bab 5_isbd

13
BAB 5 MANUSIA, NILAI, MORAL, & HUKUM

Upload: majidal-fajar

Post on 14-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab 5 sosial budaya

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 5_ISBD

BAB 5MANUSIA, NILAI, MORAL, & HUKUM

Page 2: BAB 5_ISBD

A. HAKIKAT NILAI MORAL DLM KEHIDUPAN MANUSIA1. Nilai & Moral sbg Materi Pendidikan

Ada beberapa bidang filsafat yg berhub dgn cara manusia mencari hakikat sesuatu, sLh satu diantaranya adL aksiologi, bidang ini disebut filsafat nilai , yg memiliki dua kajian utama sLh. Bidanyaitu estetika & etika. Estetika berhub dgn keindahan, sementara etika berhub dgn kajian baik buruk & benar g ini merupakan tema baru dLm bidang filsafat yaitu baru muncul pada abad ke-19, meskipun cikal bakal pengkajian keindahan & kebaikan bisa ditelusuri jauh sbLm hadirnya buku Republik karya Plato.

Ketika persoalan etika & estetika ini semakin diperluas, tentu semakin kompleks, sebab menyentuh hal2 yg berhub dgn eksistensi manusia, apakah jasmaninya, rohaninya, fisiknya, mentalnya, pikirannya, bahkan perasaannya.

Bgt kompleksnya persoalan aksiologi (nilai), maka pembahasan makalah ini difokuskan hanya pada kawasan etika. Namun tema etika pun memiliki makna yg bervariasi, Bertens (2001, hlm. 6) menyebutkan ada tiga jenis makna etika yaitu :

neXt

Page 3: BAB 5_ISBD

2. Nilai moral di Antara Pandangan Objektif & Subjektif Manusia

Pertama, kata etika bisa dipakai dLm arti nilai2 & norma2 yg mnjd pegangan bagi seseorg atau kelompok dLm mengatur tingkah lakunya.Kedua, etika berarti jg kumpulan asas atau nilai moral, yg dimaksud disini adL kode etik.Ketiga, etika mempunyai arti lagi ilmu ttg yg baik & yg buruk. Etika disini artinya sama dgn filsafat moral.

Dlm bidang pendidikan, ketiga pengertian diatas menjadi materi bahasannya, oleh krn itu bkn hanya nilai moral individu yg dikaji, tetapi juga menbahas kode2 etik yg mnjd patokan individu dLm kehidupan sosialnya.

Manusia sbg makhluk yg bernilai akan memaknai dLm dua konteks, pertama akan memandang nilai sng sesuatu yg objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yg menilainya.Kedua memandang nilai itu subjektif, artinya nilai sangat tergantung pd subjek yg menilainya. Jd nilai memang tdk akan ada 7 tdk akan hadir tn hadirnya penilai.

Page 4: BAB 5_ISBD

3. Nilai di Antara Kualitas Primer & Kualitas sekunder

Persoalan objektif & subjektif nilai akan sangat erat kaitannya dLm pendidikan tatkala dihubungkan dgn isi nilai apa yg hrz diajarkannya.

Menurut Frondizi (2001, hlm. 7-10) Kualitas dibagi dua :1. Kualitas Primer, yaitu kualitas dasar yg tanpa itu oobjek tdk dpt mnjd ada, sprt

panjang & beratnya batu sdh ada sbLm batu itu dipahat (mnjd patung misalnya).2. Kualitas Sekunder, yaitu kualitas yg dpt ditangkap oleh pancaindra sprt warna, rasa,

bau, dsb.

Persoalan yg paling mendasar, apakah nilai sbg sifat tsb sama dgn kualitas primer atau dgn kualitas sekunder? sbLm ada objek yg ditempati, nilai hanyalah merupakan “kemungkinan”, nilai tdk memiliki eksistensi yg riil.

Page 5: BAB 5_ISBD

4. Metode menemukan & Hierarki Nilai dLm Pendidikan

Nilai berhub erat dgn kegiatan manusia menilai. Penilaian ini dihubkan dgn unsur2 atau hal yg ada pd manusia, seperti jasmani, cipta, karsa, rasa, & keyakinan. Oleh cz itu, nilai memiliki polaritas & hierarki, yaitu :

1. Nilai menampilkan diri dLm aspek positif & aspek negatif yg sesuai (polaritas) sprt yg baik & buruk, keindahan & kejelekan.

2. Nilai tersusun scr hierarkis, yaitu hierarki urutan pentingnya.

Nicholas Rescher (1969, hLm. 14-19) menyatakan ada 6 klarifikasi nilai, yaitu klarifikasi nilai yg didasarkan atas :1. Pengakuan,2. Objek yg dipermasalahkan,3. Keuntungan yg diperoleh,4. Tujuan yg akan dicapai,5. Hubungan antara pengemban nilai dgn keuntungan, & hubungan yg

dihasilkan nilai itu sendiri dgn haL lain yg Lbh baik.

Page 6: BAB 5_ISBD

Max Scheller (dLm Kaelan, 2002, hLm. 175) menyebutkan hierarki tsb terdiri dr :1. Nilai kenikmatan2. Nilai kehidupan3. Nilai kejiwaan4. Nilai kerohanian

Sdngkn Notonagoro (dLm Dardji, D. 1984, hLm. 66-67) membagi hierarki nilai pd tiga :1. Nilai material,2. Nilai vital,3. Nilai kerohanian

Di Indonesia (khususnya pd dekade penataran P4) hierarki nilai dibagi tiga (Kaelan, 2002, hLm. 178) sbb :1. Nilai dasar;2. Nilai Instrumental;3. Nilai Praktis.

Page 7: BAB 5_ISBD

5. Pengertian Nilai

6. Makna Nilai bagi Manusia

1. Cheng (1995) : Nilai merupakan sesuatu yg potensial, dlm arti trdptnya hub yg harmonis & kreatif, shg brfungsi utk menyempurnakan manusia, sdngkn kualitas merupakan atribut atau sifat yg seharusnya dimiliki. (dLm Lasyo, 1999, hLm. 1)

2. Lasyo (1999, hLm 9) Nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalm sgL tingkah Laku atau perbuatannya.

3. Arthur W. Comb : Nilai adL kepercayaan2 yg digeneralisir yg berfungsi ssbg garis pembimbing utk menyeleksi tujuan serta perilaku yg akan dipilih utk dicapai. (dlm Kama A. Hakam, 2000, hlm. 45)

Pendefinisian nilai sngt bervariasi, nilai itu penting bagi manusia. Nilai itu dipandang dpt mendorong manusia cz dianggap berada dLm diri manusia atau nilai itu menarik manusia cz di luar manusia yaitu terdpt pd objek, shg nilai lebih dipandang sbg kegiatan menilai. Yg penting dLm upaya pendidikan, keyakinan individu pada nilai hrz menyentuh sampai hierarki nilai tertinggi, sebab sprt yg diungkapkan oleh Sheller, bahwa :1. Nilai tertinggi menghasilkan kepuasan yg Lbh mndLm.2. Kepuasan jgn dikacaukan dgn kenikmatan (meskipun kenikmatan

merupakan hsL kepuasan).3. Semakin kurang kerelatifan nilai, semakin tinggi keberadaannya, nilai

tertinggi dr semua nilai adL nilai mutlak. (Frondizi, 2001, hlm. 129-130)

Page 8: BAB 5_ISBD

B. PROBLEMATIKA PEMBINAAN NILAI MORAL

C. PENGARUH TEMAN SEBAYA TRHDP PEMBINAAN NILAI MORAL

Keluarga sbg bagian dr masyarakat, terpengaruh oleh tuntutan kemajuan yg trjd, namun msh banyak org yg meyakini bahwa nilai moral itu hidup & dibangun dLm lingkungan keluarga.

Persoalan merosotnya intensitas interaksi dLm keluarga, serta terputusnya komunikasi yg harmonis antara ortu dgn anak, mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dLm pembinaan nilai moral anak. Keluarga bz jd tdk Lagi mnjd t4 utk memperjelas niLai yg hrz dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan nilai bagi anak. dLm posisi sprt inilah situasi pendidikan perlu memfasilitasi peserta didik utk melakukan klarifikasi.

Sbg makhluk sosial, anak pasti punya tmn, & pergaulan dgn tmn akan menabah pembendaharaan informasi yg akhirnya akn memengaruhi berbagai jenis kepercayaan yg dimilikinya.

Keluarga srng dikagetkan oleh penolakan anak ketika memberikan nasihat, dgn alasan bahwa apa yg disampaikan ortu berbeda dgn “aturan” yg disampaikan oLh tmnnya.

Bagi anak situasi ini mnjd dilematis, persoalan nilai mana yg akan mnjd keyakinan individu tentu diperlukan adanya upaya pendidikan utk membimbing mereka keluar dr kebingungan nilai serta menemukan nilai hakiki yg hrz mnjd pegangan.

Page 9: BAB 5_ISBD

3. Pengaruh Figur Otoritas Trhdp Perkembangan Nilai moral Individu

4. Pengaruh Media Komunikasi Trhdp Perkembangan Nilai Moral

Jika seorg anak atau remaja mengungkapkan kebingungannya dihadapan org dewasa, maka dpt diprediksi reaksi org dewasa tsb, org dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dLm menjaLin hub dgn anak2 adL memberi tahu sesuatu kpd mereka. Jika anak itu menolak maka dpt dipastikan anak itu digolongkan tdk taat atau pembangkang. Anak2 dihrzkan mengikuti anjuran yg disarankan. Mereka juga harus mengikuti harapan atau aspirasi yg dimiliki ortu.

dLm kondisi sprt inilah lembaga pendidikan perLu mengupayakan agar peserta didik mampu menemukan nilai dirinya tanpa hrz bertentangan dgn nilai2 yg hidup & berkembang di masyarakat.

Nilai memang memiliki cara pandang trhdp kehidupan, atau memberi arahan kehidupan, serta membuat perubahan dLm hidup, setiap org tentu berharap pentingnya memerhatikan perkembangan nilai anak2, oleh krn itu dLm media komunikasi mutakhir tentu akan mengembangkan suatu pandangan hidup yg terfokus shg memberikan stabilitas nilai pd anak.

Ada kecenderungan lain, bila anak dihadapkan pd berbagai kemungkinan, maka dia akan kehilangan gagasan akhirnya dia akan kebingungan. Tatkala anak dipenuhi oleh kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jLn keluar bagi peserta didiknya dgn pdkt klarifikasi nilai.

Page 10: BAB 5_ISBD

5. Pengaruh Otak atau Berpikir Trhdp Perkembangan Nilai Moral

6. Pengaruh Informasi Trhdp Perkembangan Nilai Moral

dLm konteks pendidikan, berpikir dimaknai sbg proses yg berhub dgn penyelidikan & pembuatan keputusan. Dimana pun keputusan diambil, pertimbangan nilai pasti terlibat, & dimana pun penyelidikan berlangsung akan selalau melibatkan tujuan. “Beberapa tujuan mungkin menunjukkan indikator nilai” (Rath, 1977, hlm. 68).

Berpikir adL hasil kerja otak, namun otak tdk bekerja secara sederhana dLm pengertian stimulus respons, & juga tdk menyimpan “fakta” secara sederhana sbg referensi masa depan.Dgn demikian, pendidikan ttg nilai moral yg menggunakan pdkt berpikir & Lbh berorientasi pd upaya2 utk mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat ertanya hub antara berpikir dgn nilai itu sendiri.

Setiap hari manusia mendapatkan informasi, informasi ini berpengaruh trhdp sistem keyakinan yg dimiliki oleh individu. Apabila informasi baru tsb telah diterima individu serta mengubah atau menguatkan keyakinannya, maka akan terbentuklah sikap.

Seringkali sikap inilah yg akan mendorong munculnya pertimbangan yg hrz diduat shg menghasilkan standar atau prinsip yg bisa dijadikan alat ukur sebuah tindakan.

Page 11: BAB 5_ISBD

C. MANUSIA & HUKUM

D. HUBUNGAN HUKUM & MORAL

Hukum dlm masyarakt merupakan tuntutan, Maka; manusia-masyarakat-& hukum merupakan pengertian yg tdk dpt dipisahkan, shg pemeo “Ubi societas ibi ius” (dimana ada masyarakat disana ada hukum) adL tepat.Akan tetapi dLm kaitan dgn masyarakat, tujuan hukum yg utama dpt direduksi utk ketertiban (order).

Dgn demikian hukum sbg kaidah sosial, tdk lepas dr nilai (values) yg berlaku pd suatu masyarakat. Bahkan dpt dikatakan bahwa hukum itu merupakan pencerminan dr nilai2 yg berlaku dLm masyarakat. Mochtar Kusumaatmadja (2002, hLm, 10) mengatakan “Hukum yg baik adL hukum yg sesuai dgn hukum yg hidup (the living law) dLm masyarakat, yg tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dr nilai2 yg berlaku dLm masyarakat tsb.

Antara hukum & moral trdpt hubungan yg erat sekali. Hukum tdk akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas. Perbedaan hukum dgn moral tetap jelas. K. Bertens menyatakan 4 perbedaan antara hukum & moral : pertama hukum Lbh dikodifikasikan daripada moralitas.Kedua, meski hukum & moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pd tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorg.

nEXt

Page 12: BAB 5_ISBD

Ketiga, Sanksi yg berkaitan dgn hukum berbeda dgn sanksi yg berkaitan dgn moralitas.Keempat, Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat & akhirnya atas kehendak negara. Moralitas didasarkan pd norma2 moral yg melebihi para individu & masyarakat.

Gunawan Setiardja, membedakan hukum & moral :1. Dilihat dr dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsensus, & hukum

alam. Sedangkan moral berdasarkan hukum alam.2. Dilihat dr otonominya, hukum bersifat heteronom yaitu dtg dr luar diri

manusia, sedangkan moral bersifat otonom dtg dr diri sendiri.3. Dilihat dr pelaksanaannya, hukum scr lahiriah dpt dipaksakan, sedangkan

moral scr lahiriah & batiniah tdk dpt dipaksakan.4. Dilihat dr sanksinya. Sanksi hukum bersifat yuridis sanksi lahiriah,

sedangkan sanksi moral berbentuk sanksi kodrati, batiniah, menyesal, malu trhdp diri sendiri.

5. Dilihat dr tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dLm kehidupan menegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sbg manusia.

6. Dilihat dr waktu & tempat, hukum tergantung pd wkt & t4, sedangkan moral scr objektif tdk tergantung pd t4 & waktu (1990: 119).

Page 13: BAB 5_ISBD

EndThank you