bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-1-00503-mtif bab 2.pdf ·...

32
8 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program serta untuk membuat aplikasi peramalan persediaan barang dengan Holt-Winters guna optimasi pendistribusian barang dengan Saving Method. 2.1. Peramalan 2.1.1. Definisi Peramalan Peramalan (forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri, 1984, p1). Sedangkan menurut Sugiarto dan Harijono (2000, p1) peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menentukan hubungan, kecenderungan dari pola yang sistematis. Menurut Levine, Stephan, Krehbiel, dan Barenson (2002, p654) menyatakan bahwa peramalan adalah sebuah teknik yang dapat digunakan untuk membantu perencanaan untuk kebutuhan masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu. 2.1.2. Kegunaan dan Peran Peramalan Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan waktu antara kesadaran akan dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut. Jadi dalam menentukan kebijakan itu perlu diperkirakan kesempatan atau peluang yang ada, dan ancaman yang mungkin terjadi.

Upload: vanthu

Post on 23-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

serta untuk membuat aplikasi peramalan persediaan barang dengan Holt-Winters guna

optimasi pendistribusian barang dengan Saving Method.

2.1. Peramalan

2.1.1. Definisi Peramalan

Peramalan (forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang

terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri, 1984, p1). Sedangkan menurut

Sugiarto dan Harijono (2000, p1) peramalan merupakan studi terhadap data historis

untuk menentukan hubungan, kecenderungan dari pola yang sistematis.

Menurut Levine, Stephan, Krehbiel, dan Barenson (2002, p654) menyatakan

bahwa peramalan adalah sebuah teknik yang dapat digunakan untuk membantu

perencanaan untuk kebutuhan masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu.

2.1.2. Kegunaan dan Peran Peramalan

Peramalan diperlukan karena adanya perbedaan waktu antara kesadaran akan

dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut. Jadi

dalam menentukan kebijakan itu perlu diperkirakan kesempatan atau peluang yang ada,

dan ancaman yang mungkin terjadi.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

9

Kegunaan peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Setiap orang

selalu dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah

keputusan yang didasarkan pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu keputusan

itu dilaksanakan. Apabila kurang tepat ramalan yang disusun atau dibuat, maka makin

kurang baiklah keputusan yang diambil.

2.1.3. Jenis-Jenis Peramalan

Pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung cara

melihatnya. Apabila dilihat dari sifat penyusunannya, maka peramalan dapat dibedakan

atas dua macam sebagai berikut.

1. Peramalan yang subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau

intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan atau ”judgement”

dari orang yang menyusunnya sangat menentukkan baik tidaknya hasil ramalan.

2. Peramalan yang objektif, adalah peramalan yang didasarkan atas data relevan pada

masa lalu, dengan menggunakan teknik–teknik dan metode–metode dalam

penganalisaan data tersebut.

Selain itu, jika dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, maka peramalan

dapat dibedakan atas dua macam pula sebagai berikut.

1. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan

hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga

semester. Peramalan seperti ini misalnya diperlukan dalam penyusunan rencana

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

10

pembangunan suatu negara atau daerah, corporate planning, rencana investasi

atau rencana ekspansi dari suatu perusahaan.

2. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan

hasil ramalan dengan jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun, atau tiga

semester. Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan,

rencana kerja operasional, dan anggaran, contohnya penyusunan rencana produksi,

rencana penjualan, rencana pengadaan, rencana persediaan, anggaran produksi,

anggaran pemasaran, dan anggaran perusahaan.

2.2. Metode Peramalan

Metode peramalan adalah cara memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan

terjadi pada masa depan, berdasarkan data yang relevan pada masa lalu. Karena metode

peramalan skripsi ini berdasarkan atas data yang relevan pada masa lalu, maka

digunakan peramalan objektif dengan jenis metode peramalan kuantitatif.

Metode peramalan dapat digunakan untuk membantu dalam pendekatan analisis

terhadap tingkah laku atau pola dari data yang lalu. Metode tersebut memberikan cara

pemikiran, pengerjaan dan pemecahan yang sistematis dan pragmatis, serta memberikan

tingkat keyakinan yang lebih besar atas ketepatan hasil ramalan yang dibuat, atau yang

disusun.

2.2.1 Jenis–Jenis Metode Peramalan

Levine, Stephan, Krebhbiel, dan Barenson (2002, p655) mengatakan ada dua

pendekatan umum untuk jenis metode peramalan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

11

peramalan kualitatif penting saat data historis tidak tersedia, namun metode ini bersifat

sangat subjektif dan membutuhkan penilaian dari pakar. Adapun peramalan kuantitatif

menggunakan data historis yang ada. Tujuan metode ini adalah mempelajari apa yang

telah terjadi di masa lalu untuk meramalkan nilai-nilai yang akan datang.

2.2.2. Metode Peramalan Kuantitatif

Menurut Makridakis, Wheelwright, dan McGee (1999, p19-20), peramalan

kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi sebagai berikut.

1. Tersedia informasi tentang masa lalu dengan jumlah minimal sesuai dengan

metode peramalan yang digunakan

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik sendiri

mempunyai empat ukuran variabel atau skala.

a. Skala Nominal: hanya untuk membedakan kelopok mana yang menjadi

objek penelitian

b. Skala Ordinal: mengelompokan responden dalam kategori tertentu dan

mengurutkannya

c. Skala Interval: dapat menentukan jarak dua titik dalam variabel yang

digunakan

d. Skala Rasio: selain membedakan, juga memberikan urutan, menentukan

jarak, dan memiliki titik asal.

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut

pada masa mendatang.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

12

Menurut Assauri(1984, p4), metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan atas

dua kategori sebagai berikut.

1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan

antara variable yang akan diperiksa dengan variabel waktu, yang merupakan deret

waktu atau time series.

2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan

antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang

mempengaruhinya, yang bukan waktu, yang disebut metode korelasi atau sebab

akibat (causal methods).

Metode-metode peramalan dengan menggunakan analisis pola hubungan antara

variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, atau analisis deret waktu,

dibagi menjadi tiga hal:

1. metode smoothing, yang mencakup metode data lampau (past data), metode

rata-rata kumulatif, metode rata-rata bergerak (moving average) dan metode

“exponential smoothing”.

2. metode Box Jenkins.

3. metode proyeksi trend dengan regresi

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

13

Gambar 2.1 Jenis-jenis Peramalan (sumber: Sofjan Assauri, 1984, p9)

2.3. Time Series

Model deret berkala melakukan pendugaan masa depan berdasarkan nilai masa

lalu dari suatu variabel untuk menemukan pola dalam deret data historis dan

mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Di lain pihak, model kausal

mengasumsikan bahwa variabel terikat yang diramalkan menunjukkan hubungan sebab

akibat dengan satu atau lebih variabel bebas, dengan maksud untuk menemukan bentuk

hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari

variabel tak bebas (Makridakis et al.,1999, p37).

Langkah penting untuk memilih metode time series yang tepat adalah dengan

mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola data

tersebut dipertimbangkan. Pola data untuk deret time series dibedakan menjadi pola

horizon, pola musiman, pola siklis, dan pola trend. Pola horizon terjadi manakala data

berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan. Pola musiman terjadi bilamana suatu

deret time series dipengaruhi faktor musiman (misalnya kuartal, bulan, atau hari-hari

FORECASTING

PERAMALAN KUALITATIF

PERAMALAN KUANTITATIF

CAUSAL METHOD TIME SERIES

SMOOTHING BOX JENKINS PROYEKSI TREND

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

14

tertentu). Pola siklis terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi

jangka panjang seperti yang berhubungan dengan business cycle. Sedangkan pola trend

terjadi bilamana terdapat kecenderungan kenaikan atau penurunan jangka panjang

dalam data.

2.3.1. Holt

Peramalan dengan penghalusan eksponen sederhana dilakukan jika data tida

mengandung komponen trend dan musiman, sedangkan jika mengandung komponen

trend tetapi tidak mengandung komponen musiman, maka harus digunakan metode

Holt, yaitu metode penghalusan eksponensial dengan dua kali pembobotan.

Metode ini pada awalnya digunakan untuk data bulanan yang tidak memiliki

komponen musiman, dan dalam pengembangannya dapat digunakan untuk data tahunan

dengan proses analisisnya mengadapsi proses untuk data bulanan. Misalkan x1 , x2 , . . . ,

xn sampel data deret waktu bulanan tanpa komponen musiman. Jika dideskripsikan:

mt : taksiran rata-rata pada bulan yang sama (current mean) untuk bulan ke-t, t = 1 , 2

,… , 12.

Tt: taksiran pola trend pada bulan ke-t, t = 1 , 2 , … , 12 maka formulasi pembobotannya

adalah:

mt = αxt + (1 – α) (mt-1 − Tt-1) persamaan (2.1)

Tt = γ(mt – mt-1) + (1 – γ)Tt-1

0 < α , γ < 1 , konstanta riil, xt pengamatan terakhir bulan ke-t

Peramalan nilai data waktu ke-t dengan lead time k dihitung dengan persamaan:

ktx +ˆ = mt + kTt , k = 1 , 2 , . . . , 12 ; t = 1 , 2 , … persamaan (2.2)

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

15

Perhitungan nilai α dan γ berdasarkan data sampel secara “manual” sebagai berikut:

1. Susun nilai data berdasarkan bulan yang sama seperti tabel berikut:

Tabel 2.1 Contoh tabel susunan data berdasarkan bulan BULAN TAHUN

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

2. rata-rata data pada bulan yang sama untuk setiap bulan, mt , t : 1 , 2 , ... , 12

3. tentukan model trend pada bulan yang sama untuk setiap setiap bulan, dan hitung

4. nilai ramalan untuk pengamatan terakhir bulan ke-t, Tt , t : 1 , 2, … , 12

5. tentukan nilai-nilai pengamatan terakhir bulan ke-t, xt , t : 1 , 2 , … , 12

6. bangun formulasi pembobotan seperti pada persamaan (2.1).

7. lakukan proses iterasi seperti pada penghalusan eksponen sederhana untuk

persamaan (2.1).

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

16

2.3.2. Winters

Metode ini merupakan penghalusan eksponensial juga, dan digunakan jika data

memiliki komponen musiman, tetapi tidak memiliki komponen trend. Metode ini

digunakan jika data adalah data bulanan, sebab musiman hanya dideskripsikan pada

data bulanan. Secara umum, yang dimaksud dengan musiman adalah komponen siklis

dengan periode 12 bulan.

Konsepsi perhitungan metode Winters identik dengan metode Holt, yaitu

penghalusan eksponensial dengan dua kali pembobotan. Misalkan x1 , x2 , . . . , xn ,

sampel data deret waktu yang memiliki komponen musiman, tetapi tidak memiliki

komponen trend. Selanjutnya jika didefinisikan (Mulyana, 2004,p62):

mt : taksiran rata-rata pada bulan yang sama untuk bulan ke-t, t : 1, 2, …, 12

st : taksiran faktor musiman pada bulan ke-t, t = 1, 2, …, 12

dan komponen musimannya multiplikatif dengan persamaan :

ttttt smx εε ,+= : kekeliruan acak

maka formulasi pembobotannya :

( ) 112

1 −−

−+= tt

tt m

sx

m αα persamaan (2.3)

( ) 121 −−+= tt

tt s

mx

s δδ

dan nilai ramalan untuk lead time h, dihitung dengan formulasi :

httht smx +−+ = 12

Sedangkan jika aditif dengan persamaan

ttttt smx εε ,++= kekeliruan acak

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

17

maka formulasi pembobotannya

( ) ( ) 112 1 −− −+−= tttt msxm αα persamaan (2.4)

( ) ( ) 121 −−+−= tttt smxs δδ

dan nilai ramalan untuk lead time h, dihitung dengan formulasi

httht smx +−+ += 12ˆ

Pada formulasi pembobotan, xt pengamatan terakhir pada bulan ke-t , α dan δ konstanta

riil, 0 < α , δ < 1 . Sedangkan nilai lead time h = 1, 2, . . . , 12.

2.3.3. Holt-Winters

Metode peramalan Holt-Winters merupakan gabungan dari dari metode Holt dan

metode Winters, digunakan untuk peramalan jika data memiliki komponen trend dan

musiman. Metode Holt-Winters merupakan pengembangan dari metode Holt di mana

metode Holt merupakan metode pemulusan dengan dua parameter (pemulusan ganda)

untuk tipe data yang mengandung kecenderungan (trend)

Untuk deret data musiman, metode Holt-Winters merupakan pendekatan

pemulusan yang paling banyak digunakan. Terdapat pendekatan pemulusan musiman

yang lain namun jarang digunakan.

Kelemahan utama dari metode Holt-Winters yang menghambat penggunanya

secara meluas adalah bahwa metode ini memerlukan tiga parameter pemulusan (α,β, dan

γ). Karena setiap parameter ini dapat bernilai antara 0 hingga 1, maka kombinasi yang

harus dicobakan sebelum nilai α,β, dan γ yang optimal dapat ditentukan. Salah satu

masalah dalam penggunaan metode ini adalah dalam menentukan nilai yang optimal

untuk α,β, dan γ tersebut yang akan meminimumkan nilai MSE (Mean Squared Error)

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

18

atau MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Pendekatan yang dilakukan untuk

menentukan nilai ini biasanya secara coba dan salah (trial and error). Namun hal ini

memakan banyak waktu (Makridakis et al., 1999, p127).

Metode Holt-Winters memiliki dua tipe yaitu aditif dan multiplikatif.

a. Metode Holt-Winters Aditif

Menurut Montgomery, Johnson, dan Gardiner dalam buku mereka ”Forecasting

and Time Series Analysis – second edition”:

Model musiman aditif cocok untuk peramalan deret berkala (time series) di

mana amplitudo (atau ketinggian) pola musimannya tidak bergantung pada rata-rata

level atau tingkatan dari deret data (Montgomery, Johnson&Gardiner, 1990, p146).

Metode ini memiliki empat persamaan sebagai berikut.

Pemulusan Keseluruhan (Level)

Lt = α(Yt – St-s) + (1- α)(Lt-1 + Tt-1)

Pemulusan Trend

Tt = β(Lt – Lt-1) + (1- β)Tt-1

Pemulusan Musiman

St = γ(Yt – Lt) + (1 – γ)St-s

Ramalan

Ft+p = (Lt +Tt.p) + St-s+p

Keterangan:

Lt = nilai pemulusan atau estimasi nilai tingkatan/level ke-t.

α = konstanta/koefisien pemulusan untuk level.

Yt = nilai pengamatan atau nilai yang sebenarnya pada waktu ke-t.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

19

β = konstanta/koefisien pemulusan untuk estimasi trend.

Tt = estimasi trend.

γ = konstanta/koefisien pemulusan untuk estimasi musiman.

St = estimasi musiman.

p = banyaknya periode yang akan diramal ke depan.

s = panjang musim.

Ft+p = nilai peramalan selama p periode ke depan ( ptY +ˆ )

b. Metode Holt-Winters Multiplikatif

Menurut Montgomery, Johnson, dan Gardiner dalam buku mereka ”Forecasting

and Time Series Analysis – second edition”:

Model musiman multiplikatif cocok untuk peramalan deret berkala (time series)

di mana amplitudo (atau ketinggian dari pola musimannya proposional dengan rata-

rata level atau tingkatan dari deret data (Montgomery, Johnson&Gardiner, 1990,

p138).

Seperti halnya pada metode Holt-Winters aditif, metode Holt-Winters

multiplikatif juga memiliki empat persamaan dengan sedikit perbedaan berikut ini.

Pemulusan Keseluruhan (Level)

Lt = αst

t

SY

+ (1- α)(Lt-1 + Tt-1)

Pemulusan Trend

Tt = β(Lt – Lt-1) + (1- β)Tt-1

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

20

Pemulusan Musiman

St = γt

t

LY + (1 – γ)St-s

Ramalan

Ft+p = (Lt + Tt.p) + St-s+p

Keterangan:

Lt = nilai pemulusan atau estimasi nilai tingkatan/level ke-t.

α = konstanta/koefisien pemulusan untuk level.

Yt = nilai pengamatan atau nilai yang sebenarnya pada waktu ke-t.

β = konstanta/koefisien pemulusan untuk estimasi trend.

Tt = estimasi trend.

γ = konstanta/koefisien pemulusan untuk estimasi musiman.

St = estimasi musiman.

p = banyaknya periode yang akan diramal ke depan.

s = panjang musim.

Ft+p = nilai peramalan selama p periode ke depan ( ptY +ˆ )

Seperti halnya pada metode Holt-Winters aditif, besarnya koefisien α, β, dan γ

pada metode Holt-Winters multiplikatif memiliki jarak (range) dari 0,1 s/d 0,9.

Pemilihan pemakaian besarnya bobot koefisien pemulusan α,β, dan γ dapat dilakukan

secara subyektif atau dengan melihat tingkat kesalahan/error pengukuran peramalan

seperti MAPE (Mean Absolute Percentage Error) yang dihasilkan berbeda-beda pada

masing-masing besarnya α,β, dan γ. Hal tersebut dapat dilakukan secara coba dan

salah (trial and error).

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

21

Begitu pula halnya untuk penentuan nilai awal Lt, Tt, dan St, pada Holt-

Winters multiplikatif juga memiliki cara penentuan dengan pendekatan nilai yang

sama dengan Holt-Winters aditif, di mana perkiraan awal nilai level sama dengan nilai

awal data. Lalu trend kemudian diperkirakan sama dengan nol (0), dan musiman yang

masing-masing ditentukan sama dengan satu (1,0). Hal ini berlaku hanya untuk satu

masa awal periode musiman pada data.

2.4. Ukuran Ketepatan Ramalan

Dalam semua situasi peramalan mengandung derajat ketidakpastian. Fakta ini

dengan memasukkan unsur kesalahan (error) dalam perumusan sebuah peramalan deret

waktu. Sumber penyimpangan dalam peramalan bukan hanya disebabkan unsur error,

tetapi ketidakmampuan suatu model peramalan mengenai unsur yang lain dalam deret

data juga mempengaruhi besarnya penyimpangan dalam peramalan. Jadi besarnya

penyimpangan hasil ramalan dapat disebabkan oleh besarnya faktor yang tidak diduga

(outliers), tidak ada metode peramalan mampu menghasilkan peramalan yang akurat,

atau juga disebabkan metode peramalan yang digunakan tidak dapat memprediksi

dengan tepat komponen trend, komponen musiman, atau komponen siklus yang

mungkin terdapat dalam deret data, yang berarti metode yang digunakan tidak tepat

(Bowerman dan O’Connel,1987).

Jika Xi merupakan data aktual untuk periode i dan Fi merupakan ramalan (atau

nilai kecocokan, fitted value) untuk periode yang sama, maka kesalahan didefinisikan

sebagai.

ei = Xi – Fi

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

22

Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka akan

terdapat n buah galat dan ukuran statistik yang dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Galat Nilai Menengah (Mean Error)

∑=

=n

i

i

neME

1

2. Galat Nilai Menengah Absolut (Mean Absolute Error)

∑=

=n

i

i

ne

MAE1

3. Galat Jumlah Kuadrat (Sum of Squared Error)

∑=

=n

iieSSE

1

2

4. Galat Nilai Menengah Kuadrat (Mean Squared Error)

∑=

=n

i

i

neMSE

1

2

5. Galat Deviasi Standar (Standart Deviation of Error)

)2(1

2

−=

∑=

n

eSDE

n

ii

Selain ukuran ketepatan yang telah disebutkan di atas, ada lagi ukuran ketepatan

yang sering digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu metode peramalan dalam

memodelkan data deret waktu yaitu nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error),

MSD (Mean Squared Deviation) dan MAD (Mean Absolute Deviaton).

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

23

MAPE merupakan ukuran ketepatan relatif yang digunakan untuk mengetahui

persentase penyimpangan hasil ramalan, dengan persamaan sebagai berikut.

%100|

ˆ|

1 Xnx

xx

MAPE t

n

t t

tt∑=

=

MAD menyatakan penyimpangan ramalan dalam unit yang sama pada data,

dengan merata-ratakan nilai absolute error (penyimpangan) seluruh hasil ramalan. Nilai

absolute berguna untuk menghindari nilai penyimpangan positif dan penyimpangan

negatif saling meniadakan. Persamaanya adalah sebagai berikut.

n

xxMAD

n

ttt∑

=

−= 1

|ˆ|

MSD merupakan ukuran penyimpangan ramalan dengan merata-ratakan kuadrat

error (penyimpangan) semua ramalan. MSD menghindarai nilai penyimpangan positif

dan penyimpangan negatif saling meniadakan adalah dengan mengkuadratkan nilai

kesalahan tersebut. Persamaanya adalah sebagai berikut.

n

xxMSD

n

ttt∑

=

−= 1

2)ˆ(

Di mana :

xt: nilai aktual periode t

tx̂ : nilai ramalan periode t

n : jumlah periode ramalan

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

24

2. 5. Optimasi

Dalam matematika, istilah optimasi atau program matematika berhubungan

dengan masalah pencarian nilai minimum atau maksimum dari fungsi riil dengan

memilih nilai dari variabel secara sistematis dari himpunan yang ada. Masalah ini dapat

direpresentasikan sebagai berikut.

Diberikan sebuah fungsi f : A → R dari himpunan bilangan A ke himpunan

bilangan riil. Akan dicari x0 dari himpunan A dimana f(x0) ≤ f(x) untuk semua x pada A

(”minimalisasi”) atau f(x0)≥f(x) untuk semua x pada A (“maksimalisasi”).

Secara khusus, A adalah himpunan bagian dari dimensi Euclid Rn. Pada A

terdapat beberapa kendala berupa persamaan atau pertidaksamaan yang harus dipenuhi

oleh anggota himpunan A. Domain dari himpunan A disebut ruang cari dan elemen-

elemen dari himpunan A disebut solusi kandidat atau feasible solution. Fungsi f disebut

objective function atau cost function. Sebuah solusi kandidat paling minimal atau paling

maksimal dari sebuah objective function disebut solusi optimal.

Pada umumnya, pada objective function yang bersifat konveks terdapat lokal

minima atau maksima, dimana local minimum x* didefinisikan sebagai berikut.

||x-x*|| ≤ δ , di mana δ > 0

Sehingga

f(x*) ≤ f(x)

Local maxima didefinisikan dengan cara yang sama. Untuk mengatasi hal itu, maka

dikenal istilah global opmitzation yang dapat mencari solusi yang konvergen pada

permasalahan non konveks dalam waktu yang terbatas.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

25

2.6. Vehicle Routing Problem

Vehicle Routing Problem (VRP) pertama kali diutarakan oleh Dantzig dan

Ramser. VRP adalah permasalahan kompleks dari optimisasi kombinatorial, yang

merupakan gabungan dari dua permasalahan, yaitu Travelling Salesman Problem (TSP)

dan Bin Packing Problem (BPP). VRP merupakan NP-Hard (non-deterministic

polynomial-time Hard), sehingga permasalahan ini sulit dipecahkan.

VRP berhubungan dengan pengiriman dan/atau pengambilan barang. Masalah

kritis dalam VRP adalah rute dan pengaturan kendaraan pengangkut yang ada sehingga

dapat melayani permintaan pelanggan seefisien mungkin berdasarkan kriteria-kriteria

yang ada. Sebuah rute adalah serangkaian lokasi yang harus dikunjungi kendaraan

pengangkut untuk menyelesaikan pelayanannya, misalnya pelayanan pengiriman

barang. Penyelesaian VRP menghasilkan rute, dan dapat juga menghasilkan

penjadwalan kendaraan-kendaraan pengangkut dalam rute yang terbentuk.

Permasalahan dalam Vehicle Routing dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

permasalahan statis dan dinamis. Pada permasalahan statis, permintaan pelanggan telah

diketahui sebelumnya. Sedangkan pada permasalahan dinamis, sebagian ataupun

seluruh permintaan pelanggan diketahui ketika kendaraan pengangkut sudah mulai

beroperasi, yaitu ketika rute telah diatur, ataupun ada perubahan di tengah perjalanan.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

26

Gambar 2.2 Hubungan VRP dengan TSP dan perkembangannya

(sumber : Massimo Paoluci, 2001, p10)

VRP adalah generalisasi dari TSP. Maka, TSP adalah sebuah VRP tanpa

batasan seperti depot, pelanggan dan permintaan. M-TSP adalah VRP dengan sebuah

depot dan m kendaraan pengangkut, termasuk bila tidak ada permintaan dari pelanggan.

M-TSP adalah transformasi dari TSP dengan memperbanyak jumlah depot.

Pada kenyataanya, Vehicle Routing digambarkan dengan jaringan jalan, yang

kemudian, dituangkan dalam sebuah graf, baik graf berarah G = (V,A), graf tidak

berarah G = (V,E) maupun graf campuran G = (V, A ∪ E). Penggunaan bentuk graf ini

disesuaikan dengan daerah yang akan dikunjungi kendaraan pengangkut. Graf tak

berarah digunakan jaringan jalan skala besar, meliputi negara, dan negara bagian atau

provinsi. Sedangkan graf berarah digunakan untuk jaringan jalan skala kecil, misal

untuk menggambarkan jalan-jalan dalam satu kota.

Verteks menggambarkan depot, pelanggan ataupun persimpangan jalan.

Himpunan verteks dilambangkan dengan V = (v0, .... vn). Verteks v0 mewakili pusat, di

mana terdapat kendaraan pengangkut identik sejumlah k dengan kapasitas Q.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

27

Sedangkan verteks lainnya melambangkan kota atau pelanggan, yang memiliki

permintaan di node. arc atau edge menggambarkan jalan-jalan yang ada. Edge dapat

bersifat berarah (i,j) ε A, di mana A = {(vi,vj): i ≠ j, vi,vj ε V} dan tidak berarah e ε E.

Biaya dan jarak perjalanan dilambangkan oleh cij, yang didefinisikan pada A, sedangkan

waktu non-negatif dilambangkan oleh tij, yang juga didefinisikan pada A.

Setiap verteks vi dalam V diasosiasikan dengan sejumlah barang qi, yang akan

diantarkan oleh satu kendaraan. VRP bertujuan untuk menentukan sejumlah k rute

kendaraan dengan total biaya yang minimum, bermula dan berakhir di sebuah depot.

Adapun setiap verteks dalam V dikunjungi tepat sekali oleh satu kendaraan jadi biaya

dari solusi masalah ini S adalah : Fvrp(S) = ∑=

k

iiRC

1)( .

Gambar 2.3. Contoh visualisasi input dari Vehicle Routing Problem

(sumber: Massimo Paolucci, 2001, p2)

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

29

5 Lokasi permintaan Simpul Garis Campuran

6 Jaringan yang mendasari

Tidak berarah Berarah Campuran Euclid

7 Batas kapasitas kendaraan pengangkut

Semuanya sama Jalur yang berbeda Kapasitas tak terbatas

8 Rute maksimum Sama untuk semua rute Berbeda untuk setiap rute Tidak ditentukan

9 Sistem pengoperasian

Pengambilan saja Pengiriman saja Pengambilan dan pengiriman

10 Biaya Variabel atau biaya rute Biaya tetap pengoperasian atau biaya tetap kendaraaan pengangkut Biaya pengangkutan umum

11 Tujuan Meminimalkan biaya total rute Meminimalkan jumlah kendaraan pengangkut yang diperlukan Meminimalkan fungsi kegunaan berdasarkan pada pelayanan dan kenyamanan Meminimalkan fungsi kegunaan berdasarkan pada prioritas pelanggan

2.7. Metode Savings

Clarke dan Wright (1964) menemukan sebuah metode sederhana untuk

mengoptimalkan rute pengiriman, di mana terdapat banyak kendaran pengangkut

dengan berbagai kapasitas yang berasal dari satu pusat yang akan mengirimkan barang-

barang ke banyak tempat. Rute terpendek antara dua titik diberikan pada sistem. Tujuan

yang ingin dicapai adalah bagaimana mengalokasikan kendaraan pengangkut, sehingga

semua barang dapat terikirim dengan biaya pengiriman serta operasional minimal.

Sebenarnya, prosedur sederhana, tetapi sangat efektif dalam menghasilkan solusi yang

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

28

Gambar 2.4. Salah satu output dari persoalan VRP dari input gambar 2.3

(sumber: Massimo Paolucci, 2001, p5)

Pada perkembangannya, VRP memiliki beberapa karakteristik sehingga dapat

dibagi-bagi dalam beberapa kategori masalah, seperti yang dapat ditunjukan dalam tabel

2.2. Kategori ini dibuat oleh Bodin dan Golden (1981), yang memamparkan berbagai

karakteristik umum, yang akan membedakan VRP. Keseluruhan tabel memberikan

gambaran singkat tentang masalah routing.

Tabel 2.2 Kategori masalah dalam VRP

(sumber: Titiporn Thammapimokkul, 2001, p16) No Karakteristik Varian yang Mungkin 1 Jumlah Kendaraan

Pengangkut Satu kendaraan pengangkut Multi kendaraan pengangkut

2 Tipe kendaraan pengangkut

Homogen (satu tipe kendaraan pengangkut) Heterogen (multi tipe kendaraan pengangkut)

3 Tempat asal kendaraan (pusat)

Satu pusat Multi pusat

4 Tipe Permintaan Permintaan deterministik (telah diketahui sebelumnya) Permintaan stochastic Permintaan kepuasan sebagian

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

30

mendekati optimal. Cara heuristic ini disebut metode Savings, di mana terjadi

perubahan prosedur dalam setiap langkah sehingga menghasilkan yang lebih baik.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Pertama, setiap rute menghubungkan pusat dengan satu pelanggan

2. Kemudian, hubungkan setiap dua pelanggan dalam satu rute jika total

permintaanya tidak melebihi kapasitas kendaraan pengangkut. Dengan algoritma

ini, dihitung biayanya dan dipilih yang terbesar.

3. Kemudian, rute diperluas lagi dengan mengkombinasikan rute-rute yang ada,

penghitungan biaya dilakukan dan biaya terbesar dipilih.

4. Lakukan langkah ini berulang-ulang hingga permintaan melebihi kapasitas

kendaraan pengangkut.

Dalam algoritma Savings, kombinasi dari dua pelanggan i dan j ke dalam satu rute

dirumuskan sebagai berikut

ijojioij cccS ++=

Di mana cij menyatakan biaya rute dari pelanggan i ke j. Pelanggan “0” merupakan

pusat atau awal rute. Contoh ilustrasi digambarkan dalam Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Ilustrasi dari Savings yang telah dihitung

(sumber: Titiporn Thammapimookkul, 2001)

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

31

Dari prosedur sebelumnya, algoritma dapat digambarkan sebagai berikut

1. Pertama, setiap n kendaraan pengangkut melayani satu pelanggan

2. Untuk setiap pasangan simpul i,j,i,…j (baik pelanggan pertama ataupun terakhir

dari siklus yang berbeda) hitung savings dengan menggabungkan siklus dengan

edge (i,j) : Sij = cio + coj – cij

3. Urutkan savings dari besar ke kecil

4. Ambil edge (i,j) dari bagian paling atas daftar savings. Gabungkan dua siklus

yang terpisah dengan edge (i,j), jika

a. Simpul-simpul dimiliki oleh siklus terpisah

b. Permintaan tidak melebihi kapasitas maksimal dari kendaraan pengangkut

c. i dan j adalah pelanggan pertama atau terakhir dari siklus

5. Ulangi langkah keempat sehingga semua data pada daftar savings telah

dikerjakan atau kapasitas kendaraan pengangkut sudah penuh untuk melayani

pelanggan selanjutnya

Contoh :

Berikut adalah sebuah graf lengkap dengan pusat 0 dan akan mengirimkan barang ke 9

pelanggan dengan kapasitas kendaraan pengangkut = K = 40

Gambar 2.6. Contoh soal penyelesaian VRP dengan Saving Method

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

32

Tabel 2.3 Tabel simetris dari biaya antarlokasi Cij 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 12 11 7 10 10 9 8 6 12 1 12 8 5 9 12 14 16 17 22 2 11 8 9 15 17 8 18 14 22 3 7 5 9 7 9 11 12 12 17 4 10 9 15 7 3 17 7 15 18 5 10 12 17 9 3 18 6 15 15 6 9 14 8 11 17 18 16 8 16 7 8 16 18 12 7 6 16 11 11 8 6 17 14 12 15 15 8 11 10 9 12 22 22 17 18 15 16 11 10

Tabel 2.4 Tabel jumlah permintaan I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Di 10 15 18 17 3 5 9 4 6

Langkah kerja penyelesaian masalah di atas adalah sebagai berikut.

1. dengan menghitung Sij – cio + coj – cij, maka diperoleh tabel saving pada tabel 2.4.

Tabel 2.5 tabel saving setelah diurutkan

Sij 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 15 14 13 10 7 4 1 2 2 9 6 4 12 1 3 1 3 10 8 5 3 1 2 4 17 2 11 1 4 5 1 12 1 7 6 1 7 5 7 3 9 8 8

2. urutkan savings dari besar ke kecil

(4,5) = 10+10-3 = 17

(1,2) = 12+11-8 = 15

… (1,3), (1,4), (2,6), (5,7), (4,7), (1,5), (3,4), (2,3), (7,9), (3,5), (8,9), (1,6), (5,9), (6,8),

(2,4), dan seterusnya

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

33

3. Cari rutenya

Solusi inisialisasi : siklus 0-1-0, 0-2-0, … , 0-9-0

Edge (4,5) : Gabungkan siklus 0-4-0 dengan 0-5-0. Hasil = 0-4-5-0, maka simpan d4+d5

= 20 < K

Edge (1,2) : Gabungkan siklus 0-1-0 dengan 0-2-0. Hasil 0-1-2-0, maka simpan d1 + d2

= 25 < K

~Edge (1,3) : Gabungkan siklus 0-1-2-0 dengan 0-3-0, tetapi ternyata melebihi batas

kapasitas, karena d1 + d2 + d3 = 43 > K (tidak memungkinkan)

~Edge (1,4) : Gabungkan siklus 0-1-2-0 dengan 0-4-0, tetapi ternyata melebihi batas

kapasitas, karena d1 + d2 + d4 = 43 > K (tidak memungkinkan)

Edge (2,6) : simpul 2 sudah termasuk dalam siklus 0-1-2, maka gabungkan siklus 0-1-2-

0 dengan 0-6-0. Hasil : 0-1-2-6-0, maka simpan d1 + d2 + d6 = 30 < K

Edge (5,7) : Simpul 5 sudah termasuk dalam siklus 0-4-5-0, maka gabungkan siklus 0-

4-5-0 dan 0-7-0. Hasil : 0-4-5-7-0, maka simpan d4 + d5 + d7 = 29 < K

~Edge (4,7) : Termasuk siklus 0-4-5-7-0 (tidak memungkinkan)

~Edge (1,5) : Simpul 5 merupakan bagian dalam siklus 0-4-5-7-0 (di bagian tengah),

sehingga tidak mungkin bercabang ke lokasi lain (tidak memungkinkan)

~Edge (3,4) : Gabungkan siklus 0-3-0 dengan 0-4-5-7-0, tetapi batas kapasitas :

d3+d4+d5+d7 = 47 > K (tidak memungkinkan)

~Edge (2,3) : Simpul 2 merupakan bagian dalam siklus 0-1-2-6-0(tidak memungkinkan)

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

34

Edge (7,9) : Simpul 7 sudah termasuk dalam siklus 0-4-5-7-0, maka gabungkan siklus

0-4-5-7-0 dengan 0-9-0. Hasil 0-4-5-7-9-0, maka simpan d4+d5 +d7+d9 = 35

< K

~Edge (3,5) : Simpul 5 merupakan bagian dalam siklus 0-4-5-7-9-0 (tidak

memungkinkan)

Edge (8,9) : Simpul 9 sudah termasuk dalam siklus 0-4-5-7-9-0, maka gabungkan siklus

0-4-5-7-9-0 dengan 0-8-0. Hasil : 0-4-5-7-9-8-0, maka simpan d4 +

d5+d7+d9+d8 = 39 < K.

Edge (1,6) : baik simpul 1 maupun simpul 6 sudah termasuk ke dalam siklus

Edge (5,9) : baik simpul 5 maupun simpul 9 sudah termasuk ke dalam siklus

~Edge (6,8) : gabungkan siklus 0-1-2-6-0 dengan 0-4-5-7-9-8-0, tetapi ternyata melebihi

kapasitas, karena (d1+d2+d6) + (d4+d5+d7+d9+d8) = 69 > K (tidak

memungkinkan)

4. Diperoleh 3 rute, yaitu

RUTE MUATAN BIAYA0-3-0 18 14 0-1-2-6-0 30 37 0-4-5-7-9-8-0 39 46

Total biaya = 97

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

35

5. Graf yang terbentuk

2.8. Software Engineering (Rekayasa Piranti Lunak)

Menurut Fritz Bauer (Pressman, 2005, p53), rekayasa piranti lunak adalah

penetapan dan pemakaian prinsip-prinsip rekayasa dengan tujuan mendapatkan piranti

lunak yang ekonomis, terpercaya, dan bekerja efisien pada mesin yang sebenarnya

(computer).

Menurut Pressman (2005, p54), rekayasa piranti lunak terbagi menjadi 3

lapisan yang mampu mengontrol kualitas dari piranti lunak yaitu :

a. Proses (Process)

Proses merupakan lapisan dasar dalam rekayasa piranti lunak. Proses dari

rekayasa piranti lunak adalah perekat yang menyatukan lapisan-lapisan

teknologi dan memungkinkan pengembangan yang rasional dan periodik dari

piranti lunak komputer.

b. Metode (Methods)

Metode dari rekayasa piranti lunak menyediakan secara teknis bagaimana

membangun sebuah piranti lunak. Metode meliputi sekumpulan tugas yang luas,

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

36

termasuk di dalamnya analisis kebutuhan, perancangan, konstruksi program,

pengujian, dan pemeliharaan. Metode dari rekayasa piranti lunak bergantung

pada sekumpulan prinsip dasar masing-masing area teknologi dan memasukkan

pemodelan aktivitas, serta teknik deskriptif lainnya.

c. Alat Bantu (Tools)

Alat bantu dari rekayasa piranti lunak menyediakan dukungan otomatis atau

semi otomatis untuk proses dan metode. Ketika alat bantu diintegrasi, informasi

akan diciptakan oleh sebuah alat bantu yang dapat digunakan oleh lainnya,

sebuah system untuk mendukung pengembangan piranti lunak, yang juga

disebut computer-aided software engineering (CASE). CASE menggabungkan

piranti lunak, perangkat keras, dan database piranti lunak untuk menciptakan

lingkungan rekayasa piranti lunak yang sejalan dengan CAD / CAE (computer-

aided design / engineering) untuk perangkat keras.

Model rekayasa piranti lunak yang digunakan adalah yang seringkali disebut

sebagai prototype model. Model ini memberikan pendekatan-pendekatan yang

sistematis dan berurutan (sequential) dalam pengembangan suatu software. Tahapan-

tahapan yang terdapat dalam prototype model adalah sebagai berikut.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

37

Gambar 2.7. Prototype Model (Sumber: Pressman, 2005, p81)

Proses prototype model seperti yang telah digambarkan diatas akan dijelaskan

berikut ini.

• Pengumpulan kebutuhan

Developer dan client bertemu dan menentukan tujuan umum, kebutuhan yang

diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya. Detail

kebutuhan mungkin tidak dibicarakan pada awal pengumpulan kebutuhan.

• Perancangan

Perancangan dilakukan cepat dan rancangan memiliki semua aspek software

yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype.

• Evaluasi prototype

Client mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas

kebutuhan software

Listen to

build/revise

Listen to start

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

38

2.9. Diagram Alir (Flowchart)

Diagram alir (flowchart) adalah representasi grafis dari serangkaian aktivitas

operasi, pergerakan, inspeksi, delay, keputusan dan penyimpanan dari sebuah proses.

Diagram alir menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan jenis proses atau

proses yang sedang berjalan. Bentuk yang sudah distandarisasi menyediakan metode

yang umum dipakai oleh banyak orang1 untuk memvisualisasikan masalah dengan cara

yang sama dan lebih mudah (Hansen, 2005).

2.10. State Transition Diagram (STD)

State Transition Diagram merupakan sebuah modeling tool yang digunakan

untuk mendeskripsikan system yang memiliki ketergantungan terhadap waktu. STD

merupakan suatu kumpulan keadaan atau atribut yang mencirikan suatu keadaan pada

waktu tertentu (Kowal, 1992). Arti dari notasi STD adalah sebagai berikut.

1. State

State merepresentasikan reaksi yang ditampilkan ketika suatu tindakan

dilakukan. Ada 2 jenis state, yaitu: state awal dan state akhir. State akhir dapat

berupa beberapa state, sedangkan state awal tidak lebih dari satu.

2. Arrow

Arrow sering disebut juga dengan transisi state yang diberi label dengan

ekspresi aturan. Label tersebut menunjukan kejadian yang menyebabkan

transisi terjadi.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00503-MTIF Bab 2.pdf · Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

39

3. Condition dan action

Condition adalah suatu event pada lingkungan eksternal yang dapat dideteksi

oleh sistem, sedangkan action adalah aksi yang dilakukan oleh sistem bila

terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan

menghasilkan keluaran/tampilan.