bab 2 landasan teori -...

80
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement) Pengertian dari pengukuran kerja adalah suatu pengukuran waktu kerja (time study) suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata atau terlatih dengan baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo normal. (Sritomo Wigjosoebroto, 2003, p130). Adapun tujuan dari sistem pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan jika ia harus melakukannya selama 8 jam dalam sehari, pada kondisi kerja yang biasa, dan bekerja dalam kecepatan normal. Dimana waktu ini disebut dengan waktu standar. Dengan menerapkan prinsip dan teknik pengaturan tata cara kerja yang optimal dalam sistem kerja tersebut, maka akan diperoleh alternatif pelaksanaan kerja yang dapat memberikan hasil yang terbaik. Suatu pekerjaan dapat dikatakan pekerjaan yang efisien yaitu apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard time) dari penyelesaian suatu pekerjaan, guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka perlu menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja (work measurement atau time study). Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Secara

Upload: others

Post on 31-Jul-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

15

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

Pengertian dari pengukuran kerja adalah suatu pengukuran waktu kerja (time

study) suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator

(yang memiliki skill rata-rata atau terlatih dengan baik) dalam melaksanakan sebuah

kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo normal. (Sritomo Wigjosoebroto, 2003, p130).

Adapun tujuan dari sistem pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu

rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh operator terlatih

untuk melakukan suatu pekerjaan jika ia harus melakukannya selama 8 jam dalam

sehari, pada kondisi kerja yang biasa, dan bekerja dalam kecepatan normal. Dimana

waktu ini disebut dengan waktu standar. Dengan menerapkan prinsip dan teknik

pengaturan tata cara kerja yang optimal dalam sistem kerja tersebut, maka akan

diperoleh alternatif pelaksanaan kerja yang dapat memberikan hasil yang terbaik.

Suatu pekerjaan dapat dikatakan pekerjaan yang efisien yaitu apabila waktu

penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard

time) dari penyelesaian suatu pekerjaan, guna memilih alternatif metode kerja yang

terbaik, maka perlu menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja

(work measurement atau time study).

Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Secara

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

16

singkat pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara aktivitas

manusia yang disumbangkan dengan unit yang dihasilkan.

Teknik-teknik pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok besar yaitu :

1. Pengukuran kerja secara langsung

Pengukuran dilakukan secara langsung pada tempat dimana pekerjaan yang diukur

dijalankan. 2 cara yang digunakan di dalamnya adalah dengan menggunakan jam

henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja (work sampling).

2. Pengukuran kerja secara tidak langsung.

Pengukuran dilakukan secara tidak langsung oleh pengamat. Pengamat melakukan

pengukuran dengan membagi elemen-elemen kerja yang ada kemudian membaca

waktu berdasarkan tabel waktu.

Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan

perumusan serta berdasarkan data-data waktu yang tersedia. Pengukuran waktu secara

tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan data waktu baku dan dengan

menggunakan data waktu gerakan seperti The Work Factor System, Method Time

Measurement, Basic Motion Time Study dan sebagainya.

Pemilihan pengukuran waktu kerja ini harus disesuaikan dengan kebutuhan

dan kondisi yang berjalan, karena masing-masing pengukuran waktu kerja ini memiliki

tujuan dan karakteristik yang harus dimengerti. Pemilihan metode yang kurang tepat

dapat menyebabkan kehilangan waktu, sehingga diperlukan pengukuran tambahan atau

pengukuran ulang dengan metode yang lebih tepat.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

17

Secara garis besar urutan pengukuran waktu kerja dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Urutan pengukuran waktu kerja

2.2. Pengukuran Kerja Langsung

Pengukuran waktu kerja dengan stopwatch ini diperkenalkan pertama kali

oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode sangat baik untuk diaplikasikan pada

pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Dari hasil pengukuran akan

didapatkan waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, dimana waktu ini

dipergunakan sebagai standar bagi semua pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.

Langkah-langkah sistematis dalam melakukan aktivitas pengukuran waktu

baku adalah sebagai berikut :

Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud

dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor

yang ada.

Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti

layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

18

Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam

batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.

Amati,ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan

elemen-elemen kerja tersebut.

Tetapkan jumlah siklus kerja yang diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus

kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak. Test pula

keseragaman data yang diperoleh.

Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang

diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan untuk

setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance operator.

Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka performance

dianggap normal (100%).

Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance kerja yang ditujukan oleh

operator tersebut sehingga akhirnya diperoleh waktu kerja normal.

Tetapkan kelonggaran waktu (allowance time) guna memberikan fleksibilitas. Waktu

longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan

personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material, dan lain-

lainnya.

Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal

dan waktu kelonggaran.

Berdasarkan langkah-langkah di atas terlihat bahwa pengukuran kerja dengan

stopwatch ini merupakan cara pengukuran obyektif karena waktu yang ditetapkan

berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya berdasarkan estimasi yang bersifat

subyektif.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

19

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengukuran waktu kerja :

Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan distandarisasi

terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku untuk pekerjaan yang

serupa.

Operator harus memahami prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum

dilakukan pengukuran kerja. Operator yang akan diamati untuk pengukuran waktu

baku diasumsikan memiliki tingkat keterampilan dan kemampuan yang sama untuk

pekerjaan tersebut.

Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi

fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.

Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh

periode kerja yang ada.

Prosedur pelaksanaan dan peralatan yang digunakan dalam pengukuran

waktu kerja berdasarkan stopwatch adalah :

1. Penetapan tujuan pengukuran

Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah

untuk apa hasil pengukuran tersebut akan dimanfaatkan dalam kaitannya dengan

proses produksi.

2. Persiapan awal pengukuran waktu kerja

Persiapan awal pengukuran waktu kerja adalah mempelajari kondisi kerja dan

metode kerja kemudian memperbaikinya dan melakukan standarisasi. Setelah itu

langkah berikutnya adalah memilih operator yang memiliki kemampuan rata-rata

dan mau diajak bekerja sama dalam pengukuran waktu ini. Pemilihan operator

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

20

dengan kemampuan rata-rata dimaksudkan agar waktu baku yang dihasilkan

nantinya dapat dicapai oleh semua operator yang ada.

3. Pengadaan kebutuhan alat-alat pengukuran kerja

Peralatan yang dibutuhkan untuk aktivitas pengukuran kerja dengan stopwatch

adalah stopwatch, lembar pengamatan (time study form), papan pengamatan (time

study board), alat-alat tulis, dan alat penghitung (calculator). Pengadaan alat-alat ini

dibutuhkan untuk pengamatan dan pencatatan waktu pengamatan untuk setiap

elemen kerja dalam sebuah siklus proses operasi. Jumlah waktu tiap elemen kerja

adalah waktu total yang dibutuhkan dalam sebuah siklus kerja.

2.3. Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja

Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja dilakukan agar setiap

elemen kerja yang ada dapat dengan mudah diukur. Pembagian ini tidak hanya pada

elemen saja namun juga memisahkan antara elemen kerja yang bersifat berulang dan

tidak berulang dalam suatu siklus operasi. Pemisahan ini bertujuan untuk menganalisa

apakah waktu tiap elemen kerja yang ada berlebihan atau tidak. Dengan demikian

analisa yang dihasilkan lebih tepat dan adanya varian dalam pengukuran dalam

diketahui.

Aturan dalam pembagian operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja adalah

sebagai berikut :

Elemen-elemen kerja yang ada dibuat sedetail mungkin dan sependek mungkin akan

tetapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti.

Handling time seperti loading dan unloading harus dipisahkan dari machining time.

Handling ini merupakan aktivitas pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara manual

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

21

oleh operator dan aktivitas pengukuran kerja harus dalam kondisi berkonsentrasi.

Karena hal ini nantinya berhubungan dengan performance rating.

Elemen-elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang

variabel. Elemen kerja yang konstan disini adalah elemen-elemen yang bebas dari

pengaruh ukuran, berat, panjang, ataupun bentuk dari benda kerja yang dibuat.

2.4. Melakukan Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah aktivitas mengamati dan mencatat waktu-waktu

kerja baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah

disiapkan. Pengukuran pendahuluan dilakukan dengan mengukur waktu-waktu dengan

jumlah yang ditentukan oleh pengukur.

2.4.1. Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja

Beberapa metode umum yang digunakan untuk mengukur waktu pada

elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch yaitu :

Pengukuran waktu secara terus menerus (continious timing)

Pengukuran waktu ini dilakukan ketika elemen kerja pertama dimulai dan dan

berakhir ketika suatu siklus kerja berakhir.

Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing)

Pengukuran waktu ini dilakukan dengan secara berulang-ulang dimana setelah setiap

elemen kerja selesai diamati maka jarum penunjuk stopwatch dikembalikan ke angka

nol.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

22

Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing)

Pengukuran waktu ini dilakukan dengan menggunakan dua atau lebih stopwatch

yang akan bekerja secara bergantian. Waktu yang dihasilkan dari pengukuran ini

lebih dari satu sehingga setiap elemen kerja yang berurutan dapat diukur sekaligus.

2.4.2. Menentukan Jumlah Pengukuran dan Waktunya

Menentukan jumlah pengukuran waktu awal. Pada umumnya untuk

pengukuran awala adalah 10-30 pengukuran. Hasil pengukuran yang didapatkan dapat

dibagi ke dalam sub grup, setelah itu menghitung rata-rata sub grup dengan rumus :

k

XiX

n

i∑== 1 atau

kX

X ∑=

Dimana :

∑X = Jumlah semua nilai X1, X2, X3,..., Xn (detik)

k = Jumlah data

2.4.3. Menentukan Standar Deviasi

Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian mencari nilai standar

deviasi. Dengan demikian, standar deviasi dirumuskan sebagai berikut :

1)( 2

−= ∑

nXX

S

Dimana :

S = Standar deviasi

n = jumlah sub grup

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

23

X = waktu rata-rata sub grup (detik)

X = Waktu rata-rata dari waktu rata-rata sub grup (detik)

2.5. Pengujian Data

2.5.1. Pengujian Kenormalan Data

Sebaran peluang kontinu yang paling penting dalam statistika adalah

sebaran/distribusi normal dengan kurvanya yang berbentuk genta. Untuk mengetahui

apakah suatu populasi mengikuti sebaran normal atau tidak, dapat digunakan goodness

of fit (uji kebaikan suai). Uji kebaikan suai merupakan uji yang digunakan untuk

menentukan apakah populasi memiliki suatu distribusi teoritik tertentu. Uji ini

didasarkan pada seberapa baik kesesuaian antara frekuensi yang teramati dalam data

sampel dengan frekuensi harapan pada distribusi yang dihipotesakan.

Langkah-langkah uji kebaikan suai distribusi normal

1. Tentukan H0 dan H1

H0: populasi data mengikuti distribusi normal

H1: populasi data tidak mengikuti distribusi normal

2. Tentukan taraf nyata (α)

3. Menentukan daerah kritis

Tolak H0 jika tabelhitung22 χχ >

4. Perhitungan:

a. Membuat selang kelas dengan langkah-langkah yang telah diajarkan

pada statistik modul pertama

b. Masukkan data-data yang ada pada tabel perhitungan

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

24

5. Kemudian hitung jumlah 2χ

Rumus:

( )∑ −=

eieioi 2

dimana:

oi: Frekuensi observasi (pengamatan)

ei: frekuensi harapan

6. Membuat kesimpulan

Terima atau tolak H0 dan simpulkan bahwa populasi mengikuti atau tidak

mengikuti distribusi normal.

Catatan:

a. Nilai ei pada setiap kelas harus>=5, jika ada kelas yang memiliki ei<5 ,

maka kelas tersebut harus digabung dengan kelas lainnya sedemikian rupa

sehingga ei μ 5.

b. tabel2χ dicari dengan menggunakan tabel distribusi Khi-kuadrat dengan v

(derajat kebebasan) v=k-1-m dimana :

k = jumlah kelas terakhir setelah tidak ada lagi sel yang berjumlah kurang

dari 5.

m = jumlah parameter yang digunakan (untuk binomial = 1 , untuk poisson

= 1 , untuk normal = 2).

Goodness of Fit (Uji Kebaikan Suai) terdiri dari banyak metode, misalnya chi-

square test, Kolgomorov-Smirnov Test dan Anderson-Darling Test . Namun uji yang

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

25

disarankan untuk digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov Test karena secara statistik

terbukti lebih baik dibandingkan dengan Chi-Square Test. (White et al., 1975, p338)

Pengujian Uji Normality Test Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan

menggunakan aplikasi SPSS dengan langkah-langkah berikut ini.

1. Mendefinisikan data pada kolom C1.

2. Memasukkan data pada C1.

3. Pada menu utama, pilih : Stat Basic Statistics Normality Test

a. Pada Test Variable List masukkan variabel yang akan diuji

b. Pada Test for Normality pilih Kolmogorov-Smirnov

4. Klik OK.

Gambar 2.2 Kotak Dialog Normality Test

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

26

Sumber : Fred E. Meyers, et al., 2002, p182

Gambar 2.3 Distribusi Normal

Dalam distribusi normal, rata-rata menunjukkan nilai tengah dimana data

terkumpul. Tetapi tidak menunjukkan seperti penyebaran data yang ada. Jika dua

kelompok mengerjakan pekerjaan yang sama, kelompok pertama terdiri dari orang yang

memiliki kemampuan setara dalam pelatihan dan pengalaman kerja. Waktu rata-rata

karyawan untuk kedua kelompok mungkin saja sama misalnya 30 menit, rentang waktu

kelompok pertama antara 25 hingga 35 menit sedangkan rentang waktu kelompok kedua

antara 10 hingga 50 menit. Walaupun memiliki rata-rata yang sama namun penyebaran

dan variabilitasnya tidak sama. Nilai kuantitatif dari derajat variasi atau penyebaran

populasi disebut dengan standar deviasi dan dinotasikan dengan s. Semakin besar

variablitas atau tingkat penyebaran data, maka semakin besar pula standar deviasinya.

2.5.2. Menghitung Keseragaman Data

Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui homogenitas dari

data yang dikumpulkan. Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengetahui keseragaman data yang diperoleh dari pengamatan. Data yang berada

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

27

di luar dari batas kontrol yang ada akan dihilangkan dan tidak disertakan dalam

perhitungan.

Pengujian keseragaman data dirumuskan sebagai berikut :

a. Harga rata-rata sub grup (X-bar)

n

XiX

n

i∑−= 1

Dimana :

Xi : Harga rata-rata dari sub grup ke-i

n : Harga banyaknya sub grup yang terbentuk

b. Standar deviasi dari data hasil pengukuran

( )1

2

−= ∑

nxxj

σ

Dimana :

n = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

Xi = Waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran pendahuluan yang

telah dilakukan

X = Waktu rata-rata Waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran

pendahuluan yang telah dilakukan

c. Standar deviasi rata-rata dari distribusi rata-rata sub grup

nx σσ =

Dimana : σx = Standar deviasi rata-rata dari distribusi rata-rata sub grup

σ = Standar deviasi dari data hasil pengukuran

n = jumlah data dalam subgrup data

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

28

d. Menentukan keseragaman data

XXUCL σ3+=

XXLCL σ3−=

Dimana :

UCL = Upper Control Limit (Batas Kontrol Atas)

LCL = Lower Control Limit (Batas Kontrol Bawah)

2.5.3. Menghitung Kecukupan Data

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada

umumnya akan sedikit berbeda dari siklus kerja ke siklus kerja, sekalipun operator

bekerja pada kecepatan normal dan uniform. Tiap-tiap elemen dalam siklus yang

berbeda tidak selalu akan bisa diselesaikan dalam waktu yang persis sama. Variasi dari

nilai waktu ini bisa disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab terjadinya variasi

nilai waktu adalah pengukuran dan pembacaan angka dalam stopwatch.

Aktivitas pengukuran kerja pada dasarnya adalah merupakan proses

sampling. Konsekuensi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar jumlah siklus yang

diamati maka akan semakin mendekati kebenaran akan waktu yang diperoleh.

Konsistensi dari hasil pengukuran dan pembacaan waktu merupakan hal yang diinginkan

dalam proses pengukuran waktu kerja.

Metode perhitungan untuk mengetahui jumlah pengamatan yang harus

dilaksanakan maka harus ditetapkan tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian untuk

pengukuran kerja ini. Dimana langkah-langkah melakukan uji kecukupan data adalah

sebagai berikut :

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

29

1. Tentukan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang dikehendaki

2. Tentukan rumus untuk menghitung N’

222 )()(NK/S

'N⎥⎥

⎢⎢

⎡ −=

∑∑ ∑

i

ii

XXX

Dimana :

N’ = Jumlah pengamatan minimum

N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan

K = Tingkat keyakinan

S = Tingkat ketelitian

Jika N’ < N, maka pengamatan yang dilakukan dianggap cukup dan

dilanjutkan dengan perhitungan waktu baku. Tetapi jika N’ > N, maka dengan tingkat

keyakinan dan ketelitian yang demikian perlu dilakukan pengamatan lagi.

2.6. Tingkat Ketelitian dan Keyakinan

Yang dicari dengan melakukan pengukuran-pengukuran ini adalah waktu

yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Karena waktu

penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya maka harus diadakan pengukuran-

pengukuran. Yang ideal tentunya dilakukan pengukuran-pengukuran yang sangat

banyak, karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti, namun sebaliknya jika

tidak dilakukan beberapa kali pengukuran dapat diduga hasilnya sangat kasar, sehingga

yang diperlukan adalah jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga, dan

biaya yang besar tetapi hasilnya tidak dapat dipercaya.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

30

Dengan tidak dilakukannya pengukuran yang banyak sekali ini, pengukuran

akan kehilangan sebagian kepastian akan ketepatan atau rata-rata waktu penyelesaian

yang sebenarnya. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat

kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan

pengukuran yang sangat banyak.

Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran

dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen (dari

waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari). Sedangkan tingat ketelitian

menunjukan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat

ketelitian tadi (inipun dinyatakan dalam persen). Jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat

keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil

pengukurannya penyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan

berhasil mendapatkan hasil ini adalah 95%.

2.7. Menghitung Waktu Baku

Untuk menghitung waktu baku dari suatu operasi dibutuhkan data waktu

siklus yang diperoleh dari hasil pengamatan/pengukuran. Selain data waktu siklus,

faktor lain yang diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku adalah faktor

penyesuaian dan faktor kelonggaran untuk operator.

Waktu baku ini sangat diperlukan terutama untuk :

Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)

Estimasi biaya-biaya upah karyawan/pekerja

Penjadwalan produksi dan pembuatan anggaran

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

31

Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang

berprestasi

Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.

(Sritomo Wingjosoebroto, 2003, p170).

Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang

memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu baku di

sini sudah memperhitungkan adanya kelonggaran waktu yang diberikan dengan

memperhatikan situasi kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. (Sritomo

Wingjosoebroto, 2003, p170).

Waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini digunakan

sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama

suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta

berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

2.7.1. Faktor Penyesuaian (Performance Factor)

Penyesuaian adalah proses dimana penganalisis pengukuran waktu

membandingkan penampilan operator (kecepatan atau tempo) dalam pengamatan

dengan konsep pengukur sendiri tentang bekerja secara wajar. (Sritomo Wingjosoebroto,

2003, p196).

Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja

yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa

kesungguhan, sangat lambat karena disengaja, sangat cepat seolah dikejar waktu, atau

menjumpai kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk, Hal-hal inilah yang

mempengaruhi kecepatan kerja yang ebrakibat terlalu cepat atau lambat dalam

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

32

menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu siklus yang telah kita cari adalah waktu yang

diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang diselesaikan secara wajar dan benar

oleh operator. Bila ketidakwajaran terjadi, maka pengukur harus menilainya dan

berdasarkan penilaian inilah penyesuaian dilakukan.

Westing house company (1927) memperkenalkan sistem penyesuaian yang

lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang telah ada, seperti sistem Bedaux.

Pada sistem Westinghouse, selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah

dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang memperngaruhi performance manusia,

Westinghouse juga menambahkan dengan kondisi kerja (working condition) dan

keajegan (consistency) dari operator dalam melakukan kerja. Untuk ini Westinghouse

telah berhasil membuat suatu tabel penyesuaian yang berisikan nilai-nilai angka yang

berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk

menormalkan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah ke empat

rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan oleh operator.

Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara

kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya

sampai ketingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal

yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan

merupakan aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Untuk usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas

dengan tabel masing-masing. Yang dimaksud usaha disini adalah kesungguhan

yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya.

Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau condition pada cara

Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan,

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

33

temperatur, dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan,

usaha, dan konsistensi merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi

kerja merupakan sesuatu diluar operator yang diterima apa adanya oleh operator

tanpa banyak kemampuan merubahnya.

Faktor konsistensi atau consistency perlu diperhatikan karena kenyataan

bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah

semuanya sama, waktu penyelesaiaan yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah

dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini

masih dalam batas-batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya

tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan.

2.7.2. Faktor Kelonggaran (Allowance Factor)

Kelonggaran (Allowance) adalah waktu yang ditambahkan pada waktu

normal untuk mendapatkan waktu standard (standard time) yang realistis, dapat

diterapkan dan dapat dicapai. Di dalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku

dilakukan hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-

ratanya. Tidak ada manager maupun supervisor yang mengharapkan karyawannya

bekerja setiap menit dalam setiap jam. Berapakah waktu yang diharapkan dari seorang

karyawan? Ini adalah pertanyaan yang disampaikan oleh Frederick W. Taylor lebih dari

seabad yang lalu. Uraian di bawah ini mencoba untuk menjawab pertanyaan Taylor

tersebut.

Allowance dibagi dalam 3 kelompok kategori yaitu:

1. Personal Allowance (kebutuhan-kebutuhan yang bersifat pribadi)

2. Fatigue Allowance (kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan)

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

34

3. Unavoidable Delay (hambatan-hambatan yang tak terduga)

2.7.2.1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Personal (Personal Allowance)

Personal allowance adalah waktu yang diperbolehkan untuk karyawan

melakukan hal-hal yang sifatnya personal, seperti:

Berbicara dengan rekan kerja yang mengenai hal yang tidak ada kaitannya dengan

pekerjaan;

Ke kamar mandi;

Minum;

Hal-hal lain yang sifatnya personal dan terkendali yang dapat dijadikan alasan untuk

tidak bekerja.

Setiap pekerja membutuhkan personal allowance dan manajer atau pun

supervisor tidak akan keberatan atau pun iri mengenai hal ini. Waktu yang tepat untuk

ini didefinisikan sebesar 5% dari waktu kerja per hari (8 jam), atau sebesar 24 menit per

hari. Jumlah personal allowance dapat diterapkan dengan melaksanakan aktivitas time

study sehari kerja penuh atau metoda sampling kerja. (Fred E. Meyers et. al, 2002,

p196).

Meskipun jumlah personal allowance yang diperlukan ini akan bervariasi tergantung

pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, akan

tetapi kenyataannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak

enak (terutama untuk temperature tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk

personil ini lebih besar lagi, allowance untuk hal ini lebih besar dari 5%.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

35

2.7.2.2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepas Lelah (Fatigue Allowance)

Fatigue merupakan waktu yang dibutuhkan bagi pekerja untuk memulihkan

dari “kebuntuan” maupun kelelahan kerja. Perusahaan memberikannya dalam bentuk

istirahat kerja yang biasa disebut dengan istilah “Coffee Break”. Besarnya interval yang

diberikan untuk “break” setiap perusahaan memang berbeda-beda, namun tujuannya

sama yaitu untuk memulihkan kembali fisik maupun mental pekerja dari kelelahan.

Dewasa ini, sebagian besar pekerja barangkali hanya mengalami sedikit

kelelahan fisik. Akan tetapi, kelelahan mental juga patut untuk dipertimbangkan. Perlu

diketahui bahwa istirahat makan siang tidak diperhitungkan sebagai fatigue elemen.

Ingatlah bahwa allowance adalah untuk waktu yang diharapkan untuk bekerja, tetapi

mereka tidak bisa “perform”.

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab di

antaranya kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik.

Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yand diizinkan untuk istirahat

melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Di sini waktu yang dibutuhkan untuk

keperluan istirahat akan sangat bergantung pada individu yang bersangkutan, interval

waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi

lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya.

Periode istirahat untuk melepas lelah di luar istirahat makan siang dimana

semua pekerja dalam suatu departemen tidak diizinkan untuk bekerja akan bisa

menjawab permasalahan yang ada. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi

pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaan yang ada tentunya.

Nilai yang normal untuk basic allowance adalah 5% dari jumlah kerja sehari

(8 jam) atau setara dengan 24 menit. Biasanya dikenal dengan istilah dua kali 12 menit

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

36

“break”, pertama di pertengahan pagi (pukul 9.30) dan kedua di pertengahan siang hari

(pukul 14.00). Perlu diperhatikan bahwa pekerjaan berat jelas akan dapat melelahkan

pekerja lebih cepat dibandingkan dengan pekerjaan yang ringan atau pekerjaan non fisik.

Waktu istirahat yang lebih banyak tidak hanya dibutuhkan dan dibenarkan, namun juga

akan meningkatkan produktifitas.

Dengan mengistirahatkan pekerja akan memberikan kesempatan bagi pekerja

untuk memulihkan lelah yang selanjutnya akan membuat mereka untuk bekerja lebih

produktif dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan tanpa istirahat atau allowance.

“Break” atau istirahat akan lebih berarti bagi karyawan, sekalipun dengan menggantinya

dengan bayaran lebih.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik dua kesimpulan penting, yaitu:

1. 5% adalah nilai minimum dari fatigue allowance;

2. Setiap kenaikan tenaga sebesar 10 poin dari 10 poin dasar akan menaikkan fatigue

allowance sebesar 5%, pengertian tenaga dalam kasus yang dibahas di sini adalah

besarnya berat yang harus diangkat.

(Fred E. Meyers et. al, 2002, p198).

2.7.2.3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-keterlambatan (Delay

Allowance)

Delay allowance dikatakan sebagai allowance yang tidak dapat dihindari

mengingat ini di luar kendali pekerja. Sesuatu terjadi sehingga membuat pekerja tidak

dapat bekerja. Penyebab delay allowance ini perlu untuk diketahui dan dihitung

biayanya sehingga ke depannya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

penentuan biaya.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

37

Peringatan untuk delay allowanec adalah jangan mengurangi apa pun dari

waktu standard sesuatu yang tidak dapat dihilangkan. Banyak perusahaan telah

menghilangkan delay allowance, namun mereka membolehkan operator mereka untuk

melakukan sesuatu yang tidak diperhitungkan oleh waktu standar.

Personal, fatigue dan delay allowance digabungkan, dan total allowance tersebut

kemudian ditambahkan ke waktu normal untuk mendapatkan:

standard waktu allowance normalWaktu =+

(Fred E. Meyers et. al, 2002, p183)

2.7.3. Menentukan Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu yang didapat dari hasil pengamatan dengan

menggunakan jam henti sebelum disesuaikan dengan faktor penyesuaian dan faktor

kelonggaran. Waktu baku dirumuskan sebagai berikut :

NXi

Ws ∑=

Dimana :

Ws = Waktu Siklus

∑Xi = Jumlah waktu penyelesaian yang diamati

N = Jumlah pengamatan

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

38

2.7.4. Menentukan Waktu Normal

Waktu normal merupakan waktu yang diperlukan untuk seorang operator

yang terlatih dan memiliki keterampilan rata-rata untuk melaksanakan suatu aktivitas

dalam kondisi dan kecepatan normal.

Waktu normal tidak dipengaruhi waktu kelonggaran yang diperlukan untuk

melepas lelah, kebutuhan pribadi, atau adanya keterlambatan. Waktu normal dirumuskan

sebagai berikut :

)1( pWsWn +×=

Dimana :

Wn = Waktu Normal

Ws = Waktu Siklus

p = Faktor Penyesuaian

2.7.5. Menentukan Waktu Baku

Waktu Baku adalah waktu yang diperlukan bagi seorang operator untuk

bekerja dalam kondisi dan kecepatan normal dengan mempertimbangkan adanya faktor

kelonggaran seperti faktor kelelahan, kebutuhan pribadi, dan adanya keterlambatan.

Waktu baku dirumuskan sebagai berikut :

nkelonggara%100%100

−=WnXWb

Dimana :

Wb = Waktu Baku

Wn = Waktu Normal

kelonggaran = Faktor Kelonggaran

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

39

2.8. Menentukan Takt Time

Takt time adalah suatu ekspresi bahasa jerman yang berarti jumlah waktu

produksi yang tersedia dibagi dengan ratio permintaan pelanggan.

Takt time menyediakan penanda atau sasaran untuk operator cell. Sasaran cell

adalah memproduksi bagian-bagian pada laju sebanding dengan takt time. Jika sel-sel

terhubung, maka mereka harus memproduksi pada takt time yang sama. Jika dua sel, A

dan B mengumpan perakitan akhir yang menggunakan dua bagian dari sel A dan satu

bagian dari sel B dalam tiap perakitan, maka takt time sel A harus dua kali takt time sel

B. Jika suatu sel memproduksi bagian lebih cepat dari takt time, maka akan terjadi

penimbunan kelebihan inventori. Maka suatu pabrik harus berusaha menyeimbangkan

seluruh pabrik pada laju produksi perakitan akhir, yang harus memenuhi laju permintaan

customer. Mekanisme kendali paling efektif untuk membatasi aliran produksi mendekati

aliran perakitan akhir (atau bagian produksi terhilir dalam pabrik) adalah “pull system”.

2.9. Menentukan Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga kerja didapatkan dari hasil pembagian waktu baku proses

yang dikerjakan satu orang hari dengan takt time yang berlaku. Hasil yang didapatkan

mungkin saja berupa nilai desimal, sehingga dibutuhkan pembulatan hasil yang

didapatkan. Perhitungan jumlah tenaga kerja ini dapat dilakukan untuk setiap pos kerja

maupun kumpulan dari beberapa pos kerja. Jumlah Tenaga kerja dirumuskan sebagai

berikut :

TTWB

TK i=∑

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

40

Dimana :

∑TK = Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

iWB = Waktu baku untuk satu orang tiap proses kerja (dalam detik)

TT = Takt time (dalam detik)

2.10. Peta Proses Operasi (Operation Proses Chart)

Peta proses operasi (operation proses chart) ini merupakan suatu diagram

yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami bahan (bahan-bahan) baku

mengenai urutan-urutan operasi pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk

jadi utuh maupun sebagai komponen dan juga memuat informasi-informasi yang

diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang

digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai.

Jadi dalam suatu peta proses operasi, yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan

operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang

penyimpanan.

2.10.1. Kegunaan Peta Proses Operasi

Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses

operasi, kita bisa memperoleh banyak manfaat, diantaranya :

Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.

Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan

efesiensi di tiap operasi/pemeriksaan).

Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

41

Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

Sebagai alat untuk latihan kerja, dan lain-lain.

2.10.2. Analisa Suatu Peta Proses Operasi

Ada empat hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh suatu proses kerja

yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu : analisa terhadap bahan-bahan,

operasi, pemeriksaan, dan terhadap waktu penyelesaian suatu proses. Keempat hal

tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Bahan-bahan

Kita harus mempertimbangkan semua alternative dari bahan yang digunakan, proses

penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuaikan dengan fungsi

reabilitas, pelayanan dan waktunya.

b. Operasi

Juga dalam hal ini harus dipertimbangkan mengenai semua alternatif yang mungkin

untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau metode

perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan. Perbaikan yang

mungkin bisa dilakukan misalnya dengan menghilangkan, menggabungkan, merubah

atau menyederhanakan operasi-operasi yang terjadi.

c. Pemeriksaan

Dalam hal ini harus mempunyai standar kualitas. Suatu objek dikatakan memenuhi

syarat kualitasnya jika setelah dibandingkan dengan standar ternyata lebih baik atau

minimal sama. Proses pemeriksaan bisa dilakukan dengan teknik sampling atau satu

per satu dari semua objek yang dibuat tentunya cara yang terakhir tersebut

dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

42

d. Waktu

Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita harus mempertimbangkan semua

alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya pengunaan perlengkapan-

perlengkapan khusus.

2.11. Keseimbangan Lini (Line Balancing)

2.11.1. Pengertian Keseimbangan Lini (Line Balancing)

Keseimbangan Lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah

pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu

siklus dari stasiun kerja tersebut (David D. Bedworth dan James E. Baley, 1987,

p361). Keterkaitan sejumlah pekerjaan dalam suatu lini produksi harus

dipertimbangkan dalam menentukan pembagian pekerjaan ke dalam masing-masing

stasiun kerja. Hubungan atau saling keterkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan

lainnya digambarkan dalam suatu precedence diagram atau diagram pendahuluan,

sedangkan hubungan itu disebut precedence job atau precedence network.

Line Balancing adalah suatu keadaan proses operasi produksi yang saling

bergantungan dan mempunyai waktu penyelesaian pada setiap stastiun kerja yang sama

atau kira-kira sama, sehingga diharapkan penyelesaian proses produksi dari stasiun kerja

ke stasiun kerja lainnya berjalan dengan lancar dan dengan kecepatan yang tetap atau

seimbang. Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam

proses produksinya harus dibagikan kepada seluruh operator sehingga beban kerja

operator merata. Jadi dalam line balancing mempelajari bagaimana kita merancang

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

43

suatu lintasan produksi agar tercapai keseimbangan beban yang dialokasikan pada setiap

stasiun kerja dalam menghasilkan produk.

2.11.2. Terminologi Keseimbangan Lini

Menurut Elsayed dalam buku “Analysis and Control of Production

Systems” (1994, p345), terminologi keseimbangan lini antara lain :

1. Work Element

Bagian dari keseluruhan pekerjaan dalam proses assembly. Umumnya, N

idefinisikan sebagai jumlah total dari elemen kerja yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu assembly dan i adalah elemen kerja.

2. Workstation (WS)

Lokasi pada lini assembly atau pembuatan suatu produk dimana pekerjaan

diselesaikan baik manual maupun otomatis. Jumlah minimum dari stasiun

kerja adalah K, dimana K harus ≤ i.

3. Minimum Rational Work Element (Elemen Kerja Terkecil)

Untuk menyeimbangkan pekerjaan dalam setiap stasiun yang ada maka

pekerjaan tersebut harus dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan.

Elemenkerja minimum adalah elemen pekerjaan terkecil dari suatu

pekerjaan yang tidak dapat dibagi lagi.

4. Total Work Content (Total Waktu Pengerjaan)

Jumlah dari seluruh waktu pengerjaan setiap elemen pekerjaan dari suatu lini.

5. Workstation Process Time (Waktu Proses Stasiun Kerja)

Elemen pekerjaan yang diselesaikan dalam satu stasiun kerja (work

station) dapat terdiri dari satu elemen pekerjaan atau lebih.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

44

Waktu proses dalam stasiun kerja merupakan penjumlahan dari seluruh

waktu pengerjaan setiap elemen kerja yang berada di dalam stasiun kerja

tersebut.

6. Precedence Constraints (Pembatas Pendahulu)

Dalam menyelesaikan suatu elemen pekerjaan seringkali terdapat urutan-

urutan teknologi yang harus terpenuhi sebelumnya agar elemen itu dapat

dijalankan.

7. Precedence Diagram (Diagram Pendahuluan)

Diagram pendahuluan adalah suatu gambaran secara grafis dari suatu urutan

pekerjaan yang memperlihatkan keseluruhan operasi pekerjaan dan

ketergantungan masing-masing operasi pekerjaan tersebut dimana elemen

pekerjaan tertentu tidak dapat dikerjakan sebelum elemen pekerjaan yang

mendahuluinya dikerjakan lebih dulu.

8. Balance Delay

Merupakan rasio dari total waktu menganggur dengan keterkaitan waktu

siklus dan jumlah stasiun kerja atau dengan kata lain jumlah antara balance

delay dan line efficiency sama dengan 1. Secara matematis, dapat dituliskan

sebagai berikut :

%100(k)(CT)

Wb (k)(CT)BD i ×

−= ∑ atau BD = 100% - LE

dimana :

BD = balance delay

k = jumlah stasiun kerja.

CT = waktu stasiun terbesar / waktu daur (cycle time).

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

45

Wbi = waktu sebenarnya pada setiap stasiun.

i = 1, 2, 3, ...., n

9. Assembled Product

Produk yang melewati suatu urutan stasiun kerja dimana pekerjaan-pekerjaan

diatur dan mencapai pada stasiun akhir.

10. Cycle Time (CT)

Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk dari lini

perakitan dengan asumsi setiap assembly mempunyai kecepatan yang konstan.

Nilai minimum dari waktu siklus ≥ waktu stasiun yang terpanjang (CT≥max

Tsi).

11. Delay Time of A Station

Merupakan selisih antara waktu siklus dengan waktu stasiun. Perbedaan

antara waktu stasiun dengan waktu siklus atau disebut juga idle time.

∑−= iWb (k)(CT)ID

dimana :

ID = idle time

k = jumlah stasiun kerja.

CT = waktu stasiun terbesar / waktu daur (cycle time).

Wbi = waktu sebenarnya pada setiap stasiun.

i = 1, 2, 3, ...., n

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

46

12. Line Efficiency (Efisiensi Lini)

Rasio dari total waktu stasiun terhadap keterkaitan waktu siklus dengan

jumlah stasiun kerja yang dinyatakan dalam persentase.

%100(k)(CT)

STLE k ×= ∑

dimana :

LE = line effciency

k = jumlah stasiun kerja.

CT = waktu stasiun terbesar / waktu daur (cycle time).

kST = waktu sebenarnya pada setiap stasiun.

13. Smoothness Index (SI)

Merupakan suatu index yang menunjukkan kelancaran relatif dari suatu

keseimbangan lini assembly. Suatu smoothness index sempurna jika nilainya 0

atau disebut perfect balance.

∑= 2k )ST-(CTSI

dimana :

SI = Smoothness Index

k = jumlah stasiun kerja.

CT = waktu stasiun terbesar / waktu daur (cycle time).

kST = waktu sebenarnya pada setiap stasiun

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

47

2.12. Metode Keseimbangan Lini

Line Balancing atau penyeimbangan lini adalah suatu lini produksi yang

terdiri dari urutan-urutan pengerjaan suatu rakitan dimana dikerjakan oleh manusia.

Adapun ciri-ciri dari penggunaan keseimbangan lini didalam perusahaan adalah

permintaan (demand) produk tinggi atau menangah, produk yang dihasilkan identik

atau sama, dan keseluruhan kerja pembuatan produk (assembly) dapat dibagi dalam

bagian-bagian yang lebih kecil. Tujuan utama dari line balancing ini adalah untuk

meminimasi waktu menganggur di setiap stasiun kerja dan mencapai suatu efisiensi

kerja yang tinggi di tiap stasiun kerja.

Dalam menyeimbangkan suatu lini produksi terdapat beberapa metode yang

dapat digunakan, salah satunya adalah metode heuristic. Model heuristic ini

menggunakan aturan-aturan yang logis dalam memecahkan masalah. Inti dari

pendekatan secara heuristic ini adalah untuk mengaplikasikan kegiatan yang dapat

mengurangi bentuk permasalahan secara efektif, sehingga model ini dirancang untuk

menghasilkan strategi yang relative baik dengan dengan mengacu pada batasan-batasan

tertentu. Model heuristic ini banyak digunakan dalam masalah yang berkaitan dengan

keseimbangan lini produksi. Kriteria pokok pendekatan dengan metode ini adalah

pemecahan yang lebih baik dan lebih cepat. Berikuti ini adalah beberapa metode

heuristic yang umum dikenal dalam menyelesaikan masalah keseimbangan lini, yaitu :

2.12.1. Metode Largest Candidate Rule

Menurut Mikell P. Groover dalam buku “Automation, Production

Systems, and Computer-Integrated Manufacturing” (2001, p535), merupakan

metode yang paling sederhana. Adapun prosedur tersebut secara detil dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

48

1. Mengurutkan work element berdasarkan waktu operasinya dari yang terbesar sampai

yang terkecil.

2. Melakukan penugasan untuk setiap stasiun kerja dimulai dari daftar teratas pada

urutan yang telah ditentukan pada langkah pertama. Penugasan dilakukan dengan

memperhitungkan waktu operasi tiap elemen apakah melebihi waktu maksimum

stasiun kerja atau tidak. Jika melebihi, maka penugasan dilakukan pada stasiun kerja

selanjutnya, serta memperhitungkan urutan operasi sebelumnya.

3. Apabila telah menemukan work element, maka pengurutan dilakukan dari daftar

paling atas lagi.

4. Jika tidak ada work element yang bisa dilakukan penugasan pada statiun kerja

tersebut, maka dapat dilanjutkan ke stasiun kerja selanjutnya.

5. Ulangi langkah 2 dan 3 tersebut sampai semua work element memperoleh

penugasan.

6. Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya.

Idle = CTR – STk

CTR = STk terbesar

7. Waktu terbesar dari penugasan tiap WS yang telah ditentukan menjadi CTR (waktu

siklus revisi).

8. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan.

9. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur.

10. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

49

2.12.2. Metode Killbridge & Wester

Menurut Elsayed dalam buku “Analysis and Control of Production

Systems” (1994, p353), prosedur pengelompokkan operasi menurut metode yang

dikemukakan oleh Kilbridge-Wester adalah sebagai berikut :

1. Lakukan pembagian region atau kolom pada precedence diagram.

2. Urutkan work element berdasarkan kolom, apabila dalam satu kolom terdapat lebih

dari satu work element, maka pengurutan juga dilakukan berdasarkan waktu operasi

terbesar.

3. Melakukan penugasan untuk setiap stasiun kerja dimulai dari daftar teratas pada

urutan yang telah ditentukan pada langkah kedua. Penugasan dilakukan dengan

memperhitungkan waktu operasi tiap elemen apakah melebihi waktu maksimum

stasiun kerja atau tidak. Jika melebihi, maka penugasan dilakukan pada stasiun kerja

selanjutnya, serta memperhitungkan urutan operasi sebelumnya.

4. Apabila telah menemukan work element, maka pengurutann dilakukan dari daftar

paling atas lagi.

5. Jika tidak ada work element yang bisa dilakukan penugasan pada statiun kerja

tersebut, maka dapat dilanjutkan ke stasiun kerja selanjutnya.

6. Ulangi langkah 3 dan 4 tersebut sampai semua work element memperoleh

penugasan.

7. Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya.

Idle = CTR – STk

CTR = STk terbesar

8. Waktu terbesar dari penugasan tiap WS yang telah ditentukan menjadi CTR (waktu

siklus revisi).

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

50

9. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan.

10. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur.

11. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

2.12.3. Metode Ranked Positional Weights (RPW)

RPW merupakan salah satu teknik heuristik yang diperkenalkan oleh

Helgeson & Bernie. Pada metode ini, nilai ranked positional weight dihitung dari

waktu proses masing-masing operasi yang mengikutinya (Elsayed, 1994, p360). Adapun

prosedur tersebut secara detil dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembuatan precedence diagram.

2. Tentukan bobot dan operasi yang mendahului.

Tentukan bobot posisi untuk setiap elemen pekerjaan dari suatu operasi dengan

memperhatikan precedence diagram.

Cara penentuan bobotnya adalah sebagai berikut:

Bobot operasi i = Waktu proses operasi i + Waktu proses operasi berikutnya

Urutkan elemen operasi berdasarkan bobot posisi yang telah didapat. Pengurutan

dimulai dari elemen operasi yang memiliki bobot posisi yang terbesar.

3. Tentukan waktu siklus

hariper produksiJumlah linijumlah x hariper efektif kerja JamCT = (satuan = menit)

Jika adahariper produksiJumlah

linijumlah x hariper efektif kerja JamWbmaks > maka maksWbCT =

4. Tentukan jumlah stasiun kerja (work station/WS)

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

51

CTWbΣk i

=

5. Tentukan waktu maksimum dari waktu stasiun kerja

kWb

W imaks

∑=

JikakWb

Wb ii∑> maka WbimaksW =

Dimana : Wmaks = Waktu maksimum dari stasiun kerja

Wbi = Waktu baku setiap elemen

k = Jumlah stasiun kerja

6. Melakukan penugasan untuk menentukan stasiun kerja

Jika pada setiap stasiun kerja terdapat waktu yang berlebihan (waktu tiap stasiun

kerja > waktu maksimum seharusnya), maka penugasan setiap stasiun kerja

dilakukan dengan waktu yang tidak melebihi Wmaks.

7. Apabila penugasan dengan waktu tiap stasiun kerja (STk) masih melebihi Wmaks juga,

maka buat penugasan dengan jumlah stasiun kerja (k) lebih besar daripada k yang

telah dihitung sebelumnya.

8. Ulangi lagi langkah diatas sampai seluruh elemen pekerjaan telah ditempatkan ke

dalam stasiun kerja.

9. Rangkum semua kelompok stasiun kerja, hitung idle-nya

Idle = CTR – STk

CTR = STk terbesar

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

52

10. Waktu terbesar dari penugasan tiap WS yang telah ditentukan menjadi CTR (waktu

siklus revisi).

11. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan.

12. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur

13. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

2.12.4. Metode Moodie Young

Langkah penugasan pekerjaan pada stasiun kerja dengan menggunakan

metode ini berbeda pada urutan prioritas pembebanan pekerjaan. Langkah-langkah

penyelesaian dengan menggunakan metode pembebanan berurut ini adalah sebagai

berikut:

1. Hitung waktu siklus yang diinginkan. Waktu siklus aktual adalah waktu siklus

yang diinginkan atau waktu operasi terbesar jika waktu operasi terbesar itu lebih

besar dari waktu siklus yang diinginkan.

2. Buat matriks operasi pendahulu (P) dan operasi pengikut (F) untuk tiap operasi

berdasarkan jaringan kerja perakitan.

3. Perhatikan baris di matriks kegiatan pendahuluan P yang semuanya terdiri dari

angka 0, dan bebankan elemen pekerjaan terbesar yang mungkin terjadi, jika

ada lebih dari 1 baris yang dimiliki seluruh elemen sama dengan nol.

4. Perhatikan nomor elemen dibaris matriks kegiatan pengikut F yang bersesuaian

dengan elemen yang telah ditugaskan.

5. Lanjutkan penugasan elemen-elemen pekerjaan itu pada tiap stasiun kerja dengan

ketentuan bahwa waktu total operasi tidak melebihi waktu siklus.

6. Melakukan perhitungan efisiensi lintasan.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

53

7. Melakukan perhitungan keseimbangan waktu menganggur

8. Melakukan perhitungan indeks kemulusan.

2.12.5. Metode J-Wagon

Metode heuristic ini mengutamakan jumlah elemen kerja yang terbanyak,

dimana elemen kerja tersebut akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditempatkan

dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja lain yang memiliki jumlah

elemen kerja yang lebih sedikit (Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano , 1995,

p407). Apabila terdapat dua elemen kerja yang memiliki nilai bobot yang sama,

maka prioritas akan diberikan kepada elemen kerja yang memiliki waktu

pengerjaan lebih besar. Sedangkan prosedur selanjutnya, sama dengan metode

Helgesson-Birnie (Ranked Positional Weight), hanya saja dalam menentukan bobot

yang dihitung adalah jumlah operasi (bukan waktu operasi).

Bobot (J-Wagon) = jumlah proses operasi-operasi yang bergantung pada operasi

tersebut.

Gambar 2.4 Contoh Precedence Diagram J-Wagon

Keterangan :

bobot untuk operasi 4 adalah 0

bobot untuk operasi 3 adalah 1 yaitu operasi 4

bobot untuk operasi 2 adalah 2 yaitu operasi 3 dan 4

bobot untuk operasi 1 adalah 2 yaitu operasi 3 dan 4

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

54

2.12.6. Metode Reserved Ranked Positional Weights

Sebelum masuk ke metode Reverse RPW, kita harus mengenal Metode RPW

terlebih dahulu (David D. Bedworth dan James E. Bale, 1987, p364). Cara penentuan

bobot dari precedence diagram dimulai dari proses akhir. Bobot RPW = waktu

proses operasi tersebut + waktu proses operasi-operasi yang mengikutinya.

Pengelompokkan operasi ke dalam stasiun kerja dilakukan berdasarkan

urutan RPW (dari yang terbesar) dan juga memperhatikan pembatas berupa waktu

siklus dan elemen pendahulunya. Metode Heuristic ini mengutamakan waktu elemen

kerja yang terpanjang, dimana elemen kerja ini akan diprioritaskan terlebih dahulu

untuk ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja yang lain yang

memiliki waktu elemen yang lebih rendah. Proses ini dilakukan dengan

memberikan bobot. Bobot ini diberikan pada setiap elemen kerja dengan

memperhatikan diagram precedence. Dengan sendirinya elemen pekerjaan yang

memiliki ketergantungan yang besar akan memiliki bobot yang semakin besar pula,

dengan kata lain akan lebih diprioritaskan.

Metode Reversed RPW memiliki cara pengerjaan yang hampir sama

dengan metode RPW. Hanya saja pengerjaannya dibalik. Metode ini memberikan

prioritas bagi operasi-operasi kerja yang lebih lama berada di lintasan lini.

2.13. Sistem Informasi

2.13.1. Pengertian Sistem

Sistem merupakan sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud

yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh suatu organisasi atau bidang fungsional

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

55

cocok untuk menggambarkan ini, dimana organisasi terdiri dari bidang-bidang

fungsional yang semuanya mengacu pada tercapainya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan (McLeod, 2001, p11)

Sistem ini sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu sistem terbuka dan sistem

tertutup. Suatu sistem yang dihubungkan dengan lingkungannya melalui arus sumber

daya disebut sistem terbuka, sedangkan jika sistem tidak lagi dihubungkan dengan

lingkungannya maka ini disebut sistem tertutup.

Sistem adalah sebuah kelompok yang terintegrasi dan bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang sama dengan menerima masukan (inputs) dan menghasilkan

keluaran (outputs) dalam sebuah proses transformasi yang terorganisir dengan baik

(O’Brien, 2003, p8).

Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang

terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan atau mencapai tujuan tertentu

dari perusahaan.

Sistem adalah sekumpulan elemen yang mengimplementasikan kebutuhan

dari model, functions dan interfaces. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk mencapai

suatu tujuan bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses

transformasi yang terorganisir (Mathiassen et al, 2000, p9).

Pada sistem, dari elemen-elemen tersebut ada tiga komponen dasar yang

saling berinteraksi yaitu :

1. Input

Meliputi komponen atau elemen yang akan masuk ke sistem untuk diproses.

Contoh: mencakup bahan mentah, data, usaha manusia.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

56

2. Proses

Mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output.

Contoh: proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain sebagainya.

3. Output

Mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi.

Contoh: jasa, produk, dan informasi.

Selain dari ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen

tambahan yaitu :

1. Feedback

Merupakan output yang dikembalikan kepada orang-orang dalam organisasi

untuk membantu mengevaluasi input.

2. Subsistem

Merupakan sebagian dari sistem yang mempunyai fungsi khusus. Masing-masing

subsistem itu sendiri mempunyai komponen input, process, output, dan feedback.

Fungsi dari subsistem ini adalah untuk mendukung fungsi utama dari sistem yang

berjalan.

2.13.2. Pengertian Data

Data adalah fakta-fakta yang dan angka-angka yang relatif tidak berarti

bagi pemakai (McLeod, 2001, p15).

Data adalah fakta mentah atau penelitian tentang fenomena fisik atau

transaksi bisnis (O’Brien, 2002, p13),

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

57

2.13.3. Pengertian Informasi

Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki makna dan

dapat dimengerti (McLeod, 2001, p12). Informasi juga dapat diartikan menjadi data

yang telah dikonversikan menjadi sebuah konteks yang berarti dan berguna bagi

pemakai tertentu (O’Brien, 2004, p13).

Menurut O’Brien kualitas informasi dikelompokkan mejadi tiga dimensi

(2003, p15), yaitu :

Dimensi waktu, terdiri dari :

Timeliness : informasi harus tersedia saat dibutuhkan.

Currency : informasi harus up-to-date ketika disajikan.

Frequency : informasi harus tersedia setiap waktu dibutuhkan.

Time period : informasi harus tersedia dalam periode waktu lampau, saat ini,

dan akan datang.

Dimensi isi, terdiri dari :

Accuracy : informasi harus bebas dari kesalahan.

Relevance : informasi harus saling berhubungan dengan informasi yang

dibutuhkan dalam situasi khusus.

Completeness : hanya informasi yang dibutuhkan yang disajikan.

Conciseness : hanya informasi yang dibutuhkan yang disajikan.

Scope : informasi memiliki ruang lingkup yang lebar dan sempit, atau

berfokus baik internal maupun eksternal.

Performance : infomasi dapat menampilkan kegiatan pengukuran, membuat

progres, atau mengakumulasi sumber – sumber.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

58

Dimensi bentuk, terdiri dari:

Clarity : informasi harus disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti.

Detail : informasi dapat disajikan dalam bentuk rinci ataupun ringkasan.

Order : informasi dapat diatur secara berurutan.

Presentation : informasi dapat disajikan dalam bentuk narasi, numerik, grafik,

atau bentuk lainnya.

Media : informasi dapat disajikan dalam bentuk dokumen kertas,

tampilan video, ataupun media lainnya.

Sedangkan menurut McLeod terdapat empat dimensi informasi (2001, p145),

yaitu :

Ketepatan waktu

Informasi harus tersedia dalam pemecahan masalah dengan tepat waktu, sebelum

situasi menjadi tidak terkendali.

Kelengkapan

Suatu gambaran yang lengkap dari suatu permasalahan yang ada akan membantu

organisasi dalam menentukan solusi atau penyelesaiannya. Pemberian informasi

yang tidak berguna harus dapat dihindari.

Akurasi

Semua informasi harus tersedia dengan akurat untuk menunjang terbentuknya sistem

dapat dipercaya. Akurasi ini terutama diperlukan pada aplikasi-aplikasi tertentu

seperti aplikasi yang melibatkan keuangan, semakin teliti informasi yang diinginkan

maka biaya pun semakin bertambah.

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

59

Relevansi

Informasi disebut relevan jika informasi tersebut berkaitan langsung dengan masalah

yang sedang dihadapi. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan.

2.13.4. Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi dapat berupa rangkaian teratur dari orang, perangkat keras,

perangkat lunak, jaringan komunikasi dan sumber data yang mengumpulkan, mengolah

dan menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi (O’Brien, 2003, p7).

Sistem informasi adalah sebuah kumpulan dari komponen-komponen yang

saling berhubungan yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan mendistribusikan

informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian di

dalam sebuah organisasi (Laudon, 2003, p7).

Sistem informasi adalah pengumpulan, pengolahan, analisa, dan penyebaran

informasi untuk tujuan yang spesifik. Sistem informasi terdiri dari input (data dan

instruksi) dan output (laporan dan kalkulasi). Dari input yang telah diolah, maka akan

dihasilkan output yang akan dikirim ke pengguna akhir ataupun sistem lainnya (Turban

et al, 2003, p15).

Komponen dari sistem informasi adalah :

Manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan adalah lima

sumber utama dari sistem informasi.

Sumber manusia meliputi pengguna akhir dan spesialis sistem informasi, sumber

perangkat keras meliputi mesin dan media, sumber perangkat lunak terdiri dari

program dan prosedur, dan sumber jaringan adalah media komunikasi dan

jaringan.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

60

Sumber data diubah oleh kegiatan pengubahan informasi menjadi berbagai

variasi produk dari informasi yang dapat langsung digunakan oleh pengguna

akhir.

Pengubahan informasi terdiri dari input, proses, output, penyimpanan, dan

kegiatan pengendalian.

Gambar 2.5 Komponen Sistem Informasi

2.13.5. Keuntungan Sistem Informasi

Sistem informasi yang digunakan harus dapar memberikan keuntungan bagi

penggunanya (Turban et al, 2003, p17), yaitu:

Menyediakan proses transaksi yang cepat dan akurat.

Menyediakan penyimpanan data dan informasi dengan kapasitas yang besar dan

dapat diakses dengan cepat.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

61

Menyediakan sarana komunikasi yang cepat, baik dari mesin ke mesin maupun dari

manusia ke manusia.

Mengurangi informasi yang berlebihan (misalnya sistem informasi eksekutif yang

menyediakan informasi terstruktur yang disesuaikan untuk eksekutif berdasarkan

faktor penentu keberhasilannya).

Meminimalkan batasan – batasan (misalnya SCM yang dapat meminimalkan siklus

waktu untuk pengiriman produk, mengurangi persediaan, dan meningkatkan

kepuasan pelanggan).

Menyediakan pendukung pengambilan keputusan.

Menyediakan senjata persaingan, karena saat ini sistem informasi dapat dilihat

sebagai sumber keuntungan yang diharapkan dapat memberikan keuntungan dan

dapat mengungguli kompetitor.

2.14. Daur Hidup Sistem (System Life Cycle)

Daur hidup sistem adalah pengaplikasian pendekatan sistem untuk

pengembangan sistem informasi dan subsistem berbasis komputer. Daur hidup sistem

terdiri dari rangkaian tugas yang mengikuti pola tertentu dan dilakukan secara top-down

sehingga dikenal dengan pendekatan air terjun (waterfall approach).

Daur hidup sistem terdiri dari lima fase dimana empat fase pertama berkaitan

dengan upaya pengembangan sistem sehingga dikenal dengan sebutan System Design

Life Cycle (SDLC). Keempat fase tersebut adalah planning (perencanaan), analysis

(analisa), design (perancangan) dan implementation (implementasi). Fase yang kelima

adalah use (pemakaian) yang mana akan berlangsung hingga sistem perlu untuk

dirancang ulang atau dihentikan (McLeod, 2001, p123).

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

62

Fase SDLC dengan metode pendekatan daur hidup waterfall yang biasa

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisa awal (preliminary analysis)

2. Analisa (analyze)

3. Perancangan (design)

4. Pemrograman (programming)

5. Pengujian (testing)

6. Konversi sistem (conversion)

Gambar 2. 6 Daur Hidup dengan Pendekatan Waterfall (Waterfall Life Cycle)

Dengan penambahan fase penggunaan (use), maka tahapan-tahapan

dalam daur hidup sistem telah lengkap. Tahapan ini akan terus berlanjut sampai saatnya

untuk membuang atau merancang ulang sistem dengan melakukan kembali lingkaran

daur hidup sistem dari awal.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

63

2.15. Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Objek-Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah suatu metode untuk

menganalisa dan merancang sistem dengan pendekatan dasar berorientasi pada Objek

(Mathiassen et al, 2000, p135). Objek diartikan sebagai suatu entitas yang memiliki

identitas, state, dan behavior (Mathiassen et al, 2000, p4). Dalam melakukan analisis,

identitas sebuah Objek menjelaskan bagaimana seorang user mengetahui perbedaan dari

Objek lain, dan behavior Objek digambarkan melalui event yang dilakukannya.

Sedangkan pada perancangan, identitas sebuah Objek digambarkan dengan bagaimana

Objek lain mengidentifikasikan dirinya sehingga dapat diakses, dan behavior Objek

digambarkan dalam bentuk operation yang dapat dilakukan Objek tersebut yang dapat

mempengaruhi Objek lain dalam sistem.

2.15.1. Objek dan Class

Objek merupakan sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku

(Mathiassen et al., 2000, p4). Contoh dari objek misalnya karyawan yang merupakan

entitas dengan identitas yang spesifik, dan memiliki status dan perilaku tertentu yang

berbeda antara satu karyawan dengan karyawan yang lain. Sedangkan class merupakan

deskripsi atau penggambaran secara umum dari kumpulan objek yang memiliki struktur,

pola perilaku, dan atribut yang sama (Mathiassen et al., 2000,p4). Untuk dapat lebih

memahami objek, biasanya objek-objek tersebut sering digambarkan dalam bentuk

class.

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

64

2.15.2. Konsep Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Terdapat tiga buah teknik dasar dalam proses analisa dan perancangan sistem

berorientasi objek, yaitu:

1. Encapsulation

Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek berarti

pengelompokkan berdasarkan fungsi. Pengelompokkan ini bertujuan agar developer

tidak perlu membuat coding untuk fungsi yang sama, melainkan hanya perlu

memanggil fungsi yang telah dibuat sebelumnya.

2. Inheritance

Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek berarti menciptakan

sebuah class baru yang memiliki sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik

berdasarkan class induknya berikut dengan sifat-sifat dan karakteristik-karakteristk

individualnya.

3. Polymorphism

Polymorphism berarti kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk menyediakan

atribut dan operasi yang sama untuk tujuan yang berbeda. Polymorphism adalah

hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang berbeda atau bahkan dari sub-tipe

yang berbeda dapat menggunakan atribut dan operasi yang sama.

2.15.3. Kelebihan dan Kekurangan Object Oriented Analysis and Design

(OOAD)

Mathiassen et al. (2000, p5-6) menjelaskan bahwa terdapat kelebihan

menggunakan OOAD diantaranya adalah:

1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai lingkup dari sistem.

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

65

2. Penggunaan OOAD dapat menangani data yang seragam untuk jumlah yang besar

dan mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan berorientasi objek,

user interface berorientasi objek, dan pemrograman berorientasi objek.

Selain kelebihan yang diperoleh dengan menggunakan OOAD seperti yang

telah dijelaskan di atas, ternyata ditemukan beberapa kekurangan dari konsep ini oleh

McLeod (2001, p615) yaitu:

1. Untuk memperoleh pengalaman pengembangan dibutuhkan waktu yang cukup

lama.

2. Untuk sistem bisnis yang rumit terdapat kesulitan metodologi untuk

menjelaskannya .

3. Pilihan peralatan pengembangan kurang untuk mencakup sehingga dibutuhkan

penyesuaian dalam membangun sistem bisnis.

2.15.4. Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Menurut Mathiassen et al. (2000, p14-15) 4 aktivitas utama dalam analisa dan

perancangan berorientasi objek yang dapat dijelaskan dengan penggambaran pada

Gambar 2.6 berikut ini.

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

66

Gambar 2.7 Aktivitas Utama dalam OOAD menurut Mathiassen (2000, p15)

Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci mengenai keempat aktivitas

utama dalam melakukan analisa dan perancangan berorintasi objek menurut Mathiassen

et al. (2000, pp14-15):

1. Analisis Problem Domain

Problem domain adalah bagian dari situasi yang diatur, diawasi, dan

dikendalikan oleh sistem. Tujuan melakukan analisis problem domain adalah

mengidentifikasi dan memodelkan problem domain. Analisis problem

domain terbagi menjadi tiga aktivitas yang digambarkan dalam Gambar 2.5,

yaitu:

a. Memilih objek, class, dan event yang akan menjadi elemen model

problem domain.

b. Membangun model dengan memusatkan perhatian pada relasi

struktural antara class dan objek.

c. Mendeskripsikan properti dinamis dan atribut untuk setiap class.

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

67

Sumber : Mathiassen et al (2000, p46)

Gambar 2.8 Aktivitas Analisis Problem Domain

Pada aktivitas classes, langkah awal yang perlu dilakukan adalah

menentukan class. Langkah berikutnya adalah membuat sebuah event table

yang dapat membantu menentukan event-event yang dimiliki oleh setiap

class.

Pada aktivitas structure, class-class yang telah ditentukan sebelumnya

akan dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi,

agregasi, atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class

diagram.

Dalam aktivitas behavior, definisi class dalam class diagram akan

diperluas dengan menambahkan deskripsi pola perilaku dan atribut dari

masing-masing class. Pola perilaku dari class terdiri dari tiga jenis, yaitu:

• Sequence

Merupakan event yang terjadi secara berurutan satu per satu.

• Selection

Merupakan pemilihan salah satu dari beberapa event yang terjadi.

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

68

• Iteration

Merupakan event yang terjadi berulang kali.

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah statechart diagram yang menunjukkan

perubahan status dari masing-masing class yang dikarenakan oleh event

tertentu mulai dari initial state sampai dengan final state.

2. Analisis Application Domain

Menurut Mathiassen, et al (2000, p115) application-domain adalah

organisasi yang mengatur, memonitor atau mengendalikan problem-domain.

Analisis application-domain memfokuskan bagaimana target dalam sistem

akan digunakan dengan menentukan function dan interface sistem. Sama

seperti analisis problem domain, analisis application domain juga terdiri

dari beberapa aktivitas antara lain:

a. Menentukan penggunaan sistem dan bagaimana sistem berinteraksi

dengan user.

b. Menentukan fungsi dan kemampuan sistem dalam mengolah

informasi.

c. Menentukan kebutuhan interface sistem dan merancang interface.

Berikut ini merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada saat

melakukan analisis application domain dijelaskan menggunakan gambar 2.6.

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

69

Sumber: Mathiassen et al (2000, p117)

Gambar 2.9 Aktivitas Analisis Application Domain

• Usage

Menurut Mathiassen, et al (2000, p119-120) kegiatan usage adalah

kegiatan pertama dalam analisis application-domain yang bertujuan

untuk menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna

atau sistem yang berinteraksi dengan sistem yang digunakan.

Interaksi antara aktor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use

case diagram.

Use case dapat dimulai oleh aktor. Hasil dari analisis kegiatan usage

ini adalah sebuah deskripsi lengkap dari semua use case dan aktor

yang ada yang digambarkan dalam tabel aktor atau use case diagram.

Cara untuk mengidentifikasi aktor adalah mengetahui alasan aktor

menggunakan sistem. Masing-masing aktor memiliki alasan yang

berbeda untuk menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu dengan

melihat peran dari aktor seperti yang dinyatakan oleh use case dimana

aktor tersebut terlibat. Masing-masing aktor memiliki peran yang

berbeda-beda.

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

70

Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use

case, dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan

dapat disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan

function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart karena

use case adalah sebuah fenomena yang dinamik

• Function

Menurut Mahiassen, et al (2000, p137-138). Function memfokuskan

pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam

melaksanakan pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe yang

berbeda, yaitu:

1. Update

Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan

menghasilkan perubahan status model.

2. Signal

Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan

menghasilkan reaksi di dalam context.

3. Read

Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.

4. Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi

dan berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun

oleh model. Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang

dilakukan.

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

71

Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan

sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah

daftar function-function yang merinci function-function yang

kompleks. Daftar function harus lengkap menyatakan secara

keseluruhan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan aktor sehingga

harus konsisten dengan use case.

Cara untuk mengidentifikasi function adalah dengan melihat deskripsi

problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat

deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas

dapat menyebabkan munculnya kebutuhan terhadap function update,

sementara usecase dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe

function.

• User Interface

Menurut Mahiassen, et al (2000, p151-152). Interface

menghubungkan sistem dengan semua aktor yang berhubungan dalam

konteks. Ada dua jenis interface, yaitu: interface pengguna yang

menghubungkan pengguna dengan sistem dan interface sistem yang

menghubungkan sistem dengan sistem lainya.

Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan

pekerjaan dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas interface

pengguna ditentukan oleh kegunaan atau usability interface tersebut

bagi pengguna.Usability bergantung pada siapa yang menggunakan

dan situasi pada saat sistem tersebut digunakan. Oleh sebab itu,

usability bukan sebuah ukuran yang pasti dan objektif.

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

72

Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari

kegiatan analisis lainnya, seperti model problem domain, kebutuhan

functional dan use case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah

deskripsi elemen-elemen interface pengguna dan interface sistem

yang lengkap, dimana kelengkapan menunjukan pemenuhan

kebutuhan pengguna. Hasil ini harus dilengkapi dengan sebuah

diagram navigasi yang menyediakan sebuah ringkasan dari elemen-

elemen user interface dan perubahan antara elemen-elemen tersebut

(p159).

3. Architectural Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas

pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses

sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah sistem yang

terkomputerisasi.

Tahap architectural design terdiri dari tiga aktivitas yaitu criteria, component

architecture, dan process architecture seperti yang digambarkan pada

Gambar 2.9.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p176)

Gambar 2.10 Aktivitas Architectural Design

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

73

a. Aktivitas Criteria

Criteria merupakan properti yang dipilih dan diinginkan dari sebuah

arsitektur. Tabel di bawah ini menunjukkan criterion yang telah

ditentukan oleh para peneliti untuk menentukan kualitas dari sebuah

perangkat lunak (software). Gambar di bawah ini menunjukkan

keputusan kriteria dalam perancangan.

Gambar 2.11 Determinasi kriteria dalam perancangan

Tabel 2.1 Kriteria Klasik untuk Menentukan Kualitas Software

Kriteria Ukuran

Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal.

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform.

Correct Kesesuaian dengan kebutuhan. Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat.

Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem.

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya.

Flexible Biaya memodifikasi sistem. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem.

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

74

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan.

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain.

Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain.

Mathiassen et al. (2000, pp179-182) menyebutkan bahwa kriteria

usable, flexible, dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum

yang harus dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya

suatu rancangan sistem.

b. Aktivitas Component Architecture

Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-

komponen yang berkaitan. Subaktivitas dari perancangan komponen

arsitektur ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.12 Subaktivitas dalam perancangan komponen arsitektur

Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola arsitektural yang paling

sesuai dengan model sistem. Pola-pola arsitektural tersebut yaitu :

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

75

Layered Architecture Pattern

Generic Architecture Pattern

Client – Server Architecture Pattern

Client – Server Architecture dibagi menjadi beberapa bentuk yang

berbeda, yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Bentuk berbeda dari distribusi client – server architecture

Client Server Architecture U U + F + M Distributed presentation U F + M Local presentation U + F F + M Distributed functionality U + F M Centralized data U + F + M M Distributed data

Hasil dari aktivitas perancangan komponen arsitektur adalah sebuah

component diagram yang merupakan class diagram yang dilengkapi

dengan spesifikasi komponen yang kompleks.

c. Aktivitas Process Architecture

Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang

terdiri dari proses-proses yang saling tergantung satu sama lain.

Subaktivitas dari process architecture design ditunjukkan pada

gambar di bawah ini.

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

76

Gambar 2.13 Subaktivitas dalam process – architecture design

Dalam aktivitas ini juga perlu menentukan pola distribusi yang sesuai

dengan model sistem. Pola-pola distribusi tersebut, antara lain :

Centralized Pattern

Distributed Pattern

Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang

menunjukkan processor dengan komponen program dan active

objects.

Mathiassen et al. (2000, pp179-182) menyebutkan bahwa kriteria usable,

flexible, dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum yang harus

dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya suatu rancangan

sistem.

Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-komponen

yang berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola arsitektural yang

paling sesuai dengan model sistem. Pola-pola arsitektural tersebut antara lain:

• Layered Architecture Pattern

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

77

• Generic Architecture Pattern

• Client-Server Architecture Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang merupakan

class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi komponen yang kompleks.

Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari

proses-proses yang saling tergantung satu sama lain. Dalam aktivitas ini juga

perlu menentukan pola distribusi yang sesuai dengan model sistem. Pola-pola

distribusi yang ada antara lain:

• Centralized Pattern

• Distributed Pattern

• Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang menunjukkan

processor dengan komponen program dan active objects.

4. Component Design

Menurut Mathiassen, et al. (2000, p231) Component design bertujuan untuk

menentukan implementasi kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural.

Kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan

kebutuhan sistem. Hasilnya adalah deskripsi mengenai komponen-

komponen yang saling berhubungan dengan sistem. Component design terdiri

dari tiga aktivitas, yaitu:

a. Model component

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

78

Menurut Mathiassen, et al (2000, p235) Model component adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem

domain. Konsep utama dalam desain komponen model adalah

struktur. Dalam aktivitas ini dihasilkan sebuah class diagram yang

telah direvisi.

b. Function component

Menurut Mathiassen, et al (2000, p251) komponen function adalah

bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.

Tujuan dari function komponen adalah memberikan akses bagi usr

interface dan komponen sistem lainnya ke model.

c. Connecting component

Merupakan desain hubungan antar komponen untuk memperoleh

rancangan yang fleksibel dan mudah dimengerti. Hasilnya adalah

class diagram yang berhubungan dengan komponen-komponen

sistem. Gambar 2.13 berikut ini menggambarkan aktivitas-aktivitas

yang terdapat dalam component design (Mathiassen, 2000, p232).

Gambar 2.14 Aktivitas Component Design

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

79

2.16. Unified Modeling Language (UML)

2.16.1. Sejarah UML

Pada akhir tahun 80-an dan awal tahun 90-an, sudah banyak terdapat metode

pemodelan berorientasi objek yang digunakan pada industri-industri, diantaranya Booch

Method, Object Modeling Technique (OMT) yang diperkenalkan oleh James Rumbaugh,

dan Object-Oriented Software Engineering (OOSE) yang diperkenalkan oleh Ivar

Jacobson. Keberadaan berbagai metode tersebut justru menjadi masalah utama dalam

pengembangan sistem berorientasi objek, karena dengan banyaknya metode pemodelan

objek yang digunakan akan membatasi kemampuan untuk berbagi model antar proyek

dan antar tim pengembang. Hal tersebut disebabkan oleh berbedanya konsep masing-

masing metode pemodelan objek sehingga menghambat komunikasi antara anggota tim

dengan user yang berujung pada banyaknya kesalahan atau error pada proyek.

Dikarenakan masalah-masalah tersebut, maka diperlukanlah suatu standarisasi

penggunaan bahasa pemodelan.

Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh bekerja sama dan

menyatukan metode pengembangan berorientasi objek mereka dengan tujuan untuk

menciptakan sebuah sistem pengembangan berorientasi objek yang standar. Pada tahun

1995 Ivar Jacobson ikut bergabung dengan mereka dan ketiganya memusatkan perhatian

untuk menciptakan sebuah bahasa pemodelan objek yang standar, bukan lagi

berkonsentrasi pada metode atau pendekatan berorientasi objek. Berdasarkan pemikiran

ketiga tokoh tersebut, maka akhirnya pada tahun 1997 bahasa pemodelan objek standar

Unified Modeling Language (UML) versi 1.0 mulai diperkenalkan kepada masyarakat

luas.

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

80

UML bukan merupakan metode untuk mengembangkan sistem, melainkan

hanya berupa notasi yang kemudian pada saat ini diterima dengan luas sebagai bahasa

pemodelan objek yang standar. Object Management Group (OMG) mengadopsi UML

pada bulan November 1997 dan sejak saat itu terus mengembangkannya berdasarkan

pada kebutuhan dunia industri. Pada tahun 2004, telah diluncurkan UML versi 1.4 dan

pada saat itu juga OMG telah mulai merencanakan pengembangan UML versi 2.0.

2.16.2. Kegunaan UML

UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. Ada

banyak tujuan dibelakang pengembangan dari UML, yang paling pertama dan penting

adalah agar dapat digunakan oleh semua pengembang atau modelers dan tujuan akhir

dari UML adalah untuk menjadi sesederhana mungkin selama masih memenuhi

kebutuhan untuk melakukan modeling pada sistem yang akan dibangun.

2.16.3. Notasi UML

Notasi adalah bahasa textual dan graphical yang seragam untuk

menggambarkan sebuah sistem dan konteksnya yang diformalisasikan secara terpisah.

Tujuannya adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan dokumentasi (Mathiassen et

al., 2000, p237).

2.16.3.1. System Definition

Awal dari suatu perancangan sistem infomasi adalah pengumpulan ide

mengenai sistem yang diinginkan dengan mengumpulkan informasi mengenai situasi

yang sedang dihadapi. Kegiatan ini merupakan preliminary analysis dimana pada tahap

Page 67: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

81

ini dilakukan pengamatan dan pemahaman terhadap situasi yang terkait beserta dengan

pihak-pihak yang berhubungan dengan situasi tersebut. Pengamatan terhadap situasi ini

perlu didukung dengan pengumpulan dan evaluasi ide mengenai desain ide yang

berkaitan dengan sistem yang diinginkan dan dibutuhkan.

Hasil dari preliminary analysis ini adalah system definition yang

menggambarkan pilihan sistem yang akan dikembangkan. System definition menjelaskan

konteks sistem, informasi yang harus dikandung dalam sistem, fungsi-fungsi dalam

sistem, penggunaan serta batasan-batasan yang harus diperhatikan. Pengertian system

definition menurut Mathiassen et al. (2000, p24) adalah suatu uraian ringkas dari suatu

sistem terkomputerisasi dinyatakan dalam bahasa alami.

2.16.3.2. Rich Picture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p26) rich picture merupakan sebuah

gambaran yang berisi informasi, yang menggambarkan pemahaman dari sebuah situasi.

Rich picture berisi sebuah pandangan menyeluruh dari people, object process, structure,

dan problem dalam system problem dan application domain. People dapat berupa system

developer, user, pelanggan, atau pemain lain. Object dapat berupa banyak benda seperti

mesin, dokumen, lokasi, departemen, dan yang lainnya. Process menguraikan aspek dari

sebuah situasi yang berubah, tidak stabil, atau di bawah pengembangan. Secara grafik,

process diilustrasikan dengan simbol panah. Structure menguraikan aspek dari sebuah

situasi yang terlihat stabil atau sulit untuk diubah. Secara grafik, structure diuraikan

dalam satu dari dua cara: menggambar garis antara elemen-elemen atau menempatkan

elemen-elemen yang berhubungan dalam sebuah figur umum, seperti segi empat atau

lingkaran.

Page 68: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

82

2.16.3.3. FACTOR

Dalam kegiatan preliminary analysis juga ditentukan FACTOR yang

memiliki 6 elemen seperti dinyatakan oleh Mathiassen et al (2000, p39-40) yaitu :

1. Functionality : Fungsi dari sistem yang mendukung kegiatan dalam application

domain.

2. Application domain : Bagian dari organisasi yang mengatur, mengawasi dan

mengontrol problem domain.

3. Conditions : Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.

4. Technology : Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem dan

juga teknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sistem.

5. Objects : Objek utama dalam problem domain

6. Responsibility : Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya

dengan konteksnya.

Mathiassen et al (2000, p40) juga menyatakan bahwa FACTOR dapat

digunakan dalam dua cara. Yang pertama adalah FACTOR dapat digunakan untuk

mendukung kegiatan pembuatan system definition, dimana keenam kriteria FACTOR

dipertimbangkan formulasinya. Pada tahap ini, FACTOR terlebih dahulu didefinisikan

baru kemudian ditentukan system definitionnya. Cara kedua adalah dengan

mendefinisikan terlebih dahulu system definition dan kemudian menggunakan keenam

kriteria FACTOR untuk mengetahui bagaimana system definition yang dibuat telah

memenuhi keenam faktor tersebut.

Page 69: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

83

2.16.3.4. Class Diagram

Class Diagram menggambarkan struktur objek dari sistem. Class diagram

menunjukkan class objek yang membentuk sistem dan hubungan struktural diantara

class objek tersebut (Mathiassen et al., 2000, p336). Terdapat tiga jenis hubungan antar

class yang biasa digunakan dalam class diagram (Whitten et al., 2004, p455-459).

Ketiga jenis hubungan tersebut antara lain:

1. Asosiasi

Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class.

Hubungan ini menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah

class mengenai class lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah objek

atau class mereferensikan objek atau class lain dan saling mengirimkan

pesan. Sedangkan multiplicity adalah notasi yang menjelaskan hubungan

antara class yang telah dihubungkan tersebut.

Gambar 2.15 Contoh Hubungan Asosiasi dan multiplicity

2. Generalisasi (atau Spesialisasi)

Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class supertype

dan class subtype. Class supertype atau class induk memiliki atribut dan

behavior yang umum dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak

Page 70: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

84

memiliki atribut dan behavior yang unik dan juga memiliki atribut dan

behavior milik class induknya. Class induk merupakan generalisasi dari class

anaknya, sedangkan class anak merupakan spesialisai dari class induknya.

Class1

Class2 Class3

Gambar 2.16 Contoh Hubungan Generalisasi

3. Agregasi

Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek merupakan

bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris dimana jika objek B

merupakan bagian dari objek A, namun objek A bukan merupakan bagian dari

objek B. Pada hubungan ini, objek yang menjadi bagian dari objek tertentu

tidak akan memiliki atribut atau behavior dari objek tersebut.

Class1 Class2-End1

1

-End2

*

Gambar 2.17 Contoh Hubungan Agregasi

2.16.3.5. Statechart Diagram

Statechart Diagram digunakan untuk memodelkan perilaku secara dinamis

dari sebuah objek dalam sebuah class yang spesifik dan berisi state dan transition

(Mathiassen et al., 2000, p341). Statechart diagram mengilustrasikan siklus objek hidup

Page 71: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

85

yaitu berbagai status yang dapat dimiliki objek dan event yang menyebabkan status

objek berubah menjadi status lain (Whitten et al., 2004, p700).

Statechart diagram dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut (Whitten

et al., 2004, p700):

1. Mengidentifikasi status awal dan status final.

2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut.

3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek.

4. Mengidentifikasi jalur perubahan status.

Gambar 2.18 Contoh Statechart Diagram (Mathiassen et al., 2000, p358)

Mathiassen et al (2000, p93) sendiri menyatakan bahwa behavioral pattern

memiliki tiga bentuk yaitu :

• Sequence (urutan)

Merupakan pola dimana event terjadi setelah event tertentu diselesaikan.

• Selection (pemilihan)

Merupakan pola dimana hanya satu event yang terjadi dari beberapa

kemungkinan event yang dapat terjadi.

• Iteration (perulangan)

Merupakan pola event yang dapat terjadi berulang-ulang.

Page 72: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

86

Gambar 2.19 Struktur kontrol dalam Statecharts (Mathiassen et al, 2000, p95)

2.16.3.6. Use Case Diagram

Menurut Whitten et al. (2004, p441), use case diagram merupakan gambaran

interaksi antara sistem dan user. Sedangkan Mathiassen et al. (2000, p343) menyatakan

bahwa use case diagram adalah deskripsi secara grafis yang menggambarkan

hubungan antara actors dan use case. Penjelasan use case biasa ditambahkan untuk

menjelaskan langkah-langkah interaksi.

Gambar 2.20 Contoh Use Case Diagram (Whitten et al., 2004, p282)

a

Sequence (urutan)

a

T1

b

T2

z

Selection (pemilihan)

T

b

Iteration (perulangan)

T

az

Event

State

Perpindahan ke State berikutnya

Page 73: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

87

Setelah pembuatan use case diagram, kemudian dilanjutkan dengan narasi

dari masing-masing use case. Narasi dari masing-masing use case ditujukan sebagai

dokumentasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh actor terhadap sistem (actor

action) dan bagaimana sistem merenspon tindakan actor (system respons). Selain itu,

narasi tersebut juga menggambarkan hubungan antara actor dengan objek dalam suatu

use case. Jadi, secara keseluruhan, use case specification merupakan penggambaran

secara rinci dari setiap use case yang telah digambarkan dalam use case diagram.

2.16.3.7. Sequence Diagram

Bennet et al. (2006, p253) menyatakan bahwa sequence diagram menunjukkan

interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram dapat

digambarkan dalam berbagai level of detail yang berbeda daur hidup pengembangan

sistem. Aplikasi sequence diagram yang paling umum adalah untuk menggambarkan

interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.

Bennet et al. (2006, pp253-254) menyatakan bahwa setiap sequence diagram

harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang

merupakan kependekan dari sequence diagram. Bennet et al. (2006, p270) juga

menyatakan bahwa terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang

terdapat dalam sequence diagram, antara lain:

a. alt

Notasi alt merupakan singkatan dari alternatives yang menyatakan bahwa

terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

Page 74: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

88

b. opt

Notasi opt merupakan singkatan dari optional dimana frame yang memiliki

heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu

dipenuhi.

c. loop

Notasi loop menyatakan bahwa operation yang dijalankan secara berulang

selama kondisi tertentu.

d. break

Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah

frame tersebut tidak dijalankan.

e. par

Merupakan singkatan dari parallel yang mengindikasikan bahwa operation

dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.

f. seq

Notasi seq merupakan singkatan dari weak sequencing yang berarti operation

yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun.

g. strict

Notasi strict merupakan singkatan dari strict sequencing yang menyatakan

bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

h. neg

Notasi neg merupakan singkatan dari negative yang mendeskripsikan operasi

yang tidak valid.

Page 75: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

89

i. critical

Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang

terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong.

j. ignore

Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan

dapat diabaikan dalam interaksi.

k. consider

Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi.

l. assert

Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid.

m. ref

Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame

mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence

diagram tertentu.

Page 76: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

90

Gambar 2.21 Contoh Sequence Diagram (Bennet et al., 2006, p254)

2.16.3.8. Navigation Diagram

Navigation Diagram merupakan statechart diagram khusus yang berfokus

pada user interface (Mathiassen et al., 2000, p344)..

Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki nama dan

berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya sebuah

tombol yang menghubungkan dua window.

Page 77: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

91

2.16.3.9. Component Diagram

Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk

menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan

bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga

menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut (Whitten et al., 2004, p442).

Sebuah komponen digambarkan dalam UML sebagai sebuah kotak dengan dua kotak

kecil di sebelah kirinya. Ketergantungan antar dua komponen menunjukkan bagaimana

kedua komponen tersebut saling berkomunikasi.

Gambar 2.22 Contoh Component Diagram (Mathiassen et al., 2000, p201)

2.16.3.10. Deployment Diagram

Deployment Diagram, sama seperti component diagram, merupakan diagram

implementasi yang menggambarkan arsitektur fisik sistem. Perbedaannya, deployment

diagram tidak hanya menggambarkan arsitektur fisik software saja, melainkan software

Page 78: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

92

dan hardware. Diagram ini menggambarkan komponen software, processor, dan

peralatan lain yang melengkapi arsitektur sistem (Whitten et al., 2004, p442). Menurut

Mathiassen et al. (2000, p340), deployment diagram menunjukkan konfigurasi sistem

dalam bentuk processor dan objek yang terhubung dengan processor tersebut.

Setiap kotak dalam deployment diagram menggambarkan sebuah node yang

menunjukkan sebuah hardware. Hardware dapat berupa PC, mainframe, printer, atau

bahkan sensor. Software yang terdapat di dalam node digambarkan dengan simbol

komponen. Garis yang menghubungkan node menunjukkan jalur komunikasi antar

device. Gambar 2.22 berikut ini menunjukkan sebuah contoh deployment diagram.

Gambar 2.23 Contoh Deployment Diagram (Mathiassen et al., 2000, p217)

2.17. Perancangan Basis Data

Perancangan basis data (database) adalah kumpulan data (elementer) yang

secara logik saling berkaitan dalam mempresentasikan fenomena atau fakta secara

terstruktur dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi pada sistem tertentu.

Page 79: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

93

Database merupakan komponen dasar dari sebuah sistem informasi dan pengembangan

serta penggunaannya sebaiknya dipandang dari perspektif kebutuhan organisasi yang

lebih besar.

Basis data sebagai komponen utama sistem informasi karena semua

informasi untuk pengambilan keputusan berasal dari data di basis data, maka jika saat

satu kejadian muncul di dunia nyata mengubah state dari organisasi/perusahaan/sistem,

maka satu perubahan pun harus dilakukan terhadap data yang disimpan di basis data.

Pengelolaan basis data yang buruk dapat mengakibatkan ketidaktersediaan data penting

yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam pengambilan

keputusan.

Penelitian pada bidang basis data meliputi bahasa query yang powerful,

model data yang lengkap, dan penekanan pada dukungan analisis data yang kompleks

dari semua bagian organisasi. Beberapa vendor memperluas sistemnya dengan

kemampuan penyimpanan tipe data baru misal image dan text, dan kemampuan query

yang kompleks. Sistem khusus dan spesial dikembangkan oleh banyak vendor untuk

membuat data warehouse, mengkonsolidasi data dari beberapa basis data.

Perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola dan memanggil query

basis data disebut sistem manajemen basis data (database management system, DBMS).

DBMS menyediakan akses data yang efisien, kebebasan data, integritas data, keamanan,

dan pengembangan aplikasi yang cepat, mendukung akses bersamaan dan perbaikan dari

kerusakan. Komponen utama dalam DBMS adalah :

- Perangkat keras (hardware)

- Perangkat lunak (software)

- Data

Page 80: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00627-TISI Bab 2.… · 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kerja (Work Measurement)

94

- Pengguna (user)

Keuntungan dari adanya pengunaan DMBS dalam mengelola data adalah sebagai

berikut:

- Kebebasan data dan akses yang efisien

- Mereduksi waktu pengembangan aplikasi

- Integritas dan keamanan data

- Administrasi keseragaman data

- Akses bersamaan dan perbaikan dari terjadinya crashes (tabrakan dari proses

serentak).