pemanfataan jerami padi dan kotoran ternak (paper)

20
PEMANFATAAN JERAMI PADI DAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI PUPUK GUNA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI (Studi Kasus di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta) Oleh : Albertus E.O Anggol (114080085) Arianda Wiranata (114090063) Ricardo F. Damar (114090097) Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral Abstrak Alam Indonesia memiliki banyak ketersediaan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan penghuninya. Namun di sisi lain, ketersediaan yang melimpah ini cenderung dimanfaatkan secara kurang bijaksana. Akibatnya pemanfataan sumberdaya alam yang ada, terfokus pada upaya pencapaian output tertentu saja dan memandang sebelah mata output sampingan yang turut dihasilkan dalam proses tersebut. Jerami dan kotoran ternak merupakan output sampingan yang diperoleh dari hasil panen padi dan pemeliharaan ternak. Masyarakat sering mengabaikan dan memperlakukan hasil samping ini sebagai sesuatu yang tidak berguna. Jerami padi dan kotoran ternak ini, jika dibiarkan begitu saja dan berharap alam yang memprosesnya, bisa menurunkan kualitas lingkungan. Petani biasanya membakar jerami setelah kegiatan panen, padahal itu bisa menghasilkan gas yang dapat mencemari lingkungan. Sedangkan kotoran ternak yang dibiarkan begitu saja, selain menimbulkan bau tidak sedap, juga menyebabkan polusi udara. Ketersediaan hasil samping dari proses penanaman padi dan pemeliharaan ternak memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai penunjang aktifitas pertanian sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi para petani guna meningkatkan derajat kesejahteraannya. Menindaklanjuti fenomena ini, maka pemanfaatan jerami padi dan kotoran ternak sebagai pupuk sudah sepantasnyalah untuk diimplementasikan dengan meninjau peluang yang ada guna peningkatan kesejahteraan masyarakat petani terutama yang ada di sekitar kita sehingga keberadaan kesejahteraan petani terus meningkat seturut meningkatnya perkembangan zaman yang secara tidak langsung menuntut setiap

Upload: ricardo-damar

Post on 11-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Berbagi : Ebet, Ade & Ricard

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

PEMANFATAAN JERAMI PADI DAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI PUPUK GUNA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

(Studi Kasus di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta)

Oleh :Albertus E.O Anggol (114080085)

Arianda Wiranata (114090063)Ricardo F. Damar (114090097)

Program Studi Teknik LingkunganFakultas Teknologi Mineral

Abstrak

Alam Indonesia memiliki banyak ketersediaan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan penghuninya. Namun di sisi lain, ketersediaan yang melimpah ini cenderung dimanfaatkan secara kurang bijaksana. Akibatnya pemanfataan sumberdaya alam yang ada, terfokus pada upaya pencapaian output tertentu saja dan memandang sebelah mata output sampingan yang turut dihasilkan dalam proses tersebut.

Jerami dan kotoran ternak merupakan output sampingan yang diperoleh dari hasil panen padi dan pemeliharaan ternak. Masyarakat sering mengabaikan dan memperlakukan hasil samping ini sebagai sesuatu yang tidak berguna. Jerami padi dan kotoran ternak ini, jika dibiarkan begitu saja dan berharap alam yang memprosesnya, bisa menurunkan kualitas lingkungan. Petani biasanya membakar jerami setelah kegiatan panen, padahal itu bisa menghasilkan gas yang dapat mencemari lingkungan. Sedangkan kotoran ternak yang dibiarkan begitu saja, selain menimbulkan bau tidak sedap, juga menyebabkan polusi udara.

Ketersediaan hasil samping dari proses penanaman padi dan pemeliharaan ternak memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai penunjang aktifitas pertanian sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi para petani guna meningkatkan derajat kesejahteraannya. Menindaklanjuti fenomena ini, maka pemanfaatan jerami padi dan kotoran ternak sebagai pupuk sudah sepantasnyalah untuk diimplementasikan dengan meninjau peluang yang ada guna peningkatan kesejahteraan masyarakat petani terutama yang ada di sekitar kita sehingga keberadaan kesejahteraan petani terus meningkat seturut meningkatnya perkembangan zaman yang secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk meningkatkan taraf hidupnya masing-masing demi mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Kata kunci: Jerami padi, kotoran ternak, pupuk, kesejahteraan.

Page 2: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPengetahuan terus menerus berkembang seturut perkembangan zaman dan

membawa kita pada suatu tatanan yang lebih kompleks dan rumit bila kita tidak mampu untuk menguasainya. Lahirnya pengetahuan dengan perkembangannya yang pesat ini ini membawa kita pada pemikiran yang diimplementasikan dalam aktivitas pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekeliling kita. Hal ini dimaksudkan agar manusia memperoleh kesejahteraan dalam upaya mempertahankan keberlangsungan hidupnya dan keturunannya.

Kekayaan alam Indonesia yang dulunya berlimpah ruah sejenak untuk ditilik semakin berkurang. Eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam yang begitu luas sekiranya menjadi benteng terselubung bagi berkembangnya sumberdaya alam kita. Dibalik itu pemanfaatan yang berpijak pada aspek pengoptimalan sumber bahan mentah belum mendapatkan respek yang begitu luas dalam setiap usaha pengelolaan sumber daya alam. Rasanya kita belum mampu untuk berlangkah lebih, lebih dari sekedar mengambil dan mengambil. Akibatnya terjadi pemborosan sumber daya alam dengan praktek pengeyampingan residu dari sebuah proses. Padahal residu yang diperoleh itu merupakan bagian dari hasil sumber daya alam yang tentunya dapat untuk dimanfaatkan untuk suatu proses yang lain dan sekiranya mampu untuk mendukung kesejahteraan manusia.

Aktifitas pertanian yang banyak kita temui di Indonesia merupakan seuatu proses pengelolaan sumber daya alam guna memperoleh bahan kebutuhan pokok berupa beras. Aktivitas ini tentunya memiliki sebuah nilai tinggi ditengah usaha kita untuk tetap mampu berswasembada beras tanpa harus membeli lagi dari negara luar.

Namun menjadi persoalan bagi kita adalah para petani yang telah berupaya untuk memberikan kebutuhan pangan negeri kita ini justru sering terhimpit dengan kebutuhan ekonomi yang semakin menyusahkan. Fenomena ini juga dirasakan oleh petani yang tinggal di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman. Tinggi kebutuhan hidup dengan tuntutan perkembangan zaman dengan tawaran yang begitu memaksa untuk memenuhinya, membuat masyarakat petani di desa ini sering mendapatkan kesulitan dalam bidang finansial. Seingga mereka juga merasakan kesusahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Oleh karena ini, menanggapi fenomena ini maka perlu adanya suatu usaha yang sekiranya mampu untuk mengangkat kualitas hidup mereka setidaknya melalui upaya praktis dan mamberdayakan apa yang dimilikinya. Salah satu usaha yang mungkin dalam mewujudkan impian ini adalah dengan menekan pengeluaran mereka untuk membiayai pembelian pupuk kimia yang sering mereka gunakan untuk aktifitas pertanian. Hal ini dapat diwujudkan dengan menganti pupuk kimia yang mereka biasa gunakan dalam pemupukan tanaman padi dengan pupuk kompos yang berasal dari perpaduan antara hasil samping dari pertanian mereka yang berupa jerami dan kotoran ternak yang mereka pelihara yang kemudian diproses sehingga menghasilkan pupuk organik (pupuk kompos). Akhirnya diharapkan dengan metode ini, pihak petani di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk dan dana yang sebelumnya disediakan untuk membeli pupuk dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang laninya.

Page 3: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

B. Rumusan MasalahPerumusan masalah dalam penulisan essay ini adalah:1. Apa yang dimaksudkan dengan pupuk kompos?2. Bagaimana profil masyarakat petani di Desa Harjobinangun?3. Bagaimana pemanfaatan jerami dan kotoran ternak sebagai pupuk mampu

meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman?

C. Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan ini adalah:1. Menjelaskan tentang pupuk kompos2. Menjelaskan profil masyarakat Desa Harjobinangun3. Menjelaskan tentang pemanfaatan jerami dan kotoran ternak sebagai pupuk untuk

meningkatkan kesejahteraan petani di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman

Page 4: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

KOMPOS

A. Pengertian Kompos Beberapa sumber memberikan batasan tentang kompos sebagai berikut:1. Menurut Dalzell, kompos adalah hasil penguraian bahan organik oleh sejumlah

mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir sebagai humus.

2. Menurut Indriani, kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami penguraian sehingga sudah tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau.

3. Menurut SNI 19-7030-2004, kompos adalah bentuk akhir dari bahan-bahan organik sampah domestik setelah mengalami dekomposisi.

4. Menurut KBBI (1990), kompos merupakan pupuk campuran yang terdiri atas bahan organik, (seperti daun dan jerami yang membusuk) dan kotoran hewan.

Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa kompos merupakan hasil penguraian bahan organik oleh sejumlah organisme yang berinteraksi dalam suatu lingkungan yang hangat, basah, dan berudara, sehingga warnanya berubah menjadi kehitam-hitaman dan tidak berbau, yang pemanfaatannya dapat digunakan sebagai pupuk.

B. Pembuatan Kompos Secara UmumDalam pembuatan kompos, hal pertama yang dilakukan yaitu persiapan, baik

bahan maupun tempatnya. Setelah semuanya siap, baru dilakukan tahap-tahap pembuatannya.

1. PersiapanBahan-bahan organik yang akan dikomposkan dipotong atau dicacah agar

proses pengomposan berlangsung cepat. Selain itu, untuk mempercepat pengomposan, diperlukan pula kotoran ternak. Karena bahan-bahan ini nantinya ditumpuk maka perlu disiapkan tempatnya. Tempat yang sederhana di tanah (bahan ditumpuk di atas tanah). Untuk menjaga agar tidak tergenang sewaktu hujan, dibuat bedengan dengan ukuran sesuai kondisi lahan, misalnya panjang 3 m, lebar 1 m, dan tinggi 25—30 cm. Untuk menghindari curah hujan juga, dapat dibuat naungan dengan atap dari genting, rumbia, atau bahan lainnya. Bila tidak memakai naungan maka dapat digunakan plastik atau daun pisang untuk menutup tumpukan bila hujan turun.

Kotoran ternak dapat dipergunakan untuk mempercepat pengomposan bahan lainnya

Page 5: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

Bak Penampung

Selain hanya ditumpuk di atas tanah, bahan-bahan organik dapat ditumpuk dalam bak penampung. Bak ini bisa beraneka ragam modelnya tergantung kebutuhan dan dana yang ada. Apa pun modelnya, bak penampungan harus mempunyai ventilasi yang baik sehingga udara dapat keluar masuk dengan bebas. Aliran udara yang tidak lancar dapat menyebabkan pengomposan berjalan dengan tidak sempurna. Salah satu model bak yang praktis dan murah adalah seperti box bayi dengan daya tampung sekitar 1 m3. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bak ini seperti papan, bambu, kawat ram, dan paku. Dalam pembuatan bak yang terpenting adalah adanya ventilasi. Ventilasi tersebut dapat dibuat dengan memasang kawat ram atau papan-papan yang dirangkai diberi jarak.

Sebagaimana diketahui, bahan-bahan kompos perlu dibalik. Untuk memudahkan pembalikan, sisi-sisi bak dicopot dan dipasang kembali di sebelah timbunan. Ke dalam bak baru yang kosong tersebut timbunan kompos dimasukkan sehingga bagian atas akan menjadi bagian bawah.

2. Tahapan Pembuatan KomposAda enam langkah yang perlu ditempuh dalam pembuatan kompos. Dengan

tahapan ini pembuatan kompos lebih terjamin keberhasilannya.a. Penyusunan tumpukan

Bahan kompos ditumpuk di atas bilah-bilah bambu atau kayu. Selama 1-2 hari diperciki air sampai lembab, tetapi tidak becek.

Page 6: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

b. Pemantauan suhu dan kelembapan tumpukanDari hari ke-4 hingga ke-40, tumpukan dijaga agar suhunya 45-65 °C dan kelembabannya sekitar 50%. Secara sederhana, kelembaban dapat diukur dengan cara memasukkan tongkat kayu ke dalam tumpukan kompos, lalu mengeluarkannya. Bila tongkat kering, berarti kelembabannya kurang sehingga perlu dibalik dan disiram. Bila tongkat basah (lembab), berarti kelembabannya telah sesuai. Namun, bila tongkat terlalu basah maka kelembabannya terlalu tinggi sehingga perlu segera dibalik. Cara mengukur lainnya dengan memegang bahan kompos. Kelembaban ideal ditandai dengan bahan yang basah, tetapi tidak ada air yang menetes. Adapun suhu diukur dengan cara memasukkan tanagan ke dalam tumpukan kompos. Suhu 45-65 °C ditandai dengan rasa hangat.

c. Pembalikan dan penyiramanPembalikan tumpukan dilakukan jika terjadi salah satu atau beberapa keadaan berikut. Suhu tumpukan di atas 65 °C atau di bawah 45 °C, tumpukan terlalu basah atau terlalu kering. Apabila suhu masih 45-60 °C dan kelembaban 50%, tumpukan kompos belum waktunya dibalik.

Page 7: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

d. PematanganHari ke-45, biasanya tumpukan telah mema- suki masa pematangan. Kompos yang matang ditandai dengan suhu tumpukan yang menurun mendekati suhu ruang, tidak berbau busuk, bentuk fisik menyerupai tanah dan berwarna kehitam-hitaman. Pematangan ini bisa berlangsung selama 14 hari. Selama itu tetap dilakukan pemantauan suhu dan kelembapan tumpukan serta bila perlu dilakukan pembalikan.

e. Pengayakan komposTujuan dilakukan pengayakan yaitu agar memperoleh ukuran kompos sesuasi yang dikehendaki, memilah bahan yang belum terkomposkan secara sempurna, dan mengendalikan mutu kompos.

f. Pengemasan dan penyimpananKompos yang sudah disaring, dikemas ke dalam kantung atau karung. Setelah itu disimpan di tempat yang kering dan aman, atau diletakkan di atas papan.

Page 8: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

PROFIL MASYARAKAT PETANI DI DESA HARJOBINANGUN

A. Tinjauan UmumDesa Harjobinangun mempunyai beragam potensi perekonomian, mulai dari

pertanian, perikanan, dan peternakan. Desa Harjobinangun memiliki masyarakat petani lebih dari 70% (1.059 KK) dari total penduduk di sana. Secara kajian agraris wilayah Desa Harjobinangun secara umum mempunyai ciri fisik penggunaan lahan berupa lahan pertanian, terutama padi, jagung, kacang tanah, kedelai. Luasan lahan yang digunakan untuk pertanian padi adalah seluas 235 Ha, jagung seluas 52,78 Ha, kacang tanah seluas 10,5 Ha, dan kedelai seluas 8,6365 Ha. Dari keseluruhan luasan lahan di Desa Harjobinangun ternyata lahan untuk penanaman padi memiliki luasan yang lebih besar di bandingkan dengan luasan lahan yang digunakan untuk penanaman tanaman perkebunan lainnya.

Gambar. Salah satu areal sawah di Desa Harjobinangun

Luasan wilayah pertanian ini lebih mengandalkan pada aliran drainase yang diperoleh dari air hujan sehingga pertanian di sana lebih bergantung pada musim penghujan atau sering kita kenal dengan sawah tadah hujan. Pada musim kemarau para

Page 9: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

petani biasanya memanfaatkan lahannya untuk ditanami tembakau dan hortikultura karena tidak terlalu banyak membutuhkan air.

Potensial lahan pertanian yang begitu luas ini ternyata berbanding terbalik dengan pendapatan yang diperoleh oleh para petani di desa Harjobinangun, yakni kurang dari satu juta rupiah perbulannya. Secara garis besar masyarakat petani di Desa Harjobinangun berada pada ekonomi menengah ke bawah. Hal ini semakin diperparah lagi dengan beban modal dalam pengelolaan sawah sehingga memberikan hasil yang maksimal. Akibatnya masyarakat petani di sana memiliki pendapatan yang tidak begitu menyenangkan.

Menindaklanjuti hal ini maka perlu adanya terobosan baru guna mengangkat pendapatan para petani di desa ini sehingga kesejahteraan mereka dapat tercipta, baik itu melalui usaha pemberdayaan masyarakat desa maupun melalui tindakan teknis dalam setiap usaha kelompok tani yang ada di Desa Harjobinangun.

B. Pemanfaatan Jerami dan Kotoran Ternak di Desa Harjobinangun Salah satu out put dari pengelolaan pertanian adalah jerami. Jerami sering kali

menjadi bahan sampingan yang tentunya tidak dipakai lagi. Di Desa Harjobinangun jerami sering dimanfaatkan sebagai alas tidur ternak baik sapi, kambing, dan lain-lain agar ternak tidak merasakan kedinginan dan sisanya dibakar.

Gambar. Tumpukan jerami di Desa Harjobinangun

Untuk kotoran ternak di Desa Harjobinangun, ternyata tidak dimanfaatkan secara maksimal sebab kotoran ternak di sana sebagian besar dilepaskan begitu saja sehingga kotoran ternak itu terdegradasi menjadi tanah dan selanjutnya tidak ada pemanfaatan terhadap tanah hasil degradasi kotoran ternak tersebut.

Page 10: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

Gambar. Kotoran ternak sapi di Desa Harjobinangun

PEMANFAATAN JERAMI DAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI PUPUK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI

DI DESA HARJOBINANGUN, PAKEM, SLEMAN

Fenomena kesejahteraan petani yang belum mencapai sejahterah di Desa Harjobinangun menjadi sesuatu yang harus dibangun secara berkesinambungan sehingga sedikitnya pendapatan para petani di Desa Harjobinangun sedikitnya mengalami peningkatan yakni lebih dari satu juta rupiah. Salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah dengan mensubstitusikan pupuk kimia yang sering digunakan oleh para petani dengan pupuk hasil pengomposan jerami dan kotoran hewan.

Secara umum, pengomposan dengan menggunakan campuran jerami dan kotoran ternak membutuhkan beberapa bahan tambahan lainnya, seperti EM-4 (effective microorganisme) dan gula pasir. Hal ini berguna untuk mempercepat proses pematangan kompos.

A. Tata Cara PembuatanPembuatan kompos sebaiknya dikerjakan: (1) dalam bangunan yang memiliki

lantai rata, keras dan bebas dari genangan air, serta adanya atap yang melindungi dari terik matahari dan hujan; (2) dekat dengan sumber bahan organik: jerami, kotoran ternak, sampah, sekam, dedak dll.; (3) dekat dengan sumber air; dan (4) transportasi mudah.

Alat yang diperlukan: garuk atau cangkul, pemotong rumput atau sabit, gembor, ember, cetakan kayu dan karung atau plastik.

1. Bahana. Jerami dicacah halus 3 - 5 cm : 500 kgb. Kotoran ternak                    : 500 kgc. EM-4                                   : 500 mL

Page 11: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

d. Gula pasir                             : 250 g

2. Cara Pembuatan1. Larutan EM-4. Masukkan 20 mL EM-4 + 10 g gula pasir + air bersih 1.000 mL ke

dalam jerigen tertutup rapat, digojok merata dan difermentasikan selama 24 jam.2. Jerami + kotoran ternak dicampur merata di atas lantai.3. Tambahkan larutan EM-4 ke kemudian diaduk merata sehingga kadar lengas dalam

adukan tersebut sekitar 30%. Ambil segenggam bakal kompos tersebut, jika diperas air mulai menetes.

4. Buat gundukan setinggi 60 cm, tutupi dengan karung goni.5. Setiap 2 hari gundukan tersebut diperiksa, jika temperatur > 50 oC gundukan harus

dibongkar dan dianginkan. Setelah dingin buat gundukan kembali, tutup dengan karung goni. Jika terlalu kering tambahkan larutan EM-4.

6. Setelah 3 minggu gundukan dibongkar. Kompos diayak dengan saringan kasa 2 cm. Bahan yang tidak lolos saring dikomposkan kembali.

3. PenggunaanTakaran penggunaan secara umum 2 kg/m2. Begitu sampai di lahan kompos harus segera dicampur merata dengan tanah. Kompos yang tidak segera digunakan dapat disimpan. Kompos terlebih dahulu dikering anginkan, kemudian dimasukkan dalam karung plastik yang kedap air dan berwarna gelap. Karung tersebut disimpan ditempat yang kering, terlindung dari hujan dan cahaya matahari langsung.

B. Perbandingan Pupuk Kimia dengan Pupuk Kompos (Campuran Jerami dan Kotoran Ternak)

1. Estimasi Pengeluaran Biaya untuk Pupuk KimiaLuas lahan pertanian di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, DIY adalah 235 Ha = 2.350.000 m2.Jumlah KK = 1.059 KK.Asumsi dalam setahun, terjadi 2 kali masa tanam.

Harga satuan pupuk kimia:a. Pupuk Urea = Rp 1.600/kgb. Sp-36 = Rp 2.000/kgc. KCL = Rp 2.300/kg

Dosis penggunaan:a. Pupuk Urea = 0,2 kg/m2

b. Sp-36 = 0,1 kg/m2

c. KCL = 0,15 kg/m2

Maka, perhitungan estimasi pengeluaran biaya untuk pupuk kimia adalah:a. Pupuk Urea

Biaya = 0,2 kg/m2 x Rp 1.600/kg= Rp 320/m2

b. Sp-36Biaya = 0,1 kg/m2 x Rp 2.000/kg

= Rp 200/m2

c. KCLBiaya = 0,15 kg/m2 x Rp 2.300/kg

Page 12: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

= Rp 345/m2

Jadi, total pengeluaran pembelian pupuk kimia adalah Rp 865/m2.Untuk pembiayaan seluruh lahan pertanian di Desa Harjobinangun adalah:

Total biaya = Rp 865/m2 x 2.350.000 m2

= Rp 2.032.750.000Karena terjadi 2 kali masa tanam dalam setahun, maka biaya yang dikeluarkan utnuk pembelian pupuk dalam setahun = 2 x Rp 2.032.750.000 = Rp 4.065.500.000Jadi, pengeluaran selama setahun adalah Rp 4.065.500.000.Pengeluaran untuk setiap KK petani per tahun = Rp 4.065.500.000/tahun : 1.059 KK

= Rp 3.838.999/KK/tahunPengeluaran untuk setiap KK petani per bulan

= Rp 3.838.999/KK/tahun : 12 bulan/tahun= Rp 319.916/bulan

2. Estimasi Pengeluaran Biaya untuk Pupuk Kompos (Campuran Jerami dan Kotoran Ternak)Luas lahan pertanian di Desa Harjobinangun, Pakem, Sleman, DIY adalah 235 Ha = 2.350.000 m2.Jumlah KK = 1.059 KK.Asumsi dalam setahun, terjadi 2 kali masa tanam.Harga komponen pembuatan pupuk komposa. Jerami = Rp 0b. Kotoran ternak = Rp 0c. EM-4 = Rp 20.000/L = Rp 10.000/500 mLd. Gula pasir = Rp 8.000/kg = Rp 2.000/250 g

Dosis penggunaan dalam 2 kg/m2 terdapata. Jerami = 0,99975 kgb. Kotoran ternak = 0,99975 kgc. EM-4 = 0,00025 kg (ρ = 12,5 g/mL)d. Gula pasir = 0,00025 kg

Maka, perhitungan estimasi pengeluaran biaya untuk pupuk kompos adalah:a. Jerami

Biaya = 0,99975 kg x Rp 0= Rp 0

b. Kotoran ternakBiaya = 0,99975 kg x Rp 0

= Rp 0c. EM-4

Biaya = 0,00025 kg x Rp 20.000= Rp 5

d. Gula pasirBiaya = 0,00025 kg x Rp 8.000

= Rp 2

3. Pembahasan

Page 13: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

Pemanfaatan jerami padi dan kotoran ternak sebagai pupuk kompos dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan pengolahan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Disini telah diketahui bahwa sebagian besar biaya yang dikeluarkan para petani untuk mengolah sawah yaitu adanya pembelian pupuk kimia. Namun dengan pemanfaatan jerami padi dan kotoran ternak sebgagai pupuk kompos mampu menekan biaya yang sangat besar. Biaya pembelian pupuk kimia sesuai dengan hasil perhitungan yaitu sebesar Rp 865/m2 sedangkan biaya yang dikeluarkan dengan pupuk kompos hanya sebesar Rp 7/m2, sehingga para petani dapat menghemat biaya sebesar Rp 78/m2. Penghematan biaya yang diperoleh mungkin dikatakan tidak banyak dalam luas lahan 1m2 namun coba dibayangkan jika luas lahan tersebut sebesar 235 Ha atau 2.350.000 m2, para petani dapat menghemat Rp 183.300.000. Hasil penghematan biaya ini mungkin dapat dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Selain itu pupuk kompos ini dapat dijadikan bahan produksi untuk bidang usaha yang lebih spesifik.

Adapun dampak positif dari pengolahan jerami dan kotoran hewan bagi lingkungan setempat. Hasil sampingan dari padi yaitu jerami yang terlampau banyak tidak lagi dibakar yang dapat menimbulkan polusi udara, dan kotoran hewan yang selama ini dibiarkan dan berpotensi mendegradasi fungsi lingkungan dengan kandunngan gas metan (CH4) dapat dikendalikan sepenuhnya demi pemanfaatan yang lebih berguna dan ramah lingkungan.

PENUTUP

Sesungguhnya sumberdaya alam merupakan benda yang sangat bernilai relatif, dikatakan relatif karena sumberdaya alam dapat bernilai guna disaat kita mampu mengolahnya dengan baik sebagaimana mestinya. Hal yang tidak kalah pentingnya yaitu dimana kita dapat membaca peluang yang baik dalam pemanfaatan sumberdaya alam disekitar kita. Selama ini sumberdaya alam yang sering menjadi perhatian pembangunan ekonomi yaitu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui contohnya : minyak bumi, batubara, logam mulia dan sejenisnya. Untuk menjangkau pengelolaan sumberdaya alam seperti itu harus memiliki modal yang sangat besar dan terikat dengan aturan yang sangat kuat dalam UU tertentu. Sudah sangat jelas bahwa masyarakat biasa tidak dapat mengelolah sumberdaya tersebut. Beralih dari keterbatasan tersebut sebagai masyarakat biasa kita harus mampu mengelolah sumberdaya alam sekitar yang mudah dijangkau dengan optimal. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan jerami dan kotoran hewan sebagai pupuk kompos yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya para petani.

Page 14: Pemanfataan Jerami Padi Dan Kotoran Ternak (Paper)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Soerjani, Muhammad, dkk. 2008. Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam

Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Cara Membuat Kompos,

http://www.diperta.jabarprov.go.i

d / MEMBUAT_KOMPOS_new.docx&ei=LYjXTr6CHs3irAf5uLz3DQ&usg=AFQjCNEq

E- B ohfPMt7HWGBSvMfWnXctELA&cad=rja Efektifitas Effective Microorganisme (EM) dalam Mempercepat Proses Pengomposan

Sampah Organik, http://industri18jeny.blog.mercubuana.ac.id/2011/11/24/efektifitas-effective-microorganisme-em-dalam-mempercepat-proses-pengomposan-sampah-organik/

Pembuatan Kompos, http://nasih.staff.ugm.ac.id/