bab 3 pihak yang terlibat dalam manajemen proyek - konstruksi

11
1 MANAJEMEN PROYEK (TS2-416) DIKTAT DI SUSUN OLEH: Mahfud, S.Pd, MT NIDN. 0002116606 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN 2013

Upload: nurhasanah

Post on 10-Nov-2015

738 views

Category:

Documents


90 download

DESCRIPTION

MANAJEMEN PROYEK

TRANSCRIPT

  • 1

    MANAJEMEN PROYEK (TS2-416)

    DIKTAT

    DI SUSUN OLEH:

    Mahfud, S.Pd, MT NIDN. 0002116606

    JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

    2013

  • 1

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    BAB III

    PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM MANAJEMEN PROYEK (KONSTRUKSI)

    3.1 Pengertian Umum 3.1.1 Prinsipal (Bouwheer, Owner)

    Yang dimaksud dengan principal atau bouwheer atau owner atau pendiri bangunan atau

    pemberi tugas adalah adalah yang akan memiliki bangunan.

    Prinsipal biasanya:

    a. Orang biasa (perseorangan).

    b. Wakil dari sesuatu instansi (dinas).

    c. Wakil dari sesuatu organisasi atau koperasi.

    d. Wakil dari sesuatu organisasi atau koperasi.

    3.1.2 Perencana (designer, architect)

    Yang dimaksud dengan perencana adalah ahli bangunan yang biasa disebut arsitek yaitu

    perorangan atau badan yang mempergunakan keahliannya dan berdasarkan surat perintah

    tugas dari principal, mengerjakan perencanaan bangunan. Perencana dapat berbentuk

    perorangan yaitu seorang ahli arsitek (insinyur-arsitek), biro-biro perencana (biro-

    arsitek) dan kadang-kadang jawaban teknik.

    3.1.3 Kontraktor (pemborong, contractor, aannemer)

    Yang dimaksud dengan pemborong bangunan adalah perusahaan-perusahaan yang

    bersifat perseorangan yang berbadan hokum atau badan hukum yang bergerak dalam

    bidang pelaksanaan pembangunan.

    3.2 Hubungan Kerja antara Prinsipal, Perencana, dan Kontraktor Hubungan antara principal dan perencana bias dikatakan seperti hubungan antara dokter

    dan pasiennya atau juga antara pengacara dan kliennya. Perencana adalah merupakan

    orang kepercayaan prinsipal. Perencana mempertimbangkan kemauan prinsipal dan

  • 2

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    memikirkan cara-cara pelaksanaan yang sebaik-baiknya untuk memenuhi keinginan

    principal dalam mewujudkan cita-citanya membangun secara tepat dan ekonomis.

    Apabila principal dan perencana telah bersepakat atas rencana yang telah dibuat oleh

    perencana, maka untuk mewujudkan hasil perencanaan itu lalu dicari orang ketiga

    sebagai pelaksana (kontraktor) yang akan melaksanakan rencana itu. Pelaksana

    pembangunan tersebut biasanya diborongkan oleh para pemborong bangunan.

    Ada beberapa kemungkinan:

    a. Untuk pekerjaan yang kecil-kecil dan sederhana sekali yang perencanaan dan

    pelaksanaannya mampu dilakukan oleh prinsipal, maka prinsipal dapat merangkap

    sebagai perencana dan pelaksana.

    b. Untuk pekerjaan yang agak besar dan sederhana di mana prinsipal mampu

    mengadakan perencanaan sendiri, maka prinsipal dapat merangkap sebagai

    perencana, sedangkan untuk mewujudkan hasil perencanaan itu, principal cukup

    berhadapan dengan pihak pelaksana bangunan (kontraktor).

    c. Untuk pekerjaan yang besar-besar biasanya diborongkan, karena pada dasarnya

    principal tidak mampu mengadakan perencanaan ataupun pelaksanaan. Hal ini

    mengingat juga banyaknya masalah-masalah pekerjaan yang mungkin terjadi,

    misalnya segi kontruksi, arsitektonis, fungsional, ekonomis, social dan sebagainya.

    Untuk keperluan itu pihak prinsipal dapat menunjuk atau memilih seorang ahli

    perencana atau biro perencana guna melaksanakan perencanaan sesuai dengan

    keinginannya. Setelah terdapat persetujuan bersama atas hasil perencanaan itu, pihak

    prinsipal dan perencana bersama-sama berhadapan dengan pihak pelaksana

    bangunan (kontraktor bangunan).

    d. Untuk pekerjaan bangunan milik Negara pada dasarnya harus diborongkan

    (dikontrakkan), mengingat adanya peraturan-peraturan pemerintah. Khusus untuk

    pekerjaan ini sekalipun pihak prinsipal diharuskan menunjuk atau memilih seorang

    ahli perencana atau biro perencana guna mengadakan perencanaan sesuai dengan

    keinginannya. Setelah terdapat persetujuan bersama atas hasil perencanaan itu, pihak

    prinsipal dan perencana bersama-sama berhadapan dengan pihak pelaksana

    bangunan (kontraktor).

  • 3

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    3.3 Kewajiban dan Syarat-syarat 3.3.1 Prinsipal

    a. Kewajiban prinsipal:

    1) Wajib membayar semua biaya yang diperlukan untuk melaksanakan

    keinginnanya membangun, kepada:

    a) Direksi yaitu berupa uang honorarium kepada direksi;

    b) Perencana arau biro perencana yaitu berupa uang honorarium perencana;

    c) Pemborong bangunan yaitu berupa harga bangunan;

    d) Dinas-dinas instansi yang bersangkutan yang berupa biaya ijin rooi

    (sempadan), biaya pemeriksaan bahan bangunan, pajak.

    2) Menunjuk perencana yaitu seorang perencana atau biro perencana yang ditunjuk

    oleh prinsipal dengan Surat Perintah Kerja (SPK).

    a) Tugas biasa dengan surat penunjukkan;

    b) Tugas memakai surat perjanjian berisikan prinsipal sebagai pemberi tugas

    dan perencana sebagai yang ditunjuk pelaksana perencanaan.

    Dimana surat tugas harus jelas dan terperinci:

    a) Waktu selesaainya tugas adalah mengikat;

    b) Cara pemberian honorarium harus dijelaskan.

    3) Mengangkat direksi yaitu seorang atau badan yang diangkat/ditunjuk oleh

    prinsipal dengan surat keputusan untuk bertindak sebagai wakilnya dalam

    pengewasan pelaksanaan pekerjaan.

    4) Menetapkan kontraktor yang ditunjuk yaitu tergantung kepada siapa yang

    menjadi prinsipal, apakah prinsipal itu perorangan atau wakil dari instansi (dinas)

    pemerintah.

    Kalau prinsipal merupakan perorangan, maka dapat ditunjuk olehnya suatu

    pelaksana atas dasar kepercayaannya sendiri, tetapi jika prinsipal merupakan

    wakil dari instansi (dinas) pemerintah, maka harus diborongkan secara ditunjuk

    (onderhands) atau dilelang (tender) dengan berpedoman pada peraturan yang

    berlaku.

  • 4

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    5) Menandatangani surat perjanjian borongan (kontrak) yaitu membuat kontrak

    antara pihak prinsipal dengan pihak pelaksana yang berisikan antara lain:

    a) Pihak prinsipal disebut pihak ke I dan pihak kontraktor (pemborong) disebut

    pihak II;

    b) Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (bestek), dan gambar pelaksanaan harus

    jelas;

    c) Lamanya waktu pelaksanaan harus jelas;

    d) Cara pembayaran angsuran harus jelas;

    e) Besarnya dana anggaran biaya harus jelas.

    b. Syarat-syarat prinsipal:

    1) Perseorangan, prinsipal harus memiliki;

    a) Dana anggaran biaya yang diperlukan;

    b) Tanah bangunan.

    2) Dinas (pemerintah), prinsipal harus memiliki;

    a) Surat keputusan otorisasi yaitu pejabat penerima SKO;

    b) Tanah bangunan.

    3) Swasta, prinsipal harus memiliki;

    a) Surat pengangkatan yaitu pejabat penerima surat pengangkatan (SP);

    b) Dana anggaran biaya yang diperlukan;

    c) Tanah bangunan.

    3.3.2 Perencana

    a. Kewajiban Perencana:

    1) Kewajiban perencana adalah mengusahakan terwujudnya keinginan prinsipal

    dalam bentuk gambar lengkap dengan uraian pekerjaan dan syarat-syarat

    pelaksanaan (bestek), sehingga dengan gambar pelaksanaan ini dapat diharapkan

    keinginan prinsipal akan terpenuhi. Oleh karena pekerjaan perencana meliputi

    segi konstruktif, arsitektonis, ekonomis dan fungsional, maka pekerjaan ini harus

    ditangani oleh seorang ahli yang berpengalaman dan terpercaya.

    Pekerjaan perencana meliputi:

  • 5

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    a) Sketsa pemikiran pertama

    Suatu sketsa dalam skala kecil yang memberikan gambaran cukup jelas

    tentang denah pembagian ruangan, bentuk bangunan dan kemungkinan

    pelaksanaan rencana;

    b) Prarencana

    Prarencana terdiri dari gambar sketsa dalam skala kecil dari denah,

    pandangan serta tampak yang terpenting dari bangunan dengan atau tanpa

    gambar situasi dan perspektif, berikut perkiraan biaya yang pada umumnya

    dihitung dari per m2 luas lantai atau per m3 volume ruangan. Sehingga

    gambar prarencana dapat dipakai sebagai dasar untuk mengadakan

    pembicaraan dengan pemberi tugas (prinsipal);

    c) Gambar rencana pelaksanaan (workshop drawing, gambar bestek)

    Gambar rencana pelaksanaan adalah gambar uraian (gambar bestek) yang

    merupakan lanjutan gambar prarencana dan beberapa gambar penjelas

    seperlunya dari bagian-bagian yang penting dengan skala lebih besar,

    diperinci sedemikian rupa, sehingga atas dasar itulah dapat dibuat gambar

    penjelas (detail) yang lengkap dan anggaran biaya yang diperlukan.

    d) Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (bestek)

    Guna menjelaskan gambar agar dapat dibuat anggaran biaya dan memberi

    pengarahan dalam pelaksanaannya, maka gambar rencana harus dilengkapi

    dengan uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (bestek).

    e) Anggaran biaya (budget, bergoting)

    Dari gambar rencana pelaksanaan (gambar bestek) dan uraian serta syarat-

    syarat pelaksanaan (bestek) dapat dihitung besarnya anggaran yang

    dibutuhkan termasuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang

    berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Pentingnya anggaran biaya

    antara lain guna persiapan bahan pelelangan agar harga bangunan sesuai atau

    tidak melebihi dari dana yang ada atau dana yang dipersiapkan untuk rencana

    bangunan tersebut.

  • 6

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    f) Menyiapkan bahan-bahan untuk pelelangan.

    Bahan untuk keperluan pelelangan yang harus dipersiapkan oleh perencana,

    yaitu:

    (1) Gambar situasi;

    (2) Gambar bestek;

    (3) Gambar detail (penjelas);

    (4) Gambar rencana instalasi listrik dan air;

    (5) Uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (bestek);

    (6) Berita acara (aanvullingsbestek) yaitu berita acara pemberian penjelasan

    (aanwijzing) yang merupakan bagian daripada uraian dan syarat-syarat

    pelaksanaan yang mengikat.

    g) Gambar revisi

    Dalam pelaksanaan pekerjaan segala perubahan yang diperlukan dalam

    pelaksanaan yang disebabkan karena sesuatu hal, umpamanya konstruksi atau

    bagian-bagian dari bangunan antara lain jaringan-jaringan instalasi listrik, air

    dan gas, saluran air kotor, semuanya harus dicatat oleh direksi guna digambar

    kembali sesuai dengan keadaan pelaksanaan. Gambar ini dinamakan gambar

    revisi yang berguna untuk pedoman apabila ada perbaikan-perbaikan atau

    tambahan-tambahan konstruksi sehingga memudahkan pelaksanaannya.

    b. Syarat-syarat Perencana:

    1) Perencana dapat berupa perorangan atau berbentuk badan hukum;

    2) Perencana harus mampu menghusahakan semaksimal mungkin memenuhi

    keinginan prinsipal, oleh karenanya harus seseorang yang ahli;

    3) Perencana harus merupakan kepercayaan prinsipal;

    4) Perencana harus sanggup dan mampu menjadi penasehat dalam pelaksanaan

    pekerjaan.

    c. Hak Perencana:

    Perencana mempunyai hak menerima honorarium sesuai dengan perjanjian.

  • 7

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    3.3.3 Kontraktor (pemborong, contractor, aanemer)

    a. Hak dan Kewajiban Kontraktor:

    1) Menerima uang pembayaran borongan tepat waktunya menurut syarat-syarat

    yang tercantum dalam bestek;

    2) Melaksanakan tugas pelaksanaan sesuai dengan gambar bestek, bestek dan

    aanvullingbestek;

    3) Mengikuti dan tunduk kepada direksi atas segala perintah atau petunjuk yang

    tidak bertentangan dengan pelaksanaan dan syarat-syarat (bestek);

    4) Membuat laporan kepada direksi tentang data-data perkembangan pekerjaan,

    bahan-bahan dan tukang/tenaga.

    b. Syarat-syarat Kontraktor:

    1) Memiliki modal yang sesuai;

    2) Memiliki tenaga ahli yang cukup;

    3) Memiliki kantor dan ruang kerja;

    4) Memiliki peralatan kerja;

    5) Memiliki riwayat kerja yang baik.

    3.4 Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan

    Dalam melaksanakan pekerjaan bangunan ada beberapa cara tergantung siapa yang

    membangun; pemerintah, swasta atau perorangan.

    3.4.1 Dikerjakan sendiri (in eigen beheer)

    Pada umumnya bangunan perorangan banyak yang dikerjakan sendiri, artinya tidak

    doborongkan kepada salah satu kontraktor. Kadang-kadang hanya bagian-bagian

    pekerjaan saja yang diborongkan, tetapi hanya borongan upah kerja sedangkan bahan-

    bahan disediakan oleh prinsipal. Lain halnya daripada bangunan pemerintah pada

    umumnya harus diborongkan (di kontrak). Hal ini berhubungan dengan adanya

    peraturan-peraturan pemerintah yang harus di taati. Tentang bangunan swasta kadang-

    kadang peraturannya harus diborongkan dan kadang-kadang dikerjakan sendiri. Hal ini

    sangat tergantung pada instansi swasta itu sendiri.

  • 8

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    3.4.2 Pemborongan pekerjaan

    Pada dasarnya ada 2 hal dalam memborongkan pekerjaan bangunan, yaitu :

    a. Pemborong hanya mengerjakan pekerjaan saja, artinya pemborong hanya

    bertanggungjawab atas kualitas pekerjaan saja dan mendapatkan upah jasa.

    b. Pemborong kecuali mengerjakan pekerjaan juga harus menyediakan bahan, artinya

    pemborong bertanggungjawab baik kualitas dari bahan yang digunakan juga kualitas

    pekerjaan sehingga pemborong menanggung segala akibat untung rugi dan kualitas

    pekerjaannya.

    3.4.3 Pelelangan

    Dalam melelangkan suatu pekerjaan ada 3 cara, yaitu:

    a. Pelelangan umum (openbare aanbesteding);

    Dalam cara pelelangan umum ini, pemberitahuan kepada para pengikut lelang

    (pemborong) dapat dilaksanakan melalui iklan-iklan dalam surat kabar atau alat

    komunikasi lainnya dengan persyaratannya. Cara ini mempunyai keuntungan oleh

    kerana banyaknya penawaran, maka persaingan harga dalam penawaran menjadi

    lebih banyak. Tetapi juga ada kerugiannya yaitu kualitas pekerjaan kurang terjamin

    disebabkan dalam pelelangan cara ini siapa saja boleh ikut dalam pelelangan

    sehingga kemungkinan bonafiditas dari pemborong kurang terjamin.

    b. Pelelangan di bawah tangan (onderhands aanbesteding);

    Dalam cara pelelangan di bawah tangan, dipanggil atau ditunjuk satu pemborong

    (kontraktor) yang dapat dipercaya dan sudah dikenal kemampuannya atau

    bonafiditasnya dalam melaksanakan pekerjaan sehingga dapat diharapkan atas

    kewajarannya dalam bidang kualitas pekerjaannya. Cara ini mempunyai keuntungan

    karena ditunjuknya satu pemborong. Hal ini berarti bonafiditas pemborong terjamin,

    relatif kualitas pekerjaan juga akan terjamin. Tetapi kerugiannya harga penawaran

    relatif akan mahal karena persaingan tidak ada.

    c. Pelelangan dengan undangan atau terbatas (aanbesteding op uitnodiging)

    Dalam cara pelelangan melalui undangan, pemborong yang diundang sangat terbatas

    jumlahnya dan bagi pemborong yang tidak memenuhi syarat prakualifikasi tidak

  • 9

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    dapat diikutsertakan dalam undangan. Pemborong yang diundang biasanya telah

    memenuhi syarat prakualifikasi, Hal ini berarti juga telah memenuhi syarat

    bonafiditasnya, baik teknis maupun administrasi termasuk modal perusahaan.

    Cara ini banyak mempunyai keuntungan, yaitu:

    1) Bonafiditas pemborong terjamin, karena sudah lulus dalam prakualifikasi;

    2) Persaingan ada dan cukup baik karena segolongan atau sekelas dalam

    prakualifikasi;

    3) Harga bangunan relatif cukup, artinya tidak murah dan tidak mahal karena

    biasanya menggunakan perhitungan anggaran biara direksi sebagai harga baku.

    Untuk jelasnya, dari 3 cara pemborongan (pelelangan) tersebut di atas, dapat

    dibuatkan daftar kesimpulan sebagai berikut:

    Jenis Pelelangan Bonafiditas Pemborong (kontraktor)

    Kualitas Pekerjaan

    Harga Penawaran

    1. Pelelangan umum Kurang terjamin Kurang terjamin Murah

    2. Pelelangan di bawah tangan Terjamin Terjamin Mahal

    3. Pelelangan dengan undangan atau terbatas

    Cukup terjamin Cukup terjamin Cukup

  • 10

    Manajemen Proyek Politeknik Negeri Balikpapan

    DAFTAR PUSTAKA

    M. Sukoadji, B.Sc, Drs. Suratman, 1979, Pengetahuan Industri dan Rencana Anggaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

    Pilcher R., 1992, Principles of Construction Management. Iman Soeharto, 1995, Manajemen Proyek dari Komseptual Sampai Operasional,

    Erlangga, jakarta. Harold, K., 1998, Project Management, A System Approach to Planning, Scheduling,

    and Controlling. Wulfram I. Ervianto, 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Andi

    Offset, Yogyakarta. , 2012, Peraturan Presiden No. 70 Tahun2012 tentang pengadaan barang

    dan jasa.