bab 3

27
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 `Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari Puskesmas Tanggul, yaitu data mengenai jumlah angka kesakitan dan gambaran karakteristik populasi penderita TB paru yang menjalani pengobatan di Puskesmas Tanggul dari tahun 2012 (triwulan kesatu- keempat) dan 2013 (triwulan kesatu- kedua) di Puskesmas Tanggul. 3.1.1 Prevalensi Terjadinya Kasus TB Dari data yang ada, didapatkan hasil jumlah kasus TB pada tahun 2012 triwulan 1 sebanyak 46 orang, pada triwulan 2 dan 3 sebanyak 28 orang, triwulan 4 sebanyak 27 orang. Sedangkan pada tahun 2013 didapatkan jumlah kasus TB pada triwulan 1 sebanyak 15 orang, dan pada triwulan 2 sebanyak 25 orang. 23

Upload: ikakusumawardhani

Post on 17-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tg

TRANSCRIPT

BAB 4

PAGE

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 `Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari Puskesmas Tanggul, yaitu data mengenai jumlah angka kesakitan dan gambaran karakteristik populasi penderita TB paru yang menjalani pengobatan di Puskesmas Tanggul dari tahun 2012 (triwulan kesatu- keempat) dan 2013 (triwulan kesatu- kedua) di Puskesmas Tanggul.3.1.1 Prevalensi Terjadinya Kasus TB

Dari data yang ada, didapatkan hasil jumlah kasus TB pada tahun 2012 triwulan 1 sebanyak 46 orang, pada triwulan 2 dan 3 sebanyak 28 orang, triwulan 4 sebanyak 27 orang. Sedangkan pada tahun 2013 didapatkan jumlah kasus TB pada triwulan 1 sebanyak 15 orang, dan pada triwulan 2 sebanyak 25 orang.

Grafik 1. Prevalensi Terjadinya Kasus TB di Wilayah Puskesmas Tanggul3.1.2 Distribusi Pasien TB dari Wilayah Tanggul dan Luar Tanggul

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Wilayah Tanggul dan luar Tanggul

TahunWilayah

TanggulLuar Tanggul

2012triwulan 13115

triwulan 2235

triwulan 3244

triwulan 4207

2013triwulan 187

triwulan 1214

Total12742

%75,1524,85

Berdasarkan tabel tersebut yang lebih banyak terdistribusi adalah responden yang ada di wilayah Tanggul yaitu sebanyak 127 responden (75,15%), sedangkan yang ada di luar wilayah Tanggul sebanyak 42 responden (24,85%).3.1.3 Gambaran Karakteristik Pasien TB yang Diteliti3.1.3.1 Berdasarkan UmurTabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul

UmurTahun 2012Tahun 2013Total %

triwulan 1triwulan 2triwulan 3triwulan 1triwulan 1triwulan 2

5015957094526,63

Total 169100

Berdasarkan tabel tersebut yang lebih banyak terdistribusi adalah responden yang berusia >50 tahun sebanyak 45 responden (26,63%), dan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 300 lux, dan memenuhi syarat kesehatan bila pencahayaan rumah antara 50-300 lux. Menurut Notoatmodjo (2003), cahaya matahari mempunyai sifat membunuh bakteri, terutama kuman mycobacterium tuberculosa. Kuman tuberkulosa hanya dapat mati oleh sinar matahari langsung. Oleh sebab itu, rumah dengan standar pencahayaan yang buruk sangat berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanua, dan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api. Kuman mycobacterium tuberculosa akan mati dalam waktu 2 jam oleh sinar matahari; oleh tinctura iodii selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80% dalam waktu 2-10 menit serta mati oleh fenol 5% dalam waktu 24 jam.

Rumah yang tidak masuk sinar matahari mempunyai resiko menderita tuberkulosis 3-7 kali dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.

e. Kepadatan Penghuni Rumah

Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m per orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 8 m/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 3 m/orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun. Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkulosis sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya (Lubis, 2002).

Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 8 m/orang dan kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 8 m/orang (Lubis, 2002).

Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabakan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama tuberkulosis akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain (Notoatmodjo, 2003). Menurut penelitian Atmosukarto (2000), didapatkan data bahwa : 1) rumah tangga yang penderita mempunyai kebiasaan tidur dengan balita mempunyai resiko terkena TB 2,8 kali dibanding dengan yang tidur terpisah; 2) Tingkat penularan TB di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya; 3) besar resiko terjadinya penularan untuk tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita TB.

Gambar 1. Kerangka Konsep TeoriHost:

Umur

Jenis kelamin

Parut BCG

Status bakteriologis

Host:

Pekerjaan

Pendidikan

Kebiasaan merokok

Status ekonomi

Yang diteliti

Yang tidak diteliti

Environment:

Kelembaban udara

Ventilasi rumah

Suhu rumah

Pencahayaan

Kepadatan penghuni

Kejadian TB paru

2329

_1440187473.xlsChart1

46282827

152500

tribulan 1

tribulan 2

tribulan 3

tribulan 4

Sheet1

tribulan 1tribulan 2tribulan 3tribulan 4

201246282827

2013152500

To resize chart data range, drag lower right corner of range.