pengaruh pendekatan quantum learning dan …/pengaruh... · h. uji persyara 73 i. teknik analisis...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGARUH PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN
MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN
MENGAPRESIASI PUISI
(Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sambirejo)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
Kristin Cahyani
S841102008
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan. Tesis ini merupakan salah satu tugas yang harus
diselesaikan setelah penulis menyelesaikan perkuliahan teori di Program Studi S2
Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS. Adapun tujuan penyusunan tesis ini
untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna mencapai derajat magister
Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS.
Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
apresiasi secara tulus kepada:
1. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd. selaku Ketua Program Studi S2 Pendidikan
Bahasa Indonesia PPS UNS yang telah memberikan persetujuan pengesahan
tesis ini;
2. Dr. Andayani, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar;
3. Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan
dengan lancar;
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS
UNS yang secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
5. Drs. Gatot Supadi, M. B. A., M. M, selaku Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Sragen yang telah memberi izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di instansi yang ada di bawahnya;
6. Drs. Suyatno selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Sambirejo yang telah memberi
izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya
serta memberi motivasi kepada penulis;
7. Drs. Sunardi, M. Pd., selaku Kepala SMP N 2 Gondang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolahnya;
8. Ibu, dan suami yang telah memberikan doa restu dan semangat untuk
menyelesaikan tesis ini;
9. Anak-anak yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis,
K. C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
Kristin Cahyani. S841102008. Pengaruh Pendekatan Quantum Learning dan Minat Belajar terhadap Kemampuan Mengapresiasi Puisi (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sammbirejo). Tesis. Pembimbing I: Dr. Andayani, M.Pd., II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) perbedaan
antara kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori; (2) perbedaan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah; dan (3) interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri Se-Rayon Timur Sragen; sampel penelitian diambil 60 siswa yang ada di SMP Negeri 2 Sambirejo dan SMP Negeri 2 Gondang dengan teknik stratified-cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Tes digunakan untuk mengambil data kemampuan mengapresiasi puisi; angket digunakan untuk menjaring data minat belajar siswa. Uji validitas kemampuan mengapresiasi puisi yang dilakukan, yaitu uji validitas item. Validitas item digunakan untuk menguji butir tes dengan rumus korelasi point biserial, uji reliabilitasnya dengan rumus KR-20. Validitas butir pernyataan angket minat belajar digunakan rumus korelasi product moment, reliabilitasnya dengan koefisien . Uji normalitas menggunakan Uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitasnya menggunakan Uji Bartlett. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik Analisis Varian Dua Jalan (ANAVA Dua Jalan).
Berdasarkan analisis data, simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fhitung = 20.40 > Ftabel = 4.01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf
Kedua, kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fhitung = 24.80 > Ftabel = 4.01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf
Ketiga, ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fh sebesar 4,14 > Ft sebesar 4,01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada 0,05.
Kata Kunci: Pendekatan Quantum Learning, Minat Belajar, Kemampuan
Mengapresiasi Puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
Kristin Cahyani. S841102008. The Influence of the Quantum Learning Approach and interest in learning to the Ability in Appreciating Poetry. Thesis. Mentors I: Dr. Andayani, M.Pd., II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Indonesian Language Education Program, the Postgraduate of the University of Sebelas Maret. 2012.
ABSTRACT
The purpose of the research are to know (1) the difference the ability in
appreciating poetry of students between who are taught with quantum learning approach and expository approach; (2) the difference the ability in appreciating poetry of the students who have highly interest in learning and the students who have low interest in learning; (3) the interaction between learning approach and interest in learning to the ability in appreciating poetry.
The method of the research is experiment research using 2x2 factorial design. The population of the research are all of the students in the state lower secondary school in Sragen eastern rayon; the sample of the research are 60 students in the state lower secondary school Sambirejo 2 and taken by stratified-cluster random sampling technique. Data collection technique using by test and questionnaire. The test is used to gain the data of the ability in appreciating poetry interest in learning. The validity test of ability in appreciating poetry is performed by item validity test. Items validity is used for using bi-serial correlation point formula, whereas KR-20 is used for reliability test. The validity of interest in learning questionnaire is used for using product moment correlation formula, whereas Cronbach coefficient is used for reliability test. Measuring normality using Lilliefors test, whereas for measuring homogeneity using Barlett test. The technique of data analyze in this research using two ways variant analyze (two ways anava).
Based on the data analyze could be concluded, firstappreciating poetry taught with quantum learning approach are better than using
20.40 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominator 56 in obvious standard 05. Second, the students ability in appreciating poetry in highly interest in learning are higher than having low interest in learning 24.80 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominat = 0.05. Third, there is interaction between learning approach and interest in learning in
poetry4.14 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominator 56 in obvious standa = 0.05.
Keywords: Quantum Learning, interest in learning, the ability in appreciating
poetry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
MOTTO
Manusia berharap terlalu banyak te
(Allen Tate)
Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab
adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang
paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK
(Dodi Goceng)
bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat. Orang
(Pepatah Arab)
berbuat baik dengan diri sendiri, mendholimi orang lain sama dengan
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahanda Widodo Brotosiswoyo (almarhum) dan Bunda Warsiki yang
tercinta;
2. Seto Nugroho, suami terkasih;
3. Muhammad Cahyo Nugroho, Annisa Rihan Jannah, dan Muhammad
Cahyo Buwono, anak-anakku tersayang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL............................................................................................................... i
PENGESAHAN ii
. iii
iv
. v
vii
PERSEMB x
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi
xv
DAFTAR TA
DAFTAR xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG
RELEVAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
A. 8
1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi 8
a. Peng 8
b. Pengertian 10
c. Pengertian Puisi 12
d. Unsur-unsur Puisi .. 14
e. Jenis-jenis Puisi .. 18
f. Aspek-aspek Penilaian Kemampuan Mengapresiasi
Puisi 23
g. Apresiasi Puisi di Kelas VII SMP................................... 25
2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning 26
a. Pengertian Pendekatan 26
b. Pengertian Pendekatan Quantum Learning 28
c. Orkestra dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi .... 33
d. Langkah-langkah Pembelajaran Mengapresiasi Puisi
dengan Quantum Learning 35
3. Hakikat Pendekatan 37
a. Pengertian P
b. Pengertian P 37
c. Keunggulan dan Kelemahan Pend 40
d. Langkah-langkah 40
4. Hakikat 42
a. Pengertian Minat 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
b. Pengertian 45
c. 46
d. Cara-cara Membangkitkan Minat Belajar 47
e. Aspek-aspek Minat Belajar .. 49
B. Penelitian yang 51
C. 55
D. 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 60
B. .............................................. 62
C. Populasi 63
D. Variabel Penelitian dan Def 67
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 68
F. Instrumen 68
G. Hasil Uji Validitas dan Reliab 69
H. Uji Persyara 73
I. Teknik Analisis Data................................................................... 73
J. Hipotesis ..... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. ........................................................................ 77
1. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning 77
2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
dengan Pendekatan Ekspositori 79
3. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki
Minat Belajar Tinggi 80
4. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki
Minat Belajar Rendah 82
B. Pengujian Persyaratan Analisis 83
1. Uji No 84
2. Uji Hom 88
C. Pengujian 89
D. Pembahasan 100
E. Keterbatasan Penelitian 104
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Sim 106
B. Impl 107
C. Saran 109
DAFTAR PUS 111
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. ... 58
2. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning 78
3. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang 80
4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Memiliki Minat Belajar Tinggi 81
5. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Memiliki Minat Belajar 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Waktu dan Jenis P 61
2. Rancangan Analisis Data Model 62
3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning 78
4. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
79
5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yangMemiliki Minat Belajar ..... 81
6. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Memiliki Minat Belajar 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A 1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi 117
2. Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi (Sebelum Uji Coba). 118
8
B 1. Kisi-Kisi Instrumen Angket .............................. 138
2. Angket Minat Belajar (Sebelum Uji Coba)......................................... 139
3. Angket Minat Belajar (Setelah Uji Coba)........................................... 142
C 1. Hasil Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Mengapresiasi
Puisi (Tahapan I) 145
2. Prosedur Penghitungan Validitas Tes Kemampuan Mengapresiasi
49
3. Hasil Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Mengapresiasi
Puisi (Tahapan II) 150
4. Tabel Resume Validitas 3
5. . 154
6. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Mengapresiasi . 156
D 1. Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Minat Belajar
(Tahapan I) 158
2. Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Minat Belajar
(Tahapan II) 163
3. Uji Reliabilit
4. Hasil Analisis Reliabilitas Butir Pernyataan Angket 168
E. 1. Data Nilai Pretes Kemampuan Mengapresiasi Puisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
2. Data Induk Penelitian 173
3. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Kelas
Eksperiman dan Kelas Kontrol 174
4. Data Nilai Minat Belajar Siswa
F 1. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning
(Kolom 1 = A1) 177
2. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori
(Kolom 2 = A2) 178
3. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Tinggi (Baris 1 = B1) 179
4. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Rendah (Baris 2 = B2) ... 180
5. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Tinggi (Sel 1 = A1B1) .. 181
6. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Rendah (Sel 2 = A1B2) 182
7. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki
Minat Belajar Tinggi (Sel 3 = A2B1) 183
8. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki
Minat Belajar Rendah (Sel 4 = A2B2) 184
G Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Mengapresiasi
185
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
H Tabel Kerja untuk Analisis Data Penelitian dengan Teknik Statistik
Anava Dua Jalan 187
I Proses Perhitungan Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan
Mengapresiasi 189
J Hasil Analisis Statistik Anava Dua Jalan 193
K Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
M Foto Uji Coba Instrumen di SMP Negeri 2 Ngrampal
N Foto Penelitian Kelas Eksperimen di SMP N 2 Sambirejo
O Foto Penelitian Kelas Kontrol di SMP N 2 Gondang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa pada hakikatnya tidak hanya membuat siswa agar
terampil berbahasa saja, tetapi juga terampil bersastra. Pembelajaran sastra
merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa agar
mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan berbahasa. Dengan
demikian, tugas guru bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya memberi
pengetahuan (aspek kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan
menanamkan rasa cinta (aspek afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas
ataupun di luar kelas.
Namun, tujuan pembelajaran apresiasi sastra ini belum membuahkan hasil
yang optimal. Hal itu disebabkan oleh asumsi siswa bahwa pembelajaran bahasa
dan sastra itu tidak semenarik pembelajaran mata pelajaran lain, seperti yang
diungkapkan oleh Mukhlis A. Hamid (1996: 1), bahwa pengajaran bahasa dan
sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang
penting dan dianaktirikan oleh para guru, apalagi guru yang pengetahuan dan
apresiasi sastra (dan budayanya) kurang. Akibatnya, mata pelajaran yang idealnya
menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa disajikan kering, kurang
hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Di samping itu, pembelajaran apresiasi sastra di lapangan belum dapat
dilaksanakan sesuai dengan harapan kurikulum. Pembelajaran apresiasi sastra
masih menitikberatkan pada aspek kognitif. Apresiasi terhadap nilai-nilai sastra
yang terkandung dalam karya sastra masih kurang karena mendapat banyak
kendala, yaitu: muatan sastra dalam kurikulum bahasa Indonesia relatif kecil;
ujian nasional masih menitikberatkan pengetahuan faktual, dan belum
menjangkau apresiasi sastra; kurangnya pemahaman guru tentang kebermaknaan
belajar sastra bagi siswa; kurangnya pengalaman dan kemampuan guru dalam
memahami materi apresiasi sastra; dan kurangnya buku-buku sastra di sekolah.
Hal yang sama terjadi dalam pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang
pendidikan kelas VII yang meliputi 6 kompetensi dasar (KD), yaitu (1) KD 8.1.
menulis pantun sesuai dengan syarat pantun; (2) KD 13.1. menanggapi cara
pembacaan puisi; (3) KD 13.2. merefleksi isi puisi yang dibacakan; (4) KD 15.1.
membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik,
yang sesuai dengan isi puisi; (5) KD 16.1. menulis kreatif puisi berkenaan dengan
keindahan alam; dan (6) KD 16.2. menulis kreatif puisi berkenaan dengan
peristiwa yang dialami. Sebagai salah satu pembelajaran sastra di sekolah,
pembelajaran apresiasi puisi merupakan pembelajaran yang sulit bagi siswa
dibandingkan karya sastra bentuk prosa. Hal itu, selain disebabkan kurangnya
minat siswa terhadap apresiasi puisi, juga karena (1) siswa beranggapan bahwa
pelajaran puisi itu sulit, (2) sangat minim buku-buku tentang puisi di perpustakaan
sekolah, (3) metode dan teknik pembelajaran yang digunakan masih banyak yang
klasik atau konvensional, sehingga kurang mampu memberikan inovasi kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
anak, (4) tingkat atau daya apresiasi terhadap sastra (puisi) masih rendah, (5) guru
masih jarang memberikan latihan apresiasi puisi, (6) guru jarang menindaklanjuti
hasil apresiai puisi para siswanya, dan (7) belum adanya laboratorium bahasa.
Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk menemukan alternatif
pendekatan pembelajaran yang diyakini mampu menumbuhkan minat belajar
siswa. Pendekatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang
bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif, dan dinamis sebagaimana tuntutan
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Depdiknas, 2003b: 243). Bukan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru
atau pembelajaran yang didominasi oleh guru dan tidak melibatkan siswa seperti
yang selama ini sering diterapkan guru. Guru tidak melatih kreativitas siswa,
tetapi menyampaikan materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta,
konsep-konsep tertentu yang harus dihafalkan sehingga tidak menuntut siswa
untuk berpikir ulang.
Quantum learning adalah pembelajaran yang mengoptimalkan belajar dan
minat belajar siswa. Pendekatan ini diibaratkan mengubah energi menjadi cahaya,
seperti halya pada teori kuantum (Deporter dan Hernacki, 2005: 14).
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning
ini akan membawa siswa dalam situasi pembelajaran yang santai, menyenangkan,
menakjubkan, dan menggairahkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan
lingkungan kelas yang dinamis, yang tidak berpaku pada tempat duduk yang
statis, namun senantiasa menyenangkan siswa. Pembelajaran yang menyenangkan
ini berperan meningkatkan minat belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Di samping itu, metode yang ada dalam quantum learning dapat
diterapkan dalam pembelajaran dengan paradigma mengembangkan dan
memperdayakan lingkungan belajar, serta dapat memberikan penghargaan secara
nyata kepada siswa dengan latar belakang yang berbeda (Andayani, 2008: 19).
Oleh karena itu, guru harus bisa membawa pikiran siswa ke dalam pemikiran guru
dan sebaliknya pemikiran guru juga menjadi pemikiran siswa.
DePorter, Reardon, dan Nourie (2005: 63-77) menyebutkan bahwa media
pembelajaran sangat penting di dalam membangkitkan rasa senang (minat) siswa.
Di samping media yang memadai, juga perlu (1) lingkungan sekeliling, yang
dimaksud adalah lingkungan belajar yang kondusif; (2) alat bantu atau benda yang
dapat mewakili suat gagasan; (3) pengaturan bangku, yaitu penataan meja kursi
belajar yang memudahkan semua jenis interaksi; (4) hiasan tanaman, aroma, dan
hewan peliharaan; dan (5) musik sebagai ilustrasi. Peranan musik inilah salah satu
kelebihan pembelajaran quantum learning, karena bisa meningkatkan semangat,
merangsang pengalaman, menumbuhkan relaksasi, meningkatkan pemfokusan
pikiran, membangun hubungan baik, memberi inspirasi bagi siswa, dan
menyenangkan siswa sehingga membangkitkan minat belajar siswa. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana pengaruh pendekatan
pembelajaran quantum learning dan minat belajar terhadap kemampuan
mengapresiasi puisi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
A. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan yang diajar dengan
pendekatan ekspositori?
2. Apakah ada perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa
yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah?
3. Apakah ada interaksi antara pendekatan quantum learning dan minat belajar
dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan ada tidaknya
pengaruh pendekatan pembelajaran quantum leraning dan minat belajar siswa
terhadap kemampuan mengapresiasi puisi.
Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan :
1. Perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang diajar
dengan pendekatan quantum learning dan yang diajar dengan pendekatan
ekspositori.
2. Perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang memiliki
minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah.
3. Interaksi antara pendekatan quantum learning dan minat belajar dalam
mempengaruhi keterampilan mengapresiasi puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat dipakai:
a. sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori
pendekatan quantum learning;
b. sebagai bukti empiris bahwa minat belajar siswa berpengaruh terhadap
kemampuan mengapresiasi puisi;
c. sebagai bukti empiris adanya keterkaitan antara pendekatan quantum
learning dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan
mengapresiasi puisi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Siswa memperolah wawasan yang lebih luas, khususnya menguasai
proses apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning sehingga bisa
meningkatkan daya apresiasi puisi.
b. Bagi Guru
1) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga
dapat menarik perhatian siswa.
2) Memudahkan guru untuk menumbuhkan minat belajar siswa agar lebih
aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
c. Bagi Sekolah
1) Menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan yang
berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Mengetahui kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
3) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang
inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG
RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Puisi
a. Pengertian kemampuan
Keterampilan atau kemampuan merupakan dua istilah yang sering
tumpang tindih dalam penggunaannya. Kedua istilah tersebut dapat dikatakan
sebagai hasil belajar atau pengalaman belajar. Hal itu sesuai dengan pengertian
yang dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2003a:1), yang
menyatakan pengertian kemampuan (kompetensi) sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak.
Sejalan dengan pendapat di atas, Nurhadi dan Agus G.S. (2003:15)
menyatakan bahwa kemampuan (kompetensi) merupakan pengetahuan,
keterampilan , dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Hal itu hampir sama dengan pendapat Yulaelawati, yang
mengungkapkan bahwa kemampuan mengacu pada pengetahuan fundamental,
keterampilan, dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan seseorang
dalam menunjukkan pemilikan suatu kompetensi (2004; 16) .
Sementara itu, Michelle R. Ennis (2008: 4-5) menyatakan bahwa
kompetensi adalah kemampuan menerapkan atau menggunakan pengetahuan,
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
keterampilan, kemampuan, perilaku, dan karakteristik pribadi untuk berhasil
melakukan tugas-tugas pekerjaan penting, fungsi tertentu, atau beroperasi di
sebuah peran atau posisi. Karakteristik pribadi mungkin
mental/intelektual/kognitif, sosial/emosional/sikap, dan fisik/psikomotor,
atribut yang diperlukan untuk melakukan peran atau pekerjaan tersebut.
Rychen and Salganik (2001: 1) mengungkapkan bahwa kompetensi
adalah lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan. Ini melibatkan
kemampuan untuk memenuhi tuntutan yang kompleks, dengan menggambar
dan memobilisasi sumber daya psikososial (termasuk keterampilan dan sikap)
dalam konteks tertentu. Demikian juga Jones, Voorhees, dan Paulson (2002),
menjelaskan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai kombinasi dari
keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas tertentu.
Selanjutnya, Andrew J. Elliot dan Carol S. Dweck (2006: 5) menyatakan
bahwa kemampuan (kompetensi) dapat didefinisikan sebagai kondisi atau
kualitas efektivitas kemampuan, kecukupan, atau keberhasilan. Sedangkan
Oliver C. Schultheiss dan Joachimb C. Brunstein (2006: 42) mengungkapkan
bahwa kemampuan (kompetensi) adalah konsep yang multifaset, dan dapat
mengacu pada keterampilan dan kemampuan seseorang yang telah
dikembangkan secara efektif dalam dirinya. Begitu pula Bernard Weiner
(2006: 73) melihat kompetensi sebagai sinonim kata kemampuan dan sering
dianggap baik secara struktur keseluruhan maupun bagian atau komponen
diukur dan digunakan untuk memprediksi belajar dan kinerja seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan lebih luas cakupan pengertiannya daripada
keterampilan. Kemampuan (kompetensi) adalah sekumpulan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai yang dihasilkan dari kecakapan, kesanggupan,
kebiasaan berpikir dan bertindak yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan,
prestasi, serta kerja seseorang.
b. Pengertian Apresiasi
Pembelajaran sastra pada kenyataannya tidak semenarik mata pelajaran
lain, seperti telah diuraikan pada bab pendahuluhan. Tujuan pembelajaran
apresiasi sastra belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan
oleh asumsi siswa bahwa pembelajaran bahasa dan sastra itu tidak semenarik
pembelajaran mata pelajaran lain, seperti yang diungkapkan oleh Mukhlis A.
Hamid (1996: 1), bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai
jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang penting dan
dianaktirikan oleh para guru, apalagi guru yang pengetahuan dan apresiasi
sastranya kurang. Akibatnya, mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar
sekali manfaatnya bagi para siswa disajikan kering, kurang hidup, dan
cenderung kurang mendapat tempat dihati siswa.
Sesuai kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 2006 atau KTSP, siswa
dituntut menguasai kemampuan berbahasa dan bersastra. Hal itu sesuai dengan
pendapat Endraswara Suwardi (2003: 44) bahwa kedudukan pembelajaran
sastra sejajar dengan bidang keterampilan berbahasa. Esensi pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sastra ialah keterampilan berbahasa Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh
Andayani (2008: 6).
Kemampuan bersastra mencakup aspek apresiasi, ekspresi, dan kreasi.
Istilah apresiasi dikatakan oleh Aminuddin (2010: 34) berasal dari bahasa Latin
apreciatio ,
Aminuddin (2010: 35-36) juga mengungkapkan bahwa kegiatan apresiasi dapat
tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab
dengan teks sastra, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan
kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai sesuatu kebutuhan
yang mampu memuaskan rohaninya. Senada dengan pendapat tersebut, Jakob
Sumarjo dan Saini (1988: 173) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan
sastra dan peristiwa sastra, kata apresiasi mengandung pengertian memahami,
menikmati, dan menghargai atau menilai.
Apresiasi mempunyai empat tingkat kegiatan, yaitu (1) tingkat
menggemari, (2) tingkat menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan (4) tingkat
produktif (Disick, 1975 dalam Herman J. Waluyo, 2002: 45). Jika seseorang
mengapresiasi puisi baru pada tingkat menggemari, keterlibatan batinnya
belum begitu kuat, karena pada tingkat ini seseorang hanya senang membaca
atau mendengarkan pembacaan puisi. Pada tingkat menikmati, keterlibatan
batin pembaca terhadap puisi semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih,
terharu, bahagia, dan sebagainya ketika membaca puisi. Kemudian pada tingkat
mereaksi, sikap kritis terhadap puisi menonjol karena ia telah mampu
menafsirkan dengan seksama dan mampu menilai baik buruk sebuah puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pembaca mampu menunjukkan letak keindahan puisi dan kekurangan puisi.
Pada tingkat produktif, seseorang mampu menghasilkan (menulis), mengkritik,
mendeklamasikan, dan membuat resensi puisi.
Berpijak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apresiasi
adalah kegiatan memahami, menikmati, dan menghargai sebuah karya sastra.
c. Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya besar
dunia yang bersifat fundamental ditulis dalam bentuk puisi, seperti: Oedipus,
Hamlet, Mahabarata, Ramayana, dan sebagainya. Di samping itu, nyanyian-
nyanyian yang ada sekarang ini tidaklah semata-mata lagu yang indah, tetapi
lebih dari itu isi puisinya mampu menghibur manusia (Herman J. Waluyo,
2010: 1).
Kemudian Herman J. Waluyo (2010: 29) memberikan pengertian, puisi
adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair
secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan
bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Barbara Howes (1973: 77) menyatakan bahwa puisi adalah sesuatu
yang dibuat, disatukan, dibangun. Dia mengutip pendapat HDF Kitto yang
menyatakan bahwa puisi berasal dari bahas Yunani poiesis yang telah menjadi
kata puisi " yang secara harfiah berarti 'kontruksi'.
Hal yang berbeda diungkapkan Jack Gilbert (1973: 123) bahwa puisi,
adalah kesaksian besar. Ini adalah seni nyata yang mendesak nilai-nilai, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
memaksakannya pada pembaca. Ini adalah perumahan nilai-nilai dalam puisi
sehingga mereka akan eksis dengan tekanan maksimum dan untuk waktu yang
lama. Ini adalah kerajinan melakukannya dalam struktur yang menyenangkan
dalam diri mereka. Dan itu adalah misteri Penciptaan puisi sedemikian rupa
sehingga bentuk dan isi adalah satu.
Selanjutnya, puisi dapat dikatakan sebagai karangan bahasa yang khas
memuat pengalaman yang disusun secara khas pula (Sumardi, 1985: 3).
Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi tersusun dari peristiwa yang
telah diberi makna dan ditafsirkan secara estetik. Kekhasan bahasa dan susunan
peristiwa itu diharapkan dapat menggugah rasa haru pembaca. Senada hal itu,
Suminto A. Sayuti (2008:3-4) menyimpulkan bahwa batasan puisi sebagai
sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-
bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional,
dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya;
yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga mampu
membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau
pendengarnya.
Rahmad Joko Pradopo (2010: 7) menegaskan bahwa puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Diungkapkan juga bahwa
puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manuisa yang
penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Selain itu, puisi sebagai jenis sastra memang memiliki susun bahasa
yang relatif padat dibandingkan dengan prosa. Pemilihan kata atau diksi dalam
cipta puisi dapat dikatakan sangat ketat. Sumardi (1985: 3) mengungkapkan
bahwa kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari segi:
makna, kekuatan citraan, rima, dan jangkauan simboliknya. Oleh karena itu,
kata-kata dalam puisi tidak semata-mata berfungsi sebagai alat penyampai
gagasan atau pengungkap rasa, tetapi juga berfungsi sebagai bahan.
Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi
merupakan ungkapan, pikiran, dan perasaan yang padat dan berirama, dalam
bentuk larik dan bait, dengan memakai bahasa yang indah dalam koridor
estetik. Dalam pengertian lain, puisi merupakan pernyataan yang berisi
pengalaman batin sebagai hasil proses kreatif terhadap sesuatu yang
diungkapkan secara tidak langsung atau merupakan pernyataan yang imajinatif,
yaitu perasaan yang direkakan.
d. Unsur-unsur Puisi
Sutejo Kasnadi (2008: 1-2) mengatakan puisi biasanya juga
mengandung beberapa unsur ekstrinsik yaitu : (1) aspek pendidikan, (2) aspek
sosial budaya, (3) aspek sosial masyarakat, (4) aspek politik, (5) aspek
ekonomi, (6) aspek adat.
Sementara itu, Aminuddin (2010: 136) mengungkapkan bahwa bangun
struktur puisi meliputi (1) bunyi, (2) kata, (3) larik/baris, (4) bait, dan (5)
tipografi. Begitu juga Herman J. Waluyo (1987: 66), menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
unsur-unsur yang membangun puisi merupakan struktur-struktur yang meliputi
struktur lahir dan struktur batin. Struktur lahir meliputi diksi, pengimajian, kata
konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah. Struktur batin meliputi
tema, perasaan, nada, dan suasana serta amanat. Dalam pembahasan ini, unsur-
unsur pembangun puisi akan mengikuti pendapat Herman J. Waluyo (2010: 83-
113) dan Sumardi (1985: 49-57), antara lain:
1) Struktur fisik puisi
a) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman
yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya,
hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
b) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair
dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang
sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-
katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata.
c) Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian kata atau susunan
kata-kata yang mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dapat dikatan pula
sebagai kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara
(auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh
(imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami
penyair.
d) Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan
-
tempat hidup, bumi, dan kehidupan.
e) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam
majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis,
alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte,
hingga paradoks.
f) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima
adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir
baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
(2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi [kata], dan sebagainya), dan (3) pengulangan
kata/ungkapan. Ritme merupakan tinggi rendah, panjang pendek,
keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan
puisi. Sedangkan metrum berupa pengulangan tekanan yang tetap
yang bersifat statis. Metrum adalah irama yang tetap, artinya
pergantiaannya sudah tetap disebabkan jumlah suku kata yang
tetap, sehingga alun suara menjadi tetap.
2) Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi (Herman J. Waluyo, 2010: 124-151) akan
dijelaskan sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); merupakan gagasan pokok atau subjeck-matter
yang dikemukakan oleh penyair. Media puisi adalah bahasa. Tataran
bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus
bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya
dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan
pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam
menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan
penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja,
tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan
tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu
saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan
rendah pembaca.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan
yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa
dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui
dalam puisinya.
e. Jenis-jenis Puisi
Herman J. Waluyo (2010: 156-166) mengungkapkan bahwa macam-
macam puisi, di antaranya: puisi naratif, lirik, dan deskriptif; puisi kamar dan
puisi auditorium; puisi fisikal, puisi platonik dan metafisikal; puisi subjektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dan objektif; puisi konkret; puisi diafan, gelap, dan prismatik; puisi parnasian
dan puisi inspiratif; stansa; puisi demonstasi dan pamlet; dan alegori.
a) Puisi Naratif, Puisi Lirik, Puisi Deskriptif
Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau
gagasan yang akan disampaikan.
(1) Puisi Naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan
penyair, misalnya romansa dan balada. Romansa adalah jenia puisi
cerita yang menggunakan bahasa romantic, yang berisi kisah
percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi
perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih
mempesona. Sedangkan balada adalah puisi yang berisi cerita tentang
orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi
pusat perhatian.
(2) puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan aku lirik atau gagasan
pribadinya. Jenisnya adalah (1) elegi, yaitu puisi yang
mengungkapkan perasaan duka; (2) serenada, yaitu sajak percintaan
yang dapat dinyanyikan; (3) ode, yaitu p;uisi yang berisi pujaan
terhadap seseorang, sesuatu hal, atau suatu keadaan.
(3) puisi deskriptif, yaitu puisi yang penyairnya bertindak sebagai
pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau Susana yang
dipandang menarik perhatian penyair. Macam puisi deskriptif adalah
(1) satire, yaitu puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas
penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menyatakan keadaan sebaliknya; (2) kritik sosial, yaitu puisi yang
juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap; keadaan atau
terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan
kepincangan atau ketidakberesan keadaan atau orang tersebut; (3)
puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair
terhadap suatu hal.
b) Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Puisi kamar ialah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu
atau dua orang pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi
auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di
mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.
c) Puisi Fisikal, Platonik, Metafisikal
Fisikal adalh puisi yang menggambarkan kenyataan apa adanya. Platonik
adalah puisi yang berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan.
Metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca
merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan.
d) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif
Puisi subjektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran,
perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi Objektif adalah
puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.
e) Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati
keindahan bentuk dari sudut penglihatan (poems for the eve).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
f) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis
Puisi diafan adalah puisi polos, yaitu puisi yang kurang sekali
menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuartif, sehingga
puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi gelap adalh puisi yang
terlalu banyak majas, sehingga puisi itu menjadi gelap dan sukar
ditafsirkan. Sedangkan puisi prismatis adalah puisi yang menyelaraskan
kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian
sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan
makna puisinya. Namun pembaca tetap dapat menyelusuri maknanya.
g) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif
Puisi parnasian adalah puisi yang diciptakan dengan pertimbangan ilmu
atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood
dalam jiwa penyair. Puisi Inspiratif adalah puisi yang diciptakan
berdasarkan mood atau passion, penyair benar-benar masuk ked lam
suasana yang hendak dilukiskan.
h) Stansa
Jenis puisi yang terdiri atas 8 baris.
i) Puisi Demonstrasi dan Pamlet
Puisi demonstrasi adalah puisi yang melukiskan hasil refleksi
demonstrasi dari mahasiswa dan pelajar. Pamlet adalah puisi yang
menggunakan bahasa pamlet, yaitu puisi yang mengungkapkan
ketidakpuasan pada keadaan, yang berisi protes spontan tanpa proses
pemikiran atau perenungan yang mendalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
j) Alegori
Puisi yang mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk
memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama.
Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Ditilik dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan mengapresiasi puisi adalah suatu kemampuan atau kecakapan
mengenali, memahami puisi dengan sunggu-sungguh sehingga timbul
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap puisi termasuk menikmati keindahan estetik yang ada di dalam
puisi. Ginger Norton (2003), Colorado dalam Poetry Appreciation, melakukan
penelitian yang berfokus pada pemahaman dan apresiasi puisi. Pengalaman
puisi siswa melalui berbagai metode pengajaran seperti journal dan seni
menghasilkan kesimpulan bahwa siswa memahami bagaimana membaca dan
mengenali sastra sebagai catatan pengalaman manusia.
Menurut Moody (dalam Nurgiyantoro, 2010: 459-460) untuk
mengetahui tingkat kemampuan mengapresiasi puisi, digunakan tes kesastraan.
Pengukuran tes kemampuan mengapresiasi puisi dibagi menjadi empat
kategori, yaitu (1) informasi, adalah pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan dasar untuk memahami puisi; (2) konsep, yakni pertanyaan
tentang persepsi sebuah puisi, (3) persperktif, yakni pertanyaan yang
menyangkut pandangan terhadap sebuah karya puisi, (4) apresiasi, yakni,
pertanyaan yang menyangkut aspek kesastraan dan kebahasaan, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengarah pada kritik atas sebuah puisi, baik dalam unsur intrinsik maupun
ekstrinsik puisi. Selain itu, dalam mengukur keberhasilan belajar aspek
apresiasi puisi ini juga ditandai oleh kegiatan siswa dalam membaca puisi,
memilih kegiatan berpuisi, keterlibatan dalam bergelut dengan puisi, dan sikap
siswa terhadap puisi dan belajar puisi.
f. Aspek-aspek Penilaian Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Penilaian apresiasi puisi harus sejalan dengan tekanan atau titik berat
utamanya, yakni pemahaman struktur fisik dan struktur batin puisi.
Sehubungan dengan hal itu, pertanyaan-pertanyaan dalam rangka evaluasi
pembelajaran puisi dikategorikan ke dalam beberapa tingkat. Sesuai pendapat
Moody (dalam Nurgiyantoro, 2001: 341-346), mengategorikan evaluasi
pembelajaran sastra (puisi) menjadi empat tingkatan,yaitu tes kesastraan
tingkat informasi, tes kesastraan tingkat konsep, tes kesastraan tingkat
perspektif, dan tes kesastraan tingkat apresiasi.
1. Tes kesastraan tingkat informasi
Tes ini digunakan untuk mengungkap kemampuan siswa yang berkaitan
dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan sastra, baik yang
menyangkut tentang data-data tentang suatu karya maupun data-data lain
yang dapat dipergunakan untuk membantu penafsiran. Data-data yang
dimaksud berhubungan denga pertanyaan-pertanyaan apa yang terjadi, di
mana, kapan, berapa, nama, dan sebagainya. Butir-butir soal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dimaksud untuk mengukur pengetahuan siswa tentang informasi sama
halnya dengan tes tingkat ingatan.
2. Tes kesastraan tingkat konsep.
Tes ini berkaitan dengan bagiamana data-data atau unsur-unsur karya
sastra itu diorganisasikan. Masalah yang dimaksud anatara lain berupa:
apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam puisi, apa efek pemilihan unsur
itu, mengapa pengarang memilih unsur seperti itu, dan sebagainya. Untuk
dapat mengerjakan butir-butir soal tingkat konsep, di samping perlu
mempunyai bekal teoretis, siswa harus membaca karya dengan disertai
sikap kritis dan analitis.
3. Tes kesastraan tingkat perspektif.
Tes tingkat ini berkaitan dengan pandangan siswa sehubungan dengan
karya sastra yang dibacanya. Tes tingkat perspektif ini menuntut siswa
untuk mampu menghubungkan antara sesuatu yang ada dalam karya
sastra dengan sesuatu yang berada di luar karya itu. Masalah-masalah
yang dipersoalkan dalam tes tingkat ini antara lain: apa manfaat karya
sastra ini, apa kesesuaian dengan realitas kehidupan, kesimpulan apa
yang dapat diambil dari karya tersebut, dan sebagainya.
4. Tes kesastraan tingkat apresiasi.
Pada tingkat apresiasi ini siswa diberi tugas mengenali dan memahami
bahasa sastra melalui ciri-cirinya dan membandingkan efektivitasnya
dengan penuturan bahasa secara umum untuk pengungkapan hal yang
kurang lebih sama. Tes pada tingkat apresiasi ini antara lain menyangkut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
hal-hal seperti: mengapa pengarang justru memilih bentuk, kata, atau
ungkapan yang seperti itu, apa efek pemilihan bentuk, kata ungkapan,
kalkimat, dan gaya bagi karya tersebut, jenis atau ragam bahasa apa yang
digunakan dalam karya tersebut, dan sebagainya.
g. Apresiasi Puisi di Kelas VII SMP
Pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang pendidikan kelas VII, seperti
telah diuraikan pada bab pendahuluan, meliputi 6 kompetensi dasar (KD),
yaitu (1) KD 8.1 menulis pantun sesuai dengan syarat pantun; (2) KD 13.1
menanggapi cara pembacaan puisi; (3) KD 13.2 merefleksi isi puisi yang
dibacakan; (4) KD 15.1 membaca indah puisi dengan menggunakan irama,
volume suara, mimik, kinesik, yang sesuai dengan isi puisi; (5) KD 16.1
menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (6) KD 16.2
menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang dialami.
Dari 6 kompetensi dasar tersebut, yang dijadikan penelitian adalah
kompetensi dasar 13. 2, yaitu merefleksi isi puisi yang dibacakan. Dari
kompetensi dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator sebagai berikut.
1. Menangkap isi puisi seperti gambaran penginderaan, perasaan, dan
pendapat yang berkaitan dengan isi puisi secara kritis.
2. Mengungkapkan nada, suasana, rima dan pilihan kata yang berkaitan
denngan isi puisi.
3. Mengemukakan pesan-pesan puisi secara tepat.
4. Mengaitkan kehidupan dalam puisi dengan kehidupan nyata siswa dengan
memperhatikan aspek kejujuran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning
a. Pengertian Pendekatan
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki
kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya, yaitu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang mengacu pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu (Akhmad Sudrajat, 2008 :1).
Sementara itu, strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam
mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi
antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Yatim Riyanto, 2010:
132). Senada pendapat di atas, Wina Sanjaya (2006: 124) mengungkapkan
bahwa strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru
dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, David (dalam Wina Sanjaya, 2006: 124) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Dengan demikian
strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual, maka untuk
mengimplementasikan digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Dengan kata lain, strategi mempunyai dua pengertian pokok, yaitu cara =
metode dan rencana (plan) (Soemarsono, 2007: 2). Wina Sanjaya (2007: 125)
juga mengatakan bahwa strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk
mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi. Dengan demikian, metode pembelajaran mempunyai
arti cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Selain pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran terdapat juga
istilah lain, yaitu teknik dan taktik (gaya) pembelajaran. Wina Sanjaya (2007:
125) menyatakan teknik sebagai cara yang dilakukan guru dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Akhmad Sudrajat (2008 :1) memberikan
contoh misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi,
perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Selanjutnya, taktik pembelajaran oleh Wina Sanjaya (2006: 125)
dikatakan bersifat individual, yaitu gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik tertentu. Misalkan, metode ceramah yang digunakan oleh
dua orang yang berbeda, tentu taktik yang digunakan juga akan berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Akmad Sudrajat (2008 :1) menjelaskan bahwa jika antara pendekatan,
strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran dirangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh akan terbentuk apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
b. Pengertian Pendekatan Quantum Learning
Bertolak dari paparan tersebut diatas, quantum learning dapat dikatakan
sebagai pendekatan pembelajaran, seperti diungkapkan oleh DePorter dan
Henacki (2005: 15), quantum learning adalah seperangkat metode belajar yang
efektif digunakan untuk semua umur.
Senada pendapat di atas, Quantum Learning Network Magazine (2006)
mengungkapkan quantum learning adalah pendekatan komprehensif untuk
pengajaran yang menggabungkan penelitian, praktik terbaik, metodologi
pengiriman yang efektif, teknik pengelolaan kelas, strategi untuk keterlibatan
siswa, model kepemimpinan.
Istilah quantum sendiri dalam quantum learning mempunyai pengertian
keragaman atau variasi. Jadi, quantum learning dapat dimaknai sebagai belajar
dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi
(Andayani, 2009: 110).
Quantum learning di mulai di Super Camp, sebuah program percepatan
berupa quantum learning yang ditawarkan oleh perusahaan Learning Forum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Quantum learning berakar dari upaya DR. Georgi Lozanov yang
mempengaruhi hasil belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif
ataupun negatif (DePorter dan Henacki, 2005: 14). Beberapa teknik yang
digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan secara
nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi
individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan sambil
menonjolkan informasi, menyediakan guru-guru yang terlatih.
Banyak teknik yang bisa digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini,
Jeje (2008: 1) menyatakan bahwa quantum learning merupakan pembelajaran
yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan
gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan.
Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar,
gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan
cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah
mengkaji sesuatu dengan cara quantum learning. Segalanya dapat dengan
mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang
menyenangkan.
Barlas, Campbell dan Weeks (2002 :1) dari Aurora University dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa hasil survei benar-benar menunjukkan
perbedaan antara quantum learning dan tradisional instruksi. Penggunaan
pendekatan quantum learning di kelas telah membawa ke hubungan yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
baik antara guru dengan siswanya dan membantu menjaga gairah dalam
melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari.
Sementara itu, Joko Adi Waluyo (2008: 3) mengungkapkan pengertian
quantum learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan
bermain, antara rangsangan internal dan eksternal. Quantum learning ialah
kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam
pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang
menyenangkan dan bermanfaat.
Selanjutnya, sama halnya pendekatan pembelajaran lainnya, quantum
learning juga mempunyai asas utama yang menguatkan keberadaannya. Asas
utama tersebut adalah arkan
(DePorter, Reardon, dan Nouri , 2005: 6). Asas
ini mengingatkan pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah
pertamanya dan utama jika ingin menerapkan berbagai metode pembelajaran
Segala hal yang dilakukan dalam penerapan quantum
learning selalu menciptakan sebuah interaksi dengan murid, setiap rancangan
bahan ajar, dan setiap prosedur penerapan metode pembelajarannya (De Porter,
2005, cit Andayani, 2008: 21).
Selain asas utama, quantum learning memiliki lima prinsip atau
kebenaran tetap. Karena, di samping memiliki lagu atau partitur , permainan
simfoni ini memiliki struktur chord dasar yang disebut prinsip-prinsip dasar
quantum learning. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah: 1) ketahuilah bahwa
segalanya berbicara, artinya segala yang terjadi dalam lingkungan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menunjang pengiriman pesan tentang belajar; 2) ketahuilah bahwa segalanya
bertujuan; 3) sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan; 4) akuilah
setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran; 5) sadarila bahwa suatu yang
layak dipelajari layak pula dirayakan (DePorter, Reardon, dan Nouri, 2008: 7-
8).
Quantum Learning Network Magazine (2011) dalam The Quantum
Learning System mengungkapkan bahwa sistem pembelajaran quantum
meningkatkan efektivitas guru dan meningkatkan kinerja siswa melalui
orkestrasi bergerak dalam empat komponen inti, yaitu (1) yayasan, (2) suasana,
(3) desain & pengiriman, (4) lingkungan. Hasil termasuk keterlibatan siswa,
koneksi kuat ke konten, belajar bermakna relevan dengan kehidupan siswa, dan
mengingat lebih besar. Uraian tentang komponen-komponen tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Yayasan
Intinya adalah buatlah komunitas pelajar selaras. Foundation atau
dasarnya adalah konteks kelas dan meluruskan setiap orang menuju visi
bersama. Alignment atau kesejajaran dicapai melalui prosedur dan aturan
yang jelas mendefinisikan harapan, nilai-nilai, dan tujuan bagi para guru dan
siswa. Hal ini menciptakan budaya belajar di mana siswa memahami
prosedur kelas dan tahu bagaimana untuk berinteraksi satu sama lain dan
dengan guru mereka untuk mengalami pembelajaran yang berhasil. Inisiatif
fondasi penting untuk menginspirasi dan memotivasi siswa untuk menjadi
pembelajar yang efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Suasana (Atmosfer)
Intinya adalah menciptakan iklim emosional yang positif dan penuh
hormat di mana siswa merasa aman untuk risiko. Atmosfer memainkan
peran penting dalam domain afektif belajar. Ini adalah perasaan umum yang
dibuat dalam kelas, siswa merasa aman, didukung dan memiliki rasa yang
kuat. Perkembangan pembangunan karakter keterampilan hidup
mempromosikan rasa hormat dan hubungan antara guru dan siswa. Nada
kelas adalah nyaman dan memotivasi. Setiap usaha diakui, semua
pembelajaran dan prestasi dirayakan.
3) Desain dan Pengiriman
Intinya adalah membuat dan memfasilitasi pembelajaran bermakna.
Selain otak, perhatian kerajinan pelajaran yang efektif, desain memadukan
elemen siswa, menghubungkan konten dengan pengetahuan sebelumnya,
dan transfer belajar untuk situasi kehidupan nyata. Kegiatan yang
memungkinkan siswa untuk menunjukkan pembelajaran mereka dan
memungkinkan guru untuk menilai kemajuan siswa merupakan elemen
penting dari desain. Pengiriman berkaitan dengan fasilitasi pelajaran yang
dirancang. Pengiriman yang efektif memaksimalkan partisipasi siswa,
pemahaman, dan kompetensi, dan memberikan pengalaman belajar
multiindrawi, efisien dan terfokus. Elemen pengiriman termasuk strategi
bertanya dan keterampilan diskusi yang meningkatkan partisipasi dan
akuntabilitas, memberikan arah mujarab, memaksimalkan perhatian siswa,
penggunaan tujuan, dan strategi komunikasi yang penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4) Lingkungan
Intinya adalah menciptakan ruang fisik yang mendukung budaya kelas
dan meningkatkan pembelajaran. Lingkungan adalah pemanfaatan ruang
fisik untuk mendukung budaya belajar. Lingkungan kelas yang ideal adalah
mengundang, nyaman, dan merangsang. Karena segala sesuatu di kelas
mengirim pesan tentang apa yang penting. Lingkungan ini sengaja dibangun
dengan menggunakan tanaman, pencahayaan, dekorasi, penataan furnitur,
konten terkait dan poster inspirasional, dan hasil kerja siswa. Musik, yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelajaran dan keadaan siswa,
merupakan elemen yang kuat dari lingkungan quantum learning. Mengelola
lingkungan untuk memaksimalkan dukungannya terhadap pembelajaran
merupakan proses yang berkelanjutan.
c. Orkestra dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi
Menata pentas:
pembelajaran apresiasi puisi yang berbasis quantum learning. Penataan
lingkungan itu ditujukan sebagai upaya untuk membangun dan
mempertahankan sikap positif siswa terhadap pembelajaran apresiasi puisi.
Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar puisi. Dengan mengatur
lingkungan belajar sedemikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah
pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar (Yuni Susilowati,
2010: 35). Karena hal yang perlu diperhatikan dalam quantum larning adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
konsep belajar dengan membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan
menyenangkan.
Hal senada diungkapkan oleh Suyatno (2010: 31), bahwa quantum
learning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam
dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang
menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan
musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang
sesuai, cara efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru.
Sebagaimana juga telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa
quantum learning memiliki prinsip serta petunjuk teknis untuk menciptakan
lingkungan belajar yang penuh makna dan menyenangkan. Maka agar apresiasi
puisi menjadi kegiatan prioritas di sekolah, penciptaan orkestrasi pembelajaran,
seperti yang ditawarkan pada pendekatan quantum learning dapat diangkat
menjadi model pembelajaran apresiasi puisi.
Hal itu sesuai dengan pendapat Andayani (2008: 29) bahwa di dalam
upaya mewujudkan pembelajaran apresiasi sastra yang dapat mencapai cheers
(kepuasan) dan applause (kekaguman), salah satu teknik yang dapat
diwujudkan antara lain dengan mengintegrasikan pembelajaran apresiasi sastra
dengan lagu atau nyanyian.
Dengan demikian, Orkestra atau musik menjadi hal yang penting dalam
menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan. Howard (1997: 81)
melakukan penelitian memeriksa efek dari terapi musik dan puisi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
perempuan dan remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan efektivitas seni
ekspresif terhadap perilaku remaja.
Hal sama diungkapkan oleh Blank (2010: 1) bahwa para dokter
Romawi Soranus membuat resep untuk pasien depresi yang disebut terapis
puisi. Di samping itu, Dr Benjamin Rush, yang disebut "Bapak Psikiatri
Amerika" menggunakan musik dan sastra sebagai pengobatan komplementer.
Kemudian pasiennya menerbitkan tulisannya di Koran.
DePorter, Reardor, dan Nourie juga menyebutkan bahwa musik dalam
pembelajaran berfungsi sebagai penata suasana hati, pengubah keadaan mental
siswa, dan pendukung lingkungan belajar. Sebagaimana hasil penelitian Dr.
George Lozanov bahwa relaksasi yang diiringi musik membuat pikiran selalu
siap dan mampu berkonsentrasi (DePorter, Reardor, dan Nourie, 2008: 73).
Pendapat ini diperkuat oleh Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson
(2006: 149), yang dikutip Susilowati bahwa ketika memutar musik yang
lembut sebagai latar belakang pada saat siswa memasuki kelas, meningkatkan
kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya (Campbell, Bruce C. dan
Dee Dickinson dalam Susilowati, 2009: 71).
d. Langkah-langkah Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Quantum
Learning
Konsep TANDUR (tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan) merupakan langkah-langkah pembelajaran apresiasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
puisi dalam pendekatan quantum learning (DePorter, Reardor, dan Nourie,
2005: 88) dan Andayani (2008: 74-78), berikut penjelasannya.
1) Prosedur Tumbuhkan, dalam apresiasi puisi berbasis quantum learning
dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, yaitu bisa berupa aktivitas
menyanyi dan bertepuk tangan.
2) Prosedur Alami, yaitu prosedur peserta didik mulai memasuki proses
belajar dalam pembelajaran apresiasi puisi. Pada prosedur ini siswa mulai
memasuki proses pembelajaran menyimak syair lagu yang berupa puisi.
3) Prosedur Namai, dengan prinsip mereka dapat mengatualisasikan dirinya
menemukan konsep-konsep puisi, misalkan baitnya, barisnya, sajaknya,
diksinya, gaya bahasanya.
4) Prosedur Demonstrasikan, aktivitas dalam prosedur ini berwujud
aktivitas gerak. Aktivitas ini diwujudkan dalam kinerja atau performasi,
yaitu dengan melalui praktik dan dilatihkan
5) Prosedur Ulangi, dengan prinsip aktivitas gerak dapat menjadikan siswa
memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya dalam berbahasa.
Syaratnya adalah pendemonstrasian dalam latihan keterampilan secara
berulang-ulang.
6) Prosedur Rayakan yang melahirkan aspek sikap. Dikatakan demikian
karena dalam prosedur tersebut siswa diberi respon-respon khusus dari
guru maupun dari siswa-siswa lain di kelasnya secara serentak. Perayaan
tersebut akan menambatkan belajar dengan asosiasi positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3. Hakikat Pendekatan Ekspositori
a. Pengertian Pendekatan
Pengertian pendekatan telah diuraikan pada halaman 25, bahwa dalam
proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya, yaitu
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran, yang mengacu pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
b. Pengertian Pendekatan Ekspositori
Pendekatan ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina
Sanjaya, 2007: 177). Dikatakan demikian, karena dalam pendekatan
pembelajaran ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui
pendekatan ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Pendekatan ekspositori menurut Syaiful Sagala (2006: 7) dikatakan
sebagai pendekatan yang menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, yang
menunjukkan bahwa guru berperan lebih aktif dibanding siswanya karena guru
telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, sedangkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan aktifitas karena hanya menerima
bahan ajaran yang disampaikan guru.
Pendekatan ekspositori juga dapat dikatakan sebagai pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina Sanjaya, 2007: 177).
Dengan demikian pendekatan ini dapat dikatakan identik dengan metode
ceramah .
Jaanu (2001: 2) menyatakan bahwa pembelajaran ekspositori adalah
pembelajaran yang menekankan pada penjelasan guru tentang fakta, konsep,
prinsip, dan hubungan generalisasi dengan maksud untuk memberikan
pemahaman pada siswa. Ini terdiri dari metode ceramah, presentasi, narasi dan
buku teks. Hal itu sedikit berbeda dengan yang diungkapkan oleh Swaak, Jong
de, dan Joolingen van, (2004), bahwa pembelajaran ekspositori membayar
lebih banyak perhatian untuk langsung 'mengekspos' definisi dan
persamaannya untuk peserta didik.
Selanjutnya, O. N.Agbulu dan E. E. Idu (2008: 245) menyatakan bahwa
pendekatan ekspositori adalah guru mengetahui segala sesuatu dan bahwa
pelajar hampir kosong. Dalam pendekatan ini peran guru adalah untuk
memberikan pengetahuan hanya dengan mengatakan atau menjelaskan kepada
murid-muridnya. Pendekatan ekspositori berasal dari gagasan umum bahwa
studen trelationships, guru memberikan perwujudan pengetahuan, memberikan
apa yang ia tahu kepada murid-muridnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pendekatan ekspositori adalah strategi mengajar yang dilakukan guru
dengan menyajikan materi pelajaran tentang aturan dan memberikan contoh
yang menggambarkan aturan. Contoh termasuk hubungan bergambar,
penerapan aturan, konteks melalui informasi sejarah, dan informasi
prasyarat. Contohnya adalah disediakan untuk memberikan elaborasi
kontekstual dan membantu siswa melihat subjek dari perspektif yang berbeda
(dalam http://www.ed.psu.edu/NASA/expotxt.html/ diunduh tanggal 26
januari 2012).
Sementara itu, Killen menamakan pembelajaran ekspositori ini dengan
istilah pembelajaran langsung (direct instruction), karena dalam pembelaran ini
materi palajaran disampaikan langsung oleh guru (Killen dalam Wina Sanjaya,
2007: 177). Sedangkan Muijs dan Reynols (2008: 41) menyatakan bahwa
pengajaran langsung yang juga dikenal dengan sebutan active teaching
(pengajaran aktif) atau whole-class teaching (pengajaran seluruh kelas),
mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi
pelajaran kepada murid-muridnya dengan mengajarkannya secara langsung
kepada seluruh kelas.
Bertolak dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan ekspositori adalah pendekatan pembelajaran dengan cara
penyampaian materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data dan fakta secara
verbal, dengan tujuan materi yang disampaikan dapat dikuasai dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Ekspositori
Keunggulan pendekatan ekspositori adalah praktis dari sisi pesrsiapan
dan media yang digunakan, efisien waktu dan biaya, dapat menyampaikan
materi yang banyak, lebih mudah mengontrol kelas, siswa tidak perlu
persiapan, mendorong guru atau dosen menguasai materi, dan siswa dapat
langsung menerima pengetahuan ( Wina Sanjaya, 2007: 188-190).
Selain itu pendekatan ini juga memiliki kelemahan, antara lain : (1)
berpusat pada guru, (2) siswa pasif, (3) ketrebatasan kemampuan pada tingkat
rendah, (4) mudah terganggu oleh hal-hal yang bersifat visual, (5) rentan
dengan kebisingan, (6) membutuhkan daya ingat yang tinggi, (7) kurang dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan, (8) bersifat verbalisme, dan (9)
tidak dapat diketahui tingkat kepahaman terhadap materi yang disampaikan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan ekspositori merupakan
pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan memberikan penjelasan
seperti halnya metode ceramah.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori
Langkah-langkah pembelajaran ekspositori menurut Wina Sanjaya
(2007: 183-188) yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian, 3) menghubungkan, 4)
menyimpulkan, dan 5) penerapan (Wina Sanjaya, 2007: 184). Langkah-
langkah tersebut diuraikan sebagai berikut.
1) Persiapan (preparation), tahap persiapan berkaitan dengan
mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ekspositori
sangat bergantung pada langkah persiapan. Langkah yang dapat
diberikan adalah dengan memberikan sugesti yang positif dan hindari
sugesti yang negatif, memulai dengan mengemukakan tujuan yang harus
dicapai, dan membuka wawasan siswa.
2) Penyajian (Presentation), langkah penyajian adalah langkah penyampaian
materi pelajaran sesuai persiapan yang telah dilakukan. Yang harus
dipikirkan oleh guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi
pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh
karena itu, guru harus memperhatikan penggunaan bahasa, intonasi suara,
menjaga kontak mata dengan siswa, dan menggunakan joke-joke yang
menyegarkan.
3) Menghubungkan (Correlation), langkah korelasi adalah langkah
menghubungkan materi pelajaran denga pengalaman siswa atau dengan
hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya
dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Maksud pemberian
korelasi ialah memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna
untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun
makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan
kemampuan motorik siswa.
4) Menyimpulkan (Generalization), menyimpulkan adalah tahapan untuk
memahami inti dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Langkah
menyimpulan merupakan langkah yang sangat penting dalam pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ini sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil
inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan
keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan.
5) Penerapan (Aplication), langkah aplikasi adalah langkah unjuk
kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Dengan
langkah ini, guru dapat mengetahui penguasaan dan pemahaman materi
pelajaran oleh siswa. Guru dapat memberi tugas yang relevan dengan
materi yang telah disajikan atau dengan memberikan tes sesuai dengan
materi pelajaran yang telah disajikan.
4. HAKIKAT MINAT BELAJAR
a. Pengertian Minat
Minat adalah salah satu hal yang menarik untuk dikaji, karena faktor
minat memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tercapainya prestasi
belajar anak. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat
mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap
suatu obyek, cenderung untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang
lebih besar kepada obyek tersebut. Namun apabila obyek tersebut tidak
menimbulkan rasa senang, maka ia tidak akan memiliki minat pada obyek
tersebut. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Yudrik Yahya (2011) minat
adalah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada
objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Senada pendapat
tersebut, Hilgard mengungkapkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Hilgard
1962 cit. Slameto, 2010: 57). Kegiatan yang diminati akan diperhatikan terus-
menerus dan apabila dilakukan akan disertai rasa senang. Begitu pula yang
diungkapkan oleh Winkel (1996: 30-31) bahwa minat adalah kecenderungan
yang menetap dalam diri seseorang untuk tertarik pada bagian atau hal tertentu
dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tertentu.
Hal itu diperkuat oleh pernyataan Slameto (2010: 180) bahwa minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, sehingga semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Eccles dan Wigfield (dalam Jones et al. 2011: 7), mengungkapkan
bahwa individu yang memiliki nilai minat intrinsik yang lebih tinggi mungkin
terlibat dalam tugas akan bertahan lebih lama, dan termotivasi dari dalam untuk
melakukan tugas. Selanjutnya, dapat dikatakan diantara faktor-faktor motivasi,
variabel minat ternyata memiliki pengaruh penting pada fase pemikiran, fase
mengontrol kinerja, serta fase pembelajaran mandiri (self-reflektif) (Krapp,
1999 cit. Izabela Soric and Marko Palekcic, 2009:2).
Senada pendapat tersebut, minat oleh Asep Dadang (2007: 21)
dikatakan merupakan sumber motivasi sehingga orang yang memiliki minat
tidak pernah kehabisan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang yang berminat
melakukan sesuatu terlihat bersemangat, antusias, dan tidak mengenal lelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
seolah tidak kehabisan energi, dan dijalani dengan penuh kegembiraan.
Sedangkan yang tidak berminat akan kelihatan malas, cepat lelah, dan bosan.
Jeanne Ellis Ormrod (2008: 101) mengungkapkan minat sebagai suatu
bentuk motivasi intrinsik. Siswa yang mengejar tugas yang menarik minatnya
mengalami efek positif yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan
kesukaan. Demikian pula Marion Williams and Robert L. Burden (1997:123)
menyatakan minat sebagai sumber motivasi sehingga orang yang memiliki
minat tidak pernah kehabisan alasan untuk melakukan sesuatu hal tersebut.
Sedangkan Lewis R. Aiken (1988: 231) /(1994 : 209) menyatakan bahwa minat
merupakan kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya.
Sedikit berbeda, Sardiman (1992:76) yang menjelaskan bahwa minat
merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, minat bisa dikatakan sebagai gejala
psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau memberikan
perhatian yang penuh terhadap objek tertentu sehingga pekerjaan yang
dilakukannya bisa membuat orang tersebut menjadi senang dan akan
melakukannya secara terus-menerus.
Minat juga merupakan salah satu aspek psikis dari individu yang dapat
dikatakan sebagai suatu kecenderungan yang menentukan, yaitu
kecenderungan untuk menghubungkan diri dengan lingkungan melalui cara-
cara tertentu. Jika individu menemukan suatu objek yang dirasakan cukup
menarik, maka ia akan menaruh minat terhadap objek tersebut. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
beberapa pengertian minat menurut ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
minat adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan dengan segenap
kesadaran dan perhatian disertai perasaan senang karena menyadari akan
pentingnya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 2)
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Demikian juga Soemarsono (2007:1) memberikan pengertian belajar sebagai
proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti
suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan di sekolah
baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas.
Berbeda dengan Skinner (dalam Dimyati dan Mujiyono, 2006: 9)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku, yaitu saat belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya
menurun. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiyono, 2006: 9),
belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yaitu seperangkat proses kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi
menjadi kapabilitas baru.
Di samping itu, Cronbach yang dikutip Sardiman (2005: 20)
menyatakan bahwa belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku
sebagai hasil dari pengalaman . Belajar juga didefinisikan sebagai mengamati,
membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti
petunjuk/arahan (Harold Spears dalam Sardiman, 2005: 20). Belajar juga dapat
diartikan merupakan perubahan dalam kinerja sebagai akibat dari praktik
(Geoch dalam Sardiman, 2005: 20 ).
Berpijak pada pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru, secara langsung dan aktif, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Usaha tersebut
bisa berupa mengamati, membaca, mendengarkan, mencoba sesuatu sendiri,
dan lain sebagainya.
c. Pengertiaan Minat Belajar
Berdasarkan batasan-batasan minat dan belajar di atas disimpulkan
bahwa minat belajar adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan belajar
dengan segenap kesadaran dan perhatian disertai perasaan senang karena
menyadari akan pentingnya tujuan belajar, yaitu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang bisa berupa kemampuan atau kompetensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan
memfokuskan pada minat atau perhatian dalam kegiatan pembelajaran (Setya
Yuwana Sudikan, 2009: 524). Selanjutnya, dinyatakan bahwa minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 2010: 57). Untuk itu,
membangkitkan dan memelihara minat merupakan alat yang sangat berguna
dalam usaha mempengaruhi keingintahuan siswa yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran siswa.
Minat akan muncul jika seseorang mendapatkan manfaat dengan
melakukan hal yang diminatinya. Manfaat dapat berbentuk tambahan
pengetahuan, kesenangan, kepuasan, keberhasilan, dan lain sebagainya (Asep
Dadang, 2007: 21). Agar suatu hal yang dipelajari menarik minat anak, guru
dan bahkan orang tua perlu memberikan penjelasan bahwa materi yang
dipelajari memberikan manfaat bagi kehidupannya dan menyajikan materi
secara menarik serta bersentuhan dengan kehidupan siswa. Apabila setiap
materi pelajaran terkait dengan kehidupan siswa, siswa akan mudah
memahami, menangkap manfaatnya, dan senang mempelajarinya. Oleh karena
itu, seorang guru perlu mengubah, metode pembelajarannya.
d. Cara-cara untuk Membangkitkan Minat
Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi
hasil belajar siswa. Slameto (2010: 181) menyatakan bahwa cara yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah
dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Di samping itu,
Tanner and Tanner yang dikutip Slameto menyarankan agar para guru juga
berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai
dengan cara memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antar suatu
bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang (Tanner and
Tanner, 1975. cit. Slameto, 2010: 181). Selain itu, dapat pula dicapai dengan
dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita yang
sensasional, yang sudah diketahui kebanyakan siswa (Rooijakkkers, 1980 cit.
Slameto, 2010:181). Bila usaha-usaha tersebut tidak berhasil, pengajar dapat
memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Karena,
berdasarkan studi-studi eksperimen menunjukkan bahwa siswa-siswa yang
secara teratur diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena
perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada
siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak
ada kemajuannya.
Sementara itu, beberapa cara yang dapat digunakan untuk
membangkitkan dan menjaga minat siswa menurut Sudikan (2009: 524) antara
lain adalah:
1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu
yang lain atau aneh yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2) Memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran, misalnya siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang
akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah
yang perlu dipecahkan.
3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya variasi dari
serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari keras ke suara sedang, dan
mengubah gaya mengajar.
4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti
demonstrasi dan simulasi dapat dilakukan untuk menarik minat atau
perhatian siswa.
e. Aspek-aspek Minat belajar
Mengacu pada beberapa teori atau konsep yang diketengahkan oleh
para pakar di muka, unsur-unsur minat belajar yang perlu dibangkitkan adalah:
1) Kesadaran
Perbuatan atau kegiatan belajar akan berhasil apabila seseorang
menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran untuk belajar itu akan
mengantarkan anak untuk mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil
yang maksimal, sehingga anak akan memperoleh kepuasan dalam
pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu diulang-ulangnya.
Karena minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang,
suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) Kemauan
Kemauan anak adalah dorongan kehendak yang terarah pada
tujuan-tujuan hidup tertentu, yang dikendalikan oleh pertimbangan-
pertimbangan akal budi. Aktivitas yang disadari ini akan berpengaruh pada
sikap dan tingkah laku seseorang. Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk
akan membentuk suatu sikap yang positif pada diri anak. Dengan kemauan,
anak dapat mengembangkan dirinya sendiri dan mempunyai sikap untuk
berinisiatif sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
hasil yang memuaskan.
3) Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan
(Slameto, 2010: 105). Tingkat yang lebih tinggi dari menaruh perhatian
adalah menaruh minat. Apabila dalam diri anak sudah anak minat,
perhatian yang dilakukan oleh anak merupakan perhatiaan yang spontan
keluar dari dalam diri anak sendiri. Perhatian ini erat hubungannya dengan
minat individu, bila individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu,
terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan secara otomatis.
4) Perasaan Senang
Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung
dalam bidang itu. Minat merupakan motor penggerak psikis yang
menimbulkan rasa senang. Karena perasaan akan menentukan sikap anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dalam menanggapi objek yang dihadapinya. Perasaan senang, puas, atau
gembira akan membentuk sikap positif, sedangkan perasaan takut, sedih,
benci, akan menimbulkan sikap yang negatif. Dalam hal ini rasa senang
merupakan sikap positif bagi aktivitas belajar.
Berdasarkan bahasan di atas, dapat dikatakan bahwa minat merupakan
salah satu faktor psikis yang membantu, mendorong, dam memberi stimulus atau
rangsangan pada suatu kegiatan yang sedang atau akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan. Minat seseorang dapat bertambah kuat atau melemah sesuai
dengan pengalamannya. Minat belajar harus selalu dibangkitkan berhubungan
dengan dorongan dan respon-respon emosional siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Kajian yang berkaitan dengan penerapan quantum learning memang telah
banyak dilakukan oleh para peneliti. Lisa Barlas, Ann Campbell & Heidi Weeks
(2002) dari Aurora University dalam penelitiannya yang berjudul How Quantum
Learning Teaching Strategies Affect Learners A Masters Study About Quantum
Learning Effects on Student Attitudes Toward Learning and Academic
Achievement, tentang Bagaimana Strategi Belajar Mengajar Quantum
Mempengaruhi peserta didik, Sebuah Studi tentang Pengaruh Belajar Master
Quantum pada Sikap Siswa terhadap Belajar dan Prestasi Akademik.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa hasil survei benar-benar
menunjukkan perbedaan antara quantum learning dan pengajaran tradisional.
Penggunaan pendekatan quantum learning di kelas telah membawa ke hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
yang lebih baik antara guru dengan siswanya dan membantu menjaga gairah
dalam melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari.
Penelitian Lisa Barlas, Ann Campbell & Heidi Weeks ini memiliki
persamaan dengan penelitian ini, yaitu pada penggunaan pendekatan quantum
learning. Perbedaannya, penelitian Lisa Barlas, Ann Campbell & Heidi Weeks
meneliti pengaruh pendekatan quantum learning terhadap prestasi akademik
siswa dilihat dari sikap belajar siswa, dibandingkan dengan pengajaran tradisional.
Penelitian ini meneliti pengaruh pendekatan quantum learning terhadap
kemampuan mengapresiasi puisi dilihat dari minat belajar siswa, dibandingkan
dengan pendekatan ekspositori.
Yuni Susilowati (2010) meneliti pengaruh pendekatan quantum learning
terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi di SMP. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pendekatan quantum learning lebih efektif dan signifikan
meningkatkan apresiasi prosa fiksi dibandingkan dengan pendekatan ekspositori.
Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
membahas tentang pendekatan quantum learning. Perbedaannya, penelitian Yuni
Susilowati ini meneliti pengaruh pendekatan quantum learning dan motivasi
berprestasi terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi, penelitian ini meneliti
pengaruh pendekatan quantum learning dan minat belajar terhadap kemampuan
mengapresiasi puisi.
Penelitian lain dilakukan oleh Sri Mulyani Dwi Hastuti (2008) tentang
pengembangan buku ajar apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning di
SMP. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa model pengembangan buku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
ajar apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan
apresiasi puisi siswa.
Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
membahas tentang pendekatan quantum learning dan apresiasi puisi.
Perbedaannya penelitian Sri Mulyani Hastuti ini meneliti pengembangan buku
ajar, penelitian ini meneliti pendekatan pembelajaran.
Jennifer Hennessy, Carmel Hinchion, dan Patricia Mannix McNamara
(2010) dalam Poetry and Pedagogy: Exploring the Opportunity for
Epistemological and Affective Development within the Classroom,
mengungkapkan bahwa pengembangan pembelajaran puisi di kelas berdampak
perolehan pengalaman secara epistemis dan afektif.
Penelitian ini memberikan ulasan mengenai diberikannya prioritas untuk
pengembangan afektif siswa dan pembangunan epistemis dalam kelas puisi. Di
samping itu, juga mengetengahkan penelitian yang mengeksplorasi pengalaman
pengajaran dan pembelajaran puisi. Walaupun penelitian Jennifer dan penelitian
ini sama-sama menelaah mengenai pengajaran dan pembelajaran puisi, tetapi
bedanya dalam penelitian Jennifer ini tidak menerapkan penggunaan pendekatan
quatum learning.
Sejalan dengan hal itu, penelitian yang dilakukan oleh Halsey yang
berjudu The Poetry foundation Commissioned in the National Opinion Research
Center ( NORC) at the University of Chicago . Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembaca puisi cenderung hidup aktif bergaul dan
memimpin. Mereka mendengarkan musik, membaca berbagai genre,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
menggunakan internet, menghadiri acara budaya, relawan dan bersosialisasi
dengan teman dan keluarga pada tingkat signifikan lebih tinggi dari pada non
pembaca puisi ( Halsey, Anne : 2008 ).
Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama- sama
meneliti tentang masyarakat pembaca puisi. Penelitian Halsey membicarakan
masalah membaca puisi, penelitian ini membahas tentang mengapresiasi puisi.
Kegiatan mengapresiasi, tentunya melalui kegiatan membaca.
Ginger Norton (2003), Colorado dalam Poetry Appreciation, melakukan
penelitian yang berfokus pada pemahaman dan apresiasi puisi siswa melalui
metode pengajaran jurnal seni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa
memahami dan mengenali puisi dengan metode membaca jurnal seni.
Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti tentang apresiasi puisi. Perbedaannya, penelitian Ginger berfokus pada
pemahaman dan apresiasi puisi, yaitu pengalaman puisi siswa melalui metode
pengajaran jurnal seni, penelitian ini mengapresiasi puisi melalui pendekatan
quantum learning.
Alisha A. Howard (1997) dalam The Effects of Music and Poetry Therapy
on the Treatment of Women and Adolescents with Chemical Addictions (Journal
of Poetry Therapy) melakukan penelitian memeriksa efek dari terapi musik dan
puisi pada perempuan dan remaja. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas seni
ekspresif (musik dan puisi) terhadap perilaku.
Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan musik sebagai media yang bisa menimbulkan efek kenyamanan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kesenangan bagi responden. Perbedaannya, penelitian Alisha A Howard ini lebih
menekankan pada efek penggunaan musik dan puisi pada perilaku remaja dan
wanita yang kecanduan obat kimia atau narkotika. Sedangakan penelitian ini
adalah menekankan efek penggunaan musik untuk keberhasilan pembelajaran
apresiasi puisi siswa.
Rich Furman, Cynthia Lietz, dan Carol L. Langer (2006) juga melakukan
penelitian dengan judul The Research Poem in International Social Work:
Innovations in Qualitative Methodology yang intinya adalah melakukan penelitian
puisi menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menyajikan
perspektif penelitian yang menggunakan berbagai bentuk puisi untuk mewakili
pengalaman hidup klien pekerja sosial.
Penelitian Rich Furman dkk ini memiliki persamaan dengan penelitian ini,
yaitu sama-sama meneliti mengenai karya sastra bentuk puisi. Perbedaannya,
penelitian Rich Furman dkk ini lebih menekankan pada inovasi metode penelitian
kualitatif puisi, sedangkan penelitian ini menekankan pada pendekatan
pembelajaran puisi.
C. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Puisi antara Siswa yang Diajar
dengan Pendekatan Quantum Learning dan Siswa yang Diajar dengan
Pembelajaran Ekspositori
Proses pembelajaran apresiasi puisi dengan pendekatan tertentu dikatakan
berhasil, apabila pendekatan yang digunakan itu dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pengatahuan, kemampuan, dan sikap yang terkait dengan kompetensi. Untuk
mengetahui seberapa tingkat kefektivan suatu pembelajaran diukur dengan
membandingkan pendekatan yang lain. Hal ini dilakukan dengan membandingkan
perolehan nilai dari kedua pendekatan yang dibandingkan.
Berdasarkan hal di atas, pendekatan quantum learning diasumsikaan
memiliki tingkat keefektivan yang tinggi dalam pembelajaran apresiasi puisi
dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Pendekatan quantum learning
memiliki karakteristik keaktifan yang tinggi karena pembelajaran berlangsung
secara nyaman dan santai dalam suasana orchestra. Siswa diberi kesempatan
untuk melatih kemampuan mengapresiai puisi, dapat saling memotivasi, dan
meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi. Sebaliknya, pembelajaran dengan
pembelajaran ekspositori akan tampak berbeda. Pendekatan ini cenderung
didominasi guru atau pembelajaran berpusat pada guru, sehingga siswa tidak
diberi kesempatan untuk berlatih mengapresiasi puisi, siswa pasif. Oleh karena
itu, diduga kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang belajar dengan
pendekatan quantum learning lebih baik daripada yang belajar dengan pendekatan
ekspositori.
2. Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Puisi antara Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Tinggi dan Siswa yang Memiliki Minat Belajar
Rendah
Kegiatan pembelajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang
didorong oleh minat untuk menguasai suatu kompetensi atau kemampuan tertentu
untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran. Dalam hal ini minat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menguasai suatu kemampuan tersebut akan mendorong pencapaian hasil belajar.
Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan mencapai hasil belajar yang lebih
baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah.
Siswa yang memiliki minat belajar tinggi cenderung menganggap belajar
adalah kebutuhan untuk mencapai kompetensi atau kemampuan tertentu. Dalam
hal ini siswa yang memiliki minat belajar rendah kurang mengerahkan
kemampuannya untuk mencapai prestasi yang baik. Begitu pula sebaliknya, siswa
yang memiliki minat belajar rendah, kurang mampu mengerahkan kemampuan
yang dimilikinya untuk meraih keberhasilan. Dengan demikian siswa tersebut
akan kesulitan dalam mengapresiasi prosa fiksi.
Minat belajar menjadi salah satu kunci keberhasilan siswa dalam
pembelajaran mengapresiasi puisi, karena dapat menumbuhkan daya tarik belajar,
mempermudah pelaksanaan belajar, dan menyenangkan pembelajaran. Oleh
karena itu, diduga kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat
belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Pemilihan pendekatan quantum learning diharapkan dapat menumbuhkan
minat belajar pada siswa. Pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan ini dapat
menimbulkan ketertarikan siswa untuk belajar. Pada akhirnya, siswa akan
mengerahkan segenap kemampuannya dalam proses pembelajaran berdasarkan
inisiatif sendiri. Dalam proses situ, minat memegang peranan yang cukup sinergis.
Jadi, ketika pembelajaran mengapresiasi puisi dengan pendekatan quantum
learning berlangsung yang disertai minat belajar yang tinggi mengakibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
efektivitas pembelajaran yang tinggi pula. Keduanya memiliki peluang yang besar
untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran dalam pembelajaran apresiasi puisi.
Bertolak dari uraian di atas, diduga terdapat interaksi antara pendekatan quantum
learning dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi.
Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat
dilukiskan sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini
dapat diajukan berikut ini.
1. Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan
quantum learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori.
Minat Belajar
Rendah
Pendekatan Quantum learning
Pendekatan Ekspositori
Tinggi Pembelajaran MengapresiasiPuisi dengan Perlakuan
Kemampuan Mengapresiasi
Puisi
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
2. Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi
lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3. Terdapat interaksi antara pendekatan quantum learning dan minat belajar
dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanankan di SMP Negeri 2 Sambirejo dan SMP Negeri
2 Gondang, yang ditentukan secara acak dari SMP Negeri Se-Rayon Timur
Sragen yang meliputi 9 SMP Negeri, yaitu : SMP Negeri 1 Gondang, SMP Negeri
2 Gondang, SMP Negeri 1 Sambungmacan, SMP Negeri 2 Sambungmacan, SMP
Negeri 1 Ngrampal, SMP Negeri 2 Ngrampal, SMP Negeri 1 Sambirejo, SMP
Negeri 2 Sambirejo, dan SMP Negeri Satu Atap 3 Sambirejo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu semester genap tahun
pelajaran 2011/2012. Penyusunan proposal dimulai pada bulan Januari. Setelah
proposal disetujui, pada akhir bulan Februari disusun instrument penelitian.
Instrumen penelitian yang telah disusun diujicobakan pada awal bulan Maret.
Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, instrument tersebut digunakan untuk
mengambil data penelitian pada bulan Maret dan April. Analisis data dilakukan
setelah data diperoleh. Pada bulan Mei, disusun tesis dan melaporkannya. Secara
lebih lengkap, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel
1.
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
N O
Kegiatan
Bulan Des. 2011
Januari 2012
Februari 2012
Maret 2012
April 2012
Mei 2012
Juni 2012
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 Persiapan
Penelitian
a. Mengajukan judul penelitian
X
b. Menyusun usulan penelitian
X X
c. Menyeminarkan usulan penelitian
X
d. Penyusunan Makalah kualifikasi
X X
e. Mengurus perizinan penelitian
X X
f. Mengembangkan instrumen penelitian
X X
2 Pelaksanaan Penelitian
a. Pengujicobaan instrumen penelitian
X
b. Menganalisis hasil uji coba
X X
c. Melaksanakan eksperimen
X X X X X X
d. Mengolah, menganalisis data penelitian
X X X
3 Penyelesaian Penelitian
Menyusun draf laporan tesis
X X
Merevisi draf laporan tesis
X
Mendaftarkan ujian X Ujian tesis X
4 Penyelesaian Akhir Tesis
a. Penggandaan tesis X b. Penyelesaian
administrasi X
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan
jadwal jam pelajaran .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dengan sengaja mengusahakan
timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk melihat pengaruhnya
terhadap prestasi belajar (Suharsimi Arikunto, 2002 : 86). Subjek penelitian ini
dikelompokkan dalam 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen dipilih di SMP Negeri 2 Sambirejo, sedangkan kelas kontrol
(pengendali) dipilih di SMP Negeri 2 Gondang. Pada kelas eksperimen, siswa
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan quantum learning, yang proses
pembelajarannya menerapkan pendekatan, media, dan waktu sesuai dengan
pendekatan quantum learning. Sementara itu, pada kelas kontrol, siswa mengikuti
proses pembelajaran dengan pendekatan ekspositori.
Tabel 2. Rancangan Analisis data Model Faktorial 2 x 2
Pendekatan Pembelajaran (A)
Quantum Learning (PQL) (A1)
ekspositori (PE) (A2)
Minat Belajar
Tinggi (B1)
A1B1 (Kelompok 1)
A2 B1 (Kelompok 3) B1
Rendah (B2)
A1B2 (Kelompok 2)
A2B2 (Kelompok 4) B2
A1 A2
Keterangan :
A1 : kelas siswa yang belajar dengan pendekatan quantum learning A2 : kelas siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori di kelas A1B1 : kelas siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang belajar dengan
pendekatan quantum learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
A2B : kelas siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang belajar dengan pendekatan pembelajaran ekspositori
A1B2 : kelas siswa yang memiliki minat belajar rendah yang belajar dengan pendekatan quantum learning
A2B2 : kelas siswa yang memiliki minat belajar rendah yang belajar dengan pendekatan pembelajaran ekspositori
Sesuai dengan rancangan di atas, jumlah variabel bebas dikategorikan
dua, yaitu 1) pendekatan pembelajaran yang terdiri dari dua taraf (a)
pendekatan quantum learning (b) pendekatan pembelajaran ekspositori dan 2)
minat belajar yang terdiri dari dua taraf, yakni (a) minat belajar tinggi dan (b)
minat belajar rendah.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi dapat berwujud sejumlah manusia, benda-
benda, gejala-gejala, nilai tes, dan peristiwa-peristiwa lain sebagai sumber data
yang memiliki karkteistik tertentu di dalam suatu penelitian. Adapun populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Se-Rayon Timur Sragen.
2. Sampel Penelitian
Penetapan populasi dan sampel didasari oleh pendapat Nana Syaodih
Sukmadinata (2011: 261) mengatakan bahwa secara umum, untuk penelitian
korelasi jumlah sampel sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar,
sedangkan dalam penelitian kausal komparatif dan eksperimen 15 individu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai. Untuk
penelitian survei sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru
dipandang cukup memadai, sedangkan untuk kelompok-kelompok sampel
berkisar antara 20 sampai 50 individu. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian
ini menggunakan 30 sampel untuk kelas eksperimen (perlakuan) dan 30 sampel
untuk kelas kontrol (pembanding).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik
stratified-cluster random sampling yaitu gabungan atau perpaduan dari cara
pengambilan sampel acak berstrata dengan sampel acak klaster ( Nana Syaodih
Sukmadinata, 2011: 259), dengan langkah- langkah berikut ini.
Tahap pertama, mengacak secara kelompok dua SMP Negeri dari jumlah
SMP Negeri di wilayah rayon timur Sragen sebagai kelas eksperimen dan kelas
pembanding (kontrol). Dalam langkah ini secara random SMP Negeri 2 Sambirejo
ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan SMP Negeri 2 Gondang sebagai kelas
pembanding (kontrol). Kedua, ditentukan secara acak satu kelas eksperimen dari
lima kelas yang ada di SMP Negeri 2 Sambirejo (30 siswa), dan satu kelas kontrol
dari enam kelas yang ada di SMP Negeri 2 Gondang (30 siswa).
Perbedaan tinggi-rendah minat belajar didasarkan pada jawaban responden
terhadap angket minat belajar yang diberikan sebelum penelitian eksperimen ini
dilaksanakan. Jika skor total angket yang diperoleh siswa di atas rata-rata,
dimasukkan ke dalam kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi.
Sebaliknya jika skor total yang diperoleh siswa di bawah rata-rata, dimasukkan ke
dalam kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Dalam pelaksanaan penelitian, dibedakan perlakuan terhadap kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Perlakuan pada Kelas Eksperimen
Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas eksperimen
diberikan perlakuan sebanyak 10 kali pertemuan. Materi-materi yang diberikan
sama dengan materi yang diajarkan berdasarkan beberapa tahap yang
digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan quantum learning.
b. Perlakuan pada Kelas Kontrol
Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas kontrol diberi
pembelajaran dengan pendekatan ekspositori. Materi yang diberikan sama
dengan materi yang diajarkan pada kelas eksperimen.
Prosedur perlakuan penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (a)
tahap persiapan; (b) tahap pelaksanaan; (c) tahap akhir pelaksanaan perlakuan.
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyusunan bahan perlakuan.
Penyusunan bahan perlakuan terdiri atas dua kelompok, yaitu bahan
perlakuan untuk pembelajaran dengan pendekatan quantum learning dan
bahan perlakuan untuk pendekatan ekspositori. Bahan-bahan tersebut
disesuaikan dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP.
Selanjutnya, bahan tersebut disajikan selama 10 kali pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2) Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan perlakuan berlangsung secara bersama-sama masing-
masing selama 10 kali pertemuan. Tiap pertemuan, baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan pada hari dan waktu
sesuai dengan jadwal pelajaran siswa. Pada kelompok siswa yang diajar
dengan pendekatan quantum learning pada tiap pertemuan dilakukan
dengan apersepsi yang diiringi musik, penjelasan tugas yang harus
diselesaikan, mengerjakan tugas, diskusi, dan perayaan dari hasil tugas
yang baik. Sementara itu, pada siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori dilakukan langkah-langkah mendengarkan penjelasan guru,
Tanya jawab, dan mengerjakan tugas kognitif. Pelaksanaan perlakuan
berlangsung terus-menerus secara terprogram.
3) Tahap Akhir Pelaksanaan Perlakuan
Setelah kesepuluh kali pertemuan dilaksanakan, kemudian
diadakan postes untuk semua responden. Hal ini untuk melihat
kemampuan mengapresiasi puisi siswa berdasarkan penyerapan terhadap
materi yang telah dipelajarinya.
Penetapan perlakuan tiap-tiap kelompok eksperimen yang dilakukan, dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Penetapan perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen
Pendekatan Minat
Pendekatan Quantum Learning
Pendekatan Ekspositori
Minat Tinggi 15 15 Minat Rendah 15 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel
terikat. Dua variabel bebas tersebut, yaitu variabel pendekatan pembelajaran dan
minat belajar. Adapun variabel terikatnya adalah kemampuan mengapresiasi puisi.
Variabel pendekatan pembelajaran dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendekatan
quantum learning dan pendekatan pembelajaran ekspositori. Variabel minat
belajar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu minat belajar tinggi dan minat
belajar rendah. Secara operasional variabel-variabel penelitian tersebut diuraikan
sebagai berikut.
Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan siswa dalam
memahami, menilai, mengomentari, menghargai karya sastra sehingga muncul
daya apresiasi siswa terhadap karya puisi yang dibacanya. Unsur-unsur tersebut
dapat diukur melalui tes tingkat kesastraan yang meliputi tingkat informasi,
konsep, perspektif, dan apresiasi.
Pendekatan quantum learning
as,
suasana seperti itu, dapat ditumbuhkan (1) minat, (2) simpati dan saling
pengertian; (3) sikap takjub kepada pembelajaran; (4) dan perasaan saling
memiliki; dan (5) dapat memberikan keteladanan.
Pendekatan ekspositori yaitu sebuah pendekatan mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa
yang pada umumnya identik dengan metode ceramah. Alat interaksi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang
dikemukakan oleh guru.
Minat belajar merupakan suatu gejala psikis yang timbul dengan
menunjukkan pemusatan perhatian terhadap aktivitas belajar dengan didasari rasa
senang dan tertarik. Dengan demikian, siswa yang memiliki minat belajar tinggi
memiliki sikap positif terhadap tugas-tugas yang menjadi kewajibannya sehingga
meraih prestasi yang tinggi. Untuk mengukur minat siswa, dijabarkan indikator
menjadi empat, yaitu (1) kesadaran, (2) kemauan, (3) perhatian, dan (4) perasaan
senang.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
dan nontes. Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan
mengapresiasi puisi, yaitu responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang
sudah disiapkan oleh peneliti. Sementara itu, teknik nontes digunakan untuk
mengumpulkan data minat belajar, yaitu dengan memberikan angket yang harus
ditanggapi oleh responden.
F. Instrumen Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, maka instrument
penelitian yang perlu disiapkan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1. Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Tes ini digunakan untuk menjaring data kemampuan mengapresiasi puisi
yang berupa merefleksi isi puisi yang dibacakan. Kemampuan ini mencakup
menganalisis tingkat informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi yang ada di
dalam puisi.
2. Angket Minat Belajar
Angket minat belajar merupakan daftar pertanyaan yang harus diisi atau
ditanggapi oleh responden. Pengukuran angket ini menggunakan skala likert
(Burhan Nurgiyantoro, 2001: 55). Karena angket ini menggunakan skala likert,
tanggapan atau respon siswa terhadap beberapa persyaratan yang ada dalam
angket tersebut disediakan lima macam, yaitu (1) SS = Sangat Setuju; (2) S =
Setuju; (3) R = Ragu-ragu; (4) TS = Tidak Setuju dan (5) STS = Sangat Tidak
Setuju. Semua butir pernyataan mengarah pada pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Jadi, bila responden menjawab SS diberi skor lima; menjawab S diberi
skor empat; menjawab R diberi skor tiga; menjawab TS diberi skor dua, dan
menjawab STS diberi skor satu.
G. Hasil Uji Validitas Reliabilitas Instrumen
Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrument penelitian yang
berupa pertanyaan serta angket minat belajar diujicobakan untuk mengetahui
tingkat validitas butir soal dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada siswa di
luar anggota sampel yang diteliti. Berikut diuraikan hasil validasi dan reliabilitas
yang digunakan untuk tes dan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
1. Uji Validilitas Instrumen
Untuk mengetahui tingkat validitas butir soal tes kemampuan mengapresiasi
puisi digunakan rumus korelasi point biserial dengan rumus:
Keterangan :
Xi : rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir ke-i
Xt : rata-rata skor total semua responden
St : standar deviasi skor total
pi : Proporsi jawaban benar untuk butir ke-i
qi : Proporsi jawaban salah butir ke-i
pbi : koefisien korelasi biserial
(Sumber : Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000:77)
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan dengan = 0,361,
diperoleh hasil dari 35 soal yang diujikan ada 7 soal yang drop, yaitu nomor 13,
20, 21, 22, 25, 29, 35. Karena rpbi < = 0.343, 0.343, 0.270, 0.256, 0.148, -0.202,
dan 0.263 < 0.361, ketujuh soal tersebut drop (lihat lampiran C halaman 145-153).
Dengan demikian, instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan
mengapresiasi puisi terdiri dari 28 soal.
Untuk mengetahui tingkat validitas butir pernyataan angket minat belajar
digunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan skor
item dengan skor total.
pbi =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Adapun rumus korelasi yang digunakan sebagai berikut.
Keterangan :
=koefisien korelasi antara skor butir pertanyaan dan skor total yang di cari
N = jumlah responden uji coba
xi = skor butir pernyataan untuk butir ke-i
xt = skor hasil total
(Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 117)
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan dengan = 0.361,
diperoleh hasil dari 45 butir pernyataan yang diujikan ada 8 butir pernyataan yang
drop, yaitu nomor 2, 8, 10, 18, 28, 34, 40, dan 43. Karena rpbi < = 0.356, -
0.199, 0.135, 0.336, 0.112, 0.220, 0.337, 0.135 < 0.361, kedelapan pernyataan
tersebut drop (lihat lampiran D halaman158-166). Dengan demikian, instrumen
yang digunakan untuk mengukur angket minat belajar terdiri dari 37 pernyataan.
2. Uji Reliabilitas
Pengukuran tingkat reliabilitas butir tes akhir kemampuan mengapresiasi
puisi menggunakan rumus statistik KR-20, yaitu sebagai berikut:
= )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Keterangan:
= reliabilitas tes secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab benar
= proporsi subjek yang menjawab salah
= jumlah hasil perkalian antara dan
= banyaknya item
= varians
(Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 145)
Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, karena r-hitung = 0.863 >
r-tabel =0.361 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument
yang digunakan reliable . ( lihat Lampiran C halaman 154-157).
Untuk menguji tingkat reliabilitas butir pernyataan angket minat belajar
digunakan rumus yaitu :
Keterangan :
k = banyak butir pernyataan yang valid
= varians skor total
= Varians skor butir ke- i
( Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 145)
Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, karena r-hitung = 0.894 > r-
tabel =0.361 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument yang
digunakan reliable (lihal Lampiran D halaman 167-171).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
H. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum data penelitian itu dianalisis secara statistik, perlu dilakukan uji
persyaratan yang meliputi uji normalitas distribusi sampel dan uji homogenitas
varians. Uji normalitas distribusi sampel yang dilakukan menggunakan uji
Lilliefors, untuk menguji data tersebut memiliki sebaran normal atau tidak.
Adapun uji homogenitas varian menggunakan uji Bartlett, dengan taraf
antara dua kelompok yang dibandingkan. Kedua uji persyaratan di atas dilakukan
pada masing masing kolom, baris, dan masing masing sel.
I. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
dan statistik inferansial. Data yang diperoleh dideskripsikan menurut masing
masing variable. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian
secara inferensial ini ialah teknik analisis Varian Dua Jalan ( ANAVA Dua Jalan )
dengan langkah sebagai berikut.
a. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JK(T)) =
b. Menghitung Jumlah Kuadrat Rerata (JK(rerata) dengan rumus:
c. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JK(TR)) dengan rumus:
JK(TR) = JK(T) - JK(rerata)
d. Menghitung Jumlah Kuadrat AntarKelompok (JK(AK)) dengan rumus:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
JK(AK) =
e. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok (JK(DK)) dengan rumus:
JK(DK) =
Dengan db = ab(n-1)
f. Menghitung Jumlah Kuadrat Total Reduksi (JK(TR)) dengan rumus:
JK(TR) = JK(AK) + JK(DK) JK(DK)
Dengan db = (a-1)(b-1)(n)-1 = JK(A)
g. Menghitung Jumlah Kuadrat Antar (JK(A)) yang meliputi:
1) Antarkolom dengan rumus:
JK(A) = + +
2) Antarbaris dengan rumus:
JK(AB) = + +
h. Menghitung Jumlah Kuadrat Interaksi (JK(I)) dengan rumus:
JK(I) = JK(AK) - JK(AB) - JK(A)
i. Memasukkan hasil hitung yang telah diperoleh ke dalam Tabel ANAVA.
j. Menentukan Kriteria Pengujian:
1) Jika untuk antarkolom Fh > Ft maka terdapat perbedaan yang signifikan;
2) Jika untuk antarbaris Fh > Ft maka terdapat perbedaan yang signifikan;
3) Jika untuk interaksi Fh > Ft maka terdapat interaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Bila hasil menunjukkan adanya perbedaan dan interaksi, maka analisis
dilanjutkan dengan uji Tuckey dengan rumus:
Q =
Keterangan: Q : angka Tucey : rerata kelompok ke-i : rerata kelompok ke-j : banyak data tiap kelompok ni = nj
: rerata Jumlah Kuadrat dalam Kelompok
( Suharsimi Arikunto, 2010: 377-381)
J. Hipotesis Statistik
Untuk menguji hipotesis nol (H0), hipotesis statistik dirumuskan:
a) Hipotesis Pertama
H0 : µ
H1 : µ
b) Hipotesis Kedua
H0 : µ
H1 : µ
c) Hipotesis Ketiga
H0: A x B = 0
H1: A x B > 0
Keterangan :
A : Pendekatan Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
B : Minat Belajar
µ Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning.
µ Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok siswa
yang diajar dengan pendekatan ekspositori
µ Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok siswa
yang memiliki minat belajar tinggi.
µ Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok siswa
yang memiliki minat belajar rendah.
A x B : Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data bertujuan untuk mengetahui data ditinjau dari masing-
masing faktor maupun pendekatan pembelajaraninila Berikut ini disajikan
berturut-turut deskripsi mengenai (1) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning, (2) nilai kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori, (3) nilai
kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi, dan (4)
nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah.
1. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan
Pendekatan Quantum Learning
Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan
quantum learning tanpa membedakan minat belajar, secara keseluruhan memiliki
rentang nilai 39 (54 93), dengan nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 93.
Kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata
(mean) sebesar 78,933, nilai modus sebesar 75, nilai median sebesar 79, varians
sebesar 99,926, dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 9,996 (Harga-harga
statistik deskriptif ini, perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui
fasilitas program excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
halaman 188). Distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi data
kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning
Interval Nilai Tengah f abs. f rel. (%) 53 59 60 66 67 73 74 80 81 87 88 94
56 63 70 77 84 91
1 2 5 8 7 7
3,33 6,67
16,67 26,67 23,33 23,33
Total 30 100
Berpijak dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi
puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini
sebagai berikut.
8 7 7 5 2 1
52,5 59,5 66,5 73,5 80,5 87,5 94,5
Gambar 2. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning
2
4
6
8
10
A1
Frek
uensi
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan
Pendekatan Ekspositori
Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori tanpa membedakan minat belajar, secara keseluruhan memiliki rentang
nilai 43 (46 89), dengan nilai terendah 46 dan nilai tertinggi 89. Kemampuan
mengapresiasi puisi untuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar
69,833, nilai modus sebesar 68, nilai median sebesar 68, varians sebesar 78,420,
dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,855 (Harga-harga statistik
deskriptif ini, perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas
program excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H halaman 188).
Distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi data kelompok ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori
Interval Nilai Tengah f abs. f rel.(%) 46 54 55 63 64 72 73 81 82 90
50 60 68 77 86
1 4
15 6 4
3,33 13,33 50,00 20,00 13,33
Total 30 100
Bertolak dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi
puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
15
6 4 4 1
45,5 54,5 63,5 72,5 81,5 90,5
Gambar 3. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori
3. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar
Tinggi
Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar
tinggi, secara keseluruhan memiliki rentang nilai 47 (93 - 46) dengan nilai
terendah 46 dan nilai tertinggi 93. Kemampuan mengapresiasi puisi untuk
kelompok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 79,400, nilai modus
sebesar 75, nilai median sebesar 82, varians sebesar 116,179, dan simpangan baku
(standar deviasi) sebesar 10,779 (Harga-harga statistik deskriptif ini,
perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas program excel yang
2
4
6
8
10
16
14
12
A2
Frek
uensi
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H halaman 188). Distribusi frekuensi
nilai kemampuan mengapresiasi puisi data kelompok ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Memiliki Minat Belajar Tinggi
Interval Nilai Tengah f abs. f rel.(%) 45 54 55 64 65 74 75 84 85 94
50 60 70 80 90
1 1 5
11 12
3,33 3,33
16,67 36,67 40,00
Total 30 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi
puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini
sebagai berikut.
12 11 5 1 1
45,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5
Gambar 4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi
2
4
6
8
10
12
B1
Frek
uensi
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
4. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar
Rendah
Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar
rendah, secara keseluruhan memiliki rentang nilai 28 (54 - 82), dengan nilai
terendah 54 dan nilai tertinggi 82. Kemampuan mengapresiasi puisi untuk
kelompok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 69,367, nilai modus
sebesar 71, nilai median sebesar 71, varians sebesar 52,930, dan simpangan baku
(standar deviasi) sebesar 7,275 (Harga-harga statistik deskriptif ini,
perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas program excel yang
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H halaman 188). Distribusi frekuensi
nilai kemampuan mengapresiasi puisi data kelompok ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah
Interval Nilai Tengah f abs. f rel.(%)
54 58 59 63 64 68 69 73 74 78 79 83
56 61 66 71 76 81
2 5 8 7 4 5
6,67 16,67 26,67 23,33 13,33 16,67
Total 30 100
Berpijak dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi
puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
8 7 5 5 4 2
53,5 58,5 63,5 68,5 73,5 78,5 83,5
Gambar 5. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis diperlukan untuk mengetahui apakah data
penelitian yang telah dikumpulkan dan dideskripsikan di atas benar-benar
memenuhi persyaratan statistic atau teknik analisis yang digunakan sehingga pada
gilirannya nanti dapat dipertanggungjawabkan untuk dipakai dalam penarikan
simpulan penelitian ini.
Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis atau analisis data secara
inferensial dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan atau pengujian
normalitas dan homogenitas varian. Uji tersebut melingkupi: (1) nilai kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning (A1),
(2) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori (A2), (3) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki
B2
2
4
6
8
10
Frek
uensi
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
minat belajar tinggi (B1), (4) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang
memiliki minat belajar rendah (B2), (5) nilai kemampuan mengapresiasi puisi
siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning untuk siswa yang
memiliki minat belajar tinggi (A1B1), (6) nilai kemampuan mengapresiasi puisi
siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning untuk siswa yang
memiliki minat belajar rendah (A1B2), (7) nilai kemampuan mengapresiasi puisi
siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori untuk siswa yang memiliki
minat belajar tinggi (A2B1), dan (8) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa
yang diajar dengan pendekatan ekspositori untuk siswa yang memiliki minat
belajar rendah (A2B2). Uraian berikut ini mengetengahkan hasil pengujian
tersebut.
1. Uji Normalitas Data
a. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Lilliefors.
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom A1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.086 (lihat
Lampiran F. 1 halaman 177). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
n = 30 t =0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A1)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom A2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.115 (lihat
Lampiran F. 2 halaman 178). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
n = 30 t = 0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A2)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
c. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Tinggi
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.104 (lihat
Lampiran F. 3 halaman 179). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
n = 30 t = 0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom B1)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal
d. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Rendah
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.111 (lihat
Lampiran F. 4 halaman 180). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
n = 30 t = 0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom B2)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
e. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Tinggi
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom A1B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.131 (lihat
Lampiran F. 5 halaman 181). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
n = 15 t = 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A1B1)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal
f. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang
Memiliki Minat Belajar Rendah
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom A1B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.97 (lihat
Lampiran F. 6 halaman 182). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
n = 15 t = 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A1B2)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
g. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki
Minat Belajar Tinggi
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom A2B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.142 (lihat
Lampiran F. 7 halaman 183). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
n = 15 5 diperoleh Lt = 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A2B1)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
h. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang
Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki
Minat Belajar Rendah
Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada
kelompok ini (= Kolom A2B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.152 (lihat
Lampiran F. 8 Halaman 184). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
n = 15 t = 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A2B2)
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2. Uji Homogenitas Data
Pengujian homogenitas varians ini dilakukan untuk menguji kesamaan
variansi nilai kemampuan mengapresiasi puisi berdasarkan kelompok-kelompok
nilai yang ada pada tiap sel (A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2). Teknik statistik
yang digunakan untuk kepentingan ini sebagaimanaa disebutkan pada Bab III
adalah dengan teknik uji Bartlett. Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji
hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa varians nilai kemampuan
mengapresiasi puisi dilihat dari kelompok-kelompok tersebut adalah homogen
1) yang
menyatakan bahwa varians nilai kemampuan mengapresiasi puisi dilihat dari
kelompok-kelompok nilai tersebut tidak homogen pada taraf nyata yang sama.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah bahwa H0 ditolak jika ternyata
harga lebih besar atau sama dengan ( pada
Sebaliknya, jika harga < pada 0 yang
menyatakan bahwa varians nilai homogen diterima.
Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan mengapresiasi puisi
berdasarkan kelompok di sel A1B1, kelompok di sel A1B2, kelompok di sel
A2B1, dan kelompok di sel A2B2 menghasilkan = 5.633. Dari tabel
distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 56 dan 0,05
diperoleh = . Yang jauh lebih besar daripada . Dengan
demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan
bahwa nilai kemampuan mengapresiasi puisi dilihat dari kelompok-kelompok
nilai di sel A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
varians nilai kemampuan mengapresiasi puisi berdasarkan kelompok-kelompok
antarsel bersifat homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians
ini dapat dilihat pada Lampiran G halaman 185.
Berdasarkan kedua hasil pengujian persyaratan analisis di atas
memberikan kesimpulan bahwa persyaratan analisis yang diperlukan untuk
analisis lebih lanjut dalam melihat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran
dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok yang
dibandingkan.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol
(H0) yang diajukan ditolak, atau sebaliknya oada taraf kepercayaan tertentu
hipotesis alternatif (H1) yang diajukan diterima. Sesuai dengan yang telah
disebutkan pada Bab III, pengujian hipotesis penelitian diuji dengan teknik
Analisis Varians Dua Jalan. Teknik analisis statistik tersebut digunakan untuk
melihat perbedaan pengaruh perlakuan secara keseluruhan. Maksud keseluruhan
di sini adalah perbedaan pengaruh baik karena (1) perbedaan pendekatan
pembelajaran yang berlainan (quantum learning ekspositori), (2) perbedaan
minat belajar (tinggi rendah), dan (3) interaksi antara keduanya (pendekatan
pembelajaran dan minat belajar).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
1. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Quantum Learning Lebih Baik daripada Siswa yang Diajar dengan
Pendekatan Ekspositori
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada
Tabel Anava pada Lampiran J halaman 195 diperoleh F-hitung dari sumber
variasi antarkolom (A) sebesar 20.40. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang
1 dan db penyebut 56 pada 4.01.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran J
halaman 196 0 : µA1 = µA2) ditolak, jika Fh >
1 dan dk penyebut 56
Simpulannya adalah kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan
pendekatan quantum learning secara signifikan lebih baik daripada kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.
2. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar
Tinggi Lebih Baik daripada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah
Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada
Tabel Anava pada Lampiran J halaman 195 diperoleh F-hitung dari sumber
variasi antarbaris (B) sebesar 24.80. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1
dan db penyebut 56 pada 4.01.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran J
halaman 196 0 : µB1 = µB2) ditolak, jika Fh > Ft
1 dan dk penyebut 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Simpulannya adalah kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat
belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi
puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Berdasarkan amalisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada
Tabel Anava pada Lampiran J halaman 195 diperoleh F-hitung dari sumber
variasi interaksi (AXB) sebesar 4.14. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang
1 dan db penyebut 56 pada 4.01.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran J
halaman 196 0 : AXB = 0) ditolak, jika Fh > Ft
1 dan dk penyebut 56
Simpulannya adalah ada interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran
dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa.
Adanya perbedaan yang signifikan antarkolom (pendekatan quantum
learning dan pendekatan ekspositori) dan perbedaan yang signifikan antarbaris
(minat belajar tinggi dan rendah) dalam mempengaruhi perbedaan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa, maka untuk mengetahui lebih lanjut tindak lanjut
kemampuan mengapresiasi puisi dari kelompok mana yang lebih baik, baik dilihat
dari perbedaan pendekatan pembelajaran, maupun perbedaan minat belajar siswa,
maka perlu dilakukan uji lanjut dengan metode Tuckey (sebab jumlah sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
antara dua kelompok sama besar, yaitu n = 30 untuk antarkolom dan antarbaris,
dan n = 15 untuk antarsel).
Uji Tuckey diadakan karena antara kedua kelompok (antarkolom =
pendekatan quantum learning dan pendekatan ekspositori, dan antarbaris = minat
belajar tinggi rendah) ada perbedaannya dan ada interaksinya. Selain itu, uji
Tuckey tersebut digunakan untuk mengetahui manakah di antara rerata
( ) yang lebih tinggi secara signifikan. Oleh karena itu, di sini akan
dikemukakan secara rinci hasil uji Tuckey tersebut, sehingga dengan langkah ini
dapat diketahui atau diperoleh secara signifikan pengaruh di antara pendekatan
pembelajaran yang berbeda ditinjau dari minat belajar siswa.
1. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan
Pendekatan Quantum Learning Lebih Baik daripada Kemampuan
Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori
(A1 : A2)
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
6.387 dan niai Qt = 2.89 30 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt
0,05 dengan N = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning
secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang
diajar dengan pendekatan ekspositori.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih tinggi daripada siswa yang
diajar dengan pendekatan ekspositori, yaitu 78.933 dan 69.833. Dengan begitu,
dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan
quantum learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori.
2. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar
Tinggi Lebih Baik daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa
yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B1: B2)
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
7.043 dan niai Qt = 2.89 30 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt
0,05 dengan N = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi secara signifikan
lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat
belajar rendah.
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
minat belajar rendah, yaitu 79.400 dan 69.367. Dengan begitu, dalam pembelajaran
mengapresiasi puisi, siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada
siswa yang memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
3. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik
(A1B1) daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar
dengan Pendekatan Quantum Learning yang Memiliki Minat Belajar
Rendah (A1B2)
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
7.015 dan niai Qt = 3.01 15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt
0,05 dengan N = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan
memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning yang
memiliki minat belajar rendah.
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar
tinggi lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan quantum
learning dan memiliki minat belajar rendah, yaitu 86.000 dan 71.867. Dengan
begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan
pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih baik
daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan
quantum learning yang memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
4. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Ekspositori dan Memiliki Minat Belajar Tinggi Sama dengan
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Rendah
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
2.846 dan niai Qt = 3.01 15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt
0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan
memiliki minat belajar tinggi sama dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa
yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar rendah.
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar tinggi
hampir sama dengan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan
memiliki minat belajar rendah, yaitu 72.600 dan 66.867. Dengan begitu, dalam
pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori dan memiliki minat belajar tinggi sama dengan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
5. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik
daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan
Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Tinggi
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
6.651 dan niai Qt = 3.01 15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt
0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan
memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar tinggi.
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar
tinggi lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan
memiliki minat belajar tinggi, yaitu 86.000 dan 72.600. Dengan begitu, dalam
pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum
learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
6. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Rendah sama dengan
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Rendah
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
2.482 dan niai Qt
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt
0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan
memiliki minat belajar rendah sama dengan kemampuan mengapresiasi puisi
siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar
rendah.
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar
rendah hampir sama dengan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan
memiliki minat belajar rendah, yaitu 71.867 > 66.867. Dengan begitu, dalam
pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum
learning dan memiliki minat belajar rendah sama dengan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
7. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik
daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan
Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Rendah
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
9.496 dan niai Qt = 3.01 15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt
0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan
memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar rendah.
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar
tinggi lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan
memiliki minat belajar rendah, yaitu 86.000 > 66.867. Dengan begitu, dalam
pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum
learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
8. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Rendah Pendekatan
Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Tinggi sama dengan
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan
Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Tinggi
Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh =
0.364 dan niai Qt = 3.01 15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198).
Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt
0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan
memiliki minat belajar rendah tidak ada perbedaan dengan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar tinggi.
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa
yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar
rendah hampir sama siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan
memiliki minat belajar tinggi, yaitu 71.867 dan72.600. Dengan begitu, dalam
pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori yang memiliki minat belajar tinggi sama dengan kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan
memiliki minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
D. Pembahasan
Melalui analisis deskriptif diperoleh nilai rata-rata kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning
berbeda dengan nilai yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori yaitu masing-masing 78.933 dan 69.833. Kenyataan ini didukung oleh
hasil analisis inferensial yang menyatakan terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan
pendekatan quantum learning dengan siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori. Dilihat dari besarnya rata-rata nilai yang dihasilkan oleh kedua
perbedaan penerapan pendekatan pembelajaran, dapat dikatakan bahwa penerapan
pendekatan quantum learning dalam pembelajaran mengapresiasi puisi
menghasilkan nilai kemampuan mengapresiasi puisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pendekatan ekspositori. Dengan demikian, secara
keseluruhan pendekatan quantum learning jauh lebih baik daripada pendekatan
ekspositori dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi, khususnya
yang menjadi subjek dalam penelitian ini.
Besarnya simpangan baku (standar deviasi) yang dihasilkan oleh
pendekatan pembelajaran antara pendekatan quantum learning dan pendekatan
ekspositori masing-masing 9.996 dan 8.855. Dari besarnya standar deviasi yang
dihasilkan tersebut tampak bahwa pendekatan quantum learning menghasilkan
standar deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan ekspositori. Ini
dapat diartikan nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan
pendekatan quantum learning mempunyai variasi nilai yang lebih besar daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
variasi nilai yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori.
Dilihat dari rata-rata nilai kemampuan mengapresiasi puisi antara
kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan kelompok siswa yang
memiliki minat belajar rendah secara keseluruhan menunjukkan adanya perbedaan
yang cukup besar, yaitu masing-masing 79,400 dan 69,367. Hal ini diverifikasi
oleh hasil analisis varians yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
sangat signifikan antara nilai kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok
siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki
minat belajar rendah. Berdasarkan data dan hasil pengujian tersebut, memberikan
bukti bahwa antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan memiliki minat
belajar rendah memiliki kemampuan mengapresiasi puisi yang berbeda dan
dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kondisi
tersebut memberikan bukti empirik bahwa pengelompokkan siswa berdasarkan
minat belajar tinggi dan rendah cukup efektif dalam melihat pengaruh pendekatan
pembelajaran quantum learning maupun ekspositori terhadap kemampuan
mengapresiasi puisi siswa dalam penelitian ini.
Kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi melalui pendekatan
statistik deskriptif memberikan perbedaan rata-rata nilai kemampuan
mengapresiasi puisi antara kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan
quantum learning dan kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori. Besarnya rata-rata nilai itu adalah 86,000 dan 72,800. Terlihat kedua
rata-rata nilai ini memberikan selisih yang cukup besar, sehingga secara deskriptif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
dapat dikatakan keduanya berbeda. Hasil pengujian hipotesis memperkuat daya
perbedaan itu, yakni dihasilkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan
antara kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan
quantum learning lebih baik dibandingkan dengan kemampuan mengapresiasi
puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori, khususnya bagi siswa
yang memiliki minat belajar tinggi.
Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis ketiga tentang interaksi juga
menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan
minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil pengujian hipotesis tersebut di mana diputuskan menolak
hipotesis Ho pada ta
signifikan dari interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar
terhadap kemampuan mengapresiasi puisi. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji
Tuckey pada kolom A1B2 dan A2B1. Berdasarkan uji Tuckey, nilai Qh sebesar
0,364 yang kurang dari Qt sebesar 3,01. Artinya adalah kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang
memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan
memiliki minat belajar rendah. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa
pengelompokkan siswa berdasarkan minat belajar tinggi dan minat belajar rendah
memberikan efek ataupun pengaruh yang berarti terhadap perbedaan pendekatan
pembelajaran (quantum learning maupun ekspositori) dalam mempengaruhi
kemampuan mengapresiasi puisi siswa dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Seluruh hasil analisis yang telah diuraikan baik dengan analisis deskriptif
maupun dengan analisis inferensial, sangat beralasan untuk mengatakan bahwa
pendekatan pembelajaran terbukti secara signifikan dapat mempengaruhi
kemampuan mengapresiasi puisi siswa. Dalam hal ini pendekatan pembelajaran
yang paling efektif adalah quantum learning. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah karakteristik siswa berdasarkan minat belajar mereka karena pendekatan
pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik pada kelompok yang memiliki
minat belajar tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan yang sangat
signifikan antara kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh kelompok
siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan yang memiliki minat belajar
rendah.
Dilihat dari besarnya nilai kemampuan mengapresiasi puisi, kelompok
siswa dengan minat belajar tinggi secara relatif lebih tinggi daripada kelompok
siswa dengan minat belajar rendah dari masing-masing pendekatan quantum
learning dan pendekatan ekspositori, dan secara statistik perbedaan itu sangat
signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan mengapresiasi
puisi yang memiliki minat belajar tinggi adalah lebih baik dibandingkan dengan
kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah.
Secara rasional kondisi objektif ini dapat diterima dengan alasan bahwa mereka
yang memiliki minat belajar tinggi mempunyai tanggung jawab yang lebih besar
terhadap belajarnya daripada mereka yang memiliki minat belajar rendah. Siswa
dengan minat belajar tinggi mempunyai kesempatan yang lebih leluasa untuk
mengapresiasi puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, ditunjukkan bahwa temuan
dalam penelitian ini memperkuat teori bahwa pendekatan pembelajaran terbukti
berpengaruh secara signifikan pada kemampuan mengapresiasi puisi siswa di
samping juga minat belajar yang dimiliki siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan yang perlu
dikemukakan sebagai referensi bagi pembaca dan penelitian selanjutnya yang
relevan dengan penelitian ini. Keterbatasan yang dimaksud antara lain berikut ini.
Pertama, hasil penelitian ini maupun simpulannya hanya berlaku pada
siswa SMP Negeri 2 Sambirejo dan SMP Negeri 2 Gondang, Sragen yang
dijadikan subjek penelitian, sehingga simpulan penelitian ini relatif tidak bisa
digeneralisasikan untuk subjek yang memiliki karakteristik berbeda.
Kedua, variabel-variabel lain yang dapat mengganggu kemurnian hasil
penelitian eksperimen ini tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga bisa terjadi
simpulan penelitian ini bukan disebabkan variabel yang telah ditetapkan, apalagi
dalam ilmu sosial seperti bahasa. Namun, karena subjek penelitian adalah siswa
yang tidak dapat dibatasi perilakunya, kekhawatiran adanya komunikasi
antarsubjek ataupun variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi hasil
penelitian ini menjadi berkurang.
Ketiga, pengelompokkan tidak didasarkan oleh keseragaman terhadap
kemampuan awal subjek penelitian, tetapi hanya sekadar dikelompokkan
berdasarkan angket minat belajar pada saat penelitian. Sebaiknya, setiap subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
memiliki kemampuan awal sama sehingga perubahan yang terjadi benar-benar
akibat perbedaan pendekatan pembelajaran dan bukan karena faktor kemampuan
mereka yang berbeda. Dengan demikian, hasil penelitian ini masih harus
dicermati sebab kemungkinan adanya bias yang disebabkan oleh faktor seleksi
kelompok.
Keempat, jumlah sampel yang diteliti kurang dari 100 yang menyebabkan
jumlah tiap sel sangat sedikit, yaitu 15. Jumlah sel yang sedikit ini tidak
memenuhi syarat untuk disusun histogramnya. Akibatnya, distribusi frekuensi tiap
sel tidak dihitung.
Kelima, instrumen angket tidak dapat mengukur tingkat kejujuran
seseorang. Namun, hal ini dapat diantisipasi dengan menyusun pernyataan yang
mengarah pada pernyataan yang jujur dan positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan
di muka, dapat ditarik beberapa simpulan hasil penelitian berikut ini.
Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan
quantum learning lebih baik hasilnya daripada siswa yang diajar dengan
pendekatan ekspositori. Artinya, pendekatan pembelajaran mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, khususnya yang
menjadi subjek dalam penelitian ini.
Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi
lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Artinya minat
belajar siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
mengapresiasi puisi siswa, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini.
Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar
dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa.
Bertolak dari uraian dan penjelasan tersebut di atas, ditunjukkan bahwa
hasil penelitian ini memperkuat teori bahwa pendekatan pembelajaran terbukti
berpengaruh secara signifikan pada kemampuan mengapresiasi puisi siswa, di
samping juga minat belajar yang dimiliki oleh siswa.
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
B. Implikasi
Temuan penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor yang saling
berhubungan, antara lain: (1) Faktor dari guru, yaitu kemampuan guru dalam
mengembangkan pendekatan dan metode pembelajaran, mengembangkan dan
menyajikan materi, mengembangkan media pembelajaran, serta kemampuan
mengelola kelas; (2) Faktor dari siswa adalah antusias dan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran; (3) Faktor lingkungan yaitu terciptanya suasana
belajar yang kondusif sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam memahami
materi yang sedang disampaikan oleh guru. Di samping itu, siswa juga akan
tumbuh minat belajar yang tinggi.
Temuan penelitian ini juga menggambarkan bahwa pengaruh yang
signifikan dari interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar
terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, melahirkan beberapa implikasi
berikut ini. Pertama, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning
memiliki kemampuan mengapresiasi puisi lebih baik daipada siswa yang diajar
dengan pendekatan ekspositori. Pendekatan quantum learning merupakan cara
pembelajaran secar arti pembelajaran yang penuh
ai, menakjubkan, menyenangkan dan
pendekatan mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya diidentikkan dengan metode
ceramah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Perbedaan karakteristik kedua pendekatan di atas menyebabkan
kemampuan mengapresiasi puisi siswa berbeda. Siswa yang diajar dalam suasana
yang menyenangkan dan santai memiliki kemampuan mengapresiasi puisi yang
tinggi. Sebaliknya, siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori
menyebabkan siswa merasa jenuh dan kemampuan mengapresiasi puisinya
rendah.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, guru perlu mengupayakan
menerapkan pembelajaran yang inovatif. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi siswa, yaitu: (1)
menyosialisasikan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan yang salah satunya adalah pendekatan quantum learning di semua
jenjang sekolah dengan cara pelatihan maupun seminar-seminar; (2)
memberdayakan semua lapisan yang berkecimpung di bidang pendidikan untuk
menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan;
(3) memperluas wawasan dan pemahaman tentang pentingnya pengembangan
pembelajaran yang inovatif secara memadai, seperti memahami langkah-langkah
pembelajaran quantum learning dengan orkestra dan TANDUR.
Kedua, guru hendaknya berupaya menumbuhkan minat belajar siswa
untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi karena kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada
siswa yang memiliki minat belajar rendah. Temuan penelitian ini menandakan
bahwa kegiatan belajar yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
karena adanya dorongan minat untuk menguasai suatu kemampuan tertentu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
mengatasi masalah. Dalam hal ini minat belajar akan menimbulkan pencapaian
hasil belajar.
Bertolak dari temuan penelitian tersebut, minat belajar siswa harus
ditumbuhkan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat
belajar siswa sehingga kemampuan mengapresiasi puisi mereka bisa meningkat
yaitu, (1) memberikan apersepsi yang berupa pemberian pengertian kepada siswa
tentang semangat belajar untuk meraih kesuksesan; (2) memperdengarkan musik
sebelum kegiatan belajar berlangsung; (3) memberikan balikan atau koreksi setiap
pemberian tugas seperti tepuk tangan dan kata-kata yang membangkitkan
semangat (aplaus/reward) sehingga siswa terdorong untuk aktif belajar.
Apabila upaya-upaya di atas dilakukan dengan baik, terarah, terprogram,
dan dijadikan kegiatan berkala, barulah akan terlihat bahwa penumbuhan minat
belajar siswa akan menyebabkan peningkatan kemampuan mengapresiasi
puisinya.
C. Saran
Bertolak dari hasil penelitian dan implikasi yang telah dirumuskan tersebut
perlu diajukan saran-saran sebagai berikut. Pertama, sebagai fasilitator yang
menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, guru
disarankan agar: (1) memilih pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga siswa akan terdorong
untuk belajar puisi; (2) menciptakan suasana demokratis di lingkungan sekolah
sehingga dengan suasana dan lingkungan yang demikian, siswa akan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
mengembangkan kemampuan mengapresiasi puisinya; (3) meningkatkan minat
belajar siswa dengan menceritakan kisah tokoh-tokoh sukses dan
memperdengarkan musik yang tepat sebelum pembelajaran;
Kedua, penerapan KTSP di sekolah menuntut penetapan pendekatan-
pendekatan pembelajaran yang inovatif dan konstruktivistis. Oleh karena itu,
hendaknya sekolah menyediakan dana guna menunjang kegiatan siswa,
pengadaan media pembelajaran, seperti laboratorium bahasa, dan memfasilitasi
guru-guru bahasa untuk pelatihan teknologi pembelajaran.
Ketiga, peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian ini untuk
mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel bebas
(prediktor), sehingga faktor-faktor lain yang diduga memberikan kontribusi yang
sangat berarti terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa dapat diketahui
secara lebih komprehensif. Selanjutnya, dapat dikembangkan model pembelajaran
dengan pendekatan lain yang mengikuti landasan kontruktivisme sehingga dapat
memperkaya perbendaharaan pendekatan dan metode pembelajaran bagi guru di
Indonesia yang pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.