bab-5__20091007161707__6

7
  BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Gerakan separatisme masih menjadi ancaman nyata bagi  persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam menghadapi ancaman gerakan separatisme ini, pemerintahan Indonesia yakin bahwa  penyelesaian masalah ini hanya dapat dilakukan secara menyeluruh dan damai. Keberhasilan dalam penyelesaian ma salah separatisme di  Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menjadi pelajaran penting untuk menyelesaikan masalah separatisme di daerah lainnya. Walaupun sampai kini masih terdapat tindak kekerasan di  NAD, ini disebabkan oleh permasalahan menghadapi proses  pendewasaan demokrasi dalam politik untuk pemilihan legislatif,  bukan disebabkan oleh gerakan separatisme seperti Gerakan Aceh Merdeka. Spektrum kekerasan yang terjadi di NAD masih pada tahap spektrum kekerasan rendah. Kekerasan tersebut masih bisa dihadapi oleh aparat kepolisisan dan sipil lainnya, sedangkan TNI hanya sebagai pendukung dalam menjaga keamanan NAD. Kondisi keamanan di daerah Papua sampai saat ini masih kondusif walaupun masih terjadi unjuk rasa dan aksi kekerasan terutama menjelang pemilu legislatif. Bentrokan bersenjata  penguasaan bandara perintis di Kampung Kapeso dan insiden  penembakan di Mimika yang menewaskan seorang warga negara asing serta serangkaian tindakan kekerasan bersenjata setelahnya adalah beberapa peristiwa yang memperlihatkan konflik kekerasan yang masih terjadi di Papua. Kejadian lain seperti aksi-aksi simbolis untuk mendukung gerakan separatisme, seperti pengibaran bendera

Upload: muhammad-azwar-awa-syansuri

Post on 16-Jul-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/13/2018 bab-5__20091007161707__6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5200910071617076 1/7

 

BAB 5

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

Gerakan separatisme masih menjadi ancaman nyata bagi

persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam menghadapi ancaman

gerakan separatisme ini, pemerintahan Indonesia yakin bahwa

penyelesaian masalah ini hanya dapat dilakukan secara menyeluruh

dan damai. Keberhasilan dalam penyelesaian masalah separatisme di

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menjadi pelajaran penting untuk 

menyelesaikan masalah separatisme di daerah lainnya.

Walaupun sampai kini masih terdapat tindak kekerasan di

NAD, ini disebabkan oleh permasalahan menghadapi proses

pendewasaan demokrasi dalam politik untuk pemilihan legislatif,

bukan disebabkan oleh gerakan separatisme seperti Gerakan Aceh

Merdeka. Spektrum kekerasan yang terjadi di NAD masih pada

tahap spektrum kekerasan rendah. Kekerasan tersebut masih bisa

dihadapi oleh aparat kepolisisan dan sipil lainnya, sedangkan TNI

hanya sebagai pendukung dalam menjaga keamanan NAD.

Kondisi keamanan di daerah Papua sampai saat ini masih

kondusif walaupun masih terjadi unjuk rasa dan aksi kekerasan

terutama menjelang pemilu legislatif. Bentrokan bersenjata

penguasaan bandara perintis di Kampung Kapeso dan insiden

penembakan di Mimika yang menewaskan seorang warga negara

asing serta serangkaian tindakan kekerasan bersenjata setelahnya

adalah beberapa peristiwa yang memperlihatkan konflik kekerasan

yang masih terjadi di Papua. Kejadian lain seperti aksi-aksi simbolis

untuk mendukung gerakan separatisme, seperti pengibaran bendera

5/13/2018 bab-5__20091007161707__6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5200910071617076 2/7

 

05 - 2

Bintang Kejora menunjukan bahwa permasalahan separatisme di

Papua cukup serius. Pemerintah terus mengupayakan untuk 

menyelesaikan permasalahan separatisme ini, baik melalui kegiatan

represif terhadap kelompok-kelompok bersenjata maupun persuasif 

melalui upaya meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakatPapua sehingga penyelesaian ini dapat diselesaikan secara

komprehensif dan menyeluruh dalam kerangka otonomi khusus bagi

Papua.

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana menurunkan

tingkat perlawanan gerakan separatis dan menggalang tokoh kunci

gerakan separatis OPM. Tergalangnya tokoh-tokoh kunci gerakan

separatis tersebut diharapkan mampu meredam aktivitas bersenjata.

I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di Indonesia

semakin kondusif walaupun ancaman separatisme masih tetap ada.

Hal ini dapat dilihat dari kegiatan masyarakat dan Pemerintah yang

dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian, masih terdapat

beberapa daerah yang memiliki sebagian masyarakat yang tidak puas

dengan kebijakan Pemerintah Pusat.

Di Provinsi NAD, meskipun gerakan separatisme sudah

hampir tiada, masih terdapat tindakan kekerasan yang terjadi.

Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) masih menjadi

perdebatan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah NAD

dan masih ada penafsiran-penafsiran yang berbeda dalam masyarakat

tentang UUPA tersebut. Perasaan saling curiga antara aparat

Pemerintah RI dan mantan anggota GAM masih ada, terutama di

tingkat grass root . Kondisi tersebut rawan terhadap upaya provokasi

dari pihak-pihak yang tidak menghendaki perdamaian di Aceh. Para

pelaku berbagai tindak kriminal/kekerasan yang belum dapat segera

terungkap semakin menumbuhkan rasa saling curiga.

Tetap eksisnya Gerakan Separatis Papua (GSP) di Papua

meskipun jumlahnya makin kecil, masih tetap menjadi ancaman bagi

stabilitas keamanan di Papua. Maraknya terjadi aksi bersenjata yang

dilakukan menjelang dan pascapelaksanaan Pemilu Legislatif 2009

dilakukan oleh sejumlah elemen GSP untuk mengganggu

5/13/2018 bab-5__20091007161707__6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5200910071617076 3/7

 

05 - 3

pelaksanaan Pemilu 2009. Hingga kini masih ada upaya dari GSP di

luar negeri untuk menggalang dukungan politik masyarakat

internasional bagi perjuangannya mewujudkan kemerdekaan Papua.

Pascapeluncuran Kaukus Parlemen Internasional untuk Papua Barat

(International Parliamentary for West Papua/IPWP) pada 15 Oktober2008 di London, Inggris, sejumlah tokoh GSP di luar negeri

meluncurkan International Lawyer of West Papua/ILWP (Grup

Pengacara Internasional untuk Papua Barat) pada 3 s.d. 5 April 2009

di Georgetown, Guyana, Amerika Selatan. Oleh karena itu, di

samping terus menjaga keamanan di Papua, sangat diperlukan upaya

untuk menangkal propaganda negatif yang dilakukan oleh GSP di

luar negeri dan meningkatkan upaya diplomasi untuk meyakinkan

masyarakat internasional akan pentingnya menjaga kedaulatanIndonesia di Papua.

Di Maluku, meskipun tidak sebesar di Papua, gerakan

separatisme juga muncul dari kelompok Republik Maluku Selatan

(RMS). Kelompok ini terus aktif berjuang menggalang dukungan

dana dan moral untuk mewujudkan Maluku merdeka. Mereka terus

memanfaatkan momen-momen yang dianggap penting, seperti

peringatan HUT RMS 25 April untuk menunjukan eksestensinya

kepada dunia internasional.

Embrio dari gerakan separatisme tersebut muncul karena

ketidakpuasan elemen masyarakat di daerah terhadap kebijakan

Pemerintah Pusat yang dinilai tidak adil. Penelitian yang dilakukan

oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukan bahwa akar

permasalahan terjadinya konflik di Papua adalah karena adanya

marginalisasi dan tindakan diskriminatif dalam pembangunan

ekonomi terhadap orang asli Papua, kurangnya pembangunan

terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan

ekonomi rakyat, paradigma sejarah bergabungnya Papua ke

Indonesia, dan belum adanya rekonsiliasi atas kekerasan yang terjadi

di masa lalu. Oleh karena itu, langkah yang diperlukan untuk 

menyelesaikannya harus komprehensif dan menyeluruh dalam semua

bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan

keamanan.

5/13/2018 bab-5__20091007161707__6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5200910071617076 4/7

 

05 - 4

II. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-

HASIL YANG DICAPAI

Langkah kebijakan yang ditempuh dalam upaya pencegahan

dan penanggulangan separatisme adalah sebagai berikut:

1.  pemulihan kondisi keamanan dan ketertiban serta menindak 

secara tegas para pelaku separatisme bersenjata yang

melanggar hak-hak masyarakat sipil;

2.  peningkatan kualitas pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi serta demokratisasi;

3.  peningkatan deteksi dini dan pencegahan awal potensi konflik 

dan separatisme;

4.  peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah rawan konflik 

atau separatisme, melalui perbaikan akses masyarakat lokal

terhadap sumber daya ekonomi danpemerataan pembangunan

antardaerah;

5.  pelaksanaan pendidikan politik secara formal, informal,

dialogis, serta melalui media massa dalam rangka menciptakan

rasa saling percaya;

6.  penerapan konsep penyelesaian konflik secara damai,

menyeluruh, dan bermartabat.

Pemerintah cukup berhasil dalam menangani permasalahanseparatisme dengan makin kondusifnya situasi keamanan di Aceh

dan tidak terjadinya aksi bersenjata yang berbahaya di daerah kritis

lainnya. Dari 5 kasus separatisme yang telah terjadi selama 2007

semuanya telah berhasil diselesaikan oleh Polri.

Upaya untuk mempertahankan perdamaian di NAD dilakukan

dengan melaksanakan kesepakatan yang tertuang dalam MoU

Helsinki secara benar agar penyelesaian Aceh tetap berada dalam

kerangka NKRI. Amnesti dan pemberian jaminan hidup terhadap

5/13/2018 bab-5__20091007161707__6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5200910071617076 5/7

 

05 - 5

mantan kombat GAM serta relokasi TNI dan Polri dilakukan dengan

penertiban senjata-senjata ilegal yang masih banyak beredar di

masyarakat. Diberikannya kesempatan membentuk partai lokal dan

mengakomodasi calon legislatif (caleg) dari partai lokal untuk duduk 

sebagai anggota legislatif, baik di tingkat DPRA maupun DPRK,telah memberikan kontribusi positif bagi kelancaran dan keamanan

pelaksanaan Pemilu 2009. Penerbitan Perpres Nomor 75 Tahun

2008 tentang Tata Cara Konsultasi Persetujuan Internasional dan

Rencana Pembentukan Undang-Undang serta Kebijakan

Administratif yang Berkaitan Langsung dengan Pemerintahan Aceh

secara hukum juga telah mengatur hubungan antara Pemprov NAD

dan Pemerintah Indonesia dalam berbagai bidang, baik politik 

maupun sosial ekonomi dalam bingkai NKRI.

Pemerintah berusaha mengeliminisasi permasalahan separatis

di Papua, baik melalui lobi-lobi di luar negeri maupun pendekatan

dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder ) di Papua.

Upaya untuk menjelaskan bahwa Otonomi Khusus (Otsus) Papua

dalam kerangka NKRI merupakan penyelesaian terbaik untuk 

masalah Papua juga dilakukan guna meluruskan dan mendudukkan

permasalahan Papua secara jernih dan objektif. Langkah lainnya

yang dilakukan pemerintah adalah terus mendorong pemerintahdaerah melaksanakan otsus secara konsekuen agar dapat

memanfaatkan dana otsus secara tepat bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat terutama di bidang pendidikan, kesehatan,

dan masalah-masalah sosial lainnya. Di tingkat internasional,

langkah yang dilakukan pemerintah adalah mempresentasikan

perkembangan positif di Papua, misalnya menyangkut keberhasilan

Pemilu 2009, inpres percepatan pembangunan, community

development , dan implementasi otsus.

Hal yang sama juga dilakukan untuk menangani masalah

separatis RMS di Maluku. Lobi terhadap pihak-pihak internasional

agar membatasi pergerakan kelompok-kelompok pendukung RMS

terus dilakukan. Dari hasil upaya tersebut, peringatan HUT RMS

pada 25 April di Belanda sejak 2007 tidak lagi diadakan terpusat di

kota besar seperti Amsterdam dan Den Haag, tetapi terpencar-pencar

di kota-kota kecil yang jauh dari ibukota Belanda. Berkaitan dengan

berkembangnya embrio separatisme di beberapa provinsi kaya

5/13/2018 bab-5__20091007161707__6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5200910071617076 6/7

 

05 - 6

sumber daya alam, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan

pembagian sumber daya alam yang lebih adil dan merata. Hal itu

dilakukan agar mengurangi perasaan tidak puas masyarakat daerah

terhadap Pemerintah Pusat sehingga tidak mudah untuk mendukung

para anggota gerakan separatisme. Sementara, kebijakan pemekaranwilayah dimaksudkan agar dapat mendorong pembangunan sampai

ke daerah-daerah yang tertinggal pembangunannya.

Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan upaya

penganggulangan dan kewaspadaan terhadap ancaman separatisme,

sejumlah kajian telah dilakukan, di antaranya adalah kajian tindak 

lanjut Inpres Nomor 6 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemulihan

Pembangunan Provinsi Maluku dan Maluku Utara Pasca Konflik;

Pokok-Pokok Pikiran tentang Upaya Komprehensif Menanggulangi

Separatisme di Indonesia; Kajian Pemulihan Kondisi Kehidupan

Masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; Kajian

Kebijakan Strategis Mempertahankan Keutuhan Wilayah Nasional

terhadap Ancaman Separatisme di Papua; Kajian Kebijakan Strategis

Pemecahan Komprehensif Masalah Papua Secara Damai; Kajian

Upaya Pemecahan Masalah di Papua Secara Komprehensif dan

Integral dalam Rangka Memperkokoh NKRI; dan Kajian Rencana

Tindak Menghadapi Kontigensi Nasional Separatisme Tahun 2007.Sementara, untuk meningkatkan wawasan kebangsaan bagi pimpinan

nasional dalam kurun waktu 2005–2009 telah dilaksanakan

pendidikan KRA/PPRA dengan peserta 644 orang, pendidikan

KSA/PPSA dengan peserta 316 orang, dan penataran pemantapan

wawasan kebangsaan dengan peserta 2.095 orang.

III. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN

Muncul dan berkembangnya embrio separatisme tidak terlepas

dari masalah ketidakadilan dan kesenjangan kesejahteraan sehingga

untuk mengatasi hal tersebut pemerintah akan terus melanjutkan dan

mengembangkan kebijakan yang telah diambil selama ini.

Pendekatan terhadap masalah separatisme tidak lagi hanya

menggunakan kekuatan militer, tetapi menggunakan prioritas utama

untuk melakukan langkah persuasif dengan pendekatan perdamaian

dan dialog dan peningkatan kesejahteraan melalui pemerataanpembangunan. Belajar dari pengalaman penyelesaian konflik di

5/13/2018 bab-5__20091007161707__6 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5200910071617076 7/7

 

05 - 7

Aceh, konsep penyelesaian damai secara “bermartabat” akan terus

diterapkan dalam pencegahan dan penanggulangan separatisme di

daerah lain. Penyelesaian secara “bermartabat” bertujuan agar pihak 

separatis tidak akan kehilangan muka untuk melepaskan aspirasinya.

Penguatan basis dukungan masyarakat melalui lembaga politik danadat, seperti Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Dewan Adat Papua

(DAP) menjadi tonggak utama untuk mengurangi ketidakpuasan dan

perbedaan pendapat antara masyarakat di daerah dan Pemerintah

Pusat.

Untuk menjamin keberhasilan pendekatan tersebut, secara

berkala perlu dilakukan evaluasi menyeluruh sehingga perbaikan

terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah dapat

berjalan dan lebih terfokus pada permasalahan sesungguhnya.

Peningkatan pelayanan publik, terutama untuk mendapatkan

informasi yang benar, dilakukan agar sosialisasi terhadap pentingnya

menjaga keutuhan NKRI dapat terus dilaksanakan dengan baik.

Kebijakan militer sebagai langkah terakhir dan hanya akan diambil

apabila permasalahan tidak dapat diselesaikan melalui dialog.

Kebijakan pemekaran wilayah yang didasarkan atas

pertimbangan dan kepentingan pembangunan masyarakat di daerahakan tetap mendapatkan prioritas apabila hal itu dapat membantu

masyarakat di daerah tersebut untuk mendapatkan keadilan dan

kesejahteraan sehingga dapat mencegah muncul dan berkembangnya

embrio separatisme.