bab 4 revisi word 2007 diperpus

67
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan Data yang dianalisis dalam penelitian ini menitikberatkan pada pengkajian nomina majemuk bahasa Jepang yang mengalami perubahan fonem yang terdapat di dalam Novel Jepang yang berjudul Shinrei Tantei Yakumo pada chapter 1 hasil karya Manabu Kaminaga. Dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan 29 data yang dianalisis. Berikut ini adalah temuan data yang diperoleh setelah dilakukan pengumpulan data yang digambarkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Gambaran Data Temuan Nomina Majemuk yang mengalami perubahan fonemis beserta konstruksi pembentuk makna yang terjadi dalam Novel Shinrei Tantei Yakumo Chapter 1 karya Manabu Kaminaga. No Nomina Majemuk Unsur Pembentuk Proses Fonemis Konstruksi Pembentuk Makna Eksosent ris Endosen tris 1 大大 Ooguchi Mulut lebar Adjektiva dan Nomina Asimila si /k/-/g/ 2 大大大 Kobeya Adjektiva dan Disimil asi

Upload: sigitpangestutundan

Post on 01-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 TemuanData yang dianalisis dalam penelitian ini menitikberatkan pada pengkajian nomina majemuk bahasa Jepang yang mengalami perubahan fonem yang terdapat di dalam Novel Jepang yang berjudul Shinrei Tantei Yakumo pada chapter 1 hasil karya Manabu Kaminaga. Dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan 29 data yang dianalisis. Berikut ini adalah temuan data yang diperoleh setelah dilakukan pengumpulan data yang digambarkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Gambaran Data Temuan Nomina Majemuk yang mengalami perubahan fonemis beserta konstruksi pembentuk makna yang terjadi dalam Novel Shinrei Tantei Yakumo Chapter 1 karya Manabu Kaminaga.NoNomina MajemukUnsur PembentukProses FonemisKonstruksi Pembentuk Makna

EksosentrisEndosentris

1OoguchiMulut lebarAdjektiva dan NominaAsimilasi /k/-/g/

2 KobeyaKamar kecilAdjektiva dan NominaDisimilasi /h/-/b/

3 KoibitoPacar Adjektiva dan NominaDisimilasi /h/-/b/

4

Kogoe

Suara kecilAdjektiva dan NominaAsimilasi /k/-/g/

5Oodoori

Jalan rayaAdjektiva dan VerbaAsimilasi /t/-/d/

6 Jikka

Rumah orangtuaAdverbia dan NominaPFK /Q/

7 Tsumibukasa

Beratnya dosaNomina dan AdjektivaDisimilasi /f/-/b/

8 Tenjou

Langit-langit atau plafonNomina dan NominaDisimilasi /s/-/j/

9

Zoukibayashi

Hutan belukarNomina dan NominaDisimilasi /h/-b/

10

Karakkaze

Angin keringNomina dan NominaPFK /Q/

11

Mamedeppou

Senapan anakNomina dan NominaAsimilasi, Disimilasi, PFK /Q/

12 Hitode

Tenaga kerjaNomina dan NominaAsimilasi /t/-/d/

13 Futago

Anak kembarNomina dan NominaAsimilasi /k/-/g/

14 Kizuguchi

Lubang luka/ luka mengangaNomina dan NominaAsimilasi /k/-/g/

15 Taningoto

Urusan orang lainNomina dan NominaAsimilasi /k/-/g/

16 YuugureSenjaNomina dan VerbaAsimilasi /k/-/g/

17

Udegumi

Lipat lenganNomina dan VerbaAsimilasi /k/-/g/

18 Manazashi

Tatapan mataNomina dan VerbaAsimilasi /s/-/z/

19

Kabedzutai

Dinding penyampaianNomina dan VerbaAsimilasi /ts/-/dz/

20Tedzumari

Nomina dan VerbaAsimilasi /k/-/g/

21 Izakaya

Kedai minumanVerba dan NominaAsimilasi /s/-/z/

22

Deguchi

Pintu keluarVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

23

Kakurega

Rumah persembunyianVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

24

Egao

Wajah tersenyumVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

25 Dekigoto

PeristiwaVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

26

Nakigoe

Suara tangisanVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

27 IriguchiPintu masukVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

28

Zaregoto

LeluconanVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

29

Neguse

BerantakanVerba dan NominaAsimilasi /k/-/g/

Keterangan:PFK : Penyisipan Fonem Khusus (Q)As Dis PFK : Asimilasi, Disimilasi dan Penyisipan Fonem Khusus (Q)4.2 Pembahasan Pembahasan pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan cara menganalisis data pada bab metode penelitian. Analisis data berdasarkan tabel 4.1 yaitu menjelaskan proses pembentukan nomina majemuk, perubahan fonemis yang terjadi, serta menjelaskan bagaimana konstruksi pembentuk makna nomina majemuk pada sumber data.

(1) Ooguchi(STY. 55)Yakumo wa, iinagara ooguchi wo akete akubi wo suru.Yakumo menguap dengan mulut yang terbuka lebar-lebar sambil berucap.

Nomina majemuk ooguchi pada kalimat di atas memiliki arti mulut besar dengan kata lain mulut yang terbuka lebar, terbentuk dari dua kelas kata yaitu, kata oo yang berasal dari (ookii) besar yang merupakan adjektiva dan (kuchi) mulut yang merupakan nomina. Pada nomina majemuk ooguchi makna terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya yaitu mulut dan besar sehingga membentuk arti menjadi mulut besar, oleh karena itu kata ooguchi termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata ookii mengalami perubahan menjadi oo, sedangkan kata kuchi mengalami perubahan menjadi guchi. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

AdjektivaNominaOoguchimulut besar

OokiibesarKuchimulut

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kuchi berubah menjadi fonem /g/, perubahan fonem tersebut disebut dengan proses fonemis asimilasi. Sesuai dengan definisi asimilasi merupakan peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama di sini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(2) Kobeya(STY. 96)Hitotsu wa kaku kobeya no masutaakii.Salah satunya adalah kunci utama dari masing-masing kamar kecil.

Nomina majemuk kobeya pada kalimat di atas memiliki arti kamar kecil terbentuk dari dua buah kelas kata yaitu, ko kecil merupakan adjektiva dan heya kamar atau ruangan termasuk dalam kelas kata nomina. Pada nomina majemuk kobeya terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya yaitu kecil dan kamar atau ruangan sehingga membentuk arti menjadi mulut besar, oleh karena itu termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata ko tidak mengalami perubahan sama sekali, sedangkan heya mengalami perubahan menjadi beya. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

AdjektivaNominaKobeyaruangan kecil

KokecilHeya kamar atau ruangan

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /h/ pada morfem heya berubah menjadi fonem /b/, perubahan fonem tersebut disebut dengan proses fonemis disimilasi. Sesuai dengan definisi disimilasi merupakan peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi tidak sama. Tidak sama di sini direalisasikan pada jenis konsonan yang berbeda. Fonem /h/ dan /b/ berasal dari jenis konsonan yang berbeda. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /h/ yang merupakan bunyi konsonan frikatif glotal yang tidak bersuara (musei seimon masatsuon) berubah menjadi fonem /b/ bunyi konsonan hambat bilabial yang bersuara (yuusei ryooshin haretsuon).(3) Koibitokimi to boku wa tomodachi desuka?Ie, chigaimasujyaa, koibito?(STY. 27)Apa kamu dan aku, teman?Tidak, bukan teman.Berarti pacar?

Nomina majemuk koibito memiliki arti pacar terbentuk dari dua kelas kata, yaitu koi yang berasal dari koishii yang dicintai atau dikasihi termasuk ke dalam kelas kata adjektiva dan hito orang atau seseorang merupakan nomina. Makna nomina majemuk koibito yaitu pacar berasal dari kedua unsur pembentuknya, makna komponen pertama yang dicintai atau dikasihi bergabung dengan makna komponen kedua orang sehingga membentuk makna baru yaitu pacar dimana makna baru tersebut merupakan nama lain dari seseorang yang dikasihi atau pacar, sehingga nomina majemuk koibito dapat disimpulkan termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata koishii mengalami perubahan menjadi koi, sedangkan kata hito mengalami perubahan menjadi bito. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

AdjektivaNominaKoibitopacar

KoishiiYang dicintaiHito orang atau seseorang

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /h/ pada morfem hito berubah menjadi fonem /b/, mengalami proses fonemis disimilasi karena fonem /h/ berubah menjadi fonem merupakan peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi tidak sama. Tidak sama di sini direalisasikan pada jenis konsonan yang berbeda. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /h/ yang merupakan bunyi konsonan frikatif glotal yang tidak bersuara (musei seimon masatsuon) berubah menjadi fonem /b/ bunyi konsonan hambat bilabial yang bersuara (yuusei ryooshin haretsuon).(4) Kogoe(STY. 9)Youshi wa suguni kinoshita no yoko ni kakeyori, kogoe de mimiuchi suru.Youshi bergegas menghampiri kinoshita, membisikan dengan suara pelan. Nomina majemuk kogoe memiliki arti suara kecil terbentuk dari dua kelas kata yaitu ko kecil berasal dari kelas kata adjektiva dan koe suara merupakan nomina. Pada nomina majemuk kogoe makna terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya yaitu kecil atau pelan dan suara sehingga membentuk arti menjadi suara pelan, oleh karena itu termasuk kedalam kontruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, adjektiva ko tidak mengalami perubahan, sedangkan nomina koe mengalami perubahan fonem menjadi goe.Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

AdjektivaNominakogoesuara kecil

keciltidurkoesuara

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem koe mengalami perubahan menjadi fonem /g/ menjadi goe. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(5) Oodoori(STY. 42)Eki no kounai wo nukete kitaguchi wo dete, oodoori soi ni nihyaku meetoru hodo aruita tokoroni, sono byouin wa aru.Meninggalkan stasiun, keluar lewat jalur utara, kira-kira 200 meter sepanjang jalan utama dari tempat anda berjalan ini, akan ada rumah sakit itu. Nomina majemuk oodoori pada kalimat di atas memiliki arti jalan utama atau jalan raya terbentuk dari dua kata yaitu, oo berasal dari kata ookii besar merupakan adjektiva dan toori lintasan/jalan berasal dari verba tooru yang memiliki arti melintasi atau melewati yang dirubah ke dalam bentuk nomina. Makna yang terbentuk pada nomina majemuk oodoori merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya yaitu besar atau utama dan lintasan atau jalan sehingga membentuk arti menjadi jalan utama, oleh karena itu termasuk kedalam kontruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata ookii berubah menjadi oo, sedangkan kata tooru berubah menjadi doori.Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

AdjektivaVerbaOodooriJalan Utama

Ookii BesarToorumelewati atau melintasi

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /t/ dari morfem toori berubah menjadi fonem /d/, sehingga mengalami proses fonemis asimilasi karena terjadi perubahan yang hampir mirip dengan fonem yang mempengaruhinya. Proses morfofonologi yang terjadi, yaitu perubahan fonem /t/ yang merupakan bunyi konsonan hambat dental alveolar yang tidak bersuara (musei shikei haretsuon) berubah menjadi fonem /d/ yang merupakan bunyi konsonan hambat dental alveolar yang bersuara (yuusei shikei haretsuon).(6) Jikka(STY. 115)Haruka ga kazuhiko ni toitadasu to, kowaku natte jikka ni nigekaetteita no da to iu.Begitu ditanyakan ke kazuhiko, katanya haruka pergi melarikan diri karena ketakutan.

Nomina majemuk contoh (5) yaitu, jikka merupakan gabungan dari adverbial jitsu sebenarnya atau sebetulnya dan ka rumah merupakan nomina memiliki arti rumah orangtua. Makna pada nomina majemuk jikka, terdapat kesamaan makna pada nomina yang berada pada komponen kedua yaitu rumah dan makna adverbial yang terdapat pada komponen pertama sebenarnya nomina majemuk hilang, sehingga termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukannya, kata jitsu mengalami penghilangan silabel tsu sehingga menjadi kata ji dan mendapat penyisipan fonem khusus Q dari kata yang ada dibelakangnya sehingga menjadi nomina majemuk jikka. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

AdverbiaNominaJikka rumah orangtua

Jitsu SebenarnyaKa rumah

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi yaitu silabel /tsu/ pada morfem jitsu mengalami penghilangan sehingga berubah menjadi ji dan mendapat penyisipan fonem khusus Q dari fonem /k/ yang berasal dari morfem Ka menjadi nomina majemuk Jikka. Dapat disimpulkan bahwa timbulnya fonem khusus atau fonem rangkap /kk/ pada nomina majemuk jikka berasal dari fonem /ts/ yang merupakan bunyi konsonan hambat frikatif dental alveolar yang tidak bersuara (musei shikei hasatsuon) terdapat pada silabel tsu, bersinggungan dengan fonem /k/ bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) menyebabkan terjadinya penghilangan dan penyisipan fonem khusus Q. (7) Tsumibukasa(STY. 117)Kono saki no jinsei,zutto seoi tsudzukete iku de arou kotow o omou to, ima sara nagara ware ga mi no tsumibukasa wo majinawazu ni wa irarenakatta.Di kehidupan ini, jika kita terus berfikir merasa bersalah tanpa henti-hentinya menyalahkan diri, sekarangpun tak perlu lagi rasanya untuk menyalahkan diri atas beratnya dosa ini. Nomina majemuk tsumibukasa memiliki arti penuhnya dosa atau beratnya nya dosa terbentuk dari gabungan kelas kata nomina tsumi kesalahan atau dosa dan adjektiva fukai artinya dalam kemudian diubah kedalam kelas kata nomina menjadi fukasa dalamnya atau tingkat kedalaman. Makna yang hadir pada nomina majemuk tsumibukasa terdapat hubungan dengan makna nomina pada komponen pertama dan makna adjektiva yang ada pada komponen kedua nomina majemuk hilang, sehingga termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Kata tsumi tidak mengalami perubahan tetapi, kata fukasa menjadi bukasa. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaAdjektivaTsumibukasaberatnya dosa/penuhnya dosa

Tsumidosa/kesalahanFukaidalam/kedalaman

(8) Penggabungan dari kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi yaitu Fonem /f/ dari morfem fukasa berubah menjadi fonem /b/ menjadi bukasa, sehingga mengalami proses fonemis disimilasi karena terjadi perubahan fonem yang tidak mirip dengan fonem yang mempengaruhinya akibat dari penggabungan kata sebelumnya yaitu tsumi . Proses morfofonologi yang terjadi, yaitu perubahan fonem /f/ yang merupakan bunyi konsonan frikatif bilabial yang tidak bersuara (musei ryooshin masatsuon) berubah menjadi fonem /b/ yang merupakan bunyi konsonan hambat bilabial yang bersuara (yuusei ryooshin haretsuon).(9) Tenjyou(STY. 56)Tenjou made no takasa no idoushiki kyabinetto kisoku tadashiku narande iru.Disejajarkan dengan benar peraturan kabinet yang mengalami perpindahan sampai setinggi langit-langit.

Nomina majemuk tenjyou yang memiliki arti langit-langit atau plafon terbentuk dari dua kelas kata, yaitu ten yang berarti langit dan syou dinding keduanya sama-sama berasal dari nomina. Makna yang dihasilkan pada nomina majemuk tenjyou yaitu makna baru yang tidak diketahui hubungan ataupun kesamaan makna dengan masing-masing komponen pembentuknya, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk eksosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata ten tidak mengalami perubahan, sedangkan kata shou berubah menjadi jyou. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominaTenjyouLangit-langit/plafon

TenLangitShoudinding

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /s/ dari morfem syou berubah menjadi fonem /j/ sehingga menjadi morfem jyou, proses fonemis yang terjadi adalah proses fonemis disimilasi, hal tersebut terjadi karena fonem berubah tidak sama dengan ciri fonem sebelumnya. Proses morfofonologi yang terjadi adalah fonem /s/ bunyi konsonan frikatif dental alveolar yang tidak bersuara (musei shikei masatsuon) berubah menjadi /j/ bunyi konsonan frikatif alveolar-palatal yang bersuara yang dipakai pada tengah kata (yuusei shikei kookoogai masatsuon).(10) Zoukibayash(STY. 12)Sono daigaku no kyanpasu no hazureta, zoukibayashi ga aru.Keluar dari kampus perguruan tinggi itu, ada daerah hutan

Nomina majemuk zoukibayashi pada kalimat di atas memiliki arti hutan belukar terbentuk dari dua kelas kata yaitu, zouki belukar yang merupakan nomina dan hayashi yang memiliki arti hutan yang juga merupakan kelas kata nomina.

Makna baru yang hadir pada nomina majemuk zoukibayashi terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya yaitu belukar dan hutan, sehingga membentuk arti menjadi hutan belukar. Termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata zouki tidak mengalami perubahan sama sekali, sedangkan kata hayashi mengalami perubahan menjadi bayashi. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominazoukibayashihutan belukar

Zouki belukarhayashihutan

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /h/ pada morfem hayashi berubah menjadi fonem /b/, sehingga proses fonemis yang terjadi adalah fonemis disimilasi. Terjadinya proses fonemis tersebut terjadi karena fonem yang berubah tidak sama dengan ciri fonem sebelumnya akibat kata zouki yang ada didepannya. Ciri yang berbeda atau tidak sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang berbeda. Fonem /h/ dan fonem /b/ tidak berasal dari jenis konsonan yang sama. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /h/ yang merupakan bunyi konsonan frikatif glotal yang tidak bersuara (musei seimon masatsuon) berubah menjadi fonem /b/ yang merupakan bunyi konsonan hambat bilabial yang bersuara (yuusei ryooshin haretsuon).(11) Karakkaze (STY. 13)Karakkaze ga fuita seide, hiruma no uchi ni kumo wa zenbu naga sareteshimatta you da.Karena angin kering sudah bertiup, tampaknya awan sudah hanyut semua pada siang hari.Nomina majemuk karakkaze pada kalimat di atas memiliki arti angin kering terbentuk dari dua kelas kata yaitu, kara kosong yang merupakan nomina dan kaze angin yang juga termasuk kedalam kelas kata nomina. Makna pada nomina majemuk karakkaze berasal dari salah satu komponen pembentuknya, makna yang hadir berasal dari komponen kedua pembentuknya yaitu angin dan makna dari komponen pertama yaitu kosong sama sekali tidak terlihat, sehingga termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukannya, kata kara tidak mengalami perubahan, sedangkan fonem /k/ pada morfem kaze menjadi konsonan rangkap sehingga menjadi kkaze. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominakarakkazeangin kering

Kara kosongkazeangin

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Proses fonemis yang terjadi adalah penyisipan fonem khusus, penyisipan fonem khusus terjadi karena pertemuan antara morfem kara dengan kaze.

(12) Mamedeppo(STY. 82)Yakumo wa shibaraku hato ga mamedeppou demo kuratta youna kao wo shite ita ga, yagate koe wo oshikoroshite warai hajimeta.beberapa saat Yakumo memperlihatkan wajah yang tampak seperti merpati dimakan oleh senapan anak, tidak lama kemudian yakumo mulai tertawa memecah kesunyian

Nomina majemuk pada kalimat di atas, mamedeppo yang memiliki arti senapan anak dari dua kata yaitu mame cilik atau anak-anak kecil yang merupakan nomina dan kata teppo senapan yang juga termasuk ke dalam kelas kata nomina. Makna baru yang hadir pada nomina majemuk mamedeppou terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya yaitu cilik atau anak-anak dan senapan membentuk arti menjadi senapan anak, sehingga termasuk ke dalam kontruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata mame tidak mengalami perubahan, sedangkan kata teppou mengalami perubahan menjadi deppou. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominamamedeppousenapan anak

mame cilik atau anak-anak kecilteppousenapan

Jika ditelaah lebih lanjut lagi kata teppou yang memiliki arti senapan terbentuk dari dua morfem yang berasal dari kelas kata nomina yaitu tetsu besi dan hou senapan. Dalam pembentukannya menjadi nomina majemuk tersebut kata tetsu mengalami penghilangan fonem /ts/, sehingga hou berubah menjadi pou. Berikut penguraian pembentukan katanya :Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominadeppousenapan

tetsu besihousenapan

Dapat disimpulkan bahwa pembentukan kata majemuk mamedeppou senapan anak mengalami dua proses fonemis morfofonologi yaitu asimilasi, disimilasi dan penyisipan fonem khusus . Proses asimilasi terjadi pada fonem /t/ pada kata teppou berubah menjadi fonem /d/ setelah bergabung dengan kata mame yang ada dibelakangnya. Fonem /t/ dan /d/ berasal dari jenis konsonan dental-alveolar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /t/ yang merupakan bunyi konsonan hambat dental-alveolar yang tidak bersuara (musei shikei haretsuon) berubah menjadi fonem /d/ bunyi konsonan hambat dental-alveolar yang tidak bersuara (yuusei shikei haretsuon).

(13) Penyisipan fonem khusus [Q] dan proses disimilasi. Fonem /tsu/ pada morfem tetsu mengalami penghilangan, sehingga menyebabkan fonem /h/ pada kata hou yang merupakan bunyi konsonan frikatif glotal yang tidak bersuara (musei seimon masatsuon) mendapat penyisipan fonem Q menjadi /hh/ dan mengalami proses fonemis disimilasi perubahan fonem menjadi fonem /p/ bunyi konsonan hambat bilabial yang tidak bersuara (musei ryooshin haretsuon).(14) Hitode(STY. 57)Hitode ga tarinakute, nannin ka gakusei ga arubaito wo shitan.Tenaga kerja yang tidak mencukupi, entah sudah berapa mahasiswa yang melakukan kerja paruh waktu.Nomina majemuk hitode pada kalimat di atas memiliki arti tenaga kerja terbentuk dari dua kelas kata yaitu, hito orang yang merupakan nomina dan te tangan yang juga termasuk ke dalam kelas kata nomina. Makna tenaga kerja dan tangan membentuk makna baru yang hadir pada nomina majemuk hitode sama sekali tidak ada hubungan ataupun kesamaan makna dengan komponen pembentuknya, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk eksosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata hito tidak mengalami perubahan fonem sama sekali, tetapi menyebabkan kata te mengalami perubahan menjadi de. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominahitodetenaga kerja

hito orangtetangan

(15) Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /t/ pada morfem te berubah menjadi fonem /d/, proses fonemis yang terjadi pada perubahan fonem tersebut adalah asimilasi, karena bunyi atau fonem tersebut berubah menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama. Fonem /t/ dan /d/ berasal dari jenis konsonan hambat dental-alveolar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /t/ yang merupakan bunyi konsonan hambat dental-alveolar yang tidak bersuara (musei shikei haretsuon) berubah menjadi fonem /d/ yang merupakan bunyi konsonan hambat dental alveolar yang bersuara (yuusei shikei haretsuon).(16) Futago(STY. 32)Futago.Anak kembarNomina majemuk futago yang memiliki arti anak kembar terbentuk dari dua kelas kata yaitu, futa kembar yang merupakan nomina dan ko anak yang juga termasuk ke dalam kelas kata nomina. Makna pada nomina majemuk futago berasal dari komponen kedua pembentuknya yaitu kembar dan anak membentuk arti menjadi anak kembar, sehingga termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukannya, nomina majemuk tersebut kata ko mengalami perubahan menjadi go. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominafutagoanak kembar

futa kembarkoanak

(17) Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem ko berubah menjadi fonem /g/, perubahan fonem tersebut disebut dengan proses fonemis asimilasi, karena bunyi atau fonem tersebut berubah menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama. Fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan hambat velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(18) Kizuguchi (STY. 79)San senchi hodo no moroagatta kizuguchi ga atta.Ada luka menganga yang membengkak kira-kira 3 cm.

Nomina majemuk kizuguchi yang memiliki arti lubang luka atau luka menganga terbentuk dari dua kata yaitu, kizu luka yang merupakan nomina dan kuchi mulut yang juga termasuk ke dalam kelas kata nomina. Makna yang dihasilkan pada nomina majemuk kizuguchi adalah makna baru yang sama dengan makna salah satu unsur pembentuknya, dimana makna terbentuk berasal dari makna komponen pertama dan makna komponen kedua sama sekali tidak terlihat, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris.

Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata kizu tidak mengalami perubahan, sedangkan kata kuchi mengalami perubahan fonem mejadi guchi. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominakizuguchilubang luka atau luka menganga

kizu lukakuchimulut

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kuchi berubah menjadi fonem /g/, perubahan fonem tersebut disebut dengan proses fonemis asimilasi, karena bunyi atau fonem tersebut berubah menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama. Fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan hambat velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(19) Taningoto(STY. 88)Maru de taningoto no youna ni katatte iru. mengatakan seakan-akan urusan orang lainNomina majemuk taningoto memiliki arti urusan orang lain terbentuk dari dua kata yaitu, tanin orang lain merupakan nomina dan koto hal atau urusan juga termasuk ke dalam kelas kata nomina. Berdasarkan makna yang dihasilkan nomina majemuk taningoto yaitu urusan orang lain berasal dari kedua unsur pembentuknya yaitu urusan atau perihal dan orang lain, sehingga nomina majemuk taningoto dapat disimpulkan termasuk kedalam konstruksi makna endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata tanin tidak mengalami perubahan, sedangkan kata koto mengalami perubahan sehingga menjadi goto. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaNominataningotourusan orang lain

tanin orang lainkotohal, sesuatu, urusan

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem koto berubah menjadi fonem /g/, perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(20) Yuugure (STY. 49)Aki no yuugure wa dokutoku no iro wo dasu.Senja musim gugur, mengeluarkan warna yang unik.

Nomina majemuk yuugure memiliki arti Senja terbentuk dari dua kelas kata yaitu, yuu sore merupakan kelas kata nomina dan kure berasal dari verba kureru menjadi gelap yang kemudian diubah ke dalam kelas kata nomina sehingga menjadi kure. Makna nomina majemuk yuugure yaitu senja berasal dari kedua unsur pembentuknya, makna komponen pertama bergabung dengan makna komponen kedua sehingga membentuk makna baru yaitu senja dimana makna baru tersebut merupakan nama lain dari sore menjadi gelap atau senja, sehingga nomina majemuk yuugure dapat disimpulkan termasuk kedalam kontruksi makna endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata yuu tidak mengalami perubahan, sedangkan kata kureru mengalami perubahan menjadi kure dan kemudian berubah menjadi gure. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaVerbayuuguresenja atau sore menjadi gelap

yuu sorekurerumenjadi gelap

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kure berubah menjadi fonem /g/, perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(21) Udegumi(STY. 55)Yakumo wa neguse darake no kami wo, garigari to kakimawashi, udegumi wo shita.Yakumo, menggaruk-garuk rambutnya yang sangat berantakan karena kebiasaan tidur, kemudian menyilangkan lengannya didepan dada.

Nomina majemuk udegumi memiliki arti bersilang lengan terbentuk dari dua kata yaitu, ude lengan yang merupakan nomina dan kumi berasal dari verba kumu yang artinya menyilangkan. Makna baru yang hadir pada nomina majemuk udegumi terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata ude tidak mengalami perubahan, sedangkan kata kumi mengalami perubahan menjadi guchi. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaVerbaudegumibersilang lengan

ude lengankumumenyilangkan

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kumi berubah menjadi fonem /g/ menjadi gumi. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(22) Manazashi (STY. 114)Boku no akai hidari me wo kii no manazashi de miru yatsu to, sore wo riyou shiyou to suru yatsu.Orang melihat mata sebelah kiri yakumo yang merah dengan tatapan mata aneh, dia bermaksud untuk memanfaatkan hal itu (kekuatan yakumo).

Nomina majemuk manazashi memiliki arti tatapan atau pandangan mata terbentuk dari dua kata yaitu, mana yang berasal dari manako mata termasuk dalam kelas kata nomina dan kata sashi yang berasal dari verba sashu menunjuk. Makna yang dihasilkan pada nomina majemuk Manazashi adalah makna baru yang sama dengan makna salah satu unsur pembentuknya, dimana makna terbentuk berasal dari makna komponen pertama mata dan makna komponen kedua menunjuk sama sekali tidak terlihat, meskipun demikian masih termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris.Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata manako mengalami perubahan menjadi mana, sedangkan kata sashu dirubah ke dalam bentuk kelas kata nomina menjadi sashi dan bergabung dengan kata lain, sehingga mengalami perubahan menjadi zashi. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaVerbamanazashitatapan

manako matasasumenunjuk

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /s/ pada morfem sashi berubah menjadi fonem /z/ menjadi zashi, perubahan fonemis yang terjadi pada proses morfofonologi di atas yaitu asimilasi. Perubahan bunyi yang terjadi akibat dari bunyi dilingkungannya berubah menjadi bunyi yang sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Fonem /s/ dan //z/ berasal dari jenis konsonan frikatif dental-alveolar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, fonem /s/ merupakan bunyi konsonan frikatif dental-alveolar yang tidak bersuara (musei shikei masatsuon) berubah menjadi fonem /z/ yang merupakan bunyi konsonan frikatif dental-alveolar yang bersuara (yuusei shikei masatsuon).(23) Kabedzutai(STY. 18)Sannin wa, kabedzutai ni mondai no akazu no aida wo mezashitaTiga orang, tujuan diantaranya tanpa menimbulkan masalah pada dinding penyampaian.Nomina majemuk kabedzutai memiliki arti dinding penyampaian terbentuk dari dua kelas kata yaitu, kabe dinding yang merupakan nomina dan tsutai merupakan nomina yang berasal dari verba tsutau menyampaikan. Makna baru yang hadir pada nomina majemuk kebedzutai terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata tsutai mengalami perubahan menjadi dzutai, sedangkan kata kabe tidak mengalami perubahan sama sekali. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaVerbakabedzutaidinding penyampaian

kabe dindingtsutaumenyampaikan

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /ts/ pada morfem tsutai berubah menjadi fonem /dz/ menjadi dzutai, perubahan tersebut mengalami proses fonemis asimilasi. Proses fonemis asimilasi terjadi karena bunyi yang berubah sama atau memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama, fonem /ts/ dan /dz/ berasal dari jenis konsonan hambat frikatif dental-alveolar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, fonem /ts/ yang merupakan bunyi konsonan hambat frikatif dental-alveolar yang tidak bersuara (yuusei shikei hasatsuon) berubah menjadi fonem /d/ bunyi konsonan hambat frikatif dental-alveolar yang bersuara (yuusei shikei hasatsuon). (24) Tedzumari(STY. 59)[kore dake, boudai na shiryou wo teatari shidai shirabe you to suru nomo, juubun ni akireta koui desukedo] ikinari tedzumarida.Hanya ini, upaya untuk menyelidiki penunjang dokumen penting, meskipun dengan tindakan hebat sudah mencukupi tetapi tiba-tiba mengalami jalan buntu.Nomina majemuk tedzumari memiliki arti jalan buntu terbentuk dari dua kata yaitu, te tangan yang merupakan nomina dan tsumari merupakan nomina yang berasal dari verba tsumaru menghalangi. Makna baru yang hadir pada nomina majemuk tedzumari terbentuk merupakan gabungan dari makna masing-masing komponen pembentuknya, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, nomina tsumari mengalami perubahan menjadi dzumari, sedangkan kata te tidak mengalami perubahan sama sekali. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

NominaVerbatedzumarijalan buntu

te tangantsumarumenghalangi

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /ts/ pada morfem tsumari berubah menjadi fonem /dz/ menjadi dzumari, perubahan tersebut mengalami proses fonemis asimilasi. Proses fonemis asimilasi terjadi karena bunyi yang berubah sama atau memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama, fonem /ts/ dan /dz/ berasal dari jenis konsonan hambat frikatif dental-alveolar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, fonem /ts/ yang merupakan bunyi konsonan hambat frikatif dental-alveolar yang tidak bersuara (yuusei shikei hasatsuon) berubah menjadi fonem /d/ bunyi konsonan hambat frikatif dental-alveolar yang bersuara (yuusei shikei hasatsuon).

(25) Izakaya(STY. 102)Izakaya ka doko ka darou.Dimana berada kedai minuman.

Nomina majemuk izakaya memiliki arti kedai minuman terbentuk dari dua kelas kata yaitu, I yang berasal dari verba dan sakaya toko minuman keras yang merupakan nomina.

Makna yang hadir pada nomina majemuk izakaya terdapat hubungan dengan makna nomina pada komponen kedua yaitu toko minuman keras dan makna adjektiva yang ada pada komponen pertama nomina majemuk hilang, sehingga termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, kata iru mengalami perubahan menjadi I, sedangkan kata sakaya mengalami perubahan menjadi zakaya. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominaizakayakedai minuman

iruadasakayatoko minuman keras atau beralkohol

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /s/ pada morfem sakaya berubah menjadi fonem /z/ menjadi zakaya, perubahan fonem tersebut mengalami proses fonemis asimilasi. Proses fonemis asimilasi terjadi karena bunyi yang berubah sama atau memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama, fonem /s/ dan /z/ berasal dari jenis konsonan frikatif dental-alveolar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /s/ yang merupakan bunyi konsonan frikatif dental-alveolar yang tidak bersuara (musei shikei masatsuon) berubah menjadi fonem /z/ yang merupakan bunyi konsonan frikatif dental-alveolar yang bersuara (yuusei shikei masatsuon).

(26) Deguchi(STY. 30)Shinji rarenakereba, deguchi wa asoko da.Jika tidak percaya, pintu keluarnya ada di sebelah sana.Nomina majemuk deguchi memiliki arti pintu keluar terbentuk dari dua kelas kata yaitu, de yang berasal dari verba deru dan kuchi yang berarti mulut juga termasuk ke dalam kategori nomina.

Makna yang dihasilkan pada nomina majemuk deguchi adalah makna baru yang sama dengan makna salah satu unsur pembentuknya, dimana makna terbentuk berasal dari makna komponen pertama dan makna komponen kedua sama sekali tidak terlihat, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris.

Dalam pembentukan nomina tersebut, kata deru mengalami perubahan menjadi de, sedangkan kata kuchi mengalami perubahan menjadi guchi. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominadeguchipintu keluar

derukeluarkuchimulut

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kuchi berubah menjadi fonem /g/ menjadi guchi. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(27) Kakurega(STY. 79)Yakumo no kakurega de aru {eiga kenkyuudoukou kai} no ita.Aku berada diruang aula film yang ada di tempat persembunyian

Nomina majemuk kakurega memiliki arti rumah persembunyian terbentuk dari dua kelas kata yaitu, kakure yang berasal dari verba kakureru bersembunyi dan ka rumah merupakan nomina.

Berdasarkan makna yang dihasilkan berasal dari kedua unsur pembentuknya, sehingga nomina majemuk kakurega dapat disimpulkan termasuk kedalam kontruksi makna endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, verba kakureru berubah menjadi kakure, sedangkan nomina ka berubah menjadi ga. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominakakuregarumah persembunyian

kakurerubersembunyikarumah

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem ka berubah menjadi fonem /g/ menjadi ga. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).

(28) Egao(STY. 92)Egao wo ukaberu.Melayangkan senyuman di wajah

Nomina majemuk egao memiliki arti wajah tersenyum terbentuk dari dua kelas kata yaitu, e berasal dari verba emu tersenyum dan kao muka atau wajah yang merupakan kelas kata nomina. Berdasarkan makna yang dihasilkan berasal dari kedua unsur komponen pembentuknya, sehingga nomina majemuk egao dapat disimpulkan termasuk kedalam kontruksi makna endosentris. Dalam pembentukan nomina tersebut, verba emu berubah menjadi e, sedangkan kata kao berubah menjadi gao. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominaegaowajah tersenyum

emutersenyumkaowajah atau muka

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kao berubah menjadi fonem /g/ menjadi gao. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).

(29) Dekigoto(STY. 33)Amari ni totsuzen no dekigoto ni douyoushite, nakukoto mo sakebu koto mo dekinakatta.Karena kebingungan acara yang terlalu mendadak, mau menangis atau bahkan mau marah pun tidak mampu.

Nomina majemuk dekigoto memiliki arti peristiwa terbentuk dari dua kelas kata yaitu, deki berasal dari verba dekiru bisa, mampu dan koto hal atau sesuatu termasuk ke dalam kelas kata nomina. Makna yang dihasilkan pada nomina majemuk dekikoto yaitu makna baru yang tidak diketahui hubungan ataupun kesamaan makna dengan masing-masing komponen pembentuknya, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk eksosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, verba dekiru berubah mengalami perubahan ke dalam bentuk kelas kata nomina menjadi deki, sedangkan nomina koto mengalami perubahan fonem menjadi goto. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominadekigotoperistiwa

dekirubisa, dapat, mampukotohal, sesuatu

Penggabungan dari kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem koto berubah menjadi fonem /g/ menjadi goto. Proses fonemis yang terjadi adalah asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).

(30) Nakigoe(STY. 110)Sore wa, marude nakigoe no youni mimi ni hibiita.Suara itu, sangat jelas menggema ditelinga seperti suara tangisan.Nomina majemuk nakigoe memiliki arti suara tangisan terbentuk dari dua kelas kata yaitu, naki berasal dari verba naku yang artinya menangis dan koe suara termasuk ke dalam kelas kata nomina.

Makna yang terdapat pada nomina majemuk yang dihasilkan berasal dari kedua unsur komponen pembentuknya, sehingga nomina majemuk nakigoe dapat disimpulkan termasuk kedalam kontruksi makna endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, verba naku diubah kedalam bentuk nomina menjadi naki, sedangkan nomina koe mengalami perubahan menjadi goe. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominanakigoesuara tangisan

nakumenangiskoesuara

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem koe mengalami perubahan menjadi fonem /g/ menjadi goe. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(31) Iriguchi(STY. 66)Iriguchi kara sugu no tokoro ni chou teeburu to isu ga okareteiru.Letak Meja panjang dan kursi yang berada tidak jauh dari pintu masuk.

Nomina majemuk iriguchi memiliki arti pintu masuk terbentuk dari dua kelas kata yaitu, iri yang berasal dari verba iru memasuki yang merupakan nomina dan kuchi mulut juga termasuk ke dalam kelas kata nomina.

Makna yang dihasilkan pada nomina majemuk iriguchi adalah makna baru yang sama dengan makna salah satu unsur pembentuknya, dimana makna terbentuk berasal dari makna komponen pertama dan makna komponen kedua sama sekali tidak terlihat, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, verba iru berubah bentuk ke dalam kelas kata nomina menjadi iri, sedangkan nomina kuchi tidak mengalami perubahan kelas kata, tetapi hanya mengalami perubahan fonem menjadi guchi. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominairiguchipintu masuk

irumemasukikuchimulut

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kuchi mengalami perubahan menjadi fonem /g/ menjadi guchi. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).

(32) Zaregoto(STY. 13)Sonna zaregoto ga shinjitsu ni omoeru kurai shizukana yoru data.Leluconan seperti itu, seperti halnya malam yang tenang, serasa seperti apa yang dipikirkan sebenarnya.

Nomina majemuk zaregoto memiliki arti leluconan terbentuk dari dua kelas kata yaitu, zare berasal dari verba zareru yang memiliki arti bercanda yang merupakan nomina dan koto kata termasuk ke dalam kelas kata nomina.

Makna nomina majemuk zaregoto yaitu pacar berasal dari kedua unsur pembentuknya, makna komponen pertama bergabung dengan makna komponen kedua sehingga membentuk makna baru yaitu pacar dimana makna baru tersebut merupakan nama lain dari seseorang yang dikasihi atau pacar, sehingga nomina majemuk zaregoto dapat disimpulkan termasuk kedalam konstruksi makna nomina majemuk endosentris.

Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, verba zareru berubah bentuk ke dalam kelas kata nomina menjadi zare, sedangkan nomina koto tidak mengalami perubahan kelas kata, tetapi hanya mengalami perubahan fonem menjadi goto. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominazaregotoleluconan

zarerubercanda atau membuat leluconkotoperkataan atau kata

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalami proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem koto mengalami perubahan menjadi fonem /g/ menjadi goto. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).(33) Neguse(STY. 55)Yakumo wa neguse darake no kami wo, garigari to kakimawashi, udegumi wo shita.Yakumo, menggaruk-garuk rambutnya yang penuh berantakan karena kebiasaan tidur, kemudian menyilangkan lengannya didepan dada.Nomina majemuk neguse memiliki arti kusut atau acak-acakan terbentuk dari dua kata yaitu, ne yang berasal dari verba neru yang artinya tidur yang merupakan nomina dan kuse kebiasaan yang termasuk ke dalam kelas kata nomina.

Makna baru yang hadir pada nomina majemuk neguse sama sekali tidak ada hubungan ataupun kesamaan makna dengan komponen pembentuknya, sehingga termasuk ke dalam konstruksi makna nomina majemuk eksosentris. Dalam pembentukan nomina majemuk tersebut, verba neru berubah bentuk ke dalam kelas kata nomina menjadi ne, sedangkan nomina kuse tidak mengalami perubahan kelas kata, tetapi hanya mengalami perubahan fonem menjadi guse. Berikut ini merupakan proses penguraian pembentukan kata dan pembentukan maknanya:

Nomina MajemukHasil pembentukan kata

VerbaNominanegusekusut atau acak-acakan

nerutidurkusekebiasaan

Penggabungan kedua morfem tersebut mengalmi proses morfofonologi. Fonem /k/ pada morfem kuse berubah menjadi fonem /g/ menjadi guse. Perubahan fonem tersebut termasuk ke dalam proses fonemis asimilasi. Berubahnya sebuah bunyi sehingga menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada dilingkungannya, sehingga bunyi tersebut menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Ciri yang sama disini direalisasikan pada jenis konsonan yang sama. Pada data temuan ini fonem /k/ dan /g/ berasal dari jenis konsonan yang sama yaitu konsonan velar. Proses morfofonologi yang terjadi yaitu, perubahan fonem /k/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang tidak bersuara (musei nankoogai haretsuon) berubah menjadi fonem /g/ yang merupakan bunyi konsonan hambat velar yang bersuara (yuusei nankoogai haretsuon).