tugas pa husin ( risk taking, hati nurani dan rasa percaya diri ) new
TRANSCRIPT
PERCAYA DIRI, HATI NURANI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DOSEN : Husin SKP, Ns
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Fithri Rahmani
Kelas : 1B
NPM : 10105 – 07144 AS1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2008
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, terucap dari mulut ini kepada Allah Azza wa jalla, Tuhan penguasa alam
semesta ini. Atas berkat , rahmat dan hidayah – Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ilmu
komunikasi makalah yang di berikan oleh bapak Husin S.Kep., Ns.
Makalah ini mengadung banyak ilmu pengetahuan baik dunia maupun akhirat, mengandung
makna kehidupan, mengandung hal – hal yang menuntun kita ke jalan Sirathal Mustaqim. Makalah ini
di ambil dari berbagai sumber dan artikel yang dapat dipercaya.
Kesempurnaan hanya milik Allah, dan ketidak sempurnaan adalah milik manusia, begitu pula
dengan makalah ini jauh dari kat “ Sempurna “. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca, agar dapat memperbaiki makalah ini di amsa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi orang yang membacanya. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Banjarmasin, Maret 2008
Tim Penulis
DAFTAR ISI
2
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 2
C. Manfaat .......................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Percaya Diri..................................................................................... 3
B. Hati Nurani.................................................................... .................. 7
C. Risk Taking ( Berani Mengambil Resiko )..................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut para sufi, manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna di dinia ini. Hal
ini, seperti yang dikatakan Ibnu'Arabi manusia bukan saja karena merupakan khalifah Allah di bumi
yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi juga karena ia merupakan mazhaz (penampakan atau
tempat kenyataan) asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan menyeluruh.
Diantara makhluk hidup yang lain, manusia di pandang sebagai makhluk yang mempunyai
banyak kelebihan. Di dalam hati kita sesungguhnya tempatnya pusat ketenangan, kedamaian,kesehatan,
dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati kita merupakan cerminan dari diri dan hidup kita
secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan
emosional, serta penuntun bagi manusia dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di
mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat
dimana semua hal yang terindah, semua hal yang terbaik, hal yang termurni, dan tersuci berada di
dalamnya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an, secara jelas Allah swt telah menyampaikan bahwa manusia
dianugerahi akal untuk berpikir dan memecahkan masalah serta dianugerahi hati untuk memahami
realitas.
Manusia makhluk yang memiliki karakteristik sikap, prilaku dan tingkah laku yang berbeda –
beda. Prilaku, tingkah laku maupun sikap manusi terkadang bersumber dari aoan manusManusia, pada
satu keadaan dan waktu yang sama, adalah seorang mahluk penyendiri dan mahluk sosial. Sebagai
mahluk penyendiri ia berusaha untuk melindungi keberadaannya dan yang terpenting untuknya adalah
memuaskan keinginan pribadinya, dan untuk mengembangkan bakatnya. Sebagai mahluk sosial, ia
berusaha untuk memperoleh pengakuan dan dicintai oleh sesama manusia, untuk membagi
kebahagiaan, untuk membuat nyaman mereka di kala sedih, di hormati orang lain dan untuk
meningkatkan taraf hidup. Hanya saja eksistensi dari hal-hal tersebut sangat bergantung, kadang
bertentangan, bergantung pada karakter pribadi manusia tersebut dan kombinasi khusus tersebut
menentukan sampai sejauh mana seseorang dapat mencapai keseimbangan pribadi dan dapat
memberikan sumbangan bagi kehidupan masyarakat.
4
B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh bapak husin S. Kep , Ns selaku dosen ilmu
komunikasi dan etika kepribadian.
Memberikan penjelasan dan pengertian tentang arti dari hati nurani, risk - taking dan rasa
percaya diri.
Memberikan contoh – contoh prilaku yang baik dalam risk – taking ( mengambil keputusan ).
C. Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk memotivasi kita dalam berprilaku.
Makalah ini banyak memberikan informasi – informasi yang bermanfaat.
Memberikan kita pilihan. Mana yang benar dan mana yang salah dalam hal risk – taking
( mengambil keputusan ).
Mengajarkan kita hal – hal yang baik dalam bersikap dan berprilaku.
BAB II
ISI
A. Percaya diri
5
Artinya :
Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan lah ( pula ) kamu besedih hati, padahl kamulah
orang – orang yang paling tinggi ( derajatnya ), jika kamu orang – orang yang beriman. ( QS.
Ali’imraan [ 3 ] : 139 ).
Ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan percaya diri ini :
Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana
Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri
anda secara keseluruhan.
Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana
Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana
Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda
Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk
bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini
yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas
anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific
self-efficacy.
Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas
kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk
berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James
Neill, 2005)
Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan
manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa rendah diri. Ia mengatakan bahwa
kebutuhan yang paling penting adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas (Lauster,
1999: 10). Rasa tidak percaya diri merupakan penghambat seseorang untuk dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Dan sebaliknya, bila kita mempunyai sikap percaya diri yang tinggi maka
kita bisa mengelola pergaulan kita untuk hidup yang lebih baik. Percaya diri merupakan satu faktor
yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dengan kepercayaan diri, seseorang telah memiliki
diri yang baik.
6
Sayangnya, seringkali percaya diri menjadi masalah bagi sebagian orang. Akibatnya, muncul
rasa minder yang malah akan menghambat kemajuan. Bagaimana kita bisa melakukan dengan baik
kalau kita tidak yakin ? bahkan mengacungkan tangan untuk bertanya dalam sebuah pertemuan pun
kadang – kadang kita tidak mempunyai keberanian. Perasaan takut salah dalam bersikap dan bergaul
dengan orang lain adalah salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri kita . kita telah
memposisikan diri kita pada tempat yang keliru. Karena kita telah memasukkan pikiran negatif
(kegagalan, reaksi negatif orang lain) ke dalam otak kita. Hambatan inilah yang haruskita rubah untuk
selalu berpikir positif bahwa apapun yang kita yakini dan perbuat itu baik pastilah akan diterima
dengan baik oleh orang lain. Kurangnya ibadah dapat mempengaruhi rasa percaya diri. Karena nilai
spiritual adalah dorongan terbesar untuk sebuah perubahan yang lebih baik. Karena Allahlah tempat
kita bergantung kepadanya yang hanya Dialah yang dapat mengubah hati (kepribadian) manusia. Oleh
karenanya Jangan longgarkan hubungan spiritual dengan Yang Maha Kuasa, tetapi justru harus
diperkokoh terus mnerus dengan menjaga interaksi kita padaNya melalui ibadah-ibadah baik yang
sudah wajib maupun yang sunnah harus selalu kita tingkatkan. Insya Allah, hasil dari kedekatan ini
akan memancar melalui hati, pikiran dan lisan kita menjadi kebaikan-kebaikan untuk sesama yang
pastilah akan mendapatkan tanggapan positif dari sekitar kita. Dari data penelitian, ditemukan banyak
faktor yang menjadikan kendala seseorang enggan untuk menjadi penyeru kebaikan. Antara lain,
kurang percaya diri, kemudian disusul tidak adanya skill. Kalau kita runut, keduanya mempunyai
korelasi yang sangat erat. Sebenarnya akar masalah orang yang tidak percaya diri terletak pada skill
(keterampilan). Dan, skill utama bagi seorang penyeru kebaikan terletak pada kemampuan penguasaan
materi, pemahaman terhadap nilai-nilai yang disampaikan, serta penguasaan skill penyampaian.
Untuk menumbuhkan ketiga hal tersebut perlu sebuah usaha pembiasaan. Dan untuk
menjadikan hal itu sebagai sebuah kebiasaan dalam diri seseorang secara permanen, maka perlu
ditanamkan beberapa faktor: Pertama, paham. Tanpa pemahaman yang utuh, orang tidak akan dapat
bekerja dengan ikhlas, lemah produktiftas, dan tidak akan tahan lama. Kedua, memiliki skill. Orang
yang tidak memilki skill biasanya akan bekerja dengan cemas dan minder. Ketiga, kemauan. Dengan
kemauan, kita dapat beramal secara konsisten dalam rentang waktu yang lebih lama.
1. Ada beberapa kiat praktis untuk meningkatkan rasa percaya diri. Utamanya meliputi aspek
kemauan, pemahaman serta keterampilan. Untuk memenuhi aspek kemauan, Anda perlu
melakukan berbagai usaha. Antara lain:
2. Bekerjalah dengan Ikhlas. Yakinkan bahwa seluruh amalan baik akan mendapatkan pahala
walau tidak enak untuk dikerjakan.
7
3. Kerjakan setiap aktifitas dengan penuh tanggung jawab, memiliki landasan nilai (vaIue) dan
prinsip-prinsip yang kuat.
4. Milikilah kebiasaan menerima. Ini akan meningkatkan rasa memiliki.
5. Tingkatkan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan itu, rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan
problem umat akan tumbuh.
6. Miliki kebiasaan mempertahankan hak. Dengan cara mendorong sikap percaya diri untuk
membela hak-hak kita yang hilang.
7. Milikilah kebiasaan hidup dengan tujuan. Tanpa tujuan yang kuat tak akan ada target dan
kurang termotivasi untuk melakukan aktifitas yang baik sekalipun.
8. Memiliki integritas diri. Kekuatan utama bagi penyeru kebaikan terletak pada kekuatan
integritas, yaitu kesatuan antara ucapan, statement tertulis dan tindakan kita.
Sedangkan untuk aspek pemahaman dan keterampilan, barangkali beberapa langkah berikut bisa Anda
usahakan:
1. Milikilah catatan/referensi materi dan agenda yang rapi.
2. Siapkan materi yang akan disampaikan. Naik panggung tanpa persiapan, maka turun panggung
penuh dengan kehinaan.
3. Bacalah buku-buku referensi, ini sangat membantu meningkatkan pemahaman.
4. Milikilah hafalan yang baik. Orang berbicara mengandalkan apa yang diingat.
5. Ambillah selalu kesempatan untuk tampil dimuka umum kapan saja. Sebagai latihan
melancarkan kemampuan bicara dan kontrol diri.
6. Ikutilah beberapa pelatihan, semisal pelatihan Training for Trainer, atau sejenis pelatihan untuk
pelatih dan fasilitator yang membekali skill mengajar.
Dengan kecakapan dalam bidang pemahaman dan keterampilan, ditambah kemauan yang keras,
insya Allah usaha perbaikan, mengajak manusia ke jalan yang diridhai Allah akan punya hasil dan
rentang usia yang panjang.
Beberapa artikel di situs internet ternyata mengungkapkan beberapa fakta – fakta bahwa rasa
percaya diri merupakan penghalang kesuksesan seseorang. Ada ekspresi khas dalam wawancara
pekerjaan dari kebanyakan lulusan Universitas, bila ditanyakan, "Bagaimana kamu melihat hidupmu
tiga tahun mendatang?". Pengalaman saya jarang menemukan sarjana baru yang secara spontan
menggambarkannya dengan baik apa yang ada dalam pikirannya. Kebanyakan malah memberikan
reaksi dengan body-language yang standard: mata melirik ke atas (seolah-olah mencari cicak di langit-
langit), kemudian memandangi lagi si pewawancara sambil tersenyum lebar, sembari kemudian berkata
bingung, "Bagaimana ya?".
8
Ada banyak orang yang hidup bagaikan kepompong. Tidak tahu apa yang harus diperbuat
dengan masa depan hidupnya. Mereka tidak mempunyai konsep diri yang jelas, sehingga ia merasa
sendirian, gelap dan menakutkan. Padahal semua kepompong mempunyai potensi (potential within)
untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Kepompong terlalu cepat menghukum dirinya sendiri, ia
tidak tahu bahwa dia harus mengalami transformasi untuk menjadi kupu-kupu yang cantik.
Kita semua bukanlah kepompong. Kita semua tahu, suatu saat kita akan menjadi "kupu-kupu"
yang cantik. Bukankah kita semua sudah dilengkapi dengan potensi diri masing-masing? Yang kita
perlukan sekarang adalah secara aktif masuk dalam proses "transformasi diri" yang sebenarnya sangat
terbuka dengan berbagai macam kemungkinan. Jangan cepat menganggap Anda sendirian, gelap dan
takut dengan apa yang Anda hadapi sekarang ini. Itu semua adalah bagian dari proses transformasi
yang sedang Anda jalani. Percayalah.
B. Hati Nurani
Hati Manusia dapat digolongkan ke dalam 3 jenis :
1. Hati yang sakit ( Qolbun Maridh )
Ciri orang yang Memilki hati yang sakit, tak ubahnya seperti gelas kusam ynag berisikan air
keruh. Jangankan sebutir debu yang mencemarinya, paku payung, jarum, silet atau patahan cuuter
sekalipun yang masuk, tidak akan terlihat.
Oarang yang menderita Qolbun Maridh akan sulit menilai secara jujur apapun yang nampak di
depannya. Melihat orang sukses timbul iri dengki ; mendapati kawan meperoleh karunia rezeki,
timbul rasah dan benci ; dihadapkan pada siapa pun yang memilki kelebihan, hatinya akan
berkeinginan untuk menyelidiki aib dan kekurangannya.ibarat menemukan barang berharga, ia
kemudian menyebarkan aib dan kekurangan kepda siapa saja. Ini semua dilakukan agar kelebihan
yang ia temukan pada orang tersebut akan tenggelam. ( Na’udzubillah ). Adapun ciri lainnya dari
hati yang sakit adalah cenderung menyukai makanan rohani yang akan memberinya mudharat.
Sebaliknya, ia enggan mendengar dan menerima santapan rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati
yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit.
2. Hati yang mati ( Qolbun Mayyit )
Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati dicubit, dipukul bahkan
diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa – apa. Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat
9
melakukan perbuatan baiki buruk, dirasakannya sebagai hal yang biasa – biasa saja ; tidak memiliki
nilai sama sekali. Bahkan ia akan merasa bangga dengan masa lalunya yang selalu dipenuhi
perbuatan buruk; mencuri, berzina, menipu dan sebgainya. Kalaupun ia berbuat kebaikan sekecil
apapun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu pujian sertapenuh ujub dan takabur.
Firman Allah SWT terhadap orang yang hatinya mati :
Artinya :
” Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada
penutup; dan bagi mereka azab yang berat.” ( QS. Al – Baqarah [ 2 ] : 7 ).
Dengan demikian, hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya. Hati seperti ini
senatiuasa bersama hawa nafsunya, walaupun di murkai dan di benci Allah SWT. Ia sama sekali
tidak peduli apakah Allah ridha kepdanya atau tidak. Hawa nafsu telah menguasai bahkan menjadi
pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnya, kemana saja ia
bergerak maka geraknya adalah benar – benar telah terselubungi oleh pola pikir meraih kesenangan
duniawi semata.
3. Hati yang sehat ( Qolbun Shahih )
Seseorang yang memilki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memilki tubuh yang sehat. Ia
berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan,
sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar -0 benar sudah melewati perhitungan yang jitu,
berdasarkan hati nurani yang bersih.
Diantara ciri orang yang hatinya sehat adlah hidupnya diselimuti muhabbah ( kecintaan ) dan
tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala mencintai sesuatu, maka cintanya semata – mata
karena Alla. Demikian pun bila ia membenci sesuatu maka ia akan membencinya karena Allah
semata, sehingga kebenciannya itu tidak akan membuatnya tergelincir kedalam perbuatan dosa dan
aniaya. Sebaliknya, ini menjadi ladang pahala.
Oleh karenanya, seseorang yang hatinya sehat, ditimpa apa pun dalam hidup ini, ia akan tetap
teguh bagai air di relung lautan yang dalam ; tidak akan terguncang waluwpun ombak saling
menerjang. Ibarat karang yang tegak tegar, di hantam ombak sedahsyat apapun tidak akan roboh.
10
Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang hanya kejernihan dan keindahan
hati. Ia amat yakin dengan janji Allah.
Artinya :
Allah tiada membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan nya.....
( QS. Al – Baqarah [ 2 ] : 286 ).
Kita sebagai manusia yang memiliki keyakinan dan keimanan kepada Allah, sebaiknya
menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak semata, bukan hanya mengandalkan akal
dan kekuatan pikiran semata. Karena sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan
otak, akal dan pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga
mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati atau kekuatan hati yang
positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan
pikiran manusia. Karena hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran
dan panca indra manusia.
Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun melalui kitab suci-NYA
telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendengarkan suara hati nuraninya.
Mengajarkan manusia untuk dapat memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang
tertanam dalam hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam "
built in" percikan sifat-sifat "Illahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Diantara sifat-sifat
mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta
dan kasih sayang, bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya. Karena itu
sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam
segala bidang kehidupan.
Di dalam hati tempatnya pusat ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan sejati yang
hakiki. Bahkan hati merupakan cerminan dari diri dan hidup manusia secara keseluruhan. Di dalam hati
terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia
dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang
11
Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua yang hal yang terindah, hal yang
terbaik, termurni, dan tersuci berada di dalamnya.
Dengan demikian, kekuatan hati ini sangat "powerfull" dan sangat dahsyat dalam membawa
manusia meraih sukses dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan. Hati yang jernih akan
melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia
berdasarkan suara hati nurani. Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu betindak
bijaksana, memiliki semangat positif, cerdas dan berbagai sifat-sifat mulia lainnya. Dengan hati yang
jernih, kita dapat berpikir jernih dan menjalani kehidupan dengan lebih produktif, lebih semangat, lebih
efisien dan lebih efektif untuk meraih tujuan.
Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah bahwa ia memiliki akal dan hati
nurani. Akal berguna dalam proses intelektualitas-yang salah satu bentuknya adalah kreativitas-
sedangkan hati nurani yang akan memberi nilai positif atau negatif pada hasil intelektualitas tersebut.
Ketika proses kreativitas individu terhambat dan dihambat, maka fungsi intelektualitasnya pun
terhambat, itulah alasan mengapa saya mengatakan 'tubuh akan terasa mati jika intelektualitas kita
dihentikan. Akan tetapi tidak selamanya penghentian proses intelektualitas itu berdampak negatif. Di
sinilah peran hati nurani dalam melengkapi keutuhan individu sebagai manusia. Bukan tidak mungkin
intelektualitas dan hati nurani berjalan beriringan. Justru dengan cara demikianlah peradaban manusia
sebagai makhluk yang paling mulia tetap pada jalurnya yang beradab. Sama halnya dengan
intelektualitas, sensitivitas hati nurani pun hendaknya dimulai sejak usia sangat dini. Menggunakan
perspektif ini, maka seseorang baru dapat dikatakan individu seutuhnya hanya jika ia memiliki
keduanya, intelektualitas dan hati nurani.
Dalam meraih kesuksesan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak semata.
Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah
menggunakan kekuatan hati nurani, menggunakan kekuatan kejernihan hati dengan seimbang.
Gunakanlah kekuatan hati yang positif, karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda. Hatilah tempat
sifat mulia Allah swt Sang Pencipta bersemayam di dalam diri kita. Dengan senantiasa menggunakan
kekuatan hati, mendengarkan suara hati, akan membawa manusia menjalani kehidupan dengan penuh
kedamaian dan kebahagiaan. Kalau seseorang dapat merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan hati,
maka akan memiliki hidup yang penuh dengan Sukses dan kemuliaan.
12
C. Risk - Taking ( Berani Mengambil Resiko )
Risk taking disini kami mengartikannya adalah seseorang yang berani mengambil sebuah resiko
atau tantangan dalam hidupnya, di berani keluar dari zona kenyamananya `dan di sertai berani
mengambil sebuah keputusan.
Salah satu karunia Allah bagi manusia dalam menjalani kehidupannya, adalah ketika diberi
banyak tantangan. Oleh karena itu, semakin banyak tantangan dan kesulitan yang menghadang, insya
Allah peluang semakin dekat dengan Allah pun semakin besar. Sebagaimana firman Allah dalam Al –
Quran surah Alam Nasrah ayat 6 – 8 :
Artinya :
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( 6 ). Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain ( 7 ). Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap ( 8 ).
Orang – orang yang hidupnya tanpa tantangan tidak akan memilki tingkat kesungguhan yang
bagus dalam berharap memohon pertolongan – Nya. Persaingan demi persaingan adalah bagian dari
karunia Allah. Seklai kita menyatakan tidak mapu hidup dalam sergapan persaingan, maka kita tidak
akan pernah bisa memompa kemapuan secara maksimal.
Dengan kata lain, orang yang tidak suka bersaing dan gemar menghidarinya, hidupnya akan
biasa – biasa saja. Berbeda dengan orang yang memilki pesaing. Ia akan selalu berusaha untuk unggul,
minimal tidak sampai kalah oleh saingannya.
Kita bisa melihat karunia Allah yang amat luar biasa ini sejak masa awal proses kejadian
manusia di dalam rahim perempuan. Betapa astu ovum ( sel telur ) di serbu oleh berjuta – juta sel
sperma, namun yang mampu membuahinya ternyata hanya satu sel.
13
Artinya, janin bakal manusia tercipta di dalam justru dan bibit paling unggul karena ia telah
bersaing sangat ketat dan akhirnya berhasil mengalahkan jutaan pesaing tersebut. Manusia itu telah di
bekali Allah potensi untuk menjadi yang terbaik. Bersaing pada hakekatnya adalah berjuang dan
berikhtiar secara maksimal untuk mengungguli pihak – pihak lain, yang mungkin memilki hasrat dan
keinginan lebih tinggi, potensi lebih mantap, kekuatan fisik dan mental lebih prima, taktik dan strategi
lebih jitu, dan berbagai faktor kelebihan lainnya, dibandingkan dengan apa yang ada pada diri kita
sendiri.
Dengan demikian, kunci paersaingan adalah sikap mental positif di sertai semangat untuk
berjuang sekuat tenaga dan berikhtiar mengerahkan segenap potensi yang ada semaksimal mungkin.
Persaingan positif, tidak bisa tidak, akan melahirkan pemenang sejati dan sangat layak di beri predikat
unggul. Semangat yang membakar dan menggelora di dalam dada untuk selalu berbuat lebih baik dari
hari – hari kemarin. Melahirkan karya – karya prestatif dan bermutu. Bila kita melakukan ikhtiar –
ikhtiar yang paling maksimal dari apa yang bisa dilakukan, Insya Allah akan memberikan perubahan –
perubahan diri yang sangat mengesankan setelah kita menggantungkan harapan kepada Allah Azza wa
jalla.
Artinya :
Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. ( Qs. Ar – Ra’du [ 13 ] ; 11 ).
Teori Dasar Pembuatan Keputusan
Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara
prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
a. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan
utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang
menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.
Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu
tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir
14
yang terjadi. Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi
manusia (Kelly, 1987).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan act
utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan bergantung
pada sejauh mana tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan
atau kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas ; tidak melibatkan
aturan umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan
terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan
sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini : bayi yang lahir cacat lebih baik
diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
b. Deontologi (formalisme)
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau tindakan.
Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu
tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara
moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus
bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Contoh penerapan deontologi adalah seorang
perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun
kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain : seorang perawat menolak membantu
pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam
menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan
abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri
hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori
deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi,
kejujuran, dan ketaatan (Fry, 1991).
Hati nurani, percaya diri dan risk – taking adalah hal yang saling berkaitan. Dalam mengambil
sebuah resiko ( tantangan ) kita melakukannya dengan hati nurani yang bersih dan dengan sikap
penuh percaya diri. Dengan cara seperti itu insya Allah kitaakan menjadi orang sukses dan jauh dari
pikiran untuk berputus asa.
15
Jagalah hati, jangan kau nodai, jagalah hati cahaya Ilahi
Jagalah hati, jangan kau nodai,, jagalah hati lentera hidup ini
Bila hati kian bersih, pikiran oun akan jernih, semngat hidup kan gigih, presteai mudah di raih,
tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk.
Bila hati kian lapang, hidup susahtatap senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan
tenan, tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit,seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan
manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa rendah diri
2. Hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra
manusia.
3. Sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan
dalam segala bidang kehidupan.
4. Risk taking adalah seseorang yang berani mengambil sebuah resiko atau tantangan dalam
hidupnya, di berani keluar dari zona kenyamananya `dan di sertai berani mengambil sebuah
keputusan.
B. Saran
1. Percayalah pada kemampuan yang kita miliki pada setiap kita melakukan pekerjaan dengan kata
– kata ” aku bisa....!!! melakukannya “ .
2. Kita harus menjadi orang yang beruntung dengan menanamkan di hati kita kata – kata ” nasib ku
hari ini hrus lebih baik dari pada hari kemaren ” .
16
DAFTAR PUSTAKA
Artikel tentang rasa percaya diri,hati nurani dan risk – taking diambil dari :
www. E – psikologi . com
www. Asmamalaikat
www. re-searchengines.com
www. media.isnet.org
www. mail-archiveREZAERVAN. Com
www. rasniardhi.blogspot.com
www. andriewongso.com
Dan di ambil dari buku :
Gymnastiar, Abdullah. 2004. Aku bisa!”. Bandung : MQ Publishing.
17