bab i pendahuluaneprints.umm.ac.id/52102/2/bab i.pdf · 2019-08-24 · berdampak pada eksternalitas...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan yang ditujukan untuk mengusahakan kesempatan
bagi setiap warga negara guna mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya
merupakan salah satu wujud nyata dari pada usaha mencapai keadilan sosial. Di
dalam Undang-undang nomor 17 Tahun 2007 sendiri tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) juga dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan
bersama sama dengan pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat
adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia.1
Sebagai salah satu upaya dalam pembangunan nasional yang merata dalam
aspek keamanan nasional, Indonesia juga turut berperan aktif dalam Millenium
Development Goals (MDG’s). MDGs adalah sebuah deklarasi millennium hasil dari
keputusan yang diambil secara bersama oleh 189 anggota negara Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada bulan September tahun tahun
2000. Tujuan dari deklarasi tersebut adalah untuk tercapainya kesejahteraan rakyat
1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025,Departemen
Kesehatan RI. Jakarta:2009.Hal 8
2
dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Kesepakatan tersebut dihasilkan
pada KTT PBB di New York dan menjadi komitmen bagi semua negara yang telah
menyepakati dan menandatangani hasil tersebut. Deklarasi berisi komitmen negara
masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai delapan butir tujuan
pembangunan dalam MDGs, yaitu2 (1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan, (2)
Mewujudkan Pendidikan Dasar untuk semua, (3) Mendorong kesetaraaan gender dan
pemberdayaan perempuan, (4) Menurunkan angka kematian anak, (5) Meningkatkan
kesehatan Ibu, (6) Memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit menular
lainnya, (7) Memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan (8) Mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan.
Diharapkan dengan berlangsungnya program kerja MDGs ini, negara-negara
terkait dapat berkembang menuju kehidupan yang makmur dan sejahtera. Indonesia
sebagai salah satu negara yang turut serta menyepakati MDGs harus mampu
bertanggungjawab serta berkomitmen untuk ikut melaksanakan program tersebut
hingga tujuan dan target MDGs dapat tercapai. Berdasarkan butir keenam yang
menjadi acuan yakni memerangi HIV dan AIDS, Malaria serta penyakit menular
lainnya, malaraia juga menjadi salah satu target pembangunan yang harus diatasi.
Seiring dengan pertumbuhan kemampuan nasional pada setiap tahap
pembangunan, dilakukan usaha-usaha penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih
meluas dan lebih merata bagi seluruh rakyat. Hakekatnya sendiri pembangunan
kesehatan ialah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia
2 Peter Stalker, Millenium Development Goals, diakses dalam
http://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/docs/MDG/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20-%20ID.pdf
3
yang bertujuan untuk meningkatkan kesedaran, kemauan dan kemampun hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
Ekonomis dan memiliki dampak yang signifikan bagi kesejahteraan.
Penyakit malaria yang menjadi pembahasan penulis sendiri merupakan salah
satu masalah penyakit yang masuk kedalam kategori masalah kesehatan masyarakat
dunia, Di perkirakan kurang lebih ada 300 juta hingga 500 juta kasus malaria dengan
kematian berkisar antara 750.000 hingga 2 juta orang meninggal setiap tahun.3 World
Malaria Report 2015 menyebutkan bahwa malaria telah menyerang 106 negara di
dunia. Komitmen masyarakat Global pada millennium Developments Goals (MDGS)
memberikan posisi upaya pemberantasan penyakit malaria kedalam suatu tujuan yang
harus dicapai sampai dengan tahun 2015 secara kolektif dan terpadu, Komitmen
Global tersebut dilanjutkan dengan Suistinable developments Goals (SDGS).4 Pada
SDGs, upaya pemberantasan malaria tertuang dalam tujuan ketiga yaitu menjamin
kehidupan yang sehat dan mengupayakan kesejahteraan bagi semua orang dengan
tujuan spesifik yaitu mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis dan Malaria sampai
dengan Tahun 2030.
3 Dessy Triana,Elvira Rosana , Rizkianti Anggraini. Pengetahuan dan sikap terhadp praktek
pencegahan malaria di Kelurahan Sukarami Kota Bengkulu.. Unnes Journal of Public Health,Vol
6,No,3 di akses dalam https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/13755 (12-07-
2018) 4 Kemntrian Perencanaan Pembangunan Nasional.Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019. 2014 di akses dalam
http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sesma/files/Buku%20I%20RPJMN%202015-
2019.pdf
4
Dalam wilayah Indonesia khususnya yang dapat menyebabkan kematian
terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu hamil. Selain itu
malaria juga menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit ini juga endemis di sebagaian wilayah Indonesia, bahkan sampai pada
Tahun 2016 Wilayah Timur Indonesia masih menjadi daerah dengan endemis tinggi
Malaria seperti NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.5
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap malaria
pada Tahun 2007 di Indonesia terdapat 396 kabupaten endemis (80%) dari 495
kabupaten yang ada, dengan perkiraan sekitar 45% persen penduduk berdomisili di
daerah yang berisiko tertular malaria. Rata-rata kasus Malaria di Indonesia
diperkirakan mencapai angka 15 juta kasus klinis tiap tahunnya. Kementrian
kesehatan pada Tahun 2013 dalam laporannya menyebutkan bahwa angka prevalensi
Malaria tertinggi adalah di Papua (28,6%) Nusa Tenggara Timur (23,3%), Papua
Barat (19,4%), Sulawesi Tengah (12,5%) dan Maluku (10,7%). Dikarenakan kondisi
geografis pada Indonesia bagian Timur yang memiliki banyak hutan dan rawa
sehingga wilayah ini menjadi daerah yang endemis terhadap Malaria.6
Propinsi Maluku adalah salah satu propinsi di Indonesia yang termasuk
kriteria daerah endemik malaria dengan Annual Malaria Incidence (AMI) tahun 2006
sebesar 198.51. sedangkan pada tahun 2011 penyakit malaria klinis di kabupaten
5 Daerah Endemis tinggi di Indonesia, di akses dalam
https://lifestyle.sindonews.com/read/1193384/155/ini-daerah-endemis-tinggi-malaria-di-indonesia-
1491029727 (20-01-2019) 6 Profil Kesehatan Indonesia 2015, di akses dalam
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
Indonesia-2015.pdf (20-01-2019 pkl 12:35)
5
Buru masuk kedalam urutan ke-5 dengan Annual Malaria incidence (AMI) dengan
jumlah penderita 7581 kasus.7 Tingginya penularan penyakit malaria disebabkan
kondisi geografis, daerah perkebunan dan pantai yang luas, rawa-rawa dan hutan
bakau (Mangrove), faktor lingkungan, pengetahuan, perilaku dan konsauksi
perumahan.8 Kabupaten Buru sendiri termasuk kedalam daerah dengan sosial
ekonomi rendah serta masih banyaknya wilayah desa yang terdampak Malaria dengan
akses transportasi yang sulit dan juga jaringan komunikasi yang belum memadai.
Selain itu penyebab utama meningkatanya kasus malaria di Kabupaten Buru adalah
perubahan lingkungan di daerah pantai, air payau dan pegunungan di wilayah
kabupaten Buru, hal ini terindikasikan dengan adanya aktifitas pertambangan emas di
wilayah kecamatan Waeapo tepatnya di pegunungan gunung Botak yang dimana
berdampak pada eksternalitas terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi.
Dalam pengendalian malaria, banyak yang telah dilakukan Indonesia dalam
skala global dan nasional. Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi
dilakukan secara bertahap sampai seluruh pulau tercakup untuk mewujudkan
masyarakat hidup sehat yang terbebas dari penularan malaria sampai tahun 2030.
Selain itu, telah diberlakukan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
7 Muh Yasim Wael, 2013. Upaya pencegahan malaria oleh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
kayeli, kecamatan waepao, Kabupaten Buru. Di akses dalam
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8020/Jurnal%20Yasim%20Wael.pdf?sequen
ce=1 (20-01-2019 pkl 12:44) 8Hans willem Lesbatta, 2008,hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan serta kondisi
lingkungan masyarakat dengan kejadian malaria klinis di puskesmas leksula kabupaten
buru. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
6
2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan antara lain mengagendakan
percepatan dalam pencapaian MDGs yang akan berimplikasi terhadap pelaksanaan
MDGs di daerah. Presiden memerintahkan para gubernur untuk melaksanakan
program-program MDGs dan mengoordinasikan bupati/walikota dalam pelaksanaan
program program di wilayah masing-masing untuk mempercepat pencapaian MDGs.
Adapun indikator keberhasilan Rencana Strategis (renstra) Kementerian Kesehatan
tahun 2010 - 2014 adalah menurunkan angka kesakitan malaria dan kematian
penyakit malaria pada tahun 2015 menjadi 1 per 1.000 penduduk dari baseline tahun
1990 sebesar 4,7 per 1.000 penduduk.9
Di level Internasional , Global Fund yang didirikan pada tahun 2002 hadir
sebagai salah satu bentuk kemitraan antara pemerintah, masyarakat sipil, sektor
swasta di lebih 140 negara. Global Fund hadir sebagai lembaga keuangan
internasional yang memiliki dedikasi dan Komitmen untuk menyalurkan dan
memberikan bantuan dana dalam usaha dan mencegah Aids, Tubercolosis dan
Malaria. Upaya untuk memberantas penyakit Malaria di Indonesia sendiri melalui
kemitraan Global kemudian terwujud dengan Pemerintah Indonesia dengan Global
Fund sejak Tahun 2003. Kemitraan ini diwujudkan melalui skema kerjasama Global
Fund dengan Kementrian Kesehatan Indonesia melalui Grant Agreement Global
Fund yaitu penandatanganan kerjasama bantuan Dana Hibah kepada Pemerintah
Indonesia dengan bantuan dana Hibah yang disetujui USD 109.938.731 selama 5
Tahun, selanjutnya Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes melakukan program
9 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Peta jalan percepatan pencapaian tujuan
pembangunan milenium di Indonesia. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
2010.
7
Pengobatan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT) bagi 732.707 orang,
Pemeriksaan Lab RDT ( Rapid Diagnosis Test ) sebanyak 940.267, pembagian
Kelambu LLIN (Long Lasting Insectiside Net) yang dibagikan sebanyak 1.412.411
Lembar.10
Tujuan utama kemitraan ini adalah untuk mengumpulkan dana dari
pemerintah-pemerintah, perusahaan, dan perseorangan diseluruh dunia untuk
dialokasikan bagi program pemberantasan AIDS, TB dan Malaria. Global Fund
adalah salah satu bentuk bantuan berupa dana kesehatan yang akan digunakan untuk
pencegahan tiga penyakit dengan angka infeksi tertinggi di Indonesia tersebut.Sejak
tahun 2003 hingga bulan Oktober 2013 bantuan dana Global Fund tercatat 1,3 juta
kasus baru TBC telah dideteksi dan diobati. Sebanyak 8,8 juta orang menerima
bantuan kelambu berinsektisida. Selain itu, sejumlah 29 ribu orang mendapat terapi
antiretroviral. 11
Pemerintah Indonesia mendapatkan pengaruh positif dengan adanya
kerjasama yang dijalin dengan Global Fund, karena Global Fund tidak hanya
sekedar membantu mengatasi penyakit HIV/AIDS, Malaria dan TB, tapi juga telah
membantu dalam hal pembentukan Health System Strenghthening (HSS) atau
penguatan Sistem Kesehatan.12 Namun dalam proses kerjasama dengan pemerintah
Indonesia terdapat fakta bahwa kerjasama dengan Global Fund sempat mengalami
10 Menkes saksikan penandatanganan Grant agreement Global Fund diakses dalam
http://www.depkes.go.id/article/view/1118/menkes-saksikan-penandatanganan--grant-
agreement-global-fund.html 11 Kemenkes, 2011, bulletin jendela data dan informasi kesehatan, hal 17. 12 Kementrian Kesehatan RI, Indonesia Tuan Rumah pertemuan dewan global fund ke-31, diakses
dalam http://www.depkes.go.id/article/view/2014350001/indonesia-tuan-rumah-pertemuan-dewan-global-fund-ke-31.html (25/3/2019, 23:50)
8
perselisihn pendapat, dimana ketika Indonesia yang diwakilkan oleh Kementrian
kesehatan menolak beberapa poin klausul baru dalam regulasi yang ditetapkan oleh
Global Fund,yakni mengenai klausul hak imunitas dan privilege, akses informasi
seluas-luasnya, dan pembebasan pajak. Kementrian kesehatan secara tegas menolak
tersebut karena bisa merugikan kedaulatan Indonesia.13
Penyakit Malaria sendiri adalah penyakit yang sangat dipengaruhi oleh pola
dan perilaku hidup masyarakat suatu wilayah. Provinsi Maluku sendiri berada pada
posisi nomor empat epidemik penyakit Malaria di Indonesia dan Kabupaten Buru
sendiri termasuk dalam wilayah persebaran penyakit Malaria tertinggi di Maluku.14
Pola hidup tidak sehat yang terjadi di masyarakat dan kurangnya tenaga ahli
kesehatan yang menyebabkan penanggulangan dan pelayanan kesehatan tidak begitu
baik. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penelitian ini
dilakukan untuk meneliti tentang bagaimana peran Global Fund terhadap pengentasan
penyakit Malaria khususnya di Kabupaten Buru.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
penulis adalah bagaimana Peran NGO Global fund terhadap pengentasan penyakit
malaria di kabupaten Buru pada Tahun 2012-2014?
13 Kemenkes Tolak Klausul Imunitas The Global Fund, diakses dalam https://pkbi.or.id/kemenkes-tolak-klausul-imunitas-the-global-fund/ (25-4-2019, 23:53) 14 Pemkab Bursel - ID Kerjasama Antisipasi Malaria, diakses dalam http://www.malukunews.co/berita/bursel/175jaddbzh9yg64/pemkab-bursel-id-kerjasama-antisipasi-malaria (25-04-2019, pkl 23:53)
9
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peranan the global fund
terhadap pengentasan penyakit malaria dan di kabupaten Buru provinsi Maluku. Serta
untuk menjadi bahan acuan dalam penelitian lanjutan nantinya.
1.3.2 Manfaat penelitian
1.3.2.1 Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini lebih lanjut diharapkan bermanfaat bagi
pengembangan keilmuan Hubungan Internasional serta dapat dijadikan sebagai
referensi dalam penelitian lanjutan.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini menjadi
suatu rujukan bagi proses pengambilan kebijakan dimasyarakat. Dan menjadi suatu
sumber rujukan untuk penelitian serupa serta memberikan kontribusi nyata
dimasyarakat.
1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang bantuan luar negeri sebagai pengembangan pembangunan
suatu Negara tentu saja sudah banyak diteliti sebelumnya, studi tentang bantuan luar
negeri yang berkaitan dengan Negara penerima atau pemberi bantuan baik dari
bantuan Negara maju ataupun lembaga-lembaga internasional, isi dari penelitian itu
sendiri tentu ada yang membahas masalah kebijakan pemerintah untuk meningkatkan
10
pertumbuhan ekonomi dengan melakukan pembangunan. Penulis mendapatkan 5
penelitian (5 tesis) yang bisa digunakan untuk mempelajari konsep-konsep Non
Government Organization serta konsep Global Civil society. Konsep Non
Government Organization nantinya relevan terhadap penelitian dari penulis sendiri.
Adapun 5 penelitian yang menurut penulis relevan untuk dijadikan sebagai penelitian
terdahulu yang akan diulas sebagai berikut :
Peniliti pertama yakni Alexander Takdare yang berjudul “ keterkaitan Kritis
antara komponen system kesehatan dengan global fund untuk program malaria
di kabupaten kepulauan Yapen propinsi papua Tahun 2012 “. Penelitian tersebut
peneliti menjelaskan bagaimana keterkaitan kritis antara komponen sistem kesehatan
dan bantuan global fund dalam mengatasi permasalahan penyakit malaria, serta
bagaimana peran pemerintah dalam pengelolaan bantuan anggaran biaya dari global
fund agar terjadi penurunan cakupan dalam penyakit malaria sehingga dampaknya
dapat dirasakan oleh masyarakat Papua dan khususnya kabupaten Yapen. Peneliti
sendiri menjelaskan bahwa agar tercapainya tujuan pembangunan maka adanya upaya
sinergis dari pemerintah dan sektor swasta dalam pelaksanaan maupun pembiayaan
kesehatan guna pemberdayaan masyarakat. Kebijakan pusat dalam regulasi adalah
adanya peran pemerintah pusat yang mendukung dan mendelegasikan peran regulasi
ke pemda. Pemerintah pusat sendiri akan memfasilitasi daerah dalam hal yang
berkaitan dengan regulasi melalui komunikasi yang nantinya efektif. Kebijakan-
kebijakan yang diambil dalam pemberantasan Malaria antara lain penekanan pada
11
Desentralisasi, keterlibatan Masyarakat dalam pemberantasan Malaria dan
membangun kerjasama antar sektor, NGO, dan lembaga Donor.
Hasil dari penelitian Alexander Takdare di atas adalah keterkaitan kritis antara
komponen kesehatan dan Global fund yang merupakan lembaga independen berada
pada komponen perencanaan, pembiayaan serta monitoring dan evaluasi sedangkan
tidak adanya keterkaitan kritis adalah pada komponen penatalayanan dan pemerintah,
pelayanan, peningkatan akses pelayanan, 15
Sementara penelitian kedua ialah penelitian Ramadona Witanto, dalam
skripsinya yang berjudul “ peranan The global Fund dalam menanggulangi
penyakit Tubercolosis (TB) dikota Banjarmasin, Kalimantan selatan (2007-
2009)” membahas tentang bagaimana peran Global Fund dalam kerjasamanya dengan
pemerintah Kalimantan selatan, namun dalam penelitian ini peneliti lebih
menekankan pada upaya-upaya sponsorship yang dilakukan Global fund terhadap
program strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) pemerintah
Indonesia yakni sebuah konsep yang dirancang untuk menanggulangi penyakit
Tubercolosis di Indonesia. Program DOTS ini, terdiri dari lima komponen kunci,
yaitu komitmen dari semua kalangan dalam kasus tuberkulosis, pemeriksaan dahak
yang terjamin mutunya pada waktu diagnosa tersangka pasien dan pengobatan pasien,
pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus tuberkulosis dengan
tatalaksana yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan, jaminan
15 Alexander Takdare,2012,keterkaitan kritis antara komponen system kesehatan dengan
global fund untuk program malaria di kabupten kepulauan Yapen 2012.skripsi
Thesis,universitas Indonesia.
12
ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) secara cuma-cuma, dan yang terakhir,
sistem pencatatan serta pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien tuberkulosis.
Hasil dari penelitian ini ialah bantuan yang diberikan oleh The Global Fund
berperan sangat baik pada jangka waktu 2007-2009 di Banjarmasin, hal ini terlihat
pada angka presentase angka konversi, presentase angka kesembuhan, dan angka
error rateyang telah tercapai dalam indicator.16
Penelitian selanjutnya yakni peneliti ketiga adalah penelitian dari Ahmad
Rhomi Huseini, yang dimana penelitian ini membahas tentang “ kerjasama
Indonesia dengan Global Fund mencapai MDGS 2015 dalam penanganan HIV
dan AIDS” sama halnya seperti penelitian kedua di atas yang membahas bantuan
Global Fund namun kali ini lebih kepada peran bantuan tersebut pada program
penanganan penyakit HIV/AIDS di Indonesia, serta apa saja implementasi kerjasama
yang dilakukan oleh Indonesia dan global fund dalam mencapai MDGS 2015, dan
bagaimana kontribusi yang telah diberikan Global Fund untuk Indonesia. Hasil dari
penelitian ini bantuan The Global Fund dapat memberikan peran dalam penanganan
penyakit malaria di Indonesia hal ini terlihat dari adanya bantuan hibah melalui
16 Romadona Witanto,2009,peranan the global fund dalam menanggulangi penyakit
tuberculosis di kota Banjarmasin,Kalimantan selatan (2007-2009).Skripsi,Universitas
Komputer Indonesia.
13
beberapa putaran yaitu putaran 1, putaran 4, putaran 8, putaran 9 sebagai pendukung
dalam pencapaian target MDGS di bidang penanganan HIV dan AIDS.17
Penelitian keempat ialah Nurul Anissa dengan judul penelitian “ Peran
United Nations Internasional Children’s Emergency Fund (UNICEF) terhadap
pengembangan dan kesehatan anak melalui PAUD-HI di Sulawesi selatan”
didalam penelitian ini peneliti lebih membahas tentang bagaimana peran UNICEF
sebagai organisasi internasional dalam pengembangan anak khususnya di daerah
Sulawesi selatan serta melihat keefektifan kerjasama antara lembaga UNICEF dengan
pemerintahan Sulawesi selatan dalam pengembangan bidang terkait. Peneliti sendiri
mengkaji lebih dalam tentang salah satu program yang diadakan di provinsi Sulawesi
selatan yaitu penyelenggaraan pengembangan anak usia dini yang holistik-integratif
oleh pemerintah pusat dan daerah, masyarakat serta lembaga penyelenggaraan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Proses pembentukan PAUD-HI
dimulai di kerjasama di tingkat pusat yang didasarkan pada piagam perjanjian
kerjasama pemrintah RI dan UNICEF yang disebut rencana Kerja Program
Kerjasama atau CPAP. Hal ini juga harus dilihat sebagai prioritas dalam
pembangunan SDM dalam pembangunan peningkatan kualitas Hidup, perkembangan
dan perlindungan Ibu dan Anak di daerah.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa peran yang dilakukan oleh
organisasi UNITED Nations Internasional Children’s Emergency Fund (UNICEF)
17 Ahmad Rhomi Huseini,2015.kerjasama Indonesia dengan Global Fund dalam mencapai
MDG’s 2015,Skripsi Thesis.Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
14
terhadap program PAUD-HI tersebut adalah dengan advokasi dan capacity building.
Sedangkan efektifitas kerjasama pemerintah dan UNICEF dalam menjalankan
program tersebut adalah dengan mengintegrasikan pelayanan PAUD-HI yaitu
pendidikan, kesehatan dan Bina keluarga Balita, menjadi satu tempat yang holistic
dan intergratif.18
Penelitian ke- 5 ialah Andi Bunga Septiani “peran penanaman modal asing
di Indonesia terhadap perekonomian daerah (studi pada budidaya mutiara
(KYOKO) jepang dikabupaten Lombok Barat” penelitian ini membahas tentang
bantuan luar negeri namun kali ini lebih kepada peran bantuan tersebut terhadap
perekonomian daerah, disini andi mencoba menggambarkan kebijakan politik daerah
sebagaimana yang diatur dalam peraturan otonomi daerah yang mengatur keberadaan
investor asing yang memberi kontribusi pada daerah, bagaimana keberadaan investor
asing yakni PT Budaya Mutiara dapat di kabupaten Lombok Barat dengan potensi
perairan sesuai dan cocok untuk pengembangan mutiara dan kemudian mampu
memberikan peran pada perekonomian daerah, hasil dari penelitian ini PT Budaya
Mutiara dapat memberikan peran dalam perekonomian yang terlihat dalam
peningkatan produk domestik regional bruto serta diikuti dengan peningkatan ekspor
mutiara bulat Nusa Tenggara Barat yang mampu mengekspor 80kg biji mutiara per
tahun untuk mutiara kelas 1 dan 2 yang seluruhnya diekspor ke jepang yang
kemudian dipasarkan ke beberapa Negara di eropa,Australia, dan amerika. selain itu
18 Nurul Annisa,2014,peran unicef terhadap pengembangan dan kesehatan anak melalui
Paud-HI di Sulawesi selatan.Skripsi Thesis,Universitas Hasanudin.
15
juga memberikan kontribusi pada pengelolaan kekayaan laut yang berdampak pada
lingkungan dan kemudian menjadi potensi wisata pantai di pulau Lombok.19
19 Andi Bunga Septiani,2011,Peran Penanaman modal Asing di Indonesia terhadap
perekonomian Daerah (studi pada budidaya mutiara di Lombok Barat).Skripsi
Thesis.Universitas Muhammadiyah Malang.
16
NO NAMA Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
1. Alexander
Takdare
keterkaitan Kritis antara
komponen sistem kesehatan
dengan global fund untuk program
malaria di kabupaten kepulauan
Yapen propinsi papua Tahun 2012
Metode
Kualitatif,
pendekatan
liberalism,
organisasi
internasional
Hasil dari
penelitian Alexander
Takdare di atas adalah
keterkaitan kritis antara
komponen kesehatan dan
Global fund yang
merupakan lembaga
independen berada pada
komponen perencanaan,
pembiayaan serta
monitoring dan evaluasi
sedangkan tidak adanya
keterkaitan kritis adalah
padakomponen
penatalayanan dan
pemerintah, pelayanan,
peningkatan akses
pelayanan,
17
2. Romadona
Witanto
Peranan The Global Fund dalam
menanggulangi penyakit
Tubercolosis dikota Banjarmasin,
kalsel (2007-2009)
Metode
Historis
analitis,
pendekatan,
teori
kerjasama
internasional,
organisasi
internasional.
Hasil dari penelitian ini
ialah bantuan yang
diberikan oleh The Global
Fund berperan sangat baik
pada jangka waktu 2007-
2009 di Banjarmasin, hal
ini terlihat pada angka
presentase angka konversi,
presentase angka
kesembuhan, dan angka
error rate yang telah
tercapai dalam indicator.
18
3. Ahmad Rhomi
Huseini
kerjasama Indonesia dengan
Global Fund mencapai MDGS
2015 dalam penanganan HIV dan
AIDS
Deskriptif,
pendekatan
Liberalis.
Kerjasama
internasional.
Hasil dari penelitian ini
bantuan The Global Fund
dapat memberikan peran
dalam penanganan
penyakit malaria di
Indonesia hal ini terlihat
dari adanya bantuan hibah
melalui beberapa putaran
yaitu putaran 1, putaran 4,
putaran 8, putaran 9
sebagai pendukung dalam
pencapaian target MDGS
di bidang penanganan HIV
dan AIDS.
19
4. Nurul Anissa Peran United Nations
Internasional Children’s
Emergency Fund (UNICEF)
terhadap pengembangan dan
kesehatan anak melalui PAUD-HI
di Sulawesi selatan
Deskriptif,
Konsep
Organisasi
Internasional.
. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa peran
yang dilakukan oleh
organisasi UNITED
Nations Internasional
Children’s Emergency
Fund (UNICEF) terhadap
program PAUD-HI
tersebut adalah dengan
advokasi dan capacity
building.
5. Andi bunga
Septiani
Peran penanaman modal asing di
Indonesia terhadap perekonomian
daerah ( studi pada budidaya
mutiara (kyoko) jepang di
kabupaten Lombok barat )
Deskriptif,
pendekatan
liberalis,
interdependensi,
otonomi daerah
Investor asing yakni PT
budidaya mutiara dapat
memeberikan peran dalam
perekonomian daerah yang
terlihat dalam peningkatan
produk domestic →
regional bruto serta di
ikuti dengan peningkatan
ekspor mutiara bulat Nusa
Tenggara Barat.
20
6. Fajrin N.S
Salasiwa
Peran NGO Global Fund terhadap
pengentasan Penyakit Malaria di
Kabupaten Buru pada Tahun
2012-2014
Deskriptif,
Pendekatan
Liberalis,
Konsep Non
Government
Organization,
Role Theory.
1.5 Teori dan Konsep
1.5.1 Konsep Global Civil Society
kemunculan istilah Global Civil Society dapat ditarik dari dua perkembangan
sejarah. Pertama, istilah “masyarakat sipil” pertama kali disampaikan di eropa Timur
pada tahun 1970an sampai dengan 1980an hal ini ditandai dengan marak
bermunculan organisasi masyarakat sipil. Ini merupakan bentuk respon kepada
kekuan negara pasca perang dan sebagai upaya dalam merespon negara-negara
penguasa yang memiliki pengaruh di dunia. Tahun 1990 ada upaya penyebaran
tuntutan demokratisasi dan proses memberikan pengaruh keterkaitan global yang
lebih erat. Hal ini merupakan dampak dari pengaruh faktor ekonomi, politik dan
perkembangan tekhnologi serta bentuk konflik yang menjadi ancamn masyarakata
dunia secara global. Menjadikan adaptasi masyarakat sipil sebagai bentuk yang
berbeda dengan sebelumnya sebuah keharusan agar dapat bertahan. Masyarakat sipil
21
global juga hidup dalam struktur privat tetapi dengan tujuan-tujuan publik, muncul
sebagai bentuk upaya memperjuangkan kepentingan pribadi komunitas ataupun
masyarakat yang menjadi perhatian dalam skala tertentu.20
istilah global civil society baru muncul pada tahun 1990an.21 Munculnya
istilah Global Civil society tidak terlepas dari adanya proses globalisasi yang
membawa kemajuan tekhnologi dalam berbagai aspek kehidupan dan menjadikan
dunia saling terhubung.22 Kemunculan Global Civil society ini sendiri dilandasi atau
dipengaruhi oleh beberapa faktor kapitalisme yang menjadikan bentukan baru dalam
tatanan Global melalui integrasi dan dominasi dari pasar keuangan global, adanya
ketergantungan ekonomi, dan permasalahan global yang dihadapi oleh pemerintahan
seperti perubahan iklim,stabilitas keuangan pasar dan perlindungan Hak Asasi
Manusia.23
Sedangkan menurut Scholte kemunculan Global Civil Society ini disebabkan
oleh adanya Globalisasi yang dipengarubi oleh pemikiran global, perkembangan
kapitalis, perkembangan tekhnologi dan peraturan yang membolehkan.24 Faktor-
faktor tersebutlah yang yang menjadikan Global Civil society muncul sebagai
bentukan baru di tingkat Global akibat beragam permasalahan yang dihadapi pada
tingkat domestic ataupun pada level nasional. Lebih lanjut, arus Globalisasi
20 Carothers, Thomas. 1999-2000. Civil Society. Foreign Affairs, Winter 1999-2000: 18-29 21 Jan aart Scholte,Global Civil Society: changing the world?, CSGR (Centre for the Study of
globalization and Regionalisation), working paper No.31, mei 1999, University of warwick.
Hal 2 22 Ibid, hal.14 23 24 Ibid, hal. 14
22
menjadikan menjadikan masyrakat sipil bersama-sama saling berkomunikasi untuk
memberikan kontribusinya agar dapat mempengaruhi pandangan internasional.
Masyarakat sipil yang memiliki perhatian yang sama terhadap suatu isu lalu membuat
suatu gerakan, seperti membentuk gerakan lingkungan ataupun gerakan-gerakan
lainnya atas dasar nilai-nilai yang mereka anut. Global civil society mempengaruhi
para pembuat kebijakan dengan cara apabila pemerintahan diprivatisasi, maka ia kana
terlibat langsung dalam proses pembentukan dan penerapan peraturan tersebut dan
mengubah pola politik dengan cara membentuk kelompok afiliasi agar suara mereka
dapat didengar.25
Menurut Salomon, dkk. Global civil society merupakan sekumpulan berbagai
macam entitas seperti Organisasi Profesional, kelompok lingkungan, organisasi Hak
Asasi manusia, kelompok sosial dan lain sebagainya dengan berbagai macam bentuk
seperti organisasi, swasta, sukarelawan, yang beroperasi di luar batas negara.26 Dalam
perkembangannya seringkali Organisasi Independen yang paling banyak
mendominasi dalam memainkan peran dalam upaya atau proses meningkatkan isu-isu
Global untuk mengerakkan opini publik melalui berbagai macam tindakan seperti
kampanye, petisi, temuan ilmiah dan sebagainya. Secara tidak langsung organisasi
independen memiliki kontribusi terhadap perkembangan komunitas Global dalam
meningkatkan kesadaran publik seperti kesadaran akan keamanan manusia dalam hal
ini ialah kesehatan.
25 Ibid, hal 18-19 26 Lester M Salomon, dkk, 1999. Global Civil society: dimension of nonprofit sector, Baltimore:The
Johns Hopkins Center for civil society studies, hal 3-4
23
Scholte berpendapat bahwa Global civil Society mencakup aktivitas yang
membahas isu-isu Global, melibatkan komunikasi lintas batas, memiliki organisasi
Global, dan bekerja atas dasar solidaritas yang melampaui batas-batas negara.27
Scholte juga membedakan tiga bentuk Global civil society berdasarkan dari tujuannya
yaitu konformis, reformis, dan radikal.28 Konformis adalah mereka yang berusaha
untuk mendukung dan memperkuat norma-norma sosial yang telah ada di
masyarakat. Reformis adalah mereka yang berkeinginan untuk memperbaiki
kekurangan rezim pemerintahan yang berjalan dengan tetap menjaga norma-norma
sosial. Sedangkan radikal adalah mereka yang bertujuan secara menyeluruh
mengubah tatanan sosial yang sudah ada. Sehingga, masyarakat sipil global menurut
Scholte dapat ditarik satu kesimpulan yakni merupakan masyarakat yang diluar
pemerintah, pasar dan gerakan yang dilakukan atas dasar suka rela sehingga tidak ada
unsur profit dan pemerintahan (non-profit dan nongovernmental)29
Berdasarkan pendapat scholte dari tiga bentuk global civil society di atas
Global fund termasuk dalam bentuk reformis. Hal ini dikarenakan Global fund
berupaya memberikan inisiatifnya kepada pemerintah Indonesia berupa bantuan dana
hibah melalui proses kerjasama dengan kementrian terkait dalam hal ini kementrian
kesehatan. Selain itu Global fund juga termasuk dalam global civil society karena
berdasarkan pendapat dari scholte, aktivitas yang dilakukan Global fund membahas
isu-isu global yaitu isu keamanan manusia dalam hal ini isu kesehatan serta tujuan
27 Scholte, op, cit, hal. 10 28 29 WHO. 2014. “Civil Society” di akses dalam
24
inti dari Global Fund ini sendiri adalah untuk meningkatkan dan mencairkan sumber
daya untuk membiayai upaya kegiatan pencegahan, pengobatan, dan dukungan
terhadap jutaaan orang di seluruh dunia dalam hal yang berkaitan dengan 3 penyakit
utama yang menjadi sorotan oleh mereka.
global fund juga memiliki jaringan Global yang memiliki beberapa kantor di
wilayah regional/nasional dan beroperasi di lebih dari 120 negara di dunia. Selain itu,
dalam melaksanakan kampanye-kampanyenya terdapat perjuangan-perjuangan
masyarakat yang sadar akan isu-isu kesehatan baik itu skalanya local maupun global.
Kemunculan Global Civil Society dipengaruhi oleh beberapa Faktor yaitu
kapitalisme yang menjadikan bentukan baru dalam tatanan Global melalui integrasi
dan Dominasi dari pasar keuangan global, peningkatan ketergantungan ekonomi dan
permasalahan global yang dihadapi oleh pemerintahan seperti perubahan iklim,
stabilitas keuangan pasar dan perlindungan hak asasi Manusia. Sedangkan menurut
Scholte kemunculan Global Civil Society ini disebabkan oleh adanya globalisasi yang
dipengaruhi oleh pemikiran global, perkembangan kapitalis, perkembangan
tekhnologi dan peraturan yang memperbolehkan. Faktor-faktor tersebutlah yang
menjadikan Global Civil Society muncul sebagai bentukan baru di tingkat global
akibat dari beragam permasalahan yang dihadapi pada tingkat domestik ataupun pada
level nasional.
25
1.5.2 Konsep NGO (Non Government Organisation)
Pada hakikatnya administrasi internasional adalah serangkaian proses tata
Cara (prosedur), dalam pelaksanaan kerjasama internasional. Organisasi
internasional, adalah wadah atau sarana untuk melaksanakan kerjasama internasional
itu. Jadi administrasi internasional adalah administrasi secara internasional yang
melintasi batas-batas wilayah Negara, melibatkan antar Negara dengan Negara, antar
Negara dengan organisasi internasional. Atau antara organisasi internasional satu
sama lainnya. Administrasi meliputi 2 (dua) hal, yaitu: a) kegiatan Negara yang pada
umumnya diatur berdasarkan hukum publik b) kegiatan individu dan kelompok yang
pada umunya diatur berdasarkan hukum perdata.30
Organisasi non-pemerintah dapat bersifat organisasi internasional yang
disebut pula INGO (International Non Governmental Organization) dan dapat pula
hanya bersifat intra-nasional yang disebut NGO (Non Government kerjasama serta
ruang lingkup kegiatan organisasinya. David Lewis mendefinisikan sebuah NGO
sebagai sebuah “voluntary associations” yang memiliki kepedulian untuk merubah
sebuah lingkungan tertentu dalam konteks yang lebih baik.31 Kampanye yang
30Teuku May Rudy, 1998, Administrasi dan Organisasi Internasional, bandung, Refika
aitama.hal.1 31 David Lewis, The Management of Non-Governmental Development Oragnizations., (London:
Routledge, 2001), hal. 30 di akses dalam
26
dilakukan oleh setiap NGO saat ini biasanya akan berorientasi pada masalah yang
paling menjadi polemik dan sangat kompleks dalam kehidupan sosial masyarakat.
Misalnya berbagai bentuk kampanye dalam pembangunan demokrasi, penyelesaian
konflik, penegakan hak asasi manusia, dan lain sebagainya.32
NGO sendiri biasanya memperoleh pendanaanya dari sumber-sumber swasta.
Semakin baik kinerja dan produktifitas yang dihasilkan oleh sebuah NGO sehingga
manfaat yng dirasakan oleh masyarakat semakin besar, maka dana yang akan
mengalir ke NGO juga nantinya akan semakin besar. Hal itu mendanai bahwa
kepercayaan yang diberikan donator kepada NGO itu juga tentu saja semakin besar.33
Unsur atau syarat yang sudah pasti bagi suatu NGO, adalah: bersifat non-
pemerintah, atau bahwa yang dilibatkan dalam pembentukan, keanggotaan, dan
dalam kegiatan organisasi adalah bukan pemerintah masing-masing Negara. Selain
itu, adapula syarat-syarat lainnyayang tidak kalah pentingdan tidak boleh diabaikan.
Kriteria persyaratan bagi organisasi international non-pemerintah (NGO),
menurut “The Union of Internasional associations”, adalah:
1. Tujuan organisasi haruslah sepenuhnya bersifat/berciri internasional,
dengan menegaskan keterlibatan organisasi lebih dari sekedar hubungan
http://hr.law.vnu.edu.vn/sites/default/files/resources/management_of_non_governmental_development
_organizations__an_introduction__.pdf 32 David Lewis dan Paul Opoku-Mensah., 2006 . “Moving Forward Research Agendas On
International NGOS: Theory, Agency and Context”. Journal of International Development, 18(10), hal.
665. Di akses dalam http://personal.lse.ac.uk/LEWISD/images/Lewis-Opoku.pdf 33 Ririen Astria, 2010, “Kinerja NGO”. Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.
27
bilateral (antara dua Negara) atau sekurang-kurangnya mencakup kegiatan
organisasi pada (tiga) Negara.
2. Keanggotaannya haruslah terbuka, mencakup individu – individu serta
kelompok- kelompok di wilayah/ Negara yang termasuk ruang lingkup
organisasi itu, dengan sekurang-kurangnya mencakup individu atau
kelompok dari 3 (tiga) Negara.
3. Anggaran dasar organisasi harus mengandung ketentuan mengenai
pemilihan/ pergantian pimpinan dan pengurus secara berkala/periodic,
dengan tatacara pemilihan yang disusun sedemikian rupa guna
menghindari pengisian jabatan-jabatan dan pengendalian organisasi hanya
oleh orang-orang dari suatu Negara saja.
4. Pendanaaan/pembiayaan pokok (substansial) bagi kegiatan organisasi
harus berasal, atau mencakup sumbangan dari sekurang-kurangnya 3
(tiga) Negara.34
Suatu kerjasama internasional antara kedua pihak / bilateral ataupun
multilateral pastinya berisi tentang kesepakatan yang menghasilkan kepentingan
kedua pihak tersebut. Dan disinilah peranNGO internasional mempunyai andil yang
besar karena jangkauan dapat melintasi batas-batas wilayah kenegaraan dan fleksibel.
Peranan NGO internasional sangat vital dalam menjalin kemitraan di dunia
internasional. Lembaga internasional ini pun mempunyai banyak macam dan jenis
34Ibid hal.17
28
kegiatan berdasarkan apa yang diperhatikan dari visi dan misi masing-masing NGO
internasional.
Sebagai salah satu elemen dalam masyarakat, NGO memiliki peran yang
cukup penting, seperti memberikan pendidikan dan membangun kesadaran
masyarakat, menjadi pendamping masyarakat, dan mengkritisi jalannya
pemerintahan. Peran-peran tersebut tentu saja terkait dengan nilai dan ideologi yang
di miliki oleh NGO. Melalui aktifitas-aktifitas seperti kampanye, lobi, penyuluhan,
pelatihan dan lain-lain. NGO tidak hanya menyebarkan informasi tentang isu-isu
yang menyangkut kehidupan masyarakat tetapi juga mengupayakan tercapainya
solusi atas sebuah permasalahan.35
Strategi yang di lakukan NGO di masyarakat yang berupa kegiatan-kegiatan
peningkatan kesadaran akan hak sebagai warga negara, sharing of theory dan juga
bersama-sama menghadapi kebijakan publik yang dinilai merugikan masyarakat dan
lingkungan hidup, yang dikeluarkan oleh pemerintah dan atau pihak swasta. NGO
dalam upayanya memberdayakan masyarakat mempunyai strategi, yaitu : (1) NGO
memasuki area pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat
tingkatan partisipasi masyarakat yang muncul adalah Interactive Participation; yaitu
proses yang melibatkan multi disiplin metodologi dan ada sistem belajar yang
terstruktur dan (3) bersama masyarakat, NGO membuka jaringan kerjasama dengan
pihak selain pemerintah sebagai wujud ketidaktergantungan terhadap proyek/program
pemerintah. Dampak positif yang didapat masyarakat adalah semakin meningkatnya
35Kurnia novianti, 2013, peran NGO lingkungan dalam mitigasi banjir di praha, PSDR LIPI,
hal.182 di akses dalam
29
pengetahuan dan pengalaman yang secara langsung-tidak langsung membuat posisi
tawar masyarakat terhadap pemerintah akan lebih baik dalam proses pembangunan
dibanding sebelum ada kerjasama.36
Seperti halnya pada global fund yang mempunyai peran penting dalam
penanggulangan beberapa penyakit menular di dunia khususnya di Indonesia. Selama
beberapa tahun terakhir global fund telah menyapakati untuk bermitra dengan negara
Indonesia dalam misi yang sama diantara dua kepentingan global fund dan Indonesia
yaitu untuk menangani masalah penyakit HIV AIDS, Malaria, dan TB yang kini tidak
hanya berkutat pada bidang kesehatan namun juga telah berakibat pada bidang yang
lain seperti social ekonomi yang mendunia.
Dalam penjelasan yang lain menurut Cheever dan Havilland organisasi
internasional dalam organizing fir peace: international organization in world affairs
(1967) secara sederhana dapat dijelaskan bahwa: Pengaturan bentuk kerjasama
internasional yang melembaga antara Negara-negara, umunya berlandaskan
persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal
balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf
secara berkala.37
Sesuai penjelasan di atas, Global fund yang menjadi pendonor dalam
penanganan penyakit malaria dan TB di Indonesia merupakan suatu kelompok atau
badan yang berperan sebagai organisasi internasional melihat dari beberapa
36San Afri Awang, 1998, pengembangan hutan rakyat di jawa tengah : harapan dan tantangan,
pustaka Hutan Rakyat UGM, Yogyakarta, hal.8 37D.W. Bowett,1992, hokum organisasi internasional, sinar grafika, Jakarta, hal.2
30
keterangan di atas. Global fund telah memenuhi ketiga unsur yang seharusnya ada
menurut Cheever and Havilland.
Fungsi dari global fund sendiri adalah mengumpulkan dan menyalurkan
sumber daya tambahan berupa hibah atau bantuan finansial guna menanggulangi tiga
penyakit yaitu HIV dan AIDS, Malaria dan TB diseluruh dunia. Peranan global fund
yaitu untuk mengoptimalisasi hibah yang terkumpul dari berbagai Negara maju dan
juga kelompok- kelompok tertentu kemudian menyalurkan hibah tersebut sesuai
dengan aturan yang telah ada. Tentu dengan kesepakatan Hibah tersebut maka
terjalinlah suatu kemitraan antara global fund dengan pemerintah tersebut dan pada
prosesnya akan terdapat pola pertemuan rutin yang digunakan untuk memonitor dan
evaluasi dari hibah yang diberikan dan juga laporan mengenai program yang telah
diberikan sebelumnya. Global Fund sendiri telah banyak membantu pemerintah
Indonesia dalam membangun kesehatan dalam penanggulangan ketiga penyakit yang
masuk dalam programnya di daerah-daerah. Dalam hal ini di kabupaten Buru pada
Tahun 2012-2014 Global fund telah membantu upaya pengentasan penyakit Malaria,
inilah yang menjadi fokus bahasan penulis.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian bertujuan untuk suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian, dalam arti luas metode penelitian
merupakan cara dan prosedur yang sistemtis dan terorganisasi untuk menyelidiki
31
suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan suatu informasi agar dapat
menjadi suatu solusi38
Dalam melakukan pencarian data dan menjabarkan sebuah fenomena yang
telah penulis jabarkan pada latar belakang sebelumnya, penelitian yang akan penulis
lakukan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Mayer
dan Greenwood penelitian deskriptif terbagi menjadi dua jenis yaitu deskripsi
kualitatif dan deskripsi kuantitatif.39 Dijelaskan juga bahwa penelitian deskriptif bisa
sederhana dan juga rumit, bisa dilakukan di laboratorium atau dilapangan40.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau fenomena nyata
yang telah terjadi dan dapat menggambarkan secara eksplisit dari gejala maupun
permasalahan yang diteliti.41
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif
analitis yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan dan
situasi secara sistematis, faktual, actual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
dan hubungan antara fenomena yang diteliti serta menganalisa hubungan kerjasama
antara obyek-obyek yang diteliti. Disebut penelitian Deskriptif analitis karena
bertujuan menjabarkan seberapa besar dampak peran bantuan Global Fund terhadap
pengentasan penyakit malaria dan di kabupaten Buru tahun 2012-2014
38 Ulber Silalahi. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. 39 Jacob Vrendenbreght, 1985, pengantar Metodologi untuk ilmu-ilmu empiris, Jakarta :Gramedia, hal
53. 40 ibid 41 Ibid.hal 29
32
1.6.2 Teknik pengumpulan data
Penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data melalui kajian
kepustakaan (Library research) dan sumber data yang ada seperti penelitian
terdahulu, buku, artikel,jurnal, maupun segala bentuk literatur dan data lainnya
berupa hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait serta data di internet guna
membantu penulis dalam mendapatkan referensi maupun wawasan tambahan penulis
dalam kajian penulis mengenai Non-Government Organisation,global society serta
perannya dalam pengentasan penyakit malaria di kabupaten Buru.
1.6.3 Teknik Analisa Data
Teknik analisa Data yang digunakan penulis dalam menganalisa data dalam
penelitian ini menggunakan teknik kualitatif yang merujuk pada 3 Model Miles dan
Huberman. Adapun tiga tahapan tersebut diantaranya data reduction (data reduksi),
data display (penyajian data) dan conclusion drawing verification.42 Dijelaskan
bahwa dalam tahapan pertama data yang diperoleh Akan direduksi dengan tujuan
memberikan gambaran yang jelas dan tentu sangat mempermudah peneliti untuk
pengumpulan data selanjutnya. Lalu pada tahapan kedua dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, selanjutnya pada tahapan ketiga penarikan kesimpulan dan verifikasi
yang dilakukan masih bersifat sementara, akan tetapi apabila kesimpula telah
didukung oleh bukti yng valid dan konsisten pada saat peneliti mengumpulkan data,
maka kesimpulan tersebut akan bersifat kredibel. Kesimpulan pada tahap ketiga ini
42 Matthew B Miles and A Michael Huberman, 1994, qualitatitve Data Analysis, second edition,
Thousand Oaks, California :Sage,hal 10.
33
dalam tekhnik kualitatif diharapkan menjadi suatu temuan baru yang belum pernah
ada dan diteliti sebelumnya.43
1.7 Batasan waktu
Dalam penelitian ini, penulis membatasi rentang waktu penelitian ini pada
tahun 2012-2014, karena pada periode tersebut terjadi peningkatan kasus penyakit
diakibatkan meningkatnya mobilisasi penduduk dari daerah endemis tinggi malaria
ke kabupaten buru akibat adanya aktifitas penambangan emas di desa wamsait
kecamatan waiapo dan sekitarnya.
1.8 Argumen Sementara
Berdasarkan latar belakang masalah serta kerangka dasar teori yang sudah
dipaparkan sebelumnya, peneliti dapat memperoleh suatu hipotesa atau jawaban
sementara untuk menjawab permasalahan yang ada yaitu bantuan berupa hibah yang
diberikan oleh Global Fund dalam upaya pengentasan penyakit malaria dan TBC di
Kabupaten Buru memberikan pengaruh yang cukup baik dalam pengentasan penyakit
malaria dimana dengan adanya bantuan pendanaan dari Global Fund kondisi angka
kesakitan malaria di kabupaten Buru mulai menunjukan penurunan, hal ini
menunjukkan peranan Global Fund terhadap pengentasan penyakit malaria di
kabupaten Buru sangat baik.
43 ibid
34
1.9 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan disusun dalam empat Bab agar dapat memudahkan
pembaca untuk memahami apa yang menjadi kasus yang diteliti oleh peneliti sendiri.
Perincinnya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang, Rumusan Masalah,
Pertanyaan penelitian, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Studi Pustaka,
Kerangka Konseptual, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II Gambaran tentang penyakit Malaria secara Global dan Endemik di
Indonesia. Bab ini menjelaskan tentang penyakit Malaria secara umum dan
mengenai penyebaran penyakit Malaria sebagai isu Global serta Endemik Malaria di
Indonesia dan juga di Kabupaten Buru
BAB III Gambaran Umum Global Fund. Bab Ini menjelaskan tentang Profil
Global Fund didalam pengentasan penyakit Malaria. Selain itu, didalam bab ini juga
dijelaskan mengenai skema pemberian dana Hibah oleh Global Fund untuk Indonesia
serta Track Record Global Fund dalam memberantas Malaria secara Global.
BAB IV Menjelaskan tentang peran Global Fund dalam pemberantasan penyakit
Malaria di Kab.Buru pada Tahun 2012-2014, bentuk kemitraan dan kelembagaan
organisasi dan cara kerja Global Fund dengan Indonesia dan secara khusus
Pemerintah Kabupaten Buru Provinsi Maluku.
BAB V Kesimpulan. Bab ini berisi hasil akhir dari penelitian dan berupa penarikan
kesimpulan dari peran Global Fund yang telah dibahas di Bab sebelumnya.