bab 6

7
BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan the posttest control group design yang membuktikan efek ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus L.) pada tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan metode paw pressure test. Penelitian ini dilakukan adaptasi selama 1 minggu kemudian dilanjutkan pemberian ekstrak umbi teki peroral dengan dosis berbeda pada tiap kelompok. Setelah berat beban awal tikus diukur, tikus diberi ekstrak umbi teki kemudian didiamkan selama 30 menit, dan dilakukan uji efek analgesik dengan menggunakan analgesy meter. Pemberian ekstrak umbi teki pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efek analgesik yang dimiliki oleh umbi teki sesuai dengan kajian teori yang menyebutkan bahwa terdapat senyawa pada rumput teki yang diketahui berpengaruh pada pereda nyeri adalah cyperone. Dimana cyperone mengandung 0,45–1% minyak atsiri. Selain 44

Upload: rachma-susteriana-putri

Post on 04-Sep-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB 6 SKRIPSI

TRANSCRIPT

46

BAB 6PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan the posttest control group design yang membuktikan efek ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus L.) pada tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan metode paw pressure test. Penelitian ini dilakukan adaptasi selama 1 minggu kemudian dilanjutkan pemberian ekstrak umbi teki peroral dengan dosis berbeda pada tiap kelompok. Setelah berat beban awal tikus diukur, tikus diberi ekstrak umbi teki kemudian didiamkan selama 30 menit, dan dilakukan uji efek analgesik dengan menggunakan analgesy meter.

Pemberian ekstrak umbi teki pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efek analgesik yang dimiliki oleh umbi teki sesuai dengan kajian teori yang menyebutkan bahwa terdapat senyawa pada rumput teki yang diketahui berpengaruh pada pereda nyeri adalah cyperone. Dimana cyperone mengandung 0,451% minyak atsiri. Selain itu ekstrak umbi teki juga mengandung senyawa kimia berupa triterpen dan flavonoid yang yang berkhasiat sebagai analgesik (Puspitasari, 2003).

Metode respon nyeri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paw pressure test. Metode ini menggunakan alat tekanan telapak kaki modifikasi dengan penginduksi nyeri berupa tekanan mekanik pada kaki hewan sedangkan rasa sakit diaktualisasikan oleh hewan dengan timbulnya reflek berontak atau menjerit sebagai usaha untuk melepaskan diri dari rasa nyeri saat diberi tekanan tersebut (Lucia, 2011).

Pada penelitian ini terbukti bahwa pemberian ekstrak umbi teki memiliki efek analgesik pada tikus. Hal tersebut ditunjukkan pada peningkatan berat beban akhir pada kelompok II, III, IV. Pada kelompok II dengan pemberian ekstrak umbi teki sebanyak 7 mg/KgBB rata-rata efek analgesik adalah 6,67 gram, dengan dosis 21 mg/KgBB (kelompok III) rata-rata efek analgesik adalah 8,67 gram, dan dengan dosis 35 mg/KgBB pada kelompok IV diketahui rata-rata efek analgesik meningkat mencapai 10,5 gram.Pada kelompok kontrol terdapat peningkatan berat beban akhir pada sebagian besar tikus putih, hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa proses adaptasi tikus dapat mempengaruhi respon nyeri tikus (Fields, 2003). Selain itu meningkatnya berat beban akhir tikus pada kelompok kontrol kemungkinan dipengaruhi oleh analgesik endogen seperti endorphin, sistem inhibisi sentral serotonin dan noradrenenalin yang dapat mempengaruhi nilai ambang nyeri yang berbeda beda serta terdapat teori pengontrolan nyeri (gate control theory) bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat yang merupakan dasar teori menghilangkan nyeri (Tamsuri, 2007).Pemberian dosis ekstrak umbi teki diberikan dalam tiga variasi dosis yang berbeda (7 mg/KgBB, 21 mg/KgBB, 35 mg/KgBB) untuk mengetahui dosis mana yang paling efektif sebagai analgesik pada tikus putih jantan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kelompok yang paling tinggi dosisnya (35 mg) adalah kelompok yang paling efektif sebagai analgesik yang ditunjukkan pada peningkatan berat beban akhir pada tikus dengan mengunakan analgesy meter dibandingkan dengan dosis 7 mg/KgBB dan 21 mg/KgBB, Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pemberian ekstrak umbi teki yang mengandung minyak atsiri berupa cyperon, flavonoid dan triterpen memberikan pengaruh secara signifikan sebagai analgesik pada tikus putih jantan dengan p < 0,05.

Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan dengan kekuatan sedang yaitu terbukti dengan dosis ekstrak umbi teki berpengaruh sebagai analgesik tikus putih jantan (r = 0,663 ; Sig = 0,000 < 0,05). Hasil uji regresi diketahui R2 sebesar 0,439, Ini berarti bahwa 43,9% kandungan kimia dalam ekstrak umbi teki mampu bekerja sebagai analgesik pada tikus putih jantan. Sisanya sebesar 56,1% dipengaruhi oleh faktor lain yaitu proses adaptasi pada tikus. Selain itu, berdasarkan kajian teori juga menyebutkan bahwa mekanisme kerja ekstrak umbi teki diduga melalui hambatan siklooksigenase, sehingga menyebabkan asam arakhidonat tidak berubah menjadi prostaglandin endoperoksida siklik. Sedangkan terdapat jalur lain yang dapat menimbulkan respon nyeri yang tidak dihambat oleh ekstrak umbi teki yaitu lipooksigenase yang dapat menyebabkan asam arakhidonat berubah menjadi leukotrien (Tjay, 2006). Selain itu, mungkin juga karena pengaruh variabel luar yang tidak dapat dikendalikan misalnya kondisi psikologis tikus yang dipengaruhi lingkungan sekitar.

Dari penelitian Puspitasari dkk dengan menggunakan hewan coba mencit membuktikan pada ekstrak umbi teki dengan dosis 7 mg/KgBB pada mencit memiliki efek analgesik paling efektif. Dosis tersebut jika dikonversikan ke dosis tikus sebesar 49 mg/KgBB. Sedangkan pada penelitian ini, dosis 35 mg/KgBB sudah menunjukkan efek analgesik yang besar.

Keuntungan dari metode paw pressure test yaitu durasi yang pendek dalam pemberian stimulus nyeri sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam penelitian. Sensitivitasnya tinggi untuk nyeri yang timbul akibat stimulus mekanik (Lucia, 2011). Akan tetapi metode ini juga terdapat kelemahan, yaitu terdapat kemungkinan terjadinya adaptasi tikus terhadap nyeri. Oleh karena itu hasil yang didapatkan perlu dibandingkan dengan hasil pengukuran respon nyeri yang tidak memungkinkan terjadinya adaptasi tikus terhadap nyeri, misalnya writhing test dan intradermal injection dengan 37% larutan formaldehid.Dari berbagai fakta yang ditemukan pada penelitian ini dan melalui kajian teoritik, maka hipotesis tentang efek analgesik ekstrak umbi teki pada tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan metode paw pressure test terbukti, namun karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti, pada penelitian ini tidak digunakan gold standart obat analgesik, maka tidak dapat diketahui seberapa kuat efek analgesik ekstrak umbi teki dibandingkan gold standart obat analgesik yang ada. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme pasti efek analgesik ekstrak umbi teki pada tikus putih jantan dan perlu pengembangan lebih lanjut sebelum digunakan secara luas sebagai obat analgesik di masyarakat.

44