masih bertumpu pada sang pelopor

170
Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor Survei Serikat Pekerja di Perusahaan Media Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia

Upload: asep-saefullah

Post on 24-Jun-2015

387 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masih bertumpu pada sang pelopor

1

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

Survei Serikat Pekerja di Perusahaan Media

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia

Page 2: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

2

KETERANGAN UMUM SURVEI

Metode riset Survei

Wilayah survei Jakarta, Aceh, Medan, Bandung, Surakarta, Lampung, dan Palu

Total responden192 responden survei27 responden indepth interview

Teknik sampling Cluster random samping

Error sampling +/- 6,62% pada interval kepercayaan 95,0%

Pengambilan data Februari-Maret 2010

Desain riset & kuesioner

Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

Analisa data Sigma Research Indonesia

Laporan akhir Sigma Research Indonesia

@Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia - 2010

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor: Survei Serikat Pekerja di Perusahaan Media

Editor: Winuranto AdhiTim Penyusun: Jajang Jamaludin, Asep Komarudin, Winuranto AdhiTim Survei: Sigma Reseach IndonesiaDesain: Robby EeborIlustrator Cover dan Isi: Imam YuniantoCetakan Pertama: Mei 2010

Penerbit:Aliansi Jurnalis Independen (AJI) IndonesiaJl. Kembang Raya No.6 Kwitang-SenenJakarta Pusat 10420 – IndonesiaTel. +62 21 3151214, Fax. +62 21 3151261www.ajiindonesia.org

Didukung oleh:

Page 3: Masih bertumpu pada sang pelopor

3

KATA PENGANTAR

Konsolidasi Serikat Pekerja Media: “Too little, but not too late”

SELAMA satu dekade ini, kita menyimak ironi dari pertumbuhan serikat pekerja media di Indonesia. Dari segi jumlah, tak ada pertumbuhan dramatis, meskipun pertumbuhan industri media di Indoensia mengalami booming setelah reformasi. Secara kualitatif, kita belum menemukan serikat pekerja media yang punya posisi tawar kuat di hadapan pengusaha media.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyimak sejumlah serikat pekerja media masih kehilangan arah perjuangan, meskipun keberadaannya sudah dicatatkan pada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker). Kita kerap menemukan serikat pekerja tidak dibangun dengan sistem manajemen yang baik. Misalnya, mengakomodir keanggotaan dengan sistem stelsel pasif (seluruh karyawan otomatis menjadi anggota), tidak mampu menghimpun iuran anggota, hingga tidak bisa menunjukkan kemampuannya dalam bernegosiasi.

Serikat seperti tidak tahu apa yang harus diperbuat, bahkan untuk

mempertahankan keberadaannya pun sulit. Akibatnya, konsolidasi serikat

pekerja media kerap berjalan di tempat, involutif, dan perlahan digerus oleh

agresifitas modal pemilik media.

Mungkin karena terlalu lama kata “buruh” absen pada Indonesia

di bawah rezim Suharto, maka kesadaran berserikat bagi buruh dan rakyat

Page 4: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

4

pekerja pun seperti enggan muncul kendati kesempatan secara legal sudah

terbuka. Misalkan, untuk soal penamaan, ada kecenderungan memakai

nama lebih “akomodatif ”. Ini sekedar contoh, barangkali menghindari kecurigaan dari

manajemen, para aktivis serikat pekerja media “melembutkan” nama organisasinya agar terdengar lebih “bersahabat”. Para pekerja Tempo, misalnya, memilih nama Dewan Karyawan Tempo (DeKaT), pekerja di Kompas menggunakan nama Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK), pekerja Indosiar memakai nama Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar, pekerja majalah Swa memakai nama Forum Karyawan Swa (FKS), pekerja Hukumonline.com memilih nama WorkerHOLic, pekerja di Solo Pos menggunakan Ikatan Karyawan Solo Pos (Ikaso), atau pekerja Bisnis Indonesia memakai nama Kerukunan Warga Karyawan Bisnis Indonesia.

Tak ada yang salah memang, isi dan semangat tentu jauh lebih

penting dari sekedar nama.

Tapi, ada yang harus dicermati selaku organisasi berwatak ”serikat

pekerja”, bahwa jurnalis dan pekerja media harus mau mengevaluasi

diri. Perjuangan pekerja media di tahun 2010 ini kian terasa berat.

Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal

bermunculan di sejumlah media. Jika pada kurun November 2008-April

2009, AJI mencatat hanya ada 100 pekerja media yang dipecat, di tahun ini

data tersebut kian melonjak tajam.

Berdasarkan data AJI Indonesia, PHK massal dan skorsing

bernuansa union busting melanda sedikitnya 200 pekerja stasiun teve

Indosiar, PHK massal juga dialami 144 pekerja koran Berita Kota pasca

diakuisisi Kelompok Kompas Gramedia (KKG), PHK massal terhadap 50-

an pekerja Suara Pembaruan dan grup media kelompok Lippo lainnya, juga

PHK massal atas 40-an pekerja stasiun teve Antv.

Page 5: Masih bertumpu pada sang pelopor

5

Konflik ketenagakerjaan sebagai imbas dari ketidakjelasan aturan

kerja hingga masalah kesejahteraan juga mulai bermunculan. Hal ini,

misalnya, terjadi di Koran Jakarta—hingga berujung pada pemogokan kerja

sebagian kecil wartawannya.

Di sejumlah daerah kasus seperti ini juga terjadi. Mei 2009 silam,

60 pekerja harian Aceh Independen juga menjadi korban PHK massal. Di

Kendari, sejumlah wartawan Kendari TV juga mengalami nasib serupa.

Untuk itulah, melaui Survei Serikat Pekerja di Perusahan Media

berjudul ”Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor” ini, AJI Indonesia ingin

memberikan gambaran terbaru kondisi serikat pekerja media di Indonesia.

Survei ini dilakukan di tujuh kota Jakarta, Aceh, Medan, Lampung,

Bandung, Surakarta, dan Palu dengan melibatkan 192 responden dan

27 responden indepth interview, berhasil mengungkap sejumlah hal yang

harus diperhatikan oleh serikat pekerja media. Hasilnya, antara lain, cukup

kondusif:

“Sebagian besar (83.7%) responden, misalnya, menegaskan

perlunya serikat pekerja di media mereka. Dukungan

atas pembentukan serikat pekerja media juga dinyatakan

mayoritas responden (97.1%), dan sebanyak 82.8% responden

mengatakan tertarik untuk bergabung menjadi anggota serikat

pekerja. Hanya 3.25% responden saja yang menyatakan tidak

tertarik bergabung dalam serikat pekerja. Bahkan, banyak pula

responden yang menegaskan keinginannya untuk bisa menjadi

pelopor (organisatoris) dalam pendirian serikat pekerja di

perusahan media yang belum memiliki serikat”.

Kata Pengantar

Page 6: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

6

Survei ini juga menelaah tingkat keaktifan serikat, efektivitas penyelesaian

masalah yang ditanganinya, serta berbagai aspek yang mestinya diperjuangkan

oleh serikat pekerja media. Termasuk tentang Perjanjian Kerja Bersama, hingga

kepemilikan saham kolektif. Tak hanya itu, survei pun berusaha memotret besaran

upah yang diterima jurnalis, kondisi kerja, hingga kondisi di ruang redaksi.

Mencermati kian intensifnya industri pers, termasuk kemajuan

teknologi informasi yang bisa mengubah relasi industrial antara pemodal dan

pekerja, maka serikat pekerja media harus segera berbenah diri. Pada soal

konvergensi media misalnya, serikat pekerja media semestinya telah bersiap

dengan konsep baru hubungan industrial, dengan mempertimbangkan

kesejahteraan pekerja tak dirugikan.

Memang masih banyak soal internal maupun eksternal yang harus

segera diperbaiki. Butuh usaha ekstra, tapi belum telat memperbaiki dan

membangun kekuatan yang masih terserak di dalam. Banyak pencapaian bisa

kita lakukan dengan memperbaiki berbagai kelemahan. Kita tak ingin semakin

tertinggal ketika mesin kapitalisme media bergerak, dan serikat pekerja menjadi

“too little, and too late” dalam menanggapi problem hubungan industrial.

Semoga hasil survei ini menjadi suatu alat kita ke arah konsolidasi

baru guna memperbaiki kondisi serikat pekerja.

Jakarta, April 2010

Nezar Patria

Ketua Umum AJI Indonesia

Page 7: Masih bertumpu pada sang pelopor

7

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Latar belakang

Survei ini ingin menggambarkan bagaimana penilaian jurnalis

terhadap kehadiran serikat pekerja di perusahaan media. Survei menyertakan

jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja dan jurnalis dari media

yang tidak memiliki serikat pekerja. Dari survei ini akan didapatkan data

bagaimana pandangan jurnalis terhadap kehadiran serikat pekerja. Untuk

jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja akan ditanyakan tingkat

kepuasan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja, termasuk harapan

dan peran apa saja yang diharapkan dapat dilakukan oleh serikat pekerja di

medianya. Sementara untuk jurnalis dari media tidak atau belum memiliki

serikat pekerja akan ditanyakan apakah mereka juga mempunyai keinginan

membentuk serikat pekerja, termasuk hambatan apa saja yang dihadapi

sehingga serikat pekerja belum terbentuk, dan lain sebagainya.

2. Tujuan penelitian

Secara umum, tujuan dari survei ini adalah ingin mendapatkan data

mengenai penilaian jurnalis terhadap serikat pekerja, baik di media yang

sudah memiliki serikat pekerja maupun di media yang tidak atau belum

memiliki serikat pekerja. Selanjutnya, ingin diketahui pula penilaian umum

dari kalangan jurnalis terhadap serikat pekerja, peran yang harus diemban

di dalamnya, kepuasan terhadap manajemen perusahaan dan serikat pekerja

media terkait.

Page 8: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

8

3. Metode penelitian

Survei ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur

(kuesioner). Survei bersifat eksploratif, artinya berusaha menggambarkan

sebanyak mungkin pendapat jurnalis atas berbagai isu yang terkait dengan

serikat pekerja. Populasi dari survei ini adalah semua jurnalis yang bekerja

di tujuh kota di Indonesia. Jurnalis dalam survei ini didefinisikan sebagai

individu yang bekerja mencari, mengolah, dan mempublikasikan berita

di suatu media. Ketujuh kota tersebut adalah Jakarta, Aceh, Medan,

Lampung, Bandung, Surakarta, dan Palu. Adapun teknik penarikan

sampel yang digunakan dalam survei ini adalah teknik acak klaster (cluster

random sampling). Jumlah sampel dalam survei sebanyak 192 responden

survei dan 27 responden indepth interview. Wawancara secara mendalam

dilakukan secara langsung (face to face interviews), dengan cara pewawancara

mendatangi langsung responden yang terpilih.

4. Temuan penelitian

Temuan penelitian yang diperoleh dirangkum dalam poin-poin

berikut ini:

1. Keberadaan serikat pekerja

a. Persepsi responden terhadap keberadaan serikat pekerja di

perusahaan media sebagian besar menilai sangat penting.

b. Sebagian besar responden dari media yang memiliki serikat

pekerja menjawab, manajemen mendukung keberadaan

serikat pekerja di perusahaan media.

2. Pembentukan serikat pekerja

a. Sebagian besar (83.7%) responden menjawab perlu hadirnya

Page 9: Masih bertumpu pada sang pelopor

9

serikat pekerja di media tempat mereka bekerja selama ini.

b. Selain mengatakan perlu membentuk serikat pekerja, sebagian

besar responden (97.1%) juga menyatakan mendukung

terhadap pembentukan serikat pekerja di media tempat

mereka bekerja.

c. Banyak responden yang menyatakan bersedia menjadi pelopor

(organisatoris) pembentukan serikat pekerja.

d. Sebagian besar responden (82.8%) mengatakan tertarik untuk

masuk dan bergabung menjadi anggota serikat pekerja. Hanya

3.25% responden yang tidak tertarik.

3. Permasalahan pekerja dan penyelesaiannya oleh serikat pekerja

a. Sebagian besar responden (80% lebih) tidak pernah

mempunyai masalah, baik itu yang disampaikan ke serikat

pekerja atau ke pihak manajemen.

b. Masalah yang sering dialami oleh pekerja media adalah

masalah upah dan asuransi.

c. Bagi mereka yang pernah mempunyai masalah dan meminta

serikat pekerja untuk membantu mengatasi masalah, sebagian

besar merasa puas (58.3%) dengan kerja advokasi yang

dilakukan serikat pekerja.

4. Perjuangan serikat pekerja

a. Dari media yang memiliki serikat pekerja, 60% responden

melihat serikat pekerja di tempat mereka bekerja aktif dalam

memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja.

b. Sebanyak 36.0% responden menyatakan merasa tidak puas

dan sangat tidak puas dengan kerja serikat pekerja di tempat

Ringkasan Eksekutif

Page 10: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

10

mereka bekerja. Sedangkan yang menjawab puas atau sangat

puas tidak ada separuhnya atau hanya 49.0% responden.

c. Sebanyak 31% responden menilai perjuangan serikat pekerja

dirasakan manfaatnya oleh semua pekerja media. Lalu 24%

responden menilai manfaatnya dirasakan sebagian besar

pekerja dan 15% dirasakan hanya sebagian kecil pekerja

media.

d. Aspek yang perlu diperjuangkan serikat pekerja menurut

sebagian besar responden adalah masalah upah atau

kesejahteraan (63%), lalu masalah pemutusan hubungan kerja

(57%), disusul asuransi dan tunjangan kesehatan (47%), dan

status kerja (44%).

5. Aktivitas serikat pekerja

a. Sebesar 51.5% responden melihat serikat pekerja di tempat

mereka bekerja aktif mengadakan kegiatan. Sementara yang

menjawab seriklat pekerja tidak aktif sebesar 31.3%.

b. Serikat pekerja paling banyak mengadakan kegiatan kurang

dari sekali setiap bulan (28.3%).

c. Hanya 26.3% responden yang menyatakan serikat pekerja di

tempat mereka bekerja pernah mengadakan pelatihan internal

untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan anggotanya.

d. Sebagian besar responden (68.8%) menjawab tidak ada iuran

bulanan, hanya 31.3% responden yang menjawab ada iuran

bulanan untuk serikat pekerja di tempat mereka bekerja.

6. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

a. Sebagian besar responden, baik dari kelompok yang memiliki

Page 11: Masih bertumpu pada sang pelopor

11

serikat pekerja maupun yang tidak memiliki serikat pekerja

menilai, kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara kolektif

dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

b. Gaji adalah hal yang dianggap paling perlu diatur dalam PKB

(91.9%), sedangkan masalah panjangnya durasi jam kerja

adalah hal yang paling tinggi diabaikan responden (9.1%).

7. Kepemilikan saham bersama

a. Sebagian besar responden, baik dari kelompok responden dari

media yang memiliki serikat maupun responden dari media

yang tidak mempunyai serikat pekerja menganggap perlu

serikat pekerja memperjuangkan kepemilikan saham secara

kolektif di perusahaan media.

b. Ada sejumlah isu berkaitan dengan saham kolektif ini. Pertama,

soal saham minimum bagi pekerja sebesar 20%. Kedua, adanya

wakil pekerja dalam jajaran direksi di perusahaan media.

8. Upah dan fasilitas kerja

a. Di media yang memiliki serikat pekerja sebagian besar

reponden (71.7%) mengatakan, mereka mendapatkan honor

di luar upah bulanan. Namun di media yang tidak memiliki

serikat pekerja lebih banyak responden (58.1%) yang mengaku

tidak mendapatkan honor di luar upah.

b. Terkait upah, meski semua responden menerimanya setiap

bulan namun hanya sekitar 30% responden saja yang menilai

upah tersebut baik atau sangat baik. Sekitar separuh responden

menilai upah yang mereka terima setiap bulannya biasa saja.

c. Temuan yang juga cukup mengagetkan, ternyata separuh lebih

Ringkasan Eksekutif

Page 12: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

12

responden (60%) menilai upah yang mereka dapatkan dari

perusahaan tempatnya bekerja tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

9. Kondisi kerja dan beban kerja

a. Di atas 40% kelompok responden dari media yang memiliki

serikat menilai aturan-aturan seperti status pekerja, cuti, PHK

dan hak cipta sudah baik. Kecuali aturan mengenai jenjang

karier yang lebih banyak dinilai biasa saja oleh responden

(47.4%).

b. Yang menarik dari riset ini, ternyata tidak ada perbedaan beban

kerja di perusahaan responden dari media yang memiliki

serikat dengan perusahaan responden dari media yang tidak

mempunyai serikat pekerja.

Page 13: Masih bertumpu pada sang pelopor

13

DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif

Daftar Isi

Daftar Grafik

Daftar Tabel

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang penelitian

B. Tujuan penelitian

C. Metode penelitian

D. Sampel dan responden

Bab 2 Profil Responden

A. Usia dan jenis kelamin

B. Bidang pekerjaan

C. Pendidikan

D. Lama bekerja

E. Keanggotaan di organisasi jurnalis

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja di Perusahaan Media

A. Keberadaan serikat pekerja di tempat kerja

B. Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja

C. Keanggotaan serikat pekerja

D. Dukungan direksi/manajemen terhadap keberadaan

serikat pekerja

E. Hubungan serikat pekerja dengan manajemen

Bab 4 Pembentukan Serikat Pekerja

A. Persepsi terhadap pembentukan serikat pekerja

7131721252537393945454748484951515557

63667171

Page 14: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

14

B. Dukungan terhadap pembentukan serikat pekerja

Bab 5 Permasalahan Pekerja dan Penyelesaiannya oleh Serikat

Pekerja

A. Permasalahan/keluhan pekerja di tempat kerja

B. Cara penyelesaian masalah

C. Serikat pekerja sebagai tempat menyampaikan keluhan

D. Kepuasan terhadap tindakan yang dilakukan serikat

pekerja

E. Kecepatan respons serikat pekerja terhadap keluhan

pekerja

F. Keberhasilan serikat pekerja dalam menyeleasikan

masalah

G. Penilaian terhadap penyelesaian masalah oleh serikat

pekerja

Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja

A Keaktifan perjuangan serikat pekerja

B. Kepuasan terhadap perjuangan serikat pekerja

C. Penilaian terhadap manfaat perjuangan serikat pekerja

D. Aspek yang diperjuangkan serikat pekerja

E. Penilaian terhadap efektivitas perjuangan serikat

pekerja

Bab 7 Aktivitas Serikat Pekerja

A. Penilaian terhadap keaktifan serikat pekerja

B. Aktivitas serikat pekerja

C. Pertemuan serikat pekerja

D. Iuran dalam serikat pekerja

72

777779808080

81

82

858585868889

95979799

105107

Page 15: Masih bertumpu pada sang pelopor

15

E. Frekuensi pertemuan serikat pekerja

F. Persepsi terhadap aktivitas serikat pekerja

G. Keaktifan pekerja dalam aktivitas serikat pekerja

Bab 8 Perjanjian Kerja Bersama

A. Penilaian terhadap Perjanjian Kerja Bersama

B. Aspek dalam Perjanjian Kerja Bersama

Bab 9 Kepemilikan Saham Kolektif

A. Penilaian terhadap kepemilikan saham kolektif

B. Aspek yang perlu diperjuangkan pada kepemilikan

saham kolektif

Bab 10 Pendapatan dan Fasilitas Kerja

A. Upah

B. Upah dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

C. Pendapatan sampingan

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

A. Aturan kerja

B. Beban kerja

C. Berita yang tidak dimuat

D. Kondisi ruang redaksi

Bab 12 Kesimpulan Dan Rekomendasi

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi

Daftar Isi

108110112115115118121122

125129130139145147147150157160163163167

Page 16: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

16

Page 17: Masih bertumpu pada sang pelopor

17

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Jenis kelamin

Grafik 2.2 Usia responden

Grafik 2.3 Posisi/jabatan di media

Grafik 2.4 Pendidikan

Grafik 2.5 Lama bekerja

Grafik 2.6 Keanggotaan di organisasi jurnalis

Grafik 2.7 Keanggotaan di organisasi jurnalis

Grafik 3.1 Keberadaan serikat pekerja

Grafik 3.2 Alasan serikat pekerja ada di perusahaan media

Grafik 3.3 Alasan serikat pekerja tidak ada di perusahaan

media

Grafik 3.4 Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja

Grafik 3.5 Alasan serikat pekerja penting

Grafik 3.6 Alasan serikat pekerja tidak penting

Grafik 3.7 Keanggotaan di serikat pekerja

Grafik 3.8 Alasan masuk serikat pekerja

Grafik 3.9 Lama keanggotaan di serikat pekerja

Grafik 3.10 Sistem keanggotaan dalam serikat pekerja

Grafik 3.11 Sistem keanggotaan dalam serikat pekerja

Grafik 3.12 Keharusan menjadi anggota serikat pekerja

Grafik 3.13 Alasan setuju

Grafik 3.14 Alasan tidak setuju

Grafik 3.15 Dukungan direksi/manajemen

464747484950505252

53545657575859606162626364

Page 18: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

18

65

66697272737474

75767878797980

81828386878990

Grafik 3.16 Bentuk dukungan direksi/manajemen terhadap

serikat pekerja

Grafik 3.17 Direksi/manajemen tidak mendukung serikat

pekerja

Grafik 3.18 Mendukung serikat pekerja atau direksi

Grafik 4.1 Pembentukan serikat pekerja

Grafik 4.2 Dukungan pembentukan serikat pekerja

Grafik 4.3 Kesediaan menjadi pelopor

Grafik 4.4 Minat menjadi anggota serikat pekerja

Grafik 4.5 Alasan berminat menjadi anggota

Grafik 4.6 Alasan tidak berminat menjadi anggota serikat

pekerja

Grafik 4.7 Dukungan pekerja

Grafik 5.1 Permasalahan pekerja media

Grafik 5.2 Permasalahan pekerja media

Grafik 5.3 Permasalahan pekerja media

Grafik 5.4 Cara menyelesaikan masalah

Grafik 5.5 Apakah disampaikan ke serikat pekerja

Grafik 5.6 Penilaian kepuasan terhadap tindakan serikat

pekerja

Grafik 5.7 Kecepatan respons serikat pekerja

Grafik 5.8 Keberhasilan serikat pekerja

Grafik 6.1 Keaktifan perjuangan serikat pekerja

Grafik 6.2 Keanggotaan di organisasi jurnalis

Grafik 6.3 Manfaat perjuangan serikat pekerja

Grafik 6.4 Aspek yang diperjuangkan serikat pekerja

Page 19: Masih bertumpu pada sang pelopor

19

Grafik 6.5 Aspek yang menjadi prioritas perjuangan serikat

pekerja

Grafik 6.6 Efektivitas perjuangan serikat pekerja

Grafik 6.7 Alasan perjuangan serikat pekerja tidak efektif

Grafik 7.1 Keaktifan serikat pekerja

Grafik 7.2 Alasan serikat pekerja tidak aktif

Grafik 7.3 Frekuensi aktivitas serikat pekerja

Grafik 7.4 Iuran serikat pekerja

Grafik 7.5 Persepsi terhadap kegiatan serikat pekerja

Grafik 7.6 Keaktifan pekerja pada kegiatan serikat pekerja

Grafik 8.1 Penilaian terhadap kesepakatan kerja

Grafik 8.2 Alasan kesepakatan kerja dibuat individual

Grafik 8.3 Alasan kesepakatan kerja dibuat kolektif

Grafik 9.1 Apakah perlu saham kolektif

Grafik 9.2 Alasan tidak perlu saham kolektif

Grafik 9.3 Keanggotaan di organisasi jurnalis

Grafik 10.1 Upah

Grafik 10.2 Apakah upah yang diterima sesuai dengan beban

kerja

Grafik 10.3 Apakah upah mencukupi kebutuhan hidup sehari-

hari

Grafik 10.4 Apakah mempunyai pekerjaan sampingan

Grafik 10.5 Lebih besar upah atau pendapatan hasil pekerjaan

sampingan

Grafik 11.1 Rata-rata jam kerja dalam sehari

Grafik 11.2 Rata-rata hari kerja dalam seminggu

Daftar Grafik

949596989899

108111113116117118123124125133

137

140145

146152153

Page 20: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

20

Grafik 11.3 Penilaian jam kerja ideal dalam sehari

Grafik 11.4 Penilaian rata-rata hari kerja ideal dalam seminggu

Grafik 11.5 Penilaian atas beban kerja

Grafik 11.6 Apakah punya kesempatan beraktivitas di luar

pekerjaan

Grafik 11.7 Apakah pernah membuat berita yang tidak disukai

Grafik 11.8 Apakah pernah membuat berita dan tidak dimuat

Grafik 11.9 Alasan berita yang tidak dimuat

154155155

156157158158

Page 21: Masih bertumpu pada sang pelopor

21

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi media dan responden survei

kuantitatif

Tabel 1.2 Komposisi media dan responden indepth interview

Tabel 3.1 Hal yang terdapat di perusahaan media

Tabel 3.2 Hal yang terdapat di perusahaan media

Tabel 5.1 Penyelesaian masalah oleh serikat pekerja

Tabel 6.1 Keberhasilan perjuangan serikat pekerja

Tabel 6.2 Kepuasan terhadap perjuangan serikat pekerja

atas aspek kesejahteraan pekerja

Tabel 7.1 Aktivitas yang dilakukan serikat pekerja

Tabel 7.2 Aktivitas yang dilakukan serikat pekerja

Tabel 7.3 Penilaian aktivitas yang dilakukan serikat pekerja

Tabel 7.4 Pernah mengikuti aktivitas serikat pekerja

Tabel 7.5 Penilaian manfaat mengikuti aktivitas serikat

pekerja

Tabel 7.6 Pertemuan yang dilakukan serikat pekerja

Tabel 7.7 Keikutsertaan pekerja dalam pertemuan serikat

pekerja

Tabel 7.8 Frekuensi pertemuan serikat pekerja membahas

masalah pekerja

Tabel 7.9 Frekuensi keikutsertaan dalam pertemuan tentang

masalah pekerja

Tabel 8.1 Aspek dalam kesepakatan bersama (ada serikat)

404167678491

93100101102103

104106

107

110

109118

Page 22: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

22

Tabel 8.2 Aspek dalam kesepakatan bersama (tidak ada

serikat)

Tabel 9.1 Aspek yang diperjuangkan dalam kepemilikan

saham (ada serikat)

Tabel 9.2 Aspek yang diperjuangkan dalam kepemilikan

saham (tidak ada serikat)

Tabel 10.1 Upah

Tabel 10.2 Penilaian atas upah (ada serikat)

Tabel 10.3 Penilaian atas upah (tidak ada serikat)

Tabel 10.4 Rata-rata upah berdasarkan posisi/jabatan

Tabel 10.5 Upah berdasarkan wilayah

Tabel 10.6 Upah berdasarkan posisi/jabatan

Tabel 10.7 Upah berdasarkan kelompok umur

Tabel 10.8 Upah berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 10.9 Upah berdasarkan lama bekerja

Tabel 10.10 Penilaian kesesuian gaji dengan beban kerja

berdasarkan jenis kelamin, umur, jabatan, lama

bekerja dan wilayah

Tabel 10.11 Penilaian apakah upah mencukupi

Tabel 10.12 Penilaian apakah upah mencukupi berdasarkan

jenis kelamin, umur, jabatan, lama bekerja dan

wilayah

Tabel 10.13 Tunjangan kerja

Tabel 10.14 Penilaian terhadap fasilitas yang diterima (ada

serikat)

119

126

128130132132133134134135135136

137142

142142

143

Page 23: Masih bertumpu pada sang pelopor

23

Tabel 10.15 Penilaian terhadap fasilitas yang diterima (tidak

ada serikat)

Tabel 11.1 Aturan kerja (ada serikat)

Tabel 11.2 Penilaian aturan kerja (ada serikat)

Tabel 11.3 Aturan kerja (tidak ada serikat)

Tabel 11.4 Beban kerja (ada serikat)

Tabel 11.5 Beban kerja (tidak ada serikat)

Tabel 11.6 Tindakan redaktur atas berita yang tidak dimuat

(ada serikat)

Tabel 11.7 Tindakan redaktur atas berita yang tidak dimuat

(tidak ada serikat)

Tabel 11.8 Kondisi ruang redaksi (ada serikat)

Tabel 11.9 Kondisi ruang redaksi (tidak ada serikat)

Daftar Tabel

144148153154153154

159

160161162

Page 24: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

24

Page 25: Masih bertumpu pada sang pelopor

25

A. Latar belakang penelitian

Siang itu, Kamis, 13 Maret 2010, mestinya menjadi titik balik

yang memberi harapan bagi Budi Laksono, Ketua Serikat Pekerja Suara

Pembaruan. Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta memutuskan

kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh PT Media Interaksi Utama

(MIU) terhadap Budi tidak sah dan batal demi hukum.

Budi, yang sudah mengabdi selama 18 tahun di Suara Pembaruan,

dipecat tak lama setelah mendirikan serikat pekerja di kantornya. Sejumlah

pekerja Suara Pembaruan sepakat membentuk serikat pekerja untuk

mengantisipasi berbagai rencana manajemen, setelah terjadi perubahan

status kepemilikan perusahaan tersebut.

Bab 1 Pendahuluan

Page 26: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

26

Reaksi manajemen seperti perkiraan Budi dan kawan-kawan.

Manajemen meminta pekerja yang menjadi pengurus serikat untuk

memilih, bergabung dengan serikat pekerja atau tetap dengan perusahaan.

Tak ayal, mereka yang memilih aktif di serikat pekerja mendapat sanksi.

Ada yang diturunkan jabatannya dari redaktur menjadi reporter, ada pula

yang diturunkan gajinya. Yang paling sial, ya, Budi. Ia dipecat dari Suara

Pembaruan.

Budi dan kawan-kawan sempat mengadukan perlakuan

manajemen kepada Dinas Tenaga Kerja Jakarta Timur. Mediasi di Dinas

memenangkan Budi dan rekan-rekannya, serta meminta perusahaan kembali

mempekerjakan Budi. Namun, perusahaan tidak mematuhi rekomendasi

Dinas Tenaga Kerja, sampai akhirnya kasus ini bergulir masuk ke Pengadilan

Hubungan Industrial.

Saat membacakan putusannya, Ketua Majelis Hakim PHI Jakarta,

Sapawi, menyatakan, hubungan kerja antara PT MIU dengan Budi belum

putus. Budi harus dipekerjakan kembali seperti semula sebagai wartawan

harian sore Suara Pembaruan.“Tindakan PHK tidak sah secara hukum,” ujar

Sapawi yang didampingi dua hakim anggota, Juanda Pangaribuan dan M.

Sinufa Zebua.

Menurut hakim, pemecatan sepihak Budi bertentangan dengan

ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Selain meminta Budi dipekerjakan kembali, Majelis

Hakim menghukum PT MIU agar membayar gaji Budi sejak Maret 2009

dan membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 200 ribu per hari jika

manajemen Suara Pembaruan melalaikan putusan tersebut.

Menanggapi putusan Majelis Hakim, Budi Laksono

Page 27: Masih bertumpu pada sang pelopor

27

mengaku lega. Selama ini, pimpinan PT MIU selalu sesumbar

bahwa perusahaan tidak bisa dikalahkan karena memiliki banyak

uang. “Ternyata masih ada keadilan di negeri ini yang tidak

bisa dibeli. Putusan ini mematahkan arogansi perusahaan,” ujar Budi.

Perjuangan panjang Budi di jalur hukum memang telah

membuahkan hasil. Tapi, upaya Budi untuk memperoleh haknya tampaknya

masih harus memakan waktu panjang. Pasalnya, perusahaan tempat dia

bekerja berkukuh bahwa pemberhentian itu sudah sesuai peraturan.

“Kami akan mengajukan kasasi,” kata pengacara Suara Pembaruan, Andi

Simangunsong seperti dikutip majalah Tempo edisi 29 Maret-4 April 2010.

Kasus serupa juga terjadi di stasiun televisi Indosiar. Dengan

alasan perusahaan terus merugi, manajemen memecat sepihak sekitar

200 pekerjanya. Manajemen juga menskorsing pekerja yang berunjuk rasa

saat Indosiar merayakan ulang tahun pada Januari lalu. Saat itu, mereka

memprotes kebijakan perusahaan yang tidak menaikkan gaji pekerja sejak

2004. Juru bicara perusahaan, Gufron Sakaril, mengatakan perusahaannya

tengah melakukan efisiensi dengan restrukturisasi usaha dan bisnis.

Untuk menuntut hak dan merespons kebijakan perusahaan, pada

21 April 2008, sekitar 750 orang karyawan Indosiar mendeklarasikan

berdirinya Serikat Karyawan (Sekar) Indosiar. Tapi, tak lama setelah Sekar

berdiri, perusahaan menyokong pendirian serikat pekerja tandingan, Serikat

Karyawan (Sekawan) Indosiar.

Sejak saat itu pula, upaya pengembosan atas serikat pekerja versi

pekerja terus terjadi. Manajer bidang pengamanan (security), misalnya,

secara terang-terangan meminta anak buahnya tidak bergabung dengan

Sekar. Pada saat hampir bersamaan, pimpinan unit pemeliharaan memanggil

Bab 1 Pendahuluan

Page 28: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

28

satu per satu bawahannya. Hal yang sama dilakukan pimpinan unit art

(seni) di Indosiar. Pesannya sama: agar pekerja bergabung dengan serikat

yang disokong perusahaan. Akibatnya bisa ditebak. Satu per satu anggota

Sekar mundur teratur. Terakhir, pekerja Indosiar yang bertahan di Sekar

tingal 300-an orang.

Namun, semua itu tak menyurutkan langkah aktivis Sekar

untuk memperjuangkan kesejahteraan anggotanya. Berkali-kali mereka

mengajukan permohonan agar perusahaan menyesuaikan gaji karyawan,

paling tidak sesuai laju inflasi tahunan yang jika diakumulasi dari 2004

hingga 2008 saja sudah mencapai 52,82 persen. Namun, semua itu tak

membuahkan hasil.

Pada 7 Januari 2010, aktivis Sekar mengadukan kasusnya

kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar.

Setelah itu, mereka mengadukan kasusnya ke Komisi Nasional

Hak Asasi Manusia dan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat.

Selain menolak pemecatan sepihak, mereka pun kembali menyuarakan

pentingnya peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kondisi kerja.

Dari lembaga negara dan lembaga kuasi negara itulah para aktivis Sekar

mendapatkan dukungan. Meskipun, perkembangan terakhir sampai laporan

ini ditulis, Ketua Sekar, Dicky Irawan; Sekretaris Sekar , Yanri Silitonga, dan

seluruh pengurus Sekar menerima skorsing dari manajemen. Dalihnya, para

aktivis Sekar tidak mau menandatangani surat pemutusan hubungan kerja.

Dua kasus paling anyar ini menunjukkan betapa upaya pekerja

memperjuangkan hak-haknya melalui serikat pekerja tidaklah mudah. Pihak

perusahaan umumnya masih alergi dengan keberadaan serikat pekerja, tak

terkecuali di perusahaan media. Perusahaan kebanyakan belum menganggap

Page 29: Masih bertumpu pada sang pelopor

29

serikat pekerja sebagai salah satu pemangku kepentingan yang mestinya bisa

diajak bersama-sama membangun perusahaan demi kesejahteraan bersama.

Akibatnya, pintu untuk dialog, berunding, atau berembuk kerap dikunci

sebelum pernah dibuka.

Divisi Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia

mencatat sejumlah pola bagaimana perusahaan mencoba mematahkan

perjuangan pekerja media melalui serikat pekerja:

1. Menghalang-halangi pekerja untuk bergabung di dalam serikat

Sering ditemui manajemen melarang pekerjanya untuk bergabung

di dalam serikat. Selalu dipropagandakan, serikat pekerja tukang

menuntut, membuat hubungan kerja tidak harmonis, dan lain

sebagianya. Intinya, ada upaya untuk memberi stigma bahwa

serikat pekerja adalah perongrong perusahaan.

2. Mengintimidasi

Jika penghalang-halangan tidak berhasil, upaya lanjutan yang

sering dilakukan adalah mengintimidasi pekerja. Saat bergabung

dalam serikat, pekerja diancam tidak mendapatkan kenaikan gaji,

tidak mendapatkan bonus, tunjangan, tidak naik pangkat, diputus

kontrak kerjanya, dan lain sebagainya. Bahkan dijumpai pula ada

perusahaan yang menggunakan aparat kepolisian untuk menakut-

nakuti agar pekerjanya di bagian security tidak bergabung menjadi

anggota serikat.

3. Memutasi pengurus atau anggota serikat

Untuk memecah kekuatan serikat, sering pula dilakukan tindakan

mutasi atau pemindahan kerja secara sepihak. Kasus semacam ini

Bab 1 Pendahuluan

Page 30: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

30

umumnya dilakukan ketika serikat pekerja sedang memperjuangkan

hak-hak pekerja. Tak tanggung-tanggung, kadang mutasi dilakukan

hingga ke luar pulau. Tujuannya jelas, selain untuk melemahkan

serikat juga untuk menghancurkan mental pekerja-karena ia juga

akan jauh dengan keluarganya.

4. Memutus hubungan kerja

Ini cara lama tapi masih menjadi tren hingga sekarang. Anggota

serikat yang sering menjadi korban dari modus ini adalah yang

berstatus karyawan kontrak. Dengan risiko hukum kecil dan biaya

murah (tidak perlu mengeluarkan pesangon gede), tindakan ini

kerap dijadikan pilihan favorit pihak manajemen. Dampaknya,

pekerja tidak berani lagi untuk bergabung dalam serikat pekerja

dan lambat-laun serikat pun menjadi gembos.

5. Membentuk serikat boneka

Upaya ini dilakukan untuk menandingi keberadaan serikat pekerja

sejati. Tujuannya agar pekerja menjadi bingung, mau memilih

serikat yang mana. Serikat boneka ini umumnya dikendalikan

penuh oleh manajemen, termasuk orang-orang yang menjadi

pengurusnya. Cara mengenali serikat model ini sangat gampang.

Biasanya mereka mendapatkan kemudahan dalam menjalankan

aktivitasnya, sementara serikat sejati selalu dihambat saat akan

melakukan aktivitas. Tak terkecuali tidak mendapatkan izin untuk

melakukan rapat di kantor.

6. Menolak diajak berunding PKB

Saat diajak berunding dalihnya macam-macam. Kadang manajemen

beralasan mau mengecek dulu apakah anggota serikat sudah

Page 31: Masih bertumpu pada sang pelopor

31

memenuhi syarat 50%+1 dari total pekerja, kadang malah tidak

mau berunding karena di dalam perusahaan terdapat dua serikat

pekerja. Padahal kita tahu serikat yang satu adalah serikat boneka

yang selalu membeo kepada perusahan. Semua itu bertujuan agar

pekerja tidak memiliki Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

7. Membuat peraturan perusahaan sepihak

Walaupun sudah ada serikat pekerja tapi tetap tidak diakui

keberadaannya. Bahkan, kalau perlu manajemen membuat

pernyataan palsu kepada Dinas atau Kementerian Tenaga Kerja

bahwa di perusahaannya tidak terdapat serikat pekerja. Sehingga

dengan demikian peraturan perusahaan pun langsung disahkan

dan diberlakukan.

Berbagai tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai

union busting (pemberangusan serikat pekerja). Menurut pasal 43

ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

Pekerja/Buruh, “Barang siapa menghalang-halangi aktivitas yang

terkait dengan serikat pekerja, dapat dikenai sanksi pidana penjara

paling singkat satu tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100

juta, dan paling banyak Rp 500 juta.”

Bayangkan saja, jika berjuang secara kolektif lewat serikat pekerja

saja menemui banyak kendala, apalagi jika pekerja berjuang secara individual.

Manajemen akan dengan mudah mematahkan dan menyingkirkan individu-

individu yang mereka anggap rewel dan tidak memiliki basis dukungan.

Betapapun banyak kendalanya, upaya meningkatkan kesejahteraan

pekerja secara keseluruhan akan lebih efektif dilakukan secara kolektif

Bab 1 Pendahuluan

Page 32: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

32

melalui serikat pekerja. Lewat serikat pekerja dukungan internal bisa

digalang sehingga posisi tawar pun bisa terkerek lebih tinggi.

Hal lain yang perlu dicatat, perjuangan lewat serikat pekerja bukan

perjuangan liar.Undang-undang menjamin ruang perjuangan tersebut.

Karena itu, sepanjang berada dalam koridor undang-undang, upaya para

aktivis serikat pekerja kerap mendapat dukungan dari pihak luar, seperti

parlemen dan Komnas HAM.

Perkembangan positif lain, saat ini di Indonesia sudah berdiri

Federasi Serikat Pekerja Media Independen, wadah yang secara khusus

menghimpun serikat pekerja di sektor media massa. Keberadaan federasi

yang pendiriannya difasilitasi AJI ini mestinya bisa menambah daya ungkit

perjuangan serikat pekerja serta memperkuat solidaritas kepada sesama

pekerja media. Dalam kasus Indosiar dan Suara Pembaruan, misalnya,

Federasi ini memberi dukungan penuh kepada serikat pekerja.

Namun, harus diakui, pertumbuhan serikat pekerja media di

Indonesia masih sangat lamban, bahkan jika dibandingkan serikat pekerja

di sektor industri lainnya. Hingga saat ini, tercatat hanya 27 media yang

mempunyai serikat pekerja. Jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan

jumlah media cetak dan elektronik di seluruh Indonesia yang berjumlah

2.314. Rinciannya sebanyak 1.008 media cetak, 1.297 radio, 79 stasiun

televisi, dan belum lagi belasan media online yang terus bertumbuh.

Divisi Serikat Pekerja AJI Indonesia juga mengidentifikasi sejumlah

faktor yang menyebabkan lambannya pertumbuhan serikat pekerja sektor

media tersebut, yakni:

Page 33: Masih bertumpu pada sang pelopor

33

1. Problem ”kelas” yang belum tuntas

Selama ini mayoritas jurnalis masih mengidentifikasikan dirinya

sebagai kelompok profesional dan eksklusif. Mereka merasa enggan

untuk dikelompokkan menjadi bagian dari kelas buruh. Latar

belakang pendidikan tinggi, kemudahan akses dalam kerja-kerja

jurnalistik, penampilan yang keren dan mentereng adalah beberapa

faktor yang membuat kalangan jurnalis makin membenamkan

dirinya sebagai kelas white collar.

2. Masih bertumpu pada jurnalis

Dalam kepengurusan sebuah serikat pekerja media, jurnalis masih

dianggap sebagai kelompok “kasta brahmana”. Poros sebuah

serikat kerap ditumpukan sepenuhnya kepada kelompok ini.

Sementera pekerja pada bagian lain (administrasi, percetakan,

sirkulasi, marketing, sopir, dll) kerap menempatkan dirinya

sebagai kelompok kasta di bawahnya. Karena itu, dalam pemilihan

pengurus, mayoritas anggota kerap terilusi untuk menempatkan

jurnalis sebagai tumpuan kekuatan di dalam serikat. Mereka

menunggu kepemimpinan dari divisi redaksi atau jurnalis. Padahal,

idealnya, komposisi kepengurusan serikat pekerja media berasal

dari semua lini produksi sehingga kekuatan solidaritasnya bisa

lebih maksimal dan merata.

3. Stigma negatif serikat pekerja

Kerap dilekatkan cap: serikat pekerja-termasuk aktivisnya-adalah

tukang bikin kisruh di perusahaan, suka menuntut dan membuat

disharmoni hubungan kerja. Kerap digambarkan aktivis serikat

juga cenderung jeblok di dalam pekerjaannya. Di samping itu

Bab 1 Pendahuluan

Page 34: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

34

belum banyaknya contoh kemenangan yang berhasil diraih serikat

pekerja media membuat mayoritas pekerja media enggan untuk

bergabung dalam sebuah serikat. Mereka menganggap belum ada

manfaat konkret berjuang melalui serikat.

4. Lemah secara manajemen dan organisasional

Tak adanya rapat reguler, minimnya perumusan agenda dan

program, hingga lemahnya administrasi keuangan serikat pekerja

media membuat mayoritas anggota mengalami demoralisasi.

Mereka merasa tidak memperoleh keuntungan bergabung dalam

sebuah serikat pekerja. Hal ini tak hanya menyebabkan matinya

serikat, tapi juga merontokkan mental pekerja media.

5. Sanksi dari manajemen

Sanksi yang kerap terjadi pada aktivis maupun anggota serikat

pekerja media adalah mutasi dan penghambatan jenjang karier.

Terkadang manajemen juga memutus kontrak kerja orang-orang

yang teridentifikasi menjadi anggota serikat. Hal ini kian membuat

pekerja media menjadi takut untuk bergabung dalam sebuah

serikat.

6. Rendahnya pembelaan dan solidaritas di dalam serikat

Minimnya pengalaman dan kemampuan bernegosiasi sering

membuat pengurus serikat pekerja media menghindari terlibat

konflik secara langsung dengan manajemen. Akibatnya ketika ada

anggota yang mengadukan masalah, pengurus serikat tak mampu

membantu dan mengadvokasi anggotanya.

7. Terpisah dalam teritori tertentu

Hal ini sering dijumpai pada perusahaan media yang sukses

Page 35: Masih bertumpu pada sang pelopor

35

mengembangkan ekspansi bisnis. Contohnya, selain menerbitkan

media, perusahaan tersebut juga memiliki percetakan sendiri.

Lokasi unit usaha pun dibuat berjauhan. Pemisahan teritori unit

usaha ini menyebabkan pekerja di bagian redaksi dan percetakan

tidak mampu bersatu dan cenderung memilih mendirikan serikat

sendiri-sendiri. Padahal jika kedua basis ini disatukan dalam sebuah

serikat, tentunya akan melahirkan kekuatan besar. Apalagi unit

percetakan media adalah jantung produksi dari perusahaan media

(cetak).

8. Tuntutan kerja tinggi

Tuntutan ekspansi perusahaan sering berimbas pada tuntutan

kerja yang semakin tinggi. Situasi seperti ini membuat lemahnya

konsolidasi dan kerja-kerja organisasi. Tanpa militansi yang tinggi

dari para aktivisnya, kisah sukses serikat pekerja media hanya akan

menjadi tinggal cerita.

9. Bimbang atas pilihan loyalitas

Pekerja media sering merasa bimbang: harus loyal kepada

perusahaan atau kepada serikat pekerja. Jika organisasi serikat kuat

memegang teguh fungsinya, tentu kebimbangan seperti ini akan

dengan mudah bisa dijawab. Sebaliknya bila organisasinya lemah

maka dengan sedikit propaganda hitam saja bisa dipastikan pekerja

media akan menjauhi bahkan meninggalkan serikat.

10. Lemahnya kaderisasi

Ini problem usang yang tak kunjung terpecahkan penyelesaiannya.

Tidak banyak muncul kader-kader baru. Dapat dipastikan, dalam

forum-forum serikat pekerja media, yang sering muncul adalah

Bab 1 Pendahuluan

Page 36: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

36

wajah-wajah lama. Tanpa adanya kaderisasi, cepat atau lambat akan

membuat serikat pekerja mati.

Dari pemetaan problem di atas terlihat bahwa di luar sikap

manajemen media yang masih kurang terbuka dengan serikat pekerja,

kehadiran dan keaktifan serikat pekerja juga ditentukan oleh kalangan jurnalis

dan pekerja media sendiri. Apakah serikat pekerja memang dianggap sebagai

kebutuhan oleh jurnalis atau tidak. Hingga saat ini, belum ada penelitian

yang secara empiris menunjukkan bagaimana jurnalis menilai kehadiran

serikat pekerja. Apakah jurnalis menganggap serikat pekerja penting. Jika

penting, apa harapan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja. Dan

apabila dirasakan tidak penting, apa alasannya, dan sebagainya.

Survei ini ingin menggambarkan bagaimana penilaian jurnalis

terhadap kehadiran serikat pekerja. Agar ada perbandingan, survei ini

menyertakan jurnalis dari media yang memiliki serikat pekerja juga jurnalis

di media yang tidak atau belum mempunyai serikat pekerja. Dari survei ini

akan didapatkan data bagaimana pandangan jurnalis terhadap serikat pekerja.

Untuk jurnalis di media yang memiliki serikat pekerja, akan ditanyakan

kepuasan mereka terhadap kehadiran serikat pekerja. Harapan dan peran

apa yang diharapkan akan dilakukan oleh serikat pekerja. Sementara untuk

jurnalis di media yang tidak terdapat serikat pekerja akan ditanyakan apakah

mereka mempunyai keinginan membentuk serikat pekerja di medianya. Dari

dua sisi sudut pandang ini setidaknya akan semakin memperluas penelitian

tentang survei pekerja media ini.

Page 37: Masih bertumpu pada sang pelopor

37

B. Tujuan penelitian

Survei ini ingin mendapatkan data mengenai penilaian jurnalis

terhadap serikat pekerja, baik dari jurnalis yang medianya memiliki serikat

pekerja maupun yang belum atau tidak terdapat serikat pekerja. Detail

informasi yang digali dalam survei ini adalah sebagai berikut:

1. Media yang mempunyai serikat pekerja

a. Penilaian umum terhadap serikat pekerja. Bagaimana pendapat

jurnalis terhadap serikat pekerja; apakah serikat pekerja memang

dibutuhkan oleh jurnalis; apakah menurut jurnalis setiap media

seharusnya mempunyai serikat pekerja.

b. Peran serikat pekerja. Bagaimana pendapat jurnalis mengenai

peran yang sebaiknya dijalankan oleh serikat pekerja; apakah

sebaiknya serikat pekerja hanya memperjuangkan kesejahteraan

jurnalis atau juga memperjuangkan hal lain, misalnya melakukan

advokasi terhadap pekerja, peningkatan profesionalisme pekerja

dan sebagainya; setuju atau tidak menjalin hubungan dengan

serikat pekerja lain (misalnya, dalam bentuk federasi serikat pekerja

media) ataukah serikat pekerja media sebaiknya hanya mengurusi

masalah internal di medianya masing-masing.

c. Penilaian terhadap serikat pekerja media di tempat kerja.

Apakah responden mengetahui adanya serikat pekerja; apakah

mengetahui kegiatan-kegiatan serikat pekerja; bagaimana penilaian

terhadap serikat pekerja di media masing-masing; apakah serikat

pekerja sudah menjalankan peran sesuai dengan harapan; apa

harapan terhadap peran serikat pekerja media; peran apa yang

Bab 1 Pendahuluan

Page 38: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

38

diharapkan akan dilakukan oleh serikat pekerja media.

d. Kepuasan terhadap serikat pekerja media di tempat kerja.

Seberapa puas dengan kinerja serikat pekerja di media masing-

masing; bagaimana kepuasan jurnalis dengan perjuangan yang

telah dilakukan oleh serikat pekerja; dan sebagainya.

2. Media yang tidak atau belum mempunyai serikat pekerja

a. Penilaian umum terhadap serikat pekerja. Bagaimana pendapat

jurnalis terhadap serikat pekerja; apakah serikat pekerja memang

dibutuhkan oleh jurnalis; apakah menurut jurnalis setiap media

seharusnya mempunyai serikat pekerja.

b. Hambatan membentuk serikat pekerja. Apakah jurnalis

menginginkan adanya serikat pekerja di media tempat mereka

bekerja; mengapa hingga saat ini belum ada serikat pekerja

media di tempat mereka bekerja; apakah pernah ada upaya untuk

membentuk serikat pekerja; apakah ada hambatan dari manajemen

yang membatasi pembentukan serikat pekerja.

c. Kepentingan jurnalis. Jika saat ini belum ada serikat pekerja,

bagaimana kepentingan jurnalis dan pekerja lainnya selama ini

diperjuangkan; bagaimana mekanisme yang biasa dilakukan

jika terjadi konflik antara jurnalis dengan manajemen media;

bagaimana konflik itu selama ini diselesaikan; misalnya apakah ada

forum antara pekerja dan manajemen untuk menyelesaikan konflik

yang mungkin terjadi.

d. Peran serikat pekerja. Jika nantinya terdapat serikat pekerja di

tempat mereka bekerja, peran apa yang diharapkan dijalankan

oleh serikat pekerja; apakah sebaiknya serikat pekerja

Page 39: Masih bertumpu pada sang pelopor

39

hanya memperjuangkan kesejahteraan jurnalis ataukah juga

memperjuangkan hal lain misalnya melakukan advokasi terhadap

semua pekerja, peningkatan profesionalisme jurnalis dan

sebagainya; apakah setuju atau tidak menjalin hubungan dengan

serikat pekerja lain (misalnya, dalam bentuk federasi serikat pekerja

media) ataukah serikat pekerja media sebaiknya hanya mengurusi

internal di media masing-masing.

C. Metode penelitian

Survei ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terstruktur

(kuesioner). Survei ini bersifat eksploratif, berusaha menggambarkan

sebanyak mungkin berbagai masalah berdasarkan pendapat jurnalis.

Populasi dari survei ini adalah semua jurnalis yang bekerja di tujuh kota di

Indonesia, yakni Jakarta, Aceh, Medan, Lampung, Bandung, Surakarta, dan

Palu. Jurnalis dalam survei ini didefinisikan sebagai individu yang bekerja

mencari, mengolah dan mempublikasikan berita di suatu media. Pekerja

administrasi atau staf keuangan di satu media tidak dimasukkan dalam

survei ini. Seorang jurnalis freelance juga tidak dimasukkan dalam survei.

Wawancara dilakukan secara langsung (face to face interviews), di mana

pewawancara mendatangi langsung responden terpilih. Untuk menjamin

wawancara dilakukan secara benar, dilakukan spot check, sebanyak 20% dari

jumlah sampel.

D. Sampel dan responden

Teknik penarikan sampel yang dipakai dalam survei ini adalah

teknik acak klaster (cluster random sampling). Teknik penarikan sampel acak

Bab 1 Pendahuluan

Page 40: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

40

klaster ini dipakai karena dua kondisi. Pertama, tidak tersedia kerangka

sampel (sampling frame) yang bisa dijadikan sebagai dasar dalam penarikan

sampel acak (random). Kerangka sampel yang dimaksud adalah sebuah

daftar yang memuat nama-nama jurnalis di semua media yang ada di tujuh

kota yang menjadi wilayah survei ini. Jumlah sampel dalam survei ini adalah

sebanyak 192 responden survei dan 27 responden indepth interview. Dengan

jumlah sampel sebesar ini, tingkat kesalahan (sampling error) dalam survei ini

adalah ± 6,62% pada interval kepercayaan 95,0%. Artinya derajat perbedaan

antara 95,0% hasil survei dengan populasi diperkirakan plus minus 6,62%.

Tabel 1.1 Komposisi Media dan Responden Survei Kuantitatif

Media Memiliki Serikat Pekerja Media Tanpa Serikat Pekerja

Wilayah Dki Jakarta (= 124 Responden)

1. Kompas 4 19. Rakyat Merdeka 4

2. Republika 4 20. Indo Pos 4

3. Bisnis Indonesia 4 21. Sinar Harapan 4

4. Jakarta Post 4 22. Pos Metro* -

5. Warta Kota 4 23. Pos Kota 4

6. Kontan 4 24. Media Indonesia 4

7. Koran Tempo 4 25. Berita Kota 4

8. Swa Sembada 4 26. Gatra 4

9. Suara Pembaruan 4 27. ScTv 4

10. Antv 4 28. Trans Tv 4

11. TPI 4 29. Metro Tv 4

12. RcTI 4 30. Tv One 4

13. Indosiar 4 31. Delta Fm 4

14. Detik.com 4 32. Sonora Fm 4

15. Hukumonline.com 4

16. Kantor Berita Antara 4

Page 41: Masih bertumpu pada sang pelopor

41

17. Kantor Berita Radio 68 H 4

18. Smart FM Jakarta 4

Wilayah Bandung (= 8 Responden)

1. Pikiran Rakyat Bandung 4 2. Tribun Jabar 4

Wilayah Surakarta (= 8 Responden)

1. Solo Pos 4 2. Radar Surakarta 4

Wilayah Medan (= 28 Responden)

1. Sumut Post 4 5. Waspada 4

2. Medan Bisnis 4 6. Sinar Indonesia Baru 4

3. Analisa 4 7. Medan Pos 4

4. Smart FM Medan 4

Wilayah Lampung (= 8 Responden)

1. Lampung Tv 4 2. Lampung Pos 4

Wilayah Palu (= 8 Responden)

1. Harian Mercusuar Palu 4 2. Radar Sulteng 4

Wilayah Aceh (= 8 Responden)

1. Harian Aceh Independen 4 2. Serambi Indonesia 4

Total 7 Kota (= 192 Responden)

Media Memiliki SP (= 108 Reponden) Media Tidak Ada SP (= 84 Reponden)

*Harian Pos Metro yang awalnya ditargetkan disurvei ternyata sudah tidak terbit lagi.

Tabel 1.2 Komposisi Media dan Responden “Indepth Interview”

No. Kota Wilayah Media Memiliki SP Media Tidak Ada SP

1. DKI Jakarta 8 5

2. Banda Aceh 2 2

3. Medan 1 1

4. Lampung 1 1

5. Bandung 1 1

6. Surakarta 1 1

7. Palu 1 1

Total 15 12

Bab 1 Pendahuluan

Page 42: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

42

Karena daftar nama tidak tersedia, penarikan sampel acak sederhana

(simple random sampling) tidak bisa dipakai. Kedua, kalaupun daftar nama

jurnalis itu tersedia masih diragukan akurasinya. Di samping tidak memuat

nama semua jurnalis, daftar itu acapkali tidak up to date. Karena tiadanya

daftar nama jurnalis tersebut, maka penarikan sampel klaster adalah

alternatif penarikan sampel yang mungkin dilakukan.

Sesuai dengan namanya, penarikan sampel ini didasarkan pada

gugus (klaster). Asumsinya, individu adalah bagian dari gugus atau klaster

tertentu. Kerangka sampel berupa daftar nama individu memang tidak

tersedia, tetapi daftar kelompok (gugus) itu pasti tersedia. Karena itu yang

dilakukan oleh peneliti adalah menarik sampel dari gugus atau klaster itu.

Kemudian dari gugus itu ditarik individu. Dalam survei ini, gugus yang

dimaksud adalah media tempat jurnalis bekerja. Dan daftar nama media di

tujuh kota pasti tersedia. Adapun tahapan penarikan sampel klaster adalah

sebagai berikut:

1. Memilih Primary Sampling Unit (PSU) media

Peneliti memilih media di masing-masing kota. Media yang

$$

$$

$$ $$

MEDIA X

MEDIA Y

MEDIA Z

Page 43: Masih bertumpu pada sang pelopor

43

diambil diklasifikasikan ke dalam media yang mempunyai serikat

pekerja dan media yang tidak mempunyai serikat pekerja. Dengan

cara ini diharapkan bisa dibuat perbandingan penilaian jurnalis

yang bekerja di media yang terdapat serikat pekerja dan yang tidak

mempunyai serikat pekerja. Untuk media yang mempunyai serikat

pekerja diambil semua sebagai sampel. Total terdapat 27 media

di tujuh kota yang mempunyai serikat pekerja. Sementara untuk

media yang tidak mempunyai serikat pekerja diambil sampel 23

media. Sehingga total ada 50 media di tujuh kota yang diambil

sebagai sampel. Media yang terpilih itu ditempatkan sebagai

Primary Sampling Unit (PSU).

2. Mendata jurnalis di PSU terpilih dan memilih secara acak (random)

wartawan yang akan menjadi sampel

Setelah PSU terpilih, pewawancara (interviewer) mendatangi

masing-masing PSU tersebut. Pewawancara mendata nama semua

jurnalis yang ada di media terpilih.

3. Mengambil secara acak (random) jurnalis di media sampel

Dengan menggunakan lembar yang telah disediakan, pewawancara

memilih secara random (acak) jurnalis yang terpilih sebagai

sampel. Jumlah responden yang diambil di masing-masing media

ditetapkan sebanyak empat orang jurnalis.

Bab 1 Pendahuluan

Page 44: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

44

Page 45: Masih bertumpu pada sang pelopor

45

RESPONDEN yang menjadi sampel dalam survei ini didesain menjadi dua

kelompok responden. Pertama, kelompok yang memiliki serikat pekerja,

yakni responden yang bekerja sebagai pekerja tetap di perusahaan media

yang terdapat serikat pekerja. Kedua, kelompok yang tidak memiliki

serikat pekerja, yaitu mereka yang bekerja sebagai pekerja tetap di

perusahaan media yang tidak memiliki serikat pekerja.

A. Usia dan jenis kelamin

Secara keseluruhan, responden dalam survei ini lebih banyak laki-

laki (85%) dibandingkan dengan perempuan (15%). Tidak ada perbedaan

signifikan perbandingan jenis kelamin responden di media yang memiliki

Bab 2 Profil Responden

Page 46: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

46

serikat pekerja dengan media yang tidak memiliki serikat pekerja.

Grafik 2.1 Jenis Kelamin

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Jenis kelamin responden”

Terkait usia, sebagian besar responden berada dalam rentang usia

antara 26-35 tahun, baik di media yang memiliki serikat pekerja maupun

yang tidak memiliki serikat pekerja. Hanya sebagian kecil responden yang

tergolong berusia tua maupun di bawah 25 tahun.

Laki-laki, 85.0%

Perempuan, 15.0%

86.0%

14.0%

83.9%

16.1%

Laki-laki Perempuan

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 47: Masih bertumpu pada sang pelopor

47

Grafik 2.2 Usia Responden

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Usia responden”

B. Bidang pekerjaan

Responden dalam survei ini sebagian besar bekerja sebagai

reporter/fotografer. Posisi atau jabatan responden yang juga cukup banyak

dalam survei ini adalah redaktur. Paling sedikit adalah sebagai koordinator

reportase.

Grafik 2.3 Posisi/Jabatan di Media

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja

“Jabatan/posisi Anda di media?”

44.0%

34.0%

12.0% 10.0%

0.0%

57.1%

22.0%

11.0% 8.8%1.1%

26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 17-25 tahun 56-65 tahun

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

59.8%

10.3%

4.6%

23.0%

2.3%

76.3%

1.1%

1.1%

11.8%

9.7%

Reporter/fotografer

Penanganggung jawab rubrik

Koordinator reportase

Redaktur

Redaktur pelaksana

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 2 Profil Responden

Page 48: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

48

C. Pendidikan

Sementara untuk tingkat pendidikan, sebagian besar responden

(80%) adalah sarjana. Selebihnya, rata di antara mereka yang lulusan SLTA,

akademi dan pascasarjana.

Grafik 2.4 Pendidikan

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Pendidikan terakhir”

D. Lama kerja

Di media yang memiliki serikat pekerja, responden dalam survei

ini paling banyak (27%) telah bekerja lebih dari 10 tahun. Sementara

di media yang tidak memiliki serikat pekerja, responden paling banyak

(22.8%) adalah mereka yang bekerja 3-4 tahun. Responden paling sedikit

adalah responden yang bekerja kurang dari satu tahun. Artinya sebagian

besar responden sudah cukup lama bekerja di media tempat mereka bekerja

sekarang ini.

80.0%

7.0% 7.0% 6.0%

82.8%

7.5% 8.6%1.1%

Tamat Sarjana Tamat SLTA Tamat Akademi

Tamat PascaSarjana ( S2)

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 49: Masih bertumpu pada sang pelopor

49

Grafik 2.5 Lama Bekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Lama kerja”

E. Keanggotaan di organisasi jurnalis

Hal yang sangat menarik untuk diketahui dari profil responden

dalam survei ini adalah apakah mereka juga menjadi anggota di organisasi

jurnalis. Apakah ada perbedaan antara mereka yang bekerja di media yang

memiliki serikat pekerja dengan mereka yang bekerja di media yang tidak

memiliki serikat pekerja. Ternyata di media yang ada serikat pekerja lebih

banyak yang menjadi anggota organisasi jurnalis, meskipun separuh dari

mereka menyatakan tidak aktif. Sementara di media yang tidak ada serikat

pekerja sebagian besar (55.4%) jurnalis tidak menjadi anggota organisasi

jurnalis.

27.0%

19.0%

15.0%

14.0%

13.0%

12.0%

0.0%

21.7%

22.8%

12.0%

14.1%

5.4%

18.5%

5.4%

Lebih dari 10 tahun

3-4 tahun

5-6 tahun

1-2 tahun

9-10 tahun

7-8 tahun

Kurang dari 1 tahun

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 2 Profil Responden

Page 50: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

50

Grafik 2.6 Keanggotaan di Organisasi Jurnalis

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Apakah Anda anggota organisasi jurnalis?“

Responden di media yang memiliki serikat pekerja yang menjadi

anggota organisasi jurnalis, sebagian besar (52.7%) adalah anggota dari

Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Sementara responden di media yang

tidak memiliki serikat pekerja, yang menjadi anggota organisasi jurnalis

sebagian besar (54.8%) dari mereka adalah anggota Persatuan Wartawan

Indonesia (PWI).

Grafik 2.7 Keanggotaan di Organisasi Jurnalis

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Apakah Anda anggota organisasi jurnalis?“

39.0%

28.0% 28.0%

5.0%

55.4%

31.5%

9.8%3.3%

Tidak menjadianggota

Ya, anggotaaktif

Anggota, tidakaktif

Tidak tahu /tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

52.7%27.3%

3.6%3.6%

1.8%1.8%

1.8%1.8%

1.8%1.8%

0.0%0.0%

5.5%

19.0%54.8%

7.1%4.8%

2.4%0.0%

2.4%0.0%

0.0%0.0%

2.4%4.8%

7.1%

Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)

Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI)

Karyawan Jurnalis Indonesia (KJI)

PWI ReformasiForum Komunikasi Serikat Pekerja Media Indonesia

(FKSPMI)Persatuan Jurnalis Indonesia (PJI)

Pewarta Foto Indonesia (PFI)

Asosiasi Jurnalis Asia (AJA)

Forum Wartawan Pertanian (Forwatan)

Siwo

PRSSNI

Lainnya, (sebutkan)

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 51: Masih bertumpu pada sang pelopor

51

A. Keberadaan serikat pekerja di tempat kerja

Seluruh responden dalam survei ini mengetahui keberadaan serikat

pekerja di perusahaan tempat mereka bekerja. Dalam penelitian ini, 51.8%

responden bekerja di perusahaan media yang terdapat serikat pekerja.

Selebihnya (48.2%) bekerja di media yang tidak memiliki serikat pekerja.

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

Page 52: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

52

Grafik 3.1 Keberadaan Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Sepengetahuan Anda, apakah ada serikat pekerja di tempat Anda bekerja?”

Keberadaan serikat pekerja di perusahaan tempat responden

bekerja, menurut mereka, karena merupakan aspirasi dari pekerja. Hanya

3.2% responden yang menyatakan bahwa keberadaan serikat pekerja karena

dibentuk oleh manajemen/direksi perusahaan.

Grafik 3.2 Alasan Serikat Pekerja Ada di Perusahaan Media

Base: Ada Serikat Pekerja

“Menurut Anda, apa alasan serikat pekerja didirikan di media Anda?”

Tidak ada, 48.2%

Ada, 51.8%

60.0%

30.5%

3.2%

6.3%

Aspirasi dari pekerja

Aspirasi pekerja tapi didukung oleh direksi

Dibentuk oleh direksi atau pemilik perusahaan

Tidak tahu/tidak jawab

Page 53: Masih bertumpu pada sang pelopor

53

Sementara media yang belum terdapat serikat pekerja, menurut

responden, karena tidak ada orang atau pelopor yang menggerakkan

(38.1%). Alasan kedua adalah tidak diperbolehkan oleh manajemen/

direksi (26.2%). Dan alasan lain menurut mereka adalah tidak ada pekerja

yang berminat.

Grafik 3.3 Alasan Serikat Pekerja Tidak Ada di Perusahaan Media

Base: Ada Serikat Pekerja

”Mengapa dimedia tempat Anda bekerja tidak ada serikat pekerja?

Alasan Tidak Ada Serikat Pekerja di Perusahaan Media

Dari hasil wawancara mendalam terhadap sejumlah jurnalis di media yang tidak memiliki serikat pekerja, diketahui beberapa alasan mengapa di media mereka tidak ada serikat pekerja. Hal itu, mulai karena ditentang oleh pihak manajemen hingga tidak ada karyawan yang menggerakkan. Meskipun ide untuk membentuk serikat pekerja selalu ada, hal itu sulit terealisasi karena sering berbenturan dengan pihak manajemen yang menentang pembentukan serikat pekerja.”Selama ini hubungan manajemen dengan pekerja cukup harmonis, kalau ada masalah pasti bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Karyawan–terutama bagian redaksi–memang pernah memiliki pemikiran untuk membentuk serikat pekerja. Tapi sampai sekarang, ya, begini-begini saja, belum tercapai program itu. Persoalannya, membentuk serikat kerja enggak gampang. Perlu koordinasi, diskusi, dan harus menyusun rencana-rencana program. Dan, untuk

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

38.1%

26.2%

3.6%

2.4%

31.0%

Tidak ada orang yangmenggerakkan

Tidak diperbolehkanoleh direksi

Tidak ada pekerjayang berminat

Lainnya (sebutkan)

Tidak tahu/tidak jawab

Page 54: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

54

memulainya sampai sekarang belum ada yang menggerakkan. Apalagi, membentuk serikat pekerja ditentang manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Usia koran ini memang sudah lama, sekitar 35 tahun. Tapi selama itu pula tidak pernah ada serikat pekerja. Masalahnya perusahaan memang sama sekali tidak menginginkan adanya serikat pekerja. Dari sisi bisnis, keberadaan serikat pekerja dianggap merugikan perusahaan karena seluruh karyawan akan memperoleh 20% saham perusahaan. Ini yang tidak diinginkan manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Dari awal memang tidak ada serikat pekerja. Ada pertentangan antara kepentingan manajemen dan karyawan. Di satu sisi, manajemen sangat tidak berkenan atas hadirnya serikat pekerja, sementara di sisi karyawan, pembentukan serikat pekerja mengundang perlawanan terhadap manajemen. Pasti akan berhadapan dengan manajemen. Dan rencana pendirian serikat pekerja ditolak manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Enggak ada serikat pekerja. Banyak alasannya. Pertama, dari pihak manajemen memang tidak menginginkan ada serikat pekerja. Jauh-jauh hari, karyawan pernah berencana untuk membentuk serikat pekerja, namun hal ini ditentang keras oleh manajemen. Bentuk reaksi manajemen adalah dengan memanggil karyawan yang akan membentuk serikat pekerja. Jelas, ada intimidasi dari manajemen agar tidak membentuk serikat pekerja. Akhirnya enggak jadi. Kedua, kekompakan antar karyawan kurang. Kita semua tahu, kalau membentuk serikat pekerja akan berbenturan dengan manajemen. Karyawan juga takut akan mendapatkan sanksi dari manajemen jika membentuk serikat pekerja. Karena kondisi ini, sampai sekarang media ini enggak pernah punya serikat pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Sejak awal berdiri, media ini memang tidak memiliki serikat pekerja. Karena karyawannya tidak punya niat untuk membentuk serikat pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Sepertinya semua karyawan tahu kalau serikat pekerja adalah sesuatu yang ’tabu’ bagi manajemen. Karyawan akan dicap oposisi oleh manajemen. Karena itu, media ini tidak punya serikat pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

Page 55: Masih bertumpu pada sang pelopor

55

B. Persepsi terhadap keberadaan serikat pekerja

Persepsi responden terhadap keberadaan serikat pekerja sebagian

besar menilai sangat penting. Responden dari media yang tidak memiliki

serikat pekerja sebagian besar (54.8%) tetap menilai keberadaan serikat

pekerja sangatlah penting. Tidak ada responden yang menilai keberadaan

serikat pekerja tidak penting sama sekali. Meskipun kecil, ada 9.7% responden

dari media yang tidak memiliki serikat pekerja menilai keberadaan serikat

pekerja kurang penting.

Grafik 3.4 Persepsi terhadap Keberadaan Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

”Menurut penailaian Anda, apakah serikat pekerja di perusahaan media sangat penting, cukup penting, kurang penting atau tidak penting sama sekali?”

Alasan mereka menganggap penting keberadaan serikat pekerja

media sebagian besar karena serikat pekerja memperjuangkan hak dan

kesejahteraan pekerja. Alasan lain yang cukup banyak dikemukakan

responden adalah dengan adanya serikat pekerja, para pekerja memiliki

posisi tawar dengan perusahaan dan ketika mengalami sengketa ada yang

melindungi.

86.0%

11.0%

2.0%

0.0%

1.0%

54.8%

33.3%

9.7%

0.0%

2.2%

Sangat penting

Cukup penting

Kurang penting

Tidak penting

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

Page 56: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

56

Grafik 3.5 Alasan Serikat Pekerja Penting

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Mengapa serikat pekerja sangat penting atau cukup penting di perusahaan media?”

Separuh responden (50%) dari media yang memiliki serikat pekerja

yang menjawab keberadaan serikat pekerja kurang penting beralasan, serikat

pekerja tidak efektif dalam memperjuangkan kesejahteraan pekerja, dan

separuh lagi beranggapan kondisi kesejahteraan sudah baik sehingga tidak

perlu diperjuangkan oleh serikat pekerja. Sementara responden dari media

yang tidak memiliki serikat pekerja sebagian besar (72.7%) menganggap,

serikat pekerja kurang penting karena kepentingan mereka sudah diurus oleh

bagian umum atau personalia di perusahaan media. Alasan kedua (27.3%),

serikat pekerja tidak akan efektif dalam memperjuangkan kesejahteraan

pekerja.

40.8%

28.6%

16.3%

9.2%

4.1%

1.0%

42.7%

24.4%

11.0%

14.6%

7.3%

0.0%

Memperjuangkan hak-hak pekerja

Memperjuangkan kesejahteraan pekerja

Memiliki posisi tawar dengan perusahaan media

Mendapat perlindungan saat mengalami sengketa

Solidaritas sesama pekerja media

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 57: Masih bertumpu pada sang pelopor

57

Grafik 3.6 Alasan Serikat Pekerja Tidak Penting

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“ Mengapa keberadaan serikat pekerja kurang penting atau tidak penting sama sekali di perusahaan media?”

C. Keanggotaan serikat pekerja

Mereka yang bekerja di media yang memiliki serikat pekerja

ditanyakan apakah menjadi anggota serikat pekerja. Sebagian besar (83.%)

responden menjadi anggota serikat pekerja di tempat mereka bekerja.

Hanya 17% responden saja yang menyatakan tidak menjadi anggota serikat

pekerja di tempat mereka bekerja.

Grafik 3.7 Keanggotaan di Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

“Apakah Anda menjadi anggota serikat pekerja di media Anda?”

50.0%

50.0%

0.0%

27.3%

0.0%

72.7%

Tidak akan efektif dalam memperjuangkankesejahteraan pekerja

Kondisi kesejehtaraan sudah baik, tidakperlu diperjuangkan

Sudah diurus oleh bagian umum ataupersonalia di perusahaan

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Ya, 83.0%

Tidak, 17.0%

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

Page 58: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

58

Lebih jauh ditanyakan pula kepada mereka yang menjadi anggota

serikat pekerja, mengapa bergabung dalam serikat pekerja. Sebagian besar

responden (51.0%) mengatakan, mereka masuk dan bergabung dengan

serikat pekerja karena kesadaran sendiri. Selebihnya karena diajak oleh

teman (17.8%) dan diwajibkan oleh perusahaan (14.6%). Fakta ini tentunya

cukup menarik. Berkesadaran sendiri bergabung dalam serikat bisa diartikan

sebagai bentuk dukungan langsung terhadap keberadaan serikat pekerja.

Grafik 3.8 Alasan Masuk Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

“Alasan Anda bergabung serikat pekerja?”

Dari pertanyaan berapa lama bergabung menjadi anggota serikat

pekerja, ternyata paling banyak adalah mereka yang belum lama menjadi

anggota serikat pekerja. Jika dihubungkan dengan profil lama mereka

bekerja di perusahaan media saat ini, paling banyak kedua adalah mereka

yang bekerja 3-4 tahun. Hal ini berarti sesuai antara berapa lama mereka

bekerja dengan berapa lama mereka menjadi anggota serikat pekerja.

Responden yang menjadi anggota serikat pekerja lebih dari 10 tahun berarti

mereka juga sudah bekerja di perusahaan itu lebih dari 10 tahun.

Diajak oleh teman, 17.8%

Kesadaran sendiri, 51.0%

Lainnya, 4.2%

Diwajibkan oleh

perusahaan, 14.6%

Page 59: Masih bertumpu pada sang pelopor

59

Grafik 3.9 Lama Menjadi Anggota Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

“Sudah berapa tahun Anda menjadi anggota serikat pekerja di media sekarang?”

Dilihat dari sistem keanggotaan dalam serikat pekerja tempat

responden bekerja, 41.8% responden menjawab berdasarkan sistem stelsel

aktif. Artinya anggota serikat pekerja adalah mereka yang mendaftar menjadi

anggota, pekerja tidak otomatis menjadi anggota serikat pekerja media. Hal

ini berkaitan dari hasil sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar

jurnalis menjadi anggota serikat pekerja karena kesadaran sendiri. Artinya,

serikat pekerja memang tidak memaksakan kepada pekerja untuk menjadi

anggota serikat pekerja. Hanya mereka yang tertarik dan mau mendaftar

sajalah yang menjadi anggota serikat pekerja.

Sebesar 30.1% responden menjawab sistem keanggotaan serikat

pekerja di tempat mereka bekerja adalah stelsel pasif, yaitu setiap pekerja yang

bekerja di media itu akan secara otomatis menjadi anggota serikat pekerja.

Sistem ini bisa jadi berkaitan dengan cara jurnalis menjadi anggota serikat

pekerja, yakni karena diwajibkan. Jadi tanpa mendaftar, ketika mereka bekerja

di media itu, mereka secara otomatis akan menjadi anggota serikat pekerja.

L ama menjadi anggota s erikat pekerja (tahun)

13.6% 14.8%

22.2%

11.1%

2.5%6.2% 4.9% 3.7% 2.5% 2.5%

6.2%9.9%

< 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 > 10

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

Page 60: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

60

Grafik 3.10 Sistem Keanggotaan dalam Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

“Bagaimana sistem keanggotaan serikat pekerja di media Anda, stelsel pasif atau stelsel aktif?”

Responden dari media yang memiliki serikat pekerja sebagian

besar (59%) menilai, sebaiknya sistem keanggotaan serikat adalah stelsel

aktif. Sementara responden (21.3%) dari media yang tidak memiliki serikat

pekerja menilai, sistem keanggotaan dalam serikat pekerja sebaiknya juga

stelsel aktif. Sebesar 29% responden dari media yang memiliki serikat

pekerja dan 19.1% responden dari media yang tidak memiliki serikat pekerja

menilai, sistem keanggotaan dalam serikat pekerja sebaiknya stelsel pasif.

Tidak tahu/tidak

jawab, 28.1%

Stelsel Pasif, 30.1%

Stelsel Aktif, 41.8%

Page 61: Masih bertumpu pada sang pelopor

61

Grafik 3.11 Sistem Keanggotaan dalam Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Menurut Anda, sebaiknya sistem keanggotaan serikat pekerja media berupa stelsel pasif atau stelsel aktif?”

Menyambung pertanyaan sebelumnya menarik untuk diketahui

bagaimana penilaian responden jika di tempat mereka bekerja setiap pekerja

secara otomatis menjadi anggota serikat pekerja. Ternyata lebih banyak yang

setuju jika setiap pekerja secara otomatis atau diwajibkan menjadi anggota

serikat pekerja. Hal ini tentunya berlawanan jika dibandingkan dengan

hasil sebelumnya di mana lebih banyak responden yang menilai sistem

keanggotaan serikat pekerja sebaiknya adalah stelsel aktif, bukan stelsel

pasif. Artinya meskipun lebih banyak mereka yang menilai sebaiknya sistem

keangotaan stelsel aktif, namun jika diharuskan menjadi anggota serikat

mereka setuju dengan cara tersebut.

Sebesar 35% responden dari media yang memiliki serikat pekerja

dan 33.3% responden dari media tidak memiliki serikat pekerja menyatakan,

tidak setuju jika setiap pekerja diwajibkan menjadi anggota serikat pekerja.

59.0%

29.0%

12.0%

21.3%

19.1%

59.6%

Stelsel Aktif

Stelsel Pasif

Tidak tahu/tidakjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

Page 62: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

62

Grafik 3.12 Keharusan Menjadi Anggota Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Apakah Anda sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju jika setiap pekerja media Anda secara otomatis/diwajibkan menjadi anggota serikat pekerja?”

Alasan mereka setuju jika setiap pekerja otomatis menjadi anggota

serikat pekerja karena serikat pekerja dibutuhkan oleh semua pekerja.

Alasan kedua, agar serikat pekerja media mendapat dukungan secara luas

dari para pekerja. Selain itu agar serikat pekerja juga mendapat dukungan

dari manajemen.

Grafik 3.13 Alasan Setuju

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Anda setuju atau sangat setuju jika pekerja media otomatis/diwajibkan menjadi anggota serikat pekerja media. Apa alasannya?”

45.0%

35.0%

14.0%

3.0%

3.0%

43.0%

33.3%

15.1%

0.0%

8.6%

Setuju

Tidak setuju

Sangat setuju

Sangat tidak setuju

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

68.3%

25.0%

15.0%

1.7%

1.7%

1.7%

0.0%

1.7%

65.5%

19.0%

12.1%

1.7%

0.0%

0.0%

1.7%

0.0%

Serikat pekerja dibutuhkan oleh semua pekerjaAgar serikat pekerja media mendapat dukungan

luas dari semua pihakAgar serikat pekerja mendapat dukungan dari

manajemenMenjadikan tempat untuk menyampaikan aspirasi

para pekerja sSdah diatur dalam undang-undang, kebebasan

berserikat

Mendapatkan perlindungan dalam perusahaan

Supaya ada posisi untuk tawar menawar

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 63: Masih bertumpu pada sang pelopor

63

Sementara mereka yang tidak setuju jika setiap pekerja diwajibkan

menjadi anggota serikat pekerja, karena menjadi anggota serikat pekerja

adalah hak yang tidak boleh dipaksakan. Alasan kedua, tidak semua

pekerja bersedia menjadi anggota serikat pekerja. Selain itu keharusan

menjadi anggota serikat pekerja, menurut mereka, sangat sulit untuk

diimplementasikan.

Grafik 3.14 Alasan Tidak Setuju

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Anda tidak setuju atau sangat tidak setuju jika pekerja media otomatis/diwajibkan menjadi anggota serikat pekerja media. Apa alasannya?”

D. Dukungan direksi/manajemen terhadap keberadaan serikat

pekerja

Berkaitan dengan keberadaan serikat pekerja di perusahaannya,

para responden ditanya, menurut mereka apakah manajemen atau direksi

mendukung keberadaan serikat pekerja. Sebagian besar responden dari

media yang memiliki serikat pekerja menjawab, manajemen mendukung

keberadaan serikat pekerja di perusahaan. Sedangkan responden dari media

yang tidak memiliki serikat pekerja banyak yang tidak menjawab atau tidak

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

81.6%

28.9%

2.6%

2.6%

0.0%

0.0%

58.1%

25.8%

0.0%

0.0%

9.7%

6.5%

Menjadi anggota serikat pekerja mediaadalah hak

Tidak semua pekerja bersedia menjadianggota

Pekerja jadi kurang merasa memiliki

Kurang mendidik

Sulit dilaksanakan atau diimplementasikan

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 64: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

64

tahu. Cukup wajar karena mereka belum pernah tahu respons manajemen

jika berdiri serikat pekerja di perusahaannya.

Grafik 3.15 Dukungan Direksi/Manajemen

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Sepengetahuan Anda, apakah manajemen/direksi mendukung keberadaan serikat pekerja media di tempat Anda bekerja? Apakah manajemen/direksi sangat mendukung, mendukung, tidak mendukung atau sangat tidak mendukung keberadaan serikat pekerja?”

Bentuk dukungan manajemen terhadap keberadaan serikat pekerja,

menurut responden, sebagian besar karena manajemen membolehkan

pekerja menjadi anggota serikat pekerja. Kemudian manajemen atau pihak

perusahaan juga memberikan fasilitas untuk kelangsungan atau aktivitas

serikat pekerja. Yang ketiga, manajemen memberikan bantuan operasional

untuk kegiatan serikat pekerja.

50.0%

24.0%

13.0%

2.0%

11.0%

21.5%

26.9%

3.2%

0.0%

48.4%

Mendukung

Tidak mendukung

Sangat mendukung

Sangat tidak mendukung

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 65: Masih bertumpu pada sang pelopor

65

Grafik 3.16 Bentuk Dukungan Manajemen/Direksi pada Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“ Anda menyatakan, manajemen/direksi mendukung atau sangat mendukung kehadiran serikat pekerja media. Sepengetahuan Anda, apa saja bentuk dukungan atas kehadiran serikat pekerja di media tempat Anda bekerja?”

Sementara responden yang menganggap manajemen tidak

mendukung keberadaan serikat pekerja, dapat dinilai dari tidak diberikannya

fasilitas untuk serikat pekerja, melarang pekerja menjadi anggota serikat

pekerja dan memberikan peringatan kepada mereka yang menjadi anggota

serikat pekerja.

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

71.4%

46.0%

14.3%

7.9%

1.6%

4.8%

78.3%

21.7%

4.3%

4.3%

8.7%

0.0%

Membolehkan pekerjamenjadi anggota

Memberikan fasilitas

Memberikan bantuan danauntuk operasional

Memerintahkan/mewajibkansemua pekerja menjadi

Tidak tahu/tidak jawab

Lainnya, (sebutkan)

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 66: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

66

Grafik 3.17 Manajemen/Direksi Tidak Mendukung Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Anda menyatakan, manajemen/direksi tidak mendukung atau sangat tidak mendukung kehadiran serikat pekerja media. Sepengetahuan Anda, apa saja bentuk halangan dari manajemen/direksi atas kehadiran serikat pekerja di media Anda bekerja?”

E. Hubungan serikat pekerja dengan manajemen

Lebih jauh lagi ditanyakan kepada responden, bagaimana

penilaian mereka mengenai hubungan antara serikat pekerja dengan

direksi/manajemen. Hal yang ditanyakan seperti apakah mereka yang aktif

dalam serikat pekerja akan mendapatkan penilaian buruk dari direksi atau

manajemen. Untuk media yang memiliki serikat pekerja, sebagian besar

(56%) mereka yang aktif dalam serikat pekerja tidak dinilai buruk oleh

direksi/manajemen. Mereka yang aktif dalam serikat pekerja juga merasa

tidak mendapatkan hambatan untuk memperoleh kenaikan jenjang karier.

Namun begitu sebagian besar responden (54%) menyatakan, direksi atau

manajemen lebih menyukai pekerja yang tidak menjadi anggota serikat

pekerja.

66.7%

26.7%

23.3%

6.7%

3.3%

3.3%

3.3%

3.3%

16.7%

28.0%

16.0%

24.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

40.0%

Tidak memberikan fasilitas untuk kelangsunganserikat pekerja

Melarang atau menghambat pekerja menjadianggota

Memberikan peringatan kepada pekerja yangmenjadi anggota

Intimidasi dari menajemen

Lainnya, (sebutkan)

Pekerja outsourcing tidak boleh bergabung

Tidak memberi kesempatan untuk berserikat

Memecat pekerja yang menjadi anggota

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 67: Masih bertumpu pada sang pelopor

67

Tabel 3.1 Hal yang Terjadi di Perusahaan Media

Base: Ada Serikat Pekerja (N= 192)

Sejumlah hal ini apakah terjadi di media Anda bekerja?

Ya Tidak Ragu-ragu

Tidak tahu/ tidak jawab

Mereka yang aktif dalam serikat pekerja akan dinilai buruk oleh direksi/manajemen (misalnya, dianggap sebagai pembangkang, dsb)

23.0% 56.0% 9.0% 12.0%

Mereka yang aktif dalam serikat pekerja akan sulit mendapatkan kenaikan jenjang karier

19.0% 63.0% 7.0% 11.0%

Direksi/manajemen lebih menyukai pekerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja media dibandingkan dengan mereka yang menjadi anggota serikat pekerja

29.0% 54.0% 6.0% 11.0%

Tabel 3.2 Hal yang Terjadi di Perusahaan Media

Base: Tidak Ada Serikat Pekerja

Sejumlah hal ini apakah kira-kira akan terjadi di media Anda bekerja?

Ya Tidak Ragu-ragu

Tidak tahu/ tidak jawab

Mereka yang nantinya aktif dalam serikat pekerja akan dinilai buruk oleh direksi/manajemen (misalnya, dianggap sebagai pembangkang, dsb)

18.9% 32.2% 23.3% 25.6%

Mereka yang aktif dalam serikat pekerja apakah akan sulit mendapatkan kenaikan jenjang karier

13.3% 33.3% 26.7% 26.7%

Direksi/manajemen lebih menyukai pekerja yang tidak menjadi anggota serikat pekerja media dibandingkan dengan mereka yang menjadi anggota serikat pekerja

14.4% 28.9% 23.3% 33.3%

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

Page 68: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

68

Pertanyaan menarik selanjutnya yang perlu diketahui adalah

seandainya suatu saat serikat pekerja berbeda pandangan dengan pihak

manajemen / direksi, mana yang lebih mereka dukung, apakah serikat

pekerja ataukah pihak direksi / manajemen. Ternyata sebagian besar

(80%) menjawab tergantung mana yang lebih sesuai dengan pemikiran

mereka. Jika lebih benar serikat pekerja mereka akan mendukung serikat

pekerja, sebaliknya jika lebih benar manajemen mereka akan mendukung

manajemen. Hanya 10% yang langsung menjawab mendukung manajemen

dan 10% juga yang menjawab langsung mendukung serikat pekerja.

Hubungan Manajemen dengan Serikat Pekerja

Hubungan manajemen dengan serikat pekerja di beberapa perusahaan media menunjukkan hal yang beragam. Ada yang terjalin dengan baik, namun ada pula yang mengkhawatirkan keberadaan serikat pekerja di perusahaan media.

”Hubungan dengan direksi tidak ada masalah. Misalnya, beberapa waktu lalu salah seorang karyawan hendak di-PHK manajemen. Setelah kami lakukan mediasi dengan manajemen, akhirnya karyawan tidak jadi di-PHK, cuma dikasih Surat Peringatan (SP) saja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Selama ini hubungan dengan manajemen cukup harmonis dan kooperatif. Dalam mengeluarkan kebijakan, manajemen juga cukup hati-hati. Yang penting jangan sampai melanggar PKB (Perjanjian Kerja Bersama). Usulan serikat pekerja selalu didengar, mendapat perhatian dan prioritas dari manajemen ketimbang usulan personal.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Ya, sudah pasti ada tekanan. Karyawan yang masuk menjadi anggota serikat pekerja mendapat peringatan dan tekanan dari manajemen. Dianggap oposisi.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

Page 69: Masih bertumpu pada sang pelopor

69

Grafik 3.18 Mendukung Serikat Pekerja atau Manajemen?

Base: Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Seandainya suatu saat serikat pekerja berbeda pandangan dengan pihak direksi/manajemen, mana yang Anda dukung, serikat pekerja atau direksi/manajemen?”

Pihak manajemen/

direksi10.0%

Serikat Pekerja10.0%

Tergantung, mana yang lebih sesuai

80.0%

Bab 3 Keberadaan Serikat Pekerja

Page 70: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

70

Page 71: Masih bertumpu pada sang pelopor

71

A. Persepsi terhadap pembentukan serikat pekerja

Seperti yang telah disebutkan, survei ini terbagi dalam media

yang terdapat serikat pekerja dan yang tidak memiliki serikat pekerja. Di

media yang belum terdapat serikat pekerja ditanyakan persepsi responden

jika di tempat mereka bekerja dibentuk serikat pekerja. Sebagian besar

(83.7%) menjawab perlu adanya serikat pekerja di media tempat mereka

bekerja. Hanya 7.6% responden yang menjawab tidak perlu hadirnya serikat

pekerja.

Bab 4 Pembentukan Serikat Pekerja

Page 72: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

72

Grafik 4.1 Pembentukan Serikat Pekerja

Base: Tidak Ada Serikat Pekerja

“Menurut Anda, apakah di media Anda sangat perlu, perlu, tidak perlu atau sangat tidak perlu hadirnya serikat pekerja?”

B. Dukungan terhadap pembentukan serikat pekerja

Selain menyatakan perlu membentuk serikat pekerja, sebagian

besar responden (97.1%) juga menyatakan mendukung atas pembentukan

serikat pekerja di tempat mereka bekerja. Hanya 2.2% responden saja yang

menyatakan tidak mendukung pembentukan serikat pekerja.

Grafik 4.2 Dukungan Pembentukan Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Apakah Anda sangat mendukung, mendukung, tidak mendukung atau sangat tidak mendukung hadirnya serikat pekerja di media tempat Anda bekerja?”

20.7%

63.0%

7.6%

0.0%

8.7%

Sangat perlu

Perlu

Tidak perlu

Sangat tidak perlu

Tidak tahu/tidak jawab

12.9%

74.2%

2.2%

0.0%

10.8%

Sangat mendukung

Mendukung

Tidak mendukung

Sangat tidak mendukung

Tidak tahu/tidak jawab

Page 73: Masih bertumpu pada sang pelopor

73

Lebih jauh juga ditanyakan kepada responden apakah mereka

bersedia menjadi pelopor pembentukan serikat pekerja. Hasilnya diketahui,

ternyata lebih banyak yang menyatakan bersedia menjadi pelopor

pembentukan serikat pekerja dibandingkan yang tidak.

Grafik 4.3 Kesediaan Menjadi Pelopor

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“ Saat ini tidak ada serikat pekerja di tempat Anda bekerja. Apakah Anda sangat bersedia, bersedia, tidak bersedia atau sangat tidak bersedia menjadi pelopor pembentukan serikat pekerja di media tempat Anda bekerja?”

Selanjutnya ditanyakan kepada responden, apakah jika sudah ada

serikat pekerja di media tempatnya bekerja, mereka berminat untuk menjadi

anggota serikat pekerja. Sebagian besar responden (82.8%) mengatakan

tertarik untuk masuk dan bergabung menjadi anggota serikat pekerja.

Hanya 3.25% responden yang menyatakan tidak tertarik.

2.2%

38.7%

26.9%

1.1%

31.2%

Sangat bersedia

Bersedia

Tidak bersedia

Sangat tidakbersedia

Tidak tahu/tidakjawab

Bab 4 Pembentukan Serikat Pekerja

Page 74: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

74

Grafik 4.4 Minat Menjadi Anggota Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Jika ada pekerja di media tempat Anda bekerja yang mempelopori pembentukan serikat pekerja, apakah Anda tertarik menjadi anggota serikat pekerja?”

Alasan yang paling banyak dikemukakan berminat untuk masuk

menjadi anggota serikat pekerja adalah agar bisa memperjuangkan

kesejahteraan pekerja di perusahaan media.

Grafik 4.5 Alasan Minat Menjadi Anggota

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Anda tertarik menjadi anggota serikat pekerja jika ada serikat pekerja media di tempat Anda bekerja. Bisa Anda sebutkan alasannya?”

Tidak tertarik, 3.2%

Tertarik, 82.8%

Tidak tahu/tidak

jawab , 14.0%

100%

0.0%

0.0%

0.0%

0.0%

Bisa memperjuangkan kepentingan karyawan

Dari dulu ingin masuk serikat pekerja

Pernah menjadi anggota serikat pekerja dimedia lain (sebelum masuk ke media saat ini)

Lainnya

Tidak tahu/tidak jawab

Page 75: Masih bertumpu pada sang pelopor

75

Dalam survei ini juga diketahui, responden yang tidak tertarik

menjadi anggota serikat pekerja jika di tempat mereka bekerja hadir serikat

pekerja, karena tidak melihat sisi manfaat hadirnya serikat pekerja.

Grafik 4.6 Alasan Tidak Minat Menjadi Anggota Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja

“Anda tidak tertarik menjadi anggota serikat pekerja jika seandainya terdapat serikat pekerja media di tempat Anda bekerja. Bisa Anda sebutkan alasannya?”

Selanjutnya responden ditanya penilaiannya terhadap dukungan

pekerja secara keseluruhan. Sebagian besar responden (57%) menilai

serikat pekerja di tempat mereka bekerja akan didukung oleh sebagian besar

pekerja.

66.3%

0.0%

0.0%

0.0%

33.3%

Tidak melihat kegunaan serikat pekerja

Takut tidak diperbolehkan olehmanajemen/direksi

Tidak banyak didukung oleh karyawan

Lainnya

Tidak tahu/tidak jawab

Bab 4 Pembentukan Serikat Pekerja

Page 76: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

76

Grafik 4.7 Dukungan Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Jika terdapat serikat pekerja media di tempat Anda bekerja, menurut pengamatan Anda, apakah kehadiran serikat pekerja ini akan didukung oleh semua pekerja, sebagian besar pekerja, sedikit pekerja atau tidak didukung oleh pekerja sama sekali?”

57.0%

19.4%

16.1%

7.5%

0.0%

Didukung oleh sebagian BESAR karyawan

Didukung oleh sebagian KECIL karyawan

Akan didukung oleh semua karyawan

Tidak tahu/tidak jawab

Tidak didukung oleh oleh karyawan samasekali

Page 77: Masih bertumpu pada sang pelopor

77

A. Permasalahan/keluhan pekerja

Dalam survei ini ditanyakan kepada responden apakah dalam satu

tahun terakhir ini mereka mempunyai permasalahan dengan perusahaan

media tempatnya bekerja. Bagi responden yang bekerja di media yang

memiliki serikat pekerja ditanyakan pula apakah mereka mempunyai

masalah dan menyampaikan keluhannya kepada serikat pekerja media di

tempat mereka bekerja. Sementara responden yang bekerja di media yang

tidak memiliki serikat pekerja, ditanyakan apakah mereka mempunyai

masalah dan menyampaikannya kepada manajemen atau direksi.

Sebagian besar responden (80% lebih) menyatakan tidak pernah

mempunyai masalah, baik yang disampaikan ke serikat pekerja atau ke

pihak manajemen/direksi.

Bab 5 Permasalahan Pekerja dan

Penyelesaiannya oleh Serikat Pekerja

Page 78: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

78

Grafik 5.1 Permasalahan Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

“Dalam satu tahun terakhir ini, apakah Anda pernah mempunyai masalah dan menyampaikan keluhan kepada serikat pekerja di media Anda?”

Grafik 5.2 Permasalahan Pekerja

Base: Tidak Ada Serikat Pekerja

“Dalam satu tahun terakhir ini, apakah Anda pernah mempunyai masalah dan menyampaikan keluhan kepada manajemen?”

Bagi mereka yang menjawab pernah mempunyai masalah dan

menyampaikannya ke serikat pekerja atau manajemen, masalah yang sering

dialami oleh pekerja media adalah masalah gaji dan asuransi.

Ya18.7%

Tidak81.3%

Ya15.1%

Tidak84.9%

Page 79: Masih bertumpu pada sang pelopor

79

Grafik 5.3 Permasalahan Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Jika pernah, bisakah Anda gambarkan masalah apa yang pernah Anda alami dan Anda sampaikan kepada serikat pekerja untuk diselesaikan?”

B. Cara penyelesaian masalah

Bagi responden yang bekerja di media yang tidak memiliki serikat

pekerja, ketika mereka mempunyai masalah biasanya yang dilakukan adalah

langsung menyampaikannya ke manajemen (64.3%). Selebihnya akan

mendiamkan saja (21.4%), dan meminta bantuan atasan (14.3%).

Grafik 5.4 Cara Menyelesaikan Masalah

Base: Tidak Ada Serikat Pekerja (N= 192)

“Bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut, dan siapa yang Anda mintai bantuan untuk menyelesaikan masalah Anda?”

100.0%

10.0%

20.0%

30.0%

20.0%

10.0%

80.0%

90.0%

80.0%

70.0%

20.0%

10.0%

Masalah gaji

Masalah asuransi

Masalah ketidak adilan

Masalah honor

Masalah motor hilang

Lainnya

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

64.3%

21.4%

14.3%

Berbicara langsungkepada manajemen

atau direksi

Mendiamkan saja,tidak meminta

bantuan kepadasiapa pun

Meminta bantuankepada atasan

Bab 5 Permasalahan Pekerja dan Penyelesaian oleh Serikat Pekerja

Page 80: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

80

C. Serikat pekerja sebagai tempat menyampaikan keluhan

Sementara bagi responden yang bekerja di media yang tidak

memiliki serikat pekerja ditanyakan, jika misalnya di media tempat mereka

bekerja terdapat serikat pekerja apakah mereka akan menyampaikannya ke

serikat pekerja. Sebagian besar dari mereka akan berbicara langsung kepada

manajemen (41.3%). Fakta ini cukup menarik karena ternyata para jurnalis

mempunyai cukup keberanian meskipun tidak terdapat serikat pekerja di

media tempatnya bekerja.

Grafik 5.5 Apakah Akan Menyampaikan kepada Serikat Pekerja?

Base: Tidak Ada Serikat Pekerja

“Jika di media tempat Anda bekerja terdapat serikat pekerja, apakah Anda akan menyampaikan keluhan atau masalah Anda kepada serikat pekerja?”

D. Kepuasan terhadap upaya yang dilakukan serikat pekerja

Bagi mereka yang pernah mempunyai masalah dan meminta serikat

pekerja untuk membantu mengatasinya, sebagian besar merasa puas (58.3%)

dengan upaya yang dilakukan serikat pekerja. Sebesar 33.3% responden

menjawab tidak puas terhadap upaya yang dilakukan serikat pekerja untuk

membantu mengatasi masalah pekerja yang sedang mempunyai masalah.

41.3%

17.4%

11.0%

8.7%

21.7%

Bicara langsung kpdmanajemen

Meminta bantuanatasan

Ya

Tidak

Tidak tahu / tidakjawab

Page 81: Masih bertumpu pada sang pelopor

81

Grafik 5.6 Penilaian Kepuasan terhadap Upaya Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

“Anda pernah mempunyai masalah dan meminta serikat pekerja membantu mengatasi masalah Anda. Apakah Anda merasa puas dengan upaya yang dilakukan oleh serikat pekerja?”

E. Kecepatan respons serikat pekerja terhadap keluhan pekerja

Jika dilihat dari kecepatan respons serikat pekerja dalam

menanggapi permasalahan yang dihadapi para pekerja, sebagian besar

responden menjawab respons serikat pekerja sangat cepat. Hal ini tidak

mengherankan karena sebelumnya sebagian besar responden merasa puas

dengan upaya yang dilakukan serikat pekerja.

Tidak puas, 33.3%

Sangat tidak puas, 4.2%

Sangat puas, 2.1%

Puas, 58.3%

Bab 5 Permasalahan Pekerja dan Penyelesaian oleh Serikat Pekerja

Page 82: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

82

Grafik 5.7 Kecepatan Respons Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

“Anda pernah mempunyai masalah dan meminta serikat pekerja membantu mengatasi masalah Anda. Menurut Anda seberapa cepat serikat pekerja menanggapi (merespons) masalah Anda?”

F. Keberhasilan serikat pekerja menyelesaikan masalah

Jika sebelumnya juga diketahui respons serikat pekerja lambat

(18.5%) dalam menangani masalah yang dihadapi para pekerja, ternyata

hasil kerja yang dilakukan serikat pekerja pun oleh sebagian responden

dianggap tidak jauh berbeda mengecewakannya. Responden yang menjawab

serikat pekerja berhasil dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami

oleh pekerja hanya 30.9%, selanjutnya menyebut serikat pekerja gagal

menjalankan fungsinya membantu menyelesaikan masalah pekerja.

Cepat, 74.1%

Sangat cepat, 2.3%

Sangat lambat, 4.6%

Lambat, 18.5%

Page 83: Masih bertumpu pada sang pelopor

83

Grafik 5.8 Keberhasilan Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja & Tidak Ada Serikat Pekerja

“Anda pernah mempunyai masalah dan meminta serikat pekerja membantu mengatasi masalah Anda. Menurut penilaian Anda, seberapa berhasil serikat pekerja memperjuangkan masalah yang Anda alami?”

G. Penilaian terhadap penyelesaian masalah oleh serikat pekerja

Setelah sebelumnya ditanyakan bagaimana pendapat responden

terhadap kerja yang dilakukan serikat pekerja, selanjutnya ditanyakan

lagi kepada responden mengenai pendapat mereka terhadap penyelesaian

masalah yang dilakukan oleh serikat pekerja. Misalnya, apakah responden

setuju terhadap upaya yang dilakukan serikat pekerja dalam menyelesaikan

suatu permasalahan. Kepada responden ditanyakan tiga hal mengenai

apakah penyelesaian masalah oleh serikat pekerja memakan waktu lama,

mekanismenya berbelit-belit dan apakah serikat pekerja sering kalah saat

bernegosiasi dengan manajemen dalam menyelesaikan masalah. Sebagian

besar responden membantah kalau penyelesaian serikat pekerja memakan

waktu lama, berbelit-belit dan sering kalah menghadapi pihak manajemen.

Gagal, 28.9%

Sangat gagal, 6.2%

Sangat berhasil,

7.2%Berhasil, 30.9%

Tidak tahu/tidak

jawab, 26.8%

Bab 5 Permasalahan Pekerja dan Penyelesaian oleh Serikat Pekerja

Page 84: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

84

Tabel 5.1 Penyelesaian Masalah oleh Serikat Pekerja

Base: Ada Serikat Pekerja

Upaya serikat pekerja Sangat setuju

Setuju Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Tidak tahu/ tidak jawab

Penyelesaian oleh serikat pekerja memakan waktu lama

1.0% 25.8% 43.3% 8.2% 21.6%

Mekanisme penyelesaian oleh serikat pekerja berbelit-belit

1.0% 13.5% 52.1% 9.4% 24.0%

Seringkali kalah menghadapi manajemen/direksi

7.2% 30.9% 28.9% 6.2% 26.8%

“Apakah Anda sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan berbagai penyelesaian masalah yang dilakukan serikat pekerja di atas?”

Page 85: Masih bertumpu pada sang pelopor

85

A. Keaktifan perjuangan serikat pekerja

Salah satu tujuan utama didirikannya serikat pekerja di perusahaan

media adalah untuk memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan

pekerja media. Keaktifan perjuangan serikat pekerja tentunya sangat penting

agar tujuan pembentukan serikat pekerja dapat tercapai. Dalam survei

ini ditanyakan kepada responden apakah serikat pekerja di media tempat

mereka bekerja selama ini aktif dalam memperjuangkan kesejahteraan dan

kepentingan pekerja.

Dari media yang terdapat serikat pekerja, 60% responden melihat

serikat pekerja di tempat mereka bekerja memperjuangkan kesejahteraan

dan kepentingan pekerja di media masing-masing. Hal ini menunjukkan

Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja

Page 86: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

86

perjuangan serikat pekerja media masih cukup terlihat di kalangan pekerja

media sendiri. Namun, cukup besar juga responden (20%) yang tidak

melihat keefektifan serikat pekerja dalam memperjuangkan kesejahteraan

dan kepentingan pekerja di media. Selebihnya, 20% responden tidak tahu/

tidak menjawab atas keaktifan perjuangan serikat pekerja.

Grafik 6.1 Keaktifan Perjuangan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Sepengetahuan Anda, apakah serikat pekerja di media tempat Anda bekerja aktif dalam memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja?”

B. Kepuasan terhadap perjuangan serikat pekerja

Aktif atau tidaknya serikat pekerja dalam memperjuangkan

kepentingan pekerja tentu akan dilihat dan dinilai para anggotanya. Upaya

yang dilakukan serikat pekerja juga diharapkan dapat membuahkan hasil

yaitu tercapainya kesejahteraan dan kepentingan pekerja media, termasuk

menjadi mitra yang sejajar bagi perusahaan. Keberhasilan perjuangan serikat

pekerja tentu akan memberikan kepuasan terhadap anggotanya. Dalam

survei ini juga ditanyakan kepada responden apakah secara umum mereka

puas dengan upaya serikat pekerja dalam memperjuangkan kesejahteraan

dan kepentingan pekerja media di tempat mereka bekerja.

Tidak tahu/tidak

jawab, 20.0%Ya, 60.0%

Tidak, 20.0%

Page 87: Masih bertumpu pada sang pelopor

87

Hasilnya, cukup besar responden yang menjawab tidak puas

(30.0%) dan terdapat responden yang menjawab sangat tidak puas (6.0%).

Bahkan yang menjawab puas atau sangat puas tidak ada separuhnya atau

hanya 49.0%. Selebihnya (15.0%) responden tidak menjawab/tidak tahu.

Hal ini menunjukkan serikat pekerja perlu meningkatkan lagi kapasitas

dan fungsinya agar tujuan dari pembentukan serikat pekerja untuk

memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja media bisa

tercapai sehingga pada akhirnya akan semakin besar pekerja media yang

merasa puas dengan perjuangan serikat pekerja.

Grafik 6.2 Tingkat Kepuasan terhadap Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Secara umum, apakah Anda sangat puas, puas, tidak puas atau sangat tidak puas dengan upaya serikat pekerja dalam memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja?”

Kepuasan terhadap Kinerja Serikat PekerjaBerdasarkan hasil wawancara, walaupun sebagian responden

menyatakan puas terhadap kinerja serikat pekerja tapi ada juga yang masih merasa belum puas. Mereka yang merasa belum puas umumnya menyebutkan serikat pekerja belum dikelola secara maksimal.“Belum puas, masih harus dibenahi lagi. Internal kami belum tertib, misalnya struktur kepengurusan belum ada ketuanya.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

Tidak puas, 30.0%

Sangat tidak puas, 6.0%

Sangat puas, 5.0%

Puas, 44.0%

Tidak tahu/tidak

jawab, 15.0%

Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja

Page 88: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

88

C. Penilaian terhadap manfaat perjuangan serikat pekerja

Satu indikator lain yang juga bisa digunakan untuk menilai

keberadaan serikat pekerja media adalah manfaat yang dirasakan oleh pekerja

media. Apakah selama ini perjuangan serikat pekerja dirasakan oleh semua

pekerja media, sebagian besar, sebagian kecil atau bahkan tidak dirasakan

sama sekali manfaatnya oleh pekerja media. Dari hasil survei diketahui

bahwa sebesar 31% responden menilai perjuangan serikat pekerja dirasakan

manfaatnya oleh semua pekerja media. Sebanyak 24% responden menilai

manfaatnya dirasakan sebagian besar pekerja media dan 15% responden

menilai manfaatnya hanya dirasakan oleh sebagian kecil pekerja media.

Sementara yang menilai perjuangan serikat pekerja tidak dirasakan

manfaatnya sama sekali oleh pekerja media sebesar 13% responden. Besarnya

responden yang menjawab manfaat perjuangan serikat pekerja dirasakan

oleh sebagian kecil pekerja media dan bahkan tidak dirasakan sama sekali

oleh pekerja media ini seiring dengan dengan besarnya responden yang

merasa tidak puas dengan perjuangan serikat pekerja. Responden yang

“Menurut saya, cukup puas. Indikatornya, kami bisa mnajalankan fungsi kontrol terhadap manajemen sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

“Saya rasa belum puas, kami masih terus berjuang dan berbenah diri. Banyak program-program kami yang belum sepenuhnya berjalan dan ini perlu waktu untuk mewujudkannya. Tapi, bagaimana pun kami tetap akan memperjuangkannya sehingga apa yang menjadi visi dan tujuan kami dapat terwujud.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Biasa saja sebab selama ini memang tidak ada masalah.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

Page 89: Masih bertumpu pada sang pelopor

89

merasa tidak puas inilah yang kemungkinan tidak merasakan manfaat

keberadaan serikat pekerja.

Grafik 6.3 Manfaat Perjuangan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Menurut penilaian Anda, apakah perjuangan serikat pekerja di media tempat Anda bekerja dirasakan oleh semua pekerja, sebagian besar pekerja, sebagian kecil pekerja atau tidak dirasakan sama sekali oleh pekerja?”

D. Aspek yang diperjuangkan serikat pekerja

Lantas aspek apa saja yang diperjuangkan oleh serikat pekerja?

Selama ini yang menjadi fokus perjuangan serikat pekerja lebih banyak

adalah masalah upah. Beberapa hal yang berkaitan dengan kesejahteraan

pekerja media mulai dari upah, fasilitas, beban kerja kerja hingga soal

hak cipta ditanyakan kepada responden. Benarkah sejumlah hal tersebut

diperjuangkan oleh serikat pekerja di tempat mereka bekerja.

Untuk upah, sebagian besar responden (63%) menjawab serikat

pekerja di tempat mereka bekerja memperjuangkan upah yang layak.

Hal kedua yang banyak diperjuangkan oleh serikat pekerja adalah soal

pemutusan hubungan kerja (57%), disusul kemudian soal asuransi dan

Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja

75.0%

15.0%

5.0%

5.0%

0.0%

Dirasakan manfaatnya oleh semua pekerjamedia

Dirasakan manfaatnya oleh sebagian besarpekerja media

Dirasakan manfaatnya oleh sebagian kecilpekerja media

Tidak dirasakan manfaatnya sama sekalioleh pekerja media

Tidak tahu/tidak jawab

Page 90: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

90

tunjangan kesehatan (47%), lalu status kerja (44%).

Selain soal upah dan pemutusan hubungan kerja, lebih banyak

responden yang menjawab serikat pekerja di tempat mereka bekerja tidak

memperjuangkan sejumlah hal yang juga sangat penting. Hal yang paling

tinggi tidak diperjuangkan oleh serikat pekerja adalah hak cipta (80%).

Kedua, soal biaya liputan (68%), disusul kemudian soal beban dan jam kerja

(66%) dan fasilitas untuk pekerja (66%).

Grafik 6.4 Aspek yang Diperjuangkan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Apakah sejumlah aspek ini pernah diperjuangkan oleh serikat pekerja?”

Menyambung pertanyaan sebelumnya, ditanyakan juga kepada

responden apakah perjuangan serikat pekerja pada aspek-aspek tersebut

berhasil. Atas masalah upah yang selama ini memang menjadi fokus

perjuangan serikat pekerja, ternyata hanya 33.9% responden yang menilai

perjuangan serikat pekerja pada persoalan tersebut berhasil. Masih cukup

tinggi responden yang menilai perjuangan serikat pekerja dalam soal upah

layak gagal (28.9%). Angka 33.9% ini adalah yang paling kecil di antara

63.0%

32.0%

47.0%

35.0%

35.0%

38.0%

44.0%

38.0%

57.0%

20.0%

37.0%

68.0%

53.0%

65.0%

65.0%

62.0%

56.0%

62.0%

43.0%

80.0%

Gaji

Klaim biaya liputan

Asuransi dan tunjangan kesehatan

Beban dan jam kerja

Fasilitas untuk pekerja

Cuti

Status pekerja

Jenjang karier

Pemutusan hubungan kerja

Hak cipta

Ya Tidak

Page 91: Masih bertumpu pada sang pelopor

91

angka keberhasilan perjuangan serikat pekerja pada aspek-aspek lain selain

upah. Jika melihat kembali hasil kepuasan pekerja media pada perjuangan

serikat pekerja, maka angka ini tidak jauh selisihnya.

Meskipun banyak yang menilai kegigihan serikat pekerja dalam

memperjuangkan masalah upah, namun yang menilai kegagalan perjuangan

serikat pekerja juga cukup besar. Menurut responden aspek yang dinilai

paling berhasil diperjuangkan oleh serikat pekerja adalah soal cuti (73.3%).

Disusul kemudian soal hak cipta (70%) dan soal status kerja (63.6%).

Meskipun sebelumnya hak cipta dianggap sebagai hal yang paling tidak

diperjuangkan serikat pekerja, namun keberhasilan dalam memperjuangkan

hak cipta ini cukup dianggap berhasil. Perjuangan serikat pekerja yang

paling tinggi dinilai kegagalannya adalah fasilitas untuk pekerja (44.1%).

Disusul kemudian soal upah (28.9%) dan biaya liputan (28.1%). Upah

dan fasilitas untuk pekerja merupakan dua hal yang paling sering menjadi

ukuran kesejahteraan pekerja media. Namun dua hal ini pula yang dianggap

paling tinggi penilaian kegagalannya.

Tabel 6.1 Keberhasilan Perjuangan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Isu

Menurut penilaian Anda, apakah perjuangan serikat pekerja dalam aspek:

Sangat berhasil

Berhasil GagalSangat gagal

Tidak tahu/tidak

jawab

Upah 2.9% 31.0% 24.6% 4.3% 29.0%

Biaya liputan 3.1% 46.9% 25.0% 3.1% 21.9%

Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja

Page 92: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

92

Asuransi dan tunjangan kesehatan 12.8% 44.7% 23.4% 0.0% 19.1%

Beban dan jam kerja 14.3% 42.9% 20.0% 2.9% 20.0%

Fasilitas untuk pekerja 8.8% 38.2% 35.3% 8.8% 8.8%

cuti 7.9% 65.8% 13.2% 2.6% 10.5%

Status kerja 6.8% 56.8% 22.7% 0.0% 13.6%

Jenjang karier 5.3% 44.7% 18.4% 2.6% 28.9%

Pemutusan hubungan kerja 7.0% 47.4% 17.5% 5.3% 22.8%

Hak cipta 10.0% 60.0% 25.0% 0.0% 5.0%

Tentunya berhasil atau tidaknya perjuangan serikat pekerja

pada aspek-aspek yang berkaitan dengan kesejahteraan pekerja media

akan berefek pada kepuasan perjuangan serikat pekerja di tempat mereka

bekerja. Sebelumnya sudah dibahas bahwa secara umum responden yang

menyatakan puas terhadap perjuangan serikat pekerja sebesar 49%. Survei

ini juga menemukan fakta, ternyata kepuasan terhadap perjuangan serikat

pekerja pada aspek yang berkaitan dengan kesejahteraan pekerja media,

seiring dengan keberhasilan serikat pekerja dalam memperjuangkan aspek-

aspek tersebut. Lebih banyak responden yang menyatakan puas dengan

perjuangan serikat pekerja pada tiap-tiap aspek. Jika dibandingkan dengan

kepuasan secara umum, rata-rata kepuasan responden pada tiap-tiap aspek

tidak jauh berbeda juga, yaitu sebesar 55% menyatakan puas. Meskipun

lebih banyak responden yang menyatakan puas, namun cukup besar juga

responden yang menyatakan tidak puas dan ini tentunya perlu mendapat

perhatian khusus dari para aktivis serikat pekerja media.

Page 93: Masih bertumpu pada sang pelopor

93

Soal cuti juga menjadi hal yang paling tinggi penilaian kepuasannya

(68.6%). Disusul kemudian soal hak cipta (65%) dan status kepegawaian

(62.4%). Begitu pula dengan yang dinilai paling tidak memuaskan yaitu soal

fasilitas untuk pekerja (41.2%). Disusul kemudian soal gaji (36.2%), juga

soal beban dan jam kerja (31.4%).

Tabel 6.2 Kepuasan terhadap Perjuangan Serikat Pekerja pada Aspek

Kesejahteraan

Base: Responden Media Ada SP

Isu

Apakah Anda puas dengan perjuangan serikat pekerja pada aspek:

Sangat puas

PuasTidak puas

Sangat tidak puas

Tidak tahu/tidak jawab

Upah 7.2% 39.1% 27.5% 8.7% 17.4%

Biaya liputan 9.4% 43.8% 18.8% 9.4% 18.8%

Asuransi dan tunjangan kesehatan 10.6% 44.7% 21.3% 2.1% 21.3%

Beban dan jam kerja 5.7% 45.7% 25.7% 5.7% 17.1%

Fasilitas untuk pekerja 0.0% 52.9% 32.4% 8.8% 5.9%

cuti 2.6% 65.8% 13.2% 5.3% 13.2%

Status kerja 2.3% 59.1% 25.0% 0.0% 13.6%

Jenjang karier 7.9% 42.1% 21.1% 5.3% 23.7%

Pemutusan hubungan kerja 7.0% 47.4% 14.0% 7.0% 24.6%

Hak cipta 10.0% 55.0% 25.0% 5.0% 5.0%

Dari berbagai persoalan pekerja media, menurut sebagian besar

Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja

Page 94: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

94

responden, baik kelompok responden media yang memiliki serikat maupun

responden media yang tidak memiliki serikat, yang harus didahulukan

untuk diperjuangkan serikat pekerja adalah soal upah. Hal ini harus

menjadi fokus perjuangan serikat pekerja. Sementara aspek kedua yang

perlu diperjuangkan serikat pekerja, terdapat perbedaan pendapat antara

kelompok yang memiliki serikat pekerja dengan kelompok responden yang

tidak mempunyai serikat. Menurut kelompok responden yang mempunyai

serikat hal kedua yang perlu diperjuangkan serikat pekerja adalah soal

pemutusan hubungan kerja (10%), sementara menurut kelompok responden

yang tidak memiliki serikat adalah soal fasilitas untuk pekerja (8.6%). Upah,

fasilitas untuk pekerja dan pemutusan hubungan kerja memang menjadi isu

yang paling sering diusung dalam perjuangan serikat pekerja.

Grafik 6.5 Aspek yang Menjadi Prioritas Perjuangan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

Dari berbagai persoalan pekerja media, menurut Anda mana yang harus didahulukan untuk diperjuangkan serikat pekerja?

63.0%

10.0%

5.0%

5.0%

4.0%

3.0%

2.0%

2.0%

2.0%

1.0%

1.0%

0.0%

2.0%

64.5%

2.2%

4.3%

3.2%

6.5%

1.1%

5.4%

1.1%

8.6%

2.2%

0.0%

1.1%

0.0%

Gaji

Pemutusan hubungan kerja

Status pekerja

Jenjang karier

Asuransi dan tunjangan kesehatan

Hak cipta

Soal beban kerja

Jam kerja

Fasilitas untuk pekerja

Biaya liputan

Lainnya

Soal cuti

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 95: Masih bertumpu pada sang pelopor

95

E. Penilaian terhadap efektivitas perjuangan serikat pekerja

Jika sebelumnya ditanyakan keaktifan perjuangan serikat pekerja,

kali ini akan dibahas bagaimana penilaian responden terhadap efektivitas

perjuangan serikat pekerja. Ditanyakan kepada responden, apakah kehadiran

serikat pekerja efektif dalam memperjuangkan hak pekerja. Bila sebelumnya

juga telah diketahui, lebih banyak yang menilai perjuangan serikat pekerja

berhasil, walau cukup besar pula yang menilai gagal, apakah hal ini juga akan

memengaruhi penilaian atas efektivitas perjuangan serikat pekerja?

Grafik berikut menunjukkan penilaian responden terhadap

efektivitas perjuangan serikat pekerja di perusahaan media. Ternyata

keberhasilan perjuangan serikat pekerja selalu seiring dengan efektivitas

perjuangan serikat pekerja. Dalam situasi seperti itu, lebih banyak responden

yang menilai perjuangan serikat pekerja efektif. Tidak ada perbedaan

signifikan penilaian responden yang bekerja di media yang terdapat serikat

pekerja dengan responden yang bekerja di perusahaan media yang belum

terdapat serikat pekerja.

Grafik 6.6 Efektivitas Perjuangan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Jika di media tempat Anda bekerja terdapat serikat pekerja, menurut penilaian Anda, apakah kehadiran serikat pekerja efektif dalam memperjuangkan hak pekerja?”

53.6%

22.7% 23.7%

43.0%

17.2%

39.8%

Efektif Tidak efektif Tidak tahu/tidakmenjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 6 Perjuangan Serikat Pekerja

Page 96: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

96

Alasan perjuangan serikat pekerja tidak efektif menurut kelompok responden media yang memiliki serikat lebih dikarenakan serikat pekerja tidak didukung oleh semua pekerja (52%). Alasan kedua, menurut mereka, adalah tidak didukung oleh pimpinan perusahaan (32%).

Sementara menurut kelompok responden media yang tidak memiliki serikat tidak efektifnya perjuangan serikat pekerja lebih dikarenakan serikat pekerja terlalu bersikap kompromistis terhadap manajemen perusahaan (31.3%). Alasan kedua adalah tidak didukung oleh semua pekerja (25%).

Grafik 6.7 Alasan Perjuangan Serikat Pekerja Tidak Efektif

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“ Menurut Anda, mengapa kehadiran serikat pekerja di media Anda tidak efektif?”

52.0%

32.0%

8.0%

4.0%

4.0%

0.0%

0.0%

25.0%

18.8%

31.3%

6.3%

6.3%

6.3%

6.3%

Tidak didukung oleh semua pekerja

Tidak didukung oleh pemimpin perusahaanKompromistis dengan manajemen

perusahaan

Lainnya (sebutkan)

Tidak sesuai keinginan

Bukan menjadi skala prioritas

Hadir dalam rentang waktu yang panjang

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 97: Masih bertumpu pada sang pelopor

97

A. Penilaian terhadap aktivitas serikat pekerja

Sedikit berbeda dengan perjuangan serikat pekerja, berikut

adalah penilaian atas sejumlah aktivitas yang dilakukan serikat pekerja di

perusahaan media. Perjuangan serikat pekerja merupakan salah satu bagian

dari aktivitas serikat pekerja. Karenanya, aktif tidaknya serikat pekerja

juga akan diukur dari berbagai aktivitas yang dilakukan serikat pekerja di

perusahaan media.

Dari responden yang bekerja di media yang memiliki serikat

pekerja, ditanyakan apakah serikat pekerja di tempat mereka bekerja aktif

atau tidak. Sebesar 51.5% responden melihat, serikat pekerja di tempat

mereka bekerja aktif mengadakan kegiatan. Sementara yang menjawab

Bab 7 Aktivitas Serikat Pekerja

Page 98: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

98

tidak aktif sebesar 31.3%, selebihnya (17.2%) responden menjawab tidak

tahu/tidak menjawab.

Grafik 7.1 Keaktifan Kegiatan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Menurut penilaian Anda, apakah serikat pekerja di tempat Anda bekerja aktif?”

Responden yang melihat serikat pekerja di tempat mereka bekerja

tidak aktif paling banyak menjawab dikarenakan anggotanya sibuk bekerja

(40.6%), bahkan ada yang menilai serikat pekerja tidak ada gunanya (25%).

Alasan lain mengapa serikat pekerja tidak aktif adalah karena tidak ada

masalah di perusahaan tempat mereka bekerja (21.9%).

Grafik 7.2 Alasan Serikat Pekerja Tidak Aktif

Base: Responden Media Ada SP

“ Menurut Anda, mengapa serikat pekerja tidak bisa aktif?”

Tidak aktif, 31.3%

Aktif, 51.5% Tidak tahu/tidak

jawab, 17.2%

40.6%

25.0%

21.9%

15.6%

Anggota sibuk bekerja

Menilai serikat pekerja tidak ada gunanya

Tidak ada masalah di perusahaan pers

Lainnya

Page 99: Masih bertumpu pada sang pelopor

99

Serikat pekerja paling banyak melakukan kegiatan kurang dari

sekali per bulan (28.3%). Sebesar 16.2% responden melihat serikat pekerja

mengadakan kegiatan 1-2 kali per bulan. Sementara yang melihat serikat

pekerja tidak pernah melakukan kegiatan sebesar 14.1% responden.

Grafik 7.3 Frekuensi Kegiatan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Sepengetahuan Anda, seberapa sering kegiatan serikat pekerja di media tempat Anda bekerja dilakukan?”

B. Aktivitas serikat pekerja

Selanjutnya ditanyakan kepada responden apakah dalam

melakukan aktivitas, serikat pekerja memberitahukan kepada semua

anggota, menyertakan dan meminta semua anggota untuk terlibat serta

memberitahukan hasil aktivitasnya kepada semua anggota serikat pekerja.

Dalam memberitahu semua anggota serikat tentang adanya kegiatan,

sebanyak 41% responden menjawab serikat pekerja selalu melakukan

pemberitahuan. Hanya 6% responden yang menjawab serikat pekerja tidak

pernah memberitahukan kepada semua anggota akan adanya kegiatan.

Dalam menyertakan serta meminta semua anggota serikat pekerja

28.3%

16.2%

14.1%

11.1%

9.0%

21.2%

< 1 kali per bulan

1-2 kali per bulan

Tidak pernah

3-5 kali per bulan

lebih dari 5 kali per bulan

Tidak tahu/tidak jawab

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

Page 100: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

100

terlibat atau ikut serta dalam aktivitas, sebanyak 44% responden menyatakan

serikat pekerja selalu menyertakan dan meminta semua anggota untuk

terlibat. Hanya 4% responden yang menjawab serikat pekerja tidak pernah

menyertakan dan meminta semua anggota untuk terlibat. Begitu pula dalam

pemberitahuan hasil kegiatan kepada anggota, sebanyak 37% responden

menjawab serikat pekerja selalu memberitahukan hasil dari kegiatan kepada

semua anggota. Hanya 6% yang menjawab serikat pekerja tidak pernah

memberitahukan hasil kegiatan kepada semua anggota serikat pekerja.

Tabel 7.1 Aktivitas Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Dalam melakukan kegiatan, apakah serikat pekerja di tempat Anda bekerja:

Selalu SeringKadang-kadang

Tidak pernah

Tidak tahu/tidak jawab

Memberitahukan kepada semua anggota serikat pekerja akan adanya kegiatan

41.0% 25.0% 12.0% 6.0% 7.0%

Menyertakan dan meminta semua anggota serikat pekerja untuk terlibat atau ikut serta dalam kegiatan

44.0% 22.0% 11.0% 4.0% 10.0%

Memberitahukan hasil dari kegiatan kepada semua anggota serikat pekerja

37.0% 20.0% 18.0% 6.0% 9.0%

Berikut adalah sejumlah aktivitas yang ditanyakan kepada

responden. Apakah serikat pekerja di tempat mereka pernah mengadakan

Page 101: Masih bertumpu pada sang pelopor

101

pelatihan internal (in house training) untuk meningkatkan kemampuan

pekerja (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dll),

mengirimkan anggota serikat pekerja untuk mengikuti pelatihan di tempat

lain; dan melakukan pertemuan dengan anggota serikat pekerja dari media

lain.

Untuk aktivitas mengadakan pelatihan internal, sebagian besar

responden (73.3%) mengatakan serikat pekerja di tempat mereka bekerja

tidak pernah melakukan kegiatan itu. Hanya 26.3% responden yang

menyatakan serikat pekerja di tempat mereka bekerja pernah mengadakan

pelatihan internal untuk meningkatkan kemampuan pekerja. Sedangkan

aktivitas mengirimkan anggota serikat pekerja untuk mengikuti pelatihan

di tempat lain dan melakukan konsolidasi dengan anggota serikat pekerja

dari media lain, separuh dari responden (sekitar 50%) menyatakan serikat

pekerja pernah mengadakan aktivitas tersebut.

Tabel 7.2 Aktivitas Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Aktivitas Ya Tidak

Mengadakan pelatihan internal (in house training) untuk meningkatkan kemampuan pekerja (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

26.3% 73.3%

Mengirimkan anggota serikat pekerja untuk mengikuti pelatihan di tempat lain (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

44.4% 55.6%

Melakukan konsolidasi dengan anggota serikat pekerja dari media lain

45.9% 54.1%

Menyambung pertanyaan sebelumnya, juga ditanyakan apakah

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

Page 102: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

102

sejumlah aktivitas yang disebutkan tadi penting bagi pekerja media. Dari

ketiga aktivitas yang dilakukan serikat pekerja ini, sebagian besar responden

(di atas 80%) menilai penting aktivitas itu dilaksanakan. Hanya sebagian

kecil (sekitar 5%) responden yang menyatakan aktivitas seperti pelatihan

internal, mengirimkan anggota serikat pekerja untuk mengikuti pelatihan di

tempat lain dan melakukan konsolidasi dengan anggota serikat pekerja dari

media lain, tidak penting atau kurang penting.

Tabel 7.3 Penilaian Aktivitas Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

AktivitasSangat penting

Cukup penting

Kurang penting

Tidak penting sama sekali

Tidak tahu/ tidak jawab

Mengadakan pelatihan internal (in house training) untuk meningkatkan kemampuan pekerja (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

50.0% 39.8% 3.1% 1.0% 6.1%

Mengirimkan anggota serikat pekerja untuk mengikuti pelatihan di tempat lain (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

51.0% 33.7% 4.1% 1.0% 10.2%

Melakukan konsolidasi dengan anggota serikat pekerja dari medi lain

47.9% 33.3% 5.2% 2.1% 11.5%

Page 103: Masih bertumpu pada sang pelopor

103

Dari beberapa aktivitas yang diadakan oleh serikat pekerja tadi,

selanjutnya ditanyakan kepada responden apakah mereka mengikuti

aktivitas yang dilaksanakan oleh serikat pekerja itu. Untuk pelatihan internal

sebagian besar responden (79.8%) menjawab tidak pernah mengikutinya

dalam satu tahun terakhir ini. Sedangkan pengiriman anggota serikat pekerja

untuk mengikuti pelatihan di tempat lain, 59.6% responden menjawab

pernah mengikuti, dan 40.4% responden menjawab tidak pernah mengikuti

kegiatan tersebut. Sementara konsolidasi dengan anggota serikat pekerja

dari media lain, 62.4% responden menjawab tidak pernah melakukannya

dan 37.6% responden menjawab pernah mengikutinya. Dari ketiga aktivitas

yang dilakukan oleh serikat pekerja, sebagian besar responden tidak pernah

mengikuti—meskipun sebelumnya banyak yang mengatakan bahwa serikat

pekerja selalu memberitahu kepada semua anggota akan adanya aktivitas

tersebut.

Tabel 7.4 Pernah Mengikuti Aktivitas Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Pernahkah Anda mengikuti aktivitas yang dilakukan oleh serikat pekerja, misalnya:

Ya Tidak

Mengikuti pelatihan internal (in house training) untuk meningkatkan kemampuan pekerja (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

20.2% 79.8%

Mengikuti pelatihan di tempat lain (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

40.4% 59.6%

Melakukan konsolidasi dengan anggota serikat pekerja dari media lain

37.6% 62.4%

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

Page 104: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

104

Selanjutnya bagi mereka yang pernah mengikuti berbagai aktivitas

yang dilakukan oleh serikat pekerja, ditanyakan pula bagaimana penilaian

mereka terhadap aktivitas yang mereka ikuti itu: bermanfaat atau tidak.

Aktivitas pelatihan internal untuk meningkatkan kemampuan pekerja,

dari responden yang pernah mengikuti sebagian besar (78.9%) menjawab

kegiatan tersebut cukup bermanfaat. Selebihnya 21.1% responden

menjawab, aktivitas tersebut kurang bermanfaat. Hal ini berbeda dari

temuan sebelumnya, di mana hanya 3% responden yang menilai aktivitas

ini kurang penting.

Bagi yang pernah dikirim untuk mengikuti pelatihan di tempat lain,

sebagian besar responden menilai aktivitas yang mereka ikuti bermanfaat.

Hanya sekitar 5% responden yang menjawab kegiatan ini kurang penting.

Sedangkan untuk konsolidasi dengan anggota serikat pekerja dari media

lain, hanya 2.8% responden yang menyatakan aktivitas itu tidak bermanfaat.

Selebihnya mereka menilai aktivitas yang mereka ikuti bermanfaat. Hal

ini juga tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya yakni hanya 2.1%

responden yang menyatakan pertemuan dengan serikat pekerja dari media

lain tidak penting. Suatu kegiatan pada umumnya akan dianggap penting

karena mempunyai manfaat.

Tabel 7.5 Penilaian Manfaat Mengikuti Aktivitas Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SPDalam melakukan kegiatan, apakah serikat pekerja di tempat anda bekerja melakukan hal-hal berikut:

Sangat Bermanfaat

Cukup Bermanfaat

Kurang Bermanfaat

Tidak Bermanfaat Sama Sekali

Tidak Tahu/ Tidak Jawab

Page 105: Masih bertumpu pada sang pelopor

105

Mengadakan pelatihan internal (in house training) untuk meningkatkan kemampuan pekerja (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

0.0% 78.9% 21.1% 0.0% 0.0%

Mengirimkan anggota serikat pekerja untuk mengikuti pelatihan di tempat lain (misalnya, pelatihan fotografi, menulis, teknologi informasi, dsb)

71.1% 18.4% 2.6% 2.6% 5.3%

Melakukan konsolidasi dengan anggota serikat pekerja dari media lain

69.4% 16.7% 0.0% 2.8% 11.1%

C. Pertemuan serikat pekerja

Selain aktivitas yang telah dibahas di atas, juga ditanyakan kepada

responden mengenai pertemuan atau rapat yang dilakukan serikat pekerja.

Ada dua rapat yang ditanyakan kepada responden, yaitu rapat rutin yang

membicarakan perkembangan serikat pekerja dan rapat yang terkait dengan

permasalahan yang harus diselesaikan oleh serikat pekerja karena ada

masalah yang dihadapi pekerja. Untuk rapat rutin, menurut responden,

paling banyak dilakukan kurang dari sekali per bulan (32.3%). Sedangkan

untuk rapat yang terkait masalah yang harus diselesaikan serikat pekerja,

misalnya karena ada karyawan yang di-PHK, paling banyak responden

(30.3%) menjawab, serikat pekerja tidak pernah melakukannya.

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

Page 106: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

106

Tabel 7.6 Pertemuan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Pertemuan Serikat Pekerja

Tidak pernah

Kurang dari

sekali per

bulan

1-2 kali per

bulan

3-5 kali per

bulan

Lebih dari 5

kali per bulan

Tidak tahu/ tidak jawab

Rapat rutin untuk membicarakan perkembangan serikat pekerja

25.3% 32.3% 12.1% 12.1% 3.0% 15.2%

Rapat terkait masalah yang harus diselesaikan serikat pekerja (misalnya, ketika ada pekerja yang di-PHK, dsb)

30.3% 23.2% 9.1% 8.1% 8.1% 21.2%

Tidak jauh berbeda dengan frekuensi rapat yang dilakukan oleh

serikat pekerja, responden paling banyak mengikuti rapat rutin kurang

dari sekali per bulan. Begitu pula dengan rapat terkait masalah yang harus

diselesaikan serikat pekerja, misalnya ketika ada pekerja yang di-PHK,

paling banyak responden menjawab tidak pernah mengikuti rapat itu.

Frekuensi berapa kali rapat dilakukan oleh serikat pekerja dengan frekuensi

berapa kali pekerja mengikuti rapat sudah sewajarnya jika hasilnya tidak

jauh berbeda. Karena pekerja biasanya bisa mengikuti rapat yang dilakukan

serikat pekerja jika serikat pekerja mengadakan rapat.

Page 107: Masih bertumpu pada sang pelopor

107

Tabel 7.7 Keikutsertaan Pekerja dalam Pertemuan Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Pertemuan serikat pekerja

Tidak pernah

Kurang dari

sekali per

bulan

1-2 kali per

bulan

3-5 kali per

bulan

Lebih dari 5

kali per bulan

Tidak tahu/ tidak jawab

Rapat rutin membicarakan perkembangan serikat pekerja

25.8% 32.0% 4.3% 13.4% 3.1% 16.5%

Rapat terkait masalah yang harus diselesaikan serikat pekerja (misalnya ketika ada pekerja yang di-PHK, dsb)

29.2% 21.6% 9.3% 11.3% 6.2% 21.6%

D. Iuran dalam serikat pekerja

Berjalannya aktivitas serikat tidak terlepas dari kebutuhan akan

dana. Karena itulah dalam survei ini ditanyakan pula kepada responden

apakah di media tempat mereka bekerja ada iuran-iuran yang harus

disetorkan ke serikat pekerja tiap bulannya. Ada tiga iuran yang ditanyakan

kepada responden, yaitu iuran bulanan, iuran sukarela dan iuran ketika

serikat pekerja menghadapi masalah yang harus diselesaikan.

Untuk iuran bulanan, sebagian besar responden (68.8%) menjawab

tidak ada iuran bulanan. Selebihnya (31.3%) menjawab ada iuran bulanan

untuk serikat pekerja di tempat mereka bekerja. Sama seperti iuran bulanan,

iuran ketika serikat pekerja menghadapi masalah, sebesar 68.8% responden

menyatakan tidak ditarik iuran dan 31.3% responden menyatakan ada iuran

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

Page 108: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

108

ketika serikat pekerja menghadapi masalah. Sementara iuran sukarela,

sebagian besar responden (77.1%) menjawab ada iuran sukarela, selebihnya

(23%) menjawab tidak ada iuran sukarela.

Grafik 7.4 Iuran Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Sepengetahuan Anda, apakah ada iuran di dalam serikat pekerja?”

E. Frekuensi pertemuan serikat pekerja

Pada bab sebelumnya telah diulas, perjuangan serikat pekerja pada

beberapa aspek yang berkaitan dengan kesejahteraan pekerja media mulai

dari upah hingga hak cipta. Bentuk perjuangan serikat pekerja pada aspek-

aspek tersebut bisa dilihat, salah satunya, pada apakah aspek-aspek yang

berkaitan dengan kesejahteraan pekerja media ini pernah dibicarakan dalam

pertemuan serikat pekerja. Kepada responden ditanyakan, dalam satu tahun

terakhir ini seberapa sering dilakukan rapat membicarakan masalah-masalah

yang berkaitan dengan kesejahteraan pekerja.

Dari berbagai persoalan mulai dari gaji hingga hak cipta, semua

aspek tersebut menurut mayoritas responden yang menjawab, serikat

pekerja tidak melakukan pertemuan untuk membicarakannya. Paling sedikit

31.3%

77.1%

31.3%

68.8%

23.0%

68.8%

Iuran bulanan

Iuran sukarela

Iuran ketika SerikatPekerja terkait masalah

Ya Tidak

Page 109: Masih bertumpu pada sang pelopor

109

responden yang menjawab, serikat pekerja melakukan pertemuan lebih dari

lima kali dalam sebulan untuk membicarakan persoalan yang berkaitan

dengan kesejahteraan pekerja media.

Pertemuan yang paling sering dilakukan serikat pekerja (lebih dari

lima kali sebulan) adalah membahas pemutusan hubungan kerja. Sedangkan

pertemuan yang jarang dilakukan serikat pekerja (tidak pernah) adalah

pertemuan yang membahas soal hak cipta (60.2%).

Tabel 7.8

Frekuensi Pertemuan Serikat Pekerja Membahas Masalah Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Masalah pekerjaTidak

pernah

< 1 kali per

bulan

1-2 kali per

bulan

3-5 kali per

bulan

Lebih dari 5 kali

Tidak tahu/ tidak jawab

Upah 36.7% 26.5% 6.1% 7.1% 5.1% 18.4%

Biaya liputan 51.0% 16.3% 3.1% 8.2% 1.0% 20.4%

Asuransi dan tunjangan kesehatan

42.9% 23.5% 8.2% 5.1% 3.1% 17.3%

Beban dan jam kerja 48.0% 19.4% 6.1% 7.1% 2.0% 17.3%

Fasilitas untuk pekerja

51.0% 20.4% 4.1% 6.1% 1.0% 17.3%

cuti 49.0% 20.4% 4.1% 6.1% 1.0% 19.4%

Status kerja 43.9% 23.5% 4.1% 6.1% 3.1% 19.4%

Jenjang karier 46.9% 18.4% 5.1% 8.2% 4.1% 17.3%

Pemutusan hubungan kerja

43.9% 15.3% 5.1% 8.2% 10.2% 17.3%

Hak cipta 60.2% 10.2% 4.1% 6.1% 2.0% 17.3%

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

Page 110: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

110

Frekuensi para pekerja mengikuti pertemuan yang membahas

masalah pekerja dilakukan seiring dengan frekuensi diadakannya pertemuan

oleh serikat pekerja. Paling banyak responden menjawab tidak pernah

mengikuti pertemuan dan paling sedikit responden mengikuti pertemuan

lebih dari lima kali per bulan. Dalam pertemuan tersebut yang paling sering

dibahas pekerja adalah soal pemutusan hubungan kerja. Dan yang paling

banyak tidak pernah diikuti adalah pertemuan yang membahas hak cipta

(59.8%).

Tabel 7.9 Frekuensi Keikutsertaan Pertemuan Mengenai Masalah Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

Masalah pekerjaTidak

pernah

< 1 kali per

bulan

1-2 kali per

bulan

3-5 kali per

bulan

Lebih dari 5 kali

Tidak tahu/ tidak jawab

Upah 40.6% 27.1% 7.3% 8.3% 1.0% 15.6%

Biaya liputan 53.1% 16.7% 3.1% 8.3% 1.0% 17.7%

Asuransi dan tunjangan kesehatan

45.8% 22.9% 7.3% 5.2% 3.1% 15.6%

Beban dan jam kerja 47.9% 20.8% 5.2% 7.3% 2.1% 16.7%

Fasilitas untuk pekerja

53.1% 20.8% 2.1% 6.3% 1.0% 16.7%

cuti 51.0% 18.8% 4.2% 6.3% 1.0% 18.8%

Status kerja 46.9% 21.9% 5.2% 6.3% 3.1% 16.7%

Jenjang karier 44.3% 19.6% 4.1% 8.2% 4.1% 19.6%

Pemutusan hubungan kerja

41.2% 16.5% 5.2% 9.3% 9.3% 18.6%

Hak cipta 59.8% 9.3% 4.1% 5.2% 4.1% 17.5%

F. Persepsi terhadap aktivitas serikat pekerja

Page 111: Masih bertumpu pada sang pelopor

111

Terkait apakah serikat pekerja sebaiknya memfokuskan diri

memperjuangkan kesejahteraan pekerja media atau juga perlu melakukan

aktivitas peningkatkan kemampuan pekerja, sebagian besar responden

(80.8%) menilai serikat pekerja seharusnya memadukan kedua aspek

tersebut. Hanya 8.1% responden yang menilai serikat pekerja sebaiknya

fokus memperjuangkan kesejahteraan pekerja, tidak perlu mengurus

masalah peningkatan kemampuan jurnalis dan pekerja media lainnya.

Hal ini tentunya bisa menjadi pegangan bagi serikat pekerja

untuk lebih banyak melakukan sejumlah aktivitas yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan jurnalis dan pekerja media, seperti melakukan

pelatihan internal—karena sebagian besar responden mendukung hal ini.

Grafik 7.5 Persepsi terhadap Aktivitas Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Ada sejumlah aktivitas program yang bisa dilakukan serikat pekerja. Program seperti apa yang lebih Anda setujui?”

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

80.8%

8.1%

11.1%

87.1%

11.8%

1.1%

Serikat pekerja selain memperjuangkankesejahteraan, juga perlu melakukan

kegiatan peningkatan kapasitas jurnalis

Serikat pekerja sebaiknya fokusmemperjuangkan kesejahteraan, tidak

perlu mengurus masalah kapasitas jurnalis

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 112: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

112

G. Keaktifan pekerja pada aktivitas serikat pekerja

Kendati keberadaan serikat pekerja perlu dukungan dari para

anggotanya, salah satunya dengan aktif terlibat pada setiap aktivitas yang

Fokus pada Perjuangan Kesejahteraan

Meskipun sebagian besar jurnalis menilai serikat pekerja selain memperjuangkan kesejahteraan pekerja juga harus melakukan aktivitas untuk meningkatkan kemampuan pekerja, namun kenyataannya serikat pekerja selama ini lebih fokus pada perjuangan kesejahteraan pekerja. Sejumlah aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jurnalis dan pekerja lainnya, seperti pelatihan, belum menjadi prioritas program. Hal ini tercermin dari hasil wawancara terhadap sejumlah jurnalis:

”Yang saat ini kami perjuangkan adalah kesejahteraan pekerja, karena kami menilai upah yang didapat pekerja masih jauh dari kondisi sejahtera. Bagi serikat pekerja, ini adalah prioritas. Selain itu, kami juga berkonsentrasi pada hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak yang semestinya diperoleh pekerja, tapi manajemen mengabaikannya. Seperti, kontrak pekerja yang sudah bertahun-tahun tapi belum juga diangkat. Inilah yang kami perjuangkan. Ke depan, persoalan-persoalan peningkatan kemampuan pekerja tetap menjadi prioritas. Hal itu kami targetkan dalam program jangka panjang dengan membentuk Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara manajemen dan serikat.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Untuk saat ini, kami hanya menangani hubungan industrial, termasuk memperjuangkan kesejahteraan pekerja. Untuk peningkatan skill karyawan, nanti dulu karena semua itu perlu dukungan financial. Kami ingin mengursuskan anggota bahasa asing, minimal mendatangkan tenaga pengajar. Tapi sekarang belum, mungkin nanti hal ini bisa direalisasikan.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Saat ini kami lebih memilih memperjuangkan kesejahteraan pekerja. Ini prioritas. Pertimbangannya, masalah kesejahteraan kerap dilalaikan manajemen.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

Page 113: Masih bertumpu pada sang pelopor

113

dilakukan serikat pekerja, namun kenyataanya ketika ada kegiatan yang

dilakukan oleh serikat pekerja hanya 38.4% yang selalu mengikutinya.

Selebihnya, 31.3% responden hanya mengikuti sebagian aktivitas yang

dilakukan oleh serikat pekerja. Bahkan yang tidak mengikuti aktivitas sama

sekali tergolong banyak yaitu sekitar 15% responden.

Masalah sosialisasi tentunya bukan menjadi alasan utama mengapa

banyak responden yang hanya mengikuti sebagian atau bahkan tidak pernah

mengikuti aktivitas yang dilakukan serikat pekerja. Karena sebelumnya

sudah diketahui, banyak yang menyatakan dalam setiap aktivitas yang

diadakan oleh serikat pekerja, serikat selalu memberitahu kepada semua

anggota dan menghimbau untuk mengikuti setiap kegiatan tersebut.

Melihat beban kerja seorang jurnalis, sangat dimungkinkan alasan mereka

tidak mengikuti aktivitas serikat adalah karena kesibukan kerja.

Grafik 7.6 Keaktifan Pekerja pada Aktivitas Serikat Pekerja

Base: Responden Media Ada SP

“Bagaimana keikutsertaan Anda dalam serikat pekerja media?”

Bab 7 Aktifitas Serikat Pekerja

38.4%

31.3%

15.2%

15.2%

Saya mengikuti semua kegiatan yang dilakukan olehserikat pekerja

Saya hanya mengikuti sebagian kegiatan yangdilakukan oleh serikat pekerja

Saya tidak pernah mengikuti kegiatan yang dilakukanoleh serikat pekerja

Tidak tahu/tidak jawab

Page 114: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

114

Page 115: Masih bertumpu pada sang pelopor

115

A. Penilaian terhadap Perjanjian Kerja Bersama

Isu yang juga berkaitan dengan perjuangan serikat pekerja adalah

Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Kepada responden ditanyakan apakah

sebaiknya perjanjian kerja dilakukan secara individual ataukah secara kolektif

melalui serikat pekerja. Sebagian besar responden, baik dari kelompok

yang memiliki serikat pekerja maupun tidak memiliki serikat menilai,

kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara kolektif dalam PKB. Hanya

sekitar 10% responden saja yang beranggapan kesepakatan kerja sebaiknya

dilakukan secara individual (antara pekerja dengan pihak manajemen).

Bab 8 Perjanjian Kerja Bersama

Page 116: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

116

Grafik 8.1 Penilaian terhadap Kesepakatan Kerja

Base:

Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP (N= 192)

“Menurut Anda, bagaimana sebaiknya kesepakatan kerja di perusahaan media dilakukan. Sendiri oleh pekerja atau dilakukan secara kolektif dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB)?”

Dari kelompok responden media yang memiliki serikat, mereka

yang menjawab kesepakatan kerja lebih baik dilakukan secara individual

alasannya adalah supaya lebih adil, karena kemampuan dan kapabilitas

pekerja berbeda-beda (45.5%). Alasan kedua, kesepakatan kerja bersifat

rahasia, oleh sebab itu sebaiknya dilakukan secara individual (36.4%).

Sementara dari kelompok responden media yang tidak memiliki serikat,

alasan utama kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara individual

karena kesepakatan kerja bersifat rahasia (44.4%). Alasan kedua, masalah

yang dihadapi pekerja berbeda-beda (33.3%).

81.4%

11.3%

7.2%

79.6%

9.7%

10.8%

Dilakukan bersamadalam PKB

Dilakukansendiri/individual

Tidak tahu/tidakmenjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 117: Masih bertumpu pada sang pelopor

117

Grafik 8.2 Alasan Kesepakatan Kerja Dibuat Individual

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Mengapa kesepakatan kerja lebih baik dilakukan oleh pekerja secara individual dengan perusahaan media?”

Sedangkan kelompok responden media yang memiliki serikat

pekerja menganggap, kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara kolektif

dalam PKB. Mereka beralasan, negosiasi akan lebih berhasil kalau dilakukan

secara bersama-sama melalui serikat pekerja (49.45). Alasan kedua,

kesepakatan kerja harus terbuka dan diketahui oleh semua pekerja (45.8%),

sedangkan alasan ketiga adalah biar lebih mudah dikontrol kalau terjadi

pelanggaran kesepakatan (31.3%).

Alasan kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan bersama-sama

menurut kelompok responden yang tidak mempunyai serikat pekerja adalah

kesepakatan kerja dianggap harus terbuka dan diketahui oleh semua pekerja

(47.3%). Alasan kedua, negosiasi akan lebih berhasil kalau dilakukan secara

bersama-sama (27%) dan alasan ketiga, persoalan yang dihadapi oleh semua

jurnalis dan pekerja media hampir sama (20.3%).

Bab 8 Perjanjian Kerja Bersama

45.5%

36.4%

9.1%

9.1%

0.0%

22.2%

44.4%

0.0%

0.0%

33.3%

Lebih adil, karena kemampuan dankapabilitas pekerja berbeda-beda

Kesepakatan kerja rahasia, sebaiknyamemang dilakukan secara individual

Negosiasi lebih berhasil kalau dilakukansendiri

Lainnya

Masalah yang dihadapi pekerja berbeda-beda

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 118: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

118

Grafik 8.3 Alasan Kesepakatan Kerja Dibuat Kolektif

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Mengapa kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara kolektif antara pekerja dengan perusahaan media?”

B. Aspek dalam Perjanjian Kerja Bersama

Pertanyaan penting selanjutnya adalah aspek-aspek apa sajakah

yang perlu diatur dalam PKB. Dari kelompok responden media yang

memiliki serikat, semua persoalan mulai dari upah hingga hak cipta sebagian

besar responden menganggap perlu diatur dalam PKB. Upah adalah hal

yang dianggap paling perlu diatur dalam PKB (91.9%), sedangkan jam kerja

adalah hal yang paling tinggi dinilai kurang perlu diatur (9.1%).

Tabel 8.1 Aspek dalam Kesepakatan Bersama

Base: Responden Media Ada SP

Masalah pekerja

Menurut Anda apakah aspek berikut sangat perlu, cukup perlu, kurang perlu atau sangat tidak perlu diatur dalam

Perjanjian Kerja Bersama

Sangat perlu

Cukup perlu

Kurang perlu

Sangat tidak perlu

Tidak tahu/tidak jawab

49.4%

45.8%

31.3%

19.3%

27.0%

47.3%

5.4%

20.3%

Negosiasi lebih berhasil kalau dilakukansecara kolektif

Kesepakatan kerja harus terbuka dandiketahui oleh semua pekerja

Lebih mudah dikontrol kalau terjadipelanggaran kesepakatan

Persoalan semua jurnalis/pekerja mediahampir sama

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 119: Masih bertumpu pada sang pelopor

119

Gaji 91.9% 5.1% 1.0% 2.0% 0.0%

Biaya liputan 67.7% 24.2% 6.1% 2.0% 0.0%

Asuransi dan tunjangan kesehatan

87.9% 10.1% 0.0% 2.0% 0.0%

Beban kerja 65.7% 25.3% 5.1% 3.0% 1.0%

Jam kerja 66.7% 24.2% 6.1% 3.0% 0.0%

Fasilitas untuk pekerja

67.7% 24.2% 6.1% 1.0% 1.0%

cuti 7787% 18.2% 3.0% 1.0% 0.0%

Status kerja 84.8% 11.1% 1.0% 2.0% 1.0%

Jenjang karier 81.8% 14.1% 2.0% 2.0% 0.0%

Pemutusan hubungan kerja

85.9% 10.1% 1.0% 3.0% 0.0%

Hak cipta 62.6% 27.3% 6.1% 2.0% 2.0%

Tidak jauh berbeda dengan kelompok responden dari media yang

memiliki serikat, kelompok responden yang tidak mempunyai serikat juga

menganggap masalah upah adalah hal yang paling perlu diatur dalam PKB.

Berikutnya adalah soal status kerja dan asuransi tunjangan kesehatan.

Tabel 8.2 Aspek dalam Kesepakatan Bersama

Base: Responden Media Tidak Ada SP

Masalah pekerja

Menurut Anda apakah sejumlah aspek berikut sangat perlu, cukup perlu, kurang perlu atau sangat tidak

perlu diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama

Sangat perlu

Cukup perlu

Kurang perlu

Sangat tidak perlu

Tidak tahu/tidak jawab

Upah 89.0% 9.9% 1.1% 0.0% 0.0%

Biaya liputan 62.9 25.3% 3.4% 1.1% 0.0%

Bab 8 Perjanjian Kerja Bersama

Page 120: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

120

Asuransi dan tunjangan kesehatan

81.1% 16.7% 1.1% 1.1% 0.0%

Beban kerja 63.7% 30.8% 5.5% 0.0% 0.0%

Jam kerja 62.6% 34.1% 3.3% 0.0% 0.0%

Fasilitas untuk pekerja 60.4% 27.5% 11.0% 1.1% 0.0%

cuti 72.5% 25.3% 2.2% 0.0% 0.0%

Status kerja 83.5% 14.3% 2.2% 0.0% 0.0%

Jenjang karier 73.6% 26.4% 0.0% 0.0% 0.0%

Pemutusan hubungan kerja

74.7% 22.0% 2.2% 0.0% 1.1%

Hak cipta 61.5% 35.2% 1.1% 2.2% 0.0%

Page 121: Masih bertumpu pada sang pelopor

121

SELAIN isu Perjanjian Kerja Bersama (KKB), salah satu isu yang banyak

diperbincangkan di kalangan aktivis serikat pekerja adalah persoalan

kepemilikan saham kolektif. Isu saham kolektif untuk pekerja ini bermula

dari Permenpen No. 01/PER/MENPEN/1984, pasal 16. Di sana disebutkan

perusahaan media diwajibkan memberikan saham kolektif yang besarnya 20

persen kepada pekerja. Saham kolektif itu umumnya diberikan perusahaan

dalam bentuk saham kosong. Pekerja mendapat bagian saham, tanpa perlu

menyetor modal. Tetapi ini bukan hibah, karena saham diberlakukan

sebagai hutang. Kalau perusahaan untung, deviden tidak dibayarkan kepada

pekerja tetapi dipakai sebagai cicilan utang. Bila bernasib baik, setelah tahun

kesekian, baru cicilan lunas dan pekerja bisa mendapatkan deviden. Saham

Bab 9 Kepemilikan Saham Kolektif

Page 122: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

122

itu juga bukan saham atas nama, jadi dimiliki secara kolektif dan tidak bisa

diwariskan.

Ada yang menilai saham kolektif perlu diperjuangkan oleh serikat

pekerja karena dengan saham itu pula pekerja bisa ikut menentukan dan

memengaruhi kebijakan perusahaan. Tujuan akhirnya tentu saja agar

perusahaan media lebih memperhatikan kesejahteraan pekerjanya. Tetapi

ada juga yang menilai saham kolektif bukan isu yang harus diperjuangkan

oleh serikat pekerja. Justru yang harus menjadi prioritas adalah kesejahteraan

pekerja, bukan saham kolektif.

Silang sengkarut kepemilikan saham kolektif ini pernah mencuat

saat Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK) menuntut kepada manajemen

Kompas untuk mengembalikan saham kepada pekerja di surat kabar terbesar

di Indonesia itu. Setelah melalui negosiasi yang alot, akhirnya manajemen

Kompas menyepakati untuk memberikan deviden sebesar 20% kepada

pekerja.

A. Penilaian terhadap kepemilikan saham kolektif

Sebagian besar responden, baik kelompok responden dari media

yang memiliki serikat maupun dari media yang tidak memiliki serikat

menganggap perlu serikat pekerja memperjuangkan kepemilikan saham

kolektif di perusahaan media. Dari kelompok responden yang memiliki

serikat terdapat 82% responden yang menyatakan demikian, sementara

dari kelompok responden media yang tidak memiliki serikat ada 68.5%

responden yang menyatakan serikat pekerja perlu memperjuangkan saham

kolektif. Hanya 10% dari kelompok responden media yang memiliki serikat

dan 7.6% dari kelompok responden media yang tidak mempunyai serikat

Page 123: Masih bertumpu pada sang pelopor

123

yang menganggap serikat pekerja tidak perlu memperjuangkan kepemilikan

saham kolektif.

Grafik 9.1 Apakah Saham Kolektif Perlu?

Base:

Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP (N= 192)

“Menurut Anda, apakah serikat pekerja perlu memperjuangkan kepemilikan saham kolektif di perusahaan media?”

Dari kelompok responden media yang mempunyai serikat, alasan

utama mereka yang menilai serikat pekerja tidak perlu memperjuangkan

kepemilikan saham kolektif di perusahaan media karena dianggap percuma,

selain itu pekerja pun tidak mendapatkan manfaat ekonomi (40%).

Sementara kelompok reponden dari media yang tidak memiliki serikat

alasan utama mereka menilai serikat pekerja tidak perlu memperjuangkan,

karena pekerjaan jurnalis hanya menulis (42.9%). Alasan kedua percuma,

karena pekerja tidak mendapat manfaat ekonomi (28.6%).

82.0%

10.0% 8.0%

68.5%

7.6%23.9%

Perlu Tidak perlu Tidak tahu/tidakjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 9 Kepemilikan Saham Kolektif

Page 124: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

124

Grafik 9.2 Alasan Tidak Perlu Saham Kolektif

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Mengapa kepemilikan saham kolektif tidak perlu bagi pekerja?”

Adapun dari kelompok responden media yang mempunyai serikat

yang mengangggap serikat pekerja perlu memperjuangkan kepemilikan

saham kolektif, alasan utamanya agar pekerja juga mempunyai kesempatan

untuk menentukan arah bagi kemajuan perusahaan (58%). Alasan kedua,

pekerja bisa mendapatkan keuntungan ekonomis (29.6%), disusul kemudian

hak-hak pekerja bisa diperjuangkan (24.7%), serta agar lebih mempunyai

posisi tawar (21%). Kelompok responden dari media yang tidak memiliki

serikat memiliki alasan utama agar pekerja bisa mendapatkan keuntungan

ekonomi (40.3%). Kedua, agar pekerja mempunyai kesempatan untuk

menentukan arah kebijakan (32.3%) disusul kemudian supaya lebih

mempunyai posisi tawar (24.2%) dan hak-hak pekerja bisa diperjuangkan

(21%).

40.0%

20.0%

20.0%

10.0%

10.0%

0.0%

28.6%

0.0%

42.9%

0.0%

14.3%

14.3%

Percuma, pekerja tidak dapat manfaat ekonomi

Kalau perusahaan rugi, pekerja ikutmenanggung

Pekerjaan jurnalis hanya menulis

Potensial menjadi ajang intrik dan persainganantar jurnalis

Potensial menjadi sarana perusahaan mediauntuk mengontrol pekerja

Lainnya

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 125: Masih bertumpu pada sang pelopor

125

Grafik 9.3 Alasan Perlu Saham Kolektif

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Mengapa kepemilikan saham kolektif perlu bagi pekerja?”

B. Aspek yang perlu diperjuangkan pada kepemilikan saham

kolektif

Ada sejumlah isu menarik terkait dengan saham kolektif ini.

Pertama, soal saham minimum bagi pekerja sebesar 20%. Kedua, soal

adanya wakil pekerja dalam jajaran direksi di media. Ada yang berpendapat,

sebagai konsekuensi dari saham kolektif sebaiknya ada wakil pekerja dalam

direksi perusahaan. Tetapi ada pula yang berpendapat sebaliknya. Isu ketiga

berkaitan dengan transparansi kejelasan usaha perusahaan. Misalnya kalau

perusahaan mendapatkan untung, berapa keuntungannya. Isu selanjutnya

yang berkaitan dengan kepemilikan saham kolektif adalah jika ada kerugian

itu menjadi tanggungan manajemen bukan pekerja. Terakhir adalah tentang

pendirian koperasi yang bisa melayani kebutuhan pekerja, contohnya

koperasi simpan pinjam.

Kelompok responden media yang memiliki serikat sebagian

besar menganggap isu-isu tersebut perlu diupayakan dalam perjuangan

kepemilikan saham kolektif. Saham minimum 20% bagi pekerja merupakan

58.0%

29.6%

24.7%

21.0%

1.2%

4.9%

32.3%

40.3%

21.0%

24.2%

3.2%

1.6%

Pekerja mempunyai kesempatan untukmenentukan arah dan kebijakanPekerja bisa mendapat keuntungan

ekonomis

Hak-hak pekerja bisa diperjuangkan

Lebih mempunyai posisi tawar

Merupakan hak pekerja yang harus direbut

Lainnya

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 9 Kepemilikan Saham Kolektif

Page 126: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

126

hal yang paling besar dianggap perlu diperjuangkan (97%). Sementara

terkait kerugian menjadi tanggungan manajemen bukan tanggungan

pekerja, mayoritas responden menganggap itu tidak perlu diperjuangkan

(22.2%).

Tabel 9.1 Aspek yang Diperjuangkan dalam Kepemilikan Saham Kolektif

Base: Responden Media Ada SP

Aspek kepemilikan saham kolektif

Menurut Anda perlukah sejumlah hal terkait saham kolektif ini diperjuangkan oleh serikat pekerja?

Sangat perlu

Cukup perlu

Kurang perlu

Sangat tidak perlu

Tidak tahu/tidak jawab

Saham 20% bagi pekerja 55.6% 36.4% 3.0% 0.0% 5.1%

Ada wakil pekerja di dalam direksi

60.6% 24.2% 9.1% 1.0% 5.1%

Pembagian deviden 59.6% 33.3% 1.0% 1.0% 5.1%

Transparansi kejelasan usaha perusahaan (misalnya kalau perusahaan mendapatkan keuntungan, berapa jumlahnya)

75.8% 20.2% 0.0% 0.0% 4.0%

Jika ada kerugian, menjadi tanggungan manajemen bukan pekerja

25.3% 43.4% 18.2% 4.0% 9.1%

Pendirian koperasi yang bisa melayani kebutuhan pekerja (misalnya simpan pinjam)

71.7% 23.2% 1.0% 0.0% 4.0%

Page 127: Masih bertumpu pada sang pelopor

127

Dari survei ini diketahui, pendapat kelompok responden yang tidak

memiliki serikat pekerja tidak jauh berbeda dengan kelompok responden

yang mempunyai serikat pekerja. Sebagian besar responden menganggap

perlu isu-isu yang berkaitan dengan kepemilikan saham kolektif tadi

diperjuangkan oleh serikat pekerja. Namun soal saham minimum 20%

bagi pekerja terdapat 9.9% responden yang menganggap hal ini tidak

perlu untuk diperjuangkan. Hal yang paling banyak dianggap perlu (90%)

untuk diperjuangkan adalah soal pendirian koperasi yang bisa memenuhi

Perjuangan Kepemilikan Saham Kolektif Bukan Prioritas

Dari hasil wawancara mendalam diketahui, masalah kepemilikan saham 20% bagi pekerja dianggap bukan menjadi prioritas perjuangan serikat pekerja. Menurut sejumlah responden, serikat pekerja harus lebih fokus untuk memperjuangkan kesejahteraan pekerja yang secara langsung bisa dirasakan seperti upah, bonus atau fasilitas untuk kesejahteraan pekerja.

”Itu belum, masih jauh. Yang menjai prioritas adalah mewujudkan Perjanjian Kerja Bersama antara manajemen dan pekerja.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)”Tidak, kami tidak mengurusi soal itu karena sudah ditangani yayasan karyawan. Yang kami prioritakan adalah pengaduan, memperjuangkan kesejahteraan seperti bonus, uang lembur, kasus PHK, dan hak-hak pekerja sesuai yang tertuang dalam PKB.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

”Program utama kami adalah kesejahteraan dan kebebasan pekerja. Kami tidak mengurusi soal saham karena saham karyawan sudah termaktub dalam saham koperasi karyawan. Jadi, bukan target serikat pekerja untuk mendapatkan saham.” (Laki-laki, Redaktur, Jakarta)

Bab 9 Kepemilikan Saham Kolektif

Page 128: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

128

kebutuhan pekerja. Sedangkan yang paling banyak dianggap tidak perlu

untuk diperjuangkan adalah soal kerugian yang harus ditanggung pihak

manajemen. Sebanyak 36.7% responden menegaskan pendapatnya terkait

masalah itu.

Tabel 9.2 Aspek yang Diperjuangkan dalam Kepemilikan Saham Kolektif

Base: Responden Media Tidak Ada SP

Aspek kepemilikan saham kolektif

Menurut Anda perlukah sejumlah hal terkait saham kolektif ini diperjuangkan oleh serikat pekerja?

Sangat perlu

Cukup perlu

Kurang perlu

Sangat tidak perlu

Tidak tahu/tidak jawab

Saham 20% bagi pekerja 27.5% 47.3% 8.8% 1.1% 15.4%

Ada wakil pekerja di dalam direksi

32.2% 50.0% 4.4% 1.1% 12.2%

Pembagian deviden 37.8% 45.6% 2.2% 0.0% 14.4%

Transparansi kejelasan usaha perusahaan (misalnya kalau untung, berapa keuntungan perusahaan)

52.2% 36.7% 1.1% 0.0% 1.0%

Jika ada kerugian, menjadi tanggungan manajemen bukan pekerja

20.0% 24.4% 28.9% 7.8% 18.9%

Pendirian koperasi yang bisa melayani kebutuhan pekerja (misalnya simpan pinjam)

54.4% 35.6% 2.2% 0.0% 7.8%

Page 129: Masih bertumpu pada sang pelopor

129

UPAH yang rendah—dengan risiko profesi yang sangat tinggi—adalah

problem riil yang saat ini dihadapi oleh jurnalis dan pekerja media pada

umumnya. Penelitian yang dilakukan AJI sebelumnya menunjukkan, masih

ada jurnalis yang diupah Rp 200 ribu per bulan. Sering dijumpai jurnalis lebih

suka memperjuangkan kesejahteraan dengan mencari sumber penghasilan

di luar perusahaan. Celakanya, banyak pula jurnalis yang permisif terhadap

pemberian amplop dan suap dari narasumber.

Rendahnya upah jurnalis tentu akan berdampak pada kualitas

karya jurnalistik. Lebih jauh, kondisi buruknya kesejahteraan jurnalis

akan berimbas pada tugas bersama merawat ruang demokrasi yang sedang

dibangun di negeri ini. Upah yang rendah juga menyebabkan jurnalis

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 130: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

130

menjadi pragmatis, rentan terhadap suap, dan pada gilirannya menjadi tidak

independen terhadap kekuatan di luar profesinya.

Tentunya, upah dan fasilitas yang diberikan perusahaan media

kepada jurnalisnya menjadi masalah yang paling menarik untuk diketahui.

Berapa upah yang diterima jurnalis dan fasilitas apa saja yang diberikan

perusahaan, serta bagaimana penilaian jurnalis terhadap gaji dan fasilitas

yang mereka terima, survei AJI berusaha menggambarkan masalah

tersebut.

A. Upah

Kepada responden ditanyakan apakah mereka mendapatkan

upah, honor lain di luar gaji, dan bonus di luar tunjangan hari raya (THR)

dari perusahaan media tempatnya bekerja. Terkait upah, semua jurnalis

dalam survei ini menyatakan mendapat upah dari tempat mereka bekerja.

Sedangkan untuk honor di luar gaji, ada perbedaan antara media yang

terdapat serikat pekerja dengan media yang tidak mempunyai serikat

pekerja. Di media yang memiliki serikat pekerja sebagian besar (71.7%)

responden mengatakan mereka mendapatkan honor di luar gaji. Namun di

media yang tidak memiliki serikat pekerja lebih banyak (58.1%) responden

yang menyebutkan tidak mendapat honor di luar upah.

Adapun bonus di luar THR, tidak ada perbedaan antara media

yang memiliki serikat pekerja dengan media yang tidak mempunyai serikat

pekerja. Sebagian besar (70.7%) responden di media yang memiliki serikat

dan tidak memiliki serikat (75.3%) mendapatkan bonus di luar THR.

Selebihnya, (29.3% dan 24.7%) responden menyatakan tidak mendapatkan

bonus di luar THR.

Page 131: Masih bertumpu pada sang pelopor

131

Tabel 10.1 Upah

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

FasilitasResponden Media

Ada SPResponden Media

Tidak Ada SP

Ya Tidak Ya Tidak

Upah 100.% 0.0% 100.% 0.0%

Honor lain di luar upah 28.3% 71.7% 58.1% 41.9%

Bonus di luar THR 70.7% 29.3% 75.3% 24.7%

Kepada jurnalis yang memperoleh upah, honor lain di luar upah

dan bonus di luar THR diajukan pertanyaan lanjutan tentang penilaian

mereka terhadap fasilitas tersebut. Terkait upah, meski semua responden

menerimanya tiap bulan, namun hanya sekitar 30% responden saja yang

menilai baik/sangat baik upah yang diterimanya. Sekitar separuh responden

menilai upah yang mereka terima biasa saja. Sedangkan honor lain di luar

upah, separuh responden (50%) dari media yang memiliki serikat menilai

baik/sangat baik dan 46.2% responden menilai biasa saja. Adapun responden

di media yang tidak mempunyai serikat, 45.1% dari mereka menilai baik/

sangat baik dan 43.1% responden menilai biasa saja.

Untuk bonus di luar THR, di media yang memiliki serikat, 47%

responden menilai baik/sangat baik, dan 37.9% responden menilai biasa saja.

Sementara di media yang tidak mempunyai serikat pekerja, 48.5% responden

menilai baik/sangat baik, dan 42.4% responden menilai biasa saja.

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 132: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

132

Tabel 10.2 Penilaian atas Upah

Base: Responden Media Ada SP

AspekSangat

baikBaik

Biasa saja

BurukSangat buruk

Tidak tahu/ tidak jawab

Upah 7.3% 22.9% 50.0% 16.7% 1.0% 2.1%

Honor lain di luar upah

7.7% 42.3% 46.2% 0.0% 0.0% 3.8%

Bonus di luar THR

6.1% 40.9% 37.9% 10.5% 0.0% 4.5%

Tabel 10.3 Penilaian Atas Upah

Base: Responden Media Tidak Ada SP

AspekSangat

baikBaik

Biasa saja

BurukSangat buruk

Tidak tahu/ tidak jawab

Upah 4.5% 27.0% 52.8% 11.2% 2.2% 2.2%

Honor lain di luar upah

3.9% 41.2% 43.1% 5.9% 2.0% 3.9%

Bonus di luar THR

3.0% 45.5% 42.4% 4.5% 3.0% 1.5%

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh AJI, diketahui ada media yang

bisa memberikan upah yang besar kepada jurnalisnya, namun ada pula media

yang hanya mampu memberikan gaji secara pas-pasan. Survei yang dilakukan

AJI juga menunjukkan perbedaan gaji antar media. Ada jurnalis yang mendapat

upah di atas Rp 8 juta per bulan, tetapi ada jurnalis yang bergaji di bawah Rp 1

juta sebulan. Grafik menunjukkan sebagian upah wartawan. Dari grafik tersebut

terlihat sebagian besar upah wartawan antara Rp 1,3 juta-Rp 1.599 juta per bulan.

Page 133: Masih bertumpu pada sang pelopor

133

Grafik 10.1 Upah

Base:

Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP (N= 192)

“Upah”

Tabel 10.4 Rata-rata Upah Berdasarkan Posisi/Jabatan

Kategori Rata-rata

Reporter/fotografer 2.374.407

Penanggung jawab rubrik 3.337.500

Koordinator reportase 4.800.000

Redaktur 4.950.000

Redaktur pelaksana 7.700.000

Variasi upah jurnalis terjadi di Jakarta. Di Ibu Kota ini ditemui

terdapat jurnalis yang bergaji mulai dari Rp 700 ribu sampai di atas Rp 8 juta.

Di Bandung separuh (50%) jurnalis mendapat gaji Rp 1.3 juta-Rp 1.599 juta

per bulan. Sementara di daerah lain paling tinggi upah yang mereka terima

Rp 3.1 juta-Rp 3.999 juta per bulan.

29.6%

13.4%

8.1%

6.5%

5.9%

5.9%

5.9%

4.8%

3.8%

3.8%

3.2%

2.7%

2.7%

2.2%

1.6%

Tidak tahu/ tidak jawab

1,3-1,599 juta

2,8-3,099 juta

2,5-2,799 juta

1,9-2,199 juta

4 jutaan

5 jutaan

1-1,299 juta

3,1-3,99 juta

>= 8 juta

700-999 ribu

1,6-1,899 juta

2,2-2,499 juta

6 jutaan

7 jutaan

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 134: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

134

Tabel 10.5 Gaji Berdasarkan Wilayah

Kategori Jakarta Bandung Medan Lampung Palu

700-999 ribu 0.8% 0.0% 0.0% 0.0% 12.5% 50.0%

1-1,299 juta 4.0% 0.0% 25.0% 0.0% 0.0% 25.0%

1,3-1,599 juta 0.8% 50.0% 25.0% 62.1% 0.0% 0.0%

1,6-1,899 juta 3.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

1,9-2,199 juta 5.6% 12.5% 25.0% 0.0% 12.5% 0.0%

2,2-2,499 juta 4.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

2,5-2,799 juta 6.5% 0.0% 0.0% 6.9% 0.0% 25.0%

2,8-3,099 juta 8.1% 12.5% 0.0% 6.9% 25.0% 0.0%

3,1-3,99 juta 4.0% 0.0% 12.5% 0.0% 12.5% 0.0%

4 jutaan 8.9% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

5 jutaan 8.9% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

6 jutaan 3.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

7 jutaan 2.4% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

>= 8 juta 5.6% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Tabel 10.6 Gaji Berasarkan Posisi Jabatan

KategoriReporter/ fotografer

Penanggung jawab rubrik

Koordinator reportase

RedakturRedaktur pelaksana

700-999 ribu 4.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

1-1,299 juta 6.9% 0.0% 0.0% 0.0% 9.1%

1,3-1,599 juta

19.8% 10.0% 0.0% 0.0% 9.1%

1,6-1,899 juta

3.4% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

1,9-2,199 juta

6.0% 10.0% 0.0% 3.2% 0.0%

2,2-2,499 juta

3.4% 0.0% 0.0% 3.2% 0.0%

2,5-2,799 juta

4.3% 0.0% 0.0% 19.4% 0.0%

2,8-3,099 juta

6.9% 0.0% 60.0% 9.7% 9.1%

Page 135: Masih bertumpu pada sang pelopor

135

3,1-3,99 juta 4.3% 0.0% 0.0% 6.5% 0.0%

4 jutaan 6.0% 10.0% 0.0% 9.7% 0.0%

5 jutaan 1.7% 10.0% 20.0% 9.7% 9.1%

6 jutaan 0.9% 0.0% 0.0% 3.2% 0.0%

7 jutaan 0.9% 0.0% 0.0% 6.5% 0.0%

>= 8 juta 0.9% 0.0% 20.0% 9.7% 9.1%

Tabel 10.7 Gaji Berdasarkan Kelompok Umur

Kategori17-25 tahun

26-35 tahun

36-45 tahun

46-55 tahun

56-65 tahun

700-999 ribu 5.9% 5.4% 0.0% 0.0% 0.0%

1-1,299 juta 5.9% 7.6% 0.0% 4.5% 0.0%

1,3-1,599 juta 5.9% 16.3% 11.1% 13.6% 0.0%

1,6-1,899 juta 5.9% 3.3% 0.0% 4.5% 0.0%

1,9-2,199 juta 11.8% 7.6% 3.7% 0.0% 0.0%

2,2-2,499 juta 5.9% 3.3% 0.0% 4.5% 0.0%

2,5-2,799 juta 0.0% 6.5% 9.3% 4.5% 0.0%

2,8-3,099 juta 0.0% 9.8% 7.4% 9.1% 0.0%

3,1-3,99 juta 5.9% 4.3% 1.9% 4.5% 0.0%

4 jutaan 11.8% 3.3% 11.1% 0.0% 0.0%

5 jutaan 0.0% 2.2% 9.3% 18.2% 0.0%

6 jutaan 0.0% 0.0% 3.7% 9.1% 0.0%

7 jutaan 0.0% 1.1% 3.7% 0.0% 0.0%

>= 8 juta 0.0% 0.0% 11.1% 4.5% 0.0%

Tabel 10.8 Gaji Berdasarkan Pendidikan Terakhir

KategoriTamat SLTA

Tamat Akademi

Tamat Sarjana

Tamat Pasca

Sarjana

700-999 ribu 15.4% 0.0% 2.6% 0.0%

1-1,299 juta 7.7% 0.0% 5.3% 0.0%

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 136: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

136

1,3-1,599 juta 7.7% 14.3% 13.2% 28.6%

1,6-1,899 juta 15.4% 7.1% 1.3% 0.0%

1,9-2,199 juta 7.7% 0.0% 6.6% 0.0%

2,2-2,499 juta 0.0% 0.0% 3.3% 0.0%

2,5-2,799 juta 15.4% 7.1% 5.9% 0.0%

2,8-3,099 juta 0.0% 14.3% 7.9% 14.3%

3,1-3,99 juta 0.0% 0.0% 4.6% 0.0%

4 jutaan 0.0% 0.0% 6.6% 14.3%

5 jutaan 0.0% 7.1% 6.6% 0.0%

6 jutaan 0.0% 7.1% 2.0% 0.0%

7 jutaan 0.0% 7.1% 1.3% 0.0%

>= 8 juta 7.7% 0.0% 3.3% 14.3%

Tabel 10.9 Gaji Berdasarkan Lama Bekerja

Kategori< 1 tahun

1-2 tahun

3-4 tahun

5-6 tahun

7-8 tahun

9-10 tahun

> 10 tahun

700-999 ribu 0.0% 5.6% 7.7% 0.0% 3.4% 0.0% 2.1%

1-1,299 juta 0.0% 5.6% 7.7% 8.0% 6.9% 0.0% 2.1%

1,3-1,599 juta 0.0% 27.8% 3.8% 8.0% 20.7% 5.6% 10.6%

1,6-1,899 juta 0.0% 2.8% 7.7% 4.0% 0.0% 0.0% 2.1%

1,9-2,199 juta 20.0% 11.1% 15.4% 4.0% 0.0% 0.0% 2.1%

2,2-2,499 juta 0.0% 0.0% 15.4% 0.0% 0.0% 0.0% 2.1%

2,5-2,799 juta 0.0% 5.6% 0.0% 8.0% 6.9% 5.6% 10.6%

2,8-3,099 juta 0.0% 11.1% 7.7% 8.0% 6.9% 0.0% 10.6%

3,1-3,99 juta 0.0% 5.6% 3.8% 0.0% 3.4% 16.7% 0.0%

4 jutaan 0.0% 2.8% 3.8% 0.0% 6.9% 16.7% 8.5%

5 jutaan 0.0% 0.0% 0.0% 8.0% 6.9% 11.1% 10.6%

6 jutaan 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 11.1% 4.3%

7 jutaan 0.0% 0.0% 0.0% 4.0% 0.0% 0.0% 4.3%

>= 8 juta 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 3.4% 11.1% 8.5%

Page 137: Masih bertumpu pada sang pelopor

137

Apakah gaji yang diterima jurnalis sudah sesuai dengan beban

kerjanya? Sebagian besar (72%) responden jurnalis mengatakan upah yang

mereka terima tidak sesuai dengan beban kerja yang mereka emban.

Grafik 10.2 Apakah Gaji yang Diterima Sesuai dengan Beban Kerja

“Menurut penilaian Anda, apakah gaji yang Anda terima sudah sesuai dengan beban kerja Anda?”

Tabel 10.10 Penilaian Kesesuaian Gaji dengan Beban Kerja Berdasarkan

Jenis Kelamin, Umur, Jabatan, Lama Bekerja dan Wilayah

Kategori Ya Tidak Tidak tahu/tidak jawab

Jenis kelamin

Laki-laki 18.9% 70.1% 11.0%

Perempuan 31.0% 62.1% 6.9%

Umur

17-25 tahun 27.8% 66.7% 5.6%

26-35 tahun 22.9% 67.7% 9.4%

36-45 tahun 14.8% 74.1% 11.1%

46-55 tahun 22.7% 63.6% 13.6%

56-65 tahun 0.0% 100.0% 0.0%

70.0%

18.0%12.0%

66.7%

23.7%

9.7%

Tidak Ya Tidak tahu/tidakjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 138: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

138

Jabatan/posisi di media

Reporter/fotografer 23.6% 67.5% 8.9%

Penanganggung jawab rubrik 10.0% 60.0% 30.0%

Koordinator reportase 20.0% 60.0% 20.0%

Redaktur 12.9% 83.9% 3.2%

Redaktur pelaksana 27.3% 54.5% 18.2%

Pendidikan terakhir

Tamat SLTA atau di bawahnya 35.7% 35.7% 28.6%

Tamat akademi 20.0% 73.3% 6.7%

Tamat sarjana 19.1% 71.9% 8.9%

Tamat pascasarjana 28.6% 57.1% 14.3%

Lama bekerja

Kurang dari 1 tahun 60.0% 20.0% 20.0%

1-2 tahun 30.0% 65.0% 5.0%

3-4 tahun 14.8% 66.7% 18.5%

5-6 tahun 11.5% 73.1% 15.4%

7-8 tahun 24.1% 75.9% 0.0%

9-10 16.7% 66.7% 16.7%

Lebih dari 10 tahun 17.0% 72.3% 10.6%

Wilayah

Jakarta 16.1% 75.0% 8.9%

Bandung 37.5% 50.0% 12.5%

Surakarta 12.5% 75.0% 12.5%

Medan 20.7% 72.4% 6.9%

Lampung 12.5% 50.0% 37.5%

Palu 75.0% 25.0% 0.0%

Banda Aceh 37.5% 37.5% 25.0%

Gaji

700-999 ribu 66.7% 33.3% 0.0%

Page 139: Masih bertumpu pada sang pelopor

139

1-1,299 juta 33.3% 66.7% 0.0%

1,3-1,599 juta 12.0% 88.0% 0.0%

1,6-1,899 juta 60.0% 40.0% 0.0%

1,9-2,199 juta 18.2% 63.6% 18.2%

2,2-2,499 juta 0.0% 80.0% 20.0%

2,5-2,799 juta 16.7% 83.3% 0.0%

2,8-3,099 juta 26.7% 66.7% 6.7%

3,1-3,99 juta 28.6% 57.1% 14.3%

4 jutaan 0.0% 100.0% 0.0%

5 jutaan 9.1% 90.9% 0.0%

6 jutaan 0.0% 100.0% 0.0%

7 jutaan 0.0% 100.0% 0.0%

>= 8 juta 28.6% 42.9% 28.6%

B. Upah dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Dalam survei ini juga ditanyakan apakah upah bersih (take home

pay) yang diterima pekerja cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Ternyata separuh lebih (60%) responden menilai upah yang mereka

dapatkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 140: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

140

Grafik 10.3 Apakah Upah Bersih Mencukupi Kebutuhan Hidup Sehari-hari

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Menurut penilaian Anda, seberapa mencukupi upah bersih yang Anda terima tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda atau keluarga?”

Tabel 10.11 Penilaian apakah Gaji Mencukupi

KategoriSangat

mencukupiMencukupi

Tidak mencukupi

Sangat tidak

mencukupi

Tidak tahu/tidak jawab

700-999 ribu 0.0% 33.3% 66.7% 0.0% 0.0%

1-1,299 juta 0.0% 22.2% 44.4% 33.3% 0.0%

1,3-1,599 juta

0.0% 12.0% 72.0% 16.0% 0.0%

1,6-1,899 juta

0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 0.0%

1,9-2,199 juta

9.1% 36.4% 45.5% 9.1% 0.0%

2,2-2,499 juta

0.0% 60.0% 40.0% 0.0% 0.0%

2,5-2,799 juta

0.0% 41.7% 58.3% 0.0% 0.0%

2,8-3,099 juta

0.0% 33.3% 66.7% 0.0% 0.0%

3,1-3,99 juta 0.0% 28.6% 57.1% 0.0% 14.3%

56.6%

35.4%

5.1%1.0% 2.0%

51.6%

37.6%

9.7%

0.0% 1.1%

Tidakmencukupi

Mencukupi Sangat tidakmencukupi

Sangatmencukupi

Tidaktahu/tidak

jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 141: Masih bertumpu pada sang pelopor

141

4 jutaan 0.0% 18.2% 72.7% 9.1% 0.0%

5 jutaan 0.0% 18.2% 72.7% 9.1% 0.0%

6 jutaan 0.0% 25.0% 75.0% 0.0% 0.0%

7 jutaan 0.0% 66.7% 33.3% 0.0% 0.0%

>= 8 juta 0.0% 42.9% 57.1% 0.0% 0.0%

Tabel 10.12 Penilaian apakah Upah Mencukupi Berdasarkan Jenis

Kelamin, Umur, Jabatan, Lama Bekerja dan Wilayah

KategoriSangat

mencukupiMencukupi

Tidak mencukupi

Sangat tidak mencukupi

Tidak tahu/tidak jawab

Jenis kelamin

Laki-laki 0.0% 37.4% 53.4% 7.4% 1.8%

Perempuan 3.4% 31.0% 58.6% 6.9% 0.0%

Umur

17-25 tahun 5.9% 29.4% 47.1% 17.6% 0.0%

26-35 tahun 0.0% 37.5% 56.3% 6.3% 0.0%

36-45 tahun 0.0% 37.0% 51.9% 7.4% 3.7%

46-55 tahun 0.0% 31.8% 63.6% 0.0% 4.5%

56-65 tahun 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Jabatan/posisi di media

Reporter/fotografer 0.8% 37.7% 50.8% 9.8% 0.8%

Penanganggung jawab rubrik

0.0% 30.0% 60.0% 10.0% 0.0%

Koordinator reportase

0.0% 20.0% 80.0% 0.0% 0.0%

Redaktur 0.0% 35.5% 61.3% 0.0% 3.2%

Redaktur pelaksana 0.0% 54.5% 45.5% 0.0% 0.0%

Pendidikan terakhir

Tamat SLTA 0.0% 21.4% 64.3% 7.1% 7.1%

Tamat Akademi 0.0% 42.9% 57.1% 0.0% 0.0%

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 142: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

142

Tamat Sarjana 0.6% 36.9% 53.5% 7.6% 1.3%

Tamat Pasca Sarjana (S2) atau di atasnya

0.0% 42.9% 42.9% 14.3% 0.0%

Lama bekerja di media

Kurang dari 1 tahun 0.0% 40.0% 20.0% 40.0% 0.0%

1-2 tahun 0.0% 25.6% 64.1% 7.7% 2.6%

3-4 tahun 3.7% 40.7% 40.7% 11.1% 3.7%

5-6 tahun 0.0% 38.5% 50.0% 7.7% 3.8%

7-8 tahun 0.0% 41.4% 55.2% 3.4% 0.0%

9-10 tahun 0.0% 33.3% 55.6% 11.1% 0.0%

Lebih dari 10 tahun 0.0% 40.4% 57.4% 2.1% 0.0%

Wilayah

Jakarta 0.0% 22.4% 37.5% 3.6% 1.0%

Bandung 0.0% 2.1% 1.0% 1.0% 0.0%

Surakarta 0.5% 0.5% 1.6% 1.6% 0.0%

Medan 0.0% 5.7% 8.9% 0.5% 0.0%

Lampung 0.0% 2.1% 1.6% 0.0% 0.5%

Palu 0.0% 1.6% 2.6% 0.0% 0.0%

Banda Aceh 0.0% 2.1% 1.0% 0.5% 0.0%

Tabel 10.13 Tunjangan Kerja

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

FasilitasResponden Media

Ada SPResponden Media

Tidak Ada SP

Ya Tidak Ya Tidak

Tunjangan perumahan 12.1% 87.9% 7.6% 92.4%

Tunjangan kendaraan bermotor 22.2% 77.8% 12.1% 87.9%

Tunjangan pendidikan 15.0% 85.0% 13.0% 87.0%

Asuransi kesehatan 35.0% 65.0% 21.7% 78.3%

Klaim biaya kesehatan 29.0% 71.0% 33.7% 66.3%

Page 143: Masih bertumpu pada sang pelopor

143

Tunjangan kehamilan 74.0% 26.0% 65.2% 34.8%

Asuransi/pensiun 48.0% 52.0% 67.0% 33.0%

Transportasi 23.0% 77.0% 47.8.% 52.2%

Komunikasi 35.0% 65.0% 58.7% 41.3%

Internet 85.0% 15.0% 91.3% 8.7%

Penggantian/klaim biaya liputan 49.0% 51.0% 66.3% 33.7%

Penggantian/klaim biaya menjamu narasumber

50.0% 50.0% 36.7% 36.3%

Tabel 10.14 Penilaian terhadap Fasilitas yang Diterima

Base: Responden Media Ada SP

FasilitasSangat

baikBaik

Biasa saja

BurukSangat Buruk

Tidak tahu/tidak jawab

Tunjangan perumahan

8.3% 8.3% 75.0% 0.0% 0.0% 8.3%

Tunjangan kendaraan bermotor

9.1% 22.7% 50.0% 18.2% 18.2% 0.0%

Tunjangan pendidikan

0.0% 15.4.0% 30.8% 30.8% 30.8% 7.7%

Asuransi kesehatan

6.5% 43.5% 41.9% 3.2% 0.0% 4.8%

Klaim biaya kesehatan

4.4% 27.9% 39.7% 13.2% 1.5% 13.2%

Tunjangan kehamilan

8.3% 41.7% 25.0% 4.2% 0.0% 20.8%

Asuransi/pensiun 4.2% 18.8% 60.4% 4.2% 0.0% 12.5%

Transportasi 4.0% 18.7% 40.0% 25.3% 2.7% 9.3%

Komunikasi 6.3% 21.9% 31.3% 34.4% 4.7% 1.6%

Internet 14.3% 28.6% 42.9% 0.0% 0.0% 14.3%

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 144: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

144

Penggantian/klaim biaya liputan

10.2% 36.7% 38.8% 2.0% 0.0% 12.2%

Penggantian/klaim biaya menjamu narasumber

8.2% 36.7% 34.7% 6.1% 2.0% 12.2%

Tabel 10.15 Penilaian terhadap Fasilitas yang Diterima

Base: Responden Media Tidak Ada SP

FasilitasSangat

baikBaik

Biasa saja

Buruk

Tidak tahu/tidak jawab

Tunjangan perumahan 5.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Tunjangan kendaraan bermotor

5.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Tunjangan pendidikan 0.0% 15.4.0% 30.8% 30.8% 0.0%

Asuransi kesehatan 2.8% 38.0% 39.4% 5.6% 2.8%

Klaim biaya kesehatan 3.3% 41.0% 37.7% 3.3% 1.6%

Tunjangan kehamilan 6.3% 50.0% 34.4% 0.0% 3.1%

Asuransi/pensiun 0.0% 16.7% 73.3% 0.0% 0.0%

Transportasi 2.2% 41.3% 34.8% 17.4% 0.0%

Komunikasi 0.0% 13.2% 60.5% 21.1% 2.6%

Internet 28.6% 14.3% 42.9% 0.0% 0.0%

Penggantian/klaim biaya liputan

6.5% 25.8% 54.8% 3.2% 3.2%

Penggantian/klaim biaya menjamu narasumber

5.3% 35.1% 50.9% 3.5% 1.8%

Page 145: Masih bertumpu pada sang pelopor

145

C. Pendapatan sampingan

Beban kerja jurnalis memang cukup tinggi. Kadang mereka

dituntut selalu siap siaga 24 jam untuk melakukan reportase hingga

mengolah berita. Namun di sisi lain, menurut sebagian dari mereka, upah

yang didapatkan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tentunya sangat menarik untuk dilihat apakah pekerja media mempunyai

pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan atau sekadar mengisi

waktu luang.

Grafik 10.4 Apakah Mempunyai Pekerjaan Sampingan

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Selain bekerja di media ini, apakah Anda mempunyai pekerjaan atau usaha sampingan?”

Mereka yang mempunyai pekerjaan sampingan, sebagian besar

pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaan sampingan itu masih lebih

kecil daripada upah yang mereka terima.

72.0%

22.0%

6.0%

76.3%

18.3%

5.4%

Tidak Ya Tidak tahu/tidakjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 10 Gaji dan Fasilitas Kerja

Page 146: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

146

Grafik 10.5 Lebih Besar Upah atau Hasil Pekerjaan Sampingan

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Mana yang lebih besar, upah dari tempat Anda bekerja atau hasil pekerjaan sampingan?”

61.9%

14.3%23.8%

70.6%

17.6% 11.8%

Lebih besar gaji Lebih besar uanghasil pekerjaan

sampingan

Tidak tahu/tidakjawab

Series1 Series2

Page 147: Masih bertumpu pada sang pelopor

147

A. Aturan kerja

Dalam survei ini juga ditanyakan permasalahan aturan kerja. Ada

berbagai aturan kerja yang ditanyakan dalam survei, mulai dari status pekerja

hingga soal pemutusan hubungan kerja (PHK). Tabel 11.1 menyajikan

apakah aturan-aturan yang disebutkan ada di perusahaan tempat mereka

bekerja. Aturan-aturan kerja itu, kecuali aturan soal hak cipta, sebagian besar

dinilai responden ada di perusahaan mereka bekerja, baik itu di perusahaan

media yang memiliki serikat pekerja ataupun yang belum memiliki serikat

pekerja media. Sepertiga responden dari kelompok media yang memiliki

serikat dan separuh responden dari kelompok media yang tidak mempunyai

serikat menyatakan, aturan tentang hak cipta itu tidak ada di perusahaan

tempat mereka bekerja.

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 148: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

148

Tabel 11.1 Aturan Kerja

Base: Responden Media Ada SP

Aturan kerjaResponden Media

Ada SPResponden Media

Tidak Ada SP

Ya Tidak Ya Tidak

Status pekerja (tanggal pengangkatan, magang, masa percobaan, dsb)

96.0% 4.0% 97.8% 2.2%

Aturan mengenai cuti (misalnya aturan lama cuti, cuti melahirkan, apakah mendapat gaji selama cuti, dsb)

100% 0.0% 90.1% 9.9%

Standar dan aturan jenjang karier 78.0% 22.0% 81.3% 18.7%

Aturan peringatan, sanksi dan pemutusan hubungan kerja

87.9% 12.1% 82.4% 17.6%

Aturan hak cipta atas nama pembuat karya

33.3% 66.7% 49.5% 50.5%

Selanjutnya juga ditanyakan kepada responden bagaimana

penilaian mereka terhadap aturan-aturan yang ada di perusahaan media

tempat mereka bekerja. Apakah aturan itu baik atau buruk. Lebih banyak

responden (di atas 40%) dari kelompok media yang memiliki serikat yang

menilai aturan-aturan seperti status pekerja, cuti, jenjang karier, PHK dan

hak cipta, sudah baik. Namun khusus tentang aturan jenjang karier, oleh

47.4% reponden dinilai biasa saja.

Page 149: Masih bertumpu pada sang pelopor

149

Tabel 11.2 Penilaian Aturan kerja

Base: Responden Media Ada SP

Aturan kerjaSangat

baikBaik

Biasa saja

BurukSangat buruk

Tidak tahu/tidak jawab

Status pekerja (tanggal pengangkatan, magang, masa percobaan, dsb)

11.7% 37.2% 39.4% 10.6% 0.0% 1.1%

Aturan mengenai cuti (misalnya aturan lama cuti, cuti melahirkan, apakah mendapat gaji selama cuti, dsb)

14.3% 40.8% 40.8% 3.1% 0.0% 1.0%

Standar dan aturan jenjang karier

5.3% 28.9% 47.4% 14.5% 3.9% 0.0%

Aturan peringatan, sanksi dan pemutusan hubungan kerja

2.4% 37.2% 36.0% 16.3% 5.8% 2.3%

Aturan hak cipta atas nama pembuat karya

12.9% 35.5% 35.5% 6.5% 3.2% 6.5%

Begitu pula menurut responden dari media yang tidak memiliki

serikat pekerja. Menurut mereka aturan-aturan yang ada di perusahaan

medianya bisa dikatakan sudah baik.

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 150: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

150

Tabel 11.3 Aturan Kerja

Base: Responden Media Tidak Ada SP

Aturan kerjaSangat

baikBaik

Biasa saja

Buruk

Sangat buruk

Tidak tahu/tidak jawab

Status pekerja (tanggal pengangkatan, magang, masa percobaan, dsb)

9.1% 46.6% 34.1% 6.8% 1.1% 2.3%

Aturan mengenai cuti (misalnya, aturan lama cuti, cuti melahirkan, apakah mendapat gaji selama cuti, dsb)

8.4% 45.8% 36.1% 6.0% 0.0% 3.6%

Standar dan aturan jenjang karier

5.3% 44.0% 29.3% 13.3% 2.7% 5.3%

Aturan peringatan, sanksi dan pemutusan hubungan kerja

3.9% 44.7% 38.2% 3.9% 3.9% 5.3%

Aturan hak cipta atas nama pembuat karya

8.5% 44.7% 31.9% 4.3% 6.4% 4.3%

B. Beban kerja

Salah satu masalah yang banyak dikeluhkan jurnalis di

Indonesia adalah beban kerja yang terlalu tinggi, terutama di media lokal.

Yang menarik dari riset ini, ternyata tidak ada perbedaan beban kerja di

perusahaan media yang memiliki serikat dengan perusahaan media yang

tidak memiliki serikat pekerja. Sekitar separuh responden menyatakan

Page 151: Masih bertumpu pada sang pelopor

151

ada jatah menulis berita dalam jumlah tertentu tiap hari dan sebagian

besar responden (80%) menyatakan di perusahaan media mereka bekerja

menerapkan sistem rolling (perpindahan) jurnalis dari satu tempat liputan

ke tempat liputan yang baru. Sementara tentang total jam kerja yang lebih

dari 10 jam per hari, sekitar 60% responden baik kelompok responden

dari media yang memiliki serikat ataupun yang tidak mempunyai serikat

pekerja menyatakan, selama ini hal itu terjadi di perusahaan mereka bekerja.

Menurut mereka, hal ini tergolong wajar mengingat beban kerja jurnalis

memang berat sehingga lebih banyak yang bekerja hari lebih dari 10 jam per

hari.

Tabel 11.4 Beban Kerja

Base: Responden Media Ada SP

Beban kerja Ya TidakRagu-ragu

Tidak tahu/ tidak jawab

Tiap hari mendapat tugas menulis berita dalam jumlah tertentu

50.0% 26.0% 9.0% 15.0%

Ada rolling (perpindahan) jurnalis dari satu tempat liputan ke tempat liputan yang baru

79.0% 7.0% 3.0% 11.0%

Total jam kerja per hari lebih dari 10 jam 60.6% 22.2% 8.1% 9.1%

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 152: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

152

Tabel 11.5 Beban Kerja

Base: Responden Media Tidak Ada SP

Beban kerja Ya TidakRagu-ragu

Tidak tahu/ tidak jawab

Tiap hari mendapat tugas menulis berita dalam jumlah tertentu

56.5% 34.8% 6.5% 2.2%

Ada rolling (perpindahan) jurnalis dari satu tempat liputan ke tempat liputan yang baru

81.5% 8.7% 8.7% 1.1%

Total jam kerja per hari lebih dari 10 jam

66.3% 26.1% 4.3% 3.3%

Terkait dengan beban kerja seorang jurnalis, hal yang juga sangat

menarik untuk ditanyakan adalah mengenai waktu beban kerja mereka.

Berapa jam rata-rata mereka tiap hari bekerja dan berapa hari bekerja dalam

satu mingggu.

Grafik 11.1 Rata-rata Berapa Jam Sehari Bekerja

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Rata-rata berapa jam dalam sehatri Anda bekerja?”

Grafik di atas memperlihatkan distribusi rata-rata berapa jam

5.1%

37.4%

26.3%22.2%

4.0%3.2%

25.8%21.5%

30.1%

8.6%

< 8 jam 8-9 jam 10-11 jam 12-13 jam > 14 jam

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 153: Masih bertumpu pada sang pelopor

153

jurnalis bekerja setiap hari. Hal ini sedikit berbeda dengan hasil sebelumnya

yang menyatakan bahwa sekitar 60% responden total jam kerjanya lebih

dari 10 jam per hari. Dalam grafik itu terlihat, kelompok responden dari

media yang memiliki serikat yang paling banyak (37.4%) adalah mereka

yang bekerja selama 8-9 jam per hari. Sementara dari kelompok responden

dari media yang tidak memiliki serikat yang paling banyak (30.1%) adalah

mereka yang bekerja 12-13 jam per hari.

Sementara rata-rata berapa hari dalam seminggu jurnalis biasanya

bekerja, dari kelompok responden dari media yang memiliki serikat paling

banyak (45.5%) mereka bekerja lima hari dalam satu minggu. Sedangkan

dari kelompok responden yang tidak mempunyai serikat pekerja, paling

banyak (32.3%) bekerja tujuh hari dalam satu minggu.

Grafik 11.2 Rata-rata Berapa Hari Bekerja

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Rata-rata berapa hari dalam seminggu Anda bekerja?

Ketika ditanyakan kepada responden berapa jam idealnya jurnalis

bekerja dalam sehari, sebagian besar responden menyatakan sekitar 8-9 jam.

Diurutan kedua, idealnya jurnalis bekerja selama 10-11 jam sehari. Dalam

3.0%

45.5%

36.4%

15.2%

0.0%0.0%

30.1% 31.2% 32.3%

6.5%

< 5 hari 5 hari 6 hari 7 hari Tidaktahu/tidak

jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 154: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

154

survei ini juga ditemukan ada responden yang menjawab idealnya jurnalis

bekerja kurang dari delapan jam dan sebaliknya ada pula yang menjawab

mestinya bekerja lebih dari 14 jam.

Grafik 11.3 Penilaian Jam Kerja Ideal

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Menurut penilaian Anda, berapa jam dalam sehari idealnya jurnalis bekerja?”

Kemudian ditanyakan juga berapa hari idealnya seorang jurnalis

bekerja dalam satu minggu. Sebagian besar responden menganggap idealnya

bekerja lima hari dalam seminggu. Jumlah kelompok responden yang tidak

memiliki serikat hampir sama, mereka yang menjawab lima hari dan enam

hari. Meskipun sedikit, tapi ada juga yang menjawab idealnya jurnalis

bekerja kurang dari lima hari dalam seminggu.

7.1%

66.7%

14.1%

2.0% 1.0%9.1%

2.2%

44.1%

24.7%

5.4% 4.3%

19.4%

< 8 jam 8-9 jam 10-11 jam 12-13 jam > 14 jam Tidaktahu/tidak

jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 155: Masih bertumpu pada sang pelopor

155

Grafik 11.4 Penilaian Ideal Berapa Hari Bekerja dalam Satu Minggu

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Menurut penilaian Anda, berapa hari dalam seminggu idealnya jurnalis bekerja?”

Dibanding profesi lainnya, tugas seorang jurnalis memang

mempunyai perbedaan karakteristik tersendiri. Sering kali jurnalis dituntut

selalu awas 24 jam, tak ubahnya seperti seperti polisi. Seorang jurnalis juga

dituntut untuk selalu peka terhadap kejadian-kejadian di sekitar mereka.

Tidak mengherankan jika sebagian besar responden menilai beban kerja

yang mereka panggul tergolong berat.

Grafik 11.5 Penilaian Atas Beban Kerja

Base: Responden Media Ada SP & Responden Tidak Ada SP

“Bagaimana Anda menilai beban kerja Anda, sangat berat, berat, ringan atau sangat ringan?”

3.0%

64.6%

22.2%

6.1% 4.0%2.2%

38.7% 35.5%

18.2%5.4%

< 5 hari 5 hari 6 hari 7 hari Tidaktahu/tidak

jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

66.0%

27.0%

4.0% 0.0% 3.0%

54.3%

33.7%

2.2% 2.2%7.6%

Berat Ringan Sangat berat Sangatringan

Tidaktahu/tidak

jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 156: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

156

Dengan beban kerja yang menuntut harus selalu tanggap terhadap

suatu kejadian, menarik untuk ditanyakan apakah mereka masih punya

kesempatan untuk melakukan aktivitas di luar pekerjaannya. Ternyata

sebagian besar (60%) responden masih punya kesempatan untuk melakukan

aktivitas di luar pekerjaan. Hanya ada sepertiga dari responden yang karena

beban kerjanya, mereka menyatakan tidak memiliki kesempatan untuk

melakukan aktivitas lain di luar pekerjaan.

Grafik 11.6 Apakah Punya Kesempatan Beraktivitas di Luar Pekerjaan

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Dengan beban kerja Anda saat ini, apakah Anda masih mempunyai kesempatan untuk melakukan aktivitas lain di luar pekerjaan Anda?”

Hal yang juga cukup menarik untuk diketahui terkait dengan beban

kerja jurnalis adalah membuat berita yang tidak mereka sukai. Ternyata

sebagian besar jurnalis tidak pernah membuat berita yang tidak mereka

sukai. Hanya sekitar 10% responden yang menyatakan pernah membuat

berita yang tidak mereka sukai.

66.0%

31.0%

3.0%

62.0%

29.3%

8.7%

Masih ada waktu atau kesempatanuntuk melakukan aktivitas lain

Beban kerja tidak ada kesempatanuntuk melakukan aktivitas lain

Tidak tahu/tidak jawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Page 157: Masih bertumpu pada sang pelopor

157

Grafik 11.7 Apakah Pernah Membuat Berita yang Tidak Disukai

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Anda pernah diminta oleh redaktur untuk membuat liputan atau wawancara yang sebenarnya tidak Anda sukai?”

Berita-berita yang tidak mereka sukai yang pernah dibuat misalnya

berita yang narasumbernya sulit untuk ditemui, berita yang mengandung

promosi atau iklan, dan berita yang berkaitan dengan kriminalitas.

C. Berita yang tidak dimuat

Selain membuat berita yang tidak disukai, isu yang tidak kalah

menarik berkaitan dengan profesi jurnalis adalah berita yang tidak dimuat.

Dalam survei ini ditanyakan apakah responden pernah terlanjur membuat

berita (liputan, wawancacara) namun tidak publikasikan oleh medianya.

Sebagian besar (60%) responden menyatakan tidak pernah mengalaminya.

Namun sekitar 30% responden pernah mengalami kejadian seperti itu.

72.4%

15.3%

12.2%

82.4%

11.0%

6.6%

Tidak pernah

Pernah

Tidak tahu/tidakjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 158: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

158

Grafik 11.8 Pernah Membuat Berita namun Tidak Dimuat

Base: Responden Media Ada SP & Responden Media Tidak Ada SP

“Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Anda pernah membuat berita (liputan, wawancara) namun tidak dpublikasikan oleh media Anda?”

Lebih jauh kepada mereka yang pernah membuat berita namun

tidak dipublikasikan ditanyakan, menurut penilaian mereka apa alasan

berita itu tidak dimuat. Dari beberapa alasan yang muncul, alasan yang

paling banyak dikemukakan oleh jurnalis adalah karena berita itu memang

tidak layak muat (15.3%) dan tidak sesuai keinginan redaktur (11.4%).

Grafik 11.9 Alasan Berita Tidak Dimuat

Base: Responden Media Ada SP & Tidak ada serikat pekerja

”Menurut penilaian Anda, apa alasan berita itu tidak dimuat?”

63.0%

27.0%

10.0%

60.4%

31.9%

7.7%

Tidak pernah

Pernah

Tidak tahu/tidakmenjawab

Ada Serikat Pekerja Tidak Ada Serikat Pekerja

15.3%

11.4%

9.1%

7.4%

7.4%

6.8%

6.8%

5.7%

4.0%

2.8%

Tidak layak muat

Tidak sesuai keinginan redaktur

Kurang menarik

Skala prioritas

Ada berita yg lebih baru

Secara jurnalistik blm lengkap

Halaman terpakai iklan

Durasi terlalu panjang

Karena kurang berkualitas

Beriatanya sensisitif (misalnya menyangkut SARA)

Page 159: Masih bertumpu pada sang pelopor

159

Terhadap berita yang tidak dimuat, ditanyakan kepada responden

alasan kenapa berita tersebut tidak dimuat, termasuk apa saja tindakan yang

dilakukan oleh redaktur. Dari kelompok responden media yang memiliki

serikat, lebih banyak responden yang menyebutkan reporter diminta untuk

memperbaiki dan reporter diminta untuk melupakan berita itu. Namun atas

dasar alasan apa berita itu tidak dimuat, lebih banyak redaktur yang tidak

memberitahukannya kepada reporter.

Tabel 11.6 Tindakan Redaktur atas Berita yang Tidak Dipublikasikan

Base: Responden Media Ada SP

Hal yang dilakukan Ya TidakTidak tahu/ tidak jawab

Pemberitahuan terhadap berita atau liputan yang tidak dipublikasikan

38.7% 35.5% 25.8%

Memberikan alasan kenapa berita dipublikasikan

30.1% 48.4% 21.5%

Meminta reporter memperbaiki materi berita agar bisa dipublikasikan

38.7% 32.3% 29.0%

Meminta reporter melupakan berita itu dan mengganti dengan berita lain

50.5% 19.4% 30.1%

Sementara dari kelompok responden media yang tidak mempunyai

serikat, sebagian besar redaktur melakukan sejumlah tindakan atas berita

yang tidak dipublikasikan.

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 160: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

160

Tabel 11.7 Tindakan Redaktur atas Berita yang Tidak Dipublikasikan

Base: Responden Media Tidak Ada SP

Hal yang dilakukan Ya TidakTidak tahu/ tidak jawab

Pemberitahuan terhadap berita atau liputan yang tidak dipublikasikan

56.7% 27.8% 15.6%

Memberikan alasan kenapa berita tidak dipublikasikan

48.9% 37.8% 13.3%

Meminta reporter memperbaiki materi berita agar bisa dipublikasikan

58.9% 25.6% 15.6%

Meminta reporter melupakan berita itu dan mengganti dengan berita lain

61.1% 18.9% 20.0%

D. Kondisi ruang redaksi

Dari survei ini diketahui, secara umum kondisi ruang redaksi di

media telah berjalan demokratis, terjadi interaksi secara terbuka antara

jurnalis dan redaktur. Hampir seluruh responden (91.9%) dari kelompok

media yang memiliki serikat menilai, setiap jurnalis bebas mengajukan

usulan tema liputan. Usulan liputan bisa berasal dari redaktur tetapi juga

bisa berasal dari jurnalis. Sebagian besar menolak jika usulan liputan hanya

menjadi hak redaktur. Sebagian besar responden juga menilai topik atau

tema liputan didiskusikan secara terbuka kepada semua anggota redaksi.

Ruang redaksi yang demokratis juga bisa dilihat dari penilaian terhadap

peran redaktur. Sebagian besar responden menilai redaktur tidak sering

meminta membuat berita yang tidak disetujui. Begitu pula jika redaktur

atau penanggung jawab redaksi memiliki agenda tesendiri atas berita yang

diturunkan, maka sebagian besar anggota redaksi akan menolaknya.

Page 161: Masih bertumpu pada sang pelopor

161

Tabel 11.8 Kondisi Ruang Redaksi

Base: Responden Media Ada SP

Ruang redaksi Ya TidakRagu-ragu

Tidak tahu/ tidak jawab

Setiap jurnalis bisa bebas mengajukan usulan tema atau isu liputan

87.9% 4.0% 3.0% 5.1%

Usulan liputan hanya menjadi hak redaktur

22.2% 65.7% 6.1% 6.1%

Tema liputan didiskusikan secara terbuka kepada semua anggota redaksi

79.8% 5.1% 7.1% 8.1%

Redaktur kerap meminta membuat berita yang tidak saya setujui

20.2% 54.5% 16.2% 9.1%

Redaktur atau penanggungjawab redaksi punya agenda tersendiri atas berita yang dipublikasikan

46.5% 28.3% 14.1% 11.1%

Kondisi itu tidak jauh berbeda dengan media yang belum terdapat

serikat pekerja. Ketiadaan serikat pekerja tidak lantas membuat redaktur

sewenang-wenang dalam menentukan liputan. Sebagian besar reponden

menyatakan, kondisi demokratis tetap tercipta meskipun di media tersebut

tidak memiliki serikat pekerja.

Bab 11 Kondisi Kerja dan Beban Kerja

Page 162: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

162

Tabel 11.9 Kondisi Ruang Redaksi

Base: Responden Media Tidak Ada SP

Ruang redaksi Ya TidakRagu-ragu

Tidak tahu/ tidak jawab

Setiap jurnalis bisa bebas mengajukan usulan tema atau isu liputan

87.0% 3.3% 6.5% 3.3%

Usulan liputan hanya menjadi hak redaktur

34.8% 53.3% 6.5% 5.4%

Topik liputan didiskusikan secara terbuka kepada semua anggota redaksi

87.0% 4.3% 3.3% 5.4%

Redaktur kerap meminta membuat berita yang tidak saya setujui

17.4% 54.3% 19.6% 8.7%

Redaktur atau penanggungjawab redaksi punya agenda tersendiri atas berita yang dipublikasikan

46.7% 25.0% 20.7% 7.6%

Page 163: Masih bertumpu pada sang pelopor

163

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan survei yang telah dipaparkan sebelumnya,

dapat disarikan dalam kesimpulan berikut:

1. Keberadaan serikat pekerja

a. Persepsi responden terhadap keberadaan serikat pekerja

sebagian besar menilai sangat penting.

b. Sebagian besar responden dari media yang memiliki serikat

pekerja menjawab manajemen mendukung keberadaan serikat

pekerja di perusahaan media.

2. Pembentukan serikat pekerja

a. Sebagian besar responden (83.7%) menjawab, perlu hadirnya

serikat pekerja di media tempat bekerja selama ini.

Bab 12 Kesimpulan dan Rekomendasi

Page 164: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

164

b. Selain mengatakan perlu membentuk serikat pekerja, sebagian

besar responden (97.1%) juga menyatakan mendukung

pembentukan serikat pekerja di tempat mereka bekerja. Dan

cukup banyak pula responden yang menyatakan bersedia

menjadi pelopor pembentukan serikat pekerja.

c. Sebagian besar responden (82.8%) mengatakan tertarik

untuk masuk menjadi anggota serikat pekerja, hanya 3.25%

responden saja yang menyatakan tidak tertarik bergabung.

3. Permasalahan pekerja dan penyelesaian oleh serikat pekerja

a. Sebagian besar responden (80% lebih) tidak pernah

mempunyai masalah, baik yang disampaikan ke serikat pekerja

atau ke pihak manajemen.

b. Masalah yang sering dialami oleh pekerja media adalah

masalah gaji dan asuransi.

c. Bagi mereka yang pernah mempunyai masalah dan meminta

serikat pekerja untuk membantu mengatasi masalah, sebagian

besar merasa puas (58.3%) dengan kerja yang dilakukan

serikat pekerja.

4. Perjuangan serikat pekerja

a. Dari media yang memiliki serikat pekerja, 60% responden

melihat serikat pekerja di tempat mereka bekerja aktif dalam

memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja di

media.

b. Sebanyak 36.0% responden menyatakan tidak puas dan sangat

tidak puas dengan kerja serikat pekerja di media tempat

mereka bekerja. Sedangkan yang menjawab puas atau sangat

Page 165: Masih bertumpu pada sang pelopor

165

puas tidak ada separuhnya atau hanya 49.0%.

c. Terdapat 31% responden yang menilai perjuangan serikat

pekerja dirasakan manfaatnya oleh semua pekerja media. Lalu

24% responden menilai manfaatnya dirasakan sebagian besar

pekerja dan hanya 15% yang menganggap hasilnya dirasakan

sebagian kecil pekerja media.

d. Aspek yang perlu diperjuangkan serikat pekerja menurut

sebagian besar responden adalah masalah gaji/kesejahteraan

(63%), lalu masalah pemutusan hubungan kerja (57%),

disusul asuransi dan tunjangan kesehatan (47%), dan status

kerja (44%).

5. Aktivitas serikat pekerja

a. Sebesar 51.5% responden melihat serikat pekerja di tempat

mereka bekerja aktif mengadakan kegiatan. Sementara yang

menjawab tidak aktif sebesar 31.3%.

b. Serikat pekerja paling banyak mengadakan kegiatan kurang

dari sekali setiap bulan (28.3%).

c. Hanya 26.3% responden yang menyatakan serikat pekerja di

tempat mereka bekerja pernah mengadakan pelatihan internal

untuk meningkatkan kemampuan profesional pekerja.

d. Sebagian besar responden (68.8%) menjawab tidak ada iuran

bulanan, hanya 31.3% yang menjawab ada iuran bulanan untuk

serikat pekerja di tempat mereka bekerja.

6. Perjanjian Kerja Bersama

a. Sebagian besar responden, baik dari kelompok yang memiliki

serikat pekerja maupun yang tidak mempunyai serikat pekerja

Bab 12 Kesimpulan dan Rekomendasi

Page 166: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

166

menilai kesepakatan kerja sebaiknya dilakukan secara kolektif

dalam PKB.

b. Upah merupakan hal yang dianggap paling perlu diatur dalam

PKB (91.9%), sedangkan jam kerja adalah hal yang paling

dianggap kurang perlu diatur dalam PKB (9.1%).

7. Kepemilikan saham kolektif

a. Sebagian besar responden, baik dari media yang mempunyai

serikat maupun yang tidak memiliki serikat menganggap

serikat pekerja perlu memperjuangkan kepemilikan saham

kolektif di perusahaan media.

b. Ada sejumlah isu berkaitan dengan saham kolektif ini. Pertama,

soal saham minimum bagi pekerja sebesar 20%. Kedua, soal

adanya wakil pekerja dalam jajaran direksi di media.

8. Upah dan fasilitas kerja

a. Di media yang memiliki serikat pekerja sebagian besar (71.7%)

responden mengatakan mereka mendapat honor di luar upah.

Namun di media yang tidak ada serikat pekerjanya lebih

banyak responden (58.1%) yang tidak mendapatkan honor di

luar upah.

b. Terkait upah, meski semua responden menerima upah tiap

bulan, hanya sekitar 30% responden saja yang menilai baik/

sangat baik upah tersebut. Sekitar separuh responden menilai

upah yang mereka terima biasa saja.

c. Ternyata separuh lebih responden (60%) menilai upah yang

mereka dapatkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Page 167: Masih bertumpu pada sang pelopor

167

9. Kondisi kerja dan beban kerja

a. Di atas 40% responden dari kelompok media yang memiliki

serikat menilai aturan-aturan seperti status pekerja, cuti, PHK

dan hak cipta, sudah baik. Kecuali aturan mengenai jenjang

karier yang lebih banyak dinilai biasa saja oleh responden

(47.4%).

b. Yang menarik dari riset ini, ternyata tidak ada perbedaan beban

kerja di perusahaan yang memiliki serikat pekerja dengan

perusahaan media yang tidak memiliki serikat pekerja.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan temuan survei di lapangan, dapat

direkomendasikan beberapa hal yang dapat menjadi program atau

kampanye AJI Indonesia maupun AJI-AJI Kota. Aspek-aspek tersebut

dikategorisasikan berdasarkan target sasaran: pertama, pekerja media yang

memiliki serikat pekerja dan kedua, kepada pekerja media yang belum

mempunyai serikat pekerja.

1. Rekomendasi bagi pekerja media yang telah memiliki serikat

pekerja

a. Program peningkatan kapasitas pengurus serikat

pekerja. Keluhan atas ketidakpuasan kinerja serikat pekerja

dan kurangnya aktivitas kepengurusan serikat pekerja di

masing-masing media dapat dioptimalkan dengan program

peningkatan kapasitas pengurus serikat pekerja. Antara

lain dalam manajemen organisasi, hukum ketenagakerjaan,

komunikasi perusahaan, atau melakukan sesi tukar pengalaman

Bab 12 Kesimpulan dan Rekomendasi

Page 168: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

168

(sharring time) antar serikat pekerja media.

b. Penetapan isu utama pekerja media. Efektivitas program

salah satunya ditentukan oleh isu utama yang terfokus dengan

meluaskan dukungan melalui penyebaran isu secara masif.

Masalah utama yang menjadi momok kekhawatiran para

pekerja media adalah masalah kesejahteraan (upah layak,

tunjangan kesehatan, dll) serta masalah PHK. Masalah ini

dapat ditetapkan sebagai isu utama bagi seluruh serikat pekerja

media.

c. Federasi. Melanjutkan langkah pengintagrasian serikat-

serikat pekerja media yang sudah berdiri di seluruh Indonesia

ke dalam wadah yang lebih besar, Federasi Serikat Pekerja

Media Independen. Melalui federasi inilah perjuangan pekerja

media bisa lebih diintensifkan.

2. Rekomendasi bagi pekerja media yang belum memiliki serikat

pekerja

a. Mengidentifikasi pelopor/organisatoris serikat pekerja.

Dari hasil survei ditemukan adanya pekerja media yang

bersedia menjadi pelopor pendirian serikat pekerja di

medianya. Para pelopor ini perlu diidentifikasi agar dapat

membantu pendirian serikat pekerja dengan program yang

terstruktur sehingga mampu mengurangi dampak konflik dari

manajemen media.

b. Kampanye aktif dan partisipatif. AJI dapat menjadi

pendorong kampanye massif yang berkesinambungan namun

juga melibatkan partisipasi pekerja media yang ditargetkan.

Page 169: Masih bertumpu pada sang pelopor

169

Secara tidak langsung kampanye ini juga dapat menjadi wahana

edukasi bagai para pekerja media.

Bab 12 Kesimpulan dan Rekomendasi

Page 170: Masih bertumpu pada sang pelopor

Masih Bertumpu Pada Sang Pelopor

170