lapkas panjang ped isk (ast)

40
BAB I PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Infeksi saluran kemih merupakan penyebab kedua terbanyak morbiditas penyakit infeksi pada anak sesudah infeksi saluran napas. 1 Bakteri penyebab yang paling sering ialah golongan Enterobacteriaceae yang berasal dari daerah perineum atau traktus intestinal. Escherichia coli merupakan penyebab 70-80% pada infeksi saluran kemih. Kuman lain yang sering ditemukan ialah golongan klebsiella, proteus, enterobacter, pseudomonas, streptococcus, dan golongan staphylococcus. 2 Angka kejadian ISK bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin. Prevalensi pada neonatus kurang bulan 1

Upload: asthe-jelume

Post on 06-Aug-2015

104 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ISK

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan

dan perkembangan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal

sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Infeksi

saluran kemih merupakan penyebab kedua terbanyak morbiditas penyakit infeksi

pada anak sesudah infeksi saluran napas.1

Bakteri penyebab yang paling sering ialah golongan Enterobacteriaceae yang

berasal dari daerah perineum atau traktus intestinal. Escherichia coli merupakan

penyebab 70-80% pada infeksi saluran kemih. Kuman lain yang sering ditemukan

ialah golongan klebsiella, proteus, enterobacter, pseudomonas, streptococcus, dan

golongan staphylococcus.2

Angka kejadian ISK bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin. Prevalensi

pada neonatus kurang bulan adalah sebesar 3%, sedangkan pada neonatus cukup

bulan sebesar 1%.3 Pada anak kurang dari 10 tahun, ISK ditemukan pada 3,5% anak

perempuan dan 1,1% pada anak laki-laki.4 Prevalensi ISK juga meningkat pada anak

laki-laki yang disunat pada usia kurang dari 3 bulan.5 Pada perempuan 75-90%

infeksi disebabkan oleh Escherichia coli (E.coli) diikuti oleh klebsiella dan proteus.

Pada laki-laki beberapa laporan yang sering ditemukan ialah proteus yang biasa

seperti E.coli, sementara yang lain melaporkan dominan gram positif.6

1

Page 2: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Penegakkan diagnosis ISK dapat dilakukan melalui sampel biakan yang

diambil dengan urin porsi tengah dan ditemukan koloni bakteri >100.000/ml urin dari

satu jenis bakteri, atau bila ditemukan koloni baktei >10.000/ml urin tetapi disertai

gejala klinik yang jelas dianggap ISK.1

Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas

terutama parenkim ginjal, lazimnya disebut sebagai pielonefritis dan infeksi saluran

kemih bagian bawah bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra.7 Batas antara

atas dan bawah adalah hubungan vesikouretra.8

Infeksi saluran kemih bagian atas dianggap lebih berat karena dapat

mengakibatkan kerusakan ginjal.9 Pielonefritis menyatakan adanya infeksi bakterial

pada parenkim ginjal yang ditandai dengan adanya edema, sakit pinggang, muntah

dan disertai adanya tanda toksik sistemik, yang biasanya merupakan lanjutan dari

sistitis akut. ISK bagian bawah biasanya lebih ringan, umumnya tanpa gejala demam,

hanya ditandai dengan gejala lokal seperti disuria, polakisuria atau kencing

mengedan, sering ditemukan leukosit yang berkelompok pada pemeriksaan sedimen

urin.10

Timbulnya suatu infeksi di saluran kemih tergantung dari banyak faktor

seperti faktor pejamu dan faktor organismenya, selain itu juga tergantung dari faktor

predisposisi. Proses terjadinya ISK pada bayi, terutama neonatus biasanya bersifat

hematogen, sedangkan pada anak besar infeksi biasanya berasal dari daerah perineum

yang kemudian menjalar secara asendens sampai ke kandung kemih, uretra atau ke

parenkim ginjal. Kelainan kongenital traktur urinarius terutama yang bersifat

obstruksi dan refluks merupakan faktor predisposisi timbulnya ISK. Faktor

2

Page 3: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

predisposisi lainya yaitu batu saluran kemih, pemasangan kateter, stasis urin karena

obstipasi, tumor, neurogenic bladder dan lain-lain.8

Penanggulangan ISK pada anak pada prinsipnya, yaitu konfirmasi diagnosis

ISK, eradikasi infeksi pada waktu serangan/ ulangan, evaluasi saluran kemih, perlu

tindakan bedah pada uropati obstruktif, batu, buli-buli neurogenik, cegah infeksi

berulang dan perlu dilakukan tindak lanjut.6

Berikut ini akan dibahas sebuah kasus pada seorang anak perempuan yang

dirawat dibagian nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan

infeksi saluran kemih.

3

Page 4: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang anak perempuan SJ, umur 8 tahun 2 bulan, BB: 23 kg, TB: 115 cm. Masuk

rumah sakit pada tanggal 9 Oktober 2012 jam12.30 WITA.

Keluhan: Buang air kecil sedikit-sedikit sejak 2 bulan sebelum masuk rumah

sakit.

Anamnesa: (oleh ibu penderita)

Buang air kecil yang sedikit-sedikit dialami penderita sejak 2 bulan terakhir

ini. Buang air kecil dalam sehari bisa sampai 10-15 kali per hari. Namun dengan

volume yang sedikit.. Penderita tidak mengalami nyeri pinggang dan tidak ada nyeri

saat berkemih. Demam tidak ada. Bengkak pada mata dan seluruh tubuh tidak ada.

Penderita mengalami batuk beringus sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Buang air kecil berwarna kuning, tidak ada warna kemerahan di kencing. Buang air

besar normal seperti biasa. Penderita sudah kontrol di poli anak sebelumnya dan

sudah dianjurkan untuk pemeriksaan USG ginjal. Penderita tidak pernah mengalami

sakit seperti ini sebelumnya.

4

Page 5: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Riwayat Kehamilan:

Pemeriksaan kehamilan tidak teratur di puskesmas sebanyak 3x. Vaksinasi

TT 1x. Selama hamil ibu penderita sehat.

Riwayat penyakit yang sudah pernah dialami:

Morbili (-)

Varicella (-)

Pertusis (-)

Diarrhea (+)

Cacing (-)

Batuk/pilek (+)

Lain-lain (-)

Kepandaian/kemajuan bayi

Pertama kali membalik 3 bulan

Pertama kali tengkurap 3 bulan

Pertama kali duduk 9 bulan

Pertama kali merangkak 10 bulan

Pertama kali berdiri 11 bulan

Pertama kali berjalan 12 bulan

Pertama kali tertawa 2 bulan

Pertama kali berceloteh 2 bulan

Pertama kali memanggil mama 12 bulan

Pertama kali memangil papa 12 bulan

5

Page 6: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang

ASI : lahir – 7 bulan

PASI : 8 bulan - 12 bulan

Bubur susu : -

Bubur saring : 8 bulan-12 bulan

Bubur biasa : 12 bulan-18 bulan

Nasi lembek : 18 bulan – sekarang

Riwayat Imunisasi:

Dasar Ulangan

I II III I II III

BCG +

Polio + + +

DPT + + +

Campak +

Hepatitis + + +

Riwayat Keluarga:

Ayah penderita berusia 39 tahun, pekerjaan petani dengan pendidikan

terakhir SD. Ibu penderita berusia 36 tahun, seorang ibu rumah tangga, dengan

pendidikan terakhir SMP. Penderita merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara.

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

6

Page 7: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Family Tree:

Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan:

Penderita tinggal pada rumah beratap seng, dinding papan, lantai semen.

Jumlah kamar tidur 2 kamar, dihuni oleh 5 orang, 3 orang dewasa dan 2 anak-anak.

WC/ kamar mandi berada di dalam rumah. Sumber air minum adalah PAM. Sumber

penerangan listrik PLN. Penanganan sampah dengan cara dibuang.

Pemeriksaan Fisik

Berat badan: 23 kg Tinggi badan: 115 cm

Keadaan Umum: Tampak sakit Keadaan mental: compos mentis

Tensi: 100/70 mmHg Respirasi: 28x/menit

Nadi: 88x/menit Suhu: 36,5ºC

Status gizi: baik

Kulit:

Warna: sawo matang Turgor: kulit kembali cepat

7

Page 8: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

- Efloresensi (-) Tonus: eutoni

- Pigmentasi (-) Oedema (-)

- Jaringan parut (-)

- Lapisan lemak cukup

- Lain-lain (-)

Kepala:

Bentuk: mesocephal Ubun-ubun besar: menutup

Rambut: hitam, tidak mudah dicabut

Mata: -Exophthalmus/enophthalmus -/-

-Tekanan bola mata: normal

Conjungtiva : anemis (-) Lensa : jernih

Sklera : ikterik (-) Fundus: tidak dievaluasi

Corneal refleks: normal Visus : tidak dievaluasi

Pupil : bulat isokor, RC +/+ Gerakan: normal

ᴓ 3mm/3mm

Telinga: sekret (-)

Hidung: sekret (+)

Mulut :Bibir: sianosis (-) Selaput mulut : basah

Lidah: beslag (-) Gusi : perdarahan (-)

Gigi: caries (-) Bau pernapasan: normal

Tenggorokan: Tonsil: T1-T1 hiperemis (-)

Pharynx: hiperemis (+)

8

Page 9: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Leher: Trachea : letak tengah

Kelenjar : pembesaran KGB (-)

Kaku kuduk : (-)

Dan lain-lain : (-)

Thorax:

Bentuk : normal Xiphosternum : (-)

Rachitis Rosary : (-) Harrison’s groove : (-)

Ruang intercostal : tidak melebar Pernapasan paradoxal : (-)

Precordial bulging : (-) Retraksi : (-)

Lain-lain : (-)

Paru-paru

Inspeksi : simetris, retraksi (-)

Palpasi : stem fremitus kiri=kanan

Perkusi : sonor kiri=kanan

Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung

Detak jantung : 88x/menit

Iktus cordis : tidak tampak

Batas kiri : linea midclavicularis sinistra

Batas kanan : linea parasternalis dextra

9

Page 10: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Batas atas : ICS II-III

Bunyi jantung apex M1 > M2

Bunyi jantung apex aorta A1 > A2

Bunyi jantung pulm P1 < P2

Bising (-)

Abdomen

Bentuk : datar, lemas, BU (+) N

Lain-lain : Nyeri tekan suprapubik (+), nyeri ketok costovertebra (-)

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Genitalia : ♀ normal

Kelenjar : pembesaran KGB (-)

Anggota gerak : akral hangat, CRT < 2”

Tulang-belulang : deformitas (-)

Otot-otot : eutrofi

Refleks-refleks : refleks fisiologi +/+, refleks patologis -/-

Hasil laboratorium:

9 Okt 2012 Darah lengkap: Leukosit: 9.400/mm3

Eritrosit: 5,35 x 106/mm3

Hemoglobin: 13,1 g/dL

10

Page 11: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Hematokrit: 40,4 %

Trombosit: 299 x 103/mm3

Hasil USG abdomen: Pelviocalyectasis ringan ren sinistra

Diagnosis Sementara: Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis

Penatalaksanaan :

- Amoxicilin 3x250mg

- Ambroxol 3x ½ cth

Rencana : urinalisis

11

Page 12: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

FOLLOW UP

Perawatan hari ke 1 (10 Okt 2012)

S : Buang air kecil sedikit-sedikit, nyeri saat buang air kecil (-), demam (-), intake (+)

Batuk (+)

O : KU : tampak sakit Kes : CM

T: 110/70mmHg N: 96x/menit R : 28x/menit S: 36,5ºC

Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH(-)

Thoraks : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, BU(+) Normal

Hepar/Lien tidak teraba

Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis

Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg

- ambroxol 3x ½ cth

Rencana : urine analisis, kultur urine, elektrolit, ureum, creatinin, SGOT,

SGPT

Hasil Pemeriksaan Lab:

10 Okt 2012 Urine: Berat jenis: 1,015

Protein: +

pH: 7

Bilirubin: -

12

Page 13: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Urobilin: -

Leukosit: 25/LPB

Eritrosit: 0-1/LPB

Torak: Hyaline: epitel 3-5

Ureum: 0,5 mg/dL

Creatinin: 20 mg/dL

SGOT: 21 U/L

SGPT: 11 U/L

Na: 141 mg/dL

K: 2,84 mg/dL

Cl: 45,9 mg/dL

Perawatan Hari ke 2 (11 Okt 2012)

S : Buang air kecil sedikit-sedikit, nyeri saat buang air kecil (-), demam (-), intake

(+), ngompol (+), batuk (+)

O : KU : Tampak sakit Kes : CM

T: 110/70mmHg N: 96x/menit R: 28x/menit S: 36,8ºC

Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, BU(+) Normal

Hepar/Lien tidak teraba

Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

13

Page 14: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis

Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg

- ambroxol 3x ½ cth

- tunggu hasil kultur urine

Perawatan Hari ke 3 (1 2 Okt 2012)

S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+), batuk berkurang

O : KU : tampak sakit Kes : CM

T : 100/70 mmHg N : 84 x/menit R : 26 x/menit S: 36,1ºC

Kepala : conj.anemis (-), Sclera ikterik (-), PCH(-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, BU (+) Normal

Hepar/Lien tidak teraba

Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik

Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis

Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg

- ambroxol 3x ½ cth

- tunggu hasil kultur urine

Perawatan Hari ke 4 (1 3 Okt 2012)

S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+), demam (-), batuk (-)

O : KU : tampak sakit Kes : CM

T : 100/60 mmHg N : 72 x/menit R : 28 x/menit S : 36,8ºC

14

Page 15: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar. Lemas, BU (+) Normal

Hepar/Lien tidak teraba

Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas : hangat, CRT < 2 detik

Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis

Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg

- tunggu hasil kultur urine

Perawatan Hari ke 5 (1 4 Okt 2012)

S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+), demam (-)

O : KU : tampak sakit Kes : CM

T : 100/60 mmHg N : 72 x/menit R : 28 x/menit S : 36,8ºC

Kepala : conj. anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar. Lemas, BU (+) Normal

Hepar/Lien tidak teraba

Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas : hangat, CRT < 2 detik

Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + susp cytitis

Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg

- Tunggu hasil kultur urine

15

Page 16: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Perawatan Hari ke 6 ( 15 Okt 2012)

S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+)

O : KU : tampak sakit Kes : CM

T : 110/80 mmHg N : 88 x/menit R : 24 x/menit S : 36,5ºC

Kepala : conj. anemis : (-), sclera ikterik (-), PCH (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal

H/L ttb

Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

Hasil Lab kultur urine:

Kuman: Citrobacter ferundii 1.000.000/ml urine

Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + ISK e.c Citrobacter freundii

Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg

Perawatan Hari ke 7-10 (1 6-20 Okt 2012)

S : Buang air kecil sedikit-sedikit, intake (+), ngompol (+)

O : KU : tampak sakit Kes : CM

T : 110/80 mmHg N : 88 x/menit R : 24 x/menit S : 36,5ºC

Kepala : conj. anemis : (-), sclera ikterik (-), PCH (-)

Thorax : simetris, retraksi (-), C/P dbn

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal

H/L ttb

16

Page 17: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Nyeri tekan suprapubik (+)

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

Diagnosa : Pelviocalyectasis ringan ren sinistra + ISK e.c Citrobacter freundii

Terapi : - amoxcicilin 3x250 mg

17

Page 18: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

BAB III

PEMBAHASAN

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan

dan perkembangan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal

sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.1

Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi infeksi saluran kemih bagian atas

terutama parenkim ginjal, lazimnya disebut sebagai pielonefritis dan infeksi saluran

kemih bagian bawah bila infeksi di vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara

atas dan bawah adalah hubungan vesikouretra.1

Pada bayi usia 1 bulan sampai kurang dari 1 tahun, gejala ISK yang

ditunjukkan berupa demam, mudah terangsang, kelihatan sakit, nafsu makan

berkurang, muntah, diare, ikterus dan perut kembung bisa juga ditemukan. Pada anak

prasekolah dan anak sekolah, gejala ISK umumnya terlokalisasi pada saluran kemih,

yaitu adanya disuria, polakisuria dan urgency.11

Infeksi saluran kemih juga dapat diklasifikasikan menjadi ISK simpleks, ISK

kompleks, ISK relaps, dan ISK reinfeksi. ISK simpleks merupakan ISK sederhana,

terdapat infeksi tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomik maupun fungsional saluran

kemih. ISK kompleks adalah ISK dengan komplikasi adanya infeksi disertai lesi

anatomik ataupun fungsional, yang menyebabkan obstruksi mekanik maupun

fungsional saluran kemih. ISK relaps disebabkan oleh strain bakteri yang sama,

walaupun pengobatan antiobiotika sudah cukup adekuat, biasanya berhubungan

18

Page 19: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

dengan adanya kelainan struktur saluran kemih ataupun karena adanya batu saluran

kemih. Sedangkan ISK reinfeksi adalah berulangnya gejala dan tanda klinis serangan

ISK, yang ditandai dengan adanya interval masa bebas simptom/gejala.12

Suatu diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil

dengan urin porsi tengah. Penemuan bakteri yang bermakna, merupakan diagnosa

pasti ISK, walaupun tidak selalu disertai dengan gejala klinis. Hal tersebut merupakan

“bakuan emas” untuk menetapkan diagnosa ISK. Pada hasil urinalisis ditemukan

bakteria >100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan >10.000

koloni tetapi disertai gejala klinik yang jelas dianggap ISK.1,13

Saat pasien datang didiagnosis dengan Pelviocalyectasis ringan ren sinistra,

diagnosis ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan USG ginjal.14,15 Diagnosa suspek

cystitis (ISK bawah pada vesika urinaria) diambil berdasarkan anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini pasien datang dengan

keluhan buang air kecil sedikit-sedikit sejak 2 bulan terakhir namun dengan volume

yang sedikit. Buang air kecil dalam sehari bisa 10-15 kali kencing. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan adanya nyeri tekan pada suprapubik. Pada pemeriksaan penunjang

(10 Okt 2012), pada urinalisis juga ditemukan proteinuria, dan leukosituria

(25/LPB),. Hal ini sesuai dengan kepustakaan tentang gejala infeksi saluran kemih

pada anak, yaitu polakisuria, urgensi, nyeri tekan suprapubis, adanya leukosit dalam

urin, dan adanya protein dalam urin. 16

Pada pengambilan sampel urin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

yaitu pembersihan ostium uretra eksternum terlebih dahulu dengan air dan sabun

beberapa kali dan disiram lalu dikeringkan untuk menghilangkan sel epitel/ sekret dan

19

Page 20: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

debris lainnya. Pengumpulan sampel urin pada bayi atau anak dibawah 2 tahun

dilakukan dengan pediatric urine collector bag (urograd). Pada anak diatas 2 tahun

biasanya sudah bisa diambil urin pancaran tengah. Bila kedua hal tersebut tidak

memungkinkan, dapat juga diambil sampel urin dengan kateter atau dengan aspirasi

suprapubik yang keduanya dilakukan secara steril. Waktu pengambilan sampel urin

untuk pemeriksaan rutin yang terbaik adalah pagi hari segera sesudah bangun tidur,

sedang bila untuk biakan bisa diambil sewaktu asalkan sudah lebih dari 4 jam urin

terkumpul dalam kandung kemih.17

Cara pengambilan sampel urin pancaran tengah pada pasien wanita yaitu

terlebih dahulu cuci genital dengan menggunakan sabun medis dan spon/kain/kapas

dengan arah dari depan ke belakang. Selanjutnya bilas dengan spon basah dari depan

ke belakang. Hal ini dilakukan beberapa kali dengan spon basah baru. Pegang

cawan/botol mulut lebar di depan genitalia, dan jangan menyentuh tepi botol. Buang

urin yang pertama keluar dan berikutnya ditampung. Pada pasien laki-laki, prinsip

pengambilannya sama dengan pada perempuan, bedanya hanyalah di cara

pembersihkan genitalia. Pada laki-laki lakukan penarikan kulit preputium dan

kemudian bersihkan glands penisnya. Untuk cara pengambilan urin kateter, dilakukan

dengan menjepit kateter (<30 menit). Selanjutnya bersihkan dengan alkohol pada

tempat ambil urin. Tusukkan jarum, ambil urin, tampung, tutup rapat. Cara

pengambilan urin suprapubik, yaitu lakukan desinfeksi kulit antara pusar (umbilikus)

sampai penis. Selanjutnya dilakukan anastesi pada tempat tusukan (pada garis mid-

line, 2 cm diatas simfisis pubis). Masukkan jarum ke kandung kemih yang sedang

penuh, hisap, tampung dalam botol dan tutup rapat. 18

20

Page 21: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Tabel 1. Interpretasi Hasil Biakan Urin7

Cara Penampungan Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi

Pungsi suprapubik Bakteri gram negatif: asal ada

kuman

Bakteri gram positif: beberapa ribu

>99%

Kateterisasi kandung

kemih

>105

104-105

103-104

95%

Diperkirakan ISK

Diragukan, ulangi

Urine pancaran tengah

Laki-laki

Perempuan

>104

3 x biakan > 105

2 x biakan > 105

1 x biakan > 105

5 x 104 - 105

104 – 5 x 104 (klinis simptomatik)

104 – 5 x 104 (klinis asimptomatik)

<104

Diperkirakan ISK

95%

90%

80%

Diragukan, ulangi

Diperkirakan ISK,

ulangi

Tidak ada ISK

Tidak ada ISK

Selain itu berdasarkan hasil kultur urin pada pasien didapatkan hasil kuman

Citrobacter freundii sebanyak 1.000.000/ml urine yang mendukung diagnose infeksi

saluran kemih pada pasien. Terapi yang dapat diberikan pada infeksi saluran kemih

yaitu dengan amoxicilin 20-40 mg/kgbb/hari. Alasan diberikan obat tersebut karena

amoxicilin merupakan obat antibiotik golongan penisilin sub golongan amoksisilin,

yaitu amoksisilin trihidrat yang bekerja sebagai broad-spectrum (bisa untuk

membunuh bakteri gram positif dan negatif). Oleh karena kultur urinnya belum ada,

pasien diberikan obat golongan broad-spectrum sambil menunggu hasilnya. Hasil

21

Page 22: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

kultur urin (16 Okt 2012) menunjukkan adanya kuman Citrobacter freundii di dalam

urin, penggunaan antibiotik amoxicilin dilanjutkan karena kuman ini sensitif terhadap

amoxicilin. Citrobacter freundii sensitif terhadap amoxicilin, ampicilin, cefazolin,

ceftriaxone, cefotaxime, cephalothin, ciprofloxacin, chloramphenicol, imipenem,

trimetoprim, sulfametoxazole, cefepine, cefoperazon, meropenem, fosfomycin,

levofloxacin, dan nitrofurantoin.19,20

Tabel 2. Dosis antibiotika parenteral (A), oral (B), dan profilaksis (C) untuk

pengobatan ISK

Obat Dosis mg/kg/hari Frekuensi/ (umur bayi)

(A) Parenteral

Ampisilin 100 Tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)

Tiap 6-8 jam (bayi > 1 minggu)

Sefotaksim 150 Dibagi setiap 6-8 jam

Gentamisin 5 Tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)

Tiap 24 jam (bayi > 1 minggu)

Seftriakson 75 Sekali sehari

Seftazidim 150 Dibagi setiap 6-8 jam

Sefazolim 50 Dibagi setiap 8 jam

Tobramisin 5 Dibagi setiap 8 jam

Ticarsilin 100 Dibagi setiap 6 jam

22

Page 23: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

Obat Dosis mg/kg/hari Frekuensi/ (umur bayi)

(B) Oral

Rawat jalan, antibiotik oral (pengobatan standar)

Amoksicilin 20-40 mg/kg/hari q8h

Ampisilin 50-100 mg/kg/hari q6h

Augmentin 50 mg/kg/hari q8h

Sefaleksin 50 mg/kg/hari q6-8h (C) terapi profilaksis

Sefiksim 4 mg/kg q12h 1 x malam hari

Nitrofurantoin* 6-7 mg/kg q6h ................... 1-2mg/kg

Sulfisoksazole* 120-150 q6-8h ............... 50 mg/kg

Trimetoprim* 6-12 mg/kg q6h ................... 2 mg/kg

Sulfametoksazole 30-60 mg/kg q6-8h ................ 10 mg/kg

* tidak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginjal

Prognosis pada pasien ini baik karena diberikan terapi yang sesuai dengan

hasil kultur urin. Kuman penyebab infeksi saluran kemih sensitif terhadap antibiotika

yang diberikan.

Edukasi yang dapat diberikan pada keluarga pasien yaitu:

1. Cuci tangan.

2. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab

terbesar dari infeksi saluran kemih.

3. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah dari

depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran

urin dari rektum.

4. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan

berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.

5. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat memperlancar

sirkulasi udara.

23

Page 24: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

6. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat

mendorong perkembangbiakan bakteri.

7. Minum air yang banyak.

24

Page 25: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Alatas H, Tambunan T, Trihono

P, Pardede S (editor). Dalam: Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2. Jakarta. Balai

Penerbit FKUI; 2010. H 142 - 163

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Infeksi Saluran Kemih. Hassa R, Alatas H (editor). Dalam: Buku Kuliah 2 Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia 1; 2007. H 827 - 832

3. Saleh Samir, et al. Urinary Tract Infection in Infants and Children in Al-Jahra

Area, Kuwait: An Overview. Departement of Pediatrics, Al-Jahra Hospital.

Kuwait medical journal, 2003. 35(1): h 31-35

4. Shaikh N, et al. Prevalence of Urinary Tract Infection in Childhood. The

Pediatric Infectious Disease Journal, 2008; Vol 27 (No 4) H 302 - 308

5. Foxman B. Epidemiology of Urinary Tract Infections: Incidence, Morbidity, and

Economic Costs. Am J Med. 2002; 113 (1A): h 5-13

6. Rusdidjas, Ramayati R, Tambunan T. Infeksi Saluran Kemih. Noer M,

Soemyarso N, dkk. Dalam: Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta. Unti kerja

koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011. h 136 - 138

7. Hooten, T. Pathogenesis of Urinary Tract Infections : An update. Journal of

antimicrobial chemotherapy, 2000: 46, 1-7

25

Page 26: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

8. Corwin EJ. Infeksi Saluran Kemih. Pakaryaningsing E, Editor. Dalam: Buku saku

patofisiologi. Jakarta. EGC; 2000. H 480-481

9. Ayiegoro O, et al. Incidence of urinary tract infection (UTI) among children and

adolescents in Ile-Ife, Nigeria. African Journal of Microbiology Research, 2007.

H 013-0

10. Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno. Indonesian Journal of Clinical

Pathology and Medical Laboratory : Pola Dan Sensitivitas Kuman di Penderita

Infeksi Saluran Kemih (Bacterial Pattern And It’s Sensitivity In Patients Suffering

From Urinary Tract Infection). 2006. (diunduh 29 Nov 2012).

11. Naseri M, Alamdaran A. Urinary Tract Infection and Predisposing Factors in

Children. Iran J Ped, 2007; Vol 17 (No 3) h. 263 - 270

12. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Infeksi Saluran Kemih. Pudjiadi A, Hegar B, dkk

(editor). Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta. Balai Penerbit FKU ;

2010 H 136 - 140

13. Quigley R. Diagnosis of Urinary Tract Infection In Children. Curr Opin Pediatric.

Ap 2009; 21(2) h. 194-8

14. Thrall JH, Ziessman HA. Nuclear Medicine: The Requisites. 2nd Ed. Philadephia,

PA: Mosby, Inc. 2006: 340-348

15. Shulkin B, Mandell G, Cooper J, Leonard J, Majd M, Parisi M, dkk. Procedure

Guideline for Diuretic Renography in Children. J. Nucl. Med. Technol.

September 2008 vol. 36 no. 3 162-168

16. Jantausch B, Kher K. Urinary Tract Infection. In: Clinical Pediatric

Nephrology.2007; 7 h. 553-573

26

Page 27: Lapkas panjang ped ISK (Ast)

17. Polin R, Ditmar M. Urinary Tract Infection. In: Pediatric Secrets. 2011; 13 h.

512-518

18. Kuntaman. Pengambilan, Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen untuk

Pemeriksaan Mikrobiologi. (diunduh tanggal 29 Nov 2012).

19. Mergueirian PA, Sverrisson EF, Herz DB, McQuiston LT. Urinary Tract

Infections in Children: Recommendations for Antibiotic Prophylaxis and

Evaluation. An Evidence-Based Approach. Curr Urol Rep. 2010; 11(2) h 98-108

20. Melaku S, Kibret M, Abera B, Gebre S. Antibiogram of Nosocomial Urinary

Tract Infection in Felege Hiwot Referral Hospital, Eithopia. Afr Health Sci. 2012

June; 12(2): 134–139.

27