bab 2 landasan teori teori umum yang dipegang oleh...
TRANSCRIPT
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Public Relations
Public Relations adalah salah satu divisi yang bertugas sebagai manajemen
perusahaan yang bertugas untuk mengatur reputasi perusahaan. Public Relations
melihat bagaimana hasil dari kinerja perusahan dalam menjaga reputasi dan juga
citra perusahaan dengan mengidentifikasi persepsi yang dipegang oleh organisasi
dalam menginformasikan berbagai kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan
kepada semua audiens yang relevan. Public Relations erat hubungannya dengan
sebuah usaha dalam mengembangkan berbagai strateginya untuk memberikan
reputasi dan juga citra yang baik dari audiense pada sebuah perusahaan yang
didasarkan dari usaha dan juga kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan. (Oliver,
2006, hal. 4). Dalam Public Relations, mereka memililiki publik yang memang
menjadi target yang perlu dilayani, karena mereka memiliki pengaruh dalam
pembentukan reputasi dan juga citra dari perusahaan. Karena menurut Edward
Bernay pada tahun 1928 (Oliver, 2006, hal. 5) mengatakan bahwa “saya yakin bahwa
Public Relations ditakdirkan untuk menciptakan nurani publik, yaitu memenuhi
tanggung jawab tertingginya pada masyarakat di mana kita hidup”.
IPR mengatakan bahwa ada delapan public dasar atau kelopok stakeholder
kunci dalam public relations yang perlu dilayani, diantaranya adalah.
12
1. Masyarakat luas atau orang-orang yang dekat dan terpengaruh oleh dasar
pemikiran atau praktek organisasi.
2. Karyawan, manajer, dan serikat kerja;
3. Konsumen di masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang;
4. Pemasok materi dan nonkeuangan;
5. Pasar uang, termasuk pemegang saham, bank, penjamin dan investor;
6. Distributor, agen, pemborong, dan pengecer;
7. Calon karyawan, konsultan, dan agen;
8. Pemimpin opini, terutama radio, televisi, pers, dan profesi media lain atau
aktivis, termasuk pelobi dan kelompok pemerhati lingkungan. (Oliver,
2006, hal. 4-5)
Menurut Frank Jefkins, Public Relations merupakan suatu usaha sadar memotivasi
terutama melalui komunikasi agar orang-orang terpengaruh, timbul pikiran yang
sehat terhadap suatu organisasi, memberi rasa hormat, mendukung dan memberi
kesadaran dengan berbagai cobaan dan masalah. (ELVINARO ARDIANTO, 2011,
hal. 10). Dengan kata lain, Public Relation harus menguasai komunikasi persuasi,
agar stake holder dan target mereka memiliki kesamaan persepsi dengan public
relations agar apa yang disampaikan kepada target mereka, mengikuti apa yang
public relations mau.
Harlow mendefinisikan PR adalah “fungsi manajemen yang khas yang
membantu membangun dan mempertahankan garis saling komunikasi, penerimaan
pengertian, dan kerja sama antara organisasi dengan publiknya, melibatkan
manajemen dari masalah atau isu, membantu dan menekankan tanggung jawab
manajemen untuk melayani kepentingan publik, manajemen bantuan mengikuti dari
efektif memanfaatkan perubahan, melayani sebagai sistem peringatan untuk
13
membantu setiap tren antipate, dan menggunakan penelitian dan teknik komunikasi
etis sebagai alat utamanya “(Tench dan Yeomans, 2006:4) dalam ( ELVINARO
ARDIANTO, 2011, hal. 10).
Dalam pengertiannya, maka pada intinya PR adalah good image (citra baik),
goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confidence
(saling memercayai), mutual appreciation (saling menghargai), tolerance (toleransi).
(ELVINARO ARDIANTO, 2011, hal. 10).
Dengan kata lain, dari berbagai pengertian di atas, penulis dapat menarik
kesimpulan, bahwa PR memiliki tugas yang bisa menciptakan kondisi saling
menguntungkan, dengan mempengaruhi stakeholder mereka, dengan perusahaan.
Maka dari itu, yang diharapkan oleh PR sesungguhnya adalah citra yang baik dari
berbagai stakeholder mereka, dengan memiliki citra yang baik, maka perusahaan
juga memiliki keuntungan dari berbagai aspek, salah satunya adalah peningkatan
profit mereka.
Menurut Bertran R. Canfield dalam bukunya yang berjudul Public Relation’s
Principles and Problems, dan dikutip oleh onong dalam bukunya yang berjudul
Human Relations dan Public Relations, mendefinisikan tiga fungsi Public Relations,
yaitu:
1. It should serve the public interest (melayani dan mengabdi kepada
lepentingan umum)
2. Maintain good communication. (memelihara komunikasi yang baik)
14
3. And stress good morals and manners (menitik beratkan moral dan tingkah
laku yang baik) (Effendy, 2009, hal 137-138)
2.1.2 Teori Komunikasi
Dalam definisi dari komunikasi manusia adalah komunikasi yang
menggambarkan dalam mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari sebuah
individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lainnya , secara langsung
ataupun menggunakan media lainnya, seperti media elektronik, media cetak.
(Mulyana, 2008, hal 67)
Menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot , “komunikasi adalah
usaha untuk memperoleh makna.”
Donald Byker dan Loren J. Anderson: “komunikasi (manusia) adalah berbagi
informasi antara dua orang atau lebih.” (Mulyana, 2008, hal. 76)
Dennis Murphy dalam bukunya Better Business communication, sebagaimana
dikutip oleh wursanto (1994) dalam bukunya Etika Komunikasi Kantor, mengatakan
, “communication is the whole proces used to reach other minds” (komunikasi
adalah seluruh proses yang dipergunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain.
(Kadar Nurjaman, 2012, hal 36)
Dari definisi para ahli tentang komunikasi di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa definisi komunikasi adalah sebuah proses antara individu
dengan individu, atau kelompok dengan individu, dan juga individu dengan
kelompok dalam menyampaikan pesan dan informasi dari komunikan kepada
audiensnya, dengan maksud hanya menginformasikan, ataupun juga untuk
mempersuasi orang lain, untuk memperoleh persamaan pengertian dari komunikan
15
kepada audiensnya. Proses tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung,
dengan bantuan media yang mendukung.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Citra
Citra adalah sebuah hasil dan juga sebagai kesimpulan tentang akhir dari
kegiatan-kegiatan perusahaan yang
Menurut Frank Jefkins, citra adalah “kesan sesorang atau individu tentang
sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya” (
ELVINARO ARDIANTO, 2011, hal. 62).
Menurut Jalaluddin Rakhmat menyebutkan bahwa “citra adalah
penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas” ( ELVINARO
ARDIANTO, 2011, hal 62).
Menurut Siswanto Sutojo (2004), dalam bukunya Membangun Citra
Perusahaan, “citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang
perseorangan, benda dan organisasi. Citra sebagai persepsi masyarakat terhadap jati
diri perusahaan atau organisasi. Persepsi seseorang terhadap perusahaan yang
bersangkutan. Citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang
dalam mengambil berbagai macam keputusan penting. Contohnya membeli barang
atau jasa yang dihasilkan perusahaan (konsumen), berlangganan (pelanggan),
merekomendasikan kepada orang lain. ( ELVINARO ARDIANTO, 2011, hal. 63)
16
Menurut Roger Haywood dalam bukunya tahun 2002, corporate image atau
citra perusahaan adalah sebuah akumulasi dari proses, yang dibentuk oleh
stakeholder mereka, dengan membentuk persepsi sebuah perusahaan dengan
membandingkan dan membedakan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lainnya, hasil penarikan kesimpulan dari kegiatan dan kinerja pada suatu perusahaan
pada berbagai atribut organisasi. (Aswad Ishak, 2011, hal. 32)
Maka penulis menyimpulkan dari berbagai definisi citra dari para ahli, bahwa
citra adalah suatu persepsi dari masyarakat yang telah digambarkan dari sebuah
perusahaan, terutama dari aktivitas perusahaan yang menyangkut kinerja dari
perusahaan, sehingga berpengaruh dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap
suatu perusahaan, sehingga dapat menjadi acuan dan juga pegangan bagi masyarakat
dalam mengambil keputusan penting, untuk memutuskan pemilihan produk atau jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan atau organisasi.
1. Jenis-Jenis Citra
a) Citra Bayangan (mirror image) adalah citra yang melekat pada orang atau
anggota-anggota organisasi, dan citra yang dianut oleh orang dalam mengenai
pandangan luar terhadap organisasinya. Citra bayangan itu hampir selalu
tidak tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
b) Citra Yang Berlaku (current image) adalah kebalikan dari citra bayangan atau
pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
c) Citra Yang Diharapkan (wish image) adalah suatu citra yang dinginkan oleh
pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya.
Biasanya citra yang diharapkan lebih baik dari citra yang ada.
17
d) Citra Perusahaan (corporate image) adalah citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan. Perusahaan yang memiliki citra positif akan lebih mudah
menjual produk atau jasanya.
e) Citra Majemuk (multiple image) banyaknya jumlah pegawai (individu),
cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat
memunculkan citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau
perusahaan secara keseluruhan. ( ELVINARO ARDIANTO, 2011, hal. 63)
2.2.2 CSR (Corporate Social Responsibility)
“ The willingness of an organization to incorporate social and environmental
considerations in its decision making and be accountable for the impacts of its
decisions and activities on society and environment. (ISO 26000,2009, p.7).”
Kesediaan organisasi untuk memasukkan pertimbangan sosial dan lingkungan
dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan
dan kegiatan terhadap masyarakat dan lingkungan. (Aswad Ishak, 2011, hal. 90)
Di dalam buku yang ditulis Irianta tahun 2004, Dalam Green Paper komisi
masyarakat Eropa 2001 menyatakan bahwa defini CSR selama ini adalah sebuah
konsep dari perusahaan yang mengintegrasikan tanggung jawab mereka kepada
stakeholder-nya dengan berbasis kepada tanggung jawab sosial dan juga tanggung
jawab lingkungan hidup, yang dijadikan sebuah operasi bisnis mereka. Dan ada 2 hal
yang terkait dengan pertimbangan CSR, yaitu pertimbangan sosial dan juga
lingkungan hidup serta interaksi sukarela. (Kadar Nurjaman, 2012, hal. 127)
18
Menurut Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai apa yang
telah menjadi komitmen bisnis untuk bertanggung jawab kepada pembangunan
ekonomi, bekerja sama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan
masyarakat luas, sebagai bentuk peningkatan mutu hidup mereka dengan berbagai
cara yang dilakukan bagi bisnis dan pembangunan. (Kadar Nurjaman, 2012, hal 127)
Jadi kesimpulan penulis dari berbagai definisi tentang CSR dari berbagai ahli di
atas adalah, CSR adalah sebuah bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh
perusahaan bisnis, yang telah melakukan praktek bisnis mereka, yang berpotensi
merusak lingkungan komunitas atau juga mengorbankan waktu dan tenaga para
stakeholder mereka, dan memberikan sebagian dari hasil perusahaan sebagai bentuk
kepedulian terhadap stakeholder mereka, yang bertujuan untuk memberikan kesan
positif bahwa perusahaan tersebut memiliki kontribusi juga kepada masyarakat lokal,
dan semua stakeholder dari perusahaan mereka.
1. Peningkatan Citra Melalui Program CSR
Di dalam News Of Perhumas (2004) menyebutkan bahwa citra dan reputasi dari
perusahaan adalah sebuah hal yang tidak ternilai harganya. Maka dari itu, sebuah
perusahaan berusaha dan berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut dari
berbagai aspek yang dimiliki oleh perusahaan sebagai unsur pembentuk citra dan
juga reputasi dari perusahaan. Seiring berjalannya waktu, mendorong terdorongnya
perusahaan untuk melakukan GCG (Good Corporate Governence) atau sebuah
pembentukan perusahaan yang baik, meliputi nilai-nilai, Fairness, transparan,
akuntabilitas dan responsibilitas., termasuk tanggung jawab lingkungan maupun
fisik.
19
Sasaran dari program CSR (CD & RD) adalah:
a) pemberdayaan SDM local (pelajar, pemuda, dan mahasiswa);
b) Pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar daerah operasi;
c) Pembangunan fasilitas social/umum;
d) Pembangunan kesehatan masyarakat
e) Social budaya, dan lain-lain.
(Kadar Nurjaman, 2012, hal 129-131)
2. Panorama CSR
Tinggi Manfaat Pada
Masyarakat
Rendah
Tinggi Rendah
Manfaat Pada Bisnis
2.1 Panorama CSR.
Dari diagram panorama CSR diatas, CSR strategis memiliki manfaat yang
tinggi bagi masyarakat, CSR Strategis mencakup berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan rantai nilai dari proses bisnis
yang dilakukan, memiliki dampak sosial dan lingkungan yang positif dan
berkelanjutan (Aswad Ishak, 2011, hal 92).
CSR Strategis Filantropi
Advertising Proyek Relasi
20
3. Pembelajaran Dari Praktek CSR
a. Donasi dan aksi karitatif, tidak pernah menjadi praktek CSR yang efektif.
Donasi dan aksi karitatif dianggap sebagai cara yang paling mudah untuk
dilakukan bagi para perusahaan. Mudah karena cepat dan mudah, tanpa
harus ada kemampuan khusus untuk melakukannya, dan jika perusahaan
ingin melakukannya, dengan cepat dapat di realisasikan. Namun dalam
pengalamannya, hal ini membuat pemerintah, masyarakat
mengembangkan ketergantungannya pada perusahaan, dan akan memiliki
harapan yang semakin besar terhadap perusahaan.
b. CSR tidak dapat menjadi “kosmetik” perusahaan. Banyak kasus yang
menuntut perusahaan karena melakukan tindak tidak bertanggung jawab
seperti perusakan dan pencemaran lingkungan., pelanggaran hak
konsumen dan masyarakat lokal, atau pelanggaran lainnya, CSR
dilakukan untuk memperbaiki citra dan memulihkan posisi perusahaan.
Dalam kenyataan, meskipun perusahaan menghabiskan uang banyak
untuk program CSR, para pemangku kepentingan tidak akan melupakan
tindak tidak bertanggung jawab yang dilakukan.
c. CSR tidak dapat menjadi alat mitigasi dampak negatif operasi yang
dialami oleh masyarakat. Pada saat dimana, perusahaan melakukan
kegiatan yang memiliki dampak negatif pada masyarakat, perusahaan
cenderung melakukan kegiatan CSR. Hal itu tidak efektif, karena hanya
bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek. Lebih efektif jika
perusahaan sejak awal mengidentifikasi potensi dampak negatif, dan
21
melakukan program tersebut ke dalam CSR lebih awal, sebelum dampak
negatif terjadi (Aswad Ishak, 2011, hal 95-97)
4. Pertanyaan kunci untuk menyusun strategi dalam CSR.
a. Apa tujuan dari komunikasi terkait dengan tujuan CSR?
b. Siapa saja yang menjadi pemangku kepentingan dan apa posisi mereka
dalam CSR?
c. Apa yang perlu dikomunikasikan?
d. Bagaimana komunikasi dilakukan selaras dengan tujuan CSR?
e. Siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan?
f. Kapan kegiatannya dilakukan, hingga mencapai tujuan yang diharapkan?
5. Perumusan Pelaksanaan CSR.
a. Lebih awal dalam menyusun strategi bisnis dan CSR, agar lebih
mendukung keektifitasan dalam mengimplementasikan CSR perusahaan.
b. Mengembankan komunikasi perusahaan berdasarkan konteks dan data
dasar (baseline data). Dengan menyesuaikan karakteristik perusahan,
masyarakat, lingkungan, masalah, kebijakan dan arah pembangunan
pemerintah.
c. Kembangkan media-media alternatif yang sesuai dengan strategi CSR dan
konteks sosial, ekonomi dan politik. Dan jangan terpaku pada media-
22
media konvesional yang selama ini digunakan (Aswad Ishak, 2011, hal
105-106)
6. Manfaat CSR Terhadap Perusahaan.
a. Brand Differentiation. Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif,
CSR bisa memberikan citra perusahan yang khas, baik, dan etis di mata
publik yang pada gilirannya menciptakan customer loyalty.
b. Human Resources. CSR dapat membantuk untuk merekrut karyawan
baru, terutama yang memiliki kualifikasi tinggi. Bagi calon karyawan
baru yang memiliki pendidikan dan etika bisnis perusahaan, sebelum
mereka menerima tawaran, mereka akan bertanya tentang CSR dan etika
bisnis perusahaan saat mereka diinterviu.
c. License to operate. Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong
pemerintah untuk memberikan izin bisnis, karena dianggap telah
memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat luas.
d. Risk Management, manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap
perusahaan. Reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa
runtuh dalam sekejap oleh skandal korupsi, kecelakaan karyawan, atau
kerusakan lingkungan. Membangun budaya “ doing the right thing “
berguna bagi perusahaan dalam mengelola resiko-resiko bisnis. (Aswad
Ishak, 2011, hal 203)
23
2.3 Penelitian Terdahulu/ State-Of-The-Art
2.3.1 Jurnal Nasional
JOURNAL “ACTA DIURNA” Vol. II No. I Th. 2013
STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT. TELKOMSEL BRANCH MANADO
DALAM MEMPERTAHANKAN CITRA PERUSAHAAN
OLEH : AGNES DATUELA (Andriyani, 2008)
Dalam isi jurnal disini adalah bagaimana PR dari PT. TELKOMSEL
melakukan tugas dan strateginya dalam mempertahankan citra perusahaan, karena
banyaknya keluhan dari para konsumen mereka tentang kualitas pelayanannya yang
kurang memuaskan. Dan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti di atas
memiliki kesimpulan:
” Strategi utama yang dilakukan PR PT. Telkomsel branch Manado dalam
mempertahankan citra di mata masyarakat ialah dengan mengkoordinasi masalah
yang ada dengan pihak Pusat (Jakarta) dan pihak area (Makassar), karena divisi
coordinate communication (corcom) hanya ada di sana. Dan PR Telkomsel di tiap
branch kota tidak memiliki kewenangan untuk membuat press release atau segala
sesuatunya harus terlebih dahulu dikoordinasikan dengan pihak pusat dan area
karena PR disini dapat dikatakan hanya sebagai perpanjangan tangan dari pihak pusat
dan area kepada masyarakat. Jadi semuanya diserahkan kembali kepada corcom dan
setelah itu PR branch lah yang akan meneruskan dan mengklarifikasikan hasil dari
divisi corcom tersebut kepada media.
24
Maka kaitannya dengan skripsi yang peneliti sedang jalani adalah, dalam
penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti sebelumnya adalah, sama-sama melihat
bagaimana strategi yang dilakukan oleh perusahaan, dalam menjalankan usahanya
untuk mempertahankan citra dari perusahaan, dan salah satu program yang dilakukan
dalam mempertahankan citra mereka adalah dengan melakukan kegiatan CSR
(corporate social responsibility), perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti
jalani adalah, kegiatan disini tidak terfokus pada CSR saja untuk membentuk citra,
namun juga ada sponsorship, demi mendapatkan citra publik yang positif.
Penilaian Konsumen Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan.
Ati Harmon
Ade Andriyani
Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1 Vol. 13, April 2008
Dalam kasus yang diangkat oleh penulis, dalam jurnal ini adalah bagaimana
CSR (corporate social responsibility) dari Unilever dapat memberikan manfaat bagi
stakeholder mereka, dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terutama
adalah pihak konsumen, yang berperan penting dalam membangun dan
mempertahanakan perusahaan agar tetap berdiri.
kesimpulan dari jurnal diatas adalah: “Unilever telah berupaya
menyampaikan program CSR yang telah dilakukannya melalui Sustainability Report
yang dimuat dalam laman resmi perusahaan (http://www.unilever.co.id). Informasi
yang terkait dengan program CSR terhadap konsumen telah disampaikan pada
laporan tersebut. Konsumen sendiri menilai bahwa Unilever telah melakukan
program CSR yang terkait dengan hak konsumen dan penetapan harga. Sementara
25
dalam etika beriklan, konsumen masih menganggap bahwa antara produk yang
dibuat dan iklan yang disampaikan terdapat ketidaksesuaian.”
Keterkaitan penelitian ini bagi penelitian yang peneliti sedang lakukan
adalah, penelitian ini sama-sama meneliti tentang program corporate social
responsibility (CSR) perusahaan, untuk tetap memberikan image yang positif dari
stakeholder mereka, dengan melakukan tanggung jawab sosial dan memberikan
manfaat dari perusahaan, kepada konsumen. Sedangkan perbedaanya dengan
penelitian yang sedang dijalani peneliti adalah, citra yang ingin dibentuk dari
unilever ini adalah untuk mendapatkan citra bahwa unilever memiliki konsistensi dan
juga ketransparanan perusahaan mereka kepada konsumen.
2.3.2 Jurnal Internasional
Understanding the influence of corporate social responsibility on corporate
identity, image, and firm performance
Sebastian Arendt and Malte Brettel
Management Decision
Vol. 48 No. 10, 2010
pp. 1469-1492
Emerald Group Publishing Limited
0025-1747
DOI 10.1108/00251741011090289
Results
Kami menilai reliabilitas dan validitas dari model pengukuran dengan
menggunakan perhitungan dari Cronbach alpha (ambang batas ¼ 0,7) antara 0,81
26
dan 0,91 dan AVE (ambang batas ¼ 0,5) antara 0,51 dan 0,66 (lihat Tabel IV untuk
korelasi dan Ringkasan statistik), menunjukkan kehandalan memuaskan pada tingkat
construct (DeVellis, 2003). Melengkapi wawancara ahli, kami menganalisis validitas
diskriminan item dan konstruksi dan menemukan bahwa itu ada pada tingkat
membangun, karena setiap membangun lebih banyak saham berbeda dengan
tindakan dibanding dengan konstruksi lainnya, dan tingkat item, karena semua item
berbagi varians lebih dengan konstruksi mereka sendiri dibandingkan dengan setiap
konstruk lainnya. Sebuah reputasi positif mempengaruhi pembelian pelanggan ' niat
dan, dalam konteks CSR, hasil reputasi positif di sedikit lebih tinggi Harga-
pendapatan rasio (Little dan Little, 2000). berarti bahwa CSR mempengaruhi
'perusahaan keberhasilan dalam kedua jenis industri, melalui daya tarik gambar
meningkat (produk berbasis industri) atau stakeholder-perusahaan identifikasi
(layanan berbasis industri). Adapun aspek moderasi ukuran perusahaan, temuan ini
sesuai dengan H3. Untuk perusahaan kecil, CSR memperkuat pengaruh stakeholder-
perusahaan di keunggulan kompetitif, dan untuk perusahaan besar CSR memperkuat
dampak CIM daya tarik citra perusahaan dan stakeholder-perusahaan identifikasi,
tetapi tidak tidak mempengaruhi ukuran kesuksesan perusahaan. Sementara CSR
tampaknya tidak berpengaruh dalam hal anggaran pemasaran yang tinggi, temuan
sejalan dengan H4 dalam kasus anggaran pemasaran yang rendah. Sebagai
moderator, CSR mendukung CIM dan pengaruhnya terhadap pemangku kepentingan
perusahaan-identifikasi sehingga dapat membantu perusahaan dengan anggaran
pemasaran ketat meningkatkan keberhasilan pemasaran. Sebaliknya, organisasi
dengan anggaran pemasaran yang lebih besar tidak harus fokus pada CSR untuk
mencapai tujuan pemasaran (Barone et al, 2000.), tetapi hanya sebagai sarana untuk
27
jangka panjang keberlanjutan (Porter dan Kramer, 2007). Hasil pengujian hipotesis
disajikan pada Tabel V.
Dalam penelitian yang telah ditulis oleh penulis diatas, bahwa CSR adalah
penting untuk penilaian dari stakeholder, dan juga berpengaruh terhadap citra
perusahaan dalam sebuah perusahaan industry maupun jasa. Kaitannya dengan
penelitian yang akan penulis teliti adalah, dalam jurnal tersebut, telah dijelaskan
bagaimana program dari CSR perusahaan berpengaruh besar terhadap CIM
(corporate identity management), sebagai proses identifikasi dari stakeholder pada
perusahaan-perusahaan, dan menjadi daya tarik mereka, namun pada perusahaan
besar, CSR bukanlah sebagai ukuran kesuksesan sebuah perusahaan, dan bukan
menjadi tujuan pemasaran, namun lebih kepada sarana jangka panjang yang
berkelanjutan. Namun perbedaan yang ada dalam penelitian diatas dengan penelitian
yang peneliti sedang jalani, adalah CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
tidak fokus pada CSR lingkungan, karena CSR di bidang lingkungan masih
cenderung tidak terlalu terlihat oleh calon konsumen.
Impact Of Corporate Image And
Corporate Reputation On Customer
Loyalty: A Review
Tang Weiwei
Management Science and Engineering Vol.1 No.2 December 2007
KESIMPULAN Hasil ini menunjukkan bahwa manajer organisasi pelayanan
tidak harus mempertimbangkan secara eksklusif intrinsik atribut dalam strategi
komunikasi mereka. Atribut-atribut ini biasanya diterjemahkan menjadi kepuasan
28
pelanggan (Anderson dan Sullivan, 1993; Oliva et al, 1992;.. Woodside et al, 1989)
atau kualitas layanan (Bitner, 1990, Dick dan Basu, 1994; Fornell, 1992) yang
dianggap sebagai sebab utama loyalitas pelanggan. Dalam industri jasa, hubungan
antara citra perusahaan atau corporate reputasi dan menawarkan sebuah perusahaan
jauh lebih sulit untuk pin-point karena tidak dpt dipahami dari layanan. Dari
perspektif ini, karakteristik berwujud lainnya, seperti penyedia layanan, mungkin
digunakan untuk membuat gambar yang lebih mudah dilihat. Dalam rangka untuk
mempengaruhi perilaku konsumen, layanan organisasi harus menggunakan argumen
yang didasarkan pada personil kontak dan lingkungan fisik, dengan harapan adalah
bahwa, di mata konsumen, elemen-elemen ini merupakan keuntungan yang
dijanjikan dalam transaksi layanan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan penerbangan
akan menekankan kompetensi perjuangannya pembantu atau kenyamanan kursi
sebagai indeks kualitas pelayanan dalam strategi untuk menciptakan citra yang baik.
Layanan organisasi harus memanfaatkan kehadiran elemen kontak dalam iklan untuk
membuat berwujud nyata. Ini juga merupakan cara yang efisien untuk membuat
gambar lebih menarik. Dalam berbagai layanan yang diberikan oleh bank,
perusahaan asuransi, lembaga pendidikan atau profesional, komponen barang
dagangan bukan bagian dari tindakan pelayanan. Selain itu, kehadiran klien dan
partisipasi sering diperlukan dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, elemen kontak
dapat dianggap sebagai faktor penting yang menentukan persepsi klien gambar atau
reputasi organisasi pelayanan. Mengenai komunikasi perusahaan, hasil studi
menunjukkan bahwa manajer pemasaran harus menekankan dan mengkoordinasikan
unsur reputasi perusahaan yang sangat signifikan dalam penciptaan citra yang baik.
29
Dalam penelitian di atas menunjukkan bahwa citra perusahaan adalah suatu hal yang
penting untuk meningkatkan keberadaan perusahaan, merubah perilaku konsumen
juga bisa didapat jika citra dan reputasi perusahaan sudah memiliki titik yang positif,
maka kaitannya dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti adalah,
penelitian diatas sama-sama melihat apa efek dari sebuah citra dan reputasi
perusahaan terhadap sebuah perusahaan, namun perbedaan dengan penelitian yang
sedang peneliti jalani adalah, jurnal ini lebih fokus terhadap pencarian temuan baru
untuk meningkatkan laba perusahaan dan loyalitas perusahaan, dan itu semua
terpengaruh dari kualitas dan layanan perusahaan kepada konsumennya.
Online corporate brand image, satisfaction and loyalty
RUI VINHAS DA SILVA & SHARIFAH FARIDAH SYED ALWI
PALGRAVE MACMILLAN 1350-23IX BRAND MANAGEMENT VOL. 16, NO.
3, 119–144 DECEMBER 2008
www.palgrave-journals.com/bm
DISKUSI DAN KESIMPULAN
Pertama, citra merek perusahaan untuk konteks online dapat dijelaskan oleh
beberapa dan multidimensi konstruksi seperti yang didalilkan, meskipun tidak semua
tujuh dimensi muncul dalam konteks online. Hal ini mungkin karena, seperti yang
disarankan oleh Aaker et al. , 69 dimensi yang berbeda dari kepribadian merek telah
diidentifikasi dalam budaya yang berbeda dan setiap dimensi yang dihasilkan
hanyalah sebuah agregasi kata yang digunakan oleh pelanggan untuk
menggambarkan korporasi, dalam budaya yang berbeda dimensi kepribadian yang
berbeda, mungkin juga lebih atau kurang penting. 7 Penelitian ini juga telah mampu
30
menunjukkan bahwa teori tradisional, dengan skala halus Davies et al. , 22 adalah
berlaku dalam konteks online meskipun referensi untuk penelitian masa lalu yang
terbatas karena skala baru diterbitkan dan penelitian yang terbatas dalam konteks
online. Merrilees dan Louise Fry14 menjelaskan bahwa kepercayaan dalam sebuah
situs web mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengunjungi situs web dan
merupakan sarana bagi suatu organisasi untuk mengembangkan ekuitas merek.
Perkotaan et al.70 mengartikulasikan bahwa aspek untuk percaya pada sebuah
website meliputi: (1) menjamin pelanggan keamanan transaksi, privasi pelanggan
dari data yang dikumpulkan, (2) memberikan informasi yang tidak bias dan lengkap
(misalnya ketersediaan stok, harga yang kompetitif , waktu pengiriman dan
kehandalan), dan (3) memastikan pemenuhan dan kepuasan (misalnya dukungan
dijamin layanan, kembali pada item). Beberapa perusahaan muncul di sektor
teknologi tinggi mungkin merasa bahwa persepsi ini perusahaan mereka akan
menjadi hal yang baik. 7 Oleh karena itu, kesenjangan antara merek perusahaan studi
offline (di masa lalu) dan studi online dalam makalah ini mungkin terletak dalam
perbedaan antara teknologi itu sendiri - di mana seperti yang dijelaskan, elemen
'merasa', 'melihat' dan 'menyentuh' (misalnya perasaan di dalam toko buku, melihat
dan menyentuh buku) tidak mungkin online. telah terbukti berguna dalam konteks
studi ini. Kompetensi dalam studi konteks ini adalah ketiga dan paling penting
(dengan 53 persen). Hasil ini tak terduga karena Kompetensi ('aman' dan 'Handal')
mungkin terkait dengan keakuratan pengiriman produk dan masalah privasi di
sebuah website. Meskipun kurang signifikan dalam memprediksi kualitas, namun,
penelitian mereka menemukan bahwa peran keamanan masih signifikan ketika
berhubungan dengan nilai yang dirasakan keseluruhan dan niat loyalitas,
menunjukkan bahwa keamanan masih mungkin penting dalam penilaian secara
31
keseluruhan konsumen perusahaan. Efek langsung dan tidak langsung untuk
perusahaan online brand image / nilai pada kepuasan pelanggan tidak hanya
menyarankan nilai yang bisa memainkan bagian penting dalam menciptakan
kepuasan dan loyalitas pelanggan, tetapi nilai-nilai merek perusahaan secara
langsung dapat mempengaruhi niat loyalitas pelanggan, sehingga mendukung
hipotesis ketiga. Dengan efek total dari = 0,56 * sebagaimana dinyatakan di atas,
citra merek perusahaan diindikasikan sebagai prediktor kuat untuk kedua kepuasan
dan loyalitas. Disarankan sebelumnya bahwa pelanggan misalnya mungkin puas
dengan produk saat ini / layanan yang ditawarkan, namun, loyalitas bergantung pada
pelanggan terbaik proposisi nilai 74. Makalah ini menyajikan kasus untuk
memungkinkan praktisi mereka yang ragu-ragu dalam mengejar strategi ritel online
untuk mengetahui tentang efektivitas potensi mereka. Hal ini dilakukan dengan
membangun hubungan antara citra merek perusahaan, kepuasan dan loyalitas. Jika
kasus tersebut telah dibuat untuk link tersebut untuk eksis, praktisi dapat memahami
apa pendorong utama citra merek perusahaan untuk menekankan pada strategi
mereka, mengetahui bahwa pelanggan akan menanggapi rangsangan pemasaran
dengan menjadi lebih atau kurang puas dan / atau sisa lebih atau kurang loyal kepada
organisasi.
Maka dari kesimpulan penelitian diatas, sebuah citra adalah sebuah hal yang
paling penting bagi sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatan perusahaan, dalam
penelitian disini fokus pada efek citra perusahaan yang dibentuk dari website
perusahaan yang dapat memudahkan calon konsumen untuk melihat harga dan
ketersediaan barang produknya, dan menumbuhkan rasa kepercayaan dan rasa aman
untuk melakukan transaksi, maka sebuah citra adalah salah satu factor untuk
32
membentuk loyalitas konsumen, dan mempengaruhi keputusan konsumen,
persamaan dari penelitian disini adalah kita mengetahui apa manfaat dari sebuah
citra, dan perbedaannya adalah, pembentukan citra yang ditampilkan adalah
menggunakan website perusahaan, dan ekspektasi dari penelitian ini adalah untuk
melihat bagaimana cara perusahaan dalam mendapatkan profit perusahaan dengan
mengandalkan citra positif perusahaan.
33
2.4 Kerangka Teori
PUBLIC RELATIONS
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY
KOMUNIKASI
CITRA
34
2.5 ASUMSI
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh beberapa peneliti, bahwa
CSR memang memiliki pengaruh dalam membentuk citra positif dari perusahaan,
sebagai perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan alat berat, maka CSR yang
paling di tekankan oleh ACC adalah penghijauan alam, seperti yang dilakukan dalam
melakukan penanaman pohon di Mega Mendung. Dan fokus tersebut terlihat dari
laporan website ACC tentang CSR mereka yang berkelanjutan, dan memiliki
komitmen untuk tetap menjaga lingkungan hidup. Bekerja sama dengan masyarakat
dan juga pemerintah setempat, adalah bagian dari keikut sertaan ACC menjaga nama
baik perusahaan dan juga memberikan tanggung jawab perusahaan, kepada
stakeholder dan juga lingkungan.
Maka menurut asumsi penulis, dengan melakukan CSR (corporate social
responsibility), sebuah perusahaan mendapatkan manfaat yang menguntungkan bagi
perusahaan, yaitu:
1. Citra positif dari masyarakat.
2. Mendapatkan identitas sebagai pembeda dan juga perbandingan antara 1
perusahaan dengan perusahaan yang lainnya.
3. Loyalitas dari konsumen.
4. Mendapatkan laba dari CSR, sejalan dengan citra yang positif dari
masyarakat, dan loyalitas dari konsumen, maka dengan begitu tingkat
penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan semakin meningkat, karena
masyarakat dan konsumen akan memiliih perusahaan sebagai jawaban dan
35
juga pilihan bagi mereka. Terlebih lagi jika sebuah CSR adalah sebuah peran
pemberian modal bagi masyarakat, untuk membangun suatu usaha, dan hasil
dari laba usaha tersebut, adalah sebagian saham perusahaan.