bab 2 studi literatur rev.3

32
BAB 2 STUDI LITERATUR METROLOGI DALAM PENERAPANNYA 2.1 Fungsi dan Peran Metrologi Dalam Perekonomian Metrologi dalam melakukan fungsi dan perannya dalam perekonomian modern dimana kegiatan kemetrologian yang dilakukan secara langsung untuk menjadikan pasar sebagai alokasi sumber daya yang efisien dimana terjadi bentuk kepercayaan antara penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi perekonomian. Oleh karena itu beberapa asumsi dalam transaksi tersebut harus terpenuhi seperti : pelaku yang rasional, memiliki informasi sempurna, pasar berbentuk persaingan sempurna dan barang bersifat privat (bukan barang publik). Dalam praktek hampir tidak mungkin asumsi-asumsi tersebut terpenuhi, kenyataan yang ada kadangkala justru berlawanan. 2.1.1 Informasi Tidak Sempurna Konsumen seringkali dihadapkan pada keadaan dimana mereka tidak tahu persis tentang kualitas barang yang akan dibeli, salah satu akibatnya adalah secara ekonomi barang yang dibeli menjadi lebih mahal seandainya ternyata kualitas barang dan jasa tersebut lebih rendah 9 Universitas Indonesia

Upload: theodorus-suwendi

Post on 01-Dec-2015

161 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

BAB 2STUDI LITERATUR

METROLOGI DALAM PENERAPANNYA

2.1 Fungsi dan Peran Metrologi Dalam Perekonomian

Metrologi dalam melakukan fungsi dan perannya dalam perekonomian

modern dimana kegiatan kemetrologian yang dilakukan secara langsung untuk

menjadikan pasar sebagai alokasi sumber daya yang efisien dimana terjadi bentuk

kepercayaan antara penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi

perekonomian. Oleh karena itu beberapa asumsi dalam transaksi tersebut harus

terpenuhi seperti : pelaku yang rasional, memiliki informasi sempurna, pasar

berbentuk persaingan sempurna dan barang bersifat privat (bukan barang publik).

Dalam praktek hampir tidak mungkin asumsi-asumsi tersebut terpenuhi, kenyataan

yang ada kadangkala justru berlawanan.

2.1.1 Informasi Tidak Sempurna

Konsumen seringkali dihadapkan pada keadaan dimana mereka tidak tahu

persis tentang kualitas barang yang akan dibeli, salah satu akibatnya adalah secara

ekonomi barang yang dibeli menjadi lebih mahal seandainya ternyata kualitas

barang dan jasa tersebut lebih rendah dari harga yang dibayarkan. Hal yang sama

juga dapat terjadi oleh produsen dimana dalam membeli faktor produksi, dapat saja

terjadi karena kualitas faktor produksi yang dibeli lebih rendah dari yang

seharusnya, maka harga faktor produksi akan menjadi lebih mahal. Akibat

selanjutnya adalah harga jual menjadi lebih mahal.

Salah satu bentuk ketidaksempuranaan informasi yang membuat kerugian

pada kedua belah pihak tersebut karena mereka tidak mengetahui apakah ukuran,

timbangan atau takaran setiap barang/jasa yang dibeli akurat atau tidak.

Ketidakakuratan ukuran dapat menyebabkan utilitas dari konsumsi barang/jasa

berkurang. Gambar 2.1 dibawah ini memberikan gambaran yang sederhana.

9Universitas Indonesia

Page 2: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

10

Y

XIC1

IC2

Y1

Y2

BL2 BL1

0 X2 X1 X** X* X

Gambar 2.1Pengaruh ketidakakuratan ukuranterhadap tingkat utilitas konsumen

Kombinasi konsumsi X1 dan Y1 pada gambar diatas menunjukkan bahwa

pada kondisi keseimbangan, konsumen akan menikmati utilitas setingkat IC1

apabila alat-alat ukur yang digunakan akurat. Seandainya alat ukur yang digunakan

untuk transaksi komoditi X tidak akurat, misalkan setiap 1 kilogram barang X yang

ditimbang ternyata hanya memiliki berat sebesar 0,9 kilogram. Maka harga 1

kilogram barang X konsumen sebenarnya hanya harus membayar 1/0,9 kali dari

harga nominal yang harus dibayarkan. Dengan demikian daya beli uang yang

dialokasikan untuk membelanjakan barang X dan Y berkurang. Jika timbangan

akurat, maka daya beli anggaran nominal seluas segitiga YOX*, tetapi karena

ketidakakuratan maka daya beli anggaran hanya seluas segitiga YOX**.

Karena daya beli anggaran nominal menjadi lebih kecil, maka tingkat utilitas

yang dapat dijangkau hanyalah IC2 yang lebih rendah dibanding IC1. Jika

konsumen ingin menjangkau tingkat utilitas IC1 maka anggaran nominal yang

disediakan harus lebih besar dari BL1. Contoh diatas merupakan gambaran dari

pentingnya akurasi pengukuran yang dilakukan oleh kegiatan kemetrologian, hal

ini merupakan upaya untuk meningkatkan tingkat utilitas terbaik yang dapat

diberikan terhadap konsumen.

2.1.2 Eksternalitas

Eksternalitas adalah keuntungan atau kerugian yang dinikmati atau diderita

pelaku ekonomi sebagai akibat tindakan pelaku ekonomi lainnya, tetapi tidak dapat

Universitas Indonesia

Page 3: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

11

dimasukkan dalam perhitungan biaya secara formal.

Apa yang menjadi dasar untuk menentukan persyaratan metrologi adalah

bagaimana dampak dari suatu pengukuran terhadap ekonomi dan sosial.

Pengukuran memberikan dasar kuantitatif yang digunakan untuk pengambilan

suatu keputusan pada banyak aspek kehidupan, dan konsistensi pengukuran

merupakan suatu dasar penentuan keputusan yang berkualitas serta penerimaan

dan kepercayaan terhadap keputusan tersebut.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat antara tahun

1969 sampai dengan tahun 1997, menunjukkan bahwa pengeluaran akibat proses

pengukuran (yang menggunakan UTTP) adalah sebesar 3,5% GNP negara-negara

industri. Angka tersebut dihitung berdasarkan pengeluaran yang berasal dari upah

buruh dan belanja modal di Amerika Serikat pada tahun 1979. Pengeluaran

sebanyak itu menggambarkan arti ekonomisnya pengukuran dalam berbagai

sektor1.

Tujuan utama dalam pengukuran komoditi lebih ditekankan kepada

perlindungan konsumen, akan tetapi perubahan pelayanan metrologi legal telah

memerlukan prespektif yang lebih luas yaitu dengan tujuan untuk menjamin

kepercayaan dalam sistem pengukuran agar dapat menekan seminimal mungkin

jumlah perselisihan dan biaya transaksi yang berasal dari ketelitian dan

konsistensi pengukuran.

Dalam menghadapi persaingan di era pasar global, mutu yang baik dan

mampu bersaing adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Untuk

dapat mempertahankan mutu yang baik dari suatu produk, semua faktor produksi

yang mempengaruhi harus dapat dikendalikan secara ketat dengan melakukan

pengawasan terus menerus sehingga diperoleh nilai yang seharusnya dari sumber

informasi alat ukur yang benar. Ketidakakuratan data yang dikirim oleh suatu alat

ukur akan dapat menghasilkan tindakan yang tidak mengenai sasaran yang pada

akhirnya dapat berakibat fatal pada mutu hasil produksi industri yang

bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa ketidakakuratan

pengukuran dapat menimbulkan eksternalitas yang merugikan konsumen.

1 Birch, J A (1997) The Scope of Legal Metrology and its Role in Economic and Social Development. Presented at an ASEAN Workshop on Legal Metrology di Surabaya, Indonesia.

Universitas Indonesia

Page 4: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

12

Sebaliknya produsen karena menikmati ekternalitas kemungkinan besar justru

bertindak tidak adil dan atau tidak efisien. Hal ini disebabkan karena adanya

biaya-biaya yang ditanggung oleh konsumen sebagai biaya sosial mendorong

terjadinya produksi yang secara ekonomi berlebihan. Produsen juga memproduksi

dengan harga jual yang lebih tinggi dari yang seharusnya.

Oleh sebab itu fungsi dan peran metrologi dalam menyongsong era pasar

bebas sangat penting dalam upaya meningkatkan efisiensi aktifitas perekonomian

yang pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.2 Pentingnya Akurasi Ukuran

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan tertib ukur atau

akurasi dalam pengukuran adalah :

1. Memperkecil kerugian yang ditimbulkan dalam transaksi

perdagangan yang didasarkan atas ukuran, timbangan, dan takaran

yang menggunakan UTTP baik bagi konsumen atau pelaku usaha.

2. Mengurangi kerugian negara yang ditimbulkan dalam transaksi

perdagangan yang berhubungan dengan pengukuran baik

perdagangan dalam negeri maupun luar negeri (ekspor dan impor)

dalam rangka mengamankan devisa negara.

3. Meningkatkan citra dan daya saing pasar tradisional bagi masyarakat

sehingga pedagang yang pada umumnya pedagang kecil

memperoleh pasar yang lebih baik.

4. Meningkatkan kinerja kemetrologian secara nasional dalam rangka

meningkatkan tertib ukur.

Dengan senantiasa berusaha untuk menjawab setiap tantangan yang

dihadapi dan mengambil kesempatan atas potensi yang dimiliki, maka pencapaian

kondisi perdagangan Indonesia terutama di bidang metrologi legal yang

diharapkan di masa datang, adalah

1. Peran metrologi legal dalam sektor perdagangan akan bertambah

penting, ditandai dengan munculnya keunggulan ekonomi kreatif

sebagai pemicu inovasi metrologi, standarisasi, dan penilaian

kesesuaian lintas batas dalam "One standar - One test - Accepted

Universitas Indonesia

Page 5: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

13

Everywhere", sehingga kontribusi metrologi legal yang semakin

signifikan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan

penciptaan lapangan kerja secara luas. Hal ini dapat terjadi karena :

Terbentuknya integrasi metrologi nasional yang meliputi

metrologi, standarisasi, dan penilaian kesesuaian.

Terciptanya intensitas mutual partnership dan linkage antara

metrologi, standarisasi, dan penilaian kesesuaian khususnya

dalam sektor perdagangan.

Terciptanya penggunaan dan ekspor produk UTTP dari UKM

maupun perusahaan skala besar.

Terciptanya intensitas koordinasi antara fasilitator pusat

(Direktorat Metrologi) dan fasilitator daerah (instansi terkait)

dalam pengembangan metrologi legal, pembinaan UKM dan

pemberdayaan masyarakat.

Tingginya tingkat penerapan manajemen dan teknologi

pengukuran, termasuk yang terkait dengan jaringan.

2. Penggunaan teknologi berbasis teknologi informasi semakin umum

digunakan sehingga meningkatkan efisiensi ekonomi, baik secara

individu, kelompok, antarkomunitas pelaku usaha, antara lain

pelayanan perijinan secara online dan pelayanan publik lainnya.

3. Sistem hukum di bidang metrologi legal dan penegakkan hukum

lahir dan berkembang secara positif mengikuti kecepatan dinamika

perekonomian, menopang eksistensi usaha, memberikan kepastian

usaha serta memperkuat kredibilitas kebijakan perekonomian.

4. Pasar domestik dan pelaku usaha dalam negeri yang semakin aman

dalam menghadapi terbukanya akses pasar ke dalam negeri.

5. Perkembangan teknologi alat ukur yang pesat khususnya alat ukur

yang digunakan dalam transaksi perdagangan maupun di sektor lain

yang berkaitan dengan proses pengukuran sehingga memacu

peningkatan akurasi dan kebenaran terhadap hasil pengukuran.

6. Sektor metrologi legal memberikan kontribusi positif terhadap

penciptaan lapangan kerja, lingkungan hidup, kebudayaan, dan

Universitas Indonesia

Page 6: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

14

keamanan nasional serta pembentukan norma sosial bangsa.

2.3 Peranan Metrologi

Perkembangan metrologi di Indonesia, yang mulai diatur sejak tahun 1923

dengan diberlakukannya Ordonansi Tera 1923, telah mengalami 4 (empat) kali

perubahan, dan terakhir Undang- Undang Republik Indonesia No.2 tahun 1981

tentang metrologi legal. Kegiatan kemetrologian di Indonesia dewasa ini semakin

dituntut peranannya, terutama karena perkembangan ekonomi masyarakat yang

hampir setiap transaksi memerlukan alat ukur, timbang, dan takarannya.

Kegiatan pengukuran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akan tetapi,

manfaat yang dirasakan akan jauh lebih besar. Metrologi telah menjadi bagian dari

hidup kita sehari-hari dan sudah berjalan secara alami serta sangat vital. Kita lihat

saja, komoditas bahan pokok seperti sembako atau bahan bangunan dan bahan

keperluan infrastruktur diperjualbelikan berdasarkan berat atau ukuran. Kebutuhan

rumah tangga, air ledeng, listrik, gas, dan pulsa telepon harus diukur.

Semua ini memengaruhi kehidupan pribadi kita. Kadar zat aktif dalam obat-obatan,

pengukuran sampel darah, dan keefektifan laser yang digunakan untuk

pembedahan di dunia medik harus diukur dengan teliti agar kesehatan dan

keselamatan pasien terjamin. Hampir segala sesuatu dinyatakan dalam ukuran,

suhu udara, tinggi badan, nilai kalori makanan, berat paket kiriman, tekanan udara

ban kendaraan, jarak tempuh, waktu tunggu, dan seterusnya. Nyaris tidak mungkin

dalam kehidupan ini kita bicara tanpa menggunakan kata-kata yang berkaitan

dengan timbangan dan ukuran.

Di sektor transportasi, pilot pesawat terbang harus mengamati dengan

cermat ketinggian pesawat, arah, penggunaan bahan bakar, dan kecepatannya.

Masinis kereta api harus memperhatikan jarak posisi kereta terhadap stasiun yang

dituju. Supir mobil atau pengendara motor perlu memperhatikan ukuran kecepatan

dan tangki bahan bakar. Pengawas obat-obatan dan makanan mengukur kandungan

bakteri dan zat beracun. Perusahaan membeli bahan baku berdasarkan timbangan

dan ukuran, kemudian menyatakan produk dalam satuan yang serupa. Umumnya,

setiap proses dipantau berdasarkan pengukuran dan setiap penyimpangan akan

ketahuan dari hasil pengukuran tersebut. Pengukuran sistematis dengan tingkat

Universitas Indonesia

Page 7: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

15

ketidakpastian yang terukur merupakan landasan pengendalian mutu di Industri.

Dunia ilmu pengetahuan sangat bergantung pada pengukuran. Para geolog

mengukur kekuatan gelombang kejut ketika terjadi gempa bumi. Para astronom

dengan seksama mengukur cahaya lemah yang dipancarkan sebuah bintang untuk

mengetahui umurnya. Para fisikawan yang mempelajari partikel elementer harus

mengukur waktu dalam orde seperjuta sekon untuk memastikan adanya partikel

yang sangat kecil. Ketersediaan alat ukur dan kemampuan menggunakannya

sangatlah esensial bagi para ilmuwan untuk merekam hasil penelitian mereka

secara objektif. Dengan demikian, ilmu pengukuran atau metrologi bisa jadi

merupakan ilmu yang tertua di dunia. Bahkan, pengetahuan tentang

penggunaannya merupakan syarat mutlak dalam segala profesi yang berbasis ilmu

pengetahuan. Konon di zaman Mesir kuno, 3000 tahun sebelum Masehi, Raja

Firaun yang berkuasa mendeklarasikan, "Barang siapa lalai atau lupa

mengkalibrasi standar satuan panjang setiap bulan purnama diancam dengan

hukuman mati". Itu merupakan suatu risiko yang dihadapi para arsitek resmi

kerajaan Firaun yang bertanggung jawab dalam pembangunan kuil-kuil dan

piramida-piramida. Raja Firaun pula yang menetapkan standar panjang saat itu,

yaitu panjang lengannya dari siku hingga ke ujung jari tengah yang diluruskan,

ditambah lebar tangannya. Satuan panjang dari standar tersebut disebut `cubit' dan

itu merupakan satuan panjang yang pertama2. Pada saat itu, hasil pengukuran asli

direkam dengan cara ditatah pada granit hitam. Standar ukuran tersebut kemudian

diperbanyak dengan menggunakan granit atau kayu dan dibagi-bagikan kepada

pekerja. Para arsitek pun bertanggung jawab untuk memeliharanya. Itu salah satu

contoh mekanisme pengukuran yang cukup teliti, yang terekam dalam sejarah, dan

memberikan petunjuk bahwa umat manusia sudah menyadari pentingnya

pengukuran sejak dahulu kala. Sejarah pengukuran yang sedikit lebih mutakhir

adalah pencanangan sistem metrik di Paris pada 1799. Di situ ditetapkan dua buah

benda standar yang terbuat dari platinum, satu mewakili meter dan satu lagi

mewakili kilogram, sebagai `nenek moyang' Sistem Satuan Internasional (SI). Saat

ini, mungkin tidak banyak orang yang memahami ilmu metrologi secara

mendalam. Lebih lagi, mereka yang menggunakan metrologi mungkin merasa

2 Dilip Shah, Metrology : we use it every day, November 2005

Universitas Indonesia

Page 8: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

16

sudah cukup dengan memahami istilah-istilah seperti meter, kilogram, watt, liter,

detik, dan celsius.

Agar metrologi bermanfaat untuk menghubungkan segala kegiatan umat

manusia di seluruh penjuru dunia, diperlukan suatu mekanisme pengukuran yang

menjamin kebenaran hasil pengukuran. Kepercayaan pada kebenaran pengukuran

semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jaringan kerja sama, adanya satuan

ukuran yang dipakai bersama dan prosedur pengukuran yang dipakai secara umum,

pengakuan, akreditasi dan uji banding atas standar satuan ukuran serta

laboratorium-laboratorium di berbagai negara. Sejarah manusia selama ribuan

tahun menguatkan keyakinan bahwa banyak hal akan menjadi mudah jika semua

orang bekerja sama dalam bidang metrologi. Bagaimanakah cara menjamin

kebenaran pengukuran suatu alat ukur? Kalibrasi atau tera merupakan mekanisme

guna menjamin suatu alat ukur memiliki ketelitian dan kebenaran hasil pengukuran

yang tidak diragukan. Proses kalibrasi atau tera adalah menentukan nilai-nilai yang

berkaitan dengan kinerja suatu alat ukur. Hal tersebut dicapai dengan

membandingkan langsung hasil ukur suatu alat ukur dengan hasil ukur suatu

standar ukur. Keluaran dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi. Selain sertifikat,

biasanya ada label atau stiker yang disematkan pada alat ukur yang sudah

dikalibrasi. Alasan yang mendasari sebuah alat ukur perlu dikalibrasi adalah untuk

memastikan penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain dan

menentukan akurasi penunjukan alat. Di samping itu, Hal tersebut diperlukan

untuk mengetahui keadaan alat agar dapat dipercayai. Metrologi mencakup tiga hal

utama. Pertama, penetapan definisi satuan-satuan ukuran yang diterima secara

internasional, misalnya meter. Kedua, pewujudan satuan-satuan ukuran

berdasarkan metode-metode ilmiah, misalnya pewujudan nilai meter dengan

menggunakan sinar laser. Ketiga, penetapan rantai ketertelusuran dengan

menentukan dan merekam nilai serta akurasi suatu pengukuran. Bila perlu,

menyebarluaskan pengetahuan itu, misalnya hubungan (perbandingan) antara nilai

ukur sebuah mikrometer ulir di bengkel dan standar panjang di suatu laboratorium

standar panjang. Dalam perkembangannya, ketika pengukuran diperlukan untuk

mendukung industri dalam memperoleh keberterimaan produk mereka di pasar

global dan untuk melindungi kepentingan masyarakat serta pelaku usaha,

Universitas Indonesia

Page 9: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

17

metrologi berkembang menjadi tiga kategori, yakni metrologi industri (industrial

metrology), metrologi legal (legal metrology), dan metrologi ilmiah (scientific

metrology).

Klasifikasi tersebut di tingkat internasional mulai diperkenalkan di

masyarakat Eropa, melalui European Collaboration in Measurement Standards

(Euromet, yang kemudian menjadi Euramet). Metrologi industri ditujukan untuk

memberi kepastian pada akurasi peralatan yang digunakan dalam proses

perancangan, proses produksi, dan proses pengujian karakteristik produk industri.

Dengan begitu, mutu produk dapat diterima secara internasional. Di sisi lain,

metrologi legal ditujukan untuk memastikan kebenaran pengukuran dalam

kegiatan-kegiatan yang terkait dengan keadilan transaksi, kesehatan masyarakat,

pelindungan hukum, dan keselamatan. Baik kegiatan metrologi industri maupun

metrologi legal pada dasarnya harus dapat diakui kebenaran mereka secara

internasional. Oleh karena itu pula, setiap negara harus mampu menjamin setiap

pihak yang melakukan pengukuran, didukung dengan acuan pengukuran nasional

yang kebenaran dan kesetaraan mereka diakui semua negara di dunia.

Dikarenakannya maka tuntutan terhadap perlindungan konsumen akan

kebenaran ukuran, timbangan, takaran dan perlengkapannya (UTTP) dari barang

yang diterima atau dikonsumsi semakin meningkat. Sehingga persyaratan

terjaminnya mutu terhadap barang yang diperdagangkan menjadi tuntutan yang

utama. Terlindunginya konsumen dan terjaminnya mutu tersebut memerlukan

peranan kegiatan metrologi dalam berbagai bidang kehidupan terutama di bidang

ekonomi dan sosial.

Dalam melakukan perannya dibutuhkan hubungan yang kuat antara negara

dan metrologi harus berjalan beriringan, dimana negara membutuhkan pengukuran

untuk mendapatkan informasi yang tepat dalam hal mengatur, merencanakan,

pembelaan dan pajak yang semuanya membutuhkan effisiensi. Seperti halnya

dalam pengukuran wilayah dimana ketepatan alat ukur menjadikan data yang

dimiliki oleh negara menjadi akurat dan dapat dipercaya. Di sisi lain metrologi

juga membutuhkan mandat dari negara dalam menjalankan kewajibannya untuk

memberikan pelayanan pengukuran.

Universitas Indonesia

Page 10: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

18

Sejalan dengan peranan metrologi tersebut diatas, maka peran metrologi pada

era sekarang semakin diperlukan, disebabkan oleh beberapa hal :

1. Memasuki era globalisasi perdagangan yang membawa konsekuensi

logis akan tuntutan kualitas dan kuantitas suatu produk yang

memenuhi persyaratan. Dimana untuk memperoleh produk yang

memenuhi persyaratan tersebut diperlukan informasi pengukuran

yang tepat dan akurat.

2. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

berdampak pada jumlah dan kualitas alat ukur semakin meningkat

sesuai tuntutan efisiensi dan efektivitas semua proses kegiatan. Kalau

dahulu alat ukur masih manual dan konvensional, maka dewasa ini

telah memasuki era digital dan komputerasi.

3. Meningkatnya daya beli masyarakat mengharuskan kebenaran

pengukuran dalam transaksi jual beli barang, sejalan dengan makin

kritisnya masyarakat untuk menuntut haknya akan kebenaran kuanta

barang, apalagi jika dikaitkan dengan UU No.8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

4. Kepastian hukum dalam hal pengukuran akan dapat menekan jumlah

perselisihan dan biaya transaksi.

Peran metrologi yang semakin meningkat itu merupakan tuntutan dari fungsi

dan juga dampak kemetrologian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang

semakin tumbuh dan berkembang.

2.4 Penera dan Instrumennya

Penera sebagaimana memiliki tugas/fungsi berdasarkan SK Menteri Perindag

Nomor 61/MPP/Kep/2/1998 tentang penyelenggaraan kemetrologian adalah :

1. Melakukan pengelolaan standar, yaitu menjaga dan memelihara

standar-standar ukuran agar tetap terjamin keseksamaannya serta

tepat telusurannya. Sebagai contoh Bejana ukur standar 10 liter yang

digunakan untuk menera/menera ulang pompa ukur BBM,

diverifikasi di Laboratorium Metrologi minimal setahun sekali

kemudian ditentukan kesalahan/koreksinya dengan cara

Universitas Indonesia

Page 11: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

19

dibandingkan dengan standar yang lebih tinggi tingkat ketelitiannya.

2. Melakukan tera atau tera ulang UTTP secara periodik agar UTTP

yang digunakan dalam perdagangan terjamin keabsahannya dan

kebenarannya sehingga tidak merugikan salah satu pihak, baik

pembeli maupun penjual.

3. Melakukan pengawasan UTTP untuk mencegah terjadinya

kecurangan-kecurangan dalam pemakaian UTTP oleh oknum yang

tidak bertanggung jawab, disamping untuk menjamin kebenaran

penunjukan alat ukur.

Dari uraian tugas penera diatas, terlihat betapa penting dan strategisnya tugas

seorang penera, khususnya dalam pelayanan tera/tera ulang UTTP, sehingga

seperti disampaikan diatas harus ada hubungan ketergantungan antara negara dan

pelayanan kemetrologian seperti yang telah diatur oleh Undang-Undang No.2

tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

Strategisnya tugas/fungsi penera ini sangat erat hubungannya dengan

kegiatan perekonomian khususnya industri dan perdagangan sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh adalah mekanisme penyerahan/penjualan

Bahan Bakar Minyak (BBM), dari produsen (Pertamina) kepada konsumen. Ada

beberapa alat ukur (UTTP) yang digunakan dalam transaksi tersebut, dimana

dalam proses penyerahan BBM sampai ke konsumen melalui beberapa tahap yang

saling bersinergi satu sama lainnya, yaitu:

Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak (TUTSIT)

Meter Arus Kerja (Flow meter)

Tangki Ukur Mobil (TUM)

Tangki Ukur Tetap Silinder Datar (TUTSIDA)

Pompa Ukur BBM

Dimana proses berawal dari Pertamina bagian produksi menyerahkan BBM

dari kilang minyak kepada bagian perbekalan dan ditampung di alat ukur TUTSIT,

kemudian dengan menggunakan alat ukur meter arus kerja BBM diserahkan untuk

didistribusikan ke SPBU melalui alat ukur TUM, di SPBU BBM dari TUM

diterima dan ditampung dalam alat ukur TUTSIDA, yang kemudian diserahkan

Universitas Indonesia

Page 12: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

20

kepada konsumen (Kendaraan bermotor) melalui alat ukur pompa ukur BBM yang

sering kita lihat di SPBU.

Melihat panjangnya rantai distribusi BBM, serta banyaknya UTTP yang

digunakan dalam proses penyaluran BBM sampai diterima oleh konsumen, maka

dapat diprediksi besar kemungkinan terjadi kesalahan pengukuran pada masing-

masing rantai atau bahkan penyimpangan-penyimpangan yang sengaja dilakukan

oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, yang kesemuanya pada

akhirnya akan menciptakan biaya ekonomi tinggi (high cost economy).

Kita ambil saja sebagai ilustrasi suatu alat ukur pada rantai terakhir yaitu

pompa ukur yang digunakan di SPBU, kita coba memprediksi biaya transaksi yang

ditimbulkan oleh kesalahan penunjukan (toleransi) alat ukur dimana untuk pompa

ukur BBM ini diberikan toleransi kesalahan penunjukkan sebesar ±0,5%3. Artinya

adalah setiap penyerahan BBM sebanyak n liter, kesalahan yang diijinkan adalah

5/1000 x n liter = ±0,005n liter. Jika penjualan rata-rata SPBU dalam satu hari

diperkirakan 25.000 liter untuk jenis BBM premium, maka biaya transaksi yang

dikeluarkan dalam satu tahun sebagai akibat kesalahan toleransi adalah 25.000 x

0,005 x Rp. 4500 x 365 = Rp. 205.312.500 apabila jumlah SPBU di Provinsi

Kepualauan Riau pada tahun 2010 sebanyak 45 buah, maka biaya tersebut menjadi

45 x Rp. 205.312.500 = Rp. 9.239.062.500. Nilai tersebut hanya disebabkan oleh

toleransi kesalahan alat ukur, dan akan menjadi semakin besar jika ada

penyimpangan penunjukkan alat ukur yang disebabkan oleh faktor kesengajaan

dari oknum yang tidak bertanggung jawab.

Pada hakekatnya kesalahan alat ukur itu haruslah nol atau dengan kata lain

apa yang diserahkan/dijual harus sama/sesuai jumlahnya, namun dikarenakan sifat

fisik dari alat itu sendiri yang disebabkan oleh perlakuan akibat pemakaian maka

sangat dimungkinkan terjadi penyimpangan penunjukkan. Untuk itu perlu

dilakukan pengujian dan pengawasan secara periodik oleh petugas yang ditunjuk

baik tenaga pegawai yang berhak dalam hal ini pejabat fungsional penera, maupun

penyidik pegawai negeri sipil metrologi (PPNS-MET), untuk meminimalisir

3 Berdasarkan Syarat-syarat Teknik Khusus (SSTK) untuk tera ulang pompa ukur BBM yang dikeluarkan oleh Direktorat Metrologi Kementrian Perdagangan RI, toleransi kesalahan yang diijinkan adalah ±0,5%.

Universitas Indonesia

Page 13: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

21

kesalahan penunjukkan tersebut.

2.5 Metrologi dan Perbaikan Tingkat Kesejahteraan: Analisis Ekonomi

Salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan

ekonominya. Perdagangan internasional amat diperlukan dalam memacu

pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat penghambat yang besar untuk

peningkatan perdagangan antar negara, salah satunya adalah Technical Barrier to

Trade (TBT) atau hambatan teknis perdagangan. Disamping itu persaingan antar

negara yang semakin meningkat dalam era perdagangan bebas sekarang ini

menuntut kualitas yang tinggi bagi produk-produk yang dipasarkan, artinya

kualitas yang dapat diterima oleh pasar yaitu kualitas produk yang memenuhi

regulasi dan standar internasional. Kualitas suatu produk dinyatakan dalam

sertifikat pengujian produk tersebut. Disini diperlukan data yang valid yang

berarti hasil uji di negara pengekspor komparabel (tidak berbeda) dengan di

negara pengimpor. Tanpa pengujian yang valid tidak ada jaminan bahwa kualitas

produk memenuhi regulasi/standar internasional dan hal ini dapat menghambat

ekspor.

Lemahnya infrastruktur metrologi yang diakui internasional merupakan akar

penyebab hambatan teknis seperti diuraikan diatas, yang juga berarti menghambat

perkembangan ekonomi negara. Dalam hal ini negara-negara berkembang

merupakan kelompok yang paling dirugikan oleh adanya TBT, termasuk

diantaranya Indonesia. Dilain pihak, membanjirnya produk manufacturing impor

saat ini sudah mengancam kelangsungan hidup sebagian industri dalam negeri.

Hal ini terjadi karena SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk produk terkait

belum tersedia, yang artinya infrastruktur laboratorium pengujian untuk produk

tersebut juga belum ada. SNI diperlukan untuk menangkal/membatasi masuknya

produk-produk non standar berkualitas rendah yang merugikan konsumen,

merusak pasaran dan mematikan industri lokal.

Lembaga Metrologi Nasional, NMI yang kompeten sangat dibutuhkan

sebagai landasan terbentuknya infrastruktur metrologi nasional yang kuat dan

kokoh. Dengan adanya infrastruktur metrologi yang kuat dan kokoh, maka

Universitas Indonesia

Page 14: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

22

masalah-masalah nasional yang bermuara dari tidak akuratnya data hasil

pengujian dapat diatasi. Selain itu, segala hambatan perdagangan (TBT) dapat

ditanggulangi sehingga akan meningkatkan perekonomian nasional.

Proyek MetroTrade telah membuktikan beberapa kasus dimana penerapan

metrologi yang tepat dapat memecahkan permasalahan perdagangan yang ada dan

mencegah timbulnya masalah perdagangan karena hambatan teknis perdagangan.

Satu contoh yang menarik adalah perbedaan regulasi dan persyaratan antara

ASTM (American Society for Testing and Materials) dan ISO (International

Standard Organization) tidak memberikan pengaruh pada perdagangan antara dua

negara yang mengaplikasikan metoda tersebut karena hasil pengukuran dari kedua

negara tersebut menunjukkan hasil yang sama, sebab masing-masing negara telah

menerapkan metrologi dengan benar.

NMI Jerman atau yang dikenal dengan nama PTB (Physikalish-Technische

Bundesanstal) telah melakukan penelitian untuk melihat dampak langsung hasil

pengukuran laboratorium terhadap ekonomi Jerman. Didapatkan bahwa pada

impor gas alam di tahun 1998, kesalahan sebesar 10% dari hasil pengukuran

laboratorium (dengan menggunakan alat kromatografi gas) akan memberikan

kesalahan jumlah gas alam sebesar 1% dan hal tersebut setara dengan kesalahan

0,1% dari energi yang dihasilkan. Bila harga gas alam adalah 20 miliar DM

pertahunnya, maka kesalahan 0,1% ini akan dapat memberikan perbedaan harga

sebesar 20 juta DM. Dari penelitian ini juga didapatkan data bahwa pada tahun

1994 duplikasi pengujian yang harus dilakukan karena adanya masalah TBT telah

merugikan negara sebesar 3 milyar DM, yang berarti sama dengan 0,1% dari

jumlah GNP (Gross National Product) Jerman4.

NMI Korea Selatan yang dikenal dengan nama KRISS (Korean Research

Institute of Standards and Sciences) melaporkan bahwa penerapan metrologi

dengan benar di Korea Selatan pada tahun 2003 telah memberikan dampak pada

pertumbuhan ekonomi Korea Selatan sebesar 8,1 miliar USD dengan persen BCR

(Benefit to Cost Ratio) sebesar 12,76%5.4 Kaarls, R. (2006), Metrology in Chemistry: Rapid Developments in The Global Metrological Infrastructure, the CIPM MRA and its economic and social impact”, Accred Qual Assur 11 5 Kim, J.S. (2008), National Policy and Infrastructure in Korea, presented at APMP Workshop on Metrology in Chemistry for Industrial Competitiveness and High Quality of Life, Jakarta, 30-31

Universitas Indonesia

Page 15: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

23

Beberapa studi yang dilakukan terpisah di beberapa NMI seperti Amerika

Serikat (NIST), Inggris (NPL), dan Canada (NRC), semuanya menunjukkan

bahwa modal yang dihabiskan pemerintah dari negara-negara tersebut untuk

membangun NMI ternyata telah memberikan hasil yang jauh lebih tinggi, atau

dapat dikatakan bahwa keuntungan secara ekonomi adalah jauh melebihi modal.

Bahkan untuk Uni Eropa, studi terpisah menunjukkan BCR sebesar 3:1 hanya

untuk kegiatan pengukuran saja, di mana setiap 1 Eu yang diinvestasikan akan

menghasilkan 3 Eu. Keuntungan di bidang sosial seperti kesehatan dan

lingkungan masih belum diperhitungkan6.

Jaminan kebenaran dalam hal penggunaan UTTP khususnya dalam transaksi

perdagangan menjadi hal yang penting peranannya dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi secara makro, secara tidak langsung dampak ekonomi dari

proses pengukuran khususnya pengukuran yang terkait dalam transaksi

perdagangan dapat sangat signifikan mempengaruhi Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) masing-masing daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Sebagai contoh studi7 yang dilakukan oleh Australia mengestimasi nilai total

transaksi perdagangan yang berhubungan dengan pengukuran untuk periode 1990-

1991 adalah sekitar A$ 322 milyar atau 60% dari PDRB. Selanjutnya studi tahun

1996 di Amerika Serikat memperkirakan transaksi perdagangan yang

berhubungan dengan pengukuran adalah sebesar US$ 4,13 triliyun atau 54,5%

dari PDRB. Sedangkan di Indonesia, perkiraan transaksi perdagangan yang

berhubungan dengan pengukuran secara umum ± 52,6% dari PDRB8. lalu ada

suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat antara tahun 1969 sampai

dengan tahun 1997, menunjukkan bahwa pengeluaran akibat proses pengukuran

(yang menggunakan UTTP) adalah sebesar 3,5% GNP negara-negara industri.

Di lain sisi, sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan kegiatan kemetrologian cukup terbatas. Dari beberapa contoh

yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pengukuran atau

Oktober 20086 Quinn, T., J. Kovalevsky, (2005), The Development of Modern Metrology and Its Role Today, Phil Trans R Soc A 363 (2005)7 John Birch A.M, CIML Honorary Member, Benefit of legal Metrology for the Economy and Society.8 Data diolah dari data yang bersumber dari BPS

Universitas Indonesia

Page 16: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

24

metrologi dengan benar akan memberikan dampak yang nyata pada pertumbuhan

ekonomi suatu negara.

2.6 Teori

Keterbatasan anggaran pemerintah merupakan hal yang umum ditemui. Di sisi

lain, pemerintah dihadapkan pada berbagai alternatif program yang akan

dilaksanankan. Hal tersebut menyebabkan pemerintah harus jeli dalam menentukan

program yang diprioritaskan. Pemilihan prioritas suatu proyek tidaklah mudah,

dalam memutuskan kelayakan suatu proyek yang berhubungan dengan sektor publik,

pemerintah dihadapkan pada pertimbangan dan permasalahan. Dalam hal ini

prioritas yang dipilih harus mempertimbangkan kepentingan publik atau masyarakat

umum. Terkait dengan proses pengambilan keputusan mengenai kelayakan suatu

proyek atau program, pemerintah memerlukan suatu alat analisis yang mampu

digunakan dalam meminimalkan kesalahan dalam pemilihan keputusan. Salah satu

analisis yang dapat digunakan sebagai alat untuk memilih program yang layak

diprioritaskan adalah dengan menggunakan analisis Cost Benefit atau disebut juga

analisis biaya manfaat.

Yang dimaksud dengan analisi biaya manfaat adalah sebuah pendekatan

dengan prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan

manfaat yang relevan, dengan sebuah aktivitas atau proyek. Tujuan akhir yang ingin

dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai manakah yang lebih besar.

Selanjutnya dari hasil perbandingan ini, pengambil keputusan dapat

mempertimbangkan untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah

aktivitas, produk atau proyek, atau dalam konteks evaluasi atas sesuatu yang telah

berjalan, adalah menentukan keberlanjutannya.

Senada dengan pengertian diatas, William N. Dunn (2000) menyatakan bahwa

analisis biaya manfaat adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang

memungkinkan analisis membandingkan dan mengajurkan suatu kebijakan dengan

cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk

uang. Analisis biaya manfaat selain dapat digunakan untuk merekomendasikan

tindakan kebijakan, dapat juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja dari suatu

kebijakan.

Universitas Indonesia

Page 17: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

25

Berupaya untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik maka perlu

dilakukan penambahan tenaga penera untuk dijadikan sebuah kebijakan publik

dalam melakukan upaya-upaya agar mempertimbangkan dalam hal efisiensi

ekonomi dari kebijakan yang akan dilakukan, untuk mewujudkan hal tersebut maka

langkah-langkah yang diambil di bidang kemetrologian harus berdasarkan

pertimbangan atau analisi manfaat biaya secara ekonomis (economic benefit cost

analisys). Dari analisa tersebut maka dapat diketahui prosedur secara sistematik

apakah program yang akan dilakukan oleh pemerintah layak untuk dilakukan9, atau

dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh dari pelaksanaan suatu

proyek adalah lebih besar dari biaya ekonominya.

Secara teoritis, suatu proyek dikatakan layak secara ekonomis jika nilai

sekarang atau present value dari manfaat lebih besar dari biaya. Atau dapat dikatakan

nilai sekarang bersih (nett present value) dari proyek pendidikan dan pelatihan tenaga

penera adalah lebih besar dari nol. Penggunaan nilai sekarang dalam analisis proyek

pendidikan dan pelatihan tenaga penera, berdasarkan pertimbangan bahwa biaya

yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh tidak hanya setahun, tetapi bertahun-

tahun ke depan. Dengan demikian setiap pengeluaran atau manfaat yang diperoleh

harus mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money).

2.6.1 Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis)

Perhitungan metode nilai sekarang bersih atau Nett Present Value (NPV)

dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui

apakah proyek menguntungkan atau tidak. NPV adalah selisih antara Present Value

dari arus Benefit dikurangi Present Value PV dari arus biaya. Proyek yang

memberikan keuntungan adalah proyek yang memberikan nilai positif atau NPV > 0,

artinya manfaat yang diterima proyek lebih besar dari semua biaya total yang

dikeluarkan. Jika NPV = 0, berarti manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk

menutupi biaya total yang dikeluarkan. NPV < 0, berarti rugi, biaya total yang

dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Lalu ada metode Internal Rate

of Return (IRR) metode ini menggambarkan profitabilitas suatu proyek yang

dinyatakan dalam persentase. Kriteria dalam metode IRR adalah jika IRR > bunga

modalnya maka proyek layak untuk dilaksanakan dan investasi akan mendapatkan

9 Joseph E. Stiglitz Economics of the Public Sector, third edition 2000.

Universitas Indonesia

Page 18: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

26

keuntungan, dan apabila IRR < bunga modalnya maka proyek tidak dapat

dilaksanakan. Kemudian metode Analisis manfaat biaya adalah analisis yang sangat

umum digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek pemerintah. Analisis ini sangat

praktis untuk menaksir kemanfaatan proyek, suatu proyek dianggap layak atau bisa

dilaksanakan apabila rasio antara manfaat terhadap biaya yang dibutuhkan lebih

besar dari satu. Dan yang terakhir adalah metode Pay Back period dimana dalam

metode ini menunjukkan terjadinya arus penerimaan yang secara kumulatif sama

dengan jumlah investasi dalam bentuk present valure, dengan kata lain dengan

metode ini dapat diketahui berapa lama proyek dapat mengembalikan investasi.

2.6.2 Model Location Quotient (LQ)

Model LQ digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu industri di suatu

daerah secara relatif terhadap daerah yang menjadi acuan. Nilai LQ dihitung

dengan membandingkan pangsa dari industri tertentu terhadap perekonomian

lokal dengan pangsa dari industri tersebut terhadap perekonomian secara

nasional/regional. Dengan menggunakan variable pendapatan yaitu nilai tambah

sektoral dan pendapatan total maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

dimana :

: jumlah PDRB sektor i pada daerah R

: jumlah total PDRB pada daerah R

: jumlah PDB sektor i pada wilayah nasional

: jumlah total PDB pada wilayah nasional

Nilai LQ yang dihasilkan dapat diintepretasikan sebagai berikut:

(1) Apabila nilai LQ > 1 berarti sektor tersebut menjadi basis atau komoditas di

sektor tersebut tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri

tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah;

(2) Apabila nilai LQ = 1 berarti sektor tersebut tergolong non-basis karena

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri; dan

(3) Apabila nilai LQ < 1 berarti sektor tersebut tergolong non-basis karena

Universitas Indonesia

iR

R

iN

N

SS

LQS

S

iRS

RS

iNS

NS

Page 19: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

27

komoditas di sektor tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan wilayah

tersebut sehingga harus mengimpor dari luar wilayah.

2.7 Studi-Studi Sebelumnya

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah terlebih dahulu

mempelajari beberapa penelitian tentang dampak kemetrologian terhadap

pertumbuhan ekonomi dan perlunya peningkatan sumber daya tenaga penera demi

peningkatan mutu pelayanan kemetrologian. Masing-masing penelitian tersebut

memiliki cara pembahasan dan penekanan analisis data yang berbeda-beda sesuai

dengan sudut pandang dan kesulitan yang dihadapi oleh peneliti. Dari beberapa

penelitian-penelitian yang sudah, ada beberapa yang dijadikan rujukan bagi

penulis untuk digunakan dalam penelitian ini, penelitian dimaksud antara lain :

1. John Birch A.M, CIML Honorary Member, Benefit of legal Metrology

for the Economy and Society pada tahun 2003 dan The Scope of Legal

Metrology and its Role in Economic and Social Development.

Presented at an ASEAN Workshop on Legal Metrology di Surabaya

pada tahun 1997, Indonesia.

Pada penelitian tersebut penulis mengambil rujukan terhadap analisa

yang dilakukan oleh peneliti dalam kaitannya terhadap bidang

kemetrologian yang memeiliki nilai manfaat dalam sisi ekonomi dan

sosial, yang secara langsung memiliki hubungan saling membutuhkan

satu sama lain antara negara dan metrologi.

2. Robert Kaarls, Metrology in chemistry: Rapid developments in the

global metrological infrastructure, the CIPM MRA and its economic

and social impact.

Pada penelitian tersebut penulis mengambil rujukan terkait masalah

yang berhubungan terhadap metrologi legal dalam kaitannya hambatan

perdagangan dimana metrologi memiliki peranan dalam mengatasi

masalah tersebut, sehingga hambatan-hambatan dalam perdagangan

dapat diatasi dan secara langsung akan berdampak terhadap

perekonomian.

Universitas Indonesia

Page 20: Bab 2 Studi Literatur Rev.3

28

3. Tesis Analisis kelangkaan tenaga penera di Provinsi DKI Jakarta,

Oberlin Hutapea, tahun 2004.

Pada penelitian tersebut penulis mengambil rujukan perihal

mendapatkan gambaran tentang perhitungan kelangkaan tenaga penera

dengan menggunakan indikator rasio beban yaitu perbandingan antara

jumlah jam kerja yang dibutuhkan penera untuk menguji alat ukur,

takar, timbang dan perlengkapannya yang ada dengan jam kerja yang

dapat disediakan oleh penera.

Universitas Indonesia