lapkas panjang ped isk (ast)
DESCRIPTION
ISKTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan
dan perkembangan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Infeksi
saluran kemih merupakan penyebab kedua terbanyak morbiditas penyakit infeksi
pada anak sesudah infeksi saluran napas.1
Bakteri penyebab yang paling sering ialah golongan Enterobacteriaceae yang
berasal dari daerah perineum atau traktus intestinal. Escherichia coli merupakan
penyebab 70-80% pada infeksi saluran kemih. Kuman lain yang sering ditemukan
ialah golongan klebsiella, proteus, enterobacter, pseudomonas, streptococcus, dan
golongan staphylococcus.2
Angka kejadian ISK bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin. Prevalensi
pada neonatus kurang bulan adalah sebesar 3%, sedangkan pada neonatus cukup
bulan sebesar 1%.3 Pada anak kurang dari 10 tahun, ISK ditemukan pada 3,5% anak
perempuan dan 1,1% pada anak laki-laki.4 Prevalensi ISK juga meningkat pada anak
laki-laki yang disunat pada usia kurang dari 3 bulan.5 Pada perempuan 75-90%
infeksi disebabkan oleh Escherichia coli (E.coli) diikuti oleh klebsiella dan proteus.
Pada laki-laki beberapa laporan yang sering ditemukan ialah proteus yang biasa
seperti E.coli, sementara yang lain melaporkan dominan gram positif.6
1
Penegakkan diagnosis ISK dapat dilakukan melalui sampel biakan yang
diambil dengan urin porsi tengah dan ditemukan koloni bakteri >100.000/ml urin dari
satu jenis bakteri, atau bila ditemukan koloni baktei >10.000/ml urin tetapi disertai
gejala klinik yang jelas dianggap ISK.1
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas
terutama parenkim ginjal, lazimnya disebut sebagai pielonefritis dan infeksi saluran
kemih bagian bawah bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra.7 Batas antara
atas dan bawah adalah hubungan vesikouretra.8
Infeksi saluran kemih bagian atas dianggap lebih berat karena dapat
mengakibatkan kerusakan ginjal.9 Pielonefritis menyatakan adanya infeksi bakterial
pada parenkim ginjal yang ditandai dengan adanya edema, sakit pinggang, muntah
dan disertai adanya tanda toksik sistemik, yang biasanya merupakan lanjutan dari
sistitis akut. ISK bagian bawah biasanya lebih ringan, umumnya tanpa gejala demam,
hanya ditandai dengan gejala lokal seperti disuria, polakisuria atau kencing
mengedan, sering ditemukan leukosit yang berkelompok pada pemeriksaan sedimen
urin.10
Timbulnya suatu infeksi di saluran kemih tergantung dari banyak faktor
seperti faktor pejamu dan faktor organismenya, selain itu juga tergantung dari faktor
predisposisi. Proses terjadinya ISK pada bayi, terutama neonatus biasanya bersifat
hematogen, sedangkan pada anak besar infeksi biasanya berasal dari daerah perineum
yang kemudian menjalar secara asendens sampai ke kandung kemih, uretra atau ke
parenkim ginjal. Kelainan kongenital traktur urinarius terutama yang bersifat
obstruksi dan refluks merupakan faktor predisposisi timbulnya ISK. Faktor
2
predisposisi lainya yaitu batu saluran kemih, pemasangan kateter, stasis urin karena
obstipasi, tumor, neurogenic bladder dan lain-lain.8
Penanggulangan ISK pada anak pada prinsipnya, yaitu konfirmasi diagnosis
ISK, eradikasi infeksi pada waktu serangan/ ulangan, evaluasi saluran kemih, perlu
tindakan bedah pada uropati obstruktif, batu, buli-buli neurogenik, cegah infeksi
berulang dan perlu dilakukan tindak lanjut.6
Berikut ini akan dibahas sebuah kasus pada seorang anak perempuan yang
dirawat dibagian nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan
infeksi saluran kemih.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan SJ, umur 8 tahun 2 bulan, BB: 23 kg, TB: 115 cm. Masuk
rumah sakit pada tanggal 9 Oktober 2012 jam12.30 WITA.
Keluhan: Buang air kecil sedikit-sedikit sejak 2 bulan sebelum masuk rumah
sakit.
Anamnesa: (oleh ibu penderita)
Buang air kecil yang sedikit-sedikit dialami penderita sejak 2 bulan terakhir
ini. Buang air kecil dalam sehari bisa sampai 10-15 kali per hari. Namun dengan
volume yang sedikit.. Penderita tidak mengalami nyeri pinggang dan tidak ada nyeri
saat berkemih. Demam tidak ada. Bengkak pada mata dan seluruh tubuh tidak ada.
Penderita mengalami batuk beringus sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Buang air kecil berwarna kuning, tidak ada warna kemerahan di kencing. Buang air
besar normal seperti biasa. Penderita sudah kontrol di poli anak sebelumnya dan
sudah dianjurkan untuk pemeriksaan USG ginjal. Penderita tidak pernah mengalami
sakit seperti ini sebelumnya.
4
Riwayat Kehamilan:
Pemeriksaan kehamilan tidak teratur di puskesmas sebanyak 3x. Vaksinasi
TT 1x. Selama hamil ibu penderita sehat.
Riwayat penyakit yang sudah pernah dialami:
Morbili (-)
Varicella (-)
Pertusis (-)
Diarrhea (+)
Cacing (-)
Batuk/pilek (+)
Lain-lain (-)
Kepandaian/kemajuan bayi
Pertama kali membalik 3 bulan
Pertama kali tengkurap 3 bulan
Pertama kali duduk 9 bulan
Pertama kali merangkak 10 bulan
Pertama kali berdiri 11 bulan
Pertama kali berjalan 12 bulan
Pertama kali tertawa 2 bulan
Pertama kali berceloteh 2 bulan
Pertama kali memanggil mama 12 bulan
Pertama kali memangil papa 12 bulan
5
Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang
ASI : lahir – 7 bulan
PASI : 8 bulan - 12 bulan
Bubur susu : -
Bubur saring : 8 bulan-12 bulan
Bubur biasa : 12 bulan-18 bulan
Nasi lembek : 18 bulan – sekarang
Riwayat Imunisasi:
Dasar Ulangan
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DPT + + +
Campak +
Hepatitis + + +
Riwayat Keluarga:
Ayah penderita berusia 39 tahun, pekerjaan petani dengan pendidikan
terakhir SD. Ibu penderita berusia 36 tahun, seorang ibu rumah tangga, dengan
pendidikan terakhir SMP. Penderita merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara.
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
6
Family Tree:
Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan:
Penderita tinggal pada rumah beratap seng, dinding papan, lantai semen.
Jumlah kamar tidur 2 kamar, dihuni oleh 5 orang, 3 orang dewasa dan 2 anak-anak.
WC/ kamar mandi berada di dalam rumah. Sumber air minum adalah PAM. Sumber
penerangan listrik PLN. Penanganan sampah dengan cara dibuang.
Pemeriksaan Fisik
Berat badan: 23 kg Tinggi badan: 115 cm
Keadaan Umum: Tampak sakit Keadaan mental: compos mentis
Tensi: 100/70 mmHg Respirasi: 28x/menit
Nadi: 88x/menit Suhu: 36,5ºC
Status gizi: baik
Kulit:
Warna: sawo matang Turgor: kulit kembali cepat
7
- Efloresensi (-) Tonus: eutoni
- Pigmentasi (-) Oedema (-)
- Jaringan parut (-)
- Lapisan lemak cukup
- Lain-lain (-)
Kepala:
Bentuk: mesocephal Ubun-ubun besar: menutup
Rambut: hitam, tidak mudah dicabut
Mata: -Exophthalmus/enophthalmus -/-
-Tekanan bola mata: normal
Conjungtiva : anemis (-) Lensa : jernih
Sklera : ikterik (-) Fundus: tidak dievaluasi
Corneal refleks: normal Visus : tidak dievaluasi
Pupil : bulat isokor, RC +/+ Gerakan: normal
ᴓ 3mm/3mm
Telinga: sekret (-)
Hidung: sekret (+)
Mulut :Bibir: sianosis (-) Selaput mulut : basah
Lidah: beslag (-) Gusi : perdarahan (-)
Gigi: caries (-) Bau pernapasan: normal
Tenggorokan: Tonsil: T1-T1 hiperemis (-)
Pharynx: hiperemis (+)
8
Leher: Trachea : letak tengah
Kelenjar : pembesaran KGB (-)
Kaku kuduk : (-)
Dan lain-lain : (-)
Thorax:
Bentuk : normal Xiphosternum : (-)
Rachitis Rosary : (-) Harrison’s groove : (-)
Ruang intercostal : tidak melebar Pernapasan paradoxal : (-)
Precordial bulging : (-) Retraksi : (-)
Lain-lain : (-)
Paru-paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Detak jantung : 88x/menit
Iktus cordis : tidak tampak
Batas kiri : linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
9
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apex M1 > M2
Bunyi jantung apex aorta A1 > A2
Bunyi jantung pulm P1 < P2
Bising (-)
Abdomen
Bentuk : datar, lemas, BU (+) N
Lain-lain : Nyeri tekan suprapubik (+), nyeri ketok costovertebra (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Genitalia : ♀ normal
Kelenjar : pembesaran KGB (-)
Anggota gerak : akral hangat, CRT < 2”
Tulang-belulang : deformitas (-)
Otot-otot : eutrofi
Refleks-refleks : refleks fisiologi +/+, refleks patologis -/-
Hasil laboratorium:
9 Okt 2012 Darah lengkap: Leukosit: 9.400/mm3
Eritrosit: 5,35 x 106/mm3
Hemoglobin: 13,1 g/dL
10
Hematokrit: 40,4 %
Trombosit: 299 x 103/mm3
Hasil USG abdomen: Pelviocalyectasis ringan ren sinistra
Diagnosis Sementara: Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis
Penatalaksanaan :
- Amoxicilin 3x250mg
- Ambroxol 3x ½ cth
Rencana : urinalisis
11
FOLLOW UP
Perawatan hari ke 1 (10 Okt 2012)
S : Buang air kecil sedikit-sedikit, nyeri saat buang air kecil (-), demam (-), intake (+)
Batuk (+)
O : KU : tampak sakit Kes : CM
T: 110/70mmHg N: 96x/menit R : 28x/menit S: 36,5ºC
Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH(-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU(+) Normal
Hepar/Lien tidak teraba
Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis
Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg
- ambroxol 3x ½ cth
Rencana : urine analisis, kultur urine, elektrolit, ureum, creatinin, SGOT,
SGPT
Hasil Pemeriksaan Lab:
10 Okt 2012 Urine: Berat jenis: 1,015
Protein: +
pH: 7
Bilirubin: -
12
Urobilin: -
Leukosit: 25/LPB
Eritrosit: 0-1/LPB
Torak: Hyaline: epitel 3-5
Ureum: 0,5 mg/dL
Creatinin: 20 mg/dL
SGOT: 21 U/L
SGPT: 11 U/L
Na: 141 mg/dL
K: 2,84 mg/dL
Cl: 45,9 mg/dL
Perawatan Hari ke 2 (11 Okt 2012)
S : Buang air kecil sedikit-sedikit, nyeri saat buang air kecil (-), demam (-), intake
(+), ngompol (+), batuk (+)
O : KU : Tampak sakit Kes : CM
T: 110/70mmHg N: 96x/menit R: 28x/menit S: 36,8ºC
Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU(+) Normal
Hepar/Lien tidak teraba
Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
13
Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis
Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg
- ambroxol 3x ½ cth
- tunggu hasil kultur urine
Perawatan Hari ke 3 (1 2 Okt 2012)
S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+), batuk berkurang
O : KU : tampak sakit Kes : CM
T : 100/70 mmHg N : 84 x/menit R : 26 x/menit S: 36,1ºC
Kepala : conj.anemis (-), Sclera ikterik (-), PCH(-)
Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) Normal
Hepar/Lien tidak teraba
Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis
Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg
- ambroxol 3x ½ cth
- tunggu hasil kultur urine
Perawatan Hari ke 4 (1 3 Okt 2012)
S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+), demam (-), batuk (-)
O : KU : tampak sakit Kes : CM
T : 100/60 mmHg N : 72 x/menit R : 28 x/menit S : 36,8ºC
14
Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar. Lemas, BU (+) Normal
Hepar/Lien tidak teraba
Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : hangat, CRT < 2 detik
Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis
Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg
- tunggu hasil kultur urine
Perawatan Hari ke 5 (1 4 Okt 2012)
S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+), demam (-)
O : KU : tampak sakit Kes : CM
T : 100/60 mmHg N : 72 x/menit R : 28 x/menit S : 36,8ºC
Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar. Lemas, BU (+) Normal
Hepar/Lien tidak teraba
Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : hangat, CRT < 2 detik
Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis
Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg
- Tunggu hasil kultur urine
15
Perawatan Hari ke 6 ( 15 Okt 2012)
S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+)
O : KU : tampak sakit Kes : CM
T : 110/80 mmHg N : 88 x/menit R : 24 x/menit S : 36,5ºC
Kepala : conj. anemis : (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal
H/L ttb
Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Hasil Lab kultur urine:
Kuman: Citrobacter ferundii 1.000.000/ml urine
Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + ISK e.c Citrobacter freundii
Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg
Perawatan Hari ke 7-10 (1 6-20 Okt 2012)
S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+)
O : KU : tampak sakit Kes : CM
T : 110/80 mmHg N : 88 x/menit R : 24 x/menit S : 36,5ºC
Kepala : conj. anemis : (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal
H/L ttb
16
Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + ISK e.c Citrobacter freundii
Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg
17
BAB III
PEMBAHASAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan
dan perkembangan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.1
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas
terutama parenkim ginjal, lazimnya disebut sebagai pielonefritis dan infeksi saluran
kemih bagian bawah bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara
atas dan bawah adalah hubungan vesikouretra.1
Pada bayi usia 1 bulan sampai kurang dari 1 tahun, gejala ISK yang
ditunjukkan berupa demam, mudah terangsang, kelihatan sakit, nafsu makan
berkurang, muntah, diare, ikterus dan perut kembung bisa juga ditemukan. Pada anak
prasekolah dan anak sekolah, gejala ISK umumnya terlokalisasi pada saluran kemih,
yaitu adanya disuria, polakisuria dan urgency.11
Infeksi saluran kemih juga dapat diklasifikasikan menjadi ISK simpleks, ISK
kompleks, ISK relaps, dan ISK reinfeksi. ISK simpleks merupakan ISK sederhana,
terdapat infeksi tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomik maupun fungsional saluran
kemih. ISK kompleks adalah ISK dengan komplikasi adanya infeksi disertai lesi
anatomik ataupun fungsional, yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional saluran kemih. ISK relaps disebabkan oleh strain bakteri yang sama,
walaupun pengobatan antiobiotika sudah cukup adekuat, biasanya berhubungan
18
dengan adanya kelainan struktur saluran kemih ataupun karena adanya batu saluran
kemih. Sedangkan ISK reinfeksi adalah berulangnya gejala dan tanda klinis serangan
ISK, yang ditandai dengan adanya interval masa bebas simptom/gejala.12
Suatu diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil
dengan urin porsi tengah. Penemuan bakteri yang bermakna, merupakan diagnosa
pasti ISK, walaupun tidak selalu disertai dengan gejala klinis. Hal tersebut merupakan
“bakuan emas” untuk menetapkan diagnosa ISK. Pada hasil urinalisis ditemukan
bakteria >100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan >10.000
koloni tetapi disertai gejala klinik yang jelas dianggap ISK.1,13
Saat pasien datang didiagnosis dengan Pelviocalyectasis ringan ren sinistra,
diagnosis ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan USG ginjal.14,15 Diagnosa suspek
cystitis (ISK bawah pada vesika urinaria) diambil berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini pasien datang dengan
keluhan buang air kecil sedikit-sedikit sejak 2 bulan terakhir namun dengan volume
yang sedikit. Buang air kecil dalam sehari bisa 10-15 kali kencing. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya nyeri tekan pada suprapubik. Pada pemeriksaan penunjang
(10 Okt 2012), pada urinalisis juga ditemukan proteinuria, dan leukosituria
(25/LPB),. Hal ini sesuai dengan kepustakaan tentang gejala infeksi saluran kemih
pada anak, yaitu polakisuria, urgensi, nyeri tekan suprapubis, adanya leukosit dalam
urin, dan adanya protein dalam urin. 16
Pada pengambilan sampel urin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu pembersihan ostium uretra eksternum terlebih dahulu dengan air dan sabun
beberapa kali dan disiram lalu dikeringkan untuk menghilangkan sel epitel/ sekret dan
19
debris lainnya. Pengumpulan sampel urin pada bayi atau anak dibawah 2 tahun
dilakukan dengan pediatric urine collector bag (urograd). Pada anak diatas 2 tahun
biasanya sudah bisa diambil urin pancaran tengah. Bila kedua hal tersebut tidak
memungkinkan, dapat juga diambil sampel urin dengan kateter atau dengan aspirasi
suprapubik yang keduanya dilakukan secara steril. Waktu pengambilan sampel urin
untuk pemeriksaan rutin yang terbaik adalah pagi hari segera sesudah bangun tidur,
sedang bila untuk biakan bisa diambil sewaktu asalkan sudah lebih dari 4 jam urin
terkumpul dalam kandung kemih.17
Cara pengambilan sampel urin pancaran tengah pada pasien wanita yaitu
terlebih dahulu cuci genital dengan menggunakan sabun medis dan spon/kain/kapas
dengan arah dari depan ke belakang. Selanjutnya bilas dengan spon basah dari depan
ke belakang. Hal ini dilakukan beberapa kali dengan spon basah baru. Pegang
cawan/botol mulut lebar di depan genitalia, dan jangan menyentuh tepi botol. Buang
urin yang pertama keluar dan berikutnya ditampung. Pada pasien laki-laki, prinsip
pengambilannya sama dengan pada perempuan, bedanya hanyalah di cara
pembersihkan genitalia. Pada laki-laki lakukan penarikan kulit preputium dan
kemudian bersihkan glands penisnya. Untuk cara pengambilan urin kateter, dilakukan
dengan menjepit kateter (<30 menit). Selanjutnya bersihkan dengan alkohol pada
tempat ambil urin. Tusukkan jarum, ambil urin, tampung, tutup rapat. Cara
pengambilan urin suprapubik, yaitu lakukan desinfeksi kulit antara pusar (umbilikus)
sampai penis. Selanjutnya dilakukan anastesi pada tempat tusukan (pada garis mid-
line, 2 cm diatas simfisis pubis). Masukkan jarum ke kandung kemih yang sedang
penuh, hisap, tampung dalam botol dan tutup rapat. 18
20
Tabel 1. Interpretasi Hasil Biakan Urin7
Cara Penampungan Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi
Pungsi suprapubik Bakteri gram negatif: asal ada
kuman
Bakteri gram positif: beberapa ribu
>99%
Kateterisasi kandung
kemih
>105
104-105
103-104
95%
Diperkirakan ISK
Diragukan, ulangi
Urine pancaran tengah
Laki-laki
Perempuan
>104
3 x biakan > 105
2 x biakan > 105
1 x biakan > 105
5 x 104 - 105
104 – 5 x 104 (klinis simptomatik)
104 – 5 x 104 (klinis asimptomatik)
<104
Diperkirakan ISK
95%
90%
80%
Diragukan, ulangi
Diperkirakan ISK,
ulangi
Tidak ada ISK
Tidak ada ISK
Selain itu berdasarkan hasil kultur urin pada pasien didapatkan hasil kuman
Citrobacter freundii sebanyak 1.000.000/ml urine yang mendukung diagnose infeksi
saluran kemih pada pasien. Terapi yang dapat diberikan pada infeksi saluran kemih
yaitu dengan amoxicilin 20-40 mg/kgbb/hari. Alasan diberikan obat tersebut karena
amoxicilin merupakan obat antibiotik golongan penisilin sub golongan amoksisilin,
yaitu amoksisilin trihidrat yang bekerja sebagai broad-spectrum (bisa untuk
membunuh bakteri gram positif dan negatif). Oleh karena kultur urinnya belum ada,
pasien diberikan obat golongan broad-spectrum sambil menunggu hasilnya. Hasil
21
kultur urin (16 Okt 2012) menunjukkan adanya kuman Citrobacter freundii di dalam
urin, penggunaan antibiotik amoxicilin dilanjutkan karena kuman ini sensitif terhadap
amoxicilin. Citrobacter freundii sensitif terhadap amoxicilin, ampicilin, cefazolin,
ceftriaxone, cefotaxime, cephalothin, ciprofloxacin, chloramphenicol, imipenem,
trimetoprim, sulfametoxazole, cefepine, cefoperazon, meropenem, fosfomycin,
levofloxacin, dan nitrofurantoin.19,20
Tabel 2. Dosis antibiotika parenteral (A), oral (B), dan profilaksis (C) untuk
pengobatan ISK
Obat Dosis mg/kg/hari Frekuensi/ (umur bayi)
(A) Parenteral
Ampisilin 100 Tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
Tiap 6-8 jam (bayi > 1 minggu)
Sefotaksim 150 Dibagi setiap 6-8 jam
Gentamisin 5 Tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
Tiap 24 jam (bayi > 1 minggu)
Seftriakson 75 Sekali sehari
Seftazidim 150 Dibagi setiap 6-8 jam
Sefazolim 50 Dibagi setiap 8 jam
Tobramisin 5 Dibagi setiap 8 jam
Ticarsilin 100 Dibagi setiap 6 jam
22
Obat Dosis mg/kg/hari Frekuensi/ (umur bayi)
(B) Oral
Rawat jalan, antibiotik oral (pengobatan standar)
Amoksicilin 20-40 mg/kg/hari q8h
Ampisilin 50-100 mg/kg/hari q6h
Augmentin 50 mg/kg/hari q8h
Sefaleksin 50 mg/kg/hari q6-8h (C) terapi profilaksis
Sefiksim 4 mg/kg q12h 1 x malam hari
Nitrofurantoin* 6-7 mg/kg q6h ................... 1-2mg/kg
Sulfisoksazole* 120-150 q6-8h ............... 50 mg/kg
Trimetoprim* 6-12 mg/kg q6h ................... 2 mg/kg
Sulfametoksazole 30-60 mg/kg q6-8h ................ 10 mg/kg
* tidak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginjal
Prognosis pada pasien ini baik karena diberikan terapi yang sesuai dengan
hasil kultur urin. Kuman penyebab infeksi saluran kemih sensitif terhadap antibiotika
yang diberikan.
Edukasi yang dapat diberikan pada keluarga pasien yaitu:
1. Cuci tangan.
2. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab
terbesar dari infeksi saluran kemih.
3. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah dari
depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran
urin dari rektum.
4. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
5. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat memperlancar
sirkulasi udara.
23
6. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat
mendorong perkembangbiakan bakteri.
7. Minum air yang banyak.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Alatas H, Tambunan T, Trihono
P, Pardede S (editor). Dalam: Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI; 2010. H 142 - 163
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Infeksi Saluran Kemih. Hassa R, Alatas H (editor). Dalam: Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia 1; 2007. H 827 - 832
3. Saleh Samir, et al. Urinary Tract Infection in Infants and Children in Al-Jahra
Area, Kuwait: An Overview. Departement of Pediatrics, Al-Jahra Hospital.
Kuwait medical journal, 2003. 35(1): h 31-35
4. Shaikh N, et al. Prevalence of Urinary Tract Infection in Childhood. The
Pediatric Infectious Disease Journal, 2008; Vol 27 (No 4) H 302 - 308
5. Foxman B. Epidemiology of Urinary Tract Infections: Incidence, Morbidity, and
Economic Costs. Am J Med. 2002; 113 (1A): h 5-13
6. Rusdidjas, Ramayati R, Tambunan T. Infeksi Saluran Kemih. Noer M,
Soemyarso N, dkk. Dalam: Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta. Unti kerja
koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. h 136 - 138
7. Hooten, T. Pathogenesis of Urinary Tract Infections : An update. Journal of
antimicrobial chemotherapy, 2000: 46, 1-7
25
8. Corwin EJ. Infeksi Saluran Kemih. Pakaryaningsing E, Editor. Dalam: Buku saku
patofisiologi. Jakarta. EGC; 2000. H 480-481
9. Ayiegoro O, et al. Incidence of urinary tract infection (UTI) among children and
adolescents in Ile-Ife, Nigeria. African Journal of Microbiology Research, 2007.
H 013-0
10. Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory : Pola Dan Sensitivitas Kuman di Penderita
Infeksi Saluran Kemih (Bacterial Pattern And It’s Sensitivity In Patients Suffering
From Urinary Tract Infection). 2006. (diunduh 29 Nov 2012).
11. Naseri M, Alamdaran A. Urinary Tract Infection and Predisposing Factors in
Children. Iran J Ped, 2007; Vol 17 (No 3) h. 263 - 270
12. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Infeksi Saluran Kemih. Pudjiadi A, Hegar B, dkk
(editor). Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta. Balai Penerbit FKU ;
2010 H 136 - 140
13. Quigley R. Diagnosis of Urinary Tract Infection In Children. Curr Opin Pediatric.
Ap 2009; 21(2) h. 194-8
14. Thrall JH, Ziessman HA. Nuclear Medicine: The Requisites. 2nd Ed. Philadephia,
PA: Mosby, Inc. 2006: 340-348
15. Shulkin B, Mandell G, Cooper J, Leonard J, Majd M, Parisi M, dkk. Procedure
Guideline for Diuretic Renography in Children. J. Nucl. Med. Technol.
September 2008 vol. 36 no. 3 162-168
16. Jantausch B, Kher K. Urinary Tract Infection. In: Clinical Pediatric
Nephrology.2007; 7 h. 553-573
26
17. Polin R, Ditmar M. Urinary Tract Infection. In: Pediatric Secrets. 2011; 13 h.
512-518
18. Kuntaman. Pengambilan, Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen untuk
Pemeriksaan Mikrobiologi. (diunduh tanggal 29 Nov 2012).
19. Mergueirian PA, Sverrisson EF, Herz DB, McQuiston LT. Urinary Tract
Infections in Children: Recommendations for Antibiotic Prophylaxis and
Evaluation. An Evidence-Based Approach. Curr Urol Rep. 2010; 11(2) h 98-108
20. Melaku S, Kibret M, Abera B, Gebre S. Antibiogram of Nosocomial Urinary
Tract Infection in Felege Hiwot Referral Hospital, Eithopia. Afr Health Sci. 2012
June; 12(2): 134–139.
27