bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

34
BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | HALAMAN VII - 1 KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 7.1 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI 7.1.1 Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten Musi Rawas Ketentuan Umum peraturan zonasi kabupaten berdasarkan UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah “ketentuan yang mengatur tentang pemanfaatan setiap fungsi yang sudah ditetapkan di dalam rencana pola ruang wilayah kabupaten. Ketentuan Umum peraturan zonasi memiliki beberapa fungsi : 1. Sebagai proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang dan penetapan (legalisasi) rencana tata ruang. 2. Sebagai proses penyusunan rencana tata ruang, berlandaskan atas asas : keterpaduan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, pelindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, serta akuntabilitas. 3. Sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, memuat ketentuan tentang kegiatan-kegiatan yang diperkenankan,yang tidak diperkenankan, yang diperkenankan bersyarat atau diperkenankan secara terbatas untuk berada pada suatu pola pemanfaatan ruang tertentu. 4. Sebagai rujukan utama bagi penyusunan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi di tingkat kabupaten. 5. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfataan ruang untuk pola ruang yang kewenangan pemberian izin pemanfaatan ruangnya berada pada pemerintah daerah kabupaten. 6. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfaatan ruang pada kawasan yang berada di sekitar sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.

Upload: deki-zulkarnain

Post on 14-Jun-2015

314 views

Category:

Business


8 download

DESCRIPTION

Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 1

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

7.1 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

7.1.1 Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten Musi Rawas

Ketentuan Umum peraturan zonasi kabupaten berdasarkan UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang adalah “ketentuan yang mengatur tentang pemanfaatan setiap fungsi yang sudah ditetapkan di

dalam rencana pola ruang wilayah kabupaten.

Ketentuan Umum peraturan zonasi memiliki beberapa fungsi :

1. Sebagai proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang dan penetapan (legalisasi) rencana

tata ruang.

2. Sebagai proses penyusunan rencana tata ruang, berlandaskan atas asas : keterpaduan,

keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan

keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, pelindungan kepentingan umum,

kepastian hukum dan keadilan, serta akuntabilitas.

3. Sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, memuat ketentuan tentang kegiatan-kegiatan

yang diperkenankan,yang tidak diperkenankan, yang diperkenankan bersyarat atau diperkenankan

secara terbatas untuk berada pada suatu pola pemanfaatan ruang tertentu.

4. Sebagai rujukan utama bagi penyusunan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi di tingkat kabupaten.

5. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfataan ruang untuk pola ruang yang kewenangan

pemberian izin pemanfaatan ruangnya berada pada pemerintah daerah kabupaten.

6. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfaatan ruang pada kawasan yang berada di sekitar sistem

jaringan prasarana wilayah kabupaten.

Page 2: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 2

Gambar 7.1

Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Penataan Ruang

7.1.2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten pada Kawasan Lindung

Peruntukan kawasan lindung di Kabupaten Musi Rawas sampai tahun 2031 terdiri atas:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;dan

e. kawasan rawan bencana alam;

Sesuai peruntukan kawasan lindung tersebut, maka ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan

lindung ditetapkan sebagai berikut :

A. Hutan Lindung

Untuk mempertahankan fungsi kawasan hutan lindung, maka ketentuan umum peraturan zonasinya di

tetapkan sebagai berikut :

1. Dalam kawasan hutan lindung masih diperkenankan dilakukan kegiatan lain yang bersifat

komplementer terhadap fungsi hutan lindung sebagaimana ditetapkan dalam KepmenHut Nomor 50

tahun 2006.

Penyelenggaraan Penataan

Ruang

Pembinaan Pelaksanaan Pengawasan

Pemanfaatan Perencanaan Pengendalian

Peraturan zonasi

Perizinan

Insentif & Disinsentif

Pengenaan sanksi

UU No . 26 tahun 2007 pasal 35 : Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan Peraturan zonasi , Perizinan , Insentif dan disintensif , serta Pengenaan sanksi

Pengaturan

Page 3: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 3

2. Dalam kawasan hutan lindung, masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam tanpa

merubah bentang alam.

3. Dalam hutan lindung tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas

kawasan hutan dan tutupan vegetasi.

4. Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih diperkenankan sepanjang tidak dilakukan

secara terbuka, dengan ketentuan dilarang mengakibatkan :

a. Turunnya permukaan tanah;

b. Berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan

c. Terjadinya kerusakan akuiver air tanah.

5. Penggunaan kawasan hutan baik itu kawasan hutan produksi dan hutan lindung, dilakukan tanpa

mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu

tertentu serta kelestarian lingkungan.

6. Pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung dapat diperkenankan dengan

ketentuan :

a. Prasarana untuk pencegahan dan penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor,

letusan gunung api, lahar dingin, dan potensi bencana lainnya.

b. Pembangunan pos – pos keamanan pada titik – titik tertentu sesuai kebutuhan pengamanan

lalu lintas dan pencegahan perambahan hutan.

c. Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang

jaringan prasarana tersebut.

d. Mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan.

B. Kawasan Yang Dapat Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

Kawasan yang dapat memberikan perlindungan kepada kawasan bawahannya meliputi kawasan resapan

air. Kawasan resapan air berfungsi untuk meresapkan dan menyimpan air ke dalam tanah pada musim

hujan sehingga pada musim kemarau ketersediaan air tanah tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan.

Dengan demikian kawasan ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan air tanah guna menunjang

kehidupan. Untuk mempertahankan fungsi resapan air, maka ketentuan umum peraturan zonasinya

ditetapkan sebagai berikut:

1. Dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya.

2. Permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum ditetapkan sebagai

kawasan lindung masih diperkenankan namun harus memenuhi syarat :

Page 4: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 4

a. Tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20% dan KLB maksimum 40%).

b. Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya serap air tinggi.

3. Dalam kawasan resapan air, wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku.

C. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat yang ditetapkan meliputi sempadan sungai dan ruang terbuka hijau.

Untuk mempertahankan fungsi kawasan perlindungan setempat ditetapkan peraturan zonasi untuk

masing-masing kawasan adalah :

1. Sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 m di kiri kanan sungai untuk sungai besar

dan 50 m dari kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan

permukiman berupa sempadan sungai dibangun jalan inspeksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku, dengan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

a. Dalam kawasan sempadan sungai, jenis pemanfaatan ruangnya untuk ruang terbuka hijau.

b. Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang

mengakibatkan terganggunya fungsi sungai.

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka dan fungsi

pengamanan sempadan.

d. Dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan

utilitas lainnya dengan ketentuan :

1) Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di

sepanjang pinggir sungai dalam wilayah sempadan sungai.

2) Dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

2. Kawasan sekitar danau/waduk:

a. Tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang dapat merusak fungsi danau/waduk,

kecuali untuk pembangunan/pengembangan PLTA yang memanfaatkan air dari danau.

b. Diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka dan fungsi

pengamanan sempadan danau.

3. Sempadan mata air sekurang-kurangnya memiliki jari-jari 200 m di sekitar mata air yang berfungsi

untuk melindungi mata air. Untuk itu maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai

berikut :

Page 5: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 5

a. Dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang

dapat merusak mata air.

b. Dalam kawasan sempadan mata air masih diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang

pariwisata alam sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan kegiatan budidaya terbangun di dalam

kawasan sekitar mata air dalam radius 200 (dua ratus) meter.

d. Dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan melakukan pengeboran air bawah

tanah pada radius 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air.

4. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan ditetapkan minimal seluas 30% luas perkotaan, meliputi RTH

publik minimal 20% dan privat minimal 10%. Ketentuan umum peraturan zonasi bagi kawasan ini

ditetapkan sebagai berikut :

a. Kawasan ruang terbuka hijau tidak diperkenankan dialihfungsikan.

b. Diperkenankan pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian, kuburan, hutan, dan rekreasi

terbuka.

c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi terbuka dan

kuburan.

d. Dalam kawasan ruang terbuka hijau masih diperkenankan dibangun fasilitas pelayanan sosial

secara terbatas.

D. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Kawasan ini meliputi kawasan suaka alam, cagar alam, taman nasional, dan hutan taman wisata. Untuk

mempertahankan fungsi kawasan ini ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi masing-masing

kawasan sebagai berikut :

1. Kawasan suaka alam dan cagar alam ditetapkan karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan

tumbuhan, satwa dan ekosistimnya atau ekosistim tertentu yang perlu dilindungi dan

perkembangannya berlangsung secara alami. Untuk menjaga kondisi tersebut ditetapkan ketentuan

umum peraturan zonasi sebagai berikut :

a. Dalam kawasan suaka alam dan cagar alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya

yang mengakibatkan menurunnya fungsi kawasan tersebut.

b. Dalam kawasan suaka alam dan cagar alam masih diperkenankan dilakukan kegiatan

penelitian, wisata alam dan kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi

kawasan tersebut.

Page 6: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 6

c. Dalam kawasan suaka alam dan cagar alam masih diperkenankan pembangunan prasarana

wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah dan penanggulangan

bencana alam.

2. Ketentuan umum peraturan zonasi pada taman nasional ditetapkan sebagai berikut :

a. Dalam kawasan taman nasional dilarang dilakukan kegiatan budidaya yang menyebabkan

menurunnya fungsi kawasan.

b. Dalam kawasan taman nasional dilarang dilakukan penebangan pohon dan perburuan satwa

yang dilndungi undang-undang.

c. Dalam kawasan taman nasional masih diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian dan wisata

alam sepanjang tidak merusak lingkungan.

d. Dalam kawasan taman nasional masih diperbolehkan dilakukan pembangunan prasarana

wilayah sepanjang tidak merusak atau mengurangi fungsi kawasan atau untuk kepentingan

pencegahan dan penanggulangan bencana alam.

E. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang

pasang dan kawasan rawan banjir. Untuk mencegah korban dan kerugian fisik akibat bencana ditetapkan

ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan rawan bencana

alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan (building code) sesuai dengan potensi

bencana alam serta dilengkapi jalur evakuasi.

2. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk.

3. Dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang untuk

mengurangi resiko bencana alam dan pemasangan sistem peringatan dini (early warning system).

4. Dalam kawasan rawan bencana alam masih diperkenankan adanya kegiatan budidaya lain seperti

pertanian, perkebunan dan kehutanan serta bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko

yang timbul akibat bencana alam.

7.1.3 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya yang ditetapkan meliputi :

a. Kawasan hutan produksi.

b. Kawasan perkebunan.

Page 7: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 7

c. Kawasan pertanian lahan basah

d. Kawasan pertanian lahan kering.

e. Kawasan Perikanan.

f. Kawasan pertambangan.

g. Kawasan Industri.

h. Kawasan pariwisata.

i. Kawasan permukiman.

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya ditetapkan sebagai berikut :

A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Untuk mempertahankan fungsi kawasan hutan produksi ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasinya

sebagai berikut :

1. Dalam kawasan hutan produksi, pemanfaatan hasil hutan dibatasi untuk menjaga kestabilan neraca

sumber daya hutan.

2. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat dialihfungsikan untuk kegiatan lain di luar

kehutanan setelah potensi hutan tersebut dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan yang

berlaku.

3. Dalam kawasan hutan produksi, pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan

pengamanan kawasan dan pemanfaatan hasil hutan.

4. Diperbolehkan dirubah fungsi menjadi hutan berfungsi lindung, sesuai ketentuan berlaku.

5. Pada kawasan hutan rakyat, diperkenankan untuk pemanfaatan campuran dengan fungsi lain

diantaranya perkebunan dan atau pertanian lahan kering serta hortikultura.

6. Diperbolehkan dibangun prasarana untuk kepentingan pemanfaatan hasil hutan dan pencegahan

serta penanggulangan bencana.

B. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsi kawasan perkebunan dan untuk mengendalikan

perkembangan fisik ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Dalam kawasan perkebunan tidak diperkenankan penanaman jenis tanaman perkebunan yang

bersifat menyerap air dalam jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan yang berlokasi di

daerah hulu/kawasan resapan air.

Page 8: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 8

2. Perusahaan besar perkebunan tidak diperkenankan menanam komoditas perkebunan yang tidak

sesuai dengan peruntukkan komoditas kawasan masing-masing.

3. Dalam kawasan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar tidak diperkenankan merubah

jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan serta harus sesuai

dengan komodidas perkebunan di kawasan tersebut.

4. Dalam kawasan perkebunan diperkenankan untuk dimanfaatkan sebagai hutan rakyat.

5. Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperkenankan adanya bangunan yang

bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan prasarana wilayah untuk kepentingan

pemanfaatan hasil perkebunan serta untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan

bencana.

6. Diversifikasi pada tanaman perkebunan dapat dilaksanakan sepanjang persyaratan teknis dipenuhi

dan sesuai perizinan yang diberikan.

C. Kawasan Pertanian tanaman pangan

Untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsi kawasan pertanian lahan basah ditetapkan ketentuan umum

peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Pada kawasan budidaya pertanian tanaman pangan diperkenankan adanya bangunan prasarana

wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian.

2. Dalam kawasan pertanian tanaman pangan diperkenankan dimanfaatkan sebagai kegiatan

perikanan.

3. Dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam secara terbatas,

penelitian dan pendidikan.

D. Kawasan Pertanian Hortikultura

Untuk menjaga fungsi dan optimalisasi kawasan pertanian lahan kering ditetapkan ketentuan umum

peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Pada kawasan budidaya pertanian hortikultura perkenankan adanya bangunan prasarana wilayah

dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian lahan kering.

2. Diperbolehkan pemanfaatan untuk permukiman, peternakan, dan industri.

3. Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas.

4. Pengembangan sarana dan prasarana industri agro.

5. Dapat dimanfaatkan untuk fungsi perkebunan rakyat.

Page 9: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 9

E. Kawasan Peruntukan Perikanan

Peruntukan kawasan perikanan meliputi perikanan tangkap, budidaya perikanan air tawar dan konservasi

perikanan air tawar. Untuk menjaga dan optimalisasi fungsi kawasan perikanan ditetapkan ketentuan

umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Pada kawasan budidaya perikanan perkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan

bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perikanan.

2. Pada kawasa budidaya perikanan diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana perikanan.

3. Pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak melebihi potensi lestari.

4. Pada kawasan perikanan yang juga dibebani fungsi wisata, pengembangan perikanannya tidak

boleh merusak/mematikan fungsi pariwisata.

5. Pemanfaatan kawasan perikanan tidak boleh mengakibatkan pencemaran lingkungan dan

kerusakan lingkungan lainnya.

F. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Untuk meningkatkan produktivitas dan kelestarian lingkungan pada kawasan pertambangan ditetapkan

ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Dalam kawasan pertambangan, kegiatan pertambangan dibatasi agar tidak mengakibatkan dampak

lingkungan yang merugikan bagi lingkungan hidup biotik dan abiotik di dalamnya maupun

disekitarnya.

2. Pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan lingkungan dalam

penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan penambangan.

3. Pengharusan pemulihan rona bentang alam pasca penambangan, sesuai ketentuan yang berlaku

bagi kawasan pertambangan.

4. Pengembangan kawasan permukiman pendukung kegiatan pertambangan, harus diintegrasikan

dengan pengembangan pusat – pusat kegiatan sesuai rencana pengembangan struktur ruang

wilayah kabupaten.

5. Tidak diperkenankan membangun kawasan permukiman eksklusif dalam kawasan pertambangan

yang tidak diintegrasikan dengan rencana struktur ruang kabupaten.

G. Kawasan Peruntukan Industri

Dalam usaha mendorong optimalisasi fungsi kawasan peruntukan industri yang sesuai dengan prinsip

kelestarian lingkungan maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

Page 10: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 10

1. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri diprioritaskan untuk mengolah bahan baku lokal

menggunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat.

2. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri dapat dilakukan untuk menampung kegiatan aneka

industri sesuai dengan karakteristik kawasan.

3. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan industri siap bangun diperbolehkan pada kawasan

peruntukan industri.

4. Diperbolehkan pengembangan kawasan permukiman baru pada kawasan peruntukan industri,

dengan pembatasan hanya untuk permukiman yang menunjang kegiatan industri dan kegiatan

buffer zone yang mampu meminimkan dampak bagi warga di kawasan permukiman dari kecelakaan

industri.

5. Diperbolehkan bagi permukiman penduduk yang sudah terlebih dulu bermukim di kawasan

peruntukan industri, tetapi dengan pembatasan kegiatan agar tidak mengakibatkan kecelakaan

industri.

H. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Dalam upaya mendorong pengembangan dan optimalisasi kawasan pariwisata, maka ditetapkan

ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :

1. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung dan daya tampung

lingkungan yang tidak menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata

alam.

2. Harus dilakukan perlindungan situs warisan budaya setempat pada kawasan wisata.

3. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif pariwisata.

4. Diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata.

5. Diharuskan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap bangunan hotel dan fasilitas

penunjang pariwisata pada kawasan wisata.

6. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir pada kegiatan penunjang wisata di kawasan wisata.

7. Dihimbau penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata sesuai dengan jenis

jasa yang disediakan pada kawasan wisata.

I. Kawasan Peruntukan Permukiman

Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan permukiman sebagai berikut:

1. Dalam kawasan permukiman dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata, perdagangan, jasa,

industri, dan lahan kering.

Page 11: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 11

2. Pengharusan penerapan ketentuan tata lingkungan dan tata bangunan.

3. Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan lingkungan.

4. Pengharusan penetapan jenis dan penerapan syarat-syarat pendirian dan penggunaan bangunan.

5. Pengharusan penyediaan kolam penampungan air hujan secara merata di setiap bagian daerah

yang rawan genangan air dan rawan banjir.

6. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi setiap bangunan untuk kegiatan usaha perdagangan

dan jasa serta industri.

7. Kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah tangga dalam kawasan permukiman

setinggi-tingginya sama dengan standar kepadatan layak huni, tidak termasuk bangunan hunian

yang terletak di dalam kawasan permukiman tradisional.

Berdasarkan pembagian arahan ketentuan umum, zonasi, jenis kegiatan dan kriteria ketentuan umum

diatas, dapat dirumuskan ketentuan umum pemanfaatan lahan di Kabupaten Musi Rawas sebagaimana

yang terlihat pada tabel VII - 1.

Page 12: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 12

Tabel VII – 1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Musi Rawas

NO KLASIFIKASI KEGIATAN

KLASIFIKASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS

KETERANGAN

Kawasan

Lindung Kawasan Hutan Kawasan Pertanian Kawasan Permukiman

Kawasan Pertambangan

TNKS Hutan

Lindung Hutan

Produksi

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi Konversi

Perkebunan Pertanian

Padi Sawah

Perkotaan Muara Beliti

Sub Pusat Agroplitan

Perdesaan

01 Pertanian

a. Pertanian tanaman

pangan

X X X X X T I T I I X

b. Pertanian hortikultura X X X X X I T T I I X

c. Peternakan X X X X X T I B I I X

d. Perikanan X X X X X T I B I I X

02 Perkebunan

a. Perkebunan Karet X X X X X I X X T I T* Sesuai kondisi

lapangan

b. Perkebunan Sawit X X X X X I * X X T I T* Sesuai Dengan

Ketentuan

Umum Pera-

turan Zonasi

Kaw. Budidaya

Serta Rencana

Pola Ruang

Page 13: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 13

NO KLASIFIKASI KEGIATAN

KLASIFIKASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS

KETERANGAN

Kawasan

Lindung Kawasan Hutan Kawasan Pertanian Kawasan Permukiman

Kawasan Pertambangan

TNKS Hutan

Lindung Hutan

Produksi

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi Konversi

Perkebunan Pertanian

Padi Sawah

Perkotaan Muara Beliti

Sub Pusat Agroplitan

Perdesaan

c. Perkebunan Kopi X X X X X I X X T I T* Sesuai kondisi

lapangan

d. Perkebunan Kelapa X X X X X I X X T I T* Sesuai kondisi

lapangan

03 Pertambangan

a. Migas X X X X X B X X X B I

b. Galian Strategis (Emas,

Timah Hitam, Biji Besi,

Nikel, perak, seng,

Batubara)

X X X X X B X X X B I

c. Galian Pasir (C) X X X X X B X X X B I

d. Bekas Tambang X X X X X B X X X B I

04 Pariwisata

a. Wisata Alam I I I I I I I I I I B

b. Wisata Buatan X X X X X X X I B B X

c. Wisata Budaya/ Ilmu

Pengetahuan/ Sejarah

I I I I I I I I I I B

05 Permukiman

a. Hunian (rumah) X X X X T T T I I I T* Sesuai

Page 14: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 14

NO KLASIFIKASI KEGIATAN

KLASIFIKASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS

KETERANGAN

Kawasan

Lindung Kawasan Hutan Kawasan Pertanian Kawasan Permukiman

Kawasan Pertambangan

TNKS Hutan

Lindung Hutan

Produksi

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi Konversi

Perkebunan Pertanian

Padi Sawah

Perkotaan Muara Beliti

Sub Pusat Agroplitan

Perdesaan

kebutuhan

lokal

b. Pendidikan (sekolah) X X X X B T T I I I T* Sesuai

kebutuhan

lokal

c. Kesehatan (fasilitas

kesehatan)

X X X X B T T I I I T* Sesuai

kebutuhan

lokal

06 Perdagangan

a. Perdagangan

Besar/Modern/Induk

X X X X X X X I I X X

b. Perdagangan Sedang X X X X X X X I I B X

c. Perdagangan Kecil

(tradisional)

X X X X X T T I I I T* Sesuai

kebutuhan

lokal

07 Industri

a. Industri

Besar/Berat/Manufaktur

X X X X X B X X I X I

b. Industri Sedang

(Pengeolahan)

X X X X X B B B I B I

Page 15: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 15

NO KLASIFIKASI KEGIATAN

KLASIFIKASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS

KETERANGAN

Kawasan

Lindung Kawasan Hutan Kawasan Pertanian Kawasan Permukiman

Kawasan Pertambangan

TNKS Hutan

Lindung Hutan

Produksi

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi Konversi

Perkebunan Pertanian

Padi Sawah

Perkotaan Muara Beliti

Sub Pusat Agroplitan

Perdesaan

c. Industri

Kecil/Ringan/Rumah

Tangga

X X X X X I I I I I T* Sesuai

kebutuhan

lokal

08 Pergudangan X X X X B I I B I I I

Sumber : Hasil Analisa

Keterangan :

1. Pemanfaatan diizinkan (simbol I)

2. Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi (simbol T)

3. Pemanfaatan memerlukan izin pengunaan bersyarat (simbol B)

4. Pemanfaatan yang tidak diizinkan atau Dilarang (simbol X)

Page 16: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 16

7.2 KETENTUAN UMUM PERIZINAN

Secara lebih rinci berkenaan dengan ketentuan perizinan ini, pada Undang-Undang Penataan Ruang No.

26 Tahun 2007 ditetapkan bahwa :

a. Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Penataan Ruang diatur oleh

Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

b. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh

pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang

benar, batal demi hukum.

d. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah

sesuai dengan kewenangannya.

e. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin dapat dimintakan penggantian yang

layak kepada instansi pemberi izin.

f. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah

dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang

layak.

g. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang

menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

7.2.1 Jenis Perizinan yang terkait dengan Penataan Ruang

Selanjutnya akan diuraikan jenis-jenis perizinan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Musi

Rawas yang berkaitan dengan penataan ruang berserta persyaratan yang diperlukan :

A. Izin Lokasi

Izin lokasi adalah izin peruntukan penggunaan tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal.

Izin ini berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah guna keperluan usaha

penanaman modal. Atas tanah yang dimohonkan izinnya itu dikenakan batasan luas tertentu yang

dibedakan antara izin yang diperuntukkan bagi usaha pertanian dan usaha nonpertanian.

Penanganan izin lokasi pada umumnya dilakukan oleh Kantor Pertanahan, tetapi di Kabupaten Musi

Rawas izin lokasi dikeluarkan melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Perizinan

(BPMPTP) dengan meminta rekomendasi teknis dari instansi terkait termasuk BKPRD Kabupaten Musi

Rawas.

Tidak semua perusahaan yang memperoleh tanah dalam rangka penanaman modal diwajibkan memiliki

izin lokasi. Izin lokasi tidak diperlukan dan dianggap sudah dimiliki dalam hal:

Page 17: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 17

a. Tanah yang akan diperoleh merupakan pemasukan (inbreng) dari para pemegang saham.

b. Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh perusahaan lain dalam

rangka melanjutkan pelaksanaan sebagian atau seluruh rencana penanaman modal perusahaan

lain tersebut sepanjang jenis peruntukannya sama, dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari

instansi yang berwenang.

c. Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha industri dalam suatu

kawasan industri.

d. Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita atau badan penyelenggara pengembangan suatu

kawasan pengembangan tersebut.

e. Tanah yang diperoleh diperuntukan untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan untuk

perluasan itu telah diperoleh izin perluasan usaha sesuai ketentuan yang terlalu, dan letak tanah itu

berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan.

Izin lokasi mempunyai masa berlaku berbeda-beda, tergantung luas tanah yang dimohonkan izinnya. Izin

lokasi berlaku satu tahun untuk tanah yang luasnya sampai dengan 25 hektar. Izin lokasi berlaku dua

tahun untuk tanah yang luasnya lebih dari 25 hektar sampai 40 hektar. Untuk tanah yang luasnya diatas

50 hektar, Izin lokasi berlaku selama tiga tahun.

Bila jangka waktu izin habis, izin dapat diperpanjang satu kali untuk jangka waktu selama satu tahun

dengan ketentuan tanah yang sudah diperoleh mencapai lebih dari 50% dari luas tanah yang ditunjuk

dalam izin lokasi. Untuk memperoleh izin lokasi, pihak yang mengajukan permohonan harus memenuhi

persyaratan tertentu, yaitu :

1. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.

2. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya.

3. Sketsa letak tanah.

4. Bagan/rencana tampak bangun/ site plan sementara.

5. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang kesanggupan ganti kerugian dan/atau menyediakan

tempat penampungan bagi pemilik tanah/yang berhak atas tanah.

6. Surat pernyataan kerelaan dari pemilik tanah bermaterai cukup.

7. Proposal ditangani pemohon dan cap perusahaan.

8. Fotocopy nomor pokok wajib pajak (NPWP).

9. Surat persetujuan dari presiden/BKPM/BKPMD bagi perusahaan PMA/PMDN.

10. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang tanah-tanah yang sudah dimiliki oleh perusahaan.

11. Surat keterangan terdaftar sebagai anggota REI.

12. Surat kuasa bermaterai cukup bila diurus orang lain.

Page 18: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 18

Dalam penerbitan izin lokasi, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan beberapa hal,

diantaranya aspek rencana tata ruang,aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak,

pemindahan hak, dan penggunaan tanah, serta aspek ekonomi,sosial budaya, dan lingkungan.

B. Izin Pemanfaatan Tanah

Izin pemanfaatan tanah yang merupakan izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang

pribadi dan/atau badan yang akan melaksanakan kegiatan dan/atau kegiatan yang mengakibatkan

perubahan peruntukan tanah pada bangunan/usaha yang dilakukan. Seperti halnya izin lokasi, izin

pemanfaatan tanah dibedakan antara yang digunakan untuk usaha pertanian, usaha nonpertanian, dan

kegiatan sosial dan keagamaan. Untuk usaha pertanian, luas tanah yang dimohonkan izin paling sedikit

25 hektar, untuk usaha nonpertanian paling sedikit 1 hektar, sedangkan untuk kegiatan sosial dan

keagamaan tanpa batasan luas.

Penanganan izin pemanfaatan tanah pada umumnya dilakukan oleh kantor pertanahan, tetapi ada pula

yang dilakukan oleh kantor pengendalian pertanahan daerah (KPPD), atau instansi lainnya yang dibentuk

olah Kabupaten Musi Rawas sesuai dengan otonomi daerah atau instansi terkait lainnya. Izin

pemanfaatan tanah tidak dikenakan untuk pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan. Izin

pemanfaatan tanah wajib dimiliki apabila rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan itu diubah

peruntukannya / pemanfaatannya untuk kepentingan usaha.

Izin pemanfaatan tanah mempunyai jangka waktu yang berlaku satu tahun. Bila jangka waktu izin dapat

diperpanjang satu kali untuk diperoleh mencapai lebih dari 50% dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin

lokasi.

Untuk memperoleh izin pemanfaatan tanah, pihak yang mengajukan permohonan harus memenuhi

persyaratan tertentu, yaitu:

1. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.

2. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya.

3. Uraian rencana proyek yang akan dibangun (proposal).

4. Surat pernyataan bermaterai cukup tanah-tanah yang sudah dimiliki oleh perusahaan pemohon dan

perusahaan – perusahaan lain yang merupakan grup pemohon.

5. Gambar kasar letak tanah/denah lokasi letak tanah yang dimohonkan izinnya.

6. Bagan/rencana tampak bangun/ site plan sementara.

7. Surat pernyataan kerelaan dari pemilik tanah bermaterai cukup.

8. Proposal ditangani pemohon dan cap perusahaan.

9. Fotocopy nomor pokok wajib pajak (NPWP).

10. Fotocopy kepemilikan tanah.

11. Surat persetujuan dari presiden/BKPM/BKPMD bagi perusahaan PMA/PMDN.

12. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang kerelaan dari pemilik hak atas tanah.

Page 19: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 19

13. Fotocopy SPPT dan tanda lunas PBB tahun terakhir.

14. Notulen rapat pelaksanaan sosialisasi (setelah rapat koordinasi dilaksanakan).

15. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang penyediaan fasilitas.

16. Surat kuasa bematerai cukup bila diurus orang lain.

C. Izin Perubahan Penggunaan Tanah

Izin perubahan penggunaan tanah (IPPT) adalah izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki

orang pribadi yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi non pertanian guna

pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan dengan ukuran seluas-luasnya 5.000 meter

persegi. IPPT merupakan jenis izin yang sering juga disebutkan izin pengeringan, tetapi istilah

pengeringan tidak selalu tetap sebab pengeringan dilakukan apabila yang diubah fungsi penggunaannya

adalah tanah sawah (basah) menjadi lahan pekarangan untuk permukiman (kering). IPPT tidak hanya

digunakan untuk menjadi dasar perubahan penggunaan dari sawah ke pekarangan, tetapi bisa juga dari

lahan pertanian yang sudah kering, seperti kebun dan tegalan menjadi tanah pekarangan yang

digunakan untuk permukiman/tempat tinggal.

Kedudukan IPPT sering kali digunakan sebagai prasyarat bagi izin-izin yang lain, seperti IMB sehingga

yang mesti dilakukan oleh pemohon izin adalah memenuhi IPPT terlebih dahulu sebelum mengurus

perizinan lain.

Penanganan IPPT pada umumnya dilakukan oleh kantor pertanahan, tetapi ada pula yang dilakukan oleh

dinas pertanahan atau dengan sebutan lain, kantor pengendali pertanahan daerah (KPPD), yang

dibentuk oleh kabupaten/kota yang bersangkutan sesuai dengan otonomi daerah atau instansi terkait

lainnya. Apabila IPPT telah diperoleh, pemohon diwajibkan mengurus pencatatan di kantor pertanahan

agar peralihan penggunaan tanah itu juga tercantum pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.

Hal-hal yang dipersyaratkan bagi pemohon IPPT, antara lain :

a. Fotocopy KTP pemohon.

b. Fotocopy sertifikat tanah.

c. Fotocopy surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) dan pelunasan pajak bumi dan bangunan

(PBB).

d. Sketsa letak/lokasi tanah yang dimohonkan izinnya.

e. Surat kuasa bermaterai cukup bagi pemohon yang mewakilkan kepada orang lain.

Dalam penerbitan IPPT, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan beberapa hal, seperti :

a. Aspek rencana tata ruang.

b. Letak tanah termasuk dalam wilayah ibu kota kecamatan yang bersangkutan.

c. Letak tanah berbatasan langsung dengan permukiman yang telah ada dan termasuk daerah

pertumbuhan permukiman.

Page 20: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 20

d. Letak tanah dilokasi yang mempunyai aksesibiltas umum jalan dan fasilitas umum lainnya, antara

lain fasilitas listrik, pam dan telepon.

e. Luas tanah yang diberi izin sebanyak-banyaknya dua kali luas rencana bangunan yang akan

dibangun ditambah luas untuk sempadan jalan sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang

berlaku.

f. Tanah sudah bersertifikat.

g. Tanah yang dimohonkan izinnya tidak termasuk tanah pertanian subur/sawah irigasi teknis.

h. Aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemondahan hak, dan penggunaan tanah.

i. Setiap perubahan penggunaan tanah harus selalu memperhatikan fungsi tanah dan daya dukung

lingkungan disekitarnya.

D. Izin Konsolidasi Tanah

Izin konsilidasi tanah adalah peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki kumpulan orang pribadi

dan atau badan yang akan melaksanakan penataan kembali penguasaan tanah, penggunaan tanah, dan

usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan guna meningkatkan kualitas lingkungan dan

pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat/pemilik tanah dilokasi

tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan tata ruang. Izin konsolidasi tanah mempunyai jangka

waktu berlaku satu tahun.

Untuk mendapatkan izin konsolidasi tanah, pemohon diwajibkan memenuhi persyaratan-persyaratan

tertentu, yaitu:

a. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku.

b. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya bila pemohon berbadan hukum.

c. Sketsa dan luas rencana lokasi sebelum dan sesudah penataan.

d. Surat permohonan konsliadasi tanah.

e. Site plan sementara.

f. Daftar nominatif calon peserta.

g. Surat pernyataan kesediaan.

1. Peserta konsolidasidari tanah swadaya.

2. Peserta memberi sumbangan tanah untuk pembangunan.

3. Peserta membayar biaya pelaksanaan konsolidasi tanah.

h. Bukti penguasaan tanah/pemilikan tanah tiap-tiap calon peserta (sertifikat/letter C/D/E).

i. Bila pemohonnya koperasi, dilengkapi surat keterangan bahwa pemohon adalah anggota koperasi.

j. Denah lokasi.

k. Surat kuasa bermaterai cukup bila diurus orang lain.

Izin konsolidasi tanah dapat diberikan kepada pemohon oleh instansi yang berwenang dengan

mempertimbangkan:

Page 21: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 21

a. Aspek rencana tata ruang.

b. Apabila sekurang-kurangnya 85% dari pemilik tanah yang luas tanahnya, meliputi sekurang-

kurangnya 85% dari luas seluruh areal tanah yang akan dikonsolidasikan menyatakan

persetujuannya dalam surat pernyataan persetujuan.

c. Status tanah sudah dikuasi oleh peserta konsolidasi tanah.

d. Letak tanah tidak beraturan/tidak ada jalam penghubung antar penghuni.

e. Adanya kesediaan dari para peserta konsolidasi tanah untuk merelakan sebagian tanahnya untuk

sumbangan pembangunan/fasilitas umum.

f. Letak tanah di daerah perkotaan dan merupakan tanah non pertanian atau letak tanah di daerah

pedesaan dan merupakan tanah pertanian.

E. Izin Penetapan Lokasi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Izin penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum adalah izin peruntukan penggunaan tanah

yang diperlukan oleh instansi pemerintah yang akan melaksanakan pengadaan tanah guna pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum. Dengan demikian pemohon izin adalah instansi pemerintah

sendiri. Dalam penerbitan izin ini, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan beberapa hal,

seperti :

a. Aspek rencana tata ruang.

b. Aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemindahan hak, dan pengunaan tanah.

c. Aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan.

d. Tanah yang diperoleh akan dimiliki pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum.

F. Izin Mendirikan Bangunan atau Izin Mendirikan Bangun – Bangunan

Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau izin mendirikan bangun-bangunan (IMBB) diterbitkan oleh

instansi yang berwenang. IMB/IMBB wajib dimiliki oleh orang yang hendak mendirikan bangunan.

Instansi yang diberi wewenang untuk menerbitkan IMB/IMBB memang beragam, dinas tata kota dan tata

bangunan, unit pelayanan terpadu satu atap, dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang, dan

sebagainya. Di Kabupaten Musi Rawas IMB dikeluarkan melalui Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Perizinan (BPMPTP) dengan meminta rekomendasi teknis dari instansi terkait

termasuk BKPRD Kabupaten Musi Rawas. IMB/IMBB diberikan dengan tujuan penataan bangunan yang

sesuai dengan rencana tata ruang kota.

Pengertian mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian

termasuk menggali, menimbun, meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan menggadakan

bangunan, memperbaiki/merenovasi dan menambah bangunan, bahkan juga membongkar bangunan.

IMB/IMBB dibuat berdasarkan rencana kabupaten/kota dan pada umumnya memuat penjelasan

mengenai:

1. Bentuk dan ukuran persil.

2. Alamat persil.

Page 22: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 22

3. Jalan dan rencana jalan disekeliling persil.

4. Penggunaan bangunan dan jumlah lantai.

5. Peruntukan tanah diatas persil.

6. Garis-garis sempadan.

7. Arah mata angin.

8. Skala gambar.

9. Tanah yang dikosongkan untuk rencana jalan dan sarana utilitas umum lain, dan sebagainya.

Penting untuk dicermati bahwa IMB/IMBB dimaksudkan sebagai perangkat yuridis untuk mewujudkan

tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus

kepastian.

Dengan adanyan IMB atau IMBB, pemegang izin mendapatkan pegangan ketika melakukan kegiatan

yang berhubungan dengan bangunan, misalnya bangunan didirikan sesuai dengan perencanaan

penataan ruang, sehingga tidak mungkin ada penggusuran karena dinilai tidak sesuai dengan rencana

kawasan. Di samping itu, IMB/IMBB juga digunakan dalam rangka mengatur bangunan sehingga bahan

sesuai dengan standar, juga pendiriaannya akan diupayakan agar tidak menganggu lingkungan sekitar,

misalnya lalu lintas jalan, tidak merusak benda cagar budaya, konstruksi dan bahannya memenuhi

standar keselamatan dan sebagainya. Untuk itu persyaratan-persyaratan yang ditetapkan mengarah

kepada berbagai kebutuhan tersebut. Untuk mendapatkan IMB/IMBB harus dipenuhi persyaratan dan

ketentuan berikut :

a. Persyaratan Administrasi

1. Mengisi blangko permohonan yang disediakan Dinas Perizinan dan disetujui tetangga serta

dilegalisir/diketahui ketua RT, ketua RW, lurah, dan camat setempat.

2. Salinan surat bukti hak tanah/sertifikat tanah (rangkap dua).

3. Surat kerelaan pemilik tanah jika tanah itu bukan milik pemilik bangunan dengan materai

Rp. 6.000,-

4. Melampirkan surat pernyataan menanggung risiko konstruksi bangunan bermaterai Rp. 6.000,-

5. Fotocopy KTP pemohon (rangkap dua).

6. Izin Peruntukan Lahan (IPL).

7. Sketsa letak/lokasi bangunan akan didirikan.

8. Rencana kerja dan syarat-syarat/rencana anggaran belanja.

9. Rekomendasi dari instansi teknis terkait.

10. Surat kuasa bermaterai Rp. 6.000,- apabila yang mengurus atau mengambil izin bukan

pemohon.

11. Rekomendasi dari BP3 apabila itu bangunan cagar budaya.

Page 23: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 23

b. Persyaratan Teknis

1. Bangunan bertingkat, syarat umum bangunan bertingkat

a. Site plan / gambar situasi dan tata letak bangunan.

b. Gambar rencana denah, rencana fondasi, rencana atap, rencana titik lampu, sanitasi dan

detail sanitasi, potongan melintang dan potongan memanjang, tampak depan, tampak

samping, gambar pagar, gambar kontruksi (kolom/kolom praktis, sloof, ring balok, balok

lintel, kuda-kuda beton, detail, plat lantai, tangga dan lain-lain).

c. Tanda tangan tetangga pada gambar rencana.

d. Hitungan konstruksi (rangkap dua).

e. Penyelidikan tanah rangkap.

f. Tanda tangan penanggung jawab gambar

g. Surat pernyataan sanggup menanggung risiko konstruksi bermaterai.

2. Bangunan tidak bertingkat, syarat umum bangunan tidak bertingkat

a. Gambar rencana bangun-bangunan.

b. gambar rencana denah, rencana fondasi, rencana atap, rencana titik lampu, sanitasi dan

detail sanitasi, potongan melintang dan potongan memanjang, tampak depan, tampak

samping, gambar pagar, gambar kontruksi (kolom/kolom praktis, sloof, ring balok, balok

lintel, kuda-kuda beton, detail, plat lantai, tangga dan lain-lain).

c. gambar rencana konstruksi (beserta detailnya).

d. gambar rencana instalasi (titik lampu, sakelar, stop kontak, dan lain-lain).

e. gambar rencana dan detail sanitasi (SPAH, Sp, septic tank, instalasi pemadam

kebakaran).

c. Penertiban bangunan, syarat umum penertiban bangunan:

1. Gambar situasi/gambar situasi dan tata letak bangunan (existing), bila diperlukan.

2. Denah, tampak depan dan tampak samping, potongan, gambar pagar, bila ada gambar titik

lampu, sanitasi dan detail sanitasi.

3. Foto bangunan (depan dan samping) rangkap dua, diusahakan keseluruhan bangunan).

4. Tanda tangan penanggung jawab gambar dan hitungan konstruksi.

5. Surat pernyataan sanggup menanggung risiko konstruksi bermaterai rp. 6.000,-

d. Bangunan Komersial, syarat umum bangunan komersial:

1. Amdal.

2. UKL dan UPL.

3. Surat pernyataan pengelolaan lingkungan hidup.

4. Surat pernyataan kesanggupan menyediakan tempat parkir bermaterai (untuk usaha).

5. Rekomendasi kebakaran dari Kantor Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan

Kebakaran.

Page 24: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 24

6. Rekomendasi dari subdinas pengairan/Dinas PU provinsi bila bangunan terletak dipinggir kali

atau saluran pengairan.

7. IPL, untuk mendirikan menara/tower/antena, rencana anggaran biaya.

8. IPL, untuk mendirikan SPBU, dan rekomendasi dari Pertamina atau pemasok resmi.

9. Site plan yang menjadi satu kesatuan dengan IPL harus disetujui oleh Bappeda dan dinas PU

Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Musi Rawas

e. Legalisasi

1. Mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Perizinan/Instansi lain yang berwenang.

2. Melampirkan fotocopy KTP pemohon.

3. Melampirkan sketsa/dengan lokasi.

f. Izin Mendirikan Bangunan Rumah Ibadat

IMB untuk rumah ibadat diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006. Persyaratan yang diperlukan guna

mendapatkan IMB rumah ibadat sama seperti untuk memperoleh IMB.

untuk bangunan gedung biasa disertai dengan syarat lain, yaitu :

a. Daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 orang yang disahkan oleh

pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah.

b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa.

c. Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten.

d. Rekomendasi tertulis forum kerukunan umat beraga kabupaten.

g. Izin Gangguan HO (Hinder Ordonantie)

Izin Gangguan HO(Hinder Ordonantie) merupakan izin yang diberikan untuk tempat usaha kepada

orang pribadi atau badan dilokasi tertentu yang bisa menimbulkan bahaya, kerugian, dan

gangguan. Persyaratan yang diperlukan, antara lain sebagai berikut :

1. Syarat Umum

a. Fotocopy KTP.

b. Fotocopy sertifikat tanah.

c. Fotocopy IMBB atau surat mengurus/balik nama/alih fungsi IMB.

d. Denah tempat usaha dan gambar situasi (site plan) tempat usaha yang jelas.

e. Surat pernyataan tanah dan bangunan tidak dalam sengketa.

f. Surat persetujuan dari tetangga sekitar tempat usaha dengan diketahui oleh pejabat wilayah

setempat (ketua RT, ketua RW, lurah, dan camat).

g. Stopmap snelhekter.

2. Syarat badan hukum gangguan besar. Syarat umum dan syarat badan hukum;

a. Dokumen untuk pengelola lingkungan hidup.

b. Fotocopy akta pendirian perusahaan/cabang perusahaan.

Page 25: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 25

3. Syarat perorangan gangguan besar

a. Syarat umum dan syarat perorangan.

b. Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup.

4. Syarat gangguan kecil

5. Syarat perpanjangan

Syarat umum dan syarat perpanjangan

1. Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup.

2. Fotocopy sk ho dilampiri sk ho asli.

3. Situasi gambar (gs) imb.

6. Syarat pencabutan dan badan hukum

Syarat umum dan pencabutan badan hukum

1. Surat permohonan.

2. Fotocopy sk ho dilampiri sk ho asli atau surat kehilangan dari kepolisian RI.

3. Akta pencabutan.

7. Syarat pencabutan perorangan

Syarat umum dan syarat pencabutan perorangan

1. Syarat permohonan.

2. Fotocopy sk ho dilampiri sk ho asli atau surat kehilangan dari kepolisian.

8. Syarat duplikat

1. Surat permohonan

2. Surat keterangan kehilangan dari kepolisian.

9. Syarat sewa

Syarat umum dan syarat sewa.

5. Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tempat atau bukti sewa-menyewa.

h. Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi Seluler

Jenis izin ini masih tergolong relatif baru, yang muncul seiring dengan berkembangnya teknologi

komunikasi yang memerlukan sarana dan prasarana, di antaranya berupa menara. Izin

pembangunan menara telekomunikasi seluler dimaksudkan untuk mengendalikan aktivitas

masyarakat dan mencegah dibangunnya menara telekomunikasi seluler yang tidak terkendali.

Untuk itu, diperlukan kaidah tata ruang, lingkungan, dan estetika.

Seperti kita ketahui, untuk mendukung sarana telekomunikasi, terutama yang berjenis nirkabel,

sangat diperlukan sarana berupa menara. Menara telekomunikasi tersebut ada yang berfungsi

sebagai base transceiver station, yakni pusat transmisi dan penerima terdiri atas seperangkat alat

komunikasi data dan komunikasi suara dengan teknologi tertentu melalui spektrum frekuensi radio

yang dioperasikan oleh operator. Bahkan, dalam perkembangannya tidak jarang satu menara

dimanfaatkan secara bersama-sama oleh lebih dari satu operatoruntuk kepentingan-kepentingan

Page 26: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 26

mereka yang bersifat paralel, misalnya sama-sama untuk fungsi repeater telekomunikasi GSM,

maupun untuk kepentingan yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu para operator perlu

mendapatkan penataan melalui stelsel perizinan.

Dalam hal ini pembangunan menara perlu diperhatikan berbagai hal, seperti penetapan lokasi,

pembagian zona, dan bentuk menara telekomunikasi. Ketika menentukan lokasi pembangunan

menara, misalnya diperhatikan ketentuan mengenai penataan ruang, keamanan dan ketertiban

lingkungan, estetika, serta kebutuhan telekomunikasi yang lain.

Untuk penetapan lokasi menara telekomunikasi ditentukan zona berdasarkan berbagai hal, seperti

kepadatan penduduk, jumlah sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah untuk

kepentingan perdagangan dan jasa serta infrastruktur lain, dan letak wilayah yang bersangkutan.

Izin pembangunan menara telekomunikasi seluler dapat diberikan kepada semua orang atau badan

hukum yang menyelenggarakan kegiatan pemanfaatan dan/atau pembangunan menara

telekomunikasi seluler. Izin tersebut dapat diberikan oleh bupati dan dipandang perlu ada

pembatasan masa berlaku, misalnya dua tahun dan dapat diperpanjang.

Pembangunan menara telekomunikasi harus mengacu pada Surat Edaran Dirjen Penataan Ruang

Kementerian Pekerjaan Umum nomor: 06/SE/Dr/2011 tentang Petunjuk Teknis Kriteria Menara

Telekomunikasi.

Untuk dapat memperoleh izin pemohon harus memenuhi berbagai persyaratan, di antaranya :

1. Rekomendasi ketinggian dari Komandan Pangkalan AU terdekat.

2. Surat kuasa yang sah dari perusahaan apabila diurus oleh pihak lain.

3. Bukti kepemilikan tanah apabila milik sendiri.

4. Surat kerelaan atau perjanjian penggunaan/pemanfaatan tanah.

5. Surat pernyataan persetujuan warga sekitar dalam radius 1,5 kali tinggi menara.

6. Surat pernyataan sanggup mengganti kerugian kepada warga masyarakat apabila terjadi

kerugian/kerusakan yang diakibatkan oleh keberadaan menara telekomunikasi seluler tersebut.

7. Gambar teknis yang meliputi gambar situasi, denah bangunan dengan skala 1:100, gambar

potongan, rencana fondasi 1:100, dan perhitungan struktur.

8. Persyaratan lain yang disesuaikan dengan situasi daerah.

Kepada pemegang izin pembangunan menara telekomunikasi seluler, baik itu perorangan maupun badan

dibebani kewajiban-kewajiban tertentu, misalnya:

a. Bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan oleh pelaksanaan izin yang telah diberikan.

b. Melaksanakan ketentuan teknik, kualitas, standar keamanan dan keselamatan, dan kelestarian

fungsi lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Membantu pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukan oleh petugas.

Page 27: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 27

i. Izin In Gang

Izin in gang ini diperlukan bagi kagiatan tertentu yang memerlukan adanya jalan masuk secara

khusus ke lokasi kegiatan usaha. Dalam hal ini kegiatan tersbut memerlukan akses jalan untuk

memungkinkan pemakai jalan memasuki tempat kegiatan tersebut. Untuk mendapatkan izin in

gang diperlukan berbagai persyaratan, diantaranya :

a. Mengisi formulir yang telah disediakan, diketahui ketua RT sampai dengan camat.

b. Fotocopy KTP pemohon.

c. Fotocopy sertifikat tanah atau surat ukur yang dikeluarkan kantor pertanahan.

d. Gambar sketsa lokas.

e. Gambar rencana jalan masuk (in gang).

f. Surat pernyataan (bilamana diperlukan).

j. Izin Saluran Air Hujan

Izin saluran air hujan diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan pembangunan saluran

air hujan tertentu. Untuk mendapatkan izin ini diperlukan berbagai persyaratan, diantaranya :

a. Mengisi formulir yang telah disediakan, diketahui ketua RT sampai camat.

b. Fotocopy KTP pemohon.

c. Fotocopy sertifikat tanah atau surat ukur yang dikeluarkanoleh kantor pertanahan.

d. Gambar sketsa lokasi.

e. Gambar rencana jalan masuk (in gang) atau saluran air hujan.

f. Surat pernyataan tidak bermaterai.

k. Izin Saluran Air Limbah/Saluran Air Kotor

Izin saluran air limbah diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan pembagunan saluran

air limbah/air kotor tertentu. Untuk mendapatkan izin ini diperlukan berbagai persyaratan,

diantaranya :

a. Fotocopy IMBB/IMB.

b. Denah situasi.

c. Bagi bangunan yang belum memiliki IMBB, agar melampirkan fotocopy sertifikat tanah.

d. Fotocopy KTP pemohon.

7.3 KETENTUAN UMUM INSENTIF DAN DISINSENTIF

Ketentuan insentif dan disintensif menjadi alat yang paling efektif dalam rangka mencapai tujuan

perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan serta dalam mewujudkan struktur dan pola ruang yang

telah direncanakan. Insentif diberikan kepada pihak calon pemanfaatan lahan yang bersesuaian dengan

rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan disinsentif diberikan pada pemanfaat lahan yang tidak

bersesuaian dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, selama tidak mebawa dampak penting

terhadap lingkungan fisik dan sosial.

Page 28: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 28

Insentif yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan

kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, dapat berupa:

1. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham.

2. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur.

3. Kemudahan prosedur perizinan.

4. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.

Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang

tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang dapat berupa :

1. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk

mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau.

2. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Dalam pemberian insentif dan disinsentif seyogyanya dengan tetap menghormati hak masyarakat.

Sedangkan Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:

a. Pemerintah kepada pemerintah daerah.

b. Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya.

c. Pemerintah kepada masyarakat.

Ketentuan insentif berlaku untuk kawasan yang didorong pertumbuhannya, seperti :

1. Kawasan Pertanian; dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui

pembangunan pertanian yang progresif ditetapkan bentuk dan besaran insentif bagi masyarakat

yang mengolah atau menginvestasikan lahannya untuk kegiatan pertanian sesuai peruntukan yang

telah ditetapkan. Insentif dapat juga berupa pemberian bantuan langsung kepada keluarga petani,

baik petani pemilik maupun petani penggarap selain mendapatkan kemudahan dalam sertifikasi

tanah dan pengurusan property lainnya terkait dengan kegaitan pertanian.

2. Pusat Pelayanan/ Sub Pusat Agropolitan, yaitu Distrik Megang Sakti, Prabumulih, Sp.

Semambang, Sp. Nibung dan Sp. Terawas; merupakan pusat-pusat pelayanan bagi kegiatan

agropolitan dan oleh karena itu kawasan ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak agar

mampu menjalankan perannya. Bagi masyarakat ataupun pihak swasta yang berpartisipasi dan

berusaha pada kawasan akan diberikan insentif secara signifikan, baik berupa kemudahan

pengurusan izin usaha, keringanan pajak, fasilitasi kerjasama dengan petani/masyarakat sekitar dan

lain-lain.

3. Kawasan Hutan Produksi, khususnya yang berada di Kecamatan Rawas Ulu dan Rupit Bagian

Barat dan Muara Lakitan bagian Selatan, sebagaimana yang terlihat pada peta status hutan

Page 29: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 29

diarahkan untuk melakukan revitalisasi kawasan hutan produksi dengan pengelolaan hutan berbasis

masyarakat dan dengan prinsip keberkelanjutan.

4. Kawasan Perkotaan Muara Beliti; dalam rangka mendorong pertumbuhan kawasan perkotaan

Muara Beliti dengan segala kebutuhannya diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan

pihak swasta. Untuk itu perlu dirumuskan secara lebih rinci bentuk dan besaran insentif bagi pihak-

pihak yang berminat menanamkan modalnya atau berpartisipasi secara teknis dalam pembangunan

Kota Muara Beliti sebagai pusat pemerintahan dan pusat pelayanan agropolitan.

5. Kawasan Perkebunan; perkebunan sawit dan karet baik milik rakyat ataupun yang dikelola swasta

secara faktual adalah tulang punggung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Rawas dan sekaligus

masyarakatnya. Untuk itu, setelah ditetapkan kawasan-kawasan yang sesuai untuk kedua komoditas

tersebut, maka bagi masyarakat ataupun pihak swasta yang mengembangkan usahanya pada

kegiatan ini akan diberikan dukungan dan bantuan yang terkait dengan peningkatan produktivitas,

kemudahan dalam pengelolaan, pengolahan dan pemasaran, kemudahan dalam perizinan, fasilitasi

perolehan tenaga kerja lokal yang handal dan lain-lain sehingga mempunyai daya tarik signifikan

bagi para investor menanamkan modalnya di Musi Rawas.

Ketentuan disinsentif berlaku bagi kawasan yang perkembangannya dikendalikan dan dibatasi secara

ketat, seperti;

1. Kawasan TNKS; kawasan TNKS dalam pengelolaannya dibedakan menjadi kawasan inti dan

penunjang. Pada kawasan inti sama sekali tidak diperkenankan melakukan kegiatan apapun, kecuali

hanya penelitian ilmiah. Sedangkan pada kawasan penunjang masih diperkenankan melakukan

kegiatan yang berdampak positif terhadap keberadaan dan keberlangsungan TNKS, seperti kegiatan

wisata hutan yang dikenal dengan ekowisata. Bagi masyarakat atau pihak swasta yang

menyelenggarakan kegiatan dalam kawasan TNKS yang berseberangan dengan fungsi dan peran

yang melekat pada TNKS, maka akan diberikan diinsentif, berupa kenaikan pajak, syarat usaha yang

lebih berat, tanggung jawab sosial yang lebih besar terutama terhadap masyarakat lokal sekitar

TNKS. Pada taraf tertentu disinsentif akan berubah menjadi sanksi, sebagaimana peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Kawasan Rawan Banjir; sebagaimana yang telah diindikasikan oleh peta kawasan lindung, bahwa

pada wilayah Kecamatan Rawas Ulu, Rupit, Rawas Ilir, Nibung, Karang Dapo, Muara Kelingi, Muara

Lakitan dan Megang Sakti terdapat kawasan dengan potensi banjir yang cukup tinggi. Kondisi

eksisting saat ini, kawasan tersebut merupakan kawasan perkebunan sawit yang dikelola oleh

perusahaan swasta. Untuk menjaga timbulnya kerugian bagi semua pihak maka kawasan tersebut

mendapat perlakukan tertentu sehingga dapat mengurangi atau terhindar dari ancaman bahaya

banjir. Adalah akan lebih baik bila pendekatan disinsentif diterapkan pada kawasan yang potensial

dilanda bahaya banjir ini diarahkan untuk dijadikan kawasan lindung. Pendekatan pengenaan pajak

Page 30: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 30

lingkungan dan meningkatkan syarat-syarat bagi pelaku perkebunan pada kawasan ini merupakan

salah satu cara yang dapat dilakukan.

3. Kawasan Lindung Setempat; adalah kawasan sempadan sungai, danau, bendungan/dam, sempadan

area sumber mata air dan juga lahan dengan kemiringan diatas 40%, adalah kawasan (areal) yang

secara hukum adalah kawasan yang harus dilindungi. Setelah ditetapkan luasan/radius

sempadan/areal lindung, seperti sempadan sungai/danau minimal 100 meter, sempadan areal

sumber mata air dengan radius 2,5 Km (tergantung dari beberapa faktor, seperti kemiringan,

vegetasi, debit air, jeis tanah, penggunaan lahan sekitar, dan lain-lain), maka pada areal tersebut

tidak diperkenankan sama sekali adanya kegiatan apapun. Bagi bangunan/kegiatan yang sedang

berlangsung di atas atau pada kawasan sempadan yang dimaksud di atas akan dikenakan beberapa

beban, seperti retribusi lingkungan, kenaikan pajak, tidak akan diberikannya izin usaha/bangunan

dan izin lain yang terkait dengan rencana pemanfaatan sempadan selain untuk lindung. Untuk

daerah Kabupaten Musi Rawas yang menjadi titik perhatian adalah pada sempadan Sungai Rawas,

Sungai Musi, Sungai Rupit, Sungai Semangus, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Megang,

Sungai Lemutas dan Sungai Gegas.

4. Kawasan Pertambangan; hasil pertambangan pada umumnya memberikan sumbangan yang sangat

besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, namun pada sisi lain juga membawa dampak kurang

baik bagi lingkungan alam dan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kawasan pertambangan perlu

dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak merusak lingkungan dan membawa kesejahteraan bagi

masyarakat lokal/sekitar pertambangan. Hal ini tentu perlu campur tangan pemerintah, agar tercipta

keseimbangan antara kebutuhan biaya pembangunan dan kelestarian lingkungan. Untuk itu dalam

pengelolaan kawasan pertambangan diperlukan berbagai syarat yang terkait dengan lingkungan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta peraturan internasional yang

sudah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.2

dibawah ini.

Page 31: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 31

Tabel 7 – 2

Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Arahan Pemberian

KLASIFIKASI PEMANFAATAN

RUANG INSENTIF DISINSENTIF

Kawasan Lindung

TNKS

Pemberian penghargaan kepada pihak yang

melakukan rehabilitasi fungsi TNKS

Memberikan kompensasi permukiman dan atau

imbalan kepada penduduk yang bersedia

direlokasi dari TNKS

Pembatasan dukungan infrastruktur

Tidak mengeluarkan IMB

Pembatasan bantuan sosial-ekonomi

bagi masyarakat yang masih

bermukim pada kawasan TNKS

Kawasan Lindung

Setempat/ Hutan

Lindung

Pemberian penghargaan kepada pihak yang

melakukan rehabilitasi fungsi kawasan lindung

Memberikan kompensasi permukiman dan atau

imbalan kepada penduduk yang bersedia

direlokasi dari kawasan lindung

Pembatasan dukungan infrastruktur.

Tidak diterbitkannya sertifikat Tanah

dan Bangunan.

Tidak mengeluarkan IMB ataupun izin

usaha lain

Tidak menyalurkan bantuan sosial-

ekonomi bagi penduduk yang masih

bermukim pada kawasan

lindung/hutan lindung

Hutan Produksi Memberikan penghargaan/imbalan kepada pihak

pengelola hutan yang mengusahakan hutan

sesuai pertauran perundang-undangan yang

berlaku

Memberikan penghargaan/imbalan kepada pihak

pengelola hutan yang merehabilitasi kawasan

lidnung setempat pada kawasan hutan produksi

Penambahan syarat pengusahaan

hutan produksi terkait peningkatan

kualitas lingkungan

Meningkatkan nilai retribusi dan atau

pajak hasil hutan bila pengelola hutan

tidak mengikuti aturan pengusahaan

hutan yang berlaku

Memberikan pinalti bagi pengusaha

hutan yang tidak mematuhi aturan

perundang-undangan yang berlaku

Perkebunan Memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan

saham, kemudahan perizinan, kepada pihak yang

mengusahakan perkebunan karet yang sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan

saham, kemudahan perizinan, kepada pihak yang

Pengenaan retribusi/ kenaikan

pajak/kompensasi bagi pengusaha

yang dalam pengelolaan kegiatannya

mengabaikan kerusakan lingkungan

dan atau tidak sesuai dengan aturan

perundang-undangan yang berlaku

Page 32: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 32

KLASIFIKASI PEMANFAATAN

RUANG INSENTIF DISINSENTIF

mengelola perkebunan dengan memprioritaskan

penyerapan tenaga kerja lokal

Memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan

saham, kemudahan perizinan, kepada pihak yang

mengelola perkebunan dengan merehabilitasi

kawasan lindung setempat

Pencabutan izin usaha dan HGU pada

perusahaan yang terbukti melanggar

aturan

Pertanian Padi

Sawah

Memberikan imbalan, penghargaan, dukungan

infrastruktur dan bantuan (subsidi) bagi petani

yang memperluas lahan pertanian padi sawah

Memberikan kemudahan berbagai perizinan bagi

petani yang memperluas lahan atau tetap

mempertahankan luas lahan pertanian padi sawah

Memberikan bantuan-bantuan khusus kepada

petani padi sawah (saprotan, beasiswa sekolah

anak petani, dll)

Menjamin harga gabah tetap tinggi (subsidi)

Pengenaan pajak progresif pada tanah

subur yang tidak berfungsi lindung

dan berada pada kawasan pertanian

namun tidak diolah (produktif)

Pengenaa retribusi dan pajak yang

tinggi bagi bangunan yang didirikan

pada areal pertanian padi sawah

Pengenaan retribusi yang tinggi bagi

penduduk yang memanfaatkan air

irigasi bukan untuk pertanian, kecuali

tidak mengurangi debit dan volume air

irigasi

Kawasan Perkotaan

(PKL, Muara Beliti)

Memberikan imbalan, penghargaan, kompensasi

dan kemudahan usaha bagi penduduk (swasta)

yang melakukan investasi pada kawasan

perkotaan

Menyediakan kavling strategis yang murah atau

pinjam pakai sampai 25 tahun) bagi pengusaha

yang akan bergiat pada kawasan ini

Memberikan keringanan pajak kepada pengusaha

yang berminat berusaha/ menanamkan modalnya

Menyiapkan lahan matang secara gratis untuk

bangunan komersial

Meningkatkan nilia PBB pada kawasan

perkotaan lain selain kawasan

perkotaan Muara Beliti

Mengenakan retribusi yang tinggi pada

bangunan yang dibangun diluar

ketentuan penataan ruang yang sudah

ditetapkan

Kawasan

Pertambangan

Menyiapkan dukungan administratif sehingga

terdapat kepastian hukum berusaha

Memberikan kemudahan dalam prizinan

Mengenakan retribusi yang tinggi bagi

perusahaan yang melakukan

gangguan terhadap pelatarian

Page 33: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 33

KLASIFIKASI PEMANFAATAN

RUANG INSENTIF DISINSENTIF

Dukungan pembangunan infrastruktur

Memfasilitasi urusan birokrasi dengan pemerintah

provinsi dan pusat

Mendukung pelatihan tenaga lokal sesuai

kebutuhan perusahaan pertambangan

lingkungan

Mengenakan retribusi khusus bagi

persuahaan pertambangan yang tidak

melibatkan tenaga kerja lokal lebih

dari 40%

Sumber : Hasil Analisis

7.4 ARAHAN SANKSI

Sebelum menjelaskan tentang sanksi-sanksi yang terkait dengan pelanggaran UU Penataan Ruang,

maka untuk RTRW Kabupaten Musi Rawas ada baiknya disampaikan kemungkinan-kemungkinan

pelanggaran yang akan terjadi bila RTRW ini sudah disahkan secara hukum dalam bentuk Perda RTRW

Kabupaten Musi Rawas. Diantara kemungkinan pelanggaran yang akan terjadi adalah :

1. Tidak dijalankannya program rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung, baik kawasan lindung

TNKS, kawasan lindung setempat ataupun kawasan yang memberikan perlindung bagi kawasan di

bawahnya.

2. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan rencana pola ruang yang telah

ditetapkan.

3. Mendirikan bangunan pada kawasan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan,

seperti pada kawasan lindung, RTH, pada kemiringan yang lebih dari 40%, dan lain-lain sebagainya.

4. Pemanfaatan fasilitas/utilitas publik untuk keperluan perorangan.

5. Dan lain-lain sebagainya.

Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan

sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang dan peraturan zonasi. Dalam Undang-Undang Penataan Ruang 26 Tahun 2007 pengenaan sanksi

tidak hanya diberikan kepada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan

pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang

menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang.

c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang.

Page 34: Bab 7 ketentuan pengendalian pemanfataan ruang

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2008 | H A L A M A N VII - 34

d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan

dinyatakan sebagai milik umum.

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dapat dikenai sanksi administratif,

seperti:

a. Peringatan tertulis.

b. Penghentian sementara kegiatan.

c. Penghentian sementara pelayanan umum.

d. Penutupan lokasi.

e. Pencabutan izin.

f. Pembatalan izin.

g. Pembongkaran bangunan.

h. Pemulihan fungsi ruang.

i. Denda administratif.

Dalam konteks wilayah Kabupaten Musi Rawas, arahan sanksi akan dikaitkan dengan peraturan umum

zonasi dan ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana yang telah disampaikan di atas. Sedangkan

sanksi pidana mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait.