bab i makalah agama islam

34
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulama ushul fiqh seperti Muhamad Ali Ibnu Muhamad al. Syaukani berpendapat bahwa hokum syar’i itu adalah tuntutan Allah Ta’ala yang berkaitan dengan perbuatan orang mukalaf, baik berupa tuntutan, pilihan atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat, penghalang, sah, batal, ruhkhsah atau azimah ( Nasrun Haroen 1, 1995 :208 ). Syari’ah / hukum islam pada saat ini sepertinya sudah dikesampingkan oleh sebagian umat Islam.Padahal jika kita pahami tujuan dari syariah Islam tersebut sangatlah baik. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penyusun membuat suatu rumusan masalah, yaitu : 1. Apa sebenarnya syariah tersebut. 2. Apa-apa saja pembagian hokum Islam. 3. Bagaimana sebenarnya prinsip dan watak syariah Islam tersebut.. 4. Apa tujuan dari Syariah itu.. 5. Bagaimana penerapan syariah Islam dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.. 1

Upload: imas-dewi-minami

Post on 31-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ulama ushul fiqh seperti Muhamad Ali Ibnu Muhamad al. Syaukani

berpendapat bahwa hokum syar’i itu adalah tuntutan Allah Ta’ala yang berkaitan

dengan perbuatan orang mukalaf, baik berupa tuntutan, pilihan atau menjadikan

sesuatu sebagai sebab, syarat, penghalang, sah, batal, ruhkhsah atau azimah

( Nasrun Haroen 1, 1995 :208 ).

Syari’ah / hukum islam pada saat ini sepertinya sudah dikesampingkan

oleh sebagian umat Islam.Padahal jika kita pahami tujuan dari syariah Islam

tersebut sangatlah baik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penyusun membuat suatu

rumusan masalah, yaitu :

1. Apa sebenarnya syariah tersebut.

2. Apa-apa saja pembagian hokum Islam.

3. Bagaimana sebenarnya prinsip dan watak syariah Islam tersebut..

4. Apa tujuan dari Syariah itu..

5. Bagaimana penerapan syariah Islam dalam kehidupan bermasyarakat sehari-

hari..

1.3. Batasan Masalah

Hukum-hukum syariah yang selama ini sudah terkesampingkan dalam

masyarakat Islam di Indonesia.

1.4. Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk lebih mengenal tentang

permasalahan syariah. Baik itu dari segi pengertiannya, pembahagian hokum

Islam itu sendiri yang terbagi kepada hokum taklifi dan hokum wadh’I, prinsip-

prinsip dan watak syariah Islam yang diketahui sesuai dengan fitrah manusia,

lues dalam pelaksanaannya, tidak memberatkan manusia,dsb. Selain itu juga

dibahas tentang bagaimana menerapkan hokum Islam tersebut.

1

Page 2: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Syar’i / Hukum Islam ( Syariah )

Kata Syara’ secara etimologi berarti jalan-jalan yang dapat ditempuh

air, maksudnya adalah jalan yang dilalui manusia untuk menuju Allah. Apabila

kata hokum dirangkai dengan kata syara’ yaitu Hukum Syara’ berarti

seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan Allah SWT. Tentang tingkah laku

manusia yang diakui dan diyakini berlaku serta mengikat untuk semua umat

yang beragama Islam ( Amir Syarifuddin I, 1997 : 281 ). Istilah Syara’ juga

sering disebut dengna hokum. Dua istilah ini secara terminologi sama, bahkan

istilah syara’ dalam pemakaiannya dipersempit pada aspek-aspek hukum yang

dipahami sekarang yaitu aturan-aturan Allah berkenaan dengan kehidupan atau

aktivitas manusia.

Kata huku dalam bahasa Arab yang حګم secara etimologi berarti

memutuskan, menetapkan dan menyelesaikan. Pengertian kata hokum memiliki

rumusan yang luas. Meskipun demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa

hokum itu adalah seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang

ditetapkan dan diakui oleh suatu Negara atatu kelompok masyarakat ( Amir

Syarifuddin I, 1997 : 281 ). Terdapat perbedaan pendapat anatar ulama Ushul

Fiqh dan ulama fiqhdalam memberikan pengertian hokum syar’i karena

berbedanya sisi pandang mereka. Ulama ushul fiqh seperti Muhamad Ali Ibnu

Muhamad al. Syaukani berpendapat bahwa hokum syar’i itu adalah tuntutan

Allah Ta’ala yang berkaitan dengan perbuatan orang mukalaf, baik berupa

tuntutan, pilihan atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat, penghalang, sah,

batal, ruhkhsah atau azimah ( Nasrun Haroen 1, 1995 :208 ).

Ulama Fiqih berpendapat bahwa Hukum adalah akibat yang

ditimbulkan oleh kitab (tuntutan ) sayr’I berupa wujub, mandub, hurmah,

karabah dan ibadah. Perbuatan yang dituntut itu menurut mereka disebut wajib,

sunah, haram, makruh dan mubah ( Nasrun Haroen, 1995 : 210 ).

2

Page 3: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Jadi ulama ushul fiqh mengatakan bahwa yang disebut hukum ini

ada;ah dalil itu sendiri baik Al-Qur’an maupun sunnah Nabi, tetapi ulama fiqh

tidak membedakan antara dalil dengan akibat yang ditimbulkan dalil itu. Karena

itu keduanya mereka sebut denga ‘al-wajib.

2.2. Pembagian Hukum Islam

Berdasarkan defenisi di atas , ulama ushul fiqh membagi hokum Islam

tersebut kepada dua pembagian yaitu hokum al-taklifi dan wadh’i.

A. Hukum Taklifi

Hukum taklifi adalah titah Allah yang berbentuk tuntutan dan pilihan.

Dinamakan hokum taklif karena titah ini langsung mengenai perbuatan orang

yang sudah mukallaf. Yang dimaksud dengan mukallaf dalam kajian hokum

islam adalah setiap orang yang sudah baligh (dewasa) dan waras. Anak-anak,

orang gila / mabuk dan orang tertidur tidak termasuk golongna mukallaf, maka

segala tindakan yang mereka lakukan tidak dapat dikenakan sangsi hokum.

Ada dua bentuk tuntutan di dalam hokum islam, yaitu tuntutan untuk

mengerjakan dan tuntutan untuk meninggalakan. Dari segi kekuatan tuntutan

tersebut terbagi pula ke dalam dua bentuk yaitu tuntutan yang bersifat mesti

dan tuntutan yang tidak mesti dan pilihan yang terletak di antara mengerjakan

dan meninggalkan.

Menurut Al-Amidi ( 1983 : 91 ) hokum taklif itu ada empat dengan

tidak memasukkan al-ibadah (pilihan) karena yang dimaksud dengan taklif itu

adalah beban kepada orang yang mukallaf baik untuk mengerjakan atau

meninggalkan, sedangkan menurut jumhur ulama hokum taklif itu ada lima

macam yang disebut juga dengan hukum yang lima sebagai berikut.

a. Wajib, yaitu tuntutan yang mengandung suruhan yang mesti

dikerjakan, sehingga orang yang mengerjakan patut mendapatkan

3

Page 4: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ganjaran, dan kalau ditinggalkan patut mendapatkan ancaman, seperti

firman Allah dalam Q.S 4 : 36 yang terjemahannya sebagai berikut.

“ Sembahlah olehmu Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-

Nya dengan sesuatupun (Depag. R.I ,1984:123 ).

b. Sunat, yaitu tuntutan yang mengandung suruhan tetapi tidak mesti

dikerjakan, hanya berupa anjuran untuk mengerjakannya. Bagi orang

yang melaksanakan berhak mendapatkan ganjaran. Karena

kepatuhannya, tetapi apabila tuntutan itu ditinggalkan boleh saja, tidak

mendapat ancaman dosa seperti firman Allah SWT. Dalam Q.S 2 : 282

yang terjemahannya sebagai berikut.

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan , hendaklah kamu

menuliskannya”. (Depag. R.I, 1984 : 70).

c. Haram, yaitu tuntutan yang mengandung larangan yang mesti dijauhi.

Apabila seseorang telah meninggalkannya berarti dia telah patuh

kepada yang melarangnya, karena itu dia patut mendapatkan ganjaran

berupa pahala. Orang yang tidak meninggalkan larangan berarti dia

telah mengingkari tuntutan Allah, karena itu patut mendapatkan

ancaman dosa, seperti firman Allah SWT. Dalam Q.S 17 : 23 yang

terjemahannya sebagai berikut.

“ …Janganlah kamu mengatakan ah kepada ibu bapakmu, dan

janganlah kamu menghardikkeduanya, katakanlah kepada keduanya

perkataan yang mulia.” (Depag. R.I, 1984 : 427).

d. Makruh, yaitu tuntutan yang mengandung larangan tetapi tidak mesti

dijauhi. Artinya orang yang meninggalkan larangan berarti telah

mematuhi yang melarangnya, karena itu ia berhak mendapat ganjaran

pahala. Tetapi karena tidak ada larangan yang bersifat mesti, maka

orang yang meninggalakan larangan itu tidak dapat disebut menyalahi

4

Page 5: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

yang melarang, dan tidak berhak mendapatkan ancaman dosa seperti

sabda Nabi SAW. Berikut ini.

“Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridhainya, Rasulullah SAW

bersabda, perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah Thalak.”

(HR. Abu Daud, Ibn Majah dan dishahihkan Hakim)(Al-Shan’ani, hal :

168).

e. Mubah, yaitu titah Allah SWT yang memberikan titah kemungkinan

untuk memilih antara mengerjakan atau meninggalkan , dalam hal ini

tidak ada tuntutan baik mengerjakan atau meninggalkan. Apabila

seseorang mengerjakan dia tidak diberi ganjaran dan tidak pula

ancaman atas perbuatannya itu. Dia juga tidak dilarang berbuat, karena

itu apabila dia melakukan perbuatan itu dia tidak diancam dan tidak

diberi ganjaran seperti firman Allah SWT dala Q.S 2 : 229 yang

terjemahannya sebagai berikut.

“Talak (yang dapat rujuk) dua kali. Setelah itu, boleh rujuklagi dengan

cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik (Depag. R.I,

1984 : 55).

Pengaruh titah ini terhadap perbuatan disebut juga ibahah, dan

perbuatan yang diberi pilihan untuk berbuat atau tidak itu disebut mubah.

B. Hukum Wadh’i

Ulama ushul fiqh membagi hokum wadh’I kepada lima macam yaitu

berikut ini. Sabab, syarth, mani’, shah, dan bathil (Nasrun Haroen, 1995: 40),

sedangkan menurut Al-Amidi tujuh macam yaitu berikut ini. Sabab, syarth,

mani’, shah, bathil,azimah dan rukhsah (Al-Amidi, 1983 : 91).

1. Sabab, yaitu titah yang menetapkan bahwa sesuatu itu dijadikan sebabbagi

wajib dikerjakan suatu pekerjaan , seperti firman Allah SWT dalam Q.S 17

:78 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Dirikanlah shalat sesudah matahari tergelincir.” (Depag. R.I, 1984 : 436).

5

Page 6: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2. Syarath, yaitu titah yang menerangkan bahwa sesuatu itu dijadikan syarat

bagi sesuatu seperti sabda Nabi SAW, yang terjemahannya sebagai

berikut.

“Sesungguhnya Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kamu

apabila dia berhadas hingga berwudhu.” H.R. Syaikhani (Al-Shan’ani I,

ttth :40).

Shalat tidak dapat dilaksanakan tanpa wudhu, tetapi seseorang yang

dalam keadaan berwudhu tidak otomatis harus mengerjakan shalat karena

berwudhu itu merupakan salah satu syarat sah nya shalat. Jadi suatu hokum

taklifi tidak dapat dilaksanakan sebelum memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan syara’. Oleh sebab itu berwudhu ( suci ) merupakan syarat sahnya

shalat.

3. Mani’ (penghalang), yaitu sesuatu yang nyata keberadaannya

menyebabkan tidaj ada hokum. Misalnya sabda Rasulullah SAW kepada

Fatimah binti Abi Hubeisy yang terjemahannya sebagai berikut.

“ Apabila datang haid kamu tinggalkanlah shalat, dan apabila telah

berhenti, maka mandilah dan shalatlah.” H.R. Bukhari ( Al-Asqalany, I

tth :63).

Dari contoh-contoh di atas jelas keterkaitan antara sebab, syarat dan

mani’ sangat erat.

4. Shah, yaitu suatu hokum yang sesuai dengan tuntutan syara’. Maksudnya

hokum itu dikerjakan jika ada penyebab , memenuhi syarat-syarat dan

tidak ada sebab penghalang untuk melaksanakannya. Misalnya,

mengerjakan shalat zuhur setelah tergelincir matahari sabab (sebab)telah

berwudhu (syarat), dan tidak ada penghalang (mani’) seperti haid, nifas

dan sebagainya, maka hukumnya adalah sah.

5. Bathil, yaitu terlepasnya hokum syara’ dari ketentuan yang ditetapkan dan

tidak ada akibat hokum yang ditimbulkannya, seperti batalnya jual beli

6

Page 7: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

dengan memperjualbelikan minuman keras, karena minuman keras itu

tidak bernilai harta dalam ketentuan hukum syara’.

Adapun mengenai rukhsah dan ‘azimah, Syarifuddin sependapat

dengan Al-Amidi yaitu termasuk pemabahasan hokum wadh’i dalam

pelaksanaan hokum taklifi (Syarifuddin I, 1997: 28). ‘Azimah yaitu hokum

asal atau pelaksanaan hokum taklifi berdasarkan dalili umum tanpa

memandang kepada keadaan mukallaf yang melaksanakannya, seperti

haramnya bangkai untuk umat Islam.

Rukhsah, yaitu keringanan atau pelaksanaan hokum taklifi berdasarkan

dalil yang khusus sebagai pengecualian dari dalil yang umum karena keadaan

tertentu seperti boleh memakan bangkai dalam keadaan tertentu, walaupun

secara umum memakan bangkai itu haram.

2.3. Prinsip dan Watak Syari’ah

Tujuan utama syari’ah mengajak manusia kepada kebaikan dan melarang

dari berbuat salah, mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Untuk itu

dalam pelaksanaannya sayri’ah mempunyai lima prinsip umum yang

dikemukakan oleh Supan Kusumamiharja, (1978) antara lain sebagai berikut.

a. Sesuai dengan Fitrah Manusia

Allah menegaskan tentang kesesuaian sayri’ah dengan potensi manusia

di antaranya dalam Q.S 30:30 dan Q.S 2 :185. Dua ayat tersebut menjelaskan

bahwa seluruh aturan yang ada dalam syari’ah tidak ada yang tidak dapat

dilakukan oleh manusia sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

Bahkan Allah mengkehendaki kemudahan bagi manusia, bukan kesukaran.

b. Luwes dalam Pelaksanaannya

Allah menjelaskan tentang keluwesan syariah tersebut dalam Q.S 2:173,

bahwa hal-hal yang diharamkan dalam suatu keadaan dan kondisi tertentu, dapat

menjadi halal dalam keadaan dan kondisi lain, yaitu dalam keadaan terpaksa.

Contoh lain seperti yang dijelaskan dalam hadis Rasul riwayat Bukhari, (Al-

Asqalany, tth:99) bahwa bagi orang yang tidak mampu mengerjakan shalat

7

Page 8: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

dalam keadaan berdiri, maka ia boleh melakukannya sambil duduk, dan

selanjutnya boleh sambil berbaring.

c. Tidak Memberatkan

Semua syariat Allah tidak ada yang berat, sehingga manusia tidak

mampu melaksanakannya. Contoh ibadah yang diwajibkan 5 kali dalam 24 jam,

yang hanya membutuhkan waktu minimal kira-kira 5x7 menit = 35 menit, zakat

harta hanya berkisar 2,5 %, 5%, dan 10 %, ibadah haji cukup sekali seumur

hidup, begitu juga dengan benda yang diharamkan hanya sebagian kecil apabila

dibandingkan dengan yang dihalalkan.

d. Penetapan Hukum Secara Bertahap

Allah mengharamkan suatu hal tidak secara langsung, melainkan melalui

tahapan. Contoh pengaharaman minuman keras, tidak langsung sekaligus

dilarang tetapi berangsur-angsur setahap demi setahap sampai akhirnya

diharamkan. Allah SWT menurunkan ayat larangan minuman keras dengan

larangan secara bertahap. Prosesnya diawali dengan turunnya Q.S 2:219 yang

mengatakan bahwa pada khamar dan judi terdapat dosa besar dan ada

manfaatnya bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.

Setelah itu Allah turunkan Q.S 4:43 berupa larangan mendekati shalat bagi

orang-orang yang mabuk.

Kemudian Allah turunkan Q.S 5: 90 yang menyatakan secara tegas

tentang haramnya minuman keras dan ditegaskan oleh hadis Rasul walaupun

sedikit diminum maka statusnya sama, yaitu hukumnya haram.

e. Tujuan Syari’ah adalah Keadilan

Pencapaian keadilan di dalam syariah secara eksplisit tampak pada

adanya penjelasan tentang pokok-pokok akhlak yang baik yang terdapat dalam

syariat tersebut. Allah menjelaskan hal itu di dalam Q.S 16:90.

Syari’ah Islam mempunyai tiga watak yang tidak berubah-ubah yaitu

berikut ini: (1) takammul (lengkap), (2) wasathiyyah (pertengahan/moderat), (3)

harakah (dinamis). Watak takammul memperlihatkan bahwa syari’ah itu dapat

melayani golongan yang tetap pada apa yang sudah ada (konsisten), dan dapat

8

Page 9: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

pula melayani golongan yang menginginkan pembaharuan (Dahlan II, ed.

1997:577).

Konsep wasathiyyah mengkehendaki keselarasan dan keseimbangan

atara segi kebendaan dan segi kejiwaan. Keduanya sama-sama diperlihatkan

tanpa mengabaikan salah satu dari padanya, sedangkan dari segi harakah

(kedinamisan), syari’ah mempunyai kemampuan untuk bergerak dan

berkembang. Untuk mengiringi perkembangan itu di dalam syari’ah ada konsep

ijtihad.

2.4. Aplikasi Syariah

Aplikasi atau pelaksanaan hukum Islam sebagaimana yang telah

disebutkan di atas selain bertujuan menunjukkan kepatuhan kepada Allah SWT

dan mencari ridha-Nya juga untuk memberikan panduan/ bimbingan kepada

manusia dalam menempuh kehidupannya demi terwujdnya atau terciptanya

keselamatan dunia dan kebahagiaan akhirat (Q.S 51:56; Q.S 2:201).

Berdasarkan tujuan tersebut menurut Amir Syarifuddin I, (1997: 5), hokum

Islam itu mengandung dua bidang pokok, yaitu berikut ini.

1) Kajian tentang perangkat peraturan terinci yang bersifat amaliah dan

harus diikuti umat Islam dalam kehidupan beragama, yang disebut fiqih.

2) Kajian tentang ketentuan serta cara dan usaha yang sistematis dalam

menghasilkan perangkat peraturan yang terinci itu disebut ushul fiqh.

Fiqh dan ushul fiqh merupakan dua bahasan yang terpisah, tetapi saling

berkaitan. Pada topik ini yang menjadi bahasan adalah hokum amaliyah (fiqih)

yang pembahasannya dikembangkan dalam Ilmu Syari’ah. Ilmu Syari’ah adalah

ilmu yang mengkaji tentang hokum-hukum yang berkaitan dengan hubungan

antara manusia dengan penciptanya dan antara manusia dengan sesame manusia

dan makhluk lainnya. Aspek pembahasan hokum ini dibagi menjadi sebagai

berikut.

a. Ibadah dalam Arti Khusus ( Ibadah Mahdhah )

Yaitu ibadah yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang sudah digariskan agama Islam secara rinci, seperti thaharah, shalat, puasa,

zakat, dan haji. Berikut ini adalah penjelasan rinci tentang ibadah mahdhah

tersebut.

9

Page 10: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1) Thaharah

Menurut bahasa thaharah berarti bersih dari kotoran. Dan menurut istilah

terdapat perbedaan pendapat ulama, Abdurrahman al-Jaziri penyusun kitab al-

Fiqh ala Mazahib al-Arba’ah berpendapat thaharah adalah suatu sifat maknawi

yang ditentukan oleh Allah SWT sebagai syarat syahnya shalat (Dahlan V,

1997:1747). Dasar hukumnya antara lain firman Allah SWT dalam Q.S 2:222

yang terjemahannya sebagai berikut.

“…Sesungguhnya Allah menyenangi orang-orang yang bertaubat, dan

menyenangi orang-orang yang suci (bersih).” (Depag. R.I, 1984:54).

Dalil lainnya terdapat antara lain dalam Q.S 2:125, dan Q.S 74:1-5.

Thaharah dalam ajaran Islam merupakan bagian dari pelaksanaan ibadah

kep[a]da Allah. Setiap muslim diwajibkan shalat lima waktu sehari semalam

dan sebelum melaksanakannya disyaratkan bersuci terlebih dahulu. Hal ini

membuktikan bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan dan mendorong umat

Islam untuk membiasakan diri hidup bersih, indah, dan sehat. Karena itu

kehidupan umat Islam adalah kehidupan yang suci dan bersih.

Di samping sebagai suatu kewajiban, thaharah juga melambangkan

tuntutan Islam untuk memelihara kesucian diri dari segala kotoran dan dosa.

Allah yang Maha Suci hanya dapat didekati oleh orang-orang yang suci, suci

fisik dari kotoran dan suci jiwa dari dosa. Jadi thaharah berarti membersihkan

diri lahir dan batin, jasmani dan rohani dari hadas, najis, dan penyakit rohani

seperti syirik, ria, sombong dan sifat-sifat tercela lainnya.

Adapun alat untuk bersuci adalah air untuk wudhu dan mandi dan tanah

ataupun debu untuk tayamum. Bersuci dari hadas dengan jalan wudhu dan

mandi, dalam keadaan tertentu dapat diganti dengan tayamum. Bersuci dari najis

berlaku pada badan, pakaian dan tempat dengan cara menghilangkan warna,

bau, bentuk dan rasa najis tersebut. Bersuci dari penyakit rohani dengan cara

memohon ampun kepada Allah SWT, dan meluruskan niat kembali untuk

menghilangkan penyakit rohani itu.

10

Page 11: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2) Shalat

Secara bahasa shalat berarti do’a sebagaiman firman Allah SWT dalam

Q.S 9:103 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya do’a, kamu (menjadi)

ketentraman jiwa bagi mereka”. (Depag, R.I, 1984:297).

Shalat menurut istilah berarti suatu ibadah yang mengandung ucapan dan

perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan

salam. Dasar shalat sebagai salah satu rukun Islam adalah firman Allah SWT

dalam Q.S 2:34 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Dirikan shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang

ruku’”. (Depag, R.I, 1984:16).

Selanjutnya firman Allah SWT tentang shalat antara lain ditemui dalam

Q.S 2:238; Q.S 98:5; Q.S 4:103.

Perintah shalat dapat dikelompokkan ke dalam perintah wajib dan

perintah sunnah. Shalat fardhu terbagi dua yaitu fardhu’ain dan fardhu kifayah.

Adapun perintah yang bersifat fardhu’ain itu adalah perintah kepada individu-

individu dan tidak dapat ditumpangkan kepada orang lain seperti shalat lima

waktu. Perintah yang bersifat fardhu kifayah yaitu kewjiban yang apabila sudah

dilaksanakan oleh sebahagian atau sekelompok muslim maka gugurlah

kewajiban muslim lainnyaseperti shalat jenazah. Ketentuan shalat ditetapkan

oleh syari’at Islam berdasarkan AL-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi SAW

begitu juga pada shalat jum’at dan shalat jenazah. Shalat fardhu’ain yang lain

adalah shalat jum’at bagi laki-laki. Shalat jum’at adalah shalat yang dilakukan

pada waktu zuhur secara berjama’ah dan diawali dengan dua khutbah.

Kewajiban shalat jum’at didasarkan pada firman Allah SWT dalam Q.S 62:9

yang terjemahannya sebagai berikut.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseur untuk menunaikan shalat pada

hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan

11

Page 12: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (Depag.

R.I, 1984:933).

Shalat yang fardhu kifayah adalah melaksanakan shalat jenazah. Shalat

jenazah mempunyai persyaratan yang sama dengan persyaratan shalat yang lain,

seperti menutup aurat, suci badan dan pakaian dari najis, dan menghadap kiblat,

sedangkan rukun shalat jenazah adalah; niat, takbir 4 kali dengan takbiratul

ihram, membaca Al-Fatihah sesudah takbiratul ihram, membaca shalawat

kepada Nabi sesudah takbir kedua, mendoakan mayat sesudah takbir ketiga, doa

sesudah takbir yang keempat, berdiri jika kuasa dan salam.

Kewajiban shalat bagi setiap muslim tidak pernah berhenti dalam

keadaan apapun, sepanjang berakal sehat, yang disebut dengan azimah, namun

Islam memberikan keringanan yang diberikan kepada orang yang sedang sakit

atau dalam perjalanan, berupa jamak dan qasar. Adapun jamak adalah

mengumpulkan dua shalat pada satu waktu, yaitu shalat zuhur dan ashar dan

shalat maghrib dan isya. Apabila shalat maghrib disebut jamak taqdim. Apabila

shalat zuhur dilakukan pada waktu ashar atau pada waktu maghrib disebut

jamak ta’khir.

Shalat qasar adalah meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua

rakaat, yaitu shalat zuhur, ashar, dan isya. Biasanya shalat jamak dilakukan

sekaligus dengan mengqasarnya, sehingga shalat yang empat rakaat menjadi

dua-dua rakaat.

Shalat yang tidak dapat dijamak adalah shalat subuh, sedangkan shalat

yang tidak dapat diqasarkan adalah shalat maghrib dan shalat subuh. Adapun

shalat sunah juga banyak yang harus dilakukan oleh umat Islam. Dan shalat

sunah nawafil yaitu shalat sunah yang mempunyai waktu tersendiri seperti

shalat aidaini (dua hari raya), shalat tahiyatul masjid, shalat kusuf, shalat

khusuf, shalat tahajud, shalat dhuha, dan lain-lain. Shalat-shalat sunah tersebut

merupakan ibadah khusus, yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada

Allah, membina pribadi dan menjaga diri supaya tidak terjerumus kepada dosa

serta selalu dalam lindungan Allah SWT.

12

Page 13: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Shalat memiliki banyak hikmah. Antara lain mendidikorang agar disiplin

dengan waktu, karena ibadah shalat harus dikerjakan pada waktu yang telah

ditentukan. Shalat juga mengandung makna pembinaan pribadi, yaitu dapat

menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan kemungkaran. Dengan melakukan

shalat perbuatan dapat dikontrol dengan baik karena setiap waktu shalat dia akan

menghadap kepada Allah untuk memohon petunjuk dan meminta ampunan.

Pribadi yangterkontrol sedemikian rupa akan cenderung bertingkah laku yang

baikdan terhindar dari perbuatan dosa, sehingga setiap selesai shalat dia akan

kembali kepada rutinitasnya dengan jiwa yang bersih.

3) Puasa

Menurut bahasa puasa berarti menahan sebagaimana yang diungkapkan

dalam firman Allah SWT dalam Q.S 19:26 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Sesungguhnya Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha

Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun

hari ini”. (Depag. R.I, 1984:465).

Menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan yang

membatalkannya, seperti makan, minum, jimak mulai terbit fajar sampai

terbenam matahari. Dasar hokum puasa ditemui dalam Al-Qur’an dan sunnah

Rasul. Dari Al-Qur’an dasar hokum puasa adalah firman Allah dalam Q.S 2:183

yang terjemahannya sebagai berikut.

“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, semoga kamu

menjadi orang-orang yang bertakwa”. (Depag. R.I, 1984:44).

Puasa terbagi empat, yaitu puasa wajib, sunat, haram, dan makruh. Puasa

wajib antara lain sebagai berikut ini.

Pertama, puasa Ramadhan.

Perintah puasa ramadhan terdapat dalam firman Allah SWT dalam Q.S 2:183-

185. Puasa Ramadhan mulai diwajibkan pada tahun kedua hijriyah.

13

Page 14: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kedua, puasa Qadha.

Puasa qadha yaitu mengganti puasa Ramadhan yang ditinggalkan. Dalilnya

yaitu firman Allah SWT dalam Q.S 2 :184.

Ketiga, puasa Nazar.

Puasa nazar yaitu puasa yang dikerjakan karena nazar untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT. Dalil puasa nazar itu terdapat dalam firman Allah SWT Q.S

76:7.

Keempat, puasa Kifarat.

Puasa kifarat yaitu puasa sebagai akibat dari pelanggaran-pelanggaran tertentu

seperti: supmpah palsu dengan melaksanakan puasa selama (3) hari. Dalilnya

berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S 5 :89, membunuh ornag tidak sengaja

dengan puasa dua bulan berturut-turut berdasarkan Q.S 4 :92, melakukan

hubungan seks pada siang Ramadhan, melakukan zihar yaitu mengharamkan

istri dan menyamakan istri dengan ibu berdasarkan Q.S 58:3-4.

Kelima, puasa Fidyah.

Puasa fisyah yaitu pengganti dari kewajiban melaksanakan qurban karena

pelanggaran peraturan dalam ibadah haji, yaitu puasa 3 hari di kota Mekah dan 7

hari lagi di negeri sendiri. Kewajiban puasa fidyah ini didasarkan pada firman

Allah SWT Q.S 2 : 196.

Adapun puasa sunat atau tathawwu’ antara lain berikut ini. a) puasa

senin dan kamis, b) puasa enam hari di bulan Syawal, c) puasa pada tanggal 9

Zulhijjah, d) puasa pada hari Asyura, e) puasa pada tiap tanggal 13, 14 dan 15

bulan Qamariah. Puasa haram, antara lain berikut ini. a) puasa terus-menerus

(wishal), b) puasa pada hari hari yang diharamkan yaitu hari tasyrik, (11, 12 dan

13 Zulhijjah) dan dua hari raya ( 1 syawal dan 10 zulhijjah), c) puasa hari syak

(30 sya’ban), d) puasa seorang perempuan yang sedang haid atau nifas, dan e)

puasa sunat seorang istri yang suaminya sedang berada di rumah sedangkan ia

tidak mengizinkannya. Puasa makruh antara lain berikut ini. a) puasa sunat

dengan susah payah ( karena sakit atau dalam perjalanan ), dan b) puasa sunat

14

Page 15: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

pada hari Jum’at atau hari sabtu saja (kecuali kalau harijum’at atau sabtu itu

bertepatan dengan hari yang disunahkan puasa).

Kesempurnaan puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum,

dan melakukan hubungan suami-istri pada siang Ramadhan saja, tetapi

mengandung arti menahan diri dari segala perbuatan yang tidak sesuai dengan

hikmah dan tujuan puasa. Hikmah melaksanakan puasa antara lain adalah

sebagai berikut ini.

(1) Disiplin rohaniah, merupakan pengekangan diri dari perbuatan yang

membatalkan puasa

(2) Pembentukan akhlakul karimah, dengan berpuasa iman dididik untuk

berbuat baik dan mulia

(3) Pengembangan nilai-nilai social

(4) Latihan rohani yang dimulai dengan latihan-latihan secara fisik yaitu

menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, dan lain-lain.

Puasa memiliki hikmah yang besar bagi yang mengamalkannya. Karena,

puasa adalah ibadah yang mengandung niali-nilai pendidikan untuk menahan

dan mengendalikan diri dari keinginan-keinginan negatif atau buruk yang

mendorong kepada kejahatan.

(4) Zakat

Zakat berarti suci, sedangkan menurut syari’ah, zakat adalah

memberikan harta tertentu yang diwjibkan Allah mengeluarkannya kepada

orang-orang yang berhak menerimanya. Pendapat ini dikemukakan oleh Yusuf

Qardawi (Dahlan VI, 1997:1985).

Dasar hokum mengeluarkan zakat ini adalah firman Allah SWT dalam

Q.S 9:103 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Depag. R.I, 1984:297).

15

Page 16: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Zakat merupakan pemberian khas Islam, yang sudah diwajibkan Allah

semenjak Nabi Ibrahim AS dan Nabi-nabi sesudahnya (Luth, Ishaq, Ya’kub dan

lain-lain), sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S 21:73 dan Q.S 5 :12.

Kewajiban zakat ini dipertegas dengan sabda Rasulullah (terjemahannya)

berikut ini.

“…Sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat harta yang diambil dari

orang-orang kaya dan diserahkan kepada orang-orang miskin”. (H.R.

Muttafaqun’alaih dan Lafaz Bukhari) (Al-Shan’ani I, tth:120).

Secara garis besar zakat dibagi kepada dua macam yaitu berikut ini.

1) Zakat Mal (zakat harta)

Adapun jenis harta yang wajib dizakatkan berdasarkan firman Allah

SWT antara lain dalam Q.S 2 : 267.

(a) Ternak

(b) Emas dan perak

(c) Barang dagangan

(d) Hasil pertanian

(e) Barang tambang dan harta terpendam

(f) Zakat hasil usaha dan profesi

Dengan ketentuan nisab berkisar dari 2.5 % sampai dengan 20 %.

2) Zakat Nafs (zakat fitrah)

Selain dari kewajiban membayar zakat harta, setiap muslim diwajibkan

mambayar zakat fitrah sampai bulan Ramandhan berakhir. Zakat fitrah mulai

diwajibkan pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah, sekaligus pada tahun

diwajibkan ibadah puasa. Kewajiban zakat fitrah berlaku untuk seluruh umat

Islam berdasarkan sabda Rasulullah (terjemahannya) sebagai berikut.

“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sa’kurma atau satu sa’gandum

bagi hamba sahaya atau orang merdeka, baik laki-laki maupun perempuan, baik

anak kecil maupun orang dewasa yang muslim. Perintah membayarnya sebelum

shalat Id”. (H.R. Mutafaq Alaihi) (Al-Shan’ani, II tth:137).

16

Page 17: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Mengenai orang-orang yang berhak menerima zakat dijelaskan pada Q.S

9:60 yang dikenal dengan asnaf yang delapan.

“Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang-orang yang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan

orang-orang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Depag. R.I, 1984;

228).

Zakat adalah ibadah maliyah (berkaitan dengan harta) yang memilki

dampak sosial untuk memperkecil kesenjangan antara golongan kaya dan si

miskin. Menurut ajaran Islam, harta adalah milik Allah, orang yang

mendapatkan harta tidak sepenuhnya memiliki harta tersebut, ada hak-hak orang

lain pada harta yang dikuasainya, karena itu hak-hak tersebut harus diberikan

setiap waktu sesuai dengan ketentuan syari’at. Dengan demikian, jika zakat

dilaksanakan dengan baik, maka kemiskinan di kalangan umat Islam akan dapat

dikurangi, bahkan mungkin dihapuskan.

5) Haji dan Umrah

Menurut bahasa kata hajj berarti bermaksud mengunjungi sesuatu (al

Qashdu lizziarah) dan menurut syariat Islam berarti mengunjungi baitullah untuk

menjalani ibadah (iqamatan linnusuki) (Muhammad Ali, 1980:341). Haji merupakan

ritual yang sudah dikenal sejak masa jahiliyah kemudian disempurnakan sesuai

dengan ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S 2: 196 yang

terjemahannya sebagai berikut.

Dan sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah (Depag. R.I,

1984:47).

Ayat ini mengindikasikan bahwa ibadah haji itu sudah dikenal sejak

masa-masa sebelum Islam. Ibadah haji yang disyariatkan dalam Islam mengacu pada

ibadah haji yang pernah dilakukan oleh Babi Ibrahim AS (Q.S 16:120-123; Q.S

2:125-129).

17

Page 18: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Haji sebagai salah satu rukun Islam, wajib dilakukan oleh orang-orang

yang mampu satu kali seumur hidup. Kewjiban ini didasarkan pada firman Allah

SWT dalam Q.S 3: 97 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi)

orang yang mampu melaksanakan perjalanan ke Baitullah”. (Depag. R.I, 1984: 92).

Alasan lainnya adalah firman Allah SWT dalam Q.S 2:196-197, Q.S 22:

27-28, sedangkan ibadah haji wajib bagi setiap muslim yang mampu satu kali seumur

hidup sebagaimana sabda Rasulullah SAW (terjemahannya):

“Haji satu kali, maka apabila lebih dari itu adalah sunat”. (HR. Ahmad, Abu Daud,

Nasa’I dan dishahihkan oleh Hakim (Said Sabiq Fiqh Sunnah V (terj) 1987:40).

Pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan dengan tiga cara yang berikut

ini .

(a) Haji Tamattu’, yaitu melaksanakan umrah terlebih dahulu, dan setelah

tahallul umrah memotong seekor kambing di Mina, seandainya tidak mampu

diganti dengan puasa sepuluh hari, yang dilaksanakan 3 hari di tanah suci

dan 7 hari di tanah airnya.

(b) Haji Ifrad, yaitu melaksanakan haji terlebih dahulu. Setelah melakukan

tawaf qudum (tawaf kedatangan di Mekah) dengan berpakaian ihram dan

tidak bertahallul langsung melaksanakan ibadah haji, umrah dilaksanakan

sesudah melaksanakan haji.

(c) Haji Qiran, yaitu ibadah haji dan umrah sekaligus. Seperti halnya bagi yang

melaksanakan haji tamattu’, maka haji qiran perlu diwajibkan memotong

kambing.

Ibadah haji memiliki hikmah yang banyak. Di antara hikmah ibadah haji

adalah mendidik jiwa untuk mau berkorban, ikhlas, dan sabar karena dalam ibadah

haji semua sifat-sifat itu dituntut, dalam pelaksanaanya ibadah haji mempunyai

ketentuan dan aturan yang ketat karena aturan-aturan itu akan berpengaruh kepada

sistem dalam beribadah. Ibadah haji juga merupakan tempat pengembangan

sosialisasi yang dapat menimbulakn proses pendidikan dalam kehidupan bersama

18

Page 19: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

dengan persatuan dan persaudaraan, sehingga hidup dapat lebih bermakna untuk

mencapai kemuliaan yang hakiki.

b. Ibadah dalam Arti yang Umum (‘Ibadah Ghairu Mahdhah)

adalah segala aktivitas mukmin yang sesuai dengan keinginan Allah SWT

dikerjakan dengan ikhlas dan dalam rangka mencari ridha Allah SWT. Ibadah ghairu

mahdhah ini disebut juga dengan muamalah dalam arti luas.

Amir Syarifuddin membagi hokum muamlah ini menjadi berikut ini.

(a) Hukum muamalah dalam arti yang khusus

(b) Hukum munakahat (perkawinan)

(c) Hukum mawaris dan wasiat

(d) Hukum jinayah (pidana)

(e) Hukum murafa’at atau hokum qadha disebut juga dengan hokum acara

(f) Hukum tata Negara

(g) Hukum internasional

(Amir Syarifuddin I, 1997: 71-72)

Berikut ini dijelaskan satu persatu secara singkat.

1) Muamalah

Hukum muamalah dalam arti yang khusus adalah hukm-hukum perdata

seperti jual beli, pinjam meminjam, sewa menyewa dan transaksi serta lainnya, yang

antara lain firman Allah SWT dalam Q.S 2:275 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Depag. R.I, 1984:

69).

2) Munakahat

Hukum munakahat yaitu hokum yang mengatur mengenai perkawinan dan

hal-hal yang berhubungan dengannya seperti talak, rujuk, pemeliharaan anak dan lain-

lain dengan dasar firman Allah dalam Q.S 30:21 yang terjemahannya sebagai berikut.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah menciptakan untukmu istri-istri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan

19

Page 20: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

jadikan dia di antaramu rasa kasih dan saying. Sesungguhnya yang demikian itu

terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir”. (Depag. R.I, 1984:644).

3) Mawaris dan Wasiat

Hukum mawaris dan wasiat yaitu hokum yang mengatur perpindahan dan

pembagian harta karena adanya kematian. Sumber-sumber hokum mawaris dalam

quran antara lain firman Allah SWT dalam Q.S 4:7 yang terjemahannya sebagai

berikut.

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapa dan kerabatnya,

dan bagi perempuan ada pula bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya,

baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.” (Depag. R.I,

1984 :116).

Masalah waris ini juga terdapat dalam Q.S 4 : 11, 12 dan 176.

4) Hukum Pidana (Jinayah)

Hukum jinayah adalah hokum yang mengatur hubungan manusia dengan

manusia lain dalam rangka pencegahan kejahatan seperti pembunuhanm pencurian,

dan perzinaan beserta sanksinya. Firman Allah SWT antara lain dalam Q.S 17:33

yang terjemahannya sebagai berikut.

“Dan janganlah kamu membunuh yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan jalan

kebenaran.” (Depag. R.I, 1984:429).

Firman Allah SWT lainnya antara lain di dalam Q.S 4 :93 mengenai

pembunuhan, Q.S 2:178 mengenai jenis-jenis hukuman, Q.S 5:38 mengenai

pencurian, Q.S 5:33 mengenai perampokan, Q.S 5:90-91 mengenai meminum

minuman keras dan Q.S 24:2 dan lainnya.

5) Hukum Murafa’at

Hokum murafa’at atau hokum acara adalah hokum yang berkaitan dengan

usaha penyelesaian akibat kejahatan di pengadilan seperti kesaksian, gugatan dan

20

Page 21: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

pembuktian. Masalah kesaksian ini antara lain dalam firman Allah dalam Q.S 2 :282

yang terjemahannya sebagai berikut.

“Dan tidaklah kamu menetapkan dua orang saksi dari kaum laki-laki”. (Depag. R.I,

1984: 70).

6) Siyasah

Siyasah terambil dari akar kata yaitu sasa-yasusu, yang berarti

mengemudikan, mengendalikan, mengatur, dan sebagainya (Quraish Shihab,

1999:416).

7) Hukum tata negara

Hukum tata Negara adalah hukm yang mengatur kehidupan masyarakat dan

bernegara. Firman Allah SWT antara lain dalam Q.S 4 :34 dan Q.S 9:71.

Laki-laki adalah pelindung perempuan (Depag. R.I, 1984:123).

“Orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan sebahagian mereka adalah

pemimpin bagi yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang baik dan melarang

dari yang mungkar”. (Depag. R.I, 1984:291).

8) Hukum Internasional

Hokum internasional adalah hokum yang mengatur hubungan warga Negara

dengan Negara lain seperti tawanan, perang, perjanjian, rampasan perang dan lainnya.

Firman Allah SWT dalam Q.S 8:56-58 yang terjemahannya sebagai berikut.

“(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu

mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-

akibatnya). Jika kamu menemui mereka dalam peperangan. Maka cerai berailahorang-

orang yang dibelakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka

mengambil pelajaran. Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari

suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang

jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat “. (Depag.

R.I, 1984:270).

Dan firman Allah SWT dalam Q.S 8:62-63 yang terjemahannya sebagai

berikut.

21

Page 22: Bab i Makalah Agama Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah

(menjadi pelindung). Dialah yang memperkuat dengan pertolongan-Nya dan dengan

para mu’min, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).

Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya

kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan

hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Depag. R.I,

1984:271).

22