bab 2 spondilitis
DESCRIPTION
BAB 2 SpondilitisTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah
peradangan granulomatosa yg bersifat kronis destruktif oleh mycobacterium
tuberculosis. Dikenal pula dengan nama pottds disease of the spine atau
tuberculousvertebral osteomyelitis. Spondilitis ini paling sering ditemukan
pada vertebrat 8 – l3 dan paling jarang pada vertebrac1-2. Spondilitis
tuberkulosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang menyerang
arkus vertebrae.1
B. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yg
bersifatacid-fastnon-motile ( tahanterhadap asam pada pewarnaan, sehingga
sering disebut juga sebagai basil/bakteri tahan asam (bta) dan tidak dapat
diwarnai dengan baik melalui cara yg konvensional. Dipergunakanteknik
ziehl-nielsonuntuk memvisualisasikannya.bakteri tubuh secara lambat dalam
media egg-enriched dengan periode 6-8 minggu.3
Produksi niasin merupakan karakteristik mycobacterium tuberculosis dan
dapat membantu untuk membedakannnya dengan spesies lainspondilitis
tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di
tubuh, 5 95 % disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( 2/3 dari
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 2
tipe human dan 1/3 dari tipe bovin ) dan 5 10 % oleh mikobakterium
tuberkulosa atipik.3
Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal
bawah dan lumbal atas, sehingga didugaadanya infeksi sekunder dari suatu
tuberkulosa traktus urinarius, yg penyebarannyamelalui pleksus batson pada
vena paravertebralis.meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak
semudah tertularflu.3
Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yg cukup lama dan
intensifdengan sumber penyakit (penular). Menurut mayoclinic, seseorang yg
kesehatanfisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita tb aktif
setidaknya 8 jam sehariselama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi.3
Sementara masa inkubasi tb sendiri, yaituwaktu yg diperlukan dari mula
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar6 bulan. Bakteri tb akan
cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapidalam tempat yg
lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidupselama
beberapa jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman)
selamabeberapa tahun.2
C. Patogenesis dan klasifikasi
Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya
sekunder dari tbc tempat lain di dalamtubuh. Penyebarannya secara
hematogen, diduga terjadinya penyakit ini sering karena penyebaran
hematogen dari infeksi traktus urinarius melalui pleksus batson. Infeksi tbc
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 3
vertebra ditandai dengan proses destruksi tulangprogresif tetapi lambat di
bagian depan (anterior vertebral body).2
Penyebaran dari jaringan yang mengalami perkejuanakan menghalangi
proses pembentukan tulang sehingga berbentuk tuberculos squestra. Sedang
jaringan granulasi tbcakan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses
paravertebral yang dapat menjalar ke atas atau bawah lewatligamentum
longitudinal anterior dan posterior.2
Sedangkan diskus intervertebralis karena avaskular lebih resisten
tetapiakan mengalami dehidrasi dan penyempitan karena dirusak oleh jaringan
granulasi tbc. Kerusakan progresif bagiananterior vertebra akan menimbulkan
kifosis. perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium
yaitu:3
1. Stadium implantasi setelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya
tahan tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasimembentuk
koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya
terjadi pada daerah paradiskus danpada anak-anak pada daerah sentral
vertebra.
2. Stadium destruksi awalselanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan
penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsungselama 3-6
minggu.
3. Stadium destruksi lanjutpada stadium ini terjadi destruksi yang massif,
kolaps vertebra, dan terbentuk massa kaseosa serta pus yangberbentuk
cold abses, yang tejadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal.
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 4
Selanjutnya dapat terbentuksekuestrum dan kerusakan diskus
intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di depan
(wedginganterior) akibat kerusakan korpus vertebra sehingga
menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.
4. Stadium gangguan neurologisgangguan neurologis tidak berkaitan dengan
beratnya kifosis yang terjadi tetapi ditentukan oleh tekanan abses kekanalis
spinalis. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil
sehingga gangguan neurologis lebih mudahterjadi di daerah ini. Apabila
terjadi gangguan neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia
yaitu:
a) Derajat ikelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau
berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadigangguan saraf sensoris.
b) Derajat iikelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih
dapat melakukan pekerjaannya.
c) Derajat iiikelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak
atau aktivitas penderita disertai denganhipoestesia atau anestesia.
d) Derajat ivgangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan
gangguan defekasi dan miksi.tbc paraplegia atau pott paraplegia dapat
terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan
penyakitnya.pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi karena
tekanan ekstradural dari abses paravertebral ataukerusakan langsung
sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi jaringan. Paraplegia
pada penyakit yang tidakaktif atau sembuh terjadi karena tekanan pada
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 5
jembatan tulang kanalis spinalis atau pembentukan jaringan
fibrosisyang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa. Tbc
paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat terjadidestruksi tulang
disertai dengan angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.
5. Stadium deformitas residua, stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun
setelah stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen
karenakerusakan vertebra yang massif di depan.
D. Patofisiologi
Kuman yg “bangun” kembali dari paru-paru akan menyebar mengikuti
aliran darah ke pembuluh tulang belakang dekatdengan ginjal. Kuman
berkembang biak umumnya di tempat aliran darah yg menyebabkan kuman
berkumpul banyak (ujungpembuluh). Terutama di tulang belakang, di sekitar
tulang thorakal (dada) dan lumbal (pinggang) kuman bersarang.kemudian
kuman tersebut akan menggerogoti badan tulang belakang, membentuk
kantung nanah (abses) yg bisamenyebar sepanjang otot pinggang sampai bisa
mencapai daerah lipat paha.4
Dapat pula memacu terjadinya de “ormitas.gejala awalnya adalah
perkaratan “ umumnya disebut pengapuran “ tulang belakang, sendi-sendi
bahu, lutut, panggul.tulang rawan ini akan terkikis menipis hingga tak lagi
ber” pungsi. Persendian terasa kaku dan nyeri, kerusakan padatulang rawan
sendi, pelapis ujung tulang yg berfngsi sebagai bantalan dan peredam kejut
bila dua ruang tulangberbenturan saat sendi digerakkan.terbentuknya abses
dan badan tulang belakang yg hancur, bisa menyebabkan tulang belakang jadi
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 6
kolaps dan miring kearah depan. Kedua hal ini bisa menyebabkan penekanan
syara2,3
“-syara” sekitar tulang belakang yg mengurus tungkaibawah, sehingga
gejalanya bisa kesemutan, baal-baal, bahkan bisa sampai kelumpuhan.badan
tulang belakang yg kolaps dan miring ke depan menyebabkan tulang belakang
dapat diraba dan menonjol dibelakang dan nyeri bila tertekan, sering sebut
sebagai gibbus bahaya yg terberat adalah kelumpuhan tungkai bawah, karena
penekanan batang syara” di tulang belakang yg dapatdisertai lumpuhnya
syara” yg mengurus organ yg lain, seperti saluran kencing dan anus (saluran
pembuangan).5
Tuberkulosis tulang adalah suatu proses peradangan yg kronik dan
destrukti “yg disebabkan basil tuberkulosis ygmenyebar secara hematogen
dari” okus jauh, dan hampir selalu berasal dari paru-paru. Penyebaran basil ini
dapatterjadi pada waktu ineksi pri-mer atau pasca primer. Penyakit ini sering
ter-jadi pada anak-anak. Basil tuberkulosisbiasanya menyangkut dalam
spongiosa tulang. Pada tempat in “eksi timbul osteitis, kaseasi clan likui” aksi
denganpembentukan pus yg kemudian dapat mengalami kalsi“ ikasi. Berbeda
dengan osteomielitis piogenik, maka pembentukantulang baru pada
tuberkulosis tulang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Di samping itu,
periostitis dansekwester hampir tidak ada. Pada tuberkulosis tulang ada
kecenderungan terjadi perusakan tulang rawan sendi atau diskus
intervertebra.dari pemeriksaan reflek fisiologis normal. Ditemukan hipestesia
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 7
(raba) setinggi vt6. Tidak ditemukan adanya refleks patologis. Pada
pemeriksaan nervi cranialis tidak ditemukan adanya kelainan.4,5
E. Patologi
Tuberkulosa pada tulang belakang dapat terjadi karena penyebaran
hematogen atau penyebaran langsung noduslimfatikus para aorta atau melalui
jalur limfatik ke tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di
luartulang belakang. Pada penampakannya, fokus infeksi primer tuberkulosa
dapat bersifat tenang. Sumber infeksi yangpaling sering adalah berasal dari
sistem pulmoner dan genitourinarius.pada anak-anak biasanya infeksi
tuberkulosa tulang belakang berasal dari fokus primer di paru-paru
sementarapada orang dewasa penyebaran terjadi dari fokus ekstrapulmoner
(usus, ginjal, tonsil).2
Penyebaran basil dapat terjadimelalui arteri intercostal atau lumbar yang
memberikan suplai darah ke dua vertebrae yang berdekatan, yaitusetengah
bagian bawah vertebra diatasnya dan bagian atas vertebra di bawahnya atau
melalui pleksus batsondsyang mengelilingi columna vertebralis yang
menyebabkan banyak vertebra yang terkena. Hal inilah yang
menyebabkanpada kurang lebih 70% kasus, penyakit ini diawali dengan
terkenanya dua vertebra yang berdekatan, sementara pada20% kasus
melibatkan tiga atau lebih vertebra.berdasarkan lokasi infeksi awal pada
korpus vertebra dikenal tiga bentuk spondilitis:1,2,3
1. Peridiskal / paradiskalinfeksi pada daerah yang bersebelahan dengan
diskus (di area metafise di bawah ligamentum longitudinal anterior /area
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 8
subkondral). Banyak ditemukan pada orang dewasa. Dapat menimbulkan
kompresi, iskemia dan nekrosis diskus.terbanyak ditemukan di regio
lumbal.
2. Sentralinfeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi
sehingga disalahartikan sebagai tumor. Sering terjadipada anak-anak.
Keadaan ini sering menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan
dengan tipe lain sehinggamenghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat.
Dapat terjadi kompresi yang bersifat spontan atau akibat trauma.terbanyak
di temukan di regio torakal.
3. Anteriorinfeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari
vertebra di atas dan dibawahnya. Gambaranradiologisnya mencakup
adanya scalloped karena erosi di bagian anterior dari sejumlah vertebra
(berbentuk baji).pola ini diduga disebabkan karena adanya pulsasi aortik
yang ditransmisikan melalui abses prevertebral dibawahligamentum
longitudinal anterior atau karena adanya perubahan lokal dari suplai darah
vertebral.
4. Bentuk atipikaldikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus
primernya tidak dapat diidentifikasikan. Termasukdidalamnya adalah
tuberkulosa spinal dengan keterlibatan lengkung syaraf saja dan
granuloma yang terjadi di canalisspinalis tanpa keterlibatan tulang
(tuberkuloma), lesi di pedikel, lamina, prosesus transversus dan spinosus,
sertalesi artikuler yang berada di sendi intervertebral posterior. Insidensi
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas Malahayati Page 9
tuberkulosa yang melibatkan elemen posteriortidak diketahui tetapi
diperkirakan berkisar antara 2%-10%.
F. Manifestasi klinis
Gambaran klinis spondilitis tuberkulosa yaitu:5
1. Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.
2. Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung.
Pada anak-anak sering disertai denganmenangis pada malam hari.
3. Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang menjalar dari tulang
belakang ke garis tengah atas dada melaluiruang interkostal. Hal ini
disebabkan oleh tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal.
4. Nyeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinale. Deformitas pada
punggung (gibbus)
5. Pembengkakan setempat (abses)
6. Adanya proses tbc (tachdjian, 2005).
Kelainan neurologis yang terjadi pada 50 % kasus spondilitis tuberkulosa
karena proses destruksi lanjut berupa:5
1. Paraplegia, paraparesis, atau nyeri radix saraf akibat penekanan medula
spinalis yang menyebabkan kekakuan padagerakan berjalan dan nyeri.
2. Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai yang bersifat umn dan adanya
batas defisit sensorik setinggi tempatgibbus atau lokalisasi nyeri
interkostal (tachdjian, 2005).
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 10
G. Diagnosis
Diagnosis pada spondilitis tuberkulosa meliputi:3,4
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan keterangan dari pasien, meliputi
keluhan utama, keluhan sistem badan,riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga atau lingkungan.
2. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi pada klien dengan spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah,
pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentukkiposis.
b) Palpasisesuai dengan yang terlihat pada inspeksi, keadaan tulang
belakang terdapat adanya gibbus pada area tulangyang mengalami
infeksi.
c) Perkusipada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri
ketok.
d) Auskultasipada pemeriksaan auskultasi, keadaan paru tidak ditemukan
kelainan.
3. Pemeriksaan medis dan laboratorium (lauerman, 2006).
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada spondilitis tuberkulosa yaitu:5
1. Pemeriksaan laboratoriuma.
a) Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan led meningkat.
b) Uji mantoux positif tuberkulosis.
c) Uji kultur biakan bakteri dan bta ditemukan mycobacterium.
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 11
d) Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.
e) Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.
f) Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah.
g) Peningkatan crp (c-reaktif protein).
h) Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi.
i) Pemeriksaan elisa (enzyme-linked immunoadsorbent assay) tetapi
menghasilkan negatif palsu pada penderitadengan alergi.
j) Identifikasi pcr (polymerase chain reaction) meliputi denaturasi dna
kuman tuberkulosis melekatkannukleotida tertentu pada fragmen dna
dan amplifikasi menggunakan dna polimerase sampai terbentuk
rantaidna utuh yang diidentifikasi dengan gel.
2. Pemeriksaan radiologisa.
a) Foto toraks atau x-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru.
Abses dingin tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk spindle.
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 12
b) Pemeriksaan foto dengan zat kontras.
c) Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi
korpus vertebra, penyempitan diskusintervertebralis, dan mungkin
ditemukan adanya massa abses paravertebral.
d) Pemeriksaan mielografi.
e) Ct-scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesiirreguler,
skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulang.
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 13
f) Mri mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis
tulang belakang serta menunjukkan adanyapenekanan saraf (lauerman,
2006).
I. Diagnosis banding
Diagnosis banding pada spondilitis tuberkulosa yaitu:1,2
1. Fraktur kompresi traumatik akibat tumor medulla spinalis.
2. Metastasis tulang belakang dengan tidak mengenai diskus dan terdapat
karsinoma prostat.
3. Osteitis piogen dengan demam yang lebih cepat timbul.
4. Poliomielitis dengan paresis atau paralisis tungkai dan skoliosis.
5. Skoliosis idiopatik tanpa gibbus dan tanda paralisis.
6. Kifosis senilis berupa kifosis tidak lokal dan osteoporosis seluruh
kerangka.
7. Penyakit paru dengan bekas empiema tulang belakang bebas penyakit.
8. Infeksi kronik non tuberkulosis seperti infeksi jamur (blastomikosis).
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 14
9. Proses yang berakibat kifosis dengan atau tanpa skoliosis (currier,
2004).ket:5
a) Infeksi piogenik (contoh : karena staphylococcal/suppurative
spondylitis). Adanya sklerosis atau pembentukan tulangbaru pada foto
rontgen menunjukkan adanya infeksi piogenik. Selain itu keterlibatan
dua atau lebih corpus vertebrayang berdekatan lebih menunjukkan
adanya infeksi tuberkulosa daripada infeksi bakterial lain.
b) Infeksi enterik (contoh typhoid, parathypoid). Dapat dibedakan dari
pemeriksaan laboratorium.
c) Tumor/penyakit keganasan (leukemia, hodgkinds disease, eosinophilic
granuloma, aneurysma bone cyst danewingds sarcoma) metastase
dapat menyebabkan destruksi dan kolapsnya corpus vertebra tetapi
berbedadengan spondilitis tuberkulosa karena ruang diskusnya tetap
dipertahankan. Secara radiologis kelainan karenainfeksi mempunyai
bentuk yang lebih difus sementara untuk tumor tampak suatu lesi yang
berbatas jelas.
d) Scheuermannds disease mudah dibedakan dari spondilitis tuberkulosa
oleh karena tidak adanya penipisan korpusvertebrae kecuali di bagian
sudut superior dan inferior bagian anterior dan tidak terbentuk abses
paraspinal.
J. Prognosis
Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit menahun dan apabila dapat
sembuh secara spontan akan memberikancacat pembengkokan pada tulang
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 15
punggung. Dengan jalan radikal operatif, penyakit ini dapat sembuh dalam
waktusingkat sekitar 6 bulan. Prognosis dari spondilitis tuberkulosa
bergantung dari cepatnya dilakukan terapi dan ada tidaknya
komplikasineurologis. Diagnosis sedini mungkin dan pengobatan yang tepat,
prognosisnya baik walaupun tanpa operasi. Penyakitdapat kambuh apabila
pengobatan tidak teratur atau tidak dilanjutkan setelah beberapa saat karena
terjadi resistensiterhadap pengobatan. Untuk spondilitis dengan paraplegia
awal, prognosis untuk kesembuhan saraf lebih baik sedangkan spondilitis
denganparaplegia akhir, prognosis biasanya kurang baik. Apabila paraplegia
disebabkan oleh mielitis tuberkulosa prognosisnyaad functionam juga buruk.3,4
K. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh spondilitis tuberkulosa yaitu:2,3
1. Pottds paraplegiaa.
a) Muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus
maupun sequester atau invasi jaringangranulasi pada medula spinalis.
Paraplegia ini membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi
medulaspinalis dan saraf.
b) Muncul pada stadium lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari
jaringan granulasi atau perlekatantulang (ankilosing) di atas kanalis
spinalis.
2. Ruptur abses paravertebraa.
a) Pada vertebra torakal maka nanah akan turun ke dalam pleura sehingga
menyebabkan empiema tuberculosis
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 16
b) Pada vertebra lumbal maka nanah akan turun ke otot iliopsoas
membentuk psoas abses yang merupakan coldabsces (lindsay, 2008).
3. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi karena adanya
tekanan ekstradural sekunder karena pustuberkulosa, sekuestra tulang,
sekuester dari diskus intervertebralis (contoh : pottds paraplegia “
prognosabaik) atau dapat juga langsung karena keterlibatan korda spinalis
oleh jaringan granulasi tuberkulosa (contoh :menigomyelitis “ prognosa
buruk). Jika cepat diterapi sering berespon baik (berbeda dengan kondisi
paralisis padatumor). Mri dan mielografi dapat membantu membedakan
paraplegi karena tekanan atau karena invasi dura dancorda spinalis.
L. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosa harus dilakukan segera
untuk menghentikan progresivitaspenyakit dan mencegah atau mengkoreksi
paraplegia atau defisit neurologis. Prinsip pengobatan pottds paraplegiayaitu:4
1. Pemberian obat antituberkulosis.
2. Dekompresi medula spinalis.
3. Menghilangkan atau menyingkirkan produk infeksi.
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft) (graham, 2007).
Pengobatan pada spondilitis tuberkulosa terdiri dari:4,5
1. Terapi konservatifa.
a) Tirah baring (bed rest).
b) Memberi korset yang mencegah atau membatasi gerak vertebra.
c) Memperbaiki keadaan umum penderita.
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 17
d) Pengobatan antituberkulosa.standar pengobatan berdasarkan program
p2tb paru yaitu:
1. Kategori i untuk penderita baru bta (+/-) atau rontgen (+).
a. tahap 1 diberikan rifampisin 450 mg, etambutol 750 mg, inh
300 mg, dan pirazinamid 1.500 mgsetiap hari selama 2 bulan
pertama (60 kali).
b. tahap 2 diberikan rifampisin 450 mg dan inh 600 mg 3 kali
seminggu selama 4 bulan (54 kali).
2. Kategori ii untuk penderita bta (+) yang sudah pernah minum obat
selama sebulan, termasuk penderitayang kambuh.
a. Tahap 1 diberikan streptomisin 750 mg, inh 300 mg, rifampisin
450 mg, pirazinamid 1500 mg, danetambutol 750 mg setiap
hari. Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan
obat lainnyaselama 3 bulan (90 kali).
b. Tahap 2 diberikan inh 600 mg, rifampisin 450 mg, dan
etambutol 1250 mg 3 kali seminggu selama 5bulan (66
kali).kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan
umum penderita bertambah baik, led menurun danmenetap,
gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang, serta
gambaran radiologis ditemukanadanya union pada vertebra.
2. Terapi operatifa.
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 18
a) Apabila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia
atau malah semakin berat. Biasanya 3minggu sebelum operasi,
penderita diberikan obat tuberkulostatik.
b) Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara
terbuka, debrideman, dan bone graft.
c) Pada pemeriksaan radiologis baik foto polos, mielografi, ct, atau mri
ditemukan adanya penekanan padamedula spinalis (ombregt,
2005).walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama
bagi penderita spondilitis tuberkulosa tetapioperasi masih memegang
peranan penting dalam beberapa hal seperti apabila terdapat cold
absces (abses dingin),lesi tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis.3
1. Cold abscescold absces yang kecil tidak memerlukan operasi
karena dapat terjadi resorbsi spontan dengan
pemberiantuberkulostatik. Pada abses yang besar dilakukan
drainase bedah.
2. Lesi tuberkulosa
debrideman fokal, kosto-transveresektomi, debrideman fokal
radikal yang disertai bone graft di bagian depan.
3. Kifosis
a. pengobatan dengan kemoterapi.
b. laminektomi.
c. kosto-transveresektomi.
d. operasi radikal.
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 19
e. osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang.operasi
kifosis dilakukan apabila terjadi deformitas hebat. Kifosis
bertendensi untuk bertambah berat,terutama pada anak.
Tindakan operatif berupa fusi posterior atau operasi radikal
(graham, 2007).5
KKS RADIOLOGIFakultas Kedokteran Universitas MalahayatiPage 20