makalah measurement theory

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengukuran diperlukan dalam disiplin ilmu pengetahuan atau bidang pekerjaan khususnya profesi akuntansi yang bertujuan untuk menjadikan data yang dihasilkan lebih informatif dan dipercaya. Sebagai penyedia informasi akuntansi pengukuran merupakan hal yang penting karena data kuantitatif adalah bagian dominan dari informasi akuntansi. Oleh karena pengukuran atribut yang disajikan dalam laporan keuangan (misalnya aktiva, laba ataupun utang) merupakan fungsi penting dalam akuntansi maka dari itu dalam pembahasan ini akan menjelaskan konsep pengukuran. Menurut Stevens, S.S., (1967: 677) pengukuran memiliki arti pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu. Sedangkan Suwardjono (2010) menyatakan bahwa pengukuran adalah pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut, konsep atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut. Singkatnya dari beberapa ahli yang mengemukakan definisi pengukuran pada intinya pemberian angka kepada objek atau unit analisis untuk 1

Upload: fadillah-rahmatun-sholehah

Post on 26-Sep-2015

569 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

measurment theory (teori pengukuran dalam akuntansi)

TRANSCRIPT

BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran diperlukan dalam disiplin ilmu pengetahuan atau bidang pekerjaan khususnya profesi akuntansi yang bertujuan untuk menjadikan data yang dihasilkan lebih informatif dan dipercaya. Sebagai penyedia informasi akuntansi pengukuran merupakan hal yang penting karena data kuantitatif adalah bagian dominan dari informasi akuntansi. Oleh karena pengukuran atribut yang disajikan dalam laporan keuangan (misalnya aktiva, laba ataupun utang) merupakan fungsi penting dalam akuntansi maka dari itu dalam pembahasan ini akan menjelaskan konsep pengukuran.

Menurut Stevens, S.S., (1967: 677) pengukuran memiliki arti pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu. Sedangkan Suwardjono (2010) menyatakan bahwa pengukuran adalah pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut, konsep atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut. Singkatnya dari beberapa ahli yang mengemukakan definisi pengukuran pada intinya pemberian angka kepada objek atau unit analisis untuk menggambarkan karakteristik yang melekat pada objek tersebut.

Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut menunjukkan makna ekonomi dan karenanya pengukuran yang demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek untuk menentukan makna ekonomi objek tersebut di masa lalu, sekarang atau yang akan datang. Sehingga kita dapat katakan bahwa pengukuran juga bisa berarti proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca ataupun laba rugi. Terdapat perbedaan asumsi mengenai pengukuran dan penilaian dalam akuntansi. Pengukuran biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat pada saat objek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada tiap elemen atau pos laporan keuangan pada saat penyajian laporan keuangan. Jadi secara aplikatif dalam praktek pengukuran terjadi pada saat pencatatan sedang penilaian pada saat penyajian.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimana konsep dan pentingnya suatu pengukuran?

2. Apa saja jenis skala yang digunakan dalam sebuah pengukuran?

3. Bagaimanakah cara pengoperasian skala?

4. Apa saja tipe-tipe pengukuran?

5. Bagaimana konsep keandalan dan ketepatan dalam pengukuran?

6. Bagaimana pengukuran dalam akuntansi?

7. Bagaimana permasalahan yang dihadapi auditor dalam hubungannya dengan pengukuran?C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin penulis capai dalam menyusun makalah ini untuk memahami:

1. Bagaimana konsep dan pentingnya suatu pengukuran

2. Jenis skala yang digunakan dalam sebuah pengukuran

3. Pengoperasian skala

4. Tipe-tipe pengukuran

5. Konsep keandalan dan ketepatan dalam pengukuran

6. Pengukuran dalam akuntansi

7. Permasalahan yang dihadapi auditor dalam pengukuranBAB IIPEMBAHASAN

A. Pentingnya PengukuranCampbell, salah seorang yang pertama membahas masalah pengukuran, mendefinisikan pengukuran sebagai the assignment of numerals to represent properties of material systems other than numbers, in virtue of the laws governing these properties atau penempatan angka untuk mewakili sifat dari sistem materiil selain angka, dalam kebajikan hukum yang mengatur sifat ini.Sedangkan menurut Stevens, seorang ahli teori terkemuka di bidang pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial, menyebutkan pengukuran sebagai assignment of numerals to objects or events according to rules atau penempatan angka ke objek atau peristiwa menurut aturan.Systems dalam pengertian Campbell adalah apa yang Stevens sebut objects or events. Dalam hal ini dapat mencakup rumah, meja, orang, aset, atau jarak tempuh. Properties adalah spesifikasi atau karakteristik dari systems, seperti berat, panjang, lebar, atau warna. Yang diukur sifat dan bukan sistem itu sendiri. Dalam hal ini, pengertian Campbell lebih tepat daripada pengertian Stevens (Godfrey, et al., 2010: 134).Ketika ditunjukkan hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran aspek yang diberikan atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi. Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu menghitung atau menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan (Godfrey, et al., 2010: 134). Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur (jumlah rupiah) yang akan diletakkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang terlihat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk merepresentasi makna atau atribut objek tersebut. Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut (Suwardjono, 2010: 192-193).

Secara umum akuntansi dianggap sebagai salah satu alat pengukur sekaligus suatu disiplin komunikasi. Pengukuran memiliki arti pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu (Riahi-Belkaoui, 2006: 56).Singkatnya dari beberapa ahli yang mengemukakan definisi pengukuran pada intinya adalah pemberian angka kepada objek atau unit analisis untuk menggambarkan karakteristik yang melekat pada objek tersebut.

Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat berupa penilaian subjektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang lebih objektif ataupun data statistik. Saat transaksi jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang memengaruhi kekayaan perusahaan.

Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur.B. SkalaSetiap pengukuran dibuat dalam suatu skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan semantik digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang angka-angka wakili, sehingga memberikan arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung pada aturan semantik yang digunakan. Menurut Stevens, skala dapat diuraikan dalam istilah umum sebagai nominal, ordinal, interval, atau rasio (Godfrey, et al., 2010: 134-135).1. Skala Nominal

Dalam skala nominal, angka digunakan hanya sebagai label. Contoh yang diberikan oleh Stevens adalah penomoran pemain sepak bola.

Skala nominal hanya merupakan klasifikasi, yang tidak menunjukkan pengukuran apa yang dipertimbangkan untuk digunakan dalam penggunaan istilah yang biasa. Torgerson menunjukkan, pengukuran mengacu pada sifat objek, sedangkan dalam skala nominal angka sering menyatakan objek itu sendiri, seperti penomoran atau penamaan pemain dalam tim olahraga. Sifat utama angka yang dimiliki adalah untuk mengidentifikasi pemain atau objek. Dalam sistem akuntansi, yang paling dekat dengan skala nominal adalah klasifikasi aset dan kewajiban dalam kelas yang berbeda atau biasa disebut dengan kode akun.2. Skala Ordinal

Sebuah skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya untuk membantu dalam penentuan lebih besar atau lebih kecil suatu hal, tanpa memberitahukan seberapa besar atau seberapa kecilnya. Sebagai contoh, misalnya seorang investor memiliki tiga peluang investasi yang layak untuk menanamkan sejumlah uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1, 2, 3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini (net present values), dengan peringkat tertinggi 1 dan terendah 3. Kelemahan skala ordinal adalah interval antar angka (1 sampai 2, 2 sampai 3, dan 1 sampai 3) tidak memberitahukan apapun mengenai perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya. 3. Skala Interval

Skala interval memberitahukan informasi yang lebih banyak daripada skala ordinal dan membantu dalam penentuan keseimbangan dari interval atau perbedaan seperti suhu dan waktu. Jadi tidak hanya memberi peringkat pada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya seimbang dan diketahui. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas atau tidak memiliki nol mutlak.4. Skala RasioSkala rasio adalah skala yang:

Menunjukkan kategori

Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian Interval atau jarak antar objek Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir diketahuiSkala rasio menyampaikan informasi paling banyak. Angka-angka skala rasio memiliki kualitas bilangan rill yang dapat dijumlahkan, dikurangi, dikalikan, atau dibagi, dan dinyatakan dalam hubungan rasio. Contoh skala rasio adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjang dari A.Contoh skala rasio dalam akuntansi adalah penggunaan dolar untuk mewakili biaya dan nilai. Jika aset A biayanya $10.000 dan aset B biayanya $20.000, kita dapat mengatakan bahwa biaya B dua kali lipat biaya A. C. Pengoperasian SkalaSalah satu alasan untuk membahas skala adalah bahwa aplikasi matematika tertentu diperbolehkan hanya untuk jenis skala yang berbeda. Skala rasio memungkinkan untuk semua operasi aritmatika dasar seperti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, dan juga aljabar, geometri analitik, kalkulus dan metode statistik. Sebuah skala rasio tetap invarian (tetap) atas semua transformasi ketika dikalikan dengan sebuah konstanta. Sebagai contoh pertimbangkan hal berikut:

X = cX

Jika X mewakili semua titik pada skala tertentu, dan titik masing-masing dikalikan dengan konstanta c, skala X yang dihasilkan juga akan menjadi skala rasio (Godfrey, et al., 2010).Hal ini berarti apabila kita mengukur panjang atau luas ruangan yang ternyata hanya 400 cm yang kemudian diubah 400 cm menjadi 4 m dengan mengalikan konstanta 1/100, sehingga kita dapat memastikan panjang ruangan tidak berubah, sekalipun angka yang menjelaskan panjang telah mengalami perubahan. Dengan adanya invarian skala dapat memudahkan kita untuk mengetahui kejadian atau peristiwa dimana teori atau ketentuan yang berlaku pada dasarnya adalah sama, meskipun skalanya dinyatakan dalam unit-unit yang berbeda, misalnya dari sentimeter ke meter. Perubahan invarian skala rasio akan mengalami perubahan keutuhan bentuk keumuman hubungan variabel-variabel yang sama (Godfrey, et al., 2010).Tanpa invarian, mustahil diketahui bahwa X dua kali panjangnya dari Y apabila diukur dalam sentimeter, padahal ukuran yang sebenarnya tiga kali lebih panjang apabila diukur dalam ukuran meter. Dalam akuntansi, skala untuk biaya saat ini adalah varian dari biaya historis, sebab sifat-sifatnya yang diukur berbeda. Ketika mesin A diukur atau dinilai berdasarkan biaya historis (historical cost) mugkin $90.000, tetapi ketika diukur dalam biaya saat ini (current cost) bisa saja $110.000. Uji pengukuran dan dolar digunakan pada kedua kasus meski skalanya berbeda dikarenakan varian. Dengan melakukan perubahan dari skala dolar nominal menjadi daya beli skala dolar untuk sifat yang sama (biaya historis atau biaya saat ini) dengan sendirinya akan mengabaikan invarian yang terstruktur (Godfrey, et al., 2010).Dengan skala interval, tidak semua operasi aritmatika dapat dilakukan. Penambahan dan pengurangan dapat digunakan sehubungan dengan nomor tertentu pada skala serta interval. Namun, perkalian dan pembagian tidak dapat digunakan dengan mengacu pada nomor tertentu, hanya untuk interval. Alasannya adalah karena kondisi invarian. Sebuah skala interval adalah invarian dalam setiap transformasi linear dalam bentuk:X = cX + bDengan adanya perubahan skala interval, maka sangat penting untuk mengukur atau mengetahui sifat-sifat khusus dan skala interval lainnya untuk mengukur sifat-sifat yang sama sebagaimana yang dilakukan dengan mengalikan setiap titik skala pertama X dengan konstanta c namun dengan menambahkannya pada konstanta b. Cara seperti ini dilakukan b karena terdapat titik nol absolut pada skala interval. Misalnya perubahan dari temperatur celcius ke temperatur fahrenheit, kita dapat mengalikan setiap derajat, misalnya 9/5 kemudian baru menambahkan 32, untuk 9/5 dapat juga digunakan karena utilitas skala celcius 100 derajat dianggap bertentangan dengan 100 derajat untuk fahrenheit dan 32 dapat ditambahkan karena adanya titik beku untuk skala berikutnya (Godfrey, et al., 2010).Kondisi invarian dapat juga menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan dan membagikan apabila ada kaitannya dengan interval, meski operasi-operasi ilmu hitung seperti ini tidak dapat digunakan untuk bilangan-bilangan tertentu pada skala. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut:

X = X + 10Misalkan objek pada poin 3 dan 6 ada pada skala X, maka akan dapat berubah menjadi skala X, sehingga kita dapat memperoleh bilangan 13 dan 16. Meski demikian rasio 13 dan 16 tidak sama dengan rasio 3 dan 6 karena adanya penambahan konstanta. Adanya pengalian dan pembagian (misalnya rasio) adalah karena tidak dapat dilakukan pada bilangan-bilangan tertentu. Karena itu, apabila Robyn memperoleh 90 poin pada hasil ujian akuntasinya dan Maria memperoleh 45 poin, namun kita tidak dapat menyimpulkan bahwa Robyn mengetahui poin-poin tersebut adalah dua kali lebih banyak dari poin atau yang dilakukan Maria terutama yang ada kaitannya dengan materi ujian. Hal ini disebabkan tidak adanya titik nol natural pada ujian terutama untuk yang tidak ada kaitannya dengan tanpa pengetahuan. Sekalipun siswa memperoleh 0 pada ujian, namun kita tidak dapat mengatakan bahwa siswa yang bersangkutan tidak mempunyai wawasan atau pengetahuan sama sekali tentang permasalahan yang sesungguhnya. Mengacu pada contoh tersebut, apa yang kita katakan bahwa Robyn lulus ujian dan Maria gagal ujian, meski demikian kita tidak dapat melakukan campur tangan secara komparatif banyaknya pengetahuan dikaitkan dengan angka. Seperti halnya apabila varian kuantitas misalnya $5.000 lebih disukai, ketimbang dengan varian bulanan terdahulu yang $10.000 yang lebih disukai. Selain itu, kita juga tidak dapat menyimpulkan bahwa penggunaan material dalam bulan ini hanya sama efisiennya pada bulan-bulan terdahulu (Godfrey, et al., 2010).Dengan skala ordinal, tidak satu pun dari operasi aritmatika dapat digunakan. Kita tidak dapat menambah, mengurang, mengali, atau membagi angka atau interval pada skala. Oleh karena itu, skala ordinal menyampaikan informasi yang terbatas (Godfrey, et al., 2010).D. Jenis pengukuranProses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis: fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell. (Godfrey, et al., 2010: 138)1. Pengukuran Fundamental

Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.

Pengukuran fundamental adalah angka yang dilekatkan pada suatu kekayaan dengan mengacu pada hukum alam dan tidak didasarkan pada pengukuran variabel-vaiabel lain. Contohnya pengukuran panjang bangunan. (Yadiati, 2007: 65)2. Pengukuran Turunan

Menurut Campbell, pengukuran turunan adalah salah satu pengukuran yang tergantung pada pengukuran dari dua atau lebih besaran lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan. Hal ini tergantung pada pengukuran dari kedua massa dan volume. Operasi pengukuran yang diturunkan tergantung pada hubungan yang diketahui atas sifat-sifat dasar. Mereka didasarkan pada teori empiris berkaitan properti yang diberikan kepada properti lainnya. Operasi matematika dapat dilakukan pada angka dari pengukuran yang diturunkan karena operasi paralel matematika dan fisik pada sifat-sifat mendasar. Pengukuran, seperti suhu, bergantung hanya pada satu dari pada dua atau lebih pengukuran lainnya. Untuk mengukur suhu, kita hanya perlu untuk mengukur tekanan, volume atau hambatan listrik. Namun, dalam kasus-kasus ini pengukuran didasarkan pada hukum alam.Pengukuran turunan adalah pengukuran yang didasarkan pada pengukuran dua atau lebih kuantitas dan tergantung pada eksistensi teori empiris yang mengaitkan kekayaan tertentu dengan kekayaan lain. (Yadiati, 2007: 65)Dalam ilmu akuntansi contoh pengukuran turunan adalah pengukuran terhadap laba, yang mana laba dihasilkan dari turunan berupa variabel pendapatan dan beban-beban.

3. Pengukuran FiatPengukuran ini merupakan type dalam ilmu-ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang dibuat semaunya untuk menghubungkan variabel pengamatan tertentu untuk suatu konsep tertentu, tanpa mengkonfirmasi dengan teori untuk mendukung hubungan ini. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak perlu tahu bagaimana mengukur konsep keuntungan secara langsung. Sebaliknya, kita mengasumsikan bahwa variabel pendapatan, keuntungan, biaya dan kerugian yang berhubungan dengan konsep keuntungan dan karenanya dapat digunakan untuk memberikan kita suatu ukuran tidak langsung dari keuntungan. Pengukuran fiat adalah pengukuran yang dibuat secara arbitrase yang tergantung pada intuisi peneliti dan terlalu banyak alternatif dan definisi. (Yadiati, 2007: 65)

E. Keandalan dan AkurasiUntuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan keandalan dari suatu pengukuran atau keakuratan pengukuran, pertama kita harus menyatakan bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa menghitung jumlah kursi di ruang tertentu dan akan persis benar. Tapi kecuali untuk menghitung, semua pengukuran melibatkan kesalahan. (Godfrey, et al., 2010)1. Sumber kesalahan

Sumber kesalahan dalam pengukuran adalah sebagai berikut, yang tidak saling eksklusif.a. Operasi pengukuran tidak tetap. Aturan untuk menetapkan angka untuk properti tertentu biasanya terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan tepat dan karenanya dapat ditafsirkan salah oleh pengukur. b. Pengukur, pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, bias, atau menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak akurat.c. Instrumen, banyak operasi memperkenankan untuk penggunaan alat fisik, seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacatd. Lingkungan, tempat di mana operasi pengukuran dilaksanakan dapat mempengaruhi hasile. Atribut yang tidak jelas, apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.f. Risiko dan ketidakpastian, ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset berwujud.

2. Pengukuran yang dapat diandalkanSering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran.Istilah presisi sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali yang diterapkan pada properti tertentu.

Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu perangkat operasi.

Berdasarkan dua istilah tersebut, kita dapat mengatakan bahwa realibity pengukuran berkaitan dengan presisi dengan mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu set operasi.3. Pengukuran akuratKonsistensihasil,presisidan keandalantidak selalumenyebabkanakurasi. Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju nilai sejati dari atribut pengukuran.Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya.

Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari kegunaan, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.F. Pengukuran dalam AkuntansiPengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan untuk modal dan laba. Laba akuntansi sekarang diturunkan di bawah standar akuntansi internasional, dari perubahan modal selama periode dari semua kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan nilai wajar aktiva bersih kecuali transaksi dengan pemilik. Modal diturunkan dari nilai wajar bersih penilaian aktiva dan kewajiban. Berarti kita harus mengukur nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang diterima, jumlah modal yang digunakan, dan perubahan nilai wajar aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode akan datang akan mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari operasional dan penilaian kembali (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru dan pembayaran dividen). Nilai wajar aktiva bersih yang disajikan kembali merupakan modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, et al., 2010: 145).

Godfrey, et al., (2010:145) menyatakan sebaliknya, pendekatan pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum pengenalan standar akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan terhadap aktiva bersih yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar dari penggunaan modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal. Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan laba direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat bahwa laba turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur modal awal dan bagaimana kita mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep penilaian modal dan akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu dengan hasilnya menyatakan bahwa kita memiliki pengukuran atas modal secara umum dan konsep laba.

Baru-baru ini, International Accounting Standard Board (IASB) telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan untuk suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan informasi keuangan yang sebanding. Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar akuntansi internasional melalui standar akuntansi seperti IAS 39/AASB 139 instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran IASB?FASB proyek bersama mengenai pelaporan keuangan kinerja (1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu dan (2) bahwa pendekatan nilai wajar harus diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja. Jadi dari tahun 2005 kami melihat penggunaan (sebagaian) dari suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai aktiva dan kewajibab bukan penyelesaian proses pendapatan (Godfrey, et al., 2010: 147).

Singkatnya, berarti bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui segera saat terjadinya dan dilaporkan sebagai kompenan pendapatan. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian dengan neraca repositori utama sebagai informasi yang relevan, dan pengguna informasi akuntansi tersebut adalah pemegang saham dan investor.

G. Permasalahan Pengukuran Bagi AuditorBeberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk pengukuran keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan atas nilai wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukkan dengan cara mencocokkan transaksi wajar pendapatan dan beban untuk periode auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun, ketika keuntungan berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit muncul untuk auditor sekitar mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen (Godfrey, et al., 2010: 150).

Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh standar akuntansi IAS 36/AASB 136. Pertanyaan ini mensyaratkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan nilai.. Manajemen entitas perlu untuk menilai pada tanggal pelaporan apakah ada indikasi bahwa aktiva mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen akan mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatanya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan itu adalah kerugian penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba pada banyak kasus.

Petunjuk standar audit internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan apakah manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan asumsi yang masuk akal. Jika standar akuntansi tidak menerapkan metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode penilaian tertentu yang sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak memilah-milah metode dari tahun ke tahun bergantung pada hasil laba yang mereka inginkan. Data tersebut akan mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan oleh perusahaan yang dibandingkan, data royalti, dan sebagainya (Godfrey, et al., 2010: 151).

Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar dan asumsi yang mungkin, beberapa kemungkinan untuk jumlah perbedaan kerugian penurunan nilai yang masuk akal diakui oleh manajemen. Jumlah yang berbeda kan dapat diterima auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan model penilaian yang benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi tersebut mungkin auditor akan menghadapi tekanan dari manjer untuk setuju dengan penilaian mereka atau akan kehilangan perkerjaan audit karena akan digantikan kepada auditor yang lebih menyetujui.

Adanya berbagai alternatif metode penilaian aset yang menimbulkan masalah tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan:

1. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten.2. Menggunakan asumsi yang beralasan.3. Data yang digunakan unuk penilaian tersebut valid.BAB III PENUTUPA. KesimpulanPengukuran melibatkan hubungan formal angka untuk beberapa atribut atau kejadian dengan aturan semantik. Aturan semantik dalam akuntansi diwakili oleh transaksi di pasar, dan alokasi penggunaan sumber daya modal terhadap pendapatan yang masuk selama periode tersebut.Aturan yang digunakan untuk pemberian atau penetapan angka yang ditentukan sesuai dengan empat skala: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Dalam akuntansi, kita menggunakan skala rasio untuk mengukur atribut keuangan pada keuntungan, aset, dan kewajiban. Namun juga dapat menerapkan skala ordinal untuk menentukan peringkat proyek-proyek investasi atau profitabilitas perusahaan, atau skala interval dalam akuntansi biaya standar.Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variabel-variabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.Ada tiga jenis pengukuran yaitu pengukuran fundamental, pengukuran turunan, dan pengukuran fiat. Semua pengukuran melibatkan kesalahan dan banyak pengukuran yang nilai sebenarnya (true value) tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan atau keandalan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari kegunaan, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan untuk modal dan laba. Perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui segera saat terjadinya dan dilaporkan sebagai kompenan pendapatan. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian dengan neraca repositori utama sebagai informasi yang relevan, dan pengguna informasi akuntansi tersebut adalah pemegang saham dan investor.Adanya berbagai alternatif metode penilaian aset yang menimbulkan masalah tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan:

4. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten.

5. Menggunakan asumsi yang beralasan.

6. Data yang digunakan unuk penilaian tersebut valid.DAFTAR PUSTAKAGodfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010. Accounting Theory, 7th edition. Australia: John Wiley & Sons, Inc.

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.Riahi Belkaoui, Ahmed. 2006. Teori Akuntansi, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.Yadiati, Winwin. 2007. Teori Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.PAGE 16