bab 3 analisis sistem yang berjalan 3.1 sejarah pt ...thesis.binus.ac.id/doc/bab3/2007-2-00226-sk...

22
38 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT. Indonesia Power Pada awal tahun 1990an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden no. 37 tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber daya swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir tahun 1993, Menteri Pertambangan dan Energi menerbitkan kerangka dasar kebijakan (sasaran dan kebijakan pengembangan sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan. Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari perum menjadi persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT.PLN (persero) membentuk dua anak perusahaan yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan

Upload: lamque

Post on 08-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

38

BAB 3

ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

3.1 Sejarah PT. Indonesia Power

Pada awal tahun 1990an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan

perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah arah deregulasi

tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan

dikeluarkannya Keputusan Presiden no. 37 tahun 1992 tentang pemanfaatan

sumber daya swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta.

Kemudian pada akhir tahun 1993, Menteri Pertambangan dan Energi

menerbitkan kerangka dasar kebijakan (sasaran dan kebijakan pengembangan

sub sektor ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang

restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.

Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari

perum menjadi persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995,

PT.PLN (persero) membentuk dua anak perusahaan yang tujuannya untuk

memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha

Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah

Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan PLN

PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial

pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.

Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima,

Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN

PJB I menjadi Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk

menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan

Page 2: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

39

sebagai persiapan untuk privatisasi perusahaan yang akan dilaksanakan dalam

waktu dekat.

Walaupun sebagai perusahaan komersil dibidang pembangkitan baru

didirikan pada pertengahan 1990an, Indonesia Power mewarisi berbagai aset

berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.

Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern

berbasis komputer dengan menggunakan berbagai energi primer seperti air,

batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian dari pembangkit-

pembangkit tersebut ada pula pembangkit paling tua Indonesia seperti PLTA

Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang

dibangun pada tahun 1920an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini

dapat dipandang bahwa secara kesejarahan paa dasarnya usia PT Indonesia

Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia. Pembangkit-pembangkit

yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh delapan

unit bisnis pembangkit: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica,

Semarang, Perak dan Grati & Bali.

Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki kapasitas sebesar 7318

MW ini merupakan kapasitas terpasang terbesar yang dimiliki oleh

perusahaan pembangkitan di Indonesia.

3.2 Profil Perusahaan

3.2.1 Visi, Misi, Motto dan Paradigma Perusahaan

• Visi

Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan

bersahabat dengan lingkungan

Page 3: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

40

• Misi

Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan serta

mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan

kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan

dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.

• Motto

Bersama...kita maju!

• Paradigma

Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari

ini.

3.2.2. Tujuan Perusahaan

• Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus

menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.

• Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan

dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana

penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang

berwawasan lingkungan.

• Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh

pendanaan dari berbagai sumber yang menguntungkan.

• Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta

mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan,

efisiensi maupun kelestarian lingkungan.

Page 4: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

41

3.2.3. Profil Unit Bisnis Pembangkit Priok

Untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah Jawa Barat dan

Jakarta, pada akhir tahun 1960an dibangun dua pembangkit listrik

tenaga uap yang masing-masing berkapasitas 25 MW yang bernama

PLTU-1 dan PLTU-2.

Selanjutnya, pada tahun 1972 dibangun lagi 2 unit PLTU

dengan kapasitas masing-masing 50 MW, yang diberi nama PLTU-3

dan PLTU-4. sejak tahun 1989, PLTU-1 dan PLTU-2 tidak

dioperasikan lagi karena dianggap tidak efisien.

Sesuai dengan kebutuhan energi listrik, maka pada

pertengahan tahun 1970an, Perusahaan Listrik Negara membangun

beberapa pembangkit, diantaranya ialah 7 unit Pembangkit Listrik

Tenaga Gas (PLTG), dengan kapasitas yang beragam, yaitu 20-50

MW.

Akan tetapi, pada awal tahun 1990an, kebutuhan akan listrik

terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia

yang cukup pesat. Untuk menangani masalah tersebut, maka PLN

membangun lagi beberapa buah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan

Uap (PLTGU) secara bersamaan. Salah satunya ialah komplek

PLTGU Priok yang berada dalam pengelolaan UBP Priok.

Page 5: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

42

3.2.4. Susunan Organisasi Unit Bisnis Pembangkitan Priok

Susunan Organisasi Unit Bisnis Pembangkitan Priok terdiri atas:

• Unsur Pimpinan : General Manager

• Unsur Pelaksana Operasional :

1. Manajer Operasi dan Niaga

2. Manajer Pemeliharaan

3. Manajer Logistik

4. Manajer Sistem dan SDM

5. Manajer Humas

6. Manajer Keuangan

• Unsur Pengawasan : Auditor

3.2.5. Peranan UBP Priok Dalam Sistem Kelistrikan Jawa-Bali

Listrik yang dibangkitkan di UBP priok adalah sebesar

7.500.000.000 KWh pertahun, atau rata-rata 20.000.000 KWH per

harinya dan jumah itu menyumhang 11% dari jumlah keseluruhan

kebutuhan listrik Jawa-Bali. Daya sebesar itu disalurkan ke gardu

induk 150 KV dengan menggunakan kabel bawah tanah (underground

cable) 150 KV, yaitu ke GI Plumpang dan GI Ancol. Akan tetapi pada

saat sekarang ini, kabel bawah tanah ke arah GI Plumpang telah rusak,

sehingga untuk penyalurannya digantikan dengan menggunakan

hantaran udara. Selain itu, hantaran udara 150KV juga digunakan

untuk menyalurkan daya ke arah GI Kemayoran dan GI Pegangsaan.

Dari GI-GI tersebut sistem pembangkit menjadi terinterkoneksi

dengan Jawa-Bali. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada diagram

berikut ini.

Page 6: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

43

Gambar 3.1 : Diagram Satu Baris Unit Pembangkitan Priok

3.3 Orientasi Sistem

Tata Laksana/Prosedur yang Sedang Berjalan

Secara prinsip, pengiriman dan penerimaan data PLTGU dalam

bentuk SMS ini sama dengan di seluler, yakni data-data berasal dari unit pada

blok 1 (unit 1/GT 1.1, unit 2/GT 1.2, unit 3/GT 1.3) dan blok 2 (unit 4/GT

2.1, unit 5/GT 2.2, unit 6/GT 2.3)yang berupa temperature, vibrasi dan beban

(MW) didapat melalui converter device unit PLTGU dalam bentuk analog

dengan keluaran sinyal 4-20 mA.

Sinyal dari converter device ini terbagi dalam dua macam port, yakni

port controller dan port recorder. Sebenarnya SCADAPack ini memiliki

kemampuan berinteraksi dengan port kontroller secara aktif dalam bentuk

Page 7: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

44

remote, karena sistemnya telah dilengkapi dengan Remote Terminal Unit

(RTU).

Sinyal dari port recorder convertion device ini kemudian

ditransmisikan oleh SmartWire tanpa mengubah nilainya (4-20mA). Dari

input point to point (GT 1.1, GT 1.2, GT 1.3, GT 2.1, GT 2.2, GT 2.3)

kemudian dikoreksi agar dapat dibaca sistem protokol ModBUS dengan

perantara kabel RS-485. Data dari masing-masing blok yang terkumpul di

setiap SmartWire kemudian dilewatkan protokol ModBUS agar dapat

dikenali sebagai sebuah pesan, yang dapat dijalankan secara interaktif dan

dibaca sebagai analog input oleh SCADAPack32 (dalam kode mA) melalui

kabel RS-485. Pemilihan kabel RS-485 ini dilakukan dengan pertimbangan

memiliki kemampuan transfer data yang cepat pada jarak yang tergolong jauh

dan juga kemampuan mengoleksi data secara simultan.

Dalam SCADAPack ini, semua data yang diambil dari protokol

ModBUS kemudian diolah oleh prosesor internal sekaligus dikonversikan ke

dalam sinyal digital. Digital output ini kemudian ditransmisikan oleh kabel

RS-232 menuju PC server, yang selanjutnya menampung data keluaran unit

secara realtime. Dalam PC server inilah sebenarnya proses monitoring

dilakukan sesuai keinginan user, dengan kata lain kustomisasi dan

fleksibilitas data bisa disetting. Pada kondisi saat ini data di dalam database

akan tertimpa data baru (overwriting) setiap 60 menit sekali sesuai setting.

Dengan bantuan GSM modem web server akan mendistribusikan informasi

data unit ke ponsel. Dan bila terdapat parameter pada data unit yang melebihi

batasan tertentu sesuai setting SMS web server ini secara otomatis akan

menarik data di dalam database PC server. Misalnya untuk data vibrasi

Page 8: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

45

vertikal bantalan turbin gas, web server akan menarik data dari database, jika

terdapat data vibrasi vertikal yang melebihi 8 mm/sec pada bearing turbin.

Maka data akan langsung terdistribusi secara otomatis ke ponsel dan pop up

ke client computer.

3.4 Konfigurasi SMS Alert System yang sedang berjalan

Gambar 3.2 : Konfigurasi SMS Alert System

Page 9: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

46

3.4.1 Ladder Logic Network yang sedang digunakan

Gambar 3.3.1 : Ladder Logic Network 1

Page 10: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

47

Gambar 3.3.2 : Ladder Logic Network 2

Page 11: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

48

Gambar 3.3.3 : Ladder Logic Network 3

Gambar 3.3.4 : Ladder Logic Network 4

Page 12: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

49

Gambar 3.3.5 : Register pada Ladder Logic Network

3.5 Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan terdapat pada proses telemonitoring, dimana output dari

display untuk GT 1.2,GT 1.3,GT 2.1,GT 2.2,GT 2.3,ST 1.4 & ST 2.4 tidak

berjalan dengan benar setelah sistem berjalan selama tiga hari dan selanjutnya

pada saat sistem dijalankan . Proses monitoring baru akan berjalan dengan

normal setelah keseluruhan sistem di reset.

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. INDONESIA POWER yang terletak di

Jl. Laks.Laut RE. Martadinata Jakarta, dan penelitian ini dilakukan sejak

tanggal 3 Maret 2006 hingga 5 Mei 2006.

Page 13: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

50

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan instrumen

kuisioner tertutup. Data yang ada digunakan untuk mengetahui kepuasan

pengguna di PT INDONESIA POWER. Kuisioner yang ada terdiri dari dua

bagian. Dimana pada bagian pertama kuisioner user diminta mengisi

beberapa pernyataan mengenai kinerja pada SMS Alert System yang

digunakan, dan pada bagian kedua user diminta mengisi pernyataan tentang

harapan user terhadap SMS Alert System yang digunakan. Dalam

pengukurannya digunakan Skala Likert dengan rentang jawaban 1-5, dimana

data yang ada merupakan data ordinal. Untuk menilai kinerja yang ada

diwakili dengan nilai 1 yang bermakna sangat kurang hingga dengan nilai 5

yang bermakna sangat baik. Sedangkan untuk menilai harapan terhadap

sistem aplikasi yang digunakan diwakili dengan nilai 1 yang bermakna sangat

tidak perlu hingga nilai 5 yang bermakna sangat perlu (tabel 3.1a dan 3.1b)

Bobot Keterangan 1 Sangat Kurang

2 Kurang 3 Cukup 4 Baik 5 Sangat Baik

Tabel 3.1 a: Skala Kinerja

Bobot Keterangan 1 Sangat Tidak Perlu 2 Kurang Perlu 3 Cukup Perlu 4 Perlu 5 Sangat Perlu

Tabel 3.1b : Skala Harapan

Page 14: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

51

Berikut ini adalah frekuensi dari data yang terkumpul, yang didapat

dari kuesioner berdasarkan kinerja suatu sistem yang sedang berjalan.

Kinerja

Soal Pernyataan Pilihan Jawaban Jumlah Persentase

1 Secara umum desain menarik

perhatian (eye catching)

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

4

6

0

0

0

40

60

0

0

2 Informasi yang dihasilkan mudah

dimengerti

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

1

6

2

1

0

10

60

20

10

0

3

Informasi yang dihasilkan jelas

dan akurat dalam mendukung

kegiatan

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

4

4

2

0

0

40

40

20

0

4 Data ditampilkan sesuai

kebutuhan

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

3

2

0

0

50

30

20

0

Page 15: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

52

5 Data output turbin adalah benar

dan yang terkini

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

7

3

0

0

0

70

30

0

0

6 Tidak memuat hal-hal yang tidak

perlu

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

1

4

5

0

0

10

40

50

0

0

7 Pesan kesalahan yang ada mudah

dimengerti

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

5

0

0

0

50

50

0

0

8

Sistem yang ada dapat

dikembangkan sesuai kebutuhan

user

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

3

4

3

0

0

30

40

30

0

0

9 Istilah yang digunakan dapat

dipahami oleh user dengan baik

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

1

4

4

1

10

40

40

10

Page 16: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

53

Sangat kurang 0 0

10 Penggunaan software menghemat

waktu dan biaya

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

4

6

0

0

0

40

60

0

0

11 Penggunaan software user

friendly

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

4

1

0

0

50

40

10

0

12

Informasi tentang Lokasi

terjadinya kesalahan dapat

diketahui

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

3

2

0

0

50

30

20

0

13

Transmisi data guna mendapat

informasi berlangsung secara

cepat

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

6

4

0

0

0

60

40

0

0

14

Terdapat keterbatasan akses

(hanya bisa diakses pada bagian

tertentu)

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

1

3

4

1

10

30

40

10

Page 17: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

54

Sangat kurang 1 10

15

Setiap user dapat menggunakan

sistem yang ada sesuai dengan

keterbatasan akses

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

1

5

4

0

0

10

50

40

0

0

16 Prosedur dalam penggunaan

mudah dipahami

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

5

0

0

0

50

50

0

0

17 Data tetap terjaga walau terdapat

kegagalan sistem

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

4

1

0

0

50

40

10

0

18 Terdapat back up terhadap data

yang ada

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

4

1

0

0

50

40

10

0

19 Data terjaga kerahasiaanya

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

1

4

5

0

10

40

50

0

Page 18: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

55

Sangat kurang 0 0

20 Password menjamin keamanan

akses

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

0

5

4

1

0

0

50

40

10

0

Tabel 3.2 : Frekuensi Kinerja

Sumber : Data Hasil Kuesioner

3.8 TEKNIK ANALISA MASALAH PADA SISTEM

Suatu pendekatan sistematis untuk pemecahan masalah telah

diciptakan yang terdiri dari tiga jenis usaha, yaitu :

• Persiapan

• Definisi

• Solusi

Dalam mempersiapkan pemecahan masalah, hal-hal yang perlu

dipahami adalah lingkungan sistem dan identifikasi setiap subsistem. Dalam

mendefinisikan masalah, analisa bergerak dari tingkat sistem ke subsistem

dan menganalisis bagian-bagian sistem menurut suatu urutan tertentu. Dalam

memecahkan masalah dilakukan identifikasi berbagai solusi altenatif,

mengevaluasinya, memilih yang terbaik, menerapkannya, dan membuat

tindak lanjut untuk memastikan bahwa solusi itu berjalan sebagai mana

mestinya.

Page 19: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

56

3.8.1 PEMECAHAN MASALAH

Dengan kenyataan tersebut, kita mendefinisikan masalah

sebagai suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan

kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar bisa. Jadi

pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap

masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang

keuntungannya.

Pentingnya pemecahan masalah bukan didasarkan pada jumlah

waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya. Keputusan adalah

pemilihan suatu strategi atau tindakan.

Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau

aksi yang diyakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah

tersebut. Salah satu kunci pemecahan masalah adalah identifikasi

berbagai alternatif keputusan. Solusi bagi suatu masalah harus

mendayagunakan sistem untuk memenuhi tujuannya, seperti tercermin

pada standar kinerja sistem. Standar ini menggambarkan keadaan

yang diharapkan, apa yang harus dicapai oleh sistem.

Yang harus dimiliki selanjutnya adalah informasi yang terkini,

informasi itu menggambarkan keadaan saat ini, apa yang sedang

dicapai oleh sistem. Jika keadaan saat ini dan keadaan yang

diharapkan sama, tidak terdapat masalah sehingga tidak perlu diambil

tindakan. Jika kedua keadaan itu berbeda, sejumlah masalah

merupakan penyebabnya dan harus dipecahkan.

Perbedaan antara keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan

menggambarkan kriteria solusi (solution criterion), atau apa yang

Page 20: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

57

diperlukan untu mengubah keadaan saat ini menjadi keadaan yang

diharapkan. Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi

dapat digunakan umtuk mengevaluasi tiap alternatif. Evaluasi ini

harus mempertimbangkan berbagai kendala (constraints) yang

mungkin, baik intern maupun extern / lingkungan.

1. Kendala intern yang berasal dari komponen-komponen sistem itu

sendiri.

2. Kendala lingkungan dapat berupa tekanan dari berbagai elemen

lingkungan, seperti : cuaca, suhu dan lain sebagainya.

Gejala adalah kondisi yang dihasilkan oleh masalah. Gejala

dapat diperhatikan melalui lingkaran umpan balik. Namun gejala tidak

mengungkapkan seluruhnya, bahwa suatu masalah adalah penyebab

dari suatu persoalan, atau penyebab dari suatu peluang.

3.8.2 STRUKTUR MASALAH

Masalah terstruktur terdiri dari elemen-elemen dan hubungan-

hubungan antar elemen yang semuanya dipahami oleh pemecah

masalah. Masalah tak terstruktur berisikan elemen-elemen atau

hubungan-hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah

masalah.

Sebenarnya dalam suatu sistem sangat sedikit permasalahan

yang sepenuhnya terstruktur atau sepenuhnya tidak terstruktur.

Sebagaian besar masalah adalah masalah semi-terstruktur, dimana

kurangnya pemahaman mengenai elemen-elemen dan hubungannya.

Masalah semi-terstruktur adalah masalah yang berisi sebagian

Page 21: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

58

elemen-elemen atau hubungan yang dimengerti oleh pemecah

masalah.

3.8.3 PENDEKATAN SISTEM

Proses pemecahan masalah secara sistematis bermula dari John

Dewey, seorang profesor filosofi di Columbia University pada awal

abad ini. Dalam bukunya tahun 1910, ia mengidentifikasi tiga seri

penilaian yang terlibat dalam memecahkan masalah suatu kontroversi

secara memadai yaitu:

1. Mengenali kontroversi

2. Menimbang klaim alternatif

3. Membentuk penilaian

Kerangka kerja yang dianjurkan untuk penggunaan komputer

dikenal sebagai pendekatan sistem. Serangkaian langkah-langkah

pemecahan masalah yang memastikan bahwa masalah itu pertama-

tama dipahami, solusi alternatif dipertimbangkan, dan solusi yang

dipilih bekerja.

3.8.4 TAHAP PEMECAHAN MASALAH

Dalam memecahkan masalah terdapat tiga jenis usaha yang

harus dilakukan, yaitu usaha persiapan, usaha definisi, dan usaha

solusi / pemecahan.

• Usaha persiapan, persiapan memecahkan masalah dengan

menyediakan orientasi sistem.

Tiga langkah persiapan tidak harus dilaksanakan secara berurutan,

karena ketiganya bersama-sama menghasilkan kerangka pikir yang

diinginkan untuk mengenai masalah. Ketiga masalah itu terdiri dari:

Page 22: BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah PT ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00226-sk Bab 3.pdfANALISIS SISTEM YANG BERJALAN ... dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga

59

a. Mengenal lingkungan internal sistem

b. Mengenal lingkungan eksternal sistem

c. Mengidentifikasikan subsistem-subsistem perusahaan

• Usaha definisi mencakup mengidentifikasikan masalah untuk

dipecahkan dan kemudian memahaminya.

Usaha definisi mencakup dua langkah yaitu :

a. Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem

b. Menganalisis bagian-bagian sistem dalam sustu urutan tertentu

• Usaha solusi, mencakup mengidentifikasikan berbagai solusi

alternatif, mengevaluasinya, memilih salah satu yang tampaknya

terbaik, menerapkan solusi itu dan membuat tindak lanjutnya untuk

menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan.