bab 2 landasan teori 2.1 teori-teori dasar/umum 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-1-00176-if...

47
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum 2.1.1 Pengertian Data Menurut Turban (2003, p2) data merupakan fakta-fakta yang belum diolah oleh gambar-gambarannya yang mewakili kejadian yang terjadi serta kegiatan dan transaksi-transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, dan diklasifikasikan tetapi tidak disusun untuk menyimpan arti khusus lainnya. 2.1.2 Pengertian Database Menurut Connolly dan Begg (2002, p14), database merupakan suatu kumpulan data yang berhubungan secara logikal, digunakan secara bersama dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi di dalam organisasi. M enurut Inmon (2002, p388), database adalah sebuah kumpulan dari data yang saling berhubungan yang disimpan (biasanya dengan redundansi yang terkontrol dan terbatas) berdasarkan suatu skema. M enurut Turban (2003, p16), database merupakan kumpulan file atau record yang secara terorganisir menyimpan data beserta relasi antar data tersebut.

Upload: dangthien

Post on 09-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

 

8

 

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori-teori Dasar/Umum

2.1.1 Pengertian Data

Menurut Turban (2003, p2) data merupakan fakta-fakta yang

belum diolah oleh gambar-gambarannya yang mewakili kejadian yang

terjadi serta kegiatan dan transaksi-transaksi yang ditangkap, direkam,

disimpan, dan diklasifikasikan tetapi tidak disusun untuk menyimpan arti

khusus lainnya.

2.1.2 Pengertian Database

Menurut Connolly dan Begg (2002, p14), database merupakan

suatu kumpulan data yang berhubungan secara logikal, digunakan secara

bersama dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi di dalam

organisasi.

Menurut Inmon (2002, p388), database adalah sebuah kumpulan

dari data yang saling berhubungan yang disimpan (biasanya dengan

redundansi yang terkontrol dan terbatas) berdasarkan suatu skema.

Menurut Turban (2003, p16), database merupakan kumpulan file

atau record yang secara terorganisir menyimpan data beserta relasi antar

data tersebut.

9

 

 

2.1.3 Database Management System (DBMS)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p16), pengertian DBMS

adalah sebuah sistem piranti lunak yang memungkinkan user untuk

mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke dalam

basis data.

Adapun fungsi DBMSyaitu:

1. Data storage, retrieval and update

DBMS harus dapat memungkinkan user untuk

menyimpan, mengambil dan meng-update data di dalam basis

data.

2. A user-accessible catalog

DBMS harus memiliki sebuah catalog yang berisi

deskripsi data item dan dapat diakses oleh user.

3. Transaction support

DBMS harus memiliki sebuah mekanisme yang dapat

menjamin baik seluruh update yang berhubungan dengan sebuah

transaksi dapat dilakukan ataupun keseluruhan update tersebut

tidak dilakukan.

4. Concurrency control services

DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk

menjamin basis data di-update secara benar ketika banyak user

meng-update basis data secara bersamaan.

10

 

 

5. Recovery services

DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk

pemulihan basis data apabila terjadi bencana.

6. Authorization services

DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk

menjamin bahwa hanya user yang memiliki otorisasi yang dapat

mengakses basis data.

7. Support for data communication

DBMS harus dapat terintegrasi dengan piranti lunak

komunikasi, dapat akses database dari lokasi yang jauh.

8. Integrity services

DBMS harus memiliki sarana untuk menjamin baik data

di dalam basis data maupun perubahan terhadap data mengikuti

aturan-aturan tertentu (constraint).

9. Services to promote data independence

DBMS harus menyertakan fasilitas-fasilitas untuk

mendukung ketidaktergantungan piranti lunak terhadap struktur

aktual dari basis data.

10. Utility services

DBMS harus menyediakan serangkaian layanan kegunaan

seperti program analisis statistik, pengawasan fasilitas, fasilitas

reorganisasi indeks, dan lain-lain.

11

 

 

Menurut Connolly dan Begg (2002, p18), Database Management

System (DBMS) memiliki 5 komponen penting, yaitu:

1. Hardware (Perangkat Keras)

Dalam menjalankan aplikasi dan DBMS diperlukan

perangkat keras. Perangkat keras dapat berupa single personal

computer, single mainframe, sampai jaringan komputer.

Perangkat keras yang digunakan bergantung pada persyaratan

dari organisasi dan DBMS yang digunakan.

2. Software (Perangkat Lunak)

Komponen perangkat lunak meliputi DBMS software dan

program aplikasi beserta Sistem Operasi, termasuk perangkat

lunak tentang jaringan bila DBMS digunakan dalam jaringan

seperti LAN (Local Area Network).

3. Data

Data merupakan komponen terpenting dari DBMS dan

juga merupakan komponen penghubung antara komponen mesin

(Hardware dan Software) dan komponen human (Procedures dan

People).

4. Prosedur

Prosedur merupakan panduan dan instruksi dalam

membuat desain dan menggunakan basis data. Penggunaan dari

sistem dan staf dalam mengelola basis data membutuhkan

12

 

 

prosedur dalam menjalankan sistem dan mengelola basis data itu

sendiri. Prosedur di dalam basis data dapat berupa: login di dalam

basis data, penggunaan sebagian fasilitas DBMS, cara

menjalankan dan memberhentikan DBMS, membuat salinan

backup database, memeriksa hardware dan software yang sedang

berjalan, mengubah struktur basis data, meningkatkan kinerja

atau membuat arsip data pada media penyimpanan sekunder.

5. People (Orang)

Komponen terakhir yaitu orang sendiri yang terlibat dalam

sistem tersebut.Komponen ini meliputi:

a. DA (Data Administrator)

Seseorang yang berwenang untuk membuat keputusan

stategis dan kebijakan mengenai data yang ada.

b. DBA (Database Administrator)

Seseorang yang menyediakan dukungan teknis untuk

implementasi keputusan tersebut, dan bertanggungjawab

atas keseluruhan kontrol sistem pada level teknis

c. Database Designer (Logical and Physical)

Database Designer (Logical and Physical) dibedakan

menjadi 2 tipe:

13

 

 

i. Logical database designer

Seseorang yang mengidentifikasi data, relasi

antara data, dan konstrain pada data yang akan di

simpan di basisdata.

ii. Physical database designer

Seseorang yang menentukan bagaimana desain

basisdata logikal bisa direalisasikan secara fisikal.

Ada beberapa keuntungan dan kerugaian dalam menggunakan

DBMS. Keuntungan menggunakan DBMS adalah sebagai berikut:

a. Adanya kontrol terhadap redundansi data

b. Mendapatkan konsistensi data

c. Mendapatkan informasi lebih untuk sejumlah data yang sama

d. Adanya pembagian data (sharing of data)

e. Meningkatkan integritas data

f. Meningkatkan keamanan

g. Meningkatkan standar

h. Skala ekonomi

i. Menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang saling bertabrakan

j. Meningkatkan pengaksesan dan respon data

k. Meningkatkan produktivitas

l. Meningkatkan pemeliharaan melalui data independence

14

 

 

m. Meningkatkan concurrency

n. Meningkatkan layanan backup dan recovery

Sedangkan, kerugian DBMS adalah sebagai berikut :

a. Kompleksitas

b. Ukuran

c. Biaya dari DBMS

d. Biaya tambahan perangkat keras

e. Biaya proses konversi

f. Performa

g. Pengaruh kegagalan yang lebih tinggi

2.1.4 Database Language

2.1.4.1 Data Definition Language (DDL)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p40), pengertian Data

Definition Language adalah suatu bahasa yang memperbolehkan

Database Administrator (DBA) atau pengguna untuk

mendeskripsikan dan memberi nama suatu entitas, atribut, dan

relasi data yang dibutuhkan untuk aplikasi, bersama dengan

integritas data yang diasosiasikan dan batasan (constraint)

keamanan data.

15

 

 

2.1.4.2 Data Manipulation Language (DML)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p41), pengertian Data

Manipulation Language adalah suatu bahasa yang menyediakan

seperangkat operasi untuk mendukung manipulasi data yang

berada pada basis data.

Pengoperasian data yang akan dimanipulasi biasanya meliputi:

• Penambahan data baru ke dalam basis data.

• Modifikasi data yang disimpan ke dalam basis data.

• Pengembalian data yang terdapat di dalam basis data.

• Penghapusan data dari basis data.

DML dibagi menjadi 2 jenis yaitu Procedural dan Non-

procedural. Procedural DML adalah suatu bahasa yang

memperbolehkan pengguna untuk mendeskripsikan ke sistem

data apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkan data

tersebut secara tepat, sedangkan Non-procedural DML adalah

sebuah bahasa yang mengizinkan pengguna untuk menentukan

data apa yang dibutuhkan tanpa memperhatikan bagaimana data

diperoleh.

16

 

 

2.1.5 Database Application Lifecycle

Menurut Connolly dan Begg (2002, p271), sebuah sistem

database merupakan komponen dasar sistem informasi organisasi yang

lebih besar sehingga siklus hidup aplikasi database berhubungan dengan

siklus hidup sistem informasi.

Langkah-langkah siklus hidup aplikasi adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Langkah-langkah siklus hidup aplikasi

17

 

 

2.1.5.1 Perencanaan Basis Data (Database Planning)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p273), perencanaan

basis data adalah merencanakan bagaimana tahapan dari siklus

hidup bisa direalisasikan secara efektif dan efisien.

Ada tiga tahapan perencanaan basis data, yaitu :

a. Mengidentifikasi rencana dan tujuan pembuatan

aplikasi basis data untuk menetapkan kebutuhan

sistem informasi.

b. Mengevaluasi sistem yang sudah ada untuk

menentukan kelebihan dan kekurangannya.

c. Menaksir kesempatan teknologi informasi untuk

menghasilkan kelebihan.

2.1.5.2 Definisi Sistem

Menurut Connolly dan Begg (2002, p274), sistem adalah

menggambarkan lingkup dan batasan-batasan dari aplikasi basis

data dan user view yang utama. Sebelum mencoba merancang

suatu aplikasi basis data diperlukan untuk mengenali batasan

sistem dan bagaimana antarmuka dengan bagian sistem

informasi lainnya dalam organisasi. Hal penting yang harus

diperhatikan adalah batasan pemakai dan aplikasi mendatang.

Mengidentifikasikan user view sangat penting dalam

18

 

 

mengembangkan aplikasi basis data agar dapat memastikan

tidak ada pemakai utama yang terlupakan ketika

mengembangkan keperluan untuk aplikasi baru.

2.1.5.3 Pengumpulan Kebutuhan dan Analisis

Menurut Connolly dan Begg (2002, p276), pengumpulan

dan analisis kebutuhan adalah proses dari analisis dan

pengumpulan informasi tentang bagian organisasi yang

didukung oleh sistem aplikasi basis data dan menggunakan

informasi ini untuk mengenali kebutuhan-kebutuhan untuk

sistem baru.

2.1.5.4 Perancangan Basis Data (Database Design)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p279), perancangan

basis data adalah sebuah proses dalam menciptakan perancangan

untuk basis data yang akan mendukung operasidan

tujuanperusahaan.

Menurut Connoly dan Begg (2002, p279), ada 4

pendekatan dalam desain basis data yaitu:

1. Top-down

Diawali dengan pembentukan model data yang

berisi beberapa entitas high-level dan relationship,

19

 

 

yang kemudian menggunakan pendekatan top-down

secara berturut-turut untuk mengidentifikasi entitas

lower level, relationship dan atribut lainnya.

2. Bottom-up

Dimulai dari atribut dasar (yaitu, sifat-sifat entitas

dan relationship), dengan analisis dari penggabungan

antar atribut, yang dikelompokan ke dalam suatu

relasi yang merepresentasikan tipe dari entitas dan

relationship antar entitas.

3. Inside-out

Berhubungan dengan pendekatan bottom-up tetapi

sedikit berbeda dengna identifikasi awal entitas utama

dan kemudian menyebar ke entitas, relationship, dan

atribut terkait lainnya yang lebih dulu diidentifikasi

4. Mixed

Menggunakan pendekatan bottom-up dan top-

down untuk bagian yang berbeda sebelum pada

akhirnya digabungkan

20

 

 

Menurut Connolly dan Begg (2002, p281) proses

perancangan terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Perancangan Basis Data Konseptual

Basis data konseptual adalah proses

membangun suatu model informasi yang digunakan

suatu perusahaan, yang berdiri sendiri terhadap semua

pertimbangan fisikal.

2. Perancangan Basis Data Logikal

Basis data logikal adalah proses membangun

model informasi yang digunakan dalam suatu

perusahaan berdasarkan pada spesifik data model,

tetapi berdiri sendiri terhadap semua fakta-fakta

DBMS dan pertimbangan fisikal lainnya.

3. Perancangan Basis Data Fisikal

Perancangan basis data fisikal adalah proses

menghasilkan satu deskripsi mengenai implementasi

basis data pada media penyimpanan sekunder; dia

menggambarkan dasar relasi, file organisasi, dan

indeks-indeks yang digunakan untuk mencapai

efisiensi akses terhadap data, dan semua integritas

constraint dan pengukuran keamanan.

21

 

 

2.1.5.5 Seleksi DBMS

Menurut Connolly dan Begg (2002, p284), pengertian

seleksi DBMS adalah menyeleksi DBMS yang tepat untuk

mendukung aplikasi basis data. Seleksi DBMS dilakukan antara

tahapan perancangan database logikal dan perancangan

database fisikal. Tujuannya untuk kecukupan sekarang dan

kebutuhan masa mendatang pada perusahaan, membuat

keseimbangan biaya termasuk pembelian produk DBMS, piranti

lunak untuk mendukung aplikasi basis data, biaya yang

berhubungan dengan perubahan dan pelatihan pegawai.

2.1.5.6 Perancangan Aplikasi

Menurut Connolly dan Begg (2002, p287), pengertian

perancangan aplikasi adalah merancang antarmuka pemakai dan

program aplikasi, yang akan memproses basis data. Perancangan

basis data dan aplikasi merupakan aktivitas yang dilakukan

secara bersamaan pada databaseapplication lifecycle.

22

 

 

2.1.5.7 Prototyping

Menurut Connolly dan Begg (2002, p291), pengertian

prototyping adalah membuat model kerja dari aplikasi basis

data. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pemakai

menggunakan prototype untuk mengidentifikasikan fitur-fitur

sistem berjalan dengan baik atau tidak, dan bila memungkinkan

untuk menyarankan peningkatan atau bahkan penambahan fitur-

fitur baru ke dalam sistem database.

Ada dua macam strategi prototyping yang digunakan

sekarang :

1. Prototyping Kebutuhan (Requirement Prototyping)

Menggunakan suatu prototype untuk

menetapkan kebutuhan dari tujuan aplikasi basis

data dan ketika kebutuhan sudah terpenuhi,

prototype tidak digunakan lagi atau dibuang.

2. Prototyping Evolusioner (Evolutionary Prototyping)

Prototype Evolusioner digunakan dengan

tujuan yang sama. Perbedaan yang penting adalah

bahwa prototype tidak dibuang tetapi dengan

mengembangkan lebih lanjut menjadi aplikasi basis

data yang dikerjakan.

23

 

 

2.1.5.8 Implementasi

Menurut Connolly dan Begg (2002, p292), pengertian

implementasi adalah realisasi fisik suatu basis data dan

perancangan aplikasi. Implementasi basis data dapat dicapai

menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBMS

yang dipilih atau Graphical User Interface (GUI).

Pernyataan DDL digunakan untuk menciptakan struktur-

struktur basis data dan file-file basis data yang kosong. Semua

spesifikasi user view juga diimplementasikan pada tahap ini.

2.1.5.9 Data Conversion And Loading

Menurut Connolly dan Begg (2002, p292), data

convertion and loading adalah mentransfer semua data yang

telah ada ke dalam database yang baru dan mengkonversi semua

aplikasi yang ada untuk dijalankan pada basis data yang baru.

Tahap ini hanya dibutuhkan ketika sistem basis data yang baru

menggantikan sistem basis data yang lama. Pada masa sekarang,

umumnya DBMS memiliki kegunaan untuk memasukkan file ke

dalam basis data baru tujuannya adalah untuk memungkinkan

pengembang untuk mengkonversi dan menggunakan aplikasi

program lama untuk digunakan oleh sistem baru.

24

 

 

2.1.5.10 Pengujian (Testing)

Menurut Connolly dan Begg (2002, p293), pengertian

pengujian adalah proses menjalankan program aplikasi dengan

maksud untuk mencari kesalahan. Sebelum digunakan, aplikasi

basis data yang baru dikembangkan harus diuji secara

menyeluruh. Untuk mencapainya harus hati-hati dalam

menggunakan perencanaan strategi uji dan menggunakan data

asli untuk semua proses penguji.

Pengguna-pengguna suatu sistem yang baru seharusnya

dilibatkan dalam proses pengujian. Situasi yang ideal untuk

pengujian suatu sistem adalah dengan menguji basis data pada

sistem hardware yang berbeda, tetapi sering kali ini tidak

tersedia. Jika data sesungguhnya digunakan, sangat penting

sekali untuk memiliki backup untuk menangkap kesalahan yang

terjadi. Setelah pengujian selesai, sistem aplikasi siap digunakan

dan diserahkan ke pemakai.

2.1.5.11 Operasional dan Pemeliharaan

Menurut Connolly dan Begg (2002, p293), pengertian

operasional dan pemeliharaan adalah proses memonitor dan

memelihara sistem yang telah diinstall. Pada tahap ini

implementasi database dilakukan secara sepenuhnya. Sistem

25

 

 

diawasi dan dipelihara secara berkelanjutan. Jika diperlukan,

kebutuhan – kebutuhan baru dimasukkan dalam aplikasi

database melalui tahapan database terlebih dahulu.

2.1.6 Normalisasi

Menurut Connolly dan Begg (2002, p376), normalisasi adalah

suatu teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi table dengan sifat-

sifat (properties) yang diinginkan, sesuai dengan kebutuhan data dari

perusahaan.

2.1.6.1 Data Redudansi and Update Anomaly

Tujuan utama dari desain database relasional adalah untuk

mengelompokan atribut-atribut ke dalam relasi-relasi sehingga

meminimilisasi redudansi data dan mengurangi penggunaan

tempat penyimpanan yang dibutuhkan untuk sebuah relasi dasar

Update anomaly adalah efek samping yang tidak

diharapkan (misalnya menyebabkan inconsistency (tidak

konsisten) data atau membuat suatu data menjadi hilang saat

data lain dihapus) yang muncul dalam suatu proses perancangan

basis data.

Suatu tujuan desain database relational yang utama adalah

menggolongkan atribut ke dalam hubungan-hubungan untuk

26

 

 

memperkecil data redundancy dan dengan demikian mengurangi

tempat penyimpanan file yang diperlukan oleh hubungan-

hubungan dasar yang diimplementasikan. Hubungan-hubungan

yang memiliki data redundan mungkin memiliki masalah yang

disebut update anomalies, yang diklasifikasikan sebagai

insertion, deletion, atau modification anomalies.

2.1.6.2 Functional Dependency

Functional Dependency (ketergantungan fungsional)

menguraikan hubungan antara atribut-atribut dalam sebuah

relasi. Sebagai contoh, jika A dan B adalah relasi R, B adalah

secara fungsional bergantung kepada A (A B), jika setiap nilai

dari A diasosiasikan dengan tepat satu nilai dari B. (A dan B

masing-masing boleh dari satu atau lebih atribut).

2.1.6.3 Proses Normalisasi

Normalisasi sering dieksekusi sebagai langkah-langkah

yang berangkai/berseri. Bentuk normal adalah suatu aturan yang

dikenakan pada relasi-relasi dalam basis data dan harus dipenuhi

oleh relasi-relasi tersebut pada tingkatan normalisasi. Suatu

relasi dikatakan berada dalam bentuk normal tertentu jika

27

 

 

memenuhi kondisi-kondisi tertentu. Beberapa tingkatan yang

biasa digunakan pada normalisasi adalah:

a. Unnormalized Form (UNF)

Pada bentuk tidak normal (unnormalized

form/UNF), tabel masih mengandung satu atau lebih

kelompok pengulangan (repeating groups). Tabel UNF ini

dibuat dengan mentransformasi data dari sumber

informasi ke dalam tabel berbentuk baris dan kolom.

b. First Normal Form (1NF)

Pada bentuk normal pertama (first normal

form/1NF), suatu relasi di mana pada setiap sel

(perpotongan dari baris dan kolom) memuat satu dan

hanya satu nilai, setiap sel mengandung nilai atomic (atau

single value).

c. Second Normal Form (2NF)

Pada bentuk normal kedua (second normal

form/2NF), suatu relasi telah melalui bentuk normal

pertama dan setiap atribut bukan primary key (PK)

tergantung fungsional penuh terhadap PK.

28

 

 

d. Third Normal Form (3NF)

Pada bentuk normal ketiga (third normal form -

3NF), suatu relasi telah melalui bentuk normal pertama

dan kedua, serta tidak ada atribut bukan PK tergantung

fungsional terhadap atribut bukan PK yang lain.

e. Bentuk normal Boyce-Codd (BCNF)

Suatu relasi disebut memenuhi bentuk normal

Boyce-Codd jika dan hanya jika semua penentu

(determinan) adalah candidate key. BCNF merupakan

bentuk normal sebagai perbaikan terhadap 3NF karena

bentuk normal ketiga berkemungkinan masih memiliki

anomali sehingga perlu dinormalisasi lebih jauh. Suatu

relasi yang memenuhi BCNF selalu memenuhi 3NF,

tetapi tidak untuk sebaliknya.

Gambar 2.2 Tingkatan Pada Normalisasi

29

 

 

2.1.7 Entity Relationship Modelling

Menurut Connolly dan Begg (2002, p330), salah satu aspek yang

sulit dalam perancangan database adalah kenyataan bahwa perancang,

programmer, dan pemakai akhir cenderung melihat data dengan cara

yang berbeda. Untuk memastikan pemahaman secara alamiah dari data

dan bagaimana data digunakan oleh perusahaan dibutuhkan sebuah

bentuk komunikasi yang non-teknis dan bebas dari segala ambiguitis.

Berikut ini adalah notasi Entity-Relationship Modelling menurut

Connolly dan Begg (2002, p331):

2.1.7.1 Entity Type

Menurut Connolly dan Begg (2002, p331), entity type

adalah kumpulan objek¬objek yang berproperti sama, dimana

properti tersebut diidentifikasikan memiliki keberadaan yang

bebas.

Gambar 2.3 Entity Type

30

 

 

2.1.7.2 Relationship Type

Menurut Connolly dan Begg (2002, p336), relationship

type adalah sekumpulan hubungan antara satu atau lebih tipe-

tipe entity.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p337), derajat dari

relationship adalah jumlah dari partisipasi (participating) tipe

entity dalam sebuah tipe relationshiptertentu. Sebuah

relationship berderajat dua disebut binary; relationship

berderajat tiga disebut sebagai ternary; dan relationship

berderajat empat disebut sebagai quarternar.

Gambar 2.4 Relationship Type

2.1.7.3 Attributes

Menurut Connolly dan Begg (2002, p338), attributes

adalah sifat dari sebuah entity atau sebuah tipe relationship.

Attribut menyimpan nilai dari setiap entity occurrence dan

mewakili bagian utama dari data yang disimpan dalam basis

data.

31

 

 

Menurut Connolly dan Begg (2002, p338), attribute

domain adalah sejumlah nilai yang diperkenankan untuk satu

atau lebih atribut. Setiap atribut yang dihubungkan dengan

sejumlah nilai disebut domain. Domain mendefinisikan nilai-

nilai yang dimiliki sebuah atribut dan sama dengan konsep

domain pada model relasional.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p339), simple

Attribute adalah atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal

dengan keberadaan yang bebas. Simple Attribute tidak bisa

dibagi lagi ke dalam komponen yang lebih kecil. Contohnya,

posisi dan gaji dari entity pegawai.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p339), composite

attribute adalah sebuah susunan atribut dari banyak komponen

dengan sebuah keberadaan yang bebas dari masing-masingnya.

Dalam hal ini beberapa atribut dapat dipisahkan menjadi

komponen yang lebih kecil lagi dengan keberadaan yang bebas

dari masing-masingnya. Contohnya atribut alamat dari entity

kantor cabang yang mengandung nilai (jalan, kota, kode pos)

bisa dipecahkan menjadi simple attribute jalan, kota, dan kode

pos.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p338), single value

attribute adalah atribut yang hanya menyimpan nilai tunggal

32

 

 

untuk suatu sifat dari entity. Multi-valued attribute adalah atribut

yang bisa menyimpan nilai lebih dari satu untuk suatu sifat dari

entity. Contohnya atribut telepon pada entity kantor cabang yang

bisa memiliki lebih dari satu nomor telepon.

Menurut Connolly dan Begg (2002, p340), derived

attribute (atribut turunan) adalah atribut yang menunjukkan nilai

yang diperoleh dari atribut yang berhubungan, tidak terlalu

dibutuhkan dalam tipe entity yang sama. Atribut turunan

mungkin juga menyangkut hubungan dari atribut pada tipe

entity yang berbeda.

2.1.7.4 Keys

Key sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi satu atau

lebih atribut yang memiliki nilai unik setiap tuple dalam

relasi.Menurut Connolly dan Begg (2002, p340), terdapat

macam-macam kunci relasi, yaitu:

a. Candidate Key

Suatu atribut atau satu set minimal atribut yang

mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik

dari entity.

33

 

 

b. Primary Key

Satu atribut atau satu set minimal atribut yang

tidak hanya mengidentifikasikan secara unik suatu

kejadian spesifik, tapi juga dapat mewakili setiap kejadian

dari suatu entity.

c. Composite Key

Kunci yang disusun berdasarkan lebih dari satu

atribut.

2.1.7.5 Structural Constraints

Menurut Connolly dan Begg (2002, p344), Batasan-

batasan yang menggambarkan pembatasan pada relationship

seperti yang ada pada real world harus diterapkan pada tipe

entitas yang ikut serta dalam sebuah relationship. Tipe utama

dari batasan hubungan di dalam suatu relationship disebut

multiplicity.

Multiplicity adalah jumlah occurance yang mungkin

terjadi pada sebuah tipe entitas yang berhubungan ke sebuah

occurance dari sebuah tipe entitas lain dari suatu relationship.

Relationship yang paling umum adalah binary relationship.

Macam-macam binary relationship adalah:

34

 

 

a. Hubungan one to one (1 : 1)

Setiap relationship menggambarkan hubungan

antara sebuah entity occurance pada entitas yang satu

dengan entity occurance pada entitas lainnya yang ikut

serta dalam relationship tersebut. Hubungan 1: 1 dapat

terjadi bila setiap entitas pada himpunan entitas A

berhubungan paling banyak satu entitas dengan satu

entitas pada himpunan entitas B. Dan sebaliknya, setiap

entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling

banyak satu entitas dengan satu entitas pada himpunan

entitas A.

Gambar 2.5 Hubungan one to one (1 : 1)

b. Hubungan one to many (1 : *)

Setiap relationship menggambarkan hubungan

antara sebuah entity occurance pada entitas yang satu

dengan satu atau lebih entity occurance pada entitas

lainnya yang ikut serta dalam relationship tersebut.

35

 

 

Berarti setiap entitas pada pada himpunan entitas A dapat

berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan

entitas B. Namun, setiap entitas pada himpunan entitas B

hanya dapat berhubungan dengan paling banyak satu

entitas pada himpunan entitas A.

Gambar 2.6 Hubungan one to many (1 : *)

c. Hubungan many to many (* : *)

Setiap relationship menggambarkan hubungan

antara satu atau lebih entity occurance pada entitas yang

satu dengan satu atau lebih entity occurance pada entitas

lainnya yang ikut serta dalam relationship tersebut.

Berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat

berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan

entitas B, dan sebaliknya, setiap entitas pada himpunan

entitas B dapat berhubungan dengan banyak entitas pada

himpunan entitas.

36

 

 

Gambar 2.7 Hubungan many to many (* : *)

2.1.8 Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah model proses yang digunakan

untuk menggambarkan aliran data yang ada pada sebuah sistem. DFD

merupakan salah satu tool penting bagi seorang analis system.

Penggunaan DFD sebagai modeling tool dipopulerkan oleh Tom

DeMarco (1978) dan Gane dan Sarson (1979) dengan menggunakan

metode analisa terstruktur (structured analysis).

DFD dapat digunakan untuk merepresentasikan suatu sistem yang

otomatis maupun manual dengan melalui gambar berbentuk jaringan.

Ada tiga tingkatan dalam diagram aliran data, yaitu :

1. Diagram Konteks

Diagram konteks merupakan tingkatan yang paling

pertama, yang menggambarkan ruang lingkup sistem dari sistem

yang digunakan. Diagram ini hanya memiliki satu proses yang

menggambarkan sistem secara keseluruhan dan hubungan antara

sistem dengan unit-unit di luar sistem tersebut.

37

 

 

2. Diagram Nol

Diagram yang menggambarkan proses-proses dan aliran

data yang terjadi di dalam suatu sistem. Proses-proses ini dapat

dipecah menjadi proses-proses dan aliran data yang lebih

terperinci.

3. Diagram Rinci

Diagram rinci adalah diagram yang menggambaran

rincian proses-proses yang ada pada diagram nol dan rincian

proses-proses ini dapat dipecah lagi menjadi proses-proses yang

lebih terperinci.

Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambar Data

Flow Diagram (DFD) adalah:

1. Terminator

Gambar 2.8 Terminator

Terminator adalah simbol yang menggambarkan

entitas yang dapat berupa orang, kelompok, atau

organisasi yang berhubungan dengan sistem.

2. Process

Gambar 2.9 Proses

38

 

 

Process merupakan bagian dari sistem yang

mengolah masukan menjadi keluaran.

3. Data Flow

Gambar 2.10 Data Flow

Data Flow adalah aliran menggambarkan

perpindahan informasi dari satu bagian ke bagian lain dari

sistem. Awal panah menggambarkan asal data sedangkan

arah panah menggambarkan tujuan.

4. Data Store

Gambar 2.11 Data Store

Data Store adalah digunakan untuk

menggambarkan penyimpanan data.

2.1.9 PHP

Menurut Welling dan Thomson (2001, p2), PHP adalah

bahasa server-side scripting yang dirancang khusus untuk

web. Dalam sebuah halaman HTML, kode PHP dapat dieksekusi

setiap kali halaman dikunjungi. Kode PHP akan diinterpretasi

39

 

 

pada web server dan menghasilkan HTML atau keluaran lain

yang akan dilihat oleh pengunjung.

PHP dibuat pada tahun 1994 oleh Rasmus Lerdorf. Pada

Januari 2001, PHP telah digunakan pada hampir lima juta domain

di seluruh dunia dan jumlah ini terus bertambah pesat.

PHP adalah produk open source yang dapat diakses source

codenya, serta dapat digunakan, diubah, dan didistribusikan

semuanya tanpa biaya.

Pada awalnya, PHP merupakan singkatan dariPersonal

Home Page, namun telah diubah sesuai dengan konvensi

penamaan GNU rekursif dan sekarang merupakan singkatan dari

PHPHypertextPreprocessor. Home page untuk PHP dapat dilihat

di http://php.net.

2.2 Teori-teori yang Berhubungan dengan Topik Yang Dibahas

2.2.1 Pengertian Asuransi

Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUHD) Republik Indonesia, asuransi atau pertanggungan adalah suatu

perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri pada

tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk member penggantian

kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan yang

40

 

 

diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang

tidak tertentu.

2.2.2 Tujuan Asuransi

Menurut Purba (1992, p56), tujuan dari asuransi terbagi menjadi

tiga, yaitu:

2.2.2.1 Tujuan Ganti Rugi

Tujuan ganti rugi adalah ganti rugi yang diberikan oleh

penanggung kepada tertanggung bila tertanggung menderita

kerugian yang dijamin oleh polis. Gunanya untuk

mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula atau

untuk mengembalikan tertanggung dari kebangkrutan sehingga

ia mampu berdiri, seperti sebelum menderita kerugian.

2.2.2.2 Tujuan Tertanggung

Tujuan tertanggung adalah untuk memperoleh rasa

tenteram dari resiko yang dihadapinya, kegiatan usahanya atau

atas harta miliknya. Selain itu, tujuan tertanggung lainnya

adalah untuk mendorong keberanian menggiatkan usaha yang

lebih besar dengan resiko yang besar pula, karena resiko yang

besar itu diambil alih oleh penanggung.

41

 

 

2.2.2.3 Tujuan Penanggung

Tujuan umum penanggung adalah untuk memperoleh

keuntungan perusahaan dan menyediakan lapangan kerja.

Sedangkan, tujuan khususnya adalah :

1. Meringankan resiko yang dihadapi oleh para nasabahnya

atau para tertanggung dengan mengambil alih resiko

yang mereka hadapi.

2. Menciptakan rasa tenteram di kalangan nasabahnya,

sehingga lebih berani menggiatkan usaha yang besar.

3. Mengumpulkan dana melalui premi yang terkumpul

sedikit demi sedikit dari para nasabahnya sehingga

terhimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk

membiayai pembangunan bangsa dan negara.

2.2.3 Prinsip Asuransi

Menurut Purba (1992, p44), tujuan dari asuransi terbagi menjadi

tiga, yaitu:

2.2.3.1 Prinsip Kepentingan (Insurable Interest)

Prinsip kepentingan menegaskan bahwa orang yang

menutup asuransi harus mempunyai kepentingan (interest) atas

harta benda yang dapat diasuransikan (insurable). Jadi, pada

42

 

 

hakekatnya yang diasuransikan bukanlah harta benda itu, tetapi

kepentingan tertanggung atas benda itu.

Selain itu, agar kepentingan itu dapat diasuransikan

(insurable interest), kepentingan itu harus legal dan patut (legal

and equitable). Untuk membuktikan legal atau tidak, dibuktikan

dengan surat-surat resmi (otentik) dari harta benda yang

bersangkutan.

Bila seseorang menutup asuransi atas mobil dan premi

telah dibayar, tetapi ternyata tertanggung tidak mempunyai

kepentingan atas mobil itu, maka penanggung berhak

membatalkan polis. Bila mobil mengalami kecelakaan sehingga

menderita kerugian, penanggung tidak wajib membayar ganti

rugi sekalipun polis belum sempat dibatalkan ketika kecelakaan

itu terjadi.

Inti dari insurable interest adalah sebagai berikut:

1. Harus ada kepentingan atas harta benda yang dapat

dilimpahkan kepada orang lain

2. Harta benda itu harus yang dapat diasuransikan

(insurable)

3. Harus ada hubungan antara tertanggung dengan harta

benda itu, yaitu:

43

 

 

a. Bila harta benda itu rusak atau hilang, tertanggung

mengalami kerugian;

b. Bila hak atas harta benda itu hilang (lepas),

tertanggung mengalami kerugian.

2.2.3.2 Prinsip Jaminan (Indemnity)

Dengan adanya insurable interest yang legal dan patut,

maka sebagai konsekuensinya adalah jaminan (indemnity) dari

pihak penanggung bahwa penanggung akan memberikan ganti

rugi bila tertanggung benar-benar menderita kerugian atas

insurable interest itu, yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak

diduga sebelumnya.

Prinsip jaminan (principle of indemnity) menjelaskan

bahwa jaminan ada bila timbul kerugian. Sebaliknya, tidak ada

jaminan bila tidak ada kerugian.

Bila ada kerugian atas insurable interest, maka yang

tertanggung tidak boleh memperoleh keuntungan dari ganti rugi.

Inilah dasar prinsip jaminan.

Berpedoman kepada prinsip ini, maka tertanggung akan

memperoleh ganti rugi dari penanggung, dengan tujuan:

1. Mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula

seperti halnya sebelum kerugian menimpanya; atau

44

 

 

2. Menghindarkan tertanggung dari bangkrut sedemikian

rupa sehingga ia mampu berdiri di tempatnya semula

seperti halnya sebelumnya kerugian menimpanya.

Menurut prinsip jaminan ini, tertanggung hanya boleh

memperoleh ganti rugi maksimal sebesar kerugian yang

dideritanya, sekedar untuk mengembalikannya pada

kedudukannya semula.

2.2.3.3 Prinsip Kepercayaan (Trustful)

Dalam asuransi, kepercayaan (trustful) dari penanggung

mendapat tempat terhormat dalam setiap penutupan asuransi.

Bila tidak ada kepercayaan dari pihak penanggung, maka bisnis

asuransi akan mengalami kegagalan.

2.2.3.4 Prinsip Itikad Baik (Utmost goodfaith)

Seperti halnya kepercayaan pihak penanggung

mendapat tempat terhormat dalam penutupan asuransi, demikian

juga itikad baik (good faith) dari pihak tertanggung juga

mendapat tempat terhormat dalam penutupan asuransi.

Sudah seharusnya kepercayaan pihak penanggung

diimbangi dengan itikad baik oleh pihak tertanggung, yaitu

dengan memberitahukan semua keterangan dan data yang

45

 

 

diketahuinya atas interest yang akan ditutup asuransinya. Apa

saja yang diketahi atas interest, beritahukan kepada penanggung

tanpa ditambah-tambahi, juga tanpa dikurang-kurangi.

Maka agar bisnis asuransi dapat berlangsung dengan

baik dan mulus, mutlak diperlukan kepercayaan dari pihak

penanggung yang diimbangi oleh itikad baik dari pihak

tertanggung. Tanpa adanya keseimbangan antara kepercayaan

dan itikad baik itu, maka bisnis asuransi tidak bisa berperan baik

dalam masyarakat.

Berdasarkan kenyataan yang disebutkan di atas, maka

asuransi adalah suatu perjanjian yang didasarkan sepenuhnya

kepada kepercayaan dan itikad baik.

2.2.4 Premi Asuransi

2.2.4.1 Pengertian Premi

Menurut Djojosoedarso (2003, p127), premi adalah

imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung

kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin

diderita oleh tertanggung, dengan menyediakan sejumlah uang

terhadap resiko kecelakaan (pada asuransi kendaraan bermotor).

46

 

 

2.2.4.2 Pengembalian Premi

Menurut Djojosoedarso (2003, p131), pengembalian

premi atau restorno adalah pengembalian premi dari

penanggung kepada tertanggung. Ini terjadi karena antara lain

perjanjian gugur sebelum penanggung menanggung bahaya atau

baru menanggung sebagian, kelebihan pembayaran premi

insurable interest-nya tidak ada, kondisi jaminan/pertanggungan

dipersempit dan sebagainya.

2.2.5 Polis Asuransi

2.2.5.1 Pengertian Polis Asuransi

Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau

surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut polis. Secara

otentik menurut pasal 255 KUHD, polis adalah pertanggungan

yang harus diadakan secara tertulis dengan akta. Menurut pasal

257 KUHD, hanya penanggung yang menandatangani polis,

berarti semacam perjanjian unilateral, tetapi mengikat kedua

belah pihak yang berkepentingan atas polis itu (penanggung dan

tertanggung).

47

 

 

2.2.5.2 Fungsi Polis Asuransi

Menurut Purba (1992, p60), fungsi umum polis asuransi

adalah sebagai:

1. Perjanjian pertanggungan (a contract of indemnity)

2. Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada

tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin

dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak

diduga sebelumnya, dengan prinsip :

a. Untuk mengembalikan tertanggung kepada

kedudukannya semula sebelum mengalami

kerugian; atau

b. Untuk menghindari tertanggung dari kebangkrutan

(total collapse)

3. Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung

kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan

penanggung.

2.2.6 Underwriting

2.2.6.1 Fungsi Underwriters

Menurut Lukum (1996, pX/1), underwriters berfungsi

untuk menilai resiko yang diminta oleh pihak tertanggunguntuk

ditutup atau diasuransikan, selanjutnya menetapkan persyaratan

48

 

 

asuransinya, menetapkan suku premi untuk asuransi tersebut dan

membuat polis.

2.2.6.2 Peranan Underwriters

Menurut Lukum (1996, pX/1), underwriters berperan

untuk melakukan penilaian resiko dan penetapan persyaratan

asuransi dan suku premi secara baik/cermat, sehingga dengan

underwriting yang dilakukannya itu perusahaannya akan mampu

memperoleh keuntungan (profit) yang pantas dan berhasil

menarik bisnis baru di masa mendatang.

2.2.7 Asuransi Kendaraan Bermotor

2.2.7.1 Pengertian Asuransi Kendaraan Bermotor

Menurut Djojosoedarso (2003, p162), asuransi

kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau

kerusakan terhadap kendaraan bermotor.

Menururt Sonnidwiharsono (1996,p283), asuransi

kendaraan bermotor ini merupakan asuransi wajib karena tanpa

adanya asuransi ini, maka pemilik kendaraan bermotor tidak

akan memperoleh Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK).

49

 

 

2.2.7.2 Resiko yang Dijamin

Menurut Djojosoedarso (2003, p163), terdapat beberapa

resiko yang akan dijamin dalam asuransi kendaraan bermotor,

yaitu:

1. Kerugian kendaraan bermotor

1. Tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari

jalan, kesalahan material, konstruksi, cacat

sendiri.

2. Perbuatan jahat orang lain.

3. Pencurian, termasuk diikuti kekerasan ataupun

ancaman.

4. Kebakaran, termasuk benda, kendaraan

bermotor lain yang berdekatan, atau tempat

penyimpanan kendaraan bermotor yang

dipertanggungkan.

5. Sambaran petir.

6. Kerugian selama penyebrangan dengan kapal

feri atau penyebrangan resmi lain di bawah

pengawasan Direktorat Jenderal Perhubungan

Darat.

50

 

 

7. Kerusakan roda, bila kerusakan tersebut

mengakibatkan kerusakan kendaraan karena

kecelakaan.

8. Biaya wajar yang dikeluarkan tertanggung

untuk penjagaan, bengkel, atau tempat lain

untuk menghindari dan mengurangi kerugian

yang dijamin polis.

2. Tanggung Gugat

Tanggung gugat adalah tanggung jawab hukum

asuransi yang diberikan kepada pihak ketiga dan

telah disetujui oleh penanggung, yang termasuk :

a. Kerusakan harta, cedera badan, atau kematian.

b. Biaya perkara atau bantuan para ahli yang

berkaitan dengan tanggung gugat tertanggung.

2.2.7.3 Resiko yang Tidak Dijamin

Menurut Djojosoedarso (2003, p165), terdapat beberapa

resiko yang tidak dijamin dalam asuransi kendaraan bermotor,

yaitu:

51

 

 

1. Kehilangan keuntungan, upah, dan berkurangnya nilai

keuangan karena kendaraan bermotor yang tidak dapat

dipergunakan.

2. Kerusakan atau kehilangan peralatan tambahan yang tidak

tertulis dalam ikhtisar pertanggungan.

3. Kerusakan atau kehilangan kendaraan bermotor seluruh atau

sebagian karena penggelapan.

4. Kerugian atau kerusakan akibat perbuatan jahat pihak

tertanggung.

5. Kerugian atau kerusakan kendaraan bermotor yang

dipertanggungkan, karena :

a. Kendaraan digunakan untuk menarik atau kendaraan

lain, lomba, pelajaran mengemudi, melakukan

kejahatan, atau yang tidak termasuk dalam polis

pertanggungan.

b. Kelebihan muatan dijalankan secara paksa.

c. Dengan sepengetahuan tertanggung, kendaraan

dijalankan dalam keadaan rusak.

d. Kendaraan dikemudikan oleh orang yang tidak

memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau orang yang

sedang mabuk.

52

 

 

e. Kendaraan tersebut memasuki daerah yang terlarang

dan tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor.

f. Barang-barang yang dimuat, ditumpuk, dibongkar, atau

diangkut dengan kendaraan bermotor.

g. Adanya reaksi atau radiasi nuklir.

6. Kerugian atau kerusakan karena bencana alam atau konflik

horizontal.

7. Kehilangan atau kerusakan bagian material karena salah

penggunaan.

8. Kerugian yang dialami pihak ketiga yang secara langsung

atau tidak langsung disebabkan oleh kendaraan bermotor

yang dipertanggungkan, berupa :

a. Kerusakan harta benda milik atau dalam pengawasan

tertanggung.

b. Kerusakan jalan, jembatan, bangunan-bangunan, berat

kendaraan, atau muatannya.

9. Cedera badan atau kematian terhadap tertanggung.

2.2.8 Klaim

2.2.8.1 Definisi Klaim

Menurut Alwi (2002), klaim memiliki dua definisi, yaitu:

53

 

 

1. Tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak

(memiliki atau mempunyai) atas sesuatu. Contoh: Pemerintah

Indonesia akan mengajukan ganti rugi kepada pemilik kapal asing

itu.

2. Pernyataan tentang suatu fakta atau kebenaran sesuatu. Contoh: Ia

mengajukan bahwa barang-barang elektronik itu miliknya.

Sedangkan, menurut Alwi (2002), mengklaim memiliki dua definisi,

yaitu:

1. Meminta atau menuntut pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang

(suatu organisasi, perkumpulan, negara, dsb) berhak memiliki atau

mempunyai hak atas sesuatu. Contoh: Ada negara lain meminta atau

menuntut pengakuan atas kepulauan itu.

2. Menyatakan suatu fakta atau kebenaran sesuatu. Contoh: Pemerintah

baru menyatakan suatu fakta atau kebenaran bahwa tokoh politik itu

meninggal karena bunuh diri.

2.2.8.2 Prosedur Klaim

      1. Kewajiban Tertanggung

Menurut Lukum (1996, pXIII/1), ada beberapa

kewajiban yang harus dilakukan oleh tertanggung dalam

hal terjadi suatu kejadian yang kemungkinan akan

menimbulkan suatu klaim pada polis.

54

 

 

2. Hak Tertanggung

Menurut Lukum (1996, pXIII/1), dalam hal terjadi

suatu peristiwa yang kemungkinan akan menimbulkan

suatu klaim pada polis, hak tertanggung adalah bahwa

setelah ia memberi semua kewajibannya ia berhak untuk

mendapatkan penyelesaian gantirugi berdasarkan syarat-

syarat polis.

      3. Kewajiban Penanggung

Menurut Lukum (1996, pXIII/1), setelah

tertanggung memenuhi kewajiban-kewajibannya

berkenaan dengan kerugian tersebut, penanggung

berkewajiban untuk memenuhi hak tertanggung seperti di

atas.

      4. Hak Penanggung

Menurut Lukum (1996, pXIII/1), setelah

penanggung mendapat pemberitahuan tentang suatu

kejadian atau peristiwa yang kemungkinan dapat

menimbulkan klaim pada polis, penanggung berhak untuk

bersama-sama dengan pihak tertanggung mengamankan

pokok pertanggungan yang mengalami kerugian itu.