. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah..
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 560/Menkes/SK/IV/2003 Tentang
Pola Tarif Perjan Rumah Sakit.
5. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 9 Tahun 1985
tentang Pelayanan Kesehatan Pada RSU Kabupaten Daerah Tingkat II
Boyolali.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 34
6. Peraturan Bupati Nomor 24 tahun 2007 tentang Pelayanan lain-lain dan kamar
Kelas 1, Teladan, dan Utama pada Rumah Sakit Umum Pandan Arang
Kabupaten Boyolali.
7. Keputusan Bupati Boyolali Nomor 440/421 Tahun 2003 tentang Tarif
Pelayanan Kesehatan Kelas 1, Teladan dan Utama di Rumah Sakit Umum
Pandan Arang Kabupaten Boyolali.
2.2.13 Microsoft Excel
Microsoft Excel merupakan perangkat lunak untuk mengolah data secara
otomatis meliputi perhitungan dasar, penggunaan fungsi-fungsi, pembuatan grafik
dan manajemen data. Perangkat lunak ini sangat membantu untuk menyelesaikan
permasalahan administratif , mulai yang paling sederhana sampai yang lebih
kompleks. Permasalahan sederhana tersebut misalnya membuat rencana
kebutuhan barang meliputi nama barang, jumlah barang dan perkiraan harga
barang. Permasalahan ini sebenarnya dapat juga diselesaikan menggunakan
microsoft word karena hanya sedikit memerlukan proses perhitungan, tetapi lebih
mudah diselesaikan dengan microsoft excel. Penyelesaian permasalahan yang
kompleks juga dapat memanfaatkan pemrograman macro yang disediakan oleh
Excel agar proses penggunaan lebih mudah (Madiananto, 2010).
Fasilitas macro sangat membantu dalam otomatisasi pekerjaan. Fasilitas
macro ini bisa diaktifkan melalui excel option dengan memilih trust center, lalu
enable all macro dan trust acces to the VBA project model. Macro bisa dijalankan
melalui tiga cara antara lain (Tofik, 2009):
a. Melalui tombol run pada kotak macro
b. Melalui shortcut key
c. Dengan memberi penugasan (assign) kepada objek
2.2.14 Penelitian terdahulu
Berbagai hasil riset yang menjadi referensi yang menyangkut
implementasi System antara lain Adamu (2009) menerapkan metode ABC di
industri perhotelan. Penelitian menunjukkan bahwa sistem penentuan harga
dengan metode tradisional sudah kurang layak lagi digunakan. Hal ini disebabkan
pengalokasikan biaya khususnya overhead dilakukan secara kurang tepat ke
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
II - 35
produk atau pelayanan. Untuk itu, penelitian ini menggunakan metode ABC
sebagai alternatif cara pembebanan biaya overhead yang tepat.
Hanifah dan Satria (2008) melakukan analisis perbandingan harga pokok
produk antara pendekatan konvensional dan metode ABC. Perusahaan yang
menjadi objek perhitungan harga pokok adalah PT. Yasunly Abadi Utama Plastik
yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa injection bahan
baku bijih plastik sebagai supplier PT LG Electronic Indonesia dengan berbagai
jenis barang produk elektroniknya. Harga pokok masing-masing produk dihitung
dengan metode tradisional dan dengan metode ABC. Dari hasil perhitungan dapat
disimpulkan bahwa sistem konvensional mengabaikan konsumsi relatif ke
masing-masing produk. Akibatnya produk yang bervolume tinggi harga
produknya menjadi overcost dan produk yang bervolume rendah harga produknya
menjadi undercost. Metode ABC merinci biaya secara akurat untuk setiap produk
Prasetyawan (2005) melakukan analisis biaya logistik berdasarkan
pendekatan biaya total menggunakan metode ABC. Pembiayaan dalam logistik
dilakukan berdasarkan pendekatan biaya total produk atau jasa pada C.V. Titian
Mandiri yang merupakan perusahaan di bidang industri Air Minum Dalam
Kemasn (AMDK). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa biaya total produk
perusahaan kurang tepat dalam menggambarkan penyerapan sumber daya oleh
produk. Metode ABC dinilai lebih tepat dan akurat dalam penentuan biaya total
produk. Hal tersebut karena metode ABC berpedoman pada aktivitas-aktivitas
yang mendukung aliran produk mulai dari pengadaan material sampai dengan
pemasaran produk. Metode ABC memberikan sumber daya kepada aktivitas-
aktivitas. Selanjutnya, biaya total produk ditentukan dari biaya aktivitas yang
dibebankan kepada produk sebagai obyek biaya berdasarkan pemicu biaya yang
sesuai.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
III-1
BAB III
METODOLOGI PE ELITIA
Metodologi penelitian digunakan untuk memudahkan pemahaman
mengenai permasalahan dan mengupayakan penyelesaian masalah menjadi lebih
sistematis dan terarah sehingga dapat memenuhi tujuan yang akan dicapai.
3.1 Diagram Alir Penelitian
Urutan langkah-langkah dalam pembahasan penelitian ini ditunjukkan
melalui diagram alir pada Gambar 3.1 berikut ini :
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
III-2
Analisis dan Interpretasi HasilTahap Analisis dan Kesimpulan
Menghitung tarif per unit cost driver
Menghitung biaya tidak langsung yang
dialokasikan ke produk
Menghitung total biaya produk
Kesimpulan
Selesai
A
Menghitung tarif rawat inap
Perancangan alat bantu penghitung tarif rawat inap
Proyeksi tarif menggunakan alat bantu penghitung
tarif rawat inap
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
3.2 Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada tahap ini meliputi pengumpulan data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data secara
langsung oleh peneliti. Sedangkan data sekunder adalah adalah data yang diambil
tidak dari sumber langsung asli, misalnya data yang diperoleh dari buku, dari
suatu dokumen, atau bisa juga dari hasil kuesioner yang telah dilakukan oleh
peneliti lain. Data primer diperoleh melalui pengamatan/observasi dan wawancara
sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi perusahaan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
III-3
Pengamatan/observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati situasi nyata
yang terjadi di lapangan terkait dengan aktivitas yang terjadi di unit rawat inap.
Wawancara dilakukan dengan cara wawancara langsung/tatap muka dengan
pihak-pihak yang terkait dengan rawat inap dalam rangka memperoleh penjelasan
atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan
dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait
dengan seluruh aktivitas dalam rawat inap. Dokumen antara lain berupa laporan
keuangan, daftar inventaris, denah rumah sakit, dll. Penjelasan mengenai data-data
yang diperoleh selama penelitian akan ditunjukkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Tipe Data Penelitian Yang Dibutuhkan
o ama Data Jenis Data Sumber data
1 Biaya konsumsi Data Sekunder Laporan bagian instalasi gizi tahun 2009
2 Biaya kebersihan Data Sekunder Laporan keuangan tahun 2009
3 Biaya pembayaran listrik Data Sekunder Laporan keuangan tahun 2009
4 Biaya pembayaran air Data Sekunder Laporan keuangan tahun 2009
5 Biaya administrasi Data Sekunder Laporan keuangan tahun 2009
6 Biaya bahan habis pakai Data Sekunder Laporan keuangan tahun 2009
7 Biaya laundry Data Sekunder Laporan keuangan tahun 2009
8 Biaya depresiasi gedung Data Sekunder Laporan bagian material
9 Biaya depresiasi fasilitas Data Sekunder Laporan bagian material
10 Jumlah pasien rawat inap Data Sekunder Laporan dari bagian rekam medis
11 Lama hari Pasien rawat inap Data Sekunder Laporan dari bagian rekam medis
12 Luas kamar rawat inap Data Sekunder Denah dari bagian penunjang pelayanan
13 Nilai Inflasi Data Sekunder Badan Pusat Statistik
14 Fasilitas ruang rawat inap Data PrimerPengamatan dan wawancara dengan
bagian material
15Aktivitas laundry Data Primer
Pengamatan dan wawancara dengan
pekerja bagian laundry
16 Pengukururan KWH Listrik Data PrimerPengamatan dan wawancara dengan
bagian penunjang pelayanan Sumber : RSUD Pandan Arang, 2010
3.3 Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari sepuluh langkah yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
III-4
3.3.1 Identifikasi Produk
Identifikasi produk meliputi penentuan tipe produk apa saja yang akan
dihitung biayanya. Produk yang akan diteliti adalah penggunaan kamar untuk
pasien rawat inap berdasarkan tipenya yaitu tipe kamar utama, teladan, kelas I,
kelas II, dan kelas III. Masing-masing tipe kamar mempunyai fasilitas yang
berbeda-beda. Fasilitas untuk masing-masing tipe kamar juga akan di jelaskan
pada tahap ini.
3.3.2 Menghitung Biaya Langsung Produk
Biaya langsung merupakan setiap biaya yang dapat diidentifikasikan secara
spesifik ke sasaran biaya tertentu. Biaya langsung dari produk dihitung terlebih
dahulu untuk mempermudah penghitungan biaya. Hal tersebut karena biaya
langsung lebih mudah ditelusuri langsung ke produk dan pekerjaan daripada biaya
tidak langsung.
3.3.3 Pemilihan Cost Driver
Penentuan cost driver (dasar alokasi biaya) digunakan untuk menentukan
jumlah kelompok biaya tidak langsung berdasarkan aktivitas dalam metode ABC.
Dasar alokasi biaya merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-
biaya overhead dari kegiatan rawat inap pada setiap tipe kamar tersebut. Faktor ini
menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan
biaya dalam setiap aktivitas. Contoh dari dasar alokasi biaya adalah luas lantai,
jumlah pasien, dll.
3.3.4 Mengidentifikasi Biaya Tidak Langsung Berdasarkan Cost Driver
Pada tahap ini, biaya tidak langsung dihitung dan dialokasikan berdasarkan
hubungan sebab akibat antara dasar alokasi biaya dan biaya aktivitasnya. Biaya
yang telah diidentifikasi kemudian diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat
kategori umum aktivitas, yaitu :
a. Aktivitas berlevel unit ( unit level activities )
Aktivitas ini berhubungan langsung dengan lamanya pasien tinggal di ruang
rawat inap rumah sakit.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
III-5
b. Aktivitas berlevel batch (batch level activities)
Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah
oleh fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang
di produksi.
c. Aktivitas berlevel produk (product level activities)
Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk
tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk.
d. Aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities)
Aktivitas ini tidak tergantung oleh jumlah pasien, sehingga biaya ini harus
ditanggung rumah sakit walaupun tidak ada pasiennya.
3.3.5 Menghitung Tarif Per Unit Cost Driver
Pada tahap ini biaya tidak langsung mulai dihitung berdasarkan aktivitas
menggunakan dasar alokasi biaya yang telah dipilih. Hal tersebut bertujuan untuk
mengalokasikan biaya tidak langsung ke produk. Penghitungan dilakukan dengan
cara membagi total biaya dari aktivitas dengan dasar alokasi biaya yang dipilih.
3.3.6 Menghitung Biaya Tidak Langsung yang Dialokasikan ke Produk
Pada tahap ini hasil perhitungan biaya tidak langsung dari setiap aktivitas
dibebankan ke tarif kamar berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas tipe
kamar. Pembebanan biaya tidak langsung dari tiap aktivitas ke setiap kamar
dihitung dengan cara mengalikan tarif per unit dasar alokasi biaya dengan jumlah
dasar alokasi yang ada pada setiap tipe kamar.
3.3.7 Menghitung Total Biaya Produk
Pada tahap ini mulai dihitung total biaya kamar per hari. Total biaya
diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya langsung dan biaya tidak langsung
yang disesuaikan berdasarkan aktivitas masing-masing tipe kamar.
3.3.8 Menghitung Tarif Rawat Inap Per Hari
Pada tahap ini tarif rawat inap per hari dihitung dengan menjumlahkan total
biaya kamar per hari dengan jasa rumah sakit sebesar 10 % dari total biaya per
hari. Jasa ini merupakan imbalan yang diterima rumah sakit atas pemakaian
sarana, fasilitas dan bahan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
III-6
3.3.9 Perancangan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa Rawat Inap
Pada tahap ini dilakukan perancangan alat bantu untuk mempermudah
proses penghitungan tarif dengan metode ABC. Perancangan alat bantu ini
merupakan perancangan user interface untuk mengaplikasikan penghitungan tarif
rawat inap dengan metode ABC. Perancangan user interface dimulai dari
perancangan halaman awal dari alat penghitung tarif ini. Pada halaman awal
terdapat empat menu pokok yaitu data pasien, input, proses dan output. Alat bantu
penghitung tarif ini menggunakan Software Macro Excel 2007 untuk menjalankan
sistem usulan. Alat bantu ini dapat digunakan pihak rumah sakit sebagai alat
evaluasi tarif jasa rawat inap.
3.3.10 Proyeksi Tarif Menggunakan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa
Rawat Inap
Pada tahap ini dilakukan proses penghitungan tarif dengan alat bantu
penghitung tarif. Tarif yang dihitung adalah tarif rawat inap untuk tahun 2010.
Proses penghitungan biaya pada tahap ini mempertimbangkan faktor inflasi yang
mempengaruhi perubahan nilai uang pada tahun 2010.
3.4 Analisis dan Interpretasi Hasil
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis yang meliputi analisis perbandingan hasil
penghitungan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC dan tarif yang berlaku di
rumah sakit, analisis penghitungan tarif rawat inap dengan metode ABC, analisis
pengujian hasil penghitungan dengan metode ABC dan analisis alat bantu
penghitung tarif.
3.5 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisi bagian-bagian penting dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Saran berisi hal-hal yang perlu menjadi perhatian berkaitan dengan
hasil yang diperoleh dalam penelitian ini serta kemungkinan kelanjutan penelitian.
Saran ini ditujukan bagi perusahaan dan perbaikan untuk penelitian selanjutnya.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-1
BAB IV
PE�GUMPULA� DA� PE�GOLAHA� DATA
4.1 Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, data yang dikumpulkan meliputi segala
informasi yang terkait yang diperlukan dalam pengolahan data. Informasi data
diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan pihak–pihak
yang terkait dalam kegiatan rawat inap di rumah sakit. Data selanjutnya adalah
data pendukung Activity Based Costing dan biaya-biaya dari seluruh sumber daya
yang digunakan dalam kegiatan rawat inap. Data-data yang dikumpulkan
dijelaskan sebagai berikut.
4.1.1 Data Pendukung Activity Based Costing
Didalam penetuan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC, data-data
pendukung yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan data yaitu :
1. Jumlah Pasien Rawat Inap
Data jumlah pasien rawat inap diperoleh melalui rekap harian pasien
selama bulan Januari sampai Desember 2009. Jumlah pasien rawat inap di RSUD
Pandan Arang selama tahun 2009 ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah pasien rawat inap di RSUD Pandan Arang tahun 2009
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
1 Januari 115 318 135 440 270
2 Februari 59 306 138 212 313
3 Maret 53 371 170 288 382
4 April 51 349 176 239 399
5 Mei 67 320 160 261 439
6 Juni 39 390 177 252 412
7 Juli 61 370 215 293 447
8 Agustus 61 412 225 279 438
9 September 60 327 149 204 383
10 Oktober 47 339 208 244 410
11 Nopember 41 327 179 248 388
12 Desember 59 363 203 279 405
713 4.192 2.135 3.239 4.686
�o BulanTipe Kamar
Total
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-2
2. Lama Hari Pasien Rawat Inap
Data lama hari pasien rawat inap diperoleh dari melalui rekap harian
jumlah hari pasien menjalani rawat inap selama bulan Januari sampai Desember
2009. Lama hari pasien rawat inap di RSUD Pandan Arang selama tahun 2009
ditunjukkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Lama hari pasien rawat inap di RSUD Pandan Arang tahun 2009
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
1 Januari 626 1.467 377 1.082 1.207
2 Februari 539 1.128 474 714 1.203
3 Maret 626 1.821 860 1.274 1.645
4 April 698 1.735 826 1.182 2.075
5 Mei 591 1.649 778 1.170 2.141
6 Juni 571 1.736 907 1.255 1.952
7 Juli 715 1.919 1.027 1.375 2.107
8 Agustus 682 1.984 1.128 1.284 1.994
9 September 617 1.493 738 973 1.655
10 Oktober 658 1.867 994 1.133 2.037
11 Nopember 551 1.626 823 1.095 2.214
12 Desember 690 1.891 1.073 1.360 1.894
7.564 20.316 10.005 13.897 22.124
Kelas
Total
�o Bulan
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
3. Luas Ruangan Rawat Inap
Data luas ruangan rawat inap di RSUD Pandan Arang selama tahun 2009
ditunjukkan pada tabel 4.3. Luas ruangan dari setiap tipe kamar ini diperoleh
dari jumlah seluruh luas ruangan pada masing-masing tipe kamar rawat inap.
Tabel 4.3 Luas ruangan rawat inap di RSUD Pandan Arang
�o Tipe Kamar Luas Ruangan
1 Utama 274,2
2 Teladan 348
3 Kelas I 154
3 Kelas II 284,2
4 Kelas III 405,76
1466,16Total Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-3
4.2 Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai
berikut :
4.2.1 Identifikasi Produk
Produk yang akan diteliti sebagai objek biaya adalah tipe kamar Utama,
Teladan, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Masing-masing tipe kamar mempunyai
fasilitas yang berbeda-beda. Fasilitas yang ditawarkan pada setiap tipe kamar
yaitu :
1. Utama
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi penunggu yang multi
fungsi, meja makan tarik, lemari pasien, TV, kulkas, AC, wastafel, jemuran
handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati oleh 1
orang pasien. Pasien kelas Utama mendapatkan paket VIP yang berisi peralatan
mandi. Terdapat tambahan fasilitas yaitu kebebasan untuk memilih dokter.
2. Teladan
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien,
jemuran handuk, wastafel, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar
ditempati oleh 2 pasien pasien. Terdapat tambahan fasilitas yaitu kebebasan
untuk memilih dokter.
3. Kelas 1
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien
jemuran handuk, kamar mandi dalam dan jam dinding. Satu kamar ditempati
oleh 2 pasien pasien.
4. Kelas II
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien,
dan jam dinding. Satu kamar ditempati rata-rata oleh 4 pasien pasien.
5. Kelas III
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi tunggu, lemari pasien,
dan jam dinding. Satu kamar ditempati rata-rata oleh 8 pasien pasien.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-4
4.2.2 Menghitung Biaya Langsung Produk
Biaya langsung dari kegiatan rawat inap antara lain adalah biaya gaji
perawat, biaya laundry, biaya konsumsi dan paket VIP. Penjelasan mengenai
biaya-biaya tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Biaya gaji perawat
Perawat merupakan pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan rawat inap
Gaji perawat selama satu tahun adalah sebesar Rp 69.603.888,96. Gaji yang
dibebankan kepada pasien hanyalah gaji untuk perawat PTT. Gaji perawat
dibebankan per hari kepada setiap pasien secara merata. Biaya per hari dihitung
dengan membagi total gaji perawat setahun dengan total lama hari pasien untuk
semua kelas. Biaya perawat yang ditanggung oleh setiap pasien per hari adalah
sebesar Rp 941,79. Tabel 4.4 merupakan perincian biaya gaji perawat yang
ditanggung oleh pasien perhari.
Tabel 4.4 Perincian biaya gaji perawat yang ditanggung pasien per hari
Golongan Perawat Jumlah Gaji Per Orang Total Gaji
PTT 8 725.040,51Rp 5.800.324,08Rp
69.603.888,96Rp
73906
Rp941,79
Total Gaji Setahun
Lama Hari Pasien
Gaji Per Hari
2. Biaya Konsumsi
Pasien yang menjalani rawat inap membutuhkan makan dan minum untuk
mempercepat proses penyembuhan. Biaya konsumsi pasien merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk menyediakan makanan dan minuman pasien. Jenis
makanan dan minuman yang diberikan kepada pasien berbeda jenisnya untuk
masing-masing kelas. Tabel 4.5 merupakan contoh penghitungan biaya
konsumsi untuk kelas utama. Penghitungan biaya konsumsi untuk tipe kamar
lainnya hampir sama, yang membedakan adalah jumlah dan jenis bahan
makanan yang digunakan. Perincian biaya konsumsi per hari tiap kelas rawat
inap ditunjukkan pada tabel 4.6.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-5
Tabel 4.5 Perincian biaya konsumsi kelas utama
�o �ama Bahan Berat (gram)Harga
Satuan (Rp)
Jumlah
Harga (Rp)
1 Beras 300 6.500 1.950
2 Daging 100 65.000 6.500
3 Telur 100 20.000 2.000
4 Ayam 75 25.000 1.875
5 Tahu 100 350 700
6 Tempe 50 1.100 275
7 Sayuran 500 1.200 6.000
8 Minyak 30 14.500 435
9 Buah 450 3.795 11.385
10 Gula pasir 60 10.610 637
11 Susu segar 200 4.000 800
12 The 3 1.320 99
13 Snack 200 2.400 4.800
14 Garnis dan packing 2.300
15 Bumbu, bahan bakar dan lain-lain 7.951
47.707Jumlah
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.6 Biaya konsumsi per hari setiap tipe kamar di RSUD Pandan Arang
�o Tipe Kamar Biaya Konsumsi
1 Utama Rp47.706,72
2 Teladan Rp26.112,72
3 Kelas I Rp26.112,72
4 Kelas II Rp22.835,22
5 Kelas III Rp18.224,22
3. Biaya paket VIP
Paket VIP adalah paket yang diberikan hanya kepada pasien kelas utama pada
hari pertama mereka menjalani rawat inap. Paket ini berisi sabun, sikat gigi,
pasta gigi, waslap, handuk kecil dan tempat peralatan mandi. Harga paket VIP
adalah sebesar Rp. 13.000,00 per orang. Biaya paket VIP dibebankan perhari
kepada pasien kelas utama dengan membagi total biaya yang dikeluarkan untuk
penyediaan paket VIP selama satu tahun dengan lama hari pasien rawat inap
kelas Utama. Perincian biaya paket VIP yang ditanggung pasien kelas Utama
per hari ditunjukkan pada tabel 4.7.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-6
Tabel 4.7 Perincian biaya paket VIP per hari pasien kelasUtama
Harga per paket VIPJumlah pasien
kelas Utama
Total paket VIP
setahun
Rp13.000,00 713 Rp9.269.000,00
7.564
Rp1.225,41
Lama hari pasien kelas Utama
Biaya paket VIP per hari
4. Biaya laundry
Aktivitas laundry adalah aktivitas yang dilakukan untuk menyediakan linen
bersih kepada pasien rawat inap seperti sprei, selimut, sarung bantal, dan lain-
lain. Biaya ini terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan bahan
pencuci, tenaga kerja laundry untuk golongan PTT dan harian lepas, biaya
listrik dan kebutuhan air. Biaya laundry dari masing-masing kelas berbeda
sesuai dengan jumlah potong pakaian yang dicuci. Berikut merupakan
perincian biaya laundry :
1. Biaya Tenaga Kerja Laundry
Gaji Tenaga Kerja Laundry Per Bulan = Gaji PTT + Gaji Harian Lepas
• Gaji Tenaga PTT ( 1 orang ) = Rp. 725.040,51
• Gaji Tenaga Harian Lepas (3 orang ) = Rp. 1.710.000,00 +
Total gaji tenaga laundry per bulan = Rp. 2.435.040,51
Total gaji tenaga laundry per tahun = Rp. 29.220.486,12
2. Biaya Air
Total rata-rata penggunaan air di bagian laundry adalah sebesar 64,35 m3
per bulan. Biaya yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 2.199.887,31. Tabel
4.8 menunjukkan penghitungan biaya penggunaan air bagian laundry.
Tabel 4.8 Penghitungan biaya penggunaan air bagian laundry
�o Komponen Biaya
1 Abonemen 1.011,44Rp
2 Biaya Pemakaian
1-10 m3
23.500,00Rp
11-20 m3
30.000,00Rp
21-70 m3
128.812,50Rp
182.312,50Rp
183.323,94Rp
2.199.887,31Rp
2.199.887,31Rp
Jumlah
Total Biaya Air Per Bulan
Perkiraan Biaya Air
Total Biaya Air Per Tahun
Total Biaya Pemakaian
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-7
3. Biaya Listrik
Penggunaan listrik di bagian laundry ditunjukkan pada tabel 4.9 dan biaya
yang dikeluarkan untuk pembayaran listrik pada bagian laundry
ditunjukkan pada tabel 4.10.
Tabel 4.9 Penggunaan listrik bagian laundry
�o Fasilitas Listrik JumlahKebutuhan
Daya (watt)
Lama
Pemakaian
(jam/hari)
Pemakaian
Tenaga
Listrik
(KWH/hari)
Pemakaian
Tenaga Listrik
(KWH/bulan)
1 Mesin Cuci Besar 1 11.000 2 22 660
2 Mesin Cuci Kecil 3 1.500 3 11 338
3 Mesin Pengering 1 36.000 5 180 5.400
4 Setrika 1 450 5 2 68
6.240Total
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.10 Biaya listrik bagian laundry
�o Komponen Biaya
1 Biaya Beban Rp 1.865.080,05
2 Biaya Pemakaian
60 jam pertama 569.088,00Rp
Kwh Selanjutnya 2.039.232,00Rp
Total Biaya Pemakaian Rp 2.608.320,00
3 Biaya Beban+Pemakaian Rp 4.473.400,05
4 Pajak 3% Rp 134.202,00
Rp 4.607.602,05
Rp 55.291.224,59 Total Biaya Listrik Setahun
Jumlah
Total Biaya Listrik Per Bulan
4. Biaya Bahan Pencuci
Bahan pencuci yang dibutuhkan dan biaya yang dikeluarkan oleh bagian
laundry ditunjukkan pada tabel 4.11.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-8
Tabel 4.11 Kebutuhan bahan pencuci bagian laundry
Brodklin Hevyclear Sikat cuci Korok WC
Januari 25 40 6 4
Februari 26,5 40 6 4
Maret 25 30 6 4
April 20 40 6 4
Mei 28 40 6 4
Juni 30 45 6 4
Juli 28 40 6 4
Agustus 26 40 6 4
September 25 38 6 4
Oktober 25 38 6 4
Nopember 25 30 6 4
Desember 28 40 6 4
Jumlah total 311,5 461 72 48
Harga Satuan Rp18.000,00 Rp10.200,00 Rp2.267,00 Rp3.300,00
Total harga Rp5.607.000,00 Rp4.702.200,00 Rp163.224,00 Rp158.400,00
Total
Bulan
Bahan Pencuci
Rp13.770.824,00 Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Perincian biaya laundry selama setahun ditunjukkan pada tabel 4.12 dan tarif
laundry per hari tiap kelas ditunjukkan pada tabel 4.13.
Tabel 4.12 Perincian biaya laundry selama setahun
�o Biaya Laundry Jumlah Biaya
1 Bahan Pencuci 13.770.824,00Rp
2 Tenaga Kerja 29.220.486,12Rp
3 Listrik 55.291.224,59Rp
4 Air 2.199.887,31Rp
100.482.422,02Rp Total Biaya laundry
Tabel 4.13 Tarif laundry per hari tiap kelas
Tipe KamarJumlah Potong
Pakaian
Tarif Laundry
Per Hari
Utama 5 1.824,54Rp
Teladan 5 1.824,54Rp
Kelas I 5 1.824,54Rp
Kelas II 3 1.094,72Rp
Kelas III 2 729,82Rp
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-9
Perincian tentang biaya langsung per hari yang ditanggung oleh masing-masing
tipe kamar ditunjukkan pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Biaya langsung per hari berdasarkan tipe kamar
Tipe Kamar Gaji Perawat Biaya Laundry Biaya Konsumsi Paket VIP
Utama 941,79Rp 1.824,54Rp 47.706,72Rp Rp1.225,41
Teladan 941,79Rp 1.824,54Rp 26.112,72Rp -
Kelas I 941,79Rp 1.824,54Rp 26.112,72Rp
Kelas II 941,79Rp 1.094,72Rp 22.835,22Rp -
Kelas III 941,79Rp 729,82Rp 18.224,22Rp -
4.2.3 Pemilihan Cost Driver
Pada RSUD Pandan Arang terdapat sepuluh aktivitas untuk
mengalokasikan biaya tidak langsung, aktivitas-aktivitas tersebut adalah:
a. Aktivitas pelayanan administrasi
b. Aktivitas penyediaan bahan habis pakai
c. Aktivitas penyediaan listrik
d. Aktivitas penyediaan air
e. Aktivitas pemeliharaan kebersihan
f. Aktivitas maintenance web
g. Aktivitas pemeliharaan fasilitas
h. Aktivitas pemeliharaan gedung
i. Aktivitas pemakaian bangunan
j. Aktivitas penggunaan inventaris
Untuk menentukan jumlah biaya tidak langsung berdasarkan aktivitas-
aktivitas tersebut diperlukan dasar alokasi (cost driver) yang tepat. Hal itu karena
setiap aktivitas terdiri dari beberapa komponen biaya sehingga diperlukan dasar
alokasi untuk menentukan jumlah biaya berdasarkan aktivitas tersebut. Faktor-
faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan cost driver untuk masing-
masing aktivitas adalah (Prasetyawan, 2005):
� Cost Driver yang dipilih dapat menggambarkan konsumsi yang sebenarnya
dari produk terhadap aktivitas yang bersangkutan
� Data dari cost driver yang dipilih harus dapat diperoleh secara mudah sehingga
tidak perlu biaya tambahan untuk mencari informasi baru (dalam hal ini hanya
digunakan data yang tersedia di rumah sakit).
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-10
Untuk mengalokasikan biaya tidak langsung dari setiap aktivitas ke
produk, cost driver yang akan digunakan antara lain jumlah hari rawat inap,
jumlah pasien, luas ruangan, jumlah pemakaian air dan jumlah pemakaian listrik.
Setiap cost driver memiliki nilai unit yang dihitung sebagai berikut :
1. Jumlah hari rawat inap
Utama : 7.564 hari
Teladan : 20.316 hari
Kelas I : 10.005 hari
Kelas II : 13.897 hari
Kelas III : 22.124 hari
Total : 73.906 hari
2. Jumlah pasien
Utama : 713 pasien
Teladan : 4.192 pasien
Kelas I : 2.135 pasien
Kelas II : 3.239 pasien
Kelas III : 4.686 pasien
Total : 14.965 pasien
3. Luas ruangan
Utama : 274,2 m2
Teladan : 348 m2
Kelas I : 154 m2
Kelas II : 284,2 m2
Kelas III : 405,76 m2
Total : 1.466,16 m2
4. Jumlah pemakaian air (m3)
Utama : 2.288,53 m3
Teladan : 7.479,20 m3
Kelas I : 3.237,60 m3
Kelas II : 5.003,73 m3
Kelas III : 7.537 m3
Total : 25.546,27 m3
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-11
5. Jumlah pemakaian listrik (KWH)
Utama : 77.332,68 KWH
Teladan : 6.301,44 KWH
Kelas I : 5.446,08 KWH
Kelas II : 4.357,44 KWH
Kelas III : 7.585,92 KWH
Total : 101.023,56 KWH
Unit Cost Driver yang telah dihitung dan ditentukan diatas, diringkas
dalam Tabel 4.15 berikut ini :
Tabel 4.15 Unit cost driver
�o Cost Driver Unit Cost Driver
1 Jumlah hari rawat inap 73.906 Hari
2 Jumlah Pasien 14.965 Pasien
3 Luas Ruangan 1.466,16 m2
4 Pemakaian Air 25.546,27 m3
5 Pemakaian Listrik 101.023,56 KWH
4.2.4 Mengidentifikasi Biaya Tidak Langsung Berdasarkan Cost Driver
Perincian biaya dan dasar alokasi yang diperlukan setiap aktivitas dalam
kegiatan rawat inap adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas pelayanan administrasi
Aktivitas pelayanan administrasi merupakan aktivitas yang diperlukan
untuk menunjang kelancaran dalam penyediaan sarana dan prasarana. Biaya
administrasi terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan form yang
berhubungan dengan pasien rawat inap, belanja alat tulis kantor, biaya listrik
ruang administrasi, dan gaji pegawai administrasi golongan PTT. Dasar
alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas pelayanan administrasi adalah
lama hari pasien. Biaya administrasi dibebankan secara merata kepada semua
pasien rawat inap. Berikut merupakan contoh penghitungan komponen biaya
administrasi:
1. Belanja alat tulis kantor
Total biaya untuk belanja alat tulis kantor adalah sebesar Rp
32.342.465,00.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-12
2. Tenaga Administrasi
Tenaga administrasi yang dihitung adalah tenaga administrasi PTT
sebanyak 1 orang dengan gaji per bulan sebesar Rp. 725.040,51. Total
biaya yang dikeluarkan untuk satu tahun adalah sebesar Rp. 8.700.486,12.
3. Form Pasien
Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan form pasien adalah sebesar Rp.
73.157.025,00.
4. Biaya Listrik
Konsumsi penggunaan listrik di bagian administrasi ditunjukkan pada
tabel 4.16 dan biaya listrik yang dikeluarkan untuk bagian administrasi
ditunjukkan pada tabel 4.17.
Tabel 4.16 Penggunaan listrik bagian administrasi
�o Fasilitas Listrik JumlahKebutuhan
Daya (watt)
Lama
Pemakaian
(jam/hari)
Pemakaian
Tenaga
Listrik
(KWH/hari)
Pemakaian
Tenaga Listrik
(KWH/bulan)
1 Komputer 9 150 7 9,45 283,5
2 Lampu 9 18 12 1,944 58,32
341,82Total Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.17 Biaya listrik bagian administrasi
�o Komponen Biaya
1 Biaya Beban Rp 102.166,93
2 Biaya Pemakaian
60 jam pertama 31.173,98Rp
Kwh Selanjutnya 111.706,78Rp
Total Biaya Pemakaian Rp 142.880,76
3 Biaya Beban+Pemakaian Rp 245.047,69
4 Pajak 3% Rp 7.351,43
Rp 252.399,12
Rp 3.028.789,49
Jumlah
Total Biaya Listrik Per Bulan
Total Biaya Listrik Setahun
Perincian biaya administrasi selama satu tahun ditunjukkan pada tabel
4.18.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-13
Tabel 4.18 Perincian biaya administrasi
Jumlah Biaya
Belanja Alat Tulis Kantor 32.342.465,00Rp
Tenaga Administrasi 8.700.486,12Rp
Form Pasien 73.157.025,00Rp
Biaya Listrik 3.028.789,49Rp
Total Biaya Administrasi 117.228.765,61Rp
Kegiatan Administrasi
b. Aktivitas penyediaan bahan habis pakai
Bahan habis pakai adalah bahan yang digunakan oleh perawat untuk
pasien. Biaya bahan habis pakai terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk
penyediaan sabun cair, sabun mandi, tisu gulung, handuk, waslap, dll. Dasar
alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas penyediaan bahan habis pakai
adalah lama hari pasien. Biaya bahan habis pakai dibebankan secara merata
kepada pasien rawat inap. Perincian biaya bahan habis pakai ditunjukkan
pada tabel 4.19.
Tabel 4.19 Perincian biaya bahan habis pakai
�o Jenis Bahan Habis Pakai Jumlah Biaya
1 Sabun mandi 1.434.800,00Rp
2 Sabun cair 233.500,00Rp
4 Handuk 1.341.000,00Rp
5 Waslap 80.000,00Rp
6 Tisu gulung 1.809.500,00Rp
4.898.800,00Rp Total Biaya Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
c. Aktivitas penyediaan listrik
Aktivitas penyediaan listrik adalah aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan listrik pada setiap kamar. Hal tersebut karena seluruh tipe kamar
rawat inap memerlukan tenaga listrik untuk menjalankan peralatan elektronik,
untuk penerangan kamar atau fasilitas yang ada di masing-masing kamar.
Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas penyediaan listrik adalah
besarnya KWH dari setiap tipe kamar. Besarnya KWH setiap tipe kamar
terdiri dari penggunaan listrik dalam kamar, penerangan lampu selasar, dan
penggunaan sterilisator alat-alat medis. Penggunaan tenaga listrik yang
dikonsumsi masing-masing tipe kamar di ditunjukkan pada tabel 4.20,
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-14
penerangan selasar pada tabel 4.21, sterilisator pada tabel 4.22, total
penggunaan listrik dari setiap tipe kamar pada tabel 4.23, dan untuk tabel
penghitungan biaya pembayaran listrik ditunjukkan pada tabel 4.24.
Tabel 4.20 Penggunaan tenaga listrik dalam kamar
�o Tipe Kamar Fasilitas ListrikKebutuhan
Daya (watt)
Lama
Pemakaian
(jam/hari)
Pemakaian
Tenaga Listrik
(KWH/hari)
1 Utama Lampu 18 12 0,216
TV 17 1nch 75 3 0,225
Kulkas 80 24 1,92
Water Heater 900 6 5,4
AC 750 6 4,5
12,261
2 Teladan Lampu 18 12 0,216
3 Kelas I Lampu 18 12 0,216
4 Kelas II Lampu 18 12 0,216
5 Kelas III Lampu 18 12 0,864
Total Kebutuhan Listrik Kelas Utama
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.21 Penggunaan tenaga listrik untuk penerangan selasar
�o Tipe Kamar Fasilitas Listrik JumlahKebutuhan Daya
(watt)
Lama
Pemakaian
(jam/hari)
Pemakaian
Tenaga Listrik
(KWH/hari)
1 Utama Lampu 11 18 12 2,376
2 Teladan Lampu 15 18 12 3,24
3 Kelas I Lampu 13 18 12 2,808
4 Kelas II Lampu 6 18 12 1,296
5 Kelas III Lampu 10 18 12 2,16 Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
Tabel 4.22 Penggunaan tenaga listrik untuk sterilisator
�o Jenis Kamar JumlahKebutuhan
Daya (watt)
Lama
Pemakaian
(jam/hari)
Pemakaian
Tenaga
Listrik
(KWH/hari)
1 Utama 1 2000 2 4
2 Teladan 2 2000 2 8
3 Kelas I 2 2000 2 8
3 Kelas II 2 2000 2 8
4 Kelas III 3 2000 2 12 Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-15
Tabel 4.23 Total penggunaan listrik setiap tipe kamar
�o Tipe Kamar
Pemakaian
Tenaga Listrik
(KWH/hari)
Pemakaian
Tenaga Listrik
(KWH/tahun)
1 Utama 214,813 77332,68
2 Teladan 17,504 6301,44
3 Kelas I 15,128 5446,08
3 Kelas II 12,104 4357,44
4 Kelas III 21,072 7585,92
101023,56Total Pemakaian Listrik
Tabel 4.24 Total biaya penggunaan listrik rawat inap
�o Komponen Biaya
1 Biaya Beban Rp 2.516.253,02
2 Biaya Pemakaian
60 jam pertama 767.779,06Rp
Kwh Selanjutnya 2.751.208,28Rp
Total Biaya Pemakaian Rp 3.518.987,34
3 Biaya Beban+Pemakaian Rp 6.035.240,36
4 Pajak 3% Rp 181.057,21
Rp 6.216.297,57
Rp 74.595.570,84
Jumlah
Total Biaya Listrik Per Bulan
Total Biaya Listrik Setahun
d. Aktivitas penyediaan air
Aktivitas ini diperlukan untuk membiayai penyediaan kebutuhan air
yang diperlukan dalam kegiatan rawat inap. Kebutuhan air berkaitan dengan
penggunaan air untuk mandi pasien maupun keluarga pasien, dan kegiatan
lain yang mendukung kelancaran dalam perawatan pasien. Kebutuhan air
untuk kebutuhan rawat inap selama satu tahun adalah sebesar 985 m3. Dasar
alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas penyediaan air adalah besarnya
meter kubik air yang digunakan dari masing-masing tipe kamar. Tabel 4.25
menunjukkan total biaya penggunaan air untuk rawat inap.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-16
Tabel 4.25 Total biaya penggunaan air rawat inap
�o Komponen Biaya
1 Abonemen 15.488,56Rp
2 Biaya Pemakaian
1-10 m3
23.500,00Rp
11-20 m3
30.000,00Rp
21-70 m3
187.500,00Rp
>70 m3
4.165.130,67Rp
4.406.130,67Rp
4.421.619,22Rp
53.059.430,69Rp Total Biaya Air Per Tahun
Jumlah
Total Biaya Pemakaian
Total Biaya Air Per Bulan
e. Aktivitas pemeliharaan kebersihan
Aktivitas pemeliharaan kebersihan merupakan aktivitas untuk
menunjang kebersihan lingkungan rawat inap agar pasien merasa nyaman.
Komponen biaya aktivitas kebersihan terdiri dari biaya tenaga kebersihan
(cleaning service) untuk golongan PTT dan harian lepas, biaya pembelian alat
kebersihan dan biaya untuk penyediaan sabun dan alat pembersih. Dasar
alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas pemeliharaan kebersihan adalah
lama hari pasien. Berikut merupakan penghitungan komponen biaya
administrasi yang dipengaruhi inflasi untuk lima tahun berikutnya :
1. Biaya penyediaan sabun dan pembersih
Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan sabun dan pembersih adalah
sebesar Rp. 13.414.584,00.
2. Biaya penyediaan alat kebersihan
Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan alat kebersihan adalah sebesar
Rp. 5.157.490,00.
3. Biaya penyediaan plastik dan ember
Biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan plastik dan ember adalah
sebesar Rp 37.480.600,00.
4. Biaya tenaga kebersihan
Gaji Tenaga PTT ( 10 orang ) Per Bulan
10 x Rp. 725.040,51 = Rp. 7.250.405,10
Total Gaji Tenaga Kebersihan Per Tahun = Rp. 87.004.861,20
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-17
5. Biaya lain-lain
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan biaya kebersihan lainnya
adalah sebesar Rp. 8.132.750,00.
Perincian mengenai komponen biaya kebersihan ditunjukkan pada tabel
4.28 di bawah ini:
Tabel 4.26 Perincian biaya kebersihan
�o Kegiatan Kebersihan Jumlah Biaya
1 Sabun dan pembersih 13.414.584,00Rp
2 Alat Kebersihan 5.157.490,00Rp
3 Plastik dan ember 37.480.600,00Rp
4 Tenaga Kebersihan 87.004.861,20Rp
5 Lain-lain 8.132.750,00Rp
Total Biaya Kebersihan 151.190.285,20Rp Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
f. Aktivitas maintenance website
Aktivitas maintenance website digunakan untuk kegiatan
pengoperasian website agar terus dapat diakses oleh masyarakat umum.
Website berisi tentang informasi dan profil dari RSUD Pandan Arang. Biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp 700.000,- setiap bulan
sehingga total biaya maintenance website selama satu tahun sebesar Rp
8.400.000,00. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas
maintenance website adalah lama hari pasien rawat inap. Biaya ini
dibebankan secara merata kepada semua pasien rawat inap.
g. Aktivitas Pemeliharaan Fasilitas
Aktivitas pemeliharaan fasilitas adalah aktivitas yang dilakukan untuk
menjaga fasilitas yang ada agar kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan
dengan baik. Biaya yang ditimbulkan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp
9.044.952,00. Komponen biayanya terdiri dari belanja jasa pihak ketiga dan
perbaikan peralatan. Terdapat biaya tambahan untuk pemeliharaan fasilitas
kamar kelas Utama. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas ini
adalah lama hari pasien. Biaya pemeliharaan fasilitas secara umum
dibebankan secara merata kepada semua pasien rawat inap. Besarnya
perincian biaya pemeliharaan fasilitas ditunjukkan pada tabel 4.27.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-18
Tabel 4.27 Perincian biaya pemeliharaan fasilitas
Kegiatan Pemeliharaan Fasilitas Rincian Biaya Jumlah Biaya
Perbaikan Fasilitas Umum
Belanja Jasa Pihak Ketiga 2.024.243,00Rp
Perbaikan Komputer 5.451.760,00Rp
Perbaikan Telepon 399.820,00Rp
Perbaikan Roda Kereta 279.189,00Rp
Perbaikan mesin ketik 234.000,00Rp
8.389.012,00Rp
Perbaikan Fasilitas Ruang Utama
Perbaikan TV 534.940,00Rp
Perbaikan Kulkas 121.000,00Rp
655.940,00Rp
9.044.952,00Rp
Total
Total
Total Biaya Pemeliharaan Fasilitas Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
h. Aktivitas Pemeliharaan Bangunan
Aktivitas pemeliharaan bangunan adalah aktivitas yang dilakukan
untuk menjaga bangunan yang ada agar kondisinya tetap terjaga dan dapat
digunakan dengan baik. Biaya yang ditimbulkan untuk kegiatan ini adalah
sebesar Rp5.591.159,00. Komponen biayanya terdiri dari belanja jasa pihak
ketiga dan belanja bahan bangunan. Dasar alokasi biaya yang digunakan
untuk aktivitas ini adalah jumlah pasien. Biaya pemeliharaan bangunan
dibebankan secara merata kepada semua pasien rawat inap
Besarnya perincian biaya pemeliharaan fasilitas ditunjukkan pada
tabel 4.28.
Tabel 4.28 Perincian biaya pemeliharaan bangunan
Kegiatan Pemeliharaan Bangunan Jumlah Biaya
Belanja Jasa Pihak Ketiga 767.010,00Rp
Belanja Bahan Bangunan
Penggantian kusen, daun pintu 2.308.230,00Rp
Slot pintu, gembok 673.644,00Rp
Instalasi listrik 1.009.799,00Rp
Cat Tembok 399.193,00Rp
Lain-lain 433.283,00Rp
Total Biaya 5.591.159,00Rp Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
,
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-19
i. Aktivitas pemakaian bangunan
Aktivitas pemakaian bangunan menimbulkan biaya depresiasi. Biaya
depresiasi bangunan adalah biaya yang ditanggung oleh rumah sakit akibat
penyusutan nilai bangunan. Biaya depresiasi bangunan rumah sakit selama
satu tahun adalah sebesar Rp 150.718.285,50. Besarnya biaya depresiasi
diperoleh dari besarnya ongkos awal aset dibagi dengan masa manfaat.
Bangunan rumah sakit termasuk kategori bangunan permanen yang memiliki
masa manfaat 20 tahun (Soewito, 2010). Metode depresiasi yang digunakan
adalah metode garis lurus yang besarnya sama selama masa manfaat. Dasar
alokasi biaya yang digunakan untuk aktivitas pemakaian bangunan adalah
luas ruangan dari masing-masing rawat. Besarnya perincian biaya depresiasi
ditunjukkan pada tabel 4.29.
Tabel 4.29 Perincian biaya depresiasi bangunan
�o �ama BangunanTahun
dibangunBiaya Biaya Depresiasi
1 Paviliun Selatan 1999 895.860.000,00Rp 44.793.000,00Rp
2 Paviliun Barat (Merapi) 2002 497.430.450,00Rp 24.871.522,50Rp
3 Bangsal Kelas 3 2006 293.410.260,00Rp 14.670.513,00Rp
4 Bangsal A 1959 103.488.000,00Rp -
5 Bangsal B 1959 103.488.000,00Rp -
6 Bangsal C 1959 103.488.000,00Rp -
7 Gedung Zal E (1) 1983 118.125.000,00Rp -
8 Gedung Zal E (2) 1983 118.125.000,00Rp -
9 Bangsal Kelas 3 2006 704.501.000,00Rp 35.225.050,00Rp
10 Gedung rawat inap kelas 3 2008 623.164.000,00Rp 31.158.200,00Rp
150.718.285,50Rp Total Biaya Depresiasi Bangunan
Sumber : RSUD Pandan Arang, 2009
j. Aktivitas penggunaan fasilitas
Biaya depresiasi fasilitas adalah biaya yang ditanggung rumah sakit
karena penyusutan nilai barang yang digunakan akibat penggunaan fasilitas.
Penyusutan fasilitas terdiri dari penyusutan TV, AC, kulkas, bed, kipas angin,
alat pemanas, almari, dll. Total biaya depresiasi fasilitas selama satu tahun
adalah sebesar Rp 132.623.491,50. Untuk furniture seperti bed, almari,
kursi, meja metode depresiasi yang digunakan adalah metode garis lurus
dengan masa manfaat 8 tahun karena termasuk kategori kelompok harta
golongan 2. Untuk peralatan elektronik seperti TV, AC, kulkas termasuk
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-20
golongan 1 dengan umur manfaat 4 tahun, metode penyusutan yang
digunakan juga garis lurus (Soewito, 2010). Untuk metode garis lurus
besarnya biaya depresiasi diperoleh dari besarnya ongkos awal fasilitas dibagi
dengan masa manfaat. Fasilitas yang ada berbeda antara masing-masing tipe
kamar. Perincian biaya depresiasi fasilitas masing-masing tipe kamar
ditunjukkan pada tabel 4.30. Dasar alokasi biaya yang digunakan untuk
aktivitas penggunaan fasilitas adalah jumlah pasien dari setiap tipe kamar
rawat inap.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-21
�o
Kel
as
Fasi
lita
sH
arg
a S
atu
an
Ju
mla
hH
arg
a T
ota
lT
ah
un
pem
bel
ian
Um
ur
Ek
on
om
isB
iaya D
epre
siasi
Tota
l
Alm
ari Pasien
2.400.000,00
Rp
17
40.800.000,00
Rp
2008
85.100.000,00
Rp
77.121.040,38
Rp
Tempat tidur
11.572.894,00
Rp
17
196.739.198,00
Rp
2005
824.592.399,75
Rp
Kursi tunggu
156.868,00
Rp
17
2.666.756,00
Rp
2008
8333.344,50
Rp
TV 17 inchi
1.451.777,00
Rp
17
24.680.209,00
Rp
2005
46.170.052,25
Rp
Kulkas
970.000,00
Rp
17
16.490.000,00
Rp
2005
44.122.500,00
Rp
AC
3.015.229,00
Rp
17
51.258.893,00
Rp
2006
412.814.723,25
Rp
meja makan tarik
900.000,00
Rp
17
15.300.000,00
Rp
2007
81.912.500,00
Rp
wastafel
2.000.000,00
Rp
17
34.000.000,00
Rp
2008
84.250.000,00
Rp
water heater
1.998.985,00
Rp
16
31.983.760,00
Rp
2008
47.995.940,00
Rp
kursi teras
1.125.685,00
Rp
17
19.136.645,00
Rp
2008
82.392.080,63
Rp
Sofa tunggu
3.500.000,00
Rp
17
59.500.000,00
Rp
2008
87.437.500,00
Rp
Alm
ari Pasien
2.400.000,00
Rp
58
139.200.000,00
Rp
2008
817.400.000,00
Rp
76.859.918,00
Rp
Tempat tidur
6.084.500,00
Rp
58
352.901.000,00
Rp
2005
844.112.625,00
Rp
Kursi tunggu
156.868,00
Rp
58
9.098.344,00
Rp
2008
81.137.293,00
Rp
wastafel
2.000.000,00
Rp
29
58.000.000,00
Rp
2008
87.250.000,00
Rp
kursi teras
1.920.000,00
Rp
29
55.680.000,00
Rp
2008
86.960.000,00
Rp
Alm
ari Pasien
446.701,00
Rp
40
17.868.040,00
Rp
2008
82.233.505,00
Rp
22.687.845,00
Rp
Tempat tidur
3.550.000,00
Rp
40
142.000.000,00
Rp
2005
817.750.000,00
Rp
Kursi tunggu
156.868,00
Rp
40
6.274.720,00
Rp
2008
8784.340,00
Rp
kursi teras
1.920.000,00
Rp
815.360.000,00
Rp
2008
81.920.000,00
Rp
Alm
ari Pasien
446.701,00
Rp
50
22.335.050,00
Rp
2008
82.791.881,25
Rp
13.515.962,50
Rp
Tempat tidur
1.558.985,00
Rp
50
77.949.250,00
Rp
2005
89.743.656,25
Rp
Kursi tunggu
156.868,00
Rp
50
7.843.400,00
Rp
2008
8980.425,00
Rp
Alm
ari Pasien
446.701,00
Rp
50
22.335.050,00
Rp
2008
82.791.881,25
Rp
13.515.962,50
Rp
Tempat tidur
1.558.985,00
Rp
50
77.949.250,00
Rp
2005
89.743.656,25
Rp
Kursi tunggu
156.868,00
Rp
50
7.843.400,00
Rp
2008
8980.425,00
Rp
203.700.728,38
Rp
Sumber: Bagian pem
eliharaan Sarana dan Prasarana 2009
3Kelas 1
4Kelas II
5Kelas III
Total Biaya Depresiasi
Tabel 4.30 Perincian biaya depresiasi fasilitas dari setiap tipe kam
ar raw
at inap
1Utama
2Teladan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-22
Selanjutnya biaya tidak langsung dikelompokkan menjadi kelompok-
kelompok biaya-biaya yang berbeda berdasarkan jenis cost driver. Sistem
ABC biasanya menggunakan 4 kelompok biaya berdasarkan jenis
aktivitasnya. Keempat tingkatan berdasarkan aktivitas tersebut adalah :
a. Unit level Activity Cost
Merupakan aktivitas yang terjadi setiap unit diproduksi. Aktivitas ini
berhubungan langsung dengan lamanya pasien tinggal di ruang rawat inap
di rumah sakit. Unit level activity cost meliputi biaya listrik dan air.
b. Batch Related Activity Cost
Merupakan aktivitas yang besarnya biaya ditentukan frekuensi produk
yang diolah oleh fungsi produksi. Batch related activity cost meliputi
biaya bahan habis pakai dan biaya administrasi.
c. Product sustaining activity cost
Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk
tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat
dipasarkan. Aktivitas ini pada RSUD Pandan Arang adalah biaya
maintenance website. Maintenance website merupakan sarana untuk
menyediakan informasi kepada masyarakat tentang RSUD Pandan Arang.
d. Facility Sustaining Activity Cost
Merupakan aktivitas untuk mempertahankan fasilitas untuk menghasilkan
jasa. Biaya-biaya ini tidak tergantung oleh jumlah pasien, sehingga biaya
ini harus ditanggung rumah sakit walaupun tidak ada pasiennya. Aktivitas
ini meliputi biaya kebersihan, biaya pemeliharaan fasilitas, biaya
pemeliharaan gedung, biaya penyusutan gedung, dan biaya penyusutan
fasilitas pada masing-masing ruang rawat inap.
Pengelompokan biaya tidak langsung dan cost driver ditunjukkan
pada tabel 4.31.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-23
Tabel 4.31 Pengelompokan biaya tidak langsung dan cost driver
�o Biaya Tidak Langsung Jumlah Cost Driver
Unit level activity cost
Biaya listrik 74.595.570,84Rp KWH Pemakaian Listrik
Biaya Air 53.059.430,69Rp m3 pemakaian Air
Batch related activity cost
Biaya administrasi 117.228.765,61Rp Lama Hari Pasien
Biaya bahan habis pakai 4.898.800,00Rp Lama Hari Pasien
Product level activity cost
Biaya maintenance web 8.400.000,00Rp Lama Hari Pasien
Facility sustaining activity cost
Biaya Kebersihan 151.190.285,20Rp Luas Ruangan
Biaya Pemeliharaan Fasilitas 9.044.952,00Rp Lama Hari Pasien
Biaya Pemeliharaan Gedung 5.591.159,00Rp Lama Hari Pasien
Biaya Depresiasi Gedung 150.718.285,50Rp Luas Ruangan
Biaya Depresiasi Fasilitas 203.700.728,38Rp Jumlah Pasien
1
2
3
4
4.2.5 Menghitung Tarif Per Unit Cost Driver
Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit
cost driver. Tarif per unit cost driver diperlukan karena setiap tipe kamar memiliki
cost driver yang berbeda-beda. Perhitungan dilakukan dengan cara membagi
jumlah biaya tidak langsung dengan cost driver masing-masing. Tabel 4.32
merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat inap dengan metode
Activity-Based Costing.
Tabel 4.32 Tarif per unit cost driver
�o Biaya Tidak Langsung Jumlah Cost DriverTarif Per Unit
Cost Driver
Unit level activity cost
Biaya listrik 74.595.570,84Rp 101023,56 738,40Rp
Biaya Air 53.059.430,69Rp 29562,4 1.794,83Rp
Batch related activity cost
Biaya administrasi 117.228.765,61Rp 73906 1.586,19Rp
Biaya bahan habis pakai 4.898.800,00Rp 73906 66,28Rp
Product level activity cost
Biaya maintenance web 8.400.000,00Rp 73906 113,66Rp
1
2
3
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-24
Tabel 4.32 Lanjutan
�o Biaya Tidak Langsung Jumlah Cost DriverTarif Per Unit
Cost Driver
Facility sustaining activity cost
Biaya Kebersihan 151.190.285,20Rp 1466,16 103.119,91Rp
Biaya Pemeliharaan
Fasilitas Umum8.389.012,00Rp 73906 113,51Rp
Biaya Pemeliharaan
Fasilitas Ruang Utama655.940,00Rp 7564 86,72Rp
Biaya Pemeliharaan
Gedung5.591.159,00Rp 73906 75,65Rp
Biaya Depresiasi Gedung 150.718.285,50Rp 1466,16 102.797,98Rp
Biaya Depresiasi Fasilitas
1. Utama 77.121.040,38Rp 713 108.164,15Rp
2. Teladan 76.859.918,00Rp 4192 18.334,90Rp
3. Kelas I 22.687.845,00Rp 2135 10.626,63Rp
4. Kelas II 13.515.962,50Rp 3239 4.172,88Rp
5. Kelas III 13.515.962,50Rp 4686 2.884,33Rp
4
4.2.6 Menghitung Biaya Tidak Langsung yang Dialokasikan ke Produk
Pada tahap ini akan ditentukan besarnya biaya tidak langsung rawat inap
pada masing-masing tipe kamar. Pembebanan biaya tidak langsung dari tiap
aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan cara mengalikan tarif per unit dasar
alokasi biaya dengan jumlah dasar alokasi yang ada pada setiap tipe kamar.
Pembebanan biaya tidak langsung pada setiap tipe kamar ditunjukkan pada tabel
4.33.
Tabel 4.33 Pembebanan biaya tidak langsung setiap tipe kamar
�o Biaya Tidak Langsung Biaya Per UnitUnit Cost
DriverBiaya Total
Biaya Per hari
(Biaya
Total:Lama
Hari)Unit level activity cost
Biaya listrik
1. Utama 77332,68 57.102.278,02Rp 7.549,22Rp
2. Teladan 6301,44 4.652.969,21Rp 229,03Rp
3. Kelas I 5446,08 4.021.373,30Rp 401,94Rp
4. Kelas II 4357,44 3.217.523,95Rp 231,53Rp
5. Kelas III 7585,92 5.601.426,37Rp 253,18Rp
Biaya Air
1. Utama 3025,6 5.430.432,36Rp 717,93Rp
2. Teladan 8126,4 14.585.492,30Rp 717,93Rp
3. Kelas I 4002 7.182.902,66Rp 717,93Rp
4. Kelas II 5558,8 9.977.091,28Rp 717,93Rp
5. Kelas III 8849,6 15.883.512,09Rp 717,93Rp
1
738,40Rp
1.794,83Rp
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-25
Tabel 4.33 Lanjutan
�o Biaya Tidak Langsung Biaya Per UnitUnit Cost
DriverBiaya Total
Biaya Per hari
(Biaya
Total:Lama
Hari)Batch related activity cost
Biaya administrasi
1. Utama 73906 117.228.765,61Rp 1.586,19Rp
2. Teladan 73906 117.228.765,61Rp 1.586,19Rp
3. Kelas I 73906 117.228.765,61Rp 1.586,19Rp
4. Kelas II 73906 117.228.765,61Rp 1.586,19Rp
5. Kelas III 73906 117.228.765,61Rp 1.586,19Rp
Biaya bahan habis pakai
1. Utama 73906 4.898.800,00Rp 66,28Rp
2. Teladan 73906 4.898.800,00Rp 66,28Rp
3. Kelas I 73906 4.898.800,00Rp 66,28Rp
4. Kelas II 73906 4.898.800,00Rp 66,28Rp
5. Kelas III 73906 4.898.800,00Rp 66,28Rp
Product level activity cost
Biaya maintenance web
1. Utama 73906 8.400.000,00Rp 113,66Rp
2. Teladan 73906 8.400.000,00Rp 113,66Rp
3. Kelas I 73906 8.400.000,00Rp 113,66Rp
4. Kelas II 73906 8.400.000,00Rp 113,66Rp
5. Kelas III 73906 8.400.000,00Rp 113,66Rp
Facility sustaining activity cost
Biaya Kebersihan
1. Utama 274,2 28.275.478,94Rp 3.738,16Rp
2. Teladan 348 35.885.728,19Rp 1.766,38Rp
3. Kelas I 154 15.880.465,93Rp 1.587,25Rp
4. Kelas II 284,2 29.306.678,03Rp 2.108,85Rp
5. Kelas III 405,76 41.841.934,12Rp 1.891,25Rp
Biaya Pemeliharaan Fasilitas
Ruang Utama
86,72Rp
7564 655.940,00Rp 86,72Rp
Biaya Pemeliharaan Fasilitas
1. Utama 73906 8.389.012,00Rp 113,51Rp
2. Teladan 73906 8.389.012,00Rp 113,51Rp
3. Kelas I 73906 8.389.012,00Rp 113,51Rp
4. Kelas II 73906 8.389.012,00Rp 113,51Rp
5. Kelas III 73906 8.389.012,00Rp 113,51Rp
Biaya Pemeliharaan Gedung
1. Utama 73906 5.591.159,00Rp 75,65Rp
2. Teladan 73906 5.591.159,00Rp 75,65Rp
3. Kelas I 73906 5.591.159,00Rp 75,65Rp
4. Kelas II 73906 5.591.159,00Rp 75,65Rp
5. Kelas III 73906 5.591.159,00Rp 75,65Rp
Biaya Depresiasi Gedung
1. Utama 274,2 28.187.205,96Rp 3.726,49Rp
2. Teladan 348 35.773.696,84Rp 1.760,86Rp
3. Kelas I 154 15.830.888,83Rp 1.582,30Rp
4. Kelas II 284,2 29.215.185,75Rp 2.102,27Rp
5. Kelas III 405,76 41.711.308,13Rp 1.885,34Rp
Biaya Depresiasi Fasilitas
1. Utama 108.164,15Rp 713 77.121.040,38Rp 10.195,80Rp
2. Teladan 18.334,90Rp 4192 76.859.918,00Rp 3.783,22Rp
3. Kelas I 10.626,63Rp 2135 22.687.845,00Rp 2.267,65Rp
4. Kelas II 4.172,88Rp 3239 13.515.962,50Rp 972,58Rp
5. Kelas III 2.884,33Rp 4686 13.515.962,50Rp 610,92Rp
3
113,66Rp
103.119,91Rp
75,65Rp
102.797,98Rp
4
113,51Rp
2
1.586,19Rp
66,28Rp
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-26
4.2.7 Menghitung Total Biaya Produk
Total biaya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya langsung dan
biaya tidak langsung. Biaya tersebut sudah menunjukkan penggunaan masing-
masing tipe kamar untuk setiap aktivitas. Tabel 4.34 menunjukkan biaya per hari
dari masing-masing tipe kamar rawat inap.
Tabel 4.34 Biaya rawat inap per hari setiap tipe kamar
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Biaya Langsung
Gaji Perawat 941,79Rp 941,79Rp 941,79Rp 941,79Rp 941,79Rp
Biaya Laundry 1.824,54Rp 1.824,54Rp 1.824,54Rp 1.094,72Rp 729,82Rp
Biaya Konsumsi 47.706,72Rp 26.112,72Rp 26.112,72Rp 22.835,22Rp 18.224,22Rp
Paket VIP 1.225,41Rp - - - -
Biaya Tidak Langsung
Biaya listrik 7.549,22Rp 229,03Rp 401,94Rp 231,53Rp 253,18Rp
Biaya air 717,93Rp 717,93Rp 717,93Rp 717,93Rp 717,93Rp
Biaya administrasi 1.586,19Rp 1.586,19Rp 1.586,19Rp 1.586,19Rp 1.586,19Rp
Biaya bahan habis pakai 66,28Rp 66,28Rp 66,28Rp 66,28Rp 66,28Rp
Biaya maintenance we b 113,66Rp 113,66Rp 113,66Rp 113,66Rp 113,66Rp
Biaya kebersihan 3.738,16Rp 1.766,38Rp 1.587,25Rp 2.108,85Rp 1.891,25Rp
Biaya pemeliharaan fasilitas 200,23Rp 113,51Rp 113,51Rp 113,51Rp 113,51Rp
Biaya pemeliharaan gedung 75,65Rp 75,65Rp 75,65Rp 75,65Rp 75,65Rp
Biaya depresiasi gedung 3.726,49Rp 1.760,86Rp 1.582,30Rp 2.102,27Rp 1.885,34Rp
Biaya depresiasi fasilitas 10.195,80Rp 3.783,22Rp 2.267,65Rp 972,58Rp 610,92Rp
Biaya Per Hari 79.668,08Rp 39.091,76Rp 37.391,41Rp 32.960,18Rp 27.209,74Rp
Komponen BiayaTipe Kamar
4.2.8 Menghitung Tarif Rawat Inap Per Hari
Tarif rawat inap per hari diperoleh dengan menjumlahkan total biaya
perhari ditambah dengan jasa RS sebesar 10% dari biaya tersebut. Besarnya jasa
rumah sakit sebesar 10% telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali
No 9 Tahun 1985 tentang Pelayanan Kesehatan Pada RSUD Tingkat II Kabupaten
Boyolali. Tabel 4.35 menunjukkan tarif rawat inap per hari dari masing-masing
tipe kamar rawat inap.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-27
Tabel 4.35 Tarif rawat inap per hari dari setiap tipe kamar
Tipe Kamar Biaya Per Hari Jasa 10 %Tarif Rawat Inap
Per Hari
Utama 79.668,08Rp 7.966,81Rp 87.634,88Rp
Teladan 39.091,76Rp 3.909,18Rp 43.000,94Rp
Kelas I 37.391,41Rp 3.739,14Rp 41.130,55Rp
Kelas II 32.960,18Rp 3.296,02Rp 36.256,20Rp
Kelas III 27.209,74Rp 2.720,97Rp 29.930,71Rp
4.2.9 Perancangan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa Rawat Inap
Perancangan alat bantu penghitung tarif dalam penelitian ini adalah
perancangan user interface untuk mempermudah pihak rumah sakit dalam proses
penghitungan tarif. User interface digunakan untuk menghubungkan user yang
dalam hal ini pihak rumah sakit dengan program aplikasi yang dirancang.
Perancangan alat bantu menggunakan Software Macro Excel 2007 untuk
menjalankan sistem usulan. Berikut merupakan penjelasan tentang alat bantu
penghitung tarif rawat inap ini.
1. Halaman Awal
Perancangan user interface dimulai dari perancangan halaman awal dari
alat penghitung tarif ini. Pada halaman awal terdapat empat menu pokok yaitu
data pasien, input, proses dan output. Pada setiap halaman komponen alat hitung
terdapat tanda ‘home’ yang digunakan untuk kembali ke menu awal. Berikut
merupakan penjelasan mengenai menu pada halaman awal:
a. Menu data pasien
Menu data pasien terdiri dari jumlah pasien dan lama hari pasien rawat inap.
Data tersebut merupakan akumulasi jumlah pasien selama satu tahun.
b. Menu Input
Menu input terdiri dari macam-macam data yang dibutuhkan untuk
memperoleh tarif rawat inap. Data-data tersebut adalah data biaya langsung,
biaya tidak langsung, tingkat inflasi, gaji pegawai dan cost driver.
c. Menu Proses
Menu proses digunakan untuk melihat setiap langkah penghitungan tarif
dengan metode ABC. Proses ini terdiri dari alokasi biaya tidak langsung,
alokasi biaya tidak langsung ke produk, penghitungan tarif per unit cost
driver dan pembebanan biaya.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-28
d. Menu Output
Output berisi hasil dari proses penghitungan tarif. Menu output terdiri dari
biaya langsung, biaya tidak langsung dan hasil tarifnya.
2. Proses penghitungan tarif dengan alat bantu penghitung tarif
Langkah-langkah untuk memperoleh tarif dengan alat bantu penghitung
tarif dimulai dari memasukkan data-data yang dibutuhkan. Data-data yang
dibutuhkan tersedia pada menu data pasien dan input. Selanjutnya data tersebut
akan diproses secara otomatis sesuai dengan metode ABC yang dapat dilihat pada
menu proses. Selanjutnya tarif pasien per hari akan diperoleh dan dapat dilihat
menu output. Penjelasan mengenai langkah-langkah penggunaan alat bantu dapat
dilihat pada lampiran 1.
Alat bantu penghitung tarif ini dapat digunakan pihak rumah sakit untuk
proses evaluasi tarif secara berkala. Hal tersebut karena dalam alat bantu
penghitung tarif ini terdapat faktor inflasi sebagai komponen yang mempengaruhi
tarif untuk periode selanjutnya. Pihak rumah sakit tinggal meng-input komponen
biaya satu tahun terakhir dan nilai inflasi maka nilai tarif secara otomatis akan
berubah untuk tarif tahun selanjutnya.
4.2.10 Proyeksi Tarif Menggunakan Alat Bantu Penghitung Tarif Jasa
Rawat Inap
Tahap proyeksi tarif digunakan untuk mengaplikasikan alat bantu
penghitung tarif jasa rawat inap dalam mengevaluasi tarif rawat inap pada tahun
selanjutnya. Proyeksi tarif pada tahap ini digunakan untuk menghitung tarif jasa
rawat inap pada tahun 2010. Proses penghitungan tarif pada tahun 2010
angkahnya sama dengan tahun 2009, yang berbeda hanyalah penambahan nilai
inflasi pada komponen biaya tertentu. Nilai inflasi digunakan dalam proses
penghitungan komponen biaya yang terpengaruh faktor inflasi untuk tahun
selanjutnya.
Nilai inflasi digunakan untuk memperkirakan harga kebutuhan tertentu
yang dipengaruhi faktor inflasi untuk tahun selanjutnya. Nilai inflasi yang
digunakan dalam penghitungan adalah inflasi yang disesuaikan dengan jenis
komoditi masing-masing biaya. Nilai inflasi untuk beberapa nilai komoditi
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-29
tertentu diperoleh dengan melihat data historis nilai inflasi selama empat tahun
sebelumnya. Nilai inflasi berdasarkan kelompok komoditi diperoleh dari data
Badan Pusat Statistik selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Nilai inflasi
Indonesia menurut kelompok komoditi ditunjukkan pada tabel 4.36.
Tabel 4.36 Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Komoditi
Tahun BulanBahan
Makanan
Makanan
Jadi,
Minuman,
Rokok, dan
Perumahan,
Air, Listrik,
Gas, dan
Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan,
Rekreasi dan
Olahraga
Transpor,
Komunikasi,
dan Jasa
Keuangan
Indeks
Umum
12,94 6,36 4,83 6,84 5,87 8,13 1,02 6,60
Desember 3,12 1,11 0,74 0,13 1,05 0,07 0,10 1,21
November 0,65 0,47 0,29 0,70 0,42 0,03 -0,21 0,34
Oktober 2,17 0,64 0,26 1,00 0,29 0,10 0,46 0,86
September 0,62 0,13 0,28 -0,13 0,31 1,84 -0,01 0,38
Agustus -0,34 0,35 0,30 0,35 0,33 4,77 0,01 0,33
Juli 0,99 0,31 0,21 0,36 0,06 0,69 0,08 0,45
Juni 1,12 0,26 0,32 -0,08 0,27 0,25 0,10 0,45
Mei 0,28 0,30 0,30 2,03 0,57 0,07 0,17 0,37
April -0,85 0,43 0,42 0,70 0,58 0,09 0,07 0,05
Maret -0,88 0,58 0,36 0,15 0,39 0,12 0,13 0,03
Februari 1,18 0,65 0,55 0,72 0,40 -0,28 0,16 0,58
Januari 4,29 0,94 0,70 0,73 1,06 0,20 -0,05 1,36
11,26 6,41 4,88 8,42 4,31 8,83 1,25 6,59
Desember 2,47 0,91 0,63 0,99 0,41 0,12 0,22 1,10
November 0,04 0,43 0,12 1,66 0,26 0,11 -0,27 0,18
Oktober 1,87 0,51 0,21 2,05 0,45 0,21 0,47 0,79
September 1,81 0,45 0,18 1,22 0,44 1,70 0,07 0,80
Agustus 0,79 0,48 0,77 0,49 0,24 3,18 0,04 0,75
Juli 1,35 0,40 0,32 0,61 0,35 2,89 0,05 0,72
Juni 0,47 0,33 0,13 -0,43 0,22 0,03 0,11 0,23
Mei -0,39 0,47 0,35 0,21 0,18 0,01 0,13 0,10
April -1,30 0,38 0,26 0,61 0,32 -0,03 0,22 -0,16
Maret 0,16 0,36 0,29 0,41 0,20 0,03 0,09 0,24
Februari 0,84 0,65 0,80 0,56 0,64 0,23 0,03 0,62
Januari 2,68 0,87 0,71 -0,25 0,54 0,10 0,10 1,04
2008 16,35 12,53 10,92 7,33 7,96 6,66 7,49 11,06
Desember 0,57 0,52 0,52 1,13 0,21 0,16 -2,74 -0,04
November -0,67 1,13 0,23 0,72 0,37 0,26 -0,31 0,12
Oktober 0,71 0,77 0,24 0,71 0,52 0,39 0,10 0,45
September 1,90 0,94 1,22 0,50 0,36 0,63 0,22 0,97
Agustus 0,94 0,59 0,53 -0,53 0,56 1,36 -0,01 0,51
Juli 1,85 1,07 1,80 0,81 0,71 1,74 0,71 1,37
2006
2007
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-30
Tabel 4.36 Lanjutan
Tahun BulanBahan
Makanan
Makanan
Jadi,
Minuman,
Rokok, dan
Perumahan,
Air, Listrik,
Gas, dan
Bahan Bakar
Sandang Kesehatan
Pendidikan,
Rekreasi dan
Olahraga
Transpor,
Komunikasi,
dan Jasa
Keuangan
Indeks
Umum
Juni *) 1,28 1,33 1,14 0,49 0,83 0,44 8,72 2,46
Mei 1,72 0,86 1,58 -0,16 0,69 0,37 2,23 1,41
April 0,55 0,86 1,62 -0,27 1,88 0,13 -1,18 0,57
Maret 1,44 1,08 0,99 1,17 0,69 0,09 0,11 0,95
Februari 1,59 0,88 -0,01 0,76 1,56 0,04 0,02 0,65
Januari 2,77 2,02 1,80 2,31 0,72 0,01 0,24 1,77
3,88 7,81 1,83 6,00 3,89 3,89 -3,67 2,78
Desember -0,13 0,93 0,28 0,95 0,20 0,01 0,35 0,33
November -0,82 0,26 0,15 0,98 0,19 0,13 -0,08 -0,03
Oktober 0,28 0,70 0,24 0,37 0,20 0,34 -0,71 0,19
September 2,43 1,08 0,18 1,28 0,29 0,43 0,89 1,05
Agustus 1,29 0,73 0,21 0,01 0,35 1,26 -0,02 0,56
Juli 1,14 0,29 0,08 -0,23 0,13 1,21 0,28 0,45
Juni -0,18 0,29 0,04 0,30 0,23 0,09 0,25 0,11
Mei -0,25 0,48 0,09 -0,48 0,62 0,07 0,00 0,04
April -1,33 0,40 0,12 -1,70 0,34 0,05 0,07 -0,31
Maret -0,26 0,52 0,20 1,02 0,73 0,06 0,25 0,22
Februari 0,95 0,91 0,28 2,85 0,17 0,04 -2,43 0,21
Januari 0,76 0,95 -0,06 0,55 0,37 0,12 -2,53 -0,07
11,1075 8,2775 5,615 7,1475 5,5075 6,8775 1,5225 6,7575
2009
Perkiraan �ilai Inflasi
Sumber : Badan Pusat Statistik 2010
Selanjutnya nilai inflasi menurut kelompok komoditi tersebut disesuaikan
dengan masing-masing komponen biaya yang ada dalam kegiatan rawat inap.
Pengelompokan nilai inflasi menurut kelompok komoditi yang disesuaikan
dengan biaya dalam unit rawat inap pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel
4.37.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-31
Tabel 4.37 Pengelompokan biaya berdasarkan inflasi menurut komoditi pada
tahun 2010
Jenis Inflasi Menurut
Kelompok KomoditiKomponen Biaya �ilai Inflasi
Bahan makanan Biaya konsumsi 11,10%
Biaya listrik
Biaya air
Biaya gaji pegawai
Biaya paket VIP
Biaya bahan pencuci
Biaya belanja alat tulis kantor
Biaya penyediaan form pasien
Biaya bahan habis pakai
Biaya kebersihan
5,61%
6,75%Indeks Umum
Perumahan, air, listrik, gas, dan
bahan bakar
Tarif rawat inap pada tahun 2010 dapat diperoleh dengan memasukkan
nilai inflasi menurut komoditi tersebut pada menu input alat bantu yang
disesuaikan dengan masing-masing komponen biaya pada tahun 2009.
Selanjutnya tarif rawat inap secara otomatis berubah dan dapat dilihat pada menu
output. Tarif rawat inap per hari pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.38.
Tabel 4.38 Tarif rawat inap per hari setiap tipe kamar tahun 2010
Utama Teladan Kelas I Kelas II Kelas III
Biaya Langsung
Gaji Perawat 1.005,43Rp 1.005,43Rp 1.005,43Rp 1.005,43Rp 1.005,43Rp
Biaya Laundry 1.935,90Rp 1.935,90Rp 1.935,90Rp 1.161,54Rp 774,36Rp
Biaya Konsumsi 53.005,74Rp 29.013,19Rp 29.013,19Rp 25.371,64Rp 20.248,48Rp
Paket VIP 1.308,22Rp - - - -
Biaya Tidak Langsung
Biaya listrik 7.973,11Rp 241,89Rp 424,51Rp 244,53Rp 267,40Rp
Biaya air 758,24Rp 758,24Rp 758,24Rp 758,24Rp 758,24Rp
Biaya administrasi 1.692,91Rp 1.692,91Rp 1.692,91Rp 1.692,91Rp 1.692,91Rp
Biaya bahan habis pakai 70,76Rp 70,76Rp 70,76Rp 70,76Rp 70,76Rp
Biaya maintenance we b 113,66Rp 113,66Rp 113,66Rp 113,66Rp 113,66Rp
Biaya kebersihan 3.990,77Rp 1.885,74Rp 1.694,51Rp 2.251,35Rp 2.019,05Rp
Biaya pemeliharaan fasilitas 200,23Rp 113,51Rp 113,51Rp 113,51Rp 113,51Rp
Biaya pemeliharaan gedung 75,65Rp 75,65Rp 75,65Rp 75,65Rp 75,65Rp
Biaya depresiasi gedung 3.726,49Rp 1.760,86Rp 1.582,30Rp 2.102,27Rp 1.885,34Rp
Biaya depresiasi fasilitas 10.195,80Rp 3.783,22Rp 2.267,65Rp 972,58Rp 610,92Rp
Biaya Per Hari 86.052,92Rp 42.450,97Rp 40.748,22Rp 35.934,08Rp 29.635,71Rp
Jasa RS 10 % 8.605,29Rp 4.245,10Rp 4.074,82Rp 3.593,41Rp 2.963,57Rp
Tarif Rawat Inap Per Hari 94.658,21Rp 46.696,07Rp 44.823,04Rp 39.527,48Rp 32.599,28Rp
Komponen BiayaTipe Kamar
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
IV-32
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-1
BAB V
A�ALISIS DA� I�TERPRETASI HASIL
5.1 Interpretasi Tarif Jasa Rawat Inap
Metode ABC menentukan tarif jasa rawat inap untuk masing-masing kelas
berdasarkan aktivitas yang terjadi. Hasil penghitungan dengan metode ABC dapat
diketahui tarif jasa rawat inap untuk kelas Utama adalah sebesar Rp 87.634,88,
kelas Teladan sebesar Rp 43.000,94, kelas I sebesar Rp 41.130,55, kelas II sebesar
Rp 36.256,20, dan kelas III sebesar Rp 29.930,71. Hasil tersebut apabila
dibandingkan dengan tarif jasa rawat inap yang berlaku di RS sekarang, maka
hasil penghitungan dengan metode ABC memberikan hasil yang lebih kecil
kecuali pada kelas II dan kelas III. Hasil yang lebih besar pada kelas II dan III
disebabkan karena rumah sakit pemerintah harus memberlakukan sistem subsidi
silang dalam penentuan tarifnya. Kebijakan ini menyebabkan rumah sakit harus
menarik biaya yang lebih rendah dari biaya satuan untuk kalangan kurang mampu
(pasien kelas II dan III) dan menarik biaya yang lebih tinggi dari biaya satuan
untuk kalangan mampu (pasien kelas VIP, Teladan dan kelas I). Perbandingan
mengenai hasil tarif rumah sakit dengan hasil metode ABC dapat dilihat pada
tabel 5.1.
Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Tarif Rawat Inap
Rumah Sakit Metode ABC
1 Utama 155.000,00Rp 87.634,88Rp
2 Teladan 75.000,00Rp 43.000,94Rp
3 Kelas I 60.000,00Rp 41.130,55Rp
4 Kelas II 30.500,00Rp 36.256,20Rp
5 Kelas III 21.000,00Rp 29.930,71Rp
�o Tipe KamarPerbandingan Tarif
Hasil penghitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode
ABC dapat digunakan manajemen rumah sakit sebagai informasi untuk mengelola
biaya. Biaya dikelola dengan mengendalikannya secara baik. Pada proses
pengendalian biaya, diperlukan data yang lengkap tentang penyebab terjadinya
biaya. Data tersebut merupakan fakta tentang penyebab terjadinya biaya. Fakta
dalam metode ABC adalah bahwa aktivitas merupakan penyebab timbulnya biaya
sehingga dengan pengelolaan aktivitas yang baik biaya dapat dikendalikan. Biaya-
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-2
biaya yang merupakan rangkuman dari seluruh aktivitas yang ada pada unit rawat
inap ditunjukkan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Penghitungan Total Biaya dengan metode ABC
Biaya Langsung
Gaji Perawat 69.603.888,96Rp 2,46%
Biaya Laundry 100.482.422,02Rp 3,55%
Biaya Konsumsi 1.873.151.108,82Rp 66,17%
Paket VIP 9.269.000,00Rp 0,33%
Biaya Tidak Langsung
Biaya listrik 74.595.570,84Rp 2,64%
Biaya air 53.059.430,69Rp 1,87%
Biaya administrasi 117.228.765,61Rp 4,14%
Biaya bahan habis pakai 4.898.800,00Rp 0,17%
Biaya maintenance we b 8.400.000,00Rp 0,30%
Biaya kebersihan 151.190.285,20Rp 5,34%
Biaya pemeliharaan fasilitas 9.044.952,00Rp 0,32%
Biaya pemeliharaan gedung 5.591.159,00Rp 0,20%
Biaya depresiasi gedung 150.718.285,50Rp 5,32%
Biaya depresiasi fasilitas 203.700.728,38Rp 7,20%
Total 2.830.934.397,01Rp 100,00%
Komponen Biaya Jumlah Persentase Biaya
Pada tabel 5.2 dapat diketahui masing-masing kontribusi dari biaya setiap
aktivitas terhadap biaya total. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa biaya
konsumsi adalah komponen biaya terbesar dalam biaya penyusun tarif rawat inap
dengan metode ABC yaitu sebesar 67,76% . Hal tersebut dapat digunakan rumah
sakit untuk mengevaluasi apakah dengan kontribusi biaya yang besar, konsumsi
yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan. Rumah sakit dapat mengevaluasi apakah biaya yang dikeluarkan
pasien untuk konsumsi sudah sesuai atau tidak dengan melakukan survey
langsung kepada pasien tentang pendapat mengenai konsumsi yang mereka
terima.. Rumah sakit dapat mempertimbangkan sedikit mengurangi biaya
konsumsi dengan tetap mempertahankan kualitas makanan dan minuman yang
diberikan kepada pasien apabila menurut mereka konsumsi yang diterima kurang
sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-3
Manfaat lain dari penggunaan metode ABC dalam penghitungan tarif jasa
rawat inap adalah dalam hal pembebanan biaya tidak langsung (overhead).
metode ABC menghitung biaya overhead secara lebih rinci dan membebankannya
sesuai penggunaan nyata dari setiap aktivitas tipe kamar. Tabel 5.3 menunjukkan
hasil biaya overhead yang dihitung dengan metode ABC dan gambar 5.1 adalah
grafik yang menunjukkan proporsi masing-masing biaya overhead tersebut.
Tabel 5.3 Penghitungan Total Biaya Overhead dengan metode ABC
�o Biaya Tidak Langsung Persentase
1 Biaya listrik 9,58%
2 Biaya air 6,82%
3 Biaya administrasi 15,06%
4 Biaya bahan habis pakai 0,63%
5 Biaya maintenance website 1,08%
6 Biaya kebersihan 19,42%
7 Biaya pemeliharaan fasilitas 1,16%
8 Biaya pemeliharaan gedung 0,72%
9 Biaya depresiasi gedung 19,36%
10 Biaya depresiasi fasilitas 26,17%
100,00%Total
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
10 6 9 3 1 2 7 5 8 4
Gambar 5.1 Grafik Proporsi Biaya Tidak Langsung dari Aktivitas Rawat Inap di
RSUD Pandan Arang Boyolali dengan metode ABC
Dari grafik dapat dilihat bahwa urutan biaya overhead yang proporsinya
paling besar berturut-turut adalah biaya depresiasi fasilitas sebesar 26,17%, biaya
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-4
kebersihan sebesar 19,42 %, biaya depresiasi gedung sebesar 19,36 %, biaya
administrasi sebesar 15,06 %, biaya listrik sebesar 9,58 % dan biaya air sebesar
6,82 %. Proporsi biaya yang tergolong besar menyebabkan biaya-biaya tersebut
harus dibebankan secara tepat kepada pasien sesuai penggunaan aktivitas nyata
dari setiap tipe kamar. Untuk biaya lain seperti biaya habis pakai, biaya
maintenance web, biaya pemeliharaan fasilitas dan gedung dapat dibebankan
secara merata kepada setiap kelas karena persentasenya yang sangat kecil dan
tidak terjadi perbedaan proporsi penggunaan yang berarti antar tipe kamar rawat
inap. Hal tersebut berarti bahwa dengan metode ABC pihak rumah sakit dapat
mengelola aktivitasnya dengan baik berdasarkan kontribusi biaya yang diberikan
dari masing-masing aktivitas tersebut.
5.2 Analisis Perbandingan Hasil Penghitungan Tarif Jasa Rawat Inap
Hasil penghitungan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC dapat
dianalisis dengan membandingkan hasil tarif jasa rawat inap yang berlaku di
rumah sakit. Kedua tarif dibandingkan berdasarkan data yang ada pada tahun
2009. Data tersebut merupakan data jumlah pasien, lama hari pasien dan biaya-
biaya yang dikeluarkan pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk aktivitas rawat
inap adalah sebesar Rp 2.830.934.397,01. Biaya tersebut merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk pembayaran gaji perawat, konsumsi pasien, pengadaan paket
VIP, pembayaran listrik dan air, administrasi, kebersihan, bahan habis pakai,
maintenance web, pemeliharaan, dan biaya depresiasi. Jumlah pendapatan yang
diperoleh dari jasa rawat inap dengan tarif yang berlaku di rumah sakit adalah
sebesar Rp 4.184.882.500,00 dan hasil penghitungan dengan metode ABC adalah
sebesar Rp 3.114.027.836,71. Pendapatan diperoleh dari perkalian antara tarif
rawat inap perhari baik tarif rumah sakit maupun metode ABC dengan lama hari
pasien dirawat pada tahun 2009. Sisa pendapatan yang diperoleh rumah sakit pada
tahun 2009 dengan tarif yang berlaku sekarang adalah sebesar Rp
1.353.948.102,99 dan apabila dengan metode ABC adalah sebesar Rp
283.093.439,70. Nilai sisa pendapatan metode ABC yang lebih kecil disebabkan
karena dalam proses penghitungannya, metode ABC menggambarkan penggunaan
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-5
nyata dari aktivitas rawat inap. Sisa pendapatan yang dihasilkan merupakan
tambahan jasa 10% yang diperoleh rumah sakit. Sedangkan sisa pendapatan yang
lebih besar dari tarif rumah sakit karena harus mempertimbangkan kelayakan tarif
untuk tahun selanjutnya dan sistem subsidi silang.
Rumah sakit harus menetapkan pembiayaan pelayanan kesehatan secara
tepat dan efisien dengan tetap memperhitungkan resiko dan hasil yang diperoleh
dalam menetapkan besarnya tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa. Tarif
yang terbentuk sebaiknya sudah mempertimbangkan tentang pola subsidi yaitu
berapa persen yang harus dialokasikan untuk kelas II dan III dari kelas atasnya.
Pola subsidi dapat dipertimbangkan dari hasil penghitungan tarif nyata dengan
metode ABC. Hal tersebut bertujuan agar kelas golongan bawah yang dalam hal
ini kelas II dan III tidak mahal tarifnya dan kelas golongan atas juga tidak terlalu
berat dalam menanggung pembayaran kelas di bawahnya. Selain itu pihak rumah
sakit harus tetap mempertimbangkan apakah tambahan jasa yang diperoleh dari
tarif sudah mampu mencukupi segala bentuk pengeluaran tak terduga sehingga
rumah sakit dapat memutuskan apakah perlu penambahan persentase pendapatan
jasa dari rumah sakit ataupun tidak. Perbandingan hasil penghitungan tarif jasa
rawat inap ditunjukkan pada tabel 5.4.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-6
Ru
mah
Sak
itA
BC
System
Lam
a H
ari
Ru
mah
Sak
itA
BC
System
Utama
7564
155.000,00
Rp
87.634,88
Rp
1.172.420.000,00
Rp
662.870.261,06
Rp
Teladan
20316
75.000,00
Rp
43.000,94
Rp
1.523.700.000,00
Rp
873.607.048,57
Rp
Kelas I
10005
60.000,00
Rp
41.130,55
Rp
600.300.000,00
Rp
411.511.135,90
Rp
Kelas II
13897
30.500,00
Rp
36.256,20
Rp
423.858.500,00
Rp
503.852.342,47
Rp
Kelas III
22124
21.000,00
Rp
29.930,71
Rp
464.604.000,00
Rp
662.187.048,71
Rp
4.1
84.8
82.5
00,0
0R
p
3.1
14
.027.8
36,7
1R
p
69.603.888,96
Rp
Konsumsi Pasien
1.873.151.108,82
Rp
9.269.000,00
Rp
100.482.422,02
Rp
Pem
bayaran Listrik
74.595.570,84
Rp
Pem
bayaran Air
53.059.430,69
Rp
Biaya Administrasi
117.228.765,61
Rp
Biaya kebersihan
151.190.285,20
Rp
Biaya Bahan Habis Pakai
4.898.800,00
Rp
Biaya Maintenace web
8.400.000,00
Rp
Biaya Pem
eliharaan Gedung
5.591.159,00
Rp
Biaya Pem
eliharaan Fasilitas
9.044.952,00
Rp
Biaya Depresiasi Gedung
150.718.285,50
Rp
Biaya Depresiasi Fasilitas
203.700.728,38
Rp
Tota
l P
engel
uara
n2
.830.9
34.3
97,0
1R
p
1.3
53.9
48.1
02,9
9R
p
28
3.0
93.4
39,7
0R
p
Sumber: Pengolahan Data, 2010
Pen
dap
ata
n
Gaji Peraw
at
Biaya Laundry
Sis
a p
end
ap
ata
n
Tabel 5.4 Perbandingan hasil penghitungan tarif raw
at inap tahun 2009
Paket VIP
Pen
gel
uara
n
Tari
f J
asa
Ra
wat
Inap
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-7
5.3 Rencana Implementasi Metode ABC di RSUD Pandan Arang Boyolali
Langkah awal untuk dapat menerapkan metode ABC sebagai suatu metode
penghitung tarif jasa rawat inap di RSUD Pandan Arang adalah dengan
merancang alat bantu penghitung tarif. Alat bantu penghitung tarif dapat
digunakan pihak rumah sakit untuk proses mempermudah dalam proses
penghitungan tarif rawat inap yang prosesnya telah disesuaikan dengan langkah
dalam metode ABC. Perancangan alat bantu penghitung tarif dalam penelitian ini
adalah perancangan user interface untuk mempermudah pihak rumah sakit dalam
proses penghitungan tarif. User interface digunakan untuk menghubungkan user
yang dalam hal ini pihak rumah sakit dengan program aplikasi yang dirancang.
Perancangan alat bantu menggunakan Software Macro Excel 2007 untuk
menjalankan sistem usulan. Untuk dapat mengoperasikan alat ini, rumah sakit
cukup menyediakan perangkat komputer dengan fasilitas yang mendukung
program Microsoft Excel 2007 serta tenaga kerja yang dilatih untuk mampu
mengoperasikannya.
Alat bantu penghitung tarif dengan metode ABC ini dapat menjadi bahan
pertimbangan manajemen rumah sakit untuk dapat dipergunakan sebagai alat
evaluasi tarif di RSUD Pandan Arang Boyolali. Untuk dapat menerapkan alat
bantu ini pihak rumah sakit harus mulai menerapkan penghitungan tarif dengan
menggunakan metode ABC. Rumah sakit harus dapat mengidentifikasi semua
aktivitas yang terlibat dari rawat inap dan proporsi penggunaan sumber daya dari
masing-masing aktivitas secara tepat. Konsumsi sumber daya dari aktivitas harus
diukur secara teliti untuk masing-masing aktivitas dengan alat bantu seperti alat
ukur KWH listrik dan pemakaian air. Selain itu, rumah sakit harus melakukan
evaluasi tarif secara berkala agar perencanaan tarif untuk periode selanjutnya
benar-benar akurat sesuai kondisi nyata.
5.4 Analisis Proyeksi Tarif Jasa Inap Tahun 2010
Untuk mengevaluasi kelayakan tarif rumah sakit, dilakukan proses
penghitungan tarif jasa rawat inap untuk tahun 2010 dengan alat bantu penghitung
tarif. Hal tersebut untuk mengetahui apakah tarif yang berlaku masih mampu
mencukupi pengeluaran nyata rumah sakit atau tidak. Tarif yang dihitung
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-8
mempertimbangkan faktor inflasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
perubahan nilai uang pada tahun selanjutnya.
Dari hasil penghitungan, dapat dilihat bahwa perkiraan pengeluaran biaya
rumah sakit berdasarkan metode ABC adalah sebesar Rp 3.076.060.433,79
sedangkan pendapatan yang diperoleh dari tarif rumah sakit sekarang adalah
sebesar Rp 4.184.882.500,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa tarif rumah sakit
layak untuk diberlakukan pada tahun 2010 karena masih mampu mengakomodir
kebutuhan rumah sakit. Perkiraan perbandingan tarif rawat inap rumah sakit tahun
2010 ditunjukkan pada tabel 5.5.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
V-9
R
um
ah
Sak
it (
tah
un
2009)
Met
od
e A
BC
(ta
hu
n 2
010)
Lam
a H
ari
Ru
mah
Sak
itA
BC
System
Utama
7564
155.000,00
Rp
94.658,21
Rp
1.172.420.000,00
Rp
715.994.711,37
Rp
Teladan
20316
75.000,00
Rp
46.696,07
Rp
1.523.700.000,00
Rp
948.677.344,68
Rp
Kelas I
10005
60.000,00
Rp
44.823,04
Rp
600.300.000,00
Rp
448.454.563,52
Rp
Kelas II
13897
30.500,00
Rp
39.527,48
Rp
423.858.500,00
Rp
549.313.436,13
Rp
Kelas III
22124
21.000,00
Rp
32.599,28
Rp
464.604.000,00
Rp
721.226.421,47
Rp
4.1
84.8
82.5
00,0
0R
p
3.3
83.6
66.4
77
,17
Rp
74.307.371,76
Rp
Konsumsi Pasien
2.081.211.368,23
Rp
9.895.352,68
Rp
106.615.685,73
Rp
Pem
bayaran Listrik
78.784.112,15
Rp
Pem
bayaran Air
56.038.717,73
Rp
Biaya Adm
inistrasi
125.115.895,52
Rp
Biaya kebersihan
161.406.968,72
Rp
Biaya Bahan Habis Pakai
5.229.836,41
Rp
Biaya M
aintenace web
8.400.000,00
Rp
Biaya Pem
eliharaan Gedung
5.591.159,00
Rp
Biaya Pem
eliharaan Fasilitas
9.044.952,00
Rp
Biaya Depresiasi Gedung
150.718.285,50
Rp
Biaya Depresiasi Fasilitas
203.700.728,38
Rp
Tota
l P
engel
uara
n3.0
76.0
60.4
33,7
9R
p
1.1
08.8
22.0
66,2
1R
p
307.6
06.0
43
,38
Rp
Sum
ber: Pengolahan Data, 2010
Tari
f Jasa
Raw
at
Inap
Tabel 5.5 Proyeksi tarif raw
at inap tahun 2010
Paket VIP
Pen
gel
uara
n
Pen
dap
ata
n
Gaji Peraw
at
Biaya Laundry
Sis
a p
end
ap
ata
n
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users
VI-1
BAB VI
KESIMPULA DA SARA
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tarif jasa rawat inap per hari hasil penghitungan dengan menggunakan metode
ABC pada tahun 2009 untuk kelas Utama adalah sebesar Rp 87.634,88, kelas
Teladan sebesar Rp 43.000,94, kelas I sebesar Rp 41.130,55, kelas II sebesar
Rp 36.256,20, dan kelas III sebesar Rp 29.930,71.
2. Alat bantu penghitung tarif digunakan untuk mempermudah pihak rumah sakit
dalam menjalankan proses penghitungan dan evaluasi tarif jasa rawat inap di
RSUD Pandan Arang Boyolali dengan menggunakan metode ABC. Alat ini
menggunakan Software Macro Excel 2007.
6.2 Saran
Saran-saran yang diberikan, yaitu:
1. Hasil penghitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam
hal menentukan tarif jasa rawat inap untuk tahun berikutnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya, penentuan proporsi biaya aktivitas-biaya
aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya yang sama sebaiknya menggunakan
alat ukur yang lebih akurat.
3. Pihak rumah sakit harus sering melakukan evaluasi terhadap tarif terkait
dengan perubahan harga yang dipengaruhi oleh faktor inflasi.
digilib.uns.ac.idpustaka.uns.ac.id
commit to users