bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1.1 pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00398-mc...

24
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Corporate Communication Corporate communication adalah bagian dari seluruh organisasi. Tanggung jawab untuk komunikasi semakin dilihat sebagai bagian dari peran setiap karyawan. Komunikasi dengan internal sangat penting untuk menjalin hubungan antara atasan dengan bawahan. Sehingga tidak merasa canggung ketika berkomunikasi dengan pimpinan atau karyawan. Event gathering merupakan alat penghubung untuk menjembatani hubungan antara pimpinan dan karyawan. Sehingga proses komunikasi yang terjadi antara pimpinan dan karyawan tidak lagi kaku. Corporate communication is the message issued by a corporate organization, body, or institute to its publics. "Publics" can be both internal (employees, stakeholders, i.e. share and stock holders) and external (agencies, channel partners, media, government, industry bodies and institutes, educational and general public) (Wikipedia) Komunikasi perusahaan adalah pesan yang dikeluarkan oleh sebuah organisasi atau perusahaan, badan, atau lembaga untuk publiknya. "Publik" dapat baik internal (karyawan, stakeholder, dan pemegang saham yaitu saham) dan eksternal (lembaga, mitra saluran, media, pemerintah, badan industri dan lembaga, masyarakat pendidikan dan umum). Cees van Riel and Charles Fombrun (2007) mendefinisikan Corporate Communication is the set of activities involved in managing and orchestrating all internal and external communications aimed at creating favorable starting points with stakeholders on which the company depends.

Upload: lekhanh

Post on 27-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Pengertian Corporate Communication

Corporate communication adalah bagian dari seluruh organisasi.

Tanggung jawab untuk komunikasi semakin dilihat sebagai bagian dari peran

setiap karyawan. Komunikasi dengan internal sangat penting untuk menjalin

hubungan antara atasan dengan bawahan. Sehingga tidak merasa canggung

ketika berkomunikasi dengan pimpinan atau karyawan. Event gathering

merupakan alat penghubung untuk menjembatani hubungan antara pimpinan dan

karyawan. Sehingga proses komunikasi yang terjadi antara pimpinan dan

karyawan tidak lagi kaku.

Corporate communication is the message issued by a corporate organization, body, or institute to its publics. "Publics" can be both internal (employees, stakeholders, i.e. share and stock holders) and external (agencies, channel partners, media, government, industry bodies and institutes, educational and general public) (Wikipedia)

Komunikasi perusahaan adalah pesan yang dikeluarkan oleh

sebuah organisasi atau perusahaan, badan, atau lembaga untuk publiknya. "Publik" dapat baik internal (karyawan, stakeholder, dan pemegang saham yaitu saham) dan eksternal (lembaga, mitra saluran, media, pemerintah, badan industri dan lembaga, masyarakat pendidikan dan umum).

Cees van Riel and Charles Fombrun (2007) mendefinisikan

Corporate Communication is the set of activities involved in managing and orchestrating all internal and external communications aimed at creating favorable starting points with stakeholders on which the company depends.

10

Maksudnya adalah Corporate Communicaion adalah himpunan kegiatan yang terlibat dalam mengelola dan mendalangi semua komunikasi internal dan eksternal yang bertujuan untuk menciptakan titik awal menguntungkan dengan para pemangku kepentingan pada perusahaan yang tergantung.

Menurut dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Corporate

Communication merupakan aspek penting dari komunikasi yang disiplin.

Corporate Communication mengacu pada komunikasi dalam organisasi

perusahaan (komunikasi internal) serta komunikasi antara badan usaha yang

berbeda (komunikasi eksternal). Komunikasi sangat penting dalam keberhasilan

perusahaan dan semakin banyak perusahaan-perusahaan terkenal menilai

kembali komunikasi mereka, bergerak menjauh dari tradisional, pendekatan

fungsional untuk hubungan masyarakat dan urusan publik dan mengejar internal

dan eksternal strategi komunikasi perusahaan.

2.1.2 Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan

dalam organisasi guna untuk memperlancar proses komunikasi dan interaksi

dalam suatu organisasi. Sering sekali terjadi kesalahpahaman dalam

penyampaian atau pengiriman pesan. Sehingga komunikasi dalam organisasi

harus diperhatikan. Agar pesan yang disampaikan oleh organisasi dapat diterima

dengan baik. Komunikasi organisasi sangat berkaitan dengan Event Gathering.

Event gathering merupakan suatu kegiatan yang biasanya dilaksanakan satu atau

dua kali dalam setahun oleh perusahaan atau organisasi. Sehingga dapat

terbentuklah suatu tim atau kelompok organisasi yang harmonis. Hubungan yang

11

harmonis adalah efek dari cara yang efektif dalam suatu tim atau kelompok

organisasi saling memberi dan menerima pesan. Semakin harmonis hubungan

komunikasi dalam suatu tim atau kelompok maka semakin kecilnya terjadi

kesalahpahaman.

Menurut Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Drs. Abdullah

Masmuh,M.Si (2008,p5) komunikasi organisasi adalah pengiriman dan

penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.

Komunikasi Organisasi menurut definisi R. Wayne (2001,p8) dalam buku

Metode Riset Komunikasi Organisasi adalah suatu pertunjukan dan penafsiran

pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi

tertentu.

Menurut berbagai pendapat diatas dapat dirangkum, komunikasi

organisasi merupakan proses komunikasi dalam organisasi. Komunikasi ini

berfokus antara anggota-anggota suatu organisasi yang tujuannya adalah

mencapai visi misi perusahaan dengan memperlancar komunikasi internal.

2.1.3 Pengertian Special Event

Special Event adalah suatu kegiatan khusus yang harus dapat menarik

perhatian publik terhadap perusahaan. Kegiatan acara ini sangat penting untuk

mempublikasikan perusahaan dan menciptakan image perusahaan yang positif.

Salah satu dari kegiatan khusus ini adalah Event Gathering. Dalam kegiatan

Event Gathering humas harus dapat menarik perhatian dari publik internal.

Dengan diselenggarakannya event ini, perusahaan mengharapkan seluruh

12

karyawan dapat terhibur dan menghilangkan stress dari rutinitas sehari-hari di

kantor. Sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Menurut Ruslan (1998) dalam buku Public Relations Praktis (2009,

p103) mengemukakan, bahwa untuk menyelenggarakan acara atau kegiatan

khusus (special event), Humas harus mampu menarik perhatian dari publik

terhadap perusahaan atau produk tertentu, yang ingin ditampilkan melalui

aktivitas special event itu sendiri.

Dr J. Goldblatt (1997) mendefinisikan Special Event is a unique moment in time celebrated with ceremony and ritual to satisfy specific needs.

Definisi diatas dapat diartikan Special Event adalah sebuah

momen yang unik dalam waktu dirayakan dengan upacara dan ritual untuk memenuhi kebutuhan spesifik.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Special Event

adalah suatu acara yang menarik untuk diselenggarakan oleh perusahaan untuk

menarik perhatian publik internal maupun publik eksternal. Dalam kegiatan

Public Relations, Special Event sangat penting karena merupakan salah satu kiat

keberhasilan dalam kegiatan Public Relations untuk proses publikasi dan

menciptakan citra positif.

2.1.4 Pengertian Event Gathering

Menurut Silvia dan Widodo (2009, p58) Event gathering adalah salah

satu cara untuk menjalin hubungan yang lebih baik antara pimpinan dengan

karyawan. Tujuan acara ini adalah agar karyawan termotivasi, sebab motivasi

sangat mempengaruhi pada kinerja organisasi. Dalam kegiatan Event Gathering

13

juga diharapkan hubungan yang harmonis akan memudahkan komunikasi kedua

belah pihak di kemudian hari. Bisa juga dalam acara ini disisipkan acara

perkenalan susunan pejabat baru ataupun layanan terbaru. Media Gathering ini

memberikan peluang terciptanya suasana hangat dan kondusif antara pimpinan

dengan staf perusahaan.

Beberapa contoh format acara adalah coffee morning, makan siang atau

malam, buka puasa bersama, product atau service soft launching, wisata

bersama, bermain atau bertanding olahraga bersama, dan lain-lain.

Adapun langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan media Gathering adalah

sebagai berikut:

1. Membuat proposal atau rencana kegiatan yang mencakup tujuan,

manfaat, tema, konsep dan susunan acara, ketua dan anggota tim

kepanitiaan, waktu dan tempat, undangan serta anggaran yang

dibutuhkan.

2. Pesan tempat yang sesuai dengan konsep acara

3. Memberitahukan kepada peserta Gathering dengan menyebutkan susunan

acara dan contact person untuk kepastian kehadiran.

4. Siapkan logistic seperti catering, transportasi, audio visual, dan lain-lain.

5. Siapkan pidato pembukaan untuk pimpinan perusahaan yang akan

membuka acara.

14

6. Pilih Moderator atau pemandu acara sedapat mungkin menarik dan dapat

membawa suasana yang segar dan akrab.

7. Hiburan seperti permainan, musik, dan lagu sangat penting untuk

menciptakan suasana yang cair.

8. Dokumentasikan acara dengan baik. Walaupun acara informal,

disarankan tetap ada sesi foto bersama.

Dalam kegiatan acara gathering employees sangat diharapkan dapat

memotivasi karyawan perusahaan. Acara-acara yang menarik dan kreatif dapat

menarik karyawan untuk ikut serta dalam acara ini. Misalnya dalam hal

pemilihan tempat acara dan persiapan logistik seperti catering dan transportasi

menjadi suatu pertimbangan karyawan untuk ikut serta dalam acara gathering

employees.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Public Relations

PR merupakan kegiatan organisasi atau perusahaan yang terencana

dan berkesinambungan. PR harus dapat membangun dan menjaga image

positif suatu perusahaan. Hubungan internal dan eksternal perusahaan juga

harus dijaga oleh PR. Hubungan internal perusahaan adalah hubungan yang

pertama harus dijaga. Karena internal perusahaan merupakan pondasi untuk

memperkokoh suatu perusahaan.

15

Event Gathering merupakan salah satu kegiatan yang dapat

memotivasi kinerja karyawan. Karyawan merupakan bagian dari internal

perusahaan. Sehingga Event Gathering sangat membantu meningkatkan

kinerja karyawan. Menjalin hubungan yang baik dengan karyawan

merupakan salah satu pekerjaan seorang PR. Maka dari itu Event Gathering

sangat berkaitan erat dengan kegiatan PR.

“Public Relation is the management function which evaluates

public attitudes, identifies the process and procedures of an individual or organization with the public interest and plans, execute aprogram of action to earn public understanding and acceptance”. (Edwin Emmery, dikutip oleh Lidya Evelina, Jurnal ilmu komunikasi UMN, 2009:15)

Definisi di atas menegaskan bahwa setiap kegiatan PR merupakan

fungsi manajemen, artinya apapun kegiatan PR, apakah rutin, proaktif, reaktif, ataupun antisipatif harus senantiasa dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.

Dr. Rex Harlow mendefinisikan Public Relations yang dikutip dalam

buku Human Relation dan Public Relations (2009, p117) merupakan, fungsi

manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur

bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi,

pengertian, penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam

pemasalahan atau persoalan; membantu manajemen menjadi tahu mengenai

dan tanggap terhadap opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung

jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; mendukung

manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif;

bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi

16

kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang

sehat dan etis sebagai sarana utama.

Menurut Scott M. Cutlip, Aleen H. Center dan Glen M. Broom (2000), dalam bukunya Effective Public Relations menulis salah satu definisi PR yang dikutip oleh Elvinaro (2009, p3) , yakni Public Relations is the management function which evaluate public attitude, identifies the policies and procedures of an individual or an organization with the public interest, and plans and executes a program of action to earn public understanding an acceptances.

Berdasarkan definisi diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut,

Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik.

2.2.1.1 Internal dan Eksternal PR

Menurut Agung Wasesa (2010, p128) perbedaan fungsi

internal dan eksternal PR adalah:

Internal PR:

1. Mengkomunikasikan kebijakan direksi dan manajemen kepada

karyawan

2. Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar

karyawan memahami dasar pengambilan keputusan yang diambil

3. Membangun jaringan komunikasi interaktif antara karyawan,

manajemen, dan direksi

4. Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi kebijakan

hingga pelatihan untuk mengurangi dampak buruk restrukturisasi

5. Membantu peningkatan rasa memiliki karyawan terhadap

perusahaan

17

6. Membantu terciptanya budaya perusahaan yang sesuai dengan visi

organisasi.

Eksternal PR:

1. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik

2. Menjelaskan hasil Rapat Umum Pemegang Saham

3. Menjelaskan hasil dan dasar diadakannya Rapat Umum Luar

Biasa Pemegang Saham

4. Membantu pemasaran untuk menciptakan brand image

5. Mensosialisasikan prestasi yang dicapai oleh perusahaan

6. Mengembangkan program-program pengembangan masyarakat,

sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada publik

7. Menyiapkan sarana bagi publik untuk melihat perusahaan secara

langsung

8. Menyiapkan sarana bagi pemerintah dan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat untuk melihat kinerja perusahaan

Dari perbedaan fungsi internal dan eksternal PR, internal

PR sangat berperan dalam proses meningkatkan kinerja karyawan

dalam perusahaan melalui kegiatan event gathering. Sehingga dari

kegiatan event gathering tersebut karyawan dapat

menggambarkan citra yang baik terhadap perusahaan.

18

2.2.2 Citra

Citra merupakan cara seseorang atau kelompok untuk memandang

atau menilai sesuatu, pada khusunya pencitraan pada perusahaan. Seorang PR

harus mampu menciptakan dan memelihara citra baik internal maupun

eksternal. Citra perusahaan yang positif salah satunya dapat menjalin dan

memelihara hubungan baik dengan publik maupun karyawan. Karyawan

dapat memandang citra perusahaan yang baik melalui kegiatan Event

Gathering. Melalui kegiatan ini karyawan dapat bersosialisasi dengan

pimpinan maupun karyawan lainnya. Dalam Event Gathering biasanya

perusahaan mengadakan permainan (games) untuk peserta Gathering.

Tujuannya adalah untuk menjalin hubungan atau disengaja untuk

memperkenalkan dengan karyawan lainnya. Biasanya panitia acara memilih

karyawan-karyawan yang belum saling kenal atau karyawan yang jarang

bersosialisasi.

Menurut Bill Canton (1990) yang dikutip dalam buku Dasar-dasar Public Relations (2010, p111) mengatakan bahwa Citra adalah “Image: The impression, the felling, the conception which the public has of a company; a concioussly created impression of an object, person or organization”.

Menurut kutipan diatas “Citra” adalah kesan, perasaan, gambaran

diri publik terhadap perusahaan : kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi.

Menurut Sutisna (2001) yang dikutip dalam buku Metode Penelitian

untuk Public Relations (2010,p99), Image adalah realitas, seperti yang

dikemukakan Bernstein dalam Gronroos. Oleh karena itu, program

pengembangan dan perbaikan citra harus didasarkan pada realitas. Jika citra

19

tidak sesuai dengan realitas dan kinerja kita tidak baik, itu adalah kesalahan

kita dalam berkomunikasi. Jika citra sesuai dengan realitas dan merefleksikan

kinerja kita yang buruk, itu berarti kesalahan kita dalam mengelola organisasi

(Sutisna, dalam Ardianto. 2009:33).

Menurut John S. Nimpoeno yang dikutip dalam buku Dasar-dasar

Public Relations (2010,p114) proses pembentukan citra dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.2.2 Model Pembentukan Citra

Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern

dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus

yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu

sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.

“….proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu

konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan

sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai

mental representation (citra) dari stimulus” (Nimpoeno, dalam Soemirat,2010).

20

Dari berbagai pendapat tentang citra maksudnya adalah

pandangan nyata seseorang yang sengaja dinilai atau diciptakan terhadap

objek, orang atau organisasi. Citra perusahaan sangat penting bagi

kemajuan perusahaan itu sendiri. Semakin bagus citra perusahaan di

publik ekternal maupun internal maka perusahaan itu mempunyai nilai

kredibilitas yang tinggi. Citra perusahaan yang bagus dapat dinilai dari

kinerja karyawan perusahaan tersebut.

2.2.2.1 Jenis Citra

Menurut Jefkins (2004,p20) yang disempurnakan oleh Yadin, ada

beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas Public

Relations, yaitu:

a. Citra bayangan (mirror image)

Citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan, terutama para

pimpinannya yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan orang luar

terhadap perusahaan yang dipimpinnya itu, tidak selamanya selalu dalam

posisi baik. Kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi perbedaan

antara yang diharapkan dengan kenyataan citra dilapangan, bisa terjadi

justru mencerminkan “citra” negatifnya yang muncul.

b. Citra kini (current image)

Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang

perusahaan atau organisasi, atau hal lain yang berkaitan dengan

produknya. Berdasarkan pada pengalaman dan informasi diterima yang

21

kurang baik, sehingga dalam posisi tersebut, pihak humas atau PR akan

menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka

buruk, dan hingga muncul kesalahpahaman yang menyebabkan citra kini

yang ditanggapi secara tidak adil, atau bahkan kesan yang negative

diperolehnya.

c. Citra yang diinginkan (wish image)

Citra keinginan adalah seperti apa yang diharapkan dan dicapai oleh

pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, supaya produk yang

ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan, dan diterima dengan

kesan yang selalu positif diberikan oleh publiknya atau masyarakat

umum.

d. Citra perusahaan (corporate image)

Jenis citra ini adalah berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai

tujuan utamanya, bagaimana citra perusahaan yang positif dikenal serta

diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan

prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan

dengan tanggung jawab sosial sebagainya. Dalam hal ini, pihak PR ikut

bertanggung jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu

mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi untuk berkompetisi

di pasar bursa saham.

e. Citra serbaneka (multiple image)

Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan diatas. Misalnya

bagaimana pihak public relationnya akan menampilkan pengenalan

22

(awareness) terhadap identitas, atribut logo, brand’s name, seragam, para

front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor, dan penampilan para

profesionalnya, kemudian di unifikasikan atau diidentikan ke dalam suatu

citra serbaneka (multiple image) yang diintegrasikan terhadap citra

perusahaan (corporate image).

f. Citra penampilan (performance image)

Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana

kinerja atau penampilan diri para professional pada perusahaan

bersangutan. Misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas

pelayanannya, bagaimana pelaksanaan etika menyambut telepon, tamu,

dan pelanggan serta publiknya, yang serba menyenangkan serta

memberikan kesan yang selalu baik. Mungkin, masalah citra penampilan

ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan orang. Misalnya, dalam

hal mengangkat secara langsung telepon yang sedang berdering tersebut

dianggap tindakan interupsi, termasuk si penerima telepon masuk tidak

menyebut identitas nama pribadi atau perusahaan yang bersangkutan. Itu

merupakan tindakan kurang bersahabat (Ruslan. 1998:62-67).

Event gathering yang diselenggarakan untuk setiap karyawan adalah

usaha untuk mendapatkan citra positif terhadap perusahaan dari karyawan.

Sehingga dalam penelitian ini jenis citra yang berhubungan dengan gathering

employee adalah corporate image (citra perusahaan). Dimana PR bertanggung

23

jawab menjaga citra positif, agar mendapat respon positif dan dapat

meningkatkan kinerja karyawan dilingkungan kerja.

2.2.3 Membangun Citra Di mata Karyawan

Menurut Siswanto (2004, p97) Banyak pakar manajemen bisnis

mengkategorikan karyawan sebagai segmen sasaran pertama. Citra

perusahaan hendaknya di”pasar”kan terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke

masyarakat luas. Dalam tulisan di majalah Business Marketing, USA, July

1990 dengan judul Corporation Improve Crisis Communications Plans, Glen

Broom mengutarakan karyawan adalah sasaran pertama upaya membangun

citra perusahaan. Menurutnya disebabkan karena karyawan melakukan

kontak langsung dengan pelanggan. Selanjutnya Glen menyatakan dengan

membangun citra positif dan kuat di kalangan karyawan, perusahaan dapat

mengharapkan kinerja dan kesetiaan karyawan yang tinggi. Disamping itu

perusahaan dapat membina lingkungan kerja yang menyenangkan dan

kooperatif.

Dalam buku Managing the Corporate Image James Gray

mengutarakan hal yang berikut.

“Employees are an organization’s primary public, and they should be both respected and treated with fairness. To expect positive public image when employee complain through the immediate community and beyond is unrealistic. But employees whose concern are taken into account and who are consulted about company policies and goals generally broadcast job satisfacation into the community at large.”

Pernyataan James Grey diatas kurang lebih dapat diterjemahkan

sebagai berikut. Bagi perusahaan karyawan adalah lapisan pertama

24

masyarakat. Mereka harus dihormati dan diperlakukan secara adil.

Mengharapkan citra baik di mata masyarakat dianggap tidak realistis, apabila

para karyawan selalu membicarakan dengan relasi bisnis, rekan dan handai

taulannya tentang ketidakpuasan mereka terhadap perlakuan perusahaan. Di

lain kasus karyawan yang selalu mendapat perhatian dari atasan dan (dalam

batas tertentu) dimintai pendapat tentang kebijaksanaan dan tujuan usaha

perusahaan, biasanya menceritakan kepuasan kerja mereka kepada

masyarakat sekitar. Mereka memancarkan rasa bangga terhadap perusahaan

di mana mereka bekerja.

Citra perusahaan sangat penting bagi perusahaan itu sendiri.

Khususnya citra perusahaan dimata karyawan. Karena karyawan merupakan

sasaran utama dalam membangun citra positif suatu perusahaan. Sehingga

perusahaan perlu membangun citra positif dimata karyawan.

2.2.4 Cara Pembinaan Yang Baik

Persepsi karyawan terhadap perusahaan akan baik apabila dibina

dengan baik. Persepsi karyawan terhadap perusahaan akan tumbuh dengan

baik apabila cara pembinaan yang berikut diperhatikan pimpinan perusahaan:

1. Karyawan mempunyai pengetahuan tentang perusahaan

2. Komunikasi langsung

3. Memperhatikan kebutuhan karyawan

25

Untuk membina karyawan dengan baik, perusahaan perlu

memberikan pengetahuan tentang seluruh isi perusahaan dan memperhatikan

kebutuhan karyawan di lingkungan kerja.

2.2.5 Menghadapi Karyawan yang Bosan

Dalam Jurnal Public Relations AnneAhira membahas bagaimana

menghadapi karyawan yang bosan atau dengan istilah burnt-out. Public

relations memang tidak hanya mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan

publik di luar lingkungan kerja, tetapi bekerja sama dengan pihak SDM

mengamati dan memberikan pemecahan terhadap apa yang ada di internal

perusahaan.

Keadaan burnt-out dapat dialami oleh siapa pun dengan jabatan dan

pekerjaan apapun. Keadaan ini normal-normal saja bila tidak terlalu lama.

Namun, jika keadaan ini sampai menyebabkan menurunnya kinerja dan

efektivitas kerja, baru menjadi masalah.

Karyawan yang sedang dalam ‘orbit burnt-out’ ini biasanya tidak

akan peduli dengan apa yang sedang dan akan terjadi pada dirinya. Apalagi,

jika dia pun tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada orang lain atau

perusahaan akibat keadaannya. Sebelum hal-hal tidak diinginkan terjadi, ada

baiknya pihak perusahaan mengantisipasi keadaan ini.

Penyebab Burnt-Out Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini.

1. Rutinitas pekerjaan yang tidak berubah selama bertahun-tahun.

26

2. Penghasilan yang tidak meningkat. Padahal, karyawan tahu bahwa

perusahaan memperoleh laba yang tidak sedikit.

3. Tidak adanya promosi jabatan atau promosi yang tertunda.

4. Konflik dengan atasan atau sesama rekan kerja yang berlarut-larut.

5. Tidak adanya kejelasan antara penghargaan dan hukuman atau

peraturan tidak ditegakkan dengan semestinya.

6. Atasan yang pilih kasih.

7. Lingkungan kerja yang tidak nyaman.

8. Pekerjaan yang ada tidak membangkitkan motivasi untuk lebih maju

alias tidak ada lagi tantangan.

9. Masalah pribadi, keluarga, cinta, orang tua, dan lain-lain.

Ciri-ciri Karyawan Burnt-Out

Ciri-ciri karyawan yang burnt-out adalah sebagai berikut.

1. Produktivitas menurun.

2. Semakin sering melanggar peraturan, seperti datang telat dan

menunda pekerjaan.

3. Semakin sering melakukan kesalahan yang tidak perlu, tetapi tidak

berusaha memperbaiki diri.

4. Kalau yang sudah ekstrem, kadang melakukan hal-hal yang dapat

memancing emosi karyawan lain atau membuat ulah yang tidak

terpuji.

5. Semakin emosional.

27

6. Motivasi sangat rendah.

7. Berbicara yang tidak terarah dan sangat senang berdebat kusir.

8. Memandang negatif kinerja perusahaan secara keseluruhan.

9. Menunjukan perasaan tidak puas terhadap perusahaan secara terbuka.

Setiap perusahaan ingin memiliki karyawan bermotivasi tinggi, selalu

semangat, profesional, mencintai pekerjaannya, dan dapat diandalkan.

Namun, kadang kala, rasa bosan menghinggapi diri para karyawan. Jika

sampai terjadi, pihak perusahaan dalam hal ini bidang SDM dan public

relations harus cepat-cepat turun tangan. Penerapan employee engagement

system yang memberikan peluang bagi karyawan untuk lebih berperan dalam

kemajuan perusahaan perlu diterapkan secara luas.

2.2.6 Kinerja

Menurut Gilbert (1978,p135) dalam buku Komunikasi Organisasi

berpendapat bahwa kinerja pada dasarnya adalah produk waktu dan peluang.

“Peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang tersebut bukan apa-apa. Dan

waktu, yang tidak kita miliki, yang tidak memberi peluang, bahkan memiliki

lebih sedikit nilai”.

Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2010,p188) Kinerja

adalah hasil akhir dari sebuah aktivitas. Entah aktivitas tersebut adalah

berjam-jam latihan intensif sebelum konser atau balap atau melaksanakan

kerja seefisien dan seefektif mungkin. Kinerja adalah apa yang dihasilkan

dari aktivitas tersebut.

28

Menurut kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan hasil dari sebuah aktivitas atau kegiatan yang membutuhkan

peluang dan waktu. Apabila peluang dan waktu dapat bersinergi dengan baik

maka akan berdampak positif terhadap citra perusahaan karena karyawan

memiliki kinerja yang baik. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi agar

kinerja karyawan meningkat salah satunya melalui acara gathering employee.

2.2.7 Prestasi

Menurut Malayu Hasibuan (2008,p112) Kebutuhan akan prestasi

(n.Ach) merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang. Karena itu n.Ach ini akan mendorong seseorang untuk

mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta

energy yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.

Sistem prestasi kerja (merit system) menurut Mahmudi (2010,p186)

merupakan pendekatan dalam pemberian penghargaan yang didasarkan pada

prestasi hasil kerja (job performence). Dalam system ini yang diutamakan

adalah kemampuan kerja seseorang, baik berupa keterampilan, keahlian,

efisiensi dan efektivitas kerjanya.

Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi

merupakan pemberian penghargaan atau reward dari hasil kerja untuk

memotivasi semangat kerja karyawan di perusahaan, sehingga karyawan

merasa dihargai, bisa saja bentuknya voucher belanja atau hadiah yang tidak

terlalu mahal tetapi menunjukkan penghargaan perusahaan kepada karyawan.

29

Karyawan akan antusias untuk mencapai prestasi yang tinggi, jika

kemungkinan untuk hal itu diberi kesempatan. Dalam memberikan

penghargaan, system prestasi kerja tidak memandang usia atau senioritas

(masa kerja) pegawai, sehingga pegawai yang masih muda (junior) pun

apabila mampu berprestasi akan dapat melampaui seniornya.

2.2.8 Loyalitas

Loyalitas merupakan suatu dasar bagi seorang karyawan untuk dapat

bertahan dan memberikan pengabdian (Ruth Berliana, Jurnal Human

Resources, 2011).

Menurut Rulofine Handayani dalam Jurnal Human Resources , 2011

Loyalitas adalah suatu sikap kesetiaan seorang karyawan terhadap

perusahaannya

Menurut beberapa pendapat diatas Loyalitas adalah sikap positif dan

memberikan pengabdian terhadap segala sesuatu terutama kepada

perusahaan, dan tidak memiliki pikiran yang negatif. Banyak faktor yang

menyebabkan karyawan bisa menjadi loyal kepada perusahaan salah satunya

dengan melaksanakan Event Gathering yang diadakan secara berkala.

2.2.9 Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan

menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi

30

lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi

mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri (Wikipedia).

Ruch (1967: 300) mengemukakan persepsi adalah suatu proses

tentang petunjuk - petunjuk inderawi (sensori) dan pengalaman masa lampau

yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang

terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.

Menurut beberapa pendapat persepsi adalah suatu proses dalam diri

seseorang untuk memberikan suatu kesan tentang suatu hal. Biasanya

persepsi dipengaruhi oleh asumsi – asumsi yang didasarkan pada pengalaman

masa lalu.

2.2.10 Kredibilitas

Supardi mengemukakan Kredibilitas adalah kata yang singkat akan

tetapi memiliki makna yang luas dan dalam. Orang dikatakan kredibel adalah

orang yang dapat dipercaya, dapat dibanggakan karena prestasinya, orang

yang mengagumkan atas kinerjanya, orang yang banyak disanjung oleh para

penggemarnya, oleh para simpatisannya, oleh kebanyakan orang.

Kredibilitas merupakan salah satu landasan untuk kepemimpinan

yang produktif dalam arti membangun suatu reputasi yang melekat pada

efektivitas pribadi positip dengan rujukan prinsip “membina persamaan dan

membangkitkan kepercayaan“ (wordpress).

31

Dapat disimpulkan kredibilitas adalah penilaian secara yang

mengandung pengertian positif. Penilaian tersebut biasanya bersangkutan

terhadap suatu perusahaan atau organisasi. Suatu kepercayaan berkaitan erat

dengan atau hampir sama dengan istilah citra.

2.3 Pengembangan Hipotesis

Gambar 2.3.1 Variabel X dan Y

1.Kinerja

2.Loyalitas

3.Kredibilitas

4.Persepsi

5.Prestasi

CITRA (Y)

1.Konsep Acara

2.Lokasi

3.Logistik

4.Pelaksanaan

EVENT GATHERING (X)

32

2.3 Kerangka Pikir

Bagan 2.3.2 Kerangka Pikir 2