bab 5 hasil penelitian 73-82
DESCRIPTION
hasil penelitian reklamasi tambangTRANSCRIPT
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. METODE PENAMBANGAN
Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan batubara serta lapisan
penutupnya, metode penambangan yang diterapkan adalah tambang terbuka
(open pit) dimana lapisan penutup akan digali kemudian dipindahkan ke
lokasi penimbunan menggunakan dump truck. Operasi penambangan yang
dilakukan meliputi penggalian bebas, penggaruan, pemuatan dan
pengangkutan. Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan penutup di
daerah blok-blok yang sudah ditentukan dengan arah penggalian dimulai dari
singkapan batubara pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan penggalian
lapisan batubara.
Teknik penambangannya dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah
penambangan secara blok sesuai dengan rencana tahunan sedemikian rupa
sehingga kesinambungan produksi bisa terjaga. Sebaiknya penggalian
dilakukan secara bertahap yang dimulai dari blok di dekat singkapan batubara
dengan panjang yang sudah ditentukan dan kemudian dilanjutkan
penggaliannya baik ke arah dipping maupun striking sampai pada batas akhir
lereng penambangan. Arah kemajuan penambangan tiap tahun menyerupai
garis diagonal sehingga front penambangan dengan berbagai elevasi akan
terbentuk.
Top soil digali dan ditimbun secara khusus di dekat lokasi timbunan
tanah penutup. Timbunan top soil tersebut dijaga sedemikian rupa untuk
meminimalkan erosi sehingga dapat ditebarkan kembali pada lahan timbunan
tanah penutup yang siap direhabilitasi dan direklamasi. Demikian juga halnya
dengan tanah penutup, material akan di timbun di daerah waste dump yang
sudah ditentukan baik di lokasi outside dump maupun lokasi backfilling.
Geometri lereng baik lereng tambang dan lereng timbunan perlu diperhatikan
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-73Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
sedemikian rupa sehingga tidak melewati geometri maksimum yang
direkomendasikan berdasar pada analisis geoteknik.
5.2. CADANGAN BATUBARA TERTAMBANG
Hasil perhitungan cadangan batubara tertambang untuk blok C
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Cadangan batubara tertambang pada blok C
5.3. KAJIAN HIDROLOGI
5.3.1 Air Hujan
Berdasarkan Laporan Eksplorasi PT. Priamanaya Energi tahun
2006, kondisi curah hujan daerah PT. Priamanaya Energy dianalisa dari
data curah hujan Kabupaten Lahat ang berasal dari Dinas Pertanian
Kaltim dengan data curah hujan tahun 1990–2006. Dapat dilihat
berdasarkan data tersebut bahwa curah hujan tahunan berkisar antara
2000–4000 mm/tahun. Jumlah hari hujan dalam waktu satu bulan
bervariasi antara 3 hari sampai dengan 16 hari (Tabel 5.2)
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-74Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
Tabel 5.2 Data curah hujan PT.Primanaya Energi
Berdasarkan tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa bulan basah
di daerah PT.Priamanaya Energi terjadi antara Bulan Oktober sampai
dengan April, sedangkan bulan kering dari bulan Mei – September.
Berdasarkan data curah hujan tersebut maka dapat dilakukan perhitungan
intensitas hujan rencana yang akan digunakan dalam perancangan sarana
penyaliran tambang. Hasil perhitungan intensitas hujan rencana dengan
beberapa durasi untuk berbagai periode dilihat pada Tabel 5.3 dan 5.4
Tabel 5.3 Intensitas Hujan Rencana Dengan Periode Ulang 5 Tahunan
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-75Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
Tabel 5.4 Intensitas Hujan Rencana Dengan Periode Ulang 10 Tahunan
5.3.2 Debit air limpasan
Kondisi daerah penambangan (mine area) yang akan dibuka yang
merupakan daerah tangkapan hujan, dibagi dua bagian yaitu daerah aliran
sungai (DAS) yang mempunyai potensi menghasilkan air limpasan yang
akan masuk ke pit dan daerah tangkapan hujan di dalam pit itu sendiri.
Perhitungan debit air limpasan yang akan masuk ke dalam pit mengikuti
kemajuan penambangan. Hasil perhitungan tersebut nantinya akan dipakai
sebagai acuan dalam pembuatan sistem saluran penyaliran. Luas daerah
masing-masing DAS adalah:
DAS I sekitar 952 ha
DAS II sekitar 682 ha
Dengan arah aliran limpasan umumnya ke arah Timur. DAS I di
bagian Utara dan DAS II di Selatan.
Adapun luasan dan masing-masing debit air limpasan masing-
masing DAS dapat dilihat pada Tabel Sedangkan perhitungan debit
limpasan pada kedua pit di dua daerah yakni pit A-I,B-I,C-I untuk DAS I
dan pit B-II untuk DAS II dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-76Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
Tabel 5.5 Debit Air Limpasan DAS I
Tabel 5.6 Debit Air Limpasan Pada Pit C/Blok C
Peta Daerah Aliran Sungai dapat dilihat pada Gambar di bawah
ini. Dapat dilihat bahwa Pit C merupakan bagian dari DAS I yang aliran
airnya berasal dari selatan dan barat daerah DAS I.
Gambar 5.1 Peta Daerah Aliran Sungai
5.4. ANALISA HIDROGEOLOGI
Akuifer di wilayah kerja PT.Priamanaya Energi diduga terdiri dari 2
tipe, yaitu akuifer bebas dan akuifer tertekan. Akuifer bebas ini tersusun dari
material lapukan batuan penutup yang akhirnya menjadi tanah (soil) yang
terdapat dibagian paling atas. Ketebalan lapisan tanah ini bervariasi dari 1 m
s/d 7 m. Penyebaran akuifer tipe ini terbatas. Akuifer tertekan di wilayah
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-77Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
kerja PT.Priamanaya Energi tersusun dari lapisan batu pasir yang diapit oleh
lapisan kedap (siltstone maupun claystone).
Besar debit aliran airtanah yang keluar dan masuk ke dalam tambang
besarnya akan dipengaruhi besar bukaan tambang yang akan dibuka. Pada
kondisi dimana tambang telah terbuka sepenuhnya, perhitungan debit aliran
airtanah yang akan masuk ke pit dapat dilihat pada Tabel 5.7
Tabel 5.7 Perhitungan Air Tanah Yang Masuk Kedalam Pit/Blok C
Menggunakan Persamaan Darcy
5.5.
KAJIAN AIR ASAM TAMBANG
5.5.1 Pengujian Yang Dilakukan
Pengujian yang dilakukan adalah uji statik yang terdiri dari :
1) Kandungan sulfur total
Jumlah sulfur total yang dikandung oleh percontoh dan
dinyatakan dalam satuan %. Diuji berdasarkan standar ISO 351/1984
Solid Mineral Fuels Determination of Total Sulfur: High Temperature
Combustion Method yang diaplikasikan untuk batuan.
2) Paste pH
pH dari percontoh halus yang dicampur air sehingga
membentuk pasta, dilakukan berdasarkan Sobek, A.A., Schuller,
W.A., Freeman, J.R. and Smith, R.M. (1978) Field and Laboratory
Methods Applicable to Overburden and Minesoils, US EPA 600/2-78-
054.
3) Kapasitas penetralan asam (Acid Neutralizing Capacity, ANC)
Sebagai ukuran kemampuan per conto menetralkan asam
berdasarkan kandungan mineral karbonat, dilakukan menurut standar
pengujian EPA-600 (Sobek, A.A., Schuller, W.A., Freeman, J.R. and
Smith, R.M. (1978) Field and Laboratory Methods Applicable to
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-78Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
Overburden and Minesoils, US EPA 600/2- 78-054) dan dinyatakan
dalam satuan jumlah kg CaCO3 per ton batuan atau kg H2SO4 per ton
batuan.
4) Pembentukan asam neto (Net Acid Generating, NAG)
Dengan penambahan hidrogen peroksida untuk mengoksidasi
sulfida yang bersifat reaktif dan selanjutnya ditentukan asam neto
yang terbentuk setelah terjadi proses netralisasi internal, dilakukan
berdasarkan rancangan standar pengujian SNI (Rancangan Standar
Nasional Indonesia, R.SNI.PU 36-1997). Dari pengujian tersebut di
atas kemudian ditentukan :
5) Maximum Potential Acidity (MPA)
Yaitu potensi keasaman maksimal yang dapat terbentuk
berdasarkan asumsi bahwa semua unsur sulfur yang terkandung dalam
percontoh batuan dapat menghasilkan asam; dihitung dari kandungan
sulfur total; dinyatakan dalam satuan kg H2SO4 per ton batuan.
6) Potensi Pembentukan Asam Bersih (Net Acid Producing Potential,
NAPP)
Adalah hasil perhitungan asam-basa (acid-base accounting),
yaitu selisih antara MPA dengan ANC, dinyatakan dalam satuan kg
H2SO4 per ton batuan.
5.5.2 Analisis Air Asam Tambang
Kemampuan batuan untuk membentuk atau menetralkan asam
dapat diperkirakan dari karakteristik geokimianya. Secara teoritis, jika
NAPP>0 maka batuan dapat digolongkan berpotensi membentuk
asam. Jika NAPP< 0 maka batuan tersebut memiliki potensi
menetralkan asam. Dan bila NAPP = 0 batuan tersebut dinilai netral.
Namun berdasarkan pengalaman dari berbagai peneliti, batasan
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-79Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya BAB V HASIL PENELITIAN
tersebut diatas pada kenyataannya tidak dapat digunakan secara kaku.
Klasifikasi geokimia batuan juga ditentukan berdasarkan harga paste
pH dan NAG.
Hasil analisis uji Air Asam Tambang pada blok C yang
diperoleh dari sampel hasil pengeboran geotek, pada blok C umumnya
batuan merupakan pembentuk asam kuat. (lihat Tabel 5.8)
Rencana Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara V-80Pada Blok C di PT.Primanaya Energi, Kecamatan LahatKabupaten Lahat-Propinsi Sumatra Selatan