bab 4

Upload: ken-prahara

Post on 12-Jul-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV BA B I V PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DIWILAYAH STUDI DIWILAYAH STUDIDalam rangka pembuatan materi untuk menyusun skenario Film Layanan Masyarakat yang menggambarkan proses penyelenggaraan penataan ruang, selain mengacu kepada bahanbahan terkait seperti grand scenario gerakan kepedulian publik dalam penataan ruang serta peraturan perundang-undangan tentang penataan ruang juga dilakukan kajian tentang proses penyelenggaraan penataan ruang di wilayah studi. Sehubungan dengan kajian yang dilakukan, yang hasilnya akan digunakan sebagai materi untuk membuat Film Layanan Masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka sebagai kasus studi diadakan tinjauan terhadap 7 tujuh) kota, yakni: Kota Medan, Kota Bandar Lampung, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Balikpapan, Kota Pontianak, dan Kota Manado. Data-data dari ketujuh kota tersebut berupa data sekunder, yakni berupa dokumen tertulis/buku laporan; serta data primer, seperti pengamatan langsung di lapangan, wawancara/penyebaran kuesioner di lapangan. Kajian yang dilakukan tidak lepas dari hal-hal yang berhubungan dengan tipologi wilayah, nilainilai lokalitas wilayah, dan karakteristik kawasan yang terkait dengan penataan ruang. Dalam kaitannya dengan tipologi suatu wilayah/kota, dilihat dari aspek fisik geografisnya, maka terdapat adanya kota pantai/pesisir, kota pegunungan, kota di dataran rendah, kota di dataran tinggi. Kemudian dari fungsinya, maka antara lain terdapat adanya kota perdagangan, jasa, kota pariwisata, kota industri, kota pendidikan. Dengan adanya kondisi fisik yang berbeda, fungsi yang berbeda, adat istiadat setiap suku yang berbeda, maka akan memberi warna tertentu pada nilai lokalitas suatu wilayah/kota. Mengenai karakteristik kawasan, maka terdapat adanya: kawasan berkembang, kawasan

sedang berkembang, dan kawasan pengembangan baru. Dari perwujudan fisiknya, maka intensitas pembangunan di kawasan berkembang lebih besar dari pada kawasan sedang berkembang, dan intensitas pembangunan di kawasan sedang berkembang lebih besar dari pada kawasan pengembangan baru. Jika dilihat wilayah Indonesia secara keseluruhan, maka kawasan berkembang meliputi: Pulau Sumatera, Pulau Jawa; kawasan sedang berkembang:meliputi: Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi; dan wilayah di Indonesia bagian timur termasuk kawasan pengembangan baru.

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Di samping kajian di atas, dilakukan juga kajian yang berhubungan dengan pemahaman (masyarakat) terhadap penyelenggaraan penataan ruang. Untuk memperoleh informasi sehubungan dengan kajian tersebut, maka dilakukan penyebaran kuesioner/wawancara kepada pihak yang relevan. Pihak yang dimaksud dikelompokkan atas 2 (dua) kelompok responden, yaitu: aparat pemda dan masyarakat umum. Materi yang ditanyakan/diajukan pada dasarnya untuk memperoleh jawaban yang berhubungan dengan: tingkat pengetahuan masyarakat sehubungan dengan penyelenggaraan penataan ruang, pendapat masyarakat terhadap kegiatan penataan ruang yang ada, tingkat kesadaran masyarakat terhadap masalah penataan ruang serta pandangan masyarakat mengenai informasi penataan ruang.

4.1

Gambaran Penyelenggaraan Penataan Ruang di Kota: Medan, Bandar Lampung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Pontianak, Manado

4.1.1 Kota Medan 4.1.1.1. Gambaran Umum Kota Medan A. Kondisi Umum Kota Medan berada pada 3 30' - 3 43' Lintang Utara dan 98 35' - 98 44' Bujur Timur dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Batas administrasi Kota Medan adalah : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli Serdang : Kabupaten Deli SerdangKawasan pusat kota dengan ciri khasnya gedung Kantor Pos yang dibangun Thn 1911 dan Tugu

: Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

B. Kondisi Fisik Luas Kota Medan 30.028,8 hektar (300,288 km). Kota Medan merupakan salah satu dari 25 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pusat pemerintahan provinsi tersebut. Berdasarkan kondisi topografinya, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakaan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

IV - 2Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Secara geografis Kota Medan juga merupakan jalur sungai. Paling tidak ada 8 (delapan) sungai yang melintasinya. Adapun manfaat terbesar dari sungai-sungai ini adalah sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Penggunaan lahan di kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.1.1.1.1 Prosentase Luas Penggunaan Lahan di Kota Medan

Penggunaan Lahan Pemukiman Perkebunan Lahan jasa Sawah Perusahaan Kebun campuran Industri Hutan rawa

Prosentase (%) 36,3 3,1 1,9 6,1 4,2 45,4 1,5 1,8

Sumber : Kota Medan dalam Angka Tahun 2003, BPS Kota Medan

Kawasan Kota Medan yang termasuk dalam kawasan perkotaan Mebidang (Medan-BinjaiDeli Serdang) mencakup kawasan pantai timur berbatasan dengan Selat Malaka menuju arah selatan yang merupakan kaki Bukit Barisan. Dari segi morfologi, kawasan tersebut merupakan wilayah datar sampai landai dengan kelerengan kurang dari 3%, hingga daerah berbukit di bagian selatan dengan kelerengan lebih dari 16%. Kota Medan dikelilingi Kabupaten Deli Serdang, yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Di samping Kabupaten Deli Serdang, secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah lainnya yang juga Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli kaya akan SDA. Daerah-daerah tersebut adalah:

Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu, sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Dari posisi geografis ini, secara fisik telah mendorong perkembangan Kota Medan kedalam 2 (dua) kutub pertumbuhan, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.IV - 3Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2003 adalah 1.993.602 jiwa, dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 6.639 jiwa/km. Pertambahan penduduk Kota Medan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003 sebanyak 151.302 jiwa atau rata-rata 15.130 jiwa per tahun (jumlah penduduk Kota Medan tahun 1993 adalah 1.842.300 jiwa). Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kota Medan yang telah terdaftar di Departemen Tenaga Kerja adalah di sektor industri pengolahan, yaitu sebanyak 1.010 jiwa dari 1.340 jiwa total penduduk yang bekerja. Dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2003, jumlah penduduk yang bekerja tersebut meningkat tajam sebesar 23,95 % (tahun 1993 penduduk yang bekerja berjumlah 321 jiwa).Tabel 4.1.1.1.2 Jumlah Penduduk Yang Bekerja dan Terdaftar Menurut Lapangan Usaha Di Kota Medan Tahun 2003 Lapangan Usaha Pertanian, peternakan dan perikanan Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, hotel dan Restoran Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan bangunan/tanah dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan JumlahSumber: Kota Medan Dalam Angka 2003. BPS Kota Medan

2003 0 0 1.010 0 0 224 0 0 86 1.340

D. Perekonomian Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kota Medan, tercermin dari perekonomiannya. Pada tahun 2002, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus meningkat hingga mengalami pertumbuhan sebesar 4,5% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata yakni sektor penggalian 9,6%, keuangan 7,42%, pertanian 6,88%, listrik, gas dan air 6,67%. Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor terhadap pendapatan regional, pada tahun 2002 sektor perdagangan memberikan kontribusi yang sangat dominan (34,53%).IV - 4Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat kemakmuran masyarakat merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan Jumlah Penduduk. Pendapatan per kapita masyarakat Kota Medan menurut lapangan usaha tahun 2002 atas dasar harga konstan tahun 1993 mencapai Rp. 2.952.938,15.Tabel 4.1.1.1.3 PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 (Jutaan Rupiah)Lapangan Usaha Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Assuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB 404.884,18 425.353,68 434.873,52 5.549.453,20 447.041,19 5.799.222,07 5.003.957,97 5.274.101,21 1999 292.534,71 471,30 764.984,59 247.521,05 197.878,40 1.501.390,75 886.282,85 708.010,14 2000 320.107,65 588,52 789.853,54 259.689,31 228.275,59 1.558.782,52 973.479,07 717.971,33 2001 335.093,54 640,49 829.044,78 273.752,25 260.538,87 1.590.045,64 1.062.191,82 763.272,29 2002 358.156,08 701,97 833.173,03 292.001,85 271.095,83 1.651.985,79 1.126.497,67 818.568,66

Sumber: Kota Medan Dalam Angka, Tahun 2003. BPS Kota Medan

4.1.1.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Medan A. Produk Rencana Tata Ruang Kota Medan Produk Rencana Tata Ruang yang menjadi pedoman dalam penataan kota dan bangunan saat ini terdiri dari: a. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK) Tahun 1995 2005, yang saat ini sedang direvisi untuk masa 2005-2015, merupakan bagian dari Pola Dasar Pembangunan Kota Medan dalam aspek fisik yang disahkan dalam Peraturan Daerah No. 4 tahun 1995, memiliki ketelitian Peta skala 1 : 20.000; b. Rencana Sub Sub Wilayah (RSSW) yang telah ada sejak tahun 1978, memiliki ketelitian Peta skala 1 : 5.000 (setingkat RDTRK) sebanyak 66 lembar; c. Peta-peta Blad yang merupakan rencana teknis dan telah ada sejak lama, memiliki ketelitian Peta skala 1 : 1.000, mencakup wilayah pusat Kota Medan.

IV - 5Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Selain ketiga produk hukum tersebut, Perda RTRW Kota Medan menjadi pedoman dalam penyusunan Perda-Perda dan Surat Keputusan Walikota yang mengatur tentang penataan ruang kota Medan.

Gambar 4.1.1.2.1 Salah satu contoh Produk RTR Kawasan Mebidang

Selain Perda tentang RTRW Kota Medan, peraturan lainnya yang berkaitan dengan penataan ruang adalah : 1. Perda No. 9 Tahun 2002 tentang Izin Mendirikan Bangunan; 2. Perda No. 17 Tahun 2002 tentang Peruntukan Penggunaan Tanah; 3. Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342/3017/SK/2000, tentang Penyempurnaan Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342/382/SK/1989 tentang Pelaksanaan Perda Kota Medan No. 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan serta Penghijauan dalam Daerah Kota Medan; 4. Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342/382/SK/1989 tentang Pelaksanaan Perda Kota Medan No. 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan serta Penghijauan Dalam Daerah Kotamadya DT II Medan; Kota Medan termasuk dalam Kawasan Perkotaan Mebidang, sehingga dalam penyusunan rencana tata ruang untuk kawasan Mebidang tersebut dikoordinasikan oleh Gubernur Propinsi Sumatera Utara sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

IV - 6Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Pemanfaatan Ruang Kota Medan Dalam hal pelaksanaan penataan ruang (pemanfaatan ruang), dilakukan melalui kegiatankegiatan sektoral maupun terintegrasi, antara lain: Pembangunan jalan lingkar luar dan jalan-jalan penghubung (Jl. Setia Budi dan Jl. Marelan); terkait dengan proyek MMUDP yang telah rampung pada tahun 2003/2004; Pelestarian bangunan/lingkungan bersejarah yang dilakukan melalui revitalisasi (Kesawan, Titi Gantung dan Mesjid Raya Istana Maimoon) serta revisi perda; Penataan kawasan Jl. Ahmad Yani/Kesawan menjadi pusat jajan malam hari. Pada tahap II akan dikembangkan pula di Jl. Wazir; Penataan pasar ikan lama: pengembalian fungsi Jl. Ahmad Yani II dan relokasi pedagang/penjahit yang menggunakan jalan tersebut; Penataan pedagang Buku Titi Gantung sebagai kesatuan ruang Kesawan (fungsi Wisata); Penataan kawasan kumuh dan lalu lintas.Salah satu kawasan kumuh dibantaran sungai Jalan Suprapto Salah satu gedung bersejarah di Jalan Imam Bonjol

Selain pemanfaatan lahan untuk penataan ruang di atas, untuk menghindari perkembangan perkotaan yang terus meluas sejalan dengan kecenderungan perkembangan saat ini, maka perkembangan kawasan perkotaan Mebidang, khususnya Kota Medan, diarahkan membentuk pola ribbon (pita) dengan desentralisasi pusat-pusat pelayanan dan kegiatan ekonomi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya struktur ruang tersebut adalah: Pengembangan Kawasan Polonia di Kota Medan sebagai pusat Bisnis dan Keuangan Pengembangan Kota Binjai dan Lubuk Pakam sebagai kota mandiri yang mengimbangi perkembangan Kota Medan Pengembangan kawasan-kawasan prospektif ekonomi di Kawasan Pelabuhan Laut Belawan dan Bandar Udara baru Kuala Namu Pengembangan jalan tol Medan-Binjai dan Medan-Kuala Namu Perkembangan memita (ribbon development) antara pusat-pusat kegiatan Melihat perkembangan Kota Medan yang semakin pesat, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menetapkan perlunya penetapan wilayah Metropolitan Medan (Medan Metropolitan

Area/MMA) sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan, baik ditinjau dari segihomogenitas maupun fungsi ekonominya. Lingkup wilayah MMA atau Kawasan Perkotaan Mebidang ini meliputi Kota Medan, Kota Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang.IV - 7Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Penataan dan penyediaan wadah/ruang-ruang bagi kegiatan yang akan menunjang Kota Metropolitan dilakukan melalui: b. Rencana perluasan Kota Medan c. Pelaksanaan penataan ruang d. Pengendalian rencana tata ruang e. Peningkatan estetika kota f. Peningkatan pelayanan umum

Dengan pengembangan di atas, maka pemanfaatan ruang di Kota Medan sebagian besar dimanfaatkan sebagai pusat-pusat kegiatan perekonomian, dimana kegiatan ekonomi yang prospektif adalah di Medan kota inti (pusat bisnis dan keuangan), Belawan (industri dan pelabuhan laut), dan Kuala Namu (bandar udara).

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Medan Pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri dari pengawasan dan penertiban dilakukan oleh Bapeko dan instansi terkait. Untuk segi pengawasan diserahkan ke Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan. Pengawasan yang dilakukan dalam rangka menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang hendaknya dilakukan secara terus menerus. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan juga dengan pemberian perizinan yaitu melalui Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan. Pengendalian rencana/pemanfataan ruang dilakukan dalam bentuk: Penyesuaian dan evaluasi secara parsial rencana tata ruang dengan perkembangan kota yang terjadi. Kegiatan ini dilakukan dalam kajian khusus di Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kota Medan melalui upaya perubahan peruntukan, penghapusan rencana jalan, dispensasi GSB maupun aspek lainnya; Pengawasan dan penindakan (pembongkaran) bangunan bermasalah (tidak memiliki ataupun menyimpang IMB); Pengendalian kawasan resapan air (selatan) dengan koefisien Dasar Bangunan di Bagian Selatan Kota; Meminimalisir pembangunan rumah petak/ruko 4 (empat) lantai melalui cara disinsentif retribusi yakni tarif dua kali dari ketentuan (Perda No. 9 tahun 2002); Perda No. 17/2002 tentang pengendalian perubahan peruntukan tanah/penghapusan rencana jalan dan dispensasi GSB melalui pemberatan retribusi menjadi jauh lebih tinggi (berdasar SK Walikota Medan mengenai harga dasar tanah tahun 1995 menjadi berdasar NJOP) Mempermudah akses bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi rencana kota melalui :IV - 8Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

a. Informasi secara informal untuk mahasiswa, masyarakat umum, dunia usaha di kantor DTK dan TB lantai II; b. Informasi secara formal melalui Keterangan Rencana Peruntukan (KRP), dimana tarifnya telah dipermurah (Perda No. 17/2002).

4.1.1.3 Isu Permasalahan Kota Medan Selain memiliki potensi perkembangan kota, Kota Medan juga memiliki beberapa permasalahan di dalam penataan ruang. Permasalahan Kota Medan meliputi : Bidang Transportasi - Jaringan jalan yang belum terstruktur menurut kebutuhan hirarki jalan - Kemacetan lalu lintas - Penurunan kapasitas Bandara Polonia - Beban lalu lintas terusan - Penurunan kapasitas jalan lokal karena lokasi terminal angkutan antar kota di pusat kota - Manajemen lalu lintas belum mendukung rencana integrasi ruang ke dalam kawasan perkotaan Mebidang Bidang Sarana dan Prasarana a. Air Bersih - Masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih perpipaan - Tingkat kehilangan air yang cukup tinggi (30%) - Ketersediaan air dan kapasitas distribusinya masih rendah - Kualitas air sumur dangkal yang masih rendah: asin, berwarna dan berbau (akibat pencemaran). b. Drainase/Pengendalian Banjir - Banjir di Kota Medan bagian utara, melanda areal seluas 1.100 Ha, akibat aliran air yang lamban ke arah muara karena rendahnya beda ketinggian dan tingkat presipitasi setempat. - Pembangunan tanggul 25 tahunan yang menghadapi kendala teknis dari segi kapasitas konstruksi serta sarana bantuannya. - Tingkat kesadaran masyarakat untuk memelihara prasarana drainase masih rendah.IV - 9Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Salah satu banjir di Kota Medan yaitu di Jalan Putri Hijau akibat sistem drainase yang kurang baik Salah Satu kemacetan di kota Medan

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Bidang Struktur Ruang Kota - Perkembangan linier sepanjang rute yang memanjang; - Perkembangan kawasan kota yang cenderung ekstensif; - Banyaknya permukiman kumuh yang timbul di sepanjang kali/sungai yang tidak tertangani dengan baik.

Kawasan kumuh yang berada di Jalan Kejaksaan dan Jalan Suprapto, Kota Medan

- Pemanfaatan ruang kota yang tidak tertata dengan baik, seperti pemanfaatan fungsi perkantoran yang dicampur dengan fungsi perdagangan, fungsi pemerintahan dan perkantoran atau sebaliknya. - pemanfaatan lahan untuk permukiman yang ada di dekat bandar udara Polonia jaraknya sangat dekat ( 300 m), sehingga keberadaan permukiman sangat mengganggu ruang gerak penerbangan di bandar udara tersebut.Kawasan perdagangan yang tidak tertata dengan baik, dimana pemanfaatannya juga terdapat fungsi perkantoran

Lokasi permukiman di Padang Bulan yang dekat dengan Bandar Udara Polonia yang berjarak 300 meter

IV - 10Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pengembangan kawasan perkotaan Mebidang cenderung untuk membentuk suatu pola ruang yang ekstensif. Beberapa faktor yang mempengaruhinya dan perlu diantisipasi dalam pengembangan perkotaan tersebut antara lain: Pengembangan beberapa kota baru dan permukiman skala besar yang berada terlalu dekat dengan Kota Medan; Kegagalan pengembangan kota-kota kecil mandiri yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan terhadap kota-kota utama (Medan, Binjai, dan Lubuk Pakam); Pengembangan bandara baru di Kuala Namu, yang disertai dengan pusat pelayanan dan permukiman skala besar tanpa kawasan penyangga antara Kota Medan dan Kuala Namu; Pengembangan jalan tol baru yang menghubungkan Binjai-Medan-Kuala Namu Pengembangan jalan lingkar luar Kota Medan; Pengembangan jaringan jalan yang merangsang pengisian ruang secara ekstensif.

4.1.2

Kota Bandar Lampung

4.1.2.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung A. Kondisi Umum Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Letaknya yang strategis, karena sebagai daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Kota bandar Lampung berada pada Teluk Lampung, di ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5 20' - 5 30' Lintang Selatan dan 105 28' - 105 37' Bujur Timur. Luas wilayah Kota Lampung adalah 192,18 km dengan jumlah kecamatan sebanyak 13 kecamatan. Batas- batas administrasi Kota Bandar Lampung adalah: - Sebelah Utara - Sebelah Selatan - Sebelah Barat - Sebelah Timur : Kabupaten Lampung Selatan : Kabupaten Lampung Selatan, Teluk Lampung : Kabupaten Lampung Selatan : Kabupaten Lampung SelatanIV - 11Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Salah satu pintu masuk Kota Bandar Lampung dan Ciri Khas Kota Bandar Lampung

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Kondisi Fisik Kawasan perkotaan Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 700 m di atas permukaan laut dengan topografinya terdiri dari: 1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang 2. Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian utara 3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar Tanjung Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh gunung Balau serta perbukitan Batu Serampok dibagian timur selatan 4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian selatanKondisi fisik Kota Bandar Lampung yang Berbukit Batu

Di bagian tengah Kota Bandar Lampung mengalir sungai-sungai, dimana daerah hulu sungai berada di bagian barat, daerah hilir sungai berada di selatan yaitu pada dataran pantai. Luas wilayah yang datar sampai landai 60%, landai sampai miring 35%, sangat miring sampai curam 4%. Selain itu wilayah Kota Bandar Lampung sebagian merupakan perbukitan. Penggunaan lahan di Kota Bandar lampung sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian seluas 10.447,01 Ha atau 54,5% dari luas lahan seluruhnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.2.1.1.Tabel 4.1.2.1.1 Luas Penggunaan Lahan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2003 Jenis Penggunaan Lahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Permukiman Pertanian Hutan Rawa Perusahaan Industri Jasa-jasa lainnya Tanah Kosong tidak diperuntukan JumlahSumber: Kota Bandar Lampung Dalam Angka, Tahun 2003.

Luas (Ha) 5.971,67 10.477,01 482,01 9,75 406,55 256,30 375,85 1.201,39 38,02 19.218,55

% 31,07 54,52 2,51 0,05 2,12 1,33 1,95 6,25 0,20 100

IV - 12Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung adalah 790.895 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 41 jiwa/km. Pertambahan penduduk Kota Bandar Lampung dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 rata-rata pertahunnya adalah 16.049 jiwa. D. Perekonomian Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kota Bandar Lampung, tercermin dari perekonomiannya. Pada tahun 2003, laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung terus meningkat hingga mengalami pertumbuhan sebesar 14,52% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, sedangkan untuk tahun 2003 laju pertumbuhannya sebesar 6,96%. Ada beberapa sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata pada tahun 2003 yakni sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan 27%, perdagangan, hotel dan restoran 10,41%, serta pengangkutan dan komunikasi 8,26%. Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bandar Lampung, pada tahun 2003 masih sangat dominan berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 23,10%.Salah satu pusat perbelanjaan Kota Bandar Lampung Kawasan kegiatan perekonomian Kota Bandar Lampung

Pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat kemakmuran masyarakat merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita masyarakat Kota Bandar Lampung pada tahun 2003 mencapai Rp. 2.454.909,94,Tabel 4.1.2.1.2 PDRB Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 (Jutaan Rupiah)Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan tanpa Migas Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa erusahaan Jasa-jasa PDRB 2000 53.188 8.427 316.010 35.079 166.532 394.078 346.361 132.841 242.814 1.695.330 2001 45.596 8.796 323.095 43.199 171.217 402.548 378.711 123.877 251.524 1.748.563 2002 46.487 8.869 326.258 41.189 173.176 406.267 407.441 144.715 260.870 1.815.272 2003 46.611 9.011 322.782 40.473 180.276 48.542 441.083 183.788 269.010 1.941.576

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sumber: Pemerintah Kota Bandar Lampung, Tahun 2003.

IV - 13Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Ekspor produk hasil bumi yang menjadi andalan Kota Bandar Lampung adalah kopi, lada dan pisang. Pengiriman ekspor hasil bumi ini dilakukan melalui Pelabuhan Panjang, di mana pelabuhan ini merupakan pelabuhan satu-satunya pelabuhan ekspor yang dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Sarana ini merupakan salah satu penunjang kelancaran perdagangan di Kota Bandar Lampung.Salah satu pelabuhan yang ada di Kota Bandar Lampung

4.1.2.2 Isu Permasalahan Kota Bandar Lampung Isu permasalahan pembangunan Kota Bandar Lampung berkaitan dengan penataan ruang, antara lain adalah: Kemiskinan Kota, yang terdiri dari: - Permukiman Kumuh - Kualitas Lingkungan Permukiman Manajemen Kota, yang terdiri dari: - Penyelenggaraan Pelayanan Umum - Penyelenggaraan Pembangunan Kota Berbasis Masyarakat dan Keswadayaan - Penyelenggaraan Pemerintahan - Supremasi Hukum Lingkungan dan Tata Ruang - Pengerukan Bukit - Drainase - Sanitasi Wilayah Pantai

4.1.3

Kota Semarang

4.1.3.1 Gambaran Umum Kota Semarang A. Kondisi Umum Kota Semarang termasuk dalam kawasan strategis

Kedungsepur (Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kabupaten Grobogan). Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan, terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transpor udara yang merupakan potensi bagi simpul transport Regional Jawa Tengah dan kota transit Regional Jawa Tengah.IV - 14Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Salah satu cirri khas Kota SEmarang

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah. Kota Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis 6 5' - 7 10' Lintang Selatan dan 109 35' - 110 5' Bujur Timur. Letak geografi Kota Semarang ini dalam koridor pembangunan Jawa Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni koridor pantai Utara, koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Secara keseluruhan, luas wilayah Metropolitan Semarang adalah sekitar 33.711,93 Ha, yang terdiri dari 16 wilayah kecamatan. Penentuan batas wilayah metropolitan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: Pendekatan titik henti, dengan pertimbangan teori tempat pusat (central place), yang melibatkan variabel jarak dan jumlah penduduk Kondisi lahan terbangun, sebagai bahan pertimbangan pengaruh langsung kedekatan Kota Semarang dengan hinterlandnya. Kondisi lahan terbangun di Kota Semarang dan daerah sekitarnya menunjukkan adanya aglomerasi kegiatan dan fasilitas yang cukup tinggi di satu pusat (pusat pertumbuhan/growth centre) Adapun batas-batas administrasi Kota Semarang: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km : Kabupaten Semarang : Kabupaten Kendal : Kabupaten Demak

B. Kondisi Fisik Ditinjau dari topografinya, wilayah Kota Semarang terdiri dari dataran rendah (daerah

pantai) dan dataran tinggi (daerah perbukitan). Kota Semarang terletak pada ketinggian antara 0,75 sampai dengan 384,00 diatas permukaan laut (DPL). Di bagian Utara, yang merupakan pantai dan dataran rendah, memiliki kemiringan 0 - 2% sedang ketinggiannya bervariasi antara 0-3,5 M DPL. Di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan, dengan kemiringan 2 - 40% dan ketinggian antara 90 - 200 M DPL. Dilihat dari kemiringan lereng di Kota Semarang sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemiringan lereng yang datar dan landai (78,11%), agak curam (16,27%), curam (3,05%), dan terjal/sangat curam (2,57%).IV - 15Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Dari luas wilayah yang ada, terdiri dari 3.658 Ha (9,79%) tanah sawah dan 3.371 Ha (90,21%) bukan tanah sawah. Menurut penggunaannya, lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan/tanah untuk bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 39,45% dari lahan bukan sawah.Tabel 4.1.3.1.1 Luas Penggunaan Lahan Kota Semarang, Tahun 2002 Penggunaan Lahan Pekarangan & Bangunan Tegalan & Kebun Padang Gembala Tambak/Kolam Rawa Lain-Lain JumlahSumber: Kota Semarang Dalam Angka, Tahun 2002.

Luas (Ha) 13.298,07 9.377,06 651,62 115,81 1.881,34 8.388,03 33.711,93

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2003, mencapai 1.378.193 jiwa ada. Dari aspek pendidikan, dapat kita lihat bahwa rata-rata anak usia sekolah di Kota Semarang dapat melanjutkan hingga batas wajib belajar sembilan tahun, bahkan tidak sedikit yang lulus SLTA dan Sarjana. Meskipun masih ada sebagian yang tidak mengenyam pendidikan formal, namun demikian dapat dicatat bahwa pada tahun 2001 penduduk Kota Semarang telah bebas dari 3 (tiga) buta: buta aksara, buta angka dan buta pengetahuan dasar. Dengan komposisi struktur pendidikan demikian ini cukup mendukung perkembangan Kota Semarang, apalagi peningkatan kualitas penduduk yang selalu mendapat prioritas utama didalam upaya peningkatan kesejahteraan. Tingkat kepadatan penduduk memang belum merata, penduduk lebih terpusat di pusat kota. Jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebanyak 1.243.089 jiwa, dimana pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah pendidikan SD sebanyak 294.435 jiwa (23,68%) dan terendah adalah pendidikan Akademi/D3 sebanyak 46.894 jiwa. dengan pertumbuhan penduduk sejak tahun 2001 sebesar 2,09%. Jumlah usia produktif di Kota Semarang sekitar 68,25% dari jumlah penduduk yang

IV - 16Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tabel 4.1.3.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Semarang Tahun 2003 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Belum Tamat SD Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi/D.III Tamat Universitas Jumlah Jumlah 74.030 139.547 124.475 294.435 252.079 264.314 46.894 47.315 1.243.089 Prosentase 5,95 11,26 10,01 23,68 20,27 21,26 3,77 3,80 100

Sumber: Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2003

Dilihat dari mata pencaharian/lapangan kerja, jumlah

penduduk yang bekerja sebesar

818.805 jiwa, dimana terbesar adalah bekerja pada sektor industri sebanyak 179.833 jiwa.Tabel 4.1.3.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Semarang Tahun 2003 Mata Pencaharian Petani Sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS & ABRI Pensiunan Lain-Lainnya JumlahSumber: Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2003

Jumlah 22.208 19.055 2.227 17.824 179.833 132.302 77.417 28.398 87.585 37.322 216.634 818.805

% 2,71 2,33 0,27 2,18 22 16,20 9,45 3,47 10,7 4,56 26,5 100

D. Perekonomian Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2003 sebesar 5,11%. 5.405.239.394,-. pertumbuhan. Hampir seluruh paling sektor besar ekonomi pada Sedangkan PDRB menurut tahun 2001 mengalami sektor

lapangan usaha tahun 2002 berdasarkan atas dasar harga konstan tahun 1993 sebesar Rp. Sektor yang mengalami pertumbuhan adalah

pertambangan dan penggalian sebesar 8,41%, sedangkan yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian sebesar -9,66%.

IV - 17Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tabel 4.1.3.1.4 PDRB Kota Semarang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan tanpa Migas Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 2000 40.847.657 12.950.132 1.615.074.800 74.802.825 183.628.400 1.838.085.083 364.900.410 340.767.403 671.476.194 5.142.532.904 2001 36.903.643 14.039.210 1.705.755.277 77.331.070 196.230.349 1.913.163.001 397.260.566 350.124.304 714.431.974 5.405.239.394

Sumber: Pemerintah Kota Semarang, Tahun 2002.

PDRB per kapita, atau rata-rata nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing penduduk Kota Semarang pada tahun 2003 sebesar Rp. 4.088.523,-. Prasarana dan sarana perhubungan juga memegang peranan penting dalam rangka pengembangan perekonomian Kota Semarang. Pelabuhan laut Kota Semarang, yakni: Pelabuhan Tanjung Emas, melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk angkutan penumpang, melayani: Semarang, Jakarta, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur (Makassar). Pada masa mendatang pelabuhan ini mengusahakan penambahan kapal cepat untuk lintasan SemarangKarimunjawa. Juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkannya menjadi pelabuhan terpadu khusus untuk pelabuhan penumpang, yaitu pelabuhan yang bisa menampung seluruh kapal-kapal penumpang jalur reguler yang ada, termasuk kapal turis luar negeri. Untuk perhubungan udara, yaitu: Bandara Ahmad Yani, sebagai bandar udara nasional yang menghubungkan kota-kota besar di Indonesia. Melihat pola pergerakan yang dihubungkan dengan moda darat, laut, udara, dengan intensitas tinggi, maka Semarang menjadi wilayah yang berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi (di kawasan Kedungsepur). Tingginya pergerakan regional ini ditunjukkan pula oleh ketersediaan jalur angkutan umum regional menuju kota-kota besar, seperti: Tegal, Cirebon, Bandung, Jakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya, Malang, Denpasar, Magelang, Yogyakarta, Purwokerto, Cilacap, dan kota-kota di pulau Sumatera.

IV - 18Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

4.1.3.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota Semarang A. Perencanaan Tata Ruang Kota Semarang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Semarang Tahun 2000 - 2010 yang merupakan arahan bagi pemanfaatan ruang di wilayah Kota Semarang, merupakan hasil evaluasi/revisi RTRWK Semarang yang disusun tahun 1994/1995. Evaluasi/revisi rencana tata ruang ini sejalan dengan pasal 13 ayat (2) UU R.I No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa rencana tata ruang ditinjau kembali dan atau disempurnakan sesuai dengan jenis perencanaannya secara berkala. Penyusunan RTRWK Semarang Tahun 2000 2010 dilakukan dengan adanya masukanmasukan dari dinamika perkembangan aspek-aspek sosial, ekonomi yang berpengaruh pada pemanfaatan ruang wilayah. Dari segi kelembagaan, maka Bappeda berperan sebagai koordinator perencanaan pembangunan kota, dengan masukan materi berasal dari berbagai dinas atau sektor. Peranan Bappeda ini termasuk juga dalam hal menyusun rencana tata ruang kota Semarang. Konsepsi pengembangan tata ruang wilayah Kota Semarang, adalah: Menciptakan kondisi ruang kota yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan potensi sebagai simpul perkembangan nasional dan regional, dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing global; Menciptakan kondisi ruang kota yang mampu menciptakan perkembangan keterikatan potensi dan pusat pengembangan timbal balik dengan daerah metropolitannya (Kedungsepur); Mengembangkan ruang kota yang memacu perkembangan regional segitiga Semarang, Solo dan Jogyakarta (Joglosemar); Mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan lindung dan budidaya unuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan; Pemanfaatan ruang kota yang memberikan potensi bagi tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan dan sumber daya lokal; Mengembangkan karakteristik dan potensi ruang kota sesuai dengan kondisi fisik gegrafis yang berciri perbukitan kota atas, dengan hutan dan pertanian serta kawasan kota bawah dengan pengembangan garis pantai (water front development); Memelihara dan merevitalisasi semua potensi kesejarahan ruang kota yang menciptakan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang berkualitas. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Semarang beserta kota/kabupaten lain/wilayah di sekitarnya termasuk dalam wilayah Pengembangan Kawasan Semarang-Demak. Dalam hal ini, fungsi Kota Semarang adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).IV - 19Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

mampu

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kemudian kota lainnnya, yaitu: Kendal, berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL); Demak berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL); Ungaran berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL); Salatiga berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Purwodadi berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Berdasarkan sistem perkotaan Jawa Tengah, Metropolitan Semarang termasuk dalam Wilayah Pembangunan I, yang mencakup wilayah Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Demak. B. Pemanfaatan Ruang Kota Semarang Perkembangan Metropolitan Semarang terjadi seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk dan tuntutan akan fasilitas pelayanan yang dibutuhkan. Adanya keterbatasan lahan di wilayah Kota Semarang, sehingga menyebabkan terjadinya ekspansi ke daerah pinggiran Kota Semarang, yaitu Mranggen, Sayung, Kaliwungu, Boja, Ungaran, Pringapus dan Bergas.Pemanfaatan Ruang yang digunakan untuk Bangunan Bersejarah Di Kota Semarang

Wilayah pinggiran ini merupakan kota transisi, dimana terjadi peralihan dari struktur pertanian menuju industri, perdagangan dan jasa.

Keterbatasan lahan perumahan yang ada di Semarang menyebabkan disediakannya lahan cadangan untuk perumahan di sekitar Mranggen (Kabupaten Demak) dan daerah Boja (Kabupaten Kendal) yang mempunyai daerah terbuka yang cukup luas dan merupakan daerah cadangan resapan air tanah. Untuk perkembangan daerah industri lebih condong dipusatkan pada daerah Kaliwungu (Kabupaten Kendal) karena letaknya yang strategis dan didukung oleh sarana transportasi yang baik. Selain itu, perkembangan industri diarahkan pula di daerah Sayung (Kabupaten Demak) yaitu industri pengolahan, industri kimia dan aneka industri. Sejalan dengan struktur pemanfaatan ruang, maka dari jaringan transportasi (jalan) Kota Semarang meliputi: Arteri primer utama : Kota Semarang Bawen - Yogyakarta; Semarang Bawen - Solo; Arteri primer bagian utara : Weleri Kendal Semarang Demak; Kolektor primer : Semarang - Purwodadi. Terminal tipe A (antar kota antar provinsi); Terminal tipe B dan C tersebar di kota kecamatan; Terminal Pangkalan Truk Mangkang, Genuk, Watugong.IV - 20Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

Sedangkan terminal Kota Semarang terdiri atas: -

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pelabuhan laut Kota Semarang, yakni: Pelabuhan Tanjung Emas, melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk angkutan penumpang, melayani rute Semarang, Jakarta, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur (Makasar). Pada masa mendatang pelabuhan ini mengusahakan penambahan kapal cepat untuk lintasan Semarang Karimunjawa. Juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkannya menjadi pelabuhan terpadu khusus untuk pelabuhan penumpang, yaitu pelabuhan yang bisa menampung seluruh kapal-kapal penumpang jalur reguler yang ada, termasuk kapal turis luar negeri. Untuk perhubungan udara, terdapat Bandara Ahmad Yani, sebagai bandar udara nasional yang menghubungkan kota-kota besar di Indonesia. Melihat pola pergerakan yang dhubungkan dengan moda darat, laut, udara, dengan intensitas tinggi, maka Semarang menjadi wilayah yang berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi (di kawasan Kedungsepur). Tingginya pergerakan regional ini ditunjukkan pula oleh ketersediaan jalur angkutan umum regional menuju kota-kota besar, seperti: Tegal, Cirebon, Bandung, Jakarta, Surakarta, madiun, Surabaya, Malang, Denpasar, Magelang, Yogyakarta, Purwokerto, Cilacap, dan kota-kota di pulau Sumatera.

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Semarang Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang kota Semarang meliputi: Proses pengawasan/pemantauan, yaitu bentuk pengendalian terhadap melanggar peraturan perundangan yang berlaku. Proses penertiban/perijinan, yang mana pada proses ini terjadi penyaringan atau pengaturan agar pemanfaatan ruang sejalan/sesuai dengan kebijakan, peraturan yang berlaku. Dalam pengendalian pemanfaatan Kota Semarang, sasarannya adalah: Perlindungan terhadap kawasan lindung dari budidaya yang tidak diijinkan di atasnya. Pengarahan jenis dan intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang hendak dicapai. pemanfaatan ruang yang sudah terjadi, terutama terhadap bentuk-bentuk pemanfaatan yang

4.1.3.3 Isu Permasalahan Kota Semarang Transportasi Ketidakmampuan jalan kota dalam menampung pergerakan penduduk Tingkat kenyamanan masyarakat dalam memanfaatkan jasa angkutan umum mulai terganggu.

IV - 21Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

-

Keterbatasan dana untuk kegiatan pemeliharaan/peningkatan kualitas fisik badan jalan.

Sarana dan Prasarana a. Air Bersih - Terbatasnya sumber air baku yang berkualitas - Masih rendahnya kinerja pelayanan air bersih - Terbatasnya kapasitas sumber daya air dan masih minimnya upaya untuk memobilisasi sumber daya air potensial lainnya (sungai, bendungan, dan lain-lain) b. Drainase/Pengendalian Banjir - Naiknya muka air pasang, menimbulkan rob di Semarang Utara - Perubahan garis pantai, menyebabkan aliran air menjadi lebih panjang, naiknya muka air banjir dan pendangkalan di saluran drainase utama - Perubahan penggunaan lahan di Semarang Atas, menyebabkan berkurangnya daerah tangkapan air - Timbulnya banjir kiriman, sebagai dampak dari perubahan penggunaan lahan di Semarang Atas - Kurangnya pemeliharaan terhadap jaringan drainase kota, menyebabkan kemampuan dan kinerja sistem drainase semakin menurun - Kurang optimalnya pengelolaan DAS dan tingkat sedimentasi yang tinggi c. Persampahan - Masih belum jelasnya distribusi tugas dalam pengumpulan sampah - Terbatasnya kemampuan pemerintah kota dalam penanganan sampah kota - Terbatasnya lahan untuk TPA d. Sanitasi - Belum adanya sistem perpipaan air limbah, saluran terbuka air hujan digunakan pula sebagai saluran air limbah - Tingginya tingkat kepadatan penduduk serta kondisi tanah dan air yang tidak cocok untuk penggunaan septic tank (muka air tanah yang tinggi dan tanah kedap air) Timbulnya kawasan-kawasan kumuh kota, sebagai lokasi permukiman penduduk miskin perkotaan. Munculnya pedagang kaki lima, yang bergerak di bidang jasa/perdagangan, di beberapa ruas jalan kota. Banyaknya lokasi permukiman yang tidak sesuai dengan tata ruang (terutama perumahan informal yang dibangun oleh masyarakat).

IV - 22Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Permasalahan Ruang: - Kegiatan yang timbul di daerah-daerah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang, yang umumnya masih memanfaatkan fasilitas dan prasarana Kota Semarang, perencanaan dan penanganannya perlu diintegrasikan dengan Kota Semarang; - Karena pola pengendalian maupun sistem perencanaan yang belum jelas, maka acapkali menimbulkan masalah; - Perkembangan Kota Semarang yang melampaui batas administrasinya menyebabkan adanya pemanfaatan ruang yang tidak terkendali, peningkatan luas lahan terbangun, dan tundaan lalu lintas.

4.1.4 Kota Surabaya 4.1.4.1 Gambaran Umum Kota Surabaya A. Kondisi Umum

Kota Surabaya, yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur, adalah kota terbesar kedua dan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia. Kota Surabaya merupakan Pusat Perkembangan Wilayah Indonesia Timur. Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya juga merupakan pusat kegiatan dan pelayanan dalam lingkup regional.Buaya dan Ikan Hiu sebagai lambang Kota Surabaya

Wilayah Kota Surabaya terdiri atas 326 km2 daratan dan 226 km2 wilayah laut dengan total luas wilayah sekitar 552 km2 yang terbagi atas 31 Kecamatan dan 163 Kelurahan. Batas-batas administrasi Kota Surabaya adalah: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Selat Madura : Kabupaten Sidoarjo : Kabupaten Gresik : Selat Madura

Sebagai kota metropolitan Surabaya juga telah menjalin kerjasama Sister City dengan 3 kota di dunia, yaitu Busan (Korsel), Kochi (Jepang) dan Seattle (AS). Kesamaan geografis dan aktivitas kota mendorong terwujudnya kerjasama tersebut, diantaranya dalam bidang manajemen perkotaan dan perlindungan lingkungan hidup.

IV - 23Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Kondisi Fisik Dari segi penggunaan lahan, sampai dengan tahun 2001 kawasan terbangun di Kota

Surabaya mencapai 63% sedangkan sisanya merupakan kawasan tak terbangun meliputi sawah, tegalan, tambak dan tanah kosong (jenis-jenis penggunaan lahan Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 4.1.4.1.1). Dilihat dari kondisi fisik aspek permukiman, Kota Surabaya masih memiliki permukiman dengan kondisi yang kumuh dan liar (hunian liar). Rumah kumuh merupakan jenis hunian yang menempati tanah legal milik pemerintah dengan kondisi fisik yang dapat dikatakan kurang baik dan dalam tata ruang biasa disebut

slum. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh Laboratorium Permukiman ITS, rumahrumah kumuh ini sebagian besar berada di dekat pusat kegiatan, seperti: di sekitar pasar, pertokoan, pabrik/kegiatan industri.Tabel 4.1.4.1.1 Luas Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2001 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penggunaan Tanah Perumahan Sawah Tegalan Tambak Jasa Perdagangan Industri/Gudang Tanah Kosong Lain-Lain Jumlah Luas 13.711,00 3.506,19 1.808,90 4.982,71 2.982,06 573,32 2.370,38 1.784,90 918,29 32.637,75 % 42.00 10.74 5.54 15.26 9.13 1.75 7.26 5.46 2.81 99.95

Sumber: BPN Kota Surabaya, Tahun 2001

Keberadaan rumah-rumah kumuh telah menyebar di seluruh kecamatan. Dari hasil pengamatan, maka terlihat bahwa rumah-rumah kumuh di Kota Surabaya paling banyak terdapat di sepanjang pantai dengan mayoritas penduduknya adalah nelayan. Yang paling banyak adalah di wilayah Kenjeran dengan 6 lokasi kumuh, Kecamatan Benowo sebelah utara Surabaya yang juga dipesisir pantai dengan 5 lokasi kumuh Mengenai hunian liar, sebenarnya hunian liar identik dengan rumah kumuh, hanya saja hunian liar merupakan rumah kumuh yang dibangun diatas tanah yang tidak diperuntukkanIV - 24Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

untuk bangunan (misalnya daerah bantaran sungai). Hunian liar biasanya dibangun dekat dengan tempat usaha/kerja para penghuninya.Lokasi hunian liar di Kota Surabaya diantaranya terdapat di bantaran sungai Kalimas daerah Benowo dan Rungkut yang didominasi oleh perindustrian. Selain tempat-tempat tersebut, masih ada hunian-hunian liar yang tersebar dalam skala kecil seperti: ditepi rel kereta api, dan tempat-tempat yang peruntukan lahannya bukan untuk bangunan. Keberadaan hunian liar sangat mengganggu penataan ruang Surabaya. Penyebaran hunian liar terdapat di Kecamatan Benowo (Tambak Oso Wilangun), Gubeng (Ngagel Rejo), Wonokromo (Jagir), Sukolilo (Jangkungan dan Medokan Semampir), Rungkut (Kedung Beruk, Pebjaringansari, Wonorejo dan Kali Rungkut), serta Kecamatan Wonocolo (Sidoresmo).

C. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Surabaya berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 adalah 2.599.796 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 7.966 jiwa/km. Pada 10 tahun sebelumnya (tahun 1990) penduduk Kota Surabaya adalah 2.473.272 jiwa, dengan demikian maka pertumbuhan penduduk Kota Surabaya selama kurun waktu 10 tahun tersebut (1990 - 2000) adalah sebesar 0,50%. Saat ini Kota Surabaya dikenal sebagai kota budaya, pendidikan, pariwisata, maritim, industri dan perdagangan yang mengalami perkembangan pesat.

Surabaya tempo dulu dari ketinggian dan Gedung Grahadi

Surabaya memiliki masyarakat yang multi-etnis, perguruan tinggi-perguruan tinggi terkemuka, obyek-obyek pariwisata yang menarik, pelabuhan laut, pangkalan Armada TNIAL, Akademi Angkatan Laut (AAL), kawasan industri dan pusat-pusat perbelanjaan.

D. Perekonomian Dilihat dari struktur perekonomian, sektor industri memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Surabaya (34,22%), dan disusul sektor jasa, perdagangan, dan hotel (32,62%). Pada tahun 2004, pertumbuhan ekonomi Surabaya mencapai 4,31 %.IV - 25Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Status yang dimiliki Kota Surabaya sebagai kota industri dan perdagangan memang cukup pantas jika dilihat dari persentase kegiatan ekonomi daerah ini setiap tahunnya. Sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Surabaya. Pada tahun 2003 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar Rp. 4.396.962,04 dan sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar Rp. 4.447.707,52 terhadap PDRB Kota Surabaya (atas dasar harga konstan tahun 1993).

Jl. Basuki Rahmat, kawasan bisnis paling strategis di Surabaya

Maket jadi jembatan Suramandu

Tabel 4.1.4.1.2 PDRB Kota Surabaya Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 - 2003 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Penggalian dan Pertambangan Industri Pengolahan tanpa Migas Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRBSumber: Kota Surabaya Dalam Angka, Tahun 2003.

200228.495,76 973,87 4.320.345,95 502.148,87 1.160.580,20 4.174.996,16 2.282.492,06 1.101.389,18 990.645,55 14.562.067,60

200327.526,40 977,52 4.396.962,04 545.614,04 1.181.214,66 4.447.707,52 2.421.360,76 1.132.719,32 1.022.272,91 5.176.355,17

4.1.4.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang di Kota Surabaya Dalam proses penyelenggaraan penataan ruang, Kota Surabaya telah mengacu pada Permendagri Nomor 8 tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah. Proses penyusunan rencana tata ruang dikoordinasikan oleh BKPRD yang terdiri dari berbagai instansi terkait diantaranya Bappeko. Bappeko menyusun rencana tata ruangIV - 26Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

dengan melibatkan instansi terkait, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, dunia usaha. Selain itu Bagian Hukum juga dilibatkan dalam proses legalisasi rencana tata ruang. Rancangan Perda tentang RTRW yang disusun diajukan Walikota untuk dibahas oleh DPRD dan kemudian dijadikan Perda tentang RTRW Kota Surabaya. Dalam proses penyusunan rencana tata ruang Kota Surabaya, peranserta masyarakat telah diakomodasikan. Pengikutsertaan masyarakat ini mengacu kepada Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang. Pasal 3 Permendagri tersebut menyebutkan bahwa: penyusunan dan penetapan rencana tata ruang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan peranserta masyarakat, baik oleh orang seorang, kelompok orang, masyarakat hukum adat, kelompok profesi, kelompok minat, dan badan hukum.

A. Produk Rencana Tata Ruang Kota Surabaya Produk dari RTRW Kota Surabaya berupa Buku RTRW Kota Surabaya Tahun 2005, dan pada saat ini sedang disusun pula RTRW Kota Surabaya untuk tahun 2013. Disamping produk RTRW Kota Surabaya Tahun 2005 yang ada saat ini, terdapat juga RDTR dan RTRK yang mengacu pada RTRW dan berpedoman pada RUTR Kota Surabaya. Pedoman penyusunan RTRW Kota Surabaya mengacu pada Permendagri No. 2 Tahun 1987, tentang Pedoman penyusunan Rencana Kota yang menyebutkan bahwa hirarki perencanaan dalam lingkup kota adalah RUTRK, RDTRK dan terakhir RTRK. Selain itu mengacu juga pada Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, yang menyebutkan bahwa RTRW memiliki hirarki tertinggi, kemudian diikuti dengan penyusunan RDTR dan kemudian RTR. Berkaitan dengan penataan ruang di Kota Surabaya terdapat juga Perda No. 13 Tahun 1999 tentang Retribusi Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah yang dapat menciptakan potensi untuk mengakomodasi perubahan peruntukan lahan dan itu dapat berarti proses legalisasi dari penyimpangan rencana tata ruang.Gambar 4.1.4.2.1 Perspektif Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Di sisi Jembatan Suramadu

DI SISI SURABAYA IV - 27

DI SISI MADURA

Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

B. Pemanfaatan Ruang Kota Surabaya Berdasarkan data dari BPN, antara tahun 1999 hingga tahun 2001, pemanfaatan ruang Kota Surabaya mengalami perubahan, yaitu terjadinya pertambahan luas lahan untuk kawasan terbangun (terutama untuk permukiman, perdagangan dan industri). Dilain pihak lahan tak terbangun (berupa tanah kosong) mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena adanya pemekaran Kota Surabaya di bagian timur. Lahan tak terbangun lainnya (sawah) mengalami penyempitan. Hal ini terjadi karena lahan tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan terbangun seperti untuk permukiman dan kegiatan komersial lainnya. Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penataan ruang Kota Surabaya adalah penyusunan rencana pengembangan Kawasan Jembatan Suramadu. Kawasan tersebut akan dikembangkan untuk kegiatan pertokoan, perkantoran, hotel, convention centre, rekreasi pantai, dunia fantasi dengan fasilitas parkir. Dari segi transportasi akan dikembangkan sistem transportasi yang terpadu antara darat, laut dan udara. Untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu lintas akan dikembangkan angkutan massal dan selain itu akan dibangun jalan tol. Dalam rangka penataan S. Kalimas, di mana terdapat permukiman kumuh, akan dilakukan revitalisasi S. Kalimas. Penataan dan revitalisasi S. Kalimas sepanjang 12 km bertujuan untuk peningkatan kualitas lingkungan dan estetika kota serta kualitas sumber daya air. Selain itu dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan water front city.Apartemen, Kampung percontohan Jl. Bubutan serta Rumah susun Menanggal

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota Surabaya Dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang, salah satunya adalah dengan penerbitan IMB. IMB sendiri akan diterbitkan oleh Dinas Bangunan setelah permohonan pemanfaatan ruangnya disetujui oleh Dinas Tata Kota melalui sub Dinas Pelayanan Tata Ruang dan Arsitektural. Persetujuan Dinas Tata Kota diwujudkan dalam bentuk penerbitan syarat zoning yang selanjutnya diteruskan ke Dinas Bangunan untuk memproses IMB. Jika IMB sebagai dasar pembangunan fisik dilapangan tidak terkait secara langsung dengan RTRW Surabaya, maka persoalannya menjadi jelas bahwa setiap pelaksanaan pembangunan fisik di kota Surabaya tidak berpedoman langsung kepada RTRW Surabaya.IV - 28Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Pada saat ini rencana tata ruang yang ada di Kota Surabaya tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk menjadi pedoman dan arahan bagi setiap kegiatan pemanfaatan ruang. Hal ini terlihat sampai saat ini tidak pernah ada catatan aktivitas Sub Dinas Pengendalian dan Evaluasi Tata Ruang yang terkait dengan pengawasan dan pengendalian ruang, sementara aktivitas evaluasi tata ruang justru lebih sering dilakukan. Pada tahapan pengendalian pemanfaatan ruang, maka pihak-pihak yang terlibat antara lain BAPPEKO, Dinas Tata Kota, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Instansi Penyelenggara Perijinan Tata Ruang, Dinas Teknis dan anggota Masyarakat. Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang seperti dinyatakan dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 1998 pasal 16,17,18 akan meliputi kegiatan-kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan pemanfaatan ruang, peninjauan lapangan serta tindakan penertiban yang dapat berupa penertiban langsung dan penertiban tidak langsung. Pada penertiban langsung, tindakan yang dapat diberikan adalah sanksi administratif, sanksi pidana dan sanksi perdata. Sedangkan penertiban tidak langsung dapat dilakukan dengan pengenaan pajak/retribusi, pembatasan sarana prasarana dan penolakan ijin. Di Kota Surabaya kegiatan penataan ruang sebagian besar dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan BAPPEKO. Seperti dinyatakan dalam SK Walikota No. 35 Tahun 2001 tentang rincian tugas Dinas Tata Kota yang dinyatakan secara tegas bahwa tugas-tugas perencanaan pelaksanaan dan pengendalian tata ruang dilakukan hanya oleh Dinas Tata Kota Surabaya. Hal tersebut dipertegas dengan adanya Sub Dinas Perencanaan Tata Ruang yang bertugas untuk melaksanakan program dan perencanaan tata ruang, Sub Dinas Pelayanan Tata Ruang dan Arsitektur yang bertugas melakukan pelayanan tata ruang, Sub Dinas Pengendalian dan Evaluasi Tata Ruang yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian dan evaluasi tata ruang. Untuk operasional telah disusun rencana parsial, akan tetapi dalam rencana yang telah disusun terdapat beberapa inkonsistensi peruntukan lahan yang dominan, misalnya pada pengembangan Kawasan Gunung Anyar, dimana di dalam RTRW arahannya mixed use sedangkan RDTRK merencanakan pengembangan kawasan hunian. Luas inkonsistensinya adalah sekitar 350 ha. Sementara itu ditemukan pula inkonsistensi lainnya disepanjang Jalan Wiyung - Menganti dimana RTRW merekomendasikannya sebagai kawasan mixed use/hunian sedangkan RDTRK merencanakan pengembangan kawasan hunian. Luasan inkonsistensinya adalah sekitar 220 Ha. Total luasan inkonsistensi data ruang antara RTRW dengan RDTRK di kota Surabaya mencapai lebih dari 3.300 Ha. Rencana parsial disusun oleh Dinas Tata Kota untuk memenuhi melonjaknya permintaan pengembangan lahan di kota Surabaya. Kedalaman rencana parsial adalah sama dengan RTRK namun produk utamanya adalah peta skala 1 : 1.000 yang dimanfaatkan sebagaiIV - 29Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

acuan pengembangan lahan di lapangan, bukan dokumen RTRK seperti ketentuan Permendagri No. 2 Tahun 1987. Beberapa inkonsistensi peruntukan lahan yang ditemukan tidak seekstensif dan seintensif inkonsistensi yang terjadi antara RTRW RDTRK RTRK, karena luasan yang direncanakan dalam format rencana parsial relatif kecil. Kegiatan rencana penyusunan parsial baru dimulai tahun 1999 lalu dan sampai sekarang baru 7 kawasan yang telah disusun tata ruangnya. Total luasan inkonsistensi data ruang antara RTRW dengan rencana parsial di kota Surabaya mencapai lebih dari 130 Ha.Tabel 4.1.4.2.1 Luasan Inkonsistensi Data Ruang RTRW dengan Rencana Parsial Di Kota Surabaya No 1 2 3 4 Jeruk Semolowaru Semampir Kedung Cowek Lokasi RTRW 2005 Hunian Fasum Hunian Hunian JumlahSumber : RTRW Kota Surabaya

Partial Plan RTH Komersial Fasum Industri

Dimensi (Ha) 51.00 5.70 17.00 30.00 103.70

D. Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Kota Surabaya Keberhasilan pembangunan kota sangat tergantung pada keterlibatan masyarakat kota Surabaya. Pembangunan kota akan mampu melibatkan masyarakat jika pembangunan tesebut memberikan manfaat atau paling tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga pelaksanaan pembangunan (pengambilan kebijaksanaan) harus mampu merespon keinginan/aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden yang dipilih dari kelompok-kelompok masyarakat, maka diperoleh gambaran mengenai seberapa besar kesediaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kota Surabaya. Gambaran yang diperoleh adalah: Sebagian besar responden menjawab bahwa mereka mau berpartisipasi terhadap pembangunan kota, apabila pembangunan yang dilaksanakan mampu membuka peluang kerja. Jadi dalam hal ini keterlibatan masyarakat terhadap pembangunan lebih ditujukan bagi kepentingan finansial. Tetapi jika menyangkut pembangunan yang bersifat kegamaan, mereka mau berpartisipasi tanpa mementingkan segi finansial. Khusus untuk Etnis Cina, tidak ada perbedaan antara kegiatan yang bersifat rohani atau bukan, keterlibatan terhadap pembangunan selalu dikaitkan dengan segi finansial. Untuk kegiatan pembangunan yang menyangkut lingkungan tempat tinggal, hampir semua responden bersedia terlibat. Kesediaan mereka untuk berperanserta dalam kegiatan pembangunan terlihat sangat tinggi. Kegiatan pembangunan yang dimaksud,IV - 30Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

seperti: membuat jalan kampung, pembuatan tempat sampah, memelihara kebersihan kampung, pengadaan lampu jalan, peringatan hari-hari besar. Untuk kegiatan-kegiatan seperti ini masyarakat akan bersedia secara swadana, swakarsa dan tenaga.

4.1.4.3 Isu Permasalahan Kota Surabaya Hidrologi/Pengairan - Wilayah datar, rendah (pantai) dan menjadi daerah banjir di sebagian wilayah Kota Surabaya - Sumber air sungai tidak mengalir ke wilayah Surabaya; pada umumnya air sungai sudah tidak layak untuk air minum. Transportasi - Kondisi lalu lintas: macet; - Pelayanan pelabuhan Tanjung Perak sudah padat, hal ini berkaitan dengan terbatasnya lahan untuk pelabuhan; Pelayanan bongkar muat di pelabuhan, khususnya container relatif lambat (3 hari); - Tingkat kepadatan di Bandara Juanda sudah tinggi; - Masih belum memadainya kapasitas dan kualitas pelayanan sistem angkutan massal intra urban (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya dan Lamongan). Penataan Ruang Penataan ruang berkaitan dengan perencanaan, dimana beberapa perencanaan tidak terealisasi antara lain karena keterbatasan dana dan pembebasan lahan. Utilitas Kota Masih belum terpenuhinya kapasitas dan kualitas utilitas kota yang memenuhi standar (internasional). Perumahan/Permukiman Permukiman Kumuh/liar Sampah dan Pencemaran Banjir/genangan Kebersihan dan Lingkungan Drainase Kota Lingkungan Hidup Masih rendahnya kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota Surabaya.

IV - 31Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

4.1.5 Kota Balikpapan 4.1.5.1 Gambaran Umum Kota Balikpapan merupakan salah satu kota terbesar di Kalimantan Timur dan merupakan pusat pertumbuhan nasional di Kawasan Timur Indonesia. Dalam konteks rencana tata ruang nasional, kota Balikpapan memiliki kedudukan sebagai satu dari 8 (delapan) kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Luas wilayahnya 0,24% dari luas Provinsi Kalimantan Timur.Salah satu tugu di Kota Balikpapan

Batas- batas administrasi Kota Balikpapan adalah : Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : : : : Kabupaten Kutai Kartanegara Selat Makasar Selat Makasar Kabupaten Pasir

Luas wilayah Kota Balikpapan seluruhnya adalah 50.330,57 ha atau 503,35 km terdiri dari 5 kecamatan Pada tahun 1997 Kota Balikpapan secara resmi dimekarkan dari 3 kecamatan menjadi 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Balikpapan Timur; Kecamatan Balikpapan Selatan; Kecamatan Balikpapan Tengah; Kecamatan Balikpapan Utara; Kecamatan Balikpapan Barat.

A. Kondisi Fisik Dilihat dari topografinya, sekitar 85% wilayah Kota Balikpapan merupakan daerah yang berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada di tepi laut. Daerah diantara perbukitan umumnya berupa dataran yang sempit. Topografi Ditinjau daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan rata-rata 10-15% dengan relief kurang dari 100 m. dari kemiringan lerengnya, Balikpapan memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 0% (di wilayah pantai) sampai lebih dari 40% di daerah pedalaman yang berbukit. Persentase terbesar luas wilayah dengan kemiringan 0-2% seluas 22.181,19 Ha atau 43,895% dari luas total wilayah.Kemiringan Lereng yang bervariasi

IV - 32Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Kota Balikpapan yang terletak di tepi pantai, memiliki garis pantai sepanjang 80,4 km, meliputi Teluk Balikpapan dan pesisir yang berhadapan dengan Selat Makassar. Ditinjau dari ketinggiannya, kota Balikpapan memiliki ketinggian yang beragam dari 0 sampai 100 meter di atas permukaan laut. Wilayah terbangun kota Balikpapan umumnya terletak pada ketinggian 0-80 meter dari permukaan laut. Sebagian besar wilayah terbangun kota Balikpapan berada pada ketinggian 20 meter dpl. Potensi hidrologi yang terdapat di kota Balikpapan meliputi air tanah dan air permukaan (waduk dan sungai). Potensi air tanah termasuk dalam klasifikasi cukup baik. Kondisi topografi dan fisiografi wilayah yang berbukit, menyebabkan pola aliran tanah yang terbentuk mengalir dari wilayah bagian utara menuju ke arah bagian selatan kota. Potensi air permukaan berupa Waduk Manggar yang digunakan sebagai sumber air bersih kota Balikpapan dengan kapasitas 500 liter/detik dan baru dapat memenuhi kebutuhan air bersih 56% penduduk kota. B. Penggunaan lahan Penggunaan lahan di kota Balikpapan sebagian besar didominasi oleh penggunaan lain-lain, dapat dilihat pada Tabel 4.1.5.1.1Tabel 4.1.5.1.1 Penggunaan Lahan Kota Balikpapan Tahun 2005 No 1 Jenis Penggunaan Tanah Pemukiman, terdiri dari : Perumahan Perusahaan Perkantoran,pertokoan Kawasan pertamina Bandara Sepinggan Lapangan Golf Land clearing Pertanian, terdiri dari : Sawah Kebun campuran Kebun kelapa Karet Tegalan Ladang Tambak waduk IV - 33Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik Waduk Manggar yang digunakan sebagai sumber air bersih

Luas 5.578,50

(%) 10,65

2

9.133,75

18,05

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

No 3 4

Jenis Penggunaan Tanah Hutan, terdiri dari : hutan belukar hutan rawa Lain-lain, terdiri dari : semak alang-alang danau rawa pasang surut jalan, saluran, sungai Total

Luas 14.565,75 21.053,24

(%) 28,94 42,78

50.331,35

100,00

Sumber: Bappeda, Kota Balikpapan 2005

C.

Penduduk

Jumlah penduduk mencapai 537.479 jiwa (Laporan Interim Penyusunan RTRW Kota Balikpapan 2005-2015, tahun 2005), dengan struktur penduduk yang berlatar pendidikan, pekerjaan dan etnis yang heterogen. Jumlah penduduk tidak/belum terdistribusi secara merata, dan masih memusat di Kecamatan Balikpapan Selatan ( 35% dari jumlah total penduduk). Jumlah penduduk serta kepadatan penduduk per kecamatan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.1.5.1.2.

Kepadatan penduduk dan warga sekitar di Kecamatan Balikpapan Selatan

Tabel 4.1.5.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2004 No 1 2 3 4 5 Kecamatan Balikpapan Barat Balikpapan Selatan Balikpapan Utara Balikpapan Timur Balikpapan Tengah Total Laki-laki 45.379 99.808 53.586 26.593 60.192 285.558 Perempuan 40.204 86.787 47.337 23.425 54.168 251.921 Jumlah 85.583 186.595 100.923 50.018 114.360 537.479 Kepadatan (jiwa/Km) 170 3.894 764 378 500 515

Sumber : Monografi Kelurahan Tahun 2004, diambil dari Lap. Interim RTRW Kota Balikpapan 2005

IV - 34Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

D.

Perekonomian

Perkembangan PDRB Kota Balikpapan pada tahun 2002 berdasarkan harga konstan 1993 cenderung mengalami peningkatan, dimana dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2002 laju pertumbuhan ekonominya sebesar 54,73%. Sedangkan untuk tahun 2002 sendiri pertumbuhan ekonomi naik sebesar 6,84%. PDRB Kota Balikpapan didominasi oleh sektor industri pengolahan sebesar Rp. 1.878.768 (juta) atau 43,43%. Sedangkan laju pertumbuhan terbesar diberikan oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 13,99%. Pendapatan per kapita Kota Balikpapan pada tahun 2003 mencapai Rp. 8.890.430,823,Tabel 4.1.5.1.3 PDRB Kota Balikpapan Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 - 2003 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 1. Pertanian, Peternakan, dan Perikanan 2. Penggalian dan Pertambangan 3. Industri Pengolahan tanpa Migas 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRBSumber: Bappeda Kota Balikpapan , Tahun 2002.

2002 44.953,69 298.742,59 1.776.314,50 32.180,07 273.392,39 916.971,00 451.958,86 123.924,80 130.666,38 4.049.104,28

2003 47.987,88 314.232,17 1.878.768,51 29.816,70 293.526,20 985.753,25 493.291,72 141.266,88 141.262,52 4.325.905,83

Pendapatan Kota Balikpapan pada tahun 2003 sebesar Rp. 435.416.585.000,- dengan persentase terbesar diterima dari sektor industri pengolahan sebesar 37,12%.

4.1.5.2 Penyelenggaraan Penataan Ruang di Kota Balikpapan Sejak diresmikannya sebagai wilayah administrasi pada tahun 1959, Kota Balikpapan telah memiliki rencana tata ruang yang berdimensi jangka panjang (20 tahun) yaitu tahun 19741994 dan jangka menengah (10 tahun) yaitu tahun 1994 2004. Pemerintah Kota Balikpapan dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya telah mempunyai beberapa Perda Kota Balikpapan tentang penataan ruang, yaitu : a. Perda Kota Balikpapan No 24 Tahun 2000 tentang Bangunan.IV - 35Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

b. Perda No. 15 Tahun 2001 tentang RTRW Kota Balikpapan Tahun 2000-2010 c. Perda No. 27 Tahun 2001 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai d. Perda No. 4 Tahun 2002 Tentang Larangan dan Pengawasan Hutan Mangrove Pada saat ini RTRW Kota Balikpapan tahun 2005-2015 sedang disusun untuk menggantikan RTRW Kota Balikpapan tahun 1994-2004 yang telah habis masa berlakunya. Visi Balikpapan dalam jangka panjang adalahTerwujudnya Balikpapan Sebagai Kota Industri, Perdagangan,

Jasa dan Pariwisata Dalam Nuansa Kota Beriman. Dengan visinya tersebut kota Balikpapansangat tergantung pada aktivitas eksploitasi sumur migas oleh beberapa perusahaan minyak. Balikpapan merupakan pusat industri pengilangan minyak wilayah Kalimantan dan Sulawesi yang mensuplai kurang lebih 30% kebutuhan BBM nasional untuk Indonesia bagian timur. Selain memiliki potensi alam migas, potensi kelautan Balikpapan cukup besar yaitu meliputi sumberdaya perikanan, pesisir dan laut serta industri pariwisata. Selain itu di sisi sebelah utara ke selatan Laut Jawa terbentang pantai yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan samudera, yaitu wilayah yang terletak di Selat Makassar dan Laut Sulawesi. Sehingga aktivitas yang akan terjadi di perairan pesisir dan laut Balikpapan ditambah dengan keberadaan aktivitas di hulu akan sangat besar, sehingga dalam penyelenggaraannya perlu dilaksanakan dengan prinsip lestari. Kegiatan pembangunan di bagian hulu kota Balikpapan selama ini diwarnai dengan

kegiatan pembukaan lahan untuk pembangunan pemukiman/perumahan dan kepentingan ekonomi seperti pusat-pusat perbelanjaan serta perkantoran. Aktivitas pembangunan tersebut perlu dikelola secara benar sesuai dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu dalam menyusun RTRW-nya, masyarakat turut dilibatkan sejak dari awal prosesnya dan prinsip optimalisasi smber daya baik di hulu maupun di hilir. Pemerintah Kota Balikpapan menyusun RTRW 2005-2015 dengan muatan materi yang berbeda dan prosesnya yang lain dari sebelumnya.

A.

Penyusunan RTRW Kota Balikpapan tahun 2005 - 2015 RTRW Kota Balikpapan pelaksanaannya dimulai tahun 2004. Dalam

Penyusunan

penyusunannya terdapat 4 hal yang baru penyusunannya yaitu mengintegrasikan tata ruang darat dan laut, data yang digunakan berbasis pada sistem informasi geografis (SIG), mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan pendekatan berbasis pada DAS (Daerah Aliran Sungai) dan prosesnya diperkaya dengan melibatkan publik/masyarakat melalui konsultasi publik. Diharapkan dengan peranserta publik/masyarakat melalui konsultasiIV - 36Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

publik ini dapat dihasilkan RTRW yang sesuai dengan harapan masyarakat, meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak kekurangan baik dalam substansi maupun prosesnya. Penyusunan RTRW Balikpapan memiliki tantangan yang cukup berat sesuai dengan perkembangan dan kedudukan kota Balikpapan dalam konteks nasional, regional maupun lokal. Tantangan tersebut antara lain: a. Dalam konteks nasional kota Balikpapan memiliki kedudukan sebagai salah satu dari 8 (delapan) kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Konsekuensi dari kedudukan tersebut ialah bahwa pembangunan prasarana atau infrastruktur kota setidaknya harus memiliki hirarki pelayanan regional bahkan nasional. b. Sebagai kota yang pernah menduduki peringkat kedua kota paling kondusif untuk investor, maka kota Balikpapan banyak dilirik oleh para investor untuk menanamkan modalnya sesuai dengan potensi kotanya. Oleh karena itu rencana tata ruang yang disusun harus dapat mengakomodasikan kepentingan-kepentingan investasi agar dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi warganya. c. Penyusunan RTRW ini memuat hal yang relatif baru, yaitu tata ruang yang mengintegrasikan aspek daratan dan aspek pesisir laut (coastal-marine). Oleh karena itu tantangan dengan yang dihadapi ialah bagaimana harus mengakomodasikan berbagai kepentingan pengelolaan kawasan pesisir dan pantai yang menjadi kewenangan kota berbagai permasalahan yang dihadapi seperti polusi, permukiman kumuh, pengrusakan mangrove, kegiatan industri di kawasan pesisir dan lainnya. d. Kendala limitasi atau keterbatasan wilayah, khususnya wilayah darat. Kawasan kota Balikpapan 85 % wilayahnya terdiri atas kawasan perbukitan, sehingga perlu dilakukan pengaturan tata ruang yang sebaik-baiknya. Pemanfaatan ruang di kota Balikpapan haruslah sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan/lahan yang baik sehingga tidak menimbulkan dampak yang sangat merugikan, seperti terjadinya longsor dan banjir. e. Keberadaan Hutan Lindung Sungai Wain dan Hutan Lindung Manggar yang tetap harus terus dijaga keberadaannya. Oleh karena itu, dalam pengaturan rencana tata ruang, zoning peruntukan untuk kawasan sekitarnya harus jelas dan tidak boleh bertentangan dengan keberadaan kedua hutan lindung tersebut. f. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang diakibatkan adanya pendatang (migrasi dari luar daerah) di Provinsi Kalimantan Timur termasuk di Balikpapan sebagai konsekuensi bagi daerah yang sedang berkembang. Oleh karena itu pengaturan tata ruang harus dapat memprediksi pertumbuhan penduduk dan perkiraan jumlah penduduk pada setiapIV - 37Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

kawasan, sehingga tidak terjadi pemusatan penduduk hanya berada pada satu kawasan yang tidak sesuai dengan daya dukung fisik lingkungan dan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

B.

Proses Konsultasi Publik Dalam Penyusunan RTRW Kota Balikpapan

Dalam penyusunan rencana tata ruangnya Pemerintah Kota Balikpapan melibatkan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam UU 24 Tahun 1992 dan PP 69 Tahun 1996. Pelibatan masyarakat dilakukan dengan mengadakan konsultasi publik, di mana masyarakat dilibatkan sejak tahap awal perencanaan. Kebijakan yang berhubungan dengan penataan dan pemanfaatan ruang kota tergolong pada kebijakan publik karena mempengaruhi publik baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, keterlibatan publik dalam kegiatan yang terkait dengan kebijakan publik akan sangat penting. Hal ini dilakukan agar kebijakan yang diambil sesuai dengan aspirasi masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya diawasi juga oleh masyarakat. Karena pemanfaatan ruang dilakukan oleh berbagai pelaku pembangunan dimana masingmasing dapat berperan sebagai pelaku utama pembangunan, maka pelibatan masyarakat dan swasta dalam pemanfaatan ruang kota berarti mengikutsertakan masyarakat dan swasta dalam perumusan dan penetapan kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan ruang perkotaan yang dilakukan oleh pelaku utama. Jadi, pelibatan masyarakat dan swasta tidak hanya dalam proses pengambilan keputusan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah, namun juga dalam pengambilan keputusan pemanfaatan ruang oleh pelaku utama masyarakat dan swasta. Kegiatan konsultasi publik dilakukan dengan berbagai kegiatan mulai dari diskusi komunitas kecil sampai dengan diskusi terbuka dengan jumlah peserta yang cukup banyak. Selain itu diadakan berbagai pameran, lomba bagi pelajar dalam rangka penyusunan RTRW Kota Balikpapan.

Suasana lomba gambar bagi pelajar SD Tentang harapan mereka untuk kotanya.

Diskusi dilakukan juga di mushola

IV - 38Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

Tahapan konsultasi publik dalam penyusunan RTRW Kota Balikpapan dapat dilihat pada

Diagram 4.1.5.2.1. Pemda Kota Balikpapan membangun kemitraan dengan Ditjen Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil DKP serta Mitra Pesisir untuk menyusun RTRW tersebut. Dalam konsultasi publik pelaksanaannya dibantu oleh Mitra Pesisir.

Suasana Pembelajaran dalam proses konsultasi publik dalam rangka penyusunan RTRW Kota Balikpapan

Diagram 4.1.5.2.1 Tahapan Penyusunan RTRW Kota Balikpapan Tahun 2005-2015 Pembuatan Acuan oleh Bappeda Proposal Tender Penjabaran Visi Misi Kota. Program / masukan dari masing-masing instansi pemerintah Input awal arahan Pemkot 10 tahun ke depan. KP melalui media, pembagian KP; Wilayah berdasar DAS dan Kelompok Kepentingan (Stakeholders) Penelitian Fisik dan Sosek Input Masyarakat

PERSIAPAN

ARAHAN Pemerintah

Inception Report

Konsultasi Publik (KP) 1

KONSULTAN

Draft Interim

Konsultasi Publik (KP) 2 Pembahasan draft interim (Klarifikasi Input) DRAFT FINAL

KP Perda

LEGALISASI

PERDA

Sumber : Bappeda Kota Balikpapan, 2005

IV - 39Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

C. Keuntungan/Hal Hal Positif Bagi Pemerintah Pelaksanaan Kegiatan Konsultasi Publik (KP) dan Penyusunan RTRW dirasakan sebagai suatu hal yang positif dan merupakan implementasi dari Komitmen Pemerintah Kota untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (Good Governance). Beberapa hal yang positif tersebut antara lain pemerintah : a. b. c. d. Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan. Mulai membuka diri/transparansi dalam proses perencanaan sehingga akan dapat mengurangi terjadinya konflik dalam pelaksanaan/implementasinya. Mulai aspiratif dalam pembuatan kebijakan pemerintah kota. Akomodatif pemerintah terhadap pendapat dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. sehingga mengurangi kesenjangan antara masyarakat dengan

Suasana dalam pelaksanaan konsultasi publik dalam penyusunan RTRW Kota Balikpapan, dalam proses perumusan issue permasalahan kota Balikpapan.

-

Bagi Masyarakat dan Stakeholder lainnya a. b. c. d. Masyarakat dan Swasta ditempatkan sebagai salah satu stakeholder dalam proses penataan kota. Kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi dalam proses penataan kota. Mengetahui dan memahami proses perencanaan tata kota secara utuh. Mengetahui dan memahami proses pengambilan keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam suatu penataan ruang kota.

D. Beberapa Hambatan Perlunya pelatihan tentang tata ruang wilayah/ kota untuk memberi dasar dalam menjembatani proses konsultasi public ke masyarakat Keterbatasan keterlibatan narasumber.

IV - 40Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

-

Kurangnya alat Bantu yang memudahkan proses KP, seperti : peta, gambar, leaflet dll (terutama bagi masyarakat umum). Metodologi KP terdahulu memungkinkan aspirasi dari para stakeholder kurang terarah

E. Kesimpulan Pembelajaran Proses Konsultasi Publik Proses konsultasi publik adalah salah satu cara melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi masyarakat secara aktif dalam pembangunan. Dengan proses ini diharapkan akan meningkat kepercayaan dirinya, ditandai dengan adanya

peningkatan jumlah masyarakat yang berpartisipasi, meningkatnya kualitas dan kunatitas masukan yang diberikan untuk pembangunan, dan perubahan sikap menjadi lebih peduli pada setiap langkah pembangunan Kemauan untuk terbuka dalam memberikan informasi dan keterangan pembangunan oleh Pemerintah akan membuahkan hasil pada bertambahnya wawasan dan pengetahuan Pemerintahan, undangan; Faktor ketepatan memilih perwakilan dan proses penggalian ide dan masukan menjadi penting karena akan berpengaruh pada keterwakilan suara kelompok masyarakat serta kualitas ide dan masukan yang diberikan. F. Pemanfaatan Ruang di Kota Balikpapan Pemanfaatan ruang meliputi pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya dan kawasan lindung. Dalam menetapkan kawasan lindung yang dijadikan acuannya adalah Keppres 32/1990. Kawasan lindung di kota Balikpapan meliputi: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, yaitu hutan lindung; b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas kawasan sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau kota. c. Kawasan suaka alam hayati dan cagar alam; d. Kawasan rawan bencana; e. Ruang terbuka kota/taman. Di kota Balikpapan terdapat 2 kawasan lindung yaitu Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Balikpapan Utara seluas 9.782,8 Ha dan kawasan Hutan Lindung Sungai Manggar (HLSM) yang termasuk dalam Kecamatan Balikpapan Utara dan Balikpapan Timur dengan luas 5.049.5 Ha. Dalam kawasan HLSMIV - 41Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

masyarakat, peningkatan

meningkatnya jumlah

kepercayaan yang

masyarakat

terhadap dalam

masyarakat

berpartisipasi

pembangunan, dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

berada Waduk Manggar yang menjadi salah satu pemasok air bersih untuk warga kota Balikpapan. Kawasan HLSW merupakan DAS S. Wain dengan Sub DAS Bugis. HLSM meskipun tidak sepopuler S. Wain, tetapi sangat strategis karena mensuplai kebutuhan air bersih kota Balikpapan yaitu bagi 70 % penduduk kota. Hutan Lindung DAS Manggar sebagai salah satu penyangga kota Balikpapan yaitu sebagai daerah tangkapan air untuk Waduk Manggar. Penggunaan lahan di kawasan tersebut berupa hutan lindung, meskipun demikian pada kawasan ini terdapat penduduk yang bermukim baik di sekitar maupun di dalam kawasan hutan. Masyarakat melakukan kegiatan perambahan kawasan areal berhutan dengan melakukan penebangan liar dan perladangan, sehingga mengakibatkan terjadi perubahan fungsi lahan menjadi tegalan, kebun campuran serta sawah semakbelukar/alang-alang. Permasalahan tersebut dapat mengganggu fungsinya sebagai hutan lindung. Penggunaan lahan HLSW didominasi oleh hutan primer (49 %) dan alang-alang (43,9%), selain itu terdapat sawah, ladang dan hutan mangrove (0,3%).

Kawasan Hutan Lindung di Balikpapan

Permasalahan pada kawasan hutan lindung di kota Balikpapan adalah : Rawan kebakaran hutan; Penebangan liar; Pengalihan fungsi lahan; Penambangan batu bara di sekitar hutan lindung yang berakibat rusaknya dan hilangnya air tanah di kawasan Waduk Manggar; Belum ada jalan inspeksi dan masyarakat yang bermukim di sana berbatasan langsung dengan hutan lindung. Jalan inspeksi berfungsi untuk pengawasan dan pengendalian terhadap penduduk yang bermukim secara sporadis; Belum adanya batas penegasan hutan lindung dan kawasan penyangga (buffer

zone), sehingga masyarakat belum tahu persis keberadaan dan fungsi hutanlindung.

IV - 42Penyiapan Bahan Kampanye Publik dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang melalui Media Cetak dan Elektronik

____________________________________________________________________ Kemajuan

Laporan

-

Pada musim hujan terjadi erosi, dan musim kemarau lahan tersebut kering dan rawan akan kebakaran

Di Balikpapan terdapat 14 hutan kota dengan luas total 62.4071 Ha, yang terdiri dari 5 jenis : Hutan kota Hutan mangrove Hutan wisata/wana wisata Agrowisata

Green beltkawasan Belt Unocal Balikpapan

Luas hutan kota tersebut bervariasi, yang terluas

Selatan seluas 29,574 Ha dan yang terkecil hutan kota di Kel. Sepinggan seluas 0,2920 Ha. Luas total hutan kota hanya 0,12 % dari luas total, masih jauh dari standar berdasarkan PP No. 63/2002 yang menyatakan bahwa hutan kota luasnya 10 % dari wilayah perkotaan. Hutan