bab i pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/t2_832013010_bab i.pdf · manusia...

16
1 BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan bagian dari lembaga pendidikan dalam hal ini Universitas Kristen Satya Wacana, yang berperan membentuk dan mendidik mahasiswa untuk mencapai target pendidikan yang diharapkan, dan banyak diantaranya merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah yang jauh. Mahasiswa Ambon tercatat dengan jumlah yang banyak di Universitas Kristen Satya Wacana. Ketika datang dalam lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana serta memperoleh teman-teman dari berbagai daerah yang berbeda menjadikan mahasiswa Ambon harus mampu membangun kompetensi interpersonal yang baik. Dengan demikian, dalam bab I akan diuraikan mengenai latar belakang penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana. 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lain dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang lain. Pendapat yang dikemukakan Gerungan (2004) bahwa sebagai makhluk sosial yang perlu diperhatikan ialah manusia secara hakiki dilahirkan selalu membutuhkan pergaulan dengan orang lain. Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang hangat dengan sesama manusia (Baron dan Bryne, 2004). Untuk dapat menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, dibutuhkan kecakapan yang memampukan individu untuk berhubungan dengan individu lain secara pribadi (Lukman,

Upload: lamkhanh

Post on 14-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

1

BAB I

PENDAHULUAN

Mahasiswa merupakan bagian dari lembaga pendidikan dalam hal

ini Universitas Kristen Satya Wacana, yang berperan membentuk dan

mendidik mahasiswa untuk mencapai target pendidikan yang diharapkan,

dan banyak diantaranya merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah

yang jauh. Mahasiswa Ambon tercatat dengan jumlah yang banyak di

Universitas Kristen Satya Wacana. Ketika datang dalam lingkungan

Universitas Kristen Satya Wacana serta memperoleh teman-teman dari

berbagai daerah yang berbeda menjadikan mahasiswa Ambon harus

mampu membangun kompetensi interpersonal yang baik. Dengan

demikian, dalam bab I akan diuraikan mengenai latar belakang penulis

ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh konsep diri dan dukungan

sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon

di Universitas Kristen Satya Wacana.

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat

lepas dengan manusia lain dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi

atau bergaul dengan orang lain. Pendapat yang dikemukakan Gerungan

(2004) bahwa sebagai makhluk sosial yang perlu diperhatikan ialah

manusia secara hakiki dilahirkan selalu membutuhkan pergaulan dengan

orang lain. Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk

mengembangkan hubungan interpersonal yang hangat dengan sesama

manusia (Baron dan Bryne, 2004). Untuk dapat menjalin hubungan yang

hangat dengan orang lain, dibutuhkan kecakapan yang memampukan

individu untuk berhubungan dengan individu lain secara pribadi (Lukman,

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

2

2000). Kecakapan ini juga dikenal dengan istilah kompetensi

interpersonal.

Menurut Buhrmester (1996), kompetensi interpersonal diperlukan

untuk membangun, membina, dan memelihara hubungan interpersonal

yang akrab, misalnya hubungan dengan orang tua, teman, dan pasangan.

Adanya kompetensi interpersonal ini membuat seseorang merasa mampu

dan terampil untuk menjalin hubungan yang efektif dengan orang lain dan

untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dalam

situasi hubungan antar pribadi. Sebaliknya, kurangnya kompetensi

interpersonal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan

sosial seseorang.

Keberadaan kompetensi interpersonal dalam kehidupan sehari-hari

sangat diperlukan oleh setiap individu, tidak terkecuali oleh mahasiswa.

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar di perguruan tinggi dan

merupakan bagian dari civitas akademika (Kansil dkk., 1998). Pada

umumnya mahasiswa berusia antara 18-30 tahun. Dalam kerangka

psikologi perkembangan, usia mahasiswa merupakan fase peralihan antara

fase remaja akhir menuju dewasa awal. Pada masa remaja akhir, individu

dituntut untuk lebih matang mempersiapkan diri memasuki dunia dewasa,

baik secara sosial, material, intelektual, profesional, dan okupasional

(Sarwono, 2003).

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya

mengenai mahasiswa, dapat diketahui bahwa memasuki usia mahasiswa,

yang merupakan fase peralihan antara fase remaja akhir menuju dewasa

awal, seorang individu dituntut untuk lebih matang mempersiapkan diri

memasuki dunia dewasa. Salah satunya adalah mempersiapkan diri secara

sosial. Mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial yang lebih

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

3

luas serta menjadi bagian dari masyarakat umum merupakan bagian dari

tugas perkembangan yang harus dijalani mahasiswa (Sarwono, 2003).

Mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial yang lebih luas

sebenarnya telah dimulai sejak seseorang memasuki periode remaja.

Memasuki periode remaja, seseorang mulai mengurangi intensitasnya

untuk berinteraksi dengan orang tua dan mulai menuju ke arah teman

sebaya untuk membina hubungan yang lebih akrab (Buhrmester, 1996).

Pada periode ini, kebutuhan dan keinginan untuk dapat berkomunikasi dan

memperolah teman yang banyak juga semakin meningkat. Remaja mulai

membentuk kelompok sahabat yang memiliki minat, kesukaan, dan nilai-

nilai yang sama serta banyak menghabiskan waktu dalam kegiatan yang

melibatkan banyak orang dan menginginkan kedekatan emosional dalam

kelompoknya (Mastuti, 2001).

Seiring bertambahnya usia, perkembangan sosial seseorang juga

mengalami perubahan. Apabila pada periode remaja, seseorang cenderung

lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya, maka memasuki periode

atau usia mahasiswa seseorang cenderung memperluas hubungan

sosialnya. Hubungan sosial pada mahasiswa tidak hanya berorientasi pada

teman sebaya, melainkan sudah dikembangkan pada lingkungan sosial

yang lebih luas, misalnya dosen dan masyarakat secara umum (Sarwono,

2003). Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan

hubungan interpersonal yang akrab dengan orang lain dan mampu

mencapai tanggung jawab sosial.

Guna mengembangkan hubungan interpersonal yang akrab dengan

orang lain dan mencapai tanggung jawab sosial tersebut, mahasiswa

membutuhkan unsur-unsur keterampilan yang bersifat antar pribadi atau

kompetensi interpersonal. Kompetensi interpersonal pada mahasiswa

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

4

merupakan hal yang sangat penting guna membangun, membina, dan

memelihara hubungan interpersonal dengan orang lain, agar dapat

diperoleh kualitas hubungan interpersonal yang efektif, memuaskan, dan

optimal (Buhrmester, 1996). Adanya kompetensi interpersonal ini akan

memampukan mahasiswa untuk bergaul dan berhubungan dengan orang

lain secara efektif (Thalib, 1999).

Mahasiswa yang memiliki kompetensi interpersonal yang baik

dapat mengemukakan pandangan atau gagasannya secara jelas tanpa

menyakiti orang lain. Mereka juga biasanya mudah mendapatkan teman,

mampu berkomunikasi secara efektif dan memberikan informasi selama

berkomunikasi tanpa perasaan tegang atau perasaan tidak enak lainnya.

Bahkan, mahasiswa yang memiliki kompetensi interpersonal yang baik

akan mampu pula mengemukakan ide-idenya secara meyakinkan kepada

orang lain dan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam situasi

interpersonal dengan efektif (Thalib, 1999). Dengan adanya kompetensi

interpersonal, mahasiswa akan dapat menyesuaikan diri dengan cepat di

lingkungan kampus dan dapat terhidar dari isolasi sosial (Buhrmester,

1996).

Berbicara mengenai mahasiswa, tentunya tidak semua mahasiswa

yang ada pada suatu universitas adalah mahasiswa dari daerah tempat

universitas itu berada, namun kebanyakan orang memilih menempuh

pendidikan keluar dari daerahnya dan menuju suatu tempat yang dirasakan

lebih nyaman dan sesuai dengan jurusan yang diinginkan untuk

melanjutkan pendidikan. Dalam hal ini Universitas Kristen Satya Wacana

yang merupakan salah satu untiversitas yang di dalamnya terdapat

berbagai mahasiswa dengan daerah asal yang berbeda, dan dapat

dikatakan memiliki jumlah mahasiswa terbanyak yang berasal dari

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

5

Maluku. Tercatat lebih dari seribu mahasiswa Maluku dari angkatan 2009-

2014 yang tersebar dalam sejumlah fakultas yang berbeda, dan

diantaranya kurang lebih 530 mahasiswa angkatan 2009-2014 yang

berasal dari Ambon. (data dari Biro Administrasi Akademik Universitas

Kristen Satya Wacana, Tanggal 3-11-2014).

Thalib (1999) berpendapat bahwa kompetensi interpersonal yang

dimiliki mahasiswa akan memengaruhi kemampuannya untuk melakukan

penyesuaian diri di lingkungan kampus. Kompetensi interpersonal

awalnya cukup sulit untuk dikembangkan mahasiswa baru. Pada dasarnya

mahasiswa baru tahun pertama dan kedua, berinteraksi baik dalam suasana

perkuliahan maupun dalam susana masyarakat mendapat posisi yang sulit.

Canggung dan kadang menutup diri menjadi hal yang sering dilakukan

meraka yang baru memasuki suatu suasana baru. Melihat situasi ini

mahasiswa Ambon menjadi subjek yang menarik untuk diteliti

dikarenakan beberapa alasan yang mendasari. Alasan tersebut antara lain,

apakah mereka dapat membangun relasi yang baik bukan hanya dengan

orang-orang dari tempat asal yang sama yang dikenali saja, namun dengan

semua orang. Selain itu dengan latar belakang konflik yang penuh

kekerasan yang dialami apakah mereka mampu mengendalikan diri

mereka saat terlibat konflik.

Dari beberapa alasan di atas penulis berasumsi bahwa rendahnya

kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon dapat disebabkan karena

status mereka sebagai remaja yang berasal dari daerah bekas konflik.

Beberapa fenomena dapat dikemukakan antara lain, mahasiswa Ambon

kurang memiliki kemampuan berinisiatif, dikarenakan mereka tidak

mempercayai seseorang dalam situasi yang masih baru. Hal tersebut

menyebabkan ketidakmampuan untuk terbuka terhadap orang-orang yang

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

6

baru dikenal. Selain itu mereka cenderung lebih banyak terlibat dalam

masalah daripada menyelesaikan masalah. Beberapa aksi kekerasan yang

pernah terjadi di Salatiga, melibatkan mahasiswa Universitas Kristen

Satya Wacana yang kebanyakan berasal dari Ambon.

Dalam suatu kesempatan penulis sempat bertanya kepada

mahasiswa Ambon, untuk mengetahui bagaimana perkembangan

kompetensi interpersonal yang mereka miliki. Dari hasil percakapan

tersebut penulis berasumsi bahwa, bagi mahasiswa perempuan

membangun kompetensi interpersonal tidaklah sulit, karena mereka

mampu memperoleh teman bukan saja dari Ambon, namun juga dari

daerah yang berbeda. Selain itu bagi mahasiswa perempuan mereka lebih

tenang, serta mampu memberi rasa nyaman kepada teman-teman.

Meskipun diakui beberapa orang bahwa kadang mereka juga terlibat

dalam masalah, namun tidak selalu mengunakan kekerasan. Beberapa di

antara juga mengaku tidak mudah percaya terhadap orang yang baru, dan

masih sulit untuk berbaur dalam situasi yang baru. Berbeda dengan

mahasiswa laki-laki yang mengatakan merasa sulit dalam hal tersebut,

dikarenakan mereka malah lebih banyak terlibat dalam adegan perkelahian

dan selalu mengunakan kekerasan untuk menanggani berbagai masalah.

Untuk lebih mengetahui secera pasti tentang pendapat-pendapat tersebut,

maka dalam penelitian ini penulis memilih mahasiswa Ambon strata 1

angkatan 2012-2013 untuk dijadikan subjek penelitian.

Berikut ini adalah data yang diperoleh dari biro administrasi

akademik Universitas Kristen Satya Wacana tentang jumlah mahasiswa

kota Ambon angkatan 2012-2013.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

7

Tabel 1.1

Data Mahasiswa Asal Kota Ambon Angkatan 2012

NO

FAKULTAS

JENIS KELAMIN

JUMLAH L P

1 FEB-AKUNTANSI 1 3 4

2 FH-ILMU HUKUM 1 1 2

3 FISKOM-KOMUNIKASI - 1 1

4 FB-PENDIDIKAN BIOLOGI - 1 1

5 FIK-KEPERAWATAN 1 9 10

6 FTEK-TEKNIK ELEKTRO 1 1

7 FTI-TEKNIK INFORMATIKA 21 6 27

8 FTI-SISTEM INFORMASI 4 2 6

9 FTI-PEND.TEKNIK INFORMATIKA &

KOMPUTER

4 5 9

10 FTEOL-TEOLOGI 3 6 9

11 FPSI-PSIKOLOGI - 9 9

TOTAL 36 43 79

Tabel 1.2

Data Mahasiswa Asal Kota Ambon Angkatan 2013

NO

FAKULTAS

JENIS KELAMIN

JUMLAH L P

1 FBS-BAHASA INGGRIS - 1 1

2 FKIP-PENDIDIKAN SEJARAH 1 - 1

3 FEB-MANAJEMEN - 2 2

4 FEB-AKUNTANSI 1 3 4

5 FH-ILMU HUKUM 1 - 1

6 FISKOM-SOSIOLOGI 1 1 2

7 FISKOM-KOMUNIKASI - 2 2

8 FBS-SASTAR INGGRIS - 1 1

9 FB-BIOLOGI - 1 1

10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7

11 FSM-KIMIA - 1 1

12 FSM-MATEMATIKA 1 - 1

13 FTI-TEKNIK INFORMATIKA 10 6 16

14 FTI-SISTEM INFORMASI 6 3 9

15 FTI-DESAIN KOMUNIKASI VISUAL 1 - 1

16 FTI-PEND.TEKNIK INFORMATIKA &

KOMPUTER

- 1 1

17 FTEOL-TEOLOGI 2 10 12

18 FTI-DESAIN PARIWISATA - 1 1

19 FTI-ILMU PERPUSTAKAAN - 1 1

10 FPSI-PSIKOLOGI - 6 6

TOTAL 25 46 71

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

8

Dari tabel jumlah mahasiswa di atas, dapat kita lihat bahwa

mahasiswa Ambon strata 1 Universitas Kristen Satya Wacana menyebar

hampir di seluruh fakultas. Dengan kata lain mereka yang datang untuk

menempuh pendidikan memiliki berbagai macam pilihan tentang jurusan

yang akan mereka ambil dan kembangkan. Data juga menunjukkan bahwa

dibeberapa fakultas misalnya FTI-TEKNIK INFORMATIKA, terlihat

lebih banyak mahasiswa Ambon yang meminatinya, berbeda dengan

misalnya FBS-BAHASA INGGRIS, FKIP-PENDIDIKAN SEJARAH,

FH-ILMU HUKUM dan masih ada lagi fakultas yang hanya terdapat satu

sampai dua mahasiswa Ambon di dalamnya. Untuk fakultas yang banyak

kemungkinan mereka lebih mampu untuk dapat bersosialisasi dengan

teman-teman yang berasal dari daerah yang sama, dibandingkan mereka

yang hanya sendiri-sendiri. Untuk mereka yang sendiri-sendiri tentunya

harus mampu bersosialisasi tidak hanya dengan teman yang berasal dari

Ambon, namun harus membuka diri untuk berinteraksi dengan teman-

teman yang lain.

Mahasiswa harus membangun hubungan yang baik dengan

mahasiswa yang lain dalam membentuk suatu interaksi untuk proses

perkuliahan. Namun terkadang ketika memasuki suatu wilayah yang baru

dan harus bertemu dengan orang-orang yang berbeda latar belakang

keluarga maupun suku setiap manusia menjadi sulit untuk beradaptasi.

Untuk mahasiswa tahun pertama dan kedua yang mulai akan berkuliah

misalnya membangun relasi yang baik dengan teman membutuhkan proses

perkenalan yang terkadang cukup lama. Kemudian kadang terlibat dengan

konflik-konflik kecil sesama mahasiswa dalam proses perkuliahan yang

merupakan bagian dari proses interaksi tersebut. Kadang juga berkonflik

dengan diri sendiri ketika mereka akan melakukan suatu presentasi di

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

9

kelas untuk tugas, meraka terkadang gugup dan kurang mampu

mengontrol diri mereka dengan baik. Kemampuan seperti apapun yang

mereka miliki tergantung pada bagaimana mereka mengkonsepkan diri,

dan bagaimana mereka memperoleh dukungan dari teman-teman, karena

mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu berpikir yang saling

melengkapi (Siswoyo, 2007). Dengan demikian diperlukan kompetensi

interpersonal yang baik dari mahasiswa.

Selain itu, kemampuan menyelesaikan konflik diperlukan agar

tidak merugikan suatu hubungan yang terjalin antar individu karena akan

memberikan dampak negatif bila tidak terselesaikan dengan baik. Selain

kemampuan menyelesaikan konflik, individu harus mampu membuka

diri kepada orang lain, selalu bersikap aktif, tidak bergantung kepada

orang lain dan menunjukkan kerjasama yang baik dengan orang lain.

Kemampuan menyelesaikan konflik dan mau membuka diri kepada

orang lain merupakan ciri individu yang memiliki kompetensi

interpersonal (Buhrmester, dkk., 1988). Kompetensi interpersonal tidak

dapat dicapai dengan mudah dan kemamupuan mahasiswa untuk mencapai

atau tidak mencapai kompetensi interpersonal bukan merupakan kesalahan

sepenuhnya. Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi mahasiswa untuk

membangun suatu kompetensi interpersonal yang baik.

Menurut Willis (1981) terdapat tujuh faktor yang dapat

memengaruhi kompetensi interpersonal, yaitu: Usia, semakin individu

bertambah usia, maka individu akan banyak melakukan kontak dengan

orang lain dan individu belajar bagaimana bersikap terhadap orang lain.

Jenis kelamin, pada hakekatnya laki-laki dan perempuan mempunyai

kemampuan kompetensi yang sama. Konsep diri, konsep diri merupakan

kemampuan untuk menerima diri apa adanya dengan segala kelebihan dan

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

10

kekurangan. Dengan konsep diri seseorang dapat memiliki cara pandang

yang menyeluruh tentang dirinya sendiri berdasarkan pengalaman dari

interaksi dengan orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan

seseorang untuk menyesuaikan diri secara wajar dengan lingkungan

sekitarnya. Kemampuan berempati, kemampuan untuk merasakan apa

yang orang lain rasakan. Empati merupakan inti dari hubungan

interpersonal. Kemampuan menghargai orang lain, untuk dapat diterima

oleh orang lain, maka individu harus bisa untuk dapat menghargai orang

lain dengan baik. Kemampuan berkomunikasi, dengan melakukan

komunikasi dengan baik, maka apa yang individu sampaikan dapat

ditangkap dengan baik oleh lawan bicaranya.

Tentunya setiap individu harus memandang orang lain juga

merupakan bagian dari kehidupannya, dengan demikian maka dapat

terjalin suatu hubungan yang baik. Selain itu harus mampu mengenal serta

mengendalikan dirinya secara baik. Cara pandang individu terhadap

dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang

diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep

diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi

(Calhoun dan Acoccela, 1990). Memilih konsep diri sebagai variebel

pendukung adalah penulis ingin melihat bagaimana konsep diri mahasiswa

Ambon dalam suatu komunitas baru yang didatanginya. Konsep diri

adalah pembentukan sejak berada dalam keluarga, dan mulai berkembang

seiring perkembangan seorang individu. Pengkonsepan diri tergantung

cara individu memahami diri sendiri. Konsep diri adalah semua ide,

pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya

dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

11

Dengan demikian ingin dilihat sejauh mana perkembangan konsep diri

mahasiswa Ambon dalam mengembangkan kompetensi interpersonalnya.

Perkembangan konsep diri ini termasuk persepsi individu akan sifat

dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-

nilai yang berkaitan dengan pengalaman, tujuan serta keinginannya.

Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu

kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri positif bersifat stabil dan

bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang

tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta

yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya

sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Dengan

demikian untuk memiliki suatu hubungan yang baik dengan orang lain,

maka individu harus memiliki konsep diri yang baik agar mampu

mengenal diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain.

Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami

diri sendiri, baik kelebihan atau kekurangannya. Menurut Nashori

(2000) hal ini merupakan modal yang baik untuk melakukan hubungan

interpersonal dengan orang lain, dengan kemampuan melakukan

hubungan interpersonal secara optimal maka individu dikatakan

memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi. Kelancaran melakukan

hubungan interpersonal pada orang yang nemiliki konsep diri yang positif

juga ditunjang oleh ciri-ciri yang melekat pada orang yang memiliki

konsep diri yang positif. Rakhmat (2000), individu dengan konsep

diri positif merasa setara dengan orang lain. Kesetaraan dengan orang

lain menjadi modal agar individu tidak memiliki penghalang untuk

mendekati orang lain. Kesetaraan tersebut membuat individu mampu

menolak setiap usaha orang lain untuk mendominasi dirinya. Individu

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

12

yang memandang positif dirinya, memiliki kepekaan akan kebutuhan

orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan pada

gagasan bahwa dirinya tidak bisa bersenang-senang dengan

mengorbankan orang lain. Kepekaan yang tinggi dari orang yang

memiliki konsep diri positif ini akan mengantarkan kepada tercapainya

kemampuan memberikan dukungan emosional kepada orang lain.

Hasil penelitian yang dilakukan Hartanti (2006) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan

kompetensi interpersonal pengurus UKM Undip. Nashori (2000) dalam

penelitiannya juga menyatakan terdapat hubungan antara konsep diri

dengan kompetensi interpersonal mahasiswa psikologi Universitas Islam

Indonesia. Selain itu penelitian Sangeeta (2012) tentang pengaruh konsep

diri terhadap kompetensi interpersonal, dalam penelitian ini meyebutkan

konsep diri memiliki pengaruh yang positif terhadap kompetensi

interpersonal dan mampu membuat individu memahami kemampuan

dalam diri secara baik baik laki-laki dan perempuan.

Faktor lain yang diduga akan memengaruhi individu untuk menjadi

mampu atau tidaknya dalam mengembangankan kompetensi interpersonal

adalah dukungan sosial teman sebaya. Craig (1980) memahami teman

sebaya bukan sekadar sekumpulan anak, yang dengan keanggotaan

terbatas, namun juga mengharuskan adanya interaksi satu dengan yang

lain. Ditambahkannya bahwa dukungan sosial teman sebaya ini relatif

stabil untuk waktu tertentu, dengan saling membagi dan mempengaruhi

nilai, norma kebiasaan di antara mereka. Dalam kelompok tersebut mereka

melakukan interaksi sosial, yaitu hubungan antara individu satu dengan

individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi inividu yang lain

(Walgito, 1978). Dukungan sosial menjadi penting dalam proses

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

13

perkembangan individu selanjutnya. Dukungan sosial orang tua selalu

menjadi hal yang penting dalam perkembangan individu. Namun ketika

individu telah jauh dari keluarga dan bergerak dalam suatu komunitas

baru, orang tua kemudian kehilangan fungsi kontrol. Untuk itu dukungan

sosial teman sebaya menjadi penting dalam memantapkan suatu proses

interaksi mahasiswa Ambon dalam lingkungan yang baru. Dalam proses

interaksi di antara teman sebaya, mahasiswa akan banyak mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya. Tekait dengan hal tersebut, Durkin (1995)

meyakini bahwa dukungan sosial teman sebaya memiliki banyak fungsi

termasuk dalam proses pengembangan identitas sosial, saling membagi

norma perilaku sosial, mempraktekkan kemampuan sosial (social skill),

dan mempertahankan struktur sosial.

Welsh dan Bierman (2006) mengungkap bahwa dalam banyak

situasi, teman sebaya sebagai “ladang latihan” (training grounds) bagi

terciptanya hubungan interpersonal, menyiapkan individu mempelajari

tentang hubungan timbal balik dan kedekatan. Timbal balik yang terjadi

antara teman sebaya merupakan hal yang mampu menunjang terbentuknya

kompetensi interpersonal. Hasil penelitian Foubert dan Grainger, (2006)

menyatakan bahwa dukungan sosial teman sebaya juga memiliki

kontribusi terhadap kompetensi interpersonal. Dengan adanya dukungan

tersebut individu akan merasa dihargai dalam kelompok pertemanan, dan

hal itu memungkinkan terbentuknya rasa percaya diri dalam membangun

hubungan anata teman. Penelitian oleh Kramer dan Gottman (1992) yang

menyatakan bahwa individu yang memiliki kesempatan untuk

memperoleh dukungan sosial teman sebaya memiliki kesempatan yang

lebih besar untuk meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan

emosi, dan lebih mudah membina hubungan interpersonal.

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

14

Garbarino dan Benn (1992) yang mengungkap bahwa dukungan

sosial teman sebaya berpengaruh penting dalam perkembangan kehidupan

individu. Perkembangan yang terjadi pada individu dapat dimaknai salah

satunya terkait dengan kompetensi interpersonal yang dimiliki individu

yang bersangkutan. Selain itu juga Mussen, dkk., (1984) menyatakan

bahwa dukungan sosial teman sebaya akan menyediakan peluang untuk

belajar cara berinteraksi dengan teman seusianya, untuk mengontrol

perilaku sosial, untuk mengembangkan ketrampilan dan minat yang sesuai

dengan usia dan untuk saling membagi persoalan atau perasaan yang

sama. Dari pendapat Mussen, dkk., ini dapat dipahami bahwa dukungan

sosial teman sebaya memberi peluang bagi individu untuk

mengembangkan berbagai ketrampilan dan potensi yang dimiliki termasuk

di dalamnya komptensi interpersonal individu.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah didapat, maka

penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan dukungan

sosial teman sebaya dalam lingkup Universitas Kristen Satya Wacana

khususnya mahasiswa Ambon angkatan 2012-2013. Dengan demikian

dalam penelitian ini dapat diketahui bagaimana pengaruh antara konsep

diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal

mahasiswa Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: Adakah pengaruh secara simultan antara konsep diri dan

dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal

mahasiswa Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana.

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

15

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adakah pengaruh

secara simultan antara konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya

terhadap kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon di Universitas

Kristen Satya Wacana.

1.4 Manfaat Penelitian

Merujuk pada penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan

memberi manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat memperkaya konsep serta pola pikir kita tentang pengaruh

konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi

interpersonal. Selain itu kiranya penelitian ini dapat menjadi acuan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Kepada lembaga penyelenggara pendidikan, hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai data awal untuk meningkatkan

kompetensi interpersonal mahasiswa.

b) Kepada mahasiswa, hasil penelitian ini hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas

kompetensi interpersonal masing-masing.

c) Bagi peneliti, agar dapat menambah wawasan Ilmu Psikologi.

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9288/1/T2_832013010_BAB I.pdf · Manusia senantiasa memiliki kebutuhan dasar untuk ... 10 FIK-KEPERAWATAN 1 6 7 11 FSM-KIMIA

16

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan tesis ini terdiri dari lima bab,

yaitu:

a) Bab I, akan disajikan latar belakang masalah, selanjutnya

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

b) Bab II, tinjauan pustaka, meliputi teori-teori yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian, yakni teori kompetensi

interpersonal, teori konsep diri, dan teori dukungan sosial

teman sebaya, aspek-aspek , faktor-faktor, hasil-hasil penelitian

sebelumnya, dinamika hubungan antara variabel, model

penelitian dan hipotesis penelitian.

c) Bab III, berisikan metode penelitian, seperti, variabel

penelitian, definisi operasional, populasi, sampel dan teknik

sampling, skala, jenis data dan prosedur pengumpulan data,

penskalaan, daya diskriminasi dan reliablitas alat ukur, uji

asumsi klasik serta uji hipotesis.

d) Bab IV, orientasi kancah penelitian, prosedur penelitian,

deskripsi hasil try-out, uji diskriminasi dan reliabilitas skala,

deskripsi responden penelitian, identifikasi skor, uji asumsi

klasik, uji hipotesis serta diskusi.

e) Bab V, kesimpulan dari penelitian ini, dan saran kepada

mahasiswa/subjek penelitian yang berkaitan dengan hasil

penelitian ini, serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.