bab 2 landasan teori 2.1 produksi -...

28
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan bisnisnya dengan memproduksi suatu barang atau menyediakan jasa. Khusus bagi perusahaan yang bergerak di sektor industri dan berbentuk pabrik, tentu proses produksi merupakan kegiatan utama dalam menjalani bisnisnya. Agar operasi bisnis sukses perlu diketahui kuantitas yang tepat, dan sumber daya manusia dengan substitusi optimal, juga input lainnya, seperti biaya produksi dan perubahan biaya produksi tersebut (Baye, 2009, p157). Menurut Baye (2009, p157), fungsi produksi adalah usaha mendapatkan jumlah output yang maksimum dari sejumlah input tertentu. Menurut McGuigan, Moyer, & Harris (2005, p296), fungsi produksi adalah sebuah model matematika, penjadwalan (tabel), atau graf yang berhubungan dengan kuantitas maksimum output yang dapat dikerjakankan, yang dapat dihasilkan dari pemberian sejumlah input. 2.2 Pengendalian Produksi Menurut Baye (2009, p236), faktor paling utama dalam pengendalian produksi adalah struktur pasar (market structure). Struktur pasar itu sendiri dapat didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan manajerial, termasuk jumlah perusahaan yang bersaing dalam satu pasar, ukuran perusahaan, teknologi, kesepakatan harga, permintaan, dan hubungan dengan perusahaan lain.

Upload: phamkiet

Post on 25-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Produksi

Semua perusahaan menjalankan bisnisnya dengan memproduksi suatu barang

atau menyediakan jasa. Khusus bagi perusahaan yang bergerak di sektor industri dan

berbentuk pabrik, tentu proses produksi merupakan kegiatan utama dalam menjalani

bisnisnya. Agar operasi bisnis sukses perlu diketahui kuantitas yang tepat, dan sumber

daya manusia dengan substitusi optimal, juga input lainnya, seperti biaya produksi dan

perubahan biaya produksi tersebut (Baye, 2009, p157).

Menurut Baye (2009, p157), fungsi produksi adalah usaha mendapatkan jumlah

output yang maksimum dari sejumlah input tertentu.

Menurut McGuigan, Moyer, & Harris (2005, p296), fungsi produksi adalah

sebuah model matematika, penjadwalan (tabel), atau graf yang berhubungan dengan

kuantitas maksimum output yang dapat dikerjakankan, yang dapat dihasilkan dari

pemberian sejumlah input.

2.2 Pengendalian Produksi

Menurut Baye (2009, p236), faktor paling utama dalam pengendalian produksi

adalah struktur pasar (market structure). Struktur pasar itu sendiri dapat didefinisikan

sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan manajerial, termasuk jumlah perusahaan

yang bersaing dalam satu pasar, ukuran perusahaan, teknologi, kesepakatan harga,

permintaan, dan hubungan dengan perusahaan lain.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

10 

 

 

 

Semua industri sangat tergantung pada permintaan pasar terhadap produk yang

diproduksi oleh industri tersebut. Bila permintaan relatif besar, maka perusahaan perlu

memproduksi produk dengan jumlah yang dapat memenuhi jumlah yang diminta.

2.3 Permintaan (Demand)

Menurut Baye (2009, p42), permintaan adalah ukuran seberapa banyak suatu

produk akan dibeli pada harga tertentu dengan memperhatikan produk yang

berhubungan, tingkat income tertentu, dan nilai dari variabel lain yang mempengaruhi

permintaan itu.

Sedangkan menurut McGuigan, Moyer, & Harris (2005, p76), permintaan adalah

hubungan yang ada dalam periode tertentu antara jumlah barang atau jasa yang ingin

dibeli oleh konsumen dengan kondisi-kondisi yang diberikan yang berpengaruh terhadap

keinginan untuk membeli, seperti harga, pendapatan, pemasaran, dan lain-lain.

Untuk memperkirakan permintaan pasar akan produk tertentu dapat dilihat dari

variabel-variabel tak bebas (dependent variables) yang medukung estimasi permintaan,

seperti data penjualan atau pemasukan yang dihasilkan dari penjualan produk yang

bersangkutan dalam rentang waktu tertentu. Secara tidak langsung, total biaya pokok

produksi suatu produk juga dapat mempengaruhi permintaan pasar akan produk yang

bersangkutan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

11 

 

 

 

2.4 Optimalisasi

Menurut Nash & Sofer (1996, p3) optimalisasi adalah sarana untuk

mengekspresikan model matematika yang bertujuan untuk memecahkan masalah dengan

cara yang terbaik. Jika optimalisasi digunakan untuk tujuan bisnis, artinya

memaksimalkan keuntungan dan efisiensi, serta meminimalkan kerugian, biaya, dan

resiko.

Menurut Ponstein (2002, p1) optimalisasi adalah pemecahan masalah, jika paling

tidak ada satu solusi optimal. Optimalisasi merupakan penyelesaian masalah, jika paling

tidak ada satu solusi yang dapat menyelesaikan masalah.

2.5 Model Peramalan (Forecasting Model)

Menurut Santoso (2009, p7), definisi peramalan (forecasting) sendiri sebenarnya

beragam dan dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Perkiraan munculnya sebuah kejadian pada masa depan, berdasarkan data yang

ada pada masa lampau.

2. Proses analisis data historis dan data saat ini untuk menentukan trend di masa

mendatang.

3. Proses estimasi dalam situasi yang tidak diketahui.

4. Pernyataan yang dibuat tentang masa depan.

5. Penggunaan ilmu dan teknologi untuk memperkirakan situasi pada masa depan.

6. Upaya sistematis untuk mengantisipasi kejadian atau kondisi pada masa depan.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

12 

 

 

 

Secara umum Model Peramalan dapat dibagi menjadi 3 metode untuk peramalan

masa depan dalam variabel yang diinginkan sebagai fungsi dari waktu, yaitu sebagai

berikut (Taha, 2002, p 505).

1. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method), yaitu metode yang

digunakan dengan asumsi deret waktu yang stabil, dan data dibentuk dari proses

yang konstan. Ramalan yang dihasilkan merupakan rata-rata dari data-data

terkahir menurut waktu; semakin banyak data yang diambil, semakin baik hasil

ramalannya.

2. Metode Penghalusan Eksponensial (Exponential Smothing Method), yaitu

metode yang digunakan dalam asumsi proses yang konstan, asumsi yang sama

digunakan dalam pengembangan Metode Rata-rata Bergerak, dan mengurangi

kesalahan dari Metode Rata-rata Bergerak, serta digunakan untuk bobot yang

lebih dalam kebanyakan observasi.

3. Metode Regresi Linier (Linear Regression Method), yaitu metode yang

menyebabkan terjadinya hubungan antara variabel tak bebas (dependent

variable), seperti permintaan terhadap suatu barang, dan variabel bebas

(independent variable), seperti waktu.

2.5.1 Metode Regresi Linier (Linear Regression Method)

Menurut Taha (2005, p512-p516), dalam aplikasi Metode Linier Regresi

ini diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara variabel yang ingin diramalkan

(variabel tak bebas) dengan variabel lain (variabel bebas). Selanjutnya,

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

13 

 

 

 

peramalan ini didasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan data historis

yang bersifat linier, walaupun sebenarnya tidak 100% linier. Pola pertumbuhan

ini didekati dengan suatu model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang

terkait dalam suatu keadaan.

Formula umum regresi antara variabel tak bebas x dan variabel bebas y

dinyatakan dengan :

y = b0 + b1x + b2x2 + . . . + bnxn + �

di mana b0, b1, . . . , bn adalah parameter yang tidak diketahui. Random eror �

memiliki rata-rata nol dan standar deviasi yang konstan.

Dalam formula paling sederhana dari Metode Regresi mengasumsikan

bahwa variabel tak bebas dibedakan secara linier dengan waktu, seperti:

y* = a + bx

konstanta a dan b dihasilkan dari data deret waktu yang diambil dari least square

criterion yang mencari untuk meminimalkan jumlah kuadrat dari perbedaan data

hasil observasi dengan nilai estimasi. Besaran (yi, xi) merepresentasikan nilai ke i

dari kolom data yang merepresentasikan deret waktu, i = 1, 2, 3, ..., n, dan

didefinisikan sebagai:

Sebagai jumlah kuadrat dari deviasi antara data hasil observasi dengan nilai

estimasi. Nilai dari a dan b berasal dari penyelesaian kondisi untuk

meminimalkan S, sebagai berikut.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

14 

 

 

 

2 0

2 0

Setelah melakukan beberapa manipulasi aljabar, maka didapatkan solusi

berikut.

∑∑

Persamaan di atas menunjukan bahwa perlu dihitung b terlebih dahulu,

sebelum nilai a dapat dihitung.

Estimasi dari a dan b adalah valid untuk distribusi probabilistik yi. Jika yi

didistribusikan secara normal dengan standard deviasi konstan, rentang

kepercayaan dapat muncul di atas nilai rata-rata dari estimator pada x = x0 (y0 = a

+ bx0) sebagai:

,⁄∑

21

(yi – yi*) mereprensentasikan deviasi antara data hasil observasi ke i dan

nilai estimasi dari variabel tak bebas.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

15 

 

 

 

Dapat dicoba seberapa baik estimator linier y* = a + bx dapat di

masukkan ke dalam kolom data dengan menghitung koefisien korelasi, r, dengan

menggunakan formula:

∑ ∑

di mana -1 ≤ r ≤ 1.

2.6 Linear Programming

Linear Programming merupakan model umum yang dapat digunakan dalam

pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber terbatas secara optimal. Masalah

tersebut timbul apabila seseorang diharuskan memilih atau menentukan tingkat setiap

kegiatan yang akan dilakukannya, di mana masing-masing kegiatan membutuhkan

sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas. Secara sederhana, dapat diambil

contoh bagian produksi suatu perusahaan yang dihadapkan pada masalah penentuan

tingkat produksi masing-masing jenis produk dengan memperhatikan batasan faktor-

faktor produksi dan permintaan untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya

yang minimal (Subagyo, 2000, p9).

Pada masa modern sekarang ini, Linear Programming masih menjadi pilihan

dalam upaya untuk memperoleh tingkat keuntungan maksimal atau biaya yang minimal.

Dalam memecahkan masalah di atas, Linear Programming menggunakan model

matematis. Sebutan “linear” berarti bahwa semua fungsi matematis yang disajikan

dalam model ini haruslah fungsi-fungsi linier. Dalam Linear Programming dikenal dua

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

16 

 

 

 

macam fungsi, yaitu fungsi tujuan (objective function) dan fungsi-fungsi batasan

(constraint functions). Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau

sasaran di dalam permasalahan Linear Programming yang berkaitan dengan pengaturan

secara optimal sumber daya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan yang

maksimal atau biaya yang minimal. Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan

dinyatakan sebagai Z. Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis

batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke

berbagai kegiatan.

Pada dasarnya, persoalan Linear Programming dapat dirumuskan sebagai

berikut.

Cari x1, x2, x3, ..., xn

Sedemikian rupa sehingga

Z = c1x1 + c2x2 + ... + cnxn = Optimum (Maksimum atau Minimum)

dengan kendala:

a11x1 + a21x2 + ... + am1xm ≤ h1

a12x1 + a22x2 + ... + am2xm ≤ h2

a13x1 + a23x2 + ... + am3xm ≤ h3

.

.

am1x1 + am1x2 + ... + amnxn ≤ hn

x1, x2, x3, ..., xn ≥ 0

Keterangan :

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

17 

 

 

 

Ada n macam barang yang akan diproduksi masing-masing sebesar x1, x2, x3, ..., xn.

x1, x2, ... = jumlah produksi barang tipe 1, 2, dan seterusnya.

c1, c2, ... = harga persatuan masing-masing jenis barang.

h1, h2, ... = nilai fungsi kendala 1, 2, dan seterusnya.

a11, ... = koefisien fungsi kendala.

2.6.1 Asumsi-Asumsi Linear Programming

Menurut Mulyono (1999, p22-23), asumsi-asumsi Linear Programming dapat

dirinci sebagai berikut.

1. Proportionality

Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau

fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan

perubahan tingkat kegiatan.

Z = c1x1 + c2x2 + c3x3 + ... + cnxn

Setiap penambahan 1 unit x1 akan menaikkan Z dengan c1. Setiap

penambahan 1 unit x2 akan menaikkan Z dengan c2, dan seterusnya.

a11x1 + a12x2 + a13x3 + ... + amnxn ≤ b1

Setiap penambahan 1 unit x1 akan menaikkan penggunaan sumber atau

fasilitas 1 dengan a11. Setiap penambahan 1 unit x2 akan menaikkan

penggunaan fasilitas atau penggunaan 1 dengan a12, dan seterusnya.

Asumsinya adalah setiap ada kenaikan kapasitas riil, tidak perlu ada biaya

persiapan (set up cost).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

18 

 

 

 

2. Additivity

Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling

mempengaruhi, atau dalam Linear Programming dianggap bahwa kenaikan

dari nilai tujuan (Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat

ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari

kegiatan lain.

Z = 3x1 + 5x2 di mana x1 = 10 dan x2 = 2;

Sehingga Z = 30 + 10 = 40

Jika x1 bertambah 1 unit, maka sesuai dengan asumsi, maka nilai Z menjadi

33 + 10 = 43. Jadi, nilai 3 karena kenaikan x1 dapat langsung ditambahkan

pada nilai Z mula-mula tanpa mengurangi bagian Z yang di peroleh dari x2.

Dengan kata lain, tidak ada korelasi antara x1 dan x2.

3. Divisibility

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan

dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang

dihasilkan.

4. Deterministic (certainty)

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model

Linear Programming (aij, bi, cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun

jarang dengan tepat.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

19 

 

 

 

2.6.2 Metode Simpleks

Metode simpleks dirancang oleh George Dantzig pada tahun 1947 untuk

menyelesaikan formulasi linear programming masalah pengiriman pasukan dan logistik

pada Angkatan Udara Amerika Serikat. Aplikasi untuk menyelesaikan masalah skala

besar yang nyata, seperti yang ditemukan dalam operasi militer, memungkinkan

optimalisasi untuk berkembang pada tahun 1950an dengan penantian dari dynamic

programming oleh Bellman, network flow oleh Ford dan Fulkerson, nonlinear

programming oleh Kuhn dan Tacker, integer programming oleh Gomory, decomposition

oleh Dantzig dan Wolfe, dan kode komersial linear programming yang pertama oleh

Orchard-Hays (Ravindran, 2009, p6-3).

Menurut Maros (2003, p19), metode simpleks adalah prosedur komputasi yang

dibutuhkan yang membutuhkan penggunaan komputer. Hal ini sangat disetujui oleh

Dantzig pada tahun 1988, di mana pertumbuhan kebutuhan akan solusi dari masalah

sehari-hari linear programming telah menginspirasi perkembangan komputer secara

signifikan pada tahun 1950an sampai awal 1960an.

Dari cara pandang secara teori, metode simpleks tidak membutuhkan algoritma

untuk menangani kasus terburuk yang merupakan bentuk eksponensial. Hal ini berarti

jumlah iterasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah masalah terikat oleh sebuah

fungsi eksponensial dari m dan n. Seperti contoh yang dikemukakan Klee dan Minty

pada tahun 1972, untuk perhitungan interasi dari algoritma akan mencapai maksimum

secara teori. Dalam praktisnya, metode simpleks menunjukkan sebuah performa rata-rata

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

20 

 

 

 

dengan sebuah fungsi linier dari m, dan ini sangat efisien dalam menyelesaikan masalah

sehari-hari.

Di antara tahun 1951 dan pertengahan tahun 1970an, tujuan utama para peneliti

adalah untuk menambah kapabilitas komputasi dari metode simpleks. Pada akhir periode

tersebut metode simpleks sudah dipercaya kematangannya. Pada pertengahan tahun

1980an perkenalan interior point method (IPM) untuk menyelesaikan masalah linear

programming telah membuat ketertarikan pada metode simpleks kembali. Selama

persaingan dengan IPM, metode simpleks sudah mengalami perkembangan yang luar

biasa besar.

Menurut Siringoringo (2005,p17-24), salah satu teknik penentuan solusi optimal

yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi

optimal menggunakan metode simpleks didasarkan pada teknik eleminasi Gauss Jordan.

Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim satu per satu dengan

cara perhitungan iteratif. Sehingga penentuan solusi optimal dengan simpleks dilakukan

tahap demi tahap yang disebut dengan iterasi. Iterasi ke-i hanya tergantung dari iterasi

sebelumnya (i-1).

Ada beberapa istilah yang sangat sering digunakan dalam metode simpleks

sebagai berikut.

1. Iterasi adalah tahapan perhitungan dimana nilai dalam perhitungan itu tergantung

dari nilai tabel sebelumnya.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

21 

 

 

 

2. Variabel non basis adalah variabel yang nilainya diatur menjadi nol pada

sembarang iterasi. Dalam terminologi umum, jumlah variabel non basis selalu

sama dengan derajat bebas dalam sistem persamaan.

3. Variabel basis merupakan variabel yang nilainya bukan nol pada sembarang

iterasi. Pada solusi awal, variabel basis merupakan variabel slack (jika fungsi

kendala merupakan pertidaksamaan ≤ ) atau variabel buatan (jika fungsi kendala

menggunakan pertidaksamaan ≥ atau =). Secara umum, jumlah variabel basis

selalu sama dengan jumlah fungsi pembatas (tanpa fungsi non negatif).

4. Solusi atau nilai kanan merupakan nilai sumber daya pembatas yang masih

tersedia. Pada solusi awal, nilai kanan atau solusi sama dengan jumlah sumber

daya pembatas awal yang ada, karena aktivitas belum dilaksanakan.

5. Variabel slack adalah variabel yang ditambahkan ke model matematik kendala

untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≤ menjadi persamaan (=). Penambahan

variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi awal, variabel slack akan

berfungsi sebagai variabel basis.

6. Variabel surplus adalah variabel yang dikurangkan dari model matematik

kendala untuk mengkonversikan pertidaksamaan ≥ menjadi persamaan (=).

Penambahan ini terjadi pada tahap inisialisasi. Pada solusi awal, variabel surplus

tidak dapat berfungsi sebagai variabel basis.

7. Variabel buatan adalah variabel yang ditambahkan ke model matematik kendala

dengan bentuk ≥ atau = untuk difungsikan sebagai variabel basis awal.

Penambahan variabel ini terjadi pada tahap inisialisasi. Variabel ini harus bernilai

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

22 

 

 

 

0 pada solusi optimal, karena kenyataannya variabel ini tidak ada. Variabel hanya

ada di atas kertas.

8. Kolom pivot (kolom kerja) adalah kolom yang memuat variabel masuk.

Koefisien pada kolom ini akn menjadi pembagi nilai kanan untuk menentukan

baris pivot (baris kerja).

9. Baris pivot (baris kerja) adalah salah satu baris dari antara variabel basis yang

memuat variabel keluar.

10. Elemen pivot (elemen kerja) adalah elemen yang terletak pada perpotongan

kolom dan baris pivot. Elemen pivot akan menjadi dasar perhitungan untuk tabel

simpleks berikutnya.

11. Variabel masuk adalah variabel yang terpilih untuk menjadi variabel basis pada

iterasi berikutnya. Variabel masuk dipilih satu dari antara variabel non basis pada

setiap iterasi. Variabel ini pada iterasi berikutnya akan bernilai positif.

12. Variabel keluar adalah variabel yang keluar dari variabel basis pada iterasi

berikutnya dan digantikan oleh variabel masuk. Variabel keluar dipilih satu dari

antara variabel basis pada setiap iiterasi. Variabel ini pada iterasi berikutnya akan

bernilai nol.

A. Bentuk Baku

Sebelum melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimal,

pertama sekali bentuk umum pemrograman linier dirubah ke dalam bentuk baku terlebih

dahulu. Bentuk baku dalam metode simpleks tidak hanya mengubah persamaan kendala

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

23 

 

 

 

ke dalam bentuk sama dengan, tetapi setiap fungsi kendala harus diwakili oleh satu

variabel basis awal. Variabel basis awal menunjukkan status sumber daya pada kondisi

sebelum ada aktivitas yang dilakukan. Dengan kata lain, variabel keputusan semuanya

masih bernilai nol. Dengan demikian, meskipun fungsi kendala pada bentuk umum

pemrograman linier sudah dalam bentuk persamaan, fungsi kendala tersebut masih harus

tetap diubah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat bentuk baku sebagai

berikut.

1. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umum, diubah menjadi

persamaan (=) dengan menambahkan satu variabel slack.

2. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≥ dalam bentuk umum, diubah menjadi

persamaan (=) dengan mengurangkan satu variabel surplus.

3. Fungsi kendala dengan persamaan dalam benttuk umum, ditambahkan satu

artificial variabel (variabel buatan).

Contoh kasus :

Maksimumkan z = 2x1 + 3x2 dengan kendala-kendala:

10 x1 + 5 x2 ≤ 600

6 x1 + 20 x2 ≤ 600

8 x1 + 15 x2 ≤ 600

x1, x2 ≥ 0

Bentuk di atas juga merupakan bentuk umum. Perubahan ke dalam bentuk baku

hanya membutuhkan variabel slack, karena semua fungsi kendala menggunakan bentuk

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

24 

 

 

 

pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umumnya. Maka bentuk bakunya adalah sebagai

berikut.

Maksimumkan z = 2x1 + 3x2 + 0s1 + 0s2 + 0s3 dengan kendala-kendala:

10 x1 + 5 x2 + s1 = 600

6 x1 + 20 x2 + s2 = 600

8 x1 + 15 x2 + s3 = 600

x1, x2 , s1 , s2 , s3 ≥ 0

s1 , s2 , s3 merupakan variabel slack.

B. Pembentukan Tabel Simpleks

Dalam perhitungan iteratif, akan dikerjakan menggunakan tabel. Bentuk baku

yang sudah diperoleh, harus dibuat ke dalam bentuk tabel. Semua variabel yang bukan

variabel basis mempunyai solusi (nilai kanan) sama dengan nol dan koefisien variabel

basis pada baris tujuan harus sama dengan nol. Oleh karena itu, harus dibedakan

pembentukan tabel awal berdasarkan variabel basis awal. Dalam sub-bab ini hanya akan

diperhatikan fungsi kendala yang menggunakan variabel slack dalam bentuk bakunya,

sedangkan yang menggunakan variabel buatan akan dibahas pada sub-bab lainnya.

Digunakan kasus B di atas, maka tabel awal simpleksnya adalah sebagai berikut.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

25 

 

 

 

Tabel 2.1 Tabel Awal Simpleks Sumber: Siringoringo, 2005, p20

VB X1 X2 S1 S2 S3 solusi

Z -2 -3 0 0 0 0

S1 10 5 1 0 0 600

S2 6 20 0 1 0 600

S3 8 15 0 0 1 600

C. Langkah-langkah Penyelesaian

Langkah-langkah penyelesaian masalah dengan metode simpleks adalah sebagai

berikut.

1. Periksa apakah tabel layak atau tidak. Kelayakan tabel simpleks dilihat dari solusi

(nilai kanan). Jika solusi ada yang bernilai negatif, maka tabel tidak layak. Tabel

yang tidak layak tidak dapat diteruskan untuk dioptimalkan.

2. Tentukan kolom pivot. Penentuan kolom pivot dilihat dari koefisien fungsi tujuan

(nilai di sebelah kanan baris z) dan tergantung dari bentuk tujuan. Jika tujuan

maksimisasi, maka kolom pivot adalah kolom dengan koefisien paling negatif.

Jika tujuan minimisasi , maka kolom pivot adalah kolom dengan koefisien positif

terbesar. Jika kolom pivot ditandai dan ditarik ke atas, maka akan didapatkan

variabel keluar. Jika nilai paling negatif (untuk tujuan maksimisasi) atau positif

terbesar (untuk tujuan minimisasi) lebih dari satu, pilih salah satu secara

sembarang.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

26 

 

 

 

3. Tentukan baris pivot. Baris pivot ditentukan setelah membagi nilai solusi dengan

nilai kolom pivot yang bersesuaian (nilai yang terletak dalam satu baris). Dalam

hal ini, nilai negatif dan 0 pada kolom pivot tidak diperhatikan, artinya tidak ikut

menjadi pembagi. Baris pivot adalah baris dengan rasio pembagian terkecil. Jika

baris pivot ditandai dan ditarik ke kiri, maka akan didapatkan variabel keluar. Jika

rasio pembagian terkecil lebih dari satu, pilih salah satu secara sembarang.

4. Tentukan elemen pivot. Elemen pivot merupakan nilai yang terletak pada

perpotongan kolom dan baris pivot.

5. Bentuk tabel simpleks baru. Tabel simpleks baru dibentuk dengan pertama sekali

menghitung nilai baris pivot baru. Baris pivot baru adalah baris pivot lama dibagi

dengan elemen pivot. Baris baru lainnya merupakan pengurangan nilai kolom

pivot baris yang bersangkutan dikali baris pivot baru dalam satu kolom terhadap

baris lamanya yang terletak pada kolom tersebut.

6. Periksa apakah tabel sudah optimal. Keoptimalan tabel dilihat dari koefisien

fungsi tujuan (nilai pada baris z) dan tergantung dari bentuk tujuan. Untuk tujuan

maksimisasi, tabel sudah optimal jika semua nilai pada baris z sudah positif atau

0. Pada tujuan minimisasi, tabel sudah optimal jika semua nilai pada baris z sudah

negatif atau 0. Jika belum, kembali ke langkah no. 2, jika sudah optimal solusi

optimalnya dapat dibaca.

Penyelesaian kasus berikut ini menggunakan metode simpleks.

Maksimum z = 8 x1 + 9 x2 + 4x3 dengan kendala-kendala:

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

27 

 

 

 

x1 + x2 + 2x3 ≤ 2

2x1 + 3x2 + 4x3 ≤ 3

7x1 + 6x2 + 2x3 ≤ 8

x1,x2,x3 ≥ 0

D. Penyelesaian :

Bentuk bakunya adalah sebagai berikut.

Maksimum z = 8 x1 + 9 x2 + 4x3 + 0s1 + 0s2 + 0s3 atau

z - 8 x1 - 9 x2 - 4x3 + 0s1 + 0s2 + 0s3 = 0 dengan kendala-kendala:

x1 + x2 + 2x3 + s1 = 2

2x1 + 3x2 + 4x3 + s2 = 3

7x1 + 6x2 + 2x3 + s3 = 8

x1,x2,x3 ,s1 , s2 , s3 ≥ 0

Solusi/tabel awal simpleks adalah sebagai berikut..

Tabel 2.2 Tahap Awal Simpleks Sumber: Siringoringo, 2005, p21

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio

Z -8 -9 -4 0 0 0 0

S1 1 1 2 1 0 0 2

S2 2 3 4 0 1 0 3

S3 7 6 2 0 0 1 8

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

28 

 

 

 

Karena nilai negatif terbesar ada pada kolom X2, maka kolom X2 adalah kolom

pivot dan X2 adalah variabel masuk. Rasio pembagian nilai kanan dengan kolom pivot

terkecil adalah 1 bersesuaian dengan baris s2, maka baris s2 adalah baris pivot dan s2

adalah variabel keluar. Elemen pivot adalah 3.

Tabel 2.3 Penentuan Baris dan Kolom Pivot pada Iterasi Pertama Sumber: Siringoringo, 2005, p21

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio

Z -8 -9 -4 0 0 0 0

S1 1 1 2 1 0 0 2 2

S2 2 3 4 0 1 0 3 1

S3 7 6 2 0 0 1 8 8/6

Nilai pertama yang dimiliki adalah nilai baris pivot baru (baris x2). Semua nilai

pada baris s2 pada tabel solusi awal dibagi dengan 3 (elemen pivot).

Tabel 2.4 Baris Pivot Baru Sumber: Siringoringo, 2005, p22

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio

Z

S1

x2 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1

S3

Perhitungan nilai barisnya adalah sebagai berikut.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

29 

 

 

 

Baris z:

-8 -9 -4 0 0 0 0

-9 ( 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1 ) -

-2 0 8 0 3 0 9

Baris s1:

1 1 2 1 0 0 2

1 (2/3 1 4/3 0 1/3 0 1 ) -

1/3 0 2/3 1 -1/3 0 1

Baris s3:

7 6 2 0 0 1 8

6 ( 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1 ) -

3 0 -6 0 -2 1 2

Maka tabel iterasi 1 ditunjukkan tabel di bawah. Selanjutnya, diperiksa apakah

tabel sudah optimal atau belum. Karena nilai baris z di bawah variabel x1 masih negatif,

maka tabel belum optimal. Kolom dan baris pivotnya ditandai pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5 Penentuan Baris dan Kolom Pivot pada Iterasi Kedua Sumber: Siringoringo, 2005, p22

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio

Z -2 0 8 0 3 0 9 -

S1 1/3 0 2/3 1 -1/3 0 1 3

X2 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1 3/2

S3 3 0 -6 0 -2 1 2 2/3

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

30 

 

 

 

Variabel masuk dengan demikian adalah X1 dan variabel keluar adalah S3 . Hasil

perhitungan iterasi ke 2 adalah sebagai berikut.

Tabel 2.6 Hasil Iterasi Kedua Sumber: Siringoringo, 2005, p22

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio

Z 0 0 4 0 5/3 2/3 31/3

S1 0 0 4/3 1 -1/9 -1/9 7/9

X2 0 1 8/3 0 7/9 -2/9 5/9

X1 1 0 -2 0 -2/3 1/3 2/3

Tabel sudah optimal, sehingga perhitungan iterasi dihentikan.

Perhitungan dalam simpleks menuntut ketelitian tinggi, khususnya jika angka

yang digunakan adalah pecahan. Pembulatan harus diperhatikan dengan baik.

Disarankan jangan menggunakan bentuk bilangan desimal, akan lebih teliti jika

menggunakan bilangan pecahan. Pembulatan dapat menyebabkan iterasi lebih panjang

atau bahkan tidak selesai karena ketidaktelitian dalam melakukan pembulatan.

Perhitungan iteratif dalam simpleks pada dasarnya merupakan pemeriksaan satu

per satu titik-titik ekstrim layak pada daerah penyelesaian. Pemeriksaan dimulai dari

kondisi nol (di mana semua aktivitas/variabel keputusan bernilai nol). Jika titik ekstrim

berjumlah n, kemungkinan terburuknya akan dilakukan perhitungan iteratif sebanyak n

kali.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

31 

 

 

 

E. Membaca Tabel Optimal

Membaca tabel optimal adalah bagian penting bagi pengambil keputusan. Ada

beberapa hal yang dapat dibaca dari table optimal:

1. Solusi optimal variabel keputusan,

2. status sumber daya,

3. harga bayangan (dual/shadow prices).

Dari hasil iterasi kedua maka diketahui bahwa hasil sudah optimal, maka

digunakan tabel optimal sebagai berikut.

Tabel 2.7 Hasil Solusi Optimal Sumber: Siringoringo, 2005, p23

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK

Z 0 0 4 0 5/3 2/3 31/3

S1 0 0 4/3 1 -1/9 -1/9 7/9

X2 0 1 8/3 0 7/9 -2/9 5/9

X1 1 0 -2 0 -2/3 1/3 2/3

Solusi optimal X1 = 2/3, X2 = 5/9 , X3 = 0 dan Z = 31/3, artinya untuk

mendapatkan keuntungan maksimum sebesar $ 31/3 , maka perusahaan sebaiknya

menghasilkan produk 1 sebesar 2/3 unit dan produk 2 sebesar 5/9 unit.

F. Status Sumber Daya

Sumber daya pertama dilihat dari keberadaan variabel basis awal dari setiap fungsi

kendala pada tabel optimal. Dalam kasus di atas, untuk fungsi kendala pertama,

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

32 

 

 

 

diperiksa keberadaan S1 pada variable basis table optimal. Periksa keberadaan S2 pada

variabel basis tabel optimal untuk fungsi kendala kedua. Periksa keberadaan S3 pada

variabel basis tabel optimal untuk fungsi kendala ketiga.

S1 = 7/9. Sumber daya ini disebut berlebih (abundant)

S2 = S3 = 0. Kedua sumber daya ini disebut habis terpakai (scarce).

G. Harga Bayangan

Harga bayangan dilihat dari koefisien variabel slack atau surplus pada baris fungsi

tujuan.

- Koefisien S1 pada baris fungsi tujuan table optimal = 0, dengan demikian harga

bayangan sumber daya pertama adalah 0

- Koefisien S2 pada baris fungsi tujuan table optimal = 5/3, dengan demikian

harga bayangan sumber daya kedua adalah 5/3

- Koefisien S3 pada baris fungsi tujuan table optimal = 2/3, dengan demikian

harga bayangan sumber daya kedua adalah 2/3.

 

2.7 Pengenalan Bahasa Pemrograman C#

C# (baca : See-Sharp) adalah bahasa pemrograman terbaru yang diciptakan

Microsoft yang digunakan oleh banyak developer .NET untuk mengembangkan aplikasi

dengan platform .NET (Arsyad, 2008, p2).

C# dikembangkan oleh Microsoft oleh tim yang dipimpin oleh Anders Hejlsberg

dan Scott Wiltamuth. C# memiliki kesamaan bahasa dengan C, C++, dan Java,

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

33 

 

 

 

sehingga memudahkan developer yang sudah terbiasa dengan bahasa C untuk

menggunakannya, C# mengambil fitur-fitur terbaik dari ketiga bahasa tersebut dan juga

menambahkan fitur-fitur baru. C# adalah bahasa pemrograman Object Oriented dan

memiliki class library yang sangat lengkap yang berisi prebuilt component sehingga

memudahkan programer untuk membangun program lebih cepat. C# juga distandarkan

oleh Ecma International pada bulan desember 2002.

Pada akhir tahun 2005 Microsoft merilis .NET Framework 2.0 bersamaan dengan

paket Visual Studio. Otomatis versi dari C# juga diperbaharui menjadi C# 2.0 yang

berjalan diatas .NET Framework 2.0. Pada versi baru ini banyak sekali fitur-fitur yang

ditambahkan terutama pada pengembangan aplikasi berbasis web dengan ASP.NET

seperti master page, site map control, user login, dan lain-lain. Penambahan generic

collection yang sangat membantu programer bekerja dengan object-object collection dan

list.

Dengan C# dapat dibuat bermacam aplikasi seperti aplikasi console, aplikasi

windows form, aplikasi Web, aplikasi Web services, dan aplikasi untuk mobile device.

Jadi cukup belajar satu bahasa tapi sudah dapat digunakan untuk mengembangkan

berbagai macam aplikasi (Kurniawan, 2008, p2-3).

2.8 Perancangan Perangkat Lunak

Perangkat lunak adalah (1) perintah (program komputer) yang bila dieksekusi

memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan, (2) struktur data yang

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

34 

 

 

 

memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional, dan (3) dokumen

yang menggambarkan operasi dan kegunaan program (Pressman, 2005, p36).

Menurut Sommerville (2001, p6), perancangan perangkat lunak adalah disiplin

perancangan yang berhubungan dengan semua aspek dari produksi perangkat lunak dari

tahap awal spesifikasi sistem sampai dengan pemeliharaan setelah sistem dalam tahap

berjalan.

2.8.1 Daur Hidup Perangkat Lunak

Salah satu model perancangan perangkat lunak adalah dengan

menggunakan model air terjun (waterfall model). Menurut Sommerville (2001,

p45), tahap-tahap utama dalam model air terjun, seperti dalam Gambar 2.1, yang

menggambarkan aktifitas dasar pengembangan perangkat lunak adalah sebagai

berikut.

1. Analisis dan penentuan kebutuhan (Requirement)

Tugas, kendala, dan tujuan sistem ditentukan melalui konsultasi dengan

pemakai sistem. Kemudian ditentukan cara yang dapat dipahami, baik oleh

pengguna maupun pengembang.

2. Desain sistem dan perangkat lunak (Design)

Proses desain sistem terbagi dalam kebutuhan perangkat keras dan perangkat

lunak. Hal ini menentukan arsitektur perangkat lunak secara keseluruhan.

Desain perangkat lunak mewakili fungsi sistem perangkat lunak dalam suatu

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

35 

 

 

 

bentuk yang dapat ditransformasikan ke dalam satu atau lebih program yang

dapat dieksekusi.

3. Implementasi dan pengujian unit (Implementation)

Dalam tahap ini, desain perangkat lunak direalisasikan dalam suatu himpunan

program atau unit-unit program. Pengujian unit mencakup kegiatan verifikasi

terhadap suatu unit sehingga memenuhi syarat spesifikasinya.

4. Integrasi dan pengujian sistem (Verification)

Unit program secara individual diintegrasikan dan diuji sebagai suatu sistem

yang lengkap untuk memastikan bahwa kebutuhan perangkat lunak telah

terpenuhi. Setelah pengujian, sistem perangkat lunak disampaikan kepada

pengguna.

5. Pengoperasian dan pemeliharaan (Maintenance)

Secara normal, walaupun tidak selalu diperlukan, tahap ini merupakan bagian

siklus hidup terpanjang. Sistem telah terpasang dan sedang dalam

penggunaan. Pemeliharan mencakup perbaikan kesalahan yang tidak

ditemukan dalam tahap-tahap sebelumnya, meningktakan implementasi unit-

unit sistem dan mempertinggi pelayanan sistem yang disebabkan oleh

ditemukannya kebutuhan baru.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00502-mtif bab 2.pdfBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Semua perusahaan menjalankan

 

 

Ga(sumb

 

ambar 2.1 Wber : Somme

Waterfall Moerville, 2001

odel 1, p45)

36