optimalisasi pemanfaatan jerami di indonesia
TRANSCRIPT
Judul Karya Tulis :
PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI JERAMI DI INDONESIA
Sub Tema :
Daya Saing, Keunggulan dan Penguasaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni ( IPTEKS )
Oleh :
Ramli Hardiman Situmeang1.02.15.98
Departemen Teknik ElektroFakultas Teknik
Universitas Sumatera UtaraRegional Sales Office ( RSO ) : Jakarta
Jln. Jamin Ginting Gg. Maju No. 35 Padang Bulan Medan
PROSPEK PENGEMBANGAN POTENSI JERAMI PADI DI INDONESIA
ABSTRAK
Indonesia telah lama dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian khususnya tanaman padi. Luas lahan pertanian padi di Indonesia sendiri adalah 12.883.576 ha, dengan produksi beras yang dihasilakan mencapai 64.329.329 ton ( BPS, 2009 ). Adapun produk sampingan dari hasil panen padi ini adalah berupa batang dan daun padi yang disebut dengan jerami. Pada umumya jerami-jerami ini dibiarkan beberapa saat hingga kering dan kemudian dibakar. Namun perlakuan ini secara tidak disadari menjadi salah satu penyumbang gas buang karbon dioksida ( CO2), CO yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global ( Global warming ). Dari berbagai hasil penelitian ditemukan bahwa jerami memiliki potensi yang cukup menjanjikam dalam berbagai bidang diantaranya : (1) pada bidang pertanian, jerami digunakan sebagai pupuk organik; (2) pada bidang peternakan, jerami digunakan sebagai pakan ternak; (3) pada bidang konstruksi bangunan, jerami digunakan sebagai bahan bangunan rumah yang ramah lingkungan dan tahan gempa; (4) pada bidang energi, jerami digunakan bahan baku pembuatan sellulosik ethanol; (5) pada bidang industri, jerami digunakan untuk bahan baku untuk industri berbahan serai dan pada industri pangan. Seluruh potensi jerami tersebut sangat ramah lingkungan dan telah diaplikasikan di berbagai negara dintaranya Amerika Serikat, China., Korea selatan, Australia, Pakistan, dll. Penelitan pun terus ditindaklanjuti untuk menemukan teknologi yang lebih effisien dalam memaksimalkan potensi jerami tersebut. Moiorella ( 1985 ) menyebutkan bahwa setiap kg panen dapat menghasilkan 1-1,5 kg jerami padi. Yang artinya jika mengacu pada data BPS diatas, produksi jerami padi Indonesia dapat mencapai 64-96 juta ton jerami setiap tahunnya. Angka ini menunjukkan betapa Indonesia memiliki cukup potensi untuk mengoptimalisasikan pengembangan potensi jerami. Dengan demikian jerami yang selama ini menjadi masalah bagi petani maupun lingkungan, dengan penanganan dan pengelolaan yang bijak diharapkan menjadi jawaban atas berbagai masalah multi dimensional yang dihadapi bangsa ini.
Kata kunci: jerami, Indonesia, pupuk organik, sellulosik ethanol, Rumah tahan gempa, pulp
DAFTAR ISI
Daftar Tabel............................................................................................ iii
Daftar Gambar......................................................................................... iii
ABSTRAK.............................................................................................. i
I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
2. Tujuan....................................................................................... 2
3. Batasan Masalah....................................................................... 2
4. Metode Penulisan..................................................................... 2
II PEMBAHASAN...........................................................................
1.Potensi Jerami Dalam Berbagai Bidang.............................................. 3
A. Peternakan......................................................................... 3
B. Konstruksi Rumah Tahan Gempa..................................... 4
C. Pertanian........................................................................... 6
D. Industri.............................................................................. 7
E. Energi................................................................................ 10
2. Analisa Prospek Pengembangan Potensi Jerami
Melalui Analisis SWOT............................................................ 12
3. STRATEGI PENGEMBANGAN............................................. 15
III KESIMPULAN.............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18
LAMPIRAN............................................................................................ 20
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel
1 Etanol dari Glokosa............................................................................11
2 Etanol Dari Xylosa.............................................................................11
Gambar
1. Proses Pembangunan Rumah Jerami.................................................4
2. Bal Jerami..........................................................................................4
3. Beberapa Contoh barang Kerajinan dari Jerami................................9
I.PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Jerami padi adalah bagian tanaman padi yang sudah diambil buahnya, di
dalamnya termasuk batang, daun, dan merang ( Soekaharto, 1990 ). Adapun
produksi jerami yang dihasilkan sekita 50 % dari produksi gabah kering setiap
panennya. Di indonesia sendiri jerami telah dimanfaatkan untuk pupuk organik,
atap rumah sederhana, pakan ternak, dan media tanam jamur . Namun
pemanfaatan tersebut masih dalam jumlah terbatas dan sebagiannya hanya pada
wilayah tertentu di Indonesia. Umumnya limbah pertanian ini dibakar untuk
mempercepat persiapan lahan, namun perlakuan ini akan berdampak buruk pada
lingkungan ( menyebabkan kenaikan konsentrasi CO2, CO, dan Cox (gas rumah
kaca) ) dan juga pada manusia berupa gangguan pernapasan akibat asap yang
ditimbulkan ( Karim dkk, 2007 ).
Di berbagai negara seperti Cina, Amerika serikat, kanada, Australia,
Pakistan, India, dsb jerami telah diolah menjadi berbagai bentuk produk
diantaranya ; EFC (Ethanol From Cellulose), bahan baku industri kertas, tekstil,
papan partikel, pakan ternak, bahan konstruksi rumah tahan gempa, dsb.
Dengan produksi jerami Inonesia yang mencapai 64-96 juta ton setiap
tahunnya, maka Indonesia adalah negara yang sangat berpeluang untuk
mengoptimalisasikan potensi jerami. Selain produk yang dihasilkannya ramah
lingkungan, dan murah, pengelolaan jerami juga dapat dikembangkan dari skala
rumah tangga (home industry) hingga industri.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah :
Memaparkan berbagai potensi dari jerami padi yang dapat dikembangkan
mulai dari skala rumah tangga hingga industri.
Menganalisa prospek pengembangan jerami di Indonesia.
Mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk melakukan.
optimalisasi pengembangan potensi jerami dengan penelitian lebih lanjut.
I.3 Batasan Masalah
Untuk lebih menfokuskan penulisan dan mencegah pembahasan yang
meluas dalam karya tulis ini, maka perlu dibuat batasan-batasan sebagai berikut ;
Jerami yang dibahas adalah jerami dari tanaman padi
Cakupan penulisan ini mencakup prospek pengembangan jerami di
wilayah Indonesia
I.4 Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan ;
pencaian dan pengumpulan bahan referensi yang berkaitan melalui studi literatur;
yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik karya tulis ini dari
buku-buku referensi di perpustakaan, artikel-artikel, jurnal dan media internet.
II. PEMBAHASAN
II.1 Potensi Jerami Dalam Berbagai Bidang
A. Peternakan
1. Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia
Ternak ruminansia merupakan ternak pemamah biak seperti sapi, kerbau,
kambing, dan domba. Ternak jenis ini membutuhkan pakan berupa hijauan dari
rerumputan dan daun-daunan.
Jerami merupakan hijauan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Jerami termasuk makanan kasar
(Roughate) dengan kandungan protein sebesar 3,6 % dan memiliki sekitar 80%
zat-zat potensial yang dapat dicerna sebagai sumber energi bagi ternak ( Komar,
1984 ). Ternak ruminansia memiliki mikroorganisme selulosa yang terdapat pada
rumennya. Hal ini memungkinkan selulosa yang terdapat pada jerami dapat
dicerna.
Dalam pengelolaanya menjadi pakan ternak, jerami diolah melalui proses
bioteknologi. Dalam hal ini digunakan starter mikroba yang mengandung
proteolitimk, lignolitik, selulolitik dan bersifat nitrogen non simbiotik. Jerami
yang difermentasikan dengan menggunakan stater mikroba (starbio) ini, akan
memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi (meningkatnya protein dan
menurunnnya serat kasar akibat adanya lignin) dan juga memiliki sifat
organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak ( Yunilas, 2009 ).
Potensi ini sangat berpeluang untuk dioptimalkan dan dikembangkan lebih
lanjut. Mengingat tingginya degradasi lahan akibat pertumbuhan penduduk yang
berdampak pada menurunnya sumber pasokan hijauan rumput dan daun-daunan
yang merupakan bahan pakan ternak konvensional.
B. Konstruksi Rumah Tahan Gempa
Jerami merupakan materi alami yang komposisi dasarnya mirip seperti
kayu, strukturnya sangat kuat. Kandungan silika , lignin dan selulosa membentuk
senyawa lignuselulose dalam dinding selnya membuat kadar dinding sel yang
tinggi dan merupakan ikatan yang kuat. Hal ini memungkinkan jerami digunakan
untuk membuat dinding rumah menggantikan papan. Dinding rumah berbahan
jerami ini terdiri dari susunan bal jerami yang kemudian diplester dengan
menggunakan semen, yang dapt pula dicampur dengan tanah liat. Adapun untuk
fondasinya dapat berupa kantongan-kantongan kerikil dengan tujuan agar jerami
tidak bersentuhan langsung dengan jerami yang akan mempercepat pembusukan.
a b
b
gambar 2.1. (a) proses pembangunan rumah berbahan jerami; (b) bal-bal jerami
rumah jerami ini tahan gempa karna konstruksinya yang terbuat dari jerami,
menjadikannya lebih ringan dan fleksibel.
rumah jerami ini sendiri sedang dikembangkan di daerah-daerah rawan
gempa seperti pakistan yang dikembangkan oleh PAKSBAB ( Pakistan Straw
Bale and Appropriate Building ) yang didirikan oleh Darcey Donovan seorang
insinyur sipil dari University of Nevada. Selain itu sebagian wilayah Amerika
Serikat dan Cina juga turut mengembangkannya. Rumah bal jerami telah diuji
ketahanan gempanya dengan menggunakan simulasi meja guncang di University
Of Nevada dan hasilnya adalah rumah ini mampu bertahan dari guncangan atau
akselerasi yang 200% lebih kuat daripada yang tercatat pada gempa Northridge,
California, dengan magnitudo 6,7. selain tahan gempa, rumah ini juga hemat
energi karena merupakan insulator yang membuat rumah lebih sejuk saat musim
panas dan lebih hangat saat musim dingin sehinnga mengurangi pemakaian mesin
pendingin dan pemanas ruangan, ramah lingkungan, kedap suara dan bahkan lebih
tahan terhadap api jika bal jerami disusun sangat padat.
Dengan potensi yang luar biasa ini diharapkan dapat membantu pengadaan
rumah tahan gempa yang murah dan lebih ramah lingkungan. Karena penyebab
tingginya korban meninggal saat gempa adalah timbunan reruntuhan beton-beton
rumah atau gedung. Oleh karena itu potensi ini perlu dikembangkan di Indonesia
mengingat negara ini merupakan negara yang sangat rawan gempa.
C. Pertanian
1 Pupuk Organik
Dewasa ini, semakin marak seruan untuk mengurangi pemakaian
pupuk kimia (anorganik) dan kembali memakai pupuk organik . Hal ini
dilatarbelakangi oleh dampak buruk dari pemakaian pupuk anorganik terhadap
lingkungan. Antara lain tanah menjadi rusak (penggunaan yang berlebihan dan
terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras), air tercemar, terjadi
polusi udara, dan keseimbangan alam terganggu ( Indriani, 2001 ).
Penggunaan jerami telah lama dikenal sebagai bahan pembuatan
kompos namun masih jarang digunakan dengan alasan pembuatannya yang
kurang praktis, kotor, dan kurang efisien. Namun dengan teknologi pertanian yang
selalu berkembang saat ini hal ini dapat diatasi. Pembuatan kompos berbahan
jerami dapat dibuat dengan aktivator yang dapat mempercepat proses
pengomposan sehingga kontinuitas produksi pupuk organik berbahan jerami ini
pun lebih terjamin.
Diantaranya dengan menggunakan aktivator EM4 (effective
microorganism) yang mengandung beberapa mikroorganisme yaitu bakteri
fotosintetik, lactobacillus sp., streptomyces sp., ragi (yeast).,dan actinomycetes.
Hasil pengomposannya disebut bokashi jerami. Dalam proses pembuatanya juga
diperlukan dedak, sekam dan sedikit gula pasir. Untuk 1 ton jerami hanya
diperlukan 1 liter EM4, yang perliternya hanya seharga Rp15.000. umumnya
proses pengomposan akan memerlukan waktu sekitar 4-7 hari.
Melihat prospek ini maka jerami cukup berpeluang untuk
menggantikan atau paling tidak mengurangi pemakaian pupuk kimia yang
harganya mahal dan berdampak buruk terhadap keseimbangan lingungan.
D. Bidang Industri
1. Industri berbahan serat ( fibers )
Adapun industri-industri yang menggunakan serat sebagai bahan
bakunya adalah industri tekstil, industri komposit ( indusrti pembuatan bahan-
bahan campuran serat dan matrix seperti papan partikel dsb ), dan industri kertas.
Serat dapat diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya adalah serat buatan
organik yang berasal dari polimer alam yaitu selulosa. Adapun jerami
mengandung 35 % selulosa dan 30% hemiselulosa yang artinya jerami dapat
digunakan sebagai bahan baku industri berbahan serat. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh yang et all (2006) proses ekstrasi serat jerami terbagi atas 2 bagian
penting yaitu :
1. Prendaman dengan larutan alkali
proses ini didahului dengan pemotongan jerami kepada ukuran-ukuran
yang lebih kecil. Kemudian direndam dengan larutan alkali sodium
hidroksida yang bertujuan untuk melunakkan struktur kristal dari jerami
dan untuk mengurangi kadar lignin dan silica yang tidak diinginkan.
2. Enzimatis
enzim merupakan protein tumbuhan alami yang menyebabkan terjadinya
reaksi kimia tertentu (badger, 2002). Dalam hal ini digunakan enzim
selulase untuk menguraikan selulosa dan enzim xylanase untuk
menguraikan hemiselulosa. Proses ini akan dilanjutkan dengan pencucian
dan pengeringan, dan akan dihasilkan serat seperti pada gambar 1
( lampiran ).
Pada industri kertas, serat yang diperoleh akan melalui proses rifine
(penggilingan) untuk memperoleh bubur kertas (pulp). Sedangkan pada industri
tekstil, serat yang dihasilakan dari jerami lebih mirip dengan linen yaitu serat dari
tumbuhan flax ( lihat tabel 3 pada lampiran ). Dan serat ini kemudian dapat diolah
menjadi berbagai produk tekstil. Pada industri komposit, serat yang dihasilkan
akan ditambahkan pada pembuatan papan partikel, sehinnga dihasilkan papan
yang lebih kuat namun ringan dan sifat termal yang lebih baik ( Rozak et al.
1998 )
2. Industri Pangan
Kandungan hemiselulosa dalam jerami merupakan suatu senyawa yang
mengandung xilan sebagai salah satu komponen penyusunnya. Adapun xilan
dapat dimanfaatkan untuk :
1. bahan pembuatan gula xilitol; yang merupakan gula berkalori rendah,
selain itu xilitol juga dipakai untuk bahan campuran permen karet dan
pasta gigi.(Richana et all,2004 )
2. bahan untuk menjernihkan sirup.
3. selain untuk bahan pangan xilan juga digunakan untuk bahan pembuatan
furfural yaitu pelarut pada industri minyak bumi, pelarut reaktif untuk
resin fenol, desinfekatan dan sebagai bahan awal untuk memproduksi
bahan kimia dan polimer lainnya. ( Sjostroom 1995, Mansila et al 1998
dalam Richana et al 2004)
3. Industri Kerajinan Tangan
Struktur jerami yang agak kasar namun kuat memungkinkannya dapat
diaman dan dikreasikan menjadi berbagai macam barang artisitik yang unik dan
menarik seperti bunga, hiasan dinding, maket rumah, bingkai poto, dsb (Rubiyar,
2006).
Gambar 2.2: beberapa contoh barang kerajinan dari jerami
Potensi ini dapat merupakan salah satu pilihan usaha yang cukup
menjanjikan untuk dikebambangkan secara langsung dalam skala rumah tangga.
Karena selain bahan baku yang melimpah, produk kerajinan ini juga ramah
lingkungan, dan masih jarang dijumpai di pasaran.
E. Bidang Energi
1. Bahan Baku Pembuatan EFC ( Ethanol from Cellulose )
EFC merupakan etanol yang berasal dari material-material selulosik seperti
kertas, kayu, kertas kardus, dan limbah pertanian lain yang mengandung serat
( Badger, 2002). Material selulosik sendiri mengandung lignin, hemiselulosa, dan
selulosa atau yang biasa disebut dengan material lignoselulosa. Jerami merupakan
salah satu produk sampingan pertanian yang termasuk dala material sellulosik.
Dalam tulisannya P.C.Badger (2002)menyatakan ; ada tiga tipe dasar proses
produksi EFC yaitu :
1. Hidrolisis asam
Pada metoda ini selulosa dan hemiselulosa dihidrolisi menjadi glukosa dan
xylosa dengan menggunakan asam sulfur. Kemudian glukosa dan xylosa
difermentasikan untuk mendapatkan etanol.
2. Hidrolisis Enzimatis
Metode ini diawali dengan melunakkan struktur kristal jerami dengan
menggunakan larutan alkali sodium hidroksida. Kemudian dilanjutkan dengan
proses enzimatik ( menggunakan enzim selulase dan enzim xylanase )dan
fermentasi. Sehingga diperoleh akhir akhir berupa etanol.
3. Thermochemical
Metode ini dilakukan melalui proses gasifikasi jerami secara termokimia.
Kemudian gas sintesis ini akan difermentasikan oleh mikroorganisme atau
juga menggunakan reaktor katalis yang secara otomatis mengubah gas
menjadi etanol.
Secara umum jerami terdiri dari 35% selulosa, 30% hemiselulosa, 15% lignin
dan 20% abu ( Yang et all. 2006 ). Dengan ini dapat dihitung jumlah produksi
etanol dari jerami per ton yaitu :
Tabel 2.1 Etanol dari Glukosa
jerami kering 1 ton (1000 kg)kandungan selulosa x 0.35konversi selulosa dan x0,75*efisisensi recoveryhasil etanol stokiometrik x 0,51efisiensi fermentasi glukosa x 0,75total ethanol........... 100.406 Kg = 115.5 L ( 31 Galon )
Tabel 2.2 Etanol dari Xylosa
jerami kering 1 ton (1000 Kg)kandungan hemiselulosa x 0.3konversi selulosa dan x 0.9*efisiensi recoveryhasil etanol stokiometrik x 0.51efisiensi fermentasi xylosa x 0.5total etanol 68.85 Kg = 79 L (21 galon)
ket : *) angka ini tergantung pada efisiensi alat yang digunakan
Dari tabel perhitungan diatas maka diperoleh bahwa jerami dapat
menghasilkan 52 galon etanol setiap tonnya. Dengan produksi jerami Indonesia
yang mencapai 64-96 juta ton, maka jumlah maksimal etanol yang diperoleh dari
jerami dapat mencapai 3.328-4.992 galon setiap tahunnya. Hal ini akan sangat
membantu dalam mengurangi pemakaian BBM di Indonesia Terutama pada
bidang transportasi. Oleh karena itu dengan cadangan minyak bumi yang semakin
menipis maka, etanol dari jerami ini memiliki prospek yang cukup besar untuk
dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan ( renewable energy )
II.2 Analisa Prospek Pengembangan Potensi Jerami
Melalui Analisis SWOT
Analisi SWOT merupakan suatu metode yang dibuat oleh Albert Humprey
yang digunakan untuk menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam suatu spekulasi bisnis. Berikut akan dibahas mengenai analisi SWOT dari
pengembangan jerami apakah layak atau tidak untuk dikembangkan.
1. Strenghts ( Kekuatan )
Adapun kekuatan dari pengembangan jerami ini adalah :
Keberadaannya yang melimpah dengan keberadaan sekitar 64-96 juta ton
setipa tahunnya. Sehingga merupakan salah satu sumber biomassa paling
melimpah.
Harganya yang sangat murah bahkan gratis, sehingga jika digunakan sebgai
bahan baku usaha dapat memangkas ongkos produksi.
Ramah lingkungan; dengan memanfaatkan jerami makan akan mengurangi
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh pembakaran jerami yang
selama ini dilakukan. Karena bahannya adalah bahan alami maka produk-
produk yang berasal dari jerami adalah produk-produk ramah lingkungan.
Jerami bukan merupakan bahan pangan, sehingga pemanfaatan jerami tidak
akan menggangu pasokan pangan
Merupakan limbah pertanian padi, sehingga tidak perlu menanam secara
khusus hanya untuk memperoleh jerami. Keberadaanya padi sebagai
makanan pokok akan menjamin pula keberadaan pasokan jerami.
2. Weaknesses ( kelemahan )
Adapun beberapa kelemahan yang ditemukan dalam usaha pengembangan
jerami ini adalah
Efisiensi
Untuk beberapa aplikasi jerami seperti bahan pembuatab etanol,
rendahnya kandungan selulosa menjadikannya kurang efisien.
Sementara itu pada industri kertas kandungan silica yang berkisar
antara 3-4% pada jerami diketahui dapat merusak alat-alat pada proses
pulping ( Yang et al, 2006). Oleh karena itu efisinsi dari pemanfaatan
dari jerami masih perlu ditingkatkan.
Kualitas
Perlu diakui bahwa kualitas dari beberapa produk-produk dari jerami
tidak sebaik bahan yang memang dispesifikasikan untuk produk-
produk tertsebut. Seprti aplikasi untuk pakan ternak dan kertas.
Teknologi
Secara global penelitian untuk menemukan teknologi dan metoda
pengelolaan jerami dengan tingkat efisiensi dan kualitas yang lebih
baik sedang dilakukan. Sementrara di Indonesia teknologi dalam
berbagai aplikasi pemanfaatan jerami masih sangat terbatas. Oleh
karena itu pengembangan potensi jerami di Indonesia masih sangat
terbatas.
4. Oppurtunities ( peluang )
Bebrapa faktor yang menjadikan pemanfaatan jerami memiliki peluang yang
cukup besar untuk dikembangkan, diantaranya :
Isu pemanasan global
Denmgan meningkatnya pemanasan global pada abad 21 ini, maka
seruan untuk kembali ke alam ( back to nature) menjadi semakin
populer oleh karena itu, pengelolaan dan aplikasi jerami yang ramah
lingkungan bahkan mengurangi polusi, akan menjadi daya tarik
tersendiri untuk kemudian dikembangkan.
Degradasi lahan produktif
Menurunnya ketersediaan lahan produktif untuk penanaman bahan
baku seperti pada industri tekstil, kertas, dan pakan ternak, memaksa
para pelaku usaha untuk mencara alternatif bahan baku lain yang dapat
menggantikan bahan baku sebelumnya. Oleh karena itu jerami sebagai
limbah pertanian , menjadikannya melimpah tanpa perlu pengadaan
lahan baru secara khusus untuk memperoleh jerami
4. Threats ( ancaman )
Tidak ada ancaman yang ditemui dalam penembangan jerami ini. Karena
selama manusia Indonesia masih menempatkan padi sebagai bahan makanan
pokok maka keberadaan jerami pun dapat dijamin keberadaannya.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jerami merupakan suatu
limbah pertanian yang cukup layak untuk dikembangkan potensinya. Oleh karena
itu perlu disusun langkah-langkah pengoptimalan potensi jerami ini mengingat
indonesia adalh salah satu penghasil jerami terbesar di dunia yang artinya negara
ini memiliki prospek yang cukup besar untuk mengembangkan potensi jerami ini.
II. 3 STRATEGI PENGEMBANGAN
Adapun strategi pengembangan dalam merealisasikan prospek
pengembangan potensi jerami di Indonesia ditujukan sebagai upaya optimalisasi
sehingga nantinya dicapai hasil konkrit yaitu
Tidak ada lagi pembakaran jerami yang selama ini dilakukan, karena
diharapkan nantinya jerami ini dapat menjadi komoditi pertanian yang
bernilai ekonomis.
Meluasnya pemakaian jerami dalam berbagai bidang dan bukan hanya
terbatas pada penelitian potensinya saja namun lebih kepada
pengimplementasiannya.
Oleh karena itu perlu penyusunan strategi pengembangan yang hendaknya
melibatkan semua khalayak baik pemerintah maupun masyarakat luas. Adapun
masyarakat dalam hal ini meliputi seluruh elemen yaitu petani, akademisi,
peneliti, pengusaha, lembaga/organisasi kemasyarakatan dan lain sebaginya.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah baik pemerintah maupun
masyarakat adalah :
1. Pemerintah
Pemberian dana insentif kepada para peneliti, untuk melakukan
penelitian terkait pengembangan potensi jerami
Sosialisasi pengolahan limbah pertanian khususnya jerami kepada
mayarakat dan para pelaku usaha.
Melakukan kerjasama dengan negara-negara yang telah berhasil
mengoptimalkan potensi limbah pertanian khususnya jerami melalui
penelitian dan pengembangan.
3. Masyarakat
Melakukan penelitian potensi jerami secara mandiri
Merintis usaha –usaha berbahan baku jerami
Menggali informasi, melakukan eksplorasi untuk menemukan cara-
cara kreatif, inovatif dan implementatif dalam memanfaatkan
potensi jerami sehingga menambah nilai ekonomis jerami tersebut.
Dengan penelolaan yang berbasis manfaat, hendaknya para petani
meninggalkan cara konvensional dalam mengatasi jerami melalui
pembakaran.
III. KESIMPULAN
Jerami merupakan salah satu limbah pertanian dengan potensi yang luar
biasa. Adapun potensinya meliputi bidang peternakan, pertanian, konstruksi
rumah tahan gempa, industri dan energi.
Melalui analisi SWOT diketahui bahwa pengembangan jerami memiliki
kekuatan dan peluang yang baik sehingga menjadikan potensinya layak untuk
direalisasikan dan dioptimalkan. Adapun beberapa kelemahannya dapat diatasi
melalui pengembangan teknologi dengan efisiensi yang lebih baik.
Dengan melihat situasi, kondisi, dan potensi kelimpahannya di Indonesia,
maka jerami memiliki prospek yang luar biasa untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dengan menyusun strategi pengembangan yang melibatkan pemerintah dan
masyarakat secara langsung, maka diharapkan prospek pengembangan potensi
jerami ini dapat terealisasikan dengan baik. Melalui pemanfaatan jerami ini
diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dari berbagai masalah
multidimensional mulai dari permasalahan ekonomi hingga permasalahan
lingkungan yang sedang dihadapi bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. straw bale contruction in central California. Tersedia :http://www.buildinggreentv.com/workshop/straw-bales/914{Diakses 22 Juni 2010 ]
Anonim. BOKASHI (Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati ). Tersedia :http://www.deptan.go.id/feati/teknologi/BOKASHI.pdfDi akses [16 Juli 2010]
Brinkkotter. 2005. Panel Element. Tersedia :http://www.freepatentsonline.com/y2005/0108964.htm[Diakses 21 Juni 2010]
Emerson. 1977. Production of high strenghs packaging papers from rice strawTersedia : http://www.freepatentsonline.com/4040899.html{diakses 21 Juni 2010]
Enie Herlison, Koestini. 1981. Pengantar Teknologi Tekstil.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan Menengah Kejuruan
Fukuoka, Masanobu. 1991. Revolusi Sebatang Jerami. Yayasan Obor IndonesiaJakarta
Hidayat Ad, Lesmana Murad. 2007. Panduan penulisan dan Publikasi.Penerbit Universitas Trisaksi. Jakarta
Indriani, Yovita Hety. 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penerbit Swadaya. Jakarta
Karimi et al. 2006. Ethanol production from dilute-acid pretreated rice straw by simultaneous saccharification and fermentation with Mucor indicus,Rhizopus oryzae, and Saccharomyces cerevisiae. Tersedia : http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi [Diakses 27 Juni 2010 ]
Karim Dkk. 2007. Jerami Padi Pengelolaan dan Pemanfaatan . tersedia :http://www.pustaka-deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp07005.pdf [ Diakses 21 Juli 2010 ]
Millymaki. Et all. 2010. Pulp and process for pulping. Tersedia :http://www.freepatentsonline.com/y2010/0006245.html[Diakses 21 Juni 2010]
P.C. Badger. 2002. Ethanol From cellulose : a general Review.Reprinted form : Trends in New crops and new uses. 2002. J.janickAnd A. whipkey (eds). ASHS Press. Alexandria. VA
Pokhrel Dkk. Agricultural Waste Residues As Potential Sources Of Bioethanol.Tersedia : http://nepjol.info/index.php/SW/article/viewArticle/2628[ diakses 19 Juni 2010 ]
Sutedjo. Mul Mulyani. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. JakartaSutedjo, Mul Mulyani. 1991. Pengantar Ilmu Tanah : terbentuknya tanah
Dan tanah pertanian. Bina Aksara. JakartaUhland et al. 2003. Production of Particle Board From Agricultural waste
Tersedia : http://www.freepatentsonline.com/6596209.html[Diakses 21 Juni 2010]
Yang et al. 2006. High quality and long natural cellulose fibers from rice straw and method of producing rice fibers. Tersedia http://www.freepatentsonline.com/y2006/0180285.html[Diakses 21 Juni 2010]
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui fermentasi Sebagai Bahan PakanTernak Ruminansia. Tersedia :http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/805/1/09E01417.pdf[Diakses 19 Juli 2010]
www.bps.go.idHaryanto, Budi. Jerami yang difermentasikan Sebagai Pakan Ternak. Tersedia :
http://bpatp.litbang.deptan.go.id/index.php/id/inovasi-teknologi-mainmenu-117/49-100-teknologi-inovasi/263--jerami-padi-yang-difermentasi-sebagai-pakan-ternak. [diakses 19 Juli 2010].
LAMPIRAN
Gambar 1 : gambar serat jerami setelah melalui re proses rendaman alkali dan
enzimatis
Keterangan : gambar diatas menunjukkan serat jerami yang lebih halus dan lebih
panjang setelah perlakuan rendaman dengan larutan alkali dan enzimatis
Table 1. Produksi tanaman padi di Indonesia
ProvinsiJenis
TanamanTahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha)
Produksi(Ton)
Indonesia Padi 2009 12 883 576
49,99 64 398 890
Aceh Padi 2009 359 375 43,32 1 556 858
Sumatera Utara
Padi 2009 768 407 45,91 3 527 899
Sumatera barat
Padi 2009 439 542 47,91 2 105 790
Riau Padi 2009 149 423 35,57 531 429
Jambi Padi 2009 155 802 41,40 644 947
Sumatera Selatan
Padi 2009 746 465 41,87 3 125 236
Bengkulu Padi 2009 132 975 38,37 510 160
Lampung Padi 2009 570 417 46,88 2 673 844
Bangka Belitung
Padi 2009 8 063 24,64 19 864
Kepulauan Riau
Padi 2009 144 29,86 430
DKI Jakarta
Padi 2009 1 974 55,79 11 013
Jawa Barat Padi 2009 1 950 203 58,06 11 322 681
Jawa Tengah
Padi 2009 1 725 034 55,65 9 600 415
DI Yogyakarta
Padi 2009 145 424 57,62 837 930
Jawa Timur Padi 2009 1 904 830 59,11 11 259 085
Banten Padi 2009 366 138 50,50 1 849 007
Bali Padi 2009 150 283 58,47 878 764
Nusa Tenggara Barat
Padi 2009 374 279 49,98 1 870 775
Nusa Tenggara Timur
Padi 2009 194 219 31,27 607 359
Kalimantan Barat
Padi 2009 418 929 31,05 1 300 798
Kalimantan Tengah
Padi 2009 214 480 26,98 578 761
Kalimantan Selatan
Padi 2009 490 069 39,93 1 956 993
Kalimantan Timur
Padi 2009 146 177 38,01 555 560
Sulawesi Utara
Padi 2009 114 745 47,85 549 087
Sulawesi Tengah
Padi 2009 211 232 45,14 953 396
Sulawesi Selatan
Padi 2009 862 017 50,16 4 324 178
Sulawesi Padi 2009 98 130 41,51 407 367
Tenggara
Gorontalo Padi 2009 48 042 53,48 256 934
Sulawesi Barat
Padi 2009 64 973 47,82 310 706
Maluku Padi 2009 21 252 42,29 89 875
Maluku Utara
Padi 2009 13 711 33,73 46 253
Papua Barat
Padi 2009 10 486 35,27 36 985
Papua Padi 2009 26 336 37,41 98 511 Sumber. www.bps.go.id
tabel 2 . perbandingan berbagai serat limbah pertanian
sumber : Yang et al ( 2006)
tabel 3 . kandungan nutrisi pada jerami
Sumber : A. Doberman and T.H.Fairhurst
Keterangan : Dari Kandungan Nutrisi yang terdapat pada jerami, maka dapat
disimpulkan bahwa pembakaran jerami sama dengan membuang nutrisi yang
seharusnya dapat dikembalikan tanah. Karena dengan pembakaran maka yang
tersisa hanyalah debu yang lebih banyak mengandung karbon.