bab i , ii, iii daftar pustaka by ibnu soim

Upload: ibnu-soim

Post on 12-Jul-2015

591 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan program untuk Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartis Bahasa Inggris dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Sehubungan dengan hal tersebut kenyataan yang terjadi di SD Negeri 1 Trimulyo jauh dari harapan pemerintah yang menghendaki siswa menguasai IPTEK yang berdasarkan IMTAQ. Pada prakteknya proses pembelajaran yang dilakukan guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dari pada menggunakan metode Learning by playing. Sehingga siswa dalam mengikuti proses pembelajaran hanya menjadi pendengar dan pemirsa ceramah guru tanpa mengalami dan melakukan sendiri apa yang diinformasikan guru. Hasilnya siswa menjadi pasif tidak mendapatkan pengalaman, keterampilan, dan kesan yang kuat dari pembelajaran. Siswa hanya

2 mampu menghafal informasi guru, karena siswa tidak berperan sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, meminat siswa untuk berpartisBahasa Inggrissi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris agar proses belajar mengajar tidak bersifat monoton yang menyebabkan siswa menjadi jenuh dan bosan mendengar ceramah guru, maka metode mengajar harus variatif dengan menggunakan metode learning by playing, sehingga siswa menghayati dan mempraktekkan informasi guru. Salah satu perangkat yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga mampu menghindarkan penggunaan metode ceramah yang membuat siswa jenuh dan bosan. Proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan minat belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar, faktor minat merupakan kunci utama. Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam motif dalam belajar. Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan minat mengapa siswa belajar, yaitu : (1) minat intrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan), (2) minat instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau

3 punishment), (3) minat sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan (4) minat prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya). Paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada mempelajari cara belajar (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery learning.1

Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran

berbasis masalah. Siswa dapat terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip pembelajaran

konstruktivisme yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan. Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang paling berperan1

http://thetorchenglish.blogspot.com/2010/05/konsep learning by playing sebagai.html

4 dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua. Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif terutama metode learning by playing masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan satu metode pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis merasa tertarik dan timbul hasrat untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi siswa tersebut dengan melakukan penelitian tentang penggunaan metode learning by playing menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Menurut peneliti, guru harus mampu melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna. Proses pembelajaran bermakna bisa terjadi jika guru mau dan mampu melaksanakan pembelajaran multi arah. Proses pembelajaran multi arah adalah

5 proses pembelajaran interaksi timbal balik antara siswa dan guru dengan berbagai komponen pembelajaran, sumber pembelajaran, media atau metode pembelajaran yang membuat pembelajaran menjadi bermakna dan pelaksanaan evaluasi dengan perangkat tes yang disusun secara valid dan reliabel. Ketidakpahaman siswa dalam menerima materi pelajaran bukanlah semata-mata disebabkan oleh faktor siswa saja, melainkan karena tidak adanya upaya guru untuk membuat suasana pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna bagi siswa. Keadaan demikian itulah yang menjadi penyebab rendahnya prestasi hasil belajar Bahasa Inggris pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Trimulyo. Kemampuan dasar memahami setiap materi pelajaran dapat membantu siswa untuk menguasi semua masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, kemampuan dasar memahami materi pembelajaran dengan jelas dan benar, akan memberikan sumbangan besar untuk membentuk kepribadian luhur siswa. Sebab siswa akan mudah menangkap peristiwa alam atau pesan/ide orang lain baik lisan maupun tertulis dengan benar. Melalui pemahaman yang benar itulah peserta didik dapat membedakan mana yang baik untuk diterima dan dilakukan serta mana yang salah atau tidak baik untuk dihindari/dicegah. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan dasar pada diri siswa yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang difasilitasi dengan metode pembelajaran akan membuat siswa akrab dengan lingkungan, mencegah terjadinya verbalisme, serta suasana pembelajaran menyenangkan, siswa aktif dan kreatif melakukan pembelajaran, mengamati setiap peristiwa yang terjadi lalu menuliskan data hasil

6 pengamatan, menganalisa data yang terkumpul. Tidak kalah pentingnya siswa telah belajar mencari dan menemukan masalahnya sendiri, menginterpretasikan data yang terkumpul serta berupaya mencari solusi pemecahan masalah tersebut secara mandiri, tidak harus bergantung pada orang lain. Guru harus berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, yaitu situasi yang memungkinkan terjadinya Aktivitas belajar secara optimal sehingga menjadi bermakna bagi peserta didik. Aktivitas belajar secara optimal ditandai dengan adanya interaksi timbal balik antara guru dan siswa dengan berbagai komponen pembelajaran sebagai mana dikemukakan di atas. Proses pembelajaran dikatakan bermakna, bilamana terjadi perubahan perilaku dalam peristiwa belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Perubahan perilaku sebagai peristiwa hasil belajar pada peserta didik bisa terjadi jika mereka memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang di pelajarimnya. Untuk itu seorang guru harus terampil memilih dan memanfaatkan metode pembelajaran yang tepat, guna memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Atas dasar pemikiran tersebut, maka dalam penelitian ini kajian difokuskan terhadap penggunaan metode Learning By Playing untuk meningkatkan minat belajar siswa mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IV Pokok bahasa Colours di SD Negeri 1 Trimulyo Kecamatan Sekampung.

B. Identifikasi Masalah

7 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diindentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Belum semua guru kelas IV Sekolah Dasar terampil memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas yang menjadi tanggung jawab. 2. Sebagian guru Bahasa Inggris tidak memiliki persiapan mengajar seperti RPP, atau pada pelaksanaan tidak sesuai dengan perencanaan. 3. Pembelajaran berpusat pada guru bukan pada siswa. 4. Kurangnya kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran, menyebabkan tidak optimalnya proses pembelajaran dan berakibat rendahnya prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris. 5. Sarana belajar (buku sumber atau bahan bacaan) yang tersedia terbatas. 6. Minat belajar Bahasa Inggris di kelas V SD Negeri 1 Trimulyo masih rendah.

C. Pembatasan Masalah Masalah prestasi belajar Bahasa Inggris sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Karena banyaknya masalah yang muncul sebagaimana yang diuraikan di atas dan masing-masing masalah memerlukan penelitian tersendiri untuk memecahkannya, maka dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Sebagian guru tidak memiliki persiapan mengajar seperti RPP, atau pada pelaksanaan tidak sesuai dengan perencanaan.

8 2. Minat belajar siswa dalam pembelajaran pokok bahasan colours untuk memudahkan pekerjaan manusia pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang disajikan dengan menggunakan metode pembelajaran learning by playing pada mata pelajaran Bahasa Inggris. 3. Hasil belajar Bahasa Inggris di kelas IV SD Negeri 1 Trimulyo masih rendah. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran melalui penggunaan metode pembelajaran Learning by playing agar dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di SD Negeri 1 Trimulyo? 2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode learning by playing pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di SD Negeri 1 Trimulyo? 3. Bagaimana proses penilaian pembelajaran dengan menggunakan metode learning by playing pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di SD Negeri 1 Trimulyo? 4. Bagaimana peningkatan minat belajar Bahasa Inggris di SD Negeri 1 Trimulyo Kecamatan Sekampung setelah menggunakan metode learning by playing?

9 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang secara rinci bertujuan untuk: 1. Menyusun perencanaan pembelajaran melalui penggunaan metode pembelajaran metode learning by playing pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di SD Negeri 1 Trimulyo. 2. Mendeskripsikan proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan

menggunakan metode learning by playing. 3. Mendeskripsikan proses penilaian pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan metode learning by playing 4. Mendeskripsikan penilaian hasil belajar mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di SD Negeri 1 Trimulyo dengan menggunakan metode pembelajaran learning by playing F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, kegunaan penelitian ini adalah bagi peneliti yaitu: a. Pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan dan perbaikan proses pembelajaran. 2 b. Adanya informasi tentang cara-cara pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan metode learning by playing pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas IV di SD Negeri 1 Trimulyo.

2

Igak Wardhani, Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta:2007,hlm.1-19

10 c. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukan bahwa ia mampu dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. (IGAK, 2007).3

3

Ibid, hal.1.21

11

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Menurut Dewa Ketut Sukardi, bahwa Minat merupakan kesuksesan, kegamaran atau kesenangan akan sesuatu4. Dengan demikian, yang dimaksud dengan minat disini adalah suatu sikap positif dari seseorang karena kecenderungan secara kejiwaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Selanjutnya menurut Garl Safran dapat dijelaskan bahwa Minat didefinisikan sebagai suatu sikap atau perasaan positif terhadap suatu aktivitas, orang, pengalaman atau benda5. Dalam kutipan yang kedua ini dapat dipahami bahwa obyek yang dapat diminati oleh seseorang tersebut dapat berupa aktivitas atau kegiatan tertentu, orang, pengalaman yang menarik ataupun benda sebagai obyek fisik. Pada dasarnya pengaruh minat terhadap anak yang belajar adalah sangat penting, anak yang minatnya tinggi terhadap pelajaran maka ia akan senang mempelajarinya, dan tentunya akan memperoleh keberhasilan. Akan tetapi, bila minat anak didik terhadap suatu pelajaran rendah pengaruh terhadap keberhasilan pelajarannyapun rendah. Jadi, minat merupakan gejala yang timbul dari individu seseorang yang erat kaitannya dengan pengaruh dari luar individu dalam

4 5

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm.61 Carl Safran, Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta, 1990, hlm. 76

13 mencapai suatu tujuan atau dengan kata lain minat merupakan suatu alat yang berada pada diri seseorang untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu tujuan. a. Macam-Macam Minat

Minat dapat digolongkan dalam beberapa macam diantaranya: 1) Minat yang diekspresikan (expressed interest). Minat yang diekspresikan, dimana dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. 2) Minat yang diwujudkan (manifest interest) Selain dengan kata-kata maka seseorang dapat mengekspresikan minatnya dalam bentuk tindakan atau perbuatan, ikut serta aktif dalam suatu aktivitas tertentu. 3) Minat yang diinventerisasikan (inventoried interest)6 2. Belajar dan Pembelajaran 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada: a. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. b. Afektif, yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap , organisasi dan pembentukan pola hidup.

6

Dewa Ketut Sukardi, Op.Cit., hlm. 63

14 c. Psikomotorik, yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. Adapun menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang

menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. 2.2 Makna dan Ciri Belajar Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain: belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan seluruh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses inteleksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.

15 2.3 Cara Belajar yang Baik Cara belajar baik secara umum yaitu: belajar secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang. Cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah : menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memeberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses. Intruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mepengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal Gagne dan Briggs (1997:3). 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Sejalan dengan itu Agus Sujanto mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi minat belajar khusus yang datangnya dari dalam meliputi: a. Keadaan Jasmani. Lelah lapar, pingsan b. Keadaan Rohani. Lelah bingung dan sebagainya c. Lingkungan. Baru atau sudah dikenal d. Bakatnya7.

7

Agus Sujanto, Psikologi Umum, Aksara Baru, Jakarta, 1986, hlm. 91

16 Keadaan jasmani dan rohani serta bakat akan mepengaruhi perkembangan minat ditambah rendahnya kemampuan serta hasrat dalam belajar kurang, maka minat untuk belajar akan hilang dengan sendirinya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi minat belajar adalah lingkungan formal, informal, dan non formal. Dari arti beberapa lingkungan tersebut ditekankan pada lingkungan formal (sekolah) yang berbentuk: a. Alat Pelajaran

Alat pelajaran merupakan faktor penting dalam membangkitkan minat belajar siswa. Hal ini, sesuai dengan pendapat Thomas F. Staton dalam bukunya Cara Mengajar Dengan Hasil Yang Baik, menyatakan bahwa: alat pelajaran adalah alat yang selain menarik dan menyenangkan, maka alat-alat pelajaran itu terutama harus dapat merangsang minat terhadap mata pelajaran itu sendiri lebih dari pada minat terhadap alat-alat pelajaran (motivasi, tujuan, konsentrasi, reaksi)8.

b.

Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran yang dimaksud disini adalah yang memiliki hubungan dengan segi kehidupan siswa yang bersifat praktis. Hal ini, sesuai dengan pendapat H. Muhammad Ali dalam buku Konsep dan Pengajaran CBSA dalam Pelajaran, sebagai berikut: Bahan-bahan pelajaran yang berkaitan dengan segi-segi kehidupan yang bersifat praktis pada umumnya dapat menarik siswa untuk mempelajari. Minat siswa mempelajari suatu bahan pelajaran secara umum, memang berbeda-beda antar satu dengan yang lain. Ada siswa lebih tinggi minatnya dalam mempelajari bidang pekerjaan tertentu, sementara siswa lain lebih berminat terhadap bidang lain. Karena suatu pelajaran itu dipelajari secara bersamaan, yang berarti tidakStation, F.Thomas, Cara Mengajar Dengan Hasil Yang Baik, diterjemahkan oleh: J.F. Tahalele, CV. Diponegoro, Bandung, 1978, hlm. 1688

17 didasarkan atas minat masing-masing individu, maka guru sepatutnya berusaha membangkitkan minat belajar secara umum untuk mempelajari bahan tersebut.9 Dari pendapat diatas jelas bahwa bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat belajar terutama mata pelajaran Bahasa Inggris, kendatipun bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat individu, namun, yang paling penting tergantung kepada guru dalam menyampaikan bahan itu sendiri. Oleh karenanya, bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kehidupan dapat diarahkan oleh guru dengan berbagai cara terutama secara praktis dapat membangkitkan minat siswa untuk mempelajarinya.

c.

Cara Penyajian

Dalam menyajikan bahan pelajaran setiap guru tentunya terdapat perbedaan. Hal ini, tergantung kepada keahlian mendesain bahan pelajaran tersebut kedalam suatu program proses belajar mangajar. Keahlian ini dapat berbeda, sesuai dengan pendapat Singgih D. Gunarsa dalam buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, bahwa: Faktor cara penyajian pelajaran. Setiap guru mempunyai kekhususan sendiri dalam menyajikan pelajaran. Ada guru yang bisa menerangkan dengan jelas tetapi ada juga guru yang walaupun pandai ia kurang bisa menyajikan materi itu dengan baik, agar mudah ditangkap oleh murid. Dengan demikian, cara penyajian bahan pelajaran yang diterapkan guru dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa dalam mempelajari materi yang diberikan sebab dengan penyajian bahan pelajaran disesuaikan akan memberikan rasa simpatik bagi siswa dalam mempelajarinya, apabila telah timbul rasa senang,

9

Muhammad Ali, Konsep dan Penerapan CBSA,Sarana Panca Karya, Bandung, 1988.hlm 163

18 maka dengan sendirinya minat siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan timbul dengan sendirinya. d. Interaksi Guru dan Murid

Interaksi ini dapat mempengaruhi minat dalam belajar guru yang kejam dan jauh dengan murid maka pihak siswa akan takut dan renggang hubungannya dengan guru, bila terjadi hal ini maka siswa akan membenci guru dan mengikuti pelajaran secara terpaksa, maka dari situasi yang demikian ini minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris akan hilang. Begitu pula sebaliknya, jika hubungan antara guru dengan murid terjalin erat, akrab dan secara kekeluargaan maka siswa akan merasakan senang dan mengikuti pelajaran dilakukan dengan keikhlasan dan penuh perhatian maka akan membangkitkan minat siswa terhadap belajar mata pelajaran Bahasa Inggris. 4. Fungsi Minat Dalam Belajar Fungsi minat dalam belajar sangat penting untuk menumbuhkan keinginan dalam belajar. Jadi jika anak memiliki minat akan memiliki kecenderungan belajar lebih tekun karena menyukai pelajaran tersebut. Selain itu Dewa Ketut Sukardi menyatakan bahwa minat sedikit banyak memainkan peranannya yang penting dalam keberhasilan jabatan. Sedangkan Oemar Hamalik dalam bukunya menerangkan bahwa minat yang besar akan mendorong motivasinya, demikian pula dalam mengikuti studi10. Dalam kaitannya antara minat dengan belajar siswa, maka kecenderungan siswa atau hasil belajarnya banyak dipengaruhi faktor luar (ekstern) yaituOemar Hamalik, Metode-metode Belajar dan Kesulitan Dalam Belajar, Tarsito, Bandung, 1990.hlm. 11810

19 lingkungan, dan faktor dalam (intern) yaitu minat yang merupakan salah satu faktor dominan dalam proses pembelajaran anak. Jadi, dengan demikian faktor pembelajaran siswa tidak semata-mata didasarkan dengan integrasi yang tinggi dan bakat yang dimilikinya, tanpa dibarengi dengan minat baik dalam ataupun dari luar, maka belum tentu proses yang dialami anak didik akan berhasil. Akan tetapi, bilamana faktor yang mendorong sebagaimana minat tersebut ada bersamanya untuk mempengaruhi belajar maka tujuan yang akan dikehendaki akan tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut minat dengan faktor psikologis yang lain harus aktif dan sejalan dalam melaksanakan aktivitasnya. Dengan demikian, fungsi minat, dalam menentukan hasil belajar siswa adalah sangat dominan atau penting sekali. Adapun fungsi minat adalah sebagai berikut: a. Merupakan dasar bagi proses belajar (minat aktual) b. Menjadi pangkal pengajaran c. Menjadi ciri sikap hidup seseorang (minat disposional). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi minat dalam pencapaian proses pembelajaran siswa adalah faktor psikis yang ada pada diri siswa dan sikap hidup seseorang yang sangat urgen dalam stimulasi proses belajar siswa.

B. Learning By Playing 1. Pengertian Learning By Playing Pembelajaran Bahasa Inggris bagi tingkat sekolah dasar adalah dengan menggunakan metode Learning By Playing sesuai dengan karakteristik anak

20 didik sehingga pelajaran Bahasa Inggris dirasakan menyenangkan. Metode Learning By Playing ini memperkenalkan konsep belajar aktif, Canfucius menyatakan: Apa yang saya dengar : Saya lupa

Apa yang saya lihat : Saya ingat Apa yang saya lakukan : Saya faham11

Ketiga kalimat tersebut membicarakan bobot penting belajar aktif. Metode Learning By Playing adalah suatu cara atau suatu proses pembelajaran dengan melakukan sesuatu tindakan atau melakukan perbuatan tertentu. Melalui proses belajar aktif sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Penggunaan metode Learning By Playing dapat dilakukan dengan :Scrubble, Puzzle, Game Teaching. Namun, dalam penelitian ini metode Learning By Playing yang akan

digunakan adalah puzzle. Dimana permainan puzzle tersebut dilakukan dengan cara menyusun potongan-potongan huruf sehingga membentuk suatu kata yang sesuai dengan warna pada gambar. 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Learning By Playing Kelebihan metode Learning By Playing yaitu: a. Metode Learning By Playing dapat meningkatkan aktivitas dan

minat siswa sehingga proses pembelajaran berjalan secara aktif. b. Dapat menambah daya ingat siswa karena proses pembelajarannya

tidak hanya mendengar, tetapi melihat dan melakukan.11

Drs. Komaruddin Hidayat, 1001 Strategi Pembelajaran Aktif (aktive learning), Yappendis, hlm

4

21 c. Dengan menggungakan metode Learning By Playing proses

pembelajaran akan lebih menyenangkan dan dapat menarik minat siswa. Kelemahan metode Learning By Playing yaitu: a. Memerlukan persiapan dan kreatifitas yang leibh untuk mengajar. b. Memerlukan waktu yang banyak c. Apabila guru tidak dapat menguasai pembelajaran maka dapat membuat suasana kelas menjadi gaduh atau ribut12. 3. Keterkaitan Materi dengan Metode Learning By Playing pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris. 3.1 Pronounciation (pengajaran) Ini adalah langkah dasar yang wajib dikuasai oleh anak didik. Kita bisa membuat satu materi khusus tentang mengeja, dengan pemberian kosakata dan pelatihan yang bertingkat. Tiap kelas diberi pembelajaran mengeja dengan kosakata yang berbeda, semakin tinggi kelasnya, maka kata-kata yang dilatih untuk di ejapun semakin sulit. Misalnya, standardisasi pengejaan kata untuk kelas satu terdiri dari tiga huruf, dengan jenis kata yang beraneka ragam (kata benda, kata kerja, dll). Sedangkan untuk kelas empat terdiri dari enam atau tujuh huruf. 3.2 Vocabulary (kosakata) Memperkaya pembendaharaan kata dapat dilakukan dengan cara bersamaan dengan materi lainnya. Setidaknya, dalam satu hari setiap anak didik mendapat kelompok kata yang baru, sesuai dengan tingkat kelasnya. Pemberian kosakata ini dimulai dengan lingkup yang paling kecil hingga besar, seperti pemberian kata12

Ibid, hal. 10,11

22 kata benda dan kerja yang ada atau yang dilakukan didalam kelas, hinga ke lingkup yang lebih luas seperti sekolah, rumah sakit atau di sekitar kota.13 Cara mengahapal kosakata bagi anak didik adalah hal yang tersulit, terutama bagi anak didik tingkat sekolah dasar. Tapi, kita bisa membuat pelatihan sehingga kata yang sudah kita berikan dapat tetap mereka pakai, dan kita sebagai pengajar dapat terus mengevaluasi sejauh mana kemampuan hafalan mereka; jika satu anak dirasakan sudah bisa menguasai kelompok kata tertentu, maka kita bisa memberinya kelompok kata yang baru. Oleh sebab itu, agar anak hafal kosakata maka anak di bimbing pengucapannya, sementara artinya kita berikan dengan membuat suatu permainan atau menunjukan sebuah gambar/benda. Ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan berfikir anak, tapi juga dapat membuat anak lebih mudah menghafalnya. 3.3 Grammar (tata bahasa) Pembelajaran grammar (struktur tata bahasa) tentunya harus disesuaikan dengan tingkat kelas anak didik. Tapi, untuk tingkat sekolah dasar secara keseluruhan, materi grammar yang cocok adalah apa yang dapat kita sebut dengan easy grammar dan easy tense. Easy grammar terdiri dari struktur aplikasi yang mudah di gunakan. Sedangkan Easy tense mencakup present, past, continuous, dan future tense. Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dikelas IV ini adalah bagaimana siswa dapat melafalkannya, menghafalnya, dan tahu cara penulisannya.13

http://www.Thetorchenglish.blogspot.com/2010/03/konsep-learning-by-playing-sebagai.html

23 Proses implementasinya, belajar sambil bermain dapat menjadi metode yang baik, meski ini tidak mengesampingkan metode monolog dalam kelas, tapi yang jelas, proporsinya harus seimbang. Bermain dapat dilakukan dengan membuat game-game yang asyik yang di sesuaikan dengan materi yang akan diberikan misalnya, permainan seperti scrabble dan puzzle juga dapat berperan, dan jika diperlukan, untuk meningkatkan motivasi anak, diadakan kontes scrabble atau puzzle. Untuk pengevaluasian kosakata dan grammar, kita bisa mengadakan penyusunan beberapa kata, siswa diminta untuk menyusun kata tersebut berkaitan dengan warna yang sesuai dengan gambar yang ditunjuk secara berkelompok, kemudian siswa mempresentasikannya di depan kelas sesuai dengan kelompoknya masing-masing. C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Inggris SD/MI Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis

Ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggirs Kelas IV SD Semester I adalah:

24 STANDAR KOMPETENSI MENDENGARKAN 1. Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks kelas. KOMPETENSI DASAR 1.1 Merespon dengan melakukan tindakan sesuai dengan instruksi secara berterima dalam konteks kelas. 1.2 Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal dalam konteks kelas. 2.1 Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara berterima yang melibatkan tindak tutur; mengenalkan diri, memberi salam/sapaan, dan memberi aba-aba 2.2 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi jasa/barang secara berterima yang melibatkan tindak tutur; meminta bantuan, meminta barang, dan memberi barang 2.3 Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi secara berterima yang melibatkan tindak tutur; berterimakasih, meminta maaf, memberi maaf, melarang, memuji, dan mengajak 2.4 Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang melibatkan ungkapan; Thaks you, sorry, please, dan excuse me Membaca nyaring dengan melafalkan alfabet dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frase, dan kalimat sangat sederhana. Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana 4.1 Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat sangat sederhana. 4.2 Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima seperti: ucapan selamat dan pesan tertulis

BERBICARA 2. Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks kelas

MEMBACA 3.1 3. Memahami Tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks kelas 3.2 MENULIS 4. Mengeja dan menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks kelas.

25 BAB III METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan Penelitian

Desain penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, siklus ini tidak hanya berlangsung satu siklus, tetapi beberapa kali hinggga tercapai tujuan yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran Menurut: Hopkins (1993). Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu: 1) perencanaan (plan), 2) pelaksanaan (action), 3) pengamatan (observation), dan 4) refleksi (reflection). Gambar 3.1 Siklus Penelitian Perencanaan

Siklus 1

Tindakan

I

Pengamatan Refleksi

Perencanaan Siklus 2 Pengamatan Refleksi Tindakan 2

26 B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Trimulyo Kecamatan Sekampung. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa Kelas IV, Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian September

Penelitian dilaksanakan pada bulan agustus sampai dengan 2010 terhadap siswa Kelas IV SD Negeri 1 Trimulyo C. Lama Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur bentuk penelitian tindakan ini adalah bentuk penelitian tindakan kolaboratif dengan model spiral (Model Kemmis dan Mc Taggart) dimana penelitian. yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. (Kasbollah, 2001:63) Penelitian ini direncanakan sampai dengan mencapai ketuntasan. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menentukan indikator keberhasilanpkan pada akhir siklus hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan minimal 90% dengan Standar Nasional Pendidikan (Depdiknas, 2008). Untuk memberi kemudahan analisis setiap indikator, perlu dibuat

27 skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran hal ini didasarkan pada kriteria dan skala penilaian ketuntasan minimal seperti tabel 3.2 Tabel 3.1 Kriteria dan Skala Penilaian Ketuntasan Minimal Kriteria dan Skala Penilaian Tinggi Sedang Rendah