makalah jerami peternakan unram

27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hampir di setiap sawah kita menjumpai jerami yang tertumpuk, sebagian besar masyarakat tidak memanfatkannya, bahkan karena ketidaktahuan dari masyarakat, mereka membakar jerami yang tertumpuk itu dengan maksud bisa melenyapkannya dengan cepat tanpa mereka memikirkan akibat dari perbuatannya itu. Namun di lain sisi sungguh memprihatinkan para peternak kesulitan mendapatkan jerami ketika mereka kesulitan mendapatkan rumput untuk pakan ternak sapinya, akan tetapi para petani yang sudah panen sebagian besar tidak memanfaatkan jerami tersebut untuk diberikan kepada para peternak sapi yang kesulitan mendapatkan rumput. Apalagi ketika musim kemarau, rumput jarang ditemukan karena rumput juga membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga pada musim kemarau produksi rumput yang ada semakin berkurang. Sementara itu di lain pihak populasi ternak sapi semakin bertambah setiap tahun. 1

Upload: istin-nana-robiah

Post on 06-Aug-2015

80 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hampir di setiap sawah kita menjumpai jerami yang tertumpuk, sebagian

besar masyarakat tidak memanfatkannya, bahkan karena ketidaktahuan dari

masyarakat, mereka membakar jerami yang tertumpuk itu dengan maksud bisa

melenyapkannya dengan cepat tanpa mereka memikirkan akibat dari

perbuatannya itu.

Namun di lain sisi sungguh memprihatinkan para peternak kesulitan

mendapatkan jerami ketika mereka kesulitan mendapatkan rumput untuk

pakan ternak sapinya, akan tetapi para petani yang sudah panen sebagian besar

tidak memanfaatkan jerami tersebut untuk diberikan kepada para peternak sapi

yang kesulitan mendapatkan rumput. Apalagi ketika musim kemarau, rumput

jarang ditemukan karena rumput juga membutuhkan air untuk tumbuh dan

berkembang dengan baik, sehingga pada musim kemarau produksi rumput

yang ada semakin berkurang. Sementara itu di lain pihak populasi ternak sapi

semakin bertambah setiap tahun.

Begitu pula ketika musim hujan para peternak kesulitan mendapatkan

rumput, karena biasanya rumput hanya ditemukan di pematang sawah, pinggir

jalan dan lahan-lahan yang tidak digarap oleh para petani. Apalagi pada

musim itu rumput diperjualbelikan dengan harga yang tinggi oleh petani

sebelum menggarap sawahnya karena mengetahui bahwa para peternak sangat

membutuhkan rumput itu. Sehingga para peternak memerlukan biaya untuk

membeli rumput ketika kesulitan mendapatkan rumput. Ketika para petani

panen, banyak jerami yang dihasilkan, namun karena terlalu banyak orang

yang panen, banyak jerami yang tidak habis di ambil oleh para peternak

sehingga jerami tersebut tertumpuk dan pada akhirnya para petani

membakarnya atau membiarkannya membusuk tanpa mereka menghiraukan

akibatnya. Oleh karena itu apakah langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan

1

oleh Penyuluh peternakan untuk membantu menyelesaikan permasahan yang

begitu sering dihadapi oleh para peternak sapi?

B. BATASAN MASALAH

Peternak sapi yang dimaksud dalam penelitian adalah peternak sapi yang

berada di desa Batu Nyala tahun 2011.

C. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menarik

sebagai berikut:

1. Apakah selama ini masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami

padi sebagai alternatif pakan ternak sapinya?

2. Apakah jerami yang digunakan oleh masyarakat di desa Batu Nyala

sebagai pakan ternak sapi sudah diolah terlebih dahulu atau belum?

3. Mengapa jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala sebagai

alternatif pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/

rumput terutama pada musim tanam padi yang kedua?

4. Kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala

menjadikan jerami sebagai alternatif pakan ternaknya?

5. Seberapa jauh masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami

sebagai pakan ternak sapinya?

6. Pengolahan apa saja yang telah dilakukan selama ini oleh masyarakat di

desa Batu Nyala dalam menggunakan jerami sebagai pakan ternak

sapinya?

7. Bagaimana tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala jika akan diadakan

penyuluhan bagaimana teknik-teknik pengolahan jerami agar dapat

mengoptimalisasi potensi yang dimiliki oleh jerami dan tentunya dapat

memudahkan para peternak memberikan pakan untuk ternaknya?

2

8. Apa harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan

tentang cara pengolahan jerami sebagai pakan ternak?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Apakah selama ini masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami

padi sebagai alternatif pakan ternak sapinya.

2. Apakah jerami yang digunakan masyarakat di desa Batu Nyala sebagai

pakan ternak sapi sudah diolah terlebih dahulu atau belum.

3. Mengapa jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala sebagai

alternatif pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/

rumput terutama pada musim tanam padi yang kedua.

4. Kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala

menjadikan jerami sebagai alternatif pakan ternaknya.

5. Seberapa jauh masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami sebagai

pakan ternak sapinya.

6. Pengolahan apa saja yang telah dilakukan selama ini oleh masyarakat di

desa Batu Nyala dalam menggunakan jerami sebagai pakan ternak sapinya.

7. Bagaimana tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala jika akan diadakan

penyuluhan bagaimana teknik-teknik pengolahan jerami agar dapat

mengoptimalisasi potensi yang dimiliki oleh jerami dan tentunya dapat

memudahkan para peternak memberikan pakan untuk ternaknya.

8. Apa harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan

tentang cara pengolahan jerami sebagai pakan ternak?

3

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan kesadaran kepada para petani tentang pemanfaatan

jerami sangat penting bahwa jerami tersebut sangat diperlukan oleh para

peternak sapi ketika kesulitan mendapatkan rumput.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan oleh

Penyuluh Peternakan dalam menyikapi permasalahan yang terjadi di suatu

wilayah seperti di desa Batu Nyala, tentang kurangnya pemanfaatan jerami

padi sebagai pakan ternak sapi agar dapat diaplikasikan oleh masyarakat.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG TERNAK SAPI

Ternak sapi adalah salah satu hewan ruminansia (pemamah biak) yang

secara alami membutuhkan pakan di antaranya hijauan sapi dan rumput-

rumputan. Pakan ternak adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada

ternak (baik berupa bahan organik maupun organik) yang sebagian atau

seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak (Prof. Dr. Ir.

Sunarso, Ms. dan Ir. M. Christiyanto, Mp., 1987).

B. TINJAUAN TENTANG PAKAN TERNAK SAPI DARI JERAMI

Pakan ternak dapat berupa hijauan. Hijauan merupakan bahan pakan yang

penting baik ternak sapi. Hijauan ini bisa berasal dari: hijauan liar (tidak

sengaja ditanam dan tumbuh dengan sendirinya) dan hijauan yang

dibudidayakan (sengaja ditanam dan dipupuk). Hijauan liar terdiri atas

berbagai jenis rumput, dan tanaman lainnya, sedangkan hijauan yang

dibudidayakan hanya merupakan satu spesies rumput atau bercampur dengan

spesies rumput yang lain (Ir. Yunilas, 2009).

Menurut Komar dalam Ir. Yulinas, menyebutkan, kandungan gizi

makanan ternak sangat tergantung pada hijauan pada bahan yang diberikan.

Hijauan yang berupa hijauan yang diberikan berupa rumput alam, rumput

lapangan, rumput tanam (rumput unggul), hijauan yang diberikan yang berupa

rumput lapangan, rumput tanam, dan rumput hijauan kacang-kacangan, dan

hijauan limbah pertanian (ubi jalar, jerami padi, jerami kacang-kacangan, dll).

Dan menurut Rukmana kandungan protein hijauan kacang-kacangan sebesar

21%, rumput lapangan dan rumput unggul sebesar 10,20 %, sedangkan

hijauan limbah pertanian (jerami padi) kandungan proteinnya sebesar 3,6 %.

Menurut Tilham dkk, dalam Ir. Yunilas menjelaskan jerami termasuk

makanan kasar yaitu bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian/

tanaman yang sudah dipanen. Bila dituju dari kondisi nutrisinya, jerami

5

memiliki kandungan protein dan daya cerna yang rendah, namun didalamnya

memiliki sekitar 80% zat-zat yang dapat dicerna sebagai sumber energi bagi

ternak.

Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya),

sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian

terbesar (Johan Purnama DUM MSc, 2010). Supaya limbah pertanian berupa

jerami padi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pakan ternak maka

dapat diolah dengan cara fermentasi. Menurut Saono dalam Ir. Yunilas,

fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari

mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi hidrolisa, dan reaksi

kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik

dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya

pembahasan sifat bahan tersebut.

Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan yang mengandung

mikroba proteolitik, lignolitik, selulotik, lipotik, dan bersifat fiksasi nitrogen

non simbiotik contohnya: starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain (Ir. Yunilas,

2009).

Hasil penelitian Syamsu dalam Ir. Yunilas, menggambarkan bahwa

komposisi nutrisi jerami padi yang telah difermentasi dengan menggunakan

startet mikroba (starbio) sebanyak 0,06% dari berat jerami padi, secara umum

memperlihatkan peningkatan kualitas dibanding jerami padi yang tidak

difermentasi. Selanjutnya dikatakan kadar protein kasar jerami padi yang

difermentasi mengalami peningkatan dari 4,23% menjadi 81,14% dan diikuti

dengan penurunan kadar serat kasar. Hal ini memberikan indikasi bahwa

starter mikroba yang mengandung mikroba proteoritik yang menghasilkan

enzim protease dapat merombak protein menjadi peptide sederhana.

C. TINJAUAN TENTANG PENYULUH PETERNAKAN

Menurut Rogers dalam karya ilmiah Lilis Nurlina, kepemimpinan penyuluh

adalah kemampuan penyuluh dalam mempengaruhi persepsi, motivasi, adopsi

6

inovasi pengikutnya (peternak anggota koperasi) dalam melaksanakan tugas

organisasi koperasi sebagai pendamping dan pemberdaya peternak dalam

meningkatkan kinerja peternak khususnya dan tujuan organisasi koperasi pada

umumnya. Seorang penyuluh perlu memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain dalam mengadopsi inovasi serta mampu

menyebarluaskan inovasi tersebut (difusi) melalui suatu jaringan kerja

tertentu. Dalam hal ini, penyuluh pertanian-peternakan perlu memanfaatkan

golongan early adopter yang memiliki karakteristik : usianya relative sama,

kelebihan dalam hal tingkat pendidikan-melek huruf, status sosial ekonomi,

mobilitas social, dan kedekatan dengan golongan pengadopsi yang lebih

lambat, dapat dijadikan sebagai sasaran strategis bagi penyuluh untuk

menjangkau petani-peternak lainnya.

Menurut pendapat Lilis Nurlina (2005), kompetensi standar penyuluh

pertanian di masa sekarang dan yang akan datang seyogyanya meliputi empat

ranah sebagai berikut:

1. Kemampuan kognisi yakni kemampuan mengetahui, menjelaskan,

menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep

pemberdayaan masyarakat dan pendekatan partisipatif sesuai dengan

content dan conteks pembangunan pertanian.

2. Kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai,

mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai dan

berkarakter dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh

pertanian yang partisipatif.

3. Kemampuan psikomotorik, yakni kemampuan/keterampilan untuk

menerapkan teknik-teknik kepemanduan partisipasif secara terampil dan

taat azas.

4. Kemampuan konasi dan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki

semangat, etos kerja, keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakalan

dan pengabdian yang tulus terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya.

7

BAB III

METODE PENULISAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian non-hipotesis. Dimana

penelitian dengan cara ini awali dengan menetapkan dahulu standar

berdasarkan landasan yang kuat sebelum memulai penelitian kancah yang

selanjutnya dijadikan sebagai acuan sejauh mana fenomena mencapai standar

(Arikunto, 2006).

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di desa Batu Nyala. Penelitian ini dilakukan pada

kurun waktu tanggal akhir bulan Maret dan awal bulan April 2011.

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006) dan yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Dusun (Kadus)

dan Tokoh masyarakat yang berada di desa Batu Nyala yang berjumlah 11

orang dan 10 orang, sedangkan Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang di teliti (Arikunto, 2006). Pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik sampel bertujuan yaitu dilakukan dangan cara

mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006), maka yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah kepala dusun yang berada di desa Batu

Nyala yang berjumlah 2 orang, dan Tokoh masyarakat yang berjumlah 2

orang.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah

wawancara, yaitu proses memperoleh data dengan cara tanya jawab secara

langsung, bertatap muka antara penanya dengan responden (Anonim, 2002).

8

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa responden dan

menggunakan pertanyaan yang sama yaitu:

1. Apakah selama ini masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami

padi sebagai alternatif pakan ternak sapinya?

2. Apakah jerami yang digunakan masyarakat di desa Batu Nyala sebagai

pakan ternak sapi sudah diolah terlebih dahulu atau belum?

3. Mengapa jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala sebagai

alternatif pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/

rumput terutama pada musim tanam padi yang kedua?

4. Kendala apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala

menjadikan jerami sebagai alternatif pakan ternaknya?

5. Seberapa jauh masyarakat di desa Batu Nyala menggunakan jerami

sebagai pakan ternak sapinya?

6. Pengolahan apa saja yang telah dilakukan selama ini oleh masyarakat di

desa Batu Nyala dalam menggunakan jerami sebagai pakan ternak

sapinya?

7. Bagaimana tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala jika akan diadakan

penyuluhan bagaimana teknik-teknik pengolahan jerami agar dapat

mengoptimalisasi potensi yang dimiliki oleh jerami dan tentunya dapat

memudahkan para peternak memberikan pakan untuk ternaknya?

8. Apa harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan

tentang cara pengolahan jerami sebagai pakan ternak?Dan masing-masing

responden menjawab sebagain berikut:

9

a. L. Nurmadyan selaku Kepala Dusun Pegading

1. Ya, sebagian besar masyarakat yang memiliki ternak sapi

menggunakan jerami sebagai pakan ternaknya, tetapi tidak selamanya

masyarakat menggunakan jerami sebagai pakan ternak sapinya

melainkan menggunakan tumbuhan yang lain yang mudah didapatkan

seperti rumput, pohon pisang, daun turi, daun singkong dan rumput

gajah.

2. Tidak, sebagian besar masyarakat langsung menggunakan jerami

tersebut tanpa diolah sebelumnya sebagai pakan ternaknya.

Masyarakat memilih jerami yang baru dipanen, jika sudah terlalu lama

mereka bakar.

3. Karena jerami mudah didapatkan di mana-mana apalagi mayoritas

masyarakat Batu Nyala adalah sebagai petani, sehingga mudah

didapatkan ketika musim panen padi. Bagi petani yang tidak

memelihara ternak seperti sapi, petani tersebut memberikan jeraminya

untuk masyarakat yang memiliki ternak sapi untuk dijadikan sebagai

pakan.

4. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat adalah jerami yang digunakan

hanya banyak ditemukan ketika panen padi saja sehingga masyarakat

yang memiliki ternak sapi kewalahan ketika sesulitan mendapatkan

rumput. Kendala lain yang dihadapi adalah jerami tersebut banyak

dibakar oleh para petani.

5. Masyarakat menggunakan jerami ketika kesulitan mendapatkan

rumput.

6. Pengolahan yang dilakukan tidak ada, akan tetapi masyarakat hanya

menggunakan jerami sebagai pakan ternak itu dicampuri dedak dengan

air, atau jika tidak ada dedak maka masyarakat hanya memberikan

sapinya cukup dengan jerami saja.

10

7. Tanggapan saya sendiri adalah saya sangat setuju karena dengan

adanya penyuluhan tersebut maka masyarakat akan lebih mudah untuk

meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh jerami tersebut dan jerami

tersebut memiliki kegunaan yang dapat mempercepat penggemukan

sapinya seperti yang saya dengar di TV.

8. Penyuluh Peternakan perlu melakukan penyuluhan teknik-teknik

bagaimana sebenarnya agar jerami yang semulanya tidak dimanfaatkan

secara optimal dengan adanya penyuluhan tersebut maka akan mudah

untuk mengotimalkan potensi jerami tersebut. Kami mengharapkan

bukan hanya sekedar memberikan penyuluhan saja akan tetapi

teknologi/teknik tersebut di jadikan sebagai salah satu program di desa

Batu Nyala.

b. TGH. Hijazi Umar selaku tokoh masyarakat desa Batu Nyala

1. Ya, masyarakat desa Batu Nyala sebagian besar menggunakan jerami

sebagai pakan ternak sapinya, saya sendiri juga menggunakan jerami,

biasanya saya mencampurnya dengan dedak karena itu akan lebih

mempercepat pertumbuhan sapi di samping itu sapinya juga akan

makan dengan lahap ketika jerami tersebut dicampur dengan dedak.

2. Ya, saya sendiri mengolahnya dengan cara mengeringkan terlebih

dahulu jerami tersebut kemudian menyimpannya di gudang atau

ruangan yang tidak terkena air, kemudian jika ingin memberikan

pakan untuk ternak maka dicampurkan dengan air garam dengan dedak

agar perut sapi tidak panas. Pengolahan ini lebih mempercepat

pertumbuhan sapi daripada menggunakan jerami yang sama sekali

tidak dicampurkan dengan bahan-bahan yang lain.

3. Karena jerami mudah didapatkan, lebih praktis, apalagi ketika panen

padi, tinggal mengambilnya di sawah-sawah yang sudah disediakan

oleh petani atau pemilik sawah.

11

4. Kendala-kendala yang dihadapi adalah jerami padi hasil panen banyak

yang dibakar, sehingga sulit mendapatkan jerami untuk pakan ternak

ketika kesulitan mendapatkan pakan untuk ternak.

5. Masyarakat sudah menggunakan jerami dari dulu karena jerami mudah

didapatkan, dan sebagian besar masyarakat sudah mengetahui cara-

cara tradisional dalam mengolah jerami sebagai pakan ternak dengan

caranya sendiri.

6. Pengolahan yang digunakan biasanya jerami tersebut dicampur dengan

dedak dan menggunakan garam.

7. Kami tentunya akan sangat setuju karena Penyuluh dari peternakan

tersebut dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya selain itu

dampaknya yang begitu besar yaitu masyarakat tidak lagi membakar

atau menyalahgunakan jerami, manfaat yang lain juga dilihat dari

pihak peternakan yaitu dapat mengembangkan peternakan itu sendiri.

8. Melakukan suatu penyuluhan kepada masyarakat, menerapkan

langsung program pengolahan jerami yaitu teknik Fermentasi di

masyarakat oleh Penyuluh Peternak dengan berkonsultasi dengan

pemerintah setempat melihat kondisi di desa Batu Nyala.

c. Saibun selaku kepala dusun Tembeng

1. Ya, masyarakat sebagian besar menggunakan jerami padi sebagai

pakan ternak sapinya.

2. Yang saya tahu masyarakat hanya menggunakan jerami tersebut

dengan cara dicampuri dengan dedak saja, karena disamping anggapan

masyarakat dedak itu bergizi untuk ternak sapi juga dedak itu mudah

didapatkan.

3. Karena jerami mudah didapatkan.

4. Kendalnya adalah masyarakat banyak yang membakar jerami.

12

5. Masyarakat hanya menggunakan jerami ketika jerami masih segar saja

kalau sudah lama jerami itu tidak dibutuhkan.

6. Jerami yang akan digunakan adalah jerami yang sudah dicampuri oleh

dedak.

7. Kami sangat setuju dengan rencana itu karena dengan begitu

masyarakat tidak sulit memberikan pakan untuk ternak sapinya, dan

lebih mudah untuk menggemukkan sapi dengan pengolahan praktis

dari jerami.

8. Menurut saya sebaiknya Penyuluh Petenakan melakukan suatu

penyuluhan agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana pengolahan

jerami sebagai pakan ternak.

d. Papuk sukrin, tokoh masyarakat di desa Batu Nyala

1. Ya, masyarakat menggunakan jerami sebagai pakan ternak sapinya jika

tidak ada rumput, tetapi kalau tidak ada kedua-duanya masyarakat

menggunakan pohon pisang atau rumput gajah.

2. Sudah, jerami diolah dengan cara dicampurkan dengan dedak.

3. Karena jerami mudah didapatkan, apalagi petani yang sudah panen

sebagian besar tidak punya ternak jadi mudah untuk masyarakat yang

punya ternak sapi.

4. Kendalanya adlah banyak petani yang menyalahgunakan jerami seperti

membakar jerami itu.

5. Masyarakat menggunakan jerami ketika masyarakat kesulitan dalam

mendapatkan rumput.

6. Tidak ada, jerami segar biasanya langsung diberikan untuk sapinya,

akan tetapi ada juga masyarakat yang mencampurkan jerami dengan

dedak karena dengan dedak sapi menjadi lahap dan cepet gemuk.

13

7. Sangat setuju karena dengan itu akan memudahkan masyarakat yang

memiliki sapi dan bermanfaat juga untuk petani agar tidak

menyalahgunakan jerami.

8. Membimbing masyarakat oleh Penyuluh Peternakan supaya

masyarakat tahu, dengan mempraktikkan langsung dan menerapkan di

susatu wilayah itu sendiri setelah dibimbing.

B. PEMBAHASAN

Masyarakat di desa Batu Nyala sebagian besar bermata pencaharian

sebagai petani, peternak maupun petani sekaligus sebagai peternak. Ketika

panen padi, para petani kebingungan bagaimana menggunakan jerami yang

merupakan limbah dari padinya. Jerami dianggap tidak memiliki nilai

ekonomi oleh mereka, bahkan cenderung dianggap sebagai limbah yang tidak

memiliki fungsi seperti sampah. Oleh karena itu tanpa memikirkan akibat

dari tindakannya sebagian besar dari mereka membakar jerami tersebut

sehingga menimbulkan banyak kerusakan seperti kesejukan udara menjadi

terganggu atau kerap dikenal dengan populasi udara, dan banyak kerusakan

lain yang ditimbulkan. Meskipun sebagian kecil dari mereka ada yang

memanfaatkan jerami tersebut namun mereka hanya mencampurkan jerami

tersebut dengan dedak sesuai dengan pengetahuan peninggalan dari nenek

moyang mereka.

Di pihak lain peternak sangat membutuhkan jerami hasil limbah

tersebut ketika kesulitan mendapatkan rumput atau hijauan. Sebenarnya para

peternak dapat memanfaatkan jerami hasil limbah padi milik para petani dan

memang jerami sebenarnya sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan

ternak sapi namun banyak dari mereka tidak mengetahui itu. Sungguh

menyedihkan ketika mendengar pendapat-pendapat dari masyarakat karena

sebagian besar dari mereka tidak mengetahui tentang pemanfaatan jerami

yang efektif sebagai alternatif pakan ternak sapi.

14

Banyak kerugian yang ditimbulkan dari pemanfaatan jerami yang tidak

dimanfaatkan secara efektif, berbagai cara yang telah diberikan oleh

penyuluh peternakan salah satunya adalah pemanfaatan jerami melalui

fermentasi. Namun di desa Batu Nyala sama sekali belum tersentuh oleh

penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh Peternakan yang ada. Mengenai

tugas dari penyuluh peternakan salah satunya adalah membimbing

masyarakat mengenai pemanfaatan di bidang peternakan. Mengingat tujuan

dari penyuluh peternakan adalah untuk meningkatkan kemampuan peternak

dan menunjang perbaikan usaha ternak melalui upayanya untuk mengubah

perilaku peternak ke arah usaha beternak yang lebih baik (better farming),

berusaha ternak lebih baik (better business), kesejahteraan hidup yang lebih

baik (better living), dapat menjaga lingkungan hidup dengan lebih baik

(better environtment), mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik

(better community).

Namun sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan di desa Batu

Nyala masyarakat tidak mengetahui sedikitpun tentang pengolahan jerami

yang baik, salah satunya pengolahan melalui fermentasi. Oleh karena itu

tidak heran jika masyarakat di sana tidak memanfaatkan jerami sebagai pakan

ternak sapi ketika kesulitan mendapatkan rumput.

15

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Masyarakat di desa Batu Nyala, menggunakan jerami sebagai alternatif

pakan ternak sapinya, dan masyarakat hanya menggunakan jerami yang

masih segar dan dicampurkan dengan dedak saja.

2. Jerami yang digunakan oleh masyarakat di desa Batu Nyala, sebagai pakan

ternak sapi belum diolah.

3. Jerami yang dipilih oleh masyarakat di desa Batu Nyala, sebagai alternatif

pakan ternak sapinya ketika kesulitan mendapatkan hijauan/rumput

terutama pada musim tanam padi yang kedua karena jerami mudah

didapatkan.

4. Kendala yang dihadapi oleh masyarakat di desa Batu Nyala, menjadikan

jerami sebagai alternatif pakan ternaknya adalah jerami padi hasil panen

banyak yang dibakar, sehingga sulit mendapatkan jerami untuk pakan

ternak ketika kesulitan mendapatkan pakan untuk ternak.

5. Masyarakat di desa Batu Nyala, sudah menggunakan jerami dari dulu dan

sebagian besar masyarakat sudah mengetahui cara-cara tradisional dalam

mengolah jerami sebagai pakan ternak dengan caranya sendiri.

6. Pengolahan yang digunakan oleh masyarakat di desa Batu Nyala, biasanya

jerami tersebut dicampur dengan dedak.

7. Tanggapan masyarakat di desa Batu Nyala tentang penyuluhan teknik-

teknik pengolahan jerami adalah mereka sangat setuju karena Penyuluh

dari peternakan tersebut dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya

selain itu dampaknya yang begitu besar yaitu masyarakat tidak lagi

membakar atau menyalahgunakan jerami, manfaat yang lain juga dilihat

dari pihak peternakan yaitu dapat mengembangkan peternakan itu sendiri.

8. Harapan masyarakat di desa Batu Nyala terhadap penyuluh peternakan

adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat, menerapkan langsung

16

program pengolahan jerami yaitu teknik Fermentasi di masyarakat desa

Batu Nyala.

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis menyarankan kepada dinas

Peternakan dalam hal ini para penyuluh untuk:

1. Melakukan pengawasan terhadap para peternak sapi di desa Batu Nyala.

2. Mengadakan penyuluhan tentang alternatif pakan ternak sapi dari jerami

padi dengan pengolahan fermentasi.

17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Panduan Penelitian Bagi Siswa. Jakarta: Uhamka Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).

Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Nurlina, Lilis. 2005. Peranan Kepemimpinan Penyuluh Peternakan Dalam Upaya

Mempertahankan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi. Bandung:

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Purnama, Johan. 2010. Jerami Fermentasi Sebagai Pakan Alternatif Bagi Ternak

Sapi pada Musim Kemarau.

Sunarso, Prof. dan Christiyanto, Mp. 1987. Manajemen Pakan.

Yunilas, Ir. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan

Pakan Ternak Ruminansia. Medan: Departemen Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

18