bab 3
DESCRIPTION
TEORI AKUNTANSI BAB 3TRANSCRIPT
TEORI AKUNTANSI
“METODOLOGI PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI”
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
A. PENDEKATAN TRADISIONAL
Hakikat Akuntansi: Berbagai Pandangan
Akuntansi sebagai seni maupun sebagai aktivitas jasa dan secara tidak langsung
menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan teknik yang dianggap bermanfat untuk
suatu bidang tertentu. The Handbook of Accounting mengidentifikasi berbagai bidang yang
memanfaatkan akuntansi, yaitu laporan keuangan, penentuan dan perencanaan pajak, audit
independent, sistem-sistem pemrosesan data dan informasi, akuntansi biaya dan manajemen,
akuntansi pendapatan nasional, dan konsultasi manajemen.
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam
menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Beberapa pandangan tersebut antara lain:
1. Akuntansi sebagai Ideologi
Ideologi merupakan pandangan umum yang terlepas dari wawasannya atas suatu perihal dan
mungkin penting, mencegah kita untuk memahami masyarakat di mana kita tinggal dan
kemungkinan untuk mengubahnya.
Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideologi sebagai suatu sarana untuk
mempertahankan dan melegimitasi aturan-aturan sosial, ekonomi dan politik yang berlaku
saat ini.Persepsi akuntansi sebagai instrument rasionalitas ekonomi digambarkan dengan
sangat baik oleh Weber, yang mendefinisikan rasionalitas formal dari suatu tindakan
ekonomi sebagai “tingkat sampai sejauh mana perhitungan kuantitatif atau akuntansi
mungkin dilakukan secara teknis dan secara nyata dapat diterapkan”.
2. Akuntansi sebagai Bahasa
Akuntansi adalah satu alat mengkomunikasikan informasi suatu bisnis.Persepsi akuntansi
sebagai bahasa ini juga diakui oleh profesi akuntansi, yang menerbitkan bulletin terminilogi
akuntansi.Hal ini juga diakui dalam literature empiris, yang mencoba untuk mengukur
komunikasi dari konsep akuntansi.
Hal itu mungkin dapat dibuktikan sebagai berikut:
a. Simbol / Karakter Leksikal dari suatu bahasa adalah unit-unit atau kata-kata “yang
memiliki arti” dan dapat diidentifikasikan dalam bahasa mana pun.
b. Aturan tata bahasa dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis pada bahasa apa
pun.
3. Akuntansi sebagai Catatan Historis
Umumnya, akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis
(history) suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya.Baik bagi
pemilik maupun pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu
sejarah kepengurusan manjer terhadap sumber daya pemilik.
4. Akuntansi sebagai Realitas Ekonomi Masa Kini
Akuntansi juga telah dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas ekonomi
masa kini.Tesis utama dari pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba
rugi harus didasarkan pada suatu basis penilaian yang lebih mencerminkan kenyataan
ekonomi daripada biaya historis.Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan
laba yang sebenarnya, suatu konsep yang mencerminkan perubahan kesejahteraan
perusahaan pada suatu periode waktu.
5. Akuntansi sebagai Sistem Informasi
Akuntansi sebagai proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya
akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal).Pandangan ini
memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris, (1)
pandangan ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan satu-satunya sistem
pengukuran formal dalam organisasi, (2) pandangan ini memunculkan kemungkinan desain
sistem akuntansi yang optimal yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi
yang bermanfaat.
6. Akutansi sebagai Komoditas
Akutansi juga dipandang sebagai suatu komoditas yang merupakan hasil dari suatu aktivitas
ekonomi. Akutansi ada karena terdapat permintaan akan informasi khusus dan akuntan mau
dan mampu untuk menghasilkannya.
7. Akutansi sebagai Mitos
Akutansi menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan
menjelaskan fenomena kompleks. Melalui akutansi, suatu fenomena ekonomi kompleks
diterjemahkan bagi para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan dapat dimengerti,
sehingga menciptakan lebih banyak mitos dari pada kenyataan.
8. Akutansi sebagai Alasan Logis
Akutansi mungkin digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan karenanya
menyediakan suatu justifikasi bagi kejadian mereka di masa mendatang, dengan adanya
ketidaktepatan dan ketidakpastian yang melingkupi kebanyakan angka akuntansi, akuntansi
mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk melegimitasi pemunculannya. Oleh sebab itu,
akutansi menjadi suatu perisai jaminan atau sertifikasi otoritas terhadap angka tersebut dan
menyediakan suatu alasan pemikiran atas tindakan yang berdasar pada angka tersebut.
9. Akuntansi sebagai Perumpamaan
Akuntansi memberikan kontribusi terhadap penciptaan suatu gambaran atau citra dari
organisasi.Akuntansi bertindak sebagai suatu gambaran organisasi melalui peristiwa yang
telah diseleksi dan transaksi yang terjadi di organisasi. Konsekuensinya adalah timbul
perasaan akan pentingnya akuntansi dan konsepsi tertentu mengenai realitas organisasi.
10. Akuntansi sebagai Percobaan
Akuntansi cukup fleksibel untuk mengakomodasi berbagai situasi, mengadaptasi solusi-
solusi baru untuk masalah baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus yang paling kompleks.
Perusahaan-perusahaan dapat melakukan percobaan melalui pemakaian data, teknik, laporan
atau pengungkapan akuntansi yang berbeda agar sesuai dengan lingkungan tertentu yang
mereka miliki dan untuk beradaptasi terhadap kondisi yang berubah, dan bukannya terhambat
atau terpaku kepada pendekatan konvensional yang sama. Akuntansi merupakan percobaan
terutama ketika ia bersifat sukarela, inovatif, dan tentatif.
11. Akuntansi sebagai Distorsi
Karena akuntansi digunakan untuk mengendalikan atau memengaruhi tindakan-tindakan baik
dari pengguna internal maupun eksternal, akuntansi menjadi sasaran ideal bagi pihak-pihak
yang mencoba untuk memanipulasi arti dari pesan yang akan dilihat oleh pengguna. Terdapat
empat kelompokyang mungkin memengaruhi atau dipengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi,
yaitu subjek yang perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi, akuntan yang
menyiapkan data, akuntan yang memeriksa data, dan penerima data.
Tindakan disfungsional berupa manipulasi data ini disebut sebagai gangguan suara. Metode
yang digunakan untuk mendistorsi sistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi enam
kategori besar berikut ini :
a. Perataan atau penghalusan mencakup proses pengubahan arus data alami atau
terencana tanpa mengubah aktivitas aktual dari organisasi.
b. Pembiasan mencakup proses pemilihan tanda-tanda yang memiliki kemungkinan
paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim.
c. Pemfokusan mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek
tertentu dari sekumpulan informasi.
d. Permainan mencakup proses menyelesaikan aktivitas-aktivitas oleh pengirim sehingga
menyebabkan terkirimnya pesan.
e. Penyaringan mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang menguntungkan
dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari komunikasi melalui
pengumpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau penundaan.
f. Tindakan illegal mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya melanggar hukum
privat atau publik.
B. PENDEKATAN BARU (LANJUTAN)
C.1 PENDEKATAN PERILAKU
Pendekatan perilaku pada perumusan teori akuntansi menitikberatkan relevansi pengambilan
keputusan dari informasi yang diberitakan dan perilaku individu atau kelompok yang
disebabkan oleh pemberitaan informasi. Akuntansi dianggap sebagai suatu proses yang
berkaitan dengan perilaku, maka pendekatan perilaku menggunakan ilmu sosial yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia pada akuntansi.
Pendekatan perilaku terhadap suatu perumusan teori akuntansi dikaitkan dengan perilaku
manusia selama perilaku itu menyangkut masalah dan informasi akuntansi. Informasi
akuntansi dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan individu, meski sudah jelas
dan mudah diterima umum, tapi disarankan untuk melakukan penelitian demi kesempurnaan
system akuntansi dan pelaporan.
Karena keinginan untuk menyempurnakan seperangkat informasi data keuangan dan
menyempurnakan kemampuan user untuk menggunakan informasi maka diperlukan
pemrosesan informasi.
C.2 PENDEKATAN PERISTIWA
Pendekatan ini mengusulkan bahwa tujuan akuntansi adalah memberi informasi tentang
kejadian ekonomi yang relevan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kemungkinan
model-model keputusan. Pendekatan ini mengusulkan suatu perluasan terhadap data
akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Selain itu pendekatan ini juga
menganggap bahwa tingkat pengumpulan dan penilaian data akuntansi ditetapkan oleh
pemakai dengan mengorbankan fungsi kerugian pemakai.
Menurut pendekatan kejadian neraca dianggap sebagai suatu komunikasi tidak langsung
seluruh kejadian akuntansi yang relevan bagi perusahaan sejak terbentuknya. Di bawah
pendekatan kejadian George Sorter mendefinisikan operasional untuk pembentukan neraca
sebagai berikut suatu neraca sebaiknya dibuat sedemikian rupa dengan maksud
memaksimumkan kemampuan merekonstruksikejadian yang terkumpul.
Sedangkan untuk pendekatan rugi laba di bawah pendekatan ini Sorter mengusulkan setiap
kejadian harusnya digambarkan menurut suatu cara yang memperudah meramalkan kejadian
yang sama dalam suatu periode waktu di masa yang akan datang dengan memberi
perubahan-perubahan yang berkaitan dengan faktor eksternal.
Beberapa kekurangan dari pendekatan peristiwa, diantaranya:
1. Informasinya terlalu berat sebagai akibat usaha mengukur karakteristik yang relevan
dari seluruh kejadian yang mempengaruhi sebuah perusahaan.
2. Suatu kreteria yang memadai untuk pemilihan kejadian yang sangat penting sekali
belum dikembangkan.
3. Mengukur karakteristik suatu kejadian adalah hal yang sulit.
C.3 PENDEKATAN PREDIKTIF DAN POSITIF
PENDEKATAN PREDIKTIF
Hakikat dari pendekatan prediktif
Pendekatan prediktif muncul dari adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah yang
rumit dalam mengevaluasi metode-metode alternatif dari alternatif-alternatif pengukuran
akuntansi. Pendekatan prediktif terhadap formulasi suatu teori akuntansi menggunakan
kriteria kemampuan prediktif di mana pemilihan di antara pilihan-pilihan akuntansi yang
berbeda akan bergantung pada kemampuan dari metode-metode tertentu untuk memprediksi
peristiwa yang menjadi perhatian dari penggunaan.
Kriteria dari kemampuan pediktif mengikuti penekanan yang diberikan pada relevansi
sebagai kriteria utama dari pelaporan keuangan. Relevansi memiliki konotasi sebagai suatu
perhatian akan informasi tentang peristiwa-peristiwa di masa datang.
Keunggulan yang nyata dari pendekatan prediktif adalah bahwa ia memungkinkan kita
untuk mengevaluasi pengukuran-pengukuran akuntansi alternatif secara empiris dan
membuat suatu pilihan yang nyata dengan berdasarkan atas suatu kriteria diskriminator.
Kemampuan prediktif adalah juga suatu kriteria purposif yang dapat dengan mudahnya
dihubungkan dengan salah satu tujuan dari pengumpulan data akuntansi, fasilitasi
pengambilan keputusan. Literatur akuntansi selalu beranggapan bahwa data akuntansi harus
memfasilitasi pengambilan keputusan. Setelah “fasilitas pengambilan keputuasn”
diperkenalkan, maka muncullah dua masalah. Pertama, sulit untuk mengidentifikasi dan
mendefinisikan semua model-model keputusan yang diterapkan oleh para pengguna
informasi akuntansi. Kedua, bahkan jika model keputusan telah terdefinikasikan dengan baik,
suatu kriteria untuk pemilihan informasi yang relevan dapat saja hilang.
Terdapat dua aliran yang dapat diidentifikasikan.
1. Aliran berkaitan dengan kemampuan dari data akuntansi untuk menjelaskan dan
meramalkan peristiwa-peristiwa ekonomi,
2. Aliran yang lainnya berkaitan dengan kemampuan dari data akuntansi untuk
menjelaskan dan memprediksikan reaksi pasar terhadap pengungkapan.
Menurut prespektif pendekatan prediktif terhadap perumusan suatu teori akuntansi,
ukuran akuntansi alternatif harus dinilai atas dasar kemampuannya meramalkan kejadian
ekonomi atau kejadian dunia usaha.
Manifestasi pertama pendekatan prediktif adalah berhubungan dengan peramalan
penghasilan sebagai salah satu tugas utama akuntansi. Selain itu pendekatan ini juga
digunakan untuk menganalisa prediktif laporan sementara. Aplikasi lain yang lebih relevan
dari pendekatan prediktif adalah usaha yang dilakukan oleh auditor untuk meramalkan
kegagalan badan hukum atas dasar rasio-rasio akuntansi yang tersedia.
Prediksi dari suatu peristiwa ekonomi
Satu tujuan utama dari akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang dapat
digunakan untuk memprediksi peristiwa-peristiwa bisnis. Dalam sudut pandang pendekatan
prediktif dalam formulasi suatu teori akuntansi, pengukuran-pengukuran akuntansi alternatif
hendaknya dievaluasi berdasarkan atas kemampuan mereka untuk meramalkan peristewa-
peristiwa ekonomi bisnis. Secara umum, kriteria nilai prediktif adalah suatu hubungan
probabilitas antara peristiwa-peristiwa ekonomi yang menjadi perhatian dari pengambilan
keputusan dan variabel-variabel pembuat prediksi yang relevan dan sebagian diperoleh dari
informasi akuntansi.
Analisis time-series
Analisis ringkasan waktu (time-series) adalah suatu pendekatan metodologi struktual di
mana ketergantungan statistikal sementara dalam suatu kumpulan data dapat diperiksa.
Penelitian analisis time-series terutama menempatkan fokusnya pada:
1. Sifat-sifat time-series dari laba yang dilaporkan, dan
2. Isu-isu prediksi dalam analisis time-series.
Sifat-sifat time-series dari laba yang dilaporkan
Pengetahuan tentang sifat-sifat dari laba yang dilaporkan dapat meningkatkan
kemampuan prediktif dan nilai umpan balik dari kandungan informasi. Penelitian telah
memeriksa kedua perilaku dari laba yang dilaporkan dan model-model yang menggambarkan
laba setiap kuartal:
1. Sehubungan dengan rangkaian, laba tahunan, temuan-temuan menyajikan proses rata-rata
bergerak, suatu submartingale, atau sutu dari dua proses: martingale atau rata-rata bergerak
regresif. Jenis penelitian ini akan lebih berguna dan lebih menarik bagi pengambil keputusan
jika ia diterapkan untuk menentukan dampak dari perubahan kebijakan akuntansi pada
model-model probabilistic dari perilaku laba.
2. Sehubungan dengan rangkaian laba triwulanan, temuan-temuan yang ada sepertinya
menunjukkan bahwa proses laba triwulanan tidaklah sepenuhnya memiliki sifat yang acak. Ia
tampaknya mengikuti suatu proses autoregresif yang ditandai oleh kemampuan komponen
musiman dan triwulanan-ke-triwulanan.
Memprediksi laba akuntansi di masa depan
Jumlah laba yang dilaporkan adalah suatu angka teragregat dua dimensi: satu dimensi
adalah temporer, dan satu dimensi adalah komposisional. Penelitian yang didasarkan pada
time-series akuntansi telah memperhitungkan kemampuan prediktif dari laba tahunan yang
lalu, laba triwulanan yang lalu, dan komponen-komponen laba:
1. Sehubungan dengan penggunaan laba tahunan yang lalu untuk meramalkan laba di masa
depan, studi-stidi menunjukkan bahwa proses-proses autoregresif (atau rata-rata bergerak)
yang rumit, yang telah dikembangkan dengan menggunakan prosedur-prosedur Box dan
Jenkins.
2. Sehubungan dengan penggunaan laba triwulanan yang lalu untuk meramalkan laba di masa
depan, studi-studi menunjukkan adanya suatu kemampuan prediktif yang lebih baik dari
model-model laba triwulanan jika dibandingkan dengan model-model tahunan dan model-
model “teridentifikasi secara individual” dari Box dan Jankins yang lebih komprehensif.
3. Sehubungan dengan digunakannya komponen-komponen laba untuk memprediksi di masa
depan, bukti-bukti yang ada mendukung kemampuan peramalan yang lebih baik dari data
penjualan dan laba yang terpilah-pilah, namun hal ini tidak ditunjukkan bagi model-model
yang berdasarkan pada komponen-komponen seperti beban bunga, beban penyusutan, dan
laba operasi sebelum depresiasi.
Prediksi kesulitan
Aplikasi-aplikasi yang paling relevan dari pendekatan prediktif adalah usaha-usaha untuk
mencari karakteristik-karakteristik yang telah divalidasi secara empiris yang membedakan
perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dengan yang tidak. Baik model
univariate maupun multivariate telah digunakan untuk membantu seorang auditor
menentukan kapan suatu perusahaan mendekati pailit.
Keterbatasan utama dari penelitian dan prediksi kesulitan muncul dari tidak adanya suatu
teori ekonomi yang jelas tentang kesulitan ekonomi. Meskipun tidak terdapat suatu teori
ekonomi tentang kesulitan, model-model yang berbasis analisis diskriminan dapat sangat
bermanfaat bagi beragam konteks-konteks keputusan praktis.
Berbagai keterbatasan dikaitkan dengan penelitian mengenai prediksi kesulitan
perusahaan. Keterbatasan yang pertama muncul dari tidak adanya suatu teori ekonomi umum
tentang kesulitan keuangan yang apat digunakan untuk menentukan variabel-variabel yang
akan dimasukkan ke dalam model.
Keterbatasan yang kedua berhubungan dengan definisi yang berbeda dari peristiwa yang
menjadi perhatian. Hasil dari kemampuan memprediksi yang lebih unggul dari beberapa
rasio akuntansi tidak dapat digeneralisasi untuk mengizinkan diformulasikannya suatu teori
akuntansi yang dilandaskan pada pembuat-pembuat prediksi yang konsisten dari kesulitan
perusahaan.
PENDEKATAN POSITIF
Teori akuntansi positif
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi
yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi
positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran
pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan ‘pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya
secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual
daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber
daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system
perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat
menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi
secara efisien.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi
yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi
positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk
menjelasakan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Teori akuntansi positif merupakan
studi lanjut darii teori akuntansi normatif karena kegagalan normatif dalam menjelaskan
fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori akuntansi positif mempunyai peranan
dangat penting dalam perkembangan teori akuntansi. Teori akuntansi positif dapat
memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi dalam menentukan
konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan
untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik akuntansi yang ada dalam masyarakat
sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.
Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktik akuntansi dan/atau teori
akuntansi berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan/atau
meramalkan peristiwa akuntansi. Karenanya, pendekatan positif berusaha untuk menentukan
berbagai faktor yang mungkin memengaruhi faktor rasional dalam bidang akuntansi. Pada
dasarnya ia berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan fenomena yang
diamati.
Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan
normatif, Watt & Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi
pada penelitian empiric dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang
sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi
dikemudian hari.
Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif
Prediksi yang dibuat oleh PAT diorganisasikan secara luas pada tiga hipotesis yang
diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Kita akan memberi ketiga hipotesis ini
bentuk oportunistik mereka, karena menurut Watts dan Zimmerman (1990), ini adalah cara
yang paling sering digunakan ketika mereka diinterpretasikan :
1. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer perusahaan
dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan perubahan
laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini
Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan. Para manajer perusahaan, seperti orang-
orang lain, menginginkan imbalan yang tinggi. Jika imbalan mereka bergantung, paling
tidak sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada pendapatan bersih, maka kemungkinan
mereka bisa meningkatkan bonus mereka pada periode tersebut dengan melaporkan
pendapatan bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode
tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal ini akan cenderung
menyebabkan penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa yang
akan datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa kini (present value)
dari kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat
dengan memberikan perubahan menuju masa kini.
2. Hipotesis Kontrak Hutang
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu
perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada kesepakatan
utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan manajer perusahaan
memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa
depan ke periode masa kini
Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan menurunkan
kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi kesepakatan bahwa
pemberi pinjaman harus bertemu selama masa perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan
yang mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara level tertentu dari hutang terhadap
harta, laporan bunga, modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam
itu dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan penalti, seperti
pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan
perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk mencegah, atau paling tidak
menunda, pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan akuntansi
tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan hipotesis kesepakatan
hutang, ketika perusahaan mendekati kelalaian, atau memang sudah berada dalam
lalai/cacat, lebih cenderung untuk melakukan hal ini.
3. Hipotesis biaya politik
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik
yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih prosedur
akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju masa
depan
Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu dimensi politik pada pemilihan
kebijakan akuntansi. Perusahaan-pemsahaan yang ukurannya sangat besar mungkin
dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi, dengan penghargaan terhadap tanggung
jawab lingkungan, hanya karena mereka merasa bahwa mereka besar dan berkuasa. Jika
perusahaan besar juga memiliki kemampuan meraih profit yang tinggi, maka biaya
politik bisa diperbesar.
Perusahaan-perusahaan juga mungkin akan menghadapi biaya politik pada poin-
poin waktu tertentu. Persaingan luar negeri mungkin mengarah pada menurunnya
profitabilitas kecuali perusahaan yang terkena dampaknya ini bisa mempengaruhi proses
politik untuk bisa melindungi impor secara keseluruhan. Salah satu cara untuk
melakukan ini adalah dengan mengadopsi kebijakan akuntansi income-decreasing
(pendapatan menurun) dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwa profit sedang turun.
Teori Akuntansi menurut sasarannya di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Teori Akuntansi Positif
adalah Penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran
pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta.
2. Teori Akuntansi Normatif
adalah penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan
akuntansi paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
C. PENDEKATAN PERATURAN
1. Sifat-Sifat Standar Akuntansi
Standar menyajikan petunjuk yang praktis dan mudah yang terkait dengan tugas-tugas
akuntan. Standar biasanya terdiri dari 3 bagian: (1) uraian masalah yang harus diatasi, (2)
pembahasan dengan penalaran, dan (3) keputusan atau teori, solusi ditetapkan.
Ada sejumlah pertimbangan dalam penetapan standar yang harus diperhatikan:
a. Standar menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah
perusahaan bagi seluruh pengguna informasi.
b. Standar menyajikan petunjuk dan aturan tindakan bagi akuntan public yang
memungkinkan pengujian secara hati-hati (due care) dan independent saat menggunakan
keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan perusahaan, serta saat membuktikan
kewajarannya.
c. Standar menyajikan kumpulan data bagi pemerintah tentang berbagai variable yang patut
dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi perusahaan, perencanaan serta
regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuannya sosial lainnya.
2. Tujuan Penyusunan Standar
Pembuatan suatu standar mungkin dapat bermanfaat bagi suatu pihak, namu dapat juga
merugikan pihak lain. Pilihan ini mendorong penyusun standar mengadopsi proses politis
dalam rangka memperoleh akomodasi. Dalam menyusun standar, ada 2 pendekatan yang
muncul: Pertama, pendekatan penyajian kebenaran di mana menginginkan laporan yang
netral dan berusaha mencapai penyajian yang benar melalui proses penyusunan standar, dan
kedua pendekatan konsekuensi ekonomik, yang menekankan pada penggunaan standar
dengan konsekuensi ekonmi yang baik konsekuensi ekonomi yang buruk.
3. Entitas yang Menaruh Perhatian Pada Standar Akuntansi
a. Kantor-kantor Akuntan Publik dan Individu
Kantor akuntan public dan individu bertanggungjawab untuk secara independent
menyatakan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan disajikan secara wajar dan akurat
seluruh hasil aktivitasnya. Tugas akuntan public umumnya mencakup pengauditan,
akuntansi, dan layanan untuk mengarahkan penyusunan system pencatatan data yang
dapat diandalkan, memeriksa system secara periodic untuk menjamin efektivitasnya,
menyiapkan laporan keuangan dengan informasi yang akurat dan menyatakan
keakuratannya.
b. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)
AICPA merupakan organisasi profesi yang mengkoordinasi praktik para akuntan public
bersertifikat (CPA) di Amerika. Lembaga ini memiliki dua komite teknis senior yang
mempunyai peran penting-Accounting Standards Executive Committee (AcSec) dan
Auditing Standards Committee (AuSec)- yang diberi wewenang untuk mewakili AICPA
dalam menanggapi masalah-masalah akuntansi keuangan dan biaya serta masalah
pengauditan. Komite ini mengeluarkan Statement of Position (SOPs) untuk menanggapi
setiap isu akuntansi. Tahun 1959, AICPA membentuk lembaga baru, yaitu Accounting
Principles Board (APB) untuk mempercepat penyajian secara tertulis tentang apa yang
dimaksudkan dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum.
c. American Accounting Association (AAA)
AAA merupakan organisasi untuk pera akuntan dari bidang akademik maupun individu
yang tertarik dengan perbaikan praktik dan teori akuntansi. Pada prakteknya, AAA
melakukan aktivitas melalui komite-komite khusus yang bertugas untuk menyajikan
kerangka laporan keuangan perusahaan. Upaya-upaya ini yang mencapai berbagai tingkat
keberhasilan terdiri dari studi-studi berikut ini:
A Tentative of Accounting Principles Underlying Corporate Financial Statements
An Introduction to Corporate Accounting Standards
An Inquiry into Nature of Accounting
A Statement of Basic Accounting Theory
A Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance.
d. Financial Accounting Standard Board (FASB)
FASB menggantikan APB pada tahun 1973 sebagai badan yang bertanggungjawab untuk
menetapkan standar akuntansi. FASB merupakan badan yang bersifat otoritatif,
independent dengan tugas menetapkan dan meningkatkan standar laporan dan akuntansi
keuangan, sehingga standar-standar tersebut menaruh perhatian utama pada pencatatan
informasi tentang kejadian ekonomi dan transaksi melalui cara yang berarti dalam
laporan keuangan. Keanggotaan FASB, empat berasal dari praktik public dan tiga berasal
dari pihak-pihak terkait dengan akuntansi (pemerintah, industri, dan pendidik).
Hubungan antara profesi akuntan dengan FASB diklarifikasikan dengan Rule 203 of the
AICPA’s Code of Professional Ethics yang menyatakan bahwa setiap anggota AICPA
tidak boleh menyajikan opini bahwa laporan keuangan yang disajikan sesuai prinsip-
prinsip akuntansi berterima umum, apabila laporan tersebut menyimpang dari Pernyataan
FASB atau interpretasinya, auat dari Opini dan ARB, kecuali dapat menunjukkan bahwa
karena situasi yang tidak seperti biasanya, menyebabkan laporan keuangan dapat
menyesatkan.
e. Securities and Exchange Commission (SEC)
SEC dibentuk oleh Kongres pada tahun 1934 dengan tanggungjawab utama mengangani
administrasi berbagai ketentuan yang meregulasi pasar saham dan menjamin laporan
serta pengungkapan yang memadai dari setiap perusahaan di Amerika. Walaupum SEC
mempunyai kekuasaan untuk meregulasi praktik dan pengungkapan akuntansi, secara
umum SEC tetap mengandalkan profesi akuntansi dan menggunakan kekuasaannya untuk
memberikan batasan-batasan serta melakukan hak veto. SEC mendukung FASB dengan
sejumlah syarat bahwa SEC tidak mendelegasikan setiap wewenang atau mengabaikan
hak untuk menolak, mengubah, atau menunda pengumuman FASB melalui prosedur
yang telah diregulasi.
f. Organisasi Profesi Lainnya
Merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan atau pihak-pihak yang
pekerjaannya mempunyai hubungan dengan standar akuntansi.
g. Para Pengguna Laporan Keuangan
Pengguna langsung meliputi: pemilik dan pemegang saham, pemberi pinjaman (kreditor)
dan pemasok, manajemen perusahaan, dinas perpajakan, organisasi pekerja, dan
pelanggan. Pengguna tidak langsung meliputi: analisis dan konsultan keuangan, pasar
saham, pengacara, otoritas yang terkait dengan regulasi, kalangan berita keuangan dan
agen-agen penyaji laporan, asosiasi dagang, serikat pekerja, competitor, masyakarat
umum, departemen pemerintahan lainnya.
4. Siapa yang Seharusnya Menyusun Standar Akuntansi
a. Teori-teori Regulasi
Regulasi umumnya diasumsikan akan diterima oleh industri terkait dan didesain serta
dioperasikan dengan tujuan utama memperoleh keuntungan. Ada 2 kategori utama
tentang regulasi industri:
Teori Kepentingan Umum, menyatakan bahwa regulasi disajikan untuk menanggapi
permintaan public akan koreksi terhadap ketidakefisienan atau ketidaklayakan harga
pasar.
Teori Kepentingan Kelompok atau Teori Perebutan, menyatakan bahwa regulasi
disajikan untuk menanggapi permintaan kelompok tertentu dengan tujuan untuk
memaksimalkan income anggotanya. Versi utama teori ini adalah The political
Ruling-elite theory of Regulation yang menekankan pada kekuatan politik untuk
mendapatkan pengendalian regulator dan The Economic Theory of Regulation yang
menekankan pada kekuatan ekonomi.
b. Pendekatan Pasar Bebas
Pendekatan pasar bebas dalam menghasilkan standar akuntansi dimulai dari asumsi dasar
bahwa informasi akuntansi merupakan sebuah produk yang bersifat ekonomis, sama
seperti barang atau jasa lainnya. Atas dasar itu, informasi akuntansi merupakan subjek
kekuatan permintaan penggunaan dan disediakan oleh para penyaji. Namun, ada
kegagalan pasar baik secara eksplisit maupun implicit dalam pasar informasi swasta:
-informasi yang bersifat monopoli oleh manajemen, investor yang naïf, ketakutan akan
kegagalan gunsional, penyimpangan perhitungan, keanekaragaman prosedur, dan
kurangnya objektivitas.
c. Regulasi Sektor Swasta tentang Standar Akuntansi
Pendekatan sector swasta dalam regulasi standar akuntasi menggunakan asumsi dasar
bahwa kepentingan public terhadap akuntansi akan terlayani dengan baik apabila
penyusunan standar diserahkan kepada sector swasta.
Pendukung pendekatan ini menggunakan argument:
FASB terlihat responsive terhadap berbagai konstituen
FASB tampak mampu menarik, sebagai anggota atau staf, orang-orang yang memiliki
pengetahuan teknis yang diperlukan untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan system pengukuran dan pengungkapan alternative.
FASB terlihat sukses dalam memperoleh tanggapan dari berbagai konstituensinya dan
dalam menanggapi sejumlah masukan.
Penentang pendekatan ini menggunakan argument:
FASB tidak memiliki kewenangan statutory dan kekuatan untuk memaksakan aturan
yang dibuatnya, serta menghadapi tantangan penolakan oleh Kongres maupun oleh
lembaga pemerintah lainnya
FASB sering dituduh tidak independent dan konstituennya yang besar, kantor akuntan
public, dan korporasi
FASB sering dituduh lamban dalam menanggapi isu-isu utama yang krusial bagi
sejumlah konstituennya.
d. Regulasi Sektor Publik tentang Standar Akuntansi
Pendukung regulasi standar akuntansi oleh sector public menggunakan argument:
Secara umum sudah diketahui bahwa proses inovasi dalam akuntansi didasarkan pada
peran lembaga pemerintahan, seperti SEC yang disebut pengganggu yang kreatif.
Diyakini bahwa struktur regulasi pasar saham yang ditetapkan melalui Securities of
1933 dan 1934 membagi perlindungan bagi para investor terhadap berbagai ancaman.
SEC dimotivasi oleh keinginan untuk menyajikan tingkat pengungkapan kepada
public yang dianggap perlu dan memadai dalam pembuatan keputusan.
Tidak seperti FASB, SEC mempunyai legitimasi yang lebih besar melalui
kewenangan statutory yang lebih jelas.
Sejumlah tuntutan agar sector public menjadi pengawas dan pengendali muncul di
saat tujuan bertentangan dengan kepentingan umum.
Penentang pendekatan ini menggunakan argument:
Diperlukan biaya yang besar untuk memenuhi ketentuan pemerintah dalam penyajian
informasi.
Beberapa orang beragumen bahwa para birokrat mempunyai kecenderungan untuk
memaksimalkan total anggaran biro mereka.
Akan timbul kondisi yang berbahaya apabila penyusunan standar semakin bersifat
politis.
Beberapa kalangan mempertanyakan tentag perlunya system pemerintahan yang
didukung kekuatan kepolisian.
5. Legitimasi Proses Penyusunan Standar
a. Prognosis Pesimistik
Legitimasi proses penyusunan standar kadang-kadang dihubungkan dengan
kemampuannya untuk menghasilkan system akuntansi optimal, yakni sebuah system di
mana keuntungan yang diharapkan oleh pemakai strategi keputusan optimal, dapat lebih
besar atau paling tidak sama dengan keuntungan yang diperoleh dari system lain.
Implikasinya adalah tidak ada alternative penyajian laporan keuangan yang didasarkan
pada aturan akuntansi yang lain yang dapat menyajikan manfaat lebih baik.
b. Prognosis Optimistik
Cushing telah memberikan prognosis optimistic tentang tanggung jawab prinsip
akuntansi optimal dengan catatan bahwa asumsi heterogenitas pengguna ditinggalkan dan
asumsi yang mendasari Arrow Paradox mengahadapi tantangan.
6. Accounting Standards Overload
Accounting Standards Overload umumnya berhubungan dengan pertumbuhan standar
akuntansi, yaitu: standar yang terlalu banyak, standar yang terlalu rumit, tidak ada standar
yang kaku, standar bertujuan umum yang gagal dalam menyajikan perbedaan kebutuhan di
antara para penyaji, pengguna, dan CPA, standar bertujuan umum yang gagal dalam
menyajikan perbedaan antara entitas public dan nonpublic, laporan keuangan tahunan dan
interim, perusahaan besar dan kecil, dan laporan keuangan auditan dan non-auditan,
pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks.
Pengaruh Accounting Standard Overload
Akuntan dapat kehilangan orientasinya terhadap tugas yang sesungguhnya yang dibuat oleh
manajer. Audit dapat menemui kegagalan, karena akuntan dapat kehilangan focus audit dan
mungkin lupa untuk melakukan prosedur dasar audit. Banyaknya ketentuan akuntansi yang
kompleks dapat menyebabkan ketidakpatuhan dunia bisnis terhadap ketentuan tersebut, tanpa
persetujuan CPA. Situasi ini akan memberikan implikasi yang serius dalam tanggung jawab
legal, rusaknya etika professional, hilangnya dukungan masyarakat dan berbagai
ketidakcocokan yang terjadi dalam profesi akuntansi.
Solusi Accounting Standard Overload
Special committee on accounting standards dari AICPA mengevaluasi dengan beberapa
pendekatan berikut ini, antara lain:
a. Tidak ada perubahan; tetap status quo.
b. Perubahan dari konsep yang ada saat ini darikonsep yang ada saat ini dari satu kumpulan
GAAP yang berlaku untuk semua perubahan bisnis menjadi dua kumpulan GAAP.
c. Perubahan dalam GAAP untuk menyederhanakan aplikasinya terhadap seluruh
perusahaan bisnis.
d. Membuat pengungkapan yang berbeda dan alternatif-alternatif pengukuran.
e. Perubahan dalam standar CPA untuk pelaporan laporan keuangan.
f. Satu alternative dari GAAP sebagai dasar pilihan dalam menyajikan laporan keuangan.
7. Strategi Penetapan Standar Bagi Negara-Negara Berkembang
Proses penetapan standar di negara-negara berkembang tidak mengikuti suatu strategi yang
unik dan tepat bagi tiap-tiap Negara dan konteks mereka. Bahkan, ada empat jenis strategi
yang dapat diidentifikasi:
a. Pendekatan evolusioner
Terdiri atas suatu pendekatan isolasionis atas pembuatan standar di mana Negara
berkembang mengambangkan standarnya sendiri tanpa adanya gangguan atau pengaruh dari
luar. Proses pembelajaran dari pendekatan ini harus dating dari pengalaman-pengalaman
local dan bukannya pengalaman internasional. Sehinggaakan memberikan konsekuensi yaitu
tambahan biaya bagi mitra asing, yang mungkin merasa bahwa kondisi ini cukup beratuntuk
memberikan justifikasi dilakukannya kerjasama secara penuh.
b. Pengembangan melalui transfer teknologi
Pengembangan melalui transfer teknologi dapat diakibatkan dari operasi dan aktivitas dari
kantor akuntan internasional, perusahaan multinasional, dan para akademisi yang berpraktik
di negara-negara berkembang, atau berbagai perjanjian internasional.
Meskipun transfer teknologi akuntansi memberikan manfaat langsung bagi negara-negara
berkembang, ternyata terdapat biaya yang dapat diasosiasikan dengan (a) transfer dari
teknologi yang tidak diterapkan, (b) kurangnya infrastruktur yang memadai, (c)
meningkatnya ketergantungan tenaga ahli dari luar, (d) kurangnya insentif yang diberikan
untuk mengembangkan standar local, dan (e) hilangnya harga diri yang merupakan hal yang
menakutkan bagi beberapa kelompok budaya.
c. Penerapan standar akuntansi internasional
Alasan negara-negara berkembang menerapkan strategi ini dikarenakan untuk:
Memperkecil biaya persiapan dan pembuatan standar akuntansi
Bergabung dengan dorongan harmonisasi internasional
Memfasilitasi pertumbuhan investasi asing yang mungkin saja dibutuhkan
Memungkinkan profesi ini meniru standar professional atas perilaku dan perbuatan yang
telah dibuat dengan baik
Melegitimasikan statusnya sebagai anggota dengan status penuh dari komunitas
internasional
d. Pengembangan standar akuntansi yang didasarkan atas analisis dari prinsip-prinsip dan
praktik-praktik akuntansi di negara maju.
Pada dasarnya, strategi ini meminta dilakukannya pertimbangan pada berbagai factor
diagnostic yang menentukan pengembangan akuntansi di negara-negara berkembang. Sebuah
standar yang memenuhi batasan-batasan diberlakukan oleh factor-faktor tersebut dapat
dianggap relevan dan bermanfaat bagi negara-negara berkembang.
D. REFERENSI
Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.Yogyakarta: BPFE.
http://heibilon.blogspot.com/2013/06/pendekatan-prediktif-teori-akuntansi.html
http://kartikaharahap.wordpress.com/2011/11/11/pendekatan-dalam-perumusan-teori-
akuntansi/
http://teoriakuntansipositif.wordpress.com/
http://yulinaisnaini.blogspot.com/2013/01/teori-akuntansi-positif_7.html
http://irma-yuni.blogspot.com/2012/06/akuntansi-positif-dan-akuntansi.html
http://cintokowati.blogspot.com/2010/11/teori-akuntansi-conceptual-framework.html